Mkla Askep p
description
Transcript of Mkla Askep p
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kanker adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam tubuh. Kanker
ditandai oleh poliferasi sel abnormal. Memproduksi masa yang padat, bentuk tumor dan
neoplasma adalah istilah yang se ring di pakai.
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau
system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan
bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang
lain.
Kanker paru merupakan penyakit yang sering di derita pria dan wanita. Sebagian
besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada
pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria.
Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun dan kebanyakan yang
menderita kanker paru meninggal dunia karena kurangnya pengetahuan pasien terhadap
kondisi kesehatan.
1.1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari kanker paru ?
2. Apa etiologi dari kanker paru?
3. Apa patofisiologi dari kanker paru ?
4. Apa manifestasi klinis kanker paru ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada kanker paru?
6. Bagaimana penatalaksanan medis kanker paru ?
7. Bagai mana asuhan keperatan pada kanker paru?
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien
dengan kanker paru
1.2.2. Tujuan Khusus
1.Untuk mengetahui definisi dari kanker paru
1
2. Untuk mengetahui etiologi dari kanker paru
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari kanker paru
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker paru
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
6. Untuk mengetahui penatalaksanan medis kanker paru
7. Untuk mengetahui bagai mana asuhan keperawatan pada pasien kanker paru
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian kanker Paru
Kanker adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam
rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small
Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker
paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain
yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )
2.2. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)
dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang
perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali
ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon
karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
3
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru –
paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti
apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death).
Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru
berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
4
6. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
2.3. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal.Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
5
Bronchus (percabangan segmen atau subsegmen)
Trauma oleh arus udara ( Tar Rokok,polusi industry,polusi udara)
Bahan karsinogenik mengendap
Perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus
Deskuamasi Produksi Mukus Meningkat
Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa bronchus Bersihan jalan nafas tidak efektif
Hyperplasi, metaplasi.
Cell Kanker
Manifestasi Klinis
Intrapulmoner Intratorasik Ekstrapulmoner Ektratorasik Non Metastatik Ekstratorasik Metastatik
Kanker lumen branchu Adanya Invasi kanker,ke paru Mediastinum Jantung
Proksimal Distal Gg.disf efusi Pkd.
Sumbatan parsial Bronkiektasis/Aktelektasis Oesofagua
atau total Penurunan
Sesak nafas Disfagia curah jantung
(Wheezing)
6
Pola nafas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
2.4. Manifestasi Klinis
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik
dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi
sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
2.5. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan
massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
7
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/
tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas
untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
8
2.6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
2. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000
Penatalaksaaan Medis
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker..
2. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak
bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya
menyembuhklan sedikit.
4. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local.
5. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang
signifikan
6. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea.
Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera
makan.
9
Penatalaksanaan Perawat
a. Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
b. Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang
sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untu mengatasi
kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
I. Identitas klien:
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Suku/ bangsa
5. Agama
6. Status marital
7. Pendidikan/ pekerjaan
8. alamat
II. Keluhan Utama :
Klien merasakan sesak di sertai dengan nyeri, & badannya lemas
III. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan Sekarang :
Menurut keluarga, klien sejak 3 bulan yang lalu sering mengalami batuk-batuk yang
kadang-kadang disertai sesak nafas, kemudian berobat ke dokter diberi obat dan
keluhan berkurang.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien menyatakan klien tidak menderita penyakit jantung,diabetes ,asthma,
dulu sering batuk- batuk, kemudian di obati dan sembuh.
3. Riwayat Kesehatan keluarga :
Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit keturunan atau penyakit
menular seperti TBC, liver, jantung, kencing manis dan ginjal
11
IV. Kebutuhan dasar:
Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan
menelan (disfagia), penurunan berat badan.
Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
Aktivitas : keletihan, kelemahan
V. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Pasien tanpak lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada
Tanda – Tanda Vital
TD: 130/90 mmHg, Nadi : 112 x / m, Suhu : 38,6 derajat celsius, RR: 36 x/m.
1. Sistem pernafasan
- Sesak nafas, nyeri dada
- Batuk produktif tak efektif
- Suara nafas: mengi pada inspirasi
- Serak, paralysis pita suara.
2. Sistem kardiovaskuler
- tachycardia, disritmia
- menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
3. Sistem gastrointestinal
- Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
4. Sistem urinarius
- Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
5. Sistem neurologis
- Perasaan takut/takut hasil pembedahan
- Kegelisahan
VI. Data Penunjang
1. Foto dada, PA dan lateral
2. CT scan/MRI
3. Bronchoscope
4. Sitologi : TTB, biopsy kelenjar getah bening leher
12
3.2. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASSALAH
1. DS: - Klien mengungkapkan
sesak saat ber-nafas dan
dada terasa berat.
