MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

35
Pengantar Ilmu Komunikasi 1 MODUL KULIAH PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Transcript of MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Page 1: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 1

MODUL KULIAH PENGANTAR ILMU

KOMUNIKASI

Page 2: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 2

BAB I PENDAHULUAN

Tujuan Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk: 1. memahami ilmu komunikasi beserta kedudukan dan hubungannya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya; 2. mengetahui obyek kajian ilmu komunikasi dan perbedaannya dengan obyek kajian ilmu-ilmu sosial

lainnya; 3. mengetahui mengapa ilmu komunikasi bersifat interdisipliner dan multi-disipliner; 4. mengetahui secara ringkas perkembangan ilmu komunikasi dewasa ini. HAKIKAT ILMU KOMUNIKASI Filsafat: Ibu Segala Ilmu Jika ilmu komunikasi kita ibaratkan sebagai pohon, ia tumbuh dari "biji buah" pohon filsafat. Pohon filsafat merupakan pohon dari mana semua ilmu berasal, membuat filsafat disebut "ibu segala ilmu" (Poedjawijatna, 1983; Keraf, 2001). Sebagai pohon ilmu, filsafat memiliki dua cabang utama yang membentuk rumpunnya masing-masing, yakni rumpun ilmu-ilmu alam atau eksakta dan rumpun ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam mempelajari berbagai zat dan benda alam, sedangkan ilmu-ilmu sosial mempelajari manusia dalam konteks hubungannya dengan manusia lain. Ilmu Alam Sebagai ilmu, filsafat mengkaji segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Didorong naluri ingin tahunya - tatkala melihat isi, benda, serta gejala alam - menimbulkan pertanyaan dalam diri manusia: apakah ini? Mengapa sesuatu ini ada? Dari mana ia berasal? Bagaimana ia menjadi ada? Dalam upaya memecahkan masalah dan menjawab berbagai pertanyaan itu, lahirlah ilmu fisika (mengkaji segala fisik yang ada di alam), ilmu kimia (zat atau unsur alam), ilmu biologi (makhluk pengisi alam: tumbuhan, hewan, termasuk makhluk hayati manusia). Karena obyek ilmu ini adalah benda alam, maka dikelompokkanlah mereka dalam ilmu-ilmu alam. Cabang ilmu-ilmu alam tadi kita sebut ilmu-ilmu alam murni. Ilmu Sosial Belakangan manusia sadar, terdapat masalah dan sejumlah pertanyaan muncul dalam berbagai hal menyangkut diri manusia itu sendiri, utamanya dalam konteks perilaku dan hubungan sosial antarmanusia. Maka, lahirlah ilmu-ilmu sosial. Ilmu-Ilmu Sosial Murni Dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang tumbuh belakangan setelah ilmu-ilmu alam, berkembang beberapa cabang utama, antara lain: (1) antropologi, mempelajari manusia dalam konteks budaya; (2) psikologi, mempelajari manusia dalam konteks kejiwaan dan tingkah laku; (3) ekonomi, mempelajari manusia dalam konteks pemenuhan kebutuhannya atas barang dan jasa; (4) sosiologi, mempelajari manusia dalam konteks organisasi sosial kemasya-rakatan; (5) politik, mempelajari manusia dalam konteks kekuasaan serta sistem pemerintahan. Cabang dalam rumpun ilmu-ilmu sosial ini disebut ilmu-ilmu sosial murni. Ilmu Sosial Terapan: Ilmu Komunikasi Dari ilmu-ilmu sosial murni berkembang sejumlah ilmu sosial terapan, sebagai aplikasi ilmu-ilmu sosial murni pada salah satubidang telaah tertentu. Misalnya: (1) ilmu pendidikan, merupakan ilmu sosial terapan yang mengaplikasikan konsep-konsep dari psikologi, antropologi, dan sosiologi; (2) ilmu manajemen menerapkan konsep psikologi, ekonomi, antropologi, dan sosiologi; serta (3) ilmu

Page 3: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 3

komunikasi yang dikategorikan sebagai ilmu sosial terapan dengan mengaplikasikan konsep-konsep sosiologi, psikologi, ekonomi, politik, dan antropologi. Ilmu Komunikasi: Interdisipliner dan Multidisipliner. Dalam konteks inilah maka ilmu komunikasi dika-takan bersifat interdisipliner, ia memanfaatkan ilmu-ilmu lain yang berada di dalam rumpun ilmu-ilmu sosial. Selain itu, dalam perkembangannya, komunikasi juga memanfaatkan ilmu-ilmu yang berada dalam rumpun ilmu-ilmu alam/eksakta yang bersifat terapan, seperti telekomunikasi atau komputer, bahkan beberapa teori atau model dikembangkan dari sana. Misalnya, model komunikasi Shannon - Weaver. Karenanya, ilmu komunikasi juga dikatakan bersifat multidisipliner: memanfaatkan ilmu-ilmu lain yang berada di luar rumpun ilmu-ilmu sosial. Ilmu Komunikasi: Obyek Materia dan Obyek Forma Syarat dari suatu ilmu adalah harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifatnya. Obyek ilmu dapat dibedakan atas obyek materia dan obyek forma (lihat Poedjawijatna, 1983; Adian, 2002). Obyek materia adalah obyek dari mana ilmu itu dalam bidang yang sama diamati. Sedangkan obyek forma adalah sudut dari mana obyek materia itu dikaji secara lebih spesifik. Contoh: disiplin ilmu antropologi, sosiologi, dan psikologi sama-sama mengkaji perilaku manusia (obyek materia), namun masing-masing memiliki sudut pandang (obyek forma) yang berbeda. Dalam hal ilmu komunikasi, obyek materianya adalah sama dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, yakni manusia dilihat dari sisi tingkah laku dan perilaku sosialnya. Sedangkan obyek forma ilmu komunikasi, yakni bagaimana obyek materia manusia itu disoroti, mengkaji tentang penyampaian pesan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sosialnya.

Page 4: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 4

Komunikasi: Arti dan Akar Kata Kata "komunikasi" berasal daribahasa Latin, communis, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya communis adalah communico, yang artinya berbagi (Stuart, 1983). Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, berarti: (1) untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi; (2) untuk membuat tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), communication, berarti: (1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran di antara individu-individu melalui sistem simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983). Komunikasi dan Pertumbuhannya Ilmu komunikasi, seperti juga antropologi atau sosiologi, adalah disiplin ilmu deskriptif. Dalam sejarah pertumbuhannya, ilmu komunikasi berawal sejak retorika terlahir sebagai pengetahuan dan seni berbicara secara lisan, tatap muka dalam konteks publik (lihat Effendy, 2000). Ilmu dan seni dalam menyampaikan pesan ini kemudian berkembang bukan saja dalam tataran tatap muka dengan publik, tapi juga melalui media massa. Di Eropa, ia berkembang menjadi publizistikwissenschaft atau publisitik, sedangkan di Amerika ia lebih dikenal sebagai communication science atau ilmu komunikasi. PARA TOKOH PENDIRI ILMU KOMUNIKASI Baru belakangan ini, utamanya setelah paruh berakhirnya Perang Dunia II, bidang studi komunikasi relatif menemukan identitasnya sendiri. Perkembangan sebe-lumnya masih terkait erat pada disiplin ilmu-ilmu murninya, seperti sosiologi, psikologi, atau politik. Sebelum itu, dapat dikatakan ilmu komunikasi masih mencari bentuknya. Karena itu, perintis dan bapak ilmu komunikasi umumnya berasal atau terkait dengan disiplin ilmu-ilmu murni itu. Berikut ini uraian ringkas para tokoh peletak batu pertama ilmu komunikasi di Amerika - yang disarikan dari berbagai sumber. John Dewey (Psikologi dan Filsafat): ia adalah ahli psikologi dan filsafat. Sebagai pengajar dan peneliti di University of Michigan (1884 -1894), Dewey menginginkan adanya surat kabar sebagai alat perubahan sosial. Meskipun surat kabar yang diinginkan Dewey tidak pernah terwujud dalam hidupnya, ia tidak sangsi akan potensi surat kabar untuk membawa reformasi sosial. Charles H. Cooley (Sosiologi): lahir pada 1864. Cooley melihat bahwa proses komunikasi antarpribadi merupakan basis sosialisasi dari studi sosiologi. la meninggal pada 1920, dan sepanjang kariernya melakukan observasi atas hal ini. Robert E. Park (Filsafat dan Sosiologi): sarjana pada 1887, menjadi wartawan selama 11 tahun. Selama karier kewartawanannya, ia menganalisis perilaku menyimpang pada masyarakat miskin kota. la melihat bagaimana tipe jurnalistik memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan sosial. Perhatiannya sangat besar terhadap peranan berita dalam membentuk pendapat umum, mendorongnya mengambil program master di bidang filsafat pada Harvard University dan melanjutkan program doktornya di University of Berlin. Kembali ke Amerika, ia menjadi petugas public relations untuk Congo Reform Association. Pada 1914, ia menjadi staf pengajar di University of Chicago dan memberi perhatian mendalam pada riset terhadap isu-isu yang menjadi prioritas penerbitan surat kabar, yang kemudian dikenal sebagai studi Agenda Setting. George H. Mead (Filsafat dan Psikologi): ia banyak terpengaruh Dewey dan Cooley dengan menempatkan komunikasi sebagai basis sosialisasi. Melalui pendekatan ilmu jiwa sosial, Mead mengakui komunikasi sebagai hal yang paling mendasar bagi hubungan antarmanusia. Kurt Lewin (Psikologi): Lewin adalah ilmu wan Jerman keturunan Yahudi, mengajar di Universitas Berlin. Ketika Nazi berkuasa tahun 1933, ia melarikan diri dan masuk ke University of Iowa. Wilbur Schramm adalah salah seorang muridnya. Lewin, yang juga terpengrauh pemikiran Freud, dengan menggunakan studi eksperimen banyak mengkaji dinamika kelompok dalam hubungannya dengan

Page 5: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 5

komunikasi. la juga menaruh perhatian terhadap studi gatekeeping tentang pengendalian arus informasi melalui saluran komunikasi hingga akhir hayatnya 1947. Nobert Weiner (Matematika): lahir pada 1894, meraih doktor pada usia 19 tahun. Pada 1919, menjadi profesor matematika di MIT. la juga tertarik mempelajari fisika, jaringan saraf, dan kedokteran jiwa. Ketika PD II pecah, Weiner mengembangkan teori Cybernetics. Dalam proyek itu ia bekerja sama dengan Warren Weaver serta John Neuman dari Princeton University, yang kelak mencetuskan komputer pertama ENIAC. Weiner meninggal pada 1964, mewarisi teori cybernetics yang membahas tentang kelanjutan arus informasi dilihat dari segi recording, encoding, storage, transmisi, dan diseminasi antara satu sistem dengan sistem lainnya. Harold D. Laswell (Ilmu Politik): lahir pada 1902, di usia 16 tahun menjadi mahasiswa University of Chicago. la banyak dipengaruhi John Dewey, George Mead, dan Robert Park. la adalah ahli ilmu sosial Amerika pertama yang tertarik pada bidang psikoanalisis dari Sigmund Freud. Kontribusi Lasswell pada ilmu komunikasi banyak ditemukan dalam bukunya Propaganda and Communication in World History, yang memuat formulasi yang kelak banyak digunakan dalam riset komunikasi massa: who, says what, in with channel, to whom, with what effect. Paul F. Lazarsfeld (Matematika dan Sosiologi): lahir 1901, meraih gelar doktor ilmu matematika dari University of Viena, Austria, pada 1920. Ketika Nazi Jerman datang tahun 1933, ia keluar dari Austria. Pada 1939, Lazarsfeld masuk ke Columbia University, New York, sebagai profesor sosiologi. Seperti halnya Lewin, Lazarsfeld terpengaruh pemikiran Freud yang menyebabkannya tertarik melakukan studi terhadap sumber-sumber perilaku. Ketika itu, radio menjadi kehidupan utama masyarakat Amerika dan ia aktif melakukan riset di bidang khalayak dan efek dengan metode survei dan interviu. Kegiatan ini memberi kontribusi terhadap ilmu komunikasi dan menjadikan riset di bidang komunikasi sebagai usaha yang melembaga. la memformulasi teori komunikasi dua langkah (two-step-flow), bahwa pengaruh media sangat kecil terhadap perilaku pemilihan dibanding dengan saluran antarpribadi yang mengandalkan peran pemuka pendapat (opinion leader). Carl I. Hovland (Psikologi Eksperimen): apabila pelopor komunikasi sebelumnya banyak dipengaruhi pemikiran Eropa, Hovland dapat dikatakan murni Amerika. Ketika PD II meletus, ia dipanggil kantor penerangan AS untuk mempelajari pengaruh film terhadap moral tentara. Hovland mengkaji pengaruh film dari segi kredibilitas sumber, penyajian pesan dalam satu sisi (one-side) atau dua sisi (two-side), aspek kekuatan dan efeknya terhadap tentara. Kelak, eksperimen Hovland banyak memberi manfaat dalam studi komunikasi persuasif. Claude E. Shannon (Elektronika): lahir 1916, meraih gelar sarjana muda di Michigan dan meraih doktor dari MIT. Di sini, ia menjadi murid Norbert Weiner, walau tidak terlalu banyak berhubungan dengan dosennya itu. Sebagai sarjana elektronika, Shannon lebih banyak menghabiskan waktu di laboratorium Bell. Kontribusi Shannon terhadap ilmu komunikasi adalah tulisannya yang membicarakan teori informasi. Bersama Weaver, ia mengembangkan the Mathematical Theory of Communication, memperkenalkan model komunikasi yang kelak banyak dikutip sarjana komunikasi dan dipandang sebagai model komunikasi pertama yang dilukiskan secara visual. Wilbur Schramm (Kesusastraan): lahir pada 1908, memperoleh gelar master dari Harvard University dan doktor bidang kesusastraan Amerika dari University of Iowa. la mengajar mata kuliah creative writing. Ketika PD II pecah, ia bekerja di kantor penerangan angkatan perang AS, di mana ia bertemu Lasswell. Empat tahun kemudian, ia pindah ke University of Ilionis, mendirikan lembaga pendidikan dan riset komunikasi. Di sini, Schramm pertama kali menerima mahasiswa program doktor dalam bidang komunikasi pada 1950. la mengabdi pada bidang komunikasi hingga akhir hayatnya, 1987. Schramm adalah orang pertama yang menjalin bidang-bidang ilmu sosial seperti psikologi sosial, antropologi, ilmu politik, dan ekonomi untuk pengembangan ilmu komunikasi. Everett M. Rogers (Sosilogi Pedesaan): meraih gelar master di Iowa University dan melanjutkan studinya di bidang sosiologi. Meraih doktor pada 1957, saat Scramm meluluskan doktor angkatan pertama di bidang ilmu komunikasi. Disertasi Rogers membicarakan difusi inovasi pada masyarakat pedesaan Iowa. Pada 1964, ketika pindah ke Michigan University, Rogers bersama David K. Berlo -

Page 6: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 6

doktor komunikasi angkatan pertama yang diluluskan Schramm pada 1957 - membina jurusan ilmu komunikasi. PERTANYAAN EVALUASI DAN DISKUSI 1. Jelaskan dan uraikan delapan konsep utama di atas! 2. Bagaimanakah kedudukan ilmu komunikasi dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan

lainnya? 3. Apakah persamaan dan perbedaan ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya? 4. Bagaimanakah sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu komunikasi dilihat dari para tokoh

pendirinya?

