MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model...

52
MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG PRESTO DI KELURAHAN KROBOKAN KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Bagus Perdana Mulya NIM 7111411049 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model...

Page 1: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

BANDENG PRESTO DI KELURAHAN KROBOKAN

KECAMATAN SEMARANG BARAT KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Bagus Perdana Mulya

NIM 7111411049

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

PERSETUJ UAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah d isetujui oleh pernbimbing untuk diajukan ke sidang panit ia uj ian

skripsi pada:

Hari

Tanggal

Mengetahui ,·

Ketua Jurusan Ekonon "J-?embangunan Pembimbin g

Lesta Karolina Br. Sebq.yang, S.E., M .Si

N IP 19800717 200801 2 016

Prof Dr. Etty Soesi lowati M.Si

NIP 196304181 9890 1 2 00 1

ii

Page 3: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang
Page 4: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang
Page 5: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,

dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al Insyirah : 6-8)

“Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang

harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak” (Aldus Huxley)

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan

kepada :

1. Ibu, Bapak serta adik atas

do’a dan motivasinya

2. Guru dan Dosenku

3. Almamaterku

v

Page 6: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Model

Pengembangan Klaster Industri Bandeng Prestodi Kelurahan Krobokan

Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang”

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) untuk meraih

gelar Sarjana Ekonomi. Saya menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan

dan dukungan yang telah diberikan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu

dengan segala kebijakannya.

2. Dr. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang yang dengan segala kebijakannya memberikan kesempatan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi dengan

baik.

3. Lesta Karolina Br Sebayang, S.E, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan arahan kepada penulis.

4. Prof. Dr. Etty Soesilowati M.Si Selaku Penguji dan juga Dosen

Pembimbing yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun

skripsi, memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran kepada penulis

selama penyusunan skripsi.

5. Dr. Amin Pujiati, M.Si Selaku Penguji 1 dan Dyah Maya Nihayah, S.E.,

M.Si Selaku Penguji 2 yang telah mengoreksi skripsi ini hingga mendekati

kebenaran.

6. Bapak Ibu Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang,

atas semua bekal ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis.

7. Teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2011, terima

kasih atas kebersamaan, masukan dan motivasinya selama ini.

vi

Page 7: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

8. Seluruh responden dalam penelitian ini, penduduk Kelurahan kerobokan

Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang yang rela meluangkan waktu

dalam pengumpulan data penelitian ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak

yang telah membantu. Masukan yang diberikan berupa kritikmaupun saranyang

membangun sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan tulisan ini.

Semarang, Maret 2017

Penulis

vii

Page 8: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

SARI Mulya, Bagus Perdana. 2016. “Model Pengembangan Industri Bandeng Presto Di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang”. Jurusan

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing: Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si.

Kata Kunci: Biaya Produksi, Bahan Baku, Efisiensi Usaha, Keuntungan

Industri pengolahan ikan bandeng (Bandeng presto) di Kelurahan

Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang mempunyai peran besar

bagi peningkatan perekonomian masyakarat Kota Semarang khususnya dan

Provinsi Jawa Tengah umumnya. Dengan tingkat produksi yang terus meningkat

setiap tahunnya dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup besar dan dalam

rangka menghadapi berlakunya perekonomian bebas di ASEAN, industri

pengolahan ikan bandeng presto Kelurahan Krobokan perlu mendapatkan model

pengembangan industri yang lebih kompetitif dan berdaya saing yang tinggi.

Dalam penelitian ini menggunakan data primer melalui instrumen

kuesioner terhadap sampel yaitu sebanyak 15 responden pengusaha bandeng

presto, dan menggunakan data sekunder yaitu data dari instansi-instansi terkait

serta literatur buku. Lokasi penelitian ditentukan di Kelurahan Krobokan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016. Data dianalisis secara

deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan model klaster industri bandeng presto di

Kelurahan Krobokan dan mekanisme bekerjanya menemui kendala. Profil sumber

daya manusia pada industri kecil bandeng presto di Kelurahan Krobokan dalam

kondisi kurang baik. Kondisi teknologi dalam kondisi kurang baik. Kondisi

permodalan dalam kondisi kurang baik. Kondisi pemasaran dalam kondisi kurang

baik. Rata-rata besarnya biaya produksi industri bandeng presto sebesar Rp

89.071.640, Sedangkan rata-rata keuntungan yang diperoleh pengusaha bandeng

presto adalah sebesar Rp 46.595.027. Tingkat efisiensi usaha industri bandeng

presto di Kelurahan Krobokan adalah sebesar 1,52. Nilai R/C rasionya lebih besar

dari satu, yang memiliki arti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh

industri bandeng presto dalam proses produksi memberikan penerimaan sebesar

1,52 kali dari biaya yang telah dikeluarkan oleh industri bandeng presto.

Dari hasil penelitian dapat diberi saran yaitu (1) peningkatkan kualitas

sumber daya manusia, teknologi tanpa mengesampikan permodalan dan

pemasaran (2) Perlu adanya inovasi dalam segi desain kemasan produk dan kios

kelompok (3) Perlu adanya kerjasama lebih dengan berbagai instansi pemerintah

yang terkait.

viii

Page 9: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

ABSTRACT

Mulya, Bagus Perdana. 2016. "Development Model Milkfish Presto Industries In

Sub Krobokan District of West Semarang Semarang". Major Economic of

Development,. Universitas Negeri Semarang. Adviser: Prof. Dr. Etty Soesilowati,

M.Sc.

Keywords: Cost of Production, Raw Materials, Business Efficiency, Gain

Industrial processing of milkfish (milkfish presto) in Sub Krobokan

District of West Semarang Semarang has a big role for improving the economy in

particular and society Semarang Central Java province in general. With

production levels continue to increase every year and the employment rate are

quite large and in order to deal with the enactment of a free economy in ASEAN,

the fish processing industry milkfish Presto Village Krobokan need to get the

model of industrial development is more competitive and high competitiveness.

In this study using primary data through a questionnaire to a sample as

many as 15 respondents businessman milkfish presto, and using secondary data is

data from the agencies concerned, and literature books. The research location

specified in Sub Krobokan. The study was conducted in March-April 2016. Data

were analyzed descriptively.

The results showed the model of industrial clusters milkfish Presto in Sub

Krobokan and the working mechanism of obstacles. Profile of human resources in

small industry in Sub Krobokan milkfish Presto in poor condition. Technological

conditions in poor condition. Capital condition in poor condition. Marketing

conditions in poor condition. The average size of the production cost of milkfish

presto Rp 89.071.640, while the average gains entrepreneurs milkfish Presto is Rp

46,595,027. The level of efficiency of industrial enterprises in Sub Krobokan

milkfish Presto is 1.52. Rated R / C ratio is greater than one, which means that

every Rp 1.00 expenses incurred by presto milkfish industry in the production

process gives the reception of 1.52 times the costs incurred by presto milkfish

industry.

From the research results can be given suggestions: (1) enhancing the

quality of human resources, capital and technology without mengesampikan

marketing (2) Need for innovation in terms of packaging design and kiosk product

group (3) There should be more cooperation with relevant government agencies

ix

Page 10: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PENGESAHAN KELULUSAN. ......................................................................... iii

PERNYATAAN.............................................................................................. iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

PRAKATA ..................................................................................................... vi

SARI .................................................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 9

2.1 Industri .............................................................................................. 9

2.1.1 Industri Kecil ................................................................................ 10

2.2 Teori Fungsi Produksi ............................................................................. 14

2.3 Analisis Keuntungan Usaha .................................................................... 18

2.3.1 Biaya Produksi (Cost) ................................................................... 18

2.3.2 Penerimaan (Revenue) .................................................................. 19

2.3.3 Keuntungan (Profit) ...................................................................... 20

2.4 Efisiensi Usaha ....................................................................................... 20

2.5 Klaster Industri ....................................................................................... 22

2.6 Mekanisme Industri Bandeng. ................................................................ 25

2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 26

x

Page 11: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

2.8 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30

3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 30

3.2 Populasi Penelitian ................................................................................. 30

3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 31

3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 33

3.5 Metode Analisis Data ............................................................................ 35

3.5.1 Analisis Deskriptif ...................................................................... 35

3.5.2 Analisis Keuntungan Usaha ........................................................ 36

3.5.2.1 Biaya Produksi………………………………………... 36

3.5.2.2 Penerimaan atas hasil penjualan………………………. 36

3.5.2.3 Keuntungan (profit) ...........................................................36

3.5.3 Analisis Efisiensi Usaha .............................................................. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 38

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 38

4.1.1 Pola Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan

Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang

Barat Kota Semarang ................................................................... 38

4.1.2 Profil Sumber Daya Manusia, Teknologi, Permodalan dan

Pemasaran pada Industri Pengolahan Bandeng Presto di

Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota

Semarang ...................................................................................... 39

4.1.2.1 Sumber Daya Manusia ........................................................ 41

4.1.2.2 Teknologi…………………………………………… .. 44

4.1.2.3 Permodalan ......................................................................... 46

4.1.2.4 Pemasaran…………………………………………, .......... 47

4.1.3 Biaya Produksi, Keuntungan dan Efisiensi Usaha Industri

Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang

Barat Kota Semarang ................................................................... 48

4.2 Pembahasan .......................................................................................... 52

xi

Page 12: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

4.2.1 Model Pengembangan Kluster Bandeng. .................................... 52

4.2.2 Pola Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Bandeng

Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang

Barat Kota Semarang ................................................................... 54

4.2.3 Biaya Produksi, Keuntungan dan Efisiensi Usaha Industri

Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang

Barat Kota Semarang ................................................................... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 63

5.1 Simpulan ..................................................................................... 63

5.2 Saran ........................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 66

LAMPIRAN............................................................................................... 70

xii

Page 13: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Jumlah Outlet Produksi Industri Bandeng Duri Lunak Kota

Semarang ................................................................................. 3

Tabel 1.2 Jumlah Produksi Bandeng Presto pada UKM Kelurahan

Krobokan Tahun 2012-2014 ................................................... 4

Tabel 4.1 Sumber Bahan Baku Industri Bandeng Presto di Kelurahan

Krobokan .................................................................................. 39

Tabel 4.2 Jumlah Bahan Baku Industri Bandeng Presto di Kelurahan

Krobokan .................................................................................. 40

Tabel 4.3 Penggunaan dan Pendidikan Tenaga Kerja Industri Bandeng

Presto di Kelurahan Krobokan ................................................. 42

Tabel 4.4 Hari Kerja dan Jam Kerja Industri Bandeng Presto di Kelurahan

Krobokan .................................................................................. 43

Tabel 4.5 Lama Produksi, Teknologi dan Jumlah Mesin Industri Bandeng

Presto di Kelurahan Krobokan ................................................. 44

Tabel 4.6 Sumber Modal dan Modal Awal Industri Bandeng Presto di

Kelurahan Krobokan ................................................................ 46

Tabel 4.7 Omset Industri Bandeng Presto di Kelurahan

Krobokan .................................................................................. 47

Tabel 4.8 Daerah Pemasaran Industri Bandeng Presto di Kelurahan

Krobokan .................................................................................. 48

Tabel 4.9 Rata-rata Biaya Total Industri Bandeng Presto di

Kelurahan Krobokan ................................................................ 50

Tabel 4.10 Rata-rata Keuntungan Kerja Industri Bandeng Presto di

Kelurahan Krobokan ................................................................ 51

xiii

Page 14: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Klaster Industri Bandeng Presto ..................... 26

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran ...........................................................

29

Gambar 4.1

Mekanisme Bekerja klaster Industri Bandeng Presto di

Kelurahan Kerobokan Kecamatan Semarang Barat Kota

Semarang………………………………………………… .

38

Gambar 4.2

Cara Pembelian Bahan Baku Industri Bandeng resto di

Kelurahan Kerobokan……………………………………..

41

Gambar 4.3

Model Pengembangan Klaster Industri Bandeng.………….

52

xiv

Page 15: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lamp 1

Instrumen Penelitian.................................................................

72

Lamp 2 Tabulasi Data ........................................................................... 75

Lamp 3 Hasil Pembahasan .................................................................... 85

Lamp 4 Dokumentasi............................................................................. 88

xv

Page 16: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan Bangsa Indonesia dalam alinea ke 4 Pembukaan

Undang Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum.

Pembangunan bidang ekonomi yang telah dan tengah dilakukan oleh bangsa

Indonesia adalah salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas.

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi Indonesia adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk

memenuhi kebutuhannya dengan bantuan peran serta pemerintah baik

tingkat pusat maupun tingkat daerah.

Salah satu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat

dalam bidang ekonomi adalah indutri kecil dan menengah (IKM)

sebagaimana telah ada sejak negara Republik Indonesia ini merdeka.

Industri kecil dan menengah dengan bantuan pemerintah sampai saat ini

tetap mampu bersaing dengan indutri besar, baik investasi lokal maupun

investasi internasional.Industri kecil di Indonesia mempunyai peluang yang

sangat besar untuk berkembang, perkembangan ini sangat dihargai apabila

dapat berlangsung atas prakarsa dan dengan kekuatan masyarakat sendiri

sehingga pemerintah tinggal membantu dengan fasilitas-fasilitas dan

kemudahan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan (Dumairy,

1997).

1

Page 17: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

2

Menghadapi era pemberlakuan ekonomi bebas di lingkungan MEA

(Masyarakat Ekonomi ASEAN) tentu industri kecil dan menengah semakin

dituntut untuk meningkatkan kinerja dan hasil produksi sehingga dengan

bantuan pemerintah dapat bersaing dengan industri dari luar negeri. Industri

kecil dan menengah pengolahan ikan bandeng (Bandeng Presto) adalah

salah satu bidang usaha yang memiliki kontribusi besar bagi perkembangan

perekonomian indonesia khususnya dalam penyerapan tenaga kerja (sumber

daya manusia) dan pemanfataan sumber daya ikan bandeng yang masih

melimpah.

Industri pengolahan ikan bandeng (Bandeng presto) di Kelurahan

Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang mempunyai peran

besar bagi peningkatan perekonomian masyakarat Kota Semarang

khususnya dan Provinsi Jawa Tengah umumnya. Dengan tingkat produksi

yang terus meningkat setiap tahunnya dan tingkat penyerapan tenaga kerja

yang cukup besar dan dalam rangka menghadapi berlakunya perekonomian

bebas di ASEAN, industri pengolahan ikan bandeng presto Kelurahan

Krobokan perlu mendapatkan model pengembangan industri yang lebih

kompetitif dan berdaya saing yang tinggi.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 11

sampai dengan 14 Februari 2016 didapat data – data sebagai berikut:

Page 18: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

3

Tabel 1.1

Jumlah Outlet Produksi Industri Bandeng Duri Lunak Kota

Semarang (Unit)

NO PESAING 2012 2013 2014

1 Sentra industri kecil bandeng presto kel. Kaligawe

70 70 71

2 Sentra industri kecil bandeng presto kel. Krobokan

15 15 15

3 Bandeng juwana erlina 2 2 3

4 Bandeng cabut duri dinasty 1 1 1

5 Bandeng presto 2 2 2

6 Bandeng bonafide 3 3 3

7 Bandeng djoe 1 1 1

8 Bandeng lumba-lumba 1 1 1

9 Bandeng supra 1 1 1

10 Bandeng arwana 1 1 1

11 Bandeng exotic 1 1 1

12 Bandeng 33 1 1 1

13 Bandeng gurih 1 1 1

14 Bandeng prima 1 1 1

15 Bandeng superior 1 1 1

16 Bandeng o’mas cabut duri 1 1 1

Jumlah 103 103 105

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, 2015

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah unit usaha industri

bandeng duri lunak di Kota Semarang sebanyak 103 unit usaha pada tahun

2012 dan 2013, sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 105 unit

usaha. Sentra industri kecil bandeng presto Kelurahan Kaligawe

mempunyai jumlah unit usaha industri bandeng presto yang paling banyak

yaitu 71 unit usaha pada tahun 2014, Sentra industri kecil bandeng presto

Kelurahan Krobokan diurutan kedua dengan jumlah unit usaha sebanyak 15

unit usaha. Sedangkan untuk unit usaha di daerah yang lain hampir sama

yaitu berkisar antara 1-3 unit usaha.

Page 19: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

4

Tabel 1.2

Jumlah Produksi Bandeng Presto pada UKM Kelurahan Krobokan

Tahun 2012-2014 (kg)

NO Pemilik 2012 2013 2014

1 Bapak Petrus 50.040 49.500 50.400

2 Bapak Andreas 43.200 43.200 43.200

3 Bapak Daniel 41.400 43.200 43.200

4 Bapak Amin 25.200 28.800 27.200

5 Bapak Agus 28.800 30.600 31.320

6 Ibu Suci 23.400 24.120 24.480

7 Ibu Yayuk 24.840 25.200 25.200

8 Ibu Anik 22.680 23.400 23.400

9 Ibu Sri 48.600 49.680 50.040

10 Ibu Anita 18.000 19.800 20.160

11 Ibu Endang 16.200 15.480 16.200

12 Bapak Seno 17.280 18.000 19.800

13 Bapak Hamzah 24.840 23.400 25.200

14 Bapak Naufal 23.400 23.400 23.400

15 Ibu Dewi 15.480 17.280 18.000

Total 423.360 435.060 441.200

Sumber : Data Produksi Bandeng Presto UKM di Kelurahan Krobokan

Dari data Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 tersebut penulis mendapatkan

informasi bahwa tingkat perkembangan industri kecil ikan bandeng presto di

Kota Semarang hanya sebesar 14,6 % pada tahun 2012, 14,6 % dan pada

tahun 2013 dan pada tahun 2014 sebesar 14,3 %. Tingkat produksi total

bandeng presto IKM Krobokan tahun 2014 sebesar 13,9 % dari total

produksi ikan bandeng petani tambak Kota Semarang. Rata – rata setiap

pengolah ikan bandeng presto di Kelurahan Krobokan hanya memiliki satu

outlet. Tingkat peningkatan produk tahun 2013 sebesar 2,7 % dan pada

tahun 2014 sebesar 1,4%. Meskipun Kota Semarang sudah terkenal sebagai

kota oleh oleh bandeng presto ternyata produksi tambak bandengnya hanya

Page 20: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

5

sebesar 0,6 % pada tahun 2014 sebandingkan dengan total produk se Jawa

Tengah atau urutan ke 10 besar kota penghasil bandeng di Jawa Tengah.

Para produsen bandeng di Kelurahan Kerobokan Kecamatan

Semarang Barat Kota Semarang saat ini tergabung dalam Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) “Bandeng Presto”. Walaupun keberadaan

sudah ada sejak tahun 1990, namun pembentukan kelompok usaha dalam

wadah KSM “bandeng duri lunak” baru tahun 2004 dengan ketua Bapak

Petrus Sugiyanto.

Menurut Bapak Petrus anggota KSM bandeng duri lunak di

Kelurahan Krobokan saat ini sebanyak 15 pengusaha kecil atau unit usaha,

tiap unit usaha mengolah bandeng mentah antara 600 kg hingga 5.100 kg

bandeng mentah per bulan.

Keberadaan dan kondisi KSM bandeng duri lunak di Kelurahan

Krobokan merupakan repesentasi dari pengusaha kecil bandeng duri lunak

yang terbesar di kelurahan lain di Semarang yang jumlahnya puluhan unit

usaha. Jumlah pekerja yang terlibat dalam usaha pembuatan bandeng presto

ini antara 2-4 orang. Berdasarkan skalanya, usaha ini termasuk industri

rumah tangga (pekerja dibawah 4 orang). Namun demikian melihat omzet

usaha dan peluang pasarnya, usaha pengolahan ikan bandeng ini mempunyai

rantai panjang dan melibatkan banyak tenaga kerja mulai dari petani tambak

hingga tenaga pemasaran, sehingga sangat berpengaruh terhadap aktivitas

perekonomian masyarakat.

Page 21: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

6

Mengingat salah satu ikon Kota Semarang adalah kota oleh-oleh

Bandeng Presto secara nasional dan melihat data-data hasil observasi

penulis berkeyakinan bahwa produk olahan industri Bandeng Presto masih

dapat ditingkatkan, peningkatan industri Bandeng Presto di Kelurahan

Krobokan dapat di tingkatkan dengan strategi yang melibatkan sumber daya

organisasi, permodalan, dan hubungan dengan petani tambak, di samping

dukungan Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan daya saing

dengan produsen bandeng presto.

Ada dua jenis tindakan bersaing yaitu strategis dan taktis. Suatu

tindakan strategis (strategic action) diambil untuk menempatkan suatu

strategi, tindakan ini melibatkan sumber daya organisai yang lebih sedikit

dan lebih umum serta relatif mudah untuk diterapkan dan dibatalkan bila

perlu. Kecendrunngan adanya tanggapan oleh persaing terhadap suatu

tindakan tergantung pada jenis tindakan yang di ambil (strategi atau taktis),

kemungkinan keberhasilan, dan dampak potensialnya kepada pessaing.

Suatu tanggapan bersaing adalah gerak yang dilakukan untuk menghadapi

dampak suatu tindakan oleh pesaing (Michael A.Hitt:1997).

Daya saing industri Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan dengan

produsen besar yang ada di Kota Semarang hal tersebut di atas yang

membuat penulis terinspirasi menganalisa Model Pengembangan Industri

Bandeng Presto di Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota

Semarang guna meningkatkan daya saing yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan para pengolah Bandeng Presto tersebut.

Page 22: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

7

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana model kluster industri bandeng dan mekanisme

bekerjanya?

2. Bagaimana profil sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan

pemasaran pada industri bandeng presto di Kelurahan Krobokan?

3. Berapa besar biaya produksi, keuntungan dan efisiensi usaha industri

bandeng presto di kelurahan Krobokan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui model kluster industri bandeng dan mekanisme

bekerjanya.

2. Untuk mengetahui profil sumber daya manusia, teknologi, permodalan

dan pemasaran industri bandeng presto di Kelurahan Krobokan.

3. Untuk mengetahui besaran biaya produksi, keuntungan dan efisiensi

usaha industri bandeng presto di kelurahan Krobokan.

1.4 Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan

pengetahuan bagi pembaca mengenai model pengembangan industri

bandeng presto di Kelurahan Krobokan

b. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain yang akan

meneliti permasalahan yang sejenis dengan penelitian ini.

Page 23: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

8

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

evaluasi kepada pemerintah daerah terkait dengan pengembangan

industri

b. Penelitian ini di harapakan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

terkait dengan industri bandeng presto dalam perkembangan

usahanya.

Page 24: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah

atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki

nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau

assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak

hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Menurut Dumairy (1998:148) industri sebagai suatu sistem terdiri

dari unsur fisik dan dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang

mendukung proses industri adalah komponen tempat meliputi pula

kondisinya, peralatan, bahan baku / bahan mentah dan beberapa hal yang

memerlukan sumber energi, sedangkan unsur perilaku manusia meliputi

komponen tenaga kerja, ketrampilan tradisi, transportasi dan komunikasi

serta keadaan politik dan pasar.

Menurut Sandi (1985:154) industri adalah usaha untuk memproduksi

barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui penggarapan dalam

jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan

yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.

Menurut Wibowo (1988:5) industri adalah jenis usaha yang terutama

bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi

9

Page 25: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

10

bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan mempunyai nilai

tambah.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan menjelaskan bahwa

industri dapat dibedakan berdasarkan tingkat investasinya, yaitu:

1. Industri besar dengan tingkat investasi lebih dari 1 milyar

2. Industri sedang dengan tingkat investasi 200 juta-1 milyar

3. Industri kecil dengan tingkat investasi 5 juta-200 juta

4. Industri kerajinan rumah tangga dengan tingkat investasi kurang dari 5

juta.

Industri kecil adalah sebuah peruahaan dengan jumlah tenaga

kerja kurang dari 20 oran, termasuk yang dibayar, pekerja pemilik dan

pekerja keluarga yan tidak dibayar. Selanjutnya BPS memberikan

kriteria yang sederhan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau unit usaha

seperti berikut (Badan Pusa Statistik)

1. Industri Rumah Tangga tenaga kerja 1-4 orang.

2. Industri Kecil tenaga kerja 5-19 orang.

3. Industri Sedang tenaga kerja 20-99 orang.

4. Industri Besar tenaga kerja 100 orang/lebih.

2.1.1 Industri Kecil

Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah tenaga

kerja dan pemodalan kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi

jumlah keseluruhan tenaga kerja mungkin besar. Pada umumnya industri

kecil didirikan tanpa melalui atau mengenal ijin usaha, tanpa mengenal

Page 26: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

11

prosedur resmi dan lain-lain sehingga perusahaan kecil tersebut

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sering menghadapi kesulitan modal karena bentuknya yang informal

sehingga sulit dipercaya oleh lembaga perbankan untuk menerima

pinjaman modal.

b. Perputaran keuangannya lambat.

c. Kegiatan pribadi pengusaha sangat besar.

d. Keuntungan bersih dari pengusaha biasanya sulit dibesarkan jika

dibandingkan dengan gaji/upah yang diterima pengusaha bila bekerja

pada perusahaan lain.

e. Secara yuridis pengusaha mempunyai tanggung jawab yang tidak

terbatas dan hasrat pribadi terlibat untuk melunasi hutang perusahaan

jika mengalami kerugian (Subroto,1979).

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, secara umum terdapat

kesamaan sifat dan karakter tentang industri kecil antara lain: memiliki

modal kecil, usaha dimiliki secara pribadi, menggunakan teknologi dan

peralatan sederhana, serta jumlah tenaga kerja relatif sedikit.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

30/4/Kep/Dir tanggal 4 April 1997, usaha kecil didefinisikan sebagai

usaha yang memiliki kriteria yaitu mempunyai kekayaan bersih paling

banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) yang tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), milik warga negara

Page 27: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

12

Indonesia, serta berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan

hukum atau berbadan hukum, termasuk koperasi (dalam Triyaningsih

2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil

dalam upaya meningkatkan keuntungan menurut tim dosen STIE YKPN

(2001: 39-40) yaitu: (1) Pengalaman; (2) Modal; (3) Lokasi;(4) Lembaga

demografis konsumen; (5) Strategi manajemen persediaan; (6) Pesaing; (7)

Administrasi keuangan.

Sedangkan menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan,

ciri-ciri dari usaha yang berkembang adalah:

1) Adanya peningkatan setelah diberi kredit

2) Peningkatan atas produktifitas, seperti pertumbuhan tenaga

kerja

3) Biasanya usaha kecil di Indonesia berorientasi pada usaha

jangka pendek yaitu mendapatkan keuntungan dalam jangka

singkat

4) Modal meningkat dibandingkan dengan modal sebelum

memperoleh kredit

Upaya-upaya pengembangan usaha kecil berdasarkan pasal 14 UU

No. 9/1995 (dalam Anoraga, 2002: 229) tentang usaha kecil, dirumuskan

bahwa Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan

dan pengembangan usaha kecil dalam bidang:

1) Produksi dan pengolahan

Page 28: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

13

2) Pemasaran

3) Sumber Daya Manusia

4) Teknologi

Industri kecil di Indonesia memiliki berbagai jenis usaha.

Keberadaan industri kecil di Indonesia telah memiliki peran yang penting

di dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek peningkatan

kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi

pedesaan dan peningkatan ekspor non migas (Anoraga, 2002: 249). Selain

itu industri kecil telah terbukti tahan terhadap gejolak pasang surut

perekonomian global. Namun demikian, dalam proses usahanya industri

kecil di Indonesia banyak menghadapi berbagai masalah seperti dalam

proses produksi dimana dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti

SDA, SDM, modal, teknologi dan masalah pemasaran. Pembinaan usaha

kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha

kecil sebagai pengusaha menengah. Disadari pula bahwa, pengembangan

usaha kecil menghadapi berbagai kendala seperti tingkat kemampuan,

ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan,

pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber

daya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan

usahanya dengan baik, seperti kelemahan dalam memperoleh peluang

pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur

permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap

sumbersumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan

Page 29: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

14

manajemen sumber daya manusia, keterbatasan kerjasama antar pengusaha

kecil, iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling

mematikan, pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan

kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil

(Kuncoro, 2007: 368).

2.2 Teori Fungsi Produksi

Banyak hal yang menentukan berhasilnya perkembangan ekonomi.

Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor ekonomi

dan non ekonomi. Kapasitas produksi suatu perekonomian dapat dilihat dari

fungsi produksi. Fungsi produksi yaitu suatu hubungan antara input dan

output. Input adalah barang-barang yang dipergunakan untuk menghasilkan

barang-barang lain. Output adalah barang-barang yang dihasilkan dari

kombinasi-kombinasi input tersebut. Fungsi produksi dapat dituliskan sebagai

berikut: Q = f (K,L,R,T) Dimana : K stok modal, L adalah jumlah tenaga

kerja, dan ini meliputi berbagai jenis kerja dan keahlian keusahawanan, R

adalah kekayaan alam, dan T adalah teknologi yang digunakan. (Sukirno

2005)

Sukirno mengatakan bahwa faktor produksi dapat dibedakan menjadi

empat jenis, yaitu modal, faktor produksi ini merupakan benda yang

diciptakan oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa

yang dibutuhkan. Tenaga kerja, faktor produksi ini meliputi keahlian dan

ketrampilan yang dimiliki, yang dibedakan menjadi tenaga kerja kasar, tenaga

kerja terampil, dan tenaga kerja terdidik. Tanah dan sumber alam, faktor

Page 30: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

15

tersebut disediakan oleh alam meliputi tanah, beberapa jenis tambang, hasil

hutan dan sumber alam yang dijadikan modal, seperti air yang dibendung

untuk irigasi dan pembangkit listrik. Keahlian keusahawanan, faktor produksi

ini berbentuk keahlian dan kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan

mengembangkan berbagai kegiatan usaha (Sukirno, 2005:6).

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang ada pada negara berkembang pada umumnya

mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

produktivitas tenaga kerja yang ada pada negara tersebut Suryono dalam

Adhe Anggreini Saragi (2016). Menurut UU No. 13, tenaga kerja

merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun kebutuhan masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan

nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat

penting sebagai pelaku dan tujuan nasional.

2. Permodalan

Dalam menjalankan suatu usaha modal merupakan salah satu faktor yang

penting dalam suatu ekonomi. Modal menurut Polak (dalam Bambang

Riyanto, 1999:13) adalah kekuasaan untuk menggunakan barang-barang

modal. Modal dalam pengertian ekonomi umumnya mencakup benda-

benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin dan alat-alat perkakas dan

barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha.

3. Pemasaran

Page 31: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

16

Menurut Ferno (1992: 11) pemasaran merupakan pandangan bisnis secara

keseluruhan, sebagai usaha-usaha integrasi untuk menyamakan pembeli

dan kebutuhannya serta untuk promosi, menyalurkan produk atau servis

untuk mengisi kebutuhan tersebut. Tujuan fundamental dari pemasaran

cukup sederhana yaitu menambah peluang bisnis. Pemasaran adalah suatu

proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya,

politik, ekonomi dan manajerial. Dari pengaruh berbagai faktor tersebut,

masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan

keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk

yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2009: 48).

Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana

individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka

dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai

satu sama lain (Kotler, 2000:19). Dari definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa pemasaran merupakan proses kegiatan yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial dengan

menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai.

Unsur-unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur

utama yaitu (Rangkuti, 2009: 49):

a. Unsur strategi persaingan

Unsur strategi persaingan dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:

1) Segmentasi pasar, adalah tindakan mengidentifikasi dan

membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah

Page 32: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

17

2) Targeting, adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen

pasar yang akan dimasuki

3) Positioning, adalah penetapan posisi pasar

b. Unsur taktik pasar

Terdapat dua unsur taktik pemasaran:

1) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi

pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan

membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan

diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan

lain

2) Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

mengenai produk, harga, promosi dan tempat

c. Unsur nilai pemasaran

Nilai pemasaran dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1) Merk atau brand, nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai

yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan

2) Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan

pemberian jasa pelayanan kepada konsumen

3) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan

untuk membuat setiap perusahaan terlibat dan memiliki rasa

tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

4. Teknologi

Page 33: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

18

Dalam arti biasa (sehari-hari) teknologi berarti suatu perubahan berarti

dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknis produksi yang ada

(Irawan dan M. Suparmoko, 2002: 196). Sedangkan yang dimaksud

dengan perubahan teknologi adalah (technological change) adalah

termasuk perubahan dalam fungsi produksi dalam suatu kegiatan tertentu

yang dapat menambah hasil dengan input tertentu. Perubahan teknologi ini

menyebabkan tambahan produksi dengan sumber-sumber yang sama

ataupun jumlah output yang sama tetapi dengan input yang lebih sedikit,

atau mungkin pula berupa barang-barang yang baru yang punya kegunaan

yang lebih banyak. Teknologi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya

antara lain: teknologi modern atau teknologi maju, teknologi madya atau

teknologi tepat, dan teknologi tradisional atau rendah.

2.3 Analisis Keuntungan Usaha

2.3.1 Biaya Produksi (Cost)

Menurut Soekartawi (2001), biaya produksi adalah nilai dari semua

faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa

selama proses produksi berlangsung. Adalnya unsur-unsur produksi yang

bersifat tetap dan tidak tetap dalam jangka pendek mengakibatkan

munculnya dua kategori biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Menurut Suharti dan Fathorrozi (2003), biaya dapat dibagi

berdasarkan sifatnya, artinya mengkaitkan anatara pengeluaran yang harus

di bayar dengan produk atau output yang dihasilkan yaitu:

Page 34: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

19

1. Biaya tetap (fixed cost) merupakan kewajiban yang harus dibayarkan

oleh suatu perusahaan per satuan waktu tertentu untuk keperluan

pembayaran semua input tetep dan besarannya tidak bergantung dari

jumlah produk yang dihasilkan.

2. Biaya variabel (variabel cost) adalah kewajiban yang harus dibayar

oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu untuk pembayaran semua

input variabel yang digunakan dalam proses produksi.

3. Biaya total (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan

biaya variabel dalam proses produksi.

𝑇� = 𝑇𝐹𝐶+ 𝑇𝑉� Keterangan:

TC : Total Cost

TVC : Total Variabel Cost

TFC : Total Fixed Cost

C : Cost

P : Price

2.3.2 Penerimaan (Revenue)

Menurut soekartawi (2006), penerimaan merupakan perkalian

anatara jumlah produksi yang di hasilkan dengan harga jual dari produk

tersebut dan biasyanya produk berhubungan negatif dengan harga, artinya

harga akan mengalami penurunan ketika produksi berlebihan.

𝑇� = � � � Keterangan:

TR : penerimaan total

Q : jumlah produk yang di hasilkan

P : harga

Page 35: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

20

2.3.3 Keuntungan (Profit)

Menurut ibrahim (2003), keuntungan (profit) adalah tujuan utama

dalam pembukaan usaha yang direncanakan. Semakin besar keuntungan

yang diterima maka semakin layak juga usaha yang sedang di jalankan.

Menurut Sunaryo sebagaimana dikutip dalam Devi Permatasari

(2014). Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan dan total biaya

yang dikeluarkan untuk proses produksi.

� = 𝑇� − 𝑇� Atau

� = (� 𝑥𝑝) − (𝑇𝐹𝐶+ 𝑇𝑉� ) Keterangan:

Y : keuntungan

TR : penerimaan total

TC : jumlah produksi

P : harga

TFC : total biaya tetap

TVC : total biaya variabel

2.4 Efisiensi Usaha

Efisiensi merupakan rasio antara output dan input, dan perbandingan

antara masukan dan keluaran. Apa saja yang dimaksudkan dengan masukan

dan keluaran serta bagaimana angka perbandingan tersebut, akan tergantung

dari tujuan penggunaan tolak ukur tersebut. Secara sederhana efisiensi dapat

berarti tidak adanya pemborosan (Nopirin, 1997).

Menurut Soekartawi (1995), efisiensi usaha mempunyai pengertian

yang relatif. Suatu tingkat pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari

Page 36: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

21

tingkat pemakaian yang lain apabila ia memberikan output yang lebih besar.

Apabila dalam proses produksi yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan

maksimum maka perlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi output

karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi dan

tentu saja laba yang besar.

Menurut Soekartawi (1995), efisiensi usaha dapat dihitung dari

perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan

untuk berproduksi, yaitu dengan menggunakan R/C rasio atau Return Cost

Ratio. Dalam perhitungan analisis sebaiknya R/C rasio dibagi dua, yaitu R/C

yang menggunakan biaya yang secara riil dikeluarkan pengusaha dan R/C

yang menghitung semua biaya, baik biaya yang riil dikeluarkan maupun biaya

yang tidak riil dikeluarkan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

� � 𝑇�

⁄𝐶= 𝐶

= 𝑇�

Keterangan:

R (Revenue) = penerimaan (Rupiah)

C (Cost) = biaya (Rupiah)

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, ketika

R/C > 1 mempunyai arti bahwa usaha tersebut menguntungkan sehingga layak

untuk diteruskan, sedangkan nilai R/C < 1 maka usaha tersebut tidak

menguntungkan sehingga tidak layak untuk diteruskan dan apabila nilai R/C =

1 maka usaha tesebut berada pada titik impas.

Page 37: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

22

2.5 Klaster Industri

Porter (1990) mendefinisikan klaster sebagai sekumpulan perusahaan

dan lembaga-lembaga terkait di bidang tertentu yang berdekatan secara

geografis dan saling terkait karena kebersamaan. Sedangkan menurut Tatang

dalam Fitriah (2014), secara harfiah klaster sebagai kumpulan, kelompok,

himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas

dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, klaster industri

(industrial cluster) merupakan terminologi yang mempunyai pengertian

khusus tertentu. Kemudian. Diperkuat oleh Deperindag, bahwa klaster sebagai

Kelompok industri dengan core industry yang saling berhubungan secara

intensif dan membentuk partnership, atau dapt di gambarkan sebagi berikut:

Institusi pendukung

Pemasok

bahan baku

Klaster

Industri Bandeng

Krobokan

Industri

Pendukung

Industri Pengguna

Page 38: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

23

Ciri-Ciri Klaster Industri menurut Lyon dan Atherton (2000), bahwa

terdapat tiga hal mendasar yang dicirikan oleh klaster industri, terlepas dari

perbedaan struktur, ukuran ataupun sektornya, yaitu:

1. Kebersamaan/Kesatuan (Commonality) : yaitu bahwa bisnis-bisnis

beroperasi dalam bidang-bidang “serupa” atau terkait satu dengan lainnya

dengan fokus pasar bersama atau suatu rentang aktivitas bersama.

2. Konsentrasi (Concentration) : yaitu bahwa terdapat pengelompokan

bisnis-bisnis yang dapat dan benar-benar melakukan interaksi.

3. Konektivitas (Connectivity) : yaitu bahwa terdapat organisasi yang saling

terkait/bergantung (interconnected/linked) dengan beragam jenis hubungan

yang berbeda.

Sedangkan menurut Humprey dan Schimitz (1995), bahwa klaster

industri dicirikan dengan 3 ciri yaitu:

1. Orientasi Konsumen

Dalam melakukan proses produksi, klaster perlu berorientasi pada

konsumen. Dengan mempelajari karakteristik permintaan konsumen,

pelaku dalam klaster akan melakukan produksi sesuai kualitas dan jumlah

yang diminati.

2. Efek Kumulatif

Pembentukan klaster diutamakan pada solidnya aktivitas maupun spasial

dengan usaha pencarian dan pencapaian biaya produksi rendah. Dengan

kerjasama dalam satu kelompok, industri yang sebagian besar mengalami

masalah financial akan dapat menekan biaya produksi. Dalam proses

Page 39: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

24

produksi dan pemasaran diantara pelaku klaster saling berbagi dalam hal

penggunaan peralatan, tenaga kerja, informasi dan bahan baku.

3. Efek Kolektif

Efisiensi kolektif dipahami sebagai penghematan biaya eksternal yang

timbul dalam suatu aktivitas industri yang dirasakan oleh seluruh pelaku

industri. Hal tersebut dapat dipahami melalui penjelasan berikut :

a. Eksternalitas Ekonomi

Hal ini akan muncul bila keuntungan sosial lebih tinggi daripada

keuntungan pribadi. Eksternal ekonomi dalam klaster yang perlu

dikembangakan adalah terbentuknya pasar buruh/tenaga kerja, efek

peningkatan kegiatan pelayanan dalam klaster, dan pentingnya

penggunaan teknologi secara kolektif.

b. Aksi Bersama

Aksi bersama dapat mendorong perkembangan klaster industri

secara signifikan. Hal ini terkait dengan efek efisiensi kolektif yang

menekankan pada pentingnya keterkaitan dan jaringan usaha yang

terbentuk. Aksi bersama dapat bersifat bilateral yaitu dua perusahaan

bekerja sama seperti kegiatan yang saling berbagi dalam pembelian

alat produksi yang mahal maupun multilateral yaitu kelompok

perusahaan yang bergabung dalam sebuah asosiasi atau organisasi.

Aksi bersama juga terbentuk dengan sifat horizontal yang terjadi

antar pesaing dan vertikal yang membentuk keterkaitan antar pelaku

usaha.

Page 40: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

25

c. Kondisi Kelembagaan

Terbentuknya klaster industri perlu didukung dengan tindak lanjut

institusi atau kelembagaan yang menunjang kegiatan tersebut. Hal

ini diharapkan untuk membentuk pola yang progresif dalam kegiatan

bisnis atau organisasi.

Klaster Industri awal dikenalkan dengan Marshallian Industrial

District. Menurut pemahaman Marshallian ini sentra industri merupakan

klaster produksi tertentu yang berdekatan. Marshall Kuncoro 2002,

menekankan pentingnya tiga jenis penghematan eksternal yang

memunculkan sentra industri :

1. Konsentrasi pekerja trampil dan peluan penyerapan tenaga kerja

lokal yang lebih besar

2. Berdekatannya para pemasok dan pelayanan khusus, dan

3. Tersedianya fasilitas/transfer pengetahuan.

Adanya jumlah pekerja terampil dalam jumlah besar

memudahkan terjadinya penghematan dari sisi tenaga kerja. Lokasi para

pemasok yang berdekatan menghasilkan penghematan akibat

spesialisasi yang muncul dari terjadinya pembagian kerja yang meluas

antar perusahaan dalam aktivitas dan proses yang saling melengkapi.

Tersedianya fasilitas untuk memperoleh pengetahuan terbukti

meningkatkan penghematan akibat informasi dan komunikasi melalui

proses bersama, penemuan dan perbaikan dalam mesin, proses dan

organisasi secara umum

Page 41: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

26

Industri

Pen

dukung P

emas

ok

bah

an b

aku

2.6 Mekanisme Industri Bandeng

Pohon industri menurut Dinas Perindustrin dan Perdagangan sebagai

berikut :

Gambar 2.1

Mekanisme klaster Industri Bandeng Presto

Dinas Pariwisata

Institusi pendukung

Dinas Perikanan Dinas Perdagangan

Pengepul besar

Pengepul kecil

Pasar ikan

Klaster

Industri Bandeng

Krobokan

Pemasaran

Teknologi

Modal

Distributor Pengecer Kios Pribadi Pemakai

Industri pengguna

Page 42: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

27

2.7 Penelitian Terdahulu

1. Mengutip penelitian dari Dasy Dameria H (2009), yang berjudul Strategi

Pengembangan Usaha Daging Rajungan CV. Mutiara Laut Kabupaten

Serang Propinsi Banten, menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan yang

dapat digunakan untuk melihat peluang, ancaman, kekuatan dan

kelemahan perusahaan. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah hasil analisis SWOTE (Strenght Weaknesses Opportunities

Threats and Environment ) dan hasil regresi sistem simultan yang di

perkuat oleh path analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa

berdasarkan analisis SWOTE, nilai sub faktor sisi kekuatan internal yang

perlu meningkatkan produk dan pelayanan, mempertahan dan

meningkatkan kerja sama dengan pemasok untuk mendapakan jaminan

bahan baku yang berkualitas, mengembangkan produk baru pada pasar

yang sudah ada.

2. Mengutip penelitian dari Pingkan Octavia N (2012), yang berjudul

Strategi Pengembangan Usaha Sate Bandeng UKM Awal Putra Mandiri

Di Kota Serang Banten, menyatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan

eksternal yang di hadapi oleh usaha sate bandeng pada UKM Awal Putra

Mandiri. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah hasil

analisis matrik IFE (Internal Factor Evaluation), EFE (External Faktor

Page 43: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

28

Evaluation) dan SWOT (Strength Weaknesses Opportunities Threats).

Hasil dari penelitian matriks IE menunjukan posisi UKM Awal Putra

Mandiri berada pada posisi tumbuh dan membangun (kuandran II).

Strategi yang paling sesuai dengan kondisi ini adalah strategi intensif

(penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) dan

itegratif (integrasi kebelakang, integrasi kedepan dan integrasi

horizontal). Matriks SWOT mengahsilkan delapan alternatif strategi yaitu

: meningkatkan kualitas dan inovasi produk agar dapat bersaing di pasar,

meningkakan diversifikasi produk olahan bandeng, menjalin kerjasama

yang kontinu dengan pemasok bahan baku dan dinas terkait guna

memperoleh bahan baku berkualitas dan pemasaran produk,

meningkatkan pelayanan konsumen, membangun jarigan distribusi

produk untuk menjangkau segmentasi pasar yang lebih luas,

memanfaatkan kredit yang di tawarkan pemerintah, melakukan perbaikan

dalam pengolahan, retrukturisasi organisai perusahaan.

3. Mengutip penelitian Kevin Senjaya dan Ronny H (2013), yang berjudul

Pengelolaan Dan Pengembangan Usaha Pada Perusahaan Pengolahan

Ikan Bandeng Di Sidoarjo. Dalam jurnal ini membahas mengenai

keterlibatan penentuan tujuan usaha bisnis dan mengidentifikasi faktor

internal dan faktor eksternal.hasil penelitian ini menyatakan bahawa

fungsi managemennya masih belum berjalan secara profesional dan

terdapat ancaman dari lingkungan eksternal yang sangat tinggi. Untuk

memperbaiki pengelolaan dan membantu upaya pengembangan

Page 44: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

29

perusahaan, maka perusahaan dapat menerapkan strategi diferensiasi

seperti meciptakan varian rasa yang baru, melakukan upaya pemasaran

produk baru tersebut.

2.8 Kerangka Berpikir

Industri di Kota Semarang merupakan salah satu sektor yang potensial

untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di Kota Semarang. Untuk dapat

menentukan strategi pemberdayaan industri kecil dan menengah bandeng

presto, perlu diidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal indutri kecil dan

menengah serta mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

dalam pemberdayaan industri kecil dan menengah tersebut. Sehingga dapat di

peroleh beberapa alternatif strategi yang berpengaruh untuk mengembangkan

industri kecil dan menengah. Kerangka berfikir dapat di gambarkan seperti di

bawah ini

Page 45: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

30

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Industri UKM Bandeng Presto di Kelurahaan Krobokan

Tujuan : 1. Bagaimana Model dan

Mekanisme Kerjanya? 2. Bagaimana kondisi sumber

daya manusia, teknologi,

permodalan dan pemasaran

pada industri bandeng presto

di Kelurahan Krobokan?

3. Seberapa besar biaya produksi

dan keuntungan yang di dapat

industri bandeng presto di

kelurahan Krobokan?

Produksi:

Bahan baku

Modal

SDM

Teknologi

Pemasaran

Biaya Produksi Penerimaan

Hasil Penjualan

Analisis

Keuntungan

Page 46: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis maka dapat

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Model klaster industri kecil bandeng presto dan mekanisme kerja di

Kelurahan Krobokan menemui kendala seperti dalam pemenuhan

bahan baku, tidak memilki tambak sendiri, dan tidak adanya kios

kelompok yang khusus menampung seluruh hasil produksi para

anggota kelompok. Dalam industri kecil bandeng presto Kelurahan

Krobokan hanya mengandalkan hasil olahan dari bandeng dan tidak

membudidayakan bandeng itu sendiri.

2. Secara keseluruhan berdasarkan hasil penelitian dan analisis, dapat

diterangkan bahwa profil sumber daya manusia pada industri kecil

bandeng presto di Kelurahan Krobokan dalam kondisi kurang baik.

Kondisi teknologi dalam kondisi kurang baik. Karena masih ada

anggota yang menggunakan teknologi yang tidak tepat guna Kondisi

permodalan dalam kondisi kurang baik karena masih minimnya

informasi yang didapat dari kelompok klaster. Kondisi pemasaran

dalam kondisi kurang baik karena tidak adanya kios kelompok yang

menampung semua produk semua anggota

64

Page 47: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

65

3. Rata-rata besarnya biaya produksi industri bandeng presto sebesar Rp

135.666.667, Sedangkan rata-rata keuntungan yang diperoleh

pengusaha bandeng presto adalah sebesar Rp 46.595.027. Tingkat

efisiensi usaha industri bandeng presto di Kelurahan Krobokan adalah

sebesar 1,52. Nilai R/C rasionya lebih besar dari satu, yang memiliki

arti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh industri

bandeng presto dalam proses produksi memberikan penerimaan

sebesar 1,52 kali dari biaya yang telah dikeluarkan oleh industri

bandeng presto.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan oleh

peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Perlu adanya persediaan bahan baku produksi untuk mengantisipasi

apabila terjadi kelangkaan. Selain itu alangkah lebih baik apabila

didalam klaster industri tersebut mempunyai tambak bandeng sendiri.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kemudian teknologi

tanpa mengesampikan permodalan dan pemasaran pada industri kecil

bandeng presto di Kelurahan Krobokan. Karena pada dasarnya antara

sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran

merupakan faktor-faktor yang penting dalam keberlangsungan suatu

usaha.

Page 48: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

66

3. Perlu adanya inovasi dalam segi desain kemasan yang lebih modern

serta meningkatkan kegiatan promosi-promosi yang lebih banyak.

Dengan cara promosi melalu media cetak maupun media elektronik.

4. Perlu adanya inovasi dari segi produk agar produk yang di tawarkan

kepada konsumen lebih beragam sehingga dapat meningkatkan daya

saing di pasar.

5. Perlu adanya kerjasama antar pengusaha industri kecil bandeng di

Kelurahan Krobokan dalam memasarkan produknya dengan mencari

tempat yang lebih strategis sehingga produknya dapat lebih di kenal

oleh masyarakat luas.

6. Di perlukan adanya manajemen keuangan usaha yang baik agar dapat

memisahkan antara keuangan pribadi pengusaha dan keuangan

usahanya.

Page 49: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

67

DAFTAR PUSTAKA

Adhe Anggreini Saragi. 2016. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah

Sektor Industri Kerajinan Batu Bata Berdasarkan Analisis SWOT (Kasus

Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta).

Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi. Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Ekonomi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta

Agadhita Nila Candra, Achma Hendra Setiawan. 2013. Analisis Prospek Dan

perkembangan Usaha Industri Bandeng Presto Di Kota Semarang. Jurnal,

Semarang UNDIP

Anjang Bangun Prasetyo, Hatim Albasri, dan Rasidi. 2010. Perkebangan

Budidaya Bandeng Di Pantai Utara Jawa Tengah. Jakarta: Pusat Riset

Perikanan Budidaya

Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan Dan

Usaha Kecil. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta. RinekaCipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, S 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Augusty Tae Ferdinand. 2000. Management pemasaran: Sebuah Pendekatan

Stratejik. Research Paper. Program Studi Magister manajemen Universitas

Diponegoro. Semarang

Bambang Riyanto. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE

Badan Pusat Statistik

Brooks, Freno. 1992. Strategi Bisnis. Semarang : Dahara Prize

Departemen Perindusria dan Perdagangan

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2007. Masalah

dan Kebijakan Peningkatan Produk Perikanan Untuk Pemenuhan Gizi

Masyarakat. Makalah Seminar Hari Pangan Sedunia 21 November 2007.

Page 50: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

68

Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Fitrah Sari Islami. 2014. Analisis Pola Klaster, Formasi Keterkaitan dan Orientasi

Pasar (Sentra Industri Krupuk Mie Desa Hajosari Lor Kecamatan Adiwerna

Kabupaten Tegal. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas

Diponegoro. Semarang

Freddi Rangkuti. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

H. Dasy Dameria. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Daging Rajungan CV.

Mutiara Laut Kabupaten Serang Provinsi Banten. Skripsi. Fakultas

Ekonomi kodan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hitt, A. Michael.1997. Manajemen Strategis Menyongsong Era Persaingan &

Globalisasi. Jakarta:Erlangga.

Humphrey, J. and H. Schmitz. 1995. Principles for promoting clusters & networks

of SMEs. Discussion Paper Number 1. Small medium enterprises

programme. United Nations Industrial Development Organization.

Ibrahim Yacob, H. M. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, Penerbit PT.

Rineka Cipata, Jakarta.

Irawan dan Suparmoko, M. 2002. Ekonomika Pembangunan. Ed 6. Jakarta:

BPFE UGM

Joesron Suhartati dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro : Salemba Empat,

Jakarta.

Jusni. 2011. Implementasi Strategi Pemasaran pada UMKM. Pokok-pokok

materi pada Seminar Nasional UKM di Makasar 19 Februari 2011.

http://www.makassarpreneur.com. Akses Januari 2016

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. PT. Prenhallindo. Jakarta.

Kuncoro Mudrajad. 2002. Analisis Spesial dan Regional, Studi Aglomerasi dan

Kluster Industri Indonesia, Yogyakarta : AMP YKPN

Kuncoro, Mudrajat. 2007. Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta : CV. Andi

Offset.

Lyon, F., & Atherton, A. 2000. A Business View of Clustering: Lessons for

Cluster Development Policies. Fondation for SME Development, 2-13.

Page 51: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

69

Mike Nurwidyanti, Kasijadi, dan Zaenal Fanani. 2009. Analisis Penampilan Pasar

pada Pemasaran Ikan Bandeng. Jurnal Agritek Universitas Brawijaya.

Malang.

Mubyarto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi III. LP3ES. Jakarta

N. Pingkan Octavia. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Sate Bandeng UKM

Awal Putra Mandiri di Kota Serabng Banten. Skripsi. Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nana Karida TM, Sunyoto, Widya Aryadi, Jurnal, Uji Kualitas Bandeng Presto

Dengan Alat Low Temperatur High Pressure Cooker (LTHPC). Semarang

UNNES

Nopirin. 1997. Ekonomi Moneter I. Universitas Terbuka : Jakarta.

Permatasari D. 2014. Analisis Pendapatan Usaha Tani Gula Tumbu (Kasus

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan

Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Phillip Kotler dan Gary Armstrong. 2008. Analisis Peta Distribusi dan Jalur

Pemasaran Ikan Bandeng, 2010, Satker Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Tengah (06), Semarang.

Porter, Michael E. 1990. The Competitive Advantage of Nations. London: The

Macmillan Press Ltd.

Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah 2015, Dinas Kelautan dan

Perikanan Jawa Tengah

R Nyoman, Erlania, dan H. Joni. 2015. Analisis Pengembangan Perikanan

Budidaya Berbasis Ekonomi Biru Dengan Pendekatan Analytic Hierarchy

Process (AHP). Jurnal J. Sosek KP Vol. 10 No. 1

Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus

Integrated Marketing Communication. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Sandi, I Made. 1985. Rebuplik Indonesia Geografi Regional. Jakarta : Puri

Margasari.

Sanjaya K dan H. Roony. 2013. Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Pada

Perusahaan Pengelolaan Ikan Bandeng di Sidoarjo. Jurnal AGORA Vol. I,

No. 1. Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas

Kristen Petra.

Page 52: MODEL PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BANDENG …lib.unnes.ac.id/29688/1/7111411049.pdf · model pengembangan klaster industri bandeng presto di kelurahan krobokan kecamatan semarang

70

Soebroto, Thomas. 1979. Pengantar Teknik Berusaha. Yayasan Purba Dhanarta :

Semarang.

Soekartawi. 1995. Dasar Penyusunan Proyek, Pustaka Sinar Harapan Jakarta.

Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.

Sugiyono. 2010. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :

Alfabeta

Sukidjo. Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Menengah. Jurnal Ekonomi dan

Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta

Sukirno, Sadono, 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Sukirno, 2006. Makroekonomi: Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Tambunan, Tulus. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta

: Salemba Empat.

Tim Dosen YKPN. 2001. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: STIE YKPN.

Tim Penyusun Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintah

Daerah. Jakarta

Tim Penyusun Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat dan. Jakarta

Todaro, Michael. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Triyaningsih, Sri Lestari. 2012. Strategi Pemasaran Usaha Kecil dan Menengah.

Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 12, No. 1. Fakultas Ekonomi

Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Pengembangan Usaha Kecil

Wibowo, Singgih. 1988. Petunjuk Mendirikan Industri Kecil. Jakarta : Swadaya.

Wirartha I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi