Mohammad Ridwan

14
Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6- 8 Juni 1983 PEMANFAATAN TEKNOLOGI RADIASI UNTUK PENGAWETAN MAKANAN Mohammad Ridwan * ABSTRAK - ABSTRACT Pemanfaatan teknologi radiasi untuk pengawetan makanan. Dengan mulai dicapainya sa- saran swasembada pangan di Indonesia, maka langkah-Iangkah penyelamatan pangan dari ke- rusakan selama penyimpanan perlu mendapat penekanan yang lebih besar. Masalah pengawetan pangan dalam arti yang sangat luas, dari keinginan untuk menyimpan makanan yang berlebih, yang telah dikenal sejak zaman purba, sampai keinginan untuk menyelamatkan makanan dari kerusakan karena faktor-faktor luar, telah membuat para ahli untuk mengembangkan berbagai teknologi pengawetan pangan, yang telah kita kenai dewasa ini dan telah banyak dimanfaatkan masyarakat luas. Teknologi radiasi yang telah diintroduksikan ke dunia industri dan masyarakat seperempat abad yang silam kini telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai industri dengan memberikan keuntungan bermilyar-milyar rupiah. Proses pengawetan panganpun telah lama memanfaatkannya untuk berbagai bahan pangan dan makanan dan telah dilepaskan ke ma- syarakat luas seperti berbagai jenis buah-buahan, berbagai jenis sayuran, berbagai jenis rempah- rempah dan bumbu masak, berbagai jenis hasil laut, berbagai jenis daging, masakan jadi, gandum dan kentang. Dalam era dengan .;adangan energi yang harus selalu diperhitungkan, maka teknologi radiasi sebagai suatu teknologi modern yang hemat energi makin digemari. Dibandingkan dengan pasteurisasi panas misalnya, teknologi radiasi menghemat praktis 99% energi yang dipakai oleh cara panas tersebut. Keuntungan lain dari teknologi radiasi ialah mudah dikontrol, daiat dipakai dalam keadaan sudah terbungkus, menghemat bahan-bahan, prod uk dengan kualitas lebih baik (nilai tambah) dan mengurangi pencemaran. Biaya radiasi banyak ditentukan oleh kapasitas iradiator yang akan dibangun dan dosis iradiasi yang akan digunakan. Untuk iradiator dengan kapasitas iradiasi 8 ton bahan tiap jam dengan dosis 30 krad (0,3 kGy) dan dengan operasi 8.000 jam tiap tahun maka biaya iradiasi sekitar Rp. 4,-/ kg bahan. The application of radiation technology for food preservation. As the aim for self-support in the field of food in Indonesia is beginning to be accomplished, steps to secure food from spoilage during storage should receive more attention. The problems of food preservation in a . broad sense, ranging from the desire to preserve excessive food supply known from ancient times, to the need of saving food from spoilage due to extraneous factors, cause expertsJo de- velop v3fious food preservation techniques which are now known and widely applied by the people. Radiation technology which was first introduced to the industry and society a quarter of a century ago, is now widely utilized by various industries with profits amounting trillions of rupiah. Food preservation had for a long time been touched also by this radiation technolo- gy, and many countries of five continents have already utilized this technique on various food commodities and foods, which have then been released to be consumed by the society, such as fruits, vegetables, spices, marine products, meat, prepared food, wheat and potatoes. In an era where energy supply should be always taken into consideration, radiation as a modern, low energy technology is gaining attention. Compared with heat pasteurization, this technology practically saves 99% of energy. The technology gives many other benefits, i.e., it is easier to be controled, it can be applied when the commodity is already packed, does not need extensive material" and gives a better quality of products (higher value), while on the other hand mini- mized pollution. Irradiation cost is largely determined by the capacity of the irradiator to be built and the irradiation dose to· be applied. For an irradiator with the capacity of 8 tons of commodity/hour, and a dose of 30 krad (0,3 kGy) and an operation time of 8,000 hours/year, the radiation cost is approximately Rp 4,-/kg commodity. Badan Tenaga Atom Nasional 59