Page 7: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 7

BAB II KONSEP-KONSEP DASAR DEFINISI KOMUNIKASI

Tujuan Setelah mempelajari bagian ini, diharapkan Anda dapat: 1. mendefinisikan komunikasi dan berargumentasi tentang apa yang merupakan kajian dan bukan

kajian ilmu komunikasi; 2. memahami perspektif dari teori komunikasi dan hakikat komunikasi yang dianut modul ini; 3. menguraikan obyek materia dan obyek forma ilmu komunikasi. MENDEFlNISIKAN KOMUNIKASI Komunikasi, sebagai kata yang abstrak, pada da-sarnya sulit didefinisikan. Komunikasi memiliki sejumlah arti. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk mendefinisikan komunikasi. Namun, menetapkan satu definisi tunggal terbukti tidak mungkin dan tidak berguna, utamanya melihat pada berbagai ide yang dibawa dalam istilah itu. Definisi mana yang kita pilih, tergantung kegunaannya, dalam hal apa definisi itu kita perlukan. Dalam tahap awal pembahasan ini, cobalah Anda kaji, manakah di antara peristiwa di bawah ini yang merupakan obyek kajian ilmu komunikasi? 1. Suatu petang Anda berdiri takjub di tepi padang ilalang dan berkata," Wahai rumput yang

bergoyang, sungguh indah pemandangan yang kau berikan padaku di petang ini..." 2. Suatu hari Anda berkunjung ke makam kakek Anda. Sambil menabur bunga, lirih Anda berkata,

"Kakek, jika selama hidup cucumu ini selalu membuatmu kesal, maafkanlah..." 3. Suatu malam Anda berdoa, "Ya Allah, maafkanlah segala kesalahan Ibu dan Bapakku..." 4. Anda berkata pada kucing kesayangan, "Pus, mari sini, biar aku elus". Kucing itu, sambil mengibas

ekor, datang menghampiri. 5. Anda berkata kepada seorang teman, "Wah, maaf, kemarin saya lupa menelepon". 6. Teman Anda tertawa-tawa. Kepada teman Anda yang menjadi pasien RS Jiwa itu, Anda bertanya,

"Apa kabar, bagaimana kesehatanmu?" Manakah di antara peristiwa di atas yang menjadi obyek kajian ilmu komunikasi? Untuk dapat mengidentifikasi hal ini, kita perlu memiliki satu definisi komunikasi yang dapat kita pegang bersama. Definisi ini kita perlukan guna memberi pengertian dan pembatasan tentang komunikasi dan ilmu komu-nikasi yang kita maksud. Komunikasi: Definisi dan Obyek Kajian Untuk tujuan modul ini, mari kita definisikan komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia, dan karenanya, kita nyatakan ilmu komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antarmanusia. Syarat suatu ilmu, sebagaimana disimpulkan pada bagian ter-dahulu, harus memiliki obyek kajian; di mana obyek kajian itu harus terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifatnya (Poedjawijatna, 1983; Hatta, 1987). Obyek Ilmu Komunikasi adalah komunikasi itu sendiri, yakni usaha penyampaian pesan antarmanusia. Kembali pada enam peristiwa di atas, berdasarkan definisi yang kita gunakan, dapat kita nyatakan bahwa ilmu komunikasi hanya mengkaji peristiwa nomor lima. Karena, hanya peristiwa nomor lima yang mengkaji perilaku manusia (obyek materia), yakni dalam hal penyampaian pesan antarmanusia (obyek forma). Ilmu komunikasi tidak mengkaji penyampaian pesan kepada makhluk yang bukan manusia, walau tidak dipungkiri bahwa manusia juga menyampaikan "pesan" kepada makhluk yang bukan manusia - seperti kepada hewan atau tumbuhan dan bahkan Tuhan - biarlah hal itu menjadi obyek kajian ilmu yang lain. Jika halnya demikian, bagaimanakah dengan peristiwa nomor 6? Bukankah penerima pesan, kawan yang sedang dirawat di rumah sakit jiwa itu adalah manusia juga?

Page 8: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 8

TIGA KATEGORI DEFINISI KOMUNIKASI Tahun 1976, Dance dan Larson mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Saat ini, jumlah itu telah meningkat lebih banyak lagi. Namun, Dance dan Larson mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu. (1) Tingkat observasi atau derajat keabstarakannya: yang bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Yang bersifat terlalu khusus, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer, perintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya. (2) Tingkat kesengajaan: yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Sedangkan definisi yang mengabaikan kesengajaan, misalnya dari Code (1959), yang menyatakan komunikasi sebagai proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih. (3) Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan: yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak menekankan keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses transmisi informasi (lihat Littlejohn, 2002). Lantas jika demikian, bagaimanakah menurut Anda definisi komunikasi yang kita gunakan dalam modul ini - yaitu usaha penyampaian pesan antarmanusia - jika dilihat dari (a) tingkat observasi atau derajat keabstrakannya, (b) tingkat kesengajaannya, dan (c) tingkat keberhasilannya? HAKIKAT KOMUNIKASI Dari definisi kita - yang menyatakan bahwa komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antar-manusia - terdapat tiga unsur utama yang dapat kita bahas guna mengidentifikasi apakah suatu peristiwa merupakan bagian dari komunikasi yang kita kaji atau bukan. Ketiga unsur itu adalah: (1) usaha, (2) penyampaian pesan, (3) antarmanusia. Usaha Kata "usaha" dalam definisi kita menggambarkan unsur kesengajaan, adanya motif komunikasi yang menyebabkan seseorang dengan sengaja menyampaikan pesannya kepada manusia lain. Pertanyaannya adalah: benarkah komunikasi yang menjadi obyek kajian ilmu komunikasi harus mengandung unsur kesengajaan? Perhatikan peristiwa berikut ini, idenya diambil dari Littlejohn (2000), diinventarisir ulang serta dikembangkan dan diadaptasi sesuai kebutuhan. 1. Anda menguap secara tidak sengaja dan tidak seorang pun melihat hal itu. 2. Anda menguap secara tidak sengaja. Kemudian, teman Anda berkata, "Sebaiknya diskusi ini kita

cukupkan sampai di sini dan kita lanjutkan besok". 3. Anda menguap dengan sengaja. Kemudian, teman Anda berkata, "Sebaiknya diskusi ini kita cukup-

kan sampai di sini dan kita lanjutkan besok". 4. Anda menguap dengan sengaja. Namun, teman Anda tidak melihat dan terus melanjutkan

diskusinya. 5. Anda menguap dengan sengaja. Namun, teman Anda pura-pura tidak melihat dan melanjutkan

diskusinya. Termasuk komunikasi dan kajian ilmu komunikasikah ini? Coba Anda analisis! Contoh lainnya seperti berikut. 6. Anda melambaikan tangan pada teman Anda, namun teman Anda tidak melihatnya. 7. Anda melambaikan tangan pada teman Anda. Tidak ada balasan dari teman Anda itu. Baru

keesokan harinya, ka wan Anda berkata, "Maaf, kemarin saya tidak membalas lambaian tanganmu.

Page 9: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 9

Saya sedang memikirkan hal lain, dan tidak menyadari bahwa kamu melambai kepada saya, sampai saya berbelok di tikungan itu".

8. Anda melambai pada teman Anda dan ia membalas lambaian tangan Anda. Komunikasikah ini? Telaah juga contoh berikutnya. 9. Anda mengirim surat kepada seorang kawan. Namun, surat itu hilang dalam perjalanan. 10. Anda menyampaikan pidato kepada sekelompok orang yang senang mendengar apa yang Anda

katakan. Jadi, manakah dari peristiwa di atas yang merupakan komunikasi, kajian ilmu komunikasi; dan manakah yang bukan? Berdasarkan definisi yang kita gunakan, bahwa komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antarmanusia, maka kata usaha dalam definisi ini mencerminkan unsur kesengajaan. Setiap pesan, menurut modul ini, pasti memiliki motif. Karenanya, setiap pesan pasti disampaikan dengan sengaja. Namun, derajat kesengajaan sulit ditentukan. Kesadaran manusia, demikian menurut ahli psikoanalisis Freud, terdiri atas alam sadar dan alam bawah sadar. Karenanya, terdapat motif-motif yang disadari (manifest) dan motif-motif yang tidak disadari (latent), terpendam dan muncul dari alam bawah sadar, mendorong kita menyampaikan pesan kepada manusia lain. DEBAT PARA PAKAR KOMUNIKASI Tahun 1990-an, para teoretisi komunikasi berdebat dan mempertanyakan: apakah komunikasi harus disengaja? Apakah komunikasi harus diterima (received)? Setelah beradu argumentasi, para ahli sepakat untuk tidak sepakat, dan menyatakan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga pendapat yang dapat diakomodir. Pertama, para ahli yang berpendapat bahwa komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja diarahkan seseorang dan diterima oleh orang lainnya. Kedua, kelompok ahli yang berpendapat bahwa komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, apakah disengaja atau pun tidak. Ketiga, para ahli yang berpendapat bahwa komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disampaikan dengan sengaja, namun derajat kesengajaan itu sulit ditentukan (lihat Litlejohn, 2002). Mengacu pada kutipan di atas, modul yang Anda baca ini menganut perspektif ketiga: bahwa komu-nikasi mencakup pesan yang disampaikan dengan sengaja, ada motif komunikasi yang mendorong manusia melakukan tindak komunikasi, menyampaikan pesan kepada manusia lain. Namun, derajat kesengajaan sulit ditentukan, karena manusia terdiri dari alam sadar dan alam bawah sadar, sehingga ada motif-motif yang disadari dan ada pula motif-motif yang tidak disadari muncul dari alam bawah sadar kita. Jika demikian halnya dengan unsur kesengajaan, lantas apakah pesan komunikasi harus diterima? Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita kembali pada sepuluh peristiwa terkutip di atas. Dari kesepuluh peristiwa itu, dapat kita ulas hal-hal sebagai berikut. 1. Anda menguap secara tidak sengaja dan tidak seorang pun melihat hal itu. Kasus pertama ini bukan obyek kajian ilmu komunikasi, karena Anda tidak sengaja menguap dan

tidak ada yang melihat Anda menguap. Tidak terjadi proses komunikasi antarmanusia di sini, karena Anda memang tidak berkomunikasi.

2. Anda menguap secara tidak sengaja. Kemudian teman Anda berkata, "Sebaiknya diskusi ini kita cukupkan sampai di sini dan kita lanjutkan besok".

Dalam kasus kedua ini, Anda tidak sengaja menguap. Teman Anda melihatnya dan kemudian berkata, "Sebaiknya diskusi ini kita cukupkan sampai di sini dan dilanjutkan besok". Ini adalah komunikasi. Namun, Anda bukan pihak yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi. Teman Andalah yang mengambil inisiatif, sebagai pihak yang menyampaikan pesan kepada manusia lain, yakni Anda selaku penerima. Motif komunikasi ada pada teman Anda itu. Anda tidak berkomunikasi kepada kawan Anda, kawan Anda itulah yang berkomunikasi dengan Anda.

3. Anda menguap dengan sengaja. Kemudian, teman Anda berkata, "Sebaiknya diskusi ini kita cukupkan sampai di sini dan kita lanjutkan besok".

Page 10: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 10

Kasus ketiga ini adalah jelas komunikasi. Anda adalah pihak yang dengan sengaja menguap, mengambil inisiatif dalam berkomunikasi, ada pesan yang sengaja Anda sampaikan kepada teman Anda bahwa Anda sudah lelah. Motif komunikasi ada pada diri Anda.

4. Anda menguap dengan sengaja. Namun, teman Anda tidak melihat dan terus melanjutkan diskusinya.

Dalam kasus keempat, Anda sengaja menguap tapi pesan Anda tidak diterima (receive) oleh teman Anda, teman Anda tidak melihatnya; apakah ini komunikasi? Pertanyaan ini, yakni apakah komunikasi harus mencakup pesan yang diterima (receive)? Akan kita bahas kemudian.

5. Anda menguap dengan sengaja. Namun, teman Anda pura-pura tidak melihat dan melanjutkan diskusinya.

Dalam kasus ini, Anda sengaja menguap tapi teman Anda pura-pura tidak melihat. Motif komunikasi Anda belum terwujud. Terdapat dua kemungkinan: pertama, Anda kembali menyampaikan pesan dengan berkali-kali sengaja menguap atau dengan verbal Anda berkata, "Sebaiknya diskusi kita cukupkan sampai di sini". Anda melakukan tindak komunikasi - perbuatan yang dilakukan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi - dengan menyampaikan pesan verbal, atau kedua, Anda "mengalah" membiarkan diskusi terus berlanjut hingga selesai. Anda melupakan motif komunikasi Anda untuk menghentikan diskusi sampai di situ.

6. Anda melambaikan tangan pada teman Anda, namun teman Anda tidak melihatnya. Kasus keenam sama dengan kasus keempat: ada pesan yang dikirimkan, namun tidak diterima

(receive). Pesan komunikator tidak sampai ke tujuan, tidak diterima pada sisi tujuan. 7. Anda melambaikan tangan pada teman Anda. Tidak ada balasan dari teman Anda itu. Baru

keesokan harinya kawan Anda berkata, "Maaf, kemarin saya tidak membalas lambaian tanganmu. Saya sedang memikirkan hal lain, dan tidak menyadari bahwa kamu melambai kepada saya, sampai saya berbelok di tikungan itu".

Dalam kasus ini yang terjadi adalah umpan balik yang tertunda. Umpan balik adalah jawaban atau respons yang diberikan atas pesan yang disampaikan. Dalam kasus ini, pesan telah sampai, telah diterima. Namun, karena satu dan lain hal, responsnya terlambat atau tertunda. Anda sebagai pengirim pesan, teman Anda sebagai penerima pesan.

8. Anda melambai pada teman Anda dan ia membalas lambaian tangan Anda. Untuk kasus delapan, jelas adalah komunikasi. Anda sebagai pengirim pesan, teman Anda sebagai

penerima pesan yang langsung memberi umpan balik dengan membalas lambaian tangan Anda. Demikian pula halnya dengan kasus nomor 10: Anda menyampaikan pidato kepada sekelompok orang yang senang mendengar apa yang Anda katakan dan ini biasa kita sebut komunikasi publik, yang akan kita bahas kemudian

9. Anda mengirim surat kepada seorang kawan. Namun, surat itu hilang dalam perjalanan. Maka kita kembali pada pertanyaan: haruskah pesan komunikasi itu diterima (receive) pada titik

tujuan? Modul ini meyakini, bahwa untuk dapat menjadi obyek kajian ilmu komunikasi, pesan tidak harus sampai (receive) ke tujuan. Saat Anda menyampaikan pesan, Anda telah berkomunkasi, Anda telah melakukan tindak komunikasi, dan setiap tindak komunikasi pasti memiliki motifnya: Anda memiliki motif komunikasi - entah itu Anda sadari atau pun tidak - latent, terpendam di bawah sadar Anda. Maka ketika Anda menyampaikan pesan, Anda telah melalui proses yang kita sebut komunikasi intrapribadi, ada motif komunikasi yang melatarinya. Ketika Anda menyampaikan pesan, Anda telah melakukan tindak komunikasi. Ketika pesan Anda yang dilatari motif itu ternyata tidak sampai ke tujuannya, ini adalah obyek kajian ilmu komunikasi: mencoba mengkaji mengapa pesan yang sudah dikirimkan itu tidak sampai. Kita akan bahas masalah ini lebih dalam pada bagian-bagian berikutnya.

Penyampaian Pesan Meskipun komunikasi menyangkut perilaku manusia, namun tidak semua perilaku manusia adalah komunikasi, dalam arti ia berkomunikasi. Komunikasi adalah perilaku manusia dalam hal penyampaian

Page 11: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 11

pesan. Dengan kata lain, ilmu komunikasi hanya mempelajari tentang penyampaian pesan dan hanya tentang pesan, bukan perilaku lainnya selain penyampaian pesan. Jika yang disampaikan bukan pesan, maka bukan kajian ilmu komunikasi. Jika terdapat dua manusia, misalkan dua orang duduk berdampingan di bus, namun keduanya berdiam diri, tidak ada pesan yang disampaikan, maka di antara keduanya tidak ada dan tidak terjadi komunikasi. Kedua orang itu, yang satu pria tampan dan satunya gadis cantik. Barangkali, si pria ingin sekali berkenalan dengan si gadis. Namun, ia tidak berusaha menyampaikan pesan pada si gadis tentang keter-tarikannya itu. Maka di antara keduanya tidak terjadi komunikasi antarpribadi. Yang ada, sekurang-kurangnya adalah komunikasi intrapribadi, komunikasi yang terjadi di dalam diri si pria. "Ah, cantiknya gadis ini," pikir si pria, "Tapi bagaimana jika saya mengulurkan tangan, memperkenalkan diri, dan ia menolaknya? Tentu saya akan malu!". Si pria urung memulai percakapan untuk berkenalan dengan si gadis. Maka yang terjadi hanya komunikasi intrapribadi, berbicara dengan diri sendiri, menyampaikan pesan untuk diri sendiri. Si pria ber "dialog" dengan dirinya sendiri, bertindak sebagai pengirim pesan sekaligus penerima pesan. Komunikasi intrapribadi menjadi bagian ilmu komunikasi karena merupakan landasan komunikasi antarpribadi. Jadi, ilmu komunikasi hanya mempelajari tentang perilaku manusia dalam hal penyampaian pesan. Akan tetapi - terkait dengan unsur definisi komunikasi sebelumnya - pesan itu harus disampaikan dengan sengaja: ada motif yang melatarinya. Setiap perilaku manusia punya potensi komunikasi, namun tidak semua perilaku manusia adalah kajian ilmu komunikasi. Jika ada perilaku manusia yang berpotensi komunikasi, ilmu komunikasi akan melihat siapa yang berkomunikasi, melakukan tindak komunikasi: menyampaikan pesan dengan sengaja kepada manusia lain karena ada motif yang melatarinya, dan peristiwa ini terjadi dalam komunikasi intrapribadi. Komunikasi intrapribadi dikaji dalam ilmu komunikasi karena menjadi latar komunikasi antarpribadi. Antarmanusia Pada awal bagian ini diajukan enam kasus, mulai dari berbicara pada rumput yang bergoyang hingga kawan di RS Jiwa. Kita telah membahas bahwa ilmu komunikasi hanya mengkaji penyampaian pesan antarmanusia. Antarmanusia pada definisi kita mengandung pengertian: adanya manusia sebagai pengirim pesan dan manusia lain yang bertindak sebagai penerima pesan. Ilmu komunikasi tidak mempelajari penyampaian pesan kepada yang bukan manusia. Ilmu komunikasi yang kita pelajari hanya mengkaji masalah komunikasi antar-manusia. Manusia sebagai pengirim dan manusia sebagai penerima pesan. Lebih tegasnya, ilmu komunikasi tidak mempelajari komunikasi dengan yang bukan manusia. Maka biarlah "berbicara" dengan Tuhan, misalnya, dipelajari oleh ilmu agama. Kata manusia dalam definisi kita mengacu kepada makhluk ciptaan Tuhan yang sehat akal budinya. Orang yang sedang sakit akal budinya, menurut Islam, lepas dari kewajibannya selaku manusia, tidak lagi wajib melaksanakan shalat lima waktu, misalnya. Seseorang yang tidak normal akal budinya, menurut hukum, lepas pula dari tuntutan hukum, bahkan jika melakukan pembunuhan sekali pun. Maka berbicara pada orang yang sedang sakit jiwa - akal budinya tidak bekerja sebagaimana seharusnya - bukan merupakan kajian ilmu komunikasi. Artinya, ketika teman Anda tertawa-tawa dan Anda bertanya kepada kawan yang sedang menjadi pasien di RS Jiwa, bukan merupakan obyek kajian ilmu kita. Biarlah itu menjadi kajian ilmu psikologi. Demikian pula halnya jika Anda ingin belajar berdialog dengan arwah - makhluk mantan manusia - silahkan belajar pada paranormal. Berbicara dengan hewan? Para pemain sirkus hewan adalah ahli dalam bidang ini, menyuruh singa melompati api atau burung kakak tua menyanyi misalnya; silahkan Anda mempelajari hal itu pada mereka. Obyek forma ilmu komunikasi adalah usaha penyampaian pesan antarmanusia, yakni manusia yang sehat akal budinya. Obyek materia ilmu komunikasi adalah perilaku manusia, sama seperti obyek materia ilmu-ilmu sosial lainnya. Karenanya, ilmu komunikasi hanya mengkaji komunikasi antarmanusia dan tidak kepada yang bukan manusia. PERTANYAAN EVALUASI DAN DISKUSI 1. Jelaskan dan uraikan tujuh konsep utama di atas!

Page 12: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 12

2. Apakah komunikasi yang menjadi kajian ilmu kita harus disengaja? Apakah pesan harus diterima (receive)'? Jelaskan argumentasi Anda berdasarkan perspektif yang dianut modul ini!

3. Terdapat tiga unsur utama yang menjadi landasan definisi kita tentang komunikasi, yaitu usaha, penyampaian pesan, antarmanusia. Mengapa definisi kita menekankan pentingnya ketiga unsur itu? Jelaskan dan uraikan!

4. Definisi kita tentang ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari penyampaian pesan antarmanusia. Tapi, mengapa komunikasi intrapribadi juga menjadi obyek kajian ilmu komunikasi? Jelaskan!

5. Coba Anda urai rangkaian peristiwa di bawah ini: apakah merupakan kajian atau kajian ilmu komunikasi? a. Anda mengomel karena kamar Anda berantakan. Anda tidak menyadari adik Anda ada di

kamar sebelah, tapi ia diam, tidak menanggapi omelan Anda. b. Anda mengomel karena kamar Anda berantakan. Anda tidak menyadari adik Anda ada di

kamar sebelah. Tlba-tiba ia bereaksi, menanggapi omelan Anda. c. Anda mengomel karena kamar Anda berantakan. Anda tahu adik Anda berada di kamar

sebelah dan Anda tahu ia pasti mendengar omelan Anda, tapi ia tidak bereaksi. d. Anda mengomel karena kamar Anda berantakan. Anda tahu adik Anda berada di kamar

sebelah dan Anda tahu ia pasti mendengar omelan Anda, dan ia bereaksi, menanggapi omelan Anda.

e. Anda mengomel karena kamar Anda berantakan. Anda tahu adik Anda berada di kamar sebelah dan Anda tahu ia pasti mendengar omelan Anda, tapi ia tidak bereaksi, dan Anda terus mengomel, sampai ia bereaksi.

f. Anda mengomel karena kamar Anda berantakan. Anda tahu adik Anda berada di kamar sebelah dan Anda tahu ia pasti mendengar omelan Anda, tapi ia tidak bereaksi, maka Anda langsung memangggil dan menegurnya.

Page 13: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 13

BAB III UNSUR-UNSUR DASAR KOMUNIKASI

Tujuan Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk: 1. memahami dan mengurai unsur-unsur komunikasi yang utama; 2. memahami konsep dasar atas setiap unsur tersebut. UNSUR KOMUNIKASI Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur utama: pengirim pesan, pesan itu sendiri, serta target penerima pesan. Namun, komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur itu. Perhatikan kasus berikut ini! Surat bagi Kekasih Anda menuntut ilmu di negeri seberang, rindu pada kekasih. Karena keterbatasan dana, Anda putuskan menggunakan surat sebagai medium pengantar pesan. Kekasih menerima surat Anda. la pun sama rindunya, membalas surat Anda sambil menangis. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata, jatuh pada surat yang ditulisnya. Anda menerima surat itu. Namun, pada bagian tertentu, tulisan kekasih Anda tidak terbaca, luntur terkena tetesan air matanya. Kasus di atas mengindikasikan adanya unsur-unsur komunikasi sebagai berikut. (a) Anda sebagai penyampai pesan, (b) pesan yang Anda sampaikan, (c) surat sebagai medium pengantar pesan, (d) kekasih Anda sebagai penerima pesan, (e) efek atau pengaruh pesan yang membuat kekasih Anda menangis, (f) jawaban kekasih Anda yang ditulis dengan menggunakan (g) surat sebagai medium, adanya (h) gangguan pada tulisan di surat itu karena terteteskan air matanya, serta (i) Anda yang menerima jawaban dari kekasih. Berikut ini adalah pembahasan atas masing-masing unsur tersebut. Pengirim Pesan: Komunikator Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi; dalam modul ini kita sebut komunikator. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Karena itu, komunikator kita definisikan sebagai manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Lebih jauh tentang motif komunikasi akan dibahas kemudian. Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat terdiri dari (a) satu orang, (b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang, serta (c) massa. Apabila lebih dari satu orang - yakni banyak orang - di mana mereka relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, maka kumpulan banyak orang ini kita sebut kelompok kecil. Apabila lebih dari satu orang - atau banyak orang - relatif tidak saling kenal secara pribadi dan karenanya ikatan emosionalnya kurang kuat, maka kita sebut sebagai kelompok besar atau publik. Namun, apabila banyak orang - atau lebih dari satu orang ini - memiliki tujuan yang sama dan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat pembagian kerja di antara para anggotanya, maka wadah kerja sama yang terbentuk sebagai kesatuan banyak orang ini lazim kita sebut organisasi. Organisasi dilihat dari tujuan pendiriannya, ada yang bermotif komersial mengejar laba (misalnya dalam bentuk badan hukum perseroan terbatas) atau bermotif ideal yang bersifat nirlaba (misalnya lembaga swadaya masyarakat). Jadi, selain komunikator dapat berupa banyak orang dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar, juga dapat berbentuk organisasi. Misalnya, dalam tataran komunikasi massa, komu-nikator biasanya adalah organisasi penerbitan, yakni tim redaksi surat kabar.

Page 14: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 14

Sementara itu, sebagai bentuk "banyak orang" lainnya, massa mengandung dua pengertian. Apabila banyak orang berada di satu tempat yang sama, kemudian terjadi peristiwa yang menyebabkan menurunnya kesadaran masing-masing individu sehingga menimbulkan "jiwa massa"- yaitu ketika satu orang berteriak "pukul" dan semua orang memukul; satu orang teriak "bakar" dan semua tanpa pikir membakar; satu orang teriak "bunuh" dan semua pun membunuh - maka ini adalah massa dalam pengertian pertama, yang dianut ilmu jiwa sosial. Massa dalam pengertian kedua adalah banyak orang yang tersebar dalam area geografis relatif luas, tidak harus berada di tempat yang sama, namun memiliki minat dan perhatian yang sama. Untuk menjangkau massa dalam pengertian kedua ini, agar pesan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama, maka media yang digunakan disebut media massa. Dalam modul ini, massa yang dimaksud cenderung pada pengertian kedua, kecuali disebutkan lain. Lebih jauh tentang manusia komunikator akan dibahas pada Bagian-5. Pada buku lain, pengirim pesan atau komunikator biasa disebut pengirim saja atau disebut juga sumber. Sebagian buku juga menyebut pengirim sebagai encoder. Dalam modul ini, encoder tidak didefinisikan sebagai manusia yang berinisiatif mengirimkan pesan guna mewujudkan motif komunikasinya. Encoder, dalam modul ini diartikan sebagai alat penyandi; dan encoding adalah proses penyandian, yang disandikan adalah pesan. Kelak kita akan membicarakan lebih jauh tentang proses penyandian (encoding) dan alat penyandi (encoder) ini saat mengupas pesan di Bagian-6.

