Mini Project Davin Pratama

33
MINI PROJECT Meningkatkan Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Dan Deteksi Dini Pneumonia Di Wilayah Puskesmas Srengat Disusun Oleh: dr. Davin Pratama Cahyadi Pembimbing: dr. Hadi Siswoyo Pandie

Transcript of Mini Project Davin Pratama

Page 1: Mini Project Davin Pratama

MINI PROJECT

Meningkatkan Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Dan

Deteksi Dini Pneumonia Di Wilayah Puskesmas Srengat

Disusun Oleh:

dr. Davin Pratama Cahyadi

Pembimbing:

dr. Hadi Siswoyo Pandie

WAHANA PUSKESMAS SRENGAT

KECAMATAN SRENGAT – KABUPATEN BLITAR

PERIODE JULI – SEPTEMBER 2014

Page 2: Mini Project Davin Pratama

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5

1.3 Tujuan Kegiatan..................................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................5

1.4 Manfaat Kegiatan...............................................................................................5

1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas............................................................................5

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat...........................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................6

2.1 Definisi Pneumonia (Daru, 2001)........................................................................6

2.2 Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Atas.............................................................6

2.3 Epidemiologi Pneumonia....................................................................................7

2.3.1 Sebaran Pneumonia...................................................................................7

2.3.2 Determinan Pneumonia.............................................................................8

2.4 Klasifikasi Pneumonia (Depkes, 2008)..............................................................11

2.5 Diagnosa Pneumonia........................................................................................11

2.6 Lama Perawatan...............................................................................................12

2.7 Pencegahan Pneumonia...................................................................................12

2.7.1 Pencegahan Primer..................................................................................12

2.7.2 Pencegahan Sekunder..............................................................................12

2.7.3 Pencegahan Tertier..................................................................................13

BAB 3 DESKRIPSI EPIDEMIOLOGI......................................................................................14

3.1 Gambaran Wilayah Kecamatan Srengat...........................................................14

3.1.1 Geografis..................................................................................................14

3.1.2 Demografi.................................................................................................15

3.1.3 Sarana Kesehatan.....................................................................................16

BAB 4 SURVEILANS PNEUMONIA KOMUNITAS SRENGAT...............................................19

BAB 5 PEMBAHASAN........................................................................................................20

Page 3: Mini Project Davin Pratama

BAB 6 PENUTUP...............................................................................................................21

6.1 Kesimpulan.......................................................................................................21

6.2 Saran................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

Page 4: Mini Project Davin Pratama

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari data kunjungan pasien Puskesmas Srengat, di dapatkan jumlah

kunjungan dengan diagnosa infeksi saluran pernafasan atas cukup tinggi, namun

dapatan kasus infeksi saluran pernafasan bawah sangat minimal dibawah

surveilans maupun belum memenuhi standart pelayanan minimal dalam hal

deteksi dini kasus pneumonia di wilayah kerja puskesmas srengat, sehingga

penulis ingin membahas tentang topik Pneumonia. Penyakit Pneumonia adalah

infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru

yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia merupakan salah satu

penyebab utama kematian pada balita. Sekitar 156 juta kasus pneumonia baru per

tahun terjadi di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian 1,5 juta anak usia

di bawah lima tahun (balita) setiap tahun. Namun penyebab kematian utama

pada balita ini termasuk dalam kelompok pembunuh yang terlupakan karena

kurangnya edukasi dan tingkat kesadaran yang rendah masyarakat.

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan meningkatkan kualitas

hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

penyembuhan dan pemulihan penyakit. Pelaksanaan Program Pemberantasan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA) adalah bagian dari

pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta pemberantasan penyakit

menular yang ditujukan pada kelompok usia balita dalam bentuk upaya

penanggulangan pneumonia.

Kejadian pneumonia pada masa balita berdampak jangka panjang yang

akan muncul pada masa dewasa yaitu penurunan fungsi paru. Badan Kesehatan

Dunia (WHO atau World Health Organization) tahun 2005 menyatakan,

kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau berkisar 1,6

– 2,2 juta. Dimana sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang, terutama di

Afrika dan Asia Tenggara.

