TUGAS PANCASILA MKDU

24
TUGAS PANCASILA KELOMPOK 1 Anggota: Pika Ranita Annisaa ( 0411281419113 ) Illiyyah ( 0411281419105 ) Nur Mahmudah ( 0411281419117 ) Dwitissa Novaria ( 0411281419107 ) Raden Nurizki ( 0411281419121 ) Muhammad Maaruf Agung ( 0411281419109 ) Muhammad Ali Ridho ( 0411282419111 ) Putra Reza Sikam ( 0411281419119 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

description

mata kulia dasar umum

Transcript of TUGAS PANCASILA MKDU

Page 1: TUGAS PANCASILA MKDU

TUGAS PANCASILA

KELOMPOK 1

Anggota:Pika Ranita Annisaa ( 0411281419113 )Illiyyah ( 0411281419105 )Nur Mahmudah ( 0411281419117 )Dwitissa Novaria ( 0411281419107 )Raden Nurizki ( 0411281419121 )Muhammad Maaruf Agung ( 0411281419109 )Muhammad Ali Ridho ( 0411282419111 )Putra Reza Sikam ( 0411281419119 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UMUMUNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

Page 2: TUGAS PANCASILA MKDU

I. Konsep dan Urgensi Pendidikan PancasilaPancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata

dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila itu sendiri merupakan adat istiadat, pandangan hidup yang sudah sejak lama dianut oleh bangsa Indonesia. Baru secara formal dan luas diresmikan pada saat-saat menjelang Kemerdekaan Indonesia.

Terbentuknya Pancasila sendiri sebenarnya diawali dengan zaman sejarah seperti pada masa kerajaan Kutai, Sriwijaya, Zaman Penjajahan, hingga munculnya suatu gerakan nasionalisme pada masa Kebangkitan Nasional, hingga berakhir pada zaman penjajahan Jepang dan muncullah suatu semangat nasionalisme yang mendorong bangsa Indonesia untuk lepas dari zaman penjajahan dan memerdekakan diri menjadi suatu bangsa yang merdeka. Maka puncaknya ialah bangsa Indonesia membentuk suatu Badan Penyelidik Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sebagai wadah untuk menentukan dasar Negara Indonesia. Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yaitu.a. Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia.

b. Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya, “Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia kekal dan abadi.”

Eksistensi Pancasila sebagai dasar Negara, filosofi bangsa, dan ideologi pemersatu, sampai saat ini sudah memasuki gelombang ke empat;1. Ketika Pancasila disampaikan pertama kali saat pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945 di Depan BPUPKI.2. Ketika Konstituante, Pasca Pemilu 1955, hal tersebut berujung pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959.3. Pancasila dimanipulasi, disalahgunakan, dan hanya boleh diterjemahkan, bahkan sebagai alat untuk memukul musuh-musuhnya oleh kekuatan Orde Baru.

Page 3: TUGAS PANCASILA MKDU

4. Era Reformasi memiliki dampak buruk terhadap Pancasila, akibat manipulasi Pancasila pada zaman orde baru, sehingga Pancasila semakin dilupakan, di tambah lagi dari pendidikan formal, yang mana kurikulum Pancasila dihilangkan.

Ideologi jelas akan sangat dibutuhkan oleh suatu negara, apalagi dengan mempertimbangkan postur Indonesia berupa negara kepulauan, sangat pluralistik dan berada pada posisi silang dunia. Ideologi Pancasila menempati posisi Ideologi dalam hal ini merupakan Value Defense dalam kerangka Main Security Policy untuk menghadapi bahaya dari luar berupa kedaulatan, integritas teritorial dan kemerdekaan politik, bahkan dalam menentukan kebijakan keamanan regional, dan bahaya dari dalam berupa konsolidasi demokrasi, keadilan sosial yang harus dicapai, kendala pembangunan ekonomi dan degradasi lingkungan serta kejahatan, kekerasan dan ketidakstabilan politik. (le Roux, 2002).