Gambar 3.1

Komunikator

Satu

Orang

Massa

Banyak orang Punya tujuan sama Ada pembagian kerja

Banyak Orang

Banyak orang Homogen, saling kenal

Ikatan Emosional kuat

Banyak orang Heterogen, tidak saling kenal Ikatan Emosional rendah

Banyak orang Di tempat dan waktu sama Peristiwa - menurunkan kesadaran individu - menimbulkan jiwa massa

Banyak orang Tersebar dalam area geografis luas

Perhatian dan minat pada pada hal yang sama

Kelompok

kecil

Kelompok

Besar/publik

Organisasi

Motif ideal: LSM, Yayasan

Motif komersial: Perseroan Terbatas

Page 15: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 15

Komunikator Dilihat dari Jumlahnya Dengan demikian, komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar/publik, organisasi), dan massa sebagaimana terlihat pada gambar di atas. Penerima Pesan: Komunikan Kembali pada kasus di awal bagian ini. Dalam kasus itu, ketika kekasih Anda menerima pesan yang Anda sampaikan melalui surat, kekasih Anda berperan sebagai penerima pesan. Dalam modul ini, penerima pesan kita sebut komunikan. Komunikan kita definisikan sebagai manusia berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antarpribadi, peran komunikator dan komunikan bersif at dinamis, saling berganti. Ketika kekasih Anda menulis surat sebagai jawaban atas surat Anda, ia telah bertindak sebagai komunikator-2. Ketika Anda menerima surat yang ditulis kekasih, dari kacamata kekasih Anda itu, Anda adalah komunikannya, sehingga Anda kita sebut komunikan-2, demikian seterusnya. Dalam komunikasi yang dinamis, peran ini saling dipertukarkan. Karena itu, uraian tentang komunikator juga berlaku pada unsur komunikan, bahwa komunikan dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, termasuk dalam wujud organisasi), dan massa. Karenanya pula, dilihat dari jumlah komunikator dan komunikannya, maka proses komunikasi dapat terjadi dalam sembilan kemungkinan, yaitu: antara satu orang dengan satu orang (saya dengan Anda), antara satu orang dengan banyak orang (saya dengan satu kelas siswa), dan antara satu orang dengan massa (saya bertindak selaku komunikator massa yang menyampaikan pesan melalui media massa). Antara banyak orang dengan satu orang (sekelom-pok siswa berbicara kepada saya), antara banyak orang dengan banyak orang (sekelompok siswa dengan kelompok lainnya), dan antara banyak orang dengan massa (sekelompok polisi menca-nangkan antikorupsi, menyampaikan pesan melalui media massa). Antara massa dengan satu orang (khalayak pembaca media massa mempertanyaan penyataan saya di media massa), antara massa dengan banyak orang (khalayak media massa mempertanyakan sikap sekelompok polisi yang katanya anti-korupsi), dan antara massa dengan massa (sebagian khalayak massa pembaca Tempo yang setuju atas suatu pemberitaan, sementara sebagian khalayak lainnya tidak setuju atas pemuatan berita di majalah itu). Jumlah kemungkinan di atas akan makin beragam manakala kita lebih jauh mengurai unsur "banyak orang" atas kelompok kecil, kelompokbesar/publik, dan organisasi. Misal, komunikasi antara satu orang dengan organisasi terjadi ketika seorang pelanggan (komunikator) mengajukan ketidakpuasannya atas kinerja produk suatu organisasi produsen (komunikan) yang baru ia beli. Maka, manakala perusahaan produsen tersebut melalui petugas humasnya memberikan jawaban atas ketidakpuasan konsumen, terjadilah komunikasi antara organisasi (produsen) selaku komunikator dengan satu orang (pelanggan) selaku komunikan. Lebih jauh tentang manusia komunikan akan dibahas pada Bagian-5.

Satu orang

Banyak

orang

Massa

Satu orang

Banyak

orang

Massa

Komunikator

Komunikan

Page 16: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 16

Gambar-3.2 Proses Komunikasi Dilihat dari Kemungkinan Jumlah Komunikator dan Komunikan

Pada buku lain, komunikan disebut juga penerima. Dalam konteks komunikasi massa, komunikan lazim disebut khalayak, tujuan (destination), pemirsa, pendengar, pembaca, target sasaran. Dalam komunikasi pemasaran disebut target pasar atau target konsumen. Sebagian buku lain menyebutkan bahwa penerima adalah decoder. Dalam modul ini, decoder tidak diartikan sebagai manusia kepada siapa pesan komunikator ditujukan, melainkan adalah alat penyandi balik; dan decoding adalah proses penyandian balik, yang disandibalikkan adalah pesan. Kelak kita akan membicarakan lebih jauh tentang proses penyandian balik (encoder) dan alat penyandi (decoder) ini saat mengupas pesan di Bagian-6. Pesan Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasiberupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat abstrak; komunikan Anda tidak akan tahu apa yang ada dalam benak Anda sampai Anda mewujudkannya dalam salah satu bentuk atau kombinasi lambang-lambang komunikasi ini. Karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, dan gerak gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal. Awalnya manusia berkomunikasi hanya dengan mimik dan gerak gerik serta suara yang relatif tanpa makna, kecuali untuk mempertegas mimik dan gerak gerik. Pesan disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasi: apa yang ia pikir dan rasakan. Karena itu, pesan kita definisikan sebagai segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Penekanan terhadap motif komunikasi dianggap penting, karena modul ini menganut pandangan bahwa obyek kajian ilmu komunikasi adalah pe-nyampaian pesan secara sengaja, walau derajat kesengajaan itu sulit ditentukan. Selain bentuk pesan, pemahaman atas makna pesan dan penyajian pesan juga penting untuk dikaji. Makna pesan terkait dengan makna denotatif, yakni makna formal yang biasanya tertera sebagaimana di kamus, sedangkan makna konotatif terkait dengan konotasi dari lambang komunikasi yang digunakan. Selain itu, cara penyajian dan teknik penyajian pesan juga merupakan sesuatu yang mutlak diperhatikan agar komunikasi berlangsung efektif. Karenanya, ketiga dimensi inilah yang akan kita kaji lebih jauh di Bagian-6.

Pesan

Bentuk Pesan

Makna Pesan

Penyajian Pesan

Denotatif

Konotatif

Cara Penyajian

Lambang komunikasi

Struktur Penyajian

Nonverbal

Verbal

Suara

Gerak-gerik

Mimik

Gerak-gerik

Gerak-gerik

Page 17: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 17

Gambar-3.3 Dimensi Pesan

Page 18: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 18

Saluran Komunikasi dan Media Komunikasi Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung face-to-face, tatap muka) atau dengan media. Media yang dimaksud di sini adalah media komunikasi. Media merupakan bentuk jamak dari medium. Medium komunikasi kita artikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi. Dalam komunikasi tatap muka, saluran atau jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya adalah gelombang cahaya atau gelombang suara. Dengan pengertian media di atas, yaitu alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesan komunikator agar sampai ke komunikannya, maka gelombang cahaya dan gelombang suara tidak termasuk media komunikasi, melainkan alternatif saluran komunikasi, karena manusia tidak melakukan pemilihan dengan sengaja atas gelombang cahaya dan suara. Lebih jauh tentang pemilihan media komunikasi, akan dibahas di Bagian-9. Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan atas media massa dan nonmedia massa. Media massa dilihat dari waktu terbitnya dapat dibedakan atas media massa periodik dan media massa nonperiodik. Periodik berarti terbit teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan atas yang elektronik (radio, TV) dan nonelektronik atau cetak (surat kabar, majalah). Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual, tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaannya. Untuk itu, media massa nonperiodik dapat dibedakan atas manusia (juru kampanye atau sales promotion girl) dan benda (poster, spanduk, leaflet). Kembali kepada nonmedia massa. Dilihat dari sifatnya, dapat dibedakan atas nonmedia massa manusia (kurir pembawa pesan) dan nonmedia massa benda. Nonmedia massa benda dapat dibe-dakan atas yang elektronik (telepon, faks) dan yang nonelektronik (surat). Perkembangan teknologi komunikasi terkini, yakni teknologi komputer dengan internetnya, melahirkan media yang bersifat multimedia. Dikatakan multimedia karena hampir seluruh bentuk media komunikasi yang telah dikenal umat manusia menyatu dalam elektronik digitalnya. Di internet kita dapat menemukan surat elektronik, i-phone (telepon internet), surat kabar/majalah elektronik, radio internet, TV internet, bahkan kegiatan tatap muka melalui internet (video conference). Kembali pada komunikasi langsung tatap muka. Pada dasarnya, yang dilakukan adalah aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi tatap muka ini bentuknya bermacam-macam, mulai dari perbincangan, wawancara, konseling, rapat, seminar, lokakarya, hingga pameran di mana target komunikan (calon konsumen) dapat berbincang langsung tatap muka dengan wakil dari perusahaan guna membicarakan produk yang dipamerkan. Gambar berikut mengurai berbagai bentuk media dan saluran komunikasi yang kita singgung di atas.

Saluran Komunikasi

Langsung

Tatap Muka

Aktivitas

Komunuikasi

- Pertemuan tatap muka - Forum - Diskusi panel - Rapat (dengan berbagai jenisnya) - Ceramah - Simposium - Konferensi pers - Seminar

Dengan Media

Media Massa

Periodik

Nonperiodik/ Eventual

Elektronik

Cetak

Manusia

Benda Spanduk, Leavlet,

Umbul-umbul, Booklet

Sales promotion,Girl, Juru kampanye

Radio, TV, Film

Surat Kabar, Majalah

Nonmedia

Massa

Manusia Kurir/ Massangger

Elektronik Telepon, Fax

Page 19: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 19

Gambar-3.4 Saluran dan Media Komunikasi

Page 20: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 20

Efek Komunikasi Efek komunikasi kita artikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu). Lebih jauh tentang efek komunikasi dan komunikasi efektif akan kita bahas di Bagian-10. Umumnya, kita mengenal tiga bidang studi utama di bawah program studi ilmu komunikasi, yaitu periklanan, kehumasan, dan jurnalistik. Ilmu komunikasi, sebagaimana diutarakan, mempelajari penyampaian pesan antarmanusia. Bagaimana cara menyampaikan pesan agar ide, barang, atau jasa yang dijual laku sebanyak-banyaknya; maka hal ini dipelajari dalam bidang studi periklanan/advertising. Bagaimana cara menyampaikan pesan agar publik internal maupun eksternal memberikan dukungan yang positif dan terus-menerus kepada organisasi; hal ini dipelajari dalam bidang studi humas/pwb/zc relations. Bagaimana cara menyampaikan pesan melalui media massa agar dipahami sebagaimana adanya; maka hal ini dipelajari dalam bidang studi jurnalistik/journalistic.

Kognitif — Tahu Efek Afektif — Sikap: setuju/tidak setuju Konatif — Tingkah laku nyata

Gambar-3.5 Efek Komunikasi

Umpan Balik Umpan balik dapat kita maknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, sebagaimana diutarakan, komunikator dan komunikan terus-menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada dasarnya adalah pesan juga, yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator-2. Karenanya, pembahasan tentang umpan balik pada dasarnya sama dengan pembahasan kita tentang pesan di Bagian-6.

Gambar-3.6 Umpan Balik

PERTANYAAN EVALUASI DAN DISKUSI 1. Jelaskan dan uraikan tujuh konsep utama di atas! 2. Dilihat dari jumlahnya, sebutkan kemungkinan komunikator yang ada! 3. Modul ini membedakan komunikator dengan encoder, alat penyandi. Jelaskan perbedaannya

secara konseptual berdasarkan pemahaman Anda, sejauh yang dikupas bagian ini! 4. Modul ini membedakan komunikan dengan decoder, alat penyandi balik. Jelaskan perbedaannya

secara konseptual berdasarkan pemahaman Anda, sejauh yang dikupas bagian ini! 5. Modul ini membedakan pesan dengan lambang komunikasi. Jelaskan perbedaannya secara

konseptual dan berikan contoh!

Komunikator

Komunikan-2

Komunikan

Komunikator-2

Umpan Balik

Pesan

Pesan

Page 21: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 21

6. Modul ini membedakan saluran komunikasi dengan media komunikasi. Jelaskan perbedaannya secara konseptual dan berikan contoh!

7. Apakah efek? Dan apa sajakah efek komunikasi itu? 8. Dengan adanya umpan balik ini, mengapa proses komunikasi dinyatakan menjadi bersifat sirkuler?

Jelaskan dan berikan contoh?

Page 22: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 22

BAB 4 TATARAN KOMUNIKASI

Tujuan Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk: 1. memahami masing-masing tataran komunikasi yang ada; 2. menjelaskan perbedaan, kekuatan, dan kelemahan pada setiap tataran komunikasi. DARI KOMUNIKASI INTRAPRIBADI HINGGA KOMUNIKASI MASSA Komunikasi selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu. Secara teoretis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung kategori yang kita gunakan. Misalnya, berdasarkan kategori jenis muatan pesan, komunikasi dapat dibagi atas komunikasi politik, komunikasi bisnis, komunikasi kesehatan, komunikasi sosial, dan sebagainya.

