Modul Hipoksia Dan Sianosis

14
Hipoksia dan Sianosis Hipoksia : - adalah suatu keadaan dimana terjadi defisiensi O 2 di jaringan. - adalah penurunan kadar oksigen di bawah tingkat fisiologi walaupun perfusi ke jaringan adekuat. - adalah penurunan oksigen di bawah normal di gas inpirasi di alveoli, arteri atau jaringan Dibagi menjadi : - Hypoxic hypoxia : dimana PO 2 arteri menjadi rendah - Anemic hypoxia : dimana PO 2 arteri normal namun jumlah hemoglobin yang membawa O 2 berkurang - Ischemic hypoxia : dimana perfusi ke jaringan rendah sehingga O 2 tidak dapat dikirimkan ke jaringan, PO 2 dan hemoglobin normal. - Oxygen affinity hypoxia : hipoksia yang terjadi karena penurunan kemampuan hemoglobin melepaskan oksigen. - Stagnant hypoxia : hipoksia jaringan yang disebabkan stasis di intravaskular akibat dari obstruksi vena atau penurunan aliran dari arteri. - Histotoxic hypoxia : O 2 tidak dapat dipergunakan oleh sel. Secara skematik penyebab hypoxia digambarkan sebagai berikut :

Transcript of Modul Hipoksia Dan Sianosis

Page 1: Modul Hipoksia Dan Sianosis

Hipoksia dan Sianosis

Hipoksia : - adalah suatu keadaan dimana terjadi defisiensi O2 di jaringan. - adalah penurunan kadar oksigen di bawah tingkat fisiologi walaupun perfusi ke jaringan

adekuat. - adalah penurunan oksigen di bawah normal di gas inpirasi di alveoli, arteri atau jaringan

Dibagi menjadi :- Hypoxic hypoxia : dimana PO2 arteri menjadi rendah

- Anemic hypoxia : dimana PO2 arteri normal namun jumlah hemoglobin yang membawa O2

berkurang- Ischemic hypoxia : dimana perfusi ke jaringan rendah sehingga O2 tidak dapat dikirimkan ke

jaringan, PO2 dan hemoglobin normal.- Oxygen affinity hypoxia : hipoksia yang terjadi karena penurunan kemampuan hemoglobin

melepaskan oksigen.- Stagnant hypoxia : hipoksia jaringan yang disebabkan stasis di intravaskular akibat dari

obstruksi vena atau penurunan aliran dari arteri.- Histotoxic hypoxia : O2 tidak dapat dipergunakan oleh sel.

Secara skematik penyebab hypoxia digambarkan sebagai berikut :

Page 2: Modul Hipoksia Dan Sianosis
Page 3: Modul Hipoksia Dan Sianosis

1. Sianosis adalah suatu gambaran kebiruan pada kulit yang disebabkan peningkatan hemoglobin yang mengalami deoksigenasi di dalam pembuluh darah atau kapiler di kulit. Dibedakan menjadi :- Sianosis sentral : saturasi O2 menurun atau adanya hemoglobin abnormal dan membran

mukosa dan kulit terlihat sianosis.- Sianosis perifer : aliran darah menurun akibat konstriksi dan peningkatan penggunaan O2

diperifer.

Penyebab sianosis ditunjukkan tabel dibawah ini :

Table 35-1 Causes of Cyanosis

Central Cyanosis

Decreased arterial oxygen saturation

Decreased atmospheric pressure—high altitude

Impaired pulmonary function

   Alveolar hypoventilation

   Uneven relationships between pulmonary ventilation and perfusion (perfusion of hypoventilated alveoli)

  Impaired oxygen diffusion

Anatomic shunts

  Certain types of congenital heart disease

  Pulmonary arteriovenous fistulas

  Multiple small intrapulmonary shunts

Hemoglobin with low affinity for oxygen

Hemoglobin abnormalities

 Methemoglobinemia—hereditary, acquired

 Sulfhemoglobinema—acquired

 Carboxyhemoglobinemia (not true cyanosis)

Page 4: Modul Hipoksia Dan Sianosis

Peripheral Cyanosis

Reduced cardiac output

Cold exposure

Redistribution of blood flow from extremities

Arterial obstruction

Venous obstruction

Terapi

Pada hipoksia diberikan oksigen, namun bermanfaat pada keadaan hipoksia atmosferik, hipoksia hipoventilasi, hipoksia yang disebabkan gangguan difusi pada membran alveolar. Sementara pada hipoksia yang disebabkan anemia, kelainan transpor oksigen oleh hemoglobin, defisien sirkulasi atau pintasan fisiologis, pemberian oksigen nilainya jauh lebih rendah. Hal ini terjadi karena masalah utamanya terletak pada pengakutan oksigen ke jaringan berkurang. Hipoksia akibat penggunaan oksigen di jaringan yang tidak adekuat pemberian oksigen diragukan manfaatnya.

Page 5: Modul Hipoksia Dan Sianosis

HIPOKSIA DAN SIANOSIS

HIPOKSIA

System kardiorespiratorik memiliki fungsi utama berupa penghantaran oksigen (substrat) ke dalam

sel dan pengeluaran CO2 (produk metabolisme lainnya) dari dalam sel. Keberadaan fungsi ini

tergantung pada system kardiovaskular dan respiratorik yang berjalan baik dan pasokan O2 yang

cukup dalam udara inspirasi. Apabila terjadi hipoksia akibat kegagalan fungsi pernafasan maka akan

terjadi peningkatan PaCO2 dan pergeseran ke kanan kurva disosiasi Hb-O2. Pada keadan ini jelas

terjadi pula penurunan PaO2. Penurunan saturasi oksigen darah arteri dan sianosis yang terjadi akibat

penurunan PaO2 pada penyakit paru lebih besar apabila dibandingkan pada keadaan penurunan fraksi

oksigen di dalam udara inspirasi (FiO2). Pada keadaan ini PaCO2 akan menurun sekunder akibat

hiperventilasi yang diinduksi oleh keadaan anoksia dan kurva disosiasi Hb-O2 akan bergeser ke kiri

menyebabkan penurunan SaO2 yang tidak terlalu besar.

PENYEBAB HIPOKSIA

1. Hipoksia Anemia. Setiap penurunan konsentrasi hemoglobin akan diikuti pula dengan

penurunan kapasitas angkut O2 dari darah.Pada hipoksia anemia, PaO2 normal tetapi jumlah

O2 yang ditanspor per unit volume akan berkurang. Saat darah melalui kapiler jumlah O2

yang ditranspor normal akan tetapi PaO2 dalam darah vena akan berkurang jauh.

2. Intoksikasi Karbon Monoksida. Hemoglobin yang berisi karbon monoksida (carboxy

hemoglobin,COHb) tidak dapat mentranspor oksigen. Selain itu,dengan adanya COHb kurva

disosiasi Hb-O2 akan bergeser ke kiri sehingga O2 yang tidak berikatan hanya pada tekanan

yang rendah. Derajat hipoksia yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi

pada hipoksia karena anemia.

3. Hipoksia Respiratorik. Penyebab yang paling sering adalah karena diakibatkan

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang dapat dikoreksi dengan meningkatlan konsentrasi

O2 inspirasi. Penyebab lain adalah yang disebabkan adanya shunt dalam paru dari kanan ke

kiri yang ditandai dengan rendahnya PaO2 dan tidak dapat dikoreksi sepenuhnya dengan

meningkatkan konsentrasi O2.

4. Hipoksia Sekunder akibat Tempat Tinggi. Pada ketinggian 3000 m , PO2 alveolar akan

turun 60 mmHg dan akan timbul gejala klinis. Pada ketinggian 5000 m biasanya fungsi tubuh

akan berhenti bekerja.

Page 6: Modul Hipoksia Dan Sianosis

5. Hipoksia Sekunder akibat Shunt Extrapulmoner Kanan ke Kiri. Biasanya terdapat pada

tetralogy of Fallot,transposisi arteri besar dan Eisenmenger’s syndrome. PaO2 tidak dapat

dikoreksi sepenuhnya dengan O2 100 %.

6. Hipoksia Sirkulatorik. Seperti pada hipoksia karena anemia, PaO2 umumnya normal tetapi

PO2 vena dan jaringan menurun sebagai akibat hipoperfusi jaringan. Hipoksia sirkulatorik

umum terjadi pada gagal jantung dan kebanyakan bentuk syok.

7. Hipoksia Organ Spesifik. Biasanya diakibatkan obstruksi arteri atau

vasokonstriksi/Raynaud’s phenomena. Obstruksi vena dan edema juga dapat menyebabkan

hipoksia local.

8. Peningkatan Kebutuhan O2. Apabila peningkatan konsumsi O2 dari jaringan tidak diikuti

peningkatan perfusi maka hipoksia akan terjadi dan PO2 vena akan menurun. Gambaran

klinis peningakatan metabolisme berupa kulit yang hangat dan hiperemis akan

membedakannya dengan jenis hipoksia yang lain dan biasanya tidak akan terjadi sianosis.

Latihan berat adalah contoh peningkatan metabolisme yang sering terjadi. Normalnya

peningkatan metabolisme ini akan dikompensasi dengan mekanisme (1) peningkatan cardiac

output dan ventilasi (2) peningkatan aliran darah ke otot yang bekerja (3) peningkatan

penggunaan O2 serta melebarnya perbedaan O2 arteriovenosa (4) menurunkan pH jaringan

dan kapiler sehingga O2 yang bebas dari hemoglobin semakin banyak. Apabila mekanisme

ini gagal maka akan terjadi hipoksia.

9. Penggunaan Oksigen Yang Tidak Tepat. Sianida akan menyebabkan hipoksia seluler oleh

karena sel tidak dapat menggunakan O2. Kondisi ini dinamakan histotoksik hipoksia.

EFEK HIPOKSIA

Hipoksia yang terjadi secara akut akan mengganggu fungsi system saraf pusat menyerupai apa

yang terjadi pada intoksikasi alcohol. Bila terjadi secara kronis keluhan biasanya berupa fatigue,

pusing, apati, kurang konsentrasi dan penurunan aktivitas kerja. Bila hipoksia berat maka akan

mengganggu fungsi batang otak yang akan menyebabkan gagal nafas. Penurunan PaO2 akan diikuti

mekanisme kompensasi berupa penurunan resistensi vascular di otak dan peningkatan aliran darah

otak. Akan tetapi saat penurunan PaO2 diikuti dengan hiperventilasi dan penurunan PaCO2 maka

resistensi vascular akan meningkat disertai penurunan aliran darah otak sehingga hipoksia akan terjadi

lebih berat. Hipoksia juga menyebabkan konstriksi arteri pulmonal dimana akan terjadi shunt dari

daerah yang sedikit mengalami ventilasi ke daerah dengan ventilasi yang lebih baik.

Glukosa umumnya akan diubah menjadi asam piruvat, kemudian terbentuk ATP dengan adanya

O2. Pada hipoksia akan terjadi asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolic. Selain itu energi

yang terbentuk juga jauh berkurang.

Hipoksia akan merangsang sel khemosensitif di carotis dan aorta, merangsang pusat pernapasan di

batang otak yang akan menyebabkan hiperventilasi, hilangnya CO2 dan terjadinya alkalosis

respiratorik. Kombinasi alkalosis respiratorik dan asidosis metabolic akan menyebabkan penurunan

serum bicarbonat.

Page 7: Modul Hipoksia Dan Sianosis

Penurunan PO2 akan menyebabkan vasodilatasi jaringan dan peningkatan cardiac output. Apabila

hal ini terjadi pada penderita yang sebelumnya sudah ada kelainan jantung maka dapat menyebabkan

gagal jantung atau akan memperberat iskemia yang ada.

Mekanisme kompensasi penting akan adanya hipoksia kronis adalah peningkatan konsentrasi

hemoglobin dan jumlah eritrosit sehingga terjadi polisitemia sekunder akibat peningkatan produksi

eritropoeitin.

SIANOSIS

Sianosis adalah warna kebiruan pada kulit dan mukosa akibat peningkatan jumlah Hb terreduksi.

Biasanya mudah terlihat di bibir, kuku, telinga,dan telapak tangan. Warna merah seperti chery

bukanlah suatu sianosis tetapi biasanya disebabkan oleh COHb.

Peningkatan jumlah Hb tereduksi disebabkan oleh peningkatan aliran vena akibat dilatasi venule

atau akibat penurunan SaO2 pada kapiler. Pada umumnya diperlukan jumlah Hb tereduksi paling

sedikit 4 g/dL untuk menimbulkan sianosis. Oleh karena itu pada pasien anemia mungkin tidak akan

terjadi sianosis. Sianosis juga terjadi pada penderita dengan Hb nonfungsional seperti methemoglobin

atau sulfhemoglobin.

Sianosis dapat dibagi menjadi sentral dan perifer. Pada tipe sentral, SaO2 menurun atau adanya

hemoglobin abnormal dan membran mukosa dan kulit terlihat sianosis. Pada tipe perifer,aliran darah

menurun akibat konstriksi dan peningkatan penggunaan O2 diperifer. Pada keadan ini membran

mukosa mulut biasanya tidak terlihat sianosis.

DIAGNOSA BANDING

Sentral Sianosis. SaO2 menurun akibat penurunan PaO2. Penurunan ini diakibatkan penurunan

FiO2 tanpa adanya kompensasi berupa hiperventilasi untuk meningkatkan PO2 alveolar. Sianosis

tidak akan terjadi pada ketinggian 2500 m,tetapi akan terjadi pada ketinggian 5000 m. Hal ini dapat

diterangkan dengan mempelajari kurva disosiasi Hb-O2.Pada 2500 m, FiO2 sekitar 120 mmHg, PO2

alveolar sekitar 80 mmHg dan SaO2 normal. Namun pada ketinggian 5000 m ,FiO2 dan PO2 alveolar

sekitar 85 dan 50 mmHg dan SaO2 hanya 75 %. Hal ini menyebabkan adanya 25 % Hb tereduksi di

dalam darah arteri yang akan menyebabkan sianosis.

Gangguan fungsi paru yang berat biasanya merupakan penyebab dari sentral sianosis. Hal ini bisa

terjadi secara akut seperti pada pneumonia atau edema paru atau terjadi secara kronis seperti pada

emfisema. Pada yang kronis akan timbul polisitemia dan clubbing pada jari. Namun demikian banyak

pula yang tidak terjadi sianosis, hal ini disebabkan karena adanya sedikit daerah yang masih

mendapatkan perfusi yang baik.

Shunt vena sistemik menuju arteri juga dapat menyebabkan sianosis sentral. Beberapa bentuk

penyakit jantung bawaan dapat menyebabkan sianosis jenis ini. Untuk dapat terjadinya shunt selain

adanya defek juga diperlukan adanya obstruksi aliran darah distal dari letak defek atau adanya

peningkatan resistensi vascular paru. Paling sering adalah kelainan berupa VSD disertai obstruksi

aliran darah pulmoner seperti pada Tetralogy Fallot.Pada Patent Ductus Arteriosus dimana terdapat

Page 8: Modul Hipoksia Dan Sianosis

hipertensi pulmoner dan shunt dari kanan ke kiri akan didapatkan suatu sianosis diferential dimana

sianosis hanya timbul pada extremitas bawah tidak pada extremitas atas.

Fistula arteriovenosa pulmoner dapat terjadi secara congenital atau didapat, soliter atau multiple,

mikroskopik atau massive. Derajat sianosis dipengaruhi oleh ukuran dan jumlahnya. Keadaan ini

kadang terdapat pada teleangiektasia hemoragik herediter. Penurunan SaO2 dan sianosis juga dapat

terjadi pada pasien sirosis, hal ini mungkin karena adanya fistula arteriovenosa pulmoner atau adanya

anstomosis vena pulmoner dengan vena porta.

Pada pasien dengan shunt kanan ke kiri baik di jantung maupun diparu, keberadaan dan derajat

beratnya sianosis tergantung pada besarnya ukuran shunt dan saturasi Hb-O2 dalam darah vena.

Dengan meningkatnya penggunaan O2 oleh karena latihan otot, jumlah darah vena yang kembali ke

jantung bagian kanan akan semakin bertambah dibanding saat istirahat, hal ini akan semakin

memperjelas sianosis. Juga oleh karena resistensi vascular sistemik menurun saat latihan,hal ini akan

semakin meningkatkan aliran shunt. Polistemia sekunder sering terjadi pada sianosis.

Sianosis dapat disebabkan oleh sejumlah kecil methemoglobin dan sulfhemoglobin. Hal ini dapat

diketahui dengan menggunakan spektroskopi.

Sianosis Perifer. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh vasokonstriksi yang normal terjadi

akibat paparan dengan udara dingin atau air. Pada keadaan dimana cardiac output rendah sehingga

terjadi vasokonstriksi kulit maka sianosis yang terjadi akan semakin hebat. Meskipun saturasi arteri

normal namun penurunan aliran darah ke kulit akan menyebabkan penurunan PO2 vena dan kapiler

sehingga akan terjadi pula sianosis.

Obstruksi arteri extremitas missal oleh karena emboli atau konstriksi arterial seperti pada

Raynaud’s phenomenon akan menyebabkan kepucatan dan dingin serta sianosis. Obstruksi vena

seperti pada trombophlebitis akan menyebabkan dilatasi plexus venosa dan akan meningkatkan

sianosis yang terjadi.

PENDEKATAN PASIEN

1. Riwayat Penyakit, terutama onset ( sianosis sejak lahir menunjukkan kemungkinan suatu

penyakit jantung bawaan ) dan kemungkinan terpapar dengan obat atau zat kimia yang dapat

menyebabkan timbulnya Hb abnormal.

2. Perbedaan klinis antara sentral dengan perifer sianosis. Tanda-tanda adanya penyakit

jantung atau paru baik secara pemeriksaan fisik maupun radiologik. Masase atau kompres

hangat dapat menghilangkan sianosis perifer tetapi tidak dengan sianosis sentral.

3. Ada atau tidaknya clubbing. Clubbing tanpa sianosis biasanya terdapat pada endokarditis

infektif, colitis ulserative, orang sehat atau karena pekerjaan. Kombinasi clubbing dan

sianosis terdapat pada pasien penyakit jantung dan shunt kanan ke kiri, abses paru atau fistula

arteriovenosa paru. Sianosis perifer atau sianosis sentral yang terjadi secara akut tidak disertai

clubbing.

4. Menentukan PaO2 dan SaO2 serta spektroskopi dan penentuan Hb abnormal sangat penting

dalam menentukan diagnosa banding.

Page 9: Modul Hipoksia Dan Sianosis

Daftar Pustaka

Fauci et al, “Hypoxia and Cyanosis”, in Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th

edition, McGraw-Hill, 2008.

Silbernagl, S., Lang, F., “Hypoxia and Hyperoxia”, in Color Atlas of Pathophysiology,

Thieme, 2000

Page 10: Modul Hipoksia Dan Sianosis

MODUL HIPOKSIA DAN SIANOSIS

Disusun oleh :

Thomas Hardiantomo

Page 11: Modul Hipoksia Dan Sianosis

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN