PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

180
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SSCS DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA HALAMAN JUDUL (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrolisis Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Kimia Oleh: ANIES RACHMANIA SRI SECONDARIA NIM S831102007 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

Page 1: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SSCS DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS

DAN SIKAP ILMIAH SISWA

HALAMAN JUDUL

(Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi Elektrolisis

Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan

Tahun Pelajaran 2011/2012)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Kimia

Oleh:

ANIES RACHMANIA SRI SECONDARIA

NIM S831102007

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul : Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah dengan

Menggunakan Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap

Ilmiah Siswa (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia untuk Materi

Elektrolisis Kelas XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran

2011/2012) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak

terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh

gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam

naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.Apabila di

kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas

No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS

sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester

(enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian

atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains berhak

mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan

Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini,

maka saya bersedia mendapat sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, 18 Juli 2012

Mahasiswa,

Anies Rachmania Sri Secondaria

NIM. S831102007

Page 3: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Jangan pernah merasa marah dan sakit hati pada orang yang berbuat tidak adil

kepada kita, tetapi tetap berterimakasih dan bersyukurlah karena dari sanalah

akan datang berkat besar yang melebihi keinginan dan pemikiran kita

(pengalaman hidupku)

Page 4: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hatiku, karya kerja keras ini kupersembahkan untuk :

Ibunda terkasih ibu Wirasmani yang senantiasa mendoakanku

Suamiku yang penuh kasih Ir. Tri Widodo karunia Tuhan yang sempurna untukku

Anak-anakku sumber inspirasi dan penyemangat hidupku

Yudha Prima Satya Adi, S.T, M.T.

Aditya Priyo Nugroho, S.T.

Anggito Kusumo Pamungkas

Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sains angkatan Februari 2011

Almamater tercinta

Page 5: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan judul Pembelajaran Kimia Berbasis Masalah dengan Menggunakan

Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa

(Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Kimia Untuk Materi Elektrolisis Kelas

XII Semester 1 di SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012).

Dalam menyusun dan menyelesaikan tesis ini penulis mendapatkan

banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus,M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Sains, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. H. Sarwanto, M.Si., selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan motivasi yang luar biasa

sehingga penyusunan tesis dapat terselesaikan dengan lancar .

5. Drs. Haryono, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran yang luar biasa dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan

motivasi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

Page 6: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pascasarjana yang dengan kesabaran hati

dan senantiasa membagi ilmunya.

7. Drs. Tri Sugiharto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Kalasan yang telah

memberikan ijin penulis untuk melanjutkan studi dan memberikan fasilitas

pembiayaan serta waktu.

8. Daddy suamiku tercinta dan anak-anakku Yudha, Ditya dan Ito yang dengan

setia memberikan dukungan dan dorongan semangat, pengertian serta cinta

kasih yang luar biasa, terima kasih dear.I love you all.

9. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains minat

utama Kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret angkatan Februari 2011

yang senantiasa saling memberi dorongan, semangat.

10. Rekan-rekan Guru SMA Negeri 1 Kalasan Kabupaten Sleman Yogyakarta

yang selalu memberi kesempatan dan pengertian yang luar biasa.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah turut

membantu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, oleh karena

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

meningkatkan dan mengembangkan karya penelitian demi penyempurnaan

penulisan tesis ini, semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan dunia

pendidikan khususnya pendidikan kimia.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 7: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ........................iv

PERSEMBAHAN ...................................................................................................vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx

ABSTRAK ............................................................................................................xxi

ABSTRACT .......................................................................................................... xxii

1 BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 11

C. Pembatasan Masalah ..................................................................................... 14

D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 14

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 15

Page 8: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................ 16

1. Manfaat teoritis ......................................................................................... 16

2. Manfaat praktis.......................................................................................... 17

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 18

A. Kajian Teori................................................................................................... 18

1. Pembelajaran Kimia .................................................................................. 18

2. Belajar ....................................................................................................... 21

3. Teori Belajar.............................................................................................. 22

4. Pembelajaran Berbasis Masalah Search Solve Create and Share ( SSCS)32

5. Pembelajaran Berbasis Masalah Proyek. .................................................. 40

6. Kreativitas ................................................................................................. 47

7. Sikap Ilmiah .............................................................................................. 51

8. Prestasi Belajar .......................................................................................... 53

9. Materi Elektrolisis ..................................................................................... 57

B. Penelitian yang relevan.................................................................................. 65

C. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 69

D. Perumusan Hipotesis ..................................................................................... 78

3 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 80

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 80

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 80

Page 9: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

1. Populasi Penelitian .................................................................................... 80

2. Sampel Penelitian ...................................................................................... 81

3. Teknik Sampling ....................................................................................... 81

C. Rancangan dan Variabel Penelitian ............................................................... 82

1. Rancangan Penelitian ................................................................................ 82

2. Variabel Penelitian .................................................................................... 84

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 87

1. Teknik Angket ........................................................................................... 88

2. Teknik Tes ................................................................................................. 88

3. Teknik Unjuk kerja ................................................................................... 89

4. Teknik Dokumentasi ................................................................................. 89

E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 90

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 90

2. Instrumen Pengambilan Data .................................................................... 91

F. Uji Coba Instrumen ........................................................................................ 92

1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif ................................................. 92

2. Tes Kreativitas ........................................................................................ 100

3. Angket Sikap Ilmiah ............................................................................... 101

G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 102

1. Uji Prasyarat Hipotesis ............................................................................ 102

Page 10: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

2. Uji Hipotesis............................................................................................ 104

4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 107

A. Deskripsi Data ............................................................................................. 107

1. Data Prestasi Belajar ............................................................................... 107

2. Data Kreativitas ....................................................................................... 112

3. Data Sikap Ilmiah .................................................................................... 118

B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................................... 124

1. Uji Normalitas ......................................................................................... 125

2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 127

C. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 128

1. Analisis variansi ...................................................................................... 129

2. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe) ............................................................... 134

D. Pembahasan ................................................................................................. 138

E. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 155

5 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................................... 157

A. Simpulan...................................................................................................... 157

B. Implikasi ...................................................................................................... 159

1. Implikasi Teoritis .................................................................................... 159

2. Implikasi Praktis...................................................................................... 159

C. Saran ............................................................................................................ 160

Page 11: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

1. Guru......................................................................................................... 160

2. Peneliti..................................................................................................... 160

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 161

Page 12: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Prestasi Belajar materi Elektrolisis Siswa SMA Negeri 1 Kalasan 7

Tabel 2.1 Sintaks Metode SSCS ...................................................................... 36

Tabel 2.2 Sintaks Metode Proyek .................................................................... 44

Tabel 2.3 Reaksi Bersaing di Katoda dan Anoda ............................................ 60

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................... 80

Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian ....................................................................... 81

Tabel 3.3 Rancangan Penelitian ............................................................................ 83

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif ...................... 95

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif .................. 95

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif.............................. 97

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif ........................... 97

Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar ........................... 98

Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif .......... 100

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa …………..……………. 100

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa.................................... 101

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Tes Sikap Ilmiah ............................................... 101

Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Tes Sikap Ilmiah Siswa................................. 102

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Penerapan Metode SSCS

dan Proyek ....................................................................................... 107

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan

Metode SSCS dan Proyek............................................................... 108

Page 13: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Halaman

Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Afektif Penerapan Metode SSCS

dan Proyek ....................................................................................... 109

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penerapan

Metode SSCS dan Proyek ............................................................... 110

Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor Siswa Penerapan

Metode SSCS dan Proyek ............................................................... 111

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan

Metode SSCS dan Proyek.............................................................. 111

Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas

Rendah dan Tinggi....................................................................... 113

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas

Rendah dan Tinggi......................................................................... 113

Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas

Rendah dan Tinggi......................................................................... 114

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi ...................................................... 115

Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah

dan Tinggi ...................................................................................... 116

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi ...................................................... 117

Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah

dan Tinggi ...................................................................................... 119

Page 14: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Halaman

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Sikap

Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................................. 119

Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah

dan Tinggi ...................................................................................... 120

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Sikap Ilmiah

Rendah dan Tinggi........................................................................ 121

Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah

dan Tinggi ..................................................................................... 122

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap

Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................................. 123

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif........... 125

Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif............. 126

Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor ...... 127

Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar

Aspek Kognitif .............................................................................. 128

Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar

Aspek Afektif ................................................................................ 128

Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar

Aspek Psikomotor ......................................................................... 128

Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif ........ 129

Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif .......... 131

Page 15: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Halaman

Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Psikomotor ... 132

Tabel 4.28 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar Kognitif ................................................. 135

Tabel 4.29 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar Afektif ................................................... 136

Tabel 4.30 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar Psikomotor ............................................ 137

Tabel 4.31 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif ............ 138

Tabel 4.32 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Afektif .............. 138

Tabel 4.33 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Psikomotor ....... 138

Tabel 4.34 Rerata Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

Berdasarkan Sikap Ilmiah dan Kreativitas ................................... 152

Tabel 4.35 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah

dan Kreativitas ............................................................................... 154

Tabel 4.36 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah

dan Kreativitas ............................................................................... 154

Tabel 4.37 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Sikap

Ilmiah dan Kreativitas ................................................................... 154

Page 16: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran SSCS ............................................... 34

Gambar 2.2 Elektrolisis larutan dengan elektrode inert .................................. 58

Gambar 2.3 Elektrolisis Lelehan NaCl (Elektrode Inert) ................................ 59

Gambar 2.4 Elektrolisis Larutan NaCl ............................................................ 61

Gambar 2.5 Sel Elektrolisis disusun seri ......................................................... 63

Gambar 2.6 Proses penyepuhan ...................................................................... 63

Gambar 2.7 Proses elektrolisis pengolahan logam Aluminium ...................... 64

Gambar 2.8 Proses elektrolisis pemurnian logam tembaga............................. 65

Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Penerapan Metode SSCS dan Proyek ......................................... 108

Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Penerapan

Metode SSCS dan Proyek .......................................................... 110

Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor

Menggunakan Metode SSCS dan Metode Proyek ..................... 112

Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa

Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 114

Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 116

Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi ................................................... 118

Page 17: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Halaman

Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan

Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ............................................... 120

Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan

Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ................................................ 122

Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan

Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi ................................................ 124

Gambar 4.10 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar Kognitif .............................................. 149

Gambar 4.11 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas

terhadap Prestasi Afektif ............................................................ 149

Page 18: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus .......................................................................................... 164

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode SSCS ........... 166

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Proyek ......... 185

Lampiran 4 Indikator Kreativitas Verbal ......................................................... 193

Lampiran 5 Instrumen Tes Kreativitas Verbal ................................................. 196

Lampiran 6 Lembar Jawab Tes Kreativitas Verbal.......................................... 201

Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah ..................................................... 202

Lampiran 8 Angket Sikap Ilmiah ..................................................................... 203

Lampiran 9 Lembar Jawab Angket Sikap Ilmiah ............................................ 208

Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Prestasi Kognitif Elektrolisis ................................ 209

Lampiran 11 Soal Prestasi Belajar Kognitif....................................................... 224

Lampiran 12 Lembar jawab Tes Kognitif .......................................................... 233

Lampiran 13 Indikator Tes Afektif Materi Elektrolisis ..................................... 234

Lampiran 14 Angket Aspek Afektif ................................................................... 235

Lampiran 15 Lembar Jawab Angket Aspek Afektif .......................................... 237

Lampiran 16 Rubrik Penilaian Psikomotor Siswa ............................................. 238

Lampiran 17 Lembar Penilaian Psikomotor ...................................................... 239

Lampiran 18 Uji Kesamaan rerata (uji t ) kelas sampel untuk metode SSCS

dan Proyek ................................................................................... 241

Lampiran 19 Foto – foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian .............................. 242

Lampiran 20 Perijinan ........................................................................................ 245

Page 19: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Anies Rachmania Sri Secondaria, 2012, “Pembelajaran Kimia Berbasis

Masalah Dengan Menggunakan Metode SSCS dan Proyek Ditinjau dari

Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa” (Pembelajaran dalam Mata Pelajaran

Kimia Materi Elektrolisis Kelas XII Semester I di SMA Negeri 1 Kalasan

Tahun Pelajaran 2011/2012). TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha

Sunarno, M Pd, II: Drs. Haryono, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains,

Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Perbedaan penggunaan

metode SSCS dan Proyek, Kreativitas, Sikap Ilmiah, dan interaksinya terhadap

prestasi belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilaksanakan dari

bulan Oktober 2011 – April 2012. Populasi penelitian ini adalah semua siswa

kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel

diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling yang terdiri dari dua kelas, XII

IPA1 dan XII IPA3. Kelas XII IPA1 diberi pembelajaran dengan metode SSCS

dan kelas XII IPA3 diberi pembelajaran dengan metode Proyek. Data

dikumpulkan dengan metode tes untuk prestasi belajar kognitif, tes kreativitas

verbal, angket untuk sikap ilmiah dan prestasi afektif serta lembar observasi untuk

psikomotor siswa. Hipotesis diuji menggunakan ANOVA dengan desain factorial

2x2x2 sel tak sama dengan bantuan software PASW versi 18

Dari hasil analisis data disimpulkan: 1) Ada perbedaan penggunaan

metode SSCS dan Proyek terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan

psikomotor siswa, 2) Kreatifitas memberikan perbedaan pada prestasi belajar

kognitif, afektif dan kemampuan psikomotor siswa, 3) Sikap Ilmiah tidak

memberikan perbedaan pada prestasi belajar kognitif dan afektif namun

memberikan perbedaan pada kemampuan psikomotor siswa, 4) Ada interaksi

antara metode dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan

afektif siswa namun tidak ada interaksi dengan kemampuan psikomotor siswa, 5)

Tidak ada interaksi antara metode dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi

belajar kognitif dan afektif tetapi ada interaksi dengan kemampuan psikomotor

siswa, 6) Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar kognitif dan afektif dan psikomotor siswa , 7) Tidak ada interaksi

antara metode, kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar

kognitif, afektif dan kemampuan psikomotor siswa.

Kata Kunci: Metode SSCS, Metode Proyek, Kreatifitas, Sikap Ilmiah, Prestasi

Belajar.

Page 20: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

Anies Rachmania Sri Secondaria, S831102007, 2012, “Problem-Based

Chemistry Learning Using SSCS and Project Methods from the Point of

View of Students’ Creativity and Scientific Attitudes” (Chemistry Learning

of Electrolysis for Grade XII Students of SMA Negeri 1 Kalasan in Semester

1 - 2011/2012 Academic Year). THESIS.Thesis Advisors I: Prof. Dr. H. Widha

Sunarno, M Pd, II: Drs. Haryono, M Pd. Science Education Program, Master

Program of Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRACT

This study was aimed at finding out: the difference of the use of SSCS and

Project Methods, Creativity, Scientific Attitudes and their relationships on

students’ achievement of their study on cognitive, affective and psychomotor

aspects.

This study was based on experiments conducted from October 2011 to

April 2012. The population were all students of Grade XII, Natural Science

Program at SMA Negeri 1 Kalasan Academic Year 2011/2012. The sample was

obtained using Cluster Random Sampling technique, consisting of two classes,

XII IPA1 and XII IPA3; the former was treated using the SSCS method and the

latter using the Project method. Data were collected using a test for cognitive

aspect achievement, verbal creative test, questionnaires for scientific attitude and

affective aspect achievement, also observation sheets for psychomotor aspect. The

hypothesis was tested using ANOVA with 2x2x2 factorial designs with unequal

cell computed using PASW version 18 software.

Based on the result of the data analysis, it could be concluded that: 1)

There was a difference between the usage of SSCS and Project methods on

students’ achievement of cognitive, affective and psychomotor aspects, 2)

Creativity creates a difference on students’ learning achievement of cognitive,

affective and psychomotor aspects, 3) Scientific attitude creates no difference on

students’ learning achievement of cognitive and affective aspects but it creates a

difference in students’ psychomotor competence, 4) There was a relationship

between methods and students’ creativity on students’ learning achievement of

cognitive and affective aspects but there was no relationship on students’

psychomotor competence, 5) There was no relationship between methods and

students’ scientific attitude on students’ learning achievement of cognitive and

affective aspects but there was a relationship with students’ psychomotor

competence, 6) There was no relationship between creativity and scientific

attitude on students’ learning achievement of cognitive, affective and

psychomotor aspects, 7) There was no relationship between methods, creativity

and students’ scientific attitude on students’ learning achievement of cognitive,

affective and psychomotor aspects.

Keywords: SSCS Method, Project Method, Creativity, Scientific Attitude,

Learning Achievement,

Page 21: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

1BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan di dunia saat ini mengalami perkembangan

amat cepat. Dalam kaitan ini UNESCO sesuai laporannya yang diberi judul

Learning the Treasure Whithin (1996) menyampaikan adanya tantangan

kontroversial yang harus dihadapi dengan cara menyeimbangkan berbagai tekanan

(tension), yaitu tekanan antar tuntutan global dan lokal, universal dan dengan

individual, pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek, tradisional dan

modern, dan sebagainya.

Bagi dunia pembelajaran, untuk menghadapi dan beradaptasi dengan

berbagai tantangan itu, UNESCO memberikan empat pilar belajar (four pillars of

education/learning), yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar

untuk bekerja (learning to do), belajar untuk hidup berdampingan dan

berkembang bersama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi

manusia seutuhnya (learning to be). Learning to be ini yang diharapkan menjadi

sasaran proses pembelajaran.

Implementasi keempat pilar pendidikan seperti yang dicanangkan

UNESCO ini dapat dilihat dalam konsideran yang melandasi Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Semua

itu berkaitan dengan reformasi pendidikan yang melahirkan visi pendidikan

nasional Indonesia mencakup penyelenggaraan pendidikan, antara lain dinyatakan

sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

Page 22: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sepanjang hayat. Dalam proses ini harus ada pendidik yang memberikan

keteladanan dan mampu membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan

kreativitas peserta didik. Prinsip ini menyebabkan adanya pergeseran paradigma

proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran.

Adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia

sebagai sumber daya pembangunan menjadi paradigma manusia sebagai subjek

pembangunan secara utuh. Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik

yang terintegrasi dengan lingkungan sosio-kulturalnya dan pada gilirannya akan

menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang

berbudaya.

Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas RI Nomor 30

Tahun 2003 bab II pasal 3 menguraikan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik yang menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Tatanan normatif dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut belum

dijalankan sebagaimana mestinya. Proses implementasi kebijakan pendidikan

tersebut telah berlangsung dengan baik tetapi kualitas pendidikan yang dihasilkan

belum memenuhi harapan semua pihak.

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan

upaya untuk menyempurnakan pendidikan sehingga kurikulum lebih familiar

Page 23: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dengan guru, karena guru banyak dilibatkan dalam proses penyusunannya dan

diharapkan memiliki tanggung jawab bagi penerapannya di lapangan. KTSP

adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan

oleh setiap satuan pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan

perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara

berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sementara itu Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam dokumen

Perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2008) menyatakan bahwa keberhasilan

pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru

merancang materi pembelajaran.Materi pembelajaran (instructional materials)

adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik

dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Pada penerapan KTSP di lapangan ternyata proses pembelajaran belum

dapat berjalan optimal seperti yang diharapkan dan ini berdampak pada motivasi

belajar siswa menjadi menurun, khususnya pada pembelajaran mata pelajaran

kimia di kelas. Motivasi belajar yang rendah akan berdampak pada rendahnya

kemauan untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Motivasi belajar yang rendah

berakibat pula pada rendahnya partisipasi dan keaktifan siswa di kelas. Kemauan

untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan berargumentasi saat menyelesaikan

masalah yang diberikan oleh guru cenderung rendah pula. Hal ini juga disebabkan

lingkungan kelas yang kurang kondusif untuk terciptanya kebiasaan bertanya dan

berpendapat di kelas. Pada akhirnya keadaan yang demikian menjadikan

Page 24: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kompetensi yang belum dipahami siswa tidak dapat terpantau dengan jelas oleh

guru. Pembelajaran di kelas menjadi terasa monoton dan tidak menyenangkan,

sehingga semakin menurunkan minat belajar siswa di kelas. Akibat lebih lanjut

prestasi belajar siswa menjadi rendah dan kemungkinan hal inilah yang menjadi

salah satu penyebab ketidakberhasilan siswa dalam Ujian Nasional.

