MK-Rizky Fauziah.pdf
Transcript of MK-Rizky Fauziah.pdf
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
ANALISIS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS PADA KASUS
HILANGNYA MALAYSIA AIRLINES MH-370
Rizky Fauziah
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Kehidupan sebuah organisasi memiliki dinamika tertentu mulai dari kondisi
normal pada operasionalnya sehari-hari hingga ketika mengalami masalah.
Kemapanan sebuah organisasi dapat dilihat dari cara menghadapi dan menyelesaikan
masalah. Masalah yang muncul tentu bukanlah sebuah kebetulan yang muncul tiba-
tiba, namun sebuah puncak dari isu-isu yang disadari maupun tidak disadari yang
akhirnya memunculkan situasi krisis. Organisasi yang mengalami krisis akan di uji
kesiapan dan kehandalannya. Dalam situasi krisis dibutuhkan respon cepat yang
dibutuhkan dan memerlukan tingkat profesionalitas yang baik. Kehandalan dan
profesionalitas tidak sekadar di ukur dari seberapa baik reputasi dan pengenalan
publik terhadap organisasi. Seperti halnya yang di alami Malaysia Airlines pada kasus
hilangnya MH-370 dengan destinasi Kuala Lumpur-Beijing pada 8 Maret 2014 yang
diwarnai dengan kecaman internasional.
Penerbangan internasional yang mengangkut 227 penumpang yang berasal
dari 13 negara dan 12 awak pesawat tidak diketahui keberadaannya dan tidak
ditanggapi dengan cepat dan tepat oleh pihak Malaysia Airlines hingga akhirnya
memunculkan kemarahan keluarga korban. Analisis dalam jurnal ini menggunakan
siklus hidup isu oleh Max Meng. Temuan dalam studi deskriptif ini adalah meskipun
Malaysia Airlines memiliki reputasi positif sebagai maskapai penerbangan
internasional terpercaya, namun ternyata tidak memiliki tim penanganan isu dan
krisis. Akhirnya ketidaksiapan ini membawa Malaysia Airlines kepada krisis terbesar,
yaitu krisis kepercayaan publik.
Kata Kunci: siklus isu, komunikasi krisis, penanganan isu dan krisis
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Abstract
The organization operational has a particular phase from the daily activity to
the problematic phase. The quality of an organization can be measured by looking at
its response in facing and solving problem. There is no crisis without any sign of the
raising issues, but sometimes we forget to realizing the sign. The organization that
having crisis phase will examine its reliability. Quick response and professional skill
needed in crisis phase. Organization’s reputation and public awareness of the
organization can’t measure its trustability and professionalize. One of the example is
Malaysia Airlines which is facing complicated crisis phase by the lost of flight MH
370 from Kuala Lumpur to Beijing on March, 8th 2014.
This international flight that carry 227 passengers which came from 13
countries and 12 cabin crew was unknown and there was no quick response from
Malaysia Airlines so it ended up by the anger of the passenger’s family. The analysis
of this journal is using issue life cycle by Max Meng. The result of this description
study is whether Malaysia Airlines has the positive reputation as the trustable
international airlines, but they do not have the issue and crisis management team.
Then, this chaos stage brought Malaysia Airlines to the biggest crisis, the lost of
public trust crisis.
Keywords: issue life cycle, crisis communication, crisis management team
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Pendahuluan
Krisis dapat menerpa setiap perusahaan maupun organisasi memiliki potensi
yang sama untuk dilanda krisis, baik dari segi skala usaha (besar, menegah, atau
kecil) maupun dari segi jenis kegiatan perusahaan (produk maupun jasa), semua
berpeluang diterjang krisis. Krisis merupakan akumulasi dan puncak masalah yang di
indikasikan dengan adanya isu, namun tidak di sadari.
Shrivastava dan Mitroff dalam Putra (1999) mendefinisikan krisis sebagai
“events that threaten their most important goals of survival and profitability”. Dalam
kata lain, krisis merupakan situasi yang mengancam tujuan perusahaan dalam
mengambil keuntungan dan keberadaan mereka di tengah persaingan. Shrivastava dan
Mitroff mengasosiasikan krisis dengan kerusakan yang berskala luas terhadap
kehidupan manusia, lingkungan alam, dan institusi sosial dan politik.
Pauchant dan Mitroff dalam Putra (1999) mendefinisikan krisis sebagai “a
disruptionthat physically affect a system as a whole and threaten its basic
assumptions, its subjective sense of self, its existensial core”. Mereka mendefinisikan
krisis sebagai suatu kondisi yang penuh ketidakjelasan yang memiliki tiga dampak
yaitu menjadi ancaman bagi legitimasi organisasi, adanya perlawanan terhadap misi
organisasi, dan terganggunya cara orang melihat dan menilai perusahaan.
Krisis merupakan ancaman bagi kelangsungan dan kehidupan sebuah
organisasi maupun perusahaan, terutama bagi perusahaan jasa yang sangat sensitif
terhadap ancaman reputasi. Perusahaan penerbangan merupakan perusahaan yang
rentan terhadap berita miring karena menyangkut keselamatan manusia, melibatkan
banyak orang dalam setiap penerbangannya. Perpindahan antardestinasi juga menjadi
perhatian utama terkait teknologi yang digunakan, sebab setiap pengguna jasa
penerbangan maskapai akan mengutamakan keselamatan mereka dalam setiap
perjalanannya menggunakan pesawat.
Kasus kecelakaan bahkan hilangnya pesawat bukanlah hal yang baru di dunia
penerbangan. Sebelum tragedi hilangnya pesawat MH 370 milik Malaysia Airlines
dengan tujuan Kuala Lumpur-Beijing, tragedi pesawat jatuh miliki maskapai Perancis,
Air France, juga mendapat perhatian publik internasional. Penerbangan bernomor 447
tersebut sedang dalam perjalanan dari Perancis menuju Rio de Janeiro pada tahun
2009. Pencarian kotak hitam dilakukan hampir selama 2 tahun, dan akhirnya di
temukan pada pencarian di bulan ke-23.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Selain kasus tragedi kecelakaan di penerbangan internasional, insiden jatuhnya
pesawat juga pernah terjadi di Indonesia dan menarik perhatian publik lokal hingga
mancanegara. Pesawat Adam Air rute Surabaya-Manado dengan nomor penerbangan
574 hilang di tahun 2007. Setelah dinyatakan hilang selama 5 hari, maka pada hari ke-
6 ditemukan beberapa puing bagian pesawat.
Masih banyak kasus kecelakaan pesawat lainnya, baik jatuh, gagal landing,
maupun hilang. Namun dua kasus di atas memperlihatkan bahwa kecelakaan pesawat
bisa terjadi kapan saja dan pada maskapai manapun. Eksistensi maskapai setelah
mengalami insiden kecelakaan pesawat akan ditentukan oleh kesiapan dalam
menghadapi krisis.
Air France dengan sigap mengakui kesalahan mereka dan segera melakukan
perbaikan. Kemudian dengan sigap mereka memberikan pelayanan utama bagi
keluarga korban dan calon penumpang yang terkena terpaan pemberitaan terhadap
kecelakaan tersebut. Berbeda halnya dengan Adam Air yang tidak sigap dalam
menghadapi krisis, akhirnya harus gulung tikar karena kehilangan kepercayaan publik
(keluarga korban, calon penumpang, dan masyarakat umum).
Bagaimana dengan Malaysia Airlines? Maskapai yang terkenal dengan
pelayanan yang memuaskan di setiap penerbangan internasionalnya dan ternyata tidak
siap dalam menghadapi krisis, hingga akhirnya sekarat. Berikut daftar penghargaan
yang telah diraih oleh Malaysia Airlines dalam 3 tahun terakhir (2011-2013):
1. Asia's Leading Airline
World Travel Awards (WTA) 2013
2. Skytrax World Airline Awards 2013
i. The World's 5-Star Airline Award
ii. Best Airline Signature Dish 2013
3. Cellars In The Sky 2012 Awards
i. Best First Class Cellar
ii. Best First Class Red Wine
iii. 2nd in Best First Class Sparkling
4. Skytrax World Airline Awards 2012
i. The World's 5-Star Airline Award
ii. World's Best Cabin Staff 2012
iii. Best Airline Signature Dish 2012
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
5. Gold Award for Transportation, Travel & Tourism Category
Putra Brand Awards 2012
6. The Most Promising Brand Award (Firefly)
Putra Brand Awards 2012
7. World's Leading Airline to Asia
World Travel Awards (WTA) 2011
Deretan penghargaan yang telah diraih oleh Malaysia Airlines menjadi tidak
berarti disaat mereka tidak berkutik menghadapi krisis MH 370. Dampak signifikan
krisis ini adalah pariwisata Malaysia di boikot oleh Cina, dimana dari 227
penumpang, 152 di antaranya adalah warga negara Cina. Tidak hanya itu, kemudian
Malaysia Airlines menuai hujatan internasional karena di anggap mengaburkan
informasi dan terkesan menutupi apa yang sedang terjadi. Puncak dari dampak
hilangnya MH 370 adalah keluarnya Malaysia Airlines dari bursa saham karena
merugi akibat penurunan jumlah penumpang secara drastis akibat hilangnya
kepercayaan publik terhadap kinerja Malaysia Airlines. Pada 15 Mei 2014, Malaysia
Airlines melaporkan persentase penumpang turun menjadi 74,1% pasca hilangnya
MH 370.
Hal terpenting dari kerugian yang ditimbulkan tersebut adalah hilangnya
kepercayaan publik. Ketidak dewasaan pihak Malaysia Airlines dan Pemerintah
Kerajaan Malaysia selaku pemilik 67% saham dalam mengeluarkan informasi yang
kerap tidak valid dan berubah-ubah memberikan kesan tidak serius dalam menangani
kasus hilangnya MH-370. Kemarahan keluarga korban menjadi sangat meluap dan
tidak dapat dibendung, yang akhirnya semakin marak oleh pemberitaan media yang
sangat menyoroti kekecewaan keluarga korban. Pihak Malaysia Airlines tidak dapat
merangkul keluarga korban dan cenderung mengasingkan mereka.
Malaysia Airlines sebagai perusahaan yang terkenal di dunia penerbangan
internasional pada kenyataannya tidak mampu mengenali tanda-tanda awal
munculnya krisis. Tidak cakapnya sumber informasi, tidak tetapnya juru bicara, dan
tidak validnya data yang diberikan menjadikan kasus ini semakin tidak terkendali.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Tinjauan Pustaka
Pengertian Krisis
Steven Fink dalam Crisis Management Planning for the Inevitable
mendefinisikan krisis sebagai berikut (Nova, 2009:68):
“Crisis is unstable time or state of affair in which a decisive change is impending—
either one with the distinct possibility of a highly desireable and extremely possible
outcome, or one with the distinct possibility of a highly undesireable outcome. It is
usually a 50-50 proposition, but you can improve the odds.”
Definisi di atas dapat diartikan bahwa krisis merupakan suatu kondisi tidak
stabil dimana dibutuhkan suatu pengambilan keputusan secara cepat. Keputusan
tersebut menghasilkan dua kemungkinan, yaitu memperoleh hasil yang baik dan
positif yang membawa perusahaan ke situasi yang lebih baik dari sebelumnya, atau
kebalikannya, meraih hasil yang tidak diinginkan sehingga membawa perusahaan
berada pada situasi lebih baik dari sebelumnya.
Menurut Philip Lesly, terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan krisis di
antaranya (Lesly, 1993):
1. Bencana seperti kebakaran, gempa bumi, akan berpengaruh terhadap orang-orang
dalam dan luar perusahaan, seperti pelanggan, agen, investor publik, dan
komunitas suatu pabrik/perusahaan.
2. Kondisi darurat yang datang secara tiba-tiba atau suatu perkembangan kondisi
darurat ini seperti sabotase produk, perusahaan, atau produk yang mengandung
racun.
3. Penanaman bom dapat menimbulkan kepanikan dan kerusakan atau suatu
pemogokan karyawan perusahaan.
4. Rumor yang jelek tentang perusahaan atau produk.
5. Adanya letupan seperti boikot dari berbagai aktivis (semacam LSM), permintaan
pemerintah menarik produk, dan penculikan seorang eksekutif perusahaan.
Tahapan Krisis
Dalam sebuah model yang dikembangkan oleh Max Meng yang diberi nama
“Issue Life Cycle” menjelaskan bahwa proses perkembangan sebuah isu menjadi
krisis terdiri dari lima tahap. Tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Sumber: www.alexanderps.com
Berdasarkan grafik di atas, sumbu X merepresentasikan lama waktu
perkembangan isu. Sumbu Y merepresentasikan tingkat intensitas isu yang
berkembang. Jika tingkat intensitas isu yang sedang berkembang meningkat, maka
akan berbanding lurus dengan tekanan yang dihadapi organisasi dalam menerima isu
tersebut.
Berikut adalah penjelasan dari kelima tahapan perkembangan isu tersebut:
1. Potential Stage
Tahap ini berisi proses mendefinisikan fenomena yang berpotensi untuk
menjadi sebuah isu. Usulan yang mengarah kepada perubahan organisasi juga
dapat dikategorikan sebagai isu potensial. Tipe isu yang muncul pada tahap ini
biasanya belum terlihat oleh stakeholder dan belum menarik perhatian publik,
walaupun beberapa ahli sudah mulai menyadari kehadiran isu tersebut.
Pada tahap ini, situasi yang terjadi adalah keadaan stakeholder mulai
merasakan gejala awal ketidaknyamanan atau frustasi, mulai menyadari adanya
masalah yang muncul, dan mulai merencanakan perubahan bagi organisasi.
Tingkat intensitas yang berlangsung cukup kuat untuk melawan isu yang sedang
terjadi melalui kampanye formal maupun informal yang bertujuan untuk
melakukan perubahan.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
2. Emerging Stage
Pada tahap ini, tingkat intensitasi isu meningkat perlahan. Peningkatan ini
umumnya disebabkan perhatian stakeholder terhadap isu. Selama tahap ini,
stakeholder mencoba untuk melegitimasi isu dan meraih dukungan lebih besar dari
lingkaran pemberi pengaruh (influencer) untuk memperkuat posisi dan penerimaan
publik terhadap isu.
Dalam tahap ini organisasi yang menjadi target mungkin memilih untuk
merespon isu dengan menaikkan tingkat debat melalui melakukan sesekali dialog
bermakna dengan stakeholder dengan harapan dapat melakukan klarifikasi
terhadap posisi organisasi atau bahkan melakukan modifikasi terhadap perilaku
organisasi. Walaupun begitu, dalam tahap ini urgensi dari isu terkadang tidak
disadari karena kesulitan dalam menentukan apakah isu ini akan berkembang
karena disadari didukung oleh sebagian stakeholder atau ditolak dan tidak
didukung oleh seluruh stakeholder.
Peliputan media mulai terjadi di fase ini yang mengkonstruksikan keadaan
organisasi. Sebelum sebuah isu menjadi bahan pemberitaan dari peliputan yang
dilakukan oleh media, stakeholder harus mampu mengarahkan media untuk
meliput penyebab dari isu yang berkembang didalam organisasi.
3. Current Stage
Isu pada tahap ini telah menjadi sesuatu yang matang dan siap memberikan
dampak langsung terhadap organisasi. Pada poin ini publik, pemberi pengaruh
utama (key influencer), dan yang lainnya menyadari pentingnya keberadaan isu
dan meletakkan tekanan pada tubuh pemerintahan untuk memperingatkan atau
bahkan mengubah perilaku dari organisasi.
4. Crisis Stage
Isu akhirnya sampai pada institusi formal yang memiliki kewenangan untuk
melakukan penyelesaian. Pada tahap ini, pilihan organisasi menipis; namun
organisasi tetap harus membuat serangkaian kebijakan untuk merespon krisis yang
terjadi.
