mkdu pkn

39
Artikel 1: Contoh Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi Berbagai bentuk penyimpangan pancasila sebagai Ideologi ini misalnya pada pergaulan bebas pada remaja-remaja yang masih ABG. Yang dapat berakibat sangat berbahaya bagi masa depannya. Dari pergaulan bebas ini mereka mudah terpengaruh akibatnya dapat mengakibatkan seks bebas yamg akhirnya terjadi hamil diluar nikah, Selain itu, penyebaran penyakit. Penyakit yang saat ini paling menakutkan adalah penyakit kurangnya daya tahan tubuh terhadap serangan HIV aids dan Herpes Simplex II. yang menyebabkan kematian. Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai melakukan perbuatan yang keluar dari jalur norma-norma yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Yang keseringan kurang perhatian dari kedua orang tua mereka yang sibuk dengan pekerjaannya atau disebabkan dengan kerusakan rumah tangga karena perceraian dan akhirnya mereka terkena pergaulan bebas akibat terpengaruh dari lingkungan yang tidak baik. Cara menghindari pergaulan bebas sebenarnya mudah tetapi harus dengan kesadaran dan keinginan untuk berubah yang lebih baik dengan cara sebagai berikut: 1. Bergaullah hanya dengan orang-orang yang taat beragama kelompok muda- mudi dalam peribadatan atau teman-teman sekolah/kuliah yang taat beribadat. 2. Jangan pulang kerumah melebihi jam 9 malam

description

indv

Transcript of mkdu pkn

Artikel 1: Contoh Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara

Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi

Berbagai bentuk penyimpangan pancasila sebagai Ideologi ini misalnya pada pergaulan bebas pada remaja-remaja yang masih ABG. Yang dapat berakibat sangat berbahaya bagi masa depannya. Dari pergaulan bebas ini mereka mudah terpengaruh akibatnya dapat mengakibatkan seks bebas yamg akhirnya terjadi hamil diluar nikah, Selain itu, penyebaran penyakit. Penyakit yang saat ini paling menakutkan adalah penyakit kurangnya daya tahan tubuh terhadap serangan HIV aids dan Herpes Simplex II. yang menyebabkan kematian.

Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai melakukan perbuatan yang keluar dari jalur norma-norma yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Yang keseringan kurang perhatian dari kedua orang tua mereka yang sibuk dengan pekerjaannya atau disebabkan dengan kerusakan rumah tangga karena perceraian dan akhirnya mereka terkena pergaulan bebas akibat terpengaruh dari lingkungan yang tidak baik.

Cara menghindari pergaulan bebas sebenarnya mudah tetapi harus dengan kesadaran dan keinginan untuk berubah yang lebih baik dengan cara sebagai berikut:

1. Bergaullah hanya dengan orang-orang yang taat beragama kelompok muda- mudi dalam peribadatan atau teman-teman sekolah/kuliah yang taat beribadat.

2. Jangan pulang kerumah melebihi jam 9 malam

3. Jangan coba menonton blue film atau baca majalah porno

4. Jangan baca roman picisan/stensilan

5. Perbanyak amal ibadah dan menuruti nasihat orang tua

6. Isi kegiatan waktu senggang dengan berolah raga atau membaca buku-buku

yang bermutu.

Penyimpangan Pancasila sebagai Dasar Negara

Salah satu contoh bentuk penyimpangan pancasila sebagai dasar negara yang akan dibahas yaitu bentuk penyimpangan yang seringkali terjadi di Indonesia antara lain para pejabat negara yang melakukan tindak korupsi.

Penyebab Terjadinya Tindak Korupsi

Tindak korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Berikut ini adalah aspek-aspek penyebab seseorang berbuat korupsi:

1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak, sifat tamak manusia dan sebagainya)

Kemungkinan pejabat melakukan korupsi bukan karena mereka miskin atau penghasilan tak cukup, malahan pejabat tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.

2. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan)

3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien, yang memberikan peluang pejabat untuk korupsi

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.

4. Modernisasi pengembangbiakan korupsi

5. Moral yang kurang kuat

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahanya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.

6. Gaya hidup yang konsumtif

Kehidupan di kota-kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif semacam ini bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi. Bahkan para pejabat yang memiliki penghasilan cukup menghalalkan segala cara untuk memenuhi gaya hidupnya dengan melakukan tindak korupsi sehingga penghasilan cukup pun tidak menjamin seseorang untuk tidak melakukan korupsi.

7. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

8. Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul karena adanya kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan yang dapat mencakup adanya peraturan yang monopolistik yang hanya menguntungkan kroni penguasa, kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.

9. Sistim akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang memadai

Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi pemerintahan yang kondusif untuk praktik korupsi.

10. Ajaran agama yang kurang diterapkan

Indonesia dikenal sebagai bangsa religius yang tentu akan melarang tindak korupsi dalam bentuk apapun. Kenyataan di lapangan menunjukkan bila korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradok ini menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.

Solusi Untuk Mengatasi Maraknya Tindak Korupsi

1. Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan sejumlah pembayaran tertentu.

2. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana keputusan dibuat.

3. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.

4. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi dengan jalan meningkatkan ancaman.

5. Korupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.

Sumber : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=69985&val=4879Tanggapan (Artikel 1: Contoh Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara)

