Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

21
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH (Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Materi Pokok Unsur-Unsur Radioaktif) Oleh Gede Putra Adnyana 1. Kajian Teoritis Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Suatu model tertentu memiliki sintaks pembelajaran tertentu yang menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa (Jatmiko, 2004). Sintaks dari berbagai model pembelajaran mempunyai komponen-komponen yang sama, tetapi juga mempunyai perbedaan. Perbedaan- perbedaan inilah yang harus dipahami oleh guru, jika model-model pembelajaran tersebut ingin dilaksanakan dengan efektif dan efesien. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

Transcript of Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

Page 1: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH

(Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Pada Materi Pokok Unsur-Unsur Radioaktif)

Oleh

Gede Putra Adnyana

1. Kajian Teoritis Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu

strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran mencakup

suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran

dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu. Suatu model tertentu memiliki sintaks pembelajaran

tertentu yang menggambarkan keseluruhan urutan alur langkah yang pada

umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks pembelajaran

menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru

atau siswa (Jatmiko, 2004). Sintaks dari berbagai model pembelajaran mempunyai

komponen-komponen yang sama, tetapi juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-

perbedaan inilah yang harus dipahami oleh guru, jika model-model pembelajaran

tersebut ingin dilaksanakan dengan efektif dan efesien.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran (Joyce & Weil, 1980 dalam

Santyasa 2004). Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, model pembelajaran

juga merupakan strategi pembelajaran, yang berperan sebagai fasilitas belajar

untuk mencapai tujuan belajar. Setiap model pembelajaran memerlukan sistem

pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda, dimana memberikan peran

yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada isosial kelas. Oleh karena

itu pemilihan model pembelajaran sangat perlu memperhatikan kondisi siswa,

lingkungan belajar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Beberapa model

pembelajaran tersebut diantaranya model pembelajaran langsung (direct

Page 2: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

instruction / DI), pembelajaran kooperatif (cooperative learning / CL), dan

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/BPL).

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan

salah satu model pembelajaran untuk mengaitkan konten dengan konteks. Yang

dimaksud dengan konten adalah isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah

situasi dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari. Model pembelajaran ini,

dikenal juga dengan nama lain, seperti project based teaching, experience based

education, dan anchored instruction (Ibrahim dan Nur, 2004 dalam Suma, 2004),

problem based instruction (Jatmiko, 2004), serta authentic learning (Nurhadi,

2005: 109). Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk belajar isi

akademik dan keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan siswa

kepada situasi masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian,

Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara

berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh

pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk

mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir merupakan

seperangkat operasi mental, yang meliputi: pembentukan konsep, pembentukan

prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian.

Proses-proses tersebut pada umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang

lainnya. Proses-proses pembentukan konsep, pembentukan prinsip, dan

pemahaman merupakan proses-proses pengkonstruksian pengetahuan. Proses-

proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian merupakan

aplikasi konsep, prinsip, dan pemahaman (Santyasa, 2004). Pendekatan

pemecahan masalah merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang

untuk membantu proses pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang

terdapat pada pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana,

pemecahan, dan penilaian melalui heuristik yang melekat pada setiap tahap

(Polya, 1973; Mettes dan Pilot, 1980; Kramers-Pals & Pilot, 1988 dalam Janulis

P. Purba, 2004).

Page 3: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

Ada 4 (empat) cirri, Problem Based Learning, yaitu 1) pengajuan

pertanyaan (masalah), dimana masalah berpusat pada pertanyaan yang bermakna

untuk siswa; 2) terintegrasi dengan disiplin ilmu lain, dalam hal ini masalah yang

diselidiki dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang mata pelajaran; 3)

penyelidikan otentik, dimana siswa menganalisis dan mendefinisikan masalah,

mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan

menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan

merumuskan kesimpulan; dan 4) menghasilkan produk atau karya dan

memamerkannya (Nurhadi, 2005: 110). Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan

guru secara optimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, sehingga

Problem Based Learning dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.

Peran guru dalam Problem Based Learning adalah menyajikan masalah,

mengajukan pertanyaan, serta memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Problem

Based Learning tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan

lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka.

Perilaku guru dalam Problem Based Learning terlihat dari sintaks pembelajaran

yang dilaksanakannya. Terdapat 5 (lima) tahapan utama pada Problem Based

Learning, yang dimulai dari guru memperkenalkan siswa dengan suatu masalah

dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa (Suma, 2004), seperti

pada tabel berikut:

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Page 4: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

2. Karakteristik Mata Pelajaran Kimia

Mempelajari ilmu kimia bertujuan untuk menemukan zat-zat kimia yang

langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia serta untuk memahami

berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,

mengetahui, hakekat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah,

mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk

ketekunan serta ketelitian bekerja. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka

memahami karakteristik ilmu kimia adalah keniscayaan.

Aspek ilmu kimia, sebagian ada yang bersifat “kasat mata” (visible),

artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian lagi bersifat abstrak atau “tidak

kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya. Namun aspek

kimia yang tidak dapat dibuat fakta konkritnya, harus bersifat “kasat logika”,

artinya, kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga

rasionalitasnya dapat dirumuskan atau diformulasikan. Dengan demikian, ilmu

kimia dalam hal-hal tertentu yang bersifat teoritis menggunakan teori kebenaran

koherensi, dan dalam hal-hal yang berhubungan dengan fakta konkrit (data

empiris) menggunakan teori kebenaran korespondensi (Depdiknas, 2003).

Secara umum ilmu kimia mempelajari gejala-gejala alam, tetapi secara

khusus mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi

yang menyertai perubahan materi. Pembahasan tentang struktur materi mencakup

struktur partikel-partikel penyusun materi (molekul, atom, ion) dan bagaimana

partikel-partikel penyusun materi yang sangat kecil itu bergabung satu sama lain

membentuk materi yang berukuran besar dan dapat diamati. Pembahasan tentang

Page 5: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

susunan materi mencakup komponen-komponen penyusun materi dan

perbandingan banyaknya tiap komponen dalam materi itu. Sifat materi yang

digambarkan atau dideskripsikan dalam ilmu kimia mencakup sifat fisis (wujud

dan kenampakan/tampilan) dan sifat kimia (kecendrungan untuk berubah) materi.

Perubahan materi meliputi perubahan fisis, yang perubahan yang tidak

menimbulkan materi baru, dan perubahan kimia, yaitu perubahan yang

menimbulkan materi baru. Pembahasan tentang energi yang menyertai perubahan

materi mencakup jumlah dan jenis energi, serta perubahan dari bentuk energi yang

satu ke bentuk energi lainnya.

Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan

proses sains, yaitu: 1) Mengobservasi atau mengamati, termasuk di dalamnya

menghitung, mengukur, mengklasifikasi dan mencari hubungan ruang/waktu, 2)

Menyusun hipotesis, 3) Merencanakan penelitian atau eksperimen, 4)

mengendalikan atau memanipulasi variabel, 5) menginterpretasi atau menafsirkan

data, 6) menyusun kesimpulan sementara (interferensi), 7) meramalkan atau

memprediksi, 8) menerapkan atau mengaplikasikan, dan 9) mengkomunikasikan.

3. Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran kimia berbasis masalah ini, diterapkan untuk siswa kelas

XII, program ilmu alam pada semester 1 (gasal). Materi pokok mata pelajaran

kimia yang dikaji adalah Unsur-unsur radioaktif. Standar kompetensi untuk materi

pokok ini adalah “memahami karakteristik unusr-unsur penting, kegunaan dan

bahayanya, serta terdapatnya di alam”. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah

“mendeskripsikan unsure-unsur radioaktif dari segi fisik dan sifat-sifat kimia,

kegunaan, dan bahayanya”. Materi pokok Unsur-Unsur Radioaktif ini, dirancang

untuk disajikan dalam 8 jam pelajaran (4 kali tatap muka).

Perencanaan

Sebelum pembelajaran kimia berbasis masalah dilaksanakan, maka

terlebih dahulu, dibuat perencanaan, yang langkah-langkahnya, meliputi 1)

memilih dan mengkaji materi pokok atau bahan ajar, dalam pembelajaran kimia

berbasis masalah ini dipilih materi pokok “Unsur-Unsur Radioaktif”, 2) mencari

dan memilih masalah yang aktual dan faktual, serta relevan dengan bahan kajian

Page 6: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

dari berbagai sumber, seperti surat kabar, majalah, artikel, atau internet, 3)

mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa

berorientasi masalah kontekstual (LKS-Kontekstual), 3) mempersiapkan dan

mengkaji penerapan evaluasi yang terdiri dari pretest dan tes akhir pembelajaran,

dan 4) mempersiapkan dan memfasilitasi pembentukan kelompok belajar.

Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pembelajaran kimia berbasis masalah,

meliputi tes, artikel yang berkaitan dengan masalah dikaji, dan lembar kerja siswa

berorientasi masalah kontekstual yang aktual dan relevan. Artikel diterapkan

dalam pembelajaran di dalam kelas dalam rangka mengembangkan kemampuan

siswa dalam pemecahan masalah. Sedangkan lembar kerja siswa merupakan

pekerjaan rumah yang diharapkan dapat dikerjakan secara berkelompok. Tes yang

digunakan berupa pretest untuk menggali pengetahuan awal siswa dan posttest

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes yang digunakan berbentuk uraian

terbuka sehingga dapat menggali kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

dalam kehidupansehari-hari.

Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran kimia berbasis masalah, dilakukan dengan secara konsisten

dan konsekuen menerapkan sintaks pembelajaran berbasis masalah. Sintaks

pembelajaran kimia berbasis masalah, terdiri dari lima tahap, yaitu 1) Orientasi

siswa pada masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) Mengembangkan

dan menyajikan hasil karya, dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Berkaitan dengan materi pokok Unsur-Unsur Radioaktif, maka akan

dilakukan dengan 4 kali tatap muka (8 jam pelajaran). Urian kegiatan setiap tatap

adalah, sebagai berikut:

Tatap Muka I (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok

Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka I, sebagai berikut:

Page 7: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

(30 menit)

- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator hasil belajar;

- Melaksanakan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap bahan kajian yang akan dibahas;

- Menjelaskan logistik yang dibutuhkan, seperti pembentukan kelompok belajar dan tugas dari masing-masing kelompok, serta mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing;

- Guru mendistribusikan artikel dengan judul “Mengambil Gambar Otak” yang berkaitan dengan masalah unsur-unsur radioaktif, kemudian memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah;

- Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa.

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

(60 menit)

- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut;

- Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kajian teori yang relevan dengan masalah di perpustakaan;

- Siswa diarahkan juga untuk mencari nara sumber lainnya, baik dari siswa atau guru yang relevan;

- Guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan hasil diskusi dan menyempurnakannya di rumah dengan kelompoknya masing-masing;

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah pada tatap muka I ditutup

dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka

II). Untuk itu, diinformasikan kepada siswa dapat mempersiapkan diri dengan

lebih baik dengan menyiapkan sumber belajar dan saran pendukung lainnya.

Masalah yang didistribusikan adalah artikel yang diperoleh dari internet,

yang relevan dengan masalah unsur-unsur radiaktif. Adapun artikel tersebut

adalah:

Page 8: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

MENGAMBIL GAMBAR OTAK

Oleh: G. Marc Loudon, Universitas Purdue

Beberapa isotop yang miskin netron, seperti 11C and 18F, masa hidupnya sangatlah singkat (kira-kira 20 dan 103 menit masing-masingnya) dan luruh dengan berubahnya proton menjadi netron. Dalam prosesnya dihasilkan positron (elektron yang bermuatan positif). Positron adalah sebuah bentuk dari antimatter. Ketika sebuah positron bertemu sebuah elektron, keduanya akan lenyap dan menghasilkan foton sinar gamma yang terpancar dari titik pertemuan mereka ke arah yang berlawanan.

Jika percobaan ini dilakukan pada jaringan biologis, peristiwa lenyapnya kedua partikel ini terjadi sangat dekat dengan titik pancaran positron. Titik lenyap, dan oleh sebab itu lokasi dari sumber positron, dapat dengan tepat diketahui berkat adanya sinar gamma dalam percobaan tersebut. Percobaan semacam ini disebut tomografi pancaran positron (positron emmision tomography) atau disingkat PET. Karena masa hidup radioisotop sangat singkat dan digunakan pada tingkat yang sangat rendah, mereka tidak terlalu berpengaruh pada subjeknya.