DO: - KU agak lemah.
- Suara nafas menghilang
pada dada anterior.
- Pada perkusi dada
terdengar redup.
- Respirasi 36 x/mnt, cepat
dan dang-kal.
Massa pada mediastinum
Menekan rongga paru
Penurunan ekspansi paru
Pengembangan paru
terbatas
Klien sesak
Ketidakefektifan pola
nafas
2. DS : - Pasien mengelu sesak
dan nyeri saat bernafas
DO : - Gelisah,
- nilai GDA tidak normal,
- perubahan TTV
Obstruksi jalan nafas oleh
sekresi dan spasme
bronkus
Kerusakan alveoli
Bronkiektasis/Aktelektasis
Gangguan pertukaran
gas
3. S: -Mengeluh sakit disertai rasa
nyeri yang menetap
O: - Pasien tampak gelisah
- Wajahya terlihat pucat
- Tanda vital : TD: 130/90
mmHg, Nadi : 112 x / m,
Suhu : 38,6 derajat celsius,
RR: 36 x/m.
IntrapulmonerMetastatik
Adanya Invasi kanker ke
pleura, atau dinding dada.
Gangguan Rasa
nyaman (Nyeri)
13
4. DS : - Mengatakan nafsu
makan menurun dan
terasa mual
DO: A: Penurunan berat badan,
(BB sebelumnya
66kg,setelah masuk RS
BB 55Kg)
B :
C : lemas, BB
menurun,rambut rontok
D : porsi makan tidak
habis,makan hanya 2 - 4
sendok
Sesak
Psikologis
Mual
Anoreksia
Pereubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
2. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi kanker ke pleura,
atau dinding dada.
3. Perubahan nutria kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan Anoreksia
4. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan gangguan aliran udara ke
alveoli atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli
3.3. Perencanaan Keperawatan
14
Tgl No
dx
TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
1. Setelah di lakukan
tindakan
keperawatan 1x24
jan di harapkan
pola nafas klien
efektif dengan KH:
- Klien
mengungkapkan
sesak berkurang/
tidak sesak.
- Respirasi dalam
batas normal.
- Tidak
menggunakan
otot bantu
pernafasan
1. Kaji frekuensi,
kedalaman pernafasan
dan ekspansi dada.
2. Auskultasi bunyi nafas,
dan catat adanya bunyi
nafas tambahan.
3. Observasi pola batuk dan
karakter secret
4. Berikan pada klien posisi
semi fowler.
5. Kolaborasi dalam
pemberian oksigen
tambahan.
6. Berikan humidifikasi
tambahan.
1. Untuk mengetahui
frekuensi & kedalan
pernafasan karena
kedalamam pernafasan
bervariasi tergantung
derajat gagal nafas.
2. Perubahan bunyi nafas
menunjukan obstruksi
sekunder
3. Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk
kering/iritatif
4. Posisi membantu
memaksimalkan
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
pernafasan
5. Memaksimalkan
pernafasan dan
menurunkan kerja
nafas.
6. Memberikan
kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu pengenceran
sekret
2. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan 2x24
diharapkan pasien
menunjukkan
1. Kaji frekluensi dan
kedalaman pernafasan.
1. Berguna dalam
evaluasi derajat distress
pernafasan dan
kronisnya proses
15
perbaikan ventilasi
dan oksigenasi
jaringan yang
adekuat dan
Pertukaran gas
efektif.dengan
KH:
- Tidak bingung
dan gelisah
- TTV normal
- Tidak sesak
- Nilai GDA
normal
2. Auskultasi paru untuk
penurunan bunyi nafas
dan adanya bunyi
tambahan
3. Observasi ferfusi daerah
akral dan sianosis ( daun
telinga, bibir, lidah dan
membran lidah )
4. Lakukan tindakan untuk
memperbaiki jalan
nafas.
5. Tinggikan kepala/tempat
tidur sesuai dengan
kebutuhan.
6. Kaji TTV
7. Monitor GDA
8. Berikan o2 tambahan
penyakit.
2. Area yang tak
terventilasi dapat
diidentifikasikan
dengan tak adanya
bunyi nafas.
3. Menunjukan
hipoksemia sistemik.
4. Jalan nafas
lengket/kolaps
menurunkan jumlah
alveoli yang berfungsi
Secara negatif
mempengaruhi
pertukaran gas.
5. Meningkatkan ekspansi
dada maksimal,
membuat mudah
bernafas meningkatkan
kenyamanan.
6. Takikardia, disritmia
dan perubahan tekanan
darah dapat
menunjukkan efek
hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung
7. PaCO2 biasanya
meningkat, dan PaO2
menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
16
sesuai dengan indikasi
hasil GDA.
8. Dapat
memperbaiki/mencega
h buruknya hipoksia.
2. Seteh di lakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
Nyeri hilang/
berkurang dengan
KH:
- TTV normal
- Klien nampak
rileks.
- Klien dapat
tidur.
- Klien dapat
berpartisi dalam
aktivitas.
1. Tanyakan pasien tentang
nyeri, Tentukan
karaktersitik nyeri
2. Buat skala nyeri 0-10
rentang intensitasnya
3. Observasi tanda-tanda
vital
4. Kaji pernyataan verbal
dan non verbal nyeri
pasien.
5. Evaluasi keefektifan
pemberian obat
6. Berikan tindakan
kenyamanan, ubah
posisi, dll.
7. Berikan lingkungan
tenang.
8. Kolaborasi: Berikan
analgesik rutin s/d
indikasi.
1. Membantu dalam
evaluasi gejala nyeri
kanker yang dapat
melibatkan visera,
saraf atau jaringan
tulang
2. Penggunaan skala
rentang membantu
pasien dalam
mengkaji tingkat nyeri
3. Untuk mengetahui
Penurunan tekanan
darah : peningkatan
nadi dan pernafasan
4. Ketidaksesuaian antara
verbal dan non verbal
menunjukan.derajat
nyeri
5. Memberikan obat
berdasarkan aturan.
6. Meningkatkan
relaksasi dan
pengalihan perhatian..
7. Penurunan stress,
menghemat energy
8. Mempertahankan kadar
obat, menghindari
puncak periode nyeri
4. Setelah di lakukan
tindakan
1. Catat ststus nutrisi
pasien pada penerimaan,
1. Berguna dalam
mengidentifikasi
17
keperawatan
sselama 2x 24 jam
Nutrisi klien
terpenuhi.
Dengan KH:
- Berat badan
bertambah dan.
- Menunjukan
perubahan pola
makan.
catat turgor kulit, berat
badan dan derajat
kekurangan berat badan
2. Berikan penjelasan
tentang pentingnya
makanan yang adekuat
dan bergizi
3. Pastikan pola diet pasien
yang disukai/tidak
disukai
4. Awasi
pemasukan/pengeluaran
dan berat badan secara
periodic
5. Dorong klien untuk
makan diet TKTP
6. Pertahankan higiene
mulut
7. Kolaborasi dengan Ahli
gizi dalam pemberian
makanan
derajat kurang nutrisi
dan menentukan
pilihan intervensi
2. Meningkatkan
pengetahuan dan
kepatuhan untuk
menjalankan program
diet sesuai atura
3. Pertimbangan
keinginan individu
dapat memperbaiki
masukan diet.
4. Mengukur kefektifan
nutrisi dan dukungan
cairan.
5. Peningkatan
pemenuhan kebutuhan
dan kebutuhan
pertahanan tubuh
6. Akumulasi partikel
makanan di mulut
menambah rasa
ketidaknyamanan pada
mulut dan menurunkan
nafsu makan
7. Meninkatkan
kemampuan asupan
sesuai dengan
kemampuan klien
BAB IV
18
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker
paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang
terkena kanker.
Etiologi
Ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker
paru :
Merokok
Iradiasi.
Kanker paru akibat kerja
Polusi udara
Genetik.
Diet
Patofisiologi kaknker paru di lihat dari etiologi yang menyerang percabangan
segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan dysplasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia,
hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi
di bagian distal.Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi
Pemeriksaan Penunjang
19
Radiologi.
Bronkhografi.
Laboratorium.
Histopatologi.
Pencitraan.
Penatalaksaaan Medis
Pembedahan.
Kemoterafi
Radioterapi radikal
Radioterapi paliatif
Terapi endobronkia
Perawatan faliatif
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Perencanaan keperawatan
4.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurang-kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan
lebih baik dari sekarang,dan kami juga berharap:
Setelah membaca makalah ini,kami berharap kita menjadi lebih tahu dan lebih faham
tentang proses keperawatan pada sistem respirasi khususnya tentang Kanker paru.
Dan yang paling penting kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam kahidupan
pekerjaan kelak.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta
2. Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit
EGC. Jakarta.
3. Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik,
Yayasan
21