Dengan demikian istilah Kesatuan dalam NKRI harus diartikan dalam arti fisik, psikis dan kultural. Tidak dalam arti agregasi yang atomistik, tidak dalam arti integrasi struktural, tetapi kesatuan yang memiliki derajat tertinggi yaitu integrasi kultural yang di dalamnya terkandung solidaritas nasional. Pada akhirnya akan nampak bahwa fungsi ideologi bagi suatu bangsa adalah mendeklarasikan jati diri bangsa tersebut. Jati diri akan sangat kondusif bilamana jati diri tersebut telah membuktikan diri dapat bersinergi positif dengan nilai-nilai universal.

Bagi bangsa lain, ideologi suatu bangsa menjadikan bangsa lain yakin serta dapat memprediksi dan meramalkan (predictablability) perilaku bangsa tersebut dalam hubungan dengan bangsa lain. Sebagai contoh adalah nilai kemanusiaan yang adil dan beradab yang telah teruji melalui ratifikasi pelbagai instrumen HAM internasional. Demikian pula nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang telah diuji melalui indeks demokrasi yang diterapkan secara gradual semenjak Era Reformasi mulai tahun 1998.

Bangsa Indonesia harus selalu berkorelasi terhadap nilai-nilai yang terkait dengan kesepakatan nasional yang sudah final dalam kehidupan bangsa, yaitu Pancasila sebagai “batas pemahaman”, dan UUD Negara Kesatuan RI 1945; NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, yang berfungsi sebagai instrumen ketahanan nasional maintenance dan instrumen pencapaian cita-cita. Bagi suatu bangsa, Konstitusi merupakan titik acuan yang menciptakan simbol dan keyakinan; Konstitusi memberikan kepada negara suatu kesatuan, tujuan, dan kebanggaan, yang sama sekali tidak boleh dipandang rendah. Constitution is the supreme law of the land, constitution must be respected, because constitution is a nastional symbol (Dye and Ziegler, 2003, hal. 51-53). Dalam hal ini Ideologi merupakan mahkota konstitusi. Hal-hal tersebut di atas harus tersurat dan tersirat dalam politik hukum nasional.

Bangsa Indonesia mempunyai Pancasila sebagai Dasar Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, nilai dan norma yang terkandung di dalamnya merupakan keinginan dari bangsa Indonesia yang harus di amalkan. Pengamalan Pancasila secara subjektif akan memperkuat pengamalan Pancasila secara objektif. Pengamalan Pancasila ini harus dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan di negara Indonesia agar Pancasila benar-benar

Page 4: TUGAS PANCASILA MKDU

berperan sebagaimana fungsi dan kedudukannya serta supaya tujuan serta cita-cita bangsa Indonesia dapat terwujud.

Pengamalan Pancasila perlu didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan akan Pancasila yang baik dan benar didapat dari kurikulum Pendidikan Pancasila. Adanya kewajiban mempelajari Pendidikan Pancasila diharapkan mampu menciptakan dan mengembangkan rasa peduli sekaligus cinta terhadap Pancasila, baik dalam bentuk pengetahuan maupun pengamalannya, sehingga dapat terbentuk bangsa Indonesia yang utuh dan maju.

II. Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila

1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesiaSetiap bangsa berdiri kokoh, kuat, dan sentausa perlu mengetahui dengan jelas

kearah mana tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu perlu juga bangsa itu memiliki pandangan hidup.

Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan watak yang sudah berurat-akar didalam. Pancasia dapat diihat sebagai reprentasi ideal-ideal pokok kita tentang nasional dan demokrasi sekaligus.

2. Pancasila sebagai dasar negara RIPancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan

dasar tersebut yang berpungsi sebagai dasar negara sebagi jelas tercantum salam alenia IV. Pembukaan UUD 1945 tersbut, maka perturan perundangan-undangan RI yang dikeluarkan nagara dan pemerintah RI haruslah pula sejiwa dengan didasari oleh negara pancasila. Bahkan dalam ketetapan MPRS xx/MPRS/1966 ditegaskan bahwa pancasila itu adalah sumber dari segala hukum. (sumber hukum pormal: undang-undang, kebiasaan, traktat, Jurisprudensi, hakim, ilmu pengatahuan hukum). (Kosil, 1986, halaman 82-83).

