Modul Metabolik & HIS 2014

42
MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK SISTEM METABOLIK PENYUSUN Adril Arsyad Hakim Ronald Sitohang Emir Taris Pasaribu Hasanul Arifin Cut Aria Arina M Fidel Ganis Siregar Yoan Carolina P Maya Savira Taufik Sungkar Hidayat S Dharma Lindarto 0

Transcript of Modul Metabolik & HIS 2014

Page 1: Modul Metabolik & HIS 2014

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK SISTEM METABOLIK

PENYUSUN

Adril Arsyad Hakim Ronald Sitohang

Emir Taris PasaribuHasanul ArifinCut Aria Arina

M Fidel Ganis SiregarYoan Carolina P

Maya SaviraTaufik Sungkar

Hidayat SDharma Lindarto

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN

2014

0

Page 2: Modul Metabolik & HIS 2014

MODUL KETERAMPILAN KLINIS BLOK METABOLIK DAN HAEMOTOLI IMMUNOLOGY SYSTEM

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan Clinical Sklills Lab untuk mahasiswa semester 2 dilaksanakan pada Blok Metabolik, Hematologi dan Immunologi System. Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan Standar Kompotensi Dokter Indonesia adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada Metabolik, Hematologi dan Immunologi System ini. Kepada mahasiswa semester 2 akan diajarkan 5 jenis keterampilan klinis pada blok Metabolik, Hematologi dan Immunologi System. Keterampilan klinik yang akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan:

1. Komunikasi dokter pasien (History Taking) yang berhubungan dengan gangguan metabolik dan Pemeriksaan Indek Massa Tubuh & Lingkar Pinggang

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital 3. Pembuatan sedian hapus darah tepi4. Pemeriksaan masa perdarahan dan percobaan pembendungan (test rumpel leede)5. Pemeriksaan Golongan darah ABO system dan Rhesus

II. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Metabolik, Hematologi dan Immunologi System ini, mahasiswa dapat terampil melakukan komunikasi dokter pasien (History taking) yang berhubungan dengan gangguan metabolik dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang, Pemeriksaan tanda-tanda vital, pembuatan hapusan darah tepi, pemeriksaan massa perdarahan dan percobaan pembendungan (test rump leede) dan pemeriksaan golongan darah ABO system dan Rhesus.

2. TUJUAN KHUSUS

2.1. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter pasien (History Taking) yang berhubungan dengan gangguan metabolik dan Pemeriksaan Indek Massa Tubuh & Lingkar Pinggang

2.2. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan tanda-tanda vital 2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pembuatan sedian hapus darah tepi2.4. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan masa perdarahan dan percobaan pembendungan

(test rumpel leede)2.5 Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Golongan darah ABO system dan Rhesus

1

Page 3: Modul Metabolik & HIS 2014

SL.II. MS. 1A. KETERAMPILAN KLINIS

KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN DAN PEMERIKSAAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN LINGKAR PINGGANG

Darma Lindarto

I. PENDAHULUANSeorang dokter harus mampu memilah keterangan penderita yang paling signifikan untuk

ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaaan yang harus diingat pada komunikasi dokter-pasien dalam memilah keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Pertanyaan tersebut meliputi:

- Onset (Awal terjadi)- Location (Lokasi)- Duration (Durasi- Character (Sifat)- Aggravating/ Alleviating Factors (Faktor –faktor yang memperparah atau yang

mengurangi gejala)- Radiation (Penyebaran)- Timing (Waktu)

Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah diingat yaitu : OLD CARTSAtau:

- Onset (Awal terjadi)- Palliating / Provoking Factors (Faktor-faktor yang mengurangi atau

memprovokasi gejala)- Quality (Kwalitas)- Radiation (Penyebaran)- Site (Lokasi)- Timing (Waktu)

Kata – kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita:

1. Lokasi. Dimana lokasinya? Apakah menyebar?2. Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut?3. Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut? 4. Waktu. Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut berlangsung?

Seberapa sering keluhan tersebut muncul?5. Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor lingkungan, aktivitas,

emosi, atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit. 6. Faktor – faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal – hal

yang membuat gejala membaik atau semakin parah?7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal –

hal lain yang menyertai serangan?

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUMSetelah selesai melakukan latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan History Taking dengan menggunakan teknik komunikasi yang baik dan benar.

II.2.TUJUAN KHUSUS Mahasiswa mampu :

1. Mengetahui kerangka History Taking penderita dengan sindroma metabolik.2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya telah terjadi3. Menguraikan perjalanan penyakit secara deskriptif dan kronologis

2

Page 4: Modul Metabolik & HIS 2014

4. Mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan, penyakit-penyakit dalam keluarga.

5. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter- pasien.

III. RUJUKAN

1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007

2. Kasper et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill; 2005

IV. SKENARIO KASUS

Seorang laki – laki umur 45 tahun, wiraswasta, perokok, datang ke dokter dengan keluhan utama banyak buang air kecil, disertai banyak minum, banyak makan, berat badan menurun dan lemah yang dialami sejak 2 bulan ini. Penderita mempunyai kebiasaan makan tidak teratur dan jarang berolah raga. Penderita juga mempunyai gangguan penglihatan dan kebas - kebas di kedua kaki. Ibu penderita juga mempunyai keluhan yang sama. Riwayat Penyakit Terdahulu (RPT) : hipertensiRiwayat Pemakaian Obat (RPO) : obat hipertensi

V. TEKNIK PELAKSANAAN I. PERKENALAN

1. Sapa pasien dengan rama dan sopan2. Persilahkan pasien duduk3. Tanyakan nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat.

II. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA 1. Tanyakan keluhan utama yang dirasakan pasien seperti : banyak buang air kecil,

banyak makan, banyak minum, berat badan menurun drastis, dll.2. Tanyakan sudah berapa lama, frekuensi, volume/ jumlah, waktu (kapan-kapan) dari

keluhan utama tersebut.III. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN DAN RIWAYAT LAINNYA

1. Tanyakan keluhan tambahan 1. Gangguan penglihatan 2. Kebas-kebas 3. Gangguan dalam berhubungan seksual 4. Gatal di kulit

2. Tanyakan kebiasaan berolah raga Frekuensi /Keteraturan Intensitas

3. Tanyakan riwayat keluarga yang menderita DM atau penyakit jantung4. Tanyakan riwayat obat-obatan sebelumnya5. Tanyakan kebiasaan konsumsi :

Rokok Alkohol

6. Tanyakan riwayat penyakit lain, seperti :- Hipertensi - Penyakit Jantung- Kelainan lemak darah (Kolesterol)

IV. DOKUMENTASI1. Catat hal-hal yang penting dari komunikasi2. Simpulkan hasil komunikasi 3. Jelaskan tindakan selanjutnya

3

Page 5: Modul Metabolik & HIS 2014

VI. LEMBAR PENGAMATAN HISTORY TAKING KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATANYa Tidak

I. PERKENALAN 1. Menyapa pasien dengan ramah dan sopan2. Mempersilahkan pasien duduk3. Menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status

perkawinan, alamat.II. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA

1. Menanyakan keluhan utama

2. Menanyakan sudah berapa lama, frekuensi, volume/ jumlah, waktu (kapan-kapan) dari keluhan utama tersebut.

III. MENANYAKAN KELUHAN TAMBAHAN 1. Menanyakan keluhan tambahan, seperti :

- Gangguan penglihatan- Kebas-kebas/kesemutan- Gangguan dalam berhubungan seksual - Gatal di kulit

2. Menanyakan kebiasaan berolah raga- Frekuensi /keteraturan- Intensitas

3. Menanyakan riwayat obat-obatan sebelumnya

4. Menanyakan kebiasaan konsumsi :- Makan teratur atau tidak teratur- Rokok- Alkohol

5. Menanyakan riwayat keluarga yang menderita DM atau penyakit jantung dan riwayat penyakit lain pasien, seperti :- Hipertensi - Penyakit Jantung- Kelainan lemak darah (Kolesterol)

IV. DOKUMENTASI 1. Mencatat hal-hal yang penting dari komunikasi

2. Menyimpulkan hasil komunikasi

3. Menjelaskan tindakan selanjutnya

Note : Ya = mahasiswa melakukan Tidak = mahasiswa tidak melakukan

4

Page 6: Modul Metabolik & HIS 2014

FORMULIR HISTORY TAKING_____________________________________________________________Nama Mahasiswa :Kelompok :Tanggal anamnese :Instruktur :_____________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :Umur :Jenis kelamin :Pekerjaan :Status perkawinan :Alamat :_____________________________________________________________

Riwayat Penyakit

Keluhan Utama :

Riwayat perjalanan penyakit :

Riwayat Penyakit Terdahulu (RPT) :

Riwayat Penggunaan Obat (RPO) :

5

Page 7: Modul Metabolik & HIS 2014

B. PEMERIKSAAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN LINGKAR PINGGANG

I. PENDAHULUAN

Seseorang yang didiagnosa dengan sindroma metabolik beresiko tiga kali atau lebih untuk menderita Diabetes Tipe 2 dan Penyakit Jantung Koroner (PJK).Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk penderita ini adalah :- Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT)- Pemeriksaan Lingkar Pinggang

I.1. Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh

Untuk pemeriksaan ini digunakan formula :

BB (kg) IMT = ------------

{TB (m)}2

Keterangan : BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (m)

Kriteria WHO 2000

Kategori IMT Eropa kg/(m)2 IMT Asia kg/(m)2

Underweight < 18.5 < 18.5

Normoweight 18.5 – 24.9 18.5 - 22.9

Overweight: > 25 > 23

Pre-obese 25.0 – 29.9 23.0 – 24.9

Obese I 30.0 - 34.9 25.0 - 29.9

Obese II 5.0 - 39.9 > 30.0

Obese III > 40.0  

I.2. Pemeriksaan Lingkar Pinggang

Lingkar Pinggang adalah indikator tidak langsung jaringan lemak intra abdominal yang disebut lemak viscera. Lingkar Pinggang yang panjang berhubungan dengan resiko penyakit Diabetes Tipe 2, kadar kolesterol yang tinggi, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

6

Page 8: Modul Metabolik & HIS 2014

II. TUJUAN KEGIATAN II.1.TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan dalam pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Pinggang dengan teknik yang benar.

II.2.TUJUAN KHUSUS

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan : 1. Pengukuran Tinggi Badan dengan cara yang benar2. Pengukuran Berat Badan dengan cara yang benar3. Penghitungan dan interpretasi Indeks Massa Tubuh dengan cara yang benar4. Pengukuran dan interpretasi Lingkar Pinggang dengan cara yang benar

III. RUJUKAN1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 20072. Kasper et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York:

McGraw Hill; 2005

IV. PERALATAN YANG DIPERLUKAN : 1. Timbangan yang dilengkapi dengan pengukur tinggi badan2. Meteran kain 3. Kalkulator

V. 1 CARA PEMERIKSAAN BERAT BADAN (BB) DAN TINGGI BADAN (TB) 1. Mempersilahkan pasien naik ke atas timbangan, dengan terlebih dahulu melepaskan alas

kaki ataupun penutup kepala, meletakkan tas, handphone dan barang - barang lainnya. 2. Pasien dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap ke depan, membelakangi

alat.3. Melihat berapa berat badan penderita yang ditunjukkan jarum timbangan (dipakai

hitungan dalam kilogram).4. Tarik alat pengukur tinggi, letakkan ujungnya tepat di puncak kepala penderita (verteks)5. Lihat berapa tinggi penderita dalam cm lalu konversikan ke m.

7

Page 9: Modul Metabolik & HIS 2014

V.2 CARA PEMERIKSAAN LINGKAR PINGGANG1. Pasien dalam posisi berdiri.2. Sebelum melakukan pengukuran, abdomen harus dalam keadaan bebas/ relaksasi.3. Diukur lingkar perut dari pertengahan antara arcus costarum kanan dengan crista iliaca

kanan secara horizontal, pada akhir ekspirasi normal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran kain.

VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATANYa Tidak

1. Mempersilahkan pasien naik ke atas timbangan, dengan terlebih dahulu melepaskan alas kaki ataupun penutup kepala, meletakkan tas, handphone dan barang - barang lainnya.

2. Memosisikan pasien dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap ke depan, membelakangi alat.

3. Melihat berapa berat badan penderita yang ditunjukkan jarum timbangan (dipakai hitungan dalam kilogram).

4. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak kepala penderita (verteks)

5. Melihat berapa tinggi penderita dalam cm PENGHITUNGAN INDEKS MASSA TUBUH1. Menghitung indeks massa tubuh pasien dengan menggunakan

rumus yang telah ditentukan, kemudian interpretasikan hasilnya.

PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG1. Mempersilahkan pasien berdiri2. Memberitahukan pasien apa yang akan dilakukan dan meminta

keizinan 3. Memastikan abdomen dalam keadaan bebas / relaksasi4. Mengukur Lingkar Pinggang dengan menggunakan5. meteran kain secara melingkar dari pertengahan antara arcus

costarum kanan dengan crista iliaca kanan secara horizontal pada akhir ekspirasi normal.

6. Mencatat hasil dan menginterpretasikan.

Note : Ya = Mahasiswa melakukan Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

8

Page 10: Modul Metabolik & HIS 2014

FORMULIR PEMERIKSAAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG

_____________________________________________________________Nama Mahasiswa :Kelompok :Tanggal pemeriksaan :Instruktur :_____________________________________________________________IDENTITAS PASIEN

Nama :Umur :Jenis kelamin :Pekerjaan :Status perkawinan :Alamat :_____________________________________________________________

Berat Badan : kg

Tinggi Badan : m

IMT =

Interpretasi IMT :

Lingkar Pinggang : cm

Interpretasi pengukuran lingkar pinggang :

9

Page 11: Modul Metabolik & HIS 2014

SL.II. MS. 2 KETERAMPILAN KLINIS

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITALDarma Lindarto

I. PENDAHULUAN

Tanda-tanda vital terdiri pernafasan, denyut nadi, tekanan darah dan temperatur dapat memberikan informasi utama pasien termasuk masalah medis akut maupun kronis atau keadaan penyakitnya.

Frekuensi penafasan normal pada dewasa adalah 14-20 x/menit. Pernafasan yang lambat disebut bradipnoe. Pernafasan yang cepat disebut tachipnoe.Pemeriksaan frekuensi nafas dapat dilakukan dengan cara inspeksi ataupun auskultasi (dengan cara meletakkan stetoskop pada trakea penderita). Tipe penafasan terbagi:

1. Torakal 2. Abdominal3. Torako abdominal

Denyut nadi dinilai pada arteri – arteri besar seperti: arteri karotis, arteri femoralis, arteri radialis (yang terbanyak dilakukan). Yang dinilai adalah:- Frekuensi, nilai normal 60-100 kali permenit. Nadi yang lambat disebut bradikardi. Nadi

yang cepat disebut takikardi.- Ritme (irama), reguler atau irreguler. Jika irreguler, dapat dikonfirmasi dengan

mendengar suara jantung.- Volume, apakah volume normal atau menurun.

Alat yang digunakan sphygmomanometer (tensimeter air raksa) dan ukuran dalam mmHg.

Alat ini terdiri dari:- manometer 0-300mmHg- cuff- bladder ( karet pembalut yang dapat diisi udara bertekanan)- pompa- pipa karet

Pemilihan cuff yang sesuai:- Lebar bladder cuff harus ± 40% dari lingkar lengan atas ( ±12-14cm ukuran rata –

rata dewasa).- Panjang bladder harus ± 80% dari lingkar lengan atas.

Ada 2 jenis

10

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH DEWASA (>18 TAHUN)Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)Normal <120 <80 Prehipertensi 120-139 80-89Hipertensi Stage 1 140-159 90-99 Stage 2 ≥160 ≥100

Page 12: Modul Metabolik & HIS 2014

termometer yaitu termometer gelas (termometer air raksa) dan termometer elektronik. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada oral, rektal, aksila dan membran timpani.

Satuan yang sering digunakan derajat Celcius. Suhu normal di: - oral : 35,80C – 37,30C - rektal: lebih tinggi ± 0,4-0,50C dari pada oral- aksila : lebih rendah ± 10C dari pada oral- membran timpani: lebih tinggi ± 0,80C dari pada oral Temperatur oral. Jika menggunakan termometer air raksa, turunkan air raksa sampai ≤ 35,00C, letakkan di bawah lidah, perintahkan penderita untuk menutup mulutnya, tunggu 3-5 menit, baca nilainya, masukkan lagi selama 1 menit, kemudian baca lagi.Jika suhu masih meningkat, ulangi pemeriksaan sampai suhu stabil.Minuman dingin atau panas serta merokok dapat mengacaukan pengukuran temperatur oral. Pada situasi seperti tersebut, tunda pemeriksaan selama 10-15 menit. Jika menggunakan termometer elektronik, masukkan termometer dibawah lidah, perintahkan penderita untuk menutup mulut, kemudian perhatikan hasil yang tertulis. Pengukuran yang akurat biasanya membutuhkan waktu ± 10 detik.Temperatur oral tidak disarankan pada penderita:- kesadaran menurun- restless- tidak mampu untuk menutup mulut.

Temperatur rectal : perintahkan penderita untuk berbaring miring ke satu sisi dengan sendi panggul flexi. Pilih termometer rectal yang memiliki ujung pendek, lubrikasi ujungnya, masukkan sedalam 3-4cm (1,5 inci) ke dalam rongga anus, dengan arah ke daerah umbilikus. Keluarkan setelah 3 menit, kemudian bada hasilnya.Jika menggunakan termometer elektronik, setelah ujungnya dilubrikasi, tunggu selama 10 detik, kemudian catat hasilnya.

Temperatur axilla : pengukurannnya membutuhkan waktu kira – kira 5 – 10 menit dan pada umumnya kurang akurat dibandingkan pengukuran ditempat lain.

Temperatur membran timpani : pengukuran pada daerah ini makin sering digunakan, membutuhkan waktu yang singkat, aman dan dapat dipercaya jika dilakukan dengan tepat. Pastikan rongga telinga luar bersih dari cerumen. Posisikan ujung termometer pada rongga telinga sehingga sinar infra merah mengarah ke membran timpani. Tunggu selama 2-3 detik sampai hasil dari temperatur digital tersebut muncul. Metode ini mengukur suhu inti tubuh (core body temperature), dimana suhunya sedikit lebih tinggi dari suhu normal oral.

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUMSetelah selesai latihan ini mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan dalam pemeriksaan tanda vital dengan teknik yang benar pada penderita.

II.2.TUJUAN KHUSUSMahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tanda vital:

1. Penghitungan frekuensi pernafasan dengan cara yang benar 2. Penghitungan frekuensi denyut nadi dengan cara yang benar 3. Pengukuran tekanan darah dengan cara yang benar4. Pengukuran suhu tubuh dengan cara yang benar

11

Page 13: Modul Metabolik & HIS 2014

III. RUJUKAN1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking. 9th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins ; 20072. Kasper et al, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York :

McGraw Hill ; 2005

IV. PERALAT DAN BAHAN- Tensimeter air raksa (sphygmomanometer)- Stetoskop - Termometer air raksa- Stop watch / jam tangan dengan hitungan detik- Kapas dan alkohol 70%- Kain kasa

V. TEKNIK PELAKSANAAN

V.A Cara melakukan pemeriksaan Suhu Tubuh di Aksila 1. Mempersilahkan pasien duduk2. Bersihkan ujung termometer dengan alkohol 70%.3. Turunkan permukaan air raksa pada termometer hingga mencapai ≤ 35,00C dengan cara

mengibaskannya ke bawah. 4. Keringkan daerah aksila kiri dengan kain kasa bersih.5. Posisikan ujung termometer air raksa yang dilapisi besi pada fossa aksila dan biarkan

selama 3-5 menit. 6. Cabut dan lihat dimana posisi air raksa pada termometer

V. B Cara pemeriksaan frekuensi dan tipe pernafasan :1. Penderita dalam posisi duduk.2. Usahakan agar penderita tidak mengetahui bahwa pemeriksa akan menghitung frekuensi

nafasnya. Cara mengalihkan perhatiannya adalah dengan berpura – pura menghitung nadi penderita.

3. Pemeriksaan frekuensi pernafasan ini dilakukan dengan cara inspeksi.4. Frekuensi nafas dihitung selama 1 menit.5. Pada saat menghitung frekuensi pernafasan, pemeriksa juga harus memperhatikan tipe

pernafasan penderita.

V. C Cara melakukan pemeriksaan Denyut Nadi :1. Pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sebelah kanan.2. Raba arteri radialis kanan penderita dengan ujung – ujung jari kedua dan ketiga tangan

kanan pemeriksa dan cari tempat pulsasi yang maksimal3. Hitung frekuensi nadi selama 1 menit, selama melakukan penghitungan, perhatikan juga

apakah ritme nya teratur atau tidak, serta volumenya normal atau menurun.

V.D Cara melakukan pemeriksaan Tekanan darah

Persiapan sebelum pengukuran tekanan darah :1. Idealnya, beritahukan penderita untuk tidak merokok atau meminum minuman yang

mengandung kafein ± 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.2. Pastikan kamar periksa tenang dan nyaman.3. Perintahkan penderita untuk duduk (istirahat) selama 5 menit di kursi. Lengan diletakkan

sejajar dengan jantung.4. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi oleh pakaian. Pastikan juga tidak ada

fistula arteri-vena untuk dialisa, skar (bekas luka) pemotongan arteri brakial, tanda – tanda limfedema.

12

Page 14: Modul Metabolik & HIS 2014

5. Palpasi arteri brakial untuk memastikan pulsasinya baik.6. Posisikan lengan sehingga arteri brakial pada fossa antekubiti berada sejajar dengan

jantung7. Jika penderita duduk, letakkan lengan pada meja yang lebih tinggi sedikit dari pinggang

penderita. Jika berdiri, untuk mempertahankan posisi lengan setinggi pertengahan dada penderita.

Langkah – langkah untuk mengukur tekanan darah :

1. Lilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri brakialis, bagian bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti, sejajar dengan letak jantung. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.

2. Sebelum memompa cuff, buka kunci sphygmometer terlebih dahulu kemudian kunci katub pompa (jangan terlalu kuat). Hadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.

3. Untuk menetapkan tingginya tekanan cuff, pertama–tama perkirakan tekanan sistole dengan cara palpasi pada arteri radialis. Rasakan pulsasi arteri radialis dengan jari kedua dan ketiga tangan kiri, secara cepat pompa cuff hingga menggembung sampai pulsasi arteri radialis menghilang. Baca tekanan yang dihasilkan pada manometer, kemudian tambahkan 30 mmHg. Jumlah tekanan tersebut merupakan target untuk menetapkan tingginya tekanan cuff pada saat pemeriksaan, sehingga dapat mencegah ketidaknyamanan yang mungkin terjadi akibat tingginya tekanan cuff yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini juga mencegah error yang kadang–kadang disebabkan oleh auscultatory gap (merupakan silent interval yang muncul antara tekanan sistole dan diastole).

4. Kempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30 detik.5. Pemeriksa memasang stetoskop. Kemudian letakkan bell stetoskop di atas arteri brakial

(pastikan seluruh pinggir bagian bell stetoskop tersebut menempel pada lengan, sehingga suara Korotkoff dapat didengar dengan jelas). Karena suara Korotkoff tidak begitu kuat, maka sebaiknya didengar dengan bell stetoskop.

6. Pompa cuff sampai level yang telah ditetapkan tadi, kemudian kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik. Perhatikan dimana terdengar suara pertama kali dan ini merupakan tekanan sistole.

7. Lanjutkan menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna dan ini merupakan tekanan diastole. Turunkan tekanan sampai angka 0.

8. Catat kedua tekanan tersebut. Tunggu selama 2 menit, ulangi pemeriksaan. Rata – ratakan hasil yang didapat. Jika 2 pembacaan tersebut berbeda sebesar 5 mmHg atau lebih, pemeriksaan diulang.

9. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan. Normalnya, didapati perbedaan sebesar 5 mmHg, kadang – kadang bisa sampai 10 mmHg. Pemeriksaan yang berikutnya sebaiknya dilakukan pada lengan yang memiliki tekanan yang lebih tinggi.

13

Page 15: Modul Metabolik & HIS 2014

VI. LEMBAR PENGAMATAN TANDA-TANDA VITAL

LANGKAH/TUGAS PENGAMATANYa Tidak

I. PERKENALAN

1. Memberikan salam, memperkenalkan diri dan mempersilahkan pasien duduk

2. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan

3. Meminta persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan

II. PEMERIKSAAN SUHU TUBUH 1. Membersihkan ujung termometer dengan alkohol 70%2. Menurunkan permukaan air raksa pada termometer

hingga mencapai ≤ 35,00C dengan cara mengibaskannya ke bawah

3. Mengeringkan daerah aksila kiri dengan kain kasa bersih.

4. Memosisikan ujung termometer air raksa yang dilapisi besi pada fossa aksila dan biarkan selama 3-5 menit.

5. Menyabut dan melihat dimana posisi air raksa pada termometer dan catat

III. PEMERIKSAAN FREKUENSI DAN TIPE PERNAFASAN :

1. Memosisikan pasien dalam keadaan duduk.2. Mengusahakan agar penderita tidak mengetahui bahwa

pemeriksa akan menghitung frekuensi nafasnya. Cara mengalihkan perhatiannya adalah dengan berpura – pura menghitung nadi penderita

3. Memeriksa frekuensi pernafasan dengan cara inspeksi.4. Menghitung frekuensi pernafasan dalam 1 menit dan

mengamati tipe pernafasan penderita serta mencatat.

IV. PEMERIKSAAN DENYUT NADI

1. Memosisikan pasien dalam keadaan duduk dan pemeriksa berada di sebelah kanan.

2. Meraba arteri radialis kanan penderita dengan ujung – ujung jari kedua dan ketiga tangan kanan pemeriksa dan mencari tempat pulsasi yang maksimal

3. Menghitung frekuensi nadi selama 1 menit, selama penghitungan perhatikan ritme dan volumenya serta mencatat.

V. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH1. Melilitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas,

tepat di atas arteri brakialis, bagian bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti, sejajar dengan letak jantung. Pastikan lilitan cuff tidak terlalu ketat ataupun terlalu longgar. Posisikan lengan penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.

2. Membuka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu sebelum memompa cuff dan mengunci katup pompa serta menghadapkan sphygmomanometer ke arah pemeriksa.

3. Memompa cuff sehingga pulsasi arteri radialis menghilang serta membaca tekanan yang tertera pada

14

Page 16: Modul Metabolik & HIS 2014

manometer.4. Memompa cuff untuk menaikkan tekanan 30 mmHg

lebih tinggi dan perhatikan. 5. Mengempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan

tunggu selama 15-30 detik.

6. Memasang stetoskop dan meletakkan bellnya di atas arteri brakialis.

7. Memompa cuff sampai level yang telah ditetapkan pada poin 4.

8. Mengempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik dan menderdengar suara pertama kali terdengar sistole

9. Menurunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang sempurna dan ini merupakan tekanan diastole serta menurunkan tekanan sampai angka 0.

10. Mencatat tekanan Sistole dan Diastole 11. Membuka cuff, menggulung, mengunci air raksa dan

menutup manometer12. Mendokumentasikan hasil pemeriksan pada formulir

pemeriksaan (terlampir).

Note : Ya = Mahasiswa melakukan Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

FORMULIR PEMERIKSAAN TANDA VITAL

_____________________________________________________________Nama Mahasiswa :

15

Page 17: Modul Metabolik & HIS 2014

Kelompok :Tanggal pemeriksaan :Instruktur :_____________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :Umur :Jenis kelamin :Pekerjaan :Status perkawinan :Alamat :_____________________________________________________________

Tanda Vital:

- Pernafasan : kali/ menit

- Denyut nadi : kali/ menit

- Tekanan darah : mmHg

- Suhu tubuh : 0C

Interpretasi tanda vital :

SL.III. HIS. 1 KETERAMPILAN KLINIS

PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

16

Page 18: Modul Metabolik & HIS 2014

I. PENDAHULUAN

Pembuatan preparat hapusan darah tepi ini dilakukan untuk berbagai kepentingan diagnostik laboratorium seperti pemeriksaan morfologi darah tepi, pemeriksaan parasit malaria dan mikrofilaria Sehingga ketrampilan pembuatan preparat darah tepi ini menjadi kompetensi dasar seorang Dokter.

MEMBUAT SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

Alat : Object glass (slide), kaca penggeser (deck glass/cover slip 24x24 mm atau object glass), sarung tangan (rubber handgloves), pipet plastik, timer

Reagensia :- Methanol- Working solution: Giemsa + Buffered pH 7,4 dengan perbandingan

1 : 4

Faktor yg mengganggu Jika object glass berlemak Tidak menggunakan antikoagulan secara tepat Jika sampel hemolisa

Hapusan yang memenuhi persyaratan : Ketebalan hapusan yg sama dengan panjang mencapai ¾ bagian slide Ujung hapusan tidak berhenti mendadak Hapusan yang tebal menyebabkan area evaluasi menjadi lebih terbatas

17

Page 19: Modul Metabolik & HIS 2014

II. TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM

Setelah selesai latihan ini mahasiswa mampu membuat hapusan darah tepi untuk pemeriksaan morfologi darah tepi, pemeriksaan parasit malaria dan mikrofilaria

II.2.TUJUAN KHUSUSMahasiswa mampu :

6. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk membuat sediaan hapusan darah tepi

7. Mahasiswa mampu membuat sediaan hapusan darah dari sampel darah yang disediakan 8. Mahasiswa mampu melakukan fiksasi dengan menggunakan methanol9. Mahasiswa mampu melakukan pengecatan sediaan darah dengan pengecatan Giemsa

III. RUJUKAN1. John Bernard Henry, M.D, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory

Methods, W.B Saunders Company ; 20012. Dacie and Lewis, Practical Haematology, Churchill Livingstone ; 2001

18

Page 20: Modul Metabolik & HIS 2014

IV. PERALATAN DAN BAHAN

1. Object glass (slide) 2. Kaca penggeser (deck glass/cover slip 24x24 mm)3. Sarung tangan (rubber handgloves)4. Pipet plastik 5. Timer6. Methanol7. Larutan kerja : Giemsa + Buffered pH 7,4 dengan perbandingan 1 : 4

V. TEKNIK PELAKSANAAN

1. Memakai sarung tangan kemudian ambil object glass yg bersih, bebas debu dan bebas lemak kemudian ambil deck glass / cover slip yg bersih dan bebas lemak, pilih sisi yg rata dan salah satu sudutnya dipatahkan sedikit (dengan menggunakan tissue)

2. Letakkan object glass diatas meja sentuhkan setetes darah (10 uL), 1-2 cm dari tepi sebelah kanan.

3. Tahan object glass dengan tangan kiri dan deck glass diletakkan disebelah kiri tetesan darah, kemudian geser ke kanan sampai menyentuh darah dan biarkan darah menyebar sepanjang tepi deck glass.

4. Kemudian deck glass dipegang dengan sudut 30-45 º lalu tarik ke kiri. (secara berlawanan untuk orang kidal)

5. Biarkan hapusan kering dan beri tanda / nomor kode.6. Letakkan sediaan diatas rak, kemudian sediaan difiksasi dengan menyiramkan methanol

(metil alkohol) secara perlahan dan secukupnya, biarkan selama 5-7 menit.7. Setelah sisa methanol dibuang sediaan dibubuhi dengan larutan kerja giemsa (giemsa +

larutan buffer) secara merata dan biarkan selama 15 - 20 menit.8. Buang sisa zat warna dan bilas dengan air kran pada bagian belakang dari slide dan

dilanjutkan secara perlahan diatas sediaan.9. Keringkan sediaan secara tegak di atas kertas saring atau tissue dengan bagian ujung

disebelah atas.

VI. LEMBAR PENGAMATAN PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

LANGKAH/TUGAS PENGAMATANYa Tidak

1. Memakai sarung tangan dan mengambil object glass yg bersih, bebas debu dan bebas lemak kemudian ambil deck glass / cover slip yg bersih dan bebas lemak, pilih sisi yg rata dan salah satu sudutnya dipatahkan sedikit (dengan menggunakan tissue).

2. Meletakkan object glass diatas meja dan menyentuhkan setetes darah (10 uL), 1-2 cm dari tepi sebelah kanan. (secara berlawanan untuk orang kidal)

3. Menahan object glass dengan tangan kiri dan meletakkan deck glass di sebelah kiri tetesan darah, kemudian menggeser ke kanan sampai menyentuh darah dan biarkan darah menyebar sepanjang tepi deck glass (secara berlawanan untuk orang kidal)

4. Memegang deck glass dengan sudut 30-45 º lalu me narik ke kiri. (secara berlawanan untuk orang kidal)

5. Membiarkan hapusan kering dan memberi tanda / nomor kode.6. Meletakkan sediaan diatas rak, kemudian sediaan difiksasi

dengan menyiramkan methanol (metil alkohol) secara perlahan dan menutupi semua hapusan, lalu membiarkan selama 5-7 menit.

7. Membuang sisa methanol, lalu membubuhi sediaan dengan

19

Page 21: Modul Metabolik & HIS 2014

larutan kerja (giemsa + larutan buffer) secara merata dan membiarkan selama 15 - 20 menit.

8. Membuang sisa zat warna dan membilas dengan air kran pada bagian belakang dari slide dan dilanjutkan secara perlahan diatas sediaan.

9. Mengeringkan sediaan secara tegak di atas kertas saring atau tissue dengan bagian ujung disebelah atas

Note : Ya = mahasiswa melakukan. Tidak = mahasiswa tidak melakukan.

20

Page 22: Modul Metabolik & HIS 2014

SL.III. HIS. 2 KETERAMPILAN KLINIS

PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN DAN PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TEST RUMPEL LEEDE)

I. PENDAHULUAN

Pada keterampilan kedua ini mahasiswa akan diajarkan untuk melakukan ketrampilan pemeriksaan hematologi yang berhubungan dengan fungsi trombosit yaitu pemeriksaan masa perdarahan dan test rumpel leede. Prinsip dari pemeriksaan masa perdarahan ini adalah untuk menilai fungsi trombosit dan reaksi pembuluh darah terhadap luka. Test Rumpel leede bermaksud untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena-vena sehingga darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit; bercak itu disebut Petechiae.

MASA PERDARAHAN

Pemeriksaan untuk mengukur lamanya perdarahan setelah dilakukan luka tusuk pada kulit

Terdiri dari 2 metode : Ivy atau Duke. Tes tersebut tergantung elastisitas dinding pembuluh darah dan jumlah maupun fungsi

trombosit Indikasi pemeriksaan pada pasien dengan riwayat perdarahan atau keluarganya

Metode Ivy : Tusukan dengan kedalaman 3 mm pada bagian volar lengan bawah dilakukan terhadap pasien dewasa

Metode Duke : Tusukan dengan kedalaman 2-4 mm pada earlobe dilakukan terhadap pasien anak-anak

Tujuan pemeriksaan: 1. Untuk menilai jumlah dan fungsi trombosit (kelainan fungsi bisa herediter maupun yg

didapat).2. Reaksi vasokonstriksi pembuluh darah terhadap luka.

PEMERIKSAAN MASA PERDARAHANAlat :

Tensimeter Lancet (atau needle) Stop Watch Kertas Saring (filter paper) Alkohol swab Plaster

Nilai Normal : 2-6 menit

21

Page 23: Modul Metabolik & HIS 2014

PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TORNIQUET TEST/ RUMPEL LEEDE)

Alat : SfigmomanometerCara:

1. Pasanglah ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan 100 mm Hg (jika tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, pompalah sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).

2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit3. Lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda statis darah menghilang. Statis darah

telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah dibendung tadi mendapat lagi warna kulit seperti lengan yang tidak dibendung.

4. Carilah adanya petechiae dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

II.TUJUAN KEGIATAN

II.1.TUJUAN UMUM

Melatih mahasiswa melakukan penilaian masa perdarahan dan test rumpel leede untuk berbagai kepentingan klinis

II.2.TUJUAN KHUSUS

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk penilaian masa perdarahan dan test Rumpel Leede.

2. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai masa perdarahan dan test Rumpel Leede secara mandiri

3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap hasil pemeriksaan.

III. RUJUKAN

1. John Bernard Henry, M.D, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, W.B Saunders Company; 2001

2. Dacie and Lewis, Practical Haematology, Churchill Livingstone ; 2001

IV. PERALATAN DAN BAHAN

o Sfigmomanometer o Lancet (needle, hemolet)o Stop Watcho Kertas Saringo Kapaso Alkohol swabo Plester

V. TEKNIK PELAKSANAAN A. MASA PERDARAHAN

1. Pasang tensimeter dengan tekanan 40 mm Hg pada lengan atas kanan2. Bersihkan lengan bawah bagian volar 4 jari dibawah lipatan siku dengan alkohol swab3. Tusuk lengan bawah yang telah dibersihkan dengan lancet sedalam 3 mm.4. Pada saat darah mengalir keluar, stop watch diaktifkan. 5. Tiap 30 detik darah yang mengalir diisap dengan kertas saring (filter paper).6. Catat waktu darah mulai keluar sampai saat perdarahan berhenti (darah tak menembus

kertas saring). 7. Lepaskan tensimeter dan tutup luka dengan plester.

22

Page 24: Modul Metabolik & HIS 2014

Catatan :

Perhatian :

Tekanan 40 mm Hg dipertahan sampai pemeriksaan selesai Jika perdarahan berlanjut hingga lebih dari 15 menit tes dihentikan

Nilai Reference:metode Ivy 2-6 menitmetode Duke 1-3 menit

Perdarahan memanjang dengan jumlah trombosit normal menunjukkan adanya kelainan fungsi trombosit (thrombasthenia, thrombocytopathia)

B. PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TORNIQUET TEST / RUMPEL LEEDE)

1. Pasang tensimeter pada lengan atas kanan dengan tekanan 100 mm Hg (jika tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, pompalah sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).

2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit3. Turunkan tekanan sampai tanda-tanda statis darah menghilang lalu lepaskan manset.

Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah dibendung tadi kembali berwarna seperti lengan yang tidak dibendung.

4. Carilah adanya petechiae pada kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm)

Penilaian

Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Dinyatakan positif jika ada 10 atau lebih petechiae pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm) maka test biasanya baru dianggap abnormal; Dikatakan juga : test itu positif seandainya dalam lingkaran itu tidak ada petechiae, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan test Rumpel Leede) positif juga.

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH/TUGASPENGAMATAN

Ya Tidak

I. PEMERIKSAAN MASA PERDARAHANCara kerja metode Ivy :

1. Memasang tensimeter dengan tekanan 40 mm Hg pada lengan atas kanan

2. Membersihkan lengan bawah bagian volar 4 jari dibawah lipatan siku dengan alkohol swab

3. Menusuk lengan bawah yang telah dibersihkan dengan lancet sedalam 3 mm.

4. Mengaktifkan stop watch pada saat darah mengalir keluar.

5. Mengisap darah yang mengalir tiap 30 detik dengan kertas saring (filter paper).

6. Mencatat waktu darah mulai keluar sampai saat perdarahan berhenti (darah tak menembus kertas saring).

23

Page 25: Modul Metabolik & HIS 2014

7. Melepaskan tensimeter dan menutup luka dengan plester

II. PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (TEST RUMPEL LEEDE)1. Memasang tensimeter pada lengan atas kanan dengan

tekanan 100 mm Hg (jika tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, pompalah sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).

2. Mempertahankan tekanan itu selama 10 menit3. Menurunkan tekanan sampai tanda-tanda statis darah

menghilang lalu lepaskan manset. Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang telah dibendung tadi kembali berwarna seperti lengan yang tidak dibendung.

4. Mencarilah adanya petechiae pada kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul pada seluas 1 inci persegi (2,5 x 2,5 cm)

5. Mendokumetasikan hasil pemeriksaan

a. Masa perdarahan b. Percobaan pembendungan (test rumpel leed)c. Evaluasi hasil

Note Ya : Mahasiswa melakukanTidak : Mahasiswa tidak melakukan

24

Page 26: Modul Metabolik & HIS 2014

FORMULIR PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN

___________________________________________________________________Nama Mahasiswa :Kelompok :Tanggal pemeriksaan :Instruktur :___________________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :Umur :Jenis kelamin :______________________________________________________________

Hasil pemeriksaan masa perdarahan : ________menit

25

Page 27: Modul Metabolik & HIS 2014

FORMULIR PEMERIKSAAN RUMPEL LEEDE

___________________________________________________________________Nama Mahasiswa :Kelompok :Tanggal pemeriksaan :Instruktur :___________________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :Umur :Jenis kelamin :______________________________________________________________

Hasil pemeriksaan test rumpel leede :

26

Page 28: Modul Metabolik & HIS 2014

SL.II.HIS.3 KETERAMPILAN KLINIS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SYSTEM DAN RHESUS FAKTOR

I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan golongan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang penting yang harus dikuasai oleh seorang Dokter. Kepentingan klinis dari pemeriksaan golongan darah ini antara lain untuk tindakan transfusi darah atau tindakan pendonoran organ lainnya. Prinsip pemeriksaan golongan darah ini adalah pemeriksaan antigen eritrosit.

GOLONGAN DARAH ABO

Pemeriksaan Antigen golongan darah ABO ditemukan oleh Karl Landsteiner (1901) Terdiri dari 4 group mayor: A, B, AB atau O Setiap Individu mempunyai Antigen A atau B pada eritrosit, kombinasi A&B atau tidak

mempunyai keduanya (group O). Golongan darah O : donor universal karena tak mempunyai antigen yg dapat dikenali

oleh resipien Golongan darah AB : resepien universal karena tidak mempunyai antibodi di dalam

serum

Yang diperiksa adalah antigen eritrosit :Sejumlah darah dicampur dengan reagen antibodi dengan volume yang sama.Alat : Object glass, pengaduk plastikReagen : Anti A (warna biru).

Anti B (warna kuning). Anti AB (warna jernih).

PENENTUAN GOLONGAN DARAH ABOGolongan Darah Antigen Antibodi  Antigen pada Aglutinin  Eritrosit Dalam serum  (aglutinogen) (antibodi)A A anti BB B anti AO - anti A dan anti BAB AB -

Interpretasi :Golongan darah A : terjadi aglutinasi pada Anti A.Golongan darah B : terjadi aglutinasi pada Anti B.Golongan darah O : tidak terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.Golongan darah AB : terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti B.

GOLONGAN DARAH RHESUSSelain grup ABO pembagian golongan darah faktor Rhesus. Faktor Rhesus merupakan protein yang ada dipermukaan sel Eritrosit. Ada tidaknya faktor Rhesus menunjukkan Rhesus positif atau Rhesus negatif, contoh : Golongan darah O+ berarti golongan darah O dengan Rhesus positif. Gen Rhesus negatif bersifat resesive sedangkan Rhesus positif bersifat dominan sehingga Ibu dengan Rhesus negatif akan melahirkan bayi dengan Rhesus positif jika ayahnya Rhesus positif.

27

Page 29: Modul Metabolik & HIS 2014

Jika ayahnya mempunyai gene Rh-positif dan Rh-negatif maka anaknya mempunyai kesempatan 50-50 Rh-positif tetapi jika mempunyai 2 gen Rh-positif semua anaknya Rh-positif Contoh: Ibu Rh-negatif mengandung bayi dengan Rh-positif. Pada tubuh ibu terjadi respon sistem imun terhadap faktor Rhesus yang merupakan protein asing sehingga terbentuk antibodi anti D terhadap Rh-positif. ika Ibu mengandung bayi lagi dengan Rh-positif maka antibodi Anti-D akan bereaksi terhadap eritrosit bayi yang belum lahir dan disebut penyakit Rhesus . Komplikasi kehamilan ini disebut hydrops foetalis.

Yang diperiksa adalah faktor rhesus:Sejumlah darah dicampur dengan reagen antibodi faktor rhesus dengan volume yang sama.

Alat : Object glass, pengaduk plastikReagen : Anti D (warna jernih)

Interpretasi :Golongan darah Rhesus positif : terjadi alutinasi pada Anti D.Golongan darah Rhesus negatif : tidak terjadi aglutinasi pada Anti D.

II. TUJUAN

II.1.TUJUAN UMUMMelatih mahasiswa agar mampu melakukan pemeriksaan golongan darah untuk berbagai

kepentingan klinis

II.2.TUJUAN KHUSUS

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan : 1. Pemeriksaan golongan darah system ABO2. Pemeriksaan system rhesus faktor3. Melakukan evaluasi dan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan golongan darah

III. RUJUKAN

1. John Bernard Henry, M.D, Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, W.B Saunders Company ; 2001

2. Dacie and Lewis, Practical Haematology, Churchill Livingstone; 2001

IV. PERALATAN DAN BAHAN

1. Darah EDTA 2. Object glass3. Alat pengaduk4. Reagensia :

Anti A, Anti B dan Anti ABAnti D

V. TEKNIK PELAKSANAAN

A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SISTEM

1. Letakkan setetes reagen anti A dan reagen anti B serta reagen Anti AB pada kaca object yang bersih.

2. Teteskan darah EDTA disamping masing-masing tetesan reagen dengan volume yang sama

28

Page 30: Modul Metabolik & HIS 2014

3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga homogen dengan menggerakan object glass secara memutar

4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.

B. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS SYSTEM

1. Letakkan setetes reagen anti D di sebelah kiri pada kaca object yang bersih.2. Teteskan darah EDTA disamping tetesan anti D, 3. Kemudian dicampur dan di aduk sampai homogen dengan menggerakan object glass

secara memutar.4. Diamkan beberapa menit dan perhatikan adanya aglutinasi.

VI. LEMBAR PENGAMATAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATANYa Tidak

A. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO SYSTEM

1. Meletakkan setetes reagen anti A dan reagen anti B serta reagen Anti AB pada kaca object yang bersih.

2. Teteskan darah EDTA disamping masing-masing tetesan reagen dengan volume yang sama

3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga homogen dengan menggerakan object glass secara memutar

4. Mendiamkan beberapa menit dan memperhatikan adanya aglutinasi.

B. PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS SYSTEM1. Meletakkan setetes reagen anti D di sebelah kiri pada kaca object

yang bersih.2. Meneteskan darah EDTA disamping tetesan anti D 3. Kemudian masing-masing tetesan diaduk hingga homogen dengan

menggerakan object glass secara memutar4. Mendiamkan beberapa menit dan memperhatikan adanya

aglutinasi.C. DOKUMENTASI

1. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan ABO system

2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan Rhesus system

3. Evaluasi hasil

Note : Ya = mahasiswa melakukan Tidak = mahasiswa tidak melakukan

29

Page 31: Modul Metabolik & HIS 2014

FORMULIR HASIL PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH

Nama Mahasiswa :Kelompok :Tanggal pemeriksaan :Instruktur :___________________________________________________________________

IDENTITAS PASIEN

Nama :Umur :Jenis kelamin :___________________________________________________________________

Hasil pemeriksaan golongan darah :

- Sistem ABO :

Hasil :

- Sistem rhesus :

Hasil :

30

Page 32: Modul Metabolik & HIS 2014

31