Modul 3

42
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK SIPIL MODUL 3 SEMEN, AIR DAN BAHAN TAMBAH UNTUK BETON Kegiatan Belajar 1: 1. Semen dan Air Untuk Beton Tujuan Instruksional Khusus Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa: Mampu menjelaskan jenis-jenis semen untuk beton Mampu menjelaskan syarat-syarat air untuk beton 1.1. Semen Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan – perubahan volume beton setelah pengadukan semen dan memperbaiki keawetn beton yang dihasilkan. Umumnya beton mengandung rongga udara 1 – 2 %, pasta semen 25- 40 %, dan agregat 60 – 75 %. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : 1. Semen Non Hidrolik 2. Semen Hidrolik Modul 3 Kegiatan Belajar 1 39

Transcript of Modul 3

Page 1: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

MODUL 3

SEMEN, AIR DAN BAHAN TAMBAH UNTUK BETON

Kegiatan Belajar 1:

1. Semen dan Air Untuk Beton

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa:

• Mampu menjelaskan jenis-jenis semen untuk beton

• Mampu menjelaskan syarat-syarat air untuk beton

1.1. Semen

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif

setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan

penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi

mineral yang dapat mencegah perubahan – perubahan volume beton

setelah pengadukan semen dan memperbaiki keawetn beton yang

dihasilkan. Umumnya beton mengandung rongga udara 1 – 2 %, pasta

semen 25- 40 %, dan agregat 60 – 75 %.

Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Semen Non Hidrolik

2. Semen Hidrolik

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 39

Page 2: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

1.1.1. Semen Non Hidrol ik

Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air,

akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non

hidrolik adalah kapur.

Jenis kapur yang baik adalah kapur putih yang mengandung kalsium

oksida tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan

dengan air), dan akan mengandung kalsium hidroksida ketika berhubungan

dengan air.

Kapur ini dihasilkan dengan membakar batu kapur dan kalsium

karbonat bersama beserta bahan pengotornya, yaitu magnesium, silikat,

besi, alkali, alumina dan belerang. Proses pembakaran dilaksanakan dalam

tungku tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu

800o – 1200o C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan

karbon dioksida. Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor dan

jiak berhubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta panas

dengan reaksi kimia sebagai berikut :

CaO + H2O → Ca(OH)2 + panas

Proses ini dinamakan dengan mematikan kapur (slanking) dan

hasilnya yaitu kalsium hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati.

Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Dapat dimatikan dengan cepat

2. Dapat dimatikan dengan agak lambat

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 40

Page 3: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

3. Dapat dimatikan dengan lambat

Kapur dapat dimatikan dengan menambahkan air secukupnya

(sekitar sepertiga dari berat kapur tohor). Pengikatan kapur terjadi akibat

kehilangan air akibat penyerapan oleh bata atau akibat penguapan. Proses

pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida dari udara dengan

kapur mati. Reaksinya sebagai berikut :

Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O

Dari reaksi kimia terlihat bahwa akan terbentuk kembali kristal –

kristal kalsium karbonat, yang mengikat massa heterogen menjadi massa

padat. Proses pengerasan ini berjalan lambat dan dapat berlangsung

bertahun-tahun sebelum mencapai kekuatan yang penuh. Agar dapat

berlangsung, diperlukan aliran udara bebas dan persediaan karbondioksida

yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan sehingga proses

pengerasan dapat berlangsung menyeluruh.

Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit,

untuk mengapur ruangan yang tidak penting dan garasi. Jika digunakan

sebagai bahan tambah campuran beton, kapur putih akan menambah

kekenyalan dan memperbaiki sifat pengerjaan (workability). Selain itu

dengan menggunakan campuran 1:3, kapur putih dapat memperbaiki

permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori. Kekuatan kapur

sebagai bahan pengikat, hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen

portland.

1.1.2. Semen Hidrolik

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 41

Page 4: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan

mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik adalah :

• Kapur hidrolik

• Semen pozzolan

• Semen terak

• Semen alam

• Semen portland

• Semen portland – pozzolan

• Semen portland terak tanur tinggi

• Semen alumina

• Semen ekspansif

• Semen portland putih, semen warna dan semen untuk keperluan

khusus.

a. Kapur Hidrol ik

Sebagian besar (65 – 75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu

gamping yaitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa silika,

alumina, magnesium dan oksida besi.

Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya, namun tidak cocok

untuk bengunan-bangunan dalam air, karena membutuhkan udara yang

cukup untuk mengeras. Sifat umum dari kapur hidrolik adalah sebagai

berikut :

1. Kekuatannya rendah

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 42

Page 5: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

2. Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3

3. Bersifat hidrolik

4. Tidak menunjukan pelapukan

5. Dapat terbawa arus.

Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri

setelah 15 (lima belas) jam. Penggunaan antara lain untuk adukan tembok,

llapisan bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur semen dan

sebagai bahan tambah jika beton akan diekspos.

b. Semen pozzolan

Pozzolan adalah sejenis bahan yang mengandung silisium atau

aluminium, yang tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan

dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu ruang serta

membentuk senyawa-senyawa yang mempunyai sifat-sifat semen.

Semen pozzolan adalah bahan ikat yang mengandung silika amorf,

bila dicmpur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras.

Bahan yang mengandung pozzolan adalah teras, semen merah, abu

terbang dan bubuk terak tanur tinggi ( SK. SNI T-15-1990-03:2).

Teras alam dapat dibagi menjadi :

1. Batu apung, obsidian, scoria, tuff, santorin dan teras yang dihasilkan

dari batuan vulkanik.

