MODUL PBL Sindroma Jebakan

29
SKENARIO 3 Laki-laki umur 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada daerah siku kanan menjalar ke lengan bawah yang dirasakan sejak 9 bulan lalu. Keadaan ini dirasakan semakin bertambah berat terutama bila penderita memflexikan sikunya. Ada riwayat fraktur supracondylar pada waktu berusia 5 tahun. Pada siku kanan terlihat valgus deformitas, gangguan sensoris pada ujung jari kelingking. Atrophy otot pada web space I. Kata Sulit 1. Flexi : Tindakan membengkokkan atau keadaan dibengkokkan. 2. Fraktur supracondylar : Pemecahan, khususnya tulang / pecahan atau rupture pada bagian supracondylar (terletak di atas condylus) 3. Valgus : angulasi secara imajiner yang tidak ada hubungannya dengan lingkaran imajiner dimana penderita ditempatkan. 4. Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian atau umum; malforasi 1

description

modul ini untuk blok muskuloskeletal

Transcript of MODUL PBL Sindroma Jebakan

Page 1: MODUL PBL Sindroma Jebakan

SKENARIO 3

Laki-laki umur 36 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada daerah siku

kanan menjalar ke lengan bawah yang dirasakan sejak 9 bulan lalu. Keadaan ini

dirasakan semakin bertambah berat terutama bila penderita memflexikan sikunya.

Ada riwayat fraktur supracondylar pada waktu berusia 5 tahun. Pada siku kanan

terlihat valgus deformitas, gangguan sensoris pada ujung jari kelingking. Atrophy otot

pada web space I.

Kata Sulit

1. Flexi : Tindakan membengkokkan atau keadaan dibengkokkan.

2. Fraktur supracondylar : Pemecahan, khususnya tulang / pecahan atau rupture

pada bagian supracondylar (terletak di atas condylus)

3. Valgus : angulasi secara imajiner yang tidak ada hubungannya dengan

lingkaran imajiner dimana penderita ditempatkan.

4. Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian atau umum; malforasi

5. Gangguan sensoris : Gangguan terhadap keadaan individu terhadap kesadaran

atau kejernihan mentalnya

6. Atrophy : Pengurusan; pengecilan ukuran suatu sel, jaringan, organ atau

bagian tubuh

7. Web space I :

Web : jaringan atau membrane

Space : daerah yang di batasi / rongga

Sumber : Kamus Kedokteran Dorland dan Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi

1

Page 2: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Kata/Kalimat Kunci

1. Laki-laki (36 tahun)

2. Nyeri pada siku kanan menjalar ke lengan bawah (sejak 9 bulan lalu)

3. Semakin bertambah berat bila memflexikan siku

4. Fraktur supracondylar (usia 5 tahun)

5. Valgus deformitas pada siku kanan

6. Gangguan sensoris pada ujung jari kelingking

7. Atrophy otot pada web space I

Pertanyaan

1. Jelaskan struktur anatomi pada extremitas superior!

2. Bagaimana hubungan riwayat fraktur dengan gejala yang tampak pada skenario?

3. Jelaskan penyebab terjadinya sindroma jebakan!

4. Jelaskan langkah-langkah diagnosis penyakit pada skenario!

5. Jelaskan differential diagnosis pada kasus tersebut!

6. Bagaimana mekanisme nyeri yang berkaitan dengan skenario?

7. Sebutkan gambaran klinis dari penyakit yang diderita oleh pasien!

8. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosis pada skenario tersebut?

9. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario tersebut?

2

Page 3: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Pembahasan

1. Extremitas superior terdiri dari:

1. Cingulum extremitas superior, merupakan bagian yang tidak bergerak.

Bagian ini disebut juga gelang bahu dan dibentuk oleh tulang:

Os scapula

Merupakan tulang pipih berbentuk segitiga, berjumlah dua buah, terletak

dibagian dorsal costa dan di sebelah kiri-kanan columna vertebralis.

Tulang ini berhubungan dengan clavicula dan humerus. Kedua

permukaan ditutupi oleh otot.

Os clavicula

Berbentuk huruf S, terletak di bagian ventral dan cranial dinding thorax.

Tulangi ini merupakan batas caudal dari leher, diliputi oleh leher

sehingga mudah diraba. Clavicula terdiri dari pars sternalis yang

mengadakan hubungan dengan sternum dan pars acromialis yang

mengadakan hubungan dengan acromion dari scapula.

2. Extremitas superior liberae, merupakan bagian yang dapat bergerak bebas,

terdiri dari:

Os humerus

Termasuk os longum, kedua ujungnya diliputi oleh jaringan

fibrocartilago yang akan berhubungan (membentuk persendian) dengan

tulang scapula, radius, dan ulna.

Os radius

Ujung proximal membentuk capitulum radii berbentuk roda, letak

melintang. Ujung cranial capitulum radii membentuk fovea articularis

(capituli radii). Corpus radii di bagian tengah agak ceper membentuk

margo interossea (crista interossea), margo anterior dan margo posterior.

3

Page 4: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Ujung distal radius melebar kea rah lateral membentuk proc. Styloideus,

dibagian medial membentuk incisura oleh tendo.

Os ulna

Tulang ulna berada pada region antebrachium disebelah medial. Pada

ujung proximal terdapat: olecranon (bagian ini dapat diraba baik pada

posisi lengan lurus maupun flexi), proc. Coronoideus, incisura

similunaris. Makin ke distal tulang ulna menjadi makin kecil dan pada

ujungnya terdapat proc. Styloideus. Tulang ulna berperan lebih banyak

pada region cubiti, sehingga ujung proximalnya lebih besar dari ujung

distal.

Os carpalia, terdiri dari delapan buah tulang os brevis, berada dalam dua

deretan sebagai berikut:

Deretan proximal dari lateral ke medial adalah os scaphoideum (os

naviculare), os lunatum, os triquetrum dan os pisiforme.

Deretan distal dari lateral ke medial adalah os trapezium (os

multangulum majus), os trapezoideum (os multangulum minus), os

capitatum dan os hamatum.

Os metacarpalia

Terdiri dari lima buah os longum. Setiap os metacarpale mempunyai

basis, corpus dan caput.

Os phalanges

Setiap jari mempunyai 3 ruas, kecuali ibu jari hanya mempunya dua

buah ruas, yaitu phalanx proximalis, phalanx media dan phalanx distalis.

Setiap phalanx membentuk basis, corpus dan caput phalanx.

Arthrologi pada regio extremitas superior terdapat

Articulatio sternocalvicularis

Articulatio acromioclavucularis

Articulatio humeri

Articulatio cubiti

4

Page 5: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Articulatio radio-ulnaris

Articulate radiocarpalis

Myologi pada regio extremitas superior terbagi dalam beberapa region, yaitu:

Regio Deltoidea

1. M. deltoideus

Regio Brachium

1. M. triceps brachii

2. M. biceps brachii

3. M. brachialis

4. M. coracobrachialis

Regio Antebrachium

a. Gugus ventralis

Superficialis

1. M. pronator teres

2. M. flexor carpi radialis

3. M. Palmaris longus

4. M. flexor carpi ulnaris

5. M. flexor digitorum sublimis (=superficialis)

Profunda

1. M. flexor digitorum profundus

2. M. flexor pollicis longus

3. M. pronator quadrates

b. Gugus radialis

Superficialis

1. M. brachioradialis

2. M. extensor carpi radialis longus

3. M. extensor carpi radialis brevis

Profunda

1. M. supinator

5

Page 6: MODUL PBL Sindroma Jebakan

c. Gugus dorsalis

Superficialis

1. M. anconeus

2. M. extensor digitorum communis

3. M. extensor digiti minimi

4. M. extensor carpi ulnaris

Profunda

1. M. abductor pollicis longus

2. M. extensor pollicis brevis

3. M. extensor pollicis longus

4. M. extensor pollicis brevis

Regio Manus

a. Otot-otot thenar

1. M. abductor pollicis brevis

2. M. opponens pollicis

3. M. flexor pollicis brevis

4. M. adductor pollicis

b. Otot-otot hypothenar

1. M. Palmaris brevis

2. M. abductor digiti quinti (V)

3. M. flexor digiti minimi

4. M. opponens digiti quinti (V)

c. Otot-otot lumbricales

d. Otot-otot interosseus (1)

6

Page 7: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Innervasi ekstremitas atas adalah pada pleksus brahialis pada C5-T1

C5 Truncus superior Fasiculus lateralis :

C6 N. musculocutaneus, N. medianus

C7 Truncus medialis Fasiculus posterior:

C8 N.axillaris, N.radialis

T1 Truncus inferor Fasiculus medialis :

N.medianus, N. ulnaris (10)

7

Page 8: MODUL PBL Sindroma Jebakan

2. Hubungan riwayat fraktur dengan gejala yang tampak pada skenario

Fraktur Supracondylar Humeri

Fraktur supracondylar humeri (transkodiler) merupakan fraktur yang sangat sering

ditemukan pada anak setelah fraktur antebrachi. Dikenal dua tipe fraktur

supracondylar humeri berdasarkan pergeseran fragment distal yaitu:

a. Tipe posterior (tipe ekstensi)

Tipe ekstensi merupakan 99% dari seluruh jenis fraktur supracondylar

humeri pada tipe ini fragment distal bergeser ke arah posterior.

b. Tipe anterior (tipe fleksi)

Tipe fleksi hanya merupakan 1-2% dari seluruh fraktur supracondylar

humeri. Disini fragment distal bergeser ke arah anterior.(9)

8

Page 9: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Pada anak-anak dibawah 11 tahun akan terjadi proses healing dengan sendirinya

pada tulang yang mengalami fraktur. Proses tersebut antara lain, hematoma

(inflamasi), soft callus, hard callus dan remodelling.(2)

3. Penyebab terjadinya sindroma jebakan (Entrapment Neuropathies)

Merupakan gangguan fungsi saraf perifer oleh karena keadaan/posisi yang

abnormal atau gangguan vaskularisasi yang menyebabkan iskemi pada saraf. Ada

beberapa leadaan yang dapat menimbulkan jepitan saraf perifer. Saraf perifer

dalam perjalanannya ke distal pada anggota gerak atas maupun anggota gerak

bawah melewati beberapa terowongan yang berbatasan dengan tulang, jaringan

tendo atau jaringan muskuler.(3)

Pada titik yang dimaksud dapat terjadi disfungsi saraf oleh karena:

1. Kompresi akibat kompartemen yang menyempit baik oleh karena penyakit

local maupun sistemik atau oleh karena adanya pembengkakan jaringan

sekitar, misalnya pada sindroma terowongan carpal.

2. Ketegangan berulang-ulang pada saraf yang melalui struktur yang

mengalami kelainan (cervical rib).

3. Tekanan oleh karena penyembuhan tulang yang tidak baik (malunion)

misalnya pada nervus medianus akibat fraktur Colles.

4. Gesekan yang disebabkan oleh penyempitan yang berulang-ulang dari

serabut saraf misalnya pada thoracic outlet syndrome.

5. Dislokasi yang berulang-ulang (tardi ulnar paralisis)(9)

9

Page 10: MODUL PBL Sindroma Jebakan

4. Langkah-langkah diagnosis penyakit pada skenario

Pemerisaan fisik pada penderita memerlukan beberapa prinsip pemeriksaan. Teknik

pemeriksaan secara alami bervariasi pada setiap individu, tetapi pada dasarnya

dibutuhkan suatu pemeriksaan yang rutin atau baku, tahap demi tahap agar

pemeriksaan tidak berulang. Pemeriksaan fisik juga disesuaikan dengan keadaan

atau kondisi penderita, misalnya penderita yang memerlukan penanganan darurat

maka pemeriksaan fisik yang dilakukan seperlunya saja sesuai kebutuhan yang ada. (9)

1. Status generalis

Dalam pemeriksaan ortopedi secara umum, saat penderita dating pada kita sudah

merupakan suatu pemeriksaan awal secara menyeluruh sambil lalu dengan

melihat postur dan cara berjalan penderita.

Pemeriksaan fisik ortopedi yang dilakukan meliputi :

Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama

Pemeriksaan dengan keluhan utama yang dikeluhkan dilakukan secara teliti.

Tetapi harus diingat bahwa keluhan pada satu tempat mungkin akibat dari

kelainan pada tempat ain, sehingga tidak cukup hanya dengan memeriksa

pada tempat dengan keluhan utama.

Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber di tempat lain (referred

pain).

Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan ini terdiri atas

Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian tubuh yang diperiksa tidak

tertutup atau telanjang. Anggota gerak yang sehat diperiksa dan harus terbuka.

Jangan tergesa-gesa saat memeriksa dan hadapkan muka pemeriksa ke muka

penderita untuk memberikan kepercayaan.

Selalu menyiapkan perlengkapan pemeriksaan.

Pemeriksaan badan secara hati-hati, sistemik dan terarah.

Periksa tempat lain yang mungkin ada hubungannya.

10

Page 11: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Pemeriksaan secara cepat di daerah lain yang mungkin ada hubungannya

untuk menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan Fisik Ortopedi

Inspeksi (Look) Palpasi (Feel) Gerak (Move)

Bagian Distal Bagian Utama Bagian Lain

Kulit Jaringan Lunak Tulang dan sendi

Pembuluh Darah, Saraf, Otot, Tendo, Ligamen

2. Status lokalis

Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dengan urut-urutan sebagai berikut :

Inspeksi (Look)

Palpasi (Feel)

Kekuatan otot (Power)

Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)

Auskultasi

Uji-uji fisik khusus

11

Page 12: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Inspeksi (Look)

Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada

inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan.

Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur.

Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada :

a. Kulit, meliputi warna kulit

b. Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot , tendo, ligamentum, jaringan

lemak, fasia, kelenjar limfe

c. Tulang dan sendi

d. Sinus dan jaringan parut

Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau dalam sendi

Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma, atau supurasi

Palpasi (Feel)

Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah :

a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri dapat

diraba atau tidak.

b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya

spasme otot, atrofi otot, keadaan membrane sinovia, penebalan jaringan

membrane sinovia, adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan didalam/diluar

sendi atau adanya pembengkakan.

c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi nyeri yang tepat, apakah nyeri setempat

atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain).

d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan, dari tulang atau

adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan

yang lainnya.

e. Penilaian deformitas yang menetap; pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi tidak

dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.

12

Page 13: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Kekuatan Otot (Power)

Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis, tindakan, prognosis serta

hasil terapi. Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana kekuatan

otot dibagi dalam grade 05, yaitu :

Grade 0 : Tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot

Grade 1 : Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang

dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi

Grade 2 : Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak

dapat melawan pengaruh gravitasi

Grade 3 : Di samping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh

gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa

Grade 4 : Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot

terhadap tahanan yang ringan

Grade 5 : Kekuatan otot normal

Pergerakan (Move)

Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerkan yang aktif merupakan

pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendri dan pergerakan pasif yaitu

pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksaan.

Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai :

a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif

Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit

Apakah gerakan ini disertai dengan adanya kresipitasi

b. Stabilisasi sendi

Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligament

yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan

memberikan tekanan pada ligament dan gerakan sendi diamati.

c. Pemeriksaan ROM (Range of Joint Movement)

13

Page 14: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi

yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.

Setiap sendi mempunyai batas gerakan normal yang merupakan patokan untuk

gerakan abnormal dari sendi. Di kenal beberapa macam gerakan pada sendi,

yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, flexi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,

supinasi, fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi , inverse, dan eversi.

Gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal

dan abnormal secara aktif dan pasif.

Auskultasi

Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarang dilakukan dan biasanya

dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada fraktur atau untuk mendengar bising

fistula arteriovenosa.(5)

5. Differential diagnosis pada kasus tersebut.

CTS Cub.TS Rad.TS

14

Page 15: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Laki-laki  36 thn + + +

Nyeri menjalar ke lengan bawah - + +

Dirasa sejak 9 bulan + +

Riwayat fraktur supracondylar - + +

Valgus deformitas - + +

Gangguan sensoris kelingking - + -

Atrophy web space 1 + + -

TOTAL 3 7 4

1. Carpal Tunnel Syndrome

Atau disebut juga CTS/Sindrom terowongan Karpal. Sindrom ini terjadi pada

pergelangan tangan. Penyebab yang pasti umumnya tidak diketahui. Pada beberapa

kasus kelainan ini ditemukan bersama dengan fraktur pergelangan tangan,

osteoarthritis, penyakit Paget Tulang, mieloma, akromegali, hipertiroidisme,

penderita diabetes, alkoholisme.