Komunikasi Massa

Komunikasi Organisasi

Komunikasi Publik

Komunikasi Kelompok

Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Intrapribadi

Gambar-4.1 Tataran Komunikasi

Sebagaimana dibahas pada bagian terdahulu, dilihat dari jumlahnya, komunikator atau komunikan dapat dibedakan atas satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, atau organisasi), dan massa. Maka berdasarkan kategori jumlah manusia yang terlibat di dalamnya, komunikasi dapat terjadi dalam bentuk antarpribadi, kelompok kecil, kelompok besar/publik, organisasi, dan massa. Namun, sebelum terjadi komunikasi antarpribadi, terjadi komunikasi di dalam diri komunikator, yang kita sebut komunikasi intrapribadi. Penggolongan berdasarkan hal ini kita sebut tataran komunikasi. Berikut ini adalah pembahasan atas masing-masingnya. Komunikasi Intrapribadi Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator atau lazim disebut komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, Anda bertanya kepada diri sendiri, "Dalam situasi ini, apa yang sebaiknya saya lakukan?" Dalam komunikasi intrapribadi, Anda bertindak sebagai komunikator dan sekaligus komunikan, orang kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Komunikasi intrapribadi merupakan dasar komunikasi antarpribadi. Ketika berbicara dengan orang lain, sesungguhnya Anda telah merampungkan suatu proses berkomu-nikasi dengan diri sendiri, "Apa yang ingin saya tanyakan? Pesan apa yang akan saya sampaikan? Bagaimana sebaiknya cara menyampaikannya?" Proses ini berlangsung dengan cepat, nyaris tanpa disadari lagi, kecuali ketika Anda pertama kali belajar berbicara atau pertama kali menggunakan bahasa asing yang belum terlalu Anda kuasai. Dengan selesainya komunikasi intrapribadi, di mana manusia melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesannya, maka ia masuk pada tataran komunikasi antarpribadi. Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam kon-teks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dapat

Page 23: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 23

berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi (nonmedia massa), seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya, pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur, demikian pula halnya dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa kedu-dukan komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog, walaupun dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog, hanya satu pihak yang mendominasi percakapan. Efek komunikasi antarpribadi paling kuat di antara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal, serta segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif. Komunikasi Kelompok Apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik. Jumlah manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antaranggotanya. Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan, dan demikian juga antarkomunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil misalnya adalah pertemuan, rapat, dan lain-lain. Komunikasi kelompok kecil pasti melibatkan komunikasi antarpribadi, sehingga teori komunikasi antarpribadi juga berlaku di sini. Umpan balik dapat diterima dengan segera, menentukan penyampaian pesan berikutnya. Namun, pesan relatif lebih terstruktur daripada komunikasi antarpribadi, bersifat formal maupun informal. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi di dalam kelompok dan juga antarkelompok. Komunikasi Publik Komunikasi publik disebut juga komunikasi kelompok besar karena melibatkan komunikan khalayak yang relatif besar, dan karenanya sulit saling me-ngenal secara dalam satu per satu. Komunikan berkumpul di waktu dan tempat yang sama, misal-nya di auditorium, aula, mesjid/gereja, lapangan terbuka, dan lain lain. Contort komunikasi publik adalah rapat akbar, tabligh akbar, kuliah umum, dan sejenisnya. Dalam komunikasi publik, proses komunikasi relatif bersifat linear, satu arah. Kedu-dukan komunikator lebih tinggi dari komunikan. Karenanya, terdapat kecenderungan bahwa umpan balik komunikan hanya persetujuan atau diam. Karenanya pula, komunikasi publik membuka peluang agar pesan lebih ditujukan pada efek afektif, pada emosi dan perasaan komunikannya. Dalam titik ekstrimnya, oleh karena pikiran didomi-nasi perasaan, dalam situasi kelompok besar ini dapat terjadi apa yang disebut "wabah mental"; yakni ketika komunikator bertanya, "setuju?" langsung dijawab komunikannya, "setujuuuuu!". Satu bertepuk tangan, semua bertepuk tangan. Dalam komunikasi publik, pesan relatif lebih terstruktur daripada komunikasi kelompok, lebih terencana, terdapat agenda, dan terorganisir: beberapa orang menjalankan fungsi-fungsi khusus. Dalam komunikasi publik pasti melibatkan komunikasi kelompok, karena kelompok besar itu pun terbentuk atas kelompok-kelompok kecil, dan karenanya pula, juga terjadi komunikasi antarpribadi dan intrapribadi. Dalam situasi tertentu, publik ini dapat berubah menjadi massa, yaitu dalam pengertian banyak orang, berkumpul di tempat dan waktu yang sama, dan kemudian terjadi peristiwa yang menyebabkan turunnya kesadaran individu dan timbulnya "jiwa massa": satu orang berteriak, "bakar!" dan semua membakar. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antarorganisasi, bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi: komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi. Karenanya, komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi, komunikasi intrapribadi, dan terkadang komunikasi publik juga muncul di dalamnya.

Page 24: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 24

Komunikasi Massa Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam tataran komunikasi ini, komunikator dan komunikan serta antarkomunikan relatif tidak saling kenal secara pribadi, anonim, dan sangat heterogen. Komunikator dapat berbentuk organisasi (misal, tim redaksi, atau LSM yang menyatakan protes terhadap sesuatu). Pesan pesannya relatif bersifat umum, disampaikan secara serentak dan sangat terstruktur. Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda. Komunikator cenderung sulit mengetahui umpan balik komunikan dengan segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus dilakukan survei atau penelitian. Di dalam komunikasi massa terjadi pula komunikasi organisasi, komunikasi kelompok besar atau pun kecil, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi intrapribadi. LUAS BIDANG KOMUNIKASI INTRAPRIBADI HINGGA KOMUNIKASI MASSA Coba Anda kembali perhatikan gambar-4.1: tataran komunikasi. Gambar itu menunjukkan bentuk segitiga yang memperlihatkan adanya bidang terluas pada komunikasi intrapribadi, walau dilihat dari jumlahnya, komunikasi massa melibatkan jumlah pelaku komunikan terbesar. Hal ini menggambarkan bahwa dasar dan fondasi dari seluruh aktivitas komunikasi adalah dalam tataran intrapribadi. Apabila dasarnya kokoh, kokoh pulalah tataran komunikasi lain yang dibangun di atasnya. Karenanya, intrapribadi adalah landasan keberhasilan komunikasi Anda. Anda sulit berhasil dalam komunikasi antarpribadi apabila intrapribadi Anda belum baik. Artinya, Anda pun sulit mencapai keberhasilan dalam komunikasi massa jika tataran di bawahnya belum baik. Kita harus berhasil dengan diri kita sendiri sebelum berhasil dengan orang lain. Karena itu, teori komunikasi yang coba disampaikan oleh modul ini lebih menekankan pada tataran intrapribadi dan antarpribadi sebagaimana akan dibahas pada bagian-bagian berikutnya. PERTANYAAN EVALUASI DAN DISKUSI 1. Jelaskan dan uraikan delapan konsep utama di atas! 2. Jelaskan kekuatan dan kelemahan pada masing-masing tataran komunikasi! 3. Tataran komunikasi digambarkan dalam bentuk segitiga tegak, dengan bidang terluas pada tataran

intrapribadi. Mengapa? Jelaskan! 4. Mengapa dalam komunikasi massa umpan balik relatif bersifat tunda? Jelaskan! 5. Kajilah masing-masing unsur komunikasi pada setiap tataran komunikasi yang ada!

Page 25: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 25

BAB 5 MANUSIA: KOMUNIKATOR, KOMUNIKAN, DAN MEDIUM

Tujuan Setelah membaca bagian ini, diharapkan Anda mampu untuk: 1. memahami perbedaan hakiki antara manusia dengan makhluk lainnya; 2. memahami adanya peralatan rohani, selain peralatan jasmani pada manusia komunikator dan

komunikan serta bagaimana perangkat peralatan jasmani dan rohani ini mempengaruhi komunikasi; 3. memahami secara konseptual mengapa manusia berkomunikasi; 4. memahami bahwa manusia selain berperan sebagai komunikator dan komunikan dapat juga

menjadi medium. HAKIKAT MANUSIA Peralatan Tubuh Manusia Seperti juga hewan atau tumbuhan, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Namun, apakah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya itu? Mari kita kaji makhluk manusia berdasarkan peralatan tubuh yang dimilikinya. Berdasarkan sifat materinya, peralatan tubuh manusia dapat kita bedakan atas peralatan jasmani dan peralatan rohani. Baik komunikator dan komunikan adalah manusia, keduanya menggunakan peralatan jasmani dan rohaninya dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi intrapribadi, manusia komunikator menggunakan peralatan rohani seperti hati nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri untuk menyusun pesan. Dalam komunikasi antarpribadi, manusia komunikator menggunakan peralatan jasmani seperti mulut, kaki, tangan, dan seba-gainya untuk menyampaikan pesan. Misalkan, komunikator menggunakan mulutnya untuk menyampaikan kata-kata lisan. Pesan ini kemudian didengar oleh komunikan dengan telinga dan diteruskan pada akal budinya untuk dimaknai. Telinga adalah peralatan jasmani serta akal budi adalah peralatan rohani. Meminjam terminologi komputer, peralatan jasmani bisa kita ibaratkan hardware, perangkat keras; sedangkan peralatan rohani adalah software, perangkat lunak. Peralatan jasmani bersifat konkret, dapat dilihat dan dipegang; sedangkan peralatan rohani bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dan dipegang, namun dapat kita rasakan fungsi-fungsinya. Kemampuan peralatan rohaniah inilah yang membe-dakan manusia dengan makhluk lainnya. Peralatan Jasmaniah Peralatan jasmani memiliki fungsinya masing-masing. Misal, paru-paru untuk memompa udara, jantung untuk memompa darah, kaki untuk berdiri dan berjalan, tangan untuk memegang, mulut untuk bicara, telinga untuk mendengar, dan sebagainya. Pada sisi komunikator, peralatan jasmani yang berfungsi tidak sebagaimana adanya dapat berma-salah. Misalnya, ketidakmampuan dalam mengi-rimkan (transmit) pesan: seorang pedagang Cina ketika ditawar barangnya menjawab, "Lu gila!". Maksudnya, rugilah. Namun, peralatan jasmaninya mengalami hambatan dalam mengucapkan "R". Pada sisi komunikan, peralatan jasmani yang berfungsi tidak sebagaimana adanya juga dapat menimbulkan masalah dalam penerimaan (receive) pesan. Misalnya, ketika seorang anak bernama Otong berkata, "Besok Otong camping"'. Didengar oleh bapaknya, "Besok potong kambing". Peralatan Rohaniah Seperti halnya peralatan jasmani, peralatan rohani juga memiliki fungsinya masing-masing. Peralatan rohani bekerja secara simultan, bersama-sama, terus-menerus sepanjang kesadaran manusia pemiliknya, dan baru berhenti ketika pemiliknya mati. Dari kerja peralatan rohani, pesan komunikasi diha-silkan. Karena sifatnya yang konkret, kita mudah membedakan masing-masing peralatan jasmani yang kita miliki. Karena sifatnya yang abstrak, kita hanya bisa membedakan masing-masing peralatan rohani berdasarkan fungi-fungsinya. Dalam berko-munikasi, agar berhasil, Anda harus benar-benar memperhatikan masalah peralatan jasmani dan rohani ini. Berikut ini uraian lebih jauh tentang peralatan rohani manusia. Akal

Page 26: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 26

Akal adalah salah satu peralatan rohani manusia yang berfungsi untuk membedakan mana yang salah dan benar, mengingat, menghubungkan, menganalisis, dan menyimpulkan. Kemampuan akal manusia tergantung kepada luas pengalaman dan tingkat pendidikannya, formal maupun informal. Namun, kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan pendidikannya tidak sama. Kemampuan akal manusia tidak ada yang betul-betul sama. Kemampuan akal yang berbeda antarmanusia harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam berkomunikasi. Cara Anda menyampaikan pesan kepada seorang anak yang berusia tujuh tahun tentu berbeda kepada seseorang yang berusia 17 tahun atau yang berusia 70 tahun. Hal ini di karenakan ketiga kelompok usia itu memiliki kemampuan akal yang berbeda dalam menyerap pesan yang Anda sampaikan. Akal antara lain menghasilkan logika, yaitu nilai kebenaran yang cenderung obyektif: dua ditambah dua - baik Anda maupun saya pasti sepakat -adalah empat. Kemampuan akal sering diukur dengan IQ - intelectual quotient; kecerdasan intelektual. Terdapat suatu masa, di mana kecerdasan IQ dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan. Belaka-ngan manusia sadar, terdapat jenis kecerdasan lain yang lebih menentukan, yakni apa yang kemudian disebut kecerdasan emosional; EQ - emotional quotient (lihat Goleman, 1999). Modul ini meyakini, EQ adalah hasil kerja peralatan rohani selain daripada akal, yakni apa yang kita sebut budi. Pada bagian lampiran, Anda dapat menemui beberapa artikel menyangkut hal ini. Budi Dalam modul ini, budi kita maknai sebagai salah satu peralatan rohani manusia yang berfungsi untuk membedakan baik dan buruk (etika), indah atau tidak indah (estetika atau perasaan keindahan), sopan atau tidak sopan (etiket atau perasaan tata-krama kesopanan), adil atau tidak adil (perasaan keadilan). Apabila akal terkait dengan logika dan cenderung obyektif, maka budi bersifat subyektif, karena terkait langsung dengan emosi. Sehingga dinyatakan pula bahwa budi adalah fungsi perasaan. Anda dapat menyatakan bahwa lukisan itu indah, namun pacar Anda bilang jelek. Hakim menyatakan bahwa keputusan yang diambil sudah seadil-adilnya, tapi menurut Anda sama sekali tidak. Beberapa buku cenderung menyatukan atau saling mempertukarkan istilah akal dengan budi karena menganggap akal identik dengan budi. Nyatanya, ketika Anda membalas kebaikan sese-orang dikatakan bahwa "Anda membalas budi", bukan membalas akal. Karena itu, modul ini membedakannya. Karena hakikat dan juga fungsinya memang berbeda. Ketika Anda meluncurkan suatu iklan di TV, secara pemikiran logika tidak ada yang salah dengannya. Iklan Anda sukses dan diterima di seluruh wilayah, kecuali bagi suatu kelompok masyarakat tertentu di Jawa Tengah misalnya, iklan Anda diprotes keras, dianggap tidak sopan. Tidak ada yang salah dalam logika akal terhadap iklan itu. Masalahnya adalah ukuran budi - sebagai fungsi perasaan, dalam hal ini etiket - yang bersifat subyektif. Iklan itu bagi sebagian anggota masyarakat dianggap melanggar etiket kesopanan mereka. Sesuatu yang diterima bagi suatu masyarakat tertentu belum tentu diterima bagi masyarakat lain yang berbeda budayanya. Budaya adalah hasil budi dan daya manusia. Karenanya, hasilnya kita sebut kebudayaan. Untuk berhasil dalam komunikasi antar-budaya dan lintas budaya, Anda harus betul-betul memperhatikan masalah budi - bukan dalam hal akal - karena memang tidak ada yang salah dengan akal mereka. Masalahnya adalah dalam hal budi. Naluri Sama seperti hewan, Tuhan memberkati manusia dengan seperangkat naluri. Naluri kita artikan sebagai dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk berperilaku tertentu. Naluri sering disebut juga instink. Salah satu naluri, misalnya adalah naluri ketuhanan, yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus-menerus berupaya mencari sesuatu yang jauh lebih kuasa atas dirinya. Salah seorang nabi kita, Ibrahim, ketika melihat matahari berfikir, "Inilah Tuhanku". Ketika matahari terbenam, "Tuhan tidak mungkin meninggalkan hambaNya", katanya dalam had. Kemudian ia melihat bulan, "Oh, mungkin ini Tuhanku". Kem-bali ia mencari dan mencari hingga wahyu pun diturunkan kepadanya. Atau di zaman animisme, nenek moyang kita melihat pohon besar, disembah-nya pohon itu. Ada sesuatu yang mendorongnya untuk mengakui kekuatan yang lebih kuasa dari dirinya. Selain naluri yang bersifat