5. Dormant Stage
Setelah sebuah isu melewati tahapan perkembangannya secara utuh, maka isu
telah mencapai tingkatan intensitas tertinggi untuk menekan organisasi dalam
menerima keberadaan isu secara terpaksa. Pada poin ini isu menjadi suatu
keharusan untuk dikomunikasikan antara organisasi dengan masyarakatnya.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Komunikasi Krisis
Sebagai respon pertama organisasi terhadap krisis, Stocker (1997: 199-200)
menyarankan organisasi untuk mempertimbangkan keempat hal berikut ini sebagai
hal yang wajib dilakukan, yaitu:
a. Regret
Hal pertama yang harus diperhatikan organisasi adalah menunjukkan sikap
menyesal dan mengucapkan permohonan maaf kepada publik atas terjadinya
masalah yang ditimbulkan oleh krisis organisasi. Meskipun mungkin kesalahan
sepenuhnya bukan pada organisasi, namun akan lebih baik bila organisasi
memperlihatkan sikap penyesalan atas terjadinya krisis. Jika tidak dilakukan maka
publik tidak akan mendengarkan penjelasan apapun dari organisasi berkaitan
dengan krisis tersebut.
b. Resolution
Hal kedua yang wajib dilakukan adalah menyatakan secara jelas langkah-
langkah apa saja yang akan dilakukan organisasi sebagai bagian dari pemecahan
krisis.
c. Reform
Selanjutnya, organisasi juga wajib memberikan jaminan kepada publiknya
bahwa krisis seperti ini tidak akan terulang lagi.
d. Restitution
Langkah terakhir adalah dengan berinisiatif memberikan pengganti kerugian
bagi para korban, bila ada, atau pihak-pihak lain yang dirugikan.
Pembahasan
Sesuai dengan asumsi teoritis yang telah dijabarkan pada tinjauan pustaka,
maka analisis tahapan perkembangan krisis pada kasus hilangnya MH 370 akan
mengikuti siklus hidup isu yang dikemukakan oleh Meng. Tahap komunikasi krisis
akan dianalisis dengan menggunakan tahapan yang disarankan oleh Stocker sesuai
dengan aktivitas komunikasi yang dilaksanakan Malaysia Airlines.
Tahapan Krisis
1. Potential Stage
Tahap ini ditandai dengan keterlambatan kedatangan pesawat dan diiringi
munculnya isu pesawat mendadak darurat di Bandara Nanning, Cina Selatan. Pada
tahap ini krisis belum terjadi, namun isu mulai berkembang akibat keterlambatan
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
kedatangan pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH 370 di
Beijing. Pesawat MH 370 berangkat dari Kuala Lumpur International Airport
(KLIA) pada pukul 00.41 dan dijadwalkan mendarat di Beijing pada 8 Maret 2014
pukul 06.40. Namun kenyataannya pesawat tidak mendarat tepat waktu dan tidak
ada keterangan yang menjelaskan keterlambatan tersebut. Pada pukul 10.15
muncul berita bahwa pesawat mendarat darurat di Bandara Nanning, Cina Selatan.
Tetapi kabar ini tidak benar dan pihak Malaysia Airlines belum memberikan
keterangan terkait keberadaan MH 370.
Keterlambatan ini menjadi semakin serius ketika Malaysia Airlines
mengetahui putusnya kontak antara Air Traffic Control (ATC) dengan radar
pesawat Boeing 777-200 ER tersebut. Pukul 01.30 sinyal MH 370 menghilang dari
radar Departemen Penerbangan Sipil Malaysia. Pada pernyataan resmi Pemerintah
Malaysia, pihak militer Malaysia menyadari bahwa adanya pesawat yang berbelok
arah pada pukul 02.15 dini hari waktu setempat, namun tidak diberikan tindakan
khusus. Alasannya adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi pesawat yang
berbelok arah tersebut sebagai pesawat musuh sehingga dibiarkan begitu saja.
Berdasarkan laporan pertama Malaysia Airlines terkait hilangnya pesawat MH
370 yang dikeluarkan pada 1 Mei 2014, terjadi miskomunikasi antara ATC
Malaysia dengan Vietnam. Menara Ho Chi Minh menyatakan kepada Menara
Kuala Lumpur bahwa blip radar hilang pada titik navigasi yang disebut BITOD,
sekitar setengah perjalanan antara Malaysia dan Vietnam. Komunikasi antara ATC
tidak berlangsung dengan baik sehingga garis koordinasi terputus dan kabar
keberadaan MH 370 tidak terkoordinasi dengan baik.
2. Emerging Stage
Keadaan isu mulai naik ke tingkat yang lebih intens dan serius yang
diindikasikan dengan reaksi keluarga penumpang pesawat MH 370 yang telah
menanti di Bandara Beijing untuk menjemput keluarganya. Sejak terlambat
mendarat di Bandara Beijing, pihak Malaysia Airlines tidak memberikan
keterangan apapun selain mengklarifikasi bahwa berita pendaratan darurat di
Bandara Nanning tidak benar.
Media mulai memberitakan perihal keterlambatan pesawat dan ketidakjelasan
posisi pesawat MH 370. Berita ini kemudian diperparah dengan tidak adanya
klarifikasi dari pihak Malaysia Airlines terkait kasus MH 370. Malaysia Airlines
terkesan menutup diri akibat ketidaktahuan mereka atas keberadaan pesawat
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
mereka sendiri. Keluarga korban mulai bereaksi marah dan komplain kepada pihak
Malaysia Airlines di Bandara Beijing, namun tidak mendapatkan respon apapun.
Reaksi keluarga korban penumpang MH 370 menjadi objek utama pemberitaan
media yang kemudian semakin mem-blow up kejadian ini menjadi berita
internasional.
3. Current Stage
Setelah hampir enam jam dari keterlambatan kedatangan pesawat MH 370 di
Bandara Beijing tanpa klarifikasi dari pihak Malaysia Airlines, akhirnya pada
pukul 12.30 waktu Malaysia, CEO Malaysia Airlines, Ahmad Jauhari Yahya
melakukan konferensi pers di KLIA. Dalam konferensi pers ini beliau menyatakan
bahwa MH 370 hilang dari radar. Beliau menyatakan bahwa kontak terakhir
dengan MH 370 pada saat pesawat tersebut berada di posisi 120 mil laut dari Kota
Bharu.Pada kesempatan yang sama Malaysia Airlines memohon kehadiran
keluarga korban pada pukul 16.00 keesokan harinya di Bandara Beijing (9 Maret
2014).
Keluarga korban sangat terkejut dan tertekan mendengar kabar yang tidak
terduga ini. Melalui konferensi tersebut media meliput kasus ini secara lebih
mendalam dan serius. Pernyataan CEO yang menyatakan pesawat dinyatakan
hilang dari radar menjadikan kasus MH 370 sebagai kasus internasional yang
melibatkan 13 warga negara dalam penerbangannya. Berikut rincian daftar
penumpang penerbangan MH 370:
a. Warga Negara Cina, berjumlah 152 orang
b. Warga Negara Malaysia, berjumlah 38 orang
c. Warga Negara Indonesia, 7 orang
d. Warga Negara Australia, 7 orang
e. Warga Negara India, 5 orang
f. Warga Negara Perancis, 3 orang
g. Warga Negara Amerika Serikat, 4 orang
h. Warga Negara Selandia Baru, 2 orang
i. Warga Negara Ukraina, 2 orang
j. Warga Negara Kanada, 2 orang
k. Warga Negara Rusia, 1 orang
l. Warga Negara Italia, 1 orang
m. Warga Negara Taiwan, 1 orang
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
n. Warga Negara Belanda, 1 orang
o. Warga Negara Austria, 1 orang
Adapun warga negara Italia dan Austria merupakan korban pencurian paspor,
sehingga tidak dihitung sebagai negara yang terlibat dalam penerbangan MH 370.
Kedua warga negara Italia dan Austria tersebut kehilangan paspornya saat berada
di Thailand. Jumlah keseluruhan penumpang pesawat MH 370 adalah 239 orang,
yang terbagi atas 227 orang penumpang dan 12 orang awak pesawat.
4. Crisis Stage
Keluarga penumpang tiba di KLIA pada 10 Maret 2014 pukul 08.00 waktu
Malaysia.Meski tidak tahu akan dibawa kemana, namun keluarga korban
dikumpulkan di Kuala Lumpur untuk diberikan informasi terkait nasib keluarga
mereka yang berada di MH 370.Keluarga korban menuntut penjelasan dari pihak
Malaysia mengenai nasib keluarga mereka yang menjadi penumpang pesawat MH
370. Namun tidak ada pendampingan yang dilakukan oleh pihak Malaysia Airlines
terhadap keluarga korban.
Keadaan ini diperparah dengan simpang siurnya informasi yang beredar.
Kesimpangsiuran ini bersumber dari dua hal. Pertama, sistem informasi yang
dilakukan Malaysia Airlines pada kasus hilangnya MH 370 menggunakan sistem
banyak pintu. Banyak pihak yang menjadi juru bicara terkait kasus MH 370 dan
informasi yang disampaikan tumpang tindih.
Pada konferensi pertama pada pukul 12.30 tanggal 8 Maret 2014, CEO
Malaysia Airlines, Ahmad Jauhari Yahya memimpin langsung dan menjadi
spokeperson yang menyatakan bahwa pesawat hilang dari radar. Kemudian, pada
malam harinya pukul 19.00 juru bicara berganti menjadi Perdana Menteri
Malaysia, Najib Tun Razak yang menyatakan bahwa operasi pencarian MH 370
terdiri dari berbagai negara dan wilayah pencarian di perluas.
Selanjutnya, 24 jam setelah hilangnya pesawat, pada tanggal 9 Maret 2014
juru bicara berubah menjadi Direktur Jendral Penerbangan Sipil (DCA)
Azharuddin Abdul Rahman yang menegaskan belum ada kabar terbaru mengenai
MH 370. Pergantian juru bicara terjadi lagi pada tanggal 10 Maret 2014, dimana
Menteri Dalam Negeri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi memberikan pernyataan
terkait adanya paspor palsu yang digunakan dua orang penumpang MH 370.
Kedua, minimnya koordinasi antara pihak Malaysia Airlines dan pemerintah
Kerajaan Malaysia dengan ATC, negara yang warga negaranya menjadi
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
penumpang MH 370, dan negara yang turut serta dalam operasi gabungan
pencarian MH 370. Terhadap ATC, Malaysia Airlines dan pemerintah Kerajaan
Malaysia tidak melakukan koordinasi dengan baik. ATC yang terlibat dalam
penerbangan MH 370 adalah ATC Singapura, Thailand, dan Vietnam. Masing-
masing ATC memberikan data terakhir kontak mereka kepada media tanpa
menunggu persetujuan pihak Malaysia terlebih dahulu. Sehingga akhirnya muncul
banyak spekulasi terkait posisi MH 370 dan semakin menekan pihak Malaysia
untuk segera mengumumkan kebenaran tentang MH 370. Namun pihak Malaysia
sendiri masih kebingungan untuk menentukan dan semakin tersudut dengan
beredarnya data-data tersebut.
Terhadap negara yang warga negaranya menjadi penumpang MH 370,
Malaysia Airlines tidak menjalin hubungan baik dan tidak memberikan penjelasan
sementara terkait keberadaan pesawat dan nasib warga negaranya yang menjadi
penumpang. Akhirnya Malaysia Airlines tidak mendapat dukungan dari negara
manapun dan ke-13 negara tersebut tidak dapat melakukan apapun untuk meredam
amarah dari keluarga korban.
Terhadap negara yang terlibat dalam operasi gabungan pencarian MH 370
yang mencapai total 26 negara, Malaysia tidak dapat memimpin dengan baik.
Pencarian MH 370 disebut-sebut sebagai pencarian pesawat hilang terbesar dalam
sejarah dengan menelan angka negara peserta operasi gabungan terbesar dan
menelan biaya pencarian paling besar. Harapan keluarga korban tentunya
mendapat kepastian dalam waktu secepat-cepatnya terlebih mengetahui jumlah
negara yang berpartisipasi dalam operasi gabungan mencapai 26 negara.
Namun hasilnya adalah nihil dan justru Malaysia tidak memiliki kendali atas
hasil pencarian. Setiap negara yang ikut memberikan data versi mereka sendiri dan
memberikan kesan ketidakberdayaan kepada Malaysia. Kabar terkait posisi MH
370 sangat tidak jelas. Banyaknya temuan di laut yang diprediksi merupakan
tanda-tanda keberadaan MH 370 mulai dari tumpahan minyak di perairan Vietnam
yang berjarak 250 km dari Vietnam dan 190 km dari Malaysia hingga objek
mengambang di dekat Perth, Australia semakin menambah rumit informasi yang
beredar.
5. Dormant Stage
Setelah 17 hari menanti kepastian hasil dari pencarian MH 370, akhirnya pada
25 Maret 2015 Perdana Menteri Malaysia, Najib Tun Razak memberikan
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
pernyataan resmi bahwa pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan
MH 370 telah hilang dengan dugaan sabotase pesawat. Beliau menyebutkan bahwa
diyakini telah terjadi perubahan arah pada penerbangan MH 370 ke arah Samudera
Hindia dimana radar pesawat dimatikan dengan sengaja di perbatasan antara
Malaysia dengan Vietnam. Beliau menyatakan bahwa MH 370 telah terbang
menyusuri koridor selatan dan berakhir di bagian selatan Samudera Hindia kira-
kira 2.500 km sebelah barat kota Perth.
Keluarga korban sangat terpukul dan semakin histeris setelah dipastikan tidak
ada satupun penumpang pesawat MH 370 yang selamat. Akhirnya keluarga korban
kembali ke negara masing-masing dengan tangan hampa setelah hampir sebulan
menunggu kabar kepastian keberadaan MH 370. Setelah pernyataan resmi ini
disampaikan, Malaysia Airlines bersama dengan pemerintah Kerajaan Malaysia
mulai melakukan pemulihan baik bagi keluarga korban maupun stakeholder
lainnya yang terlibat dalam kasus ini. Namun tahap ini tidak disertai dengan
komunikasi yang baik bagi keluarga korban maupun negara yang warga negaranya
menjadi penumpang dalam penerbangan MH 370.
Bagi keluarga korban, seharusnya setelah pesawat resmi dinyatakan hilang
secara langsung akan mendapatkan ganti rugi sebesar $175.000 sesuai dengan
aturan penerbangan internasional. Namun nominal yang diberikan hanya sebesar
$5.000, dengan alasan sisanya akan diberikan pada saat pesawat tidak berhasil
ditemukan. Jika dibandingkan dengan kasus Singapore Airlines yang jatuh pada 30
Oktober 2000 dengan nomor penerbangan SQ-006 dari Taipei menuju Los
Angeles, Amerika Serikat, ganti rugi yang diberikan Malaysia Airlines sangat
sedikit.
Pada kasus SQ-006, tanpa menunggu keputusan pengadilan terkait siapa yang
salah, pihak Singapore Airlines dengan cepat memberikan ganti rugi sejumlah
$400.000 bagi keluarga dari korban yang meninggal, serta paket ganti rugi yang
totalnya mencapai jumlah US$ 38 juta, dan jumlah yang lebih besar lagi bagi
mereka yang selamat. Jumlah kompensasi ini sangat banyak dibandingkan
ketentuan aturan penerbangan internasional yang mengharuskan maskapai
membayar $175.000 bagi penumpang yang menjadi korban kecelakaan pesawat.
Kekecewaan keluarga korban MH 370 terhadap buruknya kinerja Malaysia
Airlines berujung pada pembentukan persatuan pada 9 April 2014. Persatuan
tersebut dinamai dengan Persatuan Keluarga Malaysia yang diikuti oleh lebih
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
kurang 70 keluarga korban, yang terdiri dari banyak keluarga penumpang MH 370
dan tidak hanya berasal dari Malaysia namun juga dari negara lain. Persatuan ini
berbasis di Malaysia dan dibentuk dengan tujuan untuk menjadi wadah
berkumpulnya keluarga korban MH 370 dan secara bersama-sama menuntut pihak
Malaysia Airlines untuk terus melakukan pencarian. Seluruh keluarga korban yang
menjadi anggota persatuan ini meyakini bahwa anggota keluarganya masih hidup
hingga nanti dapat dipastikan dimana posisi MH 370 sebenarnya.
Tidak hanya membentuk persatuan, ada beberapa keluarga penumpang MH
370 yang telah menggugat pihak Malaysia Airlines ke pengadilan dengan alasan
tidak menepati janjinya untuk melindungi keselamatan penumpang hingga sampai
ke tujuan. Hingga saat ini proses peradilan masih berjalan dan belum diputuskan
apapun terhadap kasus hilangnya MH 370 ini.
Bagi negara yang warga negaranya menjadi penumpang MH 370 tidak
dilakukan kontak secara berkala. Hal yang dihasilkan adalah boikot pariwisata
terhadap Malaysia. Negara yang paling vokal dalam menyuarakan boikot
pariwisata kepada Malaysia adalah China. China menjadi negara yang paling
berang atas lambatnya kinerja Malaysia dalam mengusut kasus ini karena warga
negara China meliputi 2/3 dari jumlah penumpang MH 370 (152 orang dari 227
penumpang). Berdasarkan data Merrill Lynch, perusahaan manajemen dan
penasihat keuangan peringkat atas dunia yang berada di Amerika Serikat,
wisatawan Cina memberikan kontribusi 12% terhadap kunjungan wisatawan dan
0,4% kontribusi terhadap produk domestik bruto.
Pada 1 Mei 2014, Malaysia Airlines melaporkan persentase penumpang turun
menjadi 74,1% mendekati rekor terendah 73,9% pada Januari 2013. Pada kuartal
pertama, Malaysia Airlines mencatatkan rugi bersih 443 juta ringgit (setara dengan
Rp. 1,6 triliun). Puncaknya pada 8 Agustus 2014, Malaysia Airlines keluar dari
bursa dan akan direstrukturisasi, seperti pernyataan yang diberikan oleh Khasanah
Bhd.
Meskipun pada 6 Oktober 2014 media telah mempublikasikan bahwa
pencarian bawah laut untuk pesawat MH 370 dimulai, namun publik kehilangan
kepercayaan. Malaysia Airlines babak belur dalam menangani kasus MH 370 yang
tidak dilengkapi dengan tim penanganan isu dan krisis. Malaysia butuh waktu
panjang untuk melakukan pembaharuan dalam struktur dan kinerjanya.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Komunikasi Krisis
Dalam menangani krisis, Stocker menyatakan formula 4R sebagai penanganan
pertama dari organisasi kepada publiknya. Berikut penjabaran formula tersebut
berdasarkan tahapan komunikasi yang dilakukan pihak Malaysia Airlines:
a. Regret
Pihak Malaysia Airlines memberikan pernyataan pertama pada konferensi pers
di KLIA yang dipimping langsung oleh CEO Malaysia Airlines, Ahmad Jauhari
Yahya yang menyatakan bahwa pesawat telah hilang dari peredaran. Tidak ada
kata menyesal atau turut berdukacita yang keluar, CEO hanya meminta keluarga
korban untuk berkumpul dan melakukan penerbangan ke Kuala Lumpur. Pihak
MAS seolah meminta keluarga korban untuk menunggu hasil pencarian, dimana
MAS terlihat yakin bahwa pesawat akan ditemukan. Pihak MAS juga tidak
meminta maaf atas keterlambatan informasi yang diberikan, di mana seharusnya
MH 370 mendarat di Beijing pada pukul 06.14 namun baru diberi kabar pada
pukul 12.00 waktu Malaysia.
b. Responsibility
MAS menyatakan rasa bertanggungjawabnya atas kejadian hilangnya MH 370
ini dengan memberikan transportasi dan akomodasi bagi keluarga korban
penumpang untuk terbang ke Kuala Lumpur. Namun setelah keluarga korban
datang ke Kuala Lumpur, tidak ada satu tindakan signifikan yang memberikan
kejelasan informasi. Keluarga korban justru merasa kedatangan mereka ke Kuala
Lumpur hanya membuang-buang waktu karena tidak adanya kejelasan atas posisi
MH 370 hingga sebulan mereka menetap di Malaysia.
c. Reform
Pada langkah ini perusahaan harus memberikan pernyataan bahwa perusahaan
telah melakukan sejumlah tindakan untuk memperbaiki keadaan dan memastikan
tidak akan terulang lagi dimasa yang akan datang. Tetapi MAS justru tidak bisa
memberikan penjelasan terkait langkah apa yang telah ditempuh sehingga muncul
kesan bahwa informasi ditutupi dari publik. Ditambah dengan ikutnya 26 negara
dalam operasi pencarian namun berakhir dengan simpang siur kebenaran dari data
yang beredar, baik MAS maupun Malaysia seperti tidak memiliki kuasa atas apa
yang sedang terjadi. Malaysia terkesan lambat dan tidak serius dalam mengusut
keberadaan pesawat.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
d. Restitution
Langkah ini dilaksanakan dengan memberikan kompensasi atau ganti rugi.
Untuk yang bersifat materil, ganti rugi diberikan dalam bentuk barang atau uang
dalam nominal yang setara bahkan lebih besar. Untuk yang bersifat moril, berikan
perhatian dan tindakan menyesal yang tidak dibuat-buat. Pada restitution yang
dilakukan pihak MAS, ganti rugi sesuai dengan aturan penerbangan internasional
sebesar $175.000, baru dibayarkan $5.000. Pada ganti rugi bersifat moril, pihak
MAS tidak menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam, yang diindikasikan
dengan banyaknya respon marah yang muncul dari keluarga korban dalam menanti
kepastian kabar MH 370.
Simpulan
Dari analisis siklus hidup isu dan tahapan komunikasi krisis yang dilakukan
oleh pihak Malaysia Airlines kepada sejumlah stakeholder yang terlibat dalam kasus
hilangnya MH 370, dapat disimpulkan bahwa Malaysia Airlines tidak memiliki tim
penanganan krisis. Indikatornya antara lain berganti-gantinya juru bicara dengan
keterangan yang tumpang tindih, tidak terkoordinasikannya data temuan dengan baik,
tidak efektifnya pelaksanaan operasi gabungan yang melibatkan 26 negara, dan tidak
dirangkulnya keluarga korban yang akhirnya berujung pada respon marah dan
kecewa.
Keluarga korban menjadi objek yang mendapatkan paling banyak ekspos
dalam setiap pemberitaan baik lokal maupun internasional. Reaksi kemarahan
keluarga yang tidak terkendali dipicu oleh tidak seriusnya pihak Malaysia Airlines
memberikan pernyataan kepada mereka. Ganti rugi yang diberikan juga sangat sedikit
sehingga terkesan melecehkan keluarga korban dan tidak menghargai perasaan
mereka yang sedang kehilangan keluarga.
Selanjutnya dampak krisis MH 370 adalah boikot pariwisata yang dilakukan
negara-negara yang warga negaranya menjadi korban menjadi indikator buruknya
tindakan kuratif yang di lakukan MAS. Kemudian menurunnya jumlah penumpang
secara drastis dan terjun bebasnya saham Malaysia Airlines di pasar bursa
menunjukkan bahwa publik telah kehilangan kepercayaan, hingga akhirnya Malaysia
Airlines harus keluar dari pasar bursa untuk dilakukan restrukturisasi.
Banyaknya tuntutan yang dilakukan keluarga korban serta beberapa peradilan
yang sedang bergulir untuk menuntut pertanggungjawaban Malaysia Airlines
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
menunjukkan tidak adanya kontak berkala dari pihak MAS terhadap keluarga korban.
Ketidakberdayaan MAS menghadapi krisis yang sedang terjadi menghantarkan
Malaysia Airlines berada pada krisis terbesar yaitu krisis kepercayaan dari publik.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Daftar Pustaka
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/08/08/171650926/Malaysia.Airlines.Pa
mit.dari.Lantai.Bursa, di akses pada 15 November 2014 pukul 23.00 WIB.
http://bisnis.liputan6.com/read/2089218/bakal-keluar-dari-bursa-saham-malaysia-
airlines-melonjak-10, di akses pada 15 November 2014 pukul 22.44 WIB.
http://www.antaranews.com/berita/432218/isi-laporan-resmi-malaysia-soal-mh370,
di akses pada 14 November 2014 pukul 22.30 WIB.
http://nefosnews.com/post/internasional/pencarian-mh370-terlama-terburuk-
termahal-di-dunia, di akses pada 14 November 2014 pukul 15.12 WIB.
http://internasional.kompas.com/read/2014/05/16/0903537/Malaysia.Airlines.Hilang
nya.MH370.Berdampak.Dramatis., di akses pada 14 November pukul 15.23
WIB.
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/22/118564478/4-Negara-Simpan-Info-
Pencarian-MH370, di akses pada 14 November 2014 pukul 15.40 WIB.
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/09/118560689/Kronologi-Hilangnya-
Pesawat-Malaysia-Airlines, diakses pada 13 November 2014 pukul 15.43 WIB.
http://www.merdeka.com/peristiwa/kronologi-lengkap-18-hari-musibah-malaysia-
airlines-mh370.html, di akses pada 13 November 2014 pukul 16.07 WIB.
http://siarbatavianews.com/news/view/1854/kritik-tajam-perihal-penanganan-krisis-
hilangnya-mh-370, di akses pada 12 November 2014 pukul 16.15 WIB.
http://m.businessweekindonesia.com/article/read/3802/krisis-mh370-ujian-bagi-
kepemimpinan-di-malaysia, di akses pada 12 November 2014 pukul 16.18 WIB.
http://indo.wsj.com/posts/2014/03/26/krisis-kredibilitas-malaysia/, di akses pada 12
November 2014 pukul 20.44 WIB.
http://www.malaysiaairlines.com/my/en/corporate-info/awards.html, di akses pada 17
November 2014 pukul 12.05 WIB.
http://www.alexanderps.com/Index/BLOG/CC888933-80F7-4617-A3BC-
1B63C45C6776.html, di akses pada 18 November 2014 pukul 20.05 WIB.
http://e-journal.uajy.ac.id/3461/2/1KOM01923.pdf, di akses pada 19 November 2014
pukul 14.22 WIB.
Prayitno, Ramelan. (2014). Misteri MH-370: Menyangkal Anggapan Malaysia
tentang Kecelakaan dan Pengkaburan Motif Kejahatan di Samudera Hindia.
Jakarta: Phoenix.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014
Nova, Firsan. (2014). PR War: Pertarungan Mengalahkan Krisis, Menaklukkan
Media, dan Memenangi Simpati Publik. Jakarta: Grasindo.
Salim, Abbas. (1993). Manajemen Transportasi. Jakarta: Rajawali Press.
Witneska, Ocha. (2012). “Manajemen Krisis PT. Lion Mentari Airlines Dalam
Menangani Berita-Berita Negatif di Media Massa” (skripsi). Universitas
Indonesia.
Hidayat, Achmad, dan Suharyanti. (2012). “Analisis Krisis Pada Organisasi
Berdasarkan Model Anatomi Krisis dan Perspektif Public Relations”. Journal
Communication Spectrum, Vol.2 No.2 Agustus 2012-Januari 2013.
Analisis manajemen…, Rizky Fauziah, FISIP UI, 2014