Dalam perkembangannya sebenarnya guru sudah berusaha dengan

berbagai cara untuk menjadikan nilai mata pelajarannya khususnya mata pelajaran

kimia agar meningkat dan menjadi materi pembelajaran yang menarik. Tidak

sedikit yang berusaha dengan berbagai cara memunculkan dan mencoba berbagai

metode baru dengan harapan mata pelajaran kimia menjadi menarik. Perubahan

kurikulum yang terus-menerus secara cepat menyebabkan pemahaman guru

tentang cara pembelajaran dan evaluasi belajar yang sesuai dengan kurikulum

tersebut masih kurang, terutama untuk menyiasati jumlah jam tatap muka

pelajaran kimia yang semakin berkurang dimana kelas XII hanya mendapatkan

waktu 4 jam tatap muka per minggu. Kesulitan yang sering dialami oleh guru

adalah dalam pemilihan metode yang tepat agar guru dapat menanamkan ilmu

secara mudah, sehingga siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pada

KTSP. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan hasil

pembelajaran yang dicapai menjadi optimal.

Seperti diketahui bahwa pembelajaran di sekolah saat ini terutama di SMA

Negeri 1 Kalasan masih berupa pembelajaran klasikal dengan jumlah peserta

didik sebanyak 32 orang di tiap kelasnya. Akibatnya sulit bagi seorang guru untuk

menerapkan semua materi yang dianjurkan dalam KTSP, karena mengelola kelas

Page 25: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dengan jumlah siswa sebanyak itu memerlukan strategi pembelajaran dan

kreativitas guru yang memadai. Banyaknya Kompetensi Dasar yang harus

dikuasai siswa yang tidak disertai alokasi waktu yang memadai menyebabkan

guru kesulitan membagi waktu antara target penyelesaian materi dengan

pemilihan metode yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan kreativitas siswa

dalam menyelesaikan permasalahan saat pembelajaran materi kimia. Kreativitas

guru untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran yang inovatif kadang-

kadang harus berbenturan dengan terbatasnya waktu yang tersedia untuk

mengajar. Hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif dalam melakukan inovasi

belajar di kelas agar dapat menyiasati keterbatasan waktu yang tersedia.

Penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan

sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi pelajaran yang disampaikan guru

terhadap siswa. Pembelajaran kimia dengan metode yang bervariasi akan

memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pembelajaran di kelas sebaiknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa

dengan menyediakan tugas pembelajaran yang kaya (rich learning tasks) yang

terancang baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional,

spiritual dan sosial siswa.

Interaksi siswa dengan siswa akan mendorong keberanian, mengilhami,

menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai

dan merayakan perkembangan, pertumbuhan, dan keberhasilan siswa. Guru

berperan membantu, mengarahkan dan memberi penegasan, memberi jiwa dan

mengilhami siswa dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias,

Page 26: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

gairah dari seorang pembelajar yang berani beresiko (risk taking learner).

Sehingga akan menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa nyaman

tinggal di kelas, menyenangkan (joyful learning), kondusif bagi terciptanya

kreativitas dan inovasi juga demokratisasi sehingga efektif dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

Demikian halnya pembelajaran di SMA N 1 Kalasan terasa belum optimal

mengingat kemampuan siswa yang masuk (input) adalah siswa terpilih yang

masuk dengan seleksi sangat ketat. SMA N 1 Kalasan adalah sekolah Rintisan

Bertaraf Internasinal (RSBI) dimana siswa yang masuk memiliki kemampuan

lebih dibandingkan dengan sekolah di sekitarnya.Akan tetapi kenyataannya hasil

prestasi siswa terutama pada mata pelajaran kimia belum memuaskan. Banyak

materi yang tidak terkuasai oleh siswa secara maksimal terutama materi yang

menggunakan banyak penggabungan konsep-konsep materi dari pembelajaran

sebelumnya seperti diantaranya materi stoikiometri, termokimia, kesetimbangan

kimia , elektrolisis dan sebagainya.

Pada penelitian ini dipilih materi elektrolisis dengan alasan prestasi

kognitif pada kompetensi dasar elektrolisis belum sesuai harapan jika ditinjau dari

kriteria ketuntasan minimal (KKM) siswa dan prestasi Ujian Nasional siswa di

tingkat kabupaten dan propinsi belum berhasil sesuai harapan yang ditargetkan

oleh sekolah.Data prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis dengan KKM 72

di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan, dua tahun terakhir nilai KKM dapat

dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Page 27: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Tabel 1.1 Prestasi Belajar materi Elektrolisis Siswa SMA Negeri 1 Kalasan Tahun

Pelajaran

Materi Elektrolisis Persentase

nilai lebih

besar dari

KKM

Persentase

nilai lebih

kecil dari

KKM

KKM Nilai rata-rata

2009/2010 71 67,30 62,72% 37,28%

2010/2011 72 68,15 63,22% 36,78%

Dari data nilai yang terpantau ini menunjukkan bahwa pembelajaran di

kelas belum cukup optimal.Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan

berdasarkan nilai KKM standar nasional adalah 75 dan prosentase ketuntasan

kelas 75%, maka hasil yang telah dicapai dirasa masih perlu ditingkatkan proses

pembelajarannya.Selain itu juga proses penilaian yang dihasilkan selama ini

hanya mengukur aspek kognitif siswa. Guru masih kurang memperhatikan aspek

penilaian yang lainnya sehingga prestasi belajar siswa belum terukur secara baik.

Prestasi belajar siswa merupakan satu kesatuan yang mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif

siswa yang sangat terkait dengan pengolahan informasi dalam benak

siswa.Informasi yang diproses merupakan pengetahuan yang dapat berupa konsep,

prosedur dan prinsip-prinsip.Pembelajaran yang baik harus memiliki tujuan dan

semuanya menuju pembelajaran yang ideal. Ini mengingat bahwa kreativitas

siswa dan sikap ilmiah merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap

orang yang dapat dikenali dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.

Pembelajaran dikondisikan agar mendorong kreativitas siswa secara keseluruhan,

membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan

berlangsung dalam kondisi menyenangkan. Seseorang selalu berinteraksi

Page 28: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Oleh karena

itu, baik perubahan di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang

atau dapat menghambat upaya peningkatan prestasi belajar.

Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dicarikan upaya pemecahannya

yang bertujuan untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa terhadap pelajaran

kimia dengan mencobakan suatu metode yang dapat mengeksplorasi kemampuan

siswa sehingga prestasinya lebih meningkat lagi. Dari data prestasi sekolah yang

ada menunjukkan bahwa prestasi siswa-siswa SMA Negeri 1 Kalasan sangat

menonjol di daerah kabupaten Sleman. Setiap tahun banyak siswa yang lolos maju

seleksi olimpiade (OSN) tingkat propinsi, siswa banyak menjuarai lomba-lomba

yang diadakan oleh dinas kabupaten dan propinsi serta universitas-universitas di

daerah sekitar Yogyakarta, namun ternyata prestasi siswa di tingkat Nasional

masih sangat kurang. Dari kenyataan yang ada di lapangan maka untuk dapat

menggali dan mengeksplorasi kemampuan siswa lebih maksimal pada penelitian

ini akan dicoba diterapkan metode pembelajaran berbasis masalah agar siswa

lebih tertantang dalam proses pembelajarannya dengan melakukan pemecahan

masalah pada materi yang dipelajarinya di kelas.Diharapkan siswa lebih terasah

kemampuannya baik dalam bertanya, berargumentasi dan menganalisis saat

menyelesaikan sebuah permasalahan dalam menjalani proses pembelajaran.

Metode pembelajaran yang akan dicoba untuk digunakan adalah metode

Search Solve Create and Share (SSCS) yaitu model pembelajaran yang

menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan

ketrampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu.

Page 29: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Menurut (Pizzini: 1996) metode SSCS pada tahap pembelajarannya melalui

beberapa tahap yaitu tahap Search pada tahap ini siswa mengidentifikasi serta

mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki, kemudian siswa

menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalam permasalahan ke konsep-

konsep sains yang relevan, masalah diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa,

berdasarkan skema konseptual siswa. Tahap Solve pada tahap ini kegiatan

berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan siswa

menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban.Tahap Create

siswa diharuskan menghasilkan suatu produk yang terkait dengan permasalahan,

membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan

memodifikasi. Pada tahap Share siswa pengembangan suatu produk inovatif dan

mengkomunikasikan hasil yang diperoleh dari mulai tahap search sampai ke tahap

solve ke siswa lainnya. Pembelajaran menggunakan metode ini dirasa cocok

diterapkan pada materi elektrolisis yang banyak menggabungkan konsep-konsep

pembelajaran sebelumnya yaitu konsep reaksi redoks, sel volta, konsep mol,

stoikiometri dan sebagainya melalui kegiatan praktikum di laboratorium.

Selain itu juga akan diterapkan metode pembelajaran Project-based

Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek). Metode Proyek merupakan suatu

teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan

oleh siswa secara perorangan atau kelompok kecil untuk mencari jawaban

terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi

(Ratna Willis, 1989: 153). Pembelajaran berbasis masalah metode Proyek adalah

sebuah metode pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada belajar

Page 30: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran

terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu. Melibatkan siswa

dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas bermakna yang lain. Memberi

kesempatan bekerja siswa secara otonom dalam mengkonstruksi pengetahuan

mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata.

Pembelajaran pada materi elektrolisis banyak melibatkan kegiatan-kegiatan yang

kompleks, seperti persamaan reaksi redoks, hitungan matematis dari hukum

Faraday dan pengamatan praktikum di laboratorium. Metode Proyek menuntut

agar siswa banyak melibatkan penggunaan alat dan bahan sesuai dengan

kebutuhan praktikum elektrolisis, melibatkan siswa dalam pemecahan masalah

dan memadukan teori-teori dari berbagai bidang ilmu seperti juga matematika

yang digunakan dalam pemecahan masalah materi elektrolisis penyelesaian

masalah dilakukan secara mandiri oleh siswa bersama kelompoknya.

Selain metode perlu diperhatikan faktor kreativitas siswa saat proses

pembelajaran. Menurut Torrance (1988) dalam Utami Munandar 2009: 27,

menyatakan bahwa kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan

mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini,

menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya

lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari produk, kreativitas

adalah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong

kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun

eksternal dari lingkungan. Selanjutnya Munandar menambahkan bahwa

kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena dengan berkreativitas dapat

Page 31: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mewujudkan dirinya mengeksplor kemampuannya untuk melihat bermacam-

macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan

kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.

Saat pembelajaran sains juga diharapkan memunculkan sikap ilmiah siswa

yang merupakan sikap yang harus ditunjukkan saat bekerja dan berfikir untuk

mendapatkan pengetahuan dalam sains. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2002) sikap adalah perbuatan berdasar pendirian, sedangkan ilmiah adalah secara

ilmu pengetahuan. Dengan demikian sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai

kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan

suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmu pengetahuan.

Pembelajaran pada materi elektrolisis yang sangat kompleks melibatkan reaksi

redoks dan perhitungan matematika yang rumit sehingga dengan sikap ilmiah

siswa yang tinggi akan lebih mudah untuk dipahami karena siswa dapat

memecahkan masalahnya secara lebih sistematik melalui langkah-langkah metode

ilmiah.

B. Identifikasi Masalah

Pembelajaran merupakan proses negosiasi, makna, dan proses asimilasi

antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki siswa. Dalam

rangka itulah maka terjadi masalah yang dihadapi oleh setiap individu yang

berkenaan dengan kemampuan menyerap informasi yang baru tersebut. Setiap

individu akan memiliki kecepatan yang berbeda-beda dan menghasilkan prestasi

yang berbeda pula tergantung pada faktor-faktor yang melingkupinya. Salah satu

faktor yang penting adalah metode mengajar. Berbagai metode tersedia untuk

Page 32: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

menjelaskan kepada siswa tetapi setiap metode akan memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Ketepatan pemilihan metode yang digunakan tergantung pada

kepandaian dan pengalaman guru dalam mengajar. Seringkali guru mengajar

dengan metode ceramah dan pembelajarannya berpusat pada guru (teacher

centered) bukan pada siswa. Di sini guru dituntut agar pandai memilih metode

yang sesuai dengan karateristik materi untuk keberhasilan suatu proses

pembelajaran.

Selain metode, guru juga memperhatikan faktor internal yang dimiliki

siswa seperti kreativitas, ketrampilan menggunakan alat, sikap ilmiah, motivasi,

kemampuan berfikir abstrak, kemandirian yang dapat mempengaruhi

pembelajaran. Dalam penelitian ini faktor internal siswa yang menjadi variabel

moderator adalah kreativitas dan sikap ilmiah. Kreativitas dan sikap ilmiah siswa

tersebut dapat digali melalui metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan

metode proyek. Menurut Arends, 1997 (dalam Trianto 2007: 92) metode SSCS

dan dan Proyek merupakan metode yang memiliki ciri berdasarkan masalah

(problem solving) yaitu suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa

mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat lebih

tinggi, dan mengembangkan kemandirian dan percaya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka beberapa masalah dapat di

identifikasi sebagai berikut:

1. Prestasi rata-rata kelas belajar kimia siswa pada materi elektrolisis di SMA

Negeri 1 Kalasan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Page 33: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Guru masih banyak menggunakan sistem konvensional pada proses

pembelajaran dalam mengajar kimia dan kurang berinovatif.

3. Pembelajaran kimia di kelas masih menerapkan faham behaviorisme jadi masih

bersifat teacher-centered. Sehingga siswa selama ini kurang dilibatkan secara

aktif dalam proses pembelajarannya.

4. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia,

seperti problem base learning, contextual teaching and learning, cooperatif

learning yang bersifat student centered, namun guru cenderung melakukan

pembelajaran dengan teacher centered. Padahal Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang diterapkan sejak tahun 2006 dikatakan bahwa salah

satu pilar pembelajarannya adalah konstruktivisme sehingga semestinya dipilih

pendekatan student – centered.

5. Ada beberapa metode yang sesuai untuk pembelajaran materi elektrolisis,

seperti metode SSCS, eksperimen, Proyek, demonstrasi, namun guru cenderung

melaksanakan pembelajaran secara monoton dengan metode ceramah untuk

mengatasi keterbatasan waktu yang tersedia.

6. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar, seperti

kemampuan memori, sikap ilmiah, kemampuan berpikir abstrak, kreativitas,

motivasi, aktivitas, gaya belajar dan lain-lain, namun guru belum

memperhatikan faktor tersebut.

7. Guru cenderung melakukan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal

prestasi belajar merupakan satu kesatuan penilaian yang terdiri dari aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Page 34: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa kelas XII SMA, seperti,

Reaksi Redoks, Sel Volta, Sel Elektrolisis, Stoikiometri, namun keterkaitan

antara materi tersebut belum banyak ditunjukkan guru dalam proses

pembelajarannya.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka perlu adanya

pembatasan masalah sebagai berikut:

1.Model Pembelajaran Berbasis masalah difokuskan pada metode Search Solve

Create and Share (SSCS) dan Proyek.

2.Kreativitas siswa dalam penelitian ini pengukurannya menggunakan kreativitas

verbal, dimana indikator adalah mengukur kemampuan berfikir kreatif meliputi

kelancaran, kelenturan, orisionalitas dalam berfikir (utami Munandar, 2009:68).

Kreativitas dibatasi dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Kreativitas

3.Sikap ilmiah siswa dalam penelitian ini meliputi aspek ketelitian, kejujuran,

kedisiplinan, menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat,ingin tahu,

bekerja sama, dan kritis (Bahrul Ulum,2007: 1). Sikap Ilmiah dibatasi dalam dua

kategori yaitu tinggi dan rendah.

4.Materi Redoks dan Sel Elektrokimia dibatasi tentang Elektrolisis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka dalam penelitian dikemukakan perumusan masalahnya sebagai

berikut:

Page 35: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

1.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan

Proyek pada materi elektrolisis?

2.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi

elektrolisis?

3.Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi

elektrolisis?

4.Apakah terdapat interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS)

dan Proyek dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi

elektrolisis?

5.Apakah terdapat interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS)

dan Proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi

elektrolisis?

6.Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar pada materi elektrolisis?

7.Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and

Share (SSCS) dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar pada materi elektrolisis?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

Page 36: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada materi

elektrolisis.

2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan

siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis.

3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan

siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.

4. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek

dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.

5. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek

dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.

6. Interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar

pada materi elektrolisis.

7. Interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS)

dan Proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar

pada materi elektrolisis.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis masalah yang

menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada

materi elektrolisis.

Page 37: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b. Menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan metode Search Solve

Create and Share (SSCS) dan Proyek dalam pembelajaran materi elektrolisis.

c. Memberikan masukan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang baik

dan bermakna memerlukan kreativitas dan sikap ilmiah.

d. Mengembangkan cara bepikir siswa dalam pembelajaran sains khususnya

kimia sehingga meningkatkan daya kreativitas siswa dan memupuk sikap

ilmiah serta pola pemahaman konsep yang lebih sistematis.

2. Manfaat praktis

a. Untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

b. Memberikan alternatif pembelajaran kepada guru dalam pembelajaran antara

lain dengan melibatkan peran aktif siswa.

c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi inovasi-

inovasi pembelajaran di sekolah pada khususnya dan dalam dunia pendidikan

pada umumnya.

Page 38: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Penelitian ini tidak mungkin akan terlepas dari teori-teori dan penelitian

dari peneliti pada masa-masa sebelumnya, namun demikian kajian teori yang akan

dibahas disini adalah teori-teori yang berhubungan dengan proses pembelajaran

dan metode yang akan digunakan pada proses pembelajaran yang akan dilakukan.

1. Pembelajaran Kimia

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan di mana guru mengajar atau

membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri yang merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua

arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar

dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Pembelajaran yang menyenangkan

merupakan strategi, konsep dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari

pembelajaran aktif, pembelajaran bermakna, pembelajaran kontekstual, dan

psikologi perkembangan anak.

