MODUL

30
MODUL 1 Blok Kedokteran Forensik

description

MODUL

Transcript of MODUL

MODUL 1

Blok Kedokteran Forensik

#

Created By : Group 3 EVANH PURWA NARENDRA HADI ERFIKA YULIZA PUSPA AYU NAVRATILOVA RICKY ISKANDAR TIKA PUSPA DEWI ARIF ANGGIDINATA AFIF ZIKRI FARIFAH SENTOSA SINAGA CAHAYA CINTA UTARI BUNGA CINTA UTARI IRMA JULYANTI YANA GUSTINA

#

SkenarioAli dibawa ibunya ke rumah sakit sore itu, dalam pemeriksaan didapatkan luka lecet disiku, lutut dan perut. Luka robek di kaki dan kepalanya. Memar-memar di seluruh tubuh, akibat di keroyok teman kuliahnya. Ibu Ali meminta kepada dokter jaga untuk membuat visum, bagaimana sikap anda sebagai dokter menanggapi kasus ini ?

#

Kata Sulit

Memar : perubahan warna kulit menjadi hitam atau ungu kebiruan akibat adanya kebocoran pembuluh darah kecil di bawah kulit.

• Lecet : kerusakan permukaan kulit yang  biasanya disebabkan oleh gesekan kulit dengan benda kasar.

• Robek : Luka yang ditimbulkan oleh goresan benda yang tidak terlalu tajam

#

Kata Kunci• Ali dikeroyok teman kuliahnya• Pemeriksaan : - didapatkan luka

lecet disiku, lutut dan perut. - luka robek dikaki dan

kepalanya. - memar di seluruh

tubuh Ibu Ali meminta dokter untuk

membuat visum.

#

Key Problem

Permintaan pemeriksaan visum pada kasus

pengeroyokan

#

Pertanyaan1. Apa itu forensik ?2. Apa saja ruang lingkup dokter forensik dalam

melakukan visum ?3. Apa definisi dari visum ?4. Apa saja jenis-jenis visum ?5. Bagaimana prosedur pemeriksaan visum ?6. Apa saja jenis-jenis luka ?7. Apa tujuan dari pemeriksaan visum ?8. Siapa saja yang berhak melakukan visum ?9. Pada kasus apa saja bisa dilakukan visum ?10.Bagaimana penilaian derajat luka pada

pemeriksaan visum ?11.Berapa lama menunggu hasil visum dan

pemeriksaan visum ?12.Bagaimana ketentuan hukum dan UU visum ?13.Bagaimana tata cara penulisan dalam pem. Visum

dan berikan contoh ?14.Siapa saja yang harus hadir dalam melakukan

pem.visum ?

#

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang

pemeriksaan visum

#

Sasaran PembelajaranMahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang:

• Definisi forensik• Definisi visum et repertum• Tujuan visum• Jenis-jenis visum• Prosedur pemeriksaan visum• Penulisan pemeriksaan visum• Ketentuan uu visum• Jenis-jenis luka• Derajat luka

#

MIND MAP

VISUM ET REPERTUM

Ketentuan hukum &

UU

JENIS LUKA

PROSEDUR VISUM

DERAJAT LUKA

JENIS VISUM

TUJUAN

PENULISAN VISUM

DEFINISI

#

DEFINISI FORENSIK

Penerapan atau pemanfaatan ilmu kedokteran

untuk kepentingan penegakan hukum dan pengadilan.

DEFINISI VISUM ET REPERTUMketerangan yang dibuat dokter atas

permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati, ataupun bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.

#

•Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim.•Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat.•Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan visum et repertum yang lebih baru.

Tujuan

Visum

#

PERANAN VISUM et REPERTUM

• PENYIDIK

• PENUNTUT UMUM • HAKIM

• PENASEHAT HUKUM

MENGUNGKAP PERKARA

MEMBUAT DAKWAANKEYAKINAN MEMBUAT PUTUSAN

FUNGSI PEMBELAAN

SEBAGAI PENGGANTI BENDA BUKTI

#

Tahapan-tahapan dalam pembuatan visum et repertum pada korban hidup

• Penerimaan korban yang dikirim oleh Penyidik• Penerimaan surat permintaan keterangan

ahli/visum et revertum• Pemeriksaan korban secara medis• Pengetikan surat keterangan ahli/visum et repertum• Penandatanganan surat keterangan ahli / visum et

repertum• Penyerahan benda bukti yang telah selesai

diperiksa• Penyerahan surat keterangan ahli/visum et

repertum

#

Ketentuan umum dalam pembuatan Visum et Repertum

a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa

b. Bernomor dan bertanggalc. Mencantumka nama “Pro justitia” dibagian

atas (kiri atau tengah)d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik

dan benare. Tidak menggunakan singkatan terutama

pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan

f. Tidak menggunakan istilah asing atau istilah kedokteran

h. Berstempel instansi pemeriksa tersebuti. Diperlakukan sebagai surat yang harus

dirahasiakanj. Hanya diberikan kepada penyidik peminta

Visum et Repertum (instansi)

#

YANG BERWENANG MEMBUAT VISUM et REPERTUM

1. DOKTER AHLI FORENSIK2. DOKTER AHLI LAINNYA3. DOKTER UMUM

#

Prosedur permintaan pemeriksaan visum Hidup

a. Permintaan Visum diajukan secara resmi dan tertulis oleh Kepolisian kepada Puskesmas.

b. Pengajuan permintaan Visum disampaikan di UGD dalam waktu 2 x 24 jam sejak kejadian oleh petugas kepolisian

c. Petugas UGD meneliti surat permintaan Visum, setelah meneliti kebenaran surat, petugas menulis tanggal, jam penerimaan, nama dan tanda tangan.

d. Apabila penderita / korban sudah masuk ruangan maka surat permintaan Visum ada di UGD

e. Visum  dibuat berdasarkan pemeriksaan penderita pada saat permintaan Visum Et repertum.

f. Bila penderita / korban sudah meninggal maka petugas UGD memriksa kondisi secara umum

g. Penderita yang sudah meninggal dirujuk ke RRSA

h. Visum hidup dibuat dan ditanda tangani oleh Dokter yang memeriksa / menangani penderita pada saat visum diterima.

i. Visum bisa diambil oleh petugas kepolisian dalam waktu 2 X 24 jam

j. Petugas menandatangani penerimaan laporan visum  

#

Cara Penulisan VeRProjustitia

Pendahuluan

Pemerikaan

Kesimpulan

Penutup

DASAR HUKUM

KUHAP ps 184 : ALAT BUKTI YANG SAH ADALAH :

1. Keterangan Saksi2. Keterangan Ahli3. Surat4. Petunjuk5. Keterangan terdakwa

VeR digolongkan kedalam alat bukti “Surat”

#

Ketentuan ketentuan hukum dalam Visum et Repertum

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

Visum et Repertum tidak hanya diperuntukkan kepada seorang korban (baik korban hidup maupun tidak hidup) semata, akan tetapi untuk kepentingan penyidikan juga dapat dilakukan terhadap seorang tersangka sekalipun seperti VR Psikiatris. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan dalam KUHAP

Pasal 120 (1) KUHAP Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.

#

Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik

Pasal 216 KUHP:Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

Jenis-jenis luka

a. Trauma benda tajam

b. Trauma benda tumpul

#

Luka sayat• Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya

tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.

Ciri luka sayat :• Pinggir luka rata• Sudut luka tajam• Rambut ikut terpotong• Jembatan jaringan ( - )• Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah,

tidak sampai tulang

a. Trauma benda tajam

#

Luka tusuk

• Luka tusuk ialah luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) :• Tepi luka rata• Dalam luka lebih besar dari panjang luka• Sudut luka tajam• Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang

tajam• Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

#

Luka bacok• Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat

dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Ciri luka bacok :• Luka biasanya besar• Pinggir luka rata• Sudut luka tajam• Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang,

dapat memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan• Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar,

aberasi

#

Luka memar (contusio)

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan di sekitarnya.

b. Trauma benda tumpul

#

Luka lecet (abrasio)

• Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :• Bentuk luka tak teratur• Batas luka tidak teratur• Tepi luka tidak rata• Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan• Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang

telah mongering )• Warna coklat kemerahan• Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya

beberapa bagian yang masih di tutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)

#

Luka robek (vulnus laceratum)

• Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :• Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata• Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian

jaringan hancur )• Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan• Di sekitar garis batas luka di temukan memar• Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat

dengan tulang ( misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas ).

Klasifikasi luka

1.Luka ringan 2.Luka sedang3.Luka berat

#

DAFTAR PUSTAKA

• Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.

• Hamdani N. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992

• Herkutanto. Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di Jakarta dan Faktor yang Mempengaruhinya. Maj Kedokt Indon, September 2004 ; 54 (9) : 355-60.