Bayangkan sebuah obat, yang diketahui mempunyai efek pada fungsi otak, secara kimia "dipasangi" salah satu isotop pemancar positron dan disuntikkan ke pasien; letak yang tepat dari obat ini di dalam otak dapat diketahui dengan sebuah percobaan PET. Sejumlah obat-obatan sudah dipersiapkan dan digunakan di dalam percobaan-percobaan PET untuk mempelajari biokimia otak. Contohnya, letak dari 11C-kokain diketahui dari beberapa keadaan pemberian dosis.

Teknik PET digunakan sebagai sebuah upaya untuk memahami tentang kecanduan merokok (enzim monoamine oxidase-B, MAO-B). MAO-B terlibat di dalam pemecahan dopamine, yang selanjutnya berpengaruh pada sifat keteguhan dan motivasi seseorang. Mereka menemukan bahwa otak dari para perokok memperlihatkan penurunan jumlah enzim dopamine sebanyak 40%.

Perpaduan dan pemurnian senyawa-senyawa menggunakan radioisotop yang waktu paruhnya singkat merupakan sebuah seni tersendiri, yang menuntut pengaturan yang berhati-hati dan latihan dengan senyawa-senyawa tak bernama. Jika perpaduan tidak dilaksanakan dengan cukup cepat, radioisotop-nya, dan dengan demikian kemampuan penggambaran oleh PET, hilang. Radioisotop dan senyawa bernama yang akan digunakan sebaiknya dipersiapkan segera sebelum percobaan PET dan digunakan pada saat itu juga.

Sebuah pendahuluan tentang PET dan sebuah tinjauan dari beberapa hasil terakhir dimuat di dalam Chemical and Engineering News. Artikel tersebut memperlihatkan beberapa gambar otak yang diambil dengan PET.

(diterjemahkan oleh Shirley Deborah)

Page 9: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

Dengan mencermati artikel di atas, lakukan hal-hal, sebagai berikut!

1. Kumpulkanlah informasi, dengan menerapkan tabel berikut:

Apa yang diketahui

Apa yang ingin diketahui

Bagaimana cara mengetahui

2. Konsep-konsep apa saja yang berhubungan dengan artikel itu!

3. Temukan suatu masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata!

4. Buatlah proposal sesuai dengan masalah yang ditemukan, dimana proposal mencakup: latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka (berkaitan dengan keradioaktifan), dan metode penelitian.

Tatap Muka II (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok

Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka II, sebagai berikut:

TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

(10 menit)

- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan komentar terhadap pembelajaran sebelumnya;

- Memberikan arahan terhadap strategi pembelajaran sehingga pembelajaran efektif, efesien, dan bermakna;

- Guru memberikan penegasan terhadap hubungan unsur radioaktif dengan kehidupan (penegasan masalah).

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

(50 menit)

- Guru mengarahkan siswa untuk kumpul dalam kelompoknya, kemudian membimbing siswa melakukan kajian masalah dan diskusi kelompok;

- Siswa diarahkan untuk disiplin dengan tugasnya masing-masing agar tugas dapat diselesaiakan efektif dan efesien;

- Guru membimbing dan memotivasi siswa dalam mencari konsep-konsep dan masalah yang relevan.

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

(30 menit)

- Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok dalam membuat proposal;

- Siswa menyusun proposal dan diarahkan agar mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka, dan metode penelitian;

- Guru memberikan bimbingan tentang teknik membuat latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka, dan metode penelitian;

- Guru memberikan informasi, agar proposal tersebut dapat

Page 10: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

dituntaskan di rumah dengan kelompoknya masing-masing.Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah pada tatap muka II

ditutup dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap

muka III), yang meliputi presentasi proposal dan pendistribusian LKS. Untuk itu,

diinformasikan kepada siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dengan

menyiapkan sumber belajar dan saran pendukung lainnya.

Tatap Muka III (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok

Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka III, sebagai berikut:

TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

(5 menit)

- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan komentar terhadap pembelajaran sebelumnya, serta permasalahan unsur radioaktif dalam kehidupan;

- Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa.

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

(5 menit)

- Guru mengarahkan siswa untuk kumpul dalam kelompoknya, kemudian menginformasikan untuk melakukan diskusi;

- Guru membimbing kegiatan diskusi kepada semua kelompok dengan berkeliling kelas

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

(30 menit)

- Guru memberikan bimbingan agar dilakukan Tanya jawab dalam kelompok sebagai persiapan presentasi;

- Siswa menyusun hand out yang digunakan untuk presentasi dan guru melakukan bimbingan kepada setiap kelompok;

- Guru memberikan informasi, agar materi materi yang ada dalam proposal dipahami dengan baik;

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

(50 menit)

- Dengan menggunakan undian, salah satu kelompok mempresentasikan proposalnya, serta kelompok lain sebagai penyangga dan agar mempersiapkan pertanyaan;

- Presentasi dilakukan untuk dua kelompok dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan suvervisor;

- Siswa diarahkan dan dimotivasi untuk membuat/menjawab pertanyaan yang bersifat kontekstual.

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah pada tatap muka III

ditutup dengan mendistribusikan LKS untuk dikerjakan secara individual di

Page 11: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

rumah, serta menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap

muka IV).

Tatap Muka IV (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)

Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok

Unsur-Unsur Radioaktif pada tatap muka IV, sebagai berikut:

TAHAP PBL TINGKAH LAKU GURU/SISWA

Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

(5 menit)

- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan komentar terhadap pembelajaran sebelumnya;

- Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa.

Tahap 2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

(5 menit)

- Guru mengarahkan siswa untuk kumpul dalam kelompoknya, kemudian menginformasikan untuk mempersiapkan diri untuk melakukan presentasi;

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

(5 menit)

- Guru memberikan bimbingan agar dilakukan Tanya jawab dalam kelompok sebagai persiapan presentasi;

- Siswa menyusun hand out yang digunakan untuk presentasi dan guru melakukan bimbingan kepada setiap kelompok;

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

(50 menit)

- Dengan menggunakan undian, salah satu kelompok mempresentasikan proposalnya, serta kelompok lain sebagai penyangga dan agar mempersiapkan pertanyaan;

- Presentasi dilakukan untuk dua kelompok dan guru berperan sebagai fasilitator, mediator, dan suvervisor;

- Siswa diarahkan dan dimotivasi untuk membuat/menjawab pertanyaan yang bersifat kontekstual.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(25 menit)

- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proposal yang dibuat;

- Guru memberikan informasi dan klarifikasi terhadap pertanyaan dan jawaban siswa;

- Guru melakukan posttes untuk mengetahui hasil belajar siswa

Page 12: Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah

Observasi, Evaluasi, dan Refleksi

Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi terhadap

strategi pembelajaran yang diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses

belajar mengajar yang berlangsung.

Berdasarkan observasi dan evaluasi tersebut, maka diakukan refleksi

untuk melihat seberapa besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan model

pembelajaran yang dirancang.

Daftar Pustaka

Budi Andyana, Putu. 2004. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya FPMIPA Tanggal 27 November 2004 di IKIP Negeri Singaraja

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA: Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Direktorat Dikmenum

Janulis P. Purba. 2004. Pengembangan Dan Implementasi Pembelajaran Sains Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah. Makalah disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V tanggal 5 – 9 Oktober 2004 di Surabaya

Jatmiko, Budi. 2004. Model-Model Pembelajaran (DI Kooperatif, Dan PBI). Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya FPMIPA Tanggal 27 November 2004 di IKIP Negeri Singaraja

Loudon, G. Marc. 2003. Mengambil Gambar Otak. http://www.chem-is-try.org/ Situs Web Kimia Indonesia_Artikel_Mengambil Gambar Otak.htm. (14 Oktober 2006)

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Edisi Ke-1. Cet. 1. Jakarta: Kencana

Nurhadi. 2005. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Cetakan kedua. Jakarta: PT Grasindo

Santyasa, I Wayan. 2004. Model Problem Solving Dan Reasoning Sebagai Alternatif Pembelajaran Inovatif. Makalah disajikan dalam KONASPI V tanggal 5 – 9 Oktober 2004 di Surabaya

Suma, Ketut. 2004. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Makalah disajikan pada Seminar Lokakarya FPMIPA Tanggal 27 November 2004 di IKIP Negeri Singaraja