Pembelajaran menurut Corey (1986: 195) adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut

serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

respon terhadap situasi tertentu. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru

untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi

kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademinya, latar belakang

Page 39: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal

karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian

bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Sedang

pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan guru

secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara

aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai

proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir

yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai

upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Pada pembelajaran aktif guru menciptakan suasana pembelajaran sehingga

siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan pendapat, berdebat dan

berdiskusi, berbuat dan melakukan sesuatu, menunjukkan dan

mendemonstrasikan, berkarya, berketrampilan, berfikir aktif dan kritis,

memecahkan masalah, melakukan perenungan, refleksi dan evaluasi keberhasilan

diri.Sehingga kegiatan pembelajaran bervariasi, memenuhi berbagai tingkat

kecakapan, minat dan gaya belajar yang mampu memfasilitasi timbulnya

pemikiran dan karya kreatif siswa.Pembelajaran efektif bila tujuan pembelajaran

sesuai denga kompetensi dasar yang seharusnya memang dikuasai siswa.Sedang

pembelajaran menyenangkan jika suasana pembelajaran dapat menciptakan gairah

belajar, menggembirakan hati siswa, membuat siswa nyaman di kelas atau di

tempat belajar, sehingga perhatian siswa penuh kepada belajar artinya waktu

curah perhatiannya (time on task) tinggi.

Page 40: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Pembelajaran yang baik harus memiliki tujuan yang semuanya bertujuan

menuju pembelajaran yang ideal. Guru yang profesional harus mampu

mewujudkan atau paling tidak mendekati praktik pembelajaran yang ideal dimana

siswa mampu mewujudkan perilaku pembelajaran yang efektif. Dalam

pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya

sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa

dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan

siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960) mengatakan bahwa perlu

adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang

pembelajaran yang efektif di kelas.Pada saat pendekatan pembelajaran berbasis

lingkungan berkembang maka definisi belajar juga menyesuaikan diri.

Secara umum dapat dimaknai bahwa pembelajaran merupakan suatu

proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya.Belajar

dimaknai sebagai kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau

pemahaman.Tanggung jawab belajar ada pada diri peserta didik , sedangkan guru

bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa,

motivasi, dan tanggung jawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.

b. Ilmu Kimia

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya.

Unsur dan senyawa adalah zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia. Kimia

merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang

berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, serta

Page 41: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

energetika tentang materi. Oleh karena itu, kimia mempelajari segala sesuatu

tentang materi dan perubahannya yang melibatkan keterampilan dan penalaran.

Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting diantara ilmu-ilmu lain

karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikroskopis (molekular) terhadap

fenomena makroskopis. Disamping itu, ilmu kimia memberikan kontribusi yang

penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian,

kesehatan, dan teknologi.

Kimia bersifat abstrak namun dapat diamati dan dikembangkan

berdasarkan gejala-gejala yang terjadi dalam suatu perubahan kimia. Meskipun

zat-zat tersebut mengikuti hukum-hukum alam yang dasar (termasuk hukum

fisika), tetapi karena antaraksinya dapat menghasilkan gejala-gejala baru maka

ilmu kimia dibedakan dari ilmu fisika. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahun

kimia yang berupa fakta, teori, prinsip dan hukum) temuan saintis dan proses

(kerja ilmiah) yang dapat mengembangkan sikap ilmiah. Dengan demikian,

pembelajaran kimia perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai

produk, proses dan sikap.

2. Belajar

Pengertian belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku,

sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono,9). Dalam Buku Perangkat

Pembelajaran KTSP SMA (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas

yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu

yang belajar .Sehingga pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku

Page 42: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau

obyek belajar, baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak

secara sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan (by utilization). Menurut Kimble

dan Garmezi dalam Trianto (2010, 9) menyatakan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari

pengalaman.Sedangkan Garry dan Kingsley dalam Trianto (2010, 9) menyatakan

bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisional melalui

pengalaman dan latihan-latihan.

Dengan demikian dapat diambil inti pengertian dari belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman.Perubahan tingkah laku

tersebut dapat berupa perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan,

pemahaman, dan apresiasi.Oleh karena itu harus diciptakan suasana agar belajar

di sekolah berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Pada akhirnya konsep belajar menekankan tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga

tentang nilai dan norma.

3. Teori Belajar

Berbagai ahli pendidikan telah mengemukakan definisi belajar, tetapi

dalam pembahasan ini tidak semua teori belajar diuraikan. Definisi atau batasan

belajar tersebut salah satunya dikemukakan oleh Gagne. Menurut Gagne dalam

Sagala (2009) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedang menurut

Gagne (1977) belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi

perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan

Page 43: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis

kinerja.Dikemukan juga oleh Divesta dan Thomson (1970) dalam Suyono (2011)

menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap

sebagai hasil dari pengalaman . Belajar menurut teori perilaku merupakan suatu

perubahan perilaku yang dapat diamati, dan terjadi melalui terkaitnya stimulus-

stimulus dan respon-respon menurut prinsip mekanik. Ivan Pavlov menyatakan

bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka reflektif

dan tidak dapat dikendalikan. Skinner dengan teorinya Operant Conditioning

menyatakan bahwa perilaku yang ditampilkan oleh stimulus-stimulus khusus

hanya sebagian kecil dari semua perilaku-perilaku (Ratna Wilis, 1989: 23-

24).Dalam buku perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2009) belajar didefinisikan

sebagai suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral

change) pada individu yang belajar.Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau

obyek belajar baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak

secara sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan (by utilization).

Berdasarkan berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan dapat

diberikan pengertian belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku akibat

pengalaman, yang relatif menetap, menuju kebaikan, perubahan positif kualitatif,

belajar tidak hanya dari segi teknis tetapi juga tentang nilai dan norma. Pada

penelitian ini akan dibahas beberapa teori belajar yang didasarkan melalui

serangkaian eksperimen, yang secara sintak dan simantik dapat diandalkan.Teori-

teori yang dkembangkan setelah abad ke 20 dikelompokkan menjadi dua, yaitu

Page 44: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kelompok teori perilaku (behavioristik) yang meliputi teori stimulus-respon ( S-R)

conditioning dan kelompok Gestalt-field yang meliputi teori kognitif (Ratna

Wilis,1989: 19). Teori ini terus mengalami perkembangan , diantaranya teori

kondisioning operant B F Skiner, teori pengolahan informasi Robert Gagne, teori

perkembangan kognitif Jean Piaget, teori sosial Albert Bandura, dan teori

motivasi (teori atribusi) Bernard Weiner.Teori belajar yang melandasi metode

pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek adalah teori

belajar kognitif dan konstruktivisme.

Dimulai dari Piaget dalam (Suyono,2011) kognitivisme lebih mendekati

konstruktivisme yang menganut filsafat empirisme dengan asumsi pembangunan

kemampuan kognitif harus melalui pengalaman atau tindakan yang termotivasi

dengan sendirinya terhadap lingkungan , jadi pembelajaran harus bersifat aktif.

Menurut pandangan psikologi, kognitif adalah pengetahuan dibangun dalam

pikiran siswa dan belajar merupakan hasil interaksi antara apa yang diketahui,

informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan ketika belajar. Teori belajar

kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, juga lebih

menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta

pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan

belajarnya.Sehingga model belajar kognitif sering disebut sebagai sebagai model

perseptual.

Disamping teori kognitif, kedua model pembelajaran tersebut juga

didasarkan pada teori konstruktivisme. Belajar dalam pandangan konstruktivisme

merupakan suatu proses aktif. Asumsi tentang konstruktivisme tersebut sesuai

Page 45: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dengan pendapat Thomas M. Duffy dan David H. Jonassen (1992 : 102 ),

bahwa ”Assumption of Constructivism ... Learning is active, Learning is an active

process in which meaning is develop on the basis of experience” .

Menurut pandangan konstruktivisme, manusia membangun atau

menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi arti pada pengetahuan

sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu adalah konstruksi manusia dan secara

konstan manusia mengalami pengalaman-pengalaman baru, sehingga pengetahuan

itu tidak stabil. Pemahaman kita tentang pengetahuan akan semakin mendalam

dan kuat jika diuji melalui pengalaman-pengalaman baru. Dalam hal ini siswa

perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna

bagi dirinya, dan mengemukakan ide-ide yang berguna bagi dirinya. Pernyataan

tersebut sesuai dengan pendapat Discroll (1994: 360), bahwa ” .... constructivist

thery rests on the assumption that knowledge is constructed by leaners as they

attempt to make sense of their experiences.Learners, therefore, are not empty

vessels waiting to be filled, but rather active organisms seeking meaning”. Hal ini

berarti menurut teori konstruktivisme pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

dengan mencoba memberi arti dari pengalamannya. Siswa harus tetap selalu aktif

mencari makna selama proses belajarnya.Teori belajar yang mendukung dan

mendasari model pembelajarn SSCS dan Proyek ini dikembangkan oleh tokoh-

tokoh seperti Jean Piaget, Vygotsky, Ausebel, dan Bruner.

a. Teori Konstruktivisme

Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif.

Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Vygotsky menyatakan teori

Page 46: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pembelajarannya sebagai pembelajaran kognisi social (social cognition).

Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu

utama bagi perkembangan individu.Perkembangan pembelajaran anak

dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh kebudayaannya, termasuk budaya dari

lingkungan keluarga anak dimana dia berkembang.

Kunci pemikiran kognisi sosial dari Vygotsky antara lain (1) kebudayaan

mengajari siswa tentang apa berpikir dan bagaimana berpikir, (2) siswa yang

belajar melalui pengalaman pemecahan masalah akan digunakan untuk saling

berbagi dengan orang lain, (3) secara bertahap anak tanggung jawab dalam

menyelesaikan masalah, (4) bahasa adalah bentuk primer dari interaksi melalui

orang dewasa dalam membagi pengetahuan yang terkandung dalam kebudayaan

kepada anak, (5) anak memilki bahasa sendiri yang dipergunakannya sebagai

perangkat primer bagi adaptasi intelektualnya sebagai bentuk pengungkapan hasil

kemajuan belajarnya, (6) melalui bahasa anak dapat melakukan internalisasi

(internalizing) terhadap kebudayaan yang kaya akan pengetahuan serta sebagai

alat bagaimana berpikir, (7) ada perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak

sendiri dengan apa yang dilakukan siswa dengan bantuan guru atau orang tua,

Vygotsky menyebut sebagai ZPD (zone of proximal development), (8) siswa

belajar dari kebudayaan di sekelilingnya untuk memecahkan permasalahan

sebagai cara siswa memperoleh ketrampilan baru, (9) secara signifikan

perkembangan intelektual anak terjadi karena interaksi dengan kebudayaan di

sekelilingnya.Menurutnya pembicaraan egosentrik merupakan permulaan

pembentukan kemampuan bicara yang pokok yang akan digunakan sebagai alat

Page 47: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dalam berpikir. Vygotsky membedakan antara pengertian spontan dan pengertian

ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman

sehari- hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas.

Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisiksn secara logis dalam

suatu system yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari

pengertian spontan ke ilmiah.

Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan

figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur

pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam

situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan

pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial.

Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks, yang terpenting adalah bagaimana

menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstektual. Secara sosiologis,

pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam

belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif

dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Peran

guru dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah memberikan

dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar

kemudian sedikit demi sedikit mengurangi bantuan tersebut setelah peserta didik

mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi.

Page 48: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

b. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget

Menurut Piaget dalam Suyono (2011,86) belajar akan lebih berhasil jika

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.Peserta didik

diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan

dari guru. Di samping itu Piaget mengembangkan konsep adatasi dengan dua

variannya yaitu asimilasi dan akomodasi.Adaptasi adalah struktur fungsional,

yang menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya

dalam proses pengebangan kognitif.

Adaptasi terdiri dari dua proses yang saling melengkapi yaitu asimilasi dan

akomodasi.Asimilasi adalah integrasi unsur-unsur eksternal terhadap struktur

yang sudah lengkap pada organisme.Asimilasi kognitif meliputi obyek eksternal

yang disintesiskan untuk menjadi struktur pengetahuan internal.Proses asimilasi

didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasi

informasi-informasi yang sampai kepadanya.Kemudian informasi-informasi

tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang sebelumnya telah

dipahaminya.

Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau

menggabung-gabungkan istilah/konsep lama untuk menghadapi tantangan baru.

Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang sudah dimiliki

sebelumnya untuk disesuaikan dengan obyek stimulus eksternal. Jadi jika pada

asimilasi terjadi pada perubahan pada obyeknya, maka pada akomodasi perubahan

terjadi pada subyeknya, sehingga subyek dapat menyesuaikan diri dengan obyek

Page 49: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

yang ada di luar dirinya.Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang

mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan obyeknya.

c. Teori Ausubel.

Menurut David Ausubel peserta didik akan belajar dengan baik jika apa

yang disebut pengatur kemajuan perkembangan belajar atau advance organizers

yang didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik .Pengatur kemajuan belajar

adalah konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang

akan diajarkan kepada peserta didik. Ausubel percaya bahwa ”advance

organizers” dapat memberikan tiga macam manfaat, yakni: 1) dapat menyediakan

suatu kerangka konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa.

2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang

sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang ”akan” dipelajari sedemikian

rupa sehingga dan 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar

secara lebih mudah.

Dari penjelasan tersebut maka belajar sebagai proses yaitu: 1) belajar tidak

hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak

mereka sendiri; 2) anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola

bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru; 3) para

ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan

mencerminkan pemahaman mendalam tentang suatu persoalan; 4) pengetahuan

tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau preposisi yang terpisah, tetapi

mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan; 5) manusia mempunyai

tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru; 6) siswa perlu dibiasakan

Page 50: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan

bergelut dengan dengan ide; 7) proses belajar dapat mengubah struktur otak,

perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi

pengetahuan dan keterampilan seseorang.

Pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus baik, dengan demikian

seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut Ausubel sangat

abstrak, umum dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan diajarkan itu. Selain

itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa memiliki logika

berfikir yang baik maka guru akan kesulitan memilah-milah materi pelajaran,

merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta menjelaskan materi

dalam struktur yang sistematis. Untuk mendalami lebih lanjut tentang belajar

bermakna, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh

siswa, yang tercakup dalam tiga aspek kemampuan antara lain :

1). Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a) Pengetahuan (mengingat,

menghafal); b) Pemahaman (menginterprestasikan); c) Aplikasi (menggunakan

konsep untuk memecahkan masalah); d) Analisis (menjabarkan suatu konsep);

e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh);

f). Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode dan sebagainya).

2). Psikomotor, yang terdiri dari lima bagian: a) Peniruan misalkan

menirukan gerakan, b) Penggunaan yaitu menggunakan konsep untuk melakukan

gerak c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), d) Perangkaian (melakukan

beberapa gerakan sekaligus dengan benar), e) Naturalisasi yaitu melakukan gerak

secara wajar.

Page 51: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3).Afektif, yang terdiri dari lima karakteristik antara lain: a) Sikap yaitu

mengamati dan menirukan sesuatu yang positif; b) Minat untuk mengetahui bakat

dan pelayanan individual, memilih metode dan motivasi belajar siswa; c) Konsep

diri untuk menentukan jenjang karier siswa dan motivasi belajarnya; d) Nilai

adalah keyakinan dan target sikap serta perilaku siswa; e) Moral berkaitan dengan

perasaan benar atau salah dan kebahagiaan orang lain atau diri sendiri.

Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar

berhubungan dengan informasi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa

serta cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur

kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran

penemuan dimana siswa berinteraksi dengan obyek melalui pengamatan. Dalam

mempelajari materi elektrolisis dengan menggunakan metode Search Solve Create

and Share (SSCS) dan Proyek, siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada

struktur kognitif yang telah ada pada materi sebelumnya yaitu redoks, sehingga

belajar siswa menjadi bermakna. Dengan kedua metode tersebut siswa mampu

mengaplikasikan materi elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari dan siswa tidak

hanya sekedar belajar hafalan.

d. Teori Bruner

Dalam bukunya yang mendukung prinsip kognitivisme yaitu The Proses of

Education (1960) dan The Culture of Education (1996), Bruner dengan konsepnya

menyatakan bahwa belajar dengan menemukan (discovery learning), siswa

mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir

yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak. Pendidikan pada hakikatnya

Page 52: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

merupakan proses penemuan personal (personal discovery) oleh setiap individu

siswa. Guru harus memberikan keleluasan kepada siswa untuk menjadi pemecah

masalah (problem solver), seorang ahli sains, matematikawan, ahli sejarah dan

profesi lain yang menantang, menjelajah, dan berbasis penemuan. Siswa dibiarkan

menemukan arti hidup bagi dirinya sendiri dan memungkinkan mereka

mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri. Siswa didorong dan

disemangati untuk belajar sendiri melalui kegiatan dan pengalaman. Peran guru

terutama untuk menjamin agar kegiatan belajar menimbulkan rasa ingin tahu

(kuriositas) siswa, meminimalkan resiko kegagalan belajar relevan dengan

kebutuhan siswa.

Menurut Bruner guru yang efektif harus membantu pembelajar dan

membimbingnya untuk melewati ketiga fase (enaktif, ikonik dan simbolik)

dengan suatu proses yang disebut scaffolding. Suatu cara bagi siswa untuk

membangun pemahamanya sehingga siswa dapat menjadi pembelajar yang

mandiri, dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari

melalui memorisasi hafalan (rote memorization).

4. Pembelajaran Berbasis Masalah Search Solve Create and Share ( SSCS)

Metode SSCS adalah metode pembelajaran yang menggunakan

pendekatan problem solving, yang didesain untuk mengembangkan keterampilan

berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Search Solve

Create and Share (SSCS) dikembangkan oleh Pizzini (1988) menyususn suatu

model pembelajaran metode pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam

Page 53: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta memecahkan masalah-

masalah yang nyata.

Penggunaan metode ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan

bantuan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Metode

pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru,

membangkitkan minat bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang

nyata. Metode pembelajaran SSCS merupakan metode pembelajaran yang

memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan

kreativitas dan keterampilan berfikir dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu

dengan melakukan penyelidikan dan mencari SSCS.

a.Tujuan Pembelajaran metode SSCS

Metode pembelajaran SSCS menyediakan kerangka kerja bagi guru

untuk : 1) membuka minat atau menimbulkan perhatian siswa dalam jangkauan

yang luas; 2) Memasukkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi ke dalam kurikulum

ilmu pengetahuan; 3) melibatkan keaktifan semua siswa dalam proses belajar; 4)

mengembangkan pemahaman bahwa terhadap hubungan di antara ilmu

pengetahuan, teknologi dan masyarakat yang difokuskan pada pribadi, relevan,

dan masalah nyata.

Menurut Pizzini (1991: 6) menyatakan bahwa metode pembelajaran SSCS

menyediakan kesempatan kepada siswa untuk: 1) memahami proses problem

solving; 2) mempelajari dan memperkuat konsep dasar ilmu dengan lebih

bermakna; 3) memanipulasi informasi ilmiah; 4) menggunakan ketrampilan

Page 54: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

berfikir tingkat tinggi; 5) mengembangkan metodologi ilmiah;6) mengembangkan

minat terhadap ilmu pengetahuan dan kepercayaan kepada ilmu melalui tindakan

ilmu; 7) mengalami bagaimana ilmu pengetahuan berkreasi dan berkembang; 8)

mempertanggungjawabkan belajarnya sendiri; 9) bekerja bersama (kooperatif)

dengan yang lainnya; dan 10) menggabungkan grafik, gambar, komputer, seni

bahasa, dan lainnya dalam keseluruhan cara.

b. Siklus Pembelajaran SSCS

Pelaksanaan pembelajaran problem solving metode Search Solve Create

and Share (SSCS) di kelas melalui tahap atau siklus SSCS. Siklus pembelajaran

dengan metode SSCS dapat dilihat pada skema berikuti (Pizzini, 1991: 5).

Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran SSCS

Ada empat tahapan atau fase yang terdapat dalam metode pembelajaran ini

menurut Pizzini (1996). Fase Search menyangkut ide-ide lain yang mempermudah

dan mengidentifikasi serta mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki

Fact Finding

Skill Learning

SEARCH

SOLVE

CREATE

SHARE

Page 55: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(researchable question) atau, masalah dalam sains. Selain proses identifikasi dan

mengembangkan pertanyaan dan masalah selama fase search, siswa juga

mengidentifikasi kriteria untuk menetapkan permasalahan dan menyatakan

pertanyaan dalam format pertanyaan yang dapat diselidiki. Fase search membantu

siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalan permasalahan

ke konsep-konsep sains yang relevan. Kemudian masalah diidentifikasi dan

diterapkan oleh siswa, berdasarkan skema konseptual siswa.

Fase Solve (Pizzini:1996) berpusat pada permasalahan spesifik yang

ditetapkan pada fase search dan mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan

menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban. Selama fase Solve

siswa mengorganisasikan kembali konsep-konsep yang diperoleh dari fase Search

menjadi konsep-konsep yang berada dalam ”higher-order” yang

mengidentifikasikan cara untuk menyelesaikan permasalahan dan jawaban yang

diinginkan. Penerapan konsep-konsep sains dalam fase solve memberikan

kebermaknaan terhadap konsep sewaktu siswa memperoleh pengalaman untuk

menghubungkan antara konsep yang termuat dalam permasalahan, konsep dari

permasalahan yang diselesaikan, dari konsep yang diterapkan dalam

permasalahan, yang semuanya dihubungkan ke skema konseptual siswa

Fase Create mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang

terkait dengan permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan

generalisasi, jika diperlukan memodifikasi. Siswa menggunakan keterampilan

seperti mereduksi data menjadi suatu penjelasan tingkat paling sederhana. Fase

Create menyebabkan siswa untuk mengevaluasi proses berpikir mereka. Hasil

Page 56: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dari fase create adalah pengembangan suatu produk inovatif yang

mengkomunikasikan hasil fase search ke fase solve ke siswa lainnya (Pizzini:

1996). Pada tahap search siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan

tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve

siswa membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan dalam penyelidikan

untuk mencari jawaban atas pertanyaan-penginterpretartanyaan penyelidikannya.

Setelah melakukan penyelidikan siswa menganalisis dan menginteprestasikan data

yang diperolehnya. Siswa selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan

untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini merupakan tahap create.

Tahap terakhir dalam metode pembelajaran SSCS ini adalah share .Pada

tahap share ini siswa membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari

penyelidikan yang dilakukannya.Langkah-langkah/sintaks dalam menerapkan

metode SSCS yang digunakan peneliti dapat terlihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Sintaks Metode SSCS

FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Search (mencari

permasalahan)

Guru memberikan masalah

dengan diawali pertanyaan

siapa(who),apa (what),

kapan(when) dan

bagaimana (how)

Merumuskan pertanyaan

yang berhubungan dengan

masalah dan memilih salah

satu yang dianggap

pertanyaan terbaik dari

suatu masalah.

Memberikan gagasan

untuk menyelesaian atau

menjawab pertanyaan

yang telah disusun.

Solve (memecahkan

masalah)

Mengidentifikasi kriteria

yang akan digunakan untuk

menyelesaikan masalah.

Mendiskusikan alternatif

kegiatan yang akan

digunakan untuk

pemecahan masalah yang

telah dipilih.

Page 57: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Mendesain kegiatan yang

akan dilakukan dengan

berdiskusi

Create ( membuat/

menciptakan rencana

pemecahan masalah )

Guru membantu

mengarahkan siswa agar

dapat memecahkan

masalahnya dengan

pertanyaan yang mengarah

pada pemecahan masalah.

Menunjukan masalah dan

pemecahannya yang

menunjukan bahwa siswa

adalah pencipta dari

pemecah masalah itu.

Share (membagi atau

memberikan hasil dan

evaluasi dari

penyelidikan yang

dilakukannya.)

Guru memberikan

penguatan untuk

pemecahan permasalah

yang telah dilakukan oleh

siswa dan membantu

mempebaiki cara

pemecahan masalah yang

masih kurang tepat.

Siswa mempresentasikan

hasil pemecahan masalah

yang telah dilakukan

dengan menggunakan

ucapan, gambar atau

model

Sumber :SSCS Implementation Handbook ( Edward L Pizzini,1991 )

Siklus SSCS yang lengkap (Pizzini, 1991: 7-9) dapat dijelaskan sebagai

berikut : Search pada tahap search ini kegiatan yang dilakukan meliputi: a). State

the facts (menyebut fakta).Fakta yang disebutkan berupa daftar informasi yang

diketahui dan berhubungan dengan situasi. Biasanya digunakan empat pertanyaan

awal yang mengikuti untuk memulai search (mencari), yaitu pertanyaan who

(siapa), what (apa), when (kapan) dan how (bagaimana) dari suatu masalah. b).

Analyze the facts (menganalsis fakta) Pada tahap ini dilakukan observasi dan

analisis dari informasi yang diketahui. Merumuskan pertanyaan dan mencari

jawaban yang berhubungan dengan masalah. Mengumpulkan data tambahan jika

diperlukan. c).State the problem. Merupakan masalah dengan mendefinisikan

masalah dalam bentuk pertanyaan - pertanyaan. Dengan bertanya ”mengapa” pada

Page 58: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

setiap pertanyaan sering membantu untuk membuat jalan baru dari sebuah

gagasan. Kemudian beberapa uraian baru dari masalah tersebut dipilih salah satu

yang dianggap pernyatan terbaik dari suatu masalah. d). Brainstorming (ilham).

Mengikutsertakan ilham untuk menghubungkan gagasan sebanyak-banyaknya,

untuk menghubungkan gagasan yang lebih luas, dan ide atau gagasan-gagasan

yang kreatif.

Solve pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: a). Determine the

criteria (menentukan kriteria).Identifikasi dan daftar kriteria akan digunakan

dalam memilih alternatif (solusi) terbaik. b). Judge the alternatives

(mempertimbangkan alternatif). Menggunakan suatu sistem jaringan untuk

mempertimbangkan alternatif solusi pada kriteria, skor tertinggi untuk penerimaan

solusi biasanya adalah yang terbaik. Kadang-kadang skor tertinggi dari sebuah

gagasan dapat dikombinasikan ke dalam pelaksanaan suatu solusi. Sifat dari suatu

masalah dan pertanyaan research biasanya menghasilkan tipe dari investigasi

untuk dilakukan. Penentuan metode research yang tepat adalah sangat penting

pada tingkat ini.c). Scrutinize the solution and/or procedure (meneliti dengan

cermat dari solusi dan atau prosedur). Dalam hal ini siswa diharapkan terus

berfikir mengenai solusi, mencoba untuk memprediksi kesulitan apa yang

mungkin dapat diatasi.d).State the plan (menyatakan rencana). Pada tahap ini

terus bicaralah pada diri sendiri tentang rencana, berbicara yang dituangkan dalam

bentuk laporan atau catatan tentang informasi baru yang diperoleh. Rencana

tersebut harus memasukkan solusi, materi yang akan dibutuhkan, siapa siswa yang

akan terlibat dalam membawa keluar pada tahap ini, banyak masalah yang harus

Page 59: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

diatasi dengan solusi dan informasi lain yang berhubungan. Pengumpulan dan

pengorganisasian data harus diselesaikan pada tahap ini.

Create pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi :a). Implement the

plan (pelaksanaan rencana).Ungkapan masalah dan atau solusi sebagai

penemu,pencipta, penjelajah, pembuat keputusan atau penghubung. b).Arriculate

your thingking (artikulasikan pikiranmu).Mengkomunikasikan dengan diri sendiri,

seperti mengapa kamu lakukan dan apa yang kamu lakukan.c).Data display and

analysis (displai data dan analisis). d).Choose an audience for snce for share

(pilih pendengar untuk berbagi). e).Choose an avenve of presentation for the

share (memilih jalan presentasi untuk berbagi )Prepare the create

(mempersiapkan karya/ciptaan)

Share pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : a). Promote your

solution (mempromosikan penyelesaian masalah). b). Display your solution

(menampilkan penyelesaian masalah).c). Communicate your solution vebally

(orally or in writing) and/ or visually (with drawing or models) yaitu

komunikasikan solusi secara verbal dengan ucapan atau dalam tulisan dan atau

secara visual dengan gambar atau model. d). Evaluate feed back received from

others adalah mengevaluasi balikan yang diterima dari lainnya. d). Reflect on

your effectiveness as a problem solver maksudnya merefleksikan dalam

keefektifan sebagai pemecah masalah.

Page 60: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

5. Pembelajaran Berbasis Masalah Proyek.

Pembelajaran berbasis masalah proyek adalah strategi pembelajaran yang

menunjukkan bahwa siswa mengalami dan belajar atas konsep-konsep inti suatu

disiplin ilmu melalui proyek sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan antara

aktivitas dan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan diharapkan dapat

berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Dalam pembelajaran kimia guru

akan banyak terlibat dalam penggunaan alat dan bahan kimia yang biasanya

dilakukan di laboratorium untuk membangun pengertian siswa tentang bahasan

tertentu.

Metode Proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan

penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau

kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan

perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi (Ratna Wilis, 1989:153). Konsep

dan karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah metode atau

pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual

melalui kegiatan-kegiatan yang komplek. Fokus pembelajaran terletak pada

konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa

dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang

lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi

pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk

nyata. Pengajaran berbasis proyek/tugas berstruktur (proyect based learning)

membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan

belajar siswa didesain agar dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-

Page 61: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan

melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa

untuk bekerja secara mandiri dalam membentuk pembelajarannya, dan

mengkulminasikannya dalam produk nyata.

Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk

membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk siswa.

Dalam pembelajaran ini, siswa menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar

mereka (instruktur) berposisi di belakang dan pembelajar berinisiatif, instruktur

memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun

penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari. Produk yang dibuat siswa

selama proyek memberikan hasil yang secara autentik dapat diukur oleh guru

dalam pembelajaran-nya. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran berbasis proyek,

guru tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi guru menjadi

pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa.

Dalam pembelajaran menggunakan metode Proyek siswa dapat disiapkan

dalam kolaborasi dengan guru tunggal atau ganda, sedangkan siswa belajar di

dalam kelompok kolaboratif 4-5 orang. Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka

menemukan ketrampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat

konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung

jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan

disajikan. Ketrampilan-ketrampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini

merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya.

Hakekat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan ketrampilan akan

Page 62: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan

individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu

keseluruhan. Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat

disebut pembelajaran berbasis proyek. Dimulai dari pertanyaan ”apa yang harus

dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek,”

dan keunikan Pembelajaran Berbasis Proyek yang ditemukan dari sejumlah

literatur dan hasil penelitian, menetapkan lima kriteria apakah suatu pembelajaran

berproyek termasuk sebagai pembelajaran berbasis proyek. Lima kriteria itu

adalah keterpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah,

investigasi konstruktif atau desain, otonomi pembelajar, dan realisme. Proyek

dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan

pelengkap kurikulum.

Menurut Ratna Wilis (1989: 69) langkah-langkah metode proyek adalah:

a). guru mengajukan sejumlah problematik. Siswa tidak dapat diharapkan dengan

sendirinya mampu melakukannya, tanpa insiatif guru. Hampir setiap proyek mulai

dengan direncanakan oleh guru pada tahap pemula, karena siswa memerlukan

bantuan dan bimbingan guru serta kesempatan untuk memilih proyek yang sesuai

dengan minatnya; b) siswa memilih topik masalah yang diinginkan. Usulan kerja

proyek dapat dimulai pada saat guru mengajukan sejumlah masalah yang dapat

dipecahkan siswa melalui kerja proyek. Untuk menentukan masalah ini guru dapat

bertolak dari minat para siswanya, di sini siswa dapat memilih topik masalah yang

diajukan guru. Perlu diperhatikan bahwa guru tidak boleh terlalu banyak

memberikan pengarahan kepada siswa; c) siswa membentuk kelompok kecil dan

Page 63: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

menentukan langkah penyelesaian. Bagi siswa yang belum berani mengerjakan

proyeknya secara individual, guru dapat menyarankan agar mereka dapat

bergabung dengan temannya untuk bekerjasama dalam mengerjakan proyek

tersebut, karena pada hakekatnya mereka senang bekerjasama. Jumlah siswa

paling sedikit dua orang, karena terlalu banyak jumlah anggota kelompok akan

mengurangi bahkan menghilangkan kesempatan bagi siswa untuk bekerja; d)

siswa menyusun program kerja. Untuk menyusun program secara reguler, guru

perlu terlibat dalam pengaturan waktu, karena siswa masih terikat dengan jam

sekolah. Guru perlu menyusun program khusus atau memanfaatkan akhir dari

setiap jam pelajaran, kira-kira 20 menit untuk berkonsentrasi pada kerja proyek.

Pada saat itu siswa menyusun program kerja yang berkenaan dengan kegiatan

penyelidikan, guru berperan mengamati. Pada jam-jam praktikum dapat pula

siswa menyusun dan mengerjakan proyeknya; e) siswa mencari sumber yang

diperlukan. Kelangsungan suatu proyek memerlukan fasilitas khusus sesuai

dengan masalah yang dipecahkan. Untuk memenuhi hal ini diperlukan biaya

tambahan guna pengadaan alat-alat dan bahan yang diperlukan sebagai penunjang

proyek; f) siswa mengadakan penyelidikan. Secara umum untuk berlangsungnya

proyek diperlukan ruangan khusus tempat siswa bekerja, yang dilengkapi dengan

meja yang lebar dan kursi-kursi. Pada tempat dan situasi tersebut siswa

melakukan penyelidikan, tetapi tempat penyelidikan juga bisa dilakukan di luar

ruangan, misalnya di pantai, pegunungan, sawah, kolam, dan tempat-tempat lain

yang diperlukan. Langkah berikutnya g) mengumpulkan data yang dipandang

penting. Dalam penyelidikan di laboratorium tertutup maupun terbuka, semua

Page 64: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

kejadian di tulis dan data yang didapat dicatat dengan baik, kemudian diverifikasi.

Data yang relevan dikumpulkan, dianalisis, dihubungkan kemudian dibuat tulisan

yang sistematis. Langkah berikutnya h) menyusun laporan tertulis.

Penyusunan laporan ditulis dengan pedoman yang ditentukan guru yaitu

berisi: (1) pendahuluan (terdiri atas: rumusan topik atau masalah yang diteliti,

tujuan, ruang lingkup, metode penelitian serta hasil penting yang diperoleh); (2)

materi dan metode (terdiri atas: deskripsi alat dan bahan yang digunakan,

deskripsi metode yang digunakan); (3) eksperimen dan hasil (terdiri atas:

deskripsi eksperimen, dan deskripsi hasil; (4) diskusi (terdiri atas: latar belakang

materi yang relevan, interprestasi data, dan prinsip-prinsip utama atau

generalisasi. Langkah berikutnya i) presentasi hasil laporan. Laporan yang ditulis

secara sistematis dipaparkan kepada siswa yang lain atau bila perlu mengundang

beberapa guru guna memperoleh saran perbaikan dan sekaligus untuk mendorong

minat siswa lain bahwa presentasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Langkah-

langkah/sintaks dalam menerapkan metode proyek yang digunakan peneliti dapat

terlihat dalam Tabel 2.2.berikut ini:

Tabel 2.2 Sintaks Metode Proyek

FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Guru mengajukan

permasalahan.

Siswa memilih topik

yang diinginkan

Menyodorkan beberapa

permasalahan penelitian yang

aktual dengan penjelasannya

Memandu kelompok-kelompok

yang dibentuk seraya

memberikan argumen yang

ilmiah atas topik yang dipilih.

Mempelajari topik atau

judul yang akan dipilih dan

diminati

Mendiskusikan dengan

teman dalam kelompok

tentang topik yang dipilih

Page 65: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

FASE-FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Siswa membentuk

kelompok kecil dan

menentukan langkah

penyelesaian

Siswa menyusun

program kerja

Memberi kebebasan kepada

siswa untuk membentuk

kelompok peneliti minimal 2

orang

Terlibat dalam pengaturan

waktu, karena siswa masih

terikat dengan jam sekolah.

Guru perlu menyusun pro-gram

khusus atau memanfaat-kan

akhir dari setiap jam pelajaran,

kira-kira 20 menit untuk

berkonsentrasi pada kerja

proyek.

Menentukan teman yang

cocok untuk masuk ke

dalam kelompok

Mendiskusikan tentang

literatur yang digunakan,

laboratorium, alat dan

bahan, waktu penelitian

serta batas waktu penelitian

Siswa mencari sumber

yang diperlukan

Memfasilitasi kepentingan

siswa seperti melakukan

koordinasi kepada pengurus

laboratorium dan pengurus

perpustakan atau pihak lain

yang berkaitan dengan

kegiatan penelitian siswa.

Mencari sumber belajar

seperti yang ditunjukan

guru atau sesuai yang

mereka tahu

Siswa mengadakan

penyelidikan

Mengumpulkan data

Mendampingi langsung dan

tidak langsung kelompok siswa

yang mengadakan penelitian.

Memeriksa data yang

dikumpulkan .

Pada waktu yang telah

ditentukan siswa berada di

tempat penyelidikan

Data dikumpulkan,

dianalisis, dihubungkan

kemudian diverifikasi

Siswa menyusun

laporan tertulis

Presentasi hasil laporan

Menentukan kerangka lapor-an

yaitu berisi: (1) Pendahu-luan

(2) Materi dan metode (3)

Eksperimen dan (4) Hasil

diskusi.

Memandu dan menilai

presentasi siswa bila perlu

mengundang beberapa guru dan

siswa lain.

Menulis kerangka laporan

secara lengkap

Laporan yang ditulis secara

sistematis dipaparkan

kepada siswa dan guru

Sumber: Made Wena 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer

Page 66: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Kelima langkah kegiatan tersebut harus dipatuhi secara baik oleh guru dan

siswa untuk mencapai pemahaman yang optimal. Dalam praktek ke lima langkah

tersebut disederhanakan menjadi kegiatan awal, inti, dan akhir .Menurut Ratna

Willis (1989:194) dalam pelaksanaannya penggunaan metode Proyek banyak

keungggulannya namun juga kekurangnya. Kelebihan penggunaan metode

Proyek di antaranya adalah: 1) Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis

tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa yang tekun sampai

kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga

melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan.

Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen

kurikulum yang lain; 2) Kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada

pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya

bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya

untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan

masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis

proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-

problem yang komplek; 3) Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok

dalam proyek. Memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktekkan

keterampilan berkomunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik

menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, siswa akan belajar maksimal

di dalam lingkungan kolaboratif.

Sejalan dengan kelebihan di atas metode Proyek juga memiliki

kelemahannya yaitu: 1) menyita waktu. siswa yang terlibat dalam metode Proyek

Page 67: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

akan mencurahkan waktu yang banyak dan kegiatan yang cukup padat, sehingga

dapat melalaikan mata pelajaran lainnya, sementara itu muatan pelajaran di

sekolah cukup banyak; 2) Siswa terbelenggu oleh kecakapan tertentu saja. Metode

Proyek digunakan untuk konsep tertentu saja sehingga mereka tidak memiliki

kesempatan untuk mendalami konsep lainnya dengan kekuatan metode yang

sama; 3) Terbatas penggunaannya. Metode Proyek akan dilaksanakan secara

efektif untuk siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dan didukung oleh

fasilitas yang disediakan sekolah secara memadai. Apabila sekolah tidak memiliki

ruang laboratorium, alat dan bahan yang lengkap dan memadai serta ditunjang

oleh perpustakan yang lengkap dan kondusif, maka kegiatan ini sulit dilakukan.

6. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan

kognitif karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan

otak.Para pakar kreativitas misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui

“Teori Belahan Otak” (Hemisphere Theory) mengataka bahwa sesungguhnya otak

manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan yakni belahan otak

kiri dan belahan otak kanan. Fungsi otak kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan

yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, beraturan,

dan sejenisnya yang mengarah kepada cara-cara berfikir konvergen (convergent

thingking). Adapun otak kanan berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat

non linier, non verbal, holistik, humanistik, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan

mistik dan sejenisnya yang mengarah kepada cara-cara berfikir menyebar

Page 68: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

(divergent thingking) Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun

pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan

peningkatan pengetahuan, dan ketrampilan siswa, baik dari segi kognitif,

psikomotorik maupun afektif. Pengem-bangan ketiga ranah keterampilan berfikir

tersebut tergantung pada bagaimana guru menerapkan strategi yang tepat dalam

mengajar dan usaha maksimal siswa mening-katkan pengetahuannya secara

mandiri.

Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta

(Purwodarminto, 1984). Menurut Torrance (1988 dalam Munandar 2009: 27),

kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan mengamati adanya

masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan

menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan

akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari produk, kreativitas adalah

sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong

kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun

eksternal dari lingkungan. Lebih lanjut Munandar menambahkan bahwa

kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena berkreasi berarti tumbuhnya

kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian

terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada individu dan

memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.

Masih menurut Utami Munandar (2009: 27) bahwa dalam

perkembangnnya kreativitas sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek

pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas

Page 69: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari

proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah,

membuat dugaan tentang masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,

kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-

hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi,

iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan

bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreatif, ialah sesuatu yang baru, orisinal,

dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya

memerlukan dorongan internal maupun eksternal.

b. Pembelajaran Kreatif

Belajar kreatif merupakan situasi belajar yang memberi ruang kepada

siswa untuk berkembang secara optimal sedangkan guru cakap dalam

menstimulasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan pikirannya, di sini

terjadi interaksi yang tinggi antara guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus

mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan siswa secara

aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas, kegiatan

yang menantang kreativitas siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan

karakteristik siswa.

Menurut Munandar untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif,

diperlukan berbagai keterampilan mengajar. Delapan keterampilan mengajar yang

sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan

bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan

Page 70: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

menuntut pelajaran, membimbing diskusi kecil, mengelola kelas, serta mengajar

kelompok kecil dan perorangan.

c. Strategi Pembelajaran Kreatif

Berbagai strategi pembelajaran kreatif yang telah terbukti berhasil

meningkatkan kreativitas siswa adalah : 1) pembelajaran yang berpusat pada

siswa. Di sini guru berperan sebagai fasilitator, teman belajar, inspirator,

navigator dan orang yang berbagai pengalaman; 2) penggunaan berbagai peralatan

bantu dalam pembelajaran, guru yang kreatif dan banyak akal akan menggunakan

berbagai peralatan dalam mengajar; 3) strategi manajemen kelas. Strategi ini

mencakup menciptakan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan

memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individunya;

4) meningkatkan kreativitas para siswa adalah dengan menghubungkan isi

pembelajaran dengan konteks nyata kehidupan nyata; dan 5) menggunakan

pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif.

d. Ukuran Sikap Kreatif

Menurut Utami Munandar (2009: 70) berdasarkan pertimbangan bahwa

perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berfikir kreatif maka sikap

kreatif dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1) keterbukaan terhadap pengalaman

baru; 2) kelenturan dalam berfikir; 3) kebebasan dalam ungkapan diri, 4)

menghargai fantasi; 5) minat terhadap kegiatan kreatif; 6) kepercayaan terhadap

gagasan sendiri; dan 7) kemandirian dalam memberikan pertimbangan.

Page 71: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

7. Sikap Ilmiah

Arti sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam

mengambil tindakan, terutama bila terbuka berbagai kemungkinan untuk

bertindak (W.S Winkel:1999,77). Istilah sikap dalam bahasa Inggris

disebut ”attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin

yakni ”aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk

melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan sikap sebagai: ”An attitude is an

idea charged with emotion which predis poses a class of actions to aparcitular

class of social situation”. Pernyataan itu dapat diartikan bahwa sikap mengandung

tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek tingkah laku. Secara

umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa

cenderung untuk berperilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana

berhadapan dengan suatu masalah atau objek.

Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk

bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis

melalui langkah-langkah ilmu pengetahuan. Menurut Baharuddin (1982: 34)

bahwa ”sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para

ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Dengan

perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam

memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.

Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985:

31-34 dalam Bahrul Ulum 2007:1) sikap ilmiah yang biasa dilakukan para ahli

dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain: Sikap ingin

Page 72: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

tahu,sikap kritis,sikap obyektif, sikap ingin menemukan, sikap menghagai karya

orang lain, sikap tekun dan terbuka : dalam menghadapi masalah yang baru, maka

ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan

peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk

menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam

menyelesaikan eksprimen. Sikap kritis: tidak langsung begitu saja menerima

kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti-bukti pada

waktu menarik kesimpulan; tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh

orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.

Sikap objektif: melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias

pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat

mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek.

Sikap ingin menemukan: selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru;

kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan

konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang

dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain: tidak akan mengakui dan

memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah

walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. Sikap tekun: tidak bosan

mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya

meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum

selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Sikap terbuka: bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda

dengan apa yang diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan respon negatif

Page 73: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

terhadap pendapatnya. Dari beberapa aspek sikap ilmiah di atas, maka sikap

ilmiah yang dikembangkan untuk siswa antara lain: jujur, tanggung jawab,

disiplin, kritis, tekun dan terbuka. Dengan demikian, sikap ilmiah adalah sikap

yang dimiliki sesesorang dengan parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung

jawab, ingin tahu, objektif, tekun, ingin menemukan dan terbuka.

8. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah prestasi yang diharapkan pada akhir kegiatan

setelah seseorang belajar. Menurut Winkel (1999) “bahwa prestasi belajar

merupakan salah satu bukti yag menunjukkan kemampuan atau keberhasilan

seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang

diraihnya”. Prestasi belajar dan proses belajar merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan, karena hasil akhir dari suatu proses pembelajaran adalah prestasi

belajar.Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu

dilakukan suatu evaluasi. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil diperoleh karena

adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.Menurut S. Nasution (1996: 17)

prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir,

merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3

aspek yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi

kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga

kriteria tersebut.

Faktor-faktor prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari

dalam diri siswa, yang meliputi: a) gaya belajar; b) motivasi, siswa yang memiliki

motivasi kuat akan mencapai hasil yang maksimal; c) intelegensi (IQ), pada

Page 74: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

umumnya siswa yang mempunyai IQ tinggi dapat lebih berprestasi daripada siswa

yang IQ rendah; d) kesehatan, yang dapat dijaga dengan berolah raga, makanan

bergizi, dan istirahat cukup; dan e) kejelasan tujuan, siswa yang mempunyai

kejelasan tujuan akan belajar lebih bersemangat, sehingga dapat menunjang

keberhasilan dalam pencapaian prestasi terbaik dibandingkan dengan siswa yang

tidak mempunyai kejelasan tujuan.

Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi: a) sarana belajar;

b) metode mengajar; c) faktor keluarga, apabila lingkungan keluarga mendukung

maka mendorong anak untuk dapat berprestasi; d) faktor lingkungan sekolah,

situasi sekolah yang nyaman dan komunikasi kekeluargaan yang kondusif antara

guru dan siswa, antara siswa dengan siswa di dalam sekolah merupakan

pendukung keberhasilan siswa; dan e) faktor lingkungan masyarakat, siswa yang

berada dalam masyarakat dengan kondisi yang baik akan berpengaruh positif

terhadap prestasi siswa.

Menurut taksonomi Bloom (1956), hasil belajar terdiri dari tiga domain

(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26-32), yaitu: Domain kognitif, berhubungan

dengan kemampuan intelektual. Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang

sederhana sampai yang lebih kompleks, yaitu: (1) pengetahuan (knowledge), yaitu

kemampuan mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2)

pemahaman (comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan,

atau meringkas; (3) penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau

menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau

konkret; (4) analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau menjabarkan

Page 75: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya

dapat dimengerti; (5) sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-

bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6) evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan

menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu

berdasarkan kriteria tertentu.

Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai. Ada lima

tipe karakteristik afektif yang penting yaitu 1) Sikap, menurut Fishbein dan Ajzen

dalam Depdiknas (2008), sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk

merespon secara positif atau negatif terhadap suatu obyek, situasi, konsep, atau

orang. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak suka atau tidak

suka. Sikap dapat dibentuk dengan mengamati dan menirukan sesuatu yang

positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.Penilaian

sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik

terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik; 2) Minat, menurut

Getzel dalam Depdiknas (2008), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir

melalui pengalamanyang mendorong seseorang untuk memperoleh obyek khusus,

aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau

pencapaian.Penilaian minat dapat digunakan untuk: mengetahui minat, bakat,

pertimbangan penjurusan dan pelayanan individualmemilih metode yang tepat

dalam penyampaian materi dan meningkatkan motivasi belajar siswa; 3) Konsep

diri, menurut Smith konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap

kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Arah konsep diri bisa positif atau

negatif dan intensitasnya bisa dinyatakan mulai dari rendah sampai tinggi.Konsep

Page 76: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

diri dapat digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa dan untuk

memberikan motivasi belajar siswa dengan tepat; 4) Nilai, menurut Rokeach

dalam Depdiknas (2008), nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,

tindakan, atau perilaku yang diangggap baik atau buruk. Nilai mengacu pada

keyakinan dan memilki target sikap dan perilaku; 5) Moral, moral berkaitan

dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau terhadap

tindakan yang dilakukan diri sendiri. Selain itu ranah afektif yang lain adalah

kejujuran, integritas, adil, dan kebebasan.

Domain psikomotor, adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas

fisik . Menurut Bloom dalam Depdiknas (2008), ranah psikomotor berhubungan

dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui ketrampilan manipulasi yang

melibatkan otot dan kekuatan fisik. Sedang pembelajaran psikomotor /ketrampilan

akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil

mengerjakan (learning by doing) ini sesuai pendapat Mills (1977). Cara menilai

hasil belajar psikomotor (Ryan,1980) dapat diukur melalui 1) pengamatan

langsung selama proses pembelajaran berlangsung; 2) sesudah mengikuti

pembelajaran; 3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai. Dari penjelasan di

atas dapat dirangkum bahwa penilaian hasil belajar psikomotor /ketrampilan

harus mencakup penilaian saat persiapan, proses dan produk. Penilaian

psikomotor dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu siswa

melakukan praktikum di laboratorium atau sesudah proses berlangsung.

Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah belajar dan mengikuti proses

Page 77: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses

pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar

yang baik. Hasil prestasi belajar dapat digunakan antar lain: 1) sebagai indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; 2) sebagai lambang

pemuasan hasrat ingin tahu siswa; 3) sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan;4) sebagai indikator produktivitas institusi pendidikan; 5) dapat

dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa.

Dari uraian kegunaan hasil prestasi belajar di atas maka dapat dimaknai

pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik kognitif, afektif, maupun

psikomotor karena dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat menyusun evaluasi

pembelajaran untuk menghasilkan prestasi belajar yang di sudah ditargetkan.

Dalam penelitian ini, prestasi belajar kognitif ditunjukkan dengan nilai atau

angka, yaitu prestasi akhir dari hasil tes prestasi belajar kimia materi elektrolisis,

prestasi belajar afektif dengan angket dan psikomotor dengan observasi

pengamatan saat proses praktikum berlangsung.

9. Materi Elektrolisis

Reaksi redoks adalah reaksi kimia yang melibatkan serah terima elektron,

aliran elektron adalah arus listrik. Kita dapat menggunakan reaksi redoks spontan

untuk menghasilkan energi listrik dan menggunakan energi listrik untuk

menghasilkan reaksi redoks tidak spontan. Rangkaian perubahan energi kimia

menjadi energi listrik dan perubahan energi listrik menjadi energi kimia disebut

sel elektrokimia. Sel elektrokimia dibedakan menjadi dua yaitu sel volta (energi

Page 78: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

kimia diubah menjadi energi listrik) dan sel elektrolisis (energi listrik diubah

menjadi energi kimia).

Sel elektrolisis (Johari dan Rachmawati, 2006) adalah tempat terjadinya

peruraian zat elektrolit dengan menggunakan arus listrik searah. Pada elektrolisis

melibatkan reaksi redoks tidak spontan dan memerlukan arus listrik dari luar.

Anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi dan bermuatan positif, sedangkan

katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi dan bermuatan negatif. Pada

rangkaian luar, arus listrik dibawa oleh elektron, sedangkan pada rangkaian dalam

(larutan atau lelehan elektrolit) arus listrik dibawa oleh ion.

Secara umum sel elektrolisis terdiri dari: a) Sumber listrik yang menyuplai arus

listrik searah, b) katoda, c) anoda dan d) elektrolit merupakan zat yang dapat

menghantarkan listrik yang akan diuraikan dalam sel elektrolisis (dapat berupa

lelehan dan juga larutan).

Gambar 2.2 Elektrolisis larutan dengan elektrode inert

Elektrolisis dengan menggunakan lelehan reaksinya bersifat sederhana

karena tidak melibatkan air. Sedangkan elektrolisis dengan menggunakan

Page 79: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

elektrolit larutan reaksinya lebih kompleks karena adanya reaksi-reaksi bersaing

pada katoda maupun anoda.

a. Reaksi Elektrolisis

Reaksi elektrolisis dengan elektrolit lelehan menggunakan reaksi redoks

sederhana karena berlangsung tanpa air.

Contohnya elektrolisis lelehan NaCl dengan menggunakan elektroda grafit

(C). Gambar 2.3 menunjukkan elektrolisis lelehan NaCl dengan elektroda inert.

Gambar 2.3 Elektrolisis Lelehan NaCl (Elektrode Inert)

Di dalam sel elektrolisis, ion Na+ akan tereduksi di katode membentuk

logam Na, sedangkan ion Cl- akan teroksidasi di anoda membentuk gas Cl2.

NaCl(l) → Na+(l) + Cl

-(l)

Katoda : Na+(l) + e → Na(s)

Anoda : 2 Cl-(l) → Cl 2(g) + 2e +

Reaksi total : 2Na(l) + 2 Cl-(l) → 2Na(s) + Cl2(g)

Reaksi elektrolisis pada larutan elektrolit menggunakan reaksi redoks yang

kompleks karena adanya reaksi bersaing reaksi redoks elektrolit dan reaksi redoks

pelarut air. Jika elektrolitnya berupa asam maka terdapat reaksi bersaing H+.

Page 80: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Reaksi bersaing di katoda dan anoda pada reaksi elektrolisis larutan tertera pada

Tabel 2. 3

Tabel 2.3 Reaksi Bersaing di Katoda dan Anoda

Reaksi bersaing di katoda Reaksi bersaing di anoda

* Reaksi reduksi kation

Lx+

(aq) + xe → L(s)

* Reaksi oksidasi anion

* Reaksi reduksi air

2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq)

* Reaksi oksidasi air

2 H2O(l) → O2(g) + 4 H+(aq) + 4e

* Reaksi reduksi H+ (elektrolit asam)

2 H+(aq) + 2e → H2(g)

Ketentuan reaksi elektrolisis dengan menggunakan elektrolit larutan

b. Reaksi reduksi di katoda

Kation yang berasal dari logam aktif (gol IA, IIA, Al atau Mn) : air yang tereduksi

2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq)

Kation lain : kation lain tereduksi

Lx+

(aq) + xe → L(s)

2 H+(aq) + 2e → H2(g)

c. Reaksi oksidasi di anoda

Jika anodanya inert ( Pt, Au, C) maka:

Anion yang tidak mengandung oksigen akan teroksidasi:

X-(aq) → X2(g) + 2e

Anion yang mengandung oksigen : air yang teroksidasi

2 H2O(l) → O2(g) + 4 H+(aq) + 4e

Page 81: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Jika anodanya tak inert : anoda teroksidasi

L(s) → Lx+

(aq) + xe

Berikur beberapa contoh reaksi elektrolisis larutan

Reaksi elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda C

NaCl (aq) → Na+(aq) + Cl

-(aq) (2x)

Katoda : 2 H2O(l) + 2e → H2(g) + 2 OH-(aq) (1x)

Anoda : 2 Cl-(aq) → Cl 2(g) + 2e (1x) +

Reaksi total : 2 H2O(l) + 2 Cl-(aq) → H2(g) + 2 OH

-(aq) + Cl2(g)

Reaksi kimia : 2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) → 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)

Reaksi elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda C dapat dilihat secara jelas

pada Gambar 2.2 berikut ini.

Reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda grafit dan anoda Fe

CuSO4 (aq) → Cu2+

(aq) + SO42-

(aq)

Katoda : Cu2+

(aq) + 2e → Cu(s)

Anoda : Fe(s) → Fe2+

(aq) + 2e +

Reaksi Sel : Cu2+

(aq) +Fe(s) → Cu(s) + Fe2+

(aq)

Untuk menghitung jumlah zat yang dihasilkan pada elektrolisis digunakan

hukum Faraday. Michael Faraday mengemukakan hubungan antara massa zat

yang dihasilkan di elektrode dengan jumlah listrik yang digunakan, hubungan

Gambar 2.4 Elektrolisis Larutan NaCl

Anode Katode

Page 82: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

tersebut dinyatakan dalam dua hukum Faraday. Hukum Faraday I menyatakan

massa zat yang dihasilkan pada elektrode selama proses elektrolisis berbanding

lurus dengan jumlah listrik yang dipaka, dinyatakan pada persamaan berikut :

G ∞ i x t,

Keterangan:

G = massa zat yang dihasilkan (gram),

i = arus listrik (Amper)

t = waktu (detik).

Hukum Faraday II menyatakan apabila dua sel elektrolisis atau lebih

dialiri arus listrik dalam jumlah yang sama maka massa zat-zat yang dihasilkan

akan berbanding lurus dengan massa ekuivalen zat-zat tersebut, dinyatakan dalam

rumus berikut

G ∞ ME,

Keterangan:

ME = massa ekivalen zat (ME = Ar : pbo)

pbo = perubahan bilangan oksidasi.

Jika digabungkan diperoleh persamaan:

G ∞ i x t x ME,

Perbandingan ini menjadi persamaan dengan menambahkan faktor

,sehingga diperoleh rumus G =

x i x t x ME

Hukum Faraday II dapat dilihat seperti pada Gambar 2.5 sel elektrolisis yang

disusun seri berikut .

Page 83: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

w Ag : w Ni : w Cr = e Ag : e Ni : e Cr

Gambar 2.5 Sel Elektrolisis disusun seri

d. Penggunaan Elektrolisis.

Aplikasi elektrolisis dalam industri dapat digunakan dalam proses : a)

Penyepuhan (elektroplating) adalah pelapisan dengan logam menggunakan sel

elektrolisis untuk memperindah penampilan dan mencegah korosi.Benda yang

akan disepuh dijadikan katoda dan logam penyepuh sebagai anoda. Larutan

elektrolit yang digunakan adalah larutan elektrolit yang sesuai dengan logam

penyepuh. Contoh penyepuhan sendok yang terbuat dari besi yang dilapisi dengan

perak, sel disusun dari anoda Ag dan katoda sendok (Fe), larutan elektrolit yang

digunakan adalah perak nitrat (AgNO3). Dapat dilihat seperti pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Proses penyepuhan

massa Ag massa Ni massa Cr

Page 84: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Reaksi elektrolisis yang terjadi :

Katoda (Fe) : Ag+(aq) + e → Ag(s)

Anoda (Ag) : Ag(s) → Ag+(aq) + e

Ion Ag+ dalam larutan tereduksi di katoda dan mengendap sebagai Ag di

sendok. Di anoda, elektroda Ag teroksidasi untuk terus memasok ion Ag+dalam

larutan, b) Produksi logam dengan kereaktifan tinggi tidak ditemukan dalam

bentuk unsur bebas, tetapi dalam bentuk senyawanya yang bersifat sangat stabil.

Salah satu metode yang digunakan untuk ekstraksi logam reaktif dari senyawanya

adalah dengan proses elektrolisis. Contoh pengambilan Al dari oksidanya Al2O3

dalam bijih bauksit. Pengolahan logam Al secara industri proses elektrolisis yang

dikenal sebagai proses Hall-Heroult. Sel ini terdiri dari anoda dan katoda karbon ,

Al2O3 dilarutkan ke dalam lelehan kriolit Na3AlF6,

Gambar 2.7 Proses elektrolisis pengolahan logam Aluminium

Katoda : Al3+

(l) + 3e → Al(s) (x4)

Anoda : O2-

(l) → O2(g) + 4e (x3) +

Sel : 4 Al3+

(l) + 6 O2-

(l) → 4Al(s) + 3 O2(g)

Di katoda Al3+

tereduksi menjadi logam Al, selanjutnya lelehan Al membentuk

lapisan di dasar sel dan diambil secara berkala, c) Pemurnian logam, contoh

Katode grafit

Isolator

Leburan Al2O3 + kriolit t = 850 0C

Leburan logam Al (yang diperoleh)

Tabung untuk mengalirkan

leburan Al

Anode grafit

Anode Katode

Page 85: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian logam tembaga. Sel terdiri dari

anoda Cu kotor dan katoda yang dilapisi Cu murni. Larutan elektrolit yang

digunakan adalah CuSO4 .Pada katoda ion Cu2+

dalam larutan akan tereduksi dan

mengendap, sementara pada anoda Cu akan teroksidasi menjadi Cu2+

.

Gambar 2.8 Proses elektrolisis pemurnian logam tembaga

Reaksi elektrolisis yang terjadi:

CuSO4 (aq) → Cu2+

(aq) + SO4 2-

(aq)

Katoda : Cu2+

(aq) + 2e → Cu(s)

Anoda : Cu(s) → Cu2+

(aq) + 2e +

Reaksi Sel : Cu(s) (anoda) → Cu(s) ( katoda)

B. Penelitian yang relevan

Penelitian-penelitian yang relevan tentang pembelajaran berbasis masalah

(PBM) dengan metode Search Solve Create and Share (SSCS), metode Proyek,

kreativitas dan sikap ilmiah telah dilakukan sebelum ini. Berikut adalah beberapa

hasil penelitian yang pernah dilakukan.

1.Runtut Prih Utami (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Prestasi Belajar

Biologi Pada Kompetensi Dasar Bioteknologi Menggunakan Model

Pembelajarn Problem Based Instruction (PBI) Disertai Hand Out Dan Model

Cu tidak murni Cu murni

Cu2

Cu2+

Larutan CuSO4

Cu2

Page 86: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) Ditinjau Dari Intelegensi

Dan Kreativitas Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat pengaruh

model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) disertai Hand Out dan

model pembelajaran SSCS terhadap prestasi belajar Biologi, dan terdapat

pengaruh antara kreativitas siswa (tinggi, rendah) terhadap prestasi belajar

biologi. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan memberikan rerata

prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding siswa yang mempunyai kreatrivitas

sedang atau rendah yang diberi motode pembelajaran SSCS. Jadi faktor

kreativitas berpengaruh dalam pembelajaran. Kesamaan antara penelitian yang

dilakukan Runtut Prih Utami dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

penggunaan metode pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) dan

variabel moderator kreativitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan Runtut Prih

Utami dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam

pembelajaran kimia menggunakan metode Proyek, variabel moderator yang

digunakan sikap ilmiah dan berbeda pada mata pelajaran yang diampu.

2.Ertmer Peggy A., Simons & Krista D.(2006), melakukan penelitian dengan

judul ” Jumping the PBL Implementation Hurdle: Supporting the Efforts of K–

12 Teachers ”.Penelitian ini membahas tentang hambatan yang dialami oleh

guru dalam mengimplementasikan PBL dan masukan bagi guru dalam

penggunaan PBL. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ertmer

Peggy A., Simons Krista D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang dapat memudahkan

siswa dalam memahami materi yang dipelajari karena siswa dituntut tanggung

Page 87: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

jawab yang tinggi, ini dilihat dari peranan mereka dalam diskusi. Perbedaan

antara penelitian yang dilakukan oleh Ertmer Peggy A., Simons Krista D dengan

penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti sebelumnya sudah mengamati

peranan kelompok secara intensif dan dampak perubahan nyata yang

ditimbulkan yaitu partisipasi yang tinggi diantara mereka, sudah menerapkan

kelompok-kelompok belajar yang dibentuk sebelumnya, sedangkan peneliti

hanya mengamati perubahan prestasi belajar siswa

3.Osburn Holly K. and Mumford Michael D.(2006), melakukan penelitian dengan

judul ”Creativity and Planning: Training Interventions to Develop Creative

Problem-Solving Skills, The University of Oklahoma”. Penelitian menunjukkan

bahwa berpikir kreatif memerlukan perencanaan untuk memperoleh ide-ide

baru. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. and

Mumford Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

kreativitas untuk mendapatkan ide-ide baru pada Problem-Solving Skills.

Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. and

Mumford Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

kreativitas untuk model Problem-Based Learning.

4.Erdal Senocak (2009), melaksanakan penelitian dengan judul ”Development of

an Instrument for Assessing Undergraduate Science Students Perceptions: The

Problem-Based Learning Environment Inventory” Penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan dan memvalidasi lingkungan pembelajaran berbasis masalah

agar guru lebih memahami Problem-Based Learning (PBL). Persamaan antara

penelitian yang dilakukan oleh Erdal Senocak dengan penelitian yang dilakukan

Page 88: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

peneliti adalah menerapkan model Problem-Based Learning (PBL). Perbedaan

penelitian yang dilakukan Erdal Senocak dengan peneliti bahwa peneliti

memusatkan pembelajaran dengan metode Search Solve Create And Share

(SSCS) dan proyek sedang Erdal Senocak penerapan 4 langkah Problem-Based

Learning (PBL) untuk keberhasilan pembelajaran di bidang pendidikan.

5.Tri Lestari (2010) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran Kimia

Metode Eksperimen dengan Inquiri terbimbing Melalui Metode Eksperimen dan

Demonstrasi Ditinjau dari Kemampuan Awal Dan Sikap Ilmiah Siswa”. Hasil

penelitian menyimpulkan terdapat perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa

yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah. Kesamaan antara penelitian yang

dilakukan Tri Lestari dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel

moderator sikap ilmiah. Perbedaan penelitian yang dilakukan Tri Lestari dengan

penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia

menggunakan metode Search Solve Create And Share (SSCS) dan metode

Proyek serta variabel moderator kreativitas.

6.Erlina Hartiningsih (2011) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran

Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode Inquiri Terbimbing dan Proyek

Ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa”. Hasil penelitian

menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode

Inquiri terbimbing dan Proyek terhadap prestasi belajar kimia pada materi

elektrolisis. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Erlina Hartiningsih

dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode Proyek, kreativitas dan

sikap ilmiah. Perbedaan penelitian yang dilakukan Erlina Hartiningsih dengan

Page 89: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran kimia

menggunakan metode Search Solve Create And Share (SSCS).

C. Kerangka Berpikir

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai bentuk operasional

kurikulum yang berlaku saat ini memberikan kebebasan guru untuk berkreasi,

baik dalam hal strategi mengajar maupun mengatur proses pembelajaran di dalam

kelas. Hal ini sejalan dengan adanya pergeseran paradigma dari teacher centered

ke student centered dimana diharapkan dalam proses pembelajaran siswa bukan

hanya sebagai objek pembelajaran, tetapi lebih ditekankan sebagai subjek

pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

Pada kenyataannya, penerapan kurikulum dan perubahan paradigma

tersebut belum dapat ditangkap oleh guru sebagai peluang untuk mengembangkan

diri dan mewujudkannya secara optimal untuk saat ini. Hal ini disebabkan guru

kesulitan mengembangkan kreativitas mengajarnya karena kendala alokasi waktu

yang terbatas dan banyaknya kelas yang harus diampu. Namun demikian sebagian

besar guru tetap berusaha mencoba berbagai metode baru dengan harapan dapat

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswanya.

Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan penelitian yang relevan

maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut :

1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan metode proyek pada materi

elektrolisis.

Page 90: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Materi elektrolisis merupakan materi yang bersifat faktual dan empiris,

dikatakan faktual karena perubahan yang terjadi setelah proses elektrolisis dapat

diamati misalnya dihasilkannya gelembung, endapan, perubahan pH dan

perubahan warna pada elektroda.Sedang bersifat empiris karena endapan, gas dan

dapat dihitung secara stoikiometri. Menurut teori belajar Ausubel pembelajaran

berdasarkan penemuan siswa yang berinteraksi langsung dengan obyek melalui

pengamatan akan menghasilkan pengetahuan yang lebih mudah dipahami dan

lama diingat. Materi elektrolisis dibahas dengan cara praktikum di laboratorium

sehingga siswa langsung mengamati perubahan-perubahan selama elektrolisis

berlangsung.

Metode Search Solve Create and Share (SSCS) melakukan kegiatan

pembelajaran seperti observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan

investigasi yang merupakan proses penemuan pengetahuan yang terukur dan

berulang. Dalam kegiatan tersebut melibatkan mental pikiran, emosi yang

berasimilasi dalam rangka mengkaji konsep bahkan menemukan prinsip-prinsip

baru. Metode Search Solve Create and Share (SSCS) mempunyai kelebihan

pengetahuan yang dipelajari mudah diingat, mudah diterapkan, meningkatkan

penalaran dan membangkitkan keingintahuan siswa, sehingga metode Search

Solve Create and Share (SSCS) dapat dipergunakan untuk menerangkan materi

elektrolisis. Namun demikian metode Search Solve Create and Share (SSCS) juga

mempunyai kekurangan antara lain metode ini memerlukan fasilitas dan sumber

belajar yang memadai, jika jumlah siswa banyak tugas guru dalam membimbing

Page 91: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

dan mengawasi menjadi lebih berat dan siswa yang gagal dalam pembelajaran

menjadi frustasi.

Metode Proyek adalah sebuah metode pembelajaran inovatif yang

menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang

kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep dan prinsip-prinsip inti dari

suatu disiplin belajar, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan

kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain. Memberi kesempatan siswa bekerja

secara mandiri dengan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai

puncaknya untuk menghasilkan produk nyata. Sesuai teori belajar Ausubel siswa

akan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari apa yang mereka alami

berdasarkan pola-pola bermakna. Metode proyek mempunyai kelebihan

meningkatkan motivasi, mampu memecahkan masalah dan meningkatkan

kolaborasi, materi elektrolisis diajarkan dengan cara praktikum berkelompok di

laboratorium dalam pemecahan masalahnya sehingga dengan menggunakan

metode Proyek materi elektrolisis mudah dipahami oleh siswa. Namun demikian

metode Proyek juga mempunyai kelemahan yaitu menyita waktu, terbelenggu

oleh kecakapan tertentu, terbatas penggunaannya hanya pada siswa yang memiliki

kemampuan tinggi dan fasilitas sekolah harus memadai. Dengan penggunaan

metode Proyek akan menggali kreativitas siswa dengan sangat baik sehingga

diharapkan metode Proyek ini akan dapat menghasilkan prestasi yang baik.

Walaupun kedua metode tersebut berperan besar dalam menghasilkan prestasi

yang baik.Diduga ada perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran dengan

Page 92: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek pada

materi elektrolisis.

2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan

siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis.

Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta.

Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam

mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru

dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi

kreatif dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji

hal-hal yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu

konsep, menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik.

Berdasarkan ciri siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan cenderung

menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah memiliki

konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrolisis diberikan oleh guru dengan

menggunakan eksperimen. Eksperimen dapat merangsang siswa yang kreatif

untuk mencoba mengelektrolisis beberapa larutan bahkan lelehan zat kimia,

dengan variasi elektroda aktif maupun inert sehingga siswa-siswa tersebut lebih

mudah saat memahami materi elektrolisis. Menurut Bruner belajar penemuan

sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa sendiri akan

memberikan hasil yang paling baik, dengan berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, dapat menghasilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna. Diduga ada pengaruh siswa yang

Page 93: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

memiliki kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa pada

pembelajaran materi elektrolisis

3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan

siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.

Sikap ilmiah adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir

untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki sikap ilmiah

cenderungan berpikir secara konseptual dalam memecahkan suatu masalah

melalui langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka,

sikap obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan

kebenaran dan sikap menjangkau ke depan. Materi elektrolisis merupakan materi

yang kompleks karena melibatkan banyak pengetahuan diantaranya matematika

dan fisika. Siswa harus menguasai kedua pengetahuan tersebut untuk

mempertajam materi elektrolisis sebelum melakukan eksperimen. Menurut

konstruktivisme belajar memadukan antara realitas internal dan eksternal. Realitas

internal adalah susunan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sedangkan realitas

eksternal adalah obyek yang menjadi bahan kajian. Siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi akan mampu mengintergrasikan antara realitas internal dan realitas

eksternal. Diduga ada perbedaan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar

siswa pada materi elektrolisis.

4. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek

dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu contoh model

pembelajaran yang inovatif, di dalamnya terdapat metode Search Solve Create

Page 94: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

and Share (SSCS) dan Proyek. Metode pembelajaran Search Solve Create and

Share (SSCS) memerlukan ketekunan menjabarkan konsep, membentuk

kelompok, melakukan interaksi antara pengetahuan dan kekompakan kelompok

serta membagikan pengetahuan yang diperoleh dengan mempresentasikan pada

kelompok yang lain. Sedangkan metode proyek juga memerlukan ketekunan,

kemampuan dalam menemukan dan memecahkan masalah dan menghasilkan

karya yang aktual. Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi

elektrolisis yang mengacu pada pemecahan masalah. Metode yang sesuai karakter

materi yang dipelajari akan mampu memperjelas materi elektrolisis. Siswa-siswa

yang kreatif akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah elektrolisis. Metode

SSCS dan proyek dapat mendorong siswa untuk kreatif, tetapi siswa yang

memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis lebih cocok

menggunakan metode SSCS, sedang siswa yang memiliki kreativitas tinggi cocok

menggunakan metode proyek. Diduga ada interaksi antara model pembelajaran

berbasis masalah dengan metode SSCS dan proyek dengan kreativitas terhadap

prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada materi elektrolisis.

5. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan Proyek

dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.

Metode merupakan sarana untuk memperjelas materi. Ada banyak metode

yang dapat digunakan, tetapi tidak semua cocok diterapkan tergantung materi

yang akan menjadi kajian. Selain itu siswa memiliki sikap ilmiah yang berbeda-

beda. Untuk menggali sikap ilmiah siswa diperlukan metode yang cocok. Model

Page 95: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pembelajaran berbasis masalah melahirkan metode inovatif diantaranya metode

SSCS dan Proyek.

Meskipun kedua metode tersebut memiliki kesamaan untuk memecahkan

masalah tetapi dalam prakteknya tidak selalu menghasilkan sikap ilmiah yang

sama. Perbedaannya metode SSCS masih mengandalkan guru sebagai

pendamping pemecahan masalahnya sedangkan pada metode Proyek guru hanya

sebagai fasilitator, oleh karena itu siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah lebih

cocok mengguna metode SSCS dan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih

cocok menggunakan metode Proyek. Diduga ada interaksi antara model

pembelajaran berbasis masalah dengan metode SSCS dan metode Proyek dengan

sikap ilmiah siswa pada pembelajaran materi elektrolisis terhadap prestasi belajar.

6. Interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada

materi elektrolisis.

Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki kreativitas

tinggi dan kreativitas rendah, demikian pula ada siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi dan sikap ilmiah rendah. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan

mempunyai daya cipta yang tinggi dalam belajarnya sehingga lebih baik dalam

memecahkan masalah materi elektrolisis dan siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi memiliki penalaran yang baik sehingga diduga prestasi belajarnya lebih

baik. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai interaksi pribadi dengan

lingkungannya cukup tinggi, senang belajar dengan cara mengamati suatu

eksperimen bahkan mencoba berulang-ulang terhadap eksperimen lain sehingga

menghasilkan banyak produk, senang bekerja. Dalam menyelesaikan masalah

Page 96: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

materi elektrolisis lebih senang dengan cara praktikum secara sistematik.Sikap

ilmiah ditunjukkan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan

dalam sains, dan terjadi dalam kegiatan ilmiah untuk mengamati obyek tertentu,

Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi kecenderungan bertindak atau

berperilaku dalam memecahkan masalah secara sistematik dan melalui langkah-

langkah kimia. Siswa yang kreativitas dan sikap ilmiahnya tinggi pada umumnya

mempunyai daya nalar, penguasan materi lebih baik sehingga diduga ada interaksi

antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar pada materi

elektrolisis

7. Interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan proyek,

dengan kreativitas, dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi

elektrolisis.

Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di

dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode SSCS dan Proyek. Menurut Bruner

perolehan pengetahuan merupakan proses interaksi, dan orang mengkonstruksi

pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi

yang diperoleh sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif, kreatif dan bersikap ilmiah yang tinggi akan

memperoleh hasil yang paling baik.

Teori belajar sosial Vygotsky mengatakan bahwa proses pembelajaran

akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan sesuai zone of proximal

development siswa dan scaffolding siswa. Sedangkan Piaget dalam teori

Page 97: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

belajarnya mengatakan bahwa belajar mengalami tingkat-tingkat perkembangan

intelektual sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit dan operasional

formal yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak. Siswa SMA termasuk

kategori operasional formal, namun setiap siswa mempunyai kemampuan berpikir

abstrak yang berbeda-beda dengan kreativitas dan sikap ilmiah yang berbeda-beda

pula, maka dengan model pembelajaran dan metode yang tepat siswa yang

mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda memahami materi elektrolisis.

Model pembelajaran berbasis masalah dalam mempelajari materi elektrolisis

dengan menggunakan metode Proyek, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi

dan sikap ilmiah tinggi diduga prestasi belajarnya lebih baik. Diduga ada interaksi

antara penngunaan dengan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas dan sikap

ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang

diminati siswa karena berbagai sebab, diantaranya pembelajaran di kelas yang

kurang menarik dan kurang dapat menstimulasi munculnya kreativitas dan sikap

ilmiah mereka. Kesulitan yang sering dialami oleh guru adalah dalam pemilihan

metode yang tepat agar guru dapat menanamkan ilmu secara mudah, sehingga

siswa menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pada KTSP. Dengan

pemilihan metode pembelajaran yang tepat diharapkan hasil pembelajaran yang

dicapai menjadi optimal.

Pembelajaran di SMA Negeri 1 Kalasan masih berupa pembelajaran

klasikal dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak, yaitu sebanyak 32 siswa.

Banyaknya siswa yang diampu menyebabkan guru kesulitan untuk menerapkan

Page 98: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

semua materi yang dianjurkan dalam KTSP, karena mengelola kelas dengan

jumlah siswa sebanyak itu memerlukan strategi pembelajaran dan kreativitas guru

yang memadai.

Search Solve Create and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang

menggunakan pendekatan problem solving yang didesain untuk mengembangkan

keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu.

Penggunaan model ini dalam pembelajaran di kelas dapat memberikan bantuan

kepada guru untuk mengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan keaktifan

siswa dalam pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Model pembelajaran

SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru, membangkitkan minat

bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang nyata.

Pada penelitian ini akan dicoba diterapkan metode pembelajaran SSCS dan

Proyek dengan harapan agar proses pembelajaran menjadi optimal, sehingga dapat

memunculkan motivasi belajar siswa pada pelajaran kimia. Motivasi belajar yang

tinggi akan berakibat meningkat pula prestasi belajar siswa Motivasi yang tinggi

akan meningkatkan pada tingginya partisipasi dan keaktifan siswa di kelas.

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut:

1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan metode proyek pada materi

elektrolisis.

Page 99: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi

dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi elektrolisis.

3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi

dan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.

4. Ada interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan

proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi

elektrolisis.

5. Ada interaksi antara metode Search Solve Create and Share (SSCS) dan

proyek dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar pada materi

elektrolisis.

6. Ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi

belajar pada materi elektrolisis.

7. Ada interaksi antara metode pembelajaran Search Solve Create and Share

(SSCS) dan proyek dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi

belajar pada materi elektrolisis.

Page 100: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

3BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kalasan yang beralamat di

Bogem, Tamanmartani, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman , Daerah Istimewa

Yogyakarta.Dengan beberapa pertimbangan bahwa SMA Negeri 1 Kalasan

merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, memiliki sebanyak 4

kelas XII program IPA serta sarana prasarana yang memadai untuk penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2011/2012 dengan

rencana jadwal kegiatan penelitian tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2011 dan 2012 bulan

Mei

Ju

ni

Ju

li

Agst

Sep

t

Ok

t

Nop

Des

Jan

Feb

Mar

Ap

rll

Mei

Ju

ni

Ju

li

1. Penyusunan Proposal 2. Pembimbingan Proposal 3. Penyusunan Instrumen 4. Seminar Proposal 5. Uji coba Instrumen 6. Analisis uji Coba Instrumen 7. Pelaksanaan Penelitian 8. Pengolahan data penelitian 9. Penulisan laporan 10. Ujian Tesis

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:

130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII program IPA

Page 101: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

SMA Negeri 1 Kalasan tahun pelajaran 2011/2012 yang masing-masing terdiri

dari 32 siswa. Adapun rincian jumlah siswa pada masing-masing kelas tercantum

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah

Laki-laki

Jumlah

Perempuan Jumlah

Nilai rata-rata

raport kelas XI

1. XII IPA 1 15 17 32 76,48

2. XII IPA 2 8 24 32 76,08

3. XII IPA 3 8 24 32 76,56

4. XII IPA 4 14 16 30 75,79

Total = 126

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2006: 131).Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari populasi

siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Kalasan tahun pelajaran 2011/2012.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-

kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang

ada dalam populasi. Jadi, populasi sengaja dipandang berkelompok-kelompok

kemudian kelompok tersebut tercermin dalam sampel. Masing-masing kelas dari

keseluruhan kelas XII program IPA dipandang sebagai kelompok-kelompok yang

akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk dijadikan sebagai kelompok

sampel.

Sebelum penentuan sampel maka dilakukan pengujian kesamaan rerata

prestasi siswa yaitu dengan cara uji t terhadap nilai raport kenaikan kelas XI IPA

Page 102: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

siswa. Pengukuran dilakukan pada kelas eksperimen dan bukan eksperimen. Uji

statistik yang digunakan adalah uji t-matching. Dihitung dengan menggunakan

software PASW versi 18. Uji kesamaan rerata digunakan untuk mengetahui

kesamaan prestasi siswa dari pengukuran nilai raport kenaikan kelas XI IPA

dengan menggunakan uji t 2 pihak. Uji kesamaan rerata dilakukan dalam

pengambilan sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan uji independent

samples t-test. Dari hasil pengujian independent samples t-test didapatkan

signifikansi 0.740 (Sig.>0.5) yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari

uji t menunjukkan bahwa sampel (4 kelas populasi) tidak memiliki perbedaan

prestasi belajar, berarti sampel memiliki keadaan awal yang sama. Ini

menunjukkuan sampel yang akan diambil dari populasi adalah representatif

(mewakili).

Setelah diundi secara acak, kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen

pertama menggunakan metode pembelajaran SSCS dan kelas XII IPA3 sebagai

kelas eksperimen kedua menggunakan metode pembelajaran Proyek.

C. Rancangan dan Variabel Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan

metode SSCS dan Proyek yang berbasis masalah terhadap prestasi belajar kimia

siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen

(experimental research). Menurut Donald Ary et.al (2005: 337) penelitian

eksperimen adalah kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti

Page 103: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis. Kedua

kelompok itu diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya

berbeda dalam penggunaan metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah.

Penelitian ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini akan menegaskan

perbedaan variabel yang diteliti.

Penelitian ini menggunakan Anava tiga jalan dengan rancangan desain

faktorial 2x2x2. Faktor pertama adalah metode SSCS dan Proyek. Faktor kedua

adalah kreativitas siswa dikategorikan dalam kreativitas tinggi dan rendah. Faktor

ketiga adalah sikap ilmiah siswa dikategorikan tinggi dan rendah. Berkaitan

dengan hal tersebut maka rancangan penelitian ini dapat disajikan seperti Tabel

3.3.

Tabel 3.3 Rancangan Penelitian

Model Pembelajaran

berbasis masalah ( A )

SSCS (A1) Proyek (A2)

Kreativitas (B) Kreativitas Tinggi (B1)

A1B1 A2B1

Kreativitas Rendah (B2)

A1B2 A2B2

Sikap Ilmiah (C) Sikap ilmiah tinggi (C1)

A1C1 A2C1

Sikap ilmiah rendah (C2) A1C2 A2 C2

Keterangan :

A1 B1 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan kreativitas tinggi

A1 B2 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan kreativitas rendah

A1 C1 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi

A1 C2 : Penggunaan metode SSCS pada siswa dengan sikap ilmiah rendah

A2 B1 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas tinggi

Page 104: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

A2 B2 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas rendah

A2 C1 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan sikap ilmiah tinggi

A2 C2 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan sikap ilmiah rendah

Pada Tabel 3.3 di atas menunjukkan tata letak rancangan penelitian.

Variabel bebas dalam penelitian ini masing-masing dikelompokkan menjadi dua

bagian. Variabel bebas tersebut antara lain: metode pembelajaran SSCS (A1) dan

metode pembelajaran Proyek(A2) ,dan variabel moderatornya adalah kreativitas

(B), dan sikap ilmiah (C). Metode pembelajaran yang digunakan ada dua macam,

yaitu metode SSCS (A1) dan Proyek (A2); kreativitas yang digunakan adalah

kreativitas tinggi (B1) dan kreativitas rendah (B2); serta sikap ilmiah siswa

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan rendah (C2).

2. Variabel Penelitian

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung)

adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen.

Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau

independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau

variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel. Variabel dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Variabel bebas/ independent variabel: metode pembelajaran SSCS dan metode

pembelajaran Proyek.

b. Variabel moderator: kreativitas dan sikap ilmiah siswa.

c. Variabel terikat/ dependent variabel: prestasi belajar kimia siswa dalam ranah

kognitif, afektif dan psikomotor.

Page 105: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah

dengan menggunakan metode pembelajaran SSCS dan metode Proyek.

Definisi operasional :

Metode SSCS merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam

pemilihan masalahnya ditentukan oleh siswa dengan didampingi guru, tetapi

dalam penemuan konsep oleh siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan

yang mengarah pada penemuan konsep yang hasilnya kemudian akan ditampilkan

atau dipresentasikan.Sedangkan metode Proyek merupakan suatu metode yang

menerapkan teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan

yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau kelompok kecil siswa, untuk

mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari

berbagai bidang studi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu,

menghasilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau

dipresentasikan. Saat pengerjaan di kelas menggunakan berbagai macam bahan-

bahan, dengan pendekatan belajar aktif atau berpusat pada siswa.

b. Variabel moderator

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan sikap

ilmiah.

1) Variabel moderator I Kreativitas

a) Definisi operasional:

Kreativitas merupakan usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari

bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang dimilikinya. Kreativitas

Page 106: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru

ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta

dapat dimengerti.

b) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan

rendah.

c) Indikator: kreativitas tinggi jika ≥ X (rerata) dan kreativitas rendah jika < X

(rerata).

2) Variabel moderator II Sikap Ilmiah

a) Definisi operasional:

Sikap ilmiah dapat didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk

bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis

melalui langkah-langkah ilmiah. Sikap ilmiah yang dimiliki sesesorang dengan

parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung jawab, ingin tahu, objektif, tekun,

ingin menemukan dan terbuka.

b) Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu sikap ilmiah tinggi dan

rendah.

c) Indikator: sikap ilmiah tinggi jika ≥ X (rerata) dan sikap ilmiah rendah jika

< X (rerata).

c. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia materi

elektrolisis.

Page 107: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

1) Definisi operasional:

Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai

akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia materi elektrolisis,

dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan belajar ranah kognitif, afektif,

dan psikomotor pada mata pelajararan kimia dengan materi pembelajaran

elektrolisis. Materi tersebut disampaikan dengan model pembelajaran berbasis

masalah dengan menggunakan metode SSCS dan Proyek.

2) Skala pengukuran: interval

3) Indikator: nilai tes prestasi belajar pada materi elektrolisis aspek kognitif,

angket untuk aspek afektif dan lembar observasi untuk psikomotor. Aspek

kognitif adalah domain belajar sesuai taksonomi Bloom (Situmorang, 2005: 218)

aspek pengetahuan,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek

afektif adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang

merupakan aktualisasi sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral yang muncul saat

terjadi proses interaksi. Aspek psikomotor yaitu hasil belajar dalam bentuk

ketrampilan proses sains yang meliputi merangkai alat, melakukan percobaan,

mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, berkomunikasi dan menyimpulkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu

dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab

dengan tujuan untuk mengukur aspek tertentu. Teknik non tes dengan

menggunakan angket dan observasi.

Page 108: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

1. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi pokok elektrolisis dengan

menggunakan perangkat tes berupa obyektif tes dengan 5 pilihan jawaban.

2. Data moderator kreativitas verbal diperoleh dengan tes.

3. Data moderator sikap ilmiah diperoleh dari angket.

4. Data nilai afektif diperoleh dari angket.

5. Data observasi kemampuan psikomotor di peroleh dari observasi kegiatan

siswa saat melakukan eksperimen di laboratorium.

Data yang diungkap dalam penelitian dapat berupa fakta, pendapat, dan

kemampuan. Metode pengumpulan data dari ketiga jenis data tersebut berbeda

satu dengan yang lain. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut

antara lain berupa teknik angket, teknik tes, teknik observasi dan dokumentasi.

1. Teknik Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, angket

digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah, dan prestasi belajar kimia siswa pada

ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup dengan empat

alternatif jawaban. Sebelum angket ini digunakan untuk mengambil data

penelitian, terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas angket.

2. Teknik Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

Page 109: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

yang dimiliki individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk

memperoleh data prestasi belajar kimia siswa pada ranah kognitif dan kreativitas.

Bentuk soal tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban

dan hanya ada satu jawaban yang benar. Sedang tes kreativitas berupa tes tertulis

yang dilakukan oleh siswa dengan menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya

sesuai waktu yang telah ditentukan. Soal-soal tersebut disesuaikan dengan kisi-

kisi soal dan indikator yang telah disusun.Sebelum diujikan pada sampel

penelitian, terlebih dahulu soal tes diujicobakan untuk menentukan validitas dan

reliabilitas yang pada akhirnya dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.

3. Teknik Unjuk kerja

Unjuk kerja yang dimaksud adalah unjuk kerja siswa untuk hasil prestasi

belajar pada aspek psikomotorik.Dalam penelitian ini bentuk unjuk kerja yang

yang digunakan adalah pengamatan terhadap siswa saat melaksanakan proses

eksperimen secara langsung.

4. Teknik Dokumentasi

Dalam melaksanakan pengumpulan data dokumentasi, pada penelitian ini

didapatkan dari menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, notulen,

catatan harian, gambar, foto, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk

mengetahui proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun jenis

dokumentasi yang diperlukan adalah foto proses pembelajaran siswa dengan

metode pembelajaran SSCS dan Proyek.

Page 110: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah. Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan

pembelajaran dan instrumen pengambilan data.

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran

Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai

dengan rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrumen

pembelajaran dalam penelitian ini, yang meliputi:

a. Silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

dengan tema tertulis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, indikator, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan dalam setiap satuan pendidikan.

b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau

lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam

silabus.

c. Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah alat bantu dalam kegiatan belajar

mengajar agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

Page 111: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes prestasi belajar

kognitif, instrumen angket prestasi belajar afektif , instrumen kreativitas verbal,

instrumen angket sikap ilmiah serta lembar observasi pelaksanaan kegiatan

praktikum untuk prestasi belajar psikomotorik.

a. Tes prestasi belajar kognitif.

Soal tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 35 soal dengan 5 pilihan

jawaban. Soal pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika

jawaban salah. Skala penilaian menggunakan skala 100.

b. Tes kreativitas

Instrumen tes kreativitas verbal disusun sesuai kisi dan indikator yang

telah dibuat.Tes kreativitas verbal berupa pertanyaan yang harus dijawab siswa

dengan menuliskan jawaban sebanyak-banyaknya sesuai batasan waktu yang

diberikan.Tes diberikan di awal sebelum pembelajaran di mulai.

c. Angket sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif.

Instrumen angket sikap ilmiah dan prestasi belajar afektif disusun dengan

memilih salah satu jawaban diantara empat jawaban yang tersedia. Penyusunan

item angket meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban dan petunjuk

pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan.

Kriteria penilaian tiap item pernyataan dengan skala 1 sampai 4. Instrumen yang

berupa angket sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen

tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. Soal

angket prestasi belajar afektif berjumlah 20 butir.

Page 112: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

d. Lembar Unjuk kerja siswa.

Lembar Unjuk kerja siswa dibuat untuk memperoleh data tentang prestasi

psikomotorik siswa selama eksperimen berlangsung didapat melalui pengamatan.

F. Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena

data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya

hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya

instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif

Instrumen yang baik memenuhi 5 kriteria, yaitu: (1) validitas, yaitu sejauh

mana data yang ditampung pada suatu tes atau kuesioner akan mengukur yang

ingin diukur; (2) reliabilitas, yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali; (3) sensitivitas, yaitu

kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi; (4) objektivitas, yaitu

data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif; dan (5)

fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner serta penggunaan

sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini akan diuji

dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada responden

populasi peserta didik kelas XII IPA pada SMA Negeri 1 Sleman Yogyakarta

tahun pelajaran 2011/2012.

Page 113: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan butir soal instrumen. Instrumen yang dimaksud antara lain: angket

kreativitas, sikap ilmiah, afektif, dan tes kognitif. Suatu instrumen yang valid atau

sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010: 168). Uji validitas instrumen

dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu

mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Perhitungan uji

validitas dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel. Hasil uji

validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel.

Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2010 : 65). Validitas yang diuji dalam

penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item adalah

ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah butir item. Pada validitas item

sebuah item dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor

total (Suharsimi Arikunto, 2010 : 76). Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal

yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda

skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 jika siswa

menjawab benar dan angka 0 jika siswa menjawab salah.

Untuk menilai apakah soal tes mempunyai validitas isi tinggi, maka

dilakukan validasi oleh ahli (dosen kimia). Dalam hal ini untuk menilai apakah

kisi-kisi yang dibuat oleh pembuat tes telah menunjukkan klasifikasi kisi-kisi

yang mewakili isi yang akan diukur.

Page 114: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Setelah dinilai oleh validator, selanjutnya untuk menguji konsistensi

internal soal (validitas empirik) pada tes prestasi belajar, digunakan rumus

korelasi Point Biserial dengan rumus:

rpbis =

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

= mean skor dari jawaban benar bagi item yang dicari korelasinya

= mean skor total (skor rata-rata seluruh pengikut tes)

= standar deviasi skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar suatu item

q = proporsi siswa yang menjawab salah (1-p)

Sedangkan untuk menghitung validitas angket dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut:

rxy =

2222

NN

N

Keterangan:

X : skor item untuk masing-masing responden.

Y : skor total dari keseluruhan item masing-masing responden.

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

N : jumlah sampel.

Kriteria item: jika rxy ≥ rtabel maka item tersebut valid, jika rxy< rtabel maka item

tersebut tidak valid untuk taraf signifikansi 5%.

Page 115: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar kimia yang telah dilakukan

terangkum dalam Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Variabel Kriteria Nomor Soal Total

Soal

Materi

elektrolisis

Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,1

7,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,

29,32,33,34,34,35

32

Tidak Valid 15, 30, 31 3

Jumlah 35

Sedangkan uji validitas instrumen angket penilaian prestasi belajar afektif

terangkum dalam Tabel 3.5

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif

Variabel Kriteria Nomor Soal Total

Angket

Penilaian

Prestasi Belajar

Aspek Afektif

Valid 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, 18, 19, 20

18

Tidak Valid 3,11 2

Jumlah 20

Dari 20 soal yang diujicobakan 18 soal valid dan 2 soal invalid. Sebanyak 18 soal

yang valid digunakan semua dan 2 soal yang tidak valid diperbaiki dan digunakan

kembali.

b. Reliabilitas

Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal.

Suatu soal dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika memberikan

hasil yang sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berlainan

Page 116: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

dan waktu yang berlainan.Untuk Pengujian reliabilitas instrument tes kognitif dan

sikap ilmiah menggunakan rumus Kuder-Richardson sebagai berikut:

2

2

11

pq

1n

nr

s

s

r11 = Reliabilitas instrument

n = Banyaknya butir pertanyaan

S = Deviasi standar

p = Indeks kesukaran

q = 1 – p

Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r

product moment. Apabila harga rtt > rtabel maka tes instrument tersebut adalah

reliabel. Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:

0,91-1,00 : Sangat Tinggi

0,71- 0,90 : Tinggi

0,41- 0,70 : Cukup

0,21-0,40 : Rendah

>0,00-0,20 : Sangat Rendah (Suharsimi Arikunto, 2010: 227)

Untuk mengukur reliabilitas instrumen kreativitas digunakan rumus Alpha.

Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan

1 dan 0, misalnya untuk angket dan soal uraian (Suharsimi Arikunto, 2010:227).