2. Terak yang mengandung silika amorf halus yang tersebar dalam jumlah

banyak dan dapat bereaksi dengan kapur jika dibubuhi air serta

membentuk silikat yang mempunyai sifat hidrolik.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 43

Page 6: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

3. Teras buatan, meliputi abu batu, abu terbang (fly ash) dari hasil residu

PLTU dan hasil tambahan dari pengolahan bijih bauksit. Teras buatan

ini dibuat dengan pembakaran batuan vulkanik yang kemudian digiling.

Semen teras meliputi semua bahan semen yang dibuat dengan

menggunakan teras dan kapur tohor, yang tidak membutuhkan

pembakaran. Teras buatan ini digunakan sebagai bahan tambah pada

bangunan yang tidak memerlukan persyaratan konstruksi khusus, tetapi

menggunakan banyak semen.

c. Semen terak

Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari

suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur

tohor. Sekitar 60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi. Campuran ini

biasanya tidak dibakar. Jenis semen terak ada 2 :

1. Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi semen portland dalam

pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam pembuatan

adukan tembok.

2. Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara, yang

digunakan seperti halnya jenis pertama.

Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non metalik, yang sebagian

besar terdiri dari silikat, alumina silikat, kalsium dan senyawa basa lainnya,

yang terbentuk dalam keadaan cair bersama-sama dengan besi dalam

tanur tinggi.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 44

Page 7: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Semen terak tidak begitu penting dalam struktur beton, tetapi cukup

menguntungkan jika digunakan untuk pekerjaan yang besar yang tidak

begitu mementingkan aspek kekuatan. Karena kadar alkali yang rendah

semen terak tidak memperlihatkan noda-noda oleh kadar alkali sehingga

dapat digunakan untuk pekerjaan khusus.

d. Semen alam

Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang

mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil

pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina

dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung dengan

kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat danaluminat

yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik.

Semen alam tidak boleh digunakan ditempat yang langsung

terekspos perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton

untuk konstruksi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi.

e. Semen portland

Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan

menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya

mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan

tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya (ASTM C-

150, 1985).

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 45

Page 8: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi

syarat SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Banguan Indonesia 1986, dan

harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar (PB.

1989:3.2-8)

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan

dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air

semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta

semen akan menjadi mortar dan jika digabungkan dengan agregat kasar

akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi

beton keras (concrete).

Semen portland dibagi menjadi lima jenis (SK. SNI T-15-1990-03:2),

yaitu :

• Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan

syarat khusus seperti jenis-jenis lainnya.

• Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

• Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan

terjadi.

• Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

panas hidrasi rendah.

• Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan

ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 46

Page 9: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

a. Syarat Fisik Semen Portland

Di Indonesia syarat mutu yang dipergunakan adalah SII.0013-81,

”Mutu dan Cara Uji Semen Portland”. Syarat mutu yang ditetapkan SII

diadopsi dari syarat mutu ASTM C-150.

Tabel 3.1. Syarat Fisika Semen Portland

No UraianTipe Semen

I II III IV V

1 Kehalusan:

Sisa di atas ayakan 0.09 mm, %

maksimum

Dengan alat Vicat Blaney

10

2800

10

2800

10

2800

10

2800

10

2800

2 Waktu pengikatan (Setting Time) :

Dengan alat Vicat :

- Awal, menit minimum

- Akhir, jam maksimum

Dengan alat Gillmore :

- Awal, menit minimum

- Akhir, jam maksimum

45

8

60

10

45

8

60

10

45

8

60

10

45

8

60

10

45

8

60

10

3 Kekalan : Pemuaian dalam

autoclave, maksimum

0.80 0.80 0.80 0.80 0.80

4 Kuat tekan (kg/cm2) :

1 hari, minimum

1 + 2 hari, minimum

1 + 6 hari, minimum

1 + 27 hari, minimum

-

125

200

-

-

100

75

-

125

250

-

-

-

-

70

175

-

85

150

210

5 Pengikatan semu (False set) :

Penetrasi akhir, % minimum

50 50 50 50 50

6 Panas hidrasi (cal/g), maksimum :

7 hari

28 hari

-

-

70

80

-

-

60

70

-

-

7 Pemuaian karena sulfat :

14 hari, % maksimum

- - - - 0.45

• Kehalusan Butir (Fineness)

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 47

Page 10: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Kehalusan semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan

(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar.

Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan penampang spesifik, yaitu

luas butir permukan semen. Jika permukaan penampang semen lebih

besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin

halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan

awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang.

Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya

bleding (naiknya aie semen ke permukaan), tetapi menambah

kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah

terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan

no.200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kahalusan butir semen

digunakan ”turbidimeter” dari Wagner atau ”air permeability” dari Blaney.

• Kepadatan (density)

Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 mg/m3.

Berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3.05 mg/m3 sampai

3.25mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen

dalam campuran. Pengujian berat jenis semen dapat dilakukan dengan Le

Chatelier Flask menurut standar ASTM C-188.

• Konsistensi

Konsistensi semen berpengaruh pada saat awal pencampuran,

yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai saat beton mengeras.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 48

Page 11: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Konsistensi yang terjadi bergantung pada ratio antara semen dan air serta

aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi.

Konsistensi mortar bergantung pada konsistensi semen dan agregat

pencampurnya.

• Waktu Pengikatan (Sett ing Time)

Waktu pengikatan adalah waktu yang diperlukan semen untuk

mengeras, dihitung dari saat semen mulai bereaksi dengan air dan menjadi

pasta semen sampai pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan.