Berdasarkan data PKP Program Wajib Puskesmas Srengat Tahun 2013

dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, Cakupan

penemuan penderita pneumonia balita target sasaran 100% namun tercatat pada

data dasar PKP hanya ditemukan 120 orang balita (30,23%) yang terpenuhi untuk

cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita, padahal target pada tahun 2013

4

Page 5: Mini Project Davin Pratama

adalah 100 %. Hal ini terjadi kemungkinan karena kurangnya pengetahuan

masyarakat / tenaga paramedis di wilayah kerja puskesmas srengat belum terlatih

dalam membedakan ISPA dengan Pneumonia karena sekilas tanda dan gejala

antara pneumonia dengan infeksi saluran pernafasan atas serupa namun tidak

sama, penyakit pneumonia tidak jarang hanya dianggap sebagai batuk pilek biasa,

dan penemuan kurang, karena kurangnya penemuan kasus secara aktif oleh

kader-kader desa, dan tidak optimalnya pelaporan dan pencatatan angka kejadian

pneumonia di desa.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara meningkatkan cakupan penemuan pneumonia pada balita di Puskesmas Srengat Kab. Blitar dan deteksi dini pneumonia pada balita ?

1.3 Tujuan Kegiatan

1.3.1 Tujuan UmumMeningkatkan cakupan penemuan pneumonia balita di Puskesmas

Srengat dan deteksi dini pneumonia pada balita sehingga meningkatkan kewaspadaan ibu-ibu & Tenaga Kesehatan / Paramedis

1.3.2 Tujuan KhususMeningkatkan pengetahuan tentang gejala awal pneumonia pada tenaga

medis untuk dapat melatih kader desa.

1.4 Manfaat Kegiatan

1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas

1. Meningkatkan penemuan kasus sampai memenuhi target yang seharusnya.

2. Membantu upaya tenaga kesehatan untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat

Dapat mencegah masyarakat yang memiliki anak balita terhindar dari

penyakit pneumonia dan menghindari kematian yang disebabkan pneumonia.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumonia (Daru, 2001)

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan

terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia.

5

Page 6: Mini Project Davin Pratama

Gejala penyakit pneumonia ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru

meradang secara mendadak. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan

sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari

1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang

dari 5 tahun. (Depkes, 2009)

2.2 Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Atas

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang

nama istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory

Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran

pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:

2.2.1 Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. (Daru

2001).

2.2.2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA

secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan

bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran

pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran

pernafasan.

2.2.3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas

14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih

dari 14 hari.

Secara anatomis ISPA digolongkan kedalam dua golongan yaitu Infeksi

Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) dan Infeksi Saluran Pernafasan bawah

Akut (ISPbA). Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut adalah infeksi akut yang

menyerang saluran pernafasan atas yaitu batuk, pilek, sinusitis, otitis media)

(infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi pada tenggorokan). Infeksi

Saluran Pernafasan atas Akut biasa disebut ISPA ringan atau bukan pneumonia.

Sedangkan Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut adalah infeksi yang

menyerang saluran pernafasan bawah yang biasa dalam bentuk pneumonia.

ISPbA dibagi dalam tiga kelompok yaitu Pneumonia sangat berat, Pneumonia

berat, dan Pneumonia.

6

Page 7: Mini Project Davin Pratama

1. Pneumonia sangat berat : kesulitan bernafas dengan stridor (ngorok), kejang,

adanya nafas cepat dan penarikan dinding dada ke dalam, anak mengalami

mengi, dan sulit menelan makanan atau minuman.

2. Pneumonia berat : kesulitan bernafas tanpa stridor (ngorok), ada penarikan

dinding dada ke dalam, nafas cepat, mengi, dapat menelan makanan atau

minuman.

3. Pneumonia : nafas cepat tanpa penarikan dinding dada ke dalam dan dalam

keadaan mengi (mengeluarkan bunyi saat menarik nafas).

2.3 Epidemiologi Pneumonia

Data SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa 20,9% kematian bayi

disebabkan oleh pneumonia dan merupakan penyebab kematian nomor dua pada

bayi. Sedangkan pada anak balita 21,9% kematiannya disebabkan oleh

pneumonia dan merupakan penyebab kematian nomor satu dari semua penyebab

kematian pada anak balita. Hasil SDKI tahun 1997 menyebutkan bahwa

prevalensi pneumonia menurut jenis kelamin lebih tinggi terjadi pada anak laki-

laki 9,4%, sedangkan pada anak perempuan 8,5%.