Page 27: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 27

positif, juga terdapat naluri negatif. Misalnya, naluri untuk tidak ber-Tuhan, yang mendorong kita untuk tidak ber-Tuhan atau enggan ber-Tuhan. Kita memiliki naluri hidup, yang membuat manusia mampu bertahan hidup dalam situasi paling sulit sekali pun. Namun, kita juga memiliki naluri mati, membuat seseorang mengambil keputusan singkat untuk mengakhiri hayatnya sendiri. Sedemikian beragamnya naluri yang kita miliki. Berikut ini adalah uraian atas beberapa naluri yang dapat dikatakan terkait dengan kajian kita, ilmu komu-nikasi; yaitu naluri kebahagiaan, naluri sosial, naluri ingin tahu, dan naluri komunikasi. Naluri Kebahagiaan: yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus-menerus mencari dan menemukan kebahagian. Tidak ada satu pun di antara kita yang tidak ingin bahagia. Dapat dinyatakan, tujuan hidup seluruh umat manusia adalah untuk memperoleh kebahagian, tidak ada manusia yang tidak ingin berbahagia. Hanya saja, ukuran kebahagiaan manusia berbeda satu dengan lainnya. Ada orang yang merasa bahagia dengan sesuatu yang bersifat material semata, ada juga yang merasa bahwa hal spirituallah yang mem-buatnya bahagia. Sementara, orang yang lain lebih menyukai keseimbangan material dan spiritual. Semua, di antara kita pasti ingin meraih kebahagiaan. Hanya saja ukuran kebahagiaan kita tidak ada yang sama persis satu dengan lainnya. Selain naluri positif untuk meraih kebahagiaan, juga terdapat naluri negatif untuk tidak bahagia. Ada seseorang yang suka menderita dan menikmati penderitaannya. Namun, sebagian ahli berpendapat, orang seperti ini justru merasa bahagia dengan merasa tidak bahagia - merasa bahagia melalui pende-ritaannya. Naluri Sosial: yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus-menerus berupaya hidup bersama-sama dengan manusia lainnya. Karena-nyalah, manusia disebut makhluk sosial. Tidak ada manusia yang mampu hidup sendiri secara terus-menerus sepanjang hidup tanpa berinteraksi dengan manusia lain. Namun, manusia juga memiliki naluri anti sosial, membuatnya membenci lingkungan dan manusia lainnya. Naluri Ingin Tahu: yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus-menerus berupaya mengetahui segala sesuatu, termasuk hal ihwal dirinya sendiri. Dengan naluri ingin tahu, ditun-jang akal budinya, maka kebudayaan manusia tumbuh berkembang. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan dilahirkan, berbagai teknologi dan penemuan baru dihasilkan. Tidak ada puasnya, manusia terus mencari tahu tentang segala sesuatu, yang ada atau yang mungkin ada. Namun, ter-dapat juga jenis manusia yang tidak ingin tahu, tidak peduli, dan tidak mau tahu. Naluri Komunikasi: yaitu dorongan yang dibawa manusia sejak lahir untuk terus-menerus berupaya menyampaikan pesan kepada manusia lainnya. Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi, we can't not communicate. Sepanjang hidupnya manusia terus-menerus berkomunikasi. Didorong naluri komunikasi dan naluri ingin tahunya, teknologi komunikasi terus bertumbuh hingga bentuknya yang terkini: internet. Manusia tidak puas berkomunikasi dengan kentongan dan asap, bahasa tulisan dilahirkan, teknologi suara: telepon dan radio ditemukan. Kemudian menyusul televisi, film, internet, dan entah apa lagi. Namun, ketika naluri untuk tidak berkomunikasi datang menyerang, ketika Anda diputus oleh kekasih, berhari-hari Anda mengurung diri seorang diri di kamar. Naluri komunikasi Anda hilang entah ke mana, berganti dengan naluri untuk tidak berkomunikasi. Akal, budi, dan naluri; manakah yang lebih me-nonjol? Peralatan rohani manusia bekerja secara simultan, bersama-sama, terus-menerus, sepanjang hidup manusia pemiliknya. Hanya saja, pada suatu saat, atau pada orang-orang tertentu, salah satu peralatan rohaninya dapat lebih menonjol dibanding dengan lainnya. Ketika manusia lebih terbawa nalurinya, utamanya naluri-naluri negatif hewani dan tidak menggunakan akal budinya, maka ia dikatakan sama dengan hewan. Hewan hanya memiliki naluri dan menuruti naluri, karena tidak mempunyai akal budi. Profesi orang yang sangat menonjol kemampuan akalnya, dalam hal ini logi-kanya, lazim disebut ilmuwan. Orang yang sangat menonjol kemampuan budinya, diakui masyarakat sebagaibudayawan. Budi, sebagaimana diutarakan, memiliki beberapa fungsi. Apabila fungsi estetika dari budi yang menonjol, maka kita sebut seniman. Manusia dengan akal budinya, menciptakan se-jumlah lambang komunikasi. Seniman yang sangat menonjol kemampuan lambang komunikasi suara disebut biduan, seniman yang sangat menonjol kemampuan bahasa tulisnya disebut sastrawan, yang sangat menonjol mempermainkan mimik dan gerak gerik kita

Page 28: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 28

sebut artis film. Untuk lambang komunikasi khusus, dalam bentuk gambar dan warna kita sebut pelukis, kuat dalam nada-nada kita sebut pemusik, demikian seterusnya. Tidak semua dari kita memiliki keahlian atau profesi sebagaimana terurai di atas, namun tidak berarti kemampuan akal budi kita rendah. Suatu hari, seorang hakim harus memutuskan suatu perkara besar. Istrinya sedang sakit parah dan butuh biaya besar. Salah satu pihak yang berperkara mendatanginya, menyodorkan setumpuk uang dihadapannya. Akalnya menyatakan, uang itu dibutuhkan karena tabungannya tidak cukup. "Istriku sakit parah. Bagaimana?". Budinya, perasaan etika dan moralnya menyatakan bahwa tidak baik jika menerima uang itu. Budinya juga-lah yang menyatakan sungguh tidak bermoral membiarkan isteri sekarat. Budinya, perasaan keadilannya, menyatakan bahwa orang yang ada di depannya, dilihat dari perkaranya, sebetulnya tidak bersalah. Tanpa disodorkan uang itu pun ia akan memenangkan orang di hadapannya itu. "Jadi, apa salahnya?", demikian akalnya menyatakan. Akankah diterimanya uang itu? Tindak komunikasi apakah yang akan dilakukannya? Manakala akal, budi, dan naluri bertempur -berupaya merebut kendali atas diri manusianya: hal ini berdampak kebimbangan atas manusia pemiliknya. Maka, nuranilah yang akan berbicara. Hati Nurani Selain akal, budi dan naluri, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia juga dibekali dengan nurani atau lazim disebut hati nurani. Hati nurani adalah peralatan rohani manusia yang berfungsi sebagai pedoman manakala akal, budi, atau naluri tidak dapat memutuskan dan manusia berada dalam kebimbangan. Bayangkan situasi ini: jika Anda seorang petugas humas (public relations officers) dari sebuah perusahaan farmasi peneliti AIDS - penyakit mematikan yang menurunkan daya tahan tubuh dalam melakukan penelitian, perusahaan Anda mendapat dukungan dana dari berbagai negara di dunia. Suatu hari, Anda menemukan sebuah doku-men, menyatakan bahwa sejak lima bulan lalu perusahaan tempat Anda bekerja sesungguhnya telah berhasil menemukan obat anti-AIDS yang terbukti sangat ampuh. Namun, perusahaan tidak mengumumkan hal itu. Karena dengan penemuan itu, dana dari donatur terhenti sehingga kelang-sungan hidup perusahaan terancam, membuat pimpinan perusahaan memutuskan untuk tidak mengumumkan penemuan itu, dan pimpinan perusahaan itu adalah ayah angkat Anda, yang telah membesarkan Anda sejak kecil. Apakah yang akan Anda lakukan? Menghubungi wartawan, menyebarluaskan rahasia itu? Atau justru diam-diam membakar dokumen itu demi melindungi ayah angkat Anda dan kelangsungan hidup perusahaan? Hati nurani Anda akan "memuja" Anda apabila tindak komunikasi yang kemudian Anda lakukan adalah mendukungnya. Sebaliknya, ia akan "meng-hujat" Anda apabila bertentangan dengannya. Namun, hati nurani pada dasarnya adalah suatu anggukan universal: menyatakan bahwa pelang-garan terhadapnya adalah perendahan harkat martabat manusia pemiliknya. la berlaku di mana pun, kapan pun, bagi siapa pun; tanpa mengenal ras, golongan, maupun agama. Namun, dan ini menariknya, ia bersifat paradoksial, bertentangan: di satu sisi ia universal, di sisi lain ia personal. Hati nurani bersifat personal, maksudnya ia selalu berkaitan erat dengan individu bersangkutan. Norma-norma yang Anda anut dan terima dalam kehidupan sehari-hari seolah melekat pada pribadi Anda dan tampak pada "ucapan-ucapan" hati nurani Anda. Tidak ada dua manusia yang sama persis, tidak ada pula dua hati nurani yang persis sama. Hati nurani diwarnai oleh kepribadian Anda. Hati nurani berkembang bersama dengan perkem-bangan usia Anda, pendidikan dan pengalaman hidup yang Anda alami. Hati nurani Anda ketika paruh baya berbeda dengan ketika Anda masih remaja. Hati nurani hanya berbicara atas nama manusia pemiliknya, hanya memberi penilaian tentang perbuatan manusianya sendiri. Hati nurani berarti hati yang diterangi (nur = cahaya). Dalam pengalaman kita mengenai hati nurani, seolah ada cahaya menerangi hati kita. Karenanya, orang beragama sering kali mengatakan, hati nurani adalah suara Tuhan. Tuhan berbicara kepada kita melalui hati nurani (lihat Bertens, 2002; 56-58). Apabila akal terkait dengan kecerdasan intelektual (IQ), budi dengan kecerdasan emosional (EQ), maka hati nurani adalah kecerdasan spritual: SQ -spritual quotient (lihat Zohar, 2000). Artikel lampiran-1 tentang "tiga proses psikologis" mencoba menggambarkan hal ini, di mana istilah emosi yang

Page 29: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 29

dimaksudkannya dapat Anda maknai sebagai budi yang dimaksud modul ini. Lantas, di manakah hati nurani, akal, budi, dan naluri berada? Biasanya, kita akan menunjuk dada untuk mengacu tempat dari nurani, demikian juga budi, menunjuk kepala sebagai tempat akal berada dan perut ke bawah sebagai tempat naluri atau insting yang berkait dengan nafsu. Artikel lampiran-2 disarikan dari berbagai sumber mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan pembahasan sampai di sini, maka kita dapat mendefinisikan manusia sebagai makluk yang memiliki hati nurani, akal, budi, dan sepe-rangkat naluri. Utamanya hati nurani, akal, dan budi merupakan faktor pembeda utama antara HASIL KERJA PERALATAN ROHANI manusia dengan makhluk lainnya - yang keseluruhannya kita sebut peralatan rohani. Seluruh peralatan rohani manusia bekerja terus sepanjang hidup pemiliknya, menghasilkan apa yang kita sebut sebagai hasil kerja peralatan rohani. Ketika nurani, akal, budi, dan naluri bekerja, hasilnya kita sebut hasil kerja peralatan rohani, yang terdiri dari falsafah hidup, konsepsi kebaha-giaan, motif komunikasi, serta pesan komunikasi, atau ringkasnya kita sebut pesan saja. Berikut ini uraian terlebih dahulu tentang motif komunikasi, diikuti dengan konsepsi kebahagiaan, dan dilanjut-kan dengan falsafah hidup. Khusus tentang pesan akan kita bahas pada bagian tersendiri. Motif Komunikasi Kita mendefinisikan komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia, sementara pesan kita maknai sebagai segala sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Artinya, pada saat manusia melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesan kepada manusia lain, ia berusaha mewujudkan motif komunikasi. Karenanya, motif komunikasi kita definisikan sebagai sebab-sebab yang mendorong komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan. Sebagaimana diutarakan, modul ini memiliki sikap bahwa dalam komunikasi yang menjadi kajian ilmu kita pasti mengandung unsur kesengajaan. Namun, karena manusia terdiri dari alam sadar dan alam bawah sadar, derajat kesengajaan itu sulit ditentukan. Manusia sengaja menyampaikan pesan, karena ia memiliki motif. Hanya saja, ada motif-motif yang disadari karena da tang dari alam sadar, namun terdapat pula motif-motif yang tidak disadari karena datang dari alam bawah sadar. Karena itulah, derajat kesengajaan sulit ditentukan. Tanpa motif, menurut modul ini, tidak ada pesan yang menjadi kajian ilmu komunikasi. Modul ini berprinsip, setiap tingkah laku kita punya potensi komunikasi. Namun, tidak semua tingkah laku kita akan berujung pada komunikasi. Apakah Anda bernyanyi sendiri di kamar mandi adalah komunikasi? Untuk mengkaji apakah kasus ini komunikasi atau bukan, kita harus melihat apakah ada motifnya. Apabila Anda sengaja menyanyi karena kebetulan kunci pintu kamar mandi rusak sehingga tidak dapat dikunci, artinya nyanyian Anda dilatari motif agar orang di luar sana tahu bahwa ada Anda di kamar mandi, maka ini adalah komunikasi - kajian ilmu kita. Namun, apabila nyanyian Anda tanpa motif komunikasi, hanya penyalur kegembiraan semata, maka ini bukan komunikasi yang menjadi kajian ilmu kita. Apalagi, tidak ada orang lain yang menanggapi nyanyian itu. Namun, misalkan, karena nyanyian Anda di pagi buta itu membangunkan kakak Anda dan mem-buatnya kesal hingga menggedor pintu sambil berteriak, "Hoi, masih pagi, jangan nyanyi keras-keras!". Maka ini adalah komunikasi. Namun, harus dicatat, bahwa bukan Anda yang telah bertindak sebagai komunikator, manusia yang mengambil inisiatif dalam menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasi, komunikatornya adalah kakak Anda itu. Kakak Andalah yang memiliki motif komunikasi. Kasus ini mempertegas adanya prinsip bahwa setiap perilaku kita punya potensi komunikasi. Namun, bukan berarti harus kita yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi, karena belum tentu kita yang bertindak sebagai komunikator yang memiliki motif komunikasi. Bayangkan situasi ini: jika Anda bernyanyi tanpa motif komunikasi apa pun, dan kakak Anda tidak berteriak menggedor pintu, adakah komunikasi? Tentu tidak, bukan?

Page 30: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 30

Contoh lainnya (diambil dari Mulyana, 2001: 326, namun dalam interpretasi berbeda). Di Kairo, memperlihatkan telapak kaki kepada lawan bicara dianggap kurang etis (masalah budi), hal ini ber-tentangan dengan budaya setempat. Seorang profesor Inggris dalam bidang puisi duduk santai di Universitas Ain Shams, Kairo. Begitu asiknya ia menerangkan, sehingga tersandar di kursi dan memperlihatkan alas sepatunya, hal ini membuat para mahasiswa kaget. Keesokan harinya, koran-koran Kairo memuat berita utama mengenai demonstrasi mahasiswa yang memprotes perilaku profesor itu. Dalam kasus mengangkat kaki ini, apakah atau adakah komunikasi yang menjadi kajian kita? Siapakah komunikatornya? Siapakah yang berkomunikasi? Untuk itu, pertanyaannya kembali adalah: apakah ada unsur kesengajaan? Adakah motif yang melatar-belakanginya? Jika profesor itu sengaja mengangkat kaki, ada motif komunikasi, yakni untuk menghina mahasiswa Kairo karena ia tahu bahwa memperlihatkan telapak kaki adalah suatu penghinaan bagi budaya setempat, maka ia telah bertindak sebagai komunikator, orang yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi untuk mewujudkan motif komunikasi: menghina para mahasiswanya. Akan tetapi, jika ia tidak sengaja mengangkat kaki, maka ia tidak bertindak sebagai komunikator. Mahasiswanyalah yang menjadi komunikator: mengambil inisiatif untuk mewujudkan motif komunikasi karena ketidaksenangan atas perilaku profesor itu. Sekarang, mari ibaratkan kejadiannya di tempat lain, yang tidak bermasalah dalam hal menunjukkan telapak kaki. Profesor tidak sengaja mengangkat kaki, tidak ada motif apa-apa, tentunya juga tidak ada reaksi apa-apa dari mahasiswanya karena memang di tempat itu memperlihatkan telapak kaki bukan masalah, maka tidak ada komunikasi dalam hal mengangkat kaki ini. Atau bayangkan juga situasi ini: profesor itu berada di Kairo, ia memperlihatkan telapak kakinya, tapi mahasiswa tahu bahwa profesor itu tidak punya motif apa-apa untuk menghina mereka, ia hanya tidak sengaja memperlihatkan telapak kaki karena itu sudah menjadi kebiasaan sang profesor. Para mahasiswa itu memakluminya, maka tidak ada proses komunikasi dalam hal mengangkat kaki ini: tidak ada motif komunikasi apa pun yang ingin diwujudkan dan terwujudkan. Hal ini menguatkan pernyataan yang menyatakan bahwa setiap tingkah laku kita punya potensi komunikasi. Namun, tidak semua tingkah laku kita akan berujung pada komunikasi. Pertanyaannya kemudian adalah: jika komunikator menyampaikan pesan karena terdorong motif komunikasi, lantas dalam hal apakah dan dari manakah motif komunikasi itu berasal? Sebelum menjawab pertanyaan ini, bagi Anda yang menghendaki, pada lampiran-3 dapat Anda temui referensi menyangkut motif: batas sadar dan tak sadar. Motif jangka pendek dan jangka panjang: jika dalam pemikiran Freud hanya terdapat dua motif pada manusia, seks dan agresi, maka untuk kajian ilmu komunikasi kita menamai satu lagi motif yang kita sebut motif komunikasi: sebab-sebab yang mendorong seseorang menyampaikan pesan dengan melakukan tindak komunikasi. Namun, dilihat dari perilakunya, motif komunikasi dapat kita bedakan atas dua golongan: (a) motif-motif reaktif, muncul sesaat, jangka pendek, terpicu oleh faktor situasional saat ini; dan (b) motif proaktif, yang muncul sebagai hasil perencanaan untuk pencapaian jangka panjang. Kedua motif ini timbul karena terdorong oleh konsepsi kebahagiaan yang ingin diwujudkan pemiliknya. Konsepsi Kebahagiaan Didorong naluri kebahagiaan, dengan akal budinya manusia menyusun konsepsi kebahagiaan. Kon-sepsi dapat kita maknai sebagai rancangan, cetak biru, atau blue print yang menjadi arahan kita dalam mencapai sesuatu. Konsepsi kebahagian kita artikan sebagai rancangan dalam diri seseorang dalam upaya memperoleh kebahagiannya di berbagai bidang kehidupan: keluarga, pasangan hidup, pendidikan, pekerjaan, serta bidang-bidang kehidupan lainnya. Karenanya, konsepsi kebahagiaan pada dasarnya adalah konsep diri seseorang tentang kebahagiaannya. Konsepsi kebahagiaan seorang manusia dibanding dengan manusia lain - yang hidup bersama-sama dalam satu masyarakat, bahkan dalam satu rumah sekali pun - belum tentu sama. Konsepsi kebahagiaan adalah hasil kerja peralatan rohani: hati nurani, akal, budi, dan naluri yang terbentuk sepanjang hidup manusia pemiliknya. Karena kemampuan akal budi manusia tidak ada yang sama persis dalam menyerap pendidikan dan pengalaman hidupnya, karena luas pendidikan dan pengalaman hidup manusia juga tidak ada yang sama persis satu dengan lainnya, pun bidang kehidupan yang dilalui seorang manusia tidak ada yang

Page 31: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 31

sama persis, maka tidak ada konsepsi kebahagiaan manusia yang sama persis. Berapa banyakkah pasangan yang semula mengira saling cinta, namun setelah menjadi suami isteri, memutuskan untuk bercerai? Bahwa kemudian mereka menyadari, konsepsi kebahagiaan mereka tidak sama, ukuran kebahagiaan mereka tidak sama. Konsepsi kebahagiaan manusia di dorong oleh naluri kebahagiaan, namun ukuran kebahagian seorang manusia - bahkan yang kembar sekali pun - tidak ada yang sama. Pada saat manusia berusaha mewujudkan konsepsi kebahagiaan, motif komu-nikasinya terbentuk. Motif komunikasi inilah yang mendorong manusia pemiliknya melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesan kepada manusia lain. Di bidang pendidikan dan pekerjaan, misalnya: Anda menyadari sekarang adalah era komunikasi informasi, Anda ingin bahagia di bidang pendidikan dan pekerjaan, Anda meyakini, lapangan pekerjaan saat ini akan sangat membutuhkan pekerja bidang komunikasi. Anda yakin, bidang ini akan membawa kebahagiaan pada diri Anda. Konsepsi kebahagiaan Anda, seiring dengan pertumbuhan akal dan budi Anda pun tersusun. Pada saat Anda ingin mewujudkan konsepsi kebahagiaan, motif komunikasi Anda timbul. Terdorong motif komunikasi, Anda melakukan tindak komunikasi: mencari berbagai informasi tentang universitas-universitas yang memiliki fakultas ilmu komunikasi. Anda mengangkat telepon, bertanya, atau bahkan langsung mendatangi universitas itu. Anda berkomunikasi, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Bisa juga konsepsi kebahagiaan tentang pasangan hidup, misalnya: secara fisik (peralatan jasmani) pasangan hidup yang Anda inginkan harus berhidung mancung, berkulit putih, dan cukup tinggi. Sedangkan sifatnya (rohani), ia harus cerdas (akal) dan baik (budi) pekertinya. Maka motif komunikasi Anda timbul ketika melihat seseorang yang memenuhi kriteria, rancangan Anda tentang kekasih idaman dari segi jasmani maupun rohani. Anda mendekatinya, Anda menyapanya, Anda berkomunikasi dengannya. Sekedar referensi tambahan, pada lampiran-4 Anda dapat menemui artikel tentang apakah motif sama dengan tujuan? Bidang-bidang kehidupan manusia: bidang kehi-dupan seorang manusia sangat beragam. Sebagai manusia, kita menjalankan berbagai macam peran. Pada satu waktu, Anda harus berperan sebagai anak, sebagai ayah, sebagai suami, sebagai manajer di perusahaan, sebagai dosen di sore hari, sebagai ustadz pengajian di malam hari, dan sebagainya. Namun, pada sebagian orang, tidak seluruh peran dapat dilakoni dengan baik. Jika ia memerankan bos yang galak di tempat kerja dan tidak dapat memainkan peran yang lain ketika pulang ke rumah karena hanya mempunyai satu konsepsi kebaha-giaan: pimpinan yang disegani dan ditakuti; maka ia akan bermasalah. Bayangkan jika peran bos galak itulah yang ia lakoni ketika bermain dengan anak atau bercinta dengan isterinya, kehidupannya akan sangat terbatasi. Kekayaan pengalaman dari perasaan kreativitas dan spontanitas kehidupan tidak mengalir ke dalam dirinya (lihat Cortright, 1997:82). Sebaik-baiknya, kita memiliki konsepsi kebahagiaan pada masing-masing bidang kehidupan yang kita perani itu. Namun, tidak dari semua kita menyadari sepenuhnya akan konsepsi kebahagiaan yang kita anut atau miliki: konsepsi yang terdorong oleh naluri kebahagian kita itu tetap tersimpan jauh di alam bawah sadar, untuk suatu saat muncul membentuk motif komunikasi yang reaktif si-tuasional, membuat manusia pemiliknya melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesan tertentu seketika itu juga. Sebelumberlanjut pada pembahasan tentang falsafah hidup, ada baiknya Anda mencermati petikan berikut yang merupakan kisah di mana seseorang memahami konsepsi kebahagiaannya justru setelah menemukan makna hidupnya (Yang diambil dari Rakhmat dalam Zohar, 2000). PENEMUAN MAKNA HIDUP Seorang eksekutif pindah dari Bandung ke Jakarta. Dia mendapat posisi yang sangat baik dengan gaji berlimpah. Akan tetapi, dia juga kehilangan waktu untuk berkencan dengan keluarga dan anak-anaknya. Dia ingin mempertahankan jabatannya dan ingin mempunyai waktu lebih banyak untuk keluarga. Pada suatu hari, dia berdiri di depan rapat pimpinan dan menyatakan pengunduran dirinya. Saat itu, dia merasakan kebahagiaan menemukan kembali makna hidupnya. Falsafah Hidup

Page 32: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 32

Konsepsi kebahagiaan manusia ditentukan dan diarahkan oleh falsafah hidup yang dianutnya. Falsafah hidup adalah kesatuan nilai-nilai yang menurut manusia pemiliknya paling agung dan kalau diwujudkan ia yakin akan memperoleh kebahagiaan. Falsafah hidup sering juga disebut prinsip hidup, dalam pengertian prinsip yang dijadikan pedoman hidup oleh manusia pemiliknya. Falsafah hidup tersusun dan merupakan hasil kerja simultan antara hati nurani, akal, budi, dan naluri sepanjang hidup manusianya. Karenanya, falsafah hidup terbentuk dan terus berkembang berdasarkan rangkaian pendidikan dan pengalaman hidup dari manusia pemiliknya. Falsafah hidup bersifat dinamis, dapat berubah secara alamiah, seiring dengan perkembangan pendidikan dan pengalaman hidup manusia pemiliknya. Seseorang yang tadinya menentang korupsi, ketika terpilih menjadi anggota dewan, pengalamannya menun-jukkan bahwa semua kolega melakukan korupsi. Terdapat dua kemungkinan terhadap anggota dewan kita itu: ia tetap setia pada falsafah hidupnya yang menentang korupsi atau justru ikut menjadi pelaku korupsi. Semua pilihan tergantung kepada hati nurani, akal, budi, dan nalurinya. Proses ini bersifat dinamis, interaktif berkesinambungan: hati nurani, akal, budi, dan naluri mempengaruhi kerja falsafah hidup dan konsepsi kebahagiaan. Pada gilirannya, falsafah hidup dan konsepsi kebahagiaan akan mempengaruhi akal, budi, dan naluri manusia pemiliknya. Demikian seterusnya, sepanjang hidup manusia pemiliknya, dan baru berhenti pada akhir kesadarannya. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misal-nya: rakyat Indonesia telah menyusun falsafah hidup yang kita sebut Pancasila. Dari falsafah hidup ini, kita menurunkan konsepsi kebahagiaan berbangsa yang kita beri nama Undang-Undang Dasar'45; rancangan yang menurut kita, masyarakat Indonesia, apabila diwujudkan akan dapat membawa kebahagiaan dalam bernegara. Baik Pancasila maupun UUD '45 tidak statis; ia dapat berubah seiring dengan bertambahnya pendidikan dan pengalaman kita dalam berbangsa dan bernegara. Dalam kehidupan organisasi, falsafah hidup dapat kita temui pada visi organisasi dan konsepsi kebahagiaan pada misinya. Falsafah hidup seseorang dapat berubah secara alamiah. Narnun, terdapat satu cara untuk mengubahnya secara paksa. Dalam teori komunikasi, cara itu kita sebut indoktrinasi: upaya mengubah falsafah hidup seseorang dengan paksa. Sebagai referensi, artikel lampiran-5 tentang falsafah hidup dan konsepsi kebahagiaan, dasar pemikirannya diambil dari Covey (1993), namun telah diadaptasi, ditulis ulang, dan dikembangkan sesuai kebutuhan. KONSEPSI KEBAHAGIAAN, MOTIF KOMUNIKASI, DAN PESAN Mengapa manusia berkomunikasi menyampaikan pesan? Dari manakah datangnya pesan? Tesis modul ini menyatakan: pesan datang karena adanya motif komunikasi, motif komunikasi yang terbentuk dari konsepsi kebahagiaan, konsepsi kebahagian merupakan perwujudan falsafah hidup pada bidang kehidupan manusia. Pesan yang menjadi obyek kajian ilmu komunikasi disampaikan saat manusia melakukan tindak komunikasi. Tindak, dalam konteks ini kita artikan sebagai perbuatan. Karenanya, tindak komunikasi kita definisikan sebagai perbuatan yang dilakukan manusia dalam usaha penyampaian pesan guna mewujudkan motif komunikasinya. Untuk memudahkan pemahaman hal ini, cobalah Anda fikirkan tiga pertanyaan di bawah ini. a. Mengapa manusia melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesan kepada manusia

lain? b. Dari manakah datangnya motif komunikasi? Dapatkah Anda menjelaskan proses terbentuk-nya

motif komunikasi? c. Dari manakah datangnya konsepsi kebahagiaan? Dapatkah Anda menjelaskan proses

terbentuknya konsepsi kebahagiaan? Guna menjawab pertanyaan di atas, mari kita bedah permasalahan ini dengan mengkaji artikel berikut. DARI FALSAFAH HIDUP HINGGA KE PESAN Manusia adalah makhluk yang memiliki peralatan jasmani dan rohani. Peralatan jasmani bersifat konkret, sementara peralatan rohani bersifat abstrak, bekerja secara simultan sepanjang hidup manusia pemiliknya. Peralatan rohani manusia - terdiri dari hati nurani, akal, budi, dan seperangkat naluri - bekerja sepanjang hidup manusianya, menghasilkan sejumlah hasil kerja peralatan rohani: falsafah hidup, konsepsi kebahagiaan, motif komunikasi, serta pesan yang disampaikan dengan melakukan

