Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

download Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

of 12

Transcript of Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    1/12

    SELF-PROPAGATINGEN

    TREPRENEURIALEDUC

    ATIONDEVELOPMENT

    MODUL

    1

    A. Uraian Materi Materi Praktikum Kegiatan 4

    B. Tujuan Praktikum

    C. Pelaksanaan Praktikum

    D. Laporan Praktikum (Lembar Kerja)

    A. Uraian Materi

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal

    atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi

    normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada

    nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas

    dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi

    memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel

    penelitian. Jika asumsi untuk uji normalitas ini dilanggar, maka uji statistik menjadi

    tidak valid atau bias terutama untuk sampel kecil.

    Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi

    Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang

    paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik

    sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga

    penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak

    ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan

    metode grafik.

    Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis maka dapat dicoba

    dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari

    nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasidata, melakukan trimmingdata outliers atau menambah data observasi. Transformasi

    dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural, akar kuadrat, inverse, atau bentuk

    yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan,

    mengumpul di tengah atau menyebar ke samping kanan dan kiri.

    Praktikum Metode KuantitatifPELANGGARAN ASUMSI KLASIK

    Lab. Agricultur al Economics, Faculty of Agri culture, University of Br awijaya

    Website:http://fp.ub.ac.id/ekonomipertanian

    Email : [email protected]

    MODUL

    4

    http://www.konsultanstatistik.com/search/label/Normalitashttp://www.konsultanstatistik.com/2010/05/data-outliers.htmlhttp://fp.ub.ac.id/ekonomipertanianhttp://fp.ub.ac.id/ekonomipertanianhttp://www.konsultanstatistik.com/2010/05/data-outliers.htmlhttp://www.konsultanstatistik.com/search/label/Normalitas
  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    2/12

    2 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    2. Autokorelasi

    Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi di antara anggota-anggota dari

    serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (seperti pada data runtun

    waktu atau time series rate) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data

    silang waktu atau cross-sectional data). Asumsi yang keempat dari model OLS (Ordinary

    Least Squares) adalah :

    Cov (UiLj) = E[{UiE[Ui](UjE[Uj}]

    = E[UiUj] = E[Ui] E[Ujj

    = 0 untuk i j karena E[Ui]=E[Uj] = 0

    Asumsi di atas mengandung arti nilai-nilai faktor gangguan U yang berurutan tidak

    tergantung secara temporer; yaitu gangguan yang terjadi pada satu titik pengamatan, tidak

    berhubungan dengan faktor-faktor gangguan lainnya. Ini berarti bila pengamatan-

    pengamatan dilakukan sepanjang waktu, pengaruh faktor gangguan yang terjadi dalam satuperiode tidak terbawa ke periode lainnya.

    Jika asumsi di atas dilanggar atau tidak dipenuhi (yaitu jika nilai U dalam setup

    periode berkorelasi dengan nilai-nilai U dalam periode sebelumnya), maka berarti ada

    "autokorelasi" dari variabel-variabel random.

    Autokorelasi adalah sebuah kasus khusus dari korelasi. Kalau "korelasi"

    menunjukkan huburgan antara dua atau Iebih variabel-variabel yang berbeda, maka

    "autokorelasi" menunjukkan hubungan antara nilai nilai yang berurutan dari variabel

    yang sama.

    Autokorelasi merupakan peristiwa yang biasa terdapat pada sebagian besar

    variabel-variabel ekonomi. Umpamanya dalam suatu penelitian mengenai hubungan antara

    output dan input-input dari sebuah perusahaan didasarkan atas pengamatan bulanan, nir-

    autokorelasi (nonautocorrelation) dari faktor-faktor gangguan mengandung arti

    kejadiankejadian yang tidak biasa, mempengaruhi produksi perusahaan pada bulan

    tertentu hanya bersifat sementara, dalam artian hanya output pada bulan sekarang saja yang

    dipengaruhi.

    Autokorelasi dalam sampel runtun waktu (time-series sample) menunjukkan

    kecenderungan sekuler atau perubahan jangka panjang sepanjang waktu. Fluktuasi siklis

    juga memperlihatkan keteraturan pengamatan variabel yang berurutan sepanjang waktu,

    dan menjadi penyebab autokorelasi.Autokorelasi juga bisa diakibatkan oleh adanya bias spesifikasi, misalnya, karena

    dikeluarkannya variabel-variabel yang benar dari persamaan regresi atau karena asumsi

    yang salah mengenai bentuk fungsional model regresi. Di samping itu, timbulnya masalah

    autokorelasi kadang-kadang karena salah satu variabel bebas dalam model regresi

    merupakan nilai lag (lag_qed value) dari variabel terikat, misalnya :

    Konsumsi (t) = f[ Penghasilan (t), Konsumsi (t-1) ]

    Jika faktor "lag" itu diabaikan/dibuang, maka faktor gangguannya menunjukkan suatu

    pola sistematis karena pengaruh dari konsumsi "lag" terhadap konsumsi tahun t. Padaumumnya, autokorelasi disebut korelasi berseri (serial cortelation). Akan tetapi beberapa

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    3/12

    3 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    pakar ekonometri lebih suka membedakannya. Menurut G. Tintner, autokorelasi adalah

    korlasi "lag" dari suatu rangkaian itu sendiri, tetapi "lag" karena sejumlah satuan waktu.

    Sedangkan serial korelasi adalah korelasi lag di antara dua rangkaian yang berbeda. Oieh

    karena itu, menurut Tintner, korelasi di antara dua rangkaian waktu seperti U 1, U2, ... U20

    dan U2, U3, ., U21 (di mana rangkaian yang pertama merupakan rangkaian lag yang

    kedua, sebesar satu periode waktu) adalah autokorelasi. Sedangkan korelasi di antara

    rangkaian waktu yang berbeda seperti U1, U2, . U20dan V2, V3, .., V21, (dirnana U dan

    V adalah dua rangkaian waktu yang berbeda) disebut serialkorelasi. Pembedaan semacam

    ini mungkin bermanfaat, tetapi pembahasan berikutnya dalam buku ini, dianggap kedua

    pengertian itu sama.

    Autokorelasi biasanya tidak muncul dalam data cross-section. Data cross-section

    menunjukkan satu titik waktu, sehingga ketergantungan sementara tidak dimungkinkan

    oleh sifat data itu sendiri. Misalnya, data penghasilan dan pengeluaran dari berbagai

    keluarga dalam suatu sampel cross-section, ketergantungan di antara perilaku pengeluaran

    dari dua keluarga adalah sangat tidak mungkin terjadi.

    Uji autokorelasi yang digunakan dalam berbagai penelitian biasanya menggunakan UjiDurbin Watson. Uji ini bertujuan untuk mengatahui apakah dalam suatu model regresi

    linier memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu dengan kesalahan sebelumnya.

    Apabila hal ini terjadi, maka terdapat masalah autokorelasi. Adapun kritik pengujiannya

    adalah jika du < d < 4-du maka Ho ditolak yang berarti dalam data tersebut tidak memiliki

    autokorelasi baik positif maupun negatif.

    2. Heteroskedastisitas

    Asumsi yang ketiga mengenai faktor-faktor gangguan adalah distribusi probabilitas

    gangguan dianggap tetap sama untuk seluruh pengamatan-pengamatan atas X; yaitu varian

    setiap Ui adalah sama untuk seluruh nilai-nilai variabel bebas.

    Secara simbolis:

    Var(Uj) = E [(UiE[Ui])]2 = E[Uj

    2] = u2; merupakan suatu nilai konstan. homogenitas

    varian (atau varian konstan) ini dikenal sebagai "homoskedastisitas" (homosceoasticity).