Hasil SDKI pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi pneumonia

paling tinggi terjadi pada anak usia 1-4 tahun yaitu 33,76% dan prevalensi pada

anak usia < 1 tahun yaitu sebesar 31%. Menurut WHO tahun 2005 proporsi

kematian balita dan bayi karena pneumonia di dunia adalah sebesar 19% dan

26%

2.3.1 Sebaran Pneumonia

Sebaran Menurut Tempat :

Angka kematian balita tahun 1995 di Indonesia masih tinggi mencapai

31% dari seluruh kematian penduduk Indonesia, dengan perincian 22,4% di Jawa

dan Bali dan 43,5% sampai 55,1% di kawasan Timur Indonesia. Menurut SKRT

tahun 1995 di daerah Jawa dan Bali angka kematian akibat sistem pernafasan

sebesar 32,1% pada bayi dan 38,8% pada balita. Sedangkan di luar Jawa dan Bali

kematian akibat sistem pernafasan sebesar 28% pada bayi dan 33,3% pada

balita.1

Data SDKI tahun 1997 di daerah Jawa dan Bali angka prevalensi

pneumonia pada balita sebesar 8 per 100 balita. Sedangkan di luar Jawa dan Bali

prevalensi pneumonia pada balita sebesar 10 per 100 balita. Hasil SDKI pada

7

Page 8: Mini Project Davin Pratama

tahun 1997 menunjukkan bahwa prevalensi pneumonia di daerah perkotaan dan

daerah pedesaan sedikit mengalami penurunan yaitu daerah perkotaan sebesar 8

per 100 balita dan daerah pedesaan sebesar 9 per 100 balita. Namun pada

hasil SDKI pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi pneumonia di

daerah pedesaan sedikit mengalami kenaikan yaitu sebesar 11 per 100 balita dan

di daerah perkotaan sebesar 8 per 100 balita.

Sebaran Menurut Waktu :

Dari data SDKI tahun 1991, 1994, dan 1997 dapat diketahui bahwa

prevalensi pneumonia pada balita telah mengalami sedikit penurunan yaitu

dengan prevalensi 10% pada tahun 1991, 10% untuk tahun 1994, dan 9% untuk

tahun 1997.

2.3.2 Determinan Pneumonia

Faktor Host terdiri dari :

1. Jenis Kelamin

Menurut Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk

Penanggulangan Pneumonia pada Balita (2002), anak laki-laki memiliki

risiko lebih besar untuk terkena ISPA dibandingkan dengan anak

perempuan.

2. Umur

Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok

usia bayi dan balita. Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko

kematian pada balita yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua

usia balita yang sedang menderita pneumonia maka akan semakin kecil

risiko meninggal akibat pneumonia dibandingkan balita yang berusia

muda.

3. Status Gizi

Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit

kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Penyebab

langsung timbulnya gizi kurang pada anak adalah makanan tidak

seimbang dan penyakit infeksi. Kedua penyebab tersebut saling

berpengaruh. Timbulnya Kekurangan Energi Protein (KEP) tidak hanya

karena kurang makan tetapi juga karena penyakit, terutama diare dan

ISPA. Anak yang tidak memperoleh makanan cukup dan seimbang, daya

8

Page 9: Mini Project Davin Pratama

tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian,

anak mudah diserang penyakit infeksi.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit

pneumonia pada anak antara lain adanya kekurangan energi protein.

Anak dengan daya tahan tubuh yang terganggu akan menderita

pneumonia berulang-ulang atau tidak mampu mengatasi penyakit

pneumonia dengan sempurna. Status gizi pada balita berdasarkan hasil

pengukuran anthropometri dengan melihat kriteria yaitu: Berat Badan per

Umur (BB/U), Tinggi Badan per Umur (TB/U), Berat Badan per Tinggi

Badan (BB/TB).

4. Status Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara menurunkan angka

kesakitan dan angka kematian pada bayi dan anak. Dari seluruh kematian

balita, sekitar 38% dapat dicegah dengan pemberian imunisasi secara

efektif. Imunisasi yang tidak lengkap merupakan faktor risiko yang dapat

meningkatkan insidens ISPA terutama pneumonia.

Penyakit pneumonia lebih mudah menyerang anak yang belum

mendapat imunisasi campak dan DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) oleh

karena itu untuk menekan tingginya angka kematian karena pneumonia,

dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi seperti imunisasi DPT

dan campak.

Imunisasi yang dianjurkan sesuai dengan pemberian imunisasi

nasional yaitu BCG (pada usia 0-11 bulan), DPT I-III (pada usia 2-11

bulan), Polio I-IV (pada usia 2-11 bulan), Hepatitis B I-III (pada usia 0-9

bulan), dan Campak (pada usia 9-11 bulan).

Faktor Agent terdiri dari :

Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus

pneumoniae, Hemophilus influenzae dan Staphylococcus aureus. Penyebab

pneumonia lainnya adalah virus golongan Metamyxovirus, Adenovirus,

Coronavirus, Picornavirus, Othomyxovirus, dan Herpesvirus

Faktor Lingkungan Sosial :

9

Page 10: Mini Project Davin Pratama

1. Pekerjaan Orang Tua

Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan

utama maupun tambahan. Tingkat penghasilan yang rendah menyebabkan orang

tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang baik, perawatan kesehatan dan

gizi anak yang memadai. Rendahnya kualitas gizi anak menyebabkan daya tahan

tubuh berkurang dan mudah terkena penyakit infeksi termasuk penyakit

pneumonia.

2. Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu yang rendah juga merupakan faktor risiko yang

dapat meningkatkan angka kematian ISPA terutama Pneumonia. Tingkat

pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada

anak-yang menderita ISPA.2 Jika pengetahuan ibu untuk mengatasi pneumonia

tidak tepat ketika bayi atau balita menderita pneumonia, akan mempunyai risiko

meninggal karena pneumonia sebesar 4,9 kali jika dibandingkan dengan ibu yang

mempunyai pengetahuan yang tepat.

Faktor Lingkungan Fisik

1. Polusi udara dalam ruangan/rumah

Rumah atau tempat tinggal yang buruk (kurang baik) dapat mendukung

terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, diantaranya adalah

infeksi saluran nafas.28 Rumah kecil yang penuh asap, baik yang berasal dari

kompor gas, pemakaian kayu sebagai bahan bakar maupun dari asap kendaraan

bermotor, dan tidak memiliki sirkulasi udara yang memadai akan mendukung

penyebaran virus atau bakteri yang mengakibatkan penyakit infeksi saluran

pernafasan yang berat.

Insiden pneumonia pada anak kelompok umur kurang dari lima tahun

mempunyai hubungan bermakna dengan kedua orang tuanya yang mempunyai

kebiasaan merokok. Anak dari perokok aktif yang merokok dalam rumah akan

menderita sakit infeksi pernafasan lebih sering dibandingkan dengan anak dari

keluarga bukan perokok.

2. Kepadatan Hunian

Di daerah perkotaan, kepadatan merupakan salah satu masalah yang

dialami penduduk kota. Hal ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk

kota dan mahalnya harga tanah di perkotaan. Salah satu kaitan kepadatan hunian

dan kesehatan adalah karena rumah yang sempit dan banyak penghuninya, maka

10

Page 11: Mini Project Davin Pratama

penghuni mudah terserang penyakit dan orang yang sakit dapat menularkan

penyakit pada anggota keluarga lainnya.

Perumahan yang sempit dan padat akan menyebabkan anak sering

terinfeksi oleh kuman yang berasal dari tempat kotor dan akhirnya terkena

berbagai penyakit menular.

2.4 Klasifikasi Pneumonia (Depkes, 2008)

a. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan

i. Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak

60 kali per menit atau lebih.

ii. Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.

b. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – < 5 tahun

i. Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian

bawah.

ii. Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan – <1 tahun 50 kali per

menit, untuk usia 1 tahun - <5 tahun 40 kali per menit.

iii. Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada

bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.

