Millennium Development Goals.docx

38
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs ) adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium , dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. [1] Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. [2] Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan[sunting | sunting sumber] Pendapatan populasi dunia sehari $10000. Menurunkan angka kemiskinan. Mencapai pendidikan dasar untuk semua[sunting | sunting sumber] Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan[sunting | sunting sumber]

Transcript of Millennium Development Goals.docx

Millennium Development Goalsatau disingkat dalam bahasa InggrisMDGs) adalahDeklarasi Mileniumhasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalamDeklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium diNew Yorkpada bulan September 2000 tersebut.[1]Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.[2]Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.

Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan[sunting|sunting sumber] Pendapatan populasi dunia sehari $10000. Menurunkan angka kemiskinan.Mencapai pendidikan dasar untuk semua[sunting|sunting sumber] Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar.Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan[sunting|sunting sumber] Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dandiskriminasi genderdalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.Menurunkan angka kematian anak[sunting|sunting sumber] Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.Meningkatkan kesehatan ibu[sunting|sunting sumber] Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya[sunting|sunting sumber] Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan penyebaranHIV/AIDS,malariadan penyakit berat lainnya.Memastikan kelestarian lingkungan hidup[sunting|sunting sumber] Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh.Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan[sunting|sunting sumber] Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan. Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara berkembang. Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang. Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda. Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat penting yang terjangkau dalamnegara berkembang Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahimAssalamu alaikum Wr Wb.Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini.Pada kesempatan ini secara khusus saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman dan kerabat yang telah memberi petunjuk dan dorongan untuk menyelesaikan makalah ini.Makalah ini membahas secara khusus mengenai isi dari Millennium Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun saya telah berusaha semaksimal mungkin serta dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang ada. Mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagipembacanya.Amin.Wassalamualaikum Wr Wb.PenulisEndang EllyanaDAFTAR ISIKata PengantarDaftar IsiBAB I Pendahuluan1. Latar belakang2. Rumusan masalah3. TujuanBAB II Pembahasan1. Millenium Development Goals (MDGs)1. Peran perawat dalam pencapaian MDgs tahun 20152. Pencapaian MDGs Bidang Kesehatan di IndonesiaBAB III Penutup1. Kesimpulan .. 192. Saran 19Daftar PustakaBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPembangunan era millenium yang sudah di deklaraasikan, dikenal dengan millennium development goals (MDGs), dan deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara-negara berkembang dan negara maju. Negara-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk salah satunya Indonesia di mana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara-negara maju berkewajiban mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs. Secara nasional, komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20042009. Lalu, dipertegas pada RPJMN 2010-2014 dan Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan.Saat ini pemerintah serius memberi perhatian terhadap pencapaian delapan tujuan millennium development goals (MDGs). Setiap tujuan MDGs menetapkan satu atau lebih target, serta masing-masing indikator akan diukur tingkat pencapaiannya atau kemajuannya hingga tahun 2015. Secara global, ditetapkan 18 target dan 48 indikator. Namun, implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat kemajuannya. Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara. Keseriusan itu diimplementasikan dengan mengintegrasikannya dalam program-program daerah sesuai acuan program pembangunan nasional.Delapan tujuan MDGs yang akan dicapai, pada bidang kesehatan diantaranya pertama, menurunkan angka kematian anak terhitng dari tahun 1990 sampai 2015. Pada 2007, angka kematian anak sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup. MDGs menargetkan pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Kedua, meningkatkan kesehatan ibu, sejak 1990 terjadi penurunan yaitu dari 390 menjadi sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Target MDGs 2015 adalah sekitar 110 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencegah terjadinya kematian ibu, di antaranya adalah persalinan yang aman bagi ibu yaitu persalianan yang dibantu tenaga persalinan terlatih. Tahun 2007, proporsi persalinan yang dibantu tenaga persalinan terlatih adalah 73 persen. Ketiga, penanganan berbagai penyakit menular berbahaya yaitu HIV, TBC, malaria dan penyakit menular lainnya, prevalensi HIV-AIDS nasional saat ini adalah 5,6 per 100.000 orang. Namun, tidak ada indikasi laju penyebaran HIV-AIDS terhenti (Stalker, 2007). Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika, hasil Riskesdas (2007), diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan (perilaku hidup bersih dan sehat) PHBS pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan RI, 2011)..Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, tapi belum sepenuhnya mencapai target MDGs baik secara general maupun khusus di bidang kesehatan. Masih banyak masyarakat yang belum tahu MDGs. Pemerintah melalui instansi terkaitnya dalam menjalanakan pencapaian program MDGs, kurang memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang bersinggunngan terhadap pencapaian MDGs, seperti: praktik keperawatan komunitas yang dilakukan oleh instansi-instansi pendidikan keperawatan. Padahal perawat komunitas dalam memberikan asuhan kepada masyarakat, yaitu mengajarkan bagaimana upaya-upaya peningkatan kesehatan kepada masyarakat. Besar peran perawat komunitas perlu diapresiasi oleh pemerintah melalui dinas terkaitnya untuk di jadikan mitra dalam pencapaian MDGs, atau dapat diarahkan kepada pencapaian MDGs supaya apa yang akan dan telah dilakkukan dapat lebih focus kepada pencapaian target MDGs. Utamanya menjadikan masyarakat yang mandiri dan dapat menolong dirinya sendiri. Masyarakat sebagai warga Negara yang baik, sudah seharusnya turut mensukseskan apa yang menjadi tujuan pemerintah.

1. Millennium Development Goals (MDGs).Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs, adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah resolusi majelis umum PBB Nomor 55/2 Tanggal 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals). Deklarasinya sendiri berisi komitmen untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan, sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015.Pemerintah Indonesia turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan juga turut menandatangani Deklarasi Milenium. Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Delapan tujuan umum MDGs secara general mencakup pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesetaraan gender, kesehatan, kelestarian lingkungan dan permasalahan global. Adapun secara rinci target MDGs memuat 8 tujuan yang meliputi;1. penanggulangan kemiskinan dan kelaparan,2. mencapai pendidikan dasar untuk semua,3. kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,4. mengurangi angka kematian bayi,5. meningkatkan kesehatan ibu,6. melawan HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain,7. memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan8. kemitraan untuk pembangunan.Memasuki tahun ke sepuluh, pencapaian MDGs dirasa belum optimal, maka pemerintah melakukan percepatan pencapaian, oleh karena itu percepatan pencapaian target MDGs merupakan amanah dari Inpres No 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010, dan Inpres No 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Pada tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dituangkan dalam RAD percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium. Kemudian delapan sasaran umum itu, dikembangkan melalui program Ditjen Bina Kesmas, Kementrian Kesehatan RI, dengan lima tambahan sasaran utama MDGs, yakni :1. Meningkatkaan cakupan antenatal,2. Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,3. Meningkatkan cakupan neonatal,4. Meningkatkan prevalensi kurang gizi pada balita,5. Meningkatkan tingkat kunjungan penduduk miskin ke puskesmas.Tujuan tersebut pada dasarnya berkaitan satu sama lain, dan MDGs bukan sekedar soal angka angka dan pencapaian target, namun untuk lebih mendorong tindakan nyata. Salah satu manfaat dari MDGs adalah berbagai persoalan yang diusung menjadi perhatian berbagai pihak termasuk masyarakat secara luas, seharusnya (Stalker, 2007).Adapun tujuan Pembangunan Milennium yang diterapkan di Indonesia meliputi 8 tujuan (Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2005: 45) yaitu :1. Menaggulangi Kemiskinan Dan Kelaparan.Dengan target :1. Menurunkan proporsi penduduk yang tingkatannya di bawah $ 1per hari menjadi setengahnya antara tahun 1990-20152. Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990-20153. Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semuanya.Dengan target :Memastikan pada tahun 2015 semua anak di manapun, laki-lakimaupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.1. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan.Dengan target : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 20151. Menurunkan Angka Kematian AnakDengan target : Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara tahun 1990 dan 20151. Meningkatkan Kesehatan Ibu.Dengan target : Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990-2015.1. Memerangi HIV / AIDS dan Penyakit Menular LainnyaDengan target :1. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada 20152. Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya.3. Memastikan Keberlanjutan Lingkungan HidupDengan target :1. Memadukan prisip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional.2. Penurunan sebesar separuh penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015.3. Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 20204. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan1. Peran perawat dalam pencapaian MDGs tahun 2015.Peran perawat dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention).Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau memberikan asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu didinkes dan puskesmas.Orientasi praktik perawat komunitas tidak hanya kepada masalah sakit saja tetapi juga kepada masalah sehat, dimana perawat komunitas mengajarkan kepada masyarakat bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan menjadi sehat sehat, dan bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan kesehatannya. Juga menjadikan masyarakat dari yang tidak tau menjadi tahu, dari yang tidak mau menjadi mau dan dari yang tidak mampu menjadi mampu.Smith,et.all(1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat adalah:1. Menyediakan pelayanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya,2. Mempertahankan lingkungan yang sehat,3. Mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan,4. Pencegahan, penyakit dan injuri.5. Identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri.6. Melakukan rujukan.7. Mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse).8. Memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart.9. Kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat,10. Melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional,11. Menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan12. Melaksanakan riset keperawatan.13. Pencapaian MDGs Bidang Kesehatan di IndonesiaSecara umum, pencapaian MDGs bidang kesehatan di Indonesia cukup baik. Kematian bayi dan kematian balita dapat diturunkan dengan relatif cepat. Imunisasi pada anak secara umum juga menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Dengan perkembangan tersebut, kemungkinan besar, target MDGs untuk penurunan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita pada tahun 2015 akan dapat tercapai. Kematian ibu juga menunjukkan penurunan yang cukup berarti dalam satu dekade terakhir. Persalinan oleh tenaga kesehatan secara konsisten menunjukkan peningkatan. Walaupun begitu, diperlukan upaya yang lebih keras untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu untuk mencapai target MDGs. Dalam hal pengendalian penyakit menular, upaya penanggulangan tuberkulosis (TB) telah berhasil menunjukkan hasil yang cukup signifikan antara lain dengan pencapaian target global dan nasional angka keberhasilan penyembuhan TB. Namun perkembangan penyakit HIV/AIDS dan malaria yang cukup mengkhawatirkan masih merupakan persoalan serius dan perlu mendapat penanganan khusus.1. 