Mitha Tekben 4 Fix_2

14
ACARA IV UJI TETRAZOLIUM A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Tetrazolium test merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah garam tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang dapat direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi senyawa ini akan mrubah menjadi senyawa formazan yang berwarna merah cerah. Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak: untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah: penyiapan benih yang akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban

description

teknologi benih

Transcript of Mitha Tekben 4 Fix_2

Page 1: Mitha Tekben 4 Fix_2

ACARA IV

UJI TETRAZOLIUM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Tetrazolium test merupakan suatu cara pengujian terhadap

viabilitas benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Bahan yang

digunakan dalam pengujian ini adalah garam tetrazolium. Garam

tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang dapat direduksi secara

enzymatic didalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi senyawa ini

akan mrubah menjadi senyawa formazan yang berwarna merah cerah.

Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak: untuk mengetahui

viabilitas benih yang segera akan ditanam,  untuk mengetahui viabilitas

benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak

tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. 

Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat

penilaian benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel.

Faktor-faktor  yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah:

penyiapan benih yang akan diuji dengan menghitung jumlahnya, 

pelembaban benih untuk aktivasi enzim dan pelunakan jeringan benih,

pembukaan jaringan benih untuk pewarnaan ( penusukan, pemotongan,

pengupasan testa, pengeluaran embrio),  penyiapan larutan tetrazolium,

suhu dan lama perendaman, penilaian benih vigor tinggi, vigor rendah dan

benih non viabel.

Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan

tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah

satu dengan yang lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk

viabilitas benih digunakan presentase perkecambahan. Persentase

kecambah yang tinggi sangat diinginkan oleh para petugas persemaian,

dan segala sesuatu selain benih murni yang berkecambah akan dianggap

sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu pegujian kecambah atau

Page 2: Mitha Tekben 4 Fix_2

viabilitas harus menggambarkan kecambah yang potensial. Potensi

perkecambahan merupakan hal yang secara langsung didapatkan pada

pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas

digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun untuk pengujian

informal secara sederhana di persemaian.

2. Tujuan Praktikum

Praktikum acara Uji Tetrazolium ini memiliki tujuan untuk

menguji viabilitas benih secara cepat dan tidak langsung.

Page 3: Mitha Tekben 4 Fix_2

B. Tinjauan Pustaka

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji TZ adalah

evaluasi pola topografi perwarnaan untuk menentukan benih viable dan non-

viable.Paradigma ini diterima karena definisi viable (hidup) diartikan hanya

sebagai kemampuan benih tersebut untuk berkecambah, dan tidak menjadi

soal apakah berkecambah secara normal atau abnormal. Dengan paradigma

demikian, maka hasil uji TZ tidak diperkenankan menjadi data yang

dicantumkan di label benih karena akan memberikan kesalahan positif (yaitu

persentase benih viable yang lebih tinggi dibandingkan persentase daya

berkecambah). Akan tetapi, apabila ditelusuri dari berbagai literatur

internasional, maka akan diperoleh suatu kesimpulan bahwa paradigm tersebut

di atas kurang tepat. ISTA sebagai organisasi pengujian benih internasional

yang diakui kredibilitas dan metodenya digunakan di seluruh dunia

mendefinisikan benih viable benih yang memperlihatkan potensi untuk

menjadi kecambah normal, sedangkan benih non-viable adalah terdiri dari

benih yang berkembang secara abnormal baik pada embrio maupun pada

struktur penting lainnya dan menunjukkan jaringan yang mati

(Salisbury 2005).

Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan

(cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen

peroksida (H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat

diterapkan untuk benih-benih yang berukuran sangat  kecil, bahkan teknik

pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk

memudahkan dalam pengujian benih, benih yang digunakan harus berukuran

agak besar seperti sengon buto (Enterolobiumcyclocarpum Jacq)

(Abdul 2009).

Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari

benih setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu

hidup akan menghasilkan suatu reaksi pada benih dengan menimbulkan warna

Page 4: Mitha Tekben 4 Fix_2

merah. Sedangkan jika tidak menimbulkan warna menunjukan bahwa benih

sudah mati (Chapman dan Lark 2005).

Uji tetrazolium membedakan antara jaringan embrio yang mati dan

yang hidup berdasarkan laju respirasi relatifnya pada saat tergidrasi.

Walaupun banyak enzim yang aktif saat respirasi, uji ini memanfaatkan laju

dan viabilitas benih. Keadaan yang tereduksi tinggi dari dehydrogenase

memungkinkannya melepaskan ion Hidrogen ke larutan garam tetrazolium tak

berwarna yang teroksidasi, yang kemudian berubah menjadi red formazan

(formazan merah) ketika direduksi oleh ion hidrogen. Viabilitas benih

diinterpretasikan menurut pola discolorasi tropogapikal embrio dan intensitas

pewarnaan (Veganojustice 2011).

Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan

(cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen

peroksida (H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat

diterapkan untuk benih-benih yang berukuran sangat  kecil, bahkan teknik

pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan.Pada

pengujian secara biokimia akan terjadi proses reduksi pada jaringan hidup.

Proses reduksi ini menjadi ciri bahwa benih yang diuji tersebut hidup. Bahan

yang digunakan untuk pengujian adalah garam tetrazolium. Pada jaringan

hidup, jika benih mengimbibisi larutan ini maka terjadi proses reduksi.

Dengan adanya prosese dehidrogenase maka larutan 2,3,5 triphenyl

tetrazolium chlorode atau bromide akan berwarna merah sehingga jaringan

yang hidup berwarna merah stabil dan merupakan substan yang tidak terlarut

oleh triphenyl formazan yang dihasilkan oleh jaringan hidup. Jaringan yang

hidup berwarna merah dan yang akan mati tidak berwarna

(Boesewinkel 2008)

Page 5: Mitha Tekben 4 Fix_2

C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Pengujian Kadar Air Benih dilaksanakan pada hari

Jum’at tanggal 29 November 2013 pada pukul 07-50 sampai 08.50 WIB,

bertempat di Laboratorium EMPT. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Alat :

a.1 Pinset

a.2 Silet

b. Bahan :

b.1 Benih jagung (Zea mays)

b.2 Benih kedelai (Glycine max)

b.3 Garam tetrazolium

3. Cara Kerja

a. Membelah secara melintang benih kedelai dan benih jagung. Jagan

sampai putus sampai kebawah.

b. Merendam benih jagung dan benih kedelai kedalam larutan garam

tetrazolium. Selama kurang lebih 20 menit.

c. Memcuci benih dan melakukan pengamatan, menghitung benih yang

viable maupun yang nonviable dengan melihat pewarnaan dari benih.

d. Mengambar benih beserta bagian-bagiannya.

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Page 6: Mitha Tekben 4 Fix_2

1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Uji Tetrazolium

Benih UlanganGambar Hasil Uji

TetrazoliumIndikasi warna

Keterangan

Jagung (Zea mays)

1

Gam bar 4.1 Jagung U1

Merah cerahBenih masih viabel.

2 Gambar 4.2 Jagung U2Merah cerah

Benih masih viabel.

3

Gambar 4.3 Jagung U3

Merah cerahBenih masih viabel.

Benih Ulangan GambarIndikasi warna

Keterangan

Viabilitas

Kedelai(Glycine

max)

1

Gambar 4.4 Kedelai U4

Merah cerahBenih masih viabel.

2

Gambar 4.5 Kedelai U5

Merah cerahBenih masih viabel.

3

Gambar 4.6 Kedelai U6

Merah cerahBenih masih viabel.

Sumber: Laporan Sementara

Page 7: Mitha Tekben 4 Fix_2

2. Pembahasan Pengujian tetrazolium adalah suatu cara untuk menguji viabilitas

benih secara cepat dan bersifat tidak langsung dalam waktu singkat.

Dengan metode ini dapat dibedakan benih yang masih viable dan tidak

viable atau untuk benih yang sudah rusak. Fungsi uji tetrazolium pada

praktikum ini adalah agar kita dapat melihat dengan jelas biji mana yang

tidak dapat tumbuh dengan baik atau tidak dapat berkecambah.

Pada praktikum ini garam tetrazolium berfungsi untuk mengubah

warna dari suatu benih masih variabel atau tidak karena adanya reaksi

dengan garam tetrazolium tersebut. Sebelumnya reduksi senyawa dengan

garam tetrazolium ini akan mengubah warna benih dengan senyawa

formazan berwarna merah. Sedangkan uji Tetrazolium (TZ) merupakan

salah satu uji kualitas benih dengan mengamati apakah suatu benih masih

viabel atau tidak. Uji tersebut dilakukan dengan cara melihat warna yang

timbul pada embrio benih akibat adanya reaksi dengan garam tetrazolium.

Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna

merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan

membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan

berwarna putih, enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah

dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi. Kriteria pewarnaan dalam

uji Tetrazolium antara lain:

a. Merah cerah : jaringan masih hidup atau benih viable.

b. Merah muda : jaringan  atau viabilitas sudah lemah.

c. Merah tua : jaringan rusak.

d. Tidak berwarna : jaringan sudah mati.

Benih yang memiliki vigor dan viabilitas yang tinggi akan lebih cepat

berkecambah, karena memiliki cadangan makanan yang tinggi, sehingga

dapat membantu untuk berkecambah lebih cepat di lingkungan yang

optimum maupun yang suboptimum.

Uji tetrazolium merupakan salah satu pengujian viabilitas benih

secara cepat dan tidak langsung. Hal ini dikarenakan, uji tersebut dapat

Page 8: Mitha Tekben 4 Fix_2

dilakukan tanpa mengecambahkan benih terlebih dahulu, tetapi dengan

menggunakan zat kimia 2, 3, 5 Triphenyl Tetrazolium Kloride (garam

tetrazolium). Metode tidak langsung didasarkan pada proses metabolisme

benih serta kondisi fisik yang merupakan indikasi tidak langsung. Uji

cepat memiliki tujuan menentukan secara cepat kualitas benih suatu jenis

yang berkecambah lambat atau menunjukkan dormansi di bawah

perkecambahan normal, benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after

ripening) dan menentukan viabilitas potensial dari suatu kelompok benih.

Benih dikatakan normal apabila perwarnaan yang ditimbulkan

pada uji tetrazolium menunjukkan warna merah cerah. Dan benih dalam

keadaan yang utuh dan termasuk dalam benih murni, yang bebas dari

penyakit dan tumbuh sesuai ukuran benih, tidak terlalu kecil. Untuk benih

yang mati pewarnaan yang ditimbulkan garam tetrazolium adalah tidak

berwarna. Dan apabila benih diberi air, maka benih yang sudah mati

tersebut akan mengapung. Benih yang sudah mati tidak menunjukkan arna

apapun atau tidak menujukkan reaksi apapun apabila dicelupkan ke garam

tetrazolium. Untuk benih yang bewarna merah jambu dan merah tua

artinya benih tersebut viabilitasnya sudah lemah dan hanya sebagian

lembaga saja yang masih hidup atau normal.

Page 9: Mitha Tekben 4 Fix_2

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu

sebagai berikut :

a. Uji tetrazolium adalah cara pengujian terhadap viabilitas benih secara

cepat dan bersifat tidak langsung dalam waktu singkat.

b. Kriteria perwarnaan senyawa formazan, yaitu: warna merah cerah

untuk benih yang masih viabel, warna merah jambu untuk benih

dengan viabilitas yang lemah dan warna merah tua atau hanya

sebagian lembaga yang berwarna tua bahkan tidak berwarna sama

sekali untuk benih yang sudah mati.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari praktikum Uji Tetrazolium ini

adalah :

a. Pada pengujian viabilitas benih dengan tetrazolium harus benar-benar

diperhatikan perbedaan warna pada benih. Antara warna merah cerah

dan merah jambu harus benar benar dibedakan.

b. Dalam melakukan pengirisan bahan sebaiknya dilakukan dengan hati-

hati. Agar tidak putus sampai bawah.

Page 10: Mitha Tekben 4 Fix_2

DAFTAR PUSTAKA

Abdul 2009. Uji Garam Tetrazolium Terhadap Benih Tanaman Pembibitan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 313-319

Boesewinkel F D 2008. Embryos Seedling Proceeds for Fast Tester. III. Some Representatives of the Aurantioideae. Acta Bot. Neerl. 27: 341-367

Chapman S R and Lark P C 2005. Crop Production Principle and Practise. WH Freeman Co. SF.

Salisbury F b dan Ross C W 2005. Fisiologi Tumbuhan jilid 1 edisi IV alih bahasa Luqman, RR dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

Veganojustice 2011. Dormansi dan Uji Tetrazolium. http://veganojustice.wordpress.com. Diakses tanggal 5 Desember 2013 pukul 19.00.