2.5 Diagnosa Pneumonia

Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, penentuan klasifikasi

pneumonia berat dan pneumonia adalah sekaligus merupakan penegakan

diagnosis, sedangkan penentuan klasifikasi bukan pneumonia tidak dianggap

sebagai penegakan diagnosis. Jika keadaan penyakit seorang balita termasuk

dalam klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosis penyakitnya

kemungkinan adalah batuk pilek biasa, faringitis, tonsillitis, otitis atau

penyakit ISPA non-pneumonia lainnya. (Depkes, 2008)

2.6 Lama Perawatan

Penentuan lama perawatan pada pasien rawat inap, termasuk bagi

penderita pneumonia sangat bervariasi. Hal ini tergantung dari jenis penyakit,

tindakan medis rumah sakit dan sebagainya. Menurut penelitian Ester (2004) di

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2002-2003 lama rawatan

penderita penderita pneumonia pada bayi yang dirawat inap adalah ≤ 12 hari

11

Page 12: Mini Project Davin Pratama

sebesar 95,7% dan > 12 hari sebesar 4,3%.33 Menurut penelitian Hasibuan

(2006) di Rumah Sakit Umum Daerah Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

Tahun 2001-2005 lama rawatan rata-rata penderita pneumonia pada balita adalah

7,27 hari.

2.7 Pencegahan Pneumonia

2.7.1 Pencegahan PrimerPencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap

kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:9

a. Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT (Diphteri,

Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi

neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.Di

samping itu, zat-zat gizi yang dikonsumsi bayi dan anak-anak juga perlu

mendapat perhatian.

c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi

di luar ruangan.

d. Mengurangi kepadatan hunian rumah.

2.7.2 Pencegahan SekunderTingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk

mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas

penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.

Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga

dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang

dapat dilakukan antara lain:9

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan

penambahan oksigen.

b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksilin.

c. Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotik.

Bila demam tinggi diberikan parasetamol. Bersihkan hidung pada anak yang

mengalami pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi air garam.

Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri penisilin dan dipantau selama 10

hari ke depan. 

12

Page 13: Mini Project Davin Pratama

Gambar 1 . Penilaian, klasifikasi, dan tindakan / pengobatan balita yang menderita batuk atau sukar bernapas.

2.7.3 Pencegahan TertierTujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah agar tidak

munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi

balita, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat

ini dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti

perawatan dan pengobatan.9

Upaya yang dilakukan dapat berupa:

A. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di rumah, beri antibiotik selama

5 hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk.

B. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke sarana kesehatan terdekat

agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian.

13

Page 14: Mini Project Davin Pratama

BAB 3DESKRIPSI EPIDEMIOLOGI

2.1 Gambaran Wilayah Kecamatan Srengat

2.1.1 Geografis

3.1.1.1 Letak Wilayah

Puskesmas Srengat terletak di Kelurahan Srengat Kabupaten Blitar, yang

termasuk dalam wilayah pembantu Bupati Blitar di Srengat. Puskesmas Srengan ini

termasuk dalam wilayah kecamatan yang berada pada wilayah Blitar bagian utara, yaitu

sebelah utara Sungai Brantas yang membelah Kabupaten Blitar menjadi dua bagian.

Dengan ibukota di Kelurahan Srengat berjarak sekitar 12 km, dari kota Blitar dengan

arah Barat.

Batas – batas wilayah:

- Barat : Kecamatan Wonodadi

- Utara : Kecamatan Ponggok dan Kecamatan Udanawu

- Timur : Sanankulon dan Kecamatan Ponggok

- Selatan : Kabupaten Tulungagung

3.1.1.2 Luas Wilayah

Puskesmas Srengat dengan wilayah 53,98 km2 dibagi menjadi 16 desa/kelurahan.

Desa Purwokerto merupakan desa terluas dengan luas 5,08km2 atau 9,41% dari luas

Kecamatan Srengat. Desa yang mempunyai luas wilayah terkecil Srengat adalah

kelurahan Dandong dengan wilayah hanya 1,73 km2 atau 3,20% dari luas wilayah

Kecamatan Srengat.

Dari 16 desa/kelurahan di Kecamatan Srengat tersebut terbagi lagi menjadi 39

dusun/lingkungan, 89 RW dan 341 RT. Desa Ngaglik, Selokajang dan Maron merupakan

desa terjauh dari ibukota kecamatan, yaitu masing – masing mempunyai jarak 8 km dan 6

km dari ibukota kecamatan yang berada di Kelurahan Srengat.

3.1.1.3 Keadaan Wilayah

Wilayah Puskesmas Srengat scara umum mudah dijangkau dengan kendaraan

roda dua maupun roda empat. Sarana transportasi cukup memadai dengan sarana jalan

14

Page 15: Mini Project Davin Pratama

antar desa maupun antara desa dengan kecamatan cukup baik. Desa Ngaglik, Selokajang

dan Maron adalah desa terjauh dari ibukota kecamatan, yaitu masing-masing mempunyai

jarak 8 km dan 6 km dari ibukota kecamatan yang berada di Kelurahan Srengat.