Sebagai dasar negara dan ideologi negara pancasila harus menjadi pradigma dalam setiap pembaharuan hukum. Materi-materi atau produk hukum dapat sentiasa berubah dan diubah sesuai dengan perkembangan jaman dan perubahan masyarakat karena hukum itu tidak berada pada situasi vakum. Dan dalam pembaharuan hukum yang terus menerus itu pancasila tetap harus menjadi kerangka berpikir dan sumber-sumber nilainya.

Pancasila adalah dasar politik yakitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, dan bermasyarakat. Maka bukan merupak ideologi tataliter yakitu yang mengatur seluruh bidang kehidupan manusia. Pancasila sebagai dasar negara mengatur dan mengarahkan seluk beluk negara bukan seluruh hidup manusia.

3. Pancasila sebagai kepribadian bangsaMenurut dewan perancang nasional, kepribadian indonesia adalah “keseluruhan ciri-

ciri khas bangsa indonesia yang membedakan bangsa indonesia dan bangsa lain”. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa indonesia itu ditentukan oleh kehidupan budi bangsa indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa.

Sila ketuhanan yang maha esa. Sejak jaman purbakala orang indonesia mengatahui dan percaya tentang ada yang mutlak sebagai maha pencipta yang di sebut tuhan. Ajaran agama, bahwa semua manusia adalah mahluk tuhan yang saling menghargai, telah

Page 5: TUGAS PANCASILA MKDU

membawa ketentraman hubungan beragama yang hidup di indonesia. (konsil, 1986, hal.83-84)

Keberagaman masyarakat hari ini merata cukup puas dengan frame (ibadah, ritual) agama menyentuh esensi. Maka itu wajar pikiran fanatik sempat dengan menganggap beda keyakinan sebagai musuh negara. Keberagaman yang gagal ini serta merta melakukan berbagai pelanggaran nilai kemanusian.

Sila kemanusian yang adil dan beradap. Dalam pidato bung karno 1 juni 1945 dasar perikemanusian diebut juga internasionalisme. Menurut perumusan dewan perancang nasional (depernas), perikemanusiaan adalah “ daya serta kaya budi dan hati nurani manusia untuk membangun dan membentuk kesatuan manusia sesamanya, tidak terbatas oleh manusia pada sesamanya yang terdekat saja, melainkan meliputi juga seluruh umat manusia”. Sikap, sifat dan perbuatan bangsa indonesia senantiasa ( seharusnya ) memperlihatkan unsur-unsur perikemanusian ( kansul, 1986, hlm, 85 )

Sila persatuan ( kebangsaan ) indonesia untuk bekerja secara gotong-royong pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau pancasila dapat dipercaya yaitu bahwa masayarakat mengalami secara nyata realisasi dan prinsi-prinsip yag tekandug dalam pancasila.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebikjksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Sifat kerakyatan yang hidup dalam masyarakat indonesi sejak dulu kala berbeda dari pengertian demolrasi modern sifat kerakyatan yang indonesia adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dalam arti yang luas. Secara teori dan konstitusional kita telah menerima demokrasi pancasila sebagai satu-satunya mekanisme pengambilan keputusan.

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam kenyataan tata-kehidupan dan pengidupan manusia keadilan sekurang-kurangnya tampak dalam tiga perwujudan yakni: jeadilan sosial, keadilan tukar menukar, dan keadilan membagi keadilan sosial adalah cipta, kerja, rasa dan karya manusia untuk memberikan dan melaksanakan segala sesuatu yang memajukan kemakmuran serta kesehjateraan bersama.

4. Pancasila sebagai kontrak sosialOnghakham dan Andi Achdian ( panitia bersama simposium, 2006, restorasi pancisla)

mengatakan bahwa pancasila mulai bergeer perananya dari sebuah kontrak sosial menjadi sebuah ideologi yang bertanding dengan ideologo-idelogi lainSetelah peristiwa kudeta untung tanggal 1 oktober 1945, dilanjutkan dengan serangan bertubi-tubi terhadap PKI yang dijadikan kambing hitam dala peristiwa tesebut dan sasaran pembataian massal tehadap kader-kader partai itu di berbagai tempat di indonesia pancasila sebagai sebuah ideologi politik mulai mendapat kontesk pendukungnya.