Waktu pengikatan semen dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Waktu pengikatan awal (innitial setting time), yaitu waktu dari

pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga

hilangnya sifat keplastisan. Pada semen portland berkisar 1 – 2 jam,

tetapi tidak boleh kurang dari 1 jam.

2. Waktu pengikatan akhir (final setting time), yaitu waktu antara

terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.Tidak boleh lebih

dari 8 jam.

Waktu pengikatan awal sangat penting pada kontrol pekerjaan

beton. Pada keadaan tertentu diperlukan waktu pengikatan awal lebih dari

2jam. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi (hauling),

penuangan (dumping/pouring), pemadatan (vibrating) dan penyelesaiannya

(finishing). Proses ikatan disertai perubahan temperatur, dimulai sejak

terjadi ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu berakhirnya

ikatan akhir. Waktu ikatan akan memendek karena naiknya temperatur

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 49

Page 12: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

sebesar 30oC atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi oleh jumlah

air yang dipakai dan oleh lingkungan sekitarnya.

• Panas Hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi

dengan air. Satuannya kalori/gram. Jumlah panas yang terbentuk

tergantung dari janis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Pada

pelaksanaan, perkembangan panas mengakibatkan masalah, yakni

timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton,

terutama struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh

karena itu perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) selama

masa pelaksanaan.

Panas hidrasi naik sesuai dengan nilai temperatur pada saat hidrasi

terjadi. Pada semen biasa, panas hidrasi bervariasi mulai 37 kalori/gram

pada temperatur 5oC hingga 80 kalori/gram pada temperatur 40oC. Semua

jenis semen umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas totalnya

pada satu hingga tiga hari pertama, 70% pada hari ketujuh, serta 83-91%

setelah 6 bulan. Laju perubahan panas ini tergantung pada komposisi

semen.

Perkembangan panas hidrasi untuk berbagai semen pada suhu

21oC diperlihatkan pada tabel 3.1 berikut

Tabel 3.2. Perkembangan Panas Hidrasi Semen Portland pada Suhu 21oC

Jenis Semen PortlandHari

1 2 3 7 28 90

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 50

Page 13: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Tipe I

Tipe II

Tipe III

Tipe IV

Tipe V

33

-

53

-

-

53

-

67

-

-

61

-

75

41

-

80

58

92

50

45

96

75

101

66

50

104

-

107

75

-

Tabel 3.3. Standar Pengujian Sifat Fisik Menurut ASTM

Sifat Fisika ASTM Test

Kehalusan Butir Semen

(Fineness):

- Air Permeability

- Turbidimeter

- Sieving

C. 204

C. 115

C. 184 (No. 100 dan 200, dry)

C. 786 (No. 50, 100, 200, wet)

C. 430 (No. 325, wet)

Kepadatan (density) C. 188

Konsistensi (consistency)

- Water requirement

- Konsistensi normal

C. 109

C. 187

Waktu Pengikatan (Setting Time)

- Time of set

- False set

C. 266 (Gillmore)

C. 191 (Vicat)

C. 807 (Vicat Modifikasi)

C. 451

Panas Hidrasi C. 186

Perubahan Volume C. 157

Kuat tekan C. 109

Keawetan (durability)

- Air content

- Reaksi alkali

- Sulfate expansion

C. 185

C. 227 (menggunakan pyrex glass)

C. 452 (untuk semen portland)

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 51

Page 14: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

• Kekekalan (Perubahan Volume)

Kekekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu

ukuran yang menyatakan suatu kemampuan pengembangan bahan-bahan

campurannya. Ketidak kekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya

jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia

yang terdapat dalam campuran tersebut. Kapur bebas mengikat air

kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi.

Alat untuk menentukan nilai kekekalan semen portland adalah

”Autoclave Expansion of Portland Cement” cara ASTM C-151, atau cara

Inggeris , BS ”Expansion by Le Chatellier”.

• Kuat Tekan

Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang

kemudian ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur

dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu,kemudian dicetak

dengan kubus ukuran 5x5x5 cm. Setelah berumur 3,7,14 dan 28 hari dan

setelah mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut diuji

kuat tekannya.

Perkembangan kekuatan tekan untuk mortar dan beton yang

menggunakan berbagai jenis semen dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2

berikut.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 52

Page 15: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Gambar 3.1 Perkembangan Kekuatan Tekan Mortar untuk Berbagai Tipe

Semen Portland

Gambar 3.2. Perkembangan Kekuatan Tekan Beton untuk Berbagai Tipe

Semen Portland dengan fas 0.49

b. Syarat Kimia Semen Portland

Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama yang

menyusun semen portland, yaitu :

1. Trikalsium Silikat (3 CaO.SiO2) disingkat menjadi C3S

2. Dikalsium Silikat (2 CaO.SiO2) disingkat menjadi C2S

3. Trikalsium Aluminat (3 CaO.Al2O3) disingkat menjadi C3A

4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4 CaO. Al2O3.Fe2O3) disingkat menjadi

C4AF.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 53

Page 16: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Komposisi C3S dan C2S sekitar 70 – 80% dari berat semen dan

merupakan bagian yang paling dominan dalam memberikan sifat semen

(Cokrodimuldjo, 1992).

Tabel 3.4. Komposisi Senyawa Kimia Semen Portland

f. Semen Portland – Pozzolan

Semen Portland – Pozzolan adalah campuran semen portland dan

bahan-bahan yang bersifat pozzollan seperti terak tanur tinggi dan hasil

residu PLTU. Semen jenis ini biasanya digunakan untuk beton yang

diekspos terhadap sulfat. Menurut SK. SNI. T-15-1990-03:2, semen

Portland – Pozzolan dihasilkan dengan mencampur bahan semen portland

dengan pozzolan (15 – 40% dari berat total campuran), dengan kandungan

SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 dalam pozzolan minimum 70%.