2.1.2 Demografi1. Jumlah Penduduk : 59.120 Jiwa

2. Jumlah Kepala Keluarga : 21.014 KK

3. Pemeluk Agama :

Islam : 55.214 Jiwa

Katolik : 465 Jiwa

Kristen : 1.918 Jiwa

Budha : 254 Jiwa

Hindu : 50 Jiwa

4. Mata Pencaharian :

ABRI : 142 Jiwa

PNS : 1.268 Jiwa

Swasta : 6.897 Jiwa

Petani : 4.077 Jiwa

Buruh Tani : 1.609 Jiwa

Peternakan : 179 Jiwa

Perikanan : 769 Jiwa

Perdagangan : 1.697 Jiwa

Pertukangan : 677 Jiwa

5. Sarana Pendidikan :

TKK : 54 Buah

SD/MI : 45 / 10 Buah

SLTP/MTs : 10 / 2 Buah

SLTA/MA : 3 / 1 Buah

Pondok Pesantren : 14 Buah

6. Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat SD : 2.629 Jiwa

Tamat SD : 11.482 Jiwa

Tamat SLTP : 12.088 Jiwa

Tamat SLTA : 3.818 Jiwa

Tamat Akademi : 1.128 Jiwa

15

Page 16: Mini Project Davin Pratama

2.1.3 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan faktor yang sangat penting berpengaruh dalam usaha

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun demikian peningkatan upaya

program-program kesehatan tidak akan berhasil guna dan berdaya guna jika tidak

memperhatikan baik linhkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya selain itu

sumber daya yang memegabgba peranan penting, baik sumber daya yang memegang

peranan yang sangat penting baik sumber daya yang lainnya.

1. Fasilitas Gedung

a. Jumlah puskesmas induk : 1 Buah

b. Jumlah puskesmas pembantu : 3 Buah

c. Jumlah Polindes : 13 Buah

d. Jumlah Posyandu : 75 Buah

2. Sarana Transportasi

a. Puskesmas Keliling : 1 Buah

b. Sepeda Motor : 8 Buah

3. Sarana Obat – obatan

4. Sarana Ruang Perawatan

a. Kapasitas perawatan tempat tidur di Puskesmas Srengat

15 Tempat Tidur untuk perawatan umum

2 Tempat Tidur untuk persalinan umum

5. Ketenagaan Puskesamas Srengat

1 Dokter : 2 orang2 Dokter gigi : 1 orang3 Jumlah dokter mahir jiwa : 1 orang

4Sarjana Kesehatan Masyarakat : 0 orang

5 Bidan : 18 orang- P2B 18 orang- D3 Kebidanan 18 orang

6 Bidan di desa : 16 orang7 Perawat Kesehatan : 10 orang

- SPK 1 orang- D3 Keperawatan 10 orang- S1 Keperawatan 1 orang

8 Perawat Gigi : 1 orang9 Perawat mahir jiwa : 0 orang

16

Page 17: Mini Project Davin Pratama

10 Sanitarian/D3 Kesling : 1 orang11 Petugas Gizi/ D3 Gizi : 1 orang12 Asisten Apoteker : 1 orang13

Analis laboratorium/D3 Laboratorium : 1 orang

14

Juru Imunisasi / juru malaria : 0 orang

15 Tenaga Administrasi : 6 orang16 Sopir , penjaga : 0 orang17 Lain lain : 0 orang

6. Peran Serta Masyarakat Srengat :

1 Jumlah Dukun Bayi : 4 orang2 Jumlah kader Posyandu : 375 kader3 Jumlah Kader Poskesdes : 54 orang4 Jumlah kader Tiwisada : 100 orang5 Jumlah Guru UKS : 1 orang6 Jumlah Santri Husada : 20 orang7 Jumlah Kader Lansia : 130 kader8 Jumlah kelompok Usia lanjut : 29 kelompok9 Jumlah kelompok batra : 43 kelmpok

10 Jumlah Posyandu : 75 posyandu11 Jumlah Polindes : 12 Polindes12 Jumlah Poskesdes : 16 poskesdes13 Jumlah Poskestren : 2 pos14 Jumlah Pos UKK : 1 pos 15 Jumlah Saka Bhakti Husada : 20 SBH

16

Jumlah Organisasi Masyarakat/LSM peduli kesehatan : 0 buah

17 Jumlah Panti Asuhan : 2 buah18 Jumlah Panti Wreda : 0 buah19 Jumlah Posyandu Lansia : 29 posyandu

20 Jumlah UKBM lainnya : 16 Pos

21 Jumlah Kader Kes.jiwa : 0 orang

17

Page 18: Mini Project Davin Pratama

7. Dana / Anggaran Kesehatan

Anggaran rutin APBD

Anggaran alokasi dana yang didapat lewat Din.Kes.Kabupaten Blitar, yang

mana bersumber dari:

1. DAU Kab. Blitar.

2. Dana Jamkesmas.

3. DAU Propinsi.

4. JPKM.

5. BPJS.

8. Pelayanan Kesehatan

Secara Umum Pelaksanaan ada 6 pokok. Program yang telah ditetapkan

pemerintah dalam hal ini Dep.Kes RI Telah dilaksanakan oleh Puskesmas Srengat

walaupun ada beberapa bagian yang belum terlaksana secara optimal. Pelayanan yang

telah dilaksanakan di Puskesmas Srengat adalah sebagai berikut:

1. Kesehatan Ibu dan Anak.

2. KB.

3. Perbaikan Gizi.

4. Kesehatan Lingkungan.

5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit.

6. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

7. Pengobatan.

8. Usahan Kesehatan Sekolah.

9. Perawatan Kesehatan Masyarakat.

10. Kesehatan Gigi dan Mulut.

11. Kesehatan Jiwa.

12. Laboratorium sederhana.

13. Unit Gawat Darurat.

9. Jumlah balita yg ditimbang (D) :3923 Balita Jumlah Balita yang ada (S) : 3969 Balita Persentase D/S = 98,84 %

18

Page 19: Mini Project Davin Pratama

BAB 4 SURVEILANS PNEUMONIA KOMUNITAS SRENGAT

Peranan surveilans dalam dunia kesehatan sangatlah penting. Hal ini dikarenakan

surveilans merupakan kegiatan pemantauan berkesinambungan terhadap beberapa

indikator untuk dapat melakukan deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar

dapat melakukan tindakan atau intervensi sehingga keadaan yang lebih buruk dapat

dicegah.Surveilans terdiri dari tiga komponen antara lain pemantauan berkala,

deteksidini, dan intervensi. Ketiga komponen tersebut jika diterapkan secara efektif dapat

memberikan manfaat antara lain :

1. Mengetahui luas dan beratnya masalah pada situasi terakhir

2. Mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas

3. Memperkirakan kebutuhan sumberdaya yang diperlukan untuk intervensi

4. Mengetahui target sasaran yang paling tepat

5. Mengevaluasi keberhasilan program

Indikator keberhasilan dalam surveilans Penemuan Penderita Pneumonia

Balita adalah Cakupan penemuan Penderita Pneumonia dengan rumus (Jumlah

Kasus pneumonia yang ditemukan x 100% / Target penderita di wilayah kerja)

dimana jumlah target penderita = 10% x Jumlah balita diwilayah kerja.

Sehubungan dengan upaya untuk mendapatkan permasalahan di masyarakat,

maka peran data primer ataupun sekunder dari puskesmas yang didapatkan dari hasil

surveilans terkait. Berdasarkan PKP Puskesmas Srengat Januari – Desember 2013

dilaporkan bahwa didapatkan hanya 3,02% Cakupan penemuan, tetapi minimal temuan

kasus 30,23 % yang harus terpenuhi untuk cakupan penemuan kasus pneumonia pada

balita, padahal target pada tahun 2013 adalah 100 %.

19

Page 20: Mini Project Davin Pratama

BAB 5PEMBAHASAN

Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia merupakan

salah satu penyebab utama kematian pada balita. Sekitar 156 juta kasus pneumonia baru

per tahun terjadi di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian 1,5 juta anak usia di

bawah lima tahun (balita) setiap tahun. Namun penyebab kematian utama pada balita ini

termasuk dalam kelompok pembunuh yang terlupakan karena kurangnya edukasi dan

tingkat kesadaran yang rendah masyarakat.

