Modul B12 Lengkap

19
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MODUL B.1.2 Diselenggarakan dalam rangka : SOSIALISASI NSPM, PEMBERIAN ADVISTEKNIKDANUJIKEANDALAN MUTU TAHUN 2003 TEKNIK PEMELIHARAAN JALAN BERASPAL

Transcript of Modul B12 Lengkap

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANDEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

MODUL B.1.2

Diselenggarakan dalam rangka :SOSIALISASI NSPM, PEMBERIAN ADVISTEKNIKDANUJIKEANDALAN MUTU

TAHUN 2003

TEKNIKPEMELIHARAAN JALAN BERASPAL

Teknik pemeliharaan jalan beraspal i

DAFTAR ISI Ringkasan

1 Pendahuluan ..................................................................................................... 1

2 Beberapa kasus kerusakan perkerasan beraspal ............................................. 1 q Kasus kerusakan dini (Gambar 1a) ............................................................... 2 q Kasus deformasi plastis (Gambar 1b dan 1c) ............................................... 3 q Kasus keterlambatan pemeliharaan (Gambar 1d) ........................................ 3 q Kasus pelepasan butir (Gambar 1e) .............................................................. 3 q Kasus tambalan (Gambar 1f) ......................................................................... 3

3 Jenis dan penyebab kerusakan perkerasan, bahu dan saluran samping .......... 3 3.1 Jenis dan penyebab kerusakan perkerasan beraspal ............................... 3 3.2 Jenis dan penyebab kerusakan bahu ........................................................ 5 3.3 Jenis dan penyebab kerusakan saluran samping ...................................... 5

4 Operasi pemeliharaan ......................................................................................... 5 4.1 Pembersihan dan perbaikan saluran samping dan bahu .......................... 6 4.2 Penyumbatan retak lebar (crack sealing) .................................................. 7 4.3 Penambalan permukaan (skin patching) .................................................... 8 4.4 Penambalan struktural ................................................................................ 10 4.5 Rehabilitasi ................................................................................................ 15

5 NSPM yang terkait dengan pemeliharaan jalan .................................................. 17

6 Daftar pustaka ...................................................................................................... 17

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Beberapa kasus kerusakan perkerasan beraspal ................................... 2 Gambar 2. Contoh operasi pembersihan/pembentukan bahu dan saluran samping .................................................................................................... 6 Gambar 3. Tahapan operasi penyumbatan retak lebar ............................................ 7-8 Gambar 4. Tahapan operasi penambalan permukaan ............................................. 8-10 Gambar 5. Tahapan operasi penambalan struktural ................................................. 11-14 Gambar 6. Tahapan operasi rehabilitasi .................................................................... 15-16

DAFTAR TABEL Tabel 1. Modus dan jenis kerusakan perkerasan beraspal ..................................... 4 Tabel 2. Kemungkinan penyebab kerusakan perkerasan beraspal ......................... 4-5

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 1 - 17

TEKNIK PEMELIHARAAN JALAN BERASPAL

Ringkasan

Perlunya perhatian terhadap mutu pemeliharaan yang memenuhi ketentuan NSPM (Norma, Standar, Pedoman, Manual) dapat disimak dari ungkapan yang menyatakan bahwa setiap $ yang tidak dibelanjakan untuk pemeliharaan akan mengakibatkan penambahan biaya angkutan sebesar $ 3. Ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa mutu (harga) hasil pemeliharaan yang tidak sesuai dengan mutu (harga) hasil pemeliharaan menurut NSPM, akan menimbulkan kerugian yang berlipat ganda. Bukti ungkapan tersebut ditunjukkan oleh pernah “hebohnya” pemberitaan kasus Pantura dan Lintas Timur Sumatera. Mutu pemeliharaan jalan dapat ditingkatkan melalui penerapan NSPM pada berbagai tahapannya (perencanaan umum, penyusunan program, disain dan pelaksanaan di lapangan). Namun demikian, karena keberhasilan pemeliharaan sangat tergantung pada pelaksanaan lapangan, maka pada tulisan ini disajikan uraian beberapa teknik operasi pemeliharaan.

1 Pendahuluan

Untuk kelancaran perjalanannya, para pengguna jalan menuntut agar jalan yang dilewatinya selalu memberikan kenyamanan dan keselamatan. Namun demikian, jalan mengalami penurunan kondisi sesuai dengan bertambahnya umur sehingga pada suatu saat, jalan tersebut akan mempunyai kondisi yang dipandang mengganggu kelancaran perjalanan.

Karena karakteristiknya yang selalu mengalami penurunan kondisi, maka untuk memperlambat kecepatan penurunan kondisi dan mempertahankan kondisi pada tingkat yang layak, jalan perlu dipelihara secara terus menerus.

Disadari bahwa pemeliharaan jalan yang hasilnya dapat memenuhi tuntutan masyarakat pengguna jalan bukanlah pekerjaan yang mudah, lebih-lebih pada saat kondisi anggaran terbatas serta adanya beberapa kendala teknis, antara lain, beban kendaraan yang cenderung jauh melampaui batas, kondisi cuaca yang kurang bersahabat serta gangguan lalu-lintas pada saat pelaksanaan pemeliharaan. Disamping itu, makin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menyampaikan tuntutannya atas penyediaan prasarana jalan yang baik, merupakan tantangan yang perlu mendapat perhatian dari pihak-pihak yang terkait dengan pembinaan jalan. Aspek-aspek tersebut merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari sehingga perlu dijadikan pendorong untuk lebih memperhatikan ketentuan (norma, standar, pedoman, manual), terlepas dari terbatasnya anggaran yang tersedia.

Pada tulisan ini disajikan uraian ringkas mengenai beberapa aspek pelaksanaan pemeliharaan di lapangan menurut NSPM. Disamping itu, pada tulisan ini disampaikan juga jenis dan penyebab kerusakan perkerasan beraspal serta beberapa kasus kerusakan yang dijumpai di lapangan. Apabila pada tulisan ini terdapat pernyataan yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam NSPM, maka pernyataan dalam NSPM lebih menentukan. Demikian pula, apabila antara satu NSPM dengan NSPM lainnya terdapat perbedaan, maka NSPM yang mempunyai status hukum lebih tinggi yang menentukan.

2 Beberapa kasus kerusakan perkerasan beraspal

Tidak dilakukannya pemeliharaan menurut NSPM dapat dilihat dari beberapa kasus kerusakan perkerasan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 2 - 17

a. Retak, deformasi, tambalan

b. Deformasi plastis

c. Deformasi plastis, drainase

d. Lubang, drainase

e. Pelepasan butir

f. Tambalan

Gambar 1. Beberapa kasus kerusakan perkerasan beraspal

q Kasus kerusakan dini (Gambar 1a)

Pada Gambar 1a ditunjukkan deformasi (penurunan) dan retak yang terjadi beberapa saat (kurang dari satu tahun) setelah perkerasan dibuka untuk lalu-lintas. Disamping itu pada gambar terlihat pula penambalan yang tidak memecahkan persoalan. Pada kasus ini, penyebab terjadinya kerusakan adalah mutu bahan, terutama pada lapis pondasi, yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 3 - 17

q Kasus deformasi plastis (Gambar 1b dan 1c)

Gambar 1b dan 1c menunjukkan deformasi plastis pada lapis tambah (overlay) yang terjadi pada daerah tanjakan dan perhentian. Penyebab utama terjadinya deformasi plastis adalah komposisi campuran yang tidak proporsional (rongga terlalu rendah). Pemasangan lapis tambah yang langsung pada lapis permukaan lama yang juga mengalami deformasi, dipandang merupakan penyebab lain terjadinya deformasi. Pada Gambar 1c terlihat pula sistem drainase yang tidak dapat mengalirkan air secepatnya dari permukaan perkerasan.

q Kasus keterlambatan pemeliharaan (Gambar 1d)

Kasus yang ditunjukkan pada Gambar 1d merupakan kerusakan yang kemungkinan besar diakibatkan oleh terlambatnya pemeliharaan, baik pemeliharaan pada konstruksi perkerasannya maupun pemeliharaan pada sistem drainasenya. Kasus kurangnya pemeliharaan sistem drainase sering dijumpai di daerah perkotaan, dimana lubang pengaliran air di bawah bahu (trotoar) biasanya tersumbat sehingga aliran air dari perkerasan ke saluran samping tidak lancar. Didisamping itu, penyumbatan/pengendapan pada saluran samping merupakan kasus lain terlambatnya pemeliharaan.

q Kasus pelepasan butir (Gambar 1e)

Pada Gambar 1e terlihat lapis permukaan yang kasar sebagai akibat pelepasan butir. Beberapa faktor yang umumnya menjadi penyebab terjadinya pelepasan butir adalah agregat yang kotor, kepadatan yang rendah, campuran yang pemanasannya terlalu tinggi atau terlalu lama (aspal menjadi rapuh), atau campuran yang dihampar/dipadatkan pada suhu rendah. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pelepasan butir adalah penuaan atau pelapukan aspal (aging).

q Kasus tambalan (Gambar 1f)

Gambar 1f menunjukkan kasus penambalan yang dilakukan ala kadarnya sehingga bagian tambalan mudah pecah dan bagian perkerasan di sekitar tambalan cepat retak kembali. Penggunaan bahan dan cara pelaksanaan yang tidak mengikuti ketentuan (NSPM) merupakan faktor utama yang menyebabkan tambalan kurang berfungsi.

3 Jenis dan penyebab kerusakan perkerasan, bahu dan saluran samping

3.1 Jenis dan penyebab kerusakan perkerasan beraspal

Dengan memperhatikan kasus pada Butir 2, kerusakan yang umumnya terjadi pada perkerasan beraspal dapat dibagi menjadi empat modus, yaitu

q Retak q Deformasi q Disintegrasi q Tambalan

Masing-masing modus kerusakan di atas dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.

Disamping beban lalu-lintas, kemungkinan penyebab kerusakan ditunjukkan pada Tabel 2, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

q Konstruksi perkerasan, termasuk tanah dasar yang lemah q Perbedaan kekuatan dua bagian perkerasan q Penggunaan bahan dan cara pengerjaan yang tidak sesuai dengan NSPM

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 4 - 17

q Sistem drainase yang jelek (memperlemah konstruksi perkerasan) q Umur (mengakibatkan penuaan/pelapukan aspal) q Kemarau (mengakibatkan penyusutan tanah sehingga terjadi retak memanjang) q Gaya horizontal pada saat kendaraan direm (menimbulkan retak selip) q Keterlambatan pemeliharaan

Tabel 1. Modus dan jenis kerusakan perkerasan beraspal

MODUS JENIS

q Retak q Berdasarkan jumlah garis ­ Retak tunggal ­ Retak lebih dari satu garis tidak berhubungan ­ Retak blok (membentuk kotak bersisi >30 cm) ­ Retak kulit buaya (membentuk kotak bersisi <30 cm)

q Berdasar lebar celah ­ Retak rambut (lebar <1 mm) ­ Retak sedang (lebar 1-3 mm) ­ Retak lebar (lebar >3 mm) ­ Retak yang disertai gompal

q Berdasarkan arah/pola ­ Retak melintang ­ Retak memanjang ­ Retak bulan sabit atau retak selip ­ Retak tidak beraturan

q Berdasarkan posisi ­ Retak tepi ­ Retak jejak roda ­ Retak tengah

q Deformasi q Deformasi plastis (penurunan terjadi pada lapis beraspal dan biasanya disertai dengan perubahan bentuk ke arah samping)

q Deformasi struktural (penurunan hanya dalam arah vertikal saja) q Penggemukan (aspal naik ke permukaan dan mengakibatkan

permukaan menjadi halus; bila pada saat hujan permukaan menjadi licin atau pada saat panas aspal melekat pada roda)

q Disintegrasi q Pelepasan butir halus q Pelepasan butir kasar q Lubang q Gompal pada tepi perkerasan q Pengelupasan (delamination)

q Tambalan q Sumbatan (crack sealing) q Tambalan permukaan (skin patching) q Tambalan struktural