    Ada kasus di mana seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama atau

    variannya tidak konstan. Kondisi varian nir-konstan atau varian nir-homogin ini disebut

    "heteroskedastisitas" (heteroscedasticity). Jadi, U adalah heteroskedastis bila:

    Var(Ui) u2(suatu nilai konstan) tapi = ui

    2(suatu nilai yang bervariasi).

    Dalam kenyataan, asumsi varian konstan dari faktor-faktor gangguan mungkin tidak

    bisa dipenuhi. Hal ini dapat dipahami jika diperhitungkan faktor-faktor yang menjadi

    penyebab masuknya faktor U dalam model regresi. Faktor gangguan dimasukkan ke dalam

    model untuk memperhitungkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam

    pengukuran, dan kesalahan karena mengabaikan variabel-variabel tertentu. Dengan

    memperhatikan kedua perhitungan itu, maka terdapat alasan-alasan untuk memperkirakan

    bahwa varian U bervariasi secara sistematis dengan variabel bebas.

    Misalnya, dengan naiknya Y, kesalahan pengukuran diperkirakan juga meningkat;

    karena akan menjadi lebih sulit, mengumpulkan data dan mengoreksi keyakinannya.

    Dalam kasus ini varian Uj menaik dengan meningkatnya nilai-nilai X. Di pihak lain,

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    4/12

    4 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    variabel-variabel (dengan alasan tertentu) yang diabaikan (tidak dimasukkan atau dibuang)

    dari model cenderung berubah dengan arah yang sama dengan variabel bebas; dan

    menyebabkan kenaikan variasi pengamatan-pengamatan dari garis regresi yang ditaksir.

    Jadi, bisa dikatakan atas dasar apriori ada alasan-alasan untuk percaya bahwa asumsi

    homoskedastisftas sering kali dilanggar dalam praktek.

    Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa heteroskedastisitas terjadi apabila variasi u t

    tidak konstan atau berubah-ubah secara sistematik seiring dengan berubahnya nilai variabel

    independen (Gujarati, 1997). Ada beberapa cara untuk mendetaksi ada tidaknya

    heteroskedastisitas. Uji Glejser dilakukan dengan membuat model regresi yang melibatkan

    nilai mutlak residu sebagai variabel terikat terhadap semua variabel bebas. Jika semua

    variabel bebas signifikan secara statistik maka dalam regresi terdapat heteroskedastisitas

    (Iqbal, 2008).

    3. Multikolinearitas

    Masalah multikolinearitas muncul jika terdapat hubungan yang sempurna atau pasti

    diantara salah satu atau lebih variabel independen dalam model. Dalam kasus terdapatmultikolinearitas yang serius, koefisien regresi tidak lagi menunjukkan pengaruh murni

    dari variabel independen dalam model. Dengan demikian, bila tujuan dari penelitian adalah

    mengukur arah besarnya pengaruh variabel independen secara akurat, masalah

    multikolinearitas penting untuk diperhatikan.

    Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat serius atau tidaknya hubungan antar

    variabel independen (x) yang dianalisis. Jika terjadi multikolinearitas yang serius dalam

    model, maka masing-masing variabel independen terhadap independennya (y) tidak dapat

    dipisahkan, sehingga estimasi yang diperoleh akan menyimpang atau bias. Selain itu,

    multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R2yang tinggi, tetapi tidak ataupun sangat sedikit

    koefisien regresi yang ditaksir yang berpengaruh signifikan secara statistik pada saat

    dilakukan uji-t dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) pada masing-masing variabel

    bebasnya lebih dari 10.

    Dalam hal ini, terdapat beberapa konsekuensi jika masalah multikolinearitas ini

    diabaikan diantaranya yaitu:

    a. Jika dua atau lebih variable yang menjelaskan dalam suatu model regresi berganda

    adalah benar-benar berhubungan secara linear, maka selanjutnya model tidak dapat di

    estimasi.

    b.

    Jika beberapa variable yang menjelaskan adalah mendekati berhubungan secara linear,

    maka selanjutnya estimator OLS (dan karenanya prediksi didasarkan padanya) adalahtidak bisa menghasilkan BLUE .

    c.

    Pengaruh dari kedekatan multikolinearitas sejumlah variable yang menjelaskan adalah

    meningkatkan kesalahan standar dari koefisien regresi dan pengurangan t statistic,

    jadi membuat siginifikansi koefisien berkurang (hilang). Walaupun begitu, pengujian

    hipotesa model seringkali adalah valid.

    d. Kovarian antara koefisien regresi dari setiap pasangan dari variable yang berkorelasi

    tinggi akan sangat tinggi, dalam nilai absolute, jadi membuatnya sulit menginterpretasi

    koefisien secara individu.

    e.

    Multikolinearitas mempengaruhi performance prediksi dari suatu model.

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    5/12

    5 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    Dalam suatu situasi praktis, multikolinieritas sering muncul dalam banyak indikasi

    sebagai berikut :

    R2 Tinggi dengan Nilai t-statistik yang Rendah. Sebagaimana kita lihat pada

    contoh di atas, kemungkinan menemukan suatu situasi yang mana setiap koefisien regresi

    adalah insignifikan (yaitu, mempunyai nilai t rendah), tetapi Wald F statisticnya adalah

    signifikasnsinya sangat tinggi.

    Nilai Koefisien Korelasi Tinggi. Korelasi pasangan sejumlah variable yang

    menjelaskan boleh jadi tinggi. Itu secara umum merupakan praktek yang baik untuk

    memperoleh korelasi antara setiap pasangan dari variable dalam model regresi dan untuk

    mengecek tingginya nilai dari sejumlah variable yang menjelaskan. Sesungguhnya korelasi

    seperti menjadi penyebab utama munculnya multikolinearitas antar variabel. Bisa jadi

    dalam analisis path, variabel yang digunakan tidak mampu dijelaskan dalam satu

    persamaan.

    Spesifikasi Sensitif Koefisien Regresi. Walaupun korelasi yang tinggi antara

    pasangan-pasangan dari variable independent adalah suatu kondisi kecukupan untum

    multikolieritas, tidak selalu hal ini merupakan kebenaran mutlak. Dengan kata lain,kolinieritas mungkin hadir meskipun korelasi antara dua variable yang menjelaskan tidak

    muncul tinggi. Ini disebabkan tiga atau lebih variable mungkin mendekati linier.

    Tes Formal untuk Multikolinieritas. Walaupun test telah diusulkan, prosedur ini

    hanya kelulusan terlewatkan, karena masih dipertentangkan. Hal ini disebabkan karena

    multicollinearitas adalah lebih merupakan masalah data dibanding dengan suatu model itu

    sendiri. Banyak econometricians membantah - test yang formal itu adalah bisa

    mempunyai arti atau tidak memberikan hasil.

    Farrar dan Glauber (1967) sudah mengusulkan suatu kelompok uji untuk

    mengidentifikasi kekejaman multicollinearitas. Test tersebut terdiri dari : uji chi-square ,

    uji F, dan uji t. Chi-Square test akan mengidentifikasi apakah multicollinearitas secara

    umum hadir. Ini diikuti oleh suatu F-Test, untuk menemukan variabel mana yang

    menyebabkan multicollinearitas; dan akhirnya dengan t-test, untuk menemukan sifat alami

    multicollinearitas itu. Test ini dirumuskan dalam kaitan dengan konsep yang melibatkan

    suatu pengetahuan aljabar linier.

    Masalah multikolinearitas dapat diselesaikan dengan beberapa cara diantaranya taitu:

    a. Menghilangkan Variabel-variabel

    Karena multikolinearitas disebabkan oleh hubungan tertutup seluruh variabel yang

    menjelaskan, malam cara pasti untuk menghilangkan atau mengurangi efek dari

    multikolinearitas adalah menghilangkan satu atau lebih varibel-variabel dari sebuah model.Seperti kita catat dalam banyak contoh, langkah ini sering memperbaiki kesalahan-

    kesalahan standar dari koefisien-koefisien sisa dan mungkin membuat tadinya tidak

    signifikan menjadi variabel signifikan.

    Sedikitnya dalam sebuah kasus, penghilangan variabel-variabel dengan menurunkan

    t-statistik secara umum akan memperbaiki signifikan dari variabel-variabel sisa. Apakah

    kejadian penting dalam situasi ini, adalah bahwa variabel-variabel sisa ada untuk

    menangkap akibat dari penghilangan variabel-variabel dimana mereka adalah hubungan

    tertutup. Ini akan diakui bahwa data base model sederhana ini adalah pusat untuk

    Hendry/LSE umum untuk menyederhanakan pendekatan model. Ini adalah berbahaya,bagaimanapun, dalam penghilangan juga banyak variabel-variabel dari spesifikasi model,

    persis sebab akan berperan penting untuk bias dalam estimasi.

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    6/12

    6 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    b. Memformulasi kembali model

    Pada beberapa keadaan membuat lebih spesifik kembali model dapat mengurangi

    multikolinieritas. Contoh, kita dapat menggunakan variabel sebagai perkapita daripada

    memasukkan populasi sebagai variabel yang menjelaskan. Pada contoh di atas variabel

    terikat akan menjadi hunian/populasi bukan hunian dan populasi secara terpisah. Kita juga

    akan mendapat GNP/populasi. GNP/kapita lebih mendekati intrate dari pada GNP dan

    populasi.

    c. Menggunakan informasi tambahan

    Metode penggunaan informasi tambahan sering digunakan dalam studi pada

    peramalan fungsi permintaan. Data time series pada pendapatan dan harga dari suatu

    komoditi sering memperlihatkan suatu korelasi yang tinggi, yang membuat peramalan

    pendapatan dan elastisitas harga permintaan sulit.

    Solusi untuk permasalahan ini adalah mengestimasi elastisitas pendapatan dari studi

    cross section dan kemudian menggunakan informasi tersebut dalam model time series

    untuk mengestimasi elastisitas harga. Elastisitas harga tidak dapat diestimasi dari data

    cross section karena, walaupun konsumen sangat berbeda dalam tingkat pendapatan,mereka pada dasarnya menghadapi harga yang sama.. Karenanya tidak ada variasi dalam

    harga, yang mana merupakan hal yang esensial untuk keberhasilan estimasi elastisitas

    harga.

    Suatu problem yang serius untuk pendekatan ini adalah bahwa elastisitas pendapatan

    cross section dan elastisitas pendapatan time series mungkin pengukuran secara

    keseluruhan berbeda.

    d. Peningkatan Jumlah Sampel.

    Prosedur meningkatkan jumlah sampel juga direkomendasikan yang dapat

    meningkatkan ketepatan dari estimator sehingga dapat mengurangi dan menghilangkan

    dampak dari multikolinieritas.

    B. Tujuan Praktikum

    Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:

    1. Mengetahui jenis pelanggaran asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,

    autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas.

    2. Melakukan pengujian data untuk mengidentifikasi apakah terdapat pelanggaran

    asumsi klasik di dalamnya.3. Mengintepretasikan hasil pengujian data.

    C.Pelaksanaan Praktikum

    1)

    Prosedur Praktikum

    1.

    Praktikan telah memiliki Modul 3 tiga hari sebelum pelaksanaan praktikum.2.

    Praktikan melakukan pre-test sebelum praktikum dimulai. Pre-test terdiri dari

    maksimal 4 pertanyaan berkaitan dengan pemahaman konsep di bab yang akan

    dipraktikumkan.

    3.

    Praktikan wajib mendapatkan nilai lebih dari 70 untuk dapat mengikuti praktikum

    ini. Jika nilai pre-test di bawah nilai yang disyaratkan maka praktikan tidak

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    7/12

    7 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    diijinkan mengikuti praktikum dan wajib mengulang pre-test. Jika setelah dua kali

    tidak lulus pre-test maka praktikan mendapat tugas tambahan ditentukan oleh

    asistent dengan nilai tugas maksimal 70.

    Pertanyaan Pre-Test

    1. Jelaskan apa manfaat dilakukan pengujian asumsi klasik!

    2. Jelaskan perbedaan autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas!

    Tugas Tambahan

    Buatlah contoh hipotetis pada kondisi riil pengujian autokorelasi, heteroskedastisitas,

    dan multikolinearitas!

    2) Analisis Data

    Dengan menggunakan data di bawah ini, lakukanlah pengujian asumsi klasik dengan

    panduan asisten!

    Tabel. Data Penggunaan Faktor Produksi Luas Lahan, Benih, Pupuk, dan Produksi Jagung

    di Desa Sukamaju

    No. Total Produksi (kg)Luas Lahan

    (m2)

    Benih

    (kg)

    Pupuk

    (kg)

    Tenaga

    Kerja

    (HOK)

    1. 600 2400 8 165 19,52. 1750 3000 10 275 26

    3. 250 400 4 10 3,5

    4. 2400 4500 12 140 26,25

    5. 780 1200 6 42 14

    6. 250 1000 4 25 8,5

    7. 600 1500 6 115 14

    8. 467 1000 5 25 8,5

    9. 1300 3000 8 175 25,5

    10. 787 1200 4 35 13,5

    11. 170 375 4 10 10

    12. 360 500 3 65 14

    13. 864 1600 5 100 28,5

    14. 1000 2000 5 50 8,5

    15. 2000 6000 15 175 27,29

    16. 3400 8000 18 350 28,5

    17. 2900 4500 13 125 29

    18. 600 2400 8 165 19,5

    19. 1750 3000 10 275 26

    20. 250 400 4 10 3,5

    21. 4000 4500 13 120 120

    22. 1300 2000 8 65 6523. 150 350 4 40 40

    24. 350 500 2 35 35

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    8/12

    8 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    25. 463 1100 4 75 75

    26. 200 200 4 10 10

    27. 1400 3000 8 115 115

    28. 1250 2500 7 65 65

    29. 2500 4800 13 325 325

    30. 400 750 2 20 20

    31. 400 780 2 70 7032. 525 1000 3 65 65

    33. 840 1500 4 40 40

    34. 1100 2000 5 55 55

    35. 125 250 2 8 8

    36. 850 1500 4 40 40

    37. 2500 4500 13 120 120

    38. 2400 4000 11 110 110

    Jumlah 42761 82405 253 3710 588,165

    Rerata 1125,28 2168,55 6,65 97,63 15,47

    DAFTAR PUSTAKA

    Iqbal, Hasan. 2008.Pokok-Pokok Materi Statistik 2. PT Bumi Aksara. Jakarta.

    Gujarati, Damodar. 2006.Dasar-Dasar Ekonometrika. Penerbit Erlangga. Jakarta.

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    9/12

    9 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    D. Laporan/ Lembar Kerja Praktikum Kegiatan 4

    Data Hipotesis

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    10/12

    10 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    Olahan Program

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    11/12

    11 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    Penyajian Hasil Olahan

  • 7/25/2019 Modul 4. Met Kuan Pelanggaran Asumsi Klasik1

    12/12

    12 | P a g e

    Metode Kuantitatif 2015Brawijaya University

    Interpretasi

    PRAKTIKUM 4

    Tanggal :

    Nama Praktikan :

    NIM :

    Kelas :

    Nilai :

    Nama Asisten :

    Tanda Tangan :