Modul 1 Gambaran Umum SPIP

63
Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP Pusdiklatwas BPKP - 2009 1 BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Pemelajaran Umum (TPU) Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat mampu menjelaskan konsep- konsep sistem pengendalian intern serta fungsinya dalam suatu entitas. B. Tujuan Pemelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti sesi pemelajaran masing-masing, peserta diklat dapat menjelaskan: 1. pengertian dan pentingnya sistem pengendalian intern, perkembangan pengendalian, konsep dasar dan keterbatasan SPIP 2. definisi dan perkembangan sistem pengendalian di sektor publik 3. latar belakang, tujuan, komponen dan penyelenggaraan SPIP 4. penerapan dan keterkaitan komponen SPIP. C. Deskripsi Singkat Struktur Modul Untuk memudahkan dalam memelajari modul Gambaran Umum SPIP sebagai suatu sistem, maka kerangka bahasannya adalah sebagai berikut:

description

Gambaran Umum SPIP

Transcript of Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Page 1: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Pemelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat mampu menjelaskan konsep-

konsep sistem pengendalian intern serta fungsinya dalam suatu entitas.

B. Tujuan Pemelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti sesi pemelajaran masing-masing, peserta diklat dapat

menjelaskan:

1. pengertian dan pentingnya sistem pengendalian intern, perkembangan

pengendalian, konsep dasar dan keterbatasan SPIP

2. definisi dan perkembangan sistem pengendalian di sektor publik

3. latar belakang, tujuan, komponen dan penyelenggaraan SPIP

4. penerapan dan keterkaitan komponen SPIP.

C. Deskripsi Singkat Struktur Modul

Untuk memudahkan dalam memelajari modul Gambaran Umum SPIP

sebagai suatu sistem, maka kerangka bahasannya adalah sebagai berikut:

Page 2: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 2

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan secara umum gambaran menyeluruh atas

isi modul yang meliputi latar belakang, tujuan pemelajaran umum,

tujuan pemelajaran khusus, deskripsi singkat struktur modul dan

metodologi pemelajaran.

BAB II KONSEPSI DAN PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN

INTERN

Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian konsepsi dan

perkembangan Sistem Pengendalian Intern serta beberapa sistem

pengendalian yang berkembang khususnya di sektor korporat,

konsep dasar dan keterbatasan.

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR PUBLIK

Dalam bab ini diuraikan pengertian, konsep dan perkembangan

sistem pengendalian intern di sektor publik sampai dengan

terbitnya SPIP. Dalam bab ini juga dijelaskan latar belakang SPIP,

unsur, tujuan dan tahapan penyelenggaraan SPIP.

BAB IV UNSUR DAN KETERKAITANNYA DALAM SISTEM

PENGENDALIAN INTERN

Dalam bab ini diuraikan unsur–unsur Sistem Pengendalian Intern

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2008, meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, Kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi, pemantauan

pengendalian intern dan keterkaitan unsur-unsur SPIP.

D. Metodologi Pembelajaran

Agar peserta diklat mampu memahami substansi yang terdapat dalam modul

ini, proses belajar mengajar menggunakan pendekatan andragogi.

Page 3: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 3

Untuk mencapai tujuan pemelajaran di atas, maka metode pemelajaran yang

akan digunakan adalah ceramah, diskusi dan pemecahan kasus. Selain itu,

para widyaiswara/instruktur diharapkan juga memberikan bahan-bahan

pelatihan yang dapat menambah wawasan para peserta. Penggunaan

referensi tambahan juga diperlukan guna menambah wawasan para peserta

diklat.

Page 4: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 4

BAB II

KONSEPSI DAN PERKEMBANGAN SISTEM

PENGENDALIAN INTERN

A. PENGERTIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN.(SPIP)

1. Pengantar

Di lingkungan organisasi yang bertujuan laba, perubahan ekstern sangat

mempengaruhi ketidakpastian dalam melaksanakan kegiatan operasional

dan mepengaruhi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Beberapa

perubahan ditandai dengan adanya perkembangan industri, teknologi

dan selera konsumen yang mempengaruhi strategi dan struktur

organisasi yang menyebabkan pengambilan keputusan semakin banyak

terdesentralisasi untuk merespon pada kebutuhan dengan lebih cepat.

Dari sudut pandang pengendalian, perubahan ini membawa pada

konsekuensi perlunya sistem pengendalian intern yang kuat untuk

meyakinkan tercapainya proses dan hasil kegiatan seperti yang

diinginkan. Sistem pengendalian intern yang kuat diperlukan dalam

rangka pengelolaan kegiatan dan risiko serta pemilihan metode tata

kelola yang tepat yang mampu meyakinkan dapat dikendalikannya

proses dan diperolehnya hasil kegiatan seperti yang diinginkan. Selain

itu, sistem pengendalian intern diperlukan untuk meningkatkan kegunaan

dan keandalan informasi baik keuangan dan non keuangan.

Setelah memelajari bab ini peserta diharapkan dapat menjelaskan pengertian sistem pengendalian intern, perkembangan dan konsep dasar serta keterbatasan sistem pengendalian intern.

Page 5: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 5

2. Pengertian pengendalian

Untuk memahami arti pengendalian biasanya orang akan bertanya:”Apa

yang dimaksud dengan sistem pengendalian intern?” Jawaban yang

paling sering didengar adalah penjelasan karakteristik sistem

pengendalian intern yang baik, antara lain:

a. Pengendalian intern yang baik berarti bahwa segala sesuatunya

didokumentasikan dengan baik;

b. Pengendalian intern yang baik mengharuskan adanya jaminan

pelaksanaan kegiatan secara aman; atau

c. Pengendalian intern yang baik akan mampu menjamin pencapaian

tujuan pelaksanaan kegiatan.

Semua jawaban mengenai karakteristik pengendalian intern tersebut di

atas benar, dan tidak ada satupun yang salah. Namun demikian,

pengertian sistem pengendalian intern sebenarnya lebih luas daripada

karakteristik di atas.

Sistem pengendalian intern dipandang sebagai salah satu fungsi

manajemen yang penting yang dipahami sebagai usaha untuk

mengarahkan dapat dicapainya tujuan organisasi, sehingga pengertian

yang umum digunakan untuk menjelaskan arti sistem pengendalian intern

adalah:

“Pengendalian intern mencakup perencanaan organisasi dan seluruh

metode organisasi dan ukuran yang diterapkan oleh suatu organisasi

dalam rangka melindungi aset, memeriksa akurasi dan keandalan

pencatatan yang dilakukan, meningkatkan efisiensi pelaksanaan kegiatan,

serta mendorong dipatuhinya kebijakan pengelolaan kegiatan yang

ditetapkan.”

Dengan pengertian tersebut, secara umum sistem pengendalian intern

diartikan sebagai rangkaian kegiatan, prosedur, proses, dan aspek lain

Page 6: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 6

yang berkaitan dengan pencapaian tujuan penciptaan pengendalian

intern. Dalam perkembangannya, terjadi pergeseran karakter

pengendalian yang tidak hanya mencakup rangkaian kegiatan dan

prosedur, namun suatu proses yang integral yang dipengaruhi oleh setiap

orang di dalam organisasi sebagai upaya manajemen organisasi

mengantisipasi ketidakpastian dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Karakter pengendalian intern bergeser dari hard control menuju soft

control. Hal ini ditandai dengan peningkatan produktivitas, efisiensi dan

efektivitas tidak hanya melalui prosedur dan mekanisme pengendalian

tetapi juga dengan meningkatkan kompetensi, kepercayaan, nilai etika

dan penyatuan pandangan atas visi, misi dan strategi organisasi.

Pergeseran tersebut terlihat pada tahapan perkembangan terakhir sistem

pengendalian intern, yang tercatat hingga saat ini seperti yang

didefinisikan oleh the Committe on Sponsoring the Treadway Committe

(COSO) sebagai:

“Proses yang dilakukan oleh manajemen dan personil lain dalam

organisasi, yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan yang memadair

bahwa akan terdapat perbaikan dalam pencapaian tujuan-tujuan:

efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan

kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. “

Dengan definisi konsep COSO yang baru ini, ciri yang paling

berpengaruh pada efektivitas pengendalian adalah proses. Hal ini

membawa konsekuensi bahwa kesadaran akan pentingnya pengendalian

tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab top manajemen namun

tersebar kepada seluruh anggota organisasi, tidak hanya sampai kepada

unit dan bagian organisasi yang terkecil, tetapi sampai ke individu.

Seluruh anggota organisasi harus memandang pengendalian sebagai

alat untuk mencapai tujuan sehingga tanggung jawab penerapannya

menjadi kewajiban bersama, meskipun demikian konsep ini tetap

Page 7: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 7

mengakui diperlukan suatu “tone at top” agar penerapannya efektif.

Dengan suatu pemahaman bahwa pengendalian dirancang untuk

membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

bentuk, luasan dan kedalaman pengendalian akan tergantung pada

tujuan dan ukuran organisasi, karakter dan lingkungan dimana operasi

organisasi dilaksanakan. Dengan konsepsi ini, tidak ada pengendalian

generik yang langsung dapat ditiru dan diterapkan pada organisasi lain.

Pengendalian harus dirancang sesuai dengan ciri kegiatan serta

lingkungan yang melingkupinya.

B. PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR

KORPORAT

Perhatian pada sistem pengendalian intern telah dilakukan oleh sejumlah

institusi publik, swasta maupun lembaga profesional yang ditandai dengan

munculnya berbagai filosofi yang disebabkan oleh pandangan yang berbeda-

beda mengenai sifat, tujuan, dan sarana pencapaian pengendalian intern

yang efektif.

Konsep pengendalian intern dikembangkan oleh berbagai organisasi profesi

auditor baik sektor korporat maupun pemerintah. Mereka menerbitkan

standar dan pedoman rancangan pengendalian intern dan membuat definisi

dengan cara yang berbeda-beda dan perkembangannya diawali di

organisasi yang berhubungan dengan di sektor korporat. Untuk memberikan

gambaran utuh, pada subbab ini akan digambarkan perkembangan

pengendalian yang berkembang pada sektor korporat di luar negeri.

Dalam usaha mengembangkan pengertian sistem pengendalian intern, tak

lepas dari peran berbagai organisasi profesi akuntan dan auditor di Amerika

Serikat, yaitu ; American Institute of Certified Public Accountans (AICPA),

American Accounting Association (AAA), The Institute of Internal Auditors

Page 8: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 8

(IIA), Institute of Management Accountants (IMA), dan Financial Executives

Institute (FEI).

Tahun 1949, Securities and Exchange Commision (SEC) mensyaratkan

perlunya suatu sistem yang dapat memberikan keyakinan yang memadai

terhadap penyajian laporan keuangan yang bebas dari penyimpangan dan

kesalahan saji yang material. SEC mengeluarkan Accounting Series Release

(ASR) yang mendefinisikan sistem pengendalian intern untuk pertama

kalinya.

Definisi sistem pengendalian intern, sebagai berikut :

"Internal control comprises the plan of organization and all of the

coordinate methods and measures adopted within a business to

safeguard its assets, check the accuracy and reliability of its accounting

data promote operational eficiency, and encourage adherence to

prescribed managerial policies"

Tahun 1958, The Committee on Auditing Procedure (CAP) dalam Statement

of Auditing Procedures (SAP) Nomor 29, mendefinisikan sistem

pengendalian intern dengan karakteristik rencana organisasi dan semua

metode dan prosedur yang terbagi accounting controls yang secara

langsung ditujukan untuk menjaga aset dan keandalan pencatatan keuangan

dan administrative controls yang ditujukan untuk efisiensi operasional dan

kepatuhan kepada kebijakan manajemen.

Tahun 1988, AICPA's Auditing Standard Board (ASB) menerbitkan

Statement of Auditing Standards (SAS) Nomor 55 yang meletakkan konsep

baru sistem pengendalian intern yang terbagi dalam 3 unsur utama, yaitu :

1) the control environment (lingkungan pengendalian),

2) the accounting system (sistem akuntansi), dan

3) control procedures (prosedur pengendalian).

Page 9: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 9

Standar tersebut meningkatkan auditor untuk lebih mendeteksi dan

melaporkan terjadinya fraud, lebih berkomunikasi dengan komite audit dan

dalam pelaporan hasil audit lebih mengkomunikasikan tanggungjawab

auditor dan manajemen terkait laporan keuangan auditan. Standar tersebut

dikeluarkan untuk menjawab kritik terhadap profesi auditor karena laporan

audit auditor tidak dapat digunakan investor (unrealible) untuk

menganalisis kesalahan yang terkait dengan pembiayaan, tabungan,

pinjaman dan saham.

Konsep tersebut di atas menunjukkan terjadinya perubahan secara

bertahap terhadap definisi sistem pengendalian intern seiring dengan

peningkatan pemahaman dan pengalaman terhadap sistem pengendalian

intern. Dalam konsep tersebut mulai mencoba meninggalkan pemahaman

sistem pengendalian intern yang hanya sebatas accounting control dan

administrative control, dan mulai memasukkan unsur lingkungan

pengendalian (control environment) walaupun masih mengaitkan

antara tanggung jawab audit dengan laporan keuangan perusahaan.

Tahun 1992, The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission (COSO). Grup studi yang populer dengan nama COSO ini,

pada September 1992 menyampaikan laporan dengan judul “Internal Control

– Integrated Framework”.

Dalam laporannya yang terdiri dari empat jilid tersebut, COSO memberikan

suatu kerangka kerja pengendalian intern secara umum yang didesain untuk

memuaskan kebutuhan semua kelompok yang berhubungan dengan sistem

pengendalian intern, yaitu manajemen entitas, auditor ekstern dan intern,

manajemen keuangan, akuntan manajemen, serta pemegang otoritas (pasar

modal). Tujuan sistem pengendalian intern menjadi luas, mencakup tidak

hanya untuk menjamin keandalan pelaporan keuangan, tetapi juga untuk

efektivitas dan efesiensi operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku.

Page 10: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 10

Menurut COSO pengendalian manajemen terdiri dari lima komponen utama

yang saling berkaitan. Komponen ini bersumber dari cara manajemen

(pimpinan) menyelenggarakan tugasnya dan oleh karena itu komponen ini

menyatu (built in) dan terjalin (permeatted) dalam proses manajemen. COSO

merumuskan lima komponen sistem pengendalian intern, yaitu:

1) Lingkungan pengendalian (control environment)

2) Penilaian risiko (risk assessment)

3) Aktivitas pengendalian (control activities)

4) Informasi dan komunikasi (information and communication)

5) Pemantauan (monitoring)

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa perkembangan pengertian sistem

pengendalian intern dapat dikelompokkan dalam dua tahapan

perkembangan sebagai berikut:

1) Sistem pengendalian intern pertama-tama dipandang sebagai sesuatu

yang sifatnya statis. Dalam hal ini, pengendalian intern merupakan

kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang diciptakan oleh

manajemen untuk memberi keyakinan yang memadai bahwa tujuan

organisasi dapat dicapai. Konsep ini dikembangkan terakhir oleh

American Institute of Certified Publik Accountant (AICPA) melalui

Statement of Auditing Standard (SAS) No.55. Dalam konsep ini dikenal 3

komponen struktur pengendalian intern, yaitu:

a) Lingkungan pengendalian

b) Sistem Akuntansi, dan

c) Prosedur Pengendalian

2) Perkembangan selanjutnya, sistem pengendalian intern dipandang

sebagai suatu yang bersifat dinamis. Pengembangan tentang sistem

pengendalian intern tidak terlepas dari perkembangan metode

Page 11: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 11

pengelolaan sumber daya yang ada dalam organisasi. Dengan semakin

meningkatnya kualitas sumber daya manusia, maka alat-alat

pengendalian memerlukan penelaahan ulang. Pengendalian intern

mengalami perubahan konsep dari ketersediaan alat pengendalian

menjadi konsep proses untuk mencapai tujuan. Konsep ini dikembangkan

oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission (COSO).

Di samping konsep COSO di atas, beberapa negara juga

mengembangkan konsep sistem pengendalian intern, antara lain Inggris

dengan Turnbull model dan Kanada dengan model CoCo. Namun yang

lebih banyak diadopsi dan digunakan secara luas untuk menilai efektvitas

sistem pengendalian intern adalah sistem pengendalian intern yang

mengacu kepada konsep COSO.

Konsep COSO telah diadopsi berbagai pihak baik organisasi profesi

internasional, maupun organisasi korporat/privat atau publik. Di sektor

korporat, banyak perusahaan di Amerika Serikat telah mengadopsi konsep

COSO. Di Indonesia konsep ini telah diadopsi oleh beberapa !embaga di

sektor korporat, antara lain: Telkom, BRI, BCA dan perusahaan-perusahaan

asing yang terdaftar di New York Stock Exchange.

C. PENGENDALIAN INTERN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN

Menurut Anthony (1965) dalam bukunya "Planning and Control Systems: A

Framework-For Analysis", yang dimaksud dengan Pengendalian Manajemen

(Management Control ) adalah:

"........... the process by which managers assure that resources are obtained

and used effecfively and efficiently in the accomplishment of the organization

objectives”.

Da!am pengendalian manajemen penekanan utama lebih pada

pengendalian kegiatan (control acitivities) yang ditetapkan oleh manajemen

Page 12: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 12

berupa sistem, prosedur, dan kegiatan untuk menjaIankan perencanaan

dalam usaha pencapaian tujuan organisasi secara efektif, efisien dan

ekonomis.

Penyebutan pengendalian manajemen digunakan oleh Government

Accounting Office (GAO) Amerika Serikat pada sekitar tahun 1968. GAO

menyadari, bagian terbesar dari operasional negara adalah operasi fiskal

yang berintikan pemungutan uang dari warga negaranya dan

penggunaannya untuk tujuan yang ditetapkan dalam pembentukan

negara. Oleh sebab itu diperlukan metode pengelolaan agar proses

pengumpulan dan penggunaan dana ini efisien dan secara efektif dapat

mencapai tujuan negara melalui penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

dengan cara yang hemat, efisien dan memiliki dampak yang paling

menguntungkan bagi keseluruhan warga negaranya.

Untuk mencapai hal tersebut, GAO merumuskan metodologi kerja yang

harus digunakan oleh unit-unit pemerintahan di Amerika Serikat.

Metodologi kerja ini, sekaligus akan menjadi kriteria pengukuran kinerja

yang akan dilaksanakan oleh GAO sebagai badan pemeriksa keuangan

pemerintah. GAO menerbitkannya dalam sebuah Comprehensive Audit

Manual yang dipedomani dalam melaksanakan audit pada unit

pemerintahan untuk dan atas nama GAO.

Unsur-unsur pengendalian manajemen terdiri dari 8 elemen yang biasa

dikenal dengan akronim OKP6 yaitu:

1. Organisasi yakni suatu proses dalam merancang dan mengalokasikan

pekerjaan, kewenangan dan sumber-sumber daya diantara masing-

masing anggota organisasi untuk mencapai tujuan organlsasi.

2. Kebijakan yakni pola-pola perilaku yang telah ditentukan lebih dahu!u,

yang harus diperhatikan dalam melaksanakan suatu kegiatan organisasi.

Kebijakan merupakan pernyataan maksud manajemen untuk bertindak

Page 13: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 13

dengan cara tertentu.

3. Prosedur yakni langkah-Iangkah yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan secara hemat, efisien, dan efektif sesuai dengan

kebijakan yang te!ah ditetapkan.

4. Personalia merupakan subsistem dalam suatu organisasi yang

diciptakan sebagai upaya agar para pegawai dapat dimanfaatkan secara

efisien dan efektif dalam rnencapai tujuan organisasi termasuk di

dalamnya usaha untuk meningkatkan kemampuan, semangat dan gairah

kerja, serta disiplin setiap pegawai dalam melaksanakan tugas yang

menjadi tanggung jawabnya.

5. Perencanaan/Anggaran merupakan suatu proses penetapan langkah-

Iangkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang

dengan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dalam

rangka mewujudkan pencapaian tujuan organisasi.

6. Pencatatan/Akuntansi merupakan satu sarana pengendalian

manajemen yang berfungsi untuk mendokumentasikan kejadian atau

peristiwa yang terjadi pada suatu organlsasi.

7. PeIaporan merupakan suatu bentuk proses penyampaian informasi

tertulis dari unit yang lebih rendah kepada unit kerja yang lebih tinggi atau

dari bawahan kepada atasan tentang perkembangan atau pencapaian

tujuan suatu kegiatan.

8. Pemeriksaan Intern merupakan suatu proses untuk meyakini bahwa

unsur-unsur sistem pengendalian manajemen (pengorganisasian,

kebijakan, personil, perencanaan, prosedur, pencatatan dan pelaporan)

telah berjalan sebagaimana mestinya guna terselenggaranya tugas

pokok dan fungsi suatu organisasi secara efisien dan efektif.

Uraian setiap elemen pengendalian manajemen memberikan suatu simpulan

bahwa tujuan pengendalian manajemen secara umum adalah sebagai

Page 14: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 14

berikut:

1. Mendorong efisiensi dan kehematan dalam melaksanakan kegiatan,

2. Menjaga aktiva agar jangan sampai boros atau hilang, termasuk

pencegahan terjadinya kekeliruan dalam mengalokasikan dana dan harta

milik,

3. Menekan timbulnya kewajiban dan biaya sampai sekecil mungkin sesuai

dengan pencapaian tujuan kegiatan secara efektif,

4. Menjamin bahwa semua pendapatan yang bertalian dengan aktiva atau

kegiatan sudah diterima dan dipertanggungjawabkan,

5. Menjamin ketepatan dan dapat diandalkannya laporan-Iaporan

keuangan, statistik, dan laporan-Iaporan lainnya.

Sebagai perbandingan, tujuan sistem pengendalian intern menurut definisi

COSO yaitu:

”... suatu proses, yang dipengaruhi oleh entitas dewan direksi, manajemen,

dan pegawai lainnya, dirancang untuk memberikan jaminan memadai

sehubungan dengan pencapaian tujuan dengan kategori sebagai berikut:

• Efektivitas dan efisiensi operasional

• Keandalan laporan keuangan, serta

• Ketaatan terhadap hukum dan peraturan”.

Bila tujuan sistem pengendalian manajemen tersebut dibandingkan dengan

sistem pengendalian intern menurut definisi COSO, terlihat bahwa secara

umum sistem pengendalian intern (internal control system) dan sistem

pengendalian manajemen (management control system) mempunyai

makna yang sama yaitu merupakan suatu proses yang dilaksanakan oleh

manajemen untuk mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan

secara optimal.

Page 15: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 15

Dalam perkembangan terakhir, GAO juga menggunakan istilah sistem

pengendalian intern dalam Standard for Internal Control in the Federal

Government yang dikeluarkan oleh United States General Accounting Office

(GAO), November 1999. Dalam standard tersebut dinyatakan bahwa:

"Pengendalian intern adalah pengendalian manajemen yang menyatu

dengan entitas sebagai bagian dari infrastruktur untuk membantu manajer

dalam menjalankan entitasnya dan mencapai tujuan yang diharapkan".

D. KONSEP DASAR DAN KETERBATASAN SPI

Konsep dasar pengendalian menurut COSO memandang bahwa

pengendalian intern bukan suatu kejadian atau keadaan yang terjadi sesaat

dan mandiri, namun suatu rangkaian tindakan yang mencakup seluruh

kegiatan organisasi yang dilakukan orang untuk mendapatkan keyakinan

yang memadai bahwa tujuan organisasi akan tercapai. Tindakan ini melekat

dan mencakup cara manajemen dan personil lain dalam organisasi dalam

menjalankan aktivitas kegiatannya serta saling berhubungan antar unit kerja.

Konsep dasar tersebut memberikan 3 pemahaman utama bahwa :

1. Sistem pengendalian intern merupakan komponen operasi organisasi

atau kegiatan yang terpasang secara terus menerus (a continuous built-in

component of operations).

Sistem pengendalian intern adalah suatu rangkaian tindakan dan

aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan

secara terus menerus. Sistem pengendalian intern bukanlah suatu sistem

terpisah dalam suatu organisasi, melainkan harus dianggap sebagai

bagian integral dari setiap sistem yang dipakai manajemen untuk

mengatur dan mengarahkan kegiatannya.

Sistem pengendalian intern merupakan bagian dari proses serta

menyatu dengan proses dan menyatu dengan kegiatan operasional

organisasi serta menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan. Sistem

Page 16: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 16

pengendalian intern sangat efektif apabila dibangun ke dalam

infrastruktur suatu organisasi dan menjadi bagian dari esensi organisasi

yang dikenal dengan istilah ”built in” (dibangun di dalam dan menjadi satu

kesatuan).

Contoh:

Dinas Perijinan Kota Yogyakarta menggunakan routing slip pada aplikasi

pelayanan perijinan. Pada aplikasi tersebut terdapat tools yang

memantau kesesuaian proses pelayanan dibandingkan ketentuan yang

berlaku pada setiap tahapan proses pelayanan dari petugas pendaftar

hingga pimpinan. Setiap muncul potensi penyimpangan atau pelanggaran

proses akan ada peringatan dini dari aplikasi untuk segera

menyelesaikannya. Setiap pelanggaran atau penyimpangan akan tercatat

secara khusus sebagai alat evaluasi kinerja. 1

2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia.

Sistem pengendalian intern dipengaruhi oleh manajemen dan personil

lain dalam suatu organisasi. Sistem pengendalian intern dicapai oleh

orang-orang dalam organisasi, melalui apa yang mereka lakukan dan

katakan. Orang-orang tersebut menetapkan tujuan organisasi dan

membuat mekanisme pengendaliannya.

Dalam praktek sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki pedoman

(manual) sistem pengendalian intern yang baik, namun tidak

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Akibatnya, sistem pengendalian

intern yang telah dirancang tersebut tidak memberikan kontribusi positif

bagi organisasi.

Efektivitas Sistem pengendalian intern sangat tergantung kepada

manusia yang melaksanakannya. Tanggung jawab berjalannya sistem

1 Sumber: Warta Pengawasan Edisi Maret 2009

Page 17: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 17

pengendalian intern ada pada manajemen. Manajemen menetapkan

tujuan, merancang dan melaksanakan mekanisme pengendalian,

memantau serta mengevaluasi pengendalian. Dengan demikian, seluruh

pegawai dalam organisasi memegang peranan penting untuk

melaksanakan sistem pengendalian intern secara efektif.

Sebagai contoh, pasal 36 ayat (1) Keppres No. 80 Tahun 2003

menyebutkan bahwa: setelah pekerjaan selesai 100% sesuai dengan

yang tertuang dalam kontrak, penyedia barang/jasa mengajukan

permintaan secara tertulis kepada pejabat pembuat komitmen untuk

penyerahan pekerjaan. Dalam praktek, hal ini justru banyak dijumpai,

yaitu ; pekerjaan belum mencapai 100% telah dilakukan serah terima

yang dituangkan dalam berita acara penyerahan barang. Hal ini

menunjukkan bahwa sistem yang telah dirancang dengan sempurna

menjadi tidak efektif jika manusia yang terlibat di dalamnya dengan

sengaja mengabaikan sistem tersebut.

3. Pengendalian intern hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan

keyakinan yang mutlak.

Perancangan suatu sistem pengendalian intern didasarkan pada

pertimbangan biaya – manfaat. Betapapun baiknya perancangan dan

pengoperasian suatu sistem pengendalian intern dalam suatu organisasi,

sistem itu tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak bahwa

tujuan organisasi dapat tercapai. Kemungkinan pencapaian tujuan tetap

dipengaruhi oleh keterbatasan yang melekat dalam seluruh sistem

pengendalian intern seperti kesalahan manusia, pertimbangan yang

keliru, dan adanya kolusi.

Contohnya pekerjaan pembangunan jalan telah dikerjakan oleh

kontraktor tertentu sebelum adanya penunjukan pelaksananya, bahkan

anggaran untuk pekerjaan itu. Hal ini dapat terjadi karena adanya kolusi

antara pihak pemberi kerja dengan penyedia jasa (pemborong), sehingga

Page 18: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 18

tujuan adanya prosedur pengadaan barang dan jasa untuk memperoleh

hasil yang paling menguntungkan tidak terpenuhi.

Sehubungan dengan konsep dasar SPI yang dipengaruhi oleh manusia

sebagaimana diuraikan di atas, patut disadari bahwa sebaik apapun

manajemen merancang suatu sistem pengendalian intern dalam organisasi,

kelemahan atau keterbatasan sistem pengendalian intern dapat terjadi.

Beberapa keterbatasan yang dapat diidentifikasikan antara lain:

1. Kurang matangnya suatu pertimbangan (judgment).

Efektivitas pengendalian seringkali dibatasi oleh adanya keterbatasan

manusia dalam pengambilan keputusan. Suatu keputusan diambil oleh

manajemen umumnya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

yang antara lain mencakup informasi yang tersedia, waktu yang ada dan

beberapa variabel lain baik intern maupun ekstern (lingkungan). Dalam

kenyataannya, sering dijumpai bahwa beberapa keputusan yang diambil

dengan kondisi adanya keterbatasan waktu dan informasi akan

memberikan hasil yang kurang efektif dibandingkan dengan apa yang

diharapkan.

2. Kesalahan dalam menerjemahkan perintah.

Walaupun pengendalian telah didesain dengan sebaik-baiknya, namun

kegagalan dapat terjadi yang disebabkan adanya pegawai (staf) yang

salah menerjemahkan suatu perintah. Kesalahan dalam menerjemahkan

suatu perintah dapat disebabkan dari ketidaktahuan atau kecerobohan

pegawai yang bersangkutan. Terjadinya kegagalan dapat lebih parah jika

kesalahan menterjemahkan perintah dilakukan oleh seorang pimpinan.

3. Pengabaian manajemen.

Suatu pengendalian intern dapat berjalan efektif apabila semua pihak

atau unsur dalam organisasi mulai dari tingkat tertinggi hingga terendah

melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kewenangan dan

Page 19: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 19

tanggung jawabnya. Meskipun suatu organisasi memiliki sistem

pengendalian intern yang memadai, pengendalian tersebut tidak akan

dapat mencapai tujuannya jika staf atau bahkan seorang pimpinan

mengabaikan pengendalian. Pengabaian tersebut terjadi antara lain ;

karena adanya kepentingan di luar kepentingan organisasi, seperti

kepentingan pribadi seorang pimpinan.

4. Adanya Kolusi.

Kolusi adalah salah satu ancaman dari pengendalian yang efektif.

Walaupun pemisahan fungsi telah dilakukan namun jika manusianya

melakukan suatu persekongkolan untuk kepentingan pribadi atau

kepentingan tertentu selain organisasi, maka pengendalian yang sebaik

apapun tidak akan dapat mendeteksi atau mencegah terjadinya suatu

tindakan yang merugikan organisasi. Sebagai contoh, konsultan

pengawas atas suatu proyek melakukan kolusi dengan pihak kontraktor

yang melaksanakan pembangunan suatu proyek dengan cara

memberikan peluang terjadinya penyimpangan dalam spesifikasi.

E. SOAL LATIHAN

1. Organisasi profesi apakah yangdiketahui pertamakali menggunakan

sebutan pengendalian intern?

2. Apakah perbedaan dari 2 tahapan perkembangan pengertian system

pengendalian intern?

3. Kondisi apa yang memunculkan kesadaran bahwa sistem pengendalian

intern adalah kesadaran tidak hanya wajib bagi manajemen tetapi bahkan

bagi seluruh organisasi?

4. Apa 3 tujuan sistem pengendalian intern menurut COSO?

5. Apa saja keterbatasan sistem pengendalian intern?

Page 20: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 20

BAB III

PERKEMBANGAN SISTEM

PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR

PUBLIK

A. PENGERTIAN SEKTOR PUBLIK

Pengertian sektor publik terkait dengan sistem pengendalian intern menurut

Chartered Institute of Public Finance and Accountancy (CIPFA), adalah....

"generic definition sector bodies... them broadly into central and local

government, public utilities accountable to parliament, other public bodies

funded mainly from taxation, bodies largely regulated, owned or controlled by

central or local government, and educational and training establishments"

(menurut pengertian tersebut, sektor publik dikategorikan dalam 3 sektor,

yaitu ; National Industries, Central Government Departments dan Local

Government).

Sektor publik menurut J. Handjari bukan hanya entitas yang selama ini kita

kenal sebagai instansi pemerintah, yaitu instansi pemerintah pusat maupun

instansi pemerintah daerah, namun sebenarnya entitas tersebut lebih luas

Setelah memelajari bab ini peserta diharapkan dapat menjelaskan perkembangan sistem pengendalian intern di sektor publik yang diterapkan oleh instansi pemerintah

Page 21: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 21

dari entitas pemerintahan karena mencakup pula seluruh entitas nirlaba/non

profit making unit, antara lain Yayasan, Koperasi, dan Lembaga Swadana.

Karakteristik entitas sektor publik dalam menjalankan kegiatannya adalah

sebagai berikut:

1. Mengelola kekayaan/rumah tangga negara yang sangat besar

dibandingkan dengan entitas sektor perusahaan (private)

2. Pencatatan atau sistem akuntansi atas kekayaan entitas sektor publik

menekankan pada pendapatan dan belanja, tanpa memperhitungkan

laba atau rugi. Bilamana pendapatan lebih kecil dari pada belanja disebut

defisit, sedangkan bilamana pendapatan lebih besar dari belanja disebut

surplus.

3. Pemilik kekayaan adalah orang banyak (publik) sehingga secara teoritis

pengelolaannya diawasi oleh banyak pihak (publik). Pengelolaan

pengawasan publik dalam pemerintahan diwakili oleh DPR dan DPRD.

4. Berkaitan dengan pengawasan oleh publik, pengelola kekayaan sektor

publik (Pemerintah, LSM, Yayasan) wajib menyusun

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatannya secara transparan

kepada publik, sehingga publik sebagai pemilik dana dapat mengetahui

bahwa dana publik telah dikelola sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, instansi pemerintah merupakan bagian

dari sektor publik. Senada dengan hal tersebut, menurut draft RUU

Administrasi Pemerintah yang disusun oleh Kementrian Negara

Pemberdayaan Aparatur Negara yang dimaksud Instansi Pemerintah adalah

semua organisasi milik pemerintah yang melaksanakan fungsi untuk

menyelenggarakan urusan pemerintahan dan administrasi pemerintah baik

di Pusat maupun di Daerah.

Sedangkan administrasi pemerintahan adalah semua tindakan hukum dan

tindakan materi administrasi pemerintahan yang dilakukan oleh instansi

Page 22: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 22

pemerintah dan Pejabat instansi pemerintah serta badan hukum lain yang

diberi wewenang untuk melaksanakan semua fungsi atau tugas

pemerintahan, termasuk memberikan pelayanan publik terhadap masyarakat

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Instansi

Pemerintah adalah semua lembaga pemerintah yang melaksanakan fungsi

administrasi termasuk komisi-komisi, dewan, dan badan yang mendapatkan

dana dari APBN/APBD.

B. PERKEMBANGAN PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR PUBLIK

1. Perkembangan pengendalian intern sektor publik di luar negeri.

Pada tahun 2001, International Organization of Supreme Audit

Instituitions (INTOSAI), yaitu suatu Komite Internasional di bidang

pengembangan internal control sektor publik yang beranggotakan Bolivia,

Perancis, Hongaria, Lithuania, Belanda, Rumania, United Kingdom,

United States of America dan Belgia (sebagai Ketua Komite), serta

negara-negara berkembang, membuat exposure draft yang berjudul

"Guidelines for Internal Control Standards for the Public Sector", yakni

penerapan konsep pengendalian intern untuk sektor publik.

Menurut INTOSAI Internal Control Standards Committee, dalam

Guidelines for Internal Control Standards for the Public Sector, Budapest

2004, sistem pengendalian intern didefinisikan sebagai :

" An integral process that effected by an entity's management and

personnel and is designed to address risk and to provide reasonable

assurance that in pursuit of the entity's mission, the following general

objectives are being achieved:

1) Executing orderly, ethical, economical, efficient and effective

operations ;

2) Fulfilling accountability obligations;

3) Complying applicable laws and regulations ; and

4) Safeguarding resources againts loss, misuse and damage.

Page 23: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 23

Selanjutnya, Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan internal

control sebagai :

" Any action taken by management, the board, and other parties to

enhance risk management and increase the likelihood that established

objectives and goals will be achieved. Management plans, organizes, and

directs the performance of sufficient actions to provide reasonable

assurance that objectives and goals will be achieved "

Selain definisi di atas, General Accounting Office (GAO) tahun 1999

mendefinisikan sistem pengendalian intern sebagai berikut :

"An integral component of an organization's management that provides

reasonable assurance that the following objectives are being achieved :

1) Effectiveness and efficiency of operations,

2) Reliability of financial reporting, and

3) Compliance with applicable laws and regulations.”

2. Perkembangan Pengendalian Intern Sektor Publik di Indonesia.

a. Pengawasan melekat

Konsep pengendalian manajemen dalam Comprehensive Audit

Manual GAO yang terdiri dari 8 elemen pengendalian manajemen

banyak dirujuk di Indonesia. Pedoman Pengawasan Melekat

adalah salah satu produk pengawasan yang merujuk konsep GAO.

Pengawasan melekat menempatkan pengendalian sebagai bagian

dari serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang

terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap

bawahannya secara preventif dan represif agar pelaksanaan tugas

bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan

rencana kegiatan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Istilah pengawasan melekat digunakan secara formal untuk pertama

kalinya dalam Inpres Nomor 15 tahun 1983 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengawasan. Dalam pasal 3 ayat (1) lampiran Inpres

Page 24: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 24

tersebut disebutkan bahwa pimpinan semua organisasi pemerintah

“…menciptakan pengawasan melekat dan meningkatkan mutunya di

dalam lingkungan tugasnya masing-masing”.

Dalam ayat (3) pasal 1 Inpres tersebut, dinyatakan bahwa

pengawasan melekat harus dilakukan oleh atasan terhadap

bawahannya, sekalipun terdapat aparat pengawasan fungsional.

Materi pasal 1 tersebut ditempatkan dibawah Bab II yang berjudul

Pengawasan Atasan Langsung. Dengan demikian, menurut Inpres

No.15/1983, pengawasan melekat dinyatakan sebagai pengawasan

oleh atasan langsung (supervisi).

Penyetaraan pengawasan melekat dengan supervisi terdapat pula

dalam Instruksi Presiden No.1 tahun 1989 tentang Pedoman

Pengawasan Melekat. Dalam Inpres No.1 tahun 1989 diberikan

defisini bahwa pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan

yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus, dilakukan

oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara preventif dan

represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan efektif

dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan

peraturan/perundang-undangan yang berlaku. Pengertian tersebut

dipergunakan pula dalam surat Keputusan Menteri PAN No.

93/Menpan/1994 tentang Petunjuk Pengawasan Melekat.

Inpres No.15 tahun 1983 dan Inpres No.1 tahun 1989 serta Petunjuk

Pelaksaan Pengawasan Melekat yang diterbitkan oleh Menpan,

menetapkan enam sarana pelaksanaan pengawasan oleh atasan

langsung, yaitu:

1. Penciptaan Struktur Organisasi

2. Penyusunan Kebijakan Pelaksanaan

3. Penyusunan Rencana Kerja

4. Penyusunan Prosedur Kerja

Page 25: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 25

5. Penyelenggaraan Pencatatan dan Pelaporan

6. Pembinaan Personil

Keenam sarana tersebut akan mewujudkan fungsi pengendalian

intern yang baik. Apabila di dalam penyusunan keenam sarana

tersebut dipertimbangkan aspek melekat dalam manajemen (built in

control) dengan baik, maka pengawasan secara langsung oleh

atasan kepada bawahannya akan dapat dikurangi intensitasnya.

b. Sistem Pengendalian Intern (SPIP)

Perkembangan pengendalian intern di Indonesia selanjutnya

ditandai dengan terbitnya PP No 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Terbitnya PP No 60 Tahun

2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

merupakan pelaksanaan amanat pasal 58 ayat (2) Undang-undang

Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Sejalan dengan perkembangan konsepsi pengendalian sebagai suatu

proses yang bergeser dari hard factor ke soft factor, PP 60

mengapdopsi pendekatan tersebut (versi COSO) dengan beberapa

modifikasi. Pertimbangan pemilihan pendekatan COSO ini karena

suatu sistem pengendalian intern yang baik dalam rangka

memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan

organisasi, tidak cukup hanya menekankan pada prosedur dan

kegiatan, tetapi menempatkan manusia sebagai faktor yang dapat

membuat pengendalian tersebut berfungsi.

Dalam sistim pengendalian intern versi COSO, pengendalian tidak

menitikberatkan pada kegiatan pengendalian, namun menitikberatkan

pada lingkungan pengendalian sebagai syarat berfungsinya sistem

pengendalian intern. Faktor manusia sebagai pembentuk lingkungan

pengendalian, mendapat perhatian yang besar, misalnya dengan

Page 26: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 26

adanya situasi yang etis dan moral, masalah integritas, dan adanya

komitmen pimpinan pada kompetensi.

Sistem pengendalian intern yang efisien tidak harus mengendalikan

semua kegiatan dengan pertimbangan efisiensi, sehingga organisasi

harus menentukan tujuan secara jelas dan mengidentifikasi risiko,

menganalisis risiko, dan mengelola risiko yang ada. Berdasarkan hasil

analisa tersebut ditentukan pengendalian untuk meminimalisir risiko.

Salah satu komponen sistem pengendalian intern versi COSO, adaiah

penilaian risiko, dimana organisasi mengharuskan menetapkan

tujuan baik tingkat organisasi secara keseluruhan, maupun pada

tingkat kegiatan dan mengidentifikasi risiko, mengana!isis risiko, serta

mengelola perubahan tersebut.

Dalam pelaksanaan sistem dan prosedur pengendalian diperlukan

kondisi yang kondusif serta jalur informasi dan komunikasi yang baik

serta adanya mekanisme untuk mengidentifikasikan berkembangnya

kebutuhan informasi. Dalam konsep COSO, organisasi diharuskan

memiliki lingkungan yang baik, mengkomunikasikan informasi dalam

bentuk dan waktu yang tepat dan melakukan pemantauan secara

terus menerus.

C. PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM PENGENDALIAN

INTERN PEMERINTAH BERDASARKAN PP NOMOR 60 TAHUN 2008

1. Latar belakang SPIP

Selain melaksanakan amanat pasal 58 ayat (2) Undang-undang Nomor 1

tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, terbitnya SPIP merupakan

upaya penyesuaian dengan perkembangan terbaru konsepsi

pengendalian intern dari hard control menuju soft control. Selain itu, SPIP

juga diharapkan akan meningkatkan efektivitas pengendalian dalam

membantu mencapai tujuan dengan mengenali risiko yang dihadapi

dalam pencapaian tujuan.

Page 27: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 27

Dalam pelaksanaan kegiatan, Instansi Pemerintah juga dihadapkan pada

ketidakpastian dalam menjalankan kegiatannya yang akan berpengaruh

pada efisiensi proses kegiatan tersebut serta efektivitas hasilnya. Untuk

mengatasi hal tersebut diperlukan suatu sistem pengendalian intern.

Pengendalian intern diperlukan untuk meyakinkan bahwa sebagian besar

ketidakpastian, baik dalam pengelolaan keuangan maupun kegiatan telah

diperhitungkan pengaruhnya pada pencapaian hasil akhir kegiatan.

Sistem ini diharapkan dapat memberi keyakinan penyelenggaraan

kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah dapat mencapai tujuannya

secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan negara

secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan.

Keberhasilan mengenali dan mengukur besaran ketidak pastian, baik

yang melekat pada Instansi Pemerintah sampai kepada suatu kegiatan,

akan memungkinkan Instansi Pemerintah untuk memilih berbagai aktivitas

pengendalian dalam rangka pengelolaan kegiatan dan risiko serta

pemilihan metode pengelolaan yang tepat yang mampu meyakinkan

dapat dikendalikannya proses dan diperolehnya hasil kegiatan seperti

yang diinginkan.

Selain itu, terbitnya SPIP juga didorong oleh terjadinya reformasi di

bidang keuangan negara yang membawa implikasi perlunya sistem

pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan.

Berubahnya sistem pengelolaan keuangan negara tidak hanya dalam hal

penerapan penganggaran namun juga dalam sistem pencatatan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan atas akuntabilitas keuangan

negara. Perubahan tersebut antara lain di bidang penganggaran

keuangan negara, line based budgeting digantikan oleh performance

based budgeting yaitu penganggaran yang didasarkan pada kinerja dan

berorientasi pada outcome. Di bidang pertanggungjawaban, pencatatan

Page 28: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 28

dan pelaporan, keuangan negara tidak lagi dicatat secara single-entry

namun diubah berdasarkan kaidah standar akuntansi keuangan yang

menerapkan pencatatan secara double-entry dan disajikan dalam bentuk

laporan keuangan yang lengkap yaitu Neraca, Realisasi Anggaran, Arus

Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan

transparan memerlukan dukungan sistem pengelolaan keuangan Instansi

Pemerintah secara keseluruhan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh

tingkat pimpinan menyelenggarakan sistem pengendalian intern atas

keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing.

Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam

pertanggungjawaban pengelolaan dana organisasi/ instansi pemerintah

dituntut untuk menerapkan suatu sistem pengendalian intern yang efektif

dan efisien. Diperolehnya keyakinan yang memadai bahwa dana yang

dipercayakan untuk dikelola oleh pemerintah tersebut dikelola dengan

baik, diwujudkan dengan peningkatan dalam:

a) efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program-program pemerintah,

b) penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan/

program yang lebih tepat waktu kepada shareholders dan

stakeholders.

c) Ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,

diwujudkan dengan semakin berkurangnya penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi dalam penggunaan anggaran belanja

negara.

2. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

SPIP dikembangkan dengan mengadopsi konsepsi yang terbaik dan

tepat sesuai dengan kondisi di Indonesia sehingga pengertian Sistem

Pengendalian Intern menurut PP SPIP adalah

Page 29: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 29

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan.”2

Keberhasilan SPIP sangat bertumpu tidak hanya pada rancangan

pengendalian yang memadai untuk menjamin tercapainya tujuan

organisasi, tetapi juga kepada setiap orang dalam organisasi, sebagai

faktor yang dapat membuat pengendalian tersebut berfungsi.

Sejalan dengan pemahaman bahwa pengendalian dirancang sesuai

dengan kebutuhan organisasi, PP SPIP juga menyebutkan bahwa sistem

pengendalian intern dalam penerapannya harus memperhatikan rasa

keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas,

dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah tersebut.

3. Unsur-Unsur SPIP

Sesuai PP 60 Tahun 2008 tersebut, sistem pengendalian intern

Pemerintah terdiri dari 5 unsur, yaitu:

• lingkungan pengendalian, adalah kondisi dalam Instansi pemerintah

yang dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya

pengendalian dalam organisasi dalam menjalankan aktivitas yang

menjadi tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas

pengendalian intern

• penilaian risiko, adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan

kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi

Pemerintah yang meliputi kegiatan identifikasi, analisis, dan

mengelola risiko yang relevan bagi proses atau kegiatan organisasi.

2 PP N0 60 Tahun 2008 Tentang SPIP, Pasal 1 ayat 1

Page 30: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 30

• Kegiatan pengendalian, adalah tindakan yang diperlukan untuk

mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan

prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah

dilaksanakan secara efektif.

• Informasi dan komunikasi,

Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi Instansi Pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian

pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang

tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

mendapatkan umpan balik.

• Pemantauan, adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem

Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa

temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.

Keterkaitan antar 5 unsur sistem pengendalian intern dapat

digambarkan sebagai berikut:

PELA

PO

RAN

KEUANGAN

OPERASI-

OPERASI

KETAATAN

PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN

INFORMASI DAN KOMUNIKASI

KEGIATAN PENGENDALIAN

PENILAIAN RISIKO

LINGKUNGAN PENGENDALIAN

UN

IT A

UN

IT B

KE

GIA

TA

N 1

KE

GIA

TA

N 2

PEN

GAM

AN

AN

ASET

Gambar 1 Keterkaitan Unsur-unsur Sistem pengendalian intern

Page 31: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 31

Gambar 1 tersebut juga memberikan pemahaman bahwa kelima

komponen tersebut dapat berlaku pada tingkat organisasi secara

keseluruhan atau hanya pada fungsi/aktivitas tertentu. Sebagai contoh,

pada komponen lingkungan pengendalian terdapat kode etik yang

berlaku bagi seluruh pegawai di organisasi. Namun demikian adanya

standar kompetensi berupa sertifikasi panitia pengadaan untuk personil

tertentu hanya berlaku bagi pelaksanaan fungsi/aktivitas pengadaan.

Keterkaitan antar unsur SPIP secara lebih lengkap diuraikan di BAB IV.

D. Tahapan penyelenggaraan SPIP

Penyelenggaraan SPIP menjadi tanggung jawab dari pimpinan instansi

pemerintah. Sesuai amanat dalam pasal 2 PP 60/2008. pimpinan instansi

pemerintah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan. Tanggung jawab ini juga meliputi upaya mengembangkan

dan menerapkan semua unsur dari sistem pengendalian.

Instansi pembina adalah BPKP sesuai mandat dalam pasal 59 PP 60 Tahun

2008, melakukan tugas pembinaan berupa sosialiasi dan bimbingan

teknis/konsultasi terkait penyelenggaraan SPIP, termasuk didalamnya

penyusunan pedoman teknis, pendidikan dan pelatihan serta peningkatan

kompetensi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

Penyelenggaraan SPIP dapat digambarkan dalam tahapan implementasi

sebagai berikut:

1. Tahap Pemahaman dan Penyamaan Persepsi (sosialisasi)

Tahapan ini bertujuan membangun kesadaran mengenai manfaat dan

peran penting SPIP bagi instansi pemerintah sehingga terbangun

komitmen bersama sebagai landasan penerapan SPIP.

2. Tahap Pemetaan (diagnostik)

Pemetaan dilakukan untuk mengetahui kondisi sistem pengendalian

intern pada instansi pemerintah sebelum penerapan SPIP, melalui

penilaian terhadap sistem pengendalian intern yang ada dengan

Page 32: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 32

menggunakan unsur-unsur SPIP sebagai acuan. Pemetaan

menghasilkan identifikasi mengenai unsur-unsur SPIP yang telah

diterapkan, unsur-unsur SPIP yang penerapannya belum memadai dan

unsur-unsur SPIP yang belum diterapkan untuk dijadikan dasar dalam

menyusun rencana tindak penerapan SPIP. Hasil pemetaan dapat

dituangkan dalam dokumen peta sistem pengendalian intern, yang

terutama memuat hal-hal yang harus diperbaiki (areas of improvement).

3. Tahap Membangun Infrastruktur

Pembangunan pondasi/infrastruktur dalam penerapan SPIP merupakan

prasyarat mutlak sebelum dilakukan implementasi unsur-unsur SPIP.

Pada tahapan ini, peta sistem SPIP dibahas oleh peserta terpilih

sehingga dapat diperoleh umpan balik mengenai rencana tindak

penerapan SPIP.

4. Tahap Internalisasi

Terhadap setiap unsur-unsur SPIP yang telah dimiliki/dibangun harus

diterapkan secara memadai, instansi pemerintah harus mengembangkan

dan menerapkan rencana aksi untuk melakukan internalisasi unsur-unsur

tersebut dalam kegiatan sehari-harinya. Internalisasi adalah suatu proses

yang dilakukan instansi pemerintah untuk membuat kebijakan dan

prosedur menjadi sebuah kegiatan operasional sehari-hari dan ditaati

oleh seluruh pejabat atau pegawai.

5. Tahap Pengembangan Berkelanjutan

Kebijakan dan prosedur yang telah diimplementasikan ke dalam instansi

pemerintah harus tetap dipelihara dan dikembangkan secara

berkelanjutan dengan melibatkan seluruh tingkatan pegawai, agar sistem

yang ada tetap dapat memberikan manfaat yang optimal terhadap

pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, pada tahap ini perlu

dilakukan proses monitoring dan evaluasi penerapan SPIP untuk

Page 33: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 33

memastikan sistem yang ada mencukupi dan tetap berfungsi dengan

efektif.

Kelima tahapan tadi bukan suatu urutan yang bersifat sequential dimana

suatu tahapan baru bisa dilaksanakan setelah tahapan sebelumnya selesai.

Penerapan tahapan disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat urgensi dari

Instansi Pemerintah.

D. SOAL LATIHAN

1. Faktor apakah dalam organisasi yang sangat mungkin menimbulkan

kebutuhan akan sistem pengendalian intern?

2. Apa tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan sistem pengendalian

intern di lingkungan pemerintahan?

3. Sebutkan dan jelaskan kelima unsur SPIP.sesuai PP No.60 Tahun 2008

4. Seorang pimpinan instansi yang menyusun dan menerapkan aturan

perilaku di lingkungan kerjanya berarti melakukan usaha memperkuat

lingkungan pengendalian. Termasuk dalam kelompok item yang

manakah hal tersebut?

5. Tahapan apa saja yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan

SPIP agar efektif?

Page 34: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 34

BAB IV

UNSUR-UNSUR

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

:

Sesuai PP No. 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari 5 unsur, yaitu lingkungan

pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan

komunikasi, serta pemantauan. Penjelasan setiap unsur diuraikan sebagai

berikut:

A. LINGKUNGAN PENGENDALIAN

Pondasi dari sistem pengendalian adalah orang-orang di dalam organisasi

yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai

sasaran dan tujuan yang ingin dicapai Instansi Pemerintah. Penerapan

lingkungan pengendalian yang baik dalam rangka peningkatan kepedulian

dan keikutsertaan seluruh pegawai serta menjadi komitmen bersama dalam

melaksanakannya, sangatlah penting untuk terselenggaranya unsur-unsur

SPIP lainnya.

Lingkungan pengendalian dibentuk oleh perilaku dari orang-orang di dalam

organisasi yang mendukung pengendalian internal dan memengaruhi

kesadaran mereka akan pentingnya pengendalian dalam mencapai tujuan

organisasi. Hal ini dihasilkan dari tata kelola (governance) yang dilakukan

manajemen, yang terdiri dari: filosofi, gaya dan perilaku yang mendukung,

Setelah memelajari bab ini peserta diharapkan dapat menjelaskan unsur-unsur sistem pengendalian intern instansi pemerintah dan mampu menjelaskan keterkaitan antar unsur

Page 35: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 35

kompetensi, nilai etika, integritas dan moral keseluruhan orang di dalam

organisasi. Lingkungan pengendalian selanjutnya dipengaruhi oleh

hubungan-hubungan dari struktur dan akuntabilitasnya di organisasi.

Lingkungan pengendalian berpengaruh kuat terhadap keputusan dan

kegiatan di dalam organisasi, dan menjadi fondasi bagi seluruh unsur lain

dari sistem pengendalian internal. Jika fondasi ini tidak kuat, atau

lingkungan pengendaliannya tidak positif, maka seluruh sistem

pengendalian internal tidak akan berjalan efektif seperti yang diharapkan.

Lingkungan pengendalian mempunyai pengaruh kuat terhadap cara-cara

aktivitas organisasi distrukturkan, penetapan tujuan dan sasaran dan

penaksiran/penilaian resiko. Lingkungan pengendalian memengaruhi

aktivitas pengendalian, sistem informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

Pengaruh tersebut tidak hanya pada desainnya, tetapi juga terhadap cara

mereka bekerja dari hari ke hari. Lingkungan pengendalian itu juga

memengaruhi kesadaran dari orang-orang yang menjadi anggota organisasi

akan pengendalian.

Aktivitas pengendalian yang efektif berupaya kuat untuk memiliki orang-

orang yang kompeten, yang mempunyai integritas terhadap keseluruhan

organisasi dan kesadaran akan pengendalian, serta membangun suatu

"irama tinggi" yang positif. Mereka menetapkan kebijakan dan prosedur--

prosedur, seringkali termasuk kode etik tertulis, yang mendorong nilai-nilai

bersama dan tim kerja dalam rangka mencapai tujuan Instansi Pemerintah.

Sub unsur dalam unsur lingkungan pengendalian adalah:

7. Penegakan Integritas dan nilai etika

8. Komitmen terhadap kompetensi

9. Kepemimpinan yang kondusif

10. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai kebutuhan

11. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

Page 36: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 36

12. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber

daya manusia

13. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif

14. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait

B. PENILAIAN RISIKO

Unsur kedua dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah

penilaian risiko. Penilaian risiko merupakan kegiatan penilaian atas

kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran

Instansi Pemerintah. Selain dipengaruhi risiko, keberhasilan pencapaian

tujuan instansi pemerintah dipengaruhi pula oleh kecermatan dalam proses

penetapan tujuan. Oleh karena itu, dalam unsur kedua ini, diuraikan pula

ketentuan yang harus dipenuhi dalam proses penetapan tujuan instansi

pemerintah.

Subunsur dalam penilaian risiko mencakup:

1. Penetapan Tujuan

Dasar pemikiran pengendalian intern adalah mengidentifikasi risiko

untuk pencapaian tujuan organisasi dan mengelola risiko tersebut.

Sehingga, penetapan tujuan dan sasaran merupakan pra-kondisi bagi

pengendalian intern. Setiap bagian organisasi harus menyadari dan

menghadapi risiko yang ditemui. Mereka harus menetapkan tujuan

dengan mengabungkan antara aktivitas keuangan dan lainnya,

sehingga organisasi beroperasi secara terkoordinasi dan membangun

mekanisme untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang terkait.

Penilaian risiko diawali dengan penetapan tujuan instansi pemerintah

baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan. Penetapan

tujuan yang dilakukan dengan cermat menjadi prasyarat terciptanya

pengendalian intern.

Page 37: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 37

Tujuan dilakukannya penetapan tujuan instansi pemerintah adalah

memberikan arah yang jelas bagi instasi pemerintah untuk

mengalokasikan sumber daya manusia, dana dan waktu yang tersedia

secara terbatas.

Manfaat dari penetapan tujuan instansi pemerintah adalah:

a) Penetapan tujuan instansi pemerintah dan tingkatan kegiatan dalam

dokumen perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan

pelayanan publik

b) Penetapan tujuan instansi pemerintah dan tingkatan kegiatan

mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dikaitkan dengan

tujuan dan tugas pokok instansi yang bersangkutan

c) Penetapan tujuan memungkinkan pimpinan instansi pemerintah

untuk mengidentifikasi kriteria pengukuran kinerja dengan berfokus

pada faktor-faktor kunci.

d) Penetapan tujuan merupakan bagian penting dalam proses

manajemen, dan meskipun bukan komponen dari pengendalian

internal namun merupakan prasyarat terciptanya pengendalian

internal.

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko meliputi identifikasi dan analisis risiko yang dapat

menghambat pencapaian tujuan. Risiko yang diidentifikasi tersebut

bersumber dari faktor eksternal dan internal instansi pemerintah. Baik

risiko internal maupun eksternal terutama disebabkan adanya

perubahan dalam pemerintahan, ekonomi, industri, peraturan,

operasional atau kondisi lain. Untuk mengantisipasi perubahan kondisi,

dalam butir 3 di bawah diuraikan pengelolaan risiko selama perubahan..

Untuk mengurangi risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan

kegiatan pengendalian yang dituangkan dan melekat dalam bentuk

kebijakan dan prosedur pelaksanaan kegiatan.

Page 38: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 38

Tujuan dilakukannya penilaian risiko adalah agar pimpinan instansi

pemerintah dapat memperoleh pertimbangan bagaimana sebaiknya

risiko dikendalikan.

Untuk dapat memperoleh pertimbangan bagaimana risiko dapat

dikendalikan, diperlukan informasi mengenai risiko yang dapat diterima

dan tidak dapat diterima. Yang dimaksud dengan tingkat “risiko yang

dapat diterima” adalah batas toleransi risiko dengan mempertimbangkan

aspek biaya dan manfaat.

Manfaat penilaian risiko bagi suatu instansi pemerintah adalah:

a) Membantu pencapaian tujuan instansi

b) Meyakinkan kesinambungan pemberian pelayanan

c) Menghindari pemborosan biaya atas pengendalian yang berlebih-

lebihan.

3. Mengelola Risiko Selama Perubahan

Pengelolaan perubahan adalah serangkaian tindakan berupa

indentifikasi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi

kondisi-kondisi internal dan eksternal yang berubah yang dapat

mempengaruhi efektivitas pengendalian intern yang telah ada

sebelumnya. Dasar dari penilaian risiko adalah suatu proses untuk

mengidentifikasi kondisi-kondisi yang berubah dan mengambil langkah-

langkah yang diperlukan. Kondisi ekonomi, industri dan lingkungan

peraturan akan selalu berubah, demikian pula dengan aktivitas

perusahaan. Pengendalian intern yang efektif pada satu kondisi belum

tentu efektif pada kondisi lainnya.

Meskipun proses mengelola perubahan menjadi bagian dari proses

penilaian risiko, pengelolaan perubahan dibahas secara terpisah dari

penilaian risiko karena pentingnya hal tersebut dalam pengendalian

intern.

Tujuan pengelolaan perubahan adalah agar pimpinan instansi

pemerintah dapat mengambil langkah yang tepat menghadapi kondisi

Page 39: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 39

pengendalian intern yang berubah. Manfaat pengelolaan perubahan

adalah membantu manajemen menciptakan mekanisme untuk

mengidentifikasi dan bereaksi terhadap perubahan yang dapat memberi

pengaruh secara dramatis ataupun menyebar dalam instansi pemerintah

dan membutuhkan perhatian pimpinan instansi pemerintah.

C. KEGIATAN PENGENDALIAN

Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk

memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah

dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa

tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam

pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain suatu organisasi

memerlukan kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan bahwa

tujuan organisasi akan tercapai.

Kegiatan pengendalian harus dikembangkan pada kegiatan pokok instansi

pemerintah dan didasarkan pada hasil penilaian risiko yang telah dilakukan.

Kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dikembangkan untuk

meminimalkan risiko sehingga membantu memberikan keyakinan yang

memadai bahwa tujuan instansi pemerintah dapat dicapai. Instansi

pemerintah dapat menerapkan kategori kegiatan pengendalian yang

relevan dan dipandang tepat untuk meminimalkan risiko. Bukan merupakan

keharusan bahwa keseluruhan kategori (sub unsur) kegiatan pengendalian

harus diterapkan untuk satu risiko tertentu. Instansi pemerintah diberikan

keleluasaan (diskresi) untuk menentukan kegiatan pengendalian yang tepat.

Uraian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 40: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 40

Gambar -2 Implementasi Kegiatan Pengendalian

Di dalam mengembangkan kegiatan pengendalian, instansi pemerintah

harus menciptakan keseimbangan yang tepat. Kegiatan pengendalian untuk

deteksi harus seimbang dengan pengendalian yang bersifat preventif.

Kegiatan pengendalian yang didominasi oleh pengendalian preventif seperti

prosedur otorisasi yang berbelit-belit akan mengganggu kelancaran

kegiatan layanan publik. Hal ini harus dipertimbangkan oleh instansi

pemerintah yang memiliki tujuan utama untuk meningkatkan ketepatan

waktu layanan publik yang diberikannya. Tabel di bawah ini menyajikan

beberapa contoh kegiatan pengendalian sesuai sifatnya untuk membantu

pihak yang mengembangkan kegiatan pengendalian menentukan titik

keseimbangan tersebut.

Pengendalian Preventif Pengendalian Detektif

� Prosedur otorisasi dan persetujuan

� Pemisahan fungsi

� Reviu atas kinerja

� Pencatatan yang akurat dan

Page 41: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 41

� Pembatasan akses kepada sumber daya dan pencatatan

� Pembinaan yang menghasilkan pegawai kompeten dan berintegritas

� Penetapan dan reviu indikator kinerja

� Pengendalian atas sistem informasi

� Pengendalian Fisik Aset

tepat waktu

� Akuntabilitas sumber daya dan pencatatan

� Dokumentasi atas SPIP dan transaksi penting

Sub unsur dari kegiatan pengendalian mencakup:

1. Reviu Atas Kinerja Instansi Pemerintah;

Jajaran pimpinan instansi pemerintah harus melakukan reviu

pencapaian kinerja dengan tolok ukur kinerja seperti target, anggaran,

prakiraan dan hasil-hasil yang dicapai pada periode sebelumnya secara

periodik. Hal ini berkaitan dengan penilaian efektivitas dan efisiensi

dalam pencapaian kinerja. Jika hasil reviu realisasi kinerja tidak

mencapai target, maka proses dan aktivitas yang telah disusun untuk

mencapai tujuan harus direviu kembali untuk dilakukan tindakan

perbaikan lebih lanjut.

Reviu kinerja adalah sebuah kegiatan pengendalian yang bersifat

detektif untuk mengetahui dan memastikan tercapainya tujuan dari

sistem pengendalian, terutama terkait efisiensi dan efektivitas operasi.

Oleh karena itu, tujuan dilakukannya reviu kinerja adalah :

a) Untuk mengetahui tingkat pencapaian target atau rencana kinerja

yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja

b) Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas dari

kegiatan/program

c) Untuk mengetahui penyebab dari kesenjangan (gap) kinerja antara

realisasi dan target/rencana

d) Merumuskan rencana aksi untuk mengatasi penyebab kegagalan

pencapaian target/rencana kinerja

Page 42: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 42

2. Pembinaan Sumber Daya Manusia;

Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) tidak terlepas dari manajemen

SDM yang didefinisikan sebagai suatu disain dari sistem yang formal

didalam suatu organisasi yang berperan untuk memastikan pemanfaatan

secara efektif dan efisien dari talenta (potensi dan kompetensi) sumber daya

manusia yang dimilikinya untuk mencapai tujuan/sasaran organisasi.

Tujuan pembinaan SDM adalah sebagai berikut:

a) Mengarahkan proses penentuan tujuan dan standar, pengembangan

peraturan dan prosedur kepegawaian, serta pengembangan rencana

pengadaan pegawai yang sejalan dengan upaya pencapaian tujuan

instansi pemerintah

b) Memastikan bahwa seluruh tugas dan fungsi yang ada telah

dijabarkan dalam uraian jabatan dan uraian tugas,

c) Memastikan bahwa kompetensi pegawai telah dibangun sedemikian

rupa sehingga dapat melakukan prosedur dan metode kerja dengan

baik melalui evaluasi kinerja, konseling karyawan, pelatihan dan

pengembangan karyawan

d) Mengarahkan proses penentuan orang yang sesuai untuk dipekerjakan,

perekrutan pegawai potensial, seleksi karyawan, pembuatan standar

kinerja pegawai, dan penentuan remunerasi

e) Mengarahkan proses pemantauan untuk memastikan bahwa aktivitas

sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan

f) Memastikan bahwa risiko terkait kompetensi SDM telah dikelola dengan

baik

3. Pengendalian Atas Pengelolaan Sistem Informasi;

Perkembangan teknologi informasi memudahkan instansi pemerintah

melaksanakan tugas dan fungsinya. Akurasi dan ketepatan waktu

pengambilan keputusan pimpinan instansi pemerintah dapat

ditingkatkan dengan bantuan teknologi komputer. Oleh karena itu, sudah

Page 43: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 43

menjadi keharusan bahwa sistem informasi yang digunakan instansi

pemerintah dikembangkan dengan berbasis teknologi komputer.

Tujuan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi adalah:

a) Meningkatkan akurasi input, proses, dan output dari pengelolaan

sistem informasi

b) Meningkatkan pengamanan data

c) Menekan risiko kesalahan pengelolaan sistem informasi

4. Pengendalian Fisik atas Aset;

Menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, aset didefinisikan sebagai sumber daya ekonomi yang

dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa

masa lalu dan darinya diharapkan dapat diperoleh manfaat ekonomi

dan/atau sosial di masa depan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,

dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan

yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan

sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Pengendalian fisik adalah pembatasan akses terhadap aset secara fisik.

Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi rencana identifikasi,

kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik aset adalah untuk

meminimalkan risiko kecurian, kerusakan atau penggunaan yang tidak

sah. Manfaat akhirnya adalah berupa terjaganya aset yang dimiliki

instansi pemerintah.

5. Penetapan Reviu atas Indikator dan Ukuran Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran yang bersifat keuangan dan non-keuangan

yang digunakan untuk menolong organisasi menetapkan dan mengukur

kemajuan atas pencapaian tujuan atau sasaran. Indikator merupakan alat

untuk mengukur hasil suatu kegiatan/program dan pencapaian sasaran.

Dengan demikian, setiap pimpinan instansi pemerintah harus

menetapkan ukuran kinerja yang dapat dipakai mengukur keberhasilan

semua kegiatan/program dan sasaran.

Page 44: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 44

Reviu indikator kinerja dilakukan tidak hanya terhadap capaian indikator

kinerja saja, tetapi juga terhadap indikatornya sendiri. Jadi tidak hanya

reviu hasil pengukuran akan tetapi juga dilakukan penelitian terhadap

alat ukurnya sendiri. Sekali kita menggunakan suatu alat ukur

hendaknya kita yakin akan keandalannya. Dengan demikian alat ukur

yang digunakan harus dapat diandalkan. Dalam praktik alat ukur kinerja

ataupun tolok ukur kinerja ini kadang-kadang bukanlah alat ukur terbaik,

akan tetapi sering kali alat ukur yang paling mudah penggunaannya,

sehingga terdapat peluang atau kemungkinan penggunaan alat ukur

yang menyesatkan.

Reformasi birokrasi di lingkungan instansi pemerintah dilatarbelakangi

oleh adanya tuntutan peningkatan kinerja organisasi. Kinerja instansi

atau organisasi harus didukung oleh pencapaian kinerja unit-unit kerja

dan individu-individu yang berada di dalamnya. Dengan demikian

peningkatan kinerja individu dan unit-unit kerja akan berpengaruh pada

kinerja organisasi secara keseluruhan. Organisasi dalam mencapai

kinerja optimal harus mempunyai pimpinan yang bisa melakukan

pembinaan dan mendorong peningkatan kinerja pegawai yang

dipimpinnya. Untuk itu, diperlukan suatu alat yang dapat menjadi sarana

pendorong pencapaian tujuan tersebut; alat yang dimaksud adalah

ukuran kinerja.

Ukuran kinerja dan indikator tersebut ditetapkan pada setiap level

organisasi, kegiatan, dan individu. Ukuran kinerja pada ketiga tingkatan

tersebut harus selaras. Dengan menggunakan ukuran kinerja yang

selaras, capaian kinerja pada tingkat individu akan mendukung

pencapaian target kinerja pada tingkat kegiatan, yang pada gilirannya

akan mendorong pencapaian target kinerja instansi pemerintah.

Tujuan penetapan dan reviu indikator kinerja adalah untuk:

a) menyediakan alat ukur yang tepat dalam menilai kinerja

kegiatan/program dan sasaran.

b) Membantu pelaksanaan anggaran berbasis kinerja

Page 45: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 45

Dengan tersedianya alat ukur ini, akan memberi manfaat bagi pimpinan

instansi pemerintah melakukan penilaian dan pemantauan capaian

kinerja sebagai dasar merumuskan rencana aksi untuk mencapai

rencana kinerja yang diinginkan. Pada akhirnya, hal ini akan membantu

instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

secara lebih efisien dan efektif.

6. Pemisahan Fungsi

Dalam melaksanakan kegiatan dan programnya, instansi pemerintah

memiliki berbagai tugas dan fungsi penting. Guna meningkatkan efektivitas

pengendaliannya dan meningkatkan check and balances dari setiap fungsi

yang dilakukan, perlu dilakukan pemisahan fungsi. Pimpinan instansi

pemerintah harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memastikan

bahwa tidak satu pegawai atau pejabat yang dapat mengendalikan semua

tahap penting suatu transaksi atau kejadian. Melainkan, tugas dan

tanggung jawab harus dibebankan secara sistematis kepada beberapa

pegawai untuk menyakinkan bahwa pengecekan telah berjalan secara

efektif.

Tujuan pemisahan fungsi adalah untuk menekan risiko kesalahan,

pemborosan, atau tindakan yang tidak benar dan risiko tidak terdeteksinya

suatu masalah. Dengan diterapkannya pemisahan fungsi secara benar,

maka instansi pemerintah akan lebih mampu meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan kegiatannya.

7. Otorisasi Atas Transaksi dan Kejadian yang Penting

Definisi umum tentang otorisasi adalah pelaksanaan kewenangan oleh

pejabat tertentu di lingkungan pemerintah untuk mengijinkan atau tidak

mengijinkan suatu tindakan di dalam lingkungan birokrasi pemerintah

yang berakibat pada perubahan baik, yang secara hukum, mengikat

maupun yang tidak mengikat instansi pemerintah tersebut. Dari definisi

ini dapat ditarik kesimpulan bahwa otorisasi hanya dapat dikeluarkan

oleh pejabat yang berwenang. Otorisasi dikeluarkan dalam bentuk

Page 46: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 46

dokumen persetujuan dan memiliki dampak bagi transaksi maupun

pelaku transaksi itu sendiri.

Oleh karena itu, otorisasi dimaksudkan untuk menyakini hanya transaksi

dan kejadian yang valid yang dijalankan sesuai kehendak manajemen.

Seluruh transaksi dan kejadian penting yang terjadi harus mendapat

persetujuan (otorisasi) dari pejabat yang memiliki kewenangan. Di

samping menandai keabsahan dokumen, persetujuan pejabat tersebut

menandai bahwa transaksi yang terjadi benar-benar terkait dengan hak

dan kewajiban instansi yang bersangkutan.

Tujuan dilakukannya otorisasi adalah :

a) Memastikan bahwa seluruh transaksi signifikan telah diotorisasi

dengan benar

b) Memastikan bahwa seluruh pegawai mengetahui adanya kondisi dan

syarat otorisasi khusus

c) Memastikan bahwa persyaratan otorisasi telah sejalan dengan

arahan pimpinan dan dalam batasan yang ditetapkan oleh ketentuan

peraturan perundang-undangan

Dengan dilaksanakannya kebijakan dan prosedur otorisasi yang benar,

instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa peningkatan

validitas (keabsahan) transaksi.

8. Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu atas Transaksi dan Kejadian

Pencatatan transaksi dikatakan akurat apabila telah diklasifikasikan

dengan layak dan dikelompokkan dengan benar. Pengklasifikasian

secara layak dan pencatatan telah dilaksanakan atas keseluruhan siklus

transaksi/kejadian yang meliputi otorisasi, inisiasi, pemprosesan, dan

pengklasifikasian dalam catatan ringkas. Pengklasifikasian yang layak

atas setiap transaksi dan kejadian mencakup pengorganisasian yang

baik atas dokumen asli, catatan-catatan ringkas dan dokumen lain yang

mendukung penyusunan laporan.

Oleh karena itu, harus ada standar pengelompokan data kode atau

bagan perkiraan standar. Bagan Perkiraan Standar adalah daftar

Page 47: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 47

perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis

untuk memudahkan perencanaan, pelaporan anggaran, pembukuan dan

pelaporan keuangan pemerintah.

Pencatatan dikatakan tepat waktu apabila transaksi/kejadian segera

dicatat sehingga tetap terjaga relevansi nilai-nilai serta kegunaannya

bagi manajemen dalam mengendalikan operasi dan mengambil

keputusan

Tujuan dilakukannya pencatatan yang akurat dan tepat waktu adalah :

a) Mengurangi peluang bagi petugas terkait untuk memanipulasi

transaksi

b) Memastikan bahwa transaksi telah diklasifikasikan dengan tepat

c) Memastikan ketepatan waktu pencatatan transaksi

Dengan dilaksanakannya pencatatan yang akurat dan tepat waktu,

instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa peningkatan nilai

manfaat informasi atas transaksi

9. Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Pencatatannya

Akses diartikan sebagai cara atau peluang untuk mendekati sesuatu

atau memasuki tempat tertentu. Akses juga dapat dimaknai sebagai hak

untuk menggunakan sesuatu. Secara singkatnya akses dapat dikatakan

sebagai peluang atau hak menggunakan atau memasuki sesuatu

tempat.

Sumber daya dan pencatatan yang dimiliki oleh instansi pemerintah

adalah sarana penting untuk membantu pencapaian tujuan organisasi.

Sumber daya dan pencatatan harus dimanfaatkan sepenuhnya hanya

untuk tujuan organisasi bukan untuk kepentingan pribadi para pegawai

atau pejabat yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan

peluang menggunakan sumber daya dan pencatatan hanya untuk

kepentingan organisasi saja.

Tujuan dilakukannya pembatasan akses atas sumber daya dan

pencatatannya adalah :

Page 48: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 48

a) Mengurangi peluang bagi petugas terkait untuk memanipulasi

transaksi

b) mengurangi risiko penggunaan tanpa otorisasi atau kehilangan aset

negara

c) Memastikan adanya pembatasan akses yang memadai

Dengan dilaksanakannya pembatasan akses atas sumber daya dan

pencatatannya, instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa

kepastian adanya penggunaan sumber daya dan pencatatan yang baik

yang pada akhirnya akan membantu pencapaian sasaran sesuai arahan

pimpinan.

10. Akuntabilitas atas Sumber Daya dan Pencatatannya

Akuntabilitas didefinisikan sebagai perwujudan kewajiban suatu instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan

pengendalian sumber daya sebagai bentuk pelaksanaan dari kebijakan

yang dipercayakan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan melalui

alat pertanggungjawaban secara periodik.

Pembatasan peluang menggunakan sumber daya dan pencatatan

hanya untuk kepentingan organisasi saja dilakukan dengan memberikan

kepada pegawai atau pejabat yang berwenang. Untuk memastikan

bahwa akses telah digunakan untuk kepentingan organsisasi, harus ada

akuntabilitas atas sumber daya dan pencatatan tersebut.

Tujuan akuntabilitas akses atas sumber daya dan pencatatannya

mencakup:

a) Meningkatkan kesesuaian sumber daya dan pencatatannya

b) Memastikan adanya pertanggungjawaban sumber daya yang

memadai

c) Memastikan bahwa seluruh pegawai memahami tanggung jawabnya

terkait akuntabilitas sumber daya dan catatan

Dengan dilaksanakannya akuntabilitas atas sumber daya dan

pencatatannya, instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa

tercapainya tujuan keandalan pelaporan terkait sumber daya.

Page 49: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 49

11. Dokumentasi yang Baik atas Sistem Pengendalian intern dan

transaksi/kejadian penting

Terkait dengan kegiatan pengendalian dokumentasi dimaknai sebagai

kegiatan pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan

informasi terkait tentang kebijakan dan prosedur pengendalian serta

pelaksanaannya serta memuat informasi atas beberapa

transaksi/kejadian penting yang terjadi.

Tujuan dilakukannya dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian

intern dan transaksi/kejadian penting adalah :

a) Memastikan ketersediaan dokumentasi tertulis atas kejadian penting

saat dibutuhkan

b) Mempermudah penelusuran transaksi/kejadian penting sejak awal

otorisasi, pemprosesannya sampai dengan selesai adanya

pertanggungjawaban sumber daya yang memadai

c) Memastikan bahwa tersedia dokumentasi dalam bentuk hard dan

soft copy.

d) Membantu pimpinan instansi pemerintah untuk mengendalikan,

mengevaluasi dan menganalisa operasi.

Dengan dilaksanakannya dokumentasi yang baik atas pengendalian

intern dan transaksi/kejadian penting, instansi pemerintah akan

memperoleh manfaat berupa peningkatan kualitas pengambilan

keputusan terkait penyempurnaan sistem pengendalian intern dan

kejadian penting.

D. INFORMASI DAN KOMUNIKASI Informasi dan komunikasi penting bagi pengendalian yang efektif,

informasi tentang rencana organisasi, lingkungan pengendalian, risiko,

kegiatan pengendalian, dan kinerja harus dikomunikasikan ke atas, ke

bawah dan seluruh organisasi. Kehandalan dan relevansi informasi baik

yang bersumber dari dalam maupun dari luar harus diidentifikasi,

ditangkap, diproses, dan dikomunikasikan kepada pihak yang

Page 50: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 50

membutuhkan dalam bentuk dan jangka waktu tertentu sehingga

bermanfaat. Sistem informasi menghasilkan laporan yang berisi informasi

yang berhubungan dengan operasi, keuangan, dan ketaatan sehingga

memungkinkan untuk menjalakan dan mengendalikan organisasi.

Sistem informasi dan komunikasi dapat bersifat formal maupun informal.

Sistem informasi dan komunikasi formal yang dapat berupa dari teknologi

informasi yang canggih sampai dengan pertemuan sfaf yang sederhana

harus dapat menyediakan data masukan dan umpan balik yang

berhubungan dengan tujuan operasi, laporan keuangan dan ketaatan.

Sistem tersebut vital bagi keberhasilan organisasi. Sistem informasi dan

komunikasi memungkinkan orang dalam organisasi untuk mendapatkan

dan berbagi informasi yang diperlukan untuk mengelola, melaksanakan,

dan mengendalikan kegiatan operasi. Oleh karena itu, instansi pemerintah

harus memperoleh informasi untuk diolah dan disampaikan kepada

pimpinan instansi dan pihak-pihak lain yang memerlukan. Informasi

tersebut harus relevan dan dapat diandalkan serta disajikan kepada pihak

yang tepat secara tepat isi dan tepat waktu, sehingga memungkinkan

bersangkutan melaksanakan pengendalian intern dan tanggung jawab

operasionalnya.

E. PEMANTAUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Pemantauan pengendalian intern adalah suatu proses penilaian kualitas

kinerja pengendalian intern dalam suatu periode tertentu. Hal ini mencakup

penilaian desain dan operasi pengendalian dan melakukan tindakan

perbaikan yang diperlukan. Pemantauan pengendalian intern pada

dasarnya adalah untuk memastikan apakah sistem pengendalian intern

pada suatu instansi pemerintah telah berjalan sebagaimana yang

diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan telah

dilaksanakan sesuai dengan perkembangan.

Page 51: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 51

Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilakukan melalui pemantauan

berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit,

dan reviu lainnya.

Pemantauan pengendalian intern berkelanjutan berada pada setiap orang

dalam instansi pemerintah sesuai dengan lingkup kerjanya. Kedudukan

seseorang dalam organisasi membantunya menentukan fokus dan sejauh

mana tanggungjawabnya. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan yang

dilakukan oleh pegawai/staf, penyelia, pimpinan menengah dan pimpinan

tinggi tidak akan sama fokusnya.

F. KETERKAITAN UNSUR-UNSUR SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari lima unsur, yaitu

lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi

dan komunikasi, serta pemantauan. Kelima komponen sistem pengendalian

manajemen merupakan komponen yang terjalin erat satu dengan yang

lainnya. Komponen lingkungan pengendalian berperan sebagai fondasinya

yang memiliki dampak yang sangat kuat terhadap struktur kegiatan operasi,

penetapan tujuan dan penilaian risiko. Lingkungan pengendalian juga

mempengaruhi kegiatan pengendalian, sistem informasi dan komunikasi,

dan kegiatan monitoring. Kegiatan pengendalian dirancang terutama untuk

kegiatan utama instansi pemerintah guna meminimalkan terjadinya risiko

dan dampaknya. Informasi dan komunikasi diperlukan untuk membantu

melaksanakan kegiatan pengendalian dengan baik. Keempat komponen

tersebut kemudian dipantau melalui sistem pemantauan yang

memungkinkan pimpinan organisasi mengetahui efektivitas sistem

pengendalian yang dibangunnya sehingga dapat melakukan perbaikan

secara berkelanjutan bagi upaya pencapaian tujuan organisasi.

Pengembangan unsur-unsur SPIP dilandasi pemikiran, bahwa sistem

pengendalian intern dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan melekat

sepanjang kegiatan. Pada unsur pertama SPIP, fokus perhatian diarahkan

Page 52: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 52

pada penciptaan perilaku positif dan kondusif oleh seluruh pimpinan

Instansi Pemerintah dan pegawai sehingga sistem pengendalian intern

dapat diterapkan. Dalam unsur kedua sampai dengan unsur kelima, fokus

perhatian diarahkan pada penyelenggaraan sistem pengendalian intern

sebagai proses yang melekat sepanjang kegiatan. Penerapan lima unsur

tersebut dilaksanakan menyatu serta menjadi bagian integral dari

pelaksanaan dan akuntabilitas seluruh kegiatan organisasi. Kelima unsur

tersebut harus diterapkan dalam kerangka yang terintegrasi dan saling

berhubungan satu dengan lainnya.

Kondisi lingkungan pengendalian dapat memengaruhi proses penilaian

risiko. Instansi Pemerintah yang memiliki tingkat penegakan integritas dan

etika yang tinggi akan lebih sensitif terhadap risiko-risiko yang terkait

dengan pencapaian tujuan Instansi Pemerintah. Respon terhadap risiko

juga akan dibangun dan diantisipasi dalam koridor integritas dan nilai etika

sehingga gerak langkah instansi tidak menyimpang dari norma-norma yang

berlaku. Demikian pula yang terjadi pada Instansi Pemerintah yang memiliki

pegawai dan pejabat sesuai dengan kompetensinya, akan memiliki

komitmen yang kuat untuk selalu mengantisipasi risiko dan mampu

melakukan analisis risiko secara tepat. Lingkungan pengendalian juga

memengaruhi kegiatan pengendalian, sistem informasi dan komunikasi, dan

kegiatan monitoring. Efektivitas ketiga komponen ini akan sangat

bergantung pada integritas dan kompetensi dari manusia yang

menjalankannya.

Selanjutnya hasil penilaian risiko akan memberikan arahan bagi perumusan

kebijakan dan prosedur pengendalian yang baik dan memadai yang

dipandang dapat mengurangi timbulnya risiko atau meminimalkan

dampaknya. Kegiatan pengendalian harus dikembangkan pada kegiatan

pokok Instansi Pemerintah dan didasarkan pada hasil penilaian risiko yang

telah dilakukan. Pada gilirannya, jika kebijakan-kebijakan dan prosedur-

prosedur pengendalian telah dikembangkan untuk meminimalkan risiko, hal

ini akan membantu pencapaian tujuan Instansi Pemerintah. Instansi

Page 53: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 53

Pemerintah dapat menerapkan kategori kegiatan pengendalian yang

relevan dan dipandang tepat untuk meminimalkan risiko.

Dengan melakukan penilaian risiko, pimpinan dapat menentukan jenis

informasi yang perlu dikomunikasikan kepada pihak yang membutuhkan.

Pengendalian intern dan semua transaksi dan kejadian penting lainnya

didokumentasikan dengan jelas. Pimpinan Instansi Pemerintah harus

memastikan secara periodik bahwa pegawai yang bertanggungjawab atas

penerimaan dan penyampaian informasi yang tepat waktu, mencukupi dan

sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Pimpinan juga harus memantau

bahwa jaringan komunikasi tetap terbuka dan berfungsi setiap saat untuk

menyalurkan informasi positif maupun negatif. Bila pemantauan

pengendalian intern tidak berfungsi, maka pimpinan Instansi Pemerintah

akan sulit mendapatkan informasi yang akurat atas kegiatan pengendalian

intern Instansi Pemerintah yang sedang berlangsung. Pemantauan

pengendalian intern yang efektif akan membantu pimpinan dalam

memberikan kesempatan untuk mengoreksi masalah dalam kegiatan

pengendalian dan mengendalikan risikonya sebelum kejadian yang tidak

diharapkan terjadi.

Pengendalian intern (kelima unsur) menyatu dalam proses kegiatan instansi

pemerintah. Dalam melakukan pemantauan, pimpinan instansi pemerintah

perlu memperhatikan unsur pengendalian lainnya.

Penjabaran lebih rinci keterkaitan antar unsur dalam SPIP adalah sebagai

berikut:

1. Lingkungan Pengendalian dengan Penilaian Risiko

Lingkungan pengendalian dapat mempengaruhi proses penilaian risiko

dengan membangun integritas dan nilai etika yang sensitif terhadap

risiko-risiko yang terkait dengan pencapaian tujuan instansi pemerintah.

Respon terhadap risiko juga harus dibangun dan diantisipasi, namun

Page 54: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 54

tetap dalam koridor integritas dan nilai etika sehingga gerak langkah

instansi tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku.

Proses penilaian risiko juga dapat diarahkan sesuai dengan kompetensi

masing-masing pegawai sesuai dengan levelnya. Setiap level

manajemen instansi hendaknya memiliki komitmen yang kuat untuk

selalu mengantisipasi risiko dan tidak terlambat dalam mengambil

tindakan. Filosofi manajemen yang peduli terhadap risiko, cenderung

mendorong proses penilaian risiko menjadi lebih optimal, sehingga

pencapaian tujuan instansi dapat lebih terarah dan fokus.

Beberapa contoh keterkaitan penilaian risiko dengan lingkungan

pengendalian adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan instansi tidak merespon dengan cepat dan tepat tingkah

laku (integritas dan nilai etika) yang tidak sesuai.

b. Terdapat personil yang menduduki jabatan yang tidak sesuai dengan

kompetensinya.

c. Mutasi personil di posisi kunci sangat tinggi

d. Bentuk struktur organisasi terlalu gemuk dan tidak harmonis, miskin

fungsi kaya struktur.

e. Wewenang dan tanggung jawab tidak jelas dan tidak

dikomunikasikan.

2. Lingkungan Pengendalian dengan Kegiatan Pengendalian

Kegiatan Pengendalian merupakan pengendalian yang bersifat

prosedural dan tampak secara fisik (hard control) yang berbeda dengan

lingkungan pengendalian yang bersifat lunak (soft control) yang

cenderung tidak berwujud fisik namun dapat dirasakan keberadaannya.

Kegiatan Pengendalian dalam penerapannya membutuhkan lingkungan

pengendalian sebagai faktor pendukung dan menjadi atmosfir

organisasi. Kegiatan Pengendalian akan menjadi tidak efektif bila tidak

ada dukungan yang kuat dan komitmen dalam lingkungan pengendalian.

Integritas dan nilai etika menjadi pagar dalam mengaplikasikan Kegiatan

Page 55: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 55

Pengendalian. Masih maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme di dalam

organisasi yang memiliki sistem dan prosedur yang baik merupakan

bukti bahwa aturan prosedural saja tidaklah cukup tanpa diimbangi

lingkungan pengendalian yang baik.

Beberapa contoh yang potensial akan terjadi dalam Kegiatan

Pengendalian jika lingkungan pengendalian tidak sehat, yaitu:

a. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen akan diabaikan

oleh pegawai yang tidak memiliki integritas dan etika atau anggota

organisasi kurang peduli terhadap arti pentingya pengendalian intern.

b. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen tidak dapat

dijalankan dengan baik oleh pegawai. Hal ini utamanya berkaitan

dengan lemahnya komitmen pada kompetensi pegawai sehingga

lebih memungkinkan terjadinya kesalahan atau kekeliruan personel

dalam melaksanakan kebijakan dan prosedur (personel errors or

mistakes). Personel harus mampu menjalankan peranan mereka

dalam mencapai tujuan.

c. Struktur organisasi yang tidak kondusif akan mengakibatkan tidak

efektifnya Kegiatan Pengendalian yang ada. Kebijakan dan prosedur

yang ditetapkan manajemen tidak menunjukkan adanya pemisahan

tugas, fungsi serta pembebanan tanggungjawab/kewenangan yang

jelas untuk tiap personel.

d. Sikap dan gaya manajemen yang kurang responsif terhadap fungsi-

fungsi yang ada (akuntansi, sistem informasi manajemen,operasi

personalia, monitoring, audit internal/eksternal dan evaluasi) akan

menurunkan semangat kerja personil dalam melaksanakan fungsi

masing-masing.

3. Lingkungan pengendalian dengan Informasi dan

Komunikasi

Komunikasi dan informasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat

komitmen bersama dari seluruh pegawai tentang pentingnya informasi

Page 56: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 56

dan komunikasi untuk merealisasikan semua tujuan pengendalian intern.

Integritas dan nilai etika menjadi landasan dalam menjalankan

komunikasi dan menyampaikan informasi. Sebagai contoh, kesalahan

dalam mengkomunikasikan informasi atau mutu informasi yang kurang

baik akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Sebaliknya, komunikasi dan informasi yang kurang baik, dapat

menimbulkan lingkungan pengendalian yang kurang kondusif. Sebagai

contoh, standar etika yang sudah ditetapkan oleh pimpinan tidak

dipahami secara memadai oleh para pegawai karena tidak

dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pegawai.

4. Lingkungan Pengendalian dengan Pemantauan

Pengendalian Intern

Pemantauan pengendalian intern merupakan unsur dalam pengendalian

intern yang berfungsi untuk memantau efektivitas pengendalian yang

dibangun instansi. Lingkungan pengendalian dapat lebih mengefektifkan

lagi unsur Pemantauan Pengendalian Intern dengan mengelaborasi

variabel-variabel unsur lingkungan pengendalian ke dalam sistem

pemantauan pengendalian intern. Komitmen yang kuat dan kompetensi

merupakan faktor yang penting di dalam membangun unsur

pemantauan pengendalian intern. Di sisi lain faktor integritas dan nilai

etika mendorong unsur pemantauan pengendalian intern menjadi lebih

efektif dan efisien dengan memberikan umpan balik yang sesuai dengan

kondisi yang sesungguhnya.

Pimpinan instansi pemerintah harus memantau lingkungan

pengendalian untuk memastikan bahwa pada seluruh tingkat

manajemen telah dibangun standar perilaku dan perilaku bawahan yang

sesuai dengan yang diharapkan. Pimpinan juga harus memastikan

kompetensi pegawainya, kebutuhan pelatihan, filosofi dan gaya

manajemen telah mempengaruhi pencapaian misi organisasi. Bila

Pemantauan atas lingkungan pengendalian tidak berfungsi, maka

Page 57: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 57

dampaknya adalah pimpinan tidak dapat memastikan kegiatan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipengaruhi oleh lingkungan

intern maupun ekstern. Hal ini akan menyulitkan perbaikan yang

diperlukan seandainya terjadi perubahan yang signifikan yang

mempengaruhi instansi pemerintah.

5. Penilaian risiko dengan Kegiatan Pengendalian

Efektifitas penilaian risiko tergantung pada kebijakan dan prosedur yang

disusun dan dikomunikasikan kepada seluruh pegawai. Kebijakan dan

prosedur tersebut harus dievaluasi secara berkesinambungan untuk

tetap menjaga konsistensi dan kesesuaian dengan tujuan yang akan

dicapai dan untuk kesinambungan identifikasi risiko. Penilaian risiko

yang tidak dilakukan dalam kegiatan utama instansi, akan membuat

kegiatan pengendalian tidak efektif. Sebagai contoh: pengambilan uang

dalam jumlah yang besar, tidak dilakukan dengan pengawalan yang

ketat dari pihak keamanan; pengamanan fasilitas pembangkit listrik

tenaga nuklir (PLTN) dilakukan dengan menggunakan standar

pengamanan fasilitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Kegiatan Pengendalian yang baik dan memadai akan mengurangi

timbulnya risiko pengendalian sedangkan Kegiatan Pengendalian yang

lemah dan tidak memadai menyebabkan risiko pengendalian semakin

tinggi. Sebagai contoh, risiko keamanan harta kekayaan instansi akan

menjadi tinggi bila pimpinan enggan merespon kegiatan pembandingan

antara daftar aset dengan fisiknya.

6. Penilaian risiko dengan Informasi dan Komunikasi

Tujuan instansi pemerintah telah dikomunikasikan secara efektif kepada

semua tahapan organisasi instansi pemerintah dan telah diperoleh

masukan yang signifikan dalam mengkomunikasikan tujuan IP tersebut.

Dengan melakukan penilaian risiko, pimpinan dapat menentukan jenis

informasi yang perlu dikomunikasikan kepada pihak yang

membutuhkan. Penilaian risiko yang tidak dilakukan, akan membuat

Page 58: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 58

manajemen sulit menentukan informasi apa yang perlu disampaikan dan

dikomunikasikan dengan pihak luar maupun pihak intern organisasi. Hal

ini membuat pihak yang seharusnya menerima informasi tidak

memperolehnya, sedangkan pihak yang tidak membutuhkan justru

memiliki informasi yang berisiko tinggi bagi organisasi. Sebagai contoh,

laporan yang sifatnya rahasia ternyata dapat diakses umum.

Informasi dan komunikasi yang efektif dapat membantu pimpinan

memperoleh gambaran yang lebih baik atas urutan risiko. Bila informasi

dan komunikasi tidak berjalan dengan baik, pimpinan organisasi sulit

mendapatkan gambaran risiko yang dihadapi dalam melaksanakan

kegiatan tertentu. Sebagai contoh, akses telepon atau internet yang

tidak ada dalam suatu instansi, akan membuat pimpinan sulit

mengetahui gambaran yang lebih baik atas suatu masalah.

7. Penilaian Risiko dengan Pemantauan Pengendalian Intern

Bila penilaian risiko tidak dilakukan atas kegiatan Pemantauan

Pengendalian Intern, kegiatan Pemantauan Pengendalian Intern tidak

fokus pada kegiatan yang berisiko tinggi yang dapat mempengaruhi

pencapaian tujuan organisasi. Sebagai contoh, semua kegiatan

dilakukan Pemantauan Pengendalian Intern tanpa penekanan khusus.

Pimpinan memonitor lingkungan internal dan eksternal organisasi agar

dapat mengidentifikasi perubahan risiko dan mengantisipasi perbaikan

yang diperlukan dalam pengendalian . Bila perubahan dapat

diidentifikasi, pimpinan harus mengambil tindakan yang perlu untuk

mengantisipasinya. Pimpinan perlu menyadari bahwa bila terjadi

penundaan dalam mengantisipasi risiko dapat mengakibatkan kerugian

pada organisasi dan kehilangan kesempatan yang mungkin akhirnya

menimbulkan biaya yang besar dikemudian hari. Sebagai contoh, tidak

adanya instruksi untuk melakukan Pemantauanatas kegiatan pengadaan

barang dan jasa yang sifatnya urgent.

Page 59: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 59

8. Kegiatan Pengendalian dengan Informasi dan Komunikasi

Kebijakan dan prosedur yang tidak efisien akan memperpanjang jalur

informasi dan komunikasi yang ada. Kebijakan dan prosedur yang tidak

efisien akan menyebabkan informasi yang diterima tidak tepat waktu dan

informasi yang bias dan mengandung kesalahan sehingga tidak akurat

jika digunakan sebagai dasar bagi pimpinan dalam pengambilan

keputusan. Pimpinan juga akan mengalami kesulitan dalam menentukan

informasi mana yang penting.

Kebijakan dan prosedur yang tidak efisien akan menyebabkan

berkurangnya efektifitas komunikasi sehingga manajemen lambat dalam

merespon informasi internal dan eksternal terutama jika terjadi hal-hal

yang segera memerlukan penanganan. Manajemen juga sebaiknya

memiliki kebijakan dan prosedur yang memungkinkan terjadinya

komunikasi timbal balik antara personel dengan manajemen yang lebih

tinggi untuk melaporkan masalah masalah yang timbul. Sebagai contoh,

tidak ada prosedur yang dilakukan untuk memperoleh, mengidentifikasi

dan melaporkan informasi kepada pimpinan sehingga pimpinan tidak

memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Informasi dan komunikasi yang baik akan dapat memperbaiki kebijakan

dan prosedur pengendalian intern. Sebagai contoh, Pengendalian intern

dan semua transaksi dan kejadian penting lainnya didokumentasikan

dengan jelas.

9. Kegiatan Pengendalian dengan Pemantauan

Pengendalian Intern

Pemantauan Pengendalian Intern dilakukan pada setiap Kegiatan

Pengendalian diseluruh tingkatan manajemen dan terintegrasi dengan

kegiatan rutin yang dilaksanakan misalnya dengan supervisi dan reviu.

Pemantauan Pengendalian Intern dimaksudkan untuk memastikan

apakah Kegiatan Pengendalian yang dilaksanakan tersebut telah

berjalan dengan semestinya dan diharapkan mampu mengidentifikasi

Page 60: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 60

kelemahan dan kebaikan dari kebijakan yang dirumuskan manajemen,

menentukan penyebabnya kegagalan aktivitas penegendalian serta

pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Pemantauan Pengendalian Intern juga dimaksudkan untuk menilai

efisiensi prosedur yang telah ditetapkan manajemen. Prosedur yang

tidak efisien akan dikomunikasikan kepada manajemen untuk diperbaiki.

Sebagai contoh, bila Pemantauan Pengendalian Intern tidak dilakukan

atas prosedur yang telah ditetapkan pimpinan, sulit bagi pimpinan untuk

memantau kemajuan kinerja yang terjadi di lembaga/departemennya.

Kegiatan pengendalian dibangun untuk mencegah atau mengurangi

risiko atas kejadian yang tidak diharapkan. Bila kegiatan ini gagal,

organisasi berada dalam bahaya. Kegiatan pengendalian gagal bila

pengendaliannya diabaikan atau bila terjadi kolusi untuk tujuan yang

buruk. Oleh karena itu pimpinan harus membangun prosedur untuk

memonitor fungsi kegiatan pengendalian. Pimpinan harus tanggap atas

tanda-tanda terjadinya kolusi. Pemantauan Pengendalian Intern yang

efektif akan membantu pimpinan kesempatan untuk mengoreksi

masalah dalam kegiatan pengendalian dan mengendalikan risikonya

sebelum kejadian yang tidak diharapkan terjadi. Bila pemantauan

pengendalian intern atas kegiatan pengendalian tidak dilakukan atau

tidak berfungsi, hal ini dapat menyulitkan pimpinan untuk mengetahui

kegiatan pengendalian apa yang harus diperbaiki. Sebagai contoh, bila

instansi pemerintah tidak membuat prosedur untuk melakukan

pemantauan kegiatan yang dilaksanakan, seringkali pemantauan

pengendalian intern tidak fokus atau hasil yang diharapkan dari

pemantauan pengendalian intern tidak optimal.

10. Informasi dan Komunikasi dan Pemantauan Pengendalian

Intern

Pimpinan harus memastikan secara periodik bahwa pegawai yang

bertanggungjawab atas penerimaan dan penyampaian informasi yang

Page 61: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 61

tepat waktu, mencukupi dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya.

Pimpinan juga harus memantau bahwa jaringan komunikasi tetap

terbuka dan berfungsi setiap saat untuk menyalurkan informasi positif

maupun negatif. Bila pemantauan pengendalian intern tidak berfungsi,

maka pimpinan instansi pemerintah akan sulit mendapatkan informasi

yang akurat atas kegiatan pengendalian intern Instansi Pemerintah yang

sedang berlangsung. Sebagai contoh, tidak adanya pemantauan

pengendalian intern atas kegiatan pembangunan fisik di lingkungan

lembaga, akan menyulitkan pendokumentasian dan pelaporan pekerjaan

pembangunan fisik.

Bila informasi dan komunikasi tidak berfungsi dengan baik, maka

pimpinan akan sulit mendapatkan informasi yang valid. Hal ini akan

menyulitkan pimpinan melakukan pemantauan pengendalian intern atas

seluruh kegiatannya.

G. SOAL LATIHAN

Jawab pertanyaan berikut ini berdasarkan pembahasan isi bab :

1. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dari sistem pengendalian inten

pemerintah!

2. Filosofi dan gaya operasi menentukan lingkungan pengendalian intern

yang tercipta dalam suatu organisasi. Jelaskan pernyataan tersebut!

3. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia menentukan lingkungan

pengendalian intern yang tercipta dalam suatu organisasi. Jelaskan

pernyataan tersebut!

4. Jelaskan kondisi yang akan terjadi, apabila dalam dalam pelaksanaan

transaksi suatu entitas tidak terdapat sistem otorisasi yang memadai!

5. Aktivitas pengendalian adalah merupakan salah satu unsur

pengendalian intern :

Page 62: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 62

a. Jelaskan pengertian aktivitas pengendalian

b. Sebutkan penggolongan aktivitas pengendalian dan jelaskan secara

singkat masing-masing penggolongan tersebut!

Soal Kasus

Sebuah museum barang purbakala di Jakarta dibuka untuk umum setiap

hari Senin s.d Jum’at, mulai jam 08.00 pagi hingga jam 14.00 sore. Museum

tersebut dijaga oleh 2 (dua) orang petugas yaitu petugas pertama menjaga

pintu masuk museum dan petugas kedua menjual karcis dengan harga Rp

6.000,00 per orang untuk anak-anak maupun dewasa; untuk anggota

pecinta barang purbakala bila mengunjungi museum tidak dikenakan biaya

karcis, tapi hanya menunjukkan kartu anggota. Museum tersebut sangat

ramai pengunjung apabila musim sekolah libur dan agak sepi pada hari

kerja. Setiap sore setelah museum tutup salah satu petugas tadi

menyerahkan uang hasil penjualan karcis ke Bendahara Penerima kantor

tersebut dan setiap hari Jum’at jam 14.30 Bendahara Penerima didampingi

salah satu petugas museum menyetorkan uang penerimaan selama 5 (lima)

hari ke bank yang telah ditunjuk. Bukti setoran ke bank yang diterima

bendahara digunakan sebagai dasar untuk mencatat kedalam buku kas.

Kepala kantor museum curiga tentang prosedur yang ada, menurutnya

prosedur ini mengandung kelemahan yang dapat mengakibatkan

kecurangan uang hasil penjualan karcis dan akibat selanjutnya dapat

merugikan keuangan negara. Oleh karena itu kepala kantor museum akan

berusaha untuk memperbaiki kelemahan yang ada dalam pengendalian

intern atas pengelolaan museum.

Diminta:

a. Tentukan kelemahan–kelemahan yang ada dalam sistem pengendalian

intern atas pengelolaan penerimaan uang kantor museum tersebut!

Page 63: Modul 1 Gambaran Umum SPIP

Modul 1 Diklat SPIP : Gambaran Umum SPIP

Pusdiklatwas BPKP - 2009 63

b. Berikan rekomendasi perbaikan atas kelemahan–kelemahan dalam

sistem pengendalian intern pengelolaan penerimaan uang kantor

museum tersebut!