Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

56
Model Pembelajaran Cooperative Learning Share : Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengsan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasikarena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksikan konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agarkelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompokberupa laporan atau presentasi. Sintak pembelajaran koperatif adalah : informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan pelaporan. . Model Pembelajaran Contextual Teacing and Learning (CTL) Share : Contextual Teacing and Learning (CTL) - Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat dan mengembangkan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),Contructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksikan konsep-aturan, analisis sintesis), Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian fortofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara)

Transcript of Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Page 1: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Model Pembelajaran Cooperative Learning

Share : Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh

ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,

pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengsan memanfaatkan kenyataan itu, belajar

berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)

pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih

berinteraksi-komunikasi-sosialisasikarena koperatif adalah miniature dari hidup

bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok

untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksikan konsep, menyelesaikan persoalan

atau inkuiri.

Menurut teori dan pengalaman agarkelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota

kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol

dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompokberupa laporan atau presentasi.

Sintak pembelajaran koperatif adalah :

informasi,

pengarahan-strategi,

membentuk kelompok heterogen,

kerja kelompok,

presentasi hasil kelompok dan

pelaporan. .

Model Pembelajaran Contextual Teacing and Learning (CTL)

Share : Contextual Teacing and Learning (CTL) - Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran

yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait

dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari

materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret

dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual

adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat

dan mengembangkan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model

lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,

pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,

menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning

community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on,

hands-on, mencoba, mengerjakan), Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,

generalisasi, menemukan),Contructivism (membangun pemahaman sendiri,

mengkonstruksikan konsep-aturan, analisis sintesis), Reflection (reviu, rangkuman, tindak

lanjut), Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian

terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian fortofolio, penilaian seobjektif-objektifnya

dari berbagai aspek dengan berbagai cara)

Page 2: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)

Share : Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola

guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization,

yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan

dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorgnisasi matematika

melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).

Prnsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi),

pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal),

inter-twinment (keterkaitan-interkoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai

aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

Model Pembelajaran Direct Learning

Share : Pembelajaran Langsung (DL= Direct Learning) - Pengetahuan yang bersifat informal dan

prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan

dengan cara pembelajaran langsung.

Sintaknya adalah :

menyiapkan siswa,

sajian informasi dan prosedur,

latihan terbimbing,

refleksi,

latihan mandiri, dan

evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah

bervariasi)

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Share : Problem Based Learning (PBL) = Pembelajaran Berbasis Masalah. Kehidupan adalah

identik dengan masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan

kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik

dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,

demokrasi, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalahmetakognitif, elaborasi (analisis),

interprestasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,

generalisasi dan inkuiri.

Model Pembelajaran Problem Solving

Share : Model Pembelajaran Problem Solving - Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu

persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru Problem Solving

adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan atau algoritma).

Page 3: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Sintaknya adalah :

sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas,

siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,

siswa mengidentifikasi,

mengeksplorasi,

menginvestigasi,

menduga dan

akhirnya menemukan solusi.

Model Pembelajaran Problem Posing

Share : Model Pembelajaran Problem Posing - Bentuk lain dari problem posing adalah pemecahan

masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-

bagian yang lebih simple sehingga dipahami.

Sintaknya adalah :

Pemahaman,

Jalan Keluar,

Identifikasi Kekeliruan,

Meminimalisasi Tulisan-Hitungan,

Cari Alternative,

Menyusun Soal-Pertanyaan.

Pustaka :

Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendekia.

MOdel Pembelajaran Open Ended (OE) - Problem Terbuka

Share : Model Pembelajaran Open Ended (OE) - Problem Terbuk. Pembelajaran dengan problem

(masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan

berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).

Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis,

komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk

berimprovisasi mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang bervariasi dalam

memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk

menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran ini

lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan,

keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,

diagram, tabel), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa,

kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas

mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, perorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat

Page 4: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

Pustaka :

Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendekia.

Model Pembelajaran Probing-Prompting

Share : Model Pembelajaran Probing-Prompting. Teknik probing-prompting adalah pembelajaran

dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali

sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan

pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa

mengkontruksika konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian

pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara

acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa

menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.

Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk

mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah

ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana

menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah

harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.

Pustaka :

Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendekia.

Model Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)

Share : Model Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning). Ramse (1993) mengemukakan bahwa

pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi

(empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti mengali pengetahuan

prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan

aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.

.

Model Pembelajaran Reciprocal Learning

Share : Model Pembelajaran Reciprocal Learning - Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan

bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar,

mengingat, berpikir dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukakan bahwa

belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi,

hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara

pembelajaran resiprokal, yaitu : informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-

Modul, membaca-merangkum.

Model Pembelajaran SAVI (Somatic-Auditory-Visualization-Intellectualy)

Page 5: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Share : Model Pembelajaran SAVI (Somatic-Auditory-Visualization-Intellectualy).

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri kependekan dari :

SOMATIC yang bermakna gerakan tubuh (hand-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan

mengalami dan melakukan;

AUDITORY yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan,

menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi;

VISUALIZATION yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui

mengamati, menggambar, mendemontrasikan, membaca, menggunakan media dan alat

peraga; dan

INTELLECTUALY yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan

berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih

menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,

mengkontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

Share : Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT).

Penerapan model ini dengan cara mengelompokan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa

sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk

kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh

rasa kompetesi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam

kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun,

dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga

terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa

pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.

Sintaknya adalah sbb :

1. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemuadian berikan informasi pokok materi

dan mekanisme kegiatan.

2. Siapkan meja turnamen secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4

siswa yang berkemampuan setara, meja 1 diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari

tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil

kesepakatan kelompok.

3. Selanjutnya dalah melaksanakan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang

telah disediakan pada tiap mejadan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu

(misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa

dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor

kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya

diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

4. Mumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),

dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar

tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk

meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

5. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan

penghargaan kelompok dan individual.

Page 6: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetik (VAK)

Share : Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetik (VAK)

Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan

memperhatikan hal : manfaatkanlah potensi siswa yang dimilikinya dengan melatih dan

mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI (Klik Disini),

dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

Pustaka :

Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendekia.

Model Pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR)

Share : Model Pembelajaran Auditory, Intelectually, Repetition (AIR).

Model pembelajaran ini mirip SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada repetisi yaitu

pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih

melalui pemberian tugas atau quis.

Model Pembelajaran Team Assisted Individuality (TAI)

Share : Model Pembelajaran Team Assisted Individuality (TAI) - Terjemahan bebas dari istilah di

atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karakteristik bahwa

(Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus

membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa

adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.

Sintak BidaK menurut Slavin (1985) adalah : (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan

ajar berupa modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu siswa pandai anggota

kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3)

penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.

Model Pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division)

Share : STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks : Pengarahan, buat

kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolaboratif,

sajian-presentasi kelompok sehinggaterjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor

perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan

reward.

Informasi dari sumber lain tentang STAD, yaitu :

Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

teori Psikologi sosial. Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif

menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif.

Kerja kooperatif meningkatkan perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi

Page 7: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

keterasingan dan kesendirian , membangun hubungan dan menyediakan pandangan positif

terhadap orang lain. Model STAD ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan

pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab

terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya

penghargaan kelompok yang mampu mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa

mendapat kesempatan yang sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum

sehingga termotivasi untuk belajar. Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri

para siswa yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu

penguasaan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan

kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran

akan perbedaan. Kelemahan yang mungkin ditimbulkan dari penerapan metode STAD ini

adalah adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum d a p a t

menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami

kompetensinya.

Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Share : Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya

kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa

dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran

yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam

kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada

siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh

Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif

dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar

belakang.

3. Pengembangan keterampilan social

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat

orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan

sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam

Page 8: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

a) Pembentukan kelompok;

b) Diskusi masalah;

c) Tukar jawaban antar kelompok

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam

langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario

Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang

siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang

berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang

sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan

kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-

masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan

meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam

LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang

bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor

yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan

dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang

hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain

Page 9: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang

6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

8. Hasil belajar lebih tinggi

Model Pembelajaran Jigsaw

Share : Model Pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh

Elliot Aronson‟s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab

siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.

Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam

matematika, yaitu:

1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang

2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas

topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli

3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling

membantu untuk menguasai topik tersebut

4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok

masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya

5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah

didiskusikan

Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok untuk

memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tes dengan

baik.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw

memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang

bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan

berpendapat.

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

Page 10: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol

jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar

memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota

kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru

mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami

kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk

mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian

memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan

secara akurat.

Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus

pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas

tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses

pembelajaran.

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Share : Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.

Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai

yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang

efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua

resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara

keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih

banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya

melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda

tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah

dijelaskan dan dialami .Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan

tanya jawab kelompok keseluruhan.

Guru menggunakan langkah-langkah ( fase ) berikut:

Langkah 1 : Berpikir ( thinking ) : Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa

menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah

Langkah 2 : Berpasangan ( pairing ) : Selanjutnya guru meminta siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama

waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang

diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.

Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 : Berbagi ( sharing ) : Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-

pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal

ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan

sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends,

(1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).

Model Pembelajaran Group Investigation

Page 11: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Share : Tweet

Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dikembangkan oleh

Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv. Stahl (1999: 257-258) menyebutkan

bahwa:

group investigationin particular encourages students‟ initiative and responsibility for

their work, as individuals,

as members of study groups, and as members of an entire class. The investigation

combines independent study as weel as work in pairs and in small groups (from three

to five students). When they complete their search, groups integrate and summarize

their findings and decide how to present the essence of their work to their classmates.

Makna dari pendapat Stahl di atas menyatakan bahwa dalam investigasi kelompok

siswa diberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu,

berpasangan maupun dalam kelompok. Setiap kelompok investigasi terdiri dari 3-5

orang, dan akhirnya siswa dapat menggabungkan, mempersentasikan dan

mengikhtisarkan jawaban mereka.

Pelaksanaan investigasi kelompok menurut Stahl (1999: 265-266) dapat dilakukan

dengan:

chosing the problem to investigate, preparing for a group investigation task, and

introducing the project, sedangkan guru dapat berperan dalam guiding the students

and facilitating the process of investigation and helping maintain cooperative norms

of behavior.

Pernyataan di atas mengandung makna bahwa pelaksanaan investigasi kelompok

dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu memilih persoalan untuk diivestigasi,

menyiapkan tugas investigasi kelompok dan memperkenalkan proyek yang

berhubungan dengan materi pembelajaran. Sedangkan peran guru selama

pembelajaran investigasi kelompok adalah: membimbing siswa dan memfasilitasi

proses investigasi dan membantu menjaga aturan perilaku kooperatif.

Menurut Slavin (1995: 113-114) dalam implementasi teknik group investigation dapat

dilakukan melalui 6 (enam) tahap. Tahapan tersebut adalah: 1) identifying the topic

and organizing pupils into groups, 2) planning the learning task, 3) carring out the

investigation, 4) preparing a final report, 5) presenting the final report, and 6)

evaluation. Dengan melihat tahapan tersebut, maka pembelajaran dengan teknik group

investigation berawal dari mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam

kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi,

menyiapkan laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir dan berakhir pada

evaluasi.

Dari uraian pendapat Slavin, di atas dapat dijelaskan bahwa dalam group

investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan

komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok.

a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan

mengkategotikan saran-saran.

b) Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka

pilih.

c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat

homogen.

d) Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Page 12: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari, bagaiman

memepelajarinya dan pembagian tugas .

3. Melaksanakan investigasi

a) Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat kesimpulan

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

kelompoknya.

c) Para siswa saling bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua

gagasan.

4. Menyiapkan laporan akhir

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka

b) Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan bagaiman

mereka membuat pesentasinya.

c) Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan rencana-

rencana presentasi.

5. Mempresentasikan laporan akhir

a) Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk

b) Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif

c) Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan

keriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Evaluasi

a) Para siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik tersebut.

b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

d) Pendekatan lain untuk mengevaluasi dapat dengan membuat para siswa

merekonstruksi proses investigasi yang telah mereka lakukan dan memetakan

langkah-langkah yang telah mereka terapkan dalam pembelajaran mereka.

Slavin (1995: 113-114) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas investigasi

siswa dapat:

students gather information, analyze the data and reach conclusions, 2) each group

member contributes to the group effort, and 3) students exchange discuss clarify, and

synthesize ideas. Dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan adalah:1)

group members determine the essential message of their project, 2) group members

plan what they will report and how they will make their presentation and 3) group

representatives form a steering committee to coordinate plans for the presentation.

Pada tahap mempersentasekan laporan akhir yang harus dipehatikan adalah the

presentation is made to the entire class in a variety of forms, part of the presentation

should actively involve the audience, and the audience evaluates the clarity and

appeal of presentation according to criteria determined in advance by the whole class.

Sedangkan dalam evaluasi, aktifitas siswa adalah students share feedback about the

topik, about the work they did, and about their effective experiences (1) teachers and

pupils collaborate in evaluating student learning, and (3) assessment of learning

should evaluate higher-level thinking.

Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas

investigasi siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat

simpulan, setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

kelompoknya, dan saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan

mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas

yang dilakukan siswa adalah nggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari

pekerjaan mereka, anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan

dan bagaimana membuat persentase, wakil-wakil kelompok membentuk sebuah tim

Page 13: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

untuk mengkoordinasikan rencana persentasi. Dalam mempersentasikan laporan

akhir, persentase harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif dan pendengar

menevaluasi berdasrakan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya, sedangakan

pada tahap evaluasi, siswa saling memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan

murid dalam mengevaluasi pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus

mengevaluasi pemikiran yang paling tinggi.

Model Pembelajaran MEA (Means-Ends Analysis)

Share : Model atau Metode Pembelajaran MEA (Means-Ends Analysis) - Artikel Model

pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan

sintaks:

1. sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic,

2. elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana,

3. identifikasi perbedaan,

4. susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas,

5. pilih strategi solusi.

Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)

Share : Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Dalam pengertian lain, model diartikan

sebagai barang tiruan, metafor, atau kiasan yang

dirumuskan. Pouwer (1974:243) menerangkan tentang model dengan anggapan

seperti kiasan yang dirumuskan secara eksplisit yang mengandung sejumlah unsur

yang saling tergantung. Sebagai metafora model tidak pernah dipandang sebagai

bagian data yang diwakili. Model menjelaskan fenomena dalam bentuk yang tidak

seperti biasanya. Setiap model diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang lebih atau

berbeda dari data. Syarat ini dapat dipenuhi dengan menyajikan data dalambentuk:

ringkasan (tipe, diagram), konfigurasi ( structure ), korelasi (pola), idealisasi, dan

kombinasi dari keempatnya. Jadi model merupakan kiasan yang padat yang

bermanfaat bagi pembanding hubungan antara data terpilih dengan hubungan antara

unsur terpilih dari suatu konstruksi logis.

Model pembelajaran merupakan kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

dan berfungsi sebagai pemandu bagi para perancang desain pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar

(Soekamto, 1997:78),. Menurut Mitchell dan Kowalik (Rahman, 2009:8): Creative, an

idea that has an element of newness or uniqueness, at least to the one who creates the

solution, and also has value and relevancy. Problem, any situation that presents a

challenge, an opportunity, or is a concern. Solving, devising ways to answer, to meet,

or to resolve the problem . Therefore, creative problem solving or cps is a process,

method, or system for approaching a problem in an imaginative way and resulting in

effective action.

Page 14: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Sedangkan menurut Karen (Dewi, 2008:28) model Creative problem Solving (CPS)

adalah model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan

keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Model Creative Problem Solving (CPS) pertamakali dikembangkan oleh Alex Osborn

pendiri The Creative Education Foundation (CEF) dan co-founder of highly

successful New York Advertising Agenncy . Pada tahun 1950-an Sidney Parnes

bekerjasama dengan Alex Osborn melakukan penelitian untuk menyempurnakan

model ini. Sehingga model Creative Problem Solving ini juga dikenal dengan nama

The Osborn-parnes Creative Problem Solving Models. Pada awalnya model ini

digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para karyawan memiliki

kreativitas yang tinggi dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun pada

perkembangan selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia pendidikan.

Langkah-langkah dalam CPS menurut William E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik

(Rahman, 2009:10) adalah:

a. Mess-finding (menemukan masalah yang dirasakan sebagai pengganggu)

Tahap pertama, merupakan suatu usaha untuk mengidentifikasi situasi yang dirasakan

mengganggu.

b. Fact-finding (menemukan fakta)

Tahap kedua, mendaftar semua fakta yang diketahui yang berhubungan dengan situasi

tersebut, yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi informasi yang tidak diketahui

tetapi esensial pada situsi yang sedang diidentifikasi dan dicari.

c. Problem-finding (menemukan masalah)

Pada tahap menemukan masalah, diupayakan mengidentifikasi semua kemungkinan

pernyataan masalah dan kemudian memilih yang paling penting atau yang mendasari

masalah.

d. Idea-finding

Pada tahap ini diupayakan untuk menemukan sejumlah ide atau gagasan yang

mungkin dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

e. Solution-finding

Pada tahap penemuan solusi, ide-ide atau gagasan-gagasan pemecahan masalah

diseleksi, untuk menemukan ide yang paling tepat untuk memecahkan masalah.

f. Acceptance-finding

Berusaha untuk memperoleh penerimaan atas solusi masalah, menyusun rencana

tindakan dan mengimplementasikan solusi tersebut.

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran CPS menurut Pepkin (Dewi,

Page 15: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

2008:30) terdiri dari langkah-langkah:

a. Klarifikasi Masalah

Klasifikasi masalah meliputi penjelasan mengenai masalah yang diajukan kepada

siswa, agar siswa memahami penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

b. Pengungkapan Pendapat

Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang

bagaimana macam strategi penyelesaian masalah. Dari setiap ide yang diungkapkan,

siswa mampu untuk memberikan alasan.

c. Evaluasi dan Pemilihan

Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-

pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah

d. Implementasi (penguatan)

Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk

menyelesaikan masalah, kemudian menerapkanya sampai menemukan penyelesaian

dari masalah tersebut. Selain itu, pada tahapan implementasi, siswa diberi

permasalahan baru agar dapat memperkuat pengetahuan yang telah diperolehnya.

Model Pembelajaran Thing Talk Write (TTW)

Share : Model Pembelajaran Thing Talk Write (TTW) ini dimulai dengan berpikir melalui

bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya

dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil

presentasi.

Sintaknya adalah:

1. informasi,

2. kelompok (membaca-mencatatat-menandai),

3. presentasi,

4. diskusi,

5. melaporkan.

Model Pembelajaran Two Stay-Two Stray (TS-TS)

Share : Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua

tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama

dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada

kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan

karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan

individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang

lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia

saling bergantung satu sama lainnya.

Page 16: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray, yaitu

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang

berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

Tujuan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa

yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung

siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok

yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak

materi pada siswa.

Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan

pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak

untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model

pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam

berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi

yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two

Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota

kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa

yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang

menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika

siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang

berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh

temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke

kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang

dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari

kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan

oleh temannya.

Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun

tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian

untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan

kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak

apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan penerapan model

pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan

memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif).

Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain,

dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan.

Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya

terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara sumber. Kemudian bagi guru atau

peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan penggunaan model

pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam meningkatkan keterampilan

menyimak siswa.

Page 17: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Langkah-langkah Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie,

2002:60-61) adalah sebagai berikut:

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

Tahapan-tahapan Dalam Model Pembelajaran TSTS

Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem

penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi

beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota

kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.

2. Presentasi Guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan

menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3. Kegiatan Kelompok

Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas

yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima

lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4

siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya.

Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan

dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing

kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain,

sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil

kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota

yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan

melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4. Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan

salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk

dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru

membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan

Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam

memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-

pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan

dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata

tertinggi.

Kelebihan Dan Kekurangan Model TSTS

Adapun kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut.:

Page 18: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

c. Lebih berorientasi pada keaktifan.

d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya

e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.

g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:

a. Membutuhkan waktu yang lama

b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)

d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka

sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk

kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan

kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada

siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka

dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua

orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan

akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk

saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas

karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang

diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.

Model Pembelajaran CORE

Share : Model pembelajaran core yaitu model pembelajaran yang mencakup empat aspek kegiatan

yaitu connecting, organizing, reflecting, dan extending. Adapun keempat aspek tersebut

adalah :

Connecting (C)Merupakan kegiatan mengoneksikan informasi lama dan informasi

baru danantar konsep.

Organizing (O)Merupakan kegiatan mengorganisasikan ide-ide untuk memahami

materi.

Reflecting (R)Merupakan kegiatan memikirkan kembali, mendalami, dan menggali

informasiyang sudah didapat.

Extending (E)Merupakan kegiatan untuk mengembangkan, memperluas,

menggunakan, dan menemukan.

Karakteristik Model pembelajaran Core Model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa untuk menghubungkan,

mengorganisasikan, mendalami,mengelola, dan mengembangkan informasi yang didapat.

Dalam model ini aktivitas berpikir sangat ditekankan kepada siswa. Siswa dituntut untuk

dapat berpikir kritis terhadap informasi yang didapatnya.Kegiatan mengoneksikan konsep

lama-baru siswa dilatih untuk mengingatinformasi lama dan menggunakan informasi/konsep

lama tersebut untuk digunakandalam informasi/konsep baru. Kegiatan mengorganisasikan

ide-ide, dapat melatih kemampuan siswa untuk mengorganisasikan, mengelola informasi

yang telah dimilikinya. Kegiatan refleksi, merupakan kegiatan memperdalam, menggali

Page 19: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

informasi untuk memperkuat konsep yang telah dimilikinya.

Extending, dengan kegiatan ini siswa dilatih untuk mengembangkan, memperluasinformasi

yang sudah didapatnya dan menggunakan informasi dan dapat menemukankonsep dan

informasi baru yang bermanfaat.

Keunggulan dan kelemahan

Keunggulan

+Siswa aktif dalam belajar

+Melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi

+Melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah

+Memberikan pengalaman belajar kepada siswa,karena siswa banyak berperan aktif dalam

pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Kelemahan

-Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini.

-Menuntut siswa untuk terus berpikir kritis.

-Memerlukan banyak waktu.

-Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model core.

Sintaks

1. Membuka pelajaran dengan kegiatan yang menarik siswa yaitu menyanyikanyang

mana isi lagu berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

2. Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru olehguru

kepada siswa. Connecting (C),

3. Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswadengan

bimbingan guru. Organizing (O)

4. Pembagian kelompok secara heterogen(campuran antara yang pandai, sedang,dan

kurang),terdiri dari 4-5 orang.

5. Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapatdan

dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa. Reflecting (R)

6. Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan,melalui tugasindividu

dengan mengerjakan tugas. Extending (E)

Model Pembelajaran SQ3R dan SQ4R

Share : Dalam postingan ini kita membahas langsung dua model pembelajaran, yaitu Model

Pembelajaran SQ3R dan SQ4R.

Model Pembelajaran SQ3R Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa,

yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat.

Sintaknya adalah :

Survey : dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci,

Question : dengan membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana, dari mana) tentang

bahan bacaan (materi bahan ajar),

Read : dengan membaca teks dan cari jawabannya,

Page 20: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Recite : dengan mempertimbangkan jawaban yang diberi (catat-bahan bersama),

Review : dengan cara meninjau ulang menyeluruh.

Model Pembelajaran SQ4R SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas

memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.

Sintaks pembelajaran ini adalah:

Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci

Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan

bacaan (materi bahan ajar),

Read dengan membaca teks dan cari jawabanya,

Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan

Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh.

Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan

konteks aktual yang relevan.

Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Share : Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara

koperatif –kelompok.

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC

(Kooperatif Terpadu

Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran

Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran

atau,tema sebuah wacana/kliping.

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini

dapat dikategorikan pembelajaran terpadu.

Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu

dapat dikelompokkan menjadi:

1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan)

dan model nested (terangkai);

2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared

(perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model

integreted (terpadu);

3) model dalam lintas siswa.

Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung

jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-

ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga

terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran

ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga

sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan

lingkungan.

Page 21: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan

UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk

mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk

menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning

to live together), (Depdiknas, 2002).

B. Langkah - Langkah Pembelajaran CIRC Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.

2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi

tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.

4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.

5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.

6. Penutup.

Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:

a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu

konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.

Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.

b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa

untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan

menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini

menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan

pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya,

tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan

konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang

kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri

dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi

sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk

diujikannya.

c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil

temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas.

Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan

hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan

barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan,

saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:

1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat

perkembangan anak;

2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan

anak;

3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak

didik akan dapat bertahan lebih lama;

4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;

5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat)

sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;

6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar

yang dinamis, optimal dan tepat guna;

Page 22: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;

8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam

mengajar (Saifulloh, 2003).

D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:

Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang

menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran

seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

E. Kesimpulan Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini

siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan

dengan materi yang dijelaskan.

Model Pembelajaran Tari Bambu

Share : Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi

pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur,

strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan

informasi antar siswa. Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu.

Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu. Langkah-Langkah pembelajarannya

sebagai berikut :

1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika

ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa

berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan

pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.

2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.

4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung

lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing

siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus

sesuai dengan kebutuhan.

Model Pembelajaran Artikulasi (Pengertian, langkah, kekurangan-kelebihan)

5. Share : 6. Dalam bahasan tentang Model Pembelajaran Artikulasi kali ini juga akan dibahas

tentang Pengertian, langkah-langkah serta kelebihan dan kekurangannya.

A. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi

Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan

berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan

menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model

pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai „penerima pesan‟

sekaligus berperan sebagai „penyampai pesan.‟

Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa

Page 23: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang

masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai

teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat

diperlukan dalam mode pembelajaran ini.

B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.

4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru

diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil,

kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya

dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil

wawancaranya.

6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami

siswa.

7. Kesimpulan/penutup.

C. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi

Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:

A. Kelemahannya:

a. Untuk mata pelajaran tertentu

b. Waktu yang dibutuhkan banyak

c. Materi yang didapat sedikit

d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor

e. Lebih sedikit ide yang muncul

f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah

B. Kelebihannya:

a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)

b. Melatih kesiapan siswa

c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain

d. Cocok untuk tugas sederhana

e. Interaksi lebih mudah

f. Lebih mudah dan cepat membentuknya

g. Meningkatkan partisipasi anak

Pustaka :

Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendekia.

Berbagai sumber

Debate dan Role Playing Sebagai Model Pembelajaran

Share : asik belajar dot com. Postingan kali ini terkait melengkapi koleksi artikel yang membahas

tentang model pembelajaran. Nah, model pembelajaran debate dan role playing dirangkum

menjadi satu dan diambil dari beberapa sumber.

Page 24: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

A. Model Pembelajaran Debate Dalam model pembelajaran Debate siswa juga dilatih bagaimana mengeluarkan pendapat

seperti dalam model pembelajaran Think Pair and Share, perbedaannya adalah dalam debate

situasi pembelajaran disengaja dibuat 2 kelompok yang berseberangan (pro dan kontra).

Siswa dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan

bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat

dipertanggungjawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa

belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan.

Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

1. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang

lainnya kontra.

2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua

kelompok diatas.

3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro

untuk berbicara saat itu,

4. kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya

sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.

5. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap

pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.

6. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.

7. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat

kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

B. Model Pembelajaran Role Playing dan Beberapa Pengertiannya Beberapa Pengertian tentang Model pembelajaran Role Playing :

Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan,

aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid

dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di

dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas

dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan

peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan

dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini

pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang

diperankan.

Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan

pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid

diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa

(bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif

dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional,

2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan

menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan

memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan

bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut

dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari

Page 25: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas,

maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.

Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain

Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok

memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan

berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :

1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari

sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.

3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.

4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah

dipersiapkan.

6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang

sedang diperagakan.

7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk

membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.

8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.

9. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

10. Evaluasi.

11. Penutup.

Model Pembelajaran MID dan KUASAI

Share : Berikut dicatat 2 (dua) model pembelajaran yang dijadikan satu dalam postingan, yaitu :

Model Pembelajaran MID (Meaningful Instructionnal Design) Model Pembelajaran MID (Meaningful Instructionnal Design). Model ini adalah

pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara

membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis.

Sintaknya adalah :

Lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi

pengalaman, dan konsep-ide;

Reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar;

Production melalui ekspresi-apresiasi konsep.

Model Pembelajaran KUASAI Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut :

Kerangka pikir untuk sukses,

Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar,

Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai),

Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya,

Ajukan pengujian pemahaman, dan

Page 26: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar

Model Pembelajaran CRI dan IOC

Share :

Model Pembelajaran CRI (Certainly of Response Index) CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat

keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan

pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI

menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost guest,

2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dan 5 untuk certain.

Model Pembelajaran IOC (Inside Outside Circle) Model Pembelajaran IOC (Inside Outside Circle)adalah model pembelajaran dengan sistim

lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi

informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan ssingkat dan

teratur.

Sintaks pembelajaran ini adalah:

1. Separuh dari sejumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar,

2. separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam,

3. siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan,

4. siswa yang berada di lingkran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada

teman (baru) di depannya, dan seterusnya.

Model Pembelajaran DPLS dan DMR

Share :

Model Pembelajaran DPLS (Double Loop Problem Solving) DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan

penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi

berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan

masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya

masalah tersebut.

Sintak pembelajaran ini adalah:

1.identifkasi,

2.deteksi kausal

3.solusi tentative,

4.pertimbangan solusi,

5.analisis kausal,

6.deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih.

Langkah penyelesaian masalah sebagai berikut:

1.menuliskan pernyataan masalah awal,

2.mengelompokkan gejala,

3.menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi,

4.mengidentifikasui kausal,

Page 27: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

5.imoplementasi solusi,

6.identifikasi kausal utama,

7.menemukan pilihan solusi utama, dan

8.implementasi solusi utama.

Model Pembelajaran DMR (Diskursus Multy Reprecentacy) Model Pembelajaran DMR (Diskursus Multy Reprecentacy) adalah pembelajaran

yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai

representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan,

pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.

Model Pembelajaran Course Review Horay

A. Pengertian

Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat

menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang

dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak‟hore!‟ atau yel-yel lainnya

yang disukai.

Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model pembelajaran yang

dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih

menyenangkan. Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model

pembelajaran course review horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar

maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan

telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan

pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu

atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan

jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak “horay”

atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.

Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian pemahaman

siswa dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan

siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung segera

menyoraki kata-kata “horay” atau menyoraki yel-yelnya.

Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka seiring

dengan perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay menjadi salah

satu alternative sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran

Course Review Horay, merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar

mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.

Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran

dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi

dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu

Page 28: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui

Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan

masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.

B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan

kebutuhan dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau

kotak yang nomornya disebutkan guru.

6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan

siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( v ) dan langsung berteriak horay atau

menyanyikan yel-yelnya.

8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .

9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak

memperoleh horay.

10. Penutup

C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review Horay

a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya.

b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak

menegangkan.

c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan

d. Melatih kerjasama

D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review Horay

a. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan

b. Adanya peluang untuk curang

Model Pembelajaran Demonstrasi

Demonstration Method - Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara

langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000)

Metode demontrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau

cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Syaiful Bahri Djamarah,

2000)

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi yaitu sebagai berikut:

Page 29: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

a. perhatian siswa dapat lebih difokuskan

b. proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa

(Daradjat, 1985)

Kelebihan metode demontrasi sebagai berikut:

1. membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda

2. memudahkan berbagai jenis penjelasan

3. kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengalaman

dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut:

1. anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan,

2. tidak semua benda dapat didemonstrasikan

3. sukar dimengerti apabila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang

didemonstrasikan . (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Model pembelajaran Explicit instruction

A. Pengertian

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola

selangkah demi selangkah.

Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa

dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan

selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran

Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama

yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge

that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the

direct instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru

mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung

jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada

siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan

kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah

dipelajari serta memberikan umpan balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan

baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: “The direct instruction model

was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and

declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”

Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a teacher-centered

Page 30: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

model that has five steps:establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice,

feedback, and extended practiceA direct instruction lesson requires careful orchestration by

the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented.” Hal yang sama

dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan model

pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau

demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek

pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan latiham mandiri.

B. Prinsip

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural,

langkah demi langkah bertahap.

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola

selangkah demi selangkah.

Langkah-langkah:

1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.

2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.

3. Membimbing pelatihan.

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

Sintaknya adalah:

1. sajian informasi kompetensi,

2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,

3. membimbing pelatihan-penerapan,

4. mengecek pemahaman dan balikan,

5. penyimpulan dan evaluasi,

6. refleksi.

C. Kesimpulan

Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara langsung

agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh

dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan

dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat

mempunyai keterampilan procedural.

D. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:

1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.

2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.

Kekurangan:

1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.

2. Untuk mata pelajaran tertentu.

Page 31: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Model pembelajaran scramble

Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya

jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun

dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban

tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.

Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya

jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun

dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban

tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.

Kelebihan Model pembelajaran Scramble:

1. Memudahkan mencari jawaban

2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut

3. Semua siswa terlibat

4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

5. Melatih untuk disiplin

Kekurangan model pembelajaran scramble

1. Siswa kurang berfikir kritis

2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya

3. Mematikan kreatifitas siswa

4. Siswa tinggal menerima bahan mentah

Langkah-langkah Model pembelajaran scramble:

1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang

“Tata Surya”

2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja dengan

jawaban yang diacak susunannya.

3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :

4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK

5. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Media :

Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

Buat jawaban yang diacak hurufnya

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

Membagikan lembar kerja sesuai contoh.

Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari

pertanyaan pada kolom A!

Kolom A

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …

Page 32: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah

3. Uang … saat ini banyak dipalsukan

4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …

5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …

6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …

7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …

8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …

9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar

sejumlah uang disebut ….

Kolom B

1. TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban yang benar……BARTER )

2. GANU …………………………………

3. TRASEK ………………………………

4. KISTRINI ………………………………

5. LIRI ………………………………………

6. SRUK …………………………………

7. MINALON ………………………….

8. SAKSITRAN …………………………

9. KEC …………………………………

Model Pembelajaran Pair Check

Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini

juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.

Langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut :

atu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini

juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.

Langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut :

1. Bekerja Berpasangan; Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa.

Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih

siswa dalam menilai.

2. Pelatih Mengecek; Apabila patner benar pelatih memberi kupon.

3. Bertukar Peran; Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.

4. Pasangan Mengecek; Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan

jawaban.

5. Penegasan Guru; Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.

Talking Stick dan Snowball Throwing

Share : Model Pembelajaran Talking stick dan Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah

sama-sama keduanya termasuk suatu tipe Model pembelajaran kooperatif .

Page 33: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

A. Talking Stick Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat

wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK.

Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang

menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.

2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan

kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.

5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru

mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok,

setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat

tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa

mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak

bisa menjawab pertanyaan.

8. Guru memberikan kesimpulan.

9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.

10. Guru menutup pembelajaran.

B. Snowball Throwing Model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan murid dalam kelompok dan

keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di padukan melalui permainan imajinatif

membentuk dan melempar bola salju (Komalasari: 2010)

Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan

satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua

kelompok

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa

yang lain selama ± 15 menit

6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara

bergantian

7. Evaluasi

8. Penutup

Page 34: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

A. Pengertian Model Student Facilitator and Explaining

Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran

dimana siswa / peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta

didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai / KD

2. Guru mendemonstrasikan / menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya

melalui bagan / peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran

4. Guru menyimpulkan ide / pendapat dari siswa

5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini

6. Penutup

Kelebihan :

Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang

ada dipikirannya sehingga lebih dapat memehami materi tersebut.

Kekurangan :

1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil

2. Banyak siswa yang kurang aktif.

B. Materi yang Cocok dengan Student Facilitator and Explaining

a. Kelas 5 :

Ø Cahaya dan sifat-sifatnya

Ø Benda dan sifatnya

b. Kelas 6 :

Ø Gerakan bumi dan bulan

Ø Konduktor dan isolator panas

c. Alasan memilih materi tersebut

Karena pada saat guru ingin mencapai tujuan pembelajaran dalam model pembelajaran

Student Facilitator and Explaining ini guru bisa menyampaikan atau menyajikan materi

dengan mendemonstrasikannya terlebih dahulu. Hal ini dapat membuat anak dapat dengan

mudah memahami materi-materi pembelajaran tersebut karena pelajaran tersebut disajikan

lebih konkret. Sehingga, pada saat guru memberikan kesempatan kepada salah satu atau

beberapa siswa untuk menjelaskan, dia bisa menjelaskan tentang materi pelajaran tersebut

sesuai dengan ide atau pikirannya masing-masing.

Model Pembelajaran Make A Match

Model Pembelajaran Make A Match adalah suatu tipe Model pembelajaran Konsep . Model

pembelajaran ini mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui

suatu permainan kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85).

Langkah langkah Model Pembelajaran Make A Match menurut Lorna Curran(Komalasari,

2010: 85) adalah sebagai berikut :

Page 35: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Share :

Model Pembelajaran Make A Match adalah suatu tipe Model pembelajaran Konsep. Model

pembelajaran ini mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui

suatu permainan kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85).

Langkah langkah Model Pembelajaran Make A Match menurut Lorna Curran(Komalasari,

2010: 85) adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok

untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban.

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya

(soal jawaban).

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point.

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dari sebelumnya.

7. Demikian seterusnya.

8. Kesimpulan/penutup

9. Mind Mapping

10. Share :

11. 12. Model Pembelajaran Mind Mapping. Mind mapping merupakan cara untuk

menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak.

Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak

cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh

tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita

bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita

akan pergi dan dimana kita berada. (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=702661)

Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita

bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang

alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan

bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an.

Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki

sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral

tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide

Page 36: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind

Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk

diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk

mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.(http://escaeva.com)

Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa

menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja

otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan

daya ingat hingga 78%.Beberapa manfaat memiliki mind map antara lain :

a. Merencana

b. Berkomunikasi

c. Menjadi Kreatif

d. Menghemat Waktu

e. Menyelesaikan Masalah

f. Memusatkan Perhatian

g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran

h. Mengingat dengan lebih baik

i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien

j. Melihat gambar keseluruhan

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :

a. Cara ini cepat

b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala

anda

c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

( http://www.escaeva.com/tips-menulis/tips-fiksi/menulis-dengan-diagram-

balon.html)

13.

Perbedaan: Catatan Biasa dan Mind Map

Catatan Biasa Mind Map

Catatan Biasa Catatan Biasa : Peta Pikiran

Hanya berupa tulisan-tulisan

saja serupa tulisan Symbol dan gambar

Hanya dalam satu warna Berwarna-warni

Untuk mereview ulang

diperlukan waktu yang lama Untuk mereview ulang diperlukan

waktu yang pendek

Waktu yang diperlukan untuk

belajar lebih lama

Waktu yang diperlukan untuk

belajar lebih cepat dan efektif

Statis Membuat individu menjadi kreatif

14. Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang

mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan

potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan

kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan

mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya

kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap

Page 37: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap

hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam

diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada

di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.

Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung

kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind

mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)

Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang

diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-

tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar,

simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri

yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang

bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri

dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi

pelajaran.

Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu

ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat.

Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan

garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang

sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk

menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis.

Example Non Example

Share :

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-

example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media

pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat

menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang

ada didalam gambar.

Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks

analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga

digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan

siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis

ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Model Pembelajaran Example

Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling

sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak

jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari

di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri.

Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi

konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan

2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan

meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example

Page 38: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang

dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh

dari suatu materi yang sedang dibahas.

Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu

konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya.

Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan

dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang

ada.

Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode example and nonexample antara lain:

1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memper- luas

pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka

untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non

example

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu

konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih

terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah

dipaparkan pada bagian example.

Tennyson dan Pork (1980 hal 59) dalam Slavin 1994 menyarankan bahwa jika guru akan

menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal yang seharusnya diperhatikan, yaitu:

1. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.

2. Pilih contoh – contoh yang berbeda satu sama lain.

3. Bandingkan dan bedakan contoh – contoh dan bukan contoh

Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk

membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and

Weil (1986) dalam Buehl (1996) telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan,

yang menggunakan model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metode

Example and Nonexample.

Kerangka konsep tersebut antara lain:

1. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang menjelas- kan

beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menya- jikan itu

dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat

pada dua daftar tersebut. Selama siswa memikirkan tentang tiap examples dan non-

examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu

berbeda.

2. Menyiapkan examples dan non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih

spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga

mampu memahami konsep yang baru.

3. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan konsep

examples dan non-examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk

menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap

siswa dapat memberikan umpan balik.

Page 39: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

4. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang

telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah didapat dari examples dan

non-examples

Langkah-langkah Model Pembelajaran Example Non Example:

CONTOH DAPAT DARI KASUS/GAMBAR YANG RELEVAN DENGAN

KOMPETENSI DASAR.

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/Proyektor/ hanya

berupa slide kertas.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut

dicatat pada kertas

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan

yang ingin dicapai

7. Kesimpulan.

Picture And Picture

Share :

Model Pembelajaran Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan

menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama

lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model

pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya.

2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok

mempunyai tujuan yang sama.

3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang

sama di antara anggota kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

Page 40: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan Picture and Picture ini menurut Istarani (2011:7)

adalah sbb:

1). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Di

langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi

Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat

mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga

harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana

KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2). Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai

pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum

permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari

sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang

selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi

akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3). Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan

materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam

proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau

oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energy kita dan

siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan

selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar

dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.

4). Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan

gambar-gambar yang ada. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena

penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah

satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan

tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk

diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.

5). Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan

gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau

tuntutan KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran

siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM

semakin menarik.

6). Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep

materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan

pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini

dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain

dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD

dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator

yang telah ditetapkan.

7). Guru menyampaikan kesimpulan. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa

mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:

Kelebihan:

1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

Page 41: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

2. Melatih berpikir logis dan sistematis.

3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan

dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,

4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

5. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Kekurangan:

1. Memakan banyak waktu

2. Banyak siswa yang pasif.

3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.

4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain

5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

Sedangkan menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kekurangan Picture And Picture adalah :

Kelebihan Model Pembelajaran Picture And Picture:

1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan

kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar

mengenai materi yang dipelajari.

3. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk

menganalisa gambar yang ada.

4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa

mengurutkan gambar.

5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang

telah dipersiapkan oleh guru.

Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture:

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan

materi pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi

siswa yang dimiliki.

3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan

utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar

yang diinginkan

Model Pembelajaran COOPERATIVE SCRIPT

Model Pembelajaran COOPERATIVE SCRIPT adalah metode belajar dimana siswa bekerja

berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang

dipelajari.

Langkah-langkah :

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan

2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

Page 42: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa

yang berperan sebagai pendengar

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide

pokok dalam ringkasannya.

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

Serta lakukan seperti diatas. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru

6. Penutup

Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

Model Pembelajaran LAPS-Heuristik.

Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi masalah.

LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah

alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya.

Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.

Model Pembelajaran Improve

belajar Agus DM

Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing,

Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment.

Sintaknya adalah:

1. Guru menyajikan pertanyaan untuk mengantarkan konsep,

2. Siswa latihan dan bertanya,

3. Balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.

Mode Pembelajaran Generatif

belajar Agus DM

Pembelajaran generatif (PG) merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL).

Berdasarkan model transformasi pengetahuan menurut konstruktivis telah diajukan beberapa

model pembelajaran lain. Salah satu model pembelajaran diusulkan oleh Osborne dan

Wittrock pada tahun 1985 adalah model pembelajaran

generatif karena didasarkan pada teori belajar generatif dimana pembelajaran generatif

merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif

pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan

atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang

dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.

Model pembelajaran generatif berbasis pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi

dasar bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Hal ini ditegaskan Wittrock bahwa

intisari dari pembelajaran generatif adalah otak tidak menerima informasi dengan pasif,

Page 43: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

melainkan justru dengan aktif mengkonstruksi suatu interpretasi dari informasi tersebut dan

kemudian membuat kesimpulan.

Model pembelajaran generatif merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan

dengan tujuan agar siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dalam pembelajaran.

Dalam teori belajar generatif merupakan suatu penjelasan tentang bagaimana seorang siswa

membangun pengetahuan dalam fikirannya seperti membangun ide tentang arti sutau istilah

dan membangun strategi agar sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan bagaimana

dan mengapa'

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2254144-model-pembelajaran-

generatif

Model Pembelajaran Circuit Learning

Circuit Learning Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran

dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang.

Sintaknya adalah:

1. Kondisikan situasi belajar kondusif dan focus,

2. Siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa

khusus,

3. Tanya jawab dan refleksi.

Complete Sentence

Share :

Model Pembelajaran Complete Sentence

A. Pengertian

Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana

di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan

kunci jawaban yang tersedia.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau

modul dengan waktu secukupnya.

3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.

4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.

5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.

6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.

7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca

sampai mengerti atau hafal.

8. Kesimpulan.

B. Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence

Page 44: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti

kalimat tersebut belum dapat dimengerti

b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum

sempurna serta belum dimengerti maknanya

c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan

d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.

e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan

C. Kelebihan/kekurangan model pembelajaran complete sentence

a. Kelebihan

1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat

2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak

jawabannya.

3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi

b. Kekurangan

1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal

2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena

biasanya hanya kata hubung.

3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.

D. Kesimpulan Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana

siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci

jawaban yang tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun

terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang

terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang

yang jawabannya telah disediakan.

Model Pembelajaran Concept Sentence

Share :

Model Pembelajaran Concept Sentence - AsikBelajar.Com. Concept Sentence merupakan

pembelajaran dimana siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan

minimal 4 kata kunci sesuai materi yang disajikan.

Langkah-langkah pembelajaran concept Sentence

1. Guru menyampaikan tujuan.

2. Guru menyajikan materi secukupnya.

3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.

4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ tpk yang disajikan.

5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4

kata kunci setiap kalimat.

6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.

7. Kesimpulan.

Page 45: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Kelebihan: 1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.

2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.

Kekurangan: 1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.

2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.

Model pembelajaran Time Token Arends

Share :

Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari

penerapan pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis

adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami

sebuah perubahan ke arah yang lebih positif.

Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu

menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama.

Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak

siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.

Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial

agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah

kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara,

siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon.

Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis

kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai

semua kuponnya habis.

SINTAK MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS

Adapun sintak dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.

3. Guru memberi tugas pada siswa.

4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada

tiap siswa.

5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau

memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi

Page 46: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh

bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya

habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.

6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN

ARENDS

Kelebihan Model Time Token Arends

1. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.

2. Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali

3. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)

5. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.

6. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi,

memberikan masukan dan keterbukaan terhadap kritik

7. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

8. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap

permasalahan yang ditemui.

9. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

Kekurangan Model Time Token Arends

1. Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.

2. Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.

3. Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena

semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.

4. Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran

Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat

digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi

pembicaraan atau siswa diam sama sekali.

Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan

agar siswa aktif berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa

aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik,

diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk berbicara.

LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).

3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap

siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.

4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil

berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.

5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang

kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

6. Demikian seterusnya.

Page 47: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Model Pembelajaran Take and Give

Share : Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model

pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran

yang diberikan guru dan teman sebayanya (siswa lain).

Kelebihan:

Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena

mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.

Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.

Kelemahan:

Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang

diterima siswa lain pun akan kurang tepat.

Tidak efektif dan terlalu bertele-tele.

Media Model Pembelajaran Take and Give

1. Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.

2. Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi

informasi, kompetensi dan sajian materi.

Langkah-langkah take and give Dalam melakukan metode take and give ini ada beberapa yang langkah yang harus dilakukan

oleh pendidik yaitu :

1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya.

2. Jelaskan materi sesuai topik menit.

3. Untuk memantapkan penguasaan peserta, tiap siswa diberi masing-masing satu kartu

untuk dipelajari (dihapal) kurang lebih 5 menit.

Page 48: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasikan

materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya

pada kartu control.

5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi

masing-masing.

6. Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang sesuai dengan

kartunya (kartu orang lain).

7. Strategi ini dapat dimodifikasikan sesuai keadaan.

8. Kesimpulan.

Kesimpulan: Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks:

1. Siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa dan bahan belajar,

2. Informasikan kompetensi,

3. Menyajikan materi,

4. Pemantapan materi : pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari

teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada

siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara

bergantian,

5. Evaluasi, dan

6. Refleksi.

Model Pembelajaran Superitem

Share :

Model Pembelajaran Superitem. Superitem adalah sebuat teknik pemberian tugas kepada

siswa oleh guru, yang dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih

kompleks dengan memperhatikan tahap SOLO siswa, Karakteristik soal-soal bentuk

superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut,

memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami

hubungan antar konsep, Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam

bernalar dan keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan

dalam memecahkan masalah.

Pengertian Model Pembelajaran Superitem

Pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem adalah pembelajaran yang dimulai dari

tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan memperhatikan tahap

SOLO siswa. Dalam pembelajaran tersebut digunakan soal-soal bentuk superitem. Alternatif

pembelajaran yang direkomendasikan Sumarmo tersebut, dirancang agar dapat membantu

siswa dalam memahami hubungan antar konsep. Juga membantu dalam memacu kematangan

penalaran siswa. Hal itu dilakukan agar siswa dapat memecahkan masalah matematika.

Sebuah superitem terdiri dari sebuah stem yang diikuti beberapa pertanyaan atau item

yang semakin meningkat kekompleksannya. Biasanya setiap superitem terdiri dari empat

item pada masing-masing stem. Setiap item menggambarkan dari empat level penalaran

berdasarkan Taksonomi SOLO. Semua item dapat dijawab dengan merujuk secara langsung

pada informasi dalam stem dan tidak dikerjakan dengan mengandalkan respon yang benar

dari item sebelumnya. Pada level 1 diperlukan penggunaan satu bagian informasi dari stem.

Page 49: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Level 2 diperlukan dua atau lebih bagian informasi dari stem. Pada level 3 siswa harus

mengintegrasikan dua atau lebih bagian dari informasi yang tidak secara langsung

berhubungan dengan stem, dan pada level 4 siswa telah dapat mendefinisikan hipotesis

yang diturunkan dari stem.

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Superitem

Karakteristik soal-soal bentuk superitem yang memuat konsep dan proses yang makin tinggi

tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan

pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep. Hal itu dikuatkan Lajoie (1991)

yang menyatakan bahwa superitem didisain untuk mendatangkan penalaran matematis

tentang konsep matematika. Di samping itu soal bentuk superitem diharapkan lebih

menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sebaliknya guru dapat

melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga perkembangan penalaran

siswa dapat dimonitor lebih dini.

Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan keterlibatan

secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam memecahkan

masalah. Dengan demikian pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem dapat

diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam

meningkatkan kemampuan meyelesaikan pemecahan masalah matematika.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Superitem

Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari

simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.

Sintaksnya adalah :

1. ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,

2. berikan latihan soal bertingkat,

3. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi

informasi,

4. integrasi, dan

5. hipotesis.

Kelebihan Model Pembelajaran Superitem

Kandungan maksud agar siswa memahami hubungan antar konsep secara bertahap dari yang

sederhana sampai meningkat kepada yang lebih kompleks. Selain daripada itu guru

melakukan kegiatan diagnostik terhadap respon siswa, sehingga dapat dengan segera

menentukan langkah-langkah yang diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Kelebihan pembelajaran matematika dengan menggunakan tugas bentuk superitem

diantaranya, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami persoalan

matematika secara bertahap sesuai kesiapannya; dan guru dapat memberikan bantuan yang

tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Pada sisi lain pembelajaran ini akan

memberi kesulitan kepada guru dalam membuat atau menyusun butir-butir soal bentuk

superitem. Kemudian dimungkinkan terdapat respon siswa yang beragam. Hal itu akan

menuntut kesiapan guru dalam mengantisipasinya.

Wilson dan Chavarria (1993) memberikan pengalamannya dalam mengkonstruksi bentuk

soal superitem yaitu:

Page 50: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

1. Mengkonstruksi sebuah superitem akan dimulai dengan menentukan terlebih dahulu

prinsip umum apa yang akan menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut

akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam

menggali situasi dari masalah.

2. Stem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa.

3. Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon yang

benar dari item sebelumnya.

Pengalaman kedua ahli tersebut, tampaknya dapat membantu guru dalam menyusun butir soal

bentuk superitem.

Model Kumon dan Hibrid

Share : asik belajar dot com. Kali ini kita memuat dua model pembelajaran, yaitu model

pembelajaran Kumon dan Hibrid. Silakan ringkasan singkat di bawah ini....

A. Model Pembelajaran Kumon Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga

suasana nyaman-menyenangkan.

Sintaksnya adalah:

1. Sajian konsep,

2. Latihan,

3. Tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai,

4. Jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi,

5. Lima kali salah guru membimbing.

B. Model Pembelajaran Hibrid Pembelajaran model hibrid merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang bersifat

metodologi dikembangkan oleh Guillermo dan kawan – kawan pada tahun 1999 di

Universitas Tecnica Federico Santa Maria Valpariso Chili.

Pembelajaran ini menggabungkan beberapa metode pembelajaran.

Pembelajaran model hibrid dibagi menjadi tiga tipe yaitu :

Traditional Classes – Real Workshop (TC – RW).

Traditional Classes – Virtual Workshop (TC – VW).

Traditional Classes – Real Workshop – Virtual Workshop (TC – RW – VW)

Sehingga dapat dikatakan bahwa Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang

berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep.

Sintaknya:

1. Pembelajaran ekspositori,

2. Koperatif-inkuiri-solusi-workshop,

3. Virtual workshop menggunakan computer-internet.

Model Pembelajaran Treffinger

Page 51: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

Share :

Pengertian Model Pembelajaran Treffinger Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani

masalah kreativitas secara langsung . Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun

afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan

ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.

Model pembelajaran Treffinger dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam

memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang

diajarkan, serta memberikan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi kemampuan

yang dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah.

Dengan kreativitas yang dimiliki siswa, berarti siswa mampu menggali potensi dalam

berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan atas masalah yang

dihadapinya yang melibatkan proses berpikir.

Model pembelajaran Treffinger dalam peranannya mendorong belajar kreatif yang dapat

mengembangkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan afektif dan kognitif yang

digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang meliputi tingkat I adalah basic tools yaitu

pengembangan fungsi-fungsi divergen, tingkat II adalah practice with proses yaitu berpikir

secara kompleks dan perasaan majemuk, serta tingkat III adalah working with real problem

yaitu keterlibatan dalam tantangan nyata. Hal tersebut sebagaimana dirumuskan delam

pembelajaran model Treffinger adalah sebagai berikut:

Treffinger selalu melibatkan ketrampilan kognitif dan afektif di dalam tahapan pembelajaran

untuk mencapai suatu tingkat berpikir tertentu. Misalnya:

Pada tingkat I, Treffinger memusatkan perhatian pada bagaimana anak dapat berpikir secara

divergen atau terbuka tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan benar atau salah.

Kemampuan afektif yang dikembangkan meliputi rasa ingin tahu (dapat dilihat dari keaktifan

siswa dalam bertanya), keberanian mengambil resiko (keberanian dalam menjawab

pertanyaan walaupun jawaban yang disampaikan salah), percaya diri (siswa berani dalam

menentukan jawaban yang berbeda dengan jawaban temannya) dan lain sebagainya.

Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi kelancaran (dapat dilihat

dari waktu yang digunakan anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan yang

berbeda), kelenturan (dilihat dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda yang

disampaikan siswa) dan lain sebagainya.

Pada tingkat II, Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan

kemampuan penyelesaian masalah dan keterbukaan terhadap perbedaan. Kemampuan afektif

pada tingkat ini meliputi keterbukaan perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam menerima

gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan ketenangan dalam menerima

gagasan yang berbeda), penggunaan khayalan dan tamsil (kemampuan berimajinasi dalam

menggambarkan masalah yang dihadapi) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan

kognitif yaitu meliputi penerapan (penggunaan apa yang tersedia dalam menyelesaikan

masalah yang diberikan), analisis (mendiskripsikan segala masalah yang ada), sintesis

(ketrampilan memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), evaluasi

(penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri sehingga menghasikan jawaban yang

paling tepat) dan lain-lain.

Pada tingkat III, Treffinger memusatkan pada bagaimana anak dapat mengelola dirinya

sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam tantangan-tantangan

yang ada dihadapannya.

Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi pemribadian nilai (berkaitan dengan

Page 52: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

pengevaluasian diri dan ide-ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif

(berusaha untuk tetap menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan penyelesaian masalah),

dan lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi pengajuan

pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang timbul dari pemikiran sendiri), pengarahan diri

(mampu menentukan sendiri langkah-langkah menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh

penyelesaian dari teman), pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk

memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk (mengembangkan ide

yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan lain sebagainya.

Menurut Munandar, dengan menggunakan ketiga tingkatan kemampuan berpikir dari model

Treffinger, siswa dapat membangun ketrampilan, menggunakan kemampuan berpikir

kreatifnya dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan kreativitas dalam hidup.

Sehingga dalam hal ini, setiap tahap dengan tingkatan berpikir tertentu didalam pendekatan

Treffinger harus diterapkan secara untuh dan diintegrasikan. Proses pembelajaran yang

seperti ini yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap.

Sintaks:

1. Keterbukaan-urun ide-penguatan,

2. Penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill,

3. Proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui

pemanasan-minat-kuriositi-tanya,

4. Kelompok-kerjasama,

5. Kebebasan-terbuka,

6. Reward.

Teori, Karakteristik , Prinsip Dasar Pembelajaran Quantum

Share : asik belajar dot com. Untuk melengkapi koleksi kumpulan model pembelajaran, maka kali ini

model pembelajaran yang diposting mengenai model pembelajaran quantum. Apa dan

bagaimana model pembelajaran quantum tersebut, silakan baca di bawah ini...

A. Landasan Teori Quantum teaching pertamakali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktekkan pada tahun

1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali

kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan

Quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya

karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung

keberagaman dan interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud

mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi

mereka sendiri dan bagi orang lain.

Teori yang terkandung dalam Quantum Teaching adalah Accelerated Learning, Multiple

Intelligences, Neuro-Linguistic Programming, Experiential Learning, dan Elements of

Effective Instruction sehingga Quantum Teahing merangkaikan sebuah kekuatan yang

memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang didalamnya

Page 53: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

meramu konsep berbagai teori yaitu: 1) teori otak kanan/kiri; 2) teori otak triune (3 in 1); 3)

pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); 4) teori kecerdasan ganda; 5) pendidikan

holistic (menyeluruh); 6) belajar berdasarkan pengelaman; 7) belajar dengan symbol, dan 8)

simulasi/permainan.

B. Karakteristik Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai

berikut:

1. Berpangkal pada psikologi kognitif.

2. Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri,

kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang

secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang

dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.

3. Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan

faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental)

sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan

pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant

yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.

4. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses

pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna

yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi

kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat

bagi keberhasilan pembelajar.

5. Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-

hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan

tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.

6. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan

dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan

menyenangkan serta tidak membosankan.

7. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan

kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat

dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi

secara memadai.

8. Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks

pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,

lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi

pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel,

keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.

9. Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.

10. Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung

arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari

segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa

hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.

11. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam

prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.

12. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga

pembelajaran bias berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Page 54: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

C. Prinsip Dasar Prinsip dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:

1] Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru

ke dalam dunia mereka (siswa).

2] Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan kelas/sekolah

sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak

sampa rencana pelakanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran.

b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai

tujuan semuanya.

c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik adalah jika

siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum

memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan

berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan

menggerakkan rasa keingintahuan.

d) Akuilah setiap usaha. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan

diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang

mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan

sebelumnya.

e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang telah

dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.

3] Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada depalapan kunci

keunggulan dalam pembelajaran kuantum yaitu:

a) terapkan hidup dalam integritas, dalam pembelajaran sebagai bersikap apa adanya,

tulus, dan menyeluruh, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar.

b) akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan. Jika mengalami kegagalan

janganlah membuat cemas terus menerus tetapi memberikan informasi kepada kita

untuk belajar lebih lanjut.

c) berbicaralah dengan niat baik. Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan

keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi

yang jujur dan langsung. Dengan niat bicara yang baik akan mendorong rasa percaya

diri dan motivasi.

d) tegaslah komitmen. Dalam pembelajaran baik guru maupun siswa harus mengikuti

visi-misi tanpa ragu-ragu.

e) jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung

jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.

f) tetaplah lentur. Seorang guru terutama harus pandai-pandai mengubah lingkungan

dan suasana bilamana diperlukan.

g) Pertahankan keseimbangan. Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi

dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran

efektif dan optimal.

4] Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum

Kerangka perencanaan pembelejaran kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR”, yaitu:

Page 55: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

a) Tumbuhkan : Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip

“bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam

pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau

kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri

mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan

tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam

pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap

positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas

belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa,

sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat

dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa pahami? Apa yang siswa setujui?

Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi siswa? Pada bagian apa siswa

tertari/bermakna? Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan

tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula

dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita

pendek tentang pengalaman seseorang.

b) Alami : Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat

pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam

pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan

yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk

menjelajah.Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang

terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang

memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa

yang memfasilitasi siswa? Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan jembatan

keledai, permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau

kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.

c) Namai : Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang NAMAI mengandung maksud

bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh

pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan

mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih

keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memenadu guru

dalam memahami konsep NAMAI yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam

belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu,

alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan? Strategi

implementasi konsep NAMAI dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna,

alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.

d) Demonstrasikan : Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah

memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus

memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi

yang dipelajari. Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa siswa

dapat memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru?

Kriteria apa yang dapat membantu guru dan siswa mengembangkan bersama untuk

menuntut peragaan kemampuan siswa. Strategi yang dapat digunakan adalah

mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint,

menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara

harmonis, dan lain-lain.

e) Ulangi : Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran

terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan

menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara

multimodalitas dan multikecerdasan. Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu

Page 56: Model Pembelajaran Cooperative Learning.pdf

cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa

setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang? Strategi untuk

mengimplementasikan yaitu bias dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu

ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru

kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan

post tes.

f) Rayakan : Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud

memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan

yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir

siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lehi

lanjut. Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk

pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya? Bagaimana anda

dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka? Strategi yang dapat digunakan

adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa

tepukan.