Sebanyak setengah dari penderita memiliki gejala klinis yang ringan.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinik semata-mata, selain itu

diagnosis dapat ditegkkan dengan elektro diagnosis dengan pemeriksaan konduksi

saraf.( 2,9,11)

2. Cubital Tunnel Syndrome

Atau disebut juga dengan jepitan saraf ulnaris pada bagian siku. Cubital

Tunnel Syndrome adalah kondisi yang menyebabkan saraf ulnaris yang berada di

ulnaris terjepit. Nervus ulnaris masuk ke dalam kompartemen ekstensor dari

lengan atau melalui septum intermuskularis ulnaris pada insersi muskulus

deltoideus. Selanjutnya saraf ini berada dibelakang epikondilus medialis humerus

15

Page 16: MODUL PBL Sindroma Jebakan

dan mencapai kompartemen fleksor pada lengan bawah dan berjalan di olekranon

dan kaput epikondilus dari fleksor carpi ulnaris. Jepitan pada siku ini juga disebut

neuritis ulnar, pada daerah ini biasanya disebabkan oleh adanya tekanan dibagian

belakang epikondilus lateralis.

Pada anak-anak biasanya disebabkan oleh karena valgus pada sendi siku karena

fraktur kondilus lateralis humeri pada orang dewasa karena adanya penyempitan

atau traksi yang berulang-ulang. Penyempitan dapat terjadi oleh adanya

osteoartritis atau osteofit pada cekungan nervus ulnaris. Pada kedua keadaan ini,

saraf mengalami fibrosis dan apabila tidak dilakukan tindakan sesegera mungkin

maka kelainan akan bersifat secara reversible.( 2,4,9,11)

3. Radial Tunnel Syndrome

Cabang interosseus posterior dari nervus radialis berada dalam saluran antara

muskulus radialis dan muskulus brachioradialis. Nervus interossea posterior

selanjutnya di belakang dan sekitar leher dari radius di antara kedua kaput

muskulus supinator. Jepitan nervus radialis dapat terjadi sewaktu nervus

interosseus posterior menuju supinator. Jepitan yang terjadi bisa berupa pita yang

menekan, ganglion, lipoma, atau fibroma pada daerah leher radius.  Neuropati

radialis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor mana mungkin terjadi

sendiri-sendiri atau secara bersamaan (multiple factors). Misalnya, suatu diabetes

melitus yang pada mulanya subklinis akan menjadi simptomatis sesudah adanya

suatu trauma atau kompresi yang mengenai saraf.( 2,9,11)

6. Mekanisme nyeri pada skenario

Nyeri yang dirasakan pada skenario disebabkan oleh saraf-saraf yang

terdapat di bagian cubiti, pada kasus ini adalah nervus ulnaris. Nervus tersebut

16

Page 17: MODUL PBL Sindroma Jebakan

terjebak disekitar cubital tunnel. N. ulnaris masuk ke dalam kompartemen

ekstensor dari lengan atas melalui septum intermuskularis pada insersi M.

deltoideus dan mencapai kompartemen flexor carpi ulnaris. Jebakan tersebut dapat

terjadi karena dorongan oleh epicondylus medial. N.ulnaris memasuki

kompartemen anterior, menginervasi fleksor carpi ulnaris dan setengah medial dari

fleksor digitorum profundus. Tekanan pada nervus di siku dapat menyebabkan

mati rasa atau rasa sakit di siku, tangan, pergelangan tangan atau jari-jari. (7,8)

7. Gambaran klinis dari diagnosis sindroma tersebut

Gambaran klinis meliputi:

Nyeri dan/atau parestia seperti kesemutan yang menjalar ke bawah dari

siku ke lengan sampai batas ulnaris tangan

Atrofi dan kelemahan otot-otot intrinsic tangan

Hilangnya sensasi tangan pada distribusi N.ularis

Deformitas tangan cakar (Claw Hand) yang khas pada lesi kronik.(6)

8. Pemeriksaan penunjang

Sebelum melakukan pmeriksaan lebih lanjut, dapat dilakukan pemeriksaan

sindroma jebakan dengan :

1. Tes Tinel

Pada pemeriksaan N.ulnaris, penekanan dilakukan pada sulcus nervi ulnaris yaitu

dibagian posterior epicindylus medialis humeri. Jika positif jebakan N.ulnaris,

akan terasa nyeri yang hebat dan menjalar sepanjang perjalanan N.ulnaris.

2. Froment’s test

Untuk mengetahui adanya kelemahan pada otot abduktor pollicis dan fleksor

pollicis longus.

3. Pemerksaan gangguan sensibititas

17

Page 18: MODUL PBL Sindroma Jebakan

Adanya kekurang sensitifan pada pemeriksaan (dapat dengan menekan

menggunakan benda tajam atau tumpul) mengarahkan kita kepada jebakan nervus

mana yang dialami.(3)

Untuk mengkonfirmasi diagnosis dan menentukan daerah yang tepat dari

kompresi saraf, pengujian elektrodiagnostik dapat dilakukan. Tes ini terdiri dari

kecepatan konduksi saraf (NCV) dan elektromiografi (EMG). EMG digunakan

untuk menguji kekuatan otot lengan apakah otot lengan tersebut bekerja dengan

baik atau tidak, sedangakan kecepatan konduksi saraf digunakan untuk mengukur

kecepatan perjalanan impuls saraf. Pemeriksaan radiologi juga dapat dilakukan

seperti pemeriksaan menggunakan X-ray atau MRI untuk mengetahui tempat dari

penekanan saraf. Sebuah tes yang lebih baru yang disebut USG resolusi tinggi

sedang dipelajari untuk melihat apakah itu adalah cara yang lebih dapat diandalkan

untuk mendiagnosis sindrom terowongan cubiti.(2,3,4)

9. Penatalaksanaan

I. Terapi Konservatif

Pasien-pasien dengan gejala minor atau tidak mengalami defisit neurologis,

sebaiknya diterapi secara konservatif. Terapi konservatif termasuk menghindari

semua faktor penyebab yang bisa menimbulkan kompresi nervus ulnaris.

Menumpu pada siku saat bekerja, menggunakan siku untuk mengangkat tubuh dari

tempat tidur, dan sandaran siku pada jendela mobil saat mengemudi adalah semua

penyebab parestesi yang dapat dikoreksi tanpa pembedahan.

Terapi konservatif pada kompresi nervus ulnaris berhasil bila parestesinya

transient dan disebabkan oleh malposisi siku atau truma tumpul. Anti inflamasi

non-steroid berguna untuk meredakan iritasi saraf. Vitamin B6 oral bisa membantu

untuk gejala-gejala yang ringan. Terapi ini diteruskan selama 6-12 minggu

bergantung respons dari pasien. Intervensi bedah dilakukan bila timbul

18

Page 19: MODUL PBL Sindroma Jebakan

peningkatan parestesi walaupun dilakukan terapi konservatif yang adekuat dan ada

perubahan tanda-tanda motorik.

II. Terapi Operatif

Indikasi dilakukannya pembedahan adalah :

Tak ada penyembuhan gejala 6-12 minggu setelah perawatan konservatif

Paralisis atau kelumpuhan progresif

Terapi operatif yang biasa digunakan adalah :

a) Dekompressi insitu

b) Transposisi subkutaneous anterior

c) Transposisi intramuskular

d) Transposisi submuskular

e) Epikondilektomi medial(2)

Daftar Pustaka

1. Dr. Juanda M. Noor, Anatomi Umum FK UNHAS Makassar

19

Page 20: MODUL PBL Sindroma Jebakan

2. Helmi, Zairin Noor. 2012. Buka Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:

Salemba Medika

3. http://ilmubedah.info/ulnar-nerve-entrapment-20120415.html

4. http://www.assh.org/Public/HandConditions/Pages/

CubitalTunnelSyndrome.aspx

5. Gleadle, Jonathan. 2012. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.

Jakarta: Erlangga

6. Ginsberg, Lionel. 2012. Lecture Notes Neurologi. Jakarta:Erlangga.

7. Nabil A.Ebraheim,M.D. & Professor and Cahirman. Department of

Orthopedic Surgery University of Toledo Medical Center. Jurnal Medical

8. Palmer Bradley A., M.D, Thomas B. Hughes, M.D. 2010. Kubiti Tunnel

Syndrome Vol.35A. Jakarta : The Journal of Hand Surgery.

9. Rasjad, Cahruddin, Prof.Ph.D. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.

Makassar : Yarsif Watampone.

10. R. Putz & R. Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 1. Edisi-22.

Jakarta: EGC.

11. Schwartz, Shires Spencer. 2002. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta:

EGC.

20