1.Menurunkan Kekurangan Gizi Pada Anak Balita Menjadi Setengahnya Pada Tahun 2015Kekurangan gizi pada anak balita erat hubungannya dengan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan rendahnya akses ke pelayanan kesehatan. Kurang gizi pada masa kanakkanak menyebabkan tingginya risiko kematian, hambatan perkembangan kecerdasan (kemampuan kognitif) dan berpengaruh pula pada status kesehatan pada fase kehidupan selanjutnya. Kecukupan dan kualitas gizi merupakan landasan utama untuk perkembangan, kesehatan dan kelangsungan hidup sekarang dan alih generasi. Gizi yang cukup dan seimbang pada wanita hamil dan menyusui juga penting agar anak-anak yang dilahirkan mempunyai perkembangan fisik dan mental yang baik. Jika pertumbuhan anak yang optimal, maka akselerasi pembangunan ekonomi akan berkesinambungan. Pada tahun 1989, prevalensi kekurangan gizi pada anak balita sekitar 37,5 persen. Artinya dari 100 anak berusia antara 0-59 bulan, 37 anak di antaranya menderita kekurangan gizi. Hingga tahun 2000 prevalensi ini terus menurun hingga mencapai 24,7 persen. Namun kemudian angka ini kembali cenderung meningkat, dan pada tahun 2005 adalah menjadi 28 persen, dengan 8,8 persen diantaranya mengalami gizi buruk.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 menargetkan prevalensi kekurangan gizi balita pada tahun 2009 sebesar 20 persen, sedangkan tujuan MDGs pada tahun 2015 sebesar 15 persen. Dengan kondisi saat ini, untuk mencapai target MDGs, maka Indonesia harus mampu menurunkan kasus gizi kurang setiap tahun rata-rata 1,35 persen. Dengan melihat kecenderungan yang ada, sasaran RPJM dan MDGs tersebut akan sulit untuk dicapai tanpa upaya khusus. Oleh karena itu Indonesia harus berupaya keras untuk mempercepat penurunan kekurangan gizi pada balita.Salah satu faktor utama penyebab kekurangan gizi adalah kurangnya asupan zat gizi yang cukup dan seimbang. Hal ini terkait dengan ketersediaan dan keterjangkauan pangan di tingkat rumah tangga sehingga mereka dapat mengkonsumsi kalori dan gizi secara cukup. Faktor lain adalah perilaku asuhan keluarga terhadap gizi balita, penyakit infeksi yang diderita secara berulang, dan lingkungan yang tidak sehat. Menurut WHO masalah gizi kurang pada balita merupakan penyebab pokok (underlying causes) yang mencapai sekitar 45 persen dari kematian balita. Selain itu permasalahan gizi juga ditentukan oleh penyebab tidak langsung yang terkait dengan tingkat rendahnya pendidikan masyarakat, kemiskinan dan masalah budaya.1. 2.Menurunkan Kematian AnakKematian anak balita (anak usia di bawah 5 tahun) menjadi penting karena mencakup lebih dari 90 persen kematian global anak-anak di bawah usia 18 tahun. Kematian balita merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat anak-anak hidup termasuk perawatan kesehatan mereka. Angka kematian balita sering digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang mudah atau rentan (vulnerable) terserang penyakit, karena data insiden dan prevalen penyakit (data morbiditas) sering tidak tersedia dengan baik.Menurut SDKI, Angka Kematian Anak Balita (AKBA) pada tahun 1989 sebesar 97 per 1000 kelahiran hidup. AKBA kemudian terus menurun hingga mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup (2002-2003. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah sebesar 7 persen (3,2 balita) per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalamWorldSummit for Children(WSC) yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup. Untuk pencapaian kematian balita 32 per 1000 kelahiran hidup pada 2015, Indonesia memerlukan penurunan AKBA sebesar 1,75 per tahun. Dengan perkembangan seperti ini, diperkirakan target MDGs sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup akan dapat dicapai dengan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan balita agar tidak terjadi kejadian-kejadian luar biasa yang merenggut nyawa balita. Untuk dapat menekan AKBA tersebut perlu dilakukan intervensi kepada penyebab kematian balita. Penyebab kematian balita antara lain adalah diare (19 persen), ISPA (37 persen), campak (7 persen), dan gizi buruk (54 persen) (SDKI, 2002).Kematian bayi adalah kematian pada anak usia di bawah satu tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) sangat relevan untuk merepresentasikan komponen AKBA. AKB juga menggambarkan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di mana bayi tinggal. Pada tahun 1989 AKB di Indonesia sebesar 68 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini kemudian menurun dengan tajam dan hingga mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Pada tahun 2007 diproyeksikan AKB telah mencapai 29,4 per 1.000 kelahiran hidup (BPS, Bappenas dan UNFPA, 2005). Target AKB MDGs pada tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target RPJM sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Dengan kecenderungan yang ada, diperkirakan target ini dapat tercapai.Diperkirakan sekitar 75 persen dari seluruh kematian anak terjadi pada bulan pertama kelahiran (neonatus). Menurut SDKI, penurunan kematian neonatus relatif lebih lambat dibandingkan dengan kematian bayi dan kematian anak balita. Pada SDKI 1989, kematian neonatus mencapai 29 per 1.000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Oleh karena itu, penanganan bayi baru lahir yang memadai sangat penting dalam menurunkan angka kematian anak. Penyebab utama kematian neonates adalah tetanus (10 persen), berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 28 persen, asfiksia 27 persen, dan infeksi 15 persen (SKRT, 2001). Upaya penting untuk menurunkan kematian neonatus antara lain adalah meningkatkan persalinan kepada petugas kesehatan terlatih dan pelayanan yang mampu menangani penyebab kematian neonatus.Angka kematian balita, bayi dan neonatus saling mempengaruhi yang dikenal dengan fenomena duapertiga yaitu:1. Kematian bayi baru lahir atau neonatal (028 hari) merupakan duapertiga dari kematian bayi.2. Kematian perinatal (0 7 hari) merupakan dua pertiga dari kematian bayi baru lahir.3. Kematian bayi (0 1 hari) merupakan duapertiga dari kematian perinatal4. 3.Meningkatkan Kesehatan IbuKematian ibu adalah jumlah ibu meninggal karena hamil, bersalin dan nifas (42 hari setelah bersalin). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurun dari 390 (SDKI 1994) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Penurunan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan dari 46,13 persen (1995) menjadi 72,4 persen (2006). Meskipun diperkirakan AKI saat ini lebih rendah lagi, untuk dapat mencapai tujuan MDGs, perlu upaya yang lebih keras lagi. Pencapaian target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup akan dapat terwujud hanya jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Penurunan AKI pada periode 1990 1994 adalah sebesar 8 persen per tahun, pada tahun 1994 1997 sebesar 14 persen per tahun dan periode 1997 2002 sekitar 8 persen per tahun. Penurunan yang tinggi terjadi pada tahun 1994 ke 1997 antara lain karena adanya intensifikasi program bidan di desa. Namun, pada era desentralisasi, program bidan di desa kurang mendapat perhatian sehingga penurunan angka kematian menjadi sangat lambat. Bila pemerintah ingin mengejar ketinggalan penurunan angka kematian ibu dengan asumsi AKI sama dengan 2002 maka penurunan AKI setiap tahun harus mencapai 26 ibu per 100.000 kelahiran hidup. Apabila asumsi AKI tahun 2007 sebesar 262, maka penurunan AKI setiap tahun mencapai 16 ibu per 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, AKI merupakan salah satu tujuan MDGs yang sulit tercapai (off track) jika pemerintah tidak memfokuskan semua sumberdaya dan jenis intervensi dengan lebih efektifKematian ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan persalinan. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28 persen), infeksi (24 persen), eklamsia (11), komplikasi puerperium atau nifas (8 persen), partus macet/lama (5 persen), komplikasi abortus (5 persen) dan lainnya (11 persen).4. Menanggulangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnyaa. HIV dan AIDSSaat ini Indonesia menghadapi epidemiHuman Immune Virus(HIV) danAcquired Immune Deficiency Syndrome(AIDS) yang cukup serius. Walaupun prevalensi AIDS padapopulasi umum masih cukup rendah, namun pada sub-populasi perilaku berisiko sepertipengguna narkotika dan psikotropik suntik (intravenous drug use/IDU) dan pekerja sekskomersial telah melebihi 5 persen. Bahkan di Papua, HIV dan AIDS telah masuk pada populasiumum dengan prevalensi 2,4 persen (usia 15-49 tahun). Kasus HIV dan AIDS meningkatcukup tajam dari 276 kasus HIV dan 112 kasus AIDS (1995) menjadi 5.229 kasus HIV dan 8.139kasus AIDS (2006). Jika pada tahun 2004 hanya 16 provinsi yang melaporkan adanya kasusAIDS, maka pada tahun 2007 AIDS telah dilaporkan di 32 provinsi. Hingga akhir September2007, jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan mencapai 10,384 kasus.Angka penggunaan kondom digunakan untuk memonitor perkembangan arahpenghentian dan pengurangan penyebaran HIV/AIDS. Kondom juga merupakan metode yangefektif dalam pengurangan penyebaran HIV. Penggunaan kondom saat hubungan seksualdengan pekerja seks komersial pada tahun 2004 mencapai 59,7 persen, naik dari 41 persenpada tahun sebelumnya. Meskipun demikian, survei di tiga kota menunjukkan bahwa hanya10 persen dari 7-10 juta pelanggan seks pria yang menggunakan kondom secara konsisten.Survey di Papua tahun 2006 menunjukkan bahwa penggunaan kondom dalam hubungan sekspada pekerja komersial juga sekitar 14,1 persen. Sementara itu, penggunaan kondom sebagai alat KB (contraceptive prevalence rate) pada wanita berstatus kawin pada tahun 2002-2003 sebesar 0,9 persen. Sebesar 65,8 persen wanita dan 79,4 persen pria usia 15-24 tahun telah mendengar tentang HIV dan AIDS. Pada wanita usia subur usia 15-49 tahun, sebagian besar (62,4 persen) telah mendengar HIV dan AIDS, tetapi hanya 20,7 persen di antaranya yang mengetahui bahwa menggunakan kondom setiap berhubungan seksual dapat mencegah penularan HIV (SDKI 2002-2003).b.MalariaHampir separuh populasi Indonesiasebanyak lebih dari 110 juta orangtinggal di daerah endemik malaria, sebagian besar berada di bagian timur Indonesia di mana malaria merupakan penyakit endemik. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat, malaria merupakan penyakit yang muncul kembali (re-emerging diseases). Diperkirakan saat ini terdapat 30 juta kasus malaria setiap tahunnya. Sejak tahun 1990, kasus malaria cenderung berfluktuasi dengan kecenderungan menurun dari tahun 1990 hingga tahun 1996, kemudian meningkat cukup tinggi pada tahun 2000. Sejak tahun 2000, kasus malaria cenderung mengalami penurunan hingga pada tahun 2005 mencapai 18,94 kasus per 1.000 penduduk (Annual Parasite Rate/API di Jawa dan Bali) dan 0,15 kasus per 1.000 penduduk (Annual Malaria Rate/AMI di luar Jawa dan Bali). Di antara anak di bawah lima tahun (balita) dengan gejala klinis malaria, hanya sekitar 4,4 persen yang menerima pengobatan malaria. Sementara balita yang menderita malaria umumnya hanya menerima obat untuk mengurangi demam (67,6 persen). Kurang lebih separuh dari kasus yang dilaporkan diperkirakan hanya didiagnosis berdasarkan gejala klinis tanpa dukungan konfirmasi laboratorium.c.Tuberkulosis (TB)Indonesia juga masih berada pada urutan ketiga terbesar penyumbang kasus tuberkulosis (TB) di dunia. Tahun 2005 prevalensiTB (all cases) nasional mencapai 262 per 100.000 penduduk dengan 533,000 kasus. Insidens bakteri tahan asam positif (smear sputumpositive atau SS+) nasional pada tahun 2005 adalah 125 kasus per 100.000 penduduk di menunjukkan prevalensi bakteri tahan asam positif tahun 1990 menurut kawasan Sumatera, Jawa Bali, Kawasan Indonesia Timur, dan nasional masing-masing menurun sebesar 35 persen, 54 persen, 28 persen, dan 42 persen. Angka kematian tuberculosis (death rate) secara nasional pada tahun 2005 sebesar 41 per 100.000 penduduk Kinerja program TBDirectly-Observed Treatment Short Course(DOTS) telah meningkat dengan baik. Angka penemuan kasus TB meningkat pesat dari 1 persen menjadi 76 persen (2006) dan angka keberhasilan pengobatan TB meningkat tajam dari 51 persen menjadi 91 persen (2005). Dengan kemajuan ini, Indonesia telah mencapai target global dan nasional sebesar 85 persen. Pada tahun 2003, sebanyak 87 persen penderita menyelesaikan pengobatan (pengobatan lengkap dan sembuh). Angka ini telah mencapai target global dan nasional sebesar 85 persen pada tahun 2000. Angka keberhasilan pengobatan ini pada tahun 2005 terus meningkat menjadi 91 persen.BAB IIIPENUTUP1. KESIMPULANMillennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs, adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000.Adapun peran perawat dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention).Secara umum, pencapaian MDGs bidang kesehatan di Indonesia cukup baik, seperti kematian bayi dan kematian balita dapat diturunkan dengan relatif cepat.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Mileniumhttps://shinjaein.wordpress.com/2013/08/06/millenium-development-goals-mdgs/