Secara berturut-turut kita juga menyasikan pada era Orde baru perumusan pancasila menjadi ideologi dari kekuatan-kekuatan politik di indonesia disini penting bagi kita untuk memikirkan kembali fungsi dan arti pancasila sebagai sebuah “kontrak sosial”, bukan ideologi dan falsafah ( onghakham dan andi actidian, dalam restorasi pancaila,2006 ).

Page 6: TUGAS PANCASILA MKDU

III. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politisi Pendidikan Pancasila

A. Landasan Historis Pendidikan PancasilaPengertian Pancasila secara historis adalah terminologi Pancasila dilihat dari riwayat

sejak penggunaan istilah, proses perumusan, sampai ditetapkannya menjadi dasar negara

sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD NRI 1945.

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak

jaman Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa asing yang menjajah

dan menguasai bangsa Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia yang telah dilalui beratus-

ratus tahun akhirnya menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri,

serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup

bangsa. Pandangan dan filsafat hidup bangsa Indoneia itu merupakan ciri khas, sifat, dan

karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara Indonesia

dirumuskan secara sederhana namun mendalam, serta meliputi lima prinsip (lima sila) yang

kemudian diberi nama Pancasila.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, bangsa Indonesia harus

memiliki visi dan pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-

tengah kehidupan masyarakat internasional. Bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme

serta rasa kebangsaan yang kuat. Hal itu dapat dilakukan bukan melalui suatu kekuasaan

atau hegemoni ultural, tetapi melalui kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah

bangsa.

Secara obyektif dapat dinyatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila

Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia telah dimiliki

oleh bangsa Indonesia sendiri. Asal nilai-nilai Pancasila tidaklain adalah dari bangsa

Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai causa materialis

Pancasila. Oleh karena itu, berdasarkan fakta obyektif secara histories kehidupan bangsa

Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan pengertian dan ultura histories inilah maka sangat penting bagi para

generasi penerus bangsa untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan

pendekatan ilmiah yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan

Page 7: TUGAS PANCASILA MKDU

kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki sendiri. Konsekuensinya, secara

histories Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat negara serta ultural bangsa

dan negara bukannya suatu ideology yang menguasai bangsa, tetapi justru nilai-nilai dari

sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri.

B. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beragam dan multikultur berdasarkan etnis

dan Bahasa. Masyarakat Indonesia mengakui dan menghargai lintas budaya, betapa pun kecilnya. Perbedaan ini harus dipandang sebagai potensi kekuatan bangsa.Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keragaman ini diikat dalam norma dan aturan untuk menjaga harmoni kehidupan untuk mewujudkan kesadaran moral dan hukum Arus informasi yang berdampak pada goyahnya jati diri bangsa, diperlukan komitmen kebangsaan untuk mewujudkan cinta tanah air, kesadaran bela negara, persatuan nasional dalam suasana saling menghargai keberagaman.Persatuan dalam keberagaman budaya, adat istiadat, tradisi harus dibina dan ditingkatkan secara demokratis, terpola dan terusmenerus. a) Pengertian Landasan Sosiologis

Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.

2. hubunan kemanusiaan.

3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.

4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

b) Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis

Sistem Pendidikan Nasional Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuh kembangkan Ke Bhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)

Page 8: TUGAS PANCASILA MKDU

“Pendidikan Moral Pancasila (PMP) secara konstitusional mulai dikenal dengan adanya TAP MPR No. lV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Paneasila (P4).

Dengan adanya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Paneasila (P4), maka materi PMP didasarkan pada isi P4 tersebut. Oleh karena itu, TAP MPR No. II/ MPR/1978 merupakan penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Selanjutnya TAP MPR No. II/MPR?1978 dijadikanlah sumber, tempat berpijak, isi, dan evaluasi PMP. Dengan demikian, hakikat PMP tiada lain adalah pelaksanaan P4 melalui jalur pendidikan formal.

Di samping pelaksanaan PMP di sekolah-sekolah, di dalam masyarakat umum giat diadakan usaha pemasyarakatan P4 lewat berbagai penataran. “... dalam rangka menyesuaikan Kurikulum 1975 dengan P4 dan GBHN 1978, ... mengusahakan adanya buku pegangan bagi murid dan guru Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ... usaha itu yang telah menghasilkan Buku Paket PMP...."

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

(l) P4 merupakan sumber dan tempat berpijak, baik isi maupun cara evaluasi mata pelajaran PMP melalui pembakuan kurikulum 1975;

(2) melalui Buku Paket PMP untuk semua jenjang pendidikan di sekolah maka Buku Pedoman Pendidikan Kewargaan Negara yang berjudul Manusia dan Masyarakat Baru lndonesia (Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi; dan

(3) bahwa P4 tidak hanya diberlakukan untuk sekolah-sekolah tetapi juga untuk masyarakat pada umumnya melalui berbagai penataran P4. Sesuai dengan perkembangan ipteks dan tuntutan serta kebutuhan masyarakat, kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994.

Selanjutnya nama mata pelajaran PMP pun mengalami perubahan menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama didasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 2 undang-undang tersebut dikemukakan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat:

(1) Pendidikan Pancasila;

(2) Pendidikan agama; dan

(3) Pendidikan Kewarganegaraan.

Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari dokumen mata

Page 9: TUGAS PANCASILA MKDU

pelajaran PKn (2006) menjadi mata pelajaran PPKn (2013). Untuk lebih mendalami keduanya, buatlah perbandingan dua dokumen kurikulum tersebut.

C. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Pengertian Politik

Pengertian politik berasal dari kosa kata “politics” yang memiliki makna bermacam-

macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau “negara” yang menyangkut proses tujuan

penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan

itu. Pengambilan keputusan atau “decisionsmaking” mengenai apakah yang menjadi tujuan

dari sistem politik itu yang menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan

skala prioritas dari tujuan-tujuan yang dipilih tersebut.

Untuk pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan

umum atau public policies, yang menyangkut pengaturan dan pembagian

atau distributions dari sumber-sumber yang ada. Untuk melakukan kebijaksanaan-

kebijaksanaan itu diperlukan suatu kekuasaan (power), dan kewenangan (authority) yang

akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun menyelesaikan konflik yang mungkin

timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi, dan jika perlu

dilakukan suatu pemaksaan (coercion). Tanpa adanya suatu paksaan kebijaksanaan ini hanya

merupakan perumusan keinginan belaka (statement of intents) yang tidak akan pernah

terwujud. Secara operasional bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok yang

berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan

(decisionsmaking), kebijaksanaan (policy), pembagian (distributions) serta alokasi

(allocation).

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan

bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik menyangkut kegiatan

berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga masyarakat maupun perseorangan.

Dalam hubungan dengan etika politik pengertian politik harus dipahami dalam pengertian

yang luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang

disebut masyarakat negara.

Page 10: TUGAS PANCASILA MKDU

Peran Pancasila sebagai Sumber Etika Politik di Indonesia

Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu kesatuan

nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-silanya. Karena jika

dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam kehidupan

berbangsa yang lainnya. Namun, makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-

masing sila sebagai satu kesatuan yang tak bias ditukar-balikan letak dan susunannya.

Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan,

melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan

legitimasi kekuasaan, hukum, serta kebijakan dalam penyelenggaraan negara. Untuk

memahami dan mendalami nilai nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu semua terkandung

dalam kelima sila Pancasila.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan

kenegaraan. Berdasarkan sila pertama Negara Indonesia bukanlah negara teokrasi yang

mendasarkan kekuasaan negara pada legitimasi religius. Kekuasaan kepala negara tidak

bersifat mutlak berdasarkan legitimasi religius melainkan berdasarkan legitimasi hukum dan

demokrasi. Walaupun Negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius, namun

secara moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan

terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara. Oleh karena itu asas sila pertama

lebih berkaitan dengan legitimasi moral.

2.Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan negara.

Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia hidup secara bersama dalam

suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita serta prinsip hidup demi kesejahteraan

bersama. Manusia merupakan dasar kehidupan dan penyelenggaran negara. Oleh karena itu

asas-asas kemanusiaan adalah bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam

kehidupan negara kemanusiaan harus mendapatkan jaminan hukum, maka hal inilah yang

diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia. Selain itu asas kemanusiaan

juga harus merupakan prinsip dasar moralitas dalam penyelenggaraan negara.

Page 11: TUGAS PANCASILA MKDU

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berati utuh dan tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung pengertian

bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Sila

ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, sosial budaya, dan

hankam. Indonesia sebagai negara plural yang memiliki beraneka ragam corak tidak

terbantahkan lagi merupakan negara yang rawan konflik. Oleh karenanya diperlukan

semangat persatuan sehingga tidak muncul jurang pemisah antara satu golongan dengan

golongan yang lain. Dibutuhkan sikap saling menghargai dan menjunjung semangat

persatuan demi keuthan negara dan kebaikan besama. Oleh karena itu sila ketiga ini juga

berkaitan dengan legitimasi moral.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/

Perwakilan

Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang

dilakukan senantiasa untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal muasal

kekuasaan negara. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan,

kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok

negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis, hal-hal yang menyangkut kekuasaan

legislatif, eksekutif serta yudikatif, konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta

partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau dengan kata lain harus memiliki

“legitimasi demokratis”.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam penyelenggaraan negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip

“legalitas”. Negara Indonesia adalah negara hukum, oleh karena itu keadilan dalam hidup

bersama (keadilan sosial) merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Dalam

penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan serta pembagian

senatiasa harus berdasarkan hukum yang berlaku. Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan

dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan

negara.

Page 12: TUGAS PANCASILA MKDU

Pola pikir untuk membangun kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak

dilakukan sesuai dengan kelima sila yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam

berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyarawatan/Perwakilan dan dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

Indonesia tanpa pandang bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk

menelaah perilaku politik Negara, terutama sebagai metode kritis untuk memutuskan benar

atau slaah sebuah kebijakan dan tindakan pemerintah dengan cara menelaah kesesuaian

dan tindakan pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila.

Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara konkrit

dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, para

pelaksana dan penegak hukum harus menyadari bahwa legitimasi hukum dan legitimasi

demokratis juga harus berdasarkan pada legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus

dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak

menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak

pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan

penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang menjadi

momok masyarakat.

Dalam penerapan etika politik Pancasila di Indonesia tentunya mempunyai beberapa

kendala-kendala, yaitu :

a. Etika politik terjebak menjadi sebuah ideologi sendiri. Ketika seseorang mengkritik

sebuah ideologi, ia pasti akan mencari kelemahan-kelemahan dan kekurangannya, baik

secara konseptual maupun praksis. Hingga muncul sebuah keyakinan bahwa etika politik

menjadi satu-satunya cara yang efektif dan efisien dalam mengkritik ideologi, sehingga etika

politik menjadi sebuah ideologi tersendiri.

b. Pancasila merupakan sebuah sistem filsafat yang lebih lengkap disbanding etika politik

Pancasila, sehingga kritik apa pun yang ditujukan kepada Pancasila oleh etika politik

Pancasila tidak mungkin berangkat dari Pancasila sendiri karena kritik itu tidak akan

membuahkan apa-apa.

Namun demikian, bukan berarti etika politik Pancasila tidak mampu menjadi alat

atau cara menelaah sebuah Pancasila. Kendala pertama dapat diatasi dengan cara membuka

lebar-lebar pintu etika politik Pancasila terhadap kritik dan koreksi dari manapun, sehingga

Page 13: TUGAS PANCASILA MKDU

ia tidak terjebak pada lingkaran itu. Kendala kedua dapat diatasi dengan menunjukkan kritik

kepada tingkatan praksis Pancasila terlebih dahulu, kemudian secara bertahap merunut

kepada pemahaman yang lebih umum hingga ontologi Pancasila menggunakan prinsip-

prinsip norma moral.

IV. Membangun Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan

Pancasila

Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah mengalami beberapa

kali perubahan, baik tujuan, orientasi, substansi materi, metode pembelajaran bahkan

sistem evaluasi. Semua perubahan tersebut dapat teridentifikasi dari dokumen kurikulum

yang pernah berlaku di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini.

Mengapa pendidikan kewarganegaraan selalu mengalami perubahan? Untuk

menjawab pertanyaan ini, Anda dapat mengkaji sejumlah kebijakan Pemerintah dalam

bidang pendidikan dan kurikulum satuan pendidikan sekolah dan pendidikan tinggi. Dengan

membaca dan mengkaji produk kebijakan pemerintah, dapat diketahui bahwa dinamika dan

tantangan yang dihadapi Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia sangat tinggi.

Apa dinamika dan tantangan yang pernah dihadapi oleh PKn Indonesia dari masa ke

masa? Untuk mengerti dinamika dan tantangan PKn di Indonesia, Anda dianjurkan untuk

mengkaji periodisasi perjalanan sejarah tentang praktik kenegaraan/ pemerintahan Republik

Indonesia (RI) sejak periode Negara Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus

1945 sebagai negara merdeka sampai dengan periode saat ini yang dikenal Indonesia era

reformasi. Mengapa dinamika dan tantangan PKn sangat erat dengan perjalanan sejarah

praktik kenegaraan/pemerintahan RI? Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah dibandingkan

dengan mata kuliah lain. Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga negara dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga negara dapat meliputi

penduduk yang berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat biasa. Tentu

peran dan fungsi warga negara berbeda-beda, sehingga sikap dan perilaku mereka sangat

dinamis. Oleh karena itu, mata kuliah PKn harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan

dinamika dan tantangan sikap serta perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

Page 14: TUGAS PANCASILA MKDU

Apa saja dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan yang

telah mempengaruhi PKn? Untuk mengerti dinamika perubahan dalam sistem

ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan yang telah mempengaruhi

PKn di Indonesia, Anda dianjurkan untuk mengkaji perkembangan praktik ketatanegaraan

dan sistem pemerintahan RI menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,

yakni: (1) Periode I (1945 sd 1949); (2) Periode II (1949 sd 1950); (3) Periode III (1950 sd

1959); (4) Periode IV (1959 sd 1966); (5) Periode V (1966 sd 1998); (6) Periode VI (1998 sd

sekarang). Mengapa dinamika dan tantangan PKn mengikuti periodisasi pelaksanaan UUD

(konstitusi)?

Aristoteles (1995) mengemukakan bahwa secara konstitusional “...different

constitutions require different types of good citizen... because there are different sorts of

civic function.” Apakah simpulan Anda setelah mengkaji pernyataan Aristoteles tersebut?

Mari kita samakan dengan argumen berikut ini. Secara implisit, setiap konstitusi

mensyaratkan kriteria warga negara yang baik karena setiap konstitusi memiliki ketentuan

tentang warga negara. Artinya, konstitusi yang berbeda akan menentukan profil warga

Page 15: TUGAS PANCASILA MKDU

negara yang berbeda. Hal ini akan berdampak pada model pendidikan kewarganegaraan

yang tentunya perlu disesuaikan dengan konstitusi yang berlaku.

Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi negara yang

bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa depan.

Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu tentang HAM, pelaksanaan

demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga negara muda, mahasiswa perlu

memahami, memiliki kesadaran dan partisipatif terhadap gejala demikian.

Dinamika perubahan dalam perkembangan iptek yang mempengaruhi PKn yaitu, era

globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang teknologi

informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk perilaku

warga negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada dua,

yakni perilaku positif dan negatif. PKn perlu mendorong warga negara agar mampu

memanfaatkan pengaruh positif perkembangan iptek untuk membangun

negarabangsa.Sebaliknya PKn perlu melakukan intervensi terhadap perilaku negatif warga

negara yang cenderung negatif. Oleh karena itu, kurikulum PKn termasuk materi, metode,

dan sistem evaluasinya harus selalu disesuaikan dengan perkembangan iptek.