Penyimpangan pancasila sebagai dasar negara maupun ideologi Indonesia sebenarnya dapat terjadi akibat kurangnya pemahaman dan penerapan nilai-nilai pancasila itu sendiri, paham saja tidak cukup, sebaliknya juga, menerapkan tetapi tidak memahami nilai pancasila juga sama saja suatu yang sia-sia, selain itu hal yang mendukung terjadinya penimpangan adalah kurangnya penghargaan masyarakat terhadap perjuangan para pendahulu dalam membentuk pancasila. Saya yakin apabila seseorang benar-benar menghargai terbentuknya negara Indonesia sampai tercipta sebuah dasar negara yakni pancasila maka kecil kemungkinan sesorang tersebut akan melakukan penyimpangan, tetapi juga ditinjau dari nurani serta keadaan yang memaksa bisa saja menjadi dorongan yang kuat. Apabila setiap tingkatan masyarakat baik itu dari para pejabat sampai muda-mudi telah paham, menerapkan, serta menghargai nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya maka kecil sekali kemungkinan dapat terjadi penyimpangan. Pancasila terdiri dari 5 sila yang mutlak dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Walaupun terdiri dari 5 sila tetapi apabila hanya salah satu sila atau beberapa saja yang dijalankan sedangkan yang lainnya tidak maka besar kemungkinan penyimpangan nilai-nilai pancasila dapat terjadi, artinya keseluruh sila tersebut harus kita terapkan baik dalam kehidupan bermasyarakat seperti memikirkan akibat-akibat yang akan berimbas pada orang lain apabila kita melakukan tindak korupsi, bahkan dapat merugikan skala negara, tidak hanya itu, penerapan dalam kehidupan pribadi juga sangat diperlukan seperi contoh artikel diatas mengenai pergaulan bebas. Tentunya selain kesadaran masing-masing individu ada baiknya penyimpangan (dari tindak korupsi sampai pergaulan bebas) ada pihak luar yang membantu dan menekan tidak terjadi hal tersebut, seperti sudah dijelaskan dari artikel diatas, saya setuju seperti melakukan pembentukan perubahan/pembaharuan struktur organisasi agar meningkatkan pengawasan, serta meningkatkan ancaman atau hukuman yang lebih tinggi untuk menekan dorongan seseorang melakukan penyimpangan, selain itu edukasi dini juga diperlukan agar generasi muda nantinya jauh dari penyimpangan. Pada intinya penyimpangan nilai pancasila tidak dapat dihindari, akan tetapi hal tersebut dapat dikurangi/ditekan melalui individu-individu yang taat nilai pancasila, maka marilah kita sebagai generasi muda menaati dan mengajak orang-orang disekeliling kita untuk mengurangi angka kejadian penyimpangan tersebut.Artikel 2 : Lunturnya Identitas NasionalKata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Apa saja baik fisik maupun non fisik, biasa dijadikan identitas sepanjang ia biasa menjelaskan sesuatu, seseorang, kelompok atau suatu bangsa. Identitas biasa dinyatakan secara sadar oleh seseorang ataupun kelompok untuk menjelaskan dirinya atau diungkapkan oleh orang atau kelompok lainnya. Dalam term antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri

Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan bangsa maupun non fisiik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan.

Senada dengan pengertian ini, identitas nasional adalah ciri khusus atau jati diri dari bangsa itu sendiri, yang diikat oleh kesamaan-kesamaan fisik seperti budaya, agama, dan bahasa atau bersifat non-fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan.

Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah ia dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama dan bahasa.Kesemua itu merupakan unsur-unsur pembentuk identitas nasional

a. Sejarah

Menurut catatan sejarah, sebelum terjadi sebuah identitas Negara bangsa yang modern, bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan nusantara, Majapahit dan Sriwijaya misalnya, dikenal sebagai pusat pusat kerajaan nusantara yang pengaruhnya menembus batas batas territorial dimana dua kerajaan ini berdiri.

b. Kebudayaan

Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu; akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia, misalnya, dapat dilihat pada sikap ramah dan santun bangsa Indonesia. Sedangkan unsur identitas peradabannya, salah satunya, tercermin dari keberadaan dasar Negara pancasila sebagai kompromi nilai nilai bersama (sahred values) bangsa Indonesia yang majemuk. Sebagai bangsa maritim, kehandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal Pinisi dimasa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.

c. Suku Bangsa

Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus terus dikembangkan dan dibudayakan. Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari 300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami kepulauan nusantara.

d. Agama

Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia. Dengan kata lain, keragaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi Negara, tetapi juga merupakan suatu Rahmat Tuhan yang Maha Esa yang harus tetap di pelihara dan disyukuri oleh bangsa Indonesia. Mensyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan dengan, salah satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas, atas kelompok lainnya.

e. Bahasa

Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional Indonesia sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua franca) berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Peristiwa sumpah pemuda tahun 1928, yang menyatakan bangsa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, talah memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas nasional Indonesia. Lebih dari sekadar bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki nilai tersendiri bagi bangsa Indonesia, ia telah memberikan sumbangan besar pada pembentukan nasionalisme Indonesia.

Identitas Nasional adalah ciri-ciri atau sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas tersebut meliputi segenap yang dimiliki bangsa Indonesia seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, demografi atau kependudukan Indonesia, ideologi dan agama, politik negara, ekonomi dan pertahanan keamanan. Identitas Nasional merupakan konsep suatu bangsa mengenai dirinya sendiri. Hal ini harus terus dijaga agar bangsa kita tidak mudah dihancurkan oleh bangsa lain dan menjadi bangsa yang kuat.Namun kenyataannya sekarang semakin banyak bangsa Indonesia melupakan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan basis dari identitas nasional suatu bangsa. Contoh konkret masuknya budaya barat ke Indonesia melalui globalisasi telah banyak mengubah pola hidup generasi muda saat ini sehingga melupakan kultur asli budaya bangsa Indonesia sendiri. Banyak produk budaya kita kurang mendapat penghargaan dari masyarakat kita sendiri. Dampak yang membahayakan dari hal tersebut adalah semakin banyak budaya kita yang diklaim oleh negara lain, seperti misalnya : Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku,Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur, Lagu Soleram dari Riau, Alat musik Gamelan dari Jawa, Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur, Motif Batik Parang dari Yogyakarta, Tari Pendet dari Bali dll.

