Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

12
Nama : Mohammad Ridwan Setiyono NIM : 23010112130140 Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015 ONGGOK TERFERMENTASI UNTUK PAKAN UNGGAS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Aplikasi Software Komputer Disusun oleh: Mohammad Ridwan Setiyono 23010112130140 PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANAIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

description

Onggok Terfermentasi Untuk Ternak Unggas

Transcript of Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Page 1: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

ONGGOK TERFERMENTASI UNTUK PAKAN UNGGAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Aplikasi Software Komputer

Disusun oleh:

Mohammad Ridwan Setiyono

23010112130140

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANAIAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Page 2: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

INTISARI ................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

PERMASALAHAN ................................................................................................ 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7

KESIMPULAN ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

Page 3: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

INTISARI

Onggok merupakan hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka.

Sebagai ampas pati singkong (ubi kayu) yang mengandung banyak karbohidrat,

onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, nilai gizi yang terkandung

pada onggok adalah protein 3,6%; lemak 2,3%;air 20,31 % dan abu 4,4%.

Onggok dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak unggas

dengan cara pembuatan onggok fermentasi. Fermentasi onggok dapat dilakukan

dengan penambahan bakteri Aspergillus niger dan fermentasi Bungkil Inti Sawit

dengan Onggok.

Sebelum difermentasi menggunakan A.niger, dilakukan pengeringan

onggok kemudian digiling. Selanjutkan akan difermentasikan kurang lebih selama

empat hari. Setelah terbentuk, maka onggok terfermentasi dipotong- potong,

diremas-remas dan dikeringkan pada suhu 60 C° kemudian digiling.

Fermentasi onggok dapat meningkatkan nilai kecernaan, mengurangi zat

anti nutrisi, menambah rasa dan aroma, serta meningkatkan kandungan vitamin

dan mineral. meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan karbohitrat.

Penggunaan bahan terfermentasi dalam pakan mempengaruhi konsumsi pakan dan

IOFCC tetapi tidak mempengaruhi konversi pakan. Onggok terfermentasi dapat

meningkatkan kesukaan pada ternak petelur dan pedaging, sehingga dapat

mengakibatkan pertambahan bobot badan, produksi telur dan daging yang lebih

baik daripada menggunakan pakan tidak terfermentasi dan menekan biaya

produksi.

Page 4: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

PENDAHULUAN

Pakan merupakan kebutuhan utama dalam usaha peternakan yang

dilakukan pemeliharaan secara intensif. Pemeliharaan ternak secara intensif

menyerap 70% dari total biaya produksi. Penekanan biaya produksi dapat

dilakukan dengan cara pembuatan inovasi baru pada pakan dengan cara penerapan

proses bioteknologi yaitu fermentasi. Fermentasi merupakan proses perubahan

kimia pada substrat sebagai hasil kerja enzim dari mikroorganisme dengan

menghasilkan produk tertentu. Proses ini berjalan tergantung pada jenis substrat,

mikroorganisme dan lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan

metabolisme mikroorganisme.

Penggunaan teknologi fermentasi untuk meningkatkan nilai gizi limbah

pertanian sebagai sumber pakan alternatif dapat membantu pemecahan masalah

kekurangan bahan pakan unggas dan permasalahan limbah yang tidak

termanfaatkan. Fermentasi dapat meningkatkan nilai kecernaan, mengurangi zat

anti nutrisi, menambah rasa dan aroma, serta meningkatkan kandungan vitamin

dan mineral. Proses fermentasi dihasilkan pula enzim hidrolitik serta membuat

mineral lebih mudah untuk diabsorbsi oleh ternak.

Pakan hasil fermentasi memiliki kandungan serat kasar lebih rendah, tinggi

protein dan lama dalam penyimpanannya. Fermentasi pakan telah dikembangakan

untuk pakan unggas salah satunya onggok. Syarat pakan ini adalah tingginya

serat kasar dan tingginya nutrisi. Dengan adanya bioteknologi ini diharapkan

Page 5: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

adanya pakan dengan kualitas dan kuntitas yang melimpah untuk kemajuan

peternakan di Indonesia.

Page 6: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

PERMASALAHAN

Peternak di Indonesia pada umumnya masih memberikan pakan komersial

berupa jagung, bekatul dan konsentrat jadi. Pakan yang belum terolah masih

terdapat zat anti nutrisi dan kandungan nutrisinya masih rendah terutama protein

kasarnya. Penggunaan bahan pakan yang berasal dari limbah belum diterapkan

pada peternak. Salah satu limbah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan yaitu

ubi kayu yang merupakan hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka.

Sebagai ampas pati singkong (ubi kayu) yang mengandung banyak

karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, nilai gizi yang

terkandung pada onggok adalah protein 3,6%; lemak 2,3%; air 20,31 % dan abu

4,4%. Nutrien utama onggok adalah karbohidrat yaitu 60-70%, dengan kornponen

utama berupa pati. Nutrien lain yang harus diperhitungkan apabila onggok

digunakan sebagai bahan pakan unggas adalah tingginya serat kasar, rendahnya

protein, rendahnya kecernaan dan adanya senyawa anti-nutrisi, yang mana anti

nutrisi tersebut adalah asam sianida (HCN). Kandungan zat makanan yang

dimiliki onggok adalah protein kasar 1,88%, serat kasar 15,62%, lemak kasar

0,25%, abu 1,15%, Ca 0,31%, P 0,05% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

Onggok mempunyai kandungan protein kasar yang rendah dan serat kasar yang

tinggi sehingga terbatas penggunaannya sebagai pakan ternak unggas.

Untuk meningkatkan kandungan nutrisi pada onggok dapat dilakukan

dengan proses fermentasi. Fermentasi onggok dibantu oleh bakteri Asperillus

Page 7: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

niger. Selain untuk meningkatkan kandungan nutrisi pada onggok, fermentasi

dapat mengurangi zat anti nutrisi dan meningkatkan kecernaan pada ternak.

PEMBAHASAN

Penggunaan onggok sebagai pakan ternak dihadapkan pada beberapa

kendala, antara lain rendahnya nilai gizi (protein) dan masih tingginya kandungan

sianida, untuk itu dicari teknik pengolahan yang dapat meningkatkan kandungan

nutrisi dan menurunkan kandungan zat antinutrisi pada onggok. Melalui teknologi

fermentasi dengan Aspergillus niger diharapkan akan meningkatkan nilai gizi

(yang dicarikan antara lain dengan meningkatnya kandungan protein kasar) dan

menurunkan kandungan zat antinutrisi HCN pada onggok terolah.

Sebelum difermentasi onggok tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu,

sampai kadar airnya maksimal 20% dan selanjutnya digiling. Untuk setiap 10 kg

bahan baku pakan dibutuhkan 80 gram kapang A. niger dan 584,4 gram campuran

mineral anorganik. Sedang untuk preparasinya adalah sebagai berikut: 10 kg

onggok kering giling dimasukkan ke dalam baskom besar (ukuran 50 kg).

Selanjutnya ditambah 584,4 gram campuran mineral dan diaduk sampai rata.

Kemudian ditambah air hangat sebanyak delapan liter, diaduk rata dan dibiarkan

selama beberapa menit. Setelah agak dingin ditambahkan 80 gram A. niger dan

diaduk kembali. Setelah rata dipindahkan ke dalam baki plastik dan ditutup.

Fermentasi berlangsung selama empat hari. Setelah terbentuk miselium yang

terlihat seperti fermentasi tempe, maka onggok terfermentasi dipotong-potong,

diremas-remas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 600C dan selanjutnya

digiling (Supriyati, 2003).

Page 8: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

Onggok yang telah difermentasi dianalisa kandungan nutriennya, antara

onggok dan onggok terfermentasi berbeda, yaitu kandungan protein kasar dan

protein sejati, masing-masing meningkat dari 2,2 menjadi 18,4%. Sedang

karbohidratnya menurun dari 51,8 menjadi 36,2%, sementara kandungan serat

kasar onggok terfermentasi cenderung menurun. Hal ini terjadi karena selama

fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat)

untuk pertumbuhannya dan kandungan protein meningkat dari 2,2 menjadi 18,4%,

dengan menggunakan urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen.

Penelitian (Nurhayati, 2007) menggunakan ayam pedaging yang dipelihara

dalam kandang litter yang disekat sesuai dengan kebutuhan dengan ukuran 1x 1

m2 untuk setiap petak sebanyak 16 petak. Awalnya DOC ditimbang dan secara

acak dibagi menjadi 16 kelompok yang sama. Selanjutnya 16 kelompok ini dibagi

secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan pakan dengan 4 ulangan, dan masing-

masing ulangan terdiri dari 6 ekor ayam pedaging. Setiap kelompok ayam

perlakuan (selain satu kelompok kontrol = 24 ekor yang diberi pakan perlakuan

P0) diberi pakan perlakuan dengan tingkat penggunaan produk fermentasi

campuran BIS-onggok yaitu 10 (P1), 20 (P2), dan 30% (P3) dari total pakan.

Tabel 1. Rataan Konsumsi Pakan, PBB, Konversi Pakan, dan IOFCC

Page 9: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

Berdasarkan Tabel 1. data rerata konsumsi pakan antar perlakuan,

menunjukkan bahwa konsumsi pakan yang mengandung bahan fermentasi lebih

tinggi dari kontrol. Hal ini berarti bahwa penambahan bahan fermentasi dalam

pakan dapat memacu nafsu makan ayam. Peningkatan konsumsi pakan sebagai

akibat dari terpacunya nafsu makan seiring dengan semakin banyaknya

penambahan bahan fermentasi dalam pakan. Pakan yang mengandung bahan

terfermentasi memiliki palatabilitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan

nafsu makan ayam. Sebagai manefestasinya PBB ayam pada perlakuan P2, P1,

dan P3 lebih tinggi dibandingkan dengan P0.

Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa konversi pakan P1 dan P2 lebih

rendah dibandingkan P0 dan P3. Hal ini disebabkan oleh pakan P1 dan P2 bersifat

palatable karena adanya penambahan bahan fermentasi, terpenuhinya kebutuhan

energi dan protein, serta kandungan SK pakan yang masih dalam batas yang bisa

ditoleransi oleh ayam. Faktor penyebab diatas mengakibatkan laju gerak pakan

yang cepat dalam saluran pencernaan, dan didukung oleh daya cerna pakan yang

baik serta cukupnya ketersediaan zat makanan khususnya energi dan protein akan

berakibat penyerapan zat makanan pada ayam berlangsung dengan baik. Dengan

demikian pemanfaatan pakan yang dikonsumsi oleh ayam untuk dibentuk menjadi

daging menjadi efisien.

Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa perlakuan P2 memiliki Income

Over Feed and Chick Cost (IOFCC) lebih tinggi dibandingkan dengan P1 maupun

P0. Hal ini disebabkan oleh rerata bobot badan akhir ayam pada P2 lebih tinggi

dibandingkan dengan P1 dan P0. Selain itu, harga pakan P2 (Rp 2.160,90) per unit

Page 10: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

kilogramnya lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan P0 (Rp 2.322,50)

maupun P1 (Rp 2.241,70). Sementara P2 memiliki IOFC lebih tinggi dari P3

karena rerata bobot akhir ayam pada P2 jauh lebih tinggi daripada P3, meskipun

harga pakan P2 sedikit lebih mahal dari P3 (Rp 2.080,10). Semakin banyak bahan

pakan fermentasi dalam pakan akan mengakibatkan harga pakan menjadi lebih

murah, karena semakin banyak bahan fermentasi dalam pakan mengakibatkan

semakin banyak jagung yang dapat digantikan. Hal ini dapat menekan

pengeluaran biaya pakan sebab harga bahan fermentasi 50% lebih murah

dibandingkan dengan jagung.

Ditambahkan oleh (Supriyati, D. Zaenudin, I.P. Kompiang, P. Soekamto

dan D. Abdurachman, 2003) bahwa onggok yang terfermentasi dari A. niger

diberikan pada ayam kampung hitam dengan pemberian onggok terfermentasi

10% lebih baik daripada kontrol terhadap bobot hidup (967 vs 809 g/12 mg),

konsumsi pakan (3076 vs 3401 g), FCR (3,346 vs 4,466) dan IOFCC (Rp 5082 vs

2606 per ekor).

Page 11: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

KESIMPULAN

Fermentasi merupakan proses perubahan kimia pada substrat sebagai hasil

kerja enzim dari mikroorganisme dengan menghasilkan produk tertentu. Proses ini

berjalan tergantung pada jenis substrat, mikroorganisme dan lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Proses fermentasi

pada bahan pakan onggok dibantu oleh bakteri Aspergillus niger dan fermentasi

campuran Bungkil Inti Sawit dengan Onggok.

Onggok terfermentasi oleh bakteri Aspergillus niger dapat meningkatkan

kandungan protein kasar dan menurunkan karbohitrat. Penggunaan bahan

terfermentasi dalam pakan mempengaruhi konsumsi pakan, pertambahan bobot

badan, dan IOFCC tetapi tidak mempengaruhi konversi pakan. Onggok

terfermentasi dapat meningkatkan kesukaan pada ternak, sehingga dapat

mengakibatkan pertambahan bobot badan yang baik. Pembuatan onggok

fermentasi dapat menekan biaya produksi sehingga dapat mengurangi 50% dari

pembelian jagung.

Penggunaan campuran bungkil inti sawit dan onggok terfermentasi dalam

pakan sampai 30% masih lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Onggok

terfermentasi dapat digunakan sampai dengan 10% dalam formulasi pakan ayam

pedaging tanpa dampak negatif, sedangkan untuk penggunaan yang lebih tinggi

masih diperlukan pengkajian lebih lanjut.

Page 12: Mohammad Ridwan Setiyono_23010112130140

Nama : Mohammad Ridwan Setiyono

NIM : 23010112130140

Jurusan Peternakan_Minggu, 19 April 2015

DAFTAR PUSTAKA

Murni, R., Suparjo, Akmal, BL. Ginting. (2008). Buku Ajar Teknologi

Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Jambi: Laboratorium Makanan Ternak

Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Nurhayati. (2007). Pengaruh tingkat penggunaan campuran bungkil inti sawit dan

onggok terfermentasi oleh aspergillus niger dalam pakan terhadap

penampilan ayam pedaging. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 [1] , 28-32.

Supriyati. (2003). Onggok Terfermentasi dan Pemanfaatannya. JITV Vol. 8 No. 3 ,

146-150.

Supriyati, D. Zaenudin, I.P. Kompiang, P. Soekamto dan D. Abdurachman.

(2003). Peningkatan mutu onggok melalui fermentasi dan pemanfaatannya

sebagai bahan pakan ayam Kampung., (hal. 381 – 386).

Widodo, W. (2002). Bahan Pakan Unggas Non Konvensional. Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang.