MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK …
Transcript of MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK …
MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
PESERTA DIDIK PAKET C KELAS XI
Penyusun:
Drs. Djito, M.Pd
Dra. Lilik Sulistyowati
Ni Nyoman Sumarni, SST, M.Pd
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT PROVINSI BALI
TAHUN 2020
130
MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS PESERTA
DIDIK PAKET C KELAS XI
OLEH :
TIM PENGEMBANG BP PAUD DAN DIKMAS BALI :
Drs. Djito, M.Pd.
Dra. Lilik Sulistyowati
Ni Nyoman Sumarni, S.ST. M.Pd.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT PROVINSI BALI
TAHUN 2020
131
Judul : Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI
PENYUSUN :
Drs. Djito, M.Pd.
Dra. Lilik Sulistyowati
Ni Nyoman Sumarni, S.ST. M.Pd.
Penerbit
Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat (BP PAUD Dan Dikmas ) Bali
Jalan Gurita Raya No. 21 Pegok Sesetan Denpasar Selatan
138
LEMBAR PENGESAHAN
Pengarah :
1. Dirjen PAUD Dikmas, Dikdasmen
2. Direktur PMPK
3. Kepala BP PAUD Dan Dikmas Provinsi Bali
Penanggung Jawab
Koordinator Penanggungjawab Program dan SDM
Narasumber Profesional :
1. Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd
2. Drs. Made Diksa, M.Pd
Tim Pengembang :
Ketua : Drs. Djito, M.Pd NIP. 196211121983032023
Anggota :
1. Dra. Lilik Sulistyowati , NIP. 196102091983031011
2. Ni Nyoman Sumarni,SST.M.Pd, NIP.19610331 1984022002
ii
136
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH MODEL DAN PERANGKATNYA
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
No Nama/NIP Jabatan Pamong Belajar
Jabatan dalam Tim
Pengembang
1 Drs. Djito, M.Pd
NIP.196102091983031011
Pamong
Belajar Madya
Ketua/Anggota
2 Dra. Lilik Sulistyowati
NIP.196211121983032023
Pamong
Belajar Madya
Anggota
3 Ni Nyoman Sumarni,
SST.M.Pd
NIP.196103311984022002
Pamong
Belajar Madya
Anggota
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa naskah model dan
perangkatnya dengan judul sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI
2. Panduan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI
3. Panduan Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C kelas XI
Merupakan hasil karya asli kami dan bukan menjiplak karya orang
lain.
iii
137
Demikian Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan
apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka kami bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam
kedinasan.
Denpasar, Desember 2020
Yang Membuat Pernyataan
1. Drs. Djito, M.Pd.
NIP.196102091983031011
2. Dra. Lilik Sulistyowati
NIP.196211121983032023
3. Ni Nyoman Sumarni, SST.M.Pd
NIP.196103311984022002
iv
124
SAMBUTAN
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, mengamanatkan cita-cita kemerdekaan untuk menjadi
bangsa maju yang sejahtera, cerdas, tertib dan berkarakter, damai,
abadi serta berkeadilan sosial.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, melalui Visi Indonesia 2045 yaitu
Indonesia Maju, penguatan proses transformasi ekonomi dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus
utama dalam rangka pencapaian infrastruktur, kualitas sumber daya
manusia (SDM), layanan publik, serta kesejahteraan rakyat.
Sebagai salah satu unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat (BP PAUD dan Dikmas) Provinsi Bali sesuai
Permendikbud No. 26 Tahun 2020 mempunyai tugas
mengembangkan Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat. BP PAUD dan Dikmas Provinsi Bali diharapkan mampu
mewarnai terwujudnya arah kebijakan dan tujuan pembangunan
pendidikan nasional khususnya bidang PAUD dan Dikmas.
v
125
Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI, disusun sebagai pedoman
bagi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran agar peserta didik
dapat meningkatkan kreativitasnya. Dalam Model ini, secara rinci akan
dijabarkan tentang perencanaan, langkah-langkah pelaksanaan, serta
penilaian pembelajaran untuk mempermudah pendidik dalam
menerapkan model pembelajaran ini kepada peserta didik.
Dalam kesempatan ini saya atas nama pimpinan lembaga
mengucapkan terimakasih kepada tim pengembang model, pendidik
dan tenaga kependidikan satuan PAUD dan Dikmas, pemangku
kepentingan di lokasi ujicoba pengembangan model, dan semua pihak
yang telah berpartipasi aktif, bekerja bersama-sama dalam
mendukung tugas dan fungsi balai. Semoga amal baik
Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Aamiin.
Denpasar, Desember 2020
Kepala,
Dra. Endah Warsiati, M.Pd
NIP. 196402221991032001
vi
126
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas karunia-Nya Model Pembelajaran Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI dapat
kami susun tepat pada waktunya.
Model Pembelajaran ini disusun sebagai pedoman dalam
pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik Paket C kelas XI. Secara rinci, model ini menjabarkan
tentang langkah-langkah pembelajaran dan penilaian dengan
pendekatan berbasis masalah.
Dalam penyusunan model ini, banyak pihak yang telah terlibat.
Untuk itu melalui kesempatan ini ijinkanlah kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat Provinsi Bali beserta staf atas
dukungannya sehingga kegiatan ini dapat terlaksana.
2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, Karangasem,
Bangli dan Gianyar, yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan Ujicoba Operasional di wilayah kerjanya.
vii
127
3. Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd. selaku Akademisi yang telah
membimbing kami dalam kegiatan pengembangan model.
4. Drs. Made Diksa, M.Pd selaku praktisi yang banyak membantu
dalam kegiatan pengembangan model.
5. Kepala dan karyawan SPNF SKB Karangasem, SPNF SKB
Bangli, SPNF SKB Gianyar dan SPNF SKB Tabanan yang telah
bersedia membantu dalam pelaksanaan Ujicoba operasional
Model pembelajaran Berbasis masalah untuk meningkatkan
Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI.
6. Rekan-rekan pamong belajar, staf, dan pihak-pihak yang tidak
dapat kami sebut satu persatu yang telah banyak membantu tim
pengembang selama proses pengembangan model ini
Semoga amal baik Bapak/Ibu/Saudara mendapatkan balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Besar harapan kami agar model ini dapat bermanfaat bagi
penyelenggara dan pendidik/tutor dalam meningkatkan kualitas hasil
belajar peserta didik khususnya dalam meningkatkan kreativitas
peserta didik sehingga kompetensi minimal literasi dan numerasi serta
sikap yang baik dapat dicapai. Aamiin.
Denpasar, Desember 2020
Tim Pengembang
viii
128
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………….. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………. iii
KATA SAMBUTAN ……………………………………………….. v
KATA PENGANTAR …………………………………………….. vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….
A. Latar Belakang ……………………………………. 1
B. Dasar Hukum ………………………………………. 10
C. Tujuan ………………………………………………. 12
D. Manfaat …………………………………………….. 13
E. Hasil yang diharapkan …………………………….. 14
ix
129
BAB II KONSEP MODEL YANG DIKEMBANGKAN
A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 16
B. Kreativitas …………………………………………. 36
C. Krakteristik Model ………… ……………………… 53
D. Prototipe …………………………………………… 54
BAB III PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN
A. Program Paket C…………………………………… 61
B. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah ……………………………………………..
84
BAB IV PENJAMINAN MUTU
A. Monitoring …………………………………………. 101
B. Evaluasi……………………………………………. 106
C. Tehnik-tehnik yang digunakan ………………… . 108
D. Pelaporan………………………………………... 109
BAB V PENUTUP
A. Harapan-harapan Model ………………………… 110
B. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi … 111
Kepustakaan……………………………………………………. 113
Lampiran-lampiran ……………………………………………… 117
x
133
DAFTAR GAMBAR
Gambar
No
Keterangan Hal
2.1 Pendidik /Tutor sedang berdiskusi dengan
peserta didik
16
2.2 Fase Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Masalah
25
2.3 Dimensi Kreativitas 50
2.4 Prototipe Model 55
3.1 Proses Kegiatan belajar Pendidikan Paket
C
61
3.2 Pembelajaran memalui daring 71
3.3 Pembelajaran dengan Modul 73
3.4 Pembelajaran dengan Aplikasi WhatsApp 74
3.5 Pendidik dan pengelola sedang berdikusi
persiapan pembelajaran
75
3.6 Pembelajaran dengan sarana Komputer 76
3.7 Pembelajaran di dalam kelas 77
3.8 Pembelajaran dengan sarana daring 78
xi
134
3.9 Pendidik sedang memberikan orientasi
kepada peserta didik tentang materi yang
akan dibahas bersama
91
3.10 Peserta dibagi dalam kelompok kecil 92
3.11 Peserta didik sedang beriskusi dalam
membahas materi
93
3.12 Peserta didik sedang memperlihatkan
keterampilanya
94
3.13 Pendidik sedang merevisi hasil karya
peserta didik
95
3.14 Peserta didik sedang bekerja
bersamasama untuk membuka usaha
100
xii
135
DAFTAR TABEL
Tabel
No
Keterangan Hal
2.1 Indikator Pengembangan Kreativitas 51
3.1 Struktur Kurikulum Paket C 69
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1
menyebutkan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan
strategis bagi penyiapan generasi penerus suatu bangsa. Oleh
karena itu setiap negara memberikan prioritas yang tinggi
terhadap pendidikan bagi warga negaranya, termasuk Indonesia.
2
Begitu pentingnya pendidikan bagi penyiapan generasi
penerus bangsa, maka dalam UUD 1945 telah diamanatkan
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (Pasal
31, ayat 1). Oleh karenanya, pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan yang bermutu
untuk setiap warga negara. Negara harus memberi kesempatan
pendidikan yang sama kepada semua warga negara tanpa
kecuali. Artinya, warga negara yang karena sesuatu hal terpaksa
tidak bisa mengikuti pendidikan di jalur sekolah (jalur pendidikan
formal), harus dijamin memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan yang setara melalui jalur pendidikan luar sekolah (jalur
nonformal).
Sejak awal kehadirannya di kancah pembangunan
pendidikan di tanah air, fungsi pendidikan kesetaraan sebagai
bagian dari pendidikan nonformal adalah mengembangkan
potensi peserta didik (warga belajar) dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan akademik dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Adapun
3
tujuan utama pendidikan kesetaraan ke depan adalah: (1)
menjamin penyelesaian pendidikan dasar yang bermutu bagi anak
yang kurang beruntung (putus sekolah, putus lanjut, tidak pernah
sekolah), khususnya perempuan, minoritis etnik, dan anak yang
bermukim di desa terbelakang, miskin, terpencil atau sulit dicapai
karena letak geografis dan atau keterbatasan transportasi; (2)
menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia
muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program-
program belajar dan kecakapan hidup; (3) menghapus
ketidakadilan gender dalam pendidikan dasar dan menengah; dan
(4) melayani peserta didik (warga belajar) yang memerlukan
pendidikan akademik dan keterampilan atau kecakapan hidup
untuk meningkatkan mutu kehidupannya, (5) berkembangnya
teknologi dan kemajuan pada berbagai aspek.
Kurikulum pendidikan kesetaraan dikembangkan dengan
mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar
pendidikan dasar dan menengah. Kompetensi inti dan kompetensi
4
dasar tersebut disesuaikan dengan konteks pendidikan
kesetaraan dan fungsionalisasi dalam kehidupan sehari hari.
Kontekstualisasi dan fungsionalisasi ini tidak mengurangi derajat
kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum pendidikan dasar
dan menengah.
Untuk memastikan kualitas lulusan pendidikan kesetaraan
adalah setara dengan pendidikan formal, maka pengembangan
kurikulum pendidikan kesetaraan dilakukan dengan mengacu dan
melalui kontekstualisasi kompetensi inti dan kompetensi dasar
dari kurikulum pendidikan formal serta disesuaikan dengan
masalah, tantangan, kebutuhan dan karakteristik pendidikan
kesetaraan. Kontekstualisasi yang dilakukan mencakup
konseptualisasi, rincian materi, kejelasan ruang lingkup, deskripsi
kata kerja operasional dan rumusan kalimat sehingga mudah
diajarkan/dikelola oleh pendidik (teachable); mudah dipelajari oleh
peserta didik (learnable); terukur pencapaiannya (measurable
assessable), dan bermakna dan relevan untuk dipelajari (worth to
learn) peserta didik.
5
Kebijakan Dirjen PAUD dan Dikmas tentang pemberlakuan
kurikulum 2013 dengan konteks pendidikan kesetaraan dan
fungsionalisasi dalam kehidupan sehari-hari untuk pendidikan
kesetaraan, harus sudah diterapkan pada tahun ajaran
2019/2020. Demikian pula dengan kebijakan baru Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yang mulai tahun 2020/2021
penilaian berupa ujian nasional tidak lagi diberlakukan untuk
semua jenjang pendidikan. Penilaian akhir yang digunakan adalah
cukup penilaian oleh satuan pendidikan yang disebut dengan
assessment kompetensi minimal (literasi membaca dan literasi
numerasi) dan survey karakter peserta didik. Dengan penilaian
tersebut diharapkan peserta didik tidak hanya sekedar memiliki
kemampuan menghafal tetapi lebih dari itu peserta didik dituntut
untuk mampu berpikir kreatif sehingga mampu menguasai
kompetensi minimal literasi dan numerasi serta mampu
menunjukkan kreativitasnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental yang digunakan
seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru, baik
6
berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya
baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada. Adapun
kreativitas pada dasarnya adalah merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk menciptakan/memodifikasi dan
melakukan suatu hal baru, cara-cara baru, model baru, produk
baru yang berguna bagi dirinya dan masyarakat lainnya.
Kreativitas sangat diperlukan oleh setiap orang karena dengan
kreativitasnya seseorang akan mampu mengatasi permasalahan
yang dihadapi. Anak yang kreatif akan mudah mengatasi
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya serta mudah
menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Tetapi sebaliknya anak
kurang kreatif akan sulit mengatasi permasalahan hidupnya dan
akan tertinggal oleh kemajuan zaman.
Kemampuan berpikir kreatif/kreativitas peserta didik
pendidikan kesetaraan paket C sangatlah diperlukan, tidak saja
dalam pencapaian kompetensi minimal akademik tetapi juga
dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam pencapaian kompetensi
minimal (literasi dan numerasi) jelas diperlukan kemampuan
7
berpikir kreatif karena tanpa adanya kemampuan berpikir kreatif
peserta didik tidak akan mampu mencapai kompetensi minimal
sebagaimana yang diinginkan. Demikian pula dalam kehidupan di
masyarakat, tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
dalam berbagai bidang kehidupan memerlukan kreativitas
seseorang untuk mampu mencari jalan keluar sehingga
permasalahan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu,
pengembangan kreativitas peserta didik pendidikan kesetaraan
paket C sangat dibutuhkan.
Hasil studi pendahuluan di empat satuan pendidikan
kesetaraan paket C SPNF : SKB Kabupaten Tabanan, SKB
Kabupaten Gianyar, SKB Kabupaten Karangasem, dan SKB
Kabupaten Bangli, diperoleh hasil bahwa: secara potensial
sebenarnya peserta didik pendidikan kesetaraan paket C telah
memiliki kreativitas. Hal ini dibuktikan dengan dimilikinya usaha-
usaha tertentu yang digelutinya untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Tetapi, dalam proses pembelajaran di kelas XI, lebih
diarahkan pada pencapaian aspek pengetahuan khususnya
8
mengacu pada persiapan ujian kenaikan kelas atau ujian akhir
sehingga belum mendukung kreativitas peserta didik secara
optimal. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh tutor
selama ini umumnya dengan metode: ceramah, tanyajawab,
penugasan, dan diskusi kelompok. Hasil pengamatan terhadap
peserta didik, umumnya mereka masih merasa malu-malu atau
takut dalam mengemukakan pendapat atau argumen serta belum
memiliki keberanian untuk unjuk kerja di depan orang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa kreativitas peserta didik belum optimal.
Untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, diperlukan
proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran adalah
sesuatu aktivitas pemberian pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang terencana sehingga peserta didik mampu mencapai
kompetensi yang diharapkan. Oleh karena, itu model-model
pembelajaran yang tepat dalam upaya peningkatan kreativitas
peserta didik adalah sangat diperlukan.
Salah satu model yang dipandang tepat untuk
dikembangkan dalam meningkatkan kreativitas peserta didik
9
pendidikan kesetaraan paket C adalah Problem Based Learning
(PBL) atau model pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai langkah untuk mengawali proses
pembelajaran, sehingga dapat merangsang peserta didik untuk
kreatif dalam belajar secara individu maupun kelompok sampai
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi. Model
pembelajaran berbasis masalah memungkinkan mengangkat
masalah tertentu untuk dijadikan sebuah tema, dan tema tersebut
dapat dilaksanakan secara terpadu yang menggabungkan suatu
konsep dalam beberapa materi, pelajaran atau bidang studi
menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu sehingga
terjadi integrasi antara pengetahuan, keterampilan dan nilai yang
memungkinkan siswa aktif menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah, diharapkan dapat meningkatkan kreativitas peserta didik
sehingga kompetensi literasi dan numerasi serta karakter dapat
10
dicapai. Terkait dengan hal tersebut di atas, maka pada tahun
2020 Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas Bali
mengembangkan “Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Paket C Kelas XI”.
B. Dasar Hukum
Sebagai dasar hukum dalam pengembangan model adalah
sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 2015 tentang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 63 tahun
2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81
Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 20 tahun
2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
11
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 21 tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 22 tahun
2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 23 tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 24 tahun
2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26
tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat.
11. Peraturan Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Nomor 02
tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Model
PAUD Dan Dikmas.
12. Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) BP PAUD Dan
Dikmas Bali Tahun 2020
12
C. Tujuan
Tujuan pengembangan model sebagai berikut.
1. Tujuan Umum:
Memberikan acuan atau pedoman bagi pendidik dan pengelola
satuan pendidikan kesetaraan paket C dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
2, Tujuan Khusus:
2.1. Satuan pendidikan kesetaraan paket C dapat
melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah
untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas
XI.
2.2. Satuan pendidikan kesetaraan paket C dapat melakukan
penilaian kepada peserta didik dalam pelaksanaan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
13
D. Manfaat
1. Bagi Peserta Didik Paket C
Model ini bermanfaat untuk:
a. Meningkatkan kreativitas peserta didik;
b. Meningkatkan pencapaian kompetensi minimal (literasi,
numerasi) dan karakter peserta didik;
c. Mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari;
d. Penerapan strategi pembelajaran Luring, Daring, dan
Kombinasi memungkinkan peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisinya.
2. Bagi Pendidik
a. Sebagai bahan acuan dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
b. Sebagai acuan dalam peningkatan mutu pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum K-13.
14
c. Penerapan strategi Luring, Daring dan Kombinasi
memungkinkan pendidik dapat menerapkan pembelajaran
dengan alternatif sesuai dengan situasi dan kondisi peserta
didik.
3. Bagi Penyelenggara Satuan Pendidikan
a. Sebagai pedoman bagi satuan pendidikan kesetaraan paket
C atau penyelenggara satuan lainnya dalam penerapan
model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
b. Sebagai bahan motivasi bagi pengelola satuan pendidikan
paket C untuk mencapai satuan pendidikan yang bermutu.
c. Penerapan strategi Luring, Daring dan Kombinasi
memungkinkan satuan dapat memperluas layanan kepada
peserta didik di manapun berada.
E. Hasil yang Diharapkan
Tersusunnya perangkat model pembelajaran berbasis
masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik paket C
kelas XI yang meliputi:
15
1. Model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
2. Panduan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
3. Panduan penilaian pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
16
BAB II
KONSEP MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS
PESERTA DIDIK PAKET C KELAS XI
Gambar 2.1
Tutor sedang berdiskusi dengan peserta didik
A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk pembahasan model pembelajaran berbasis masalah,
berikut ini secara rinci akan dibahas hal-hal sebagai berikut. (1)
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (2)
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah, (3) Tujuan dan
Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (4) Langkah-
17
Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, dan (5) Kelebihan dan
kelemahan.
1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang
dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah konsep
belajar penemuan atau discovery learning. Pembelajaran
berbasis masalah pada dasarnya merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah actual sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar berpikir kreatif dan
terampil dalam pemecahan masalah. Pendekatan pembelajaran
berbasis masalah akan membawa peserta didik untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep-konsep yang esensial
dari materi pembelajaran.
Problem Based Learning adalah metode pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk
para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan
18
memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan Duch
(dalam Aris Shoimin, (2014). Ibrahim dan Nur (dalam Rusman,
2011), menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi peserta didik
dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata
termasuk di dalamnya belajar. Hal senada juga dikemukakan
oleh Arends (dalam Trianto, 2007), pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik
mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri.
Dari ketiga pendapat tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah
adalah model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang
peserta didik berpikir tingkat tinggi/kreatif yang berorientasi pada
masalah dunia nyata.
19
2. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Tujuan
Setiap pengembangan model pembelajaran, memiliki
tujuan masing-masing sesuai dengan karakteristik model
yang dikembangkan. Menurut Rusman (2010) tujuan model
pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan isi
belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan
keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan
karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yaitu
belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan
memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta
kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif. Menurut Ibrahim
dan Nur (dalam Rusman, 2010) tujuan model pembelajaran
berbasis masalah secara lebih rinci yaitu: (1) membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah; (2) belajar berbagai peran orang
dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata
dan; (3) menjadi para peserta didik yang otonom atau mandiri.
20
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah
adalah sebagai berikut.
(1) Membina sikap dan cara berpikir kreatif;
(2) Memberikan keterampilan mengatasi masalah;
(3) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan
mereka dalam pengalaman nyata;
(4) Menjadi peserta didik yang otonom atau mandiri;
(5) Belajar keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan
belajar menjadi teamwork.
Pembelajaran berbasis masalah, peserta didik tidak
hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh tutor,
tetapi peserta didik juga dapat belajar dari peserta didik
lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan
peserta didik yang lainnya. Pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik dibiasakan untuk menemukan jalan keluar dari
masalah yang dihadapinya sehingga kemampuan peserta
didik untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan dan pada
21
gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar dan
meningkatkan kreativitas peserta didik.
b. Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penerapan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah
meningkatnya kemampuan peserta didik untuk berpikir kreatif,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah malalui eksplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Pembelajaran berbasis masalah membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan
pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa secara
otentik, memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan rasa
percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya sendiri, serta
menjadi peserta didik yang mandiri”.
Jadi dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah
tugas tutor adalah lebih banyak merumuskan tugas-tugas
22
kepada peserta didik daripada hanya untuk menyajikan tugas-
tugas pelajaran kepada peserta didik.
3. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012) ciri
yang paling utama dari model pembelajaran berbasis masalah
sebagai berikut. (a) Pengajuan pertanyaan atau masalah, (b)
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, (c) Penyelidikan
autentik (nyata), (d) Menghasilkan produk dan memamerkannya,
dan (e) Kolaboratif.
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pertanyaan atau masalah yang diajukan dalam pembelajaran
berbasis masalah haruslah: (1) otentik, yaitu masalah harus
berakar pada kehidupan dunia nyata peserta didik; (2) jelas,
yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, tidak menimbulkan
masalah baru; (3) mudah dipahami, yaitu masalah yang
diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
didik; (4) luas dan sesuai tujuan pembelajaran; dan (5)
23
bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi peserta
didik;
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
Untuk dapat memecahkan masalah-masalah aktual, peserta
didik dapat menyelidiki dari berbagai disiplin ilmu yang terkait.
Oleh karena itu pembelajaran bebasis masalah berkaitan
antar disiplin ilmu.
c. Penyelidikan autentik (nyata).
Dalam pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
melakukan penyelidikan, menganalisis dan merumuskan
masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan hasil
akhir.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Peserta didik berkewajiban menyusun hasil belajarnya dalam
bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya;
24
e. Kolaboratif
Tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-
sama antar peserta didik.
Berdasarkan pendapat Arends di atas secara garis besar
karakteristik model pembelajaran berbasis masalah, dimulai
dengan memberikan masalah yang jelas pada peserta didik yang
berakar pada kehidupan dunia nyata, kemudian peserta didik
mengumpulkan data/informasi, melakukan eksperimen dan
menarik kesimpulan secara berkelompok, sehingga peserta didik
sangat berperan aktif dan tutor sebagai fasilitator.
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends (dalam Hariyanto dan Warsono, 2012),
terdapat lima langkah atau tahapan dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah yaitu : (a) Orientasi peserta didik
pada masalah, (b) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
(c) Membimbing penyelidikan individu atau kelompok, (d)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (e)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
25
Secara skematik langkah-langkah pelaksanaan model
pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat digambarkan
seperti berikut.
Gambar 2.2
Fase Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
b. Orientasi peserta didik pada masalah
Pada tahapan ini, tutor menyampaikan tujuan pembelajaran,
menjelaskan secara singkat bahan-bahan yang diperlukan
bagi penyelesaian masalah serta emberikan motivasi kepada
peserta didik agar menaruh perhatian terhadap aktivitas
penyelesaian masalah.
26
b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Untuk selanjutnya, tutor mengorganisasikan pem-
belajaran, membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar (menetapkan topik, tugas,
jadwal), agar relevan dengan penyelesaian masalah. Dalam
hal ini peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
untuk memecahkan masalah-masalah yang berbeda.
Pemecahan masalah sangat membutuhkan kerjasama dan
sharing antar anggota. Prinsip-prinsip pengelompokan
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan
dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen,
pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif,
adanya tutor sebaya, dan sebagainya.
Selanjutnya tutor memonitor dan mengevaluasi kerja
masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan
dinamika kelompok selama pembelajaran.
27
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Penyelidikan adalah inti dari pembelajaran berbasis
masalah. Dalam hal ini setelah peserta terbagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan mengetahui permasalahan
masing-masing, maka langkah selanjutnya peserta didik
dituntut untuk dapat melakukan pengumpulan data dan
eksperimen, serta menyampaikan hasil pemecahan
masalahnya.
Tutor dapat membantu peserta didik untuk mengum-
pulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber,
dan mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir
tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan
memamerkannya
28
Hasil-hasil karya yang telah dikerjakan pada tahap
penyelidikan, seperti: laporan tertulis, video, sajian
multimedia, produk-produk keterampilan dan sebagainya
untuk selanjutnya dipamerkan.
Tutor berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih
baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik kelas
lainnya. Tutor, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi
“penilai” atau memberikan umpan balik.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran
berbasis masalah. Tahap ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka
sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang
mereka gunakan.
Selama tahapam ini tutor meminta peserta didik untuk
merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya. Apakah mereka sudah
paham tentang masalah?, Apakah mereka yakin sudah bisa
29
memecahkan masalahnya dengan benar?, Apakah merasa
puas dengan hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan?
Berdasarkan uraian tersebut di atas langkah-langkah
pembelajaran (sintaks pembelajaran) yang dilakukan dalam
pengembangan ini adalah sebagai berikut:
(1) Penyajian Masalah Otentik
Pertama-tama peserta didik disajikan suatu masalah yang
aktual/otentik sesuai bidang studi saat itu atau masalah yang
benar-benar nyata dalam kehidupan peserta didik. Tutor
memberikan penegasan tentang masalah-masalah tersebut,
tutor memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menentukan masalah apa yang akan dipelajari. Selanjutnya
tutor menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan alat
dan bahan yang diperlukan, serta memotivasi peserta didik
untuk terlibat aktif pada pemecahan masalah.
30
(2) Mengorganisir Kelompok
Peserta diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil 2-3
peserta didik, dengan pertimbangan: kedekatan, kecocokan,
kesepahaman, dan diupayakan dalam setiap kelompok
tersebut terdapat salah seorang yang berpikiran kritis dan
kreatif agar dapat memandu temannya dalam satu
kelompok.
(3) Berkolaborasi Memecahkan Masalah dengan Melibatkan
Berbagai Disiplin Ilmu
Kelompok-kelompok tersebut berkolaborasi untuk
memecahkan masalah yang telah disepakati bersama.
Mereka secara bersama-sama mengumpulkan dan
mengklarifikasi fakta-fakta suatu kasus kemudian
mendefinisikan sebuah masalah. Mereka diharapkan saling
tukar gagasan atau argumentasi dengan berpijak pada
pengetahuan/referensi dari berbagai disiplin ilmu yang
terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Mereka mengidentifikasi dan menelaah apa yang mereka
31
butuhkan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang
mereka tidak ketahui. Mereka juga mendisain suatu rencana
tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah.
Tutor dalam hal ini hanya memfasilitasi kegiatan tersebut,
sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.
(4) Penyajian Solusi dari Masalah
Mendorong peserta didik untuk mampu merencanakan,
menyiapkan, dan menyajikan hasil karya atau solusi atas
masalah yang berhasil dipecahkan bersama kelompok
dengan penyajian yang sistematis serta penuh keberanian
dan kemandirian.
(5) Mereview
Peserta didik bersama-sama dengan tutor, mereview
terhadap penyelidikan, proses, dan hasil yang mereka
diskusikan. Hal ini penting untuk diketahui apakah solusi
pemecahan masalah yang diambil sudah tepat atau masih
memerlukan perbaikan-perbaikan.
32
5. Kelebihan, Kelemahan dan Solusi Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
berbasis masalah antara lain sebagai berikut.
a. Kelebihan
Aris Shoimin (2014) berpendapat bahwa kelebihan model
Problem Based Learning diantaranya sebagai berikut.
1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan
masalah dalam situasi nyata.
2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas belajar.
3) Pembelajaran berfokus pada masalah, sehingga materi
yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh
siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal
atau menyimpan informasi.
4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
33
5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber penge-
tahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan
observasi.
6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya
sendiri.
7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi
ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil
pekerjaan mereka.
8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan
dengan menggunakannya model pembelajaran berbasis
masalah yaitu:
(a) Melatih peserta didik memiliki kemampuan berfikir kreatif,
kemampuan memecahkan masalah, dan membangun
pengetahuannya sendiri.
34
(b) Terjadinya peningkatan dalam aktivitas ilmiah peserta
didik serta terbiasa belajar melalui berbagai sumber-
sumber pengetahuan yang relevan.
(c) Mendorong peserta didik melakukan evaluasi atau menilai
kemajuan belajarnya sendiri.
(d) Peserta didik lebih mudah memahami suatu konsep jika
saling mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan
temannya.
b. Kelemahan
Ada beberapa kelemahan dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah. Menurut Suyanti (2010)
kelemahan model Problem Based Learning, diantaranya
sebagai berikut.
1) Manakala siswa tidak memilki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
35
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based
Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
c. Solusi
1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik seluruh
kelompok untuk ikut aktif dalam diskusi, apapun perannya
dan tidak perlu takut kalau salah.
2) Waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, tidak
selalu harus diselesaikan di kelas, tetapi bisa dilaksanakan
di luar kelas/lingkungan sekolah sehingga waktunya bisa
leluasa sampai berhasil memecahkan permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok.
3) Mendorong peserta didik untuk memahami betul
permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga dari
pemahaman tersebut peserta didik berusaha untuk dapat
36
memecahkan permasalahan dalam kelompok secara
bersama-sama.
Setelah mengetahui kelebihan, kelemahan dan solusinya
dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah,
maka dapat disimpulkan bahwa model berbasis masalah ini
membutuhkan minat yang kuat dari peserta didik untuk
memecahkan masalah. Apabila peserta didik tidak memiliki
minat yang kuat untuk belajar memecahkan masalah maka
peserta didik cenderung bersikap enggan untuk mencoba.
Model pembelajaran ini memerlukan waktu yang tidak sedikit,
karena melewati berapa tahapan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
B. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Terdapat begitu banyak definisi tentang kreativitas dilihat
dari sudut pandang masing-masing. Namun mendefinisikan
kreativitas tidak bisa dilakukan dalam salah satu sudut pandang,
37
tetapi kreativitas harus dipahami dari berbagai sudut pandang
(divergen). Menurut Rhodes (dalam Isaksen dan dikutip oleh
Utami Munandar, 2012), Kreativitas sebagai kemampuan
seseorang memiliki empat dimensi, yaitu : pribadi (person),
pendorong (press), proses (process), dan produk (product).
Definisi pribadi/individu (person), kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi,
gaya kognitif dan kepribadian atau motivasi. Ketiga atribut ini
membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu
kreatif. Definisi pendorong (press), kreativitas adalah merupakan
dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada
dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk
menghasilkan sesuatu. Definisi proses, kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menemukan masalah sampai
menyampaikan hasil yang meliputi seluruh proses kreatif dan
ilmiah. Definisi produk kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru, produk
38
kreatif, dapat juga berupa kombinasi-kombinasi baru yang
mempunyai makna sosial.
Merujuk pendapat tersebut di atas bahwa kreativitas
seseorang itu dapat diketahui dari individu yang memiliki
keunikan, cerdas, banyak akal, dan berbakat; memiliki motivasi
yang kuat untuk menghasilkan sesuatu; mampu merencanakan,
mengerjakan sampai menunjukkan hasil karyanya dengan
kreatif dan ilmiah; dan mampu menghasilkan karya yang
kreatif/baru yang berbeda dengan yang lainnya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dengan cara
menghargai gagasan baru, menciptakan atau menghasilkan
sesuatu hasil karya atau ide-ide yang baru yang bermakna bagi
dirinya maupun masyarakat. Seseorang yang kreatif, berpeluang
untuk mampu memberikan suatu sumbangan bermakna kepada
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta produk-produk
kreatif untuk kesejahteraan diri dan masyarakat.
39
Setiap orang memiliki potensi untuk kreatif. Sejak lahir
individu sudah memperlihatkan kecenderungan mengak-
tualisasikan dirinya. Menangis saat merasa tidak nyaman, haus,
dan lapar atau mungkin meminta perhatian orang dewasa di
sekitarnya. Namun demikian agar potensi tersebut bisa
berkembang optimal maka kreativitas perlu dilatih dan
dikembangkan baik melalui sekolah maupun di luar sekolah
dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas.
2. Tujuan Pengembangan Kreativitas
Di atas telah dijelaskan bahwa sebenarnya manusia itu
terlahir dengan potensi kreatif, tetapi potensi tersebut tidak akan
dapat berkembang secara optimal apabila tidak dikembangkan
lebih lanjut. Oleh karena itu, pengembangan kreativitas sangat
diperlukan.
Secara umum tujuan pengembangan kreativitas peserta
didik adalah agar peserta didik kreatif dalam segala hal baik
dalam ranah kognisi, sikap, dan keterampilan dalam
40
menciptakan produk-produk atau karya yang baru/kreatif.
Menurut Munandar (1999), tujuan pengembangan kreativitas
dibagi menjadi empat yaitu:
1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan
perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat
tertinggi dalam hidup manusia sebegaimana teori yang di
kembangkan oleh Maslow.
2) Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah.
3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri
pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberikan kepuasan
kepada individu.
4) Sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif yang dipupuk sejak dini
akan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Merujuk pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan pengembangan kreativitas peserta didik adalah :
41
(a) Memenuhi kebutuhan pokok untuk menjadi manusia yang
dapat mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sekitarnya;
(b) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif : memunculkan
ide-ide baru, kelancaran mengemukakan gagasan, dan
penyelesaian/pemecahan terhadap suatu masalah;
(c) Menanamkan sikap berani, ulet, gigih, sabar, menghargai
pendapat, ide/gagasan orang lain dan bekerjasama
denganorang lain.
(d) Meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan dan
menunjukkan karya/produk kreatif.
3. Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri kreativitas secara umum dapat dilihat dari tiga ranah
yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik.
Menurut Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik (Depdiknas
2004) disebutkan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut.
(a) Menunjukan rasa ingin tahu yang luar biasa, (b) Menciptakan
berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan
42
persoalan, (c) Sering mengajukan tanggapan yang unik dan
pintar, (d) Berani mengambil resiko, (e) Suka mencoba, dan (f)
Peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungan.
Menurut Utami Munandar (2009), ciri-ciri kreativitas dapat
dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif dan ciri non-kognitif. Ciri
kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas,
kelancaran dan elaboratif, sedangkan ciri non kognitif dari
kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, yang dimaksud
kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk
menciptakan ide, gagasan, dan berkreasi untuk memecahkan
masalah atau mengatasi permasalahan secara individu maupun
kelompok dan produk/karya kreatif. Ciri kreativitas atau orang
kreatif secara garis besar menurut para ahli dapat disimpulkan,
yaitu : memiliki kemampuan dalam melihat masalah, memiliki
kemampuan menciptakan ide atau gagasan untuk memecahkan
masalah, terbuka pada hal-hal baru serta menerima hal-hal
tersebut serta mencipta atau menghasilkan produk/karya kreatif.
43
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas
a. Faktor Pendukung
Umumnya kreativitas berkaitan dengan kebebasan
pribadi. Artinya seorang anak yang kreatif biasanya berlatar
belakang dari keluarga yang memberikan kebebasan, rasa
aman, kepercayaan, dan kasih sayang kepada anaknya.
Menurut Rachmawati (2005), ada beberapa faktor
pendukung dan penghambat pengembangan kreativitas yaitu:
1) Rangsangan Mental, 2) Iklim dan Kondisi Lingkungan, 3)
Peran Guru, dan 4) Peran Orang Tua.
1) Rangsangan Mental. Kreatif dapat muncul jika anak
mendapatkan rangsangan mental yang mendukung
seperti: pemberian rasa aman dan kasih 43ystem agar
anak mampu mengembangkan berbagai macam potensi
pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan
diri, dan lain sebagainya.
44
2) Iklim dan Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan di sekitar
peserta didik yang memberikan kebebasan untuk
berkreasi, sangat berpengaruh besar dalam menumbuh
kembangkan kreativitas peserta didik.
3) Peran Guru. Guru adalah tokoh bermakna dalam
kehidupan anak. Guru yang mampu memberikan stimulasi
dan memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi
terhadap hal-hal baru akan berpengaruh terhadap
perkembanga kreativitas peserta didik.
4) Peran Orang Tua. Peran orang tua dalam mendukung dan
memfasilitasi anak dalam berkreasi akan dapat mendorong
tumbuhnya kreativitas anak. Berapa hal yang dapat
diperankan orang tua dalam mendukung kreativitas anak
antara lain: menghargai pendapat anak, mendorong untuk
berani mengungkapkan sesuatu hal, memberi waktu
kepada anak untuk berpikir dan berkarya, mendorong anak
berani mengambil keputusan sendiri, menghargai apa yang
dicoba, dilakukan, dan dihasilkan anak.
45
b. Faktor Penghambat
Ada beberapa hal yang dapat menghambat
perkembangan kreativitas. Menurut Munandar (2009),
penghambat kreativitas diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Evaluasi, 2) Hadiah, 3) Persaingan, 4) Lingkungan.
1) Evaluasi, evaluasi yang kurang tepat dan tidak jelas serta
dengan waktu yang kurang pula akan dapat
mengecewakan dan menghambat kreativitas anak
2) Hadiah, pemberian hadiah terhadap anak dalam segala hal
dapat merobohkan kreativitas serta dapat merubah
motivasi intrinsik pada diri anak.
3) Persaingan, kreativitas akan muncul apabila di
lingkungannya terdapat persaingan tentu saja persaingan
yang lebih baik sehingga memunculkan daya kreativitas
anak.
4) Lingkungan, lingkungan yang membatasi belajar dan
kreativitas tidak dapat dikembangkan dengan suatu
46
paksaan, jika hal ini terjadi maka akan sulit untuk dapat
mengembangkan kreativitas anak.
Ditambakan menurut Chen (dalam Nastity, 2016),
beberapa hal yang menghambat kreativitas adalah sebagai
berikut.
1) Pendekatan pembelajaran yang kurang tepat. Pendidik
yang hanya lebih fokus kepada ilmu yang disampiakan
tanpa memberikan pemahaman dengan beberapa macam
inovasi pengajaran kepada peserta didik.
2) Kurang dalam penerapan sistem evaluasi. Peserta didik
hanya dapat lulus dengan orientasi yang sempit dengan
hanya menilai apa yang telah dipelajari sebelumnya di
kelas tanpa memperhatikan aspek lain, seperti kegiatan
ekstrakurikuler, dan
3) Pengajaran dan kurikulum tidak sesuai dengan kebutuhan
sosial. Referensi buku yang kurang berkembang dan
terkadang sangat membatasi kegiatan inovatif siswa yang
ingin mengembangkan potensi dalam kegiatan ekstra-
kurikuler.
47
Dari pendapat para ahli tersebut di atas dapat diketahui
bahwa banyak faktor yang menjadi penghambat dalam
pengembangan kreativitas anak. Faktor-faktor penghambat
tersebut antara lain: 1) Evaluasi, 2) Hadiah, 3) Persaingan, 4)
Lingkungan rumah dan masyarakat, 5) Pendekatan dalam
pembelajaran, dan 6) Kurikulum yang statis.
5. Meningkatkan Kreativitas Siswa
Sebagaimana diuraikan pada pembahasan sebelumnya,
bahwa kreativitas sebenarnya telah ada pada setiap individu
sejak dilahirkan, tetapi untuk mencapai pekembangan yang
optimal kreativitas harus dikembangkan atau ditingkatkan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam mening-
katkan kreativitas anak perlu merujuk pada empat aspek
kreativitas, yakni: pribadi, pendorong, proses dan produk atau
lebih dikenal dengan “strategi 4P”.
a) Pribadi
Anak telah memiliki potensi kreatif dan kreativitas itu akan
berkembang apabila anak diberikan kebebasan dan
kepercayaan untuk mengembangakan potensinya.
48
Oleh karena itu dalam upaya mengembangkan kreativitas
anak, seorang guru/pendidik hendaknya dapat menghargai
dan membantu menemukan dan mengembangkan bakat
tersebut, dan menerima anak sebagaimana adanya, tanpa
syarat dan tuntutan apapun dan memberikan kepercayaan
padanya bahwa pada dasarnya ia mampu berkreasi.
b) Pendorong (Press)
Dorongan diperlukan dalam mewujudkan kreativitas anak.
Oleh karena itu, seorang pendidik harus mampu dan
berupaya memupuk dan meningkatkan dorongan baik internal
maupun eksternal anak agar kreativitas dapat diwujudkan.
Perlu diingat, jangan sampai memberikan dorongan eksternal
yang berlebihan karena hal tersebut akan melemahkan
dorongan internal dalam diri anak. Motivasi dari dalam diri
sendiri memiliki peran penting dalam mengembangkan
kreativitas anak.
49
c) Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi
kesempatan untuk melakukan proses kreatif dan ilmiah dari
perencaan sampai menunjukkan hasil produk/karya. Dalam
hal ini maka sebagai seorang pendidik hendaknya dapat
membantu dan memotivasi anak untuk melibatkan dirinya
dalam kegiatan kreatif, menyediakan sarana prasarana yang
diperlukan anak, memberi kebebasan anak untuk berekspresi
baik melalui: pengungkapan ide-de, pendapat, tulisan,
gambar, dan sebagainya.
d) Produk
Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi kreatif oleh
anak dan dengan dorongan (internal maupun eksternal)
mampu menciptakan produk-produk kreatif yang bermakna
bagi dirinya dan masyarakat. Sebagai seorang pendidik
hendaknya menghargai produk kreativitas anak apapun
hasilnya dan mengkomunikasikannya dengan orang lain,
sehingga anak akan lebih termotivasi untuk berkarya.
50
6. Indikator Keberhasilan Kreativitas
Gambar 2.3
Dimensi Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multi-
dimensional, terdiri dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif
(berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian) dan
dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Jadi jelaslah bahwa
kemampuan berpikir kreatif (kognitif) dan keterampilan berpikir
kreatif (afektif dan psikomotor) merupakan bagian dalam
pengembangan kreativitas.
Dalam studi-studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari
kreativitas, Guilford (1959) membedakan antara aptitude dan
51
non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri-ciri
aptitude dari kreativitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran,
kelenturan (fleksibilitas), orisinalitas, elaborasi yang dioperasi-
onalisasikan dalam bentuk berpikir divergen. Sedangkan ciri-ciri
non-aptitude meliputi rasa ingin tahu, bersikap imajinatif, merasa
tertantang oleh kemajemukan, sikap berani mengambil resiko.
Berdasarkan ciri-ciri kreativitas yang telah dipaparkan di
atas, pengembang model menggunakan indikator pengem-
bangan kreativitas sebagai berikut.
Tabel 2.1 Indikator Pengembangan Kreativitas
Aspek Kreativitas Indikator
Aptitude 1. Keterampilan
Berpikir Lancar
Mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, saran
dalam penyelesaian
masalah
2. Keterampilan
berpikir luwes
(fleksibilitas)
Menghasilkan gagasan
yang bervariasi
Dapat melihat masalah dari
berbagai sudut pandang
yang berbeda
52
3. Keterampilan
berpikir orisinil
(orisinalitas)
Mencetuskan masalah,
gagasan atau hal-hal yang
tidak terpikirkan orang lain
Menciptakan ide-ide atau
hasil karya yang berbeda
dan betul-betul baru
4. Keterampilan
berpikir detail
(elaborasi)
Mengembangkan atau
memperkaya gagasan
orang lain
Mengungkapkan cara kerja
yang ditempuh untuk
menyelesaikan
permasalahan
Membuat laporan dengan
detail dan berbeda (untuk
indikator ini lebih dijabarkan
pada ranah
psikomotor/melalui
portofolio)
Non-
aptitude
5. Rasa ingin
tahu
Keinginan untuk mencari
tahu, mendalami
pengetahuan lebih dalam
Mempertanyakan segala
sesuatu
53
6. Bersikap
merasa
tertantang
Melibatkan diri dalam tugas
yang diberikan
7. Berani
mengambil
resiko
Percaya diri dalam
mengerjakan sesuatu
8. Menunjukkan
hasil karya
Menunjukkan hasil karya
Memberikan penjelasan
atas hasil karya
C. Karakteristik Model
Secara substansial, model ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Masalah pembelajaran yang dijadikan topik dalam pembahasan
adalah masalah-masalah otentik atau nyata yang dialami oleh
peserta didik dan atau masalah-masalah yang dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari di sekitar peserta didik.
2. Penyelesaian masalah memerlukan kolaborasi antar sesama
peserta didik, nara sumber, pendidik dan melibatkan berbagai
disiplin ilmu yang terkait dengan permasalahan agar diperoleh
solusi yang tepat.
54
3. Berusaha memberikan arahan, tuntunan, dan sekaligus motivasi
bagi pengelola, pendidik, dan peserta didik pendidikan
kesetataraan paket C dalam penerapan model pembelajaran
berbasis masalah untuk meningkatkan kreativitas peserta didik
paket C kelas XI;
4. Dirancang untuk dapat menyajikan langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah yang efektif dan efisien dalam
upaya meningkatkan kreativitas peserta didik paket C kelas XI.
5. Langkah-langkah model digambarkan dan diuraikan dengan
jelas dan singkat sesuai tahapan-tahapan model dalam
pelaksanaan penerapan pembelajaran berbasis masalah agar
mudah dipahami dan diterapkan.
D. Prototipe Model
Prototipe model adalah gambaran suatu siklus bagaimana
model tersebut dirancang, dilaksanakan, dan dinilai sehingga
model tersebut dapat meningkatkan kreativitas peserta didik
pendidikan kesetaraan paket C kelas XI.
Adapun prototipe model yang dimaksud adalah seperti berikut di
bawah ini.
140
PROTOTIPE MODEL PEMBELAJARAN BERBASOUTCOMEIS MASALAH
INP
UT
PROSES OUTPU
T
OUTCO
ME
KURIKULUM
SARPRAS
RPP
PENDIDIK
PENILAIAN
LURING DARING
PBM
1. ORIENTASI MASALAH OTENTIK TERCAPAINYA
PESERTA 2. MENGORGANISASI SISWA KOMPETENSI PESERTA
DIDIK PENILAIAN 3. BERKOLABORASI DLM PEMECAHAN PENILAIAN MINIMAL DIDIK
PAKET C AWAL MELIBATKAN ANTAR DISIPLIN ILMU AKHIR LITERASI LEBIH
4. MENYAJIKAN HASIL KARYA NUMERASI KREATIF
5. MENILAI KARAKTER
KOMBINASI
DUKUNGAN LINGKUNGAN
SATUAN PENDIDIKAN
ORANG TUA
MITRA KERJA/MASYARAKAT
55
56
Keterangan:
1. Komponen Raw Input
Komponen input adalah warga belajar pendidikan kesetaraan
paket C peserta didik kelas XI.
2. Penilaian Awal
Penilaian awal terhadap peserta didik adalah dilakukan
sebelum peserta didik mengikuti kegiatan khususnya dalam
pengembangan model. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik khususnya dalam kreativitas.
3. Komponen Instrumental Input
Komponen instrument input meliputi:
a. Kurikulum 2013 Paket C
b. Silabus
c. RPP
d. Sarana dan Prasarana
e. Pendidik dan tenaga kependidikan
f. Pembiayaan
g. Bahan ajar
57
h. Instrumen penilaian
Yang harus dipersiapkan dan disesuaikan dengan memadai
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai tujuan yang diinginkan.
4. Komponen Enverontmental Input
Komponen dukungan lingkungan meliputi: dukungan
lingkungan satuan pendidikan, orang tua, masyarakat sekitar
dan mitra kerja apabila memungkinkan.
5. Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Berbasis Masalah
Proses pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C
dilaksanakan dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah. Pendekatan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa
pendekatan ini sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran
untuk meningkatkan berpikir kritis peserta didik.
Adapun secara khusus pelaksanaan pendekatan pembelajaran
Berbasis Masalah langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Orientasi Masalah Otentik kepada peserta didik. Hal ini
dilakukan agar peserta didik benar-benar memahami
58
masalah aktual / masalah otentik atau masalah nyata yang
akan dipelajari dan akan diupayakan untuk dipecahkan
dalam proses pembelajaran. Masalah otentik itu bisa
berasal dari masalah yang berhubugan dengan SK dan KD
mata pelajaran yang sedang dipelajari, pelajaran lain atau
masalah nyata yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, peristiwa atau kejadian di masyarakat yang
terjadi atau dimuat melalui media cetak dan noncetak.
b. Mengorganisir peserta didik untuk belajar, yaitu peserta didik
dibentuk kelompok-kelompok, membantu peserta didik
dalam memahami masalah yang dihadapi, kemudian secara
bersama-sama dicoba untuk dipecahkan masalah yang
dihadapi.
c. Berkolaborasi memecahkan masalah dengan melibatkan
berbagai disiplin ilmu yang terkait. Tutor mendorong peserta
didik untuk berkolaborasi dalam memecahkan masalah
otentik. Pada tahap ini tutor membimbing peserta didik untuk
melakukan penyelidikan, mengumpulkan informasi
59
sebanyak-banyaknya, mencoba memecahkan masalahnya
dengan berdasarkan referensi dari berbagai disiplin ilmu,
menemukan ide-ide baru dalam pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Tutor
membantu peserta didik dalam menganalisis data yang telah
terkumpul pada tahap sebelumnya, peserta didik memberi
argumen terhadap hasil karyanya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Tutor meminta peserta didik untuk merekonstruksi
pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya. Tutor dan peserta didik menganalisis
dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang
dipresentasikan setiap kelompok.
Kegiatan-kegiatan di atas dapat dilaksanakan dengan
system Daring, Luring, maupun Kombinasi disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada.
5. Seluruh rangkaian proses pembelajaran selalu dilaksanakan
penilaian baik penilaian proses yaitu pengamatan perubahan
60
kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung, dan penilaian akhir.
6. Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah
dilihat dari ketercapaian peningkatan kompetensi peserta didik
dalam penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
7. Dampak yang diharapkan dari peningkatan kreativitas peserta
didik.
61
BAB III
PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
A. Program Paket C
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan
pendidikan kesetaraan paket C diatur dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah.
Gambar 3.1. Proses Pembelajaran Peserta Didik Paket C
62
Adapun SKL Minimal Satuan Pendidikan Menengah
(SMA/MA/SMALB/ PAKET C) dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Dimensi Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2) berkarakter, jujur, dan peduli,
3) bertanggungjawab,
4) pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5) sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.
b. Dimensi Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks
berkenaan dengan:
63
1) ilmu pengetahuan,
2) teknologi,
3) seni,
4) budaya, dan
5) humaniora.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri
sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan
internasional.
a) Faktual
Pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
internasional.
b) Konseptual
Terminologi/istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip,
generalisasi, teori, model, dan struktur yang digunakan
64
terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan
kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.
c) Prosedural
Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau
kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik,
algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur
yang sesuai berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya, terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.
d) Metakognitif
Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri
dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan
teknis, detail, spesifik, kompleks, kontekstual dan
kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
65
teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.
c. Dimensi Keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1) kreatif,
2) produktif,
3) kritis,
4) mandiri,
5) kolaboratif, dan
6) komunikatif
Melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari
yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain
secara mandiri.
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah meliputi: Standar Kompetensi Lulusan Minimal
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar
66
Kompetensi Lulusan Minimal Kelompok Mata Pelajaran,
dan Standar Kompetensi Lulusan Minimal Mata Pelajaran.
Pembelajaran kreativitas peserta didik melalui model
pembelajaran berbasis masalah, tidak berdiri sendiri
melainkan dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran,
yang terpenting bagaimana peserta didik dapat berpikir,
bersikap dan melakukan hal-hal yang kreatif.
Adapun indikator kreativitas dalam pengembangan ini
mencakup:
1) Aspek aptitude seperti:
a) Keterampilan Berpikir Lancar
b) Keterampilan berpikir luwes (fleksibilitas)
c) Keterampilan berpikir orisinil (orisinalitas)
d) Keterampilan berpikir detail (elaborasi)
2) Aspek non-aptitude.
a) Rasa ingin tahu
b) Bersikap merasa tertantang
c) Berani mengambil resiko
d) Menunjukkan hasil karya
67
2. Kurikulum
Kedalaman muatan kurikulum pada program paket C,
dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) tiap mata pelajaran pada setiap
tingkatan dan atau semester. Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar mata pelajaran pada paket C mengacu kepada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang dijabarkan ke dalam
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) masing-masing
mata pelajaran pada pendidikan umum. Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran pada setiap tingkatan dan
derajat menggambarkan bobot mata pelajaran.
Beban belajar program paket C dinyatakan dalam Satuan
Kredit Kompetensi (SKK) yang menunjukkan bobot kompetensi
yang harus dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program
pembelajaran, baik melalui tatap muka, praktek keterampilan,
dan atau kegiatan mandiri. SKK merupakan penghargaan
terhadap pencapaian kompetensi sebagai hasil belajar peserta
didik dalam menguasai suatu mata pelajaran.
68
SKK diperhitungkan untuk setiap mata pelajaran yang
terdapat dalam struktur kurikulum. Struktur kurikulum program
Paket C merupakan pola susunan mata pelajaran dan beban
belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, meliputi mata pelajaran, dan bobot satuan kredit
kompetensi (SKK).
Satu SKK dihitung berdasarkan pertimbangan muatan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran.
SKK dapat digunakan untuk alih kredit kompetensi yang
diperoleh dari jalur pendidikan informal, formal, kursus, keahlian
dan kegiatan mandiri. Satu SKK adalah satu satuan kompetensi
yang dicapai melalui pembelajaran 1 jam tatap muka/daring atau
2 jam tutorial/daring atau 3 jam mandiri/daring/ kombinasi, atau
kombinasi secara proporsional dari ketiganya. Satu jam tatap
muka yang dimaksud adalah satu jam pembelajaran 45 menit
untuk Paket C.
Adapun struktur kurikulum pendidikan kesetaraan paket C
sebagaimana tersaji pada Tabel 3.1. berikut.
69
Tabel 3.1
Struktur Kurikulum Paket C
Mata Pelajaran Bobot Satuan Kredit
Kompetensi (SKK)
Jumlah
Derajat 5
Setara
Kelas X-XI
Derajat 6
Setara
Kelas XII
Kelompok Umum
1. Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti
26 14 40
2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris
Peminatan Matematika dan Ilmu
Alam
7. Matematika 30 15 45
8. Biologi
9. Fisika
10. Kimia
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
11. Geografi 30 15 45
12. Sejarah
13. Sosiologi
14. Ekonomi
70
Peminatan Ilmu Bahasa dan
Budaya
15. Bahasa dan Sastra
Indonesia
30 15 45
16. Bahasa dan Sastra Inggris
17. Bahasa Asing Lain (Arab,
Mandarin, Jepang, Korea,
Jerman, Perancis)
18. Antropologi
Kelompok Khusus
19. Pemberdayaan 24 13 37
20. Keterampilan
Jumlah Bobot SKK Ditempuh 80 42 122
3. Proses Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
kesetaraan paket C, dilaksanakan secara interaktif, inspiratif,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk aktif
berpartisipasi. Proses belajar-mengajar ini juga memberikan
ruang bagi kreativitas, prakarsa, dan kemandirian sesuai dengan
minat, bakat, dan perkembangan psikologis/fisik para peserta
didik.
71
Ada tiga sistem pembelajaran yang dilaksanakan pada
pendidikan kesetaraan paket C yaitu: (a) Daring, (b) Luring, dan
(c) Kombinasi.
a. Daring (dalam jaringan)
Sistem pembelajaran Daring adalah sistem pembe-
lajaran dengan menggunakan fasilitas jaringan internet (bisa
dalam jarak jauh).
Gambar 3.2
Peserta didik paket C sedang belajar melalui daring
72
Pada sistem pembelajaran Daring, antara guru dengan
murid, murid dengan murid tidak saling bertemu atau tidak
bertatap muka, melainkan dengan bantuan jaringan aplikasi
pembelajaran/internet mereka melaksanakan pembelajaran.
Pembelajaran Daring sangat efektif digunakan untuk
pembelajaran pendidikan kesetaraan karena dengan Daring
peserta didik kesetaraan yang sangat sulit mengikuti
pembelajaran dengan bertatap muka karena hasus bekerja
misalnya, dapat tetap terus belajar dari tempat kerjanya
melalui perangka pembelajaran Daring.
b. Luring (luar jaringan)
Pembelajaran Luring adalah sistem pembelajaran
dengan tidak menggunakan jaringan internet. Pembelajaran
ini masih menggunakan cara tatap muka di kelas antara guru
dengan murid dan murid dengan murid di suatu kelas tertentu
untuk melakukan pembelajaran, tutorial dan mandiri atau
modul.
73
Pada pembelajaran Luring sekurang-kurangnya tatap
muka dilaksanakan sebanyak 30% dari jumlah efektif
pertemuan, tutorial 20%, dan mandiri sebanyak-banyaknya
50% dengan menggunakan perangkat modul.
Gambar 3.3 Peserta didik belajar dengan modul
c. Kombinasi
Pembelajaran kombinasi adalah penggabungan atau
campuran antara penerapan pembelajaran sistem daring dan
luring. Pembelajaran ini menerapkan pembelajaran dengan
tatap muka, tutorial, dan mandiri (modul) serta menggunakan
perangkat pembelajaran Daring berupa aplikasi WhatsApp
grup. Aplikasi WhatsApp digunakan untuk menyampaikan
materi-materi pembelajaran atau penugasan yang secara
individual atau kelompok dapat dikerjakan di rumah masing-
74
masing. Kesulitan-kesulitan peserta didik dalam mempelajari
materi pelajaran baik secara mandiri (modul) maupun secara
Daring (aplikasi WhatsApp) akan dibahas pada pertemuan
tatap muka atau tutorial berikutnya. Dengan demikian peserta
didik tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan kualitas
yang tetap terjaga.
Gambar 3.4 Peserta didik sedang belajar dengan
menggunakan aplikasi WA
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan kesetaraan
paket C adalah minimal berkualifikasi S1 dan diprioritaskan
keahliannya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Adapun tenaga kependidikan (pengelola), sekurang-kurangnya
75
berijazah SLTA dan diprioritaskan pernah dilatih dalam bidang
pengelolaan pendidikan kesetaraan.
Gambar 3.5 Pendidik sedang berdiskusi
Mempersiapkan sarana PBM
5. Sarana dan Prasarana
Semua satuan pendidikan baik formal maupun nonformal
harus dilengkapi dengan sarana pendidikan seperti: media
pendidikan, peralatan pendidikan, modul dan sumber belajar
lainnya, perabot, dan perlengkapan lainnya.
Sarana dan prasarana pendidikan kesetaraan hendaknya
disesuaikan dengan sistem pembelajaran yang digunakan.
76
Adapun sarana dan prasarana yang seharusnya dipenuhi untuk
melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran Daring
Apabila menggunakan sistem Daring, maka satuan, tutor, dan
peserta didik sekurang-kurangnya harus mempersiapkan:
1) jaringan internet,
2) Komputer PC atau Laptop
3) Hand Phone android beserta paket data
Gambar 3.6 Peserta didik belajar dengan sarana laptop
77
b. Pembelajaran Luring
Apabila menerapkan sistem Luring, sekurang-kurangnya
satuan harus mempersiapkan:
1) ruang belajar beserta perabot kelengkapannya,
2) modul pembelajaran sesuai jumlah dan jenisnya,
3) buku sumber lainnya,
4) media pembelajaran.
5) Ruang kelas beserta perabot kelengkapannya.
Gambar 3.7 Pembelajaran secara luring di dalam kelas
78
c. Pembelajaran Kombinasi
Apabila menerapkan sistem kombinasi, maka satuan
pendidikan, tutor, dan peserta didik sekurang-kurangnya
harus mempersiapkan:
1) modul pembelajaran,
2) ruang kelas dan perabot kelengkapannya,
3) jaringan internet
4) aplikasi WhatsApp grup baik murid maupun tutor.
5) Media pembelajaran lainnya.
Gambar 3.8. Sarana belajar melalui daring
79
6. Pengelolaan
Pendidikan kesetaraan paket C, dikelola oleh satuan
pendidikan, pemerintah daerah, dan pemerintah. Untuk
menjamin akuntabilitas satuan pendidikan dalam pengelolaan
pendidikan, setiap satuan pendidikan diwajibkan untuk
menyusun: (a) perencanaan program satuan, (b) pelaksanaan
rencana kerja, (c) pengawasan dan evaluasi, (d) Kepemimpinan
Pendidikan Kesetaraan Paket C, (e) Sistem Informasi
Manajemen, dan (f) Penilaian Khusus.
a. Perencanaan Program
1) Visi Pendidikan Kesetaraan Paket C
2) Misi Pendidikan Kesetaraan Paket C
3) Tujuan Pendidikan Kesetaraan Paket C
4) Rencana Pendidikan Kesetaraan Paket C
b. Pelaksanaan Rencana Kerja
1) Pedoman Kesetaraan Paket C;
2) Struktur Organisasi Kesetaraan Paket C;
3) Pelaksanaan Kegiatan Kesetaraan Paket C;
80
4) Bidang: Kesiswaan, Kurikulum dan Kegiatan
Pembelajaran, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Sarana
dan Prasarana, dan Bidang Keuangan dan Pembiayaan;
5) Budaya dan Lingkungan Pendidikan Kesetaraan Paket C;
6) Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Pendidikan
Kesetaraan Paket C.
c. Pengawasan dan Evaluasi
1) Satuan pendidikan kesetaraan paket C, merencanakan dan
melaksanakan pengawasan meliputi: pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.
2) Satuan pendidikan kesetaraan pakaet C, merencanakan
dan melaksanakan evaluasi meliputi: Evaluasi Diri,
Evaluasi dan Pengembangan KTSP, dan mengajukan
Akreditasi Satuan Pendidikan.
d. Kepemimpinan Pendidikan Kesetaraan Paket C
1) Setiap satuan pendidikan kesetaraan dipimpin oleh
seorang pengelola.
81
2) Kriteria untuk menjadi pengelola satuan pendidikan
kesetaraan, berdasarkan ketentuan dalam standar
pendidik dan tenaga kependidikan.
e. Sistem Informasi Manajemen
1) Satun pendidikan kesetaraan paket C, mengelola,
menyedikan fasislitas, dan menugaskan salah seorang
tenaga kependidikan untuk pengelolaan sistem
informasi manajemen yang valid dan mudah diakses dan
melaporkan data informasi satuan pendidikan
kesetaraan paket C yang telah terdokumentasikan
kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2) Menjalin komunikasi antar warga di lingkungan satuan
pendidikan kesetaraan apket C secara efisien dan
efektif.
7. Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan kesetaraan paket C meliputi biaya:
(a) investasi, (b) operasional, (c) biaya personal. Biaya investasi
82
satuan pendidikan mencakup biaya pengadaan prasarana dan
sarana pendidikan, modal kerja tetap, dan pengembangan
sumber daya manusia. Biaya operasional satuan pendidikan
mencakup gaji tenaga pendidik, peralatan pendidikan, biaya
pemeliharaan saran dan prasarana, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya, dan Biaya personal mencakup biaya pendidikan
yang harus dibayar peserta didik agar dapat mengikuti proses
belajar-mengajar.
8. Penilaian
Penilaian pendidikan kesetaraan paket C meliputi: (a)
penilaian hasil belajar oleh pendidik dan (b) penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh
pendidik pada pendidikan kesetaraan, berbasis modul dan
dilakukan melalui ujian modul. Artinya ujian dilakukan terhadap
setiap modul yang telah diselesaikan oleh peserta didik sampai
mencapai kriteria minimal kelulusan yang telah ditetapkan.
Contoh mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam satu tahun
83
terdapat 6 modul, maka peserta didik setiap tahun harus
mengikuti ujian 6 modul. Ujian modul sebelumnya merupakan
persyaratan untuk masuk ke modul berikutnya, jika hasil ujian
modul memenuhi syarat ketuntasan maka diperbolehkan
melanjutkan ke modul berikutnya.
Penilaian hasil belajar menggunakan ujian modul, tidak perlu
melakukan ujian semester. Nilai setiap semester dapat diambil
dari hasil ujian modul pada setiap semester tersebut. Misal
dalam semester ganjil mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta
didik mengikuti ujian modul 1, 2 dan 3. Jadi nilai semester ganjil
yang dicapai oleh peserta didik tersebut adalah penjumlahan dari
nilai ujian modul 1 + 2 + 3 dibagi 3 itulah nilai rata-rata semester
ganjil peserta didik tersebut.
Penilaian oleh satuan pendidikan, dilakukan untuk
menentukan kelulusan. Penilaian oleh satuan pendidikan ini
sesuai dengan kebijakan yang baru adalah diarahkan pada
asesment kompetensi minimal literasi, numerasi dan survey
karakter.
84
B. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Persiapan
a. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) yang cocok untuk
pembelajaran berbasis masalah.
Semua Kompetensi Dasar dalam materi pelajaran
sebenarnya dapat diterapkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah. Tutor hendaknya dapat memilih dan
memilah Kompetensi Dasar (KD) mana yang sangat relevan
dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
Kompetensi Dasar (KD) yang dapat memicu peserta didik
untuk terlibat aktif dalam proses pemecahan masalah adalah
Kompetensi Dasar yang tepat untuk dipetakan dengan model
pembelajaran berbasis masalah.
Contoh: dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dengan Kompetensi Dasar pengetahuan
dan keterampilan sebagai berikut.
85
Pengetahuan Keterampilan
Mengkaji kasus-kasus
ancaman terhadap Ideologi,
politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan
keamanan dan strategi
mengatasinya dalam
bingkai Bhinneka Tunggal
Ika melalui media massa.
Melakukan penelitian
sederhana dengan
mengumpulkan data
tentang potensi ancaman
terhadap Ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan keamanan
dan strategi mengatasinya
dalam bingkai Bhinneka
Tunggal Ika melalui media
massa.
Kompetensi dasar seperti di atas misalnya sangat cocok untuk
diterapkan model pembelajaran berbasis masalah. Atau
masalah-masalah yang muncul di masyarakat yang sedang
banyak dibicarakan orang seperti misalnya “bagaimana
menghadapi pandemi Covid-19”.
Di samping masalah yang telah tertuang dalam SK dan KD
mata pelajaran tertetu, masalah juga dapat diambil dari
86
masalah-masalah nyata/otentik ada dan dihadapi oleh peserta
didik dalam kehidupannya sehari-hari. Misalnya masalah
terkait dengan maraknya penipuan bidang keuangan seperti
investasi bodong, arisan berhadiah dan sebagainya.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat serangkaian kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai perangkat
pembelajaran disusun sesuai dengan Kompetensi Dasar yang
hendak dicapai. RPP disusun dengan singkat yang
mencakup: (a) Tujuan Pembelajaran, (b) Kegiatan
Pembelajaran, dan (c) Penilaian.
Dari kompetensi dasar di atas maka rumusan rencana
pelaksanaan pembelajaran antara lain sebagai berikut.
Mata Pelajaran : Pancasila dan Kewarganegaraan
Tingkatan : V setara kelas XI
Waktu : 90 menit
Hari, tangga : Selasa, 5 Mei 2020
87
Tujuan : Mengkaji dan mengatasi masalah
ancaman terhadap ideology, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
dan keamanan dalam bingkai Bhinneka
Tunggal Ika melalui media massa.
Kegiatan PBM : Tutor menunjukkan berita di media
massa yang berhubungan dengan
ancaman terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
keamanan di Negara Indonesia.
Peserta didik diminta untuk membentuk
kelompok masing-masing berjumlah 5
orang untuk mendiskusikan bagaimana
mengatasi hal tersebut dalam bingkai
Bhineka Tunggal Ika.
Penilaian : - Pengamatan proses diskusi
- Presentasi hasil karya/diskusi
88
- Kesesuaian hasil pemecahan masalah
dengan kriteria.
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran dipersiapkan disesuaikan dengan
sistem pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran.
1) Pembelajaran Daring
Apabila menggunakan sistem Daring, maka satuan, tutor,
dan peserta didik sekurang-kurangnya harus
mempersiapkan:
(a) jaringan internet,
(b) komputer PC atau Laptop/HP Android beserta
kelengkapannya.
2) Pembelajaran Luring
Apabila menerapkan sistem Luring, sekurang-kurangnya
satuan harus mempersiapkan:
(a) ruang belajar beserta perabot kelengkapannya,
(b) modul pembelajaran sesuai jumlah dan jenisnya,
(c) buku sumber lainnya,
89
(d) media pembelajaran.
(e) Ruang kelas beserta perabot kelengkapannya.
Pembelajaran Luring dilaksanakan dengan strategi
minimal 20% tatap muka, 30% tutorial, dan maksimal 50%
mandiri.
3) Pembelajaran Kombinasi
Apabila menerapkan sistem kombinasi, maka satuan
pendidikan, tutor, dan peserta didik sekurang-kurangnya
harus mempersiapkan:
(a) modul pembelajaran,
(b) ruang kelas dan perabot kelengkapannya,
(c) jaringan internet
(d) aplikasi WhatsApp grup baik murid maupun tutor.
(e) Media pembelajaran lainnya.
d. Menyiapkan instrumen penyelidikan yang terdiri dari:
1) Lembar observasi kemampuan berpikir kritis peserta didik.
90
2) Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
3) Lembar Kerja Peserta Didik selama diskusi kelompok.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah,
dilaksanakan melalui lima fase yaitu: (a) orientasi masalah
otentik, (b) pengorganisasian, (c) berkolaborasi/membimbing
penyelidikan indvidu maupun kelompok, (d) mengembangkan
dan menyajikan artifak (hasil karya) dan memamerkannya, dan
(e) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
a. Fase orientasi peserta didik pada masalah otentik
Pada tahapan ini, tutor menyampaikan tujuan
pembelajaran/masalah otentik, menjelaskan secara singkat
bahan-bahan yang diperlukan bagi penyelesaian masalah
serta memberikan motivasi kepada peserta didik agar
menaruh perhatian terhadap aktivitas penyelesaian masalah
otentik.
91
Adapun aktivitas pembelajaran meliputi:
1) Kegiatan Pembuka
a) Tutor memberikan salam, dilanjutkan berdoa
b) Tutor membacakan atau mengecek daftar hadir peserta
c) Tutor memberikan apersepsi dan motivasi kepada
peserta didik
d) Tutor menyampaikan orientasi terhadap masalah-
maslah otentik yang akan dibahas.
2) Kegiatan Inti
a) Tutor menayangkan video pembelajaran/caption terkait
dengan masalah otentik yang akan dipecahkan.
b) Tutor memberikan penjelasan materi/masalah otentik
yang akan dibahas.
Gambar 3.9. Tutor sedang memberikan orientasi
kepada peserta didik
92
b. Fase mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Pada fase ini aktivitas pembelajaran meliputi:
1) Tutor membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok
kecil untuk memecahkan masalah-masalah yang sama
atau berbeda.
2) Tutor memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif saling
kerjasama dan sharing antar anggota.
3) Tutor mengusahakan kelompok-kelompok tersebut harus
heterogen, saling interaksi antar anggota, komunikasi
yang efektif, dan adanya tutor sebaya dalam kelompok.
4) Peserta didik aktif bekerja berkelompok memecahkan
permasalahan yang dihadapi.
5) Tutor memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok
selama pembelajaran.
3.10 peserta didik dibagi dalam kelompok kecil.
93
c. Fase berkolaborasi/membimbing penyelidikan indvidu
maupun kelompok
Pada fase ini aktivitas pembelajaran meliputi kegiatan:
1) Tutor membimbing peserta didik untuk dapat melakukan
pengumpulan data dan eksperimen.
2) Tutor membantu peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber.
3) Tutor mendorong peserta didik untuk melakukan
elaborasi.
4) Tutor memberi waktu yang cukup untuk peserta didik
berdiskusi.
5) Tutor mengawasi jalannya kegiatan diskusi dengan
berkeliling ke setiap kelompok.
Gambar 3.11 Peserta didik sedang berdiskusi
94
d. Fase mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya)
dan memamerkannya
Pada fase ini, aktivitas pembelajaran meliputi kegiatan
sebagai berikut.
1) Peserta didik menunjukkan atau memamerkan hasil-hasil
karya yang telah dikerjakan pada tahap penyelidikan,
seperti: laporan tertulis, video, sajian multimedia, produk-
produk keterampilan dan sebagainya.
2) Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta
didik kelas lainnya.
3) Tutor berperan sebagai organisator pameran.
4) Tutor, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai”
atau memberikan umpan balik.
Gambar 3. 12. Peserta didik sedang menunjukan
Hasil diskusi kelompok
95
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan fase akhir dalam pembelajaran berbasis
masalah. Adapun aktivitas yang dilakukan dalam fase ini
adalah sebagai berikut.
1) Tutor melakukan penilaian terhadap kerja peserta didik
2) Tutor mennyimpulkan hasil pembelajaran peserta didik
dan melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran.
3) Tutor mengingatkan peserta didik untuk mempelajari
materi selanjutnya
4) Tutor menutup pelajaran dengan salam
Gambar 3.13 Tutor sedang merevisi hasil karya
peserta didik
96
3. Penilaian
Penilaian dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu:
a. Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan kegiatan yang harus dilakukan
oleh pendidik sebelum pembelajaran dimulai. Penilaian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan kreativitas
peserta didik. Penilaian awal juga bermanfaat untuk
pengelompokan peserta didik, dan untuk memetakan
kemampuan kreativitas peserta didik. Penilaian awal juga
dapat digunakan oleh pendidik untuk menentukan strategi,
metode dan teknik pembelajaran yang cocok untuk
dipergunakan selama pembelajaran berbasis masalah.
Penilaian awal dapat dilakukan melalui:
1) Tes lisan misalnya dengan cara meminta peserta didik
untuk menjawab secara rasional terhadap permasalahan
tertentu.
97
2) Tes tulis, misalnya dengan cara memberikan soal-soal
dalam bentuk tulis untuk dikerjakan oleh peserta didik;
3) Unjuk kinerja, misalnya dengan cara mempersilahkan
peserta didik untuk menunjukkan hasil karyanya serta
menjelaskannya.
b. Penilaian Proses
Penilaian proses merupakan kegiatan pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik
dalam kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
dilakukan secara terencana dan sistematis selama proses
pembelajaran.
Penilaian selama proses pembelajaran dilakukan secara
periodik untuk:
1) Melihat perkembangan belajar peserta didik,
mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik;
2) Menentukan perbaikan proses belajar untuk menentukan
remedial atau pengayaan pembelajaran;
98
Selama proses pembelajaran, pendidik harus melakukan
penilaian berkenaan dengan dimensi :
a) Sikap dapat dilakukan dengan teknik observasi,
penyebaran instrument, penilaian diri dan mengisi jurnal
pembelajaran
b) Pengetahuan dapat dilaksanakan dengan memberikan tes
tertulis, tes lisan, penugasan dan observasi
c) Keterampilan dapat dilakukan melalui portofolio, penilaian
produk dan penilaian proyek atau karya.
c. Penilaian/Ujian Modul
Penilaian/ujian modul pembelajaran berguna untuk
mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dalam setiap modul pembelajaran. Penilaian/ujian
modul dilakukan oleh tutor terhadap peserta didik yang telah
menyelesaikan modul pembelajaran tertentu.
Soal-soal ujian modul dipersiapkan oleh tutor mengacu pada
kompetensi dasar dan materi yang teruang dalam modul
pembelajaran yang dipelajari peserta didik. Syarat kelulusan
99
peserta didik terhadap modul yang diujikan telah ditetapkan
dalam modul pembelajaran.
Jumlah nilai dari hasil ujian modul-modul yang diikuti
selama satu semester dibagi jumlah modul yang diujikan
selama satu semester tersebut, menjadi nilai rata-rata
semester yang dituangkan dalam nilai semester. Dengan
demikian dengan ujian modul ini pada pendidikan kesetaraan
paket C tidak lagi diadakan ujian semester.
Penilaian oleh satuan pendidikan dilaksanakan untuk
menentukan kelulusan peserta didik. Penilaian ini mengukur
kompetensi minmal peserta didik yang meliputi kompetensi
literasi, kompetensi numerasi, dan karakter.
4. Tindak Lanjut
Tindak lanjut kegiatan program pendidikan kesetaraan adalah
sebagai berikut.
a. Melanjutkan ke tingkatan/jenjang selanjutnya;
100
b. Memotivasi agar peserta didik terus mengembangkan
kreativitas dengan cara memcahkan permasalahan harus
berdasarkan data dan pemikiran yang objektif dan berusaha
menghasilkan karya yang baru dan kreatif.
c. Apabila memungkinkan peserta didik didorong untuk
mengembangkan kreativitasnya menjadi usaha produktif yang
dapat menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup diri dan keluarganya.
Gambar 3.14 Peserta didik sedang berkerja dan
berusaha membuka usaha
101
BAB IV
PENJAMINAN MUTU
A. Monitoring
Monitoring merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah
program pendidikan kesetaraan paket C yang dilaksanakan itu,
berjalan dengan baik sesuai yang direncanakan, adakah hambatan
yang terjadi, dan bagaimana para pelaksana program itu mengatasi
hambatan-hambatan yang ada. Monitoring diperlukan agar apabila
terdapat kesalahan awal atau dalam proses pelaksanaan program,
dapat segera diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan
sehingga mengurangi risiko yang lebih besar. Monitoring menjadi
alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses implementasi
kegiatan.
1. Tujuan
Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk:
a. mengetahui apakah model pembelajaran yang dilaksanakan
sesuai dengan langkah-langkah yang seharusnya dilakukan;
102
b. mengetahui apakah model pembelajaran yang diterapkan
dapat membantu memecahkan masalah atau hambatan
pelaksanaan pembelajaran (apabila ada);
c. mengetahui apakah model pembelajaran yang diterapkan
menimbulkan gairah belajar peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran; dan
d. mengetahui apakah model pembelajaran yang diterapkan
mampu menumbuhkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
2. Cakupan/Aspek Monitoring
Cakupan/aspek monitoring dalam pembelajaran meliputi:
a. ketercapaian kompetensi dasar
b. kesesuaian materi pembelajaran;
c. penerapan pendekatan dan metode pembelajaran;
d. waktu pelaksanaan;
e. tingkat kehadiran tutor dan narasumber teknis;
f. tingkat kehadiran peserta didik;
103
g. keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran;
h. kreativitas peserta didik dalam pembelajaran.
3. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data
a. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1) angket,
2) pengamatan,
3) wawancara, dan
4) dokumentasi.
b. Instrumen yang digunakan adalah:
1) kuesioner,
2) lembar pengamatan,
3) pedoman wawancara, dan
4) rubrik analisis dokumen
4. Pelaksana
Pelaksana monitoring adalah:
a. Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat Provinsi Bali;
104
b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk monitoring
pelaksanaan pembelajaran ;
c. Penilik Dikmas untuk monitoring kelompok di tingkat
kecamatan/desa.
5. Waktu Pelaksanaan
Monitoring dilaksanakan pada pada setiap saat kegiatan proses
pembelajaran baik teori maupun praktik sedang berlangsung dan
di luar proses pembelajaran.
6. Tahapan Monitoring
Tahapan monitoring dalam model ini, dilakukan secara
meyeluruh yaitu dari perencanaan sampai penilaian.
a. Monitoring terhadap Tujuan
1) rumusan tujuan
2) ketercapaian tujuan
b. Monitoring terhadap Perencanaan
Kegiatan monitoring dalam perencanaan meliputi
pemantauan terhadap ketersediaan dan kesesuaian:
1) Rencana pembelajaran;
2) Materi pembelajaran;
105
3) Silabus pembelajaran;
4) Rencana pelaksanaan pembelajaran;
5) Instruktur/Narasumber;
6) Tempat belajar teori dan praktek;
7) Bahan-bahan ajar yang digunakan dan;
8) Dukungan sarana yang ada.
Monitoring terhadap kegiatan perencanaan ini sangat penting,
karena dari sinilah seluruh kegiatan berawal sehingga
kesalahan dalam perencanaan akan berakibat buruk pada
hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu monitoring terhadap
kegiatan perencanaan merupakan langkah penting agar
kegiatan selanjutnya dapat berjalan dengan baik dalam
mencapai tujuan.
c. Monitoring terhadap Pelaksanaan
Kegiatan monitoring dalam pelaksanaan meliputi pemantauan
terhadap:
1) Proses pembelajaran;
2) Administrasi kegiatan;
106
3) Sarana dan prasarana;
4) Kehadiran peserta;
5) Keterlaksanaan pembelajaran sesuai jadwal dan
6) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran.
d. Monitoring terhadap Penilaian
Kegiatan monitoring dalam penilaian meliputi:
1) Penilaian hasil belajar (output)
Contoh instrument monitoring terlampir.
B. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Dengan demikian pada dasarnya evaluasi adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu.
Evaluasi bertujuan memperoleh informasi yang tepat sebagai
bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan tentang
perencanaan program, keputusan tentang komponen input pada
107
program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan
dan keputusan tentang output menyangkut hasil dan dampak dari
program kegiatan.
Berdasarkan tujuannya, terdapat evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses dinyatakan sebagai upaya untuk
memperoleh umpan balik perbaikan program, sementara itu
evaluasi hasil akhir merupakan upaya menilai manfaat program dan
mengambil keputusan.
Dalam model ini, penilaian proses dilaksanakan oleh masing-
masing pendidik saat peserta didik menyelesaikan program
pembelajaran setiap kompetensi dasar. Adapun penilaian hasil
akhir program dilaksanakan oleh satuan penyelenggara program
bersama saat peserta didik menyelesaikan program pembelajaran.
Penilaian tidak hanya dilakukan terhadap proses dan hasil
belajar, tetapi juga dilakukan terhadap tutor dan pengelola dalam
menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan khususnya
dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi meliputi:
108
(1) Penentuan tujuan ( kepada siapa evaluasi itu dilakukan)
(2) Menyiapkan instrument evaluasi
(3) Berkoordinasi dengan pihak terkait
(4) Melaksanakan pengumpulan data
(5) Mengolah hasil pengumpulan data
(6) Menganalisis hasil pengolahan data
(7) Menyusun laporan evaluasi.
C. Teknik-Teknik yang Digunakan
Teknik yang digunakan dalam evaluasi model pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Pengamatan terhadap perubahan peserta didik dalam proses
pembelajaran
2. Penyebaran angket untuk mengetahui pendapat peserta didik
dan pendidik serta pengelola program dalam kaitannya dengan
penerapan model pembelajaran ini.
3. Penelitian dokumen terhadap hasil karya peserta didik dan hasil
belajar dalam bentuk ulangan-ulangan yang diberikan oleh
pendidik.
109
4. Melakukan pengamatan terhadap kemampuan kerja peserta
didik program pembelajaran pendidikan kesetaraan paket C.
5. Mewawancarai peserta didik program program pembelajaran
pendidikan kesetaraan paket C terhadap kelebihan dan
kekurangan dalam pembelajaran.
Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada setiap
akhir pelaksanaan kegiatan.
D. Pelaporan
Pelaporan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dan
kewajiban bagi penyelenggara program dalam melaksanakan
pendidikan kesetaraan paket C.
Laporan yang diperlukan adalah:
1. laporan pelaksanaan kegiatan, dan
2. laporan keuangan.
Kedua laporan tersebut selesai disusun dan diserahkan kepada
atasan langsung sesuai dengan waktu dan ketentuan yang telah
ditetapkan.
110
BAB V
P E N U T U P
A. Harapan-Harapan Model
Setelah tersusunnya model ini, diharapkan:
1. Seluruh pengelola program pembelajaran pendidikan
kesetaraan paket C memiliki panduan penerapan model
pembelajaran berbasis masalah.
2. Seiring dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi serta
kondisi peserta didik pendidikan kesetaraan paket C, maka
sangat memungkinkan untuk melaksanakan berbagai sistem
pembelajaran: Daring, Luring, dan Kombinasi sehingga
memungkinkan satuan dapat memperluas kesempatan layanan
pendidikan kepada peserta didik.
3. Dengan dimilikinya panduan pembelajaran berbasis masalah
pada pendidikan kesetaraan paket C, diharapkan peserta didik
tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran
111
dan lebih meningkat kreativitasnya sehingga meningkat pula
kompetensi literasi dan numerasi serta karakternya.
4. Dengan diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik program pembelajaran pendidikan kesetaraan
paket C dapat lebih bergairah dalam belajar dan lebih mampu
meningkatkan kreativitasnya dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.
B. Persyaratan-Persyaratan yang Harus Dipenuhi
Agar model ini dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan maka ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Adanya kesadaran dan kemauan dari peserta didik pendidikan
kesetaraan paket C untuk meningkatkan kemampuan dan
kreativitasnya.
2. Adanya niat dan tekad yang kuat dari peserta peserta didik
pendidikan kesetaraan paket C untuk berupaya mandiri dan
112
berani mengungkapkan pendapat dengan objektif sesuai dengan
informasi yang diyakini kebenarannya.
3. Menghargai pendapat orang lain dan bisa bekerjasama dengan
teman-teman khususnya di kelompoknya.
4. Adanya kesediaan secara bersama antara peserta didik
pendidikan kesetaraan paket C, untuk bekerja secara bersama,
saling berbagi, dan saling menghargai pendapat orang lain
dalam berdiskusi untuk menghasilkan solusi yang terbaik.
5. Adanya kesanggupan peserta didik untuk akrab dengan
teknologi informasi sehingga bisa mengoperasikan atau
mengakses informasi mealui jaringan internet dan menggunakan
aplikasi lainnya.
6. Adanya komitmen dari pengelola dan pendidik untuk
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan kreativitas peserta didik paket C dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
113
KEPUSTAKAAN
Anwar Desi. 2000. Kamus Lengkap Inggris Indonesia. Surabaya :
Karya Abditama.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003. Undang-undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, beserta penjelasannya. Jakarta:
Depdiknas.
……………., 2004. Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didi.k
Direktorat Pendidikan Menengah Umum Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama Departemen Pendidikan
Nasional 2004
……………. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14
tahun 2007. Tentang Standar Isi Program Paket A, B dan C.
…………., 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63
Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
114
…………, 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63
Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
Jakarta: Depdikbud.
-------------, 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,
Sebagaimana Telah Diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Dan
Penyelenggaraan Pendidikan.
--------------, 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana telah
Diubah Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2012
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
………….. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional.
Guilford (1959) Personality New York Mc. Graw - Hill
Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Hendra Surya.2011. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar.
Jakarta: Elek Media Komputindo.
115
Jafriansen. 2011. Strategi Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan
Dasar. Perca: Jakarta.
________, 2011. Strategi Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan
Menengah. Perca: Jakarta.
Kemendikbud, 2015. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 02 Tahun 2016 tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Model Pendidikan Anak Usia
Dini dan Pendidikan Masyarakat. Jakarta. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.
Martinis Yamin. 2013. Strategi dan Metode dalam Model
Pembelajaran. Jakarta: GP Press Grup.
Mohamad Surya. 2015. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta.
Munandar, S.C. Utami, 1999, Kreativitas dan Keberbakatan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat.
Jakarta: Rineka cipta.
116
Munandar, S.C. Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Nastity, Sanny Ayu. 2016. Perbedaan Tingkat Kreativitas Ditinjau dari
Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orangtua Siswa SD
Muhammadiyah 4 Surabaya. Skripsi. Universitas Airlangga.
Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniawati. 2005. Strategi
Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-
kanak. Jakarta. Depdiknas
Rusman. (2011). Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan.
Bandung. Alfa Beta.
Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta.
Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan
Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
117
Lampiran 01. Contoh Intrumen Monitoring (Kuisioner)
Nama Responden : ………………………..
Jenis Kelamin : ……………………….
Pekat C : ……………………….
Kelas : ………………………..
Berilah tanda silang (x) pada pernyataan yang Anda anggap paling
benar/cocok!
1. Bagaimana pemahaman Anda terhadap Kompetensi Dasar yang
Anda pelajari ?
a. Sangat paham
b. Paham’
c. Cukup paham
d. Tidak paham
2. Bagaimana masalah yang ingin dijadikan topik diskusi diputuskan?
a. Bersama tutor dan peserta didik
b. Oleh peserta didik sendiri
c. Oleh tutor sendiri
d. Tidak tahu
3. Bagaimana kesesuaian materi yang Anda pelajari dengan
kompetensi yang akan Anda capai?
a. Sangat sesuai
118
b. Sesuai
c. Cukup
d. Tidak sesuai
4. Apakah Anda menyenangi model pembelajaran berbasis masalah?
a. Sangat senang
b. Senang
c. Cukup
d. Tidak senang
5. Bagaimana keterlibatan Anda dalam pembelajaran ini?
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Cukup
d. Tidak aktif
6. Apakah Anda mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini?
a. Selalu mengikuti
b. Mengikuti
c. Kadang
d. Tidak mengikuti
7. Bagaimana keterlibatan teman-temanmu dalam memecahkan
masalah?
a. Sangat terlibat
b. Aktif
119
c. Cukup
d. Tidak terlibat
8. Bagaimana keberanian Anda dalam mengungkapkan pendapat
dalam kelompok?
a. Sangat berani’
b. Berani
c. Cukup
d. Tidak berani
9. Bagaimana sikap Anda apabila ada teman dalam kelompok
mengemukakan argumentasi yang berbeda dengan Anda?
a. Sangat menghargai
b. Menghargai
c. Cukup
d. Tidak menghargai
10. Apakah dengan pembelajaran berbasis masalah ini peserta didik
lebih kreatif/ menghasilkan karya?
a. Sangat kreatif
b. Kreatif
c. Cukup
d. Tidak kreatif
120
Lampiran 02. Contoh Intrumen Pedoman Pengamatan
Nama Responden : ………………………..
Jenis Kelamin : ……………………….
Pekat C : ……………………….
NO Pernyataan Jawaban Renponden
1 2 3 4
A Persiapan
1 Kesiapan RPP
2 Kesiapan media pembelajaran
3 Kesiapan sumber pembelajaran
4 Kesiapan Instrumen Penilaian
B Pelaksanaan Pembelajaran
Pembukaan
5 Salam / doa
6 Penjelasan Tujuan (KD)
7 Apersepsi
Inti
8 Orientasi masalah/topik diskusi
9 Pembentukan kelompok-kelompok diskusi
10 Pelaksanaan diskusi kelompok
11 Pendampingan tutor dalam diskusi
12 Keaktifan peserta didik dalam diskusi
13 Sikap peserta didik dalam menghargai
argument teman dalam kelompok
14 Kemampuan kelompok dalam
mempresentasikan hasil diskusi/hasil
karyadi depan tutor den kelompok lainnya
121
15 Kemampuan kelompok lainnya dalam
menanggapi presentasi hasil diskuisi/karya
Penutup
16 Kemampuan tutor dalam memberikan
penegasan atau pelurusan hasil diskusi
C Penilaian
17 Kemampuan menarik kesimpulan dalam
diskusi kelompok
18 Kemampuan tutor dalam mengevaluasi
pembelajaran
19 Menyampaikan tugas/jadwal pertemuan
20 Doa/salam
Denpasar, …………..2020
Pengelola Paket C, Petugas Monitorig
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, ………………………..
122
Lampiran 03. Contoh Intrumen Pedoman Wawancara
(Peserta Didik)
Nama Responden : ………………………..
Jenis Kelamin : ……………………….
Pekat C : ……………………….
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Anda tahu model
pembelajaran berbasis masalah?
……….............................
………............................
2 Kalau tahu, apakah tutor sudah
menerapkan pembelajaran
berbasis masalah dalam
pembelajaran?
……….............................
……….............................
……….............................
3 Bagaimana pendapat Anda dengan
penerapan model tersebut?
……….............................
……….............................
……….............................
4 Apakah dengan penerapan model
berbasis masalah dapat melatih
keberanian Anda?
……….............................
……….............................
……….............................
5 Apakah dengan pembelajaran
berbasis masalah peserta didik
bisa lebih kreatif dalam ide dan
hasil karya?
……….............................
……….............................
……….............................
Denpasar, …………..2020
Pengelola, Petugas,
………………… …………………….
123
Lampiran 03. Contoh Intrumen Studi Dokumentasi
Pekat C : ……………………….
Alamat : ……………………….
No Dokumen yang diamati Ada Tidak
1 Kurikulum K13
2 Silabus
3 RPP
4 Daftar Hadir Peserta Didik
5 Daftar Hadir Pendidik
6 Daftar Hadir Pengelola
7 Jadwal Belajar
8 Hasil Penilaian
9 Media pembelajaran
10 Modul/Bahan Ajar
11 Jurnal kelas
12 Sarpras lainnya
Denpasar, ……………….2020
Pengelola Paket C Petugas.
………………………… ………………………………
Penerbit:
Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini,
dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD dan Dikmas) Bali
Jalan Gurita Raya No. 21 Pegok Sesetan Denpasar Selatan