Sumber : http://www.isrannoor.info/lunturnya-identitas-nasional/Tanggapan (Artikel 2 : Lunturnya Identitas Nasional)

Menurut saya lunturnya identitas nasional bangsa Indonesia dari segi individu terjadi akibat kurangnya rasa cinta akan negara kita sendiri, apabila kita mencintai dan melestarikan identitas bangsa misalnya saja untuk salah satu unsur identitas nasional dari segi seni dan budaya, maka kelunturan identitas nasional tidak akan terjadi dan kita dapat menjaga jati diri bangsa kita. Tetapi pada kenyataan saat ini rakyat indonesia khususnya para muda-mudi lebih mencintai budaya-budaya yang ada luar, bahkan kurang menghargai budaya kita sendiri, . Kurangnya rasa cinta dan apresiasi terhadap identitas nasional adalah penyebabnya. Sebagai contoh yang telah disebutkan dalam artikel dampak membahayakan akibat hilangnya identitas nasional adalah hilangnya budaya kita akibat pengklaiman dari negara lain, hal ini menurut saya wajar terjadi apabila kita sebagai rakyat tidak menjaga dengan baik. Artinya permasalahan ini bersumber dari kesadaran individu untuk mempertahankan identitas bangsanya. Selain itu upaya pemerintah dalam menjaga identitas nasional juga sangat diperlukan, misalnya dengan membuat peraturan untuk mendukung pemberdayaan budaya lokal dan penghargaan bagi pelaku seni dan budaya. Diharapkan pemerintah sebelum melakukan berbagai program budaya dari berbagai pembangunan, juga melakukan pelaksanaan dialog terbuka, pengembangan pendidikan multikultural, perawatan dan pembangunan tempat-tempat umum, peningkatan penegakan hukum dan penciptaan cara yang berbeda terhadap ikatan kebangsaan dalam mengembalikan jati diri bangsaProgram-program pembangunan dalam nilai-nilai budaya akan memulihkan dan membangun identitas nasional kebudayaan nasional. Ini diikuti dengan upaya untuk memperkuat kegiatan program budaya nasional, memfasilitasi proses dan adaptasi budaya asing yang positif dan produktif dan bimbingan moral. Demikian juga, program pengembangan sistem informasi dan database bidang kebudayaan. Semuanya dibuat agar budaya di negara ini dikenal dan dipelihara, supaya rakyat Indonesia tidak ketinggalan, dan tidak terjadi pengakuan aset budaya dari negara-negara lain.

Apa yang dilakukan pemerintah, peningkatan sumber daya manusia, peningkatan kapasitas kelembagaan dan sistem data untuk pemerintahan yang baik bagi kehidupan budaya, meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan budaya dan lainnya -organisasi pemerintah dalam mengelola kekayaan budaya, dan pelestarian sejarah hendaknya tersedia di negara ini. Dengan pemeliharaan kebudayaan, maka negara ini dapt mewujudkan cita-cita mulia negeri, dan juga untuk mengembalikan identitas nasional dan identitas nasional.Kesimpulannya baik dari individu dan pemerintah harus bekerja sama dalam menjaga identitas nasional, dari individu kita harus memiliki kesadaran, apresiasi dan menumbuhkan rasa cinta akan seni budaya suku serta unsur-unsur lainnya, dan dari pemerintah menyediakan berbagai progam yang bertujuan untuk mempertahankan identitas/pelestarian serta melaksanakan sistem data agar terhindar dari pengakuan/klain dari negara lain.

Artikel 3 : Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Negara Pancasila

Persoalan yang paling mendasar hubungan antara negara dan warga negara adalah masalah hak dan kewajiban. Negara demikian pula warga negara samasama memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Sesungguhnya dua hal ini saling terkait, karena berbicara hak negara itu berarti berbicara tentang kewajiban warga negara, demikian pula sebaliknya berbicara kewajiban negara adalah berbicara tentang hak warga negara. Kesadaran akan hak dan kewajiban sangatlah penting, seseorang yang semestinya memiliki hak namun ia tidak menyadarinya, maka akan membuka peluang bagi pihak lain untuk menyimpangkannya. Demikian pula ketidaksadaran seseorang akan kewajibannya akan membuat hak yang semestinya didapatkan orang lain menjadi dilanggar atau diabaikan. Pada artikel ini akan dibahas pengertian hak dan kewajiban, hak dan kewajiban negara dan warga negara menurut UUD 1945, serta pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara di negara Pancasila.

Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju, yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

Suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang hendak dilaksanakan, untuk melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar pelaksanaan bisa berjalan sesuai dengan harapan maka perlu ada institusi yang mengawal pelaksanaan tersebut. Dengan demikian ada tiga hal penting dalam pelaksanaan hak dan kewajiban ini. Pertama, Pancasila perlu dimengerti secara tepat dan benar baik dari pengertian, sejarah, konsep, prinsip dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tanpa mengerti hal-hal yang mendasar ini amat sulit Pancasila untuk diamalkan. Selain daripada itu, Pancasila akan cepat memudar dan dilupakan kembali. Kekuatan akar pemahaman ini amat penting untuk menopang batang, ranting, daun dan buah yang akan tumbuh di atasnya. Banyak hal yang terjadi ketika semangat untuk mengamalkan Pancasila sangat tinggi namun tidak didasari oleh pemahaman konsep dasar yang kuat, bukan hanya mudah memudar, namun juga akan kehilangan arah, seakanakan sudah melaksanakan Pancasila padahal yang dilaksanakan bukan Pancasila, bahkan bertentangan dengan Pancasila. Hal ini amat mudah dilihat dalam praktek perekonomian dan perpolitikan Indonesia saat ini yang tanpa sadar sudah mengekor pada sistem kapitalis-neoliberalis dan perpolitikan yang bernapaskan individualis bukan kolektifis. Kedua, pedoman pelaksanaan. Semestinya kita tidak perlu malu mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Orde Baru yang berusaha membuat Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4). Pedoman ini sangat diperlukan agar negara dan warganegara mengerti apa yang musti dilakukan, apa tujuannya dan bagaimana strategi mencapai tujuan tersebut. Manakala tidak ada pedoman pelaksanaan, maka setiap orang berusaha membuat pedoman sendiri-sendiri sehingga terjadi absurditas (kebingungan). Banyaknya kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan P4 perlu dievaluasi untuk diperbaiki. Contoh kelemahan utama dalam pelaksanaan P4 adalah bahwa pedoman tersebut bersifat kaku, tertutup dan doktriner, hanya pemerintah yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan Pancasila, sehingga tidak ada ruang yang cukup untuk diskusi dan terbukanya konsep-konsep baru. Kelemahan tersebut harus diperbaiki tidak kemudian dibuang sama sekali. Ketiga, perlunya lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila. Lembaga ini bertugas antara lain memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mensosialisasikan Pancasila. Membuka ruang-ruang dialog agar tumbuh kesadaran ber-Pancasila baik di kalangan elit politik, pers, anggota legislatif, eksekutif, yudikatif, dan masyarakat luas. Yang tak kalah penting adalah ikut memberi masukan kepada lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan tugas dan membuat kebijakan serta ikut mengevaluasi setiap kebijakan yang dilakukan agar terjamin tidak bertentangan dengan Pancasila. Dalam konteks pelaksanaan hak dan kewajiban, maka tiga hal penting sebagaimana disebut di atas juga perlu ada, yaitu perlu mengerti prinsipprinsip dasar hak dan kewajiban negara dan warga negara, terdapat pedoman pelaksanaannya dan ada lembaga yang mengawalnya. Tiga hal ini tentu tidak berdiri sendiri khusus terkait dengan hak dan kewajiban negara dan warga negara, namun merupakan kesatuan gerak besar revitalisasi Pancasila dalam semua bidang kehidupan. Pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara dalam negara Pancasila adalah sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 seperti tergambar dalam klasifikasi di atas. Namun demikian, selain melihat klasifikasi tersebut perlu juga memahami konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam pelaksanaan hak asasi manusia.

Sumber : http://safitrikusumaningtyas23-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-76656-PKn-Hak%20dan%20Kewajiban%20Warga%20Negara%20dalam%20Negara%20Pancasila.html

Tanggapan (Artikel 3 : Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Negara Pancasila)Dari artikel diatas menjelaskan tentang hak dan kewajiban warga negara serta sering terjadinya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban, Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya, seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Pada kenyataannya seringkali banya para pejabat hanya menuntut hak saja tanpa melakukan kewajiban akibatnya dapat merugikan orang-orang disekitarnya, bukan hanya pejabat , dilingkungan kita sendiri sudah banyak pelaku-pelaku seperti itu yang kita temui bahkan tanpa kita sadari kita pula sudah menjadi salah satu pelaku tersebut. Maka dari itu pentingnya pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban setiap individu agar tidak terjadi ketidakseimbangan tersebut, hal ini dapat kita tempuh dengan cara melakukan program-program/ edukasi pada setiap jenjang tingkatan masyarakat akan hak dan kewajiban mereka, serta memberikan dan menjelaskan hukuman/akibat yang akan terjadi apabila tidak melaksanakan hak dan kewajiban dengan baik. Lagi-lagi permasalahan seperti ini balik lagi pada kesadaran masing-masing.Seperti yang sudah dibahas pada artikel diatas bahwa suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang hendak dilaksanakan, untuk melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar pelaksanaan bisa berjalan sesuai dengan harapan. Untuk itu pemahaman dan penerapan pancasila sangat diperlukan, dan juga pedoman pelaksanaan p4 pada orde baru, memang benar kita tidak perlu malu untuk mencontoh hal-hal baik dan menepiskan hal yang buruk serta memperbaiki bagian yang masih kurang pada pelaksanaan p4 orde baru, yang memalukan apabila kita masih saja mencontoh hal yang salah, maka dari itu penerapan pedoman pelaksanaan p4 diperlukan karena apabila tidak ada pedoman pelaksanaan, maka setiap orang berusaha membuat pedoman sendiri-sendiri sehingga terjadi kebingungan dan ketidakselarasan. Seperti yang sudah dijelaskan oleh artikel, hal terakhir yang diperlukan untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban adalah dengan mendirikan lembaga lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan pancasila. Apabila keseluruhan bagian tersebut dilaksanakan dan bekerjasama dengan tepat maka hak dan dan kewajiban dapat diseimbangkan.Artikel 4 : Penyimpangan Penyimpangan Terhadap Konstitusi Di Indonesia1. Periode Berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 27 Desember 1949)

Penyimpangan Konstitusional dalam kurun waktu ini, antara lain sbb :

a. Komite Nasional Indonesia Pusat berubah fungsi dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No. X Tanggal 16 Oktober 1945. Seharusnya, tugas legislatif dilakukan oleh DPR dan tugas menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara dilakukan oleh MPR.

b. Sistem kabinet Presidensial berubah menjadi kabinet Parlementer berdasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11 November 1945 kemudian disetujui oleh Presiden. Perubahan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 bahwa kabinet Presidensial berdasarkan UUD 1945 diganti dengan system kabinet Parlementer. Akibat penyimpangan itu adalah kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil.

2. Periode Berlakunya Konstitusi RIS (27 Desember 1949 17 agustus 1950)

Berikut penyimpangan-penyimpangan yang terjadi saat berlakunya Konstitusi RIS.

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Negara Federasi / Republik Indonesia Serikat (RIS). Perubahan tersebut berdasarkan kepada Konstitusi RIS. Bentuk Negara serikat bertentangan dengan konsep pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Penggantian UUD 1945 menjadi Konstitusi RIS.

c. Kekuasaan Legislatif yang seharusnya dilaksanakan Presiden dan DPR dilaksanakan DPR dan Senat.

d. Pemerintahan parlementer tidak sesuai semangat UUD 1945.

3. Periode Berlakunnya UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

Penyimpangan-Penyimpangan yang terjadi selama berlakunnya UUDS 1950.

a. Dengan berlakunnya UUDS mengakibatkan terjadi perubahan sistem kabinet Presidensial menjadi kabinet Parlementer. Adanya perubahan atau perbedaan itu adalah tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan yang akibatnya sering bergantinya kabinet.

b. Demokrasi liberal yang diterapkan pada masa UUDS 1950 ditaksirkan sebagai kebebasan mutlak bagi setiap individu dan partai politik. Akibatnya setiap partai kelompok, dan golongan senantiasa bersaing mengedepankan kepentingan kelompoknya. Hal tersebut dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

c. Pemerintahan Parlementer dalam demokrasi liberal mengakibatkan kondisi politik tidak stabil, kabinet yang dibentuk sering berganti-ganti. System tersebut mengakibatkan ketidakstabilan pemerintahan dan program-program yang telah disusun pemerintah tidak dapat berjalan.

4. Periode Berlakunya Kembali UUD 1945 (5 Juli 1959 19 Oktober 1999)

Pada Masa Berlakunya UUD 1945 Periode kedua

a. Masa Orde Lama Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu. Setelah mentapkan berlakunya kembali UUD 1945. Presiden Sukarno meletakkan dasar-dasar kepemimpinannya yang dinamakan Demokrasi Terpimpin.

Adapun yang dimaksud dengan Demokrasi Terpimpin oleh Sukarno adalah demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Demokrasi Terpimpin dalam praktiknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya dan bahkan terkesan menyimpang, dimana demokrasi yang dijalankan dipimpin oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu. Keadaan ini melahirkan berbagai penyimpangan terhadap UUD 1945.Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:

a. Semua pejabat harus setuju NASAKOM (Nasonalis Agama Komunis)

b. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan membentuk DPR Gotong Royong. Hal ini dilakukan karena DPR menolak Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang diajukan pemerintah

c. Pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi Negara diangkat sebagai menteri Negara.

d. Kekuasaan Presiden melebihi wewenang yang ditetapkan dalam UUD 1945.

e. Penyederhanaan kehidupan partai-partai politik dengan dikeluarkannya Penetapan Presiden No. 7 Tahun 1959.

f. Pembentukan Front Nasional dengan Penetapan Presiden No. 13 Tahun 1959

g. Pengangkatan dan pemberhentian anggota-anggota MPRS, DPA dan MA oleh Presiden

h. Hak Budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan rancangan Undang-Undang APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.

i. MPR mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden Seumur hidup.

b. Masa Orde Baru

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.

Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Orde Baru dapat pula diartikan sebagai koreksi total atas segala penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Koreksi itu terlihat melalui perumusan yang dihasilkan pada siding-sidang MPRS, misalnya :

Menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan system Presidensial.

Melaksanakan Pemilu secara teratur untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk dalam DPR dan MPR.

Menyelenggarakan kehidupan sosial, budaya, politik dan keamanan secara demokratis berdasarkan UUD 1945.

Mengarahkan kebijakan Negara untuk menjamin pembangunan kesejahteraan rakyat di segala bidang. Meletakkan kedudukan semua lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara sesuai dengan UUD 1945.

Koreksi tersebut mengandung tujuan baik, namun peraturan itu tidak berjalan sepenuhnya bahkan terjadi penyimpangan, contohnya :

1. Kebebasan politik masyarakat sangat dibatasi, masyarakat hanya boleh bergabung/ memilih tiga partai.

2. Kebebasan dalam menyampaikan pendapat dibatasi, pemerintah menerapkan sistem sensor ketat pada media cetak maupun elektronik.

3. Mahasiswa dilarang berpolitik, kampus jadi tempat yang bersih dari politik.

4. KKN(Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) terjadi dalam pemerintahan.

5. Sistem pemerintahan yang sentralisasi.

6. Pemerintah melakukan penyeragaman asas/ideologi bagi organisasi atau partai.

Sumber : http://luthfi428.blogspot.com/2012/11/artikel-konstitusi.html

Tanggapan (Artikel 4 : Penyimpangan Penyimpangan Terhadap Konstitusi Di Indonesia)Berdasarkan paparan artikel diatas menjelaskan bahwa penyimpangan yang terjadi pada setiap konstitusi berbeda-beda tergantung keadaan dan kecocokan negara pada saat itu. Menurut saya penyimpangan yang terjadi ini dapat kita petik hikmah dan ambil pelajarannya, karena dengan perubahan konstitusi beserta kekurangan-kekurangannya yang terjadi kita bangsa indonesia dapat membuat suatu dasar dan peraturan yang lebih relevan dan cocok terhadap bangsa kita serta dapat menjadikan lebih sedikit kekurangannya karena belajar dari pengalaman-pengalaman terdahulu. Intinya hal ini merupakan cerminan agar menjadi lebih baik.Perlu kita perjelas bahwa dasar negara dan konstitusi sangatlah berhubungan demi mencapai cita-cita dan tujuan bangsa yang telah disepakati. Hal ini bisa kita lihat pada pembukaan UUD 1945 alinea IV ...dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.Dasar negara yang dalam hal ini pancasila berarti pedoman dalam mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan negara yang mencakup berbagai kehidupan. Sedangkan Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.

Jadi Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada setiap Konstitusi ada baiknya kita ambil pelajaran serta menghindarkan agar penyimpangan tidak terjadi lagi, kepada pemerintah dengan perubahan konstitusi beserta penyimpangannya ada baiknya pemerintah agar lebih berhati-hati dalam melakukan perubahan dan pelaksanaan Undang-undang agar tetap terjadi keselarasan antara dasar negara dan konstitusi, apabila pemerintah tidak berhati-hati dan melakukan perubahan-perubahan yang ceroboh akan berdampak pada kestabilan negara dan program-program yang telah disusun pemerintah itu sendiri tidak dapat berjalan dengan baik. Serta pentingnya aksi yang nyata bukan hanya sekedar teori tertulis pada konstitusi pada setiap komponen warga negara indonesia baik dari pejabat sampai rakyat biasa untuk benar-benar menjalankan sistem konstitusi yang berlaku dengan benar.Artikel 5 : Demokrasi dan Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia

Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.

Demokrasi di Indonesia

Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, UUD 1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan PDI-P sebagai pemenang Pemilu.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Beserta Contohnya

Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. Menurut Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya masih diperintah dengan tangan besi. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi. Ia menilai, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik (IAPC), membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur.Dalam kesempatan yang sama, Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab disapa SBY menerima anugerah medali demokrasi. SBY pun memaparkan panjang lebar perjalanan demokrasi Indonesia. Menurutnya, demokrasi Indonesia merupakan jawaban terhadap skeptisme perjalanan demokrasi di negeri ini. Beliau pun mencontohkan beberapa nada skeptis yang ditujukan kepada Indonesia. Pertama, demokrasi akan membawa situasi kacau dan perpecahan. Demokrasi di Indonesia hanyalah perubahan rezim, demokrasi akan memicu ekstrimisme dan radikalisme politik di Indonesia. Beliau pun menambahkan bahwa demokrasi di Indonesia menunjukkan Islam dan moderitas dapat berjalan bersama. Dan terlepas dari goncangan hebat akibat pergantian 4 kali presiden selama periode 1998-2002, demokrasi Indonesia telah menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menjadi sebuah negara demokrasi terbesar di dunia dan melaksanakan pemilu yang kompleks dengan sangat sukses. Meski pada awalnya banyak yang meragukan pelaksanaan demokrasi di Indonesia, kenyataannya demokrasi di Indonesia saat ini telah berusia 10 tahun dan akan terus berkembang. Sebagian orang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak akan berlangsung lama di Indonesia, karena masyarakatnya belum siap. Mereka juga pernah mengatakan bahwa negara Indonesia terlalu besar dan memiliki persoalan yang kompleks. Keraguan tersebut bahkan menyerupai kekhawatiran yang dapat membuat Indonesia chaos yang dapat mengakibatkan perpecahan. Sementara itu, mantan wakil perdana menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang turut hadir menyebutkan bahwa demokrasi telah berjalan baik di Indonesia dan hal itu telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia yang berhasil melaksanakan demokrasi. Hal ini juga membuat Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia yang telah berhasil menerapkan demokrasi. Dia juga berharap agar perkembangan ekonomi juga makin meyakinkan sehingga demokrasi bisa disandingkan dengan kesuksesan pembangunan. Hal tersebut tentunya bisa terjadi bila demokrasi dapat mencegah korupsi dan penumpukan kekayaan hanya pada elit tertentu. Demokrasi, menurut Anwar Ibrahim, adalah pemberian kebebasan kepada warga negara, sedangkan kegagalan atau keberhasilan ekonomi menyangkut sistem yang diterapkan.

Sumber : http://artikelpkn.blogspot.com/2010/12/demokrasi-dan-pelaksanaan-demokrasi-di.html

Tanggapan (Artikel 5 : Demokrasi dan Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia)

Demokrasi adalah kekuasaan yang berada ditangan rakyat (pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dipenggang oleh rakyat. Jadi demokrasi adalah sebuah bentuk sistem pemerintahan dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat yang dijalankan oleh pemerintah. Pada artikel telah dijelaskan bahwa saat ini Indonesia merupakan negara demokrasi, bahkan negara demokrasi yang dikenal terbesar di Asia, yang telah berhasil melakukan pemilu yang cukup kompleks dalam beberapa tahun ini. Kita perlu bangga akan prestasi tersebut dan perlu mengapresiasinya, akan tetapi baiknya keterkenalan negara kita sebagai negara demokrasi dikalangan Asia hendaknya bukan hanya bualan semata, tetapi memang benar-benar dilaksanakan dan ditaati dengan baik dari seluruh penjuru warga negara Indonesia. Walaupun memang pada kenyataannya tidak bisa dihindari sistem demokrasi ada kekurangan dan kelebihannya. Dari segi kelebihan adanya pemindahan kekuasaan yang dapat dilakukan melalui pemilihan umum, mencegah adanya monopoli kekuasaan dan pemerintah yang terpilih melalui pemilu akan memiliki rasa hutang dan tanggung jawab karena rakyat yang memilihnya oleh karena itu hal ini akan menimbulkan pemicu untuk bekerja sebaik-baiknya, serta masyarakat diberi kebebasan untuk berpartisipasi yang menimbulkan rasa memiliki terhadap negara. Dan dari segi kekurangan contohnya saja masyarakat bisa saja salah dalam memilih dikarenakan isu-isu politik, menguras banyak waktu untuk setiap kebijakan yang butuh diselesaikan secara bersama sehingga dapat memicu apatisme, tidak mudah untuk menghidari kelompok yang mayoritas atau dominan. Akan tetapi kita sebagai warga negara Indonesia baiknya sama-sama berjuang agar demokrasi yang berlangsung sekarang dan selanjutnya lebih banyak kelebihannya dibanding kekurangan. Salah satu wujud agar terjadinya demokrasi yang ideal adalah dengan melakukan pendidikan demokrasi, memfasilitasi individu agar dapat memahami, mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai status dan perannya dalam masyarakat. Salah satu contoh proses pendidikan demokrasi bisa berasal dari pendidikan formal ( disekolah dan perguruan tinggi) dan non formal ( pendidikan diluar sekolah dan informal ( pergaulan dirumah dan masyarakat) agar dapat membangun demokrasi yang lebih baik lagi.Artikel 6 : Problematika Penegakan Hukum dan HAM di IndonesiaDalam bukunya Nomoi, Plato menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang baik ialah yang diatur oleh hukum. Kemudian dikembangkan oleh Aristoteles, yang menyatakan bahwa suatu Negara yang baik adalah Negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum. Menurut Aristoteles, bahwa yang memerintah dalam Negara bukanlah manusia tetapi pikiran yang adil, dan kesusilaanlah yang menentukan baik-buruknya suatu hukum.Berdasarkan hal tersebut, maka esensi dari Negara hukum menurut Sjahran Basah adalah, kekuasaan tertinggi didalam suatu negara terletak pada hukum atau tiada kekuasaan lain apapun, terkecuali kekuasaan hukum semata yang dalam hal ini bersumber pada pancasila selaku sumber dari segala sumber hukum.

Akan tetapi, bekerjanya hukum di Indonesia saat ini menggambarkan bahwa implementasi konsep negara hukum hanya sebatas formalistas belaka. Dimana, pada satu sisi, muncul berbagai kecendrungan perilaku anggota masyarakat yang sering menyimpang dari berbagai aturan yang dihasilkan oleh Negara. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kriminalitas, dan yang mencemaskan ialah bahwa meningkatnya kriminalitas bukan hanya dalam kuantitas atau volume saja, tetapi juga dalam kualitas atau intensitas. Kejahatan-kejahatan lebih terorganisir, lebih sadis serta di luar peri kemanusiaan: perampokan-perampokan yang dilakukan secara kejam terrhadap korban-korbannya tanpa membedakan apakah mereka anak-anak atau perempuan, pembunuhan-pembunuhan dengan memotong-motong tubuh korban. Selain itu, banyaknya kasus korupsi yang kata orang sudah membudaya di Indonesia, serta praktek suap tidak terbilang banyaknya, sehingga sudah dikatakanmembudaya juga, sehingga orang mengikuti saja apa yang dilakukan oleh orang lain asal tercapai tujuannya. Sementara itu, pada sisi yang lain praktek penegakan hukum yang terjadi di negeri ini juga mengalami penyakit yang serius. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya issue-issue yang dialamatkan kepada aparat penegak hukum, baik itu polisi, jaksa maupun hakim. misalnya, tentang banyaknya para koruptor yang dibebaskan oleh pengadilan, dan kalaupun dihukum hanya sebanding dengan hukuman pencuri ayam.

Kenyataan yang berbeda terjadi pada masyarakat biasa, dimana orang miskin akan sangat kesulitan mencari keadilan diruang pengadilan. Dengan demikian, dapat dihasilkan kesimpulan bahwa praktek hukum di Indonesia berjalan dengan diskriminatif dan seakan-akan hanya memihak golongan tertentu saja. Orang berduit akan begitu mudah mendapatkan keadilan sedangkan sebaliknya masyarakat biasa begitu jauh dari keadilan. Dengan kata lain bahwa putusan pengadilan dapat diukur dengan uang, karena yang menjadi parameter untuk keringanan hukuman dalam peradilan lebih pada pertimbangan berapa jumlah uang untuk itu daripada pertimbangan hukum yang bersandar pada keadilan dan kebenaran.

Dampaknya kehidupan hukum menjadi tidak terarah dan terpuruk. Keterpurukan hukum di suatu negara, akan berdampak negatif yang mempengaruhi sektor kehidupan lain misalnya kehidupan ekonomi, politik dan budaya. Bagaimanapun upaya para pakar ekonomi maupun politik dalam mengatasi masalah dan ketimpangan ekonomi dan politik, akan sia-sia belaka jika keterpurukan hukum masih terjadi. Untuk itu, hendaknya hukum menjadi panglima dalam setiap dimensi kehidupan bernegara.Berbagai uraian tersebut menimbulkan berbagai isu didalam masyarakat adalah adanya perlindungan hukum dan HAM hanya berlaku bagi masyarakat tertentu saja, yaitu yang dekat dengan kekuasaan dan memiliki banyak uang. Berbagai hal tersebut kemudian menimbulkan Persoalan bagaimana implementasi penegakan hukum dan HAM di Indonesia, mengingat NKRI adalah Negara hukum yang wajib memberikan perlindungan terhadap seluruh masyarakatnya secara menyeluruh tanpa adanya pengecualian. Dengan demikian, sebuah Negara dikatakan sebagai Negara hukum adalah Negara yang mendasarkan berbagai kebijakan dan tindakannya harus berdasarkan hukum tanpa ada pembatasan berdasarkan golongan, kedudukan, agama, ras, maupun suku bangsa tertetu.

Sekilas Mengenai HAMHak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada kodrat manusia, yang berarti hak-hak yang lahir bersama dengan eksistensi manusia dan merupakan konsekuensi hakiki kodratnya, maka sifatnya universal. Hak asasi manusia secara umum dapat diartikan sebagai hak yang melekat pada sifat manusia yang tampil dengannya, tanpa hak asasi manusia seseorang tak dapat hidup.

Sementara itu, pengertian hak asasi manusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah :

Seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia .

Ketika Hukum dan HAM BekerjaPemaknaan tentang hukum sekarang dalam kondisi tertentu seakan tidak mengikat lagi, semua boleh diatur karena yang mengatur bukan lagi hukum itu sendiri tetapi kekuasaan dan harta. Ini akibat frustasinya para pencari keadilan di meja hijau yang harus kandas dan kalah akibat putusan pengadilan yang berpihak kepada pemilik modal dan kekuasan.Hal tersebut membuat secara individu, seseorang gampang mencurigai seorang yang lain, gampang berperilaku seenaknya seolah-olah tidak ada aturan yang dapat dijadikan pegangan dan kebenaran sudah dianggap mati. Secara komunal, prinsip kehidupan komunal yang bersifat anarkisme semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan persoalan individu dianggap sebagai persoalan kelompok yang melahirkan konflik antar kelompok. Sementara itu, pada tataran institusional terlihat dari lemahnya lembaga-lembaga hukum dalam melakukan proses penegakan hukum.Berbagai perilaku tersebut, tidak hanya menimbulkan kecendrungan terhadap terjadinya pelanggaran hukum, akan tetapi juga dapat berdampak terhadap pelanggaran HAM. Dimana, akibat sentimen kelompok, maka persoalan pribadi bisa berkembang menjadi persoalan kelompok yang pada akhirnya dapat melanggar HAM kelompok yang lain. Misalnya; adanya intimidasi dari kelompok-kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.

Sementara dalam konteks pemerintahan, permasalahan diskriminasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan hukum masih menjadi persoalan yang serius. Dimana, proses penegakan hukum dan penyelenggaraan pemerintahan masih kental dengan praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Artinya bagi masyarakat yang tidak memiliki kenalan atau uang dalam proses penegakan hukum dan penyelenggaraan pemerintahan, maka pelayanan yang dirasakan masih jauh dari harapan. Sementara itu, bagi yang memiliki kenalan atau uang, maka segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik.

Perilaku tersebut bertentangan dengan Pasal 28 I ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut. Lebih lanjut dalam Terkait dengan diskriminasi, maka didalam Pasal 1 angka 3 UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, disebutkan bahwa Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

Dengan demikian, Negara dan pemerintah bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi, membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap warga negara dan penduduknya tanpa diskriminasi. Perilaku tidak adil dan diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, baik yang bersifat vertikal (dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara atau sebaliknya), maupun yang dilakukan secara horizontal (antar warga negara sendiri).

Solusi Agar Hukum dan HAM Bekerja Dengan Baika. Perbaikan Sistem Hukum

Tawaran perubahan dan pembaharuan dalam bidang hukum terus bergema dengan kondisi keterpurukan hukum. Baik dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi-organisasi massa rakyat, akademisi dan politisi, yang kesemuanya prihatin dengan sistem hukum yang ada. Reformasi sistem hukum menjadi wacana hangat yang patut di sambut baik demi perbaikan kondisi bangsa ini. Sebab semuanya sepakat hukum menjadi salah satu penentu perbaikan bangsa di atas moralitas dan kepribadian masyarakat.

Keterpurukan hukum di Indonesia di sebabkan sistem hukum yang bekerja di dalamnya mengalamai disorientasi gerakan dan tujuan. Sistem hukum yang dimaksud dan perlu diperbaiki adalah, struktur, substansi dan kultur hukum serta sarana prasarana.

1) Struktur

Struktur di ibaratkan sebagai mesin yang di dalamnya ada institusi-institusi pembuat dan penegakan hukum, seperti DPR, Eksekutif, Legislatif, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Terkait dengan ini, maka perlu dilakukan seleksi yang objektif dan transparan terhadap aparatur penegakan hukum.

Selain itu, keanggotaan lembaga pembuat produk peraturan perundang-undangan juga perlu mendapat perhatian dalam proses pemilihannya, sehingga kualitasnya dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas produk peraturan perundang-undangan yang akan dibuat.

2) Substansi

Substansi adalah apa yang di kerjakan dan dihasilkan oleh mesin itu, yang berupa putusan dan ketetapan, aturan baru yang mereka susun, substansi juga mencakup aturan yang hidup dan bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang.Selain itu, substansi suatu peraturan perundang-undangan juga dipengaruhi sejauh mana peran serta atau partisispasi masyarakat dalam merumuskan berbagai kepentingannya untuk dapat diatur lebuh lanjut dalam suatu produk peraturan perundang-undangan.

Partisipasi berarti ada peran serta atau keikutsertaan (mengawasi, mengontrol dan mempengaruhi) masyarakat dalam suatu kegiatan pembentukan peraturan, mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan UU. Adanya partisipasi masyarakat dalam pembentukan suatu undang-undang memungkinkan substansi dari suatu undang-undang berasal dari pemikiran atau ide yang berkembang didalam masyarakat yang akan digulirkan masuk kedalam lembaga atau badan legislatif, dan didalam lembaga inilah pemikiran atau ide tersebut kemudian dirumuskan untuk dijadikan sebagai undang-undang.

3) Kultur

Sedangkan kultur hukum menyangkut apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan bagaimana mesin itu digunakan, yang mempengaruhi suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan.

Untuk itu diperlukan membentuk suatu karakter masyarakat yang baik agar dapat melaksanakan prinsip-prinsip maupun nilai-nilai yang terkandung didalam suatu peraturan perundang-undangan (norma hukum). Terkait dengan hal tersebut, maka pemanfaatan norma-norma lain diluar norma hukum menjadi salah satu alternatif untuk menunjang imeplementasinya norma hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Misalnya, pemanfaatan norma agama dan norma moral dalam melakukan seleksi terhadap para penegak hukum, agar dapat melahirkan aparatur penegak hukum yang melindungi kepentingan rakyat, maupun sebagai norma pelengkap dalam rangka menegakkan hukum.

a. Meningkatkan Kesadaran Hukum

Selain persoalan system hukum yang harus diperbaiki, maka kesadaran hukum juga memiliki peranan dalam proses penegakan hukum dan HAM. Menurut Krabe hukum tidak bergantung pada kehendak manusia, tapi telah ada pada kesadaran hukum setiap orang. Kesadaran hukum tidak datang, apalagi dipaksakan dari luar, melainkan dirasakan setiap orang dalam dirinya. Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya hukum dan HAM dari setiap masyarakat diperlukan untuk mendukung efektifitas hukum dan HAM.

Sumber : http://fhukum.unpatti.ac.id/artikel/hukum-tata-negara/306-problematika-penegakan-hukum-dan-ham-di-indonesia

Tanggapan (Artikel 6 : Problematika Penegakan Hukum dan HAM di Indonesia)Sebagai suatu Negara hukum maka sudah selayaknya Indonesia menghormati dan menerapkan prinsip-prinsip Negara hukum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah banyak terjadi diskriminasi dalam penerapan prinsip-prinsip Negara hukum yang dilakukan oleh para aparat penegakkan hukum, hal ini menimbulkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja aparat penegak hukum, dan dari tumpukan kekecewaan tersebut, memunculkan sikap main hakim sendiri di dalam masyarakat dalam mewujudkan rasa keadilan masyarakat. Hal tersebut menunjukan bahwa aparat penegak hukum memegang peranan yang penting dalam menumbuhkan kesadaran berhukum dalam masyarakat sekaligus menegakkan prinsip-prinsip Negara hukum. Untuk itu, salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian serius dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap hukum melalui kinerja aparat penegak hukum adalah, perlu adanya pembaharuan perilaku dan moral para petugas penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menegakkan hukum tanpa adanya diskriminasi, selain itu, peningkatan kesadaran hukum masyarakat juga perlu ditingkatkan. Secara umum, jika ingin keluar dari keterpurukan hukum maka sistem hukum perlu diperbaiki secara keseluruhan dan diisi oleh komponen yang benar-benar ingin memperbaiki hukum dan bukannya mencari keuntungan dan menyalamatkan kepentingan diri dan kelompoknya.

Setelah kinerja aparat penegak hukum telah terlaksana dengan baik maka diperlukan juga bantuan dari setiap rakyat Indonesia, bahwa penegakan hukum harus sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan tanpa pandang siapa yang melakukan kesalahan, serta sebagai warga negara yang baik apabila kita melihat ketidakadilan dalam hukum janganlah kita memalingkan wajah karena apabila hal tersebut selalu di biarkan berlarut-larut maka hukum tidak lagi berguna dan setiap individu tidak mendapatkan HAM yang semestinya. Artinya baik aparat penegak hukum dan masyarakat sama-sama mewujudkan sistem hukum yang adil dan transparan sehingga dapat menghindari pelanggaran HAM.Pada intinya saya setuju mengenai bagaimana solusi hukum dan HAM dapat berjalan dengan baik sudah dijelaskan pada artiikel diatas melalui aspek perbaikan sistem hukum (yang meliputi struktur, substansi, kultur) dan meningkatkan kesadaran hukum (kesadaran yang berasal dari setiap orang).