Transcript of Mohammad Ridwan

Page 1: Mohammad Ridwan

Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983

PEMANFAATAN TEKNOLOGI RADIASI UNTUK PENGAWETANMAKANAN

Mohammad Ridwan *

ABSTRAK - ABSTRACT

Pemanfaatan teknologi radiasi untuk pengawetan makanan. Dengan mulai dicapainya sa­saran swasembada pangan di Indonesia, maka langkah-Iangkah penyelamatan pangan dari ke­rusakan selama penyimpanan perlu mendapat penekanan yang lebih besar. Masalah pengawetanpangan dalam arti yang sangat luas, dari keinginan untuk menyimpan makanan yang berlebih,yang telah dikenal sejak zaman purba, sampai keinginan untuk menyelamatkan makanan darikerusakan karena faktor-faktor luar, telah membuat para ahli untuk mengembangkan berbagaiteknologi pengawetan pangan, yang telah kita kenai dewasa ini dan telah banyak dimanfaatkanmasyarakat luas. Teknologi radiasi yang telah diintroduksikan ke dunia industri dan masyarakatseperempat abad yang silam kini telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai industri denganmemberikan keuntungan bermilyar-milyar rupiah. Proses pengawetan panganpun telah lamamemanfaatkannya untuk berbagai bahan pangan dan makanan dan telah dilepaskan ke ma­syarakat luas seperti berbagai jenis buah-buahan, berbagai jenis sayuran, berbagai jenis rempah­rempah dan bumbu masak, berbagai jenis hasil laut, berbagai jenis daging, masakan jadi,gandum dan kentang. Dalam era dengan .;adangan energi yang harus selalu diperhitungkan,maka teknologi radiasi sebagai suatu teknologi modern yang hemat energi makin digemari.Dibandingkan dengan pasteurisasi panas misalnya, teknologi radiasi menghemat praktis 99%energi yang dipakai oleh cara panas tersebut. Keuntungan lain dari teknologi radiasi ialahmudah dikontrol, daiat dipakai dalam keadaan sudah terbungkus, menghemat bahan-bahan,prod uk dengan kualitas lebih baik (nilai tambah) dan mengurangi pencemaran. Biaya radiasibanyak ditentukan oleh kapasitas iradiator yang akan dibangun dan dosis iradiasi yang akandigunakan. Untuk iradiator dengan kapasitas iradiasi 8 ton bahan tiap jam dengan dosis 30krad (0,3 kGy) dan dengan operasi 8.000 jam tiap tahun maka biaya iradiasi sekitar Rp. 4,-/kg bahan.

The application of radiation technology for food preservation. As the aim for self-supportin the field of food in Indonesia is beginning to be accomplished, steps to secure food fromspoilage during storage should receive more attention. The problems of food preservation in a .broad sense, ranging from the desire to preserve excessive food supply known from ancienttimes, to the need of saving food from spoilage due to extraneous factors, cause expertsJo de­velop v3fious food preservation techniques which are now known and widely applied by thepeople. Radiation technology which was first introduced to the industry and society a quarterof a century ago, is now widely utilized by various industries with profits amounting trillionsof rupiah. Food preservation had for a long time been touched also by this radiation technolo­gy, and many countries of five continents have already utilized this technique on various foodcommodities and foods, which have then been released to be consumed by the society, such asfruits, vegetables, spices, marine products, meat, prepared food, wheat and potatoes. In an erawhere energy supply should be always taken into consideration, radiation as a modern, lowenergy technology is gaining attention. Compared with heat pasteurization, this technologypractically saves 99% of energy. The technology gives many other benefits, i.e., it is easier to becontroled, it can be applied when the commodity is already packed, does not need extensivematerial" and gives a better quality of products (higher value), while on the other hand mini­mized pollution. Irradiation cost is largely determined by the capacity of the irradiator to bebuilt and the irradiation dose to· be applied. For an irradiator with the capacity of 8 tons ofcommodity/hour, and a dose of 30 krad (0,3 kGy) and an operation time of 8,000 hours/year,the radiation cost is approximately Rp 4,-/kg commodity.

Badan Tenaga Atom Nasional

59

Page 2: Mohammad Ridwan

PENDAHULUAN

Menjelang akhir abad keduapuluh ini empat masalah utama dihadapi duniayaitu masalah kependudukan, masalah lingkungan dan pemukiman, masalah energidan masalah pangan. Untuk bidang yang terakhir ini telah dikembangkan berbagaiteknologi untuk meningkatkan pengadaan pangan dan begitu pula berbagai tekno­logi telah dikembangkan untuk mengawetkan dan menyimpan bahan pangan danmakanan. Dewasa ini dikenal berbagai teknologi pengawetan, dari teknologi yangpaling kuno, yaitu pengeringan sampai ke teknologi yang paling mutakhir, yaitufumigasi. Beberapa teknologi pengawetan, seperti teknologi dengan penggunaanbahan pengawet dan teknologi fumigasi, memberikan dampak negatif terhadap pe­makai maupun lingkungan.

Teknologi radiasi yang mulai diintroduksikan ke dunia industri dan masyarakatluas seperempat abad yang lalu (1), telah menunjukkan kenaikan kurang lebih 20%tiap tahun, dengan nilai keuntungan beberapa milyar rupiah.

Industri pemakai teknologi radiasi ini antara lain ialah:I. Sterilisasi alat-alat kedokteran dan bahan-bahan farmasi.

2. Pelapisan permukaan produk kayu, kertas maupun logam.3. Pengikatan sHang (cross-linking) isolasi kabel dan kawat untuk memperbaiki

sifat-sifat ketahanan terhadap panas.4. Pengikatan silang ballan-bahan plastik pembungkus.5. Pembuatan plastik busa.6. Komposit kayu plastik.

Keuntungan-keuntungan penggunaan teknologi radiasi antara lain ialah:I. Penghematan energi2. Penghematan bahan3. Mudah dikontrol

4. Dapat dilakukan dalam keadaan terbungkus rapi5. Tidak menimbulkan residu dan mengurangi pencemaran6. Didapatkan produk dengan kualitas lebih (nilai tambah).

Sebagai contoh misalnya, sterilisasi radiasi memerlukan energi sebesar 6,3 kWh/ton, sedang sterilisasi panas memerlukan energi sebesar 310 kWh/ton. Suatu peng­hematan energi sebesar 98%. Contoh lain pasteurisasi radiasi memerlukan energisebesar 0,76 kWh/ton sedang pasteurisasi panas memerlukan energi sebesar 230kWh/ton. Di sini terjadi penghematan energi hampir 100% (2). Sejak beberapatahun teknologi radiasi telah juga mulai dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan peng­awetan pangan.

TEKNIK RADIASI

Dalam teknologi radiasi sumber radiasi yang dipakai dapat berupa sumber ra­diasi sinar gamma, yaitu 60Co atau 137 Cs dan dapat pula berupa sinar elektron,yang dihasilkan oleh akselerator elektron.

Akibat interaksi radiasi dengan materi, dapat terjadi berbagai proses kimia yangdiantaranya dapat menghambat sintesa DNA dalam sel hid up yang selanjutnya ber­akibat proses pembelahan sel terganggu.

60

Page 3: Mohammad Ridwan

Bergantung pada dosis iradiasi yang dipakai maka penggunaan teknologi radiasiuntuk mengawetkan makanan dapat dibagi at as berbagai tujuan seperti tertera padaTabel1 (3).

STATUS DEW ASA INI

Sejak Uni Soviet di tahun 1958 melepaskan ke masyarakat makanan yang dia­wetkan dengan iradiasi, maka kemudian banyak negara te1ah mengikuti 1angkahnya.Berbagai negara kemudian melepaskan makanan yang diiradiasi ke masyarakat se­

perti yang tertera pada Tabel 2.Dari Tabel 2 terse but terlihat bahwa sebanyak 39 jenis makanan yang diiradiasi

telah diizinkan untuk dilepaskan ke masyarakat oleh sebanyak 22 negara. Setelahmakin yakin, bahwa teknologi radiasi ini memberikan keuntungan-keuntungan, ter­masuk juga keuntungan ekonomis, beberapa negara kini sedang merencanakan, me­mesan dan membangun berbagai fasilitas iradiasi seperti yang tertera pada Tabel 3(3).

BIA Y A PROSES RADIASI

Biaya proses radiasi tiap satuan berat dengan dosis iradiasi tertentu untuk suatujenis bahan tertentu dapat dihitung dengan mengetahui faktor-faktor yang ikutmenentukan yaitu (4)1. Total investasi

2. Biaya operasi yang· terdiri dari harga operasi langsung (gaji pegawai dan pe­meliharaan), harga operasi tak langsung ("overhead", dan lain sebagainya),dan biaya operasi tetap (depresiasi, pajak dan asuransi).

3. Modal kerja dan4. Keuntungan yang diperkirakan.

Sebagai ilustrasi dapat dilihat perhitungan berikut ini, berdasarkan penga1amanpembangunaan dan operasi iradiator di BATAN, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi.

Sebuah iradiator yang akan dibangun, dan direncanakan untuk dosis disinfes­tasi serangga 0,3 kGy, dan iradiator itu hams mempunyai kapasitas iradiasi sebesar8 ton/jam, dengan faktor efisiensi 60Co yang direncanakan 80% (efisiensi ada1ahperbandingan energi terserap dan energi terpancar) maka besarnya iradiator yangperlu dibangun ialah (5 - 7):

W = ~1O x 6 x 103 X~x ~,3 x 67.480 Ci

w= ~lOX8X103X%txd,3 x67.480Ci

150.000 Ci

Dengan menggunakan harga sekarang 60Co = 0,97 US $/Ci maka didapatkanperhitungan sebagai berikut:1. Total investasi:

a. Harga 60Co (CIF) Rp. 225 jutab. Perala tan mekanik Rp. 273 juta

c. Gedung dan tanah Rp. 400 juta

61

Page 4: Mohammad Ridwan

Q. On~mlo[~l U~. 10jube. "Direct plant cost" (25% dari a + b + C + d) Rp. 227 jutaf. Tak terduga (10% dari a + b + C + d + e) Rp. 113 jutaJumlah total investasi : Rp. 1.248 juta

2. Biaya operasi Rp. 122 juta(terdiri dari gaji karyawan, supervisi,perawatan, depresiasi, asuransi, pajak dan overhead)

3. Modal kerja Rp. 30 juta

Dengan data tersebut maka dapat dihitung biaya proses radiasi, dengan asumsibahwa selama setahun iradiator beroperasi 8.000 jam, seperti yang terlihat padaTabel4.

Perhitungan ini diambil dari harga-harga yang dipakai da1am pembangunangedung iradiator 6°(0 300.000 Ci di BATAN-PAIR, yang sedang berjalan dan di­harapkan mulai beroperasi pada tanggal1 Agustus 1983.

Sebagai perbandingan, dapat dilihat data dari iradiator 60Co yang dibangun diPAIR tahun 1978 sebesar 75.000 Ci, dengan asumsi tingkat inflasi 10% tiap tahun.

Dengan mempergunakan formula seperti yang ada di halaman terdahu1u, dapatdihitung bahwa iradiator ini mempunyai kapasitas iradiasi 3,3 ton/jam untuk dosisiradiasi 0,3 kGy. Mengingat sistemnya yang lebih sederhana, maka biaya investasitotal hanya akan mencapai Rp. 750 juta. Dengan inenggunakan perhitungan yangsarna didapatkan biaya proses radiasi sebesar Rp. 7,5-/kg bahan untuk dosis radiasidisinfestasi sebesar 0,3 kGy.

Dengan melihat data pada tabel terse but terlihat bahwa biaya proses radiasisangat murah dan masih akan lebih murah jika biaya investasi dapat ditekan.

Seperti halnya untuk pembangunan fasilitas-fasilitas nuklir lainnya, maka biayainvestasi di sinipun cukup tinggi. Tentunya tidak perlu setiap perusahaan mendiri·kan iradiator sendiri-sendiri (in plant), tapi sebuah perusahaan layanan Gasa) bisasaja mendirikan sebuah iradiator (out plant) dan memberikan jasa iradiasi.

PROSPEK PENGA WETAN PANGAN DENGAN RADIASI DI INDONESIA

Secara hukum makanan yang diiradiasi dapat dilegalisasi pelepasannya ke ma·syarakat, jika dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat dibuktikanbahwa makanan terse but aman untuk dikonsumsi manusia. Penelitian untuk mem­

buktikan bahwa makanan itu aman untuk dikonsumsi I("wholesomeness test") di­lakukan terhadap binatang. Penelitian ini cukup banyak makan waktu dan maha!.Karena itu pada tahun 1971 dibentuk suatu proyek penelitian internasional "whole­someness" di Karlsruhe, Jerman Barat yang bertugas melakukan penelitian dan me­ngumpulkan informasi tentang makanan yang diiradiasi. Dari hasil-hasil berbagaipenelitian, maka komisi gabungilll para ahli F AO/WHO/IAEA pada bulan November1980 telah menyimpulkan dan merekomendasikan bahwa semua bahan pangan danmakanan yang diiradiasi dengan dosis tidak melebihi 10 kGy aman untuk dimakan(8).

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia selama ini terhadapberbagai komoditi seperti hasil laut (9 - 18), beras (19), gandum (20), rempah-

62

Page 5: Mohammad Ridwan

rempah (21, 22) dan makanan ternak (23) memberikan gambaran tentang telah di­kuasainya teknologi pengawetan dengan iradiasi ini dengan prospek ekonomi yangdapat diperhitungkan. Komoditi ekspor hasil pertanian dan perkebunan (komoditinon-migas) yang digalakkan dewasa ini oleh Pemerintah dapat menggunakan tekno­logi radiasi ini untuk memperbaiki mutu dan mengurangi kerusakan karena pe­nyimpanan dan pengiriman yang makan waktu lama. Komoditi lainpun dapat meng­gunakannya dalam rangka penyimpanan dan pengawetan untuk memenuhi penye­diaan pangan jangka panjang di Indonesia, dengan mematikan serangga perusak,kapang, mencegah pertunasan dan lain sebagainya. Karantina buah-buahan: mau­pun pencegahan pembusukan dapat pula diarahkan untuk menggunakan teknologiradiasi ini.

Dalam perjalanan penelitian dan pengembangan pengawetan makanan denganradiasi yang selama ini dilakukan di Indonesia, penelitian "wholesomeness" tidakpernah dilakukan, mengingat jangka waktu yang panjang dan biaya yang cukupmahal, dan selama ini diikuti pula oleh negara-negara berkembang dan beberapanegara maju yang hanya berorientasi pada hasil-hasil penelitian yang dikeluarkanoleh proyek penelitian internasional "wholesomeness" di Karlsruhe Jerman Baratatau negara-negara maju lainnya.

Dengan segala macam pertimbangan ini, kini tinggal terserah pada masyarakatdan pihak yang berwewenang untuk mempertimbangkan pemanfaatannya bagi ke­sejahteraan masyarakat Indonesia.

llmuwan dengan beroreintasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tek­nologi yang dialaminya selalu mencari konsep-konsep, metode-metode dan tekno­logi-teknologi baru yang lebih menguntungkan manusia dalam rangka memanfaat­kan alam sekitar.

Ilmuwan meminimalkan risiko at au dampak yang mungkin ada dan memaksi­

malkan keuntungan/benefit dari konsep, metode dan teknologi yang dihasilkannya.Terpulang pada manusia jugalah untuk mengkaji dan memanfaatkannya.

63

Page 6: Mohammad Ridwan

1. UNDP-IAEA, Dokumen RAS/79/063/C/OI/18, "Revised Proposal", Part I (1980) ll-12.2. MOH. RIDWAN, "Radiasi dalam proses industri", Almanak Nubika 1982, PUSNUBIKA

AD (1982) 301-310.3. MUNSIAH MAHA, Prospek penggunaan tenaga nuklir dalam bidang teknologi pangan,

Bulletin BATAN 3 2 (1982) 19 - 28.3. MOH. RIDW AN, Co-60 plant for radiation vulcanization of natural rubber latex, Makalah

untuk Technology Transfer Meeting, Jakarta, November 1982.5. MOH. RIDWAN, Irradiator sinar gamma, akselerator elektron dan biaya proses radiasi

serta penggunaannya dalam industri. Makalah untuk Seminar Penggunaan Isotop dan Ra­diasi Dalam Industri, Jakarta, Maret 1977.

6. BRYNJOLFSON, A., "Faktor influencing Economic Evaluation of Irradiation Processing"in Factor Influencing the Economical Application of Food Irradiation, Proceeding of A.Panel, IAEA, Vienna (1973) 13 - 35.

7. BRYNJOLFSON, A., "Machine irradiation sources and irradiation technology", in Che­mical and Food Application of Radiation, Nuclear Engineering, part XIX, American Insti­tute of Chemical Engineers (1968) 71 - 86.

8. ----- Wholesomeness of Irradiated Food, Report of Joint FAO/IAEAfWHO ExpertCommittee, Technical Report Series 659, WHO, Geneva (1981).

9. MARTOJUDO, l.W., Mikroorganisme patogen pada ikan laut sebelum dan sesudah radiasi,BAT AN , PPPJ/T.25/74.

10. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., SIAGlAN, E.G., CHOSDU, R., Combined gammairradiation and potassium sorbate treatment to extend the shelf-life of pre cooked chubmackerel (Rastrelliger sp), BAT AN, PPPJ /G.38/1978.

II. ROCHESTRI SOFY AN, Pengaruh radiasi sinar gamma dan "blanching" pada beberapasifat protein dan aktivitas enzi'1la proteolitik ikan, BATAN, PPPJ/PA/1979.

12. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., CHOSDU, R., SIAGIAN, E.G., NASRAN, S.,Pengawetan bandeng asap dengan perIakuan kombinasi k&licm sorbat dan iradiasi, BA­TAN, PPPJ/P.8/1979.

13. MUNSIAH MAHA, SOEDARMAN, H., CHOSDU, R., SIAGIAN, E.G.,'NASRAN, S.,Combination of potassium sorb ate and irradiation treatments to extend the shelf-life ofcured fish products, BATAN, PAIR/P.24/1980.

14. MUNSIAH MAHA, PURWANTO, Z.I., KICKY, L.T.K., Studies on bulk packaging of ir·radiated dried fish, BATAN, PAIR/PAO/1981.

IS. ROCHESTRI SOFY AN, Pengaruh radiasi sinar gamma pada Iipida ikan, BATAN, PAIR/G.80/1981.

16. MUNSIAH MAHA, HARSOYO, Penggunaan iradiasi untuk mencegah gangguan 'kapangpada ikan asap kering, BATAN, PAIR/P.55/1982.

17. HARIY ADI, R.S., MUNSIAH, M., Disinfestasi serangga ikan asap dengan iradiasi, BAT ANPAIR/P.70/1982.

18. MUNSIAH MAHA, PURWANTO, Z.I., NASRAN, S., Transportation and consumer accep­tance studies of irradiated dried fish, BA TAN, PAIR/P. 78/1983.

19. SOEGIARTO, C.l., Hubungan an tara peningkatan jumlah serangga hama beras dan susutberas dalam penyimpanan, BATAN, PPPJ/G.35/1977. '

20. RAHA YU CHOSDU, MUNSIAH, M., 'Pengaruh radiasi disinfestasi pada beberapa sifatfisik dan kimia tepung gandum, BAT AN, PAIR/G.63/1980.

21. SAPUTRA, T.S., SOEDARMAN,.H., Gamma irradiation of spices, BATAN, PAIR/P. 74/1982.

22. SAPUTRA, T.S., MAHA, M., PURW ANTO, Z.I., Quality changes of irradiated spicesstored in various packaging materials, BATAN, PAIR/P. 77/1983.

23. SIAGIAN, E.G., SUSIANA., Radiasi Makanan Ternak, BAT AN, PAIR/P.66/1982.

64

Page 7: Mohammad Ridwan

Tabell. Besarnya dosis iradiasi untuk berbagai tujuan pengawetan (3).

No. Tujuan pengawetanBesarnya dosis (KGy)

1.

Menghambat pertunasan 0,05 - 0,122.

Menunda kematangan buah-buahan 0,10 -1,253.

Disinfestasi serangga 0,20 - 0,804.

Menghilangkan parasit dalam

daging segar

0,10 - 3,005.

Menurunkan kandungan mikroba 0,50 - 10,006.

MenghiIangkan mikroba patogen 3,00 - 10,007.

Membunuh semua mikroba yang ada 25,00 - 60,00

Tabel 2. Jenis makanan yang diiradiasi yang dilepaskan ke masyarakat dan negara

pelepasnya serta tahun pelepasannya (3).

Nama produk

Kentang

Bawang Bombay

Bawang Putih

Negara pemakai serta tahunpemberian izin

Rusia (1958), Kanada (1960),Amerika Serikat (1964), Israel(1967), Hongaria (1969), Spa­nyol (1969), Denmark (1970),Uruguai (1970), Belanda(1970), Bulgaria (1972), Peran­cis (1972), Philipina (1972),Jepang (1972), Italia (1973),Chili (1974), Jerman (1974),Cekoslowakia (1976), AfrikaSelatan (1977) dan Belgia(1980).Kanada (1965), Rusia (1967/1973), Israel (1968), Belanda(1971/1975), Bulgaria (1972)Hongaria (1973), Thailand(1973), Italia (1973), Spanyol(1975), Cekoslowakia (1976),Perancis (1977), Afrika Selatan(1978) dan Jepang (1980).Bulgaria (1972), Italia (1973),Perancis (1977) dan Afrika Se­

latan (1978).

65

Page 8: Mohammad Ridwan

Lanjutan Tabel 2

Nama produk

Buah-buahan kering

Buah-buahan dan sayuran segar

Jamur merang

AsparagusArbei

ManggaBiji coklatSayuran pengisi kroketTepung campuran adonanAndevi

Rempah-rempah dan sambal

Bebijian

Gandum dan tepung gandum

Daging setengah masakDaging ayam

Masakan dagingUdangDaging ikan "cod".dan "haddock".

Masakan pekatan kering

Makanan untuk pasien rumah sakitMakanan beku untuk rumah sakit

Makanan cair segar yang dikalengkanBawang merah

Bumbu campuranCampuran bumbu kering untuk dagingcincang kaleng

66

Negara pemakai serta tahunpemberian izin

Rusia (1964) dan Bulgaria(1972).Rusia (1964) dan Bulgaria(1972)Belanda (1969) dan Cekoslo­wakia (1976).Belanda (1969)Belanda (1969), Hongaria(1973), Afrika Selatan (1978)dan Belgia (1980).Afrika Selatan (1978).Belanda (1969).Belanda (1974).Belanda (1974)Belanda (1975).Belanda (1971) dan Hongaria(1974)Rusia (1959) dan Bulgaria(1972).Amerika Serikat (1963) danKanada (1969).Rusia (1964)Rusia (1964), Belanda (1971/1976), Kanada (1973) danAfrika Selatan (1978).Rusia (1967).Belanda (1970).Kanada (1973) dan Belanda(1976).Rusia (1966) dan Bulgaria

(1972).Inggris (1969).Belanda (1969) dan Jerman(1972).Belanda (1972)Perancis (1977) dan Belgia(1980).Hongaria (1974).

Hongaria (1978).

Page 9: Mohammad Ridwan

Lanjutan Tabel 2

Nama Produk

Negara pemakai serta tahun

pemberian izinKentang kupas

Belanda (1976).

Sayuran hijau untuk sup

Belanda (1977).

Pisang kering

Afrika Selatan (1977).

Alpokat

Afrika Selatan (1977).Paha kodok beku

Belanda (1978).

Udang beku

Australia (1978).

Pepaya

Afrika Selatan (1978).

Beras dan hasil olahannya

Belanda (1979).

Roti coklat ("rye bread")

Belanda (1980).Daging ikan "coalfish" "whiting" dan "plaice"

Belanda (1976).

67

Page 10: Mohammad Ridwan

Tabel 3. Pembangunan irradiator Co-60 di berbagai negara (3).

NegaraJenis sumber (kCi Co-60)Status/tahun penggunaan

Albania

Pilot (60)sedang dibangun

Algeria

Pilot (100)sedang dibangun

Argentina

lradiator berja1an

("mobile") untuksayuran

.sedang dirancang

BraziliaIrradiator untuk bawangsedang dirancang

K u b aGamma-cell 500 (30)sedang dipesan/1981

Smim-industri (100)

sedang dipesan/1983Cekos10wakia

Semi-industri (100)sedang dipesanPerancis

Industri (500)sedang dirancang

Republik Federasi

Gammaster Munichsedang dirancang/1981

Jerman

JS 9000 (300)Ghana

Industri (100)sedang dibangun / 1983

Hongaria

Iradiator untuk bawangsedang dirancang/1980

Israel

Iradiator berja1ansedang dirancang/1980

Ita lia

Iradiator untuk sayuran

. (150)sedang dipesan .

Pantai Gading

Pilot (USA 3)sedang dipesanBe1anda

Gammaster Ede1982

JS 9000 (300)~Pakistan

Pilot (20)sedang dibangun

Philipina

Pilot industrisedang dibangun

Afrika Se1atan

Pilot (50)1980

Industri (1000)

1981

Sri Lanka

Penelitian dan Pe-sedang dirancang

ngembangan (100)Taiwan

Industrisedang dipertimbangkan

Amerika Serikat

Industri RT 4101November 1980

2 buah iradiator industrisedang dirancang/1980/1982.

68

Page 11: Mohammad Ridwan

Tabel 4. Perhitungan biaya proses radiasi untuk iradiator dengan aktivitas 150.000Ci, kapasitas 8 ton/jam untuk dosis 0,3 kGy dengan faktor efisiensi 30%.

! Rencana keuntungan dari totalHarga radiasi/kg bahan

No.1investasi + modal kerja Dosis 0.3 kGy

(%)(Rp.)

1.

10% 3,92.

15% 4,93.

20% 5,94.

25% 6,9

69

Page 12: Mohammad Ridwan

DISKUSI

P. LOAHARANU:

Indonesia is a major exporter of spices and more countries in Europe have approvedirradiated spices for consumption. Is BATAN ready to serve the need of the spiceindustry by treating commercial quantities of spices?

MOH. RIDWAN:

Yes, BATAN is ready now. For small amount BATAN can offer radiation servicesjust now. For a higher amount, or for very high amount, we have to wait a littlebit until 1st August 1983 after commissioning our big irradiation facility.

NELLY:

Bagaimana orang awam dapat mengetahui bila suatu industri telah mengiradiasi pro­duk-produknya sehingga hargapun lebih tinggi daripada yang tidak diiradiasi bilatidak diberi label Gaminan mutu).

MOH. RIDWAN:

Tanpa label tidak akan ketahuan bahwa produk-produk tadi telah diiradiasi. Pe­labelan tergantung Ditjen POM/Depkes. Orang sekarang ingin dapat kualitas/mutuyang baik. Jadi kalau harga naik - tapi dapat dipertanggungjawabkan masyarakattentunya dapat menerima.

HARIY AD! :

Mohon komentar tentang aspek sosial dari penggunaan iradiasi, misalnya penyem­pitan ruang kerja akibat digunakannya teknik ini.

MOH. RIDWAN:

Teknologi ini adalah teknologi komplementer dan lanjutan teknologi proses yangada. Justrujika sekarang ini diterima, akan memberikan kemungkinan perluasanlapangan kerja.

HUSNAINI:

Apakah suatu produk yang sudah diradiasi dapat diidentifikasi secara laboratoriesuntuk dapat membedakannya dengan yang belum diiradiasi.

MOH. RIDWAN:

Sulit sekali bahkan boleh dikatakan dengan peralatan-peralatan sederhana tidakmungkin.

SIn RAHA YU:

Apakah ada alat/cara untuk mendeteksi makanan yang telah diiradiasi dan sehu­

bungan dengan pengawasan dosis aman apakah dapat diketahui pula telah diiradiasiberapa krad?

MOH. RIDWAN:

Tidak. Dosis berapa juga sulit dideteksi kalau sudah dilakukan. Dosis diketahui olehpelaksana iradiasi, dengan alat ukur atau perhitungan.

70

Page 13: Mohammad Ridwan

SUNARY A:

Bagaimana halnya dengan masalah keresahan pada pembuangan sampah radiasi yangdikaitkan dengan isi prasaran yang menyatakan bahwa iradiasi akan mengurangipencemaran.

MOH. RIDWAN:

Sampah radioaktifjsampah nuklir anan memberikan pencemaran kalau dibuang disembarang temp at dan susah dikontrol. Dengan proses radiasi tidak akan ada sam­pah yang terbuang, bahkan prosesnya menguntungkan karena mengurangi pen­cemaran.

MONANG MANULLANG :

1. Bagaimana pendapat Pak Ridwan tentang kemungkinan bertambahnya dosis ra­diasi yang diterima tiap orang per hari sebagai bertambah banyaknya makananyang dikonsumsi dengan proses iradiasi ditambah dengan radiasi dari lingkung­an.

2. Sudah adakah penelitian dari BATAN tentang berapa jumlah radiasi yang di­terima setiap orangjtahun berasal dari lingkungan di Indonesia.

MOH. RIDWAN:

1. Makanan yang diiradiasi tidak menimbulkan radiasi sarna sekali, sehingga tidakmungkin akan ada pertambahan dosis radiasi yang diterima masyarakat, kecualidari lingkungan.

2. Radiasi yang diterima setiap orangjtahun di Indonesia tidak diteliti, karena halini normal namun data dosis yang diterima para pekerja radiasi di Indonesia dimanapun ia bekerja, kecuali DepkesjRumah Sakit ada pada BATAN.

YAY ASAN LEMBAGA KONSUMEN:

1. Melihat keuntungan-keuntungan dari teknologi radiasi yang Bapak kemukakantadi, sejauh mana animo dari industri yang sedang berkembang pesat di Indone­sia?

2. Dari inventarisasi kemungkinan aplikasi radiasi oleh industri-industri terse butmungkin sudah dapat diperkirakan kapan bisa direalisasi di Indonesia bilasudah ada legalisasi.

MOH. RIDWAN:

1. Seminar ini justru ingin mengundang respon dan animo industri setelah BA­TAN, yakin teknologi ini sudah dikuasai baik dari segi teknik, ekonomis, dankeamanan.

2. Hari inipun bisa dalam jumlah terbatas. Dalam jumlah besar, menunggu selesai­nya iradiator BATAN yang besar, yang akan mulai beroperasi tanggall Agustus1983.

71

Page 14: Mohammad Ridwan