Tabel 2. Kemungkinan penyebab kerusakan perkerasan beraspal

KERUSAKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB

q Retak q Kekuatan perkerasan atau mutu bahan yang rendah (beban roda kendaraan menimbulkan regangan horizontal yang besarnya tidak mampu ditahan lapis beraspal sehingga mengakibatkan retak)

q Kekuatan dua bagian perkerasan yang berbeda (contoh, antara perkerasan lama dan perkerasan baru/pelebaran, sehingga biasanya menimbulkan retak memanjang)

q Pelapukan (akibat umur, campuran beraspal mengalami pelapukan sehingga rapuh dan selanjutnya mudah retak atau pelepasan butir)

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 5 - 17

Tabel 2. Kemungkinan penyebab kerusakan perkerasan beraspal (lanjutan)

KERUSAKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB

q Kemarau (akibat kemarau, tanah di samping perkerasan menyusut dan selanjutnya mengalami retak yang berkembang ke perkerasan)

q Drainase yang jelek (memperlemah tanah dasar dan perkerasan) q Permukaan bahu yang lebih rendah (pada saat tepi perkerasan terinjak

roda kendaraan, bagian perkerasan tersebut akan mengalami retak) q Retak pada perkerasan lama yang merambat ke lapis tambah (dikenal

dengan retak refleksi) q Gaya horizontal pada saat kendaraan direm (diwujudkan dalam retak

yang membentuk bulan sabit) q Deformasi q Kekuatan perkerasan dan tanah dasar yang rendah (beban roda

kondaraan menimbulkan regangan yang terakumulasi sehingga membentuk penurunan)

q Campuran yang rongganya terlalu rendah (aspal berfungsi sebagai “pelumas” sehingga akibat beban roda kendaraan, campuran mengalami deformasi plastis)

q Kepadatan yang rendah (akibat beban roda kendaraan, pada lapisan terjadi densifikasi sehingga terjadi penurunan)

q Disintegrasi q Aspal yang rapuh, baik sebagai akibat pemanasan yang terlalu tinggi atau terlalu lama maupun akibat pelapukan/penuaan

q Pelekatan aspal dengan agregat yang rendah sehingga agregat mudah terkelupas

q Lekatan lapisan beraspal dengan lapis dibawahnya yang rendah sehingga terjadi pengelupasan (delamination)

q Perkembangan lebih lanjut dari pelepasan butir atau retak sehingga terjadi lubang

q Retak pada tepi perkerasan (mengakibatkan gompal) 3.2 Jenis dan penyebab kerusakan bahu

Kerusakan pada bahu pada dasarnya sama dengan kerusakan pada perkerasan beraspal, baik jenisnya maupun penyebabnya. Pada bahu yang terdiri dari tanah atau agregat, kerusakan adalah erosi, amblas atau ditumbuhi rumput. Disamping itu, kadang-kadang permukaan bahu lebih tinggi dari permukaan perkerasan sehingga menghambat aliran air dari perkerasan ke saluran tepi.

3.3 Jenis dan penyebab kerusakan saluran samping

Kerusakan pada saluran tepi adalah penyempitan dan peluasan penampang. Penyempitan penampang dapat terjadi akibat adanya rumput, ranting, longsoran tanah atau akibat endapan tanah (kemiringan saluran terlalu landai), sedangkan peluasan penampang dapat terjadi akibat penggerusan (kemiringan saluran terlalu terjal). Meskipun sampai tingkat tertentu peluasan penampang dapat memperlancar aliran air, namun perkembangan lebih lanjut dapat menimbulkan longsor, baik pada dinding dalam (ke arah bahu) maupun pada dinding luar saluran. Disamping itu, peluasan penampang dapat mengakibatkan pengendapan di bagian lain saluran sehingga aliran air menjadi tidak lancar.

4 Operasi pemeliharaan

Pemeliharaan biasanya dikelompokkan menjadi pemeliharaan rutin dan pemeliharaan periodik, dimana pemeliharaan rutin mencakup penambalan perkerasan, pembersihan dan perbaikan saluran tepi dan gorong-gorong, perbaikan dan pembersihan bahu; sedangkan pemeliharaan periodik adalah pemasangan lapis “tipis”, baik yang terdiri atas laburan aspal (surface dressing), penetrasi Macadam, beton aspal ataupun bahan lain yang mempunyai fungsi sejenis.

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 6 - 17

4.1 Pembersihan dan perbaikan saluran samping dan bahu

Agar saluran tepi, gorong-gorong dan bahu dapat mengalirkan air dengan lancar, maka fasilitas tersebut perlu pemeliharaan rutin. Contoh kondisi saluran tepi dan bahu yang belum dibersihkan dan yang sudah dibersihkan ditunjukkan pada Gambar 2.

a. Kondisi sebelum dibersihkan

b. Kondisi setelah dibersihkan

c. Operasi pembentukan bahu dan saluran samping

q Dalam pembentukan bahu dan saluran samping, seyogyanya dipasang batas serta digunakan cetakan (mal) profil

Gambar 2. Contoh operasi pembersihan/pembentukan bahu dan saluran samping

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 7 - 17

4.2 Penyumbatan retak lebar (crack sealing)

Penyumbatan perlu dilakukan pada bagian perkerasan yang mengalami retak lebar, yaitu dalam rangka mencegah masuknya air ke dalam perkerasan. Pada Gambar 3a dan 3b diilustrasikan retak sebelum dan sesudah disumbat, sedangkan pada Gambar 3c diilustrasikan tahapan operasi penyumbatan retak.

a. Kondisi sebelum disumbat

b. Kondisi setelah disumbat

c. Operasi

q Siapkan bahan-bahan sebagai berikut: ¡ Aspal emulsi atau aspal cair ¡ Pasir bersih; apabila digunakan aspal

cair, pasir harus kering ¡ Retak yang sangat lebar perlu

disumbat dengan bubur aspal (slurry) yang dapat dibuat dengan mencampurkan sekitar sekitar 25 bagian aspal emulsi atau aspal cair dengan 75 bagian pasir

ATAU

BUBUR ASPAL (SLURRY)

q Bersihkan bagian perkerasan di sekitar retak dengan menggunakan sapu dan penyemprot debu

Gambar 3. Tahapan operasi penyumbatan retak lebar

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 8 - 17

q Tuangkan dan ratakan aspal

q Taburkan pasir di atas permukaan yang sudah dilaburi aspal

Gambar 3. Tahapan operasi penyumbatan retak lebar (lanjutan)

4.3 Penambalan permukaan (skin patching)

Penambalan permukaan perlu dilakukan pada bagian perkerasan yang menunjukkan gejala retak atau pelepasan butir atau telah mengalami retak atau pelepasan butir yang masih dini. Tujuan utama penambalan permukaan adalah untuk mencegah meresapnya air ke dalam perkerasan sehingga kerusakan tidak berkembang cepat. Kondisi permukaan sebelum dan sesudah ditambal ditunjukkan pada Gambar 4a dan 4b, sedangkan pada Gambar 4c ditunjukkan tahapan operasi penambalan permukaan.

a. Kondisi sebelum ditambal

b. Kondisi setelah ditambal

Gambar 4. Tahapan operasi penambalan permukaan

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 9 - 17

c. Operasi

(1) Siapkan bahan-bahan sebagai berikut: ¡ Aspal emulsi atau aspal cair (sebagai

lapis perekat) ¡ Pasir bersih (diameter 2-5 mm) ¡ Sebagai alternatif, untuk bahan

tambalan dapat digunakan beton aspal campuran dingin

ATAU

BETON ASPAL CAMP. DINGIN

(2) Berilah tanda bagian yang akan ditambal dengan ketentuan: ¡ Tanda harus berbentuk bujur sangkar

atau empat persegi panjang ¡ Salah satu sisi harus sejajar dengan

sumbu jalan ¡ Sisi-sisi segi empat, harus terletak sekurang-kurangnya 10 cm di luar bagian perkerasan yang tidak rusak

(3) Bersihkan bagian permukaan yang akan ditambal agar bebas debu atau kotoran lain yang mengganggu

(4) Semprotkan aspal ke permukaan yang akan ditambal dengan ketentuan ¡ Volume penyemprotan + 1,5 lt/m2 ¡ Penyemprotan harus merata ke seluruh permukaan yang akan ditambal

Gambar 4. Tahapan operasi penambalan permukaan (lanjutan)

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 10 - 17

(5) Taburkan agregat atau beton aspal

campuran dingin dengan merata (6) Ratakan lapisan agregat atau beton

aspal campuran dingn

(7) Padatkan lapisan agregat dengan menggunakan mesin pemadat roda karet atau mesin pemadat ringan (baby roller)

(8) Apabila kedua mesin pemadat di atas

tidak tersedia, pemadatan laburan aspal pasir dapat dilakukan dengan menggunakan roda truk yang memuat bahan

(9) Sapukan agregat yang lepas

Gambar 4. Tahapan operasi penambalan permukaan (lanjutan)

4.4 Penambalan struktural

Penambalan struktural perlu dilakukan pada bagian perkerasan yang retak parah, berlubang atau deformasi. Apabila terjadinya kerusakan terkait dengan kondisi drainase, maka penambalan struktural perlu disertai dengan perbaikan fasilitas tersebut.

Pada Gambar 5a dan 5b ditunjukkan kondisi perkerasan sebelum dan sesudah ditambal, sedangkan pada Gambar 5c ditunjukkan tahapan operasi penambalan struktural.

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 11 - 17

a. Kondisi sebelum ditambal

b. Kondisi setelah ditambal

c. Operasi

(1) Siapkan bahan-bahan sebagai berikut: ¡ Agregat lapis pondasi; jika

diperlukan, dapat ditambah semen ¡ Aspal emulsi atau aspal cair

sebagai tack coat dan prime coat ¡ Beton aspal atau bahan yang

sejenis dengan bahan lapis permukaan ¡ Sebagai alternatif, sebagai bahan

lapis permukaan dapat digunakan beton aspal campuran dingin

(2) Keringkan lubang, bila perlu (3) Beri tanda bagian perkerasan yang

akan ditambal dengan ketentuan: ¡ Tanda harus berbentuk bujur

sangkar atau empat persegi panjang ¡ Salah satu sisi harus sejajar dengan

sumbu jalan ¡ Sisi-sisi segi empat, harus terletak

sekurang-kurangnya 10 cm di luar bagian perkerasan yang tidak rusak

(4) Potong bagian permukaan yang telah diberi tanda

Gambar 5. Tahapan operasi penambalan struktural

BETON ASPAL CAMP. PANAS

BETON ASPAL CAMP. DINGIN

AGREGAT

ASPAL EMULSI atau ASPAL CAIR

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 12 - 17

(5) Lanjutkan pemotongan dan hancurkan lapis permukaan dengan menggunakan jack hammer

(6) Gali bahan yang sudah lepas

(7) Lanjutkan penggalian sampai lapisan yang terkontaminasi serta tanah dasar yang lunak

(8) Bentuk dan rapihkan lubang sehingga

dinding-dindingnya tegak dan dasarnya rata

(9) Urugkan agregat lapis pondasi lapis

demi lapis (tebal maksimum masing-masing lapisan 10 cm)

(10) Padatkan setiap lapisan agregat lapis

pondasi

Gambar 5. Tahapan operasi penambalan struktural (lanjutan)

LAPIS DEMI LAPIS!!

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 13 - 17

(11) Bersihkan permukaan lapis pondasi dari butir-butir lepas dan debu

(12) Semprotkan lapis resap perekat (prime coat) dan lapis perekat (tack coat) ke permukaan lapis pondasi dan dinding-dinding lubang

(13) Hamparkan campuran beraspal secara merata

(14) Bila tebal lapis beraspal lebih dari 5

cm, penghamparan perlu dilakukan lapis demi lapis (tebal maksimum masing-masing lapisan 5 cm)

Gambar 5. Tahapan operasi penambalan struktural (lanjutan)

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 14 - 17

(15) Ratakan campuran beraspal

(16) Periksa permukaan hamparan campuran (bila terdapat bagian permukaan yang rendah, tambahkan campuran)

(17) Padatkan lapisan beraspal dengan seksama

(18) Periksa kerataan permukaaan tambalan (bila terdapat bagian permukaan yang rendah, tambahkan campuran dan padatkan)

Gambar 5. Tahapan operasi penambalan struktural (lanjutan)

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 15 - 17

4.5 Rehabilitasi

Rehabilitasi ditujukan untuk memperbaiki perkerasan yang retak parah, deformasi plastis atau berlubang pada daerah yang luas.

Operasi rehabilitasi menyangkut pembongkaran dan penggantian bagian perkerasan lama dengan urutan operasi pokok sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 6. Bahan pengganti lapis beraspal terdiri dari beton aspal campuran panas yang dapat dibuat dari bahan-bahan yang baru atau campuran hasil daur ulang.

Operasi rehabilitasi pada dasarnya sama dengan penambalan struktural, kecuali dalam hal peralatan mekanis yang digunakan (pada operasi penambalan struktural digunakan peralatan mekanis ringan, sedangkan pada operasi rehabilitasi digunakan peralatan mekanis berat).

a. Kondisi sebelum direhabilitasi

b. Kondisi setelah direhabilitasi

c. Operasi

(1) Pembongkaran/pengupasan lapisan beraspal dengan planer

(2) Jika diperlukan pembongkaran lapis pondasi agregat, pembongkaran tersebut perlu dilakukan dengan alat lain yang sesuai, misal grader

(3) Pembersihan permukaan dengan mechanical broom

Gambar 6. Tahapan operasi rehabilitasi

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 16 - 17

(4) Penyemprotan aspal perekat (tack coat) dengan asphalt sprayer

(5) Penghamparan beton aspal dengan asphalt finisher

(6) Pemadatan awal (break down

rolling) dengan mesin pemadat roda besi

(7) Pemadatan menengah (intermediate

rolling) dengan mesin pemadat roda karet

(8) Pemadatan awal (break down

rolling) dengan mesin pemadat roda besi

Gambar 6. Tahapan operasi rehabilitasi (lanjutan)

Teknik pemeliharaan jalan beraspal 17 - 17

5 NSPM yang terkait dengan pemeliharaan jalan

(1) SNI 03-1737-1989 : Tata Cara Pelaksanaan Lapis Beton Aspal Untuk Jalan Raya

(2) SNI 03-3425-1994 : Tata Cara Pelaksanaan Lapis Tipis Beton Aspal Untuk Jalan Raya

(3) SNI 03-2583-1995 : Tata Cara Pelaksanaan Lapis Pondasi Dengan Batu Pecah

(4) SNI 03-3978-1995 : Tata Cara Pelaksanaan Beton Aspal Campuran Dingin Dengan Aspal Emulsi Untuk Perkerasan Jalan

(5) PUSJAL, Juni 1996 : Pedoman Sederhana Untuk Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan

(6) Bina Marga (1992) : Pedoman Pelaksanaan Pemeliharaan Rutin Jalan dan Jembatan

(7) BM No. 05/PT/B/1983 : Petunjuk Pelaksanaan Laburan Aspal (BURAS)

(8) BM No. 023/T/BM/1999 : Pedoman Pelaksanaan Campuran Beraspal Dingin Untuk Pemeliharaan

(9) Pd S-16-1996-03 : Spesifikasi Bahan Lapis Penetrasi Macadam

(10) Pd S-01-1997-03 : Spesifikasi Aspal Emulsi

6 Daftar pustaka

ASPHALT INSTITUTE (1967). Asphalt in Pavement Maintenance. Manual Series No. 16 (MS-16). The Asphalt Institute, College Park, Maryland, USA.

ODA and TRL (1994). PIARC Road Maintenance Handbook, Volume I: Maintenance of Road Side Areas and Drainage. Transport and Road Research Laboratory. Crowthorne, London, United Kingdom.

ODA and TRL (1994). PIARC Road Maintenance Handbook, Volume II: Maintenance of Unpaved Roads. Transport and Road Research Laboratory. Crowthorne, London, United Kingdom.

ODA and TRL (1994). PIARC Road Maintenance Handbook, Volume II: Maintenance of Paved Roads. Transport and Road Research Laboratory. Crowthorne, London, United Kingdom.