Suatu konstruksi sipil yang menggunakan semen portland pozzolan

sebagai bahan ikat harus memenuhi standar SII 0132 ”Mutu dan Cara Uji

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 54

Page 17: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Semen Portland Pozzolan atau syarat ASTM C.595-82, yaitu ”Spesification

for Blend Hydraulic Cement” (SKBI. 1.4.53:2).

Abu terbang (fly ash) atau bahan pozzolan lainnya yang dipakai

sebagai bahan campuran tambahan harus memenuhi ” Spesification for Fly

Ash and Row or Calcined Natural Pozollan for use as a Mineral Admixture

in Portland Cement” (ASTM C.618).

g. Semen Putih

Semen putih adalah semen portland yang kadar oksida besinya

rendah, kurang dari 0.5%. Bahan baku yang digunakan harus kapur murni,

lempung putih yang tidak mengandung oksida besi dan pasir silika.

Semen putih digunakan untuk mengisi siar ubin/keramik dan benda

yang lebih banyak nilai seninya, umumnya tidak digunakan untuk

bangunan struktur. Semen putih diproduksi secara massal di pabrik.

h. Semen Alumina

Semen alumina dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan

bauksit yang telah digiling halus pada temperatur 1600oC. Hasil

pembakaran tersebut berbentuk klinker, selanjutnya dihaluskan hingga

menyerupai bubuk. Semen alumina berwarna abu-abu.

Semen alumina mempunyai kekuatan awal tinggi, tahan terhadap

serangan asam dan garam-garam sulfat serta tahan api. Tetapi jika

digunakan pada suhu lebih dari 29oC, kekuatannya berangsur-angsur akan

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 55

Page 18: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

uberkurang. Karena itu jenis semen ini hanya digunakan untuk negara

yang mempunyai musim dingin.

1.2 . Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi

semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan

beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai

campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang

berbahaya, tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila

dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton.

Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen

dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat

campuran yang penting, melainkan perbandingan air dengan semen atau

yang biasa disebut dengan faktor air semen (water cement ratio).

Air yang berlebihan menyebabkan banyaknya gelembung air

setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan

mempengaruhi kekuatan beton. Jika beton menggunakan air yang tidak

memenuhi syarat, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak

boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang

menggunakan air standar/suling (PB 1989:9).

1.2.1. Syarat Umum Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 56

Page 19: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

dapat merusak beton tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat

diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton

yang akan ditanami logam aluminium (termasuk air bebas yang terkandung

dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang

membahayakan (ACI 318-89:2-2).

Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida

maksimum yang terdapat dalam beton keras umur 28 hari yang dihasilkan

dari bahan campuran termasuk air, agregat, semen dan bahan tambah

tidak boleh melampaui nilai batas yang diberikan pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.5 Batas Maksimum Ion Klorida

Jenis Beton Batas (%)

Beton Pratekan

Beton bertulang yang terus berhubungan dg klorida

Beton bertulang yang selamanya kering atau

terlindung dari basah

Konstruksi beton bertulang lainnya

0.06

0.15

1.00

0.30

1.2.2. Syarat Mutu Air Menurut Brit ish Standard (BS. 3148-80)

Kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan sebagai

campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan ini tidak terpenuhi, sebaiknya

air tidak digunakan untuk membuat campuran beton. Syarat-syarat tersebut

antara lain:

2. Garam – garam Anorganik

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 57

Page 20: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Ion-ion utama yang biasa terdapat dalam air adalah kalsium,

magnesium, natrium,kalium, bikarbonat, sulfat, klorida, nitrat dan kadang-

kadang karbonat. Gabungan ion-ion tersebut tidak boleh lebih dari 2000mg

per liter.

Garam-garam anorganik ini akan memperlambat waktu pengikatan

beton dan menyebabkan turunnya kekuatan beton. Konsentrasi garam-

garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton masih

diperbolehkan.

3. NaCl dan Sulfat

Konsentrasi NaCL atau garam dapur sebesar 20000 ppm umumnya

masih diijinkan. Air campuran beton yang mengandung 1250 ppm natrium

sulfat, Na2SO4. 10H2O, dapat digunakan dengan hasil yang memuaskan.

4. Air Asam

Air asam dapat dipergunakan atau tidak dalam campuran beton,

bergantung konsentrasi asam yang dinyatakan dalam ppm (part per million)

. Bisa atau tidaknya air ini digunakan tergantung nilai pH nya.

Air netral biasanya mempunyai pH sekitar 7.00. Nilai pH diatas 7.00

menyatakan keadaan kebasaan dan nilai dibawah 7.00 menyatakan

keasaman. Semakin tinggi nilai asam (pH lebih dari 3.00), semakin sulit

beton dikelola. Karena itu penggunaan air diatas pH 3.00 harus dihindari.

5. Air Basa

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 58

Page 21: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Air dengan kandungan natrium hidroksida sekitar 0.5% dari berat

semen, tidak banyak berpengaruh pada kekuatan beton asalkan waktu

pengikatan tidak berlangsung dengan cepat. Konsentrasi basa lebih tinggi

0.5 % berat semen akan mempengaruhi kekuatan beton.

6. Air Gula

Bila kadar gula dalam campuran dinaikan hingga 0.2 % dari berat

semen, maka waktu pengikatan biasanya akan semakin cepat. Gula

sebanyak 0.25% berat semen atau lebih akan mengakibatkan bertambah

cepatnya waktu pengikatan secara signifikan dan berkurangnya kekuatan

beton pada umur 28 hari.

7. Minyak

Minyak mineral atau minyak tanah dengan konsentrasi lebih 2%

berat semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%. Karena itu

penggunaan air yang tercemar minyak sebaiknya dihindari.

8. Rumput Laut

Rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton dapat

menyebabkan berkurangnya kekuatan beton secara signifikan.

Bercampurnya rumput laut dengan semen mengakibatkan berkurangnya

daya lekat dan menimbulkan sangat banyak gelembung udara pada beton.

Beton menjadi keropos dan berkurang kekuatannya. Rumput laut dapat

juga dijumpai dalam agregat terutama agregat halus yang berasal dari

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 59

Page 22: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

pasir pantai. Hal ini akan mengakibatkan hubungan anatar pasta semen

dan agregat terganggu, bahkan menjadi buruk.

9. Zat-zat Organik, Lanau, Bahan-bahan Terapung

Kandungan zat organik dalam air dapat mempengaruhi waktu

pengkatan semen dan kekuatan beton. Air yang berwarna tua, berbau tidak

sedap dan mengandung butir-butir lumut perlu diragukan dan diuji sebelum

dipakai.

Lempung yang terapung atau bahan halus kira-kira 2000 ppm yang

berasal dari batuan, diijinkan berada dalam campuran. Untuk mengurangi

kadar lanau dan lempung dalam adukan beton, air yang mengandung

lumpur harus diendapkan terlebih dahulu dalam bak-bak penampung

sebelum digunakan.

9. Air Limbah atau Air Cemaran Limbah Industri

Air yang tercemar limbah industri sebelum dipakai harus dianalisis

kandungan pengotornya dan diuji (dengan pecobaan perbandingan) untuk

mengetahui pengikatnya dan kuat tekan betonnya.

Air limbah biasanya mengandung 400 ppm senyawa organik.

Setelah air limbah diencerkan/disaring di tempat yang cocok untuk

keperluan pencampuran beton, konsentrasi senyawa organik biasanya

turun menjadi 20 ppm atau kurang. Jadi setelah diencerkan air limbah

dapat digunakan.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 60

Page 23: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

R A N G K U M A N

Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu Semen Non Hidrolik

dan

Semen Hidrolik

Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan

tetapi dapat mengeras di udara. Sebaliknya semen hidrolik mempunyai

kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air.

Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan

dalam pekerjaan beton.

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang

dapat merusak beton tulangan.

Zat – zat yang perlu diperhatikan dalam air untuk campuran beton adalah:

garam-garam anorganik, NaCL dan Sulfat, asam/basa, kandungan gula,

minyak, rumput laut, zat organik, lanau dan bahan-bahan terapung.

Kandungan zat-zat tersebut tidak boleh melampaui batas yang diijinkan.

Jika ketentuan-ketentuan tidak terpenuhi sebaiknya air tidak digunakan

untuk membuat campuran beton.

S O A L L A T I H A N

1. Sebutkan jenis-jenis semen hidrolik dan non hidrolik!

2. Jelaskan sifat dan karakteristik semen portland, baik sifat kimia maupun

sifat fisika!

3. Jelaskan kegunaan dari lima tipe semen portland!

4. Jelaskan syarat mutu air yang layak digunakan untuk campuran beton!

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 61

Page 24: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

5. Bila kualitas air yang akan digunakan dalam campuran beton

meragukan, apa yang sebaiknya dilakukan?

6. Jelaskan apa pengaruh sulfat dalam air yang akan digunakan untuk

campuran beton!

Sumber Pustaka

American Concrete Institute, 1990, ACI 31-89 Building Code

Requirements for Reinforce Concrete , Part II, Material Concrete

Quality , Fifth Edition, Skokie, Illinois, USA:PCA.

Departemen Pekerjaan Umum. LPMB, 1991, Tata Cara Rencana

Pembuatan Campuran Beton Normal . SK SNI T-15-1990-3, Cetakan

Pertama, Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,

1989, Pedoman Beton 89, SKBI 1.4.53.1989, Draft Konsensus,

Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,

1989, Ulasan Pedoman Beton 89, SKBI 1.4.53.1989, Draft

Konsensus, Jakarta.

PEDC, 1983, Teknologi Bahan 1 dan 2 , Bandung.

Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 62

Page 25: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Kegiatan Belajar 2:

2. Bahan Tambah Untuk Beton

Tujuan Instruksional Khusus

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 63

Page 26: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Setelah akhir pelajaran diharapkan siswa :

• Mampu menjelaskan bahan – bahan tambah yang digunakan untuk

beton.

• Mampu menjelaskan hal-hal penting dalam pemilihan bahan – bahan

tambah yang digunakan untuk beton

Definisi Bahan Tambah

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan

ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton

berlangsung. Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar

menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu,atau untuk menghemat biaya.

Menurut ASTM C.125-1995:61, ”Standard Definition of Terminology

Relating to Concrete and Concrete Aggregates” dan dalam ACI SP-19,

”Cement and Concrete Terminology”, admixture didefinisikan sebagai

material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampur dengankan

dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama

pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi

sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk kemudahan pengerjaan

atau untuk tujuan lain yaitu penghematan energi.

Di Indonesia bahan tambah telah banyak digunakan. Bahan tambah

yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang diberikan SNI. Untuk

bahan tambah kimia, harus memenuhi ASTM C.494, ”Standard

Specification for Chemical Admixture for Concrete”.

Menurut ACI Commitee 212.IR-81 (revised 1986), jenis bahan

tambah beton dikelompokan menjadi 5 jenis yaitu :

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 64

Page 27: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

1. Accelerating

2. Air-entraining

3. Water reducer and set-controling

4. Finely devided mineral

5. Miscellaneous

Tujuan Menggunakan Bahan Tambah

Tujuan penggunaan bahan tambah menurut manual of concrete

practice dalam admixture and concrete adalah sebagai berikut :

Memodif ikasi beton segar, mortar dan grouting

• Menambah sifat mudah pengerjaan tanpa menambah

kandungan air.

• Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal

campuran beton

• Mengurangi atau mencegah penurunan atau perubahan volume

• Mengurangi segregasi

• Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan

pemompaan beton segar

• Mengurangi kehilangan nilai slump

Memodif ikasi beton keras, mortar dan grouting

• Menghambat dan mengurangi panas selama proses

pengerasan awal (beton muda)

• Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada

umur muda

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 65

Page 28: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

• Menambah kekuatan beton

• Menambah sifat keawetan beton, ketahanan dari gangguan

luar termasuk serangan garam-garam sulfat.

• Mengurangi kapilaritas dari air

• Mengurangi sifat permeabilitas

• Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi

alkali dari alkali termasuk alkali dalam agregat

• Menghasilkan struktur beton yang baik

• Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.

Hal Yang Penting Diperhatikan dalam Penggunaan Bahan

Tambah

Penggunaan bahan tambah harus dikonfirmasi dengan standar

yang berlaku, seperti SNI, ASTM atau ACI. Selain itu yang terpenting

adalah memperhatikan petunjuk penggunaan bahan tambah tersebut, yang

biasanya tertuang dalam manual bahannya.

Beberapa evaluasi yang perlu dilakukan jika menggunakan bahan

tambah :

• Penggunaan semen dengan tipe khusus.

Penggantian tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari

semen yang digunakan atau memodifikasi gradasi agregat, atau

proporsi campuran yang diharapkan.

• Penggunaan satu atau lebih bahan tambah.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 66

Page 29: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Banyak bahan tambah mengubah lebih dari sifat beton, sehingga justru

merugikan.

• Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton

misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.

Jenis Bahan Tambah

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat

dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi

(chemical admixture) dan bahan tambah yang besifat mineral (additive).

Admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan

pengecoran (placing),sehingga lebih banyak digunakan untuk memperbaiki

kinerja pelaksanaan. Sedangkan additive bersifat mineral ditambahkan

saat pengadukan dilaksanakan, lebih bersifat penyemenan lebih banyak

digunakan untuk memperbaiki kinerja kekuatannya.

Bahan Tambah Kimia (Admixture)

Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989,

jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah.

Pada dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan

komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pengerjaan selama

bahan tersebut digunakan dalam campuran beton sesuai dengan pemilihan

proporsi betonnya (PB, 1989 :12).

a. Tipe A ”Water – Reducing Admixtures”

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 67

Page 30: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Water – Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang

mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton

dengan konsistensi tertentu.

Water – Reducing Admixtures digunakan antara lain dengan tidak

mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton

dengan nilai perbandingan atau ratio faktor air semen (fas) yang rendah.

Atau dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan dengan faktor air

semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi. Hal

ini dimaksudkan dengan mengubah kadar semen tetapi tidak merubah fas

dan slump. Pada kasus pertama dengan mengurangi fas secara tidak

langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya, karena dalam banyak

kasus fas yang rendah meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua,

tingginya nilai slump yang didapat akan memudahkan penuangan adukan

(placing) atau waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus

ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen

yang kecil ( Marther, Bryant, 1994)

Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambah

ini adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleding dan

kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kuat tekan dan

lentur, perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal

tersebut penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan

pencampuran terhadap bahan tambah tersebut.

b. Tipe B ”Retarding Admixtures”

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 68

Page 31: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk

menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda

waktu pengikatan beton, misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau

untuk memperpanjang waktu untuk pemadatan, untuk menghindari cold

joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar saat

pelaksanaan pengecoran.

c. Tipe C ”Accelerating Admixtures”

Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi

untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.

Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan

(hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan awal beton. Accelerating

Admixtures yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Dosis maksimum

adalah 2% dari berat semen yang digunakan. Secara umum, kelompok

bahan tambah ini dibagi tiga kelompok yaitu : Larutan garam organik,

Larutan campuran organik dan Material miscellaneous.

d. Tipe D ” Water Reducing and Retarding Admixtures”

Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah

yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang

diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan

menghambat pengikatan awal.

Water Reducing and Retarding Admixtures yaitu pengurang air dan

pengontrol pengeringan. Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 69

Page 32: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding

dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir semuanya berwujud

cair. Air yang terkandung dalam bahan akan menjadi bagian air campuran

beton. Dalam perencanaan air ini harus ditambahkan sebagai berat air total

dalam campuran beton. Perlu diingat, perbandingan antara mortar dengan

agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan kandungan air, atau udara

atau semen, harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus

sehingga volume tidak berubah.

e. Tipe E ” Water Reducing and Accelerating Admixtures”

Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah

yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang

diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan

mempercepat pengikatan awal.

f. Tipe F ” Water Reducing ,High Range Admixtures”

Water Reducing ,High Range Admixtures adalah bahan tambah

yang berfungsi untuk mengurangi julah air pencamppur yang diperlukan

untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12%

atau lebih.

g. Tipe G ” Water Reducing ,High Range Retarding

Admixtures”

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 70

Page 33: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Water Reducing ,High Range Retarding Admixtures adalah bahan

tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang

diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,

sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.

Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer

dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk

kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang

mengelola beton disebabkan keterbatasan ruang kerja.

Bahan Tambah Mineral (Addit ive)

Pada saat ini, bahan tambah mineral lebih banyak digunakan untuk

memperbaiki kuat tekan beton. Beberapa bahan tambah mineral adalah

pozzollan, fly ash, slag dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan

bahan tambah mineral (Cain, 1994) :

• Memperbaiki kinerja workability

• Mengurangi panas hidrasi

• Mengurangi biaya pekerjaan beton

• Mengurangi daya tahan terhadap serangan sulfat

• Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika

• Mempertinggi usia beton

• Mempertinggi kuat tekan beton

• Mempertinggi keawetan beton

• Mengurangi penyusutan

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 71

Page 34: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

• Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.

a. Abu Terbang Batu Bara (Fly Ash)

Menurut ASTM C.618, abu terbang didefinisikan sebagai butiran

halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Abu

terbang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang

dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batubara bitomius dan

abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara kelas lignite atau

subbitemeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime)

lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia abu terbang tercantum dalam

tabel 3.3 (ASTM C.618-95)

Tabel 3.6. Kandungan Kimia Abu Terbang (Fly Ash)

Senyawa Kimia Jenis F Jenis C

Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina

(Al2O3) + Oksida Besi (Fe2O3), minimum %

70.00 50.00

Trioksida Sulfur (SO3), maksimum % 5.0 5.0

Kadar air, maksimum % 3.0 3.0

Kehilangan Panas, maksimum % 6.0 6.0

b. Slag

Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag

menurut ASTM C.989 ”Standard specification for ground granulated Blast-

Furnace slag for use in concrete and mortar” adalah produk non metal yang

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 72

Page 35: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang

kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkannya ke dalam air.

Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah

sebagai berikut (Lewis, 1982) :

• Mempertinggi kekuatan beton, karena kecenderungan lambatnya

kenaikan kuat tekan.

• Menaikan ratio antara kelenturan dan kuat tekan

• Mengurangi variasi kuat tekan

• Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut

• Mengurangi serangan alkali silika

• Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu

• Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton

• Memperbaiki keawetan karena pengaruh perubahan volume

• Mengurangi porositas dan serangan klorida.

c. Sil ika Fume

Menurut ASTM C.1240-95 ”Specificatio for Silica Fume for Use in

Hydraulic Cement Concrete and Mortar” , silica fume adalah material

pozzolan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak yang dihasilkan

dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon (dikenal

dengan gabungan antara microsilika dengan silika fume).

Penggunaan silika fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk

menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Misalnya untuk

kolom struktur, dinding geser, pre-cast atau beton pra tegang dan

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 73

Page 36: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

beberapa keperluan lain. Kriteria beton betkekuatan tinggi sekitar 50 – 70

Mpa pada umur 28 hari. Penggunaan silika fume berkisar 0-30%, untuk

memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor air

semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa superplastisizer dan nilai

slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987)

Tabel 3.7 Komposisi Kimia Silika Fume

Kimia Berat dalam Persen

SiO2

Karbon

Fe2O3

CaO

Al2O3

MgO

MnO

K2O

Na2O

92 – 94

3 – 5

0.10 – 0.50

0.10 – 0.15

0.20 – 0.30

0.10 – 0.20

0.008

0.10

0.10

Fisika Berat dalam Persen

Bera jenis

Rata-rata ukuran partikel, µm

Lolos ayakan No. 325 dalam %

Keasaman pH (10% air dalam slurry)

2.02

0.1

99.00

7.3Sumber : Yogendran, et al, 1987

Selain pada tabel 3.4 diatas, komposisi kimia dan fisika yang

dibutuhkan silica fume dapat dilihat pada tabel 1 sampai tabel 4 ASTM

C.1240.

d. Penghalus Gradasi (Finely devided mineral admixtures )

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 74

Page 37: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Bahan ini merupakan mineral yang dipakai untuk memperhalus

perbedaan – perbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran

yang tidak ada atau kurang dalam agregat. Selain itu juga dapat

dipergunakan untuk menaikan mutu beton yang akan dibuat. Kegunaan

lainnya adalah mengurangi permeabilitas atau ekspansi dan juga

mengurangi biaya produksi beton. Contoh bahan ini adalah kapur hidrolis,

semen slag, fly ash dan pozzollan alam yang sudah menjadi kapur atau

mentah.

Bahan Tambah Lainnya

a. Air Entraining

Bahan tambah ini membentuk gelembung udara berdiameter 1 mm

ataulebih kecil, selamapencampuran beton atau mortar, dengan maksud

mempermudah pengecoran beton pada saat pengecoran dan

menambahkan ketahanan awal pada beton.

Hampir semua bahan air entraining admixture berbentuk cair, tetapi

ada juga yang berbentuk serbuk, lapisan-lapisan dan gumpalan.

Banyaknya bahan tambah yang digunakan tergantung pada gradasi

agregat yang digunakan. Semakin halus ukuran agregat semakin besar

prosentase bahan tambah yang digunakan.

b. Beton Tanpa Slump

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 75

Page 38: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai

slump sebesar 1 inchi (25,4 mm) atau kurang, sesaat setelah

pencampuran. Pmilihan bahan tambah tergantung sifat-sifat beton yang

diinginkan, seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian

kekuatan, efek beku cair, kekuatan dan harga dari beton tersebut.

c. Polimer

Polimer merupakan produk bahan tambah baru, yang dapat

menghasilkan kuat tekan beton tinggi sekitar 15.000 Psi (1.000 psi = 6.9

Mpa) atau lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 15.000 Psi atau lebih.

Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan

menggunakan polimer dengan cara :

• Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air di lapangan.

• Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperatur yang sangat

tinggi di laboratorium.

Beton dengan modifikasi polimer (PMC = Polimer Modified

Concrete) adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai bahan

tambahan. Prinsipnya menggantikan air pencampur dengan polimer

sehingga dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu

yang baik. Faktor polimer beton yang optimum adalah berkisar 0.3 sampai

0.45 dalam perbandingan berat, untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut.

d. Bahan Pembantu Untuk Mengeraskan Permukaan Semen

(Hardener Concrete)

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 76

Page 39: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Permukaan beton yang selalu menanggung beban hidup yang berat

serta selalu dalam keadaan beputar dan berpindah-pindah, seperti lantai

untuk bengkel-bengkel alat berat (heavy equipment) dan lainnya.

Pembebanan ini akan mengakibatkan keausan pada permukaan beton.

Untuk menghindri pengausan tersebut digunakan dua jenis bahan

untuk mengeraskan permukaan beton :

• Agregat beton terbuat dari bahan kimia

• Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran halus.

Untuk memperkeras permukaan beton, dipilih salah satu dari bahan

tersebut, kemudiian tambahkan dalam campuran beton saat pengerjaan

beton berlangsung.

e. Bahan Pembantu Kedap Air ( Water Proofing)

Jika beton terletak dalam air atau dekat permukaan air tanah

(misalnya untuk tunnel), maka beton tersebut tidak boleh mengalami

rembesan dan diusakan kedap air. Salah satu bahan yang dapat

digunakan adalah partikel-partikel halus atau gradasi yang menerus dalam

campuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan mengurangi

permeabilitas pada beton.

f. Bahan Tambah Pemberi Warna

Beton yang diekspos permukaannya biasanya memerlukan

keindahan. Bahan yang digunakan untuk memberi warna pada permukaan

beton ini cat (coating) yang dilapisi setelah pengerjaan beton. Cara lainnya

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 77

Page 40: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

adalah dengan menambahkan bahan warna, misalnya oker atau pewarna

coklat, kedalam permukaan beton, selagi beton masih segar. Bahan-bahan

ini biasanya dicampur dalam suatu adukan yang mutunya terjamin baik.

Selain itu dapat pula dengan menaburkan pasir silika atau agregat metalik

selagi permukaan beton masih dalam keadaan segar.

g. Bahan Tambah Untuk Memperkuat Ikatan Beton Lama

dengan Beton Baru (bonding agent for concrete)

Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering

mengalami kesulitan dalam penyatuannya. Untuk mengatasinya perlu

ditambahkan suatu bahan yang dapat menyatukan ikatan antara

permukaan yang lama dengan permukan yang baru. Jenis bahan tambah

tersebut biasanya disebut bonding agent yang merupakan larutan polimer.

R A N G K U M A N

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke

dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran beton

berlangsung.

Fungsi bahan ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih

cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 78

Page 41: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua

yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan

tambah yang besifat mineral (additive).

Admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan

pengecoran (placing), digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan.

Sedangkan additive bersifat mineral ditambahkan saat pengadukan

dilaksanakan, digunakan untuk memperbaiki kuat tekan.

Jenis bahan tambah beton dikelompokan menjadi 5 jenis (ACI Commitee

212.IR-81 ,revised 1986), yaitu :Accelerating, Air-entraining, Water

reducer and set-controling, Finely devided mineral dan Miscellaneous.

S O A L L A T I H A N

i. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan tambah !

ii. Apa yang dimaksud dengan bahan tambah kimia dan mineral?

Bagaimana proses pencampurannya?

iii. Jelaskan beberapa alasan mengapa digunakan bahan tambah?

iv. Jelaskan apa yang perlu diperhatikan ketika menggunakan bahan

tambah dalam campuran beton!

v. Sebutkan minimal 5 buah keuntungan menggunakan bahan tambah

mineral.

Sumber Pustaka

American Society for Testing Material,1995, Annual Book for ASTM

Standard, Concrete and Agregates, ASTM, Philadelphia.

American Concrete Institute, 1986, Admixture for Concrete ,

ACI.212.IR-81 Revised 1986, USA.

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 79

Page 42: Modul 3

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK SIPIL

Cain, Craig J, 1994, Mineral Admixture , Significance of Test and

Properties of Concrete and Concrete Making Material STP 169 C,

Philadelpia.

Departemen Pekerjaan Umum. LPMB, 1991, Tata Cara Rencana

Pembuatan Campuran Beton Normal . SK SNI T-15-1990-3, Cetakan

Pertama, Bandung.

Lewis, S.W., 1982, Discussion of Admixture for Concrete ,

ACI.212.IR-81, Concrete International : Design and Construction, Vol 27 No

5, May .

Mather, Bryant., 1994, Chemical Admixture, Significant of Test and

Properties of Concrete and Concrete Making Material-STP 169 C,

Philadelpia.

PEDC, 1983, Teknologi Bahan 2, Bandung.

Taylor, W.H., Concrete Technology and Practice , Mc. Graw –Hill

Book. Sidney

Tri Mulyono, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta

Modul 3 Kegiatan Belajar 1 80