Badan Kesehatan Dunia (WHO atau World Health Organization) tahun 2005

menyatakan, kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau berkisar

1,6 – 2,2 juta. Dimana sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang, terutama di

Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten (Pemkab)

Malang, Jawa Timur tahun 2005 menyatakan terdapat 1.176 kasus pneumonia dimana

penderita penyakit ini didominasi anak-anak di bawah umur lima tahun. Tingginya

mortalitas bayi dan balita karena pneumonia menyebabkan penanganan penyakit

pneumonia menjadi sangat penting artinya.

Berdasarkan PKP Puskesmas Srengat Januari s/d Desember 2013 dilaporkan

bahwa didapatkan hanya 3,02 % (120 Anak) dari 3969 Balita yang terpenuhi untuk

cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita, padahal target pada tahun 2013 adalah

100 % atau minimal cakupan temuan kasus tercapai (10% dari jumlah balita) yaitu

30,23%. Hal ini terjadi kemungkinan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

pneumonia dan hanya menganggap sebagai batuk pilek biasa karena kurang mendalam

mendapatkan informasi tentang tanda dan gejala pneumonia, kurangnya penemuan kasus

secara aktif oleh kader-kader desa, dan tidak optimalnya pelaporan dan pencatatan angka

kejadian pneumonia di desa. Selain itu, Petugas para medis tidak melatih para kader

dengan baik ini disebabkan, padahal partisipasi ibu dalam kegiatan kesehatan sudah

cukup baik ini diambil dari satu indikator ibu-ibu balita berpartisipasi dalam posyandu

sudah baik berdasarkan data D/S Puskesmas Srengat.

20

Page 21: Mini Project Davin Pratama

BAB 6PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Berdasarkan data-data dari puskesmas srengat, partisipasi masyarakat

dalam bidang kesehatan untuk anak-anak sudah baik dalam data ditunjukan D/S

sudah tinggi, namun dalam pencatatan temuan kasus hanya 3% dari 20,23%

cakupan target minimal temuan kasus, masih jauh dari target puskesmas srengat

(100%) ini dapat disebabkan tenaga medis belum mantap dalam memilah pasien

pneumonia dan pencatatan yang tidak baik.

Diharapkan dalam 1 tahun terjadi peningkatan cakupan penemuan

pneumonia balita di Puskesmas Srengat dan deteksi dini pneumonia pada balita.

Karena begitu pentingnya deteksi dini penyakit pneumonia karena jika terlambat

resiko meninggal cukup tinggi.

2.2 Saran

1. Setelah Mini Project ini, diharapkan seluruh Tenaga Kesehatan Berperan Aktif untuk menemukan kasus pneumonia.

2. Seluruh Tenaga Medis Menggerakan dan Melatih Semua Kader Masyarakat untuk berpartisipasi dalam Menemukan Kasus Pneumonia sehingga Mencapai Target Puskesmas Srengat.

2. Melakukan Sampling Data/Riset Tingkat Pengatahuan tentang Penyakit Pneumonia

3. Meningkatkan Kesadaran Pelaporan Data sejujur-jujurnya setiap Kasus ke Puskesmas dan Posyandu, sehingga analisa masalah penemuan kasus lebih mudah.

4. Membuat Leflet tentang Gejala Peneumonia.

21

Page 22: Mini Project Davin Pratama

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut . Jakarta : Depkes RI.

Tim Redaksi. 2010 . Situasi Pneumonia Balita di Indonesia .  Buletin Jendela Epidemiologi. Vol.3: 1-10.

Dewa, Daru. 2001. Hubungan Perawatan di Rumah terhadap Perubahan Status ISPA bukan Pneumonia Menjadi Pneumonia di Kabupaten Kotabaru. Yogyakarta:Unit Perpustakaan dan Informasi Kedokteran Fakultas Kedokteran UniversitasGadjah Mada.

Retno Asih S, Landia S, Makmuri MS. 2006. Pneumonia. Surabaya: FK Unair RSU Dr.Soetomo.

K a r t a s a s m i t a C . B . 2 0 1 0 . P n e u m o n i a P e m b u n u h B a l i t a . B u l e t i n J e n d e l a  Epidemiologi Vol.3: 24.

R a s m a l i a h . 2 0 0 4 .  Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI. 2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) . Jakarta: Depkes RI.17.

22