Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

download Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

of 19

description

Metode Pembelajaran

Transcript of Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    1/19

    Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

    Oleh Suyatno

    Setelah Metode Kolaboratif dimunculkan garduguru di beberapa hari yang lalu, berikut ini

    dipaparkan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah atauProblem Based Learningdenganharapan dapat memperkaya guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. PembelajaranBerbasis Masalah (PBM) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai

    langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Seperti halnya CL,

    metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Pesertadidik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran

    konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan

    mereka secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan peserta didik untuk mempelajari teori

    melalui praktek. Peserta didik bukan hanya perlu mencari konklusi tetapi juga perlu menganalisisdata.

    Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa Problem Based Learning isa way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on studentactivity. H.S. Barrows (1982) menyatakan bahwa PBM adalah sebuah metode pembelajaran

    yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk

    mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yangada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong

    keilmuannya.

    PBM adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam

    kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah

    berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior

    knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.

    Tidak selamanya proses belajar dengan metode PBM berjalan dengan lancar. Ada beberapahambatan yang dapat muncul. Yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik

    dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode

    konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah

    kurangnya waktu. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didikterkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu

    pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

    Dengan menggunakan pendekatan PBM ini, siswa akan bekerja secara kooperatif dalamkumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya dan yang paling penting membina

    kemahiran untuk menjadi siswa yang belajar secara sendiri (Hamizer, dkk, 2003).

    Siswa akan membina kemampuan berpikir secara kritis secara kontinu berkaitan dengan ide yangdihasilkan serta yang akan dilakukan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini,

    Bridges (1992) dan Charlin (1998) telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.

    1.Pembelajaran berpusat dengan masalah.2.Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    2/19

    oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.

    3.Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan

    masalah.4.Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.

    5.Siswa aktif dengan proses bersama.

    6.Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.7.Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.8.Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.

    9.Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.

    Berikut langkah-langkah PBM. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan

    yang akan dihadapi oleh siswa. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan

    di lapangan. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan

    mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaantentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap

    pertanyaan yang dianggap penting. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan. Pada awal

    sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh. Siswa mengujivaliditas dari pendekatan awal dan menyaringnya. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan

    dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.

    PBM berbeda dengan metode konvensional. Metode konvensional berupa ceramah yangmemusatkan perhatian siswa sepenuhnya kepada guru sehingga yang aktif di sini hanya guru,

    sedangkan siswa hanya tunduk mendengarkan penjelasan yang dipaparkan. Partisipasi siswa

    rendah karena hanya diberi kebebasan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskanoleh guru sehingga metode konvensional masih kurang menggugah daya pemikiran siswa.

    Sedangkan, metode PBM adalah metode pembelajaran yang berbasis kepada partisipasi para

    siswa. Pada jam pertama pembelajaran, metode yang diterapkan adalah diskusi. Guru

    memberikan pertanyaan kepada siswa yang ditunjuk secara acak. Pertanyaan yang diajukanbersifat menggali pendapat dan mengembangkan kemampuan analisis siswa. Kemudian, pada

    satu jam terakhir, guru memberikan rangkuman dan inti dari diskusi pada hari itu disertai dengan

    inti dari konteks materi dihubungkan dengan implementasi di lapangan.

    Perlu diingat, PBM bukanlah satu-satunya metode yang baik. Masih banyak metode

    pembelajaran yang baik pula. Untuk itu, guru perlu berpikir divergen dalam menggunakanmetode pembelajaran sehingga tidak selalu mengagungkan sebuah metode pembelajaran karena

    metode pembelajaran adakalanya buruk jika tidak dapat mencapai tujuan.

    http://garduguru.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.html

    http://garduguru.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.htmlhttp://garduguru.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.htmlhttp://garduguru.blogspot.com/2008/12/metode-pembelajaran-berbasis-masalah.html
  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    3/19

    A. Pengertian PBL (Problem Based Learning)23-04-2012 09:35:56,padaPTK

    Problem Based Learning(pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaranyang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang

    cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuandan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk

    merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnyabelajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan

    masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

    PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah

    melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

    berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan

    masalah.

    Problem Based Learning yaitu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkanmasalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari

    masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru.

    Problem Based Learning(Pembelajaran berbasis masalah) yang dinyatakan oleh kunandarbahwa tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran

    ide secara terbuka. Secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikankepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan

    kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

    Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahin dan Nur,2004) telah mendeskripsikan

    karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.

    Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan

    pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atauketerampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan

    pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan

    secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk

    menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk

    situasi itu.

    Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata

    pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswameninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

    Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk

    melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

    http://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-21987.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-21987.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/arsip_tgl-23042012.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/arsip_tgl-23042012.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/kategori_isi-13767.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/kategori_isi-13767.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/kategori_isi-13767.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/kategori_isi-13767.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/arsip_tgl-23042012.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-21987.html
  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    4/19

    Mereka harus menganalsis dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan

    membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika

    diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan

    Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk

    menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yangmenjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut

    dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian

    didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari danmenyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

    Kerjasama.Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satusama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama

    memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan

    memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan

    keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

    Tahap-Tahap PBL

    Pengajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap, seperti dijelaskan tabel berikut ini;

    Tahapan Kegiatan guru

    Tahap 1 :

    Orientasi siswa terhadap masalah

    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

    menjelaskan perangkat yang dibutuhkan,

    memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas

    pemecahan masalah yang dipilihnya.

    Tahap 2 :

    Mengorganisasi siswa untuk

    belajar

    Guru membantu siswa mendefinisikan dan

    mengorganisasikan tugas belajar yang

    berhubungan dengan masalah tersebut.

    Tahap 3 :

    Membimbing penyelidikan

    individual dan kelompok.

    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

    informasi yang sesuai dan melaksanakan

    eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta

    pemecahan masalahnya.

    Tahap 4 :

    Mengembangkan dan menyajikan

    Guru membantu siswa merencanakan dan

    menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

    video, dan model serta membantu mereka

    berbagi tugas dengan temannya.

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    5/19

    hasil karya.

    Tahap 5 :

    Menganalisis dan mengevaluasiproses pemecahan masalah

    Guru membantu siswa melakukan refleksi atau

    evaluasi teerhadap penyelidikan mereka dan

    proses-proses yang mereka gunakan.

    Komentar :

    http://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-21987.html

    http://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-21987.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-21987.htmlhttp://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-21987.html
  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    6/19

    Prinsip-prinsip Kunci Teori Konstruktivisme Vygotskyan

    Ratumanan (2004:45) menguraikan 5 prinsip-prinsip kunci teori Konstruktivisme oleh Vygotsky:

    1. Penekanan pada hakekat sosiokultural belajar. ygotsky menekankan pentingnya peranan

    lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipemanusia. Siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya

    yang lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya

    perkembangan intelektual siswa. Menurut Vygotsky fungsi kognitif manusia berasal dari

    interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Pengetahuan dan pengertian

    dikonstruksi bila seorang terlibat secara sosial dalam dialog. Pembentukan makna adalah dialog

    antar pribadi dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga

    interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Prinsip ini melahirkan model

    pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

    2. Daerah Perkembangan Terdekat (Zone of Proximal Development = ZPD). Vygotsky yakin bahwa

    belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari tetapitugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan proksimal mereka. Daerah

    proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seseorang saat ini,

    artinya bahwa daerah ini adalah daerah antara tingkat perkembangan sesungguhnya (aktual)

    dan tingkat perkembangan potensial anak. Tingkat perkembangan aktual adalah pemfungsian

    intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan

    kemampuannya sendiri (kemampuan memecahkan masalah secara mandiri), sedang tingkat

    perkembangan potensial anak adalah kondisi yang dapat dicapai oleh seseorang individu dengan

    bantuan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu.

    (kemampuan memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya). Jadi

    pada saat siswa bekerja dalam daerah perkembangan terdekat (ZPD) mereka, tugas-tugas yang

    tidak dapat mereka selesaikan sendiri, akan dapat mereka selesaikan dengan bantuan teman

    sebaya atau orang dewasa. Pembelajaran di sekolah hendaknya bekerja dalam daerah ini,

    menarik kemampuan-kemampuan anak dengan maksud mendorong pertumbuhan

    seefektifnya.

    3. Pemagangan kognitif. Vygotsky menekankan bahwa pemagangan kognitif mengacu pada proses

    di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian melalui

    interaksinya dengan pakar. Pakar yang dimaksud adalah orang menguasai permasalahan yang

    dipelajari, jadi dapat berupa orang dewasa atau teman sebaya. Dalam konteks koperatif, siswa

    yang lebih pandai dalam kelompoknya dapat merupakan pakar bagi teman-teman dalam

    kelompok tersebut.

    4. Perancahan (Scaffolding). Perancahan (scaffolding) mengacu kepada pemberian sejumlahbantuan oleh teman sebaya atau orang dewasa yang berkompeten kepada anak. Menurut Slavin

    (Ratumanan, 2004:47) scaffolding berarti memberikan kepada anak sejumlah besar dukungan

    selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan

    kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah

    ia mampu melakukan tugas tersebut secara mandiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat

    berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah dalam bentuk lain yang

    memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    7/19

    dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan

    baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal dalam meraih

    keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya

    mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang

    lebih tinggi menjadi optimum. Prinsip ini melahirkan metode penemuan terbimbing dalam

    pembelajaran.

    5. Bergumam (Private Speech). Berguman adalah berbicara dengan diri sendiri atau berbicara

    dalam hati untuk tujuan membimbing dan mengarahkan diri sendiri. Menurut Vygotsky private

    speechdapat memperkuat interaksi sosial anak dengan orang lain. Private speechdapat dilihat

    pada seorang anak yang dihadapkan pada suatu masalah dalam sebuah ruangan di mana

    terdapat orang lain, biasanya orang dewasa. Anak kelihatannya berbicara pada dirinya sendiri

    mengenai masalah tertentu, tetapi pembicaraanya diarahkan pada orang dewasa. Private

    speechkemudian dihalangi, tertangkap dan ditransformasikan ke dalam proses berfikir.

    Ratumanan (2004:49) mengemukakan bahwa bahasa memiliki makna untuk menyatakan ide-ide

    dan menyampaikan pertanyaan. Bahasa juga memberikan kategori-kategori dan konsep-konsep

    untuk berfikir. Ketika kita mempertimbangkan suatu masalah, kita biasanya berfikir dalam kata-kata dan bagian kalimat-kalimat.

    Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalampendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar

    kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi

    dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahanmasalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua,

    pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan

    scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk

    pembelajarannya sendiri. Untuk keperluan ini dapat digunakan pengajaran terbalik. Tharp dan

    Gallimore (Ratumanan, 2004:50) menyarankan penggunaan pendekatan yang disebut penemuanterbimbing.

    http://www.masbied.com/2011/08/26/prinsip-prinsip-kunci-teori-konstruktivisme-vygotsky/

    http://bupulenambudi.blogspot.com/2011/10/teori-konstruktivisme-vygotsky.html

    http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/kelebihan-dan-kelemahan-teori-konstruktivisme-vygotsky-dalam-

    pembelajaran

    http://007indien.blogspot.com/2012/03/teori-konstruktivisme-vygotsky-dan.html

    http://bupulenambudi.blogspot.com/2011/10/teori-konstruktivisme-vygotsky.htmlhttp://bupulenambudi.blogspot.com/2011/10/teori-konstruktivisme-vygotsky.htmlhttp://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/kelebihan-dan-kelemahan-teori-konstruktivisme-vygotsky-dalam-pembelajaranhttp://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/kelebihan-dan-kelemahan-teori-konstruktivisme-vygotsky-dalam-pembelajaranhttp://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/kelebihan-dan-kelemahan-teori-konstruktivisme-vygotsky-dalam-pembelajaranhttp://007indien.blogspot.com/2012/03/teori-konstruktivisme-vygotsky-dan.htmlhttp://007indien.blogspot.com/2012/03/teori-konstruktivisme-vygotsky-dan.htmlhttp://007indien.blogspot.com/2012/03/teori-konstruktivisme-vygotsky-dan.htmlhttp://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/kelebihan-dan-kelemahan-teori-konstruktivisme-vygotsky-dalam-pembelajaranhttp://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/kelebihan-dan-kelemahan-teori-konstruktivisme-vygotsky-dalam-pembelajaranhttp://bupulenambudi.blogspot.com/2011/10/teori-konstruktivisme-vygotsky.html
  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    8/19

    Teori Konstruktivisme Vygotsky danRancangan Pembelajaran Konstruktivistik

    Vygotsky

    A. Teori Konstruktivisme Vygotsky

    Teori konstruktivisme adalah salah satu dari banyak teori belajar yang telah didesain dalam

    pelaksanaan pembelajaran matematika. Seperti halnya behaviorisme dan kognitivisme, konstruktivisme

    dapat diterapkan dalam berbagai aktivitas belajar baik pada ilmu-ilmu sosial maupun ilmu eksakta.

    Dalam matematika, konstruktivisme telah banyak diteliti, diterapkan, dan diuji coba pada situasi

    ruangan kelas yang berbeda-beda. Dari berbagai percobaan itu telah banyak menghasilkan berbagai

    pandangan yang ikut mempengaruhi perkembangan, modifikasi, dan inovasi pembelajaran. Lahirnya

    berbagai pendekatan seperti pembelajaran kooperatif, sosio-kultur, pembelajaran kontekstual, dan lain-

    lain merupakan hasil inovasi dan modifikasi dari teori pembelajaran.

    Sebelum membahas lebih jauh tentang Teori Konstruktivisme

    Vygotsky,berikut ini saya mencoba memaparkan tentang biografi Vygotsky. Nama lengkap Vygotsky

    adalah Lev Semonovich Vygotsky lahir pada tahun 1896 di Tsarist Russia, di suatu kota Orscha,

    Belorussia dari keluarga kelas menengah Keturunan Yahudi. Dia tumbuh dan besar di Gomel, suatu

    kota sekitar 400 mil bagian barat Moscow. Sewaktu dia masih muda, dia tertarik pada studi-studi

    kesusasteraan dan analisis sastra, dan menjadi seorang penyair dan Filosof.

    http://2.bp.blogspot.com/-IHAQK2FZewA/T2tPy-bCaPI/AAAAAAAAAJA/zY3s32N6-mU/s1600/vyg15.jpg
  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    9/19

    Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare's Hamlet yang

    kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia memasuki sekolah

    kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah

    hukum sambil mengambil studi kesusasteraan pada salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik

    pada psikologi pada umur 28 tahun.

    Vygotsky mengajar kesusasteraan di suatu sekolah Propinsi sebelum memberi kuliah psikologi

    pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah psikologi walaupun secara formal

    tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi

    sehingga menulis disertasi Ph.D. mengenai Psychology of Art di Moscow Institute of Psychology pada

    tahun 1925.

    Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam membuat dan

    menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya

    Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi

    politik di Rusia untuk mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.

    Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun), pada tahun 1934

    akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide dan teorinya diterima oleh

    pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh mahasiswanya.

    Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi perkembangan telah banyak

    mempengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di

    seluruh dunia hingga saat ini.

    Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalampembelajaran. Lingkungan

    sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan,termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut.

    Orang lain merupakan bagiandari lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan pengetahuan siswa bermula

    darilingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwainternalisasi

    (Taylor, 1993). Vygotsky menekankan pada pentingnya hubunganantara individu dan lingkungan sosial

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    10/19

    dalam pembentukan pengetahuan yangmenurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu

    tersebut denganorang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangankognitif

    seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadisecara evisien dan efektif apabila

    anak belajar secara kooperatif dengan anak-anaklain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung

    (supportive), dalam

    bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.

    Dengan hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky ini, banyak pemerhati pendidikan yang

    megembangkan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran peer interaction, model

    pembelajaran kelompok, dan model pembelajaran problem poshing.

    Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan padapengaruh budaya. Vygotsky

    berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi bergerakantara inter-psikologi (interpsychological) melalui

    interaksi sosial dan intrapsikologi(intrapsychological) dalam benaknya. Internalisasi dipandang

    sebagaitransformasi dari kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu bergerakantara inter-

    psikologi (antar orang) dan intra-psikologi (dalam diri individu).

    Berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa, Vygotsky mengemukakan dua ide; Pertama,

    bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah

    pengalaman siswa (van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000), Kedua, Vygotsky mempercayai bahwa

    perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda (sign system) setiap individu selalu

    berkembang (Ratner dalam Slavin, 2000: 43). Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya

    diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya

    budaya bahasa, system tulisan, dan sistem perhitungan.

    Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsipseperti yang dikutip

    oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:

    1. Pembelajaran sosial (social leaning).

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    11/19

    Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky

    menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih

    cakap;

    2. ZPD (zone of proximal development).

    Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja

    dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu

    setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan atau support dimaksud agar si

    anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari

    pada tingkat perkembangan kognitif si anak.

    3. Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship).

    Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui

    interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai;

    4. Pembelajaran Termediasi (mediated learning).

    Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan

    kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.

    Sedangkan Ratumanan (2004:45) menguraikan 5 prinsip-prinsip kunci teori Konstruktivisme oleh

    Vygotsky:

    1. Penekanan pada hakekat sosiokultural belajar. ygotsky menekankan pentingnya

    peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-

    tipe manusia. Siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya

    yang lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya

    perkembangan intelektual siswa. Menurut Vygotsky fungsi kognitif manusia berasal dari

    interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Pengetahuan dan pengertian

    dikonstruksi bila seorang terlibat secara sosial dalam dialog. Pembentukan makna adalah dialog

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    12/19

    antar pribadi dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga

    interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Prinsip ini melahirkan model

    pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

    2. Daerah Perkembangan Terdekat (Zone of Proximal Development = ZPD). Vygotsky

    yakin bahwa belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum

    dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan proksimal

    mereka. Daerah proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan

    seseorang saat ini, artinya bahwa daerah ini adalah daerah antara tingkat perkembangan

    sesungguhnya (aktual) dan tingkat perkembangan potensial anak. Tingkat perkembangan aktual

    adalah pemfungsian intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk mempelajari sesuatu

    dengan kemampuannya sendiri (kemampuan memecahkan masalah secara mandiri), sedang

    tingkat perkembangan potensial anak adalah kondisi yang dapat dicapai oleh seseorang individu

    dengan bantuan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih

    mampu. (kemampuan memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman

    sebaya). Jadi pada saat siswa bekerja dalam daerah perkembangan terdekat (ZPD) mereka,

    tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, akan dapat mereka selesaikan dengan

    bantuan teman sebaya atau orang dewasa. Pembelajaran di sekolah hendaknya bekerja dalam

    daerah ini, menarik kemampuan-kemampuan anak dengan maksud mendorong pertumbuhan

    seefektifnya.

    3. Pemagangan kognitif. Vygotsky menekankan bahwa pemagangan kognitif mengacu

    pada proses di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian

    melalui interaksinya dengan pakar. Pakar yang dimaksud adalah orang menguasai permasalahan

    yang dipelajari, jadi dapat berupa orang dewasa atau teman sebaya. Dalam konteks koperatif,

    siswa yang lebih pandai dalam kelompoknya dapat merupakan pakar bagi teman-teman dalam

    kelompok tersebut.

    4. Perancahan (Scaffolding). Perancahan (scaffolding) mengacu kepada pemberian

    sejumlah bantuan oleh teman sebaya atau orang dewasa yang berkompeten kepada anak.

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    13/19

    Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:47) scaffolding berarti memberikan kepada anak sejumlah

    besar dukungan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan

    dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin

    besar segera setelah ia mampu melakukan tugas tersebut secara mandiri. Bantuan yang

    diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah

    dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga

    kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa

    mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa

    gagal dalam meraih keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing

    siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar

    pencapaian siswa ke jenjang lebih tinggi menjadi optimum. Prinsip ini melahirkan metode

    penemuan terbimbing dalam pembelajaran.

    5. Bergumam (Private Speech). Berguman adalah berbicara dengan diri sendiri atau

    berbicara dalam hati untuk tujuan membimbing dan mengarahkan diri sendiri. Menurut

    Vygotskyprivate speechdapat memperkuat interaksi sosial anak dengan orang lain. Private

    speech dapat dilihat pada seorang anak yang dihadapkan pada suatu masalah dalam sebuah

    ruangan di mana terdapat orang lain, biasanya orang dewasa. Anak kelihatannya berbicara pada

    dirinya sendiri mengenai masalah tertentu, tetapi pembicaraanya diarahkan pada orang

    dewasa. Private speechkemudian dihalangi, tertangkap dan ditransformasikan ke dalam proses

    berfikir.

    Ratumanan (2004:49) mengemukakan bahwa bahasa memiliki makna untuk menyatakan ide-ide

    dan menyampaikan pertanyaan. Bahasa juga memberikan kategori-kategori dan konsep-konsep untuk

    berfikir. Ketika kita mempertimbangkan suatu masalah, kita biasanya berfikir dalam kata-kata dan

    bagian kalimat-kalimat.

    Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari

    pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vigotsky, fungsi

    kognitif manusia berasal dariinteraksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vigotsky

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    14/19

    jugayakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yangbelum dipelajari

    namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauankemampuannya atau tugas-tugas itu berada

    dalam zona of proximal developmentmereka.

    B. Rancangan Pembelajaran Konstruktivistik Vygotsky

    Berdasarkan teori Vygotsky yang telah dikemukakan di atas maka pembelajaran dapat

    dirancang/didesain dalam model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut:

    1. Identifikasiprior knowledge dan miskonsepsi.

    Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki terhadap lingkungannya dijaring untuk

    mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur

    kognitif siswa. Identifikasi ini dilakukan dengan tes awal, interview

    2. Penyusunan program pembelajaran.

    Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.

    3. Orientasi dan elicitasi,

    Situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal

    pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan dibahas. Siswa dituntun

    agar mereka

    mau mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang

    gejala-gejala fisika yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya seharihari. Pengungkapan gagasan

    tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya. Gagasan-gagasan tersebut

    kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran dibuat santai dan tidak menakutkan agar

    siswa tidak khawatir dicemooh dan ditertawakan bila gagasan-gagasannya salah. Guru harus menahan

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    15/19

    diri untuk tidak menghakiminya. Kebenaran akan gagasan siswa akan terjawab dan terungkap dengan

    sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif.

    4. Refleksi.

    Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifatmiskonsepsi yang muncul pada tahap

    orientasi dan elicitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap awal. Miskonsepsi

    ini diklasifikasi berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan

    merestrukturisasikannya.

    5. Resrtukturisasi ide, berupa:

    a. tantangan, siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat

    diperagakan atau diselidiki dalam praktikum. Mereka diminta untuk meramalkan hasil percobaan dan

    memberikan alasan untuk mendukung ramalannya itu.

    b. konflik kognitif dan diskusi kelas. Siswa akan daapt melihat sendiri apakah ramalan mereka benar atau

    salah. Mereka didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan percobaan. Bila ramalan mereka

    meleset, mereka akan mengalami konflik kognitif dan mulai tidak puas dengan gagasan mereka.

    Kemudian mereka didorong untuk memikirkan penjelasan paling sederhana yang dapat menerangkan

    sebanyak mungkin gejala yang telah mereka lihat. Usaha untuk mencari penjelasan ini dilakukan dengan

    proses konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru yang pada kapasistasnya sebagai fasilitator

    dan mediator.

    c. membangun ulang kerangka konseptual. Siswa dituntun untuk menemukan sendiri bahwa konsep-konsep

    yang baru itu memiliki konsistensi internal. Menunjukkan bahwa konsep ilmiah yang baru itu

    d. memiliki keunggulan dari gagasan yang lama.

    6. Aplikasi. Menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi

    ilmiah. Menganjurkan mereka untuk menerapkan konsep ilmiahnya tersebut dalam berbagai macam

    situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudia menguji penyelesaian secara empiris.

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    16/19

    Mereka akan mampu membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan penjelasa secara

    keilmuan.

    7. Review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam

    upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran. Revisi terhadap strategi

    pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi yang muncul kembali bersifat sangar resisten. Hal ini penting

    dilakukan agar miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur kognitif, yang

    pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya prestasi siswa bersangkutan.

    Sumber :

    Slavin, Robert E. (1997). Educational Psychology-Theory and Practice. Fourth Edition. Boston, Allyn and

    Bacon.

    Vygotskys Educational Theory in Cultural Context, Cambridge Universty press, 2003

    http://www.masbied.com/2011/08/26/prinsip-prinsip-kunci-teori-konstruktivisme-vygotsky/

    http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2191934-biografi-vygotsky/

    http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdf

    http://origami-indonesia.com/test-post.html

    Origami sebagai Alat Diagnostik dan Teurapeutik

    Origami dapat didefinisikan sebagai seni membuat objek, rata-rata yang digunakan

    adalah selembar kertas. Berbeda dengan bentuk-bentuk seni lainnya, di manasebuah keharusan seseorang harus berbakat untuk menjadi kreatif, Origami dapat

    dipelajari oleh hampir semua orang. Dalam beberapa tahun terakhir, Origami telah

    banyak digunakan oleh pendidik dan terapis . Para Guru telah menemukan bahwa

    origami adalah kegiatan yang sesuai idealnya ke dalam program interdisipliner dan

    multi-budaya.

    http://www.masbied.com/2011/08/26/prinsip-prinsip-kunci-teori-konstruktivisme-vygotsky/http://www.masbied.com/2011/08/26/prinsip-prinsip-kunci-teori-konstruktivisme-vygotsky/http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2191934-biografi-vygotsky/http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2191934-biografi-vygotsky/http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdfhttp://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdfhttp://origami-indonesia.com/test-post.htmlhttp://origami-indonesia.com/test-post.htmlhttp://origami-indonesia.com/origami-sebagai-alat-diagnostik-dan-teurapeutik.htmlhttp://origami-indonesia.com/origami-sebagai-alat-diagnostik-dan-teurapeutik.htmlhttp://origami-indonesia.com/origami-sebagai-alat-diagnostik-dan-teurapeutik.htmlhttp://origami-indonesia.com/test-post.htmlhttp://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdfhttp://id.shvoong.com/social-sciences/education/2191934-biografi-vygotsky/http://www.masbied.com/2011/08/26/prinsip-prinsip-kunci-teori-konstruktivisme-vygotsky/
  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    17/19

    Terapis telah menemukan bahwa origami memiliki mempengaruhi pola pasien

    mereka, dan mereka sering menggunakannya sebagai alat diagnostik dan

    terapeutik. Melipat kertas memiliki dan menimbulkan keuntungan menjadi instruktif

    dan menarik. Ini merangsang kemampuan kreatif, inventif dan konstruktif anak-anak. Adalah seorang FriedrichFroebel (17821852), pendidik Jerman dan pendiri

    TK, yang mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk eksplorasi proses belajar

    anak-anak muda,menyadari bahwa permainan untuk anak-anak adalah alat

    pendidikan dari nilai yang besar.

    Origami dalam arti yang memiliki karakteristik permainan. origami adalah kegiatan

    menyenangkan yang mengikuti aturan tertentu, melibatkan emosi,menggairahkan,

    menghibur, dan pada saat yang sama mengajarkan melalui melakukan. Seorang

    anak tak akan curiga bahwa dari selembar kertas akan mengalami transformasi

    bentuk menjadi model 3 dimensi, hal ini sangat menakjubkan bagi seorang anak,

    bahkan kita orang dewasa.

    Origami dan Manfaatnya

    Origamikata ini tentu saja telah familiar di antara kita, apa sih origami?

    Origami adalah seni melipat kertas. Sementara di USA terkenal dengan paper

    folding dan di Spanyol dikenal dengan Papiroflexia. Kata Origami sendiri diambil

    dari bahasa Jepang , yaitu Ori yang berarti melipat dan gami diambil dari kata

    benda Kami yang berarti kertas. Namun, hal ini bukan berarti origami diciptakan

    di Jepang. Origami pertama ditemukan di Cina perkiraan abad pertama atau kedua

    dan kemudian menyebar ke Jepang sekitar abad keenam. Di Jepang origami

    berkembang secara pesat dan menjadi kebudayaan, bahkan setiap aspek

    kehidupan orang Jepang selalu mengaitkan dengan origami. Mulai dari kehidupan

    sehari-hari hingga perayaan keagamaan mereka, hal ini membuat seni melipat

    kertas di dunia lebih dikenal dengan nama ORIGAMI.

    Manfaat apa yang akan didapat saat ananda belajar origami secara konsisten

    adalah :

    http://origami-indonesia.com/test-post.htmlhttp://origami-indonesia.com/test-post.html
  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    18/19

    1. Ananda akan semakin akrab dengan konsep-konsep dan istilah-istilah Matematika

    geometri, karena pada saat bunda atau sorang guru menerangkan origami akan sering

    menggunakan istilah matematika geometri contohnya : garis, titik, perpotongan 2 buah

    garis, titik pusat, segitiga, dll.

    2. Bermain origami akan meningkatkan keterampilan motorik halus ananda , menekan

    kertas dengan ujung-ujung jari adalah latihan efektif untuk melatih motorik halus

    ananda.

    3. Meningkatkan dan memahami pentingnya akurasi, saat membuat model origami

    terkadang kita harus membagi 2, 3 atau lebih kertas, hal ini membuat ananda belajar

    mengenai ukuran dan bentuk yang diinginkan serta keakuratannya.

    4. Meningkatkan citra diri dan bakat ananda.

    5. Saat bermain origami ananda akan terbiasa Belajar mengikuti instruksi yang runut.

    6. Mengembangkan pemikiran logis

    7. Bermin origami secara konsisten juga merupakan latihan berkonsentrasi, membuat

    sebuah model origami tentu saja membutuhkan konsentrasi,dan hal ini dapat dijadikan

    sebagai ajang latihan untuk memperpanjang rentang konsentrasi seorang anak, dengan

    syarat origaminya dilakukan secara kontinyu dan model yang diberikan bertahap dari

    yang paling mudah yang dapat dikerjakan oleh ananda lalu terus ditingkatkan sesuai

    kemampuanya.

    8. Meningkatkan persepsi visual dan spasial

    9. Mendapatkan untuk tahu lebih banyak tentang hewan dan lingkungan mereka, ha ini

    karena bentuk origami yang dibuat dapat dililih oleh kita dan dapat dijadikan sebagai

    media pengenalan hewan dan lingkungan ananda.

  • 5/24/2018 Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

    19/19

    10.Memperkuat ikatan emosi antara orang tua dan anak, bermain origami disertai

    komunikasi yang menyenangkan ini akan membangun ikatan yang sungguh baik antara

    anak dan orang tua atau guru dan murid.