Page 33: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 33

tindak komunikasi sebagai upaya perwujudan motif komunikasi. Oleh karena falsafah hidup adalah hasil kerja peralatan rohani, sementara peralatan rohani bekerja sepanjang hidup manusia pemiliknya, maka falsafah hidup seseorang dapat berubah. Falsafah hidup Anda ketika berusia 17 tahun berbeda ketika 70 tahun. Selain secara alamiah, falsafah hidup juga dapat diubah secara paksa, yaitu dengan cara indoktrinasi. Falsafah hidup kita maknai sebagai kesatuan nilai-nilai yang menurut pemilikinya paling agung dan jika diwujudkan ia yakin akan memperoleh kebahagiaan. Untuk mewujudkan falsafah hidup, manusia menyusun konsepsi kebahagiaan; yaitu rancangan yang dimiliki seseorang atas kebahagiaan yang ingin diraihnya dalam berbagai bidang kehidupan. Falsafah hidup saya, nilai yang saya anut mengutamakan kemandirian pada berbagai bidang kehidupan; termasuk di bidang pendidikan. Karenanya, saya tidak merasa bahagia jika orangtua mengatur pendidikan saya. Rancangan kebahagiaan saya di bidang pendidikan berdasarkan pemahaman akal budi saya karena berada di era informasi adalah menjadi seorang jurnalis TV. Sementara konsepsi kebahagiaan ayah saya, karena ia seorang insinyur teknik industri yang berhasil, adalah saya harus menempuh pendidikan di bidang itu. Ayah saya yakin, jika menjadi insinyur teknik, saya akan bahagia seperti dirinya. Konsepsi kebahagiaan saya tidak sama dengan konsepsi kebahagiaan ayah. Pada saat ayah ingin mewujudkan konsepsi kebahagiaannya, motif komunikasinya timbul. la memanggil saya dan berkata, "Nak, kamu harus menjadi insinyur teknik industri seperti Ayah". Mendapat pernyataan itu, saya bereaksi. Misalnya, dengan memberikan umpan balik, "Yah, saya tidak ingin menjadi sarjana teknik industri". Giliran motif komunikasi saya terpicu, saya memberi argumentasi lebih lanjut bahwa sekarang adalah era komunikasi yang datang mengganti era industri, dan saya ingin menuntut ilmu pada bidang yang menjadi era saya, yang saya yakini akan membawa kebahagiaan bagi masa depan saya. Dengan jawaban saya, terjadi interaksi antara saya dan ayah. Masing-masing berusaha mewujudkan motif komunikasinya. Setelah melalui perdebatan, terdapat berbagai kemungkinan: (a) ayah tetap memaksakan konsepsi kebahagiaannya pada saya dan saya mengalah, menyesuaikan diri dengan konsepsi kebahagiaan ayah; (b) ayah memaksakan konsepsi kebahagiannya pada saya dan saya menentangnya, tetap memegang teguh konsepsi kebahagiaan saya pada bidang pendidikan: belajar di fakultas ilmu komunikasi (Fikom) untuk menjadi jurnalis TV. Kemungkinan atas hal terakhir ini adalah (b.l.) ayah mengalah, menyesuaikan diri dengan konsepsi kebahagiaan saya; atau (b.2.) hubungan memburuk karena kami mempertahankan konsepsi kebahagiaan masing-masing. Kembali pada konteks "a", jika kita lihat kemungkinannya, maka setelah lima tahun: (a.l) saya lulus sarjana dan berbahagia karena merasa telah membahagiakan orang tua; atau (a.2.) saya lulus dengan ketidakbahagiaan - dan suatu saat kembali kuliah dengan biaya sendiri mengambil fikom atau bekerja menjadi jurnalis TV bidang teknologi industri; atau bahkan (a. 3) tidak pernah lulus sama sekali karena tidak punya cukup motivasi di bidang teknik industri. Karena konsepsi kebahagiaan tidak terwujud, saya cenderung menimpakan seluruh kesalahan atas kegagalan hidup kepada ayah. Misalkan saja, pada akhirnya diperoleh kesepakatan dan ayah mengalah, menyetujui pilihan saya. Untuk mewujudkan konsepsi kebahagiaan saya di bidang pendidikan itu, saya mencari informasi di koran, bertanya pada kawan, dan sebagainya menyangkut universitas mana yang memiliki fikom. Setelah membaca iklan di koran, saya mengangkat telepon dan berkata, "Selamat siang, bisakah saya bertanya-tanya tentang fikom di universitas ini?". Dengan menyampaikan pesan, saya telah melakukan tindak komunikasi, berupaya mewujudkan motif komunikasi. Motif komunikasi timbul manakala saya mengalami masalah dalam usaha mewujudkan konsepsi kebahagiaan pada salah satu bidang kehidupan. Konsepsi kebahagiaan saya dihasilkan dan diarahkan oleh falsafah hidup: kesatuan nilai-nilai yang menurut saya paling agung dan jika diwujudkan saya yakin akan memperoleh kebahagiaan. Dalam "kehidupan" suatu organisasi, dalam tataran tertentu, kita dapat memaknai falsafah hidup sebagai visi dan konsepsi kebahagian adalah misi. Visi dan misi mengarahkan kerja dan kinerja

Page 34: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 34

organisasi. Dalam kehidupan kita bernegara, Pancasila adalah falsafah hidup dan konsepsi kebahagiaan kita tertuang dalam Undang-Undang Dasar '45. Berdasarkan artikel di atas, tentunya sekarang Anda telah dapat menjawab empat pertanyaan menyangkut hubungan antara tindak komunikasi - motif komunikasi - konsepsi kebahagiaan. Dalam pada itu, sebagaimana diutarakan, motif-motif manusia pada dasarnya dapat kita bedakan atas yang bersifat proaktif, terkait dengan pencapaian jangka panjang; dan motif-motif reaktif, terpicu oleh faktor situasional sesaat. Selanjutnya, kajilah artikel berikut ini. GELAR YANG TIDAK TER-UPDATE Di kampus, seorang teman baru menyelesaikan program spesialisasinya. la adalah kepala biro pada salah satu unit di universitas. Karena satu dan lain hal, unitnya dibekukan. Karena pembekuan ini, tunjangan jabatan yang ia terima berkurang sangat signifikan. la dapat menerima hal itu dengan lapang dada. Sampai satu minggu kemudian, kami memasuki semester baru, dan ia menerima jadwal perkuliahan yang harus ia ajar. Gelar spesialisasinya belum tercantum. la menelepon saya, suaranya terdengar sangat terpukul," Apa sih maksudnya?", tanyanya dengan suara bergetar, "Sebagian tunjangan saya sudah berkurang, saya terima. Sekarang, lihat, jadwal perkuliahan yang baru ini. Gelar saya, masih yang lama!" Motif komunikasinya muncul sesaat melihat jenjang pendidikan terakhirnya belum ter-update. Bagi seorang dosen, jenjang pendidikan terkait dengan honor mengajar, bukan semata citra atau kebanggaan. "Apa sih maksudnya?" Berulang-ulang ia bertanya, tampak tertekan. Entah bagaimana, kemudian ia "merasa" ada semacam konspirasi yang bermain di belakangnya, berusaha menekan dan menjatuhkannya, baik secara karir maupun ekonomi. Bagaimanakah Anda memaknai motif-motif yang ada pada artikel di atas? Siapakah komunikator? Siapa pula komunikannya? Sebagai ahli komunikasi, ada baiknya Anda tidak terlalu cepat menyimpulkan. Simaklah kelanjutan artikel tersebut. Mendengar itu, saya tersenyum. Saya tahu, tidak ada maksud apa-apa dari pihak fakultas atau universitas, apalagi yayasan: tidak ada motif komunikasi apa pun dengan pencetakan jadwal kuliah dengan gelar lama yang belum diganti. Hal itu semata karena sistem komputerisasi yang relatif "lambat" dalam meng-update data jenjang pendidikan dosen. Saya pernah mengalami hal sama ketika baru menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi. Di awal perkuliahan, yaitu di awal bulan, jenjang pendidikan yang tercetak pada jadwal kuliah, masih yang lama. Dan di akhir bulan, saya menerima honor sebagaimana seharusnya, sesuai dengan jenjang pendidikan terakhir. Tidak ada motif komunikasi apa pun dengan pencetakan nama gelar yang salah itu. Siapakah komunikator? Siapakah komunikannya? Berapa seringkah kita berprasangka dan belakangan terbukti bahwa kita keliru, bahwa sebetulnya tidak ada motif-motif negatif dari pihak lain? Apa pun peristiwanya, artikel itu menunjukkan bahwa manakala terdapat masalah menyangkut konsepsi kebahagiaan seseorang, dalam hal ini kawan saya itu, maka motif komunikasi akan timbul, mendorong manusianya melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesan. MANUSIA SEBAGAI MEDIUM Pembahasan sejauh ini mengupas manusia selaku komunikan dan komunikator. Sebelum teknologi media komunikasi ditemukan, manusia harus menggunakan manusia lain sebagai medium untuk mengatasi jarak. Misalnya, seorang raja menyampaikan pesan kepada raja lain dengan mengirim kurir untuk membawa pesannya. Atau, Anda menitip salam pada seorang kawan untuk disampaikan kepada gadis idaman. Kawan Anda bertindak sebagai kurir, medium pembawa pesan, sebagaimana terlihat pada contoh berikut. MENUNGGU Dl KANTIN BELAKANG (1) Seusai kuliah, Andi berkata kepada Badu, temannya. "Badu, tolong sampaikan pada Cika, aku menunggunya di kantin belakang". Saat bertemu Cika, Badu berkata, "Cika, Andi menunggumu di kantin belakang". Pada kasus di atas, komunikator adalah Andi, komunikan adalah Cika dan Badu bertindak selaku medium, alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesan kepada

Page 35: MODUL PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

Pengantar Ilmu Komunikasi 35

komunikannya. Pesan yang digunakan adalah bahasa lisan, isinya menyatakan bahwa Andi me-nunggu Cika di kantin belakang. Motif komunikasi Andi adalah agar Cika menunggunya, sehingga mereka dapat pulang bersama. Selanjutnya, perha-tikan kasus berikut. MENUNGGU DI KANTIN BELAKANG (2) Seusai kuliah, Andi berkata kepada Badu, temannya. "Badu, tolong sampaikan pada Cika, aku menunggunya di kantin belakang". Saat bertemu Cika, Badu berkata, "Cika, Andi titip pesan. Katanya, ia harus pulang duluan dan tidak bisa menunggumu. Kamu mau pulang? Mari, aku antar". Siapakah komunikator pada kasus ini? Dalam kasus kedua ini, komunikator bukan Andi, melainkan Badu. Definisi kita menyatakan bahwa komunikator adalah manusia yang menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Dalam kasus kedua, motif komunikasi yang coba diwujudkan bukan milik Andi, melainkan milik Badu, yang diam-diam menaruh hati pada Cika, ingin pulang bersama gadis itu. Karenanya, bukan motif komunikasi Andi yang coba ia bantu wujudkan, melainkan motif komunikasinya sendiri: agar Cika pulang bersamanya. Dalam contoh yang lain: raja A menyampaikan pesan damai pada raja B melalui kurir C. Bukan pesan damai yang disampaikan oleh C, melainkan tantangan perang. Yang diwujudkan bukan motif komunikasi A, melainkan motif komunikasi C, agar B bertempur dengan A, dan C dapat meraih keuntungan. Karena konsepsi kebahagiaan C adalah ia ingin menjadi raja. Contoh ini kembali menunjukkan bahwa penekanan pada motif komunikasi adalah penting, utamanya untuk mengidentifikasi apakah seseorang berperan sebagai medium atau telah menjadi komunikator; yakni manusia yang menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Dalam contoh kita tadi, kurir adalah manusia yang berperan sebagai medium komunikasi. Dalam komunikasi politik, juru kampanye adalah medium dari komunikator; yaitu organisasi partai peserta pemilu. Dalam konteks komunikasi bisnis, seorang sales promotion girls adalah medium dari komunikator/perusahaan yang berpromosi. PERTANYAAN EVALUASI DAN DISKUSI 1. Jelaskan tiga belas konsep utama di atas! 2. Apakah perbedaan hakiki manusia dengan makhluk lainnya? 3. Bagaimanakah sifat hakikat dari peralatan jasmani manusia dibandingkan dengan peralatan

rohani? 4. Modul ini membedakan secara konseptual antara akal dengan budi. Apakah perbedaan

antarkeduanya ditinjau dari segi fungsinya? 5. Sebutkan masing-masing hasil kerja peralatan rohani yang Anda ketahui. 6. Jelaskan hubungan antara konsepsi kebahagian - motif komunikasi - pesan! 7. Bagaimanakah Anda dapat membedakan apakah seorang wartawan bertindak selaku medium atau

justru berperan sebagai komunikator? Jelaskan dan berikan contoh!