Morning Toast 19.pdf

1
@bpjstkinfo BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan penerima upah, dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok tingkat risiko lingkungan kerja, meliputi: No. Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Besaran Persentase Contoh Lingkungan Kerja 1. tingkat risiko sangat rendah 0,24 % dari upah sebulan Perdagangan ekspor impor 2. tingkat risiko rendah 0,54 % dari upah sebulan Pertanian rakyat 3. tingkat risiko sedang 0,89 % dari upah sebulan Pemotongan hewan 4. tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan Pabrik dan reparasi kapal udara 5. tingkat risiko sangat tinggi 1,74 % dari upah sebulan Tambang emas dan perak * tabel pembagian kelompok tingkat resiko lingkungan kerja lenkap dapat dilihat di lampiran PP nomor 44 Tahun 2015 Sedangkan untuk peserta Bukan Penerima Upah, besaran iurannya didasarkan pada nilai nominal tertentu dari penghasilan peserta, sesuai tabel yang terlampir pada PP 44 2015. Sebagai contoh jika peserta BPU memiliki penghasilan perbulan antara 2.100.000 - 2.299.000, maka ditentukan bahwa dasar penghasilan penetapan manfaat JKK-nya sebesar 2.200.000, maka iuran perbulannya adalah sebesar 22.000 yang merupakan 1% dari upah yang ditetapkan. Dengan terjaminnya pekerja dari risiko kerja, diharapkan dapat mewujudkan ketenangan bekerja bagi para pekerja dan kelangsungan berusaha bagi dunia usaha. Sehingga secara lebih luas akan meningkatkan produktivitas kerja. BPJS Ketenagakerjaan adalah satu-satunya pengelola jaminan sosial tenaga kerja di Tanah Air ini, sebagaimana diamanatkan undang-undang nomor 40 tahun 2004. Institusi ini mendapatkan amanat untuk melindungi seluruh tenaga kerja di Indonesia melalui 4 (empat) programnya yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan yang terakhir adalah Jaminan Pensiun yang baru diimlementasikan mulai 1 Juli 2015. Adanya risiko pada setiap pekerjaan, menjadi alasan kuat mengapa setiap pekerja di Indonesia ini wajib untuk dilindungi, dan dengan adanya Program Jaminan Kecelakaan Kerja yang disuguhkan oleh BPJS Ketenagakerjaan ini harapannya pekerja dapat lebih tenang dalam bekerja karena selalu ada jaring pengaman yang melindunginya. Tersurat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 bahwa Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, di dalamnya juga dijelaskan bahwa termasuk juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya. Secara jelas dapat disimpulkan bahwa pekerja akan selalu terlidungi jika mereka didaftarkan program ini. Sebagai upaya untuk memastikan seluruh pekerja di Indonesia memperoleh perlindungan tersebut, maka diaturlah dalam PP 44 bahwa setiap Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta dalam program ini. Selanjutnya dijeaskan juga bahwa peserta program JKK dari: a. Peserta penerima Upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara (pekerja pada perusahaan, pekerja pada orang perseorangan; dan orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan); b. Peserta bukan penerima Upah (pemberi kerja,ekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri, dan pekerja lain yang bukan menerima Upah). Jika dilihat pada besaran iuran, antara peserta penerima upah dan bukan penerima upah memiliki sistem penghitungan yang agak berbeda. Pada peserta Integritas / Integrity Perilaku yang diharapkan Berani / Brave Berkomitmen / Commitment Keterbukaan / Transparent Issue 19 I 15 Okt 2015 Jaminan Kecelakaan Kerja Perlindung Utama Pekerja Indonesia I Internal Use Only George Stephenson Pada tahun 1867 Sholes berhasil menciptakan sebuah mesin ketik dan berhasil juga mengembangkannya menjadi mesin ketik atau keyboard QWERTY pada tahun 1873. Mengapa keyboard QWERTY tidak menggunakan berdasarkan huruf abjad? Karena Sholes menemui masalah mekanik dimana saat tombol sering kali ditekan, akhirnya Sholes malah mengacak acak urutan keyboard tersebut sehingga timbulah kombinasi yang sangat sulit untuk kegiatan mengetik, hal tersebut di lakukan untuk agar tidak terjadi lagi kegagalan mekanik, dan terciptalah suatu urutan QWERTY ini pada mesin ketik atau keyboard. Did You Know ?

Transcript of Morning Toast 19.pdf

Page 1: Morning Toast 19.pdf

@bpjstkinfo BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan

penerima upah, dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok tingkat risiko lingkungan kerja, meliputi: No. Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja

Besaran Persentase

Contoh Lingkungan Kerja

1. tingkat risiko sangat rendah

0,24 % dari upah sebulan

Perdagangan ekspor impor

2. tingkat risiko rendah

0,54 % dari upah sebulan

Pertanian rakyat

3. tingkat risiko sedang

0,89 % dari upah sebulan

Pemotongan hewan

4. tingkat risiko tinggi

1,27 % dari upah sebulan

Pabrik dan reparasi kapal udara

5. tingkat risiko sangat tinggi

1,74 % dari upah sebulan

Tambang emas dan perak

* tabel pembagian kelompok tingkat resiko lingkungan kerja lenkap dapat dilihat di lampiran PP nomor 44 Tahun 2015 Sedangkan untuk peserta Bukan Penerima Upah, besaran iurannya didasarkan pada nilai nominal tertentu dari penghasilan peserta, sesuai tabel yang terlampir pada PP 44 2015. Sebagai contoh jika peserta BPU memiliki penghasilan perbulan antara 2.100.000 - 2.299.000, maka ditentukan bahwa dasar penghasilan penetapan manfaat JKK-nya sebesar 2.200.000, maka iuran perbulannya adalah sebesar 22.000 yang merupakan 1% dari upah yang ditetapkan. Dengan terjaminnya pekerja dari risiko kerja, diharapkan dapat mewujudkan ketenangan bekerja bagi para pekerja dan kelangsungan berusaha bagi dunia usaha. Sehingga secara lebih luas akan meningkatkan produktivitas kerja.

BPJS Ketenagakerjaan adalah satu-satunya pengelola jaminan sosial tenaga kerja di Tanah Air ini, sebagaimana diamanatkan undang-undang nomor 40 tahun 2004. Institusi ini mendapatkan amanat untuk melindungi seluruh tenaga kerja di Indonesia melalui 4 (empat) programnya yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan yang terakhir adalah Jaminan Pensiun yang baru diimlementasikan mulai 1 Juli 2015. Adanya risiko pada setiap pekerjaan, menjadi alasan kuat mengapa setiap pekerja di Indonesia ini wajib untuk dilindungi, dan dengan adanya Program Jaminan Kecelakaan Kerja yang disuguhkan oleh BPJS Ketenagakerjaan ini harapannya pekerja dapat lebih tenang dalam bekerja karena selalu ada jaring pengaman yang melindunginya. Tersurat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 bahwa Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, di dalamnya juga dijelaskan bahwa termasuk juga kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya. Secara jelas dapat disimpulkan bahwa pekerja akan selalu terlidungi jika mereka didaftarkan program ini. Sebagai upaya untuk memastikan seluruh pekerja di Indonesia memperoleh perlindungan tersebut, maka diaturlah dalam PP 44 bahwa setiap Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta dalam program ini. Selanjutnya dijeaskan juga bahwa peserta program JKK dari:

a. Peserta penerima Upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara (pekerja pada perusahaan, pekerja pada orang perseorangan; dan orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 bulan);

b. Peserta bukan penerima Upah (pemberi kerja,ekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri, dan pekerja lain yang bukan menerima Upah).

Jika dilihat pada besaran iuran, antara peserta penerima upah dan bukan penerima upah memiliki sistem penghitungan yang agak berbeda. Pada peserta

Integritas / Integrity Perilaku yang diharapkan Berani / Brave Berkomitmen / Commitment Keterbukaan / Transparent

Issue 19 I 15 Okt 2015

Jaminan Kecelakaan Kerja

Perlindung Utama Pekerja Indonesia

I Internal Use Only

George Stephenson Pada tahun 1867 Sholes berhasil menciptakan sebuah mesin ketik dan berhasil juga mengembangkannya menjadi mesin ketik atau keyboard QWERTY pada tahun 1873. Mengapa keyboard QWERTY tidak menggunakan berdasarkan huruf abjad? Karena Sholes menemui masalah mekanik dimana saat tombol sering kali ditekan, akhirnya Sholes malah mengacak acak urutan keyboard tersebut sehingga timbulah kombinasi yang sangat sulit untuk kegiatan mengetik, hal tersebut di lakukan untuk agar tidak terjadi lagi kegagalan mekanik, dan terciptalah suatu urutan QWERTY ini pada mesin ketik atau keyboard.

Did You Know ?