Rumus Alpha adalah sebagai berikut:

r11 = (k

k- ) (

)

Keterangan:

11r : reliabilitas instrumen

k : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

Page 117: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

∑ b2 : jumlah varians butir

t2 : varians total

Kriteria reliabilitas adalah sebagaiberikut :

0,91-1,00 : Sangat Tinggi

0,71-0,90 : Tinggi

0,41-0,70 : Cukup

0,21-0,40 : Rendah

0,00 -0,20 : Sangat Rendah

Hasil uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar kognitif kimia yang telah

dilakukan terangkum dalam Tabel 3.6

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Kognitif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Soal Materi Elektrolisis 35 0.82 Reliabilitas tinggi

Reliabilitas soal materi elektrolisis diperoleh angka 0,82 yang berarti

reliabilitasnya tinggi. Sedangkan hasil uji reliabilitas angket prestasi belajar aspek

afektif yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.7

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Prestasi Belajar Aspek Afektif

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Angket Penilaian Prestasi

Belajar Aspek Afektif

20 0,78 Reliabilitas

tinggi

Reliabilitas prestasi belajar aspek afektif sebesar 0,78 yang berarti reliabilitasnya

tinggi.

Page 118: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

c. Uji Taraf Kesukaran

Taraf Kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu suatu

bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat

dicari dengan rumus sebagai berikut:

BA

BA

JSJS

JBJB

IK

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas

JBB = jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah

JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas

JSB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering

diklasifikasikan sebagai berikut:

IK = 0,00 terlalu sukar

0, 0 < IK ≤ 0,30 sukar

0,3 < IK ≤ 0,70 sedang

0,7 < P ≤ ,00 mudah

IK = 1 terlalu mudah

(Suharsimi Arikunto, 2010: 235)

Hasil uji taraf kesukaran soal tes prestasi belajar kimia yang telah dilakukan

terangkum dalam Tabel 3.8

Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Belajar

Taraf Kesukaran Jumlah soal Total Total Soal dipakai

Mudah 3 3 1

Sedang 30 30 33

Sukar 2 2 1

Page 119: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Setelah diuji taraf kesukaran dari 35 soal yang diujicobakan setelah

dihitung menggunakan program microsoft excel 2007 terdapat 32 soal valid dan 3

soal tidak valid.dengan tingkat kesukaran soal sukar 2 ,sedang 30 dan mudah 3.

Dengan mempertimbangkan sebaran materi 32 soal yang valid digunakan untuk

tes prestasi belajar dan satu soal yang sukar diperbaiki menjadi tingkat kesukaran

sedang demikian juga untuk soal yang mudah sebanyak 2 soal diperbaiki menjadi

soal dengan tingkat kesukaran sedang.

d. Uji Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang kemampuan tinggi dan siswa yang kemampuannya rendah.

Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

A

AP

JS

JBD BJB

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

JBA= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok atas

JBB= Jumlah jawaban benar butir soal pada kelompok bawah

JSA= Banyaknya siswa pada kelompok atas

Klasifikasi daya pembeda:

D < 0,00 : soal sangat jelek = Negatif = tidak baik (butir soal dibuang).

Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,00≤ D ≤ 0,20 : soal jelek (poor)

0,20< D ≤ 0,40 : soal cukup (satisfactory)

Page 120: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

0,40< D ≤ 0,70 : soal baik (good)

0,70< D ≤ ,00 : soal baik sekali (excellent)

(Suharsimi Arikunto, 2010: 236)

Hasil uji daya beda yang telah dilakukan terangkum dalam Tabel 3.9

Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Belajar aspek Kognitif

Daya Beda Jumlah soal Total

Sangat Membedakan ( baik sekali) 1 1

Lebih Membedakan (baik) 6 6

Cukup Membedakan (cukup) 22 22

Kurang Membedakan (jelek) 6 6

Sangat kurang membedakan (jelek sekali) - -

Jumlah 35

Jadi dari 35 soal yang diujicobakan, 1 soal sangat membedakan dipakai, 6

soal lebih membedakan dipakai, 22 soal cukup membedakan dipakai. Dan semua

soal yang kurang membedakan diperbaiki.Sehingga semua soal dapat dipakai.

2. Tes Kreativitas

Tes kreativitas berupa tes uraian. Sebelum digunakan untuk mengambil

hasil data diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba

dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal. Untuk mengetahui

validitas soal digunakan rumus Product Moment dan reliabilitas menggunakan

rumus alpha. Hasil uji coba yang telah dilakukan terangkum dalam tabel 3.10

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Tes Kreativitas Siswa

Variabel Kriteria Nomor Soal Total

Kreativitas

Siswa

Valid 1.1, 1.2, 1.3, 2.1, 2.2, 2.3, 3.1, 3.2, 4.1,

4.2, 4.3, 5.2

12

Tidak Valid 5.1 1

Jumlah 13

Page 121: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Hasil uji coba tes kreativitas terdapat 12 soal valid, semua soal yang valid dipakai

untuk tes kreativitas siswa. 1 soal yang tidak valid yaitu nomor 5.1 tidak dipakai.

Sedangkan hasil uji reliabilitas tes kreativitas terangkum dalam Tabel 3.11

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kreativitas Siswa

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Kreativitas Siswa 13 0,84 Reliabilitas tinggi

Hasil uji reliabilitas tes kreativitas diperoleh angka 0,84 yang berarti

reliabilitasnya tinggi.

3. Angket Sikap Ilmiah

Angket sikap ilmiah berupa soal pilihan ganda. Sebelum menggunakan

untuk penelitian instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk

mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji validitas digunakan

korelasi point biserial, sedangkan untuk reliabilitasnya menggunakan rumus

Kuder Richardson (K-R 20)

Hasil uji coba instrumen sikap ilmiah yang telah dilakukan terangkum

dalam Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Tes Sikap Ilmiah

Variabel Kriteria Nomor Soal Total

Sikap Ilmiah Valid 1,2,4,6,7,8,10,11,12,13,15,16,17,19,20

,21,22,24,25,26,28,29,30,31,32,33,34,

35,36,37,38,39,40

33

Tidak Valid 3,5,9,14,18,23,27 7

Jumlah 40

Page 122: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Dari 40 soal yang diujicobakan 33 soal valid dan memenuhi sebaran indikator

yang akan diukur, sehingga 33 soal tersebut dipakai, dan 7 soal yang tidak valid

diperbaiki untuk dipakai.

Hasil uji reliabilitas soal tes kemampuan berpikir analisis yang telah

dilakukan terangkum dalam Tabel 3.13

Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Tes Sikap Ilmiah Siswa

Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria

Sikap Ilmiah 40 0,717 Reliabilitas tinggi

Hasil uji reliabilitas tes sikap ilmiah siswa sebesar 0,717 berarti reliabilitasnya

tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis varian

(Anava) tiga jalan 2x2x2 dengan sel tak sama. Namun sebelum dilakukan analisis

data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

1. Uji Prasyarat Hipotesis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal

dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung

menggunakan sofware PASW versi 18. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai

berikut :

1) Prosedur penentuan Hipotesis :

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Page 123: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

H1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

2) Keputusan Uji

Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan –

Joiners. Uji normalitas variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif, afektif dan

psikomotor dengan menggunakan uji Ryan Joiners (RJ) , yang perhitungannya

dilakukan dengan program software PASW versi 18 .Ketentuan pengambilan

kesimpulan . Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 selain itu H1 tidak ditolak. Jika p-

Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang

digunakan 0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang

sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan sofware

PASW versi 18.

1) Prosedur Penentuan Hipotesis :

Ho: tidak semua variansi sama (tidak homogen)

H1: semua variansi sama (homogen)

2) Keputusan Uji

Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan

keputusan, Ho ditolak ketika p-Value > 0,05 artinya semua variansi sama

( homogen) dan jika p-Value < 0,05 maka Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi

yang digunakan (α) = 0,05.

Page 124: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

2. Uji Hipotesis

a. Uji Anava

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi

tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi

efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel

bebas terhadap variabel terikat. Statistik uji dengan bantuan software program

PASW versi 18 menggunakan GLM (General Linier Model). Taraf signifikasi (α)

yang digunakan 0,05. Pada analisis variansi tiga jalan terdapat tujuh pasang

hipotesis yang persamaannya adalah :

1). Menentukan Hipotesis:

a) HoA: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi

pembelajaran metode SSCS dengan siswa yang diberi metode Proyek pada

materi elektrolisis.

H1A: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran

metode SSCS dengan siswa yang diberi metode Proyek pada materi

elektrolisis.

b) HoB: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki

kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam

mempelajari materi elektrolisis.

H1B: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas

tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari

materi elektrolisis.

Page 125: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

c) HoC: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dalam

mempelajari materi elektrolisis.

H1C: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari

materi elektrolisis.

d) HoAB: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas

terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.

H1AB: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas

terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.

e) HoAC: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.

H1AC: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan sikap ilmiah

terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.

f) HoBC: Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap

prestasi belajar siswa pada materi eloktrolisis.

H1BC: Ada interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi

belajar siswa pada materi elektrolisis.

g) HoABC: Tidak ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas

dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.

H1ABC: Ada interaksi antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas dan

sikap ilmiah, terhadap prestasi belajar siswa pada materi elektrolisis.

Page 126: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

2). Keputusan Uji

Keputusan uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan

pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika p-Value < 0,05 dan jika p-Value >

0,05 maka Ho tidak ditolak (diterima). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan

0,05.

b. Uji Lanjut Anava

Apabila diperoleh Ho ditolak maka diperlukan uji lanjut Anava. Sebagai

tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah menggunakan uji Mean dan

Interaction Plot. Tujuannya untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap

prestasi belajar siswa. Selain dengan menggunakan metode Mean dapat juga

menggunakan uji Scheffe. Ketentuan pengambilan kesimpulan, ada pengaruh yang

signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan tujuan dari Interaction Plot

adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap prestasi belajar. Ketentuan

pengambilan keputusan ada interaksi jika terjadi perpotongan.

Page 127: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

107

4BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari SMA Negeri 1 Kalasan Sleman

sebagai kelompok eksperimen. Data yang diperoleh meliputi: nilai tes kognitif

prestasi belajar, angket afektif, angket sikap ilmiah, dan tes kreativitas verbal dan

lembar pengamatan psikomotor prestasi belajar siswa mata pelajaran kimia materi

elektrolisis.

1. Data Prestasi Belajar

Data nilai dari metode SSCS dan metode Proyek didapat dari tes materi

elektrolisis pada masing-masing kelas. Rentang skor penilaian aspek kognitif 0 –

100. Kelas XII IPA1 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode SSCS,

sedangkan kelas XII IPA3 dengan siswa sebanyak 32 diterapkan metode Proyek.

Data prestasi nilai dari kedua metode tersebut terdiri dari prestasi kognitif, afektif

dan psikomotor. Data kognitif diperoleh dari tes prestasi kognitif pada akhir

pembelajaran. Data afektif diperoleh dari angket afektif, sedangkan data

psikomotor didapat dari pengamatan terhadap unjuk kerja siswa saat kegiatan

praktikum.

a. Data Kognitif

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Penerapan Metode SSCS dan

Proyek

Metode Jumlah

Data

Rata-rata Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

SSCS 32 80,43 9,50 56,52 95,65

Proyek 32 71,06 11,29 47,83 100

Page 128: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada kelas

Metode SSCS memiliki nilai terendah 56,52, nilai tertinggi 95,65, nilai rata-rata

80,43 dengan standar deviasi sebesar 9,50. Sedangkan prestasi belajar aspek

kognitif pada kelas metode Proyek memiliki nilai terendah 47,83, nilai tertinggi

100; nilai rata-rata 71,06 dengan standar deviasi sebesar 11,29. Distribusi frekuensi

nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan

Metode SSCS dan Proyek

Interval Metode SSCS Metode Proyek

Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)

44,6-52,5 0 0,00 1 3,13

52,6-60,5 1 3,13 3 9,38

60,6-68,5 2 6,25 8 25,00

68,6-76,5 6 18,75 11 34,38

76,6-84,5 12 37,50 5 15,63

84,6-92,5 9 28,13 3 9,38

92,6-100,5 2 6,25 1 3,13

Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara kelas Metode SSCS dan

metode Proyek disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Penerapan

Metode SSCS dan Proyek

Page 129: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Dari Tabel 4.2 maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar

aspek kognitif pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval

76,6-84,5 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%), sedangkan pada interval tersebut

kelas metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 5 siswa

(15,63%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada

interval 44,6 – 52,5 pada kelas Proyek terdapat 1 siswa, sedangkan pada kelas

penerapan metode SSCS tidak ada. Ini menunjukkan pembelajaran dengan

menggunakan metode SSCS sebaran nilai kognitifnya lebih baik.

b. Data Afektif

Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS dan

Proyek

Metode Jumlah

data Rata-rata

Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

SSCS 32 46,25 3,984 38 54

Proyek 32 43,719 4,183 36 52

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif

pada kelas Metode SSCS memiliki nilai terendah 38, dan nilai tertinggi 54; nilai

rata-rata 46,25 dengan standar deviasi sebesar 3,984. Sedangkan prestasi belajar

aspek afektif pada kelas metode Proyek memiliki nilai terendah 36, nilai tertinggi

52, nilai rata-rata 43,719 dengan standar deviasi sebesar 4,183. Distribusi frekuensi

nilai tes prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.4.

Page 130: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penerapan Metode SSCS

dan Proyek

Interval Metode SSCS Metode Proyek

Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )

34,6-37,5 0 0,00 2 6,25

37,6-40,5 2 6,25 7 21,88

40,6-43,5 5 15,63 6 18,75

43,6-46,5 10 31,25 9 28,13

46,6-49,5 9 28,13 6 18,75

49,6-52,5 4 12,50 2 6,25

52,6-55,5 2 6,25 0 0,00

Perbandingan prestasi belajar aspek afektif antara kelas Metode SSCS dan metode

Proyek disajikan pada Gambar 4.2

.

54514845423936

10

8

6

4

2

0

54514845423936

Proyek

Afektif

Fre

qu

en

cy

SSCSMean 43,72

StDev 4,183

N 32

Proyek

Mean 46,25

StDev 3,984

N 32

SSCS

0

2

6

9

6

7

2 2

4

9

10

5

2

0

Histogram of AfektifNormal

Panel variable: METODE

Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Penerapan

Metode SSCS dan Proyek

Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek

afektif pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval 43,6-

46,5 yang dicapai oleh 10 siswa (31,25%), sedangkan pada interval tersebut kelas

metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 9 siswa (28,13%),

kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada interval 52,6 –

Page 131: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

55,5 pada kelas SSCS terdapat 2 siswa, sedangkan pada kelas metode Proyek tidak

ada. Ini menunjukkan pada metode SSCS sebaran nilai afektif lebih baik.

c. Data Psikomotor

Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Siswa Penerapan Metode

SSCS dan Proyek

Metode Jumlah data Rata-rata Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

SSCS 32 14,313 1,925 11 18

Proyek 32 15,719 1,955 12 19

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor

pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan metode SSCS

memiliki nilai terendah 11, dan nilai tertinggi 18, nilai rata-rata 14,313 dengan

standar deviasi sebesar 1,925. Sedangkan prestasi belajar aspek psikomotor pada

kelas yang diterapkan metode Proyek memiliki nilai terendah 12, nilai tertinggi 19;

nilai rata-rata 15,719 dengan standar deviasi sebesar 1,955. Distribusi frekuensi

nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penerapan Metode

SSCS dan Proyek

Interval Metode SSCS Metode Proyek

Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )

9,6-11,0 2 6,25 0 0,00

11,1-12,5 4 12,50 1 3,13

12,6-14,0 12 37,50 8 25,00

14,1-15,5 4 12,50 6 18,75

15,6-17,0 8 25,00 10 31,25

17,1-18,5 2 6,25 4 12,50

18,6-20,0 0 0,00 3 9,38

Page 132: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara kelas yang

diterapkan Metode SSCS dan metode Proyek disajikan pada Gambar 4.3.

19,518,016,515,013,512,010,5

12

10

8

6

4

2

0

19,518,016,515,013,512,010,5

Proyek

Psikomotor

Fre

qu

en

cy

SSCSMean 15,72

StDev 1,955

N 32

Proyek

Mean 14,31

StDev 1,925

N 32

SSCS

3

4

10

6

8

1

0 0

2

8

4

12

4

2

Histogram of PsikomotorNormal

Panel variable: METODE

Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor Menggunakan

Metode SSCS dan Metode Proyek

Dari tabel maupun gambar histogram perbandingan prestasi belajar aspek

psikomotor pada kelas metode SSCS memiliki frekuensi tertinggi pada interval

12,6-14,00 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%), sedangkan pada interval tersebut

kelas metode Proyek memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 8 siswa (25%),

kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 18,6 –

20,00 pada kelas Proyek terdapat 3 siswa, sedangkan pada kelas metode SSCS

tidak ada. Ini menunjukkan pada metode Proyek sebaran nilainya lebih baik.

2. Data Kreativitas

Data nilai tes kreativitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kreativitas

tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai tes kreativitas ≥ rata-rata nilai tes

kreativitas seluruh kelas dan kategori kreativitas rendah bagi siswa yang

mempunyai nilai tes kreativitas < rata-rata nilai tes kreativitas seluruh kelas.

Page 133: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa

mempunyai kreativitas tinggi dan 32 siswa mempunyai kreativitas rendah.

a. Data Kognitif

Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Kreativitas Rendah dan

Tinggi

Kreativitas Jumlah

data Rata-rata

Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Rendah 32 72,15 11,78 47,83 95,65

Tinggi 32 79,35 9,88 60,87 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada siswa

dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 60,87,dan nilai tertinggi 100, nilai

rata-rata 79,35 dengan standar deviasi sebesar 9,88. Sedangkan prestasi belajar

aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 47,83,

nilai tertinggi 95,65; nilai rata-rata 72,15 dengan standar deviasi sebesar 11,78.

Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada Tabel

4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah dan

Tinggi

Interval Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi

Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)

44,6-52,5 1 3,13 0 0,00

52,6-60,5 4 12,50 0 0,00

60,6-68,5 7 21,88 3 9,38

68,6-76,5 6 18,75 11 34,38

76,6-84,5 9 28,13 8 25,00

84,6-92,5 4 12,50 8 25,00

92,6-100,5 1 3,13 2 6,25

Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai

Kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.4.

Page 134: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

96888072645648

12

10

8

6

4

2

0

96888072645648

Rendah

Kognitif

Fre

qu

en

cy

TinggiMean 72,15

StDev 11,78

N 32

Rendah

Mean 79,35

StDev 9,876

N 32

Tinggi

1

4

9

6

7

4

1

2

88

11

3

00

Histogram of KognitifNormal

Panel variable: Kreativitas

Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kreativitas

Rendah dan Tinggi

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi

belajar aspek kognitif siswa dengan kreativitas tinggi pada interval 68,6-76,5 yang

dicapai oleh 11 siswa, sedangkan pada interval yang sama siswa dengan kreativitas

rendah dicapai oleh 6 siswa. Prestasi kognitif siswa dengan kreativitas rendah

tertinggi pada interval 76,6-84,5 yang dicapai oleh 9 siswa, sedangkan siswa

dengan kreativitas tinggi pada interval yang sama sebanyak 8 siswa. Dari sini

terlihat bahwa kreativitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif

siswa.

b. Data Afektif

Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas

Rendah dan Tinggi

Kreativitas Jumlah

data

Rata-

rata

Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Rendah 32 42,406 3,826 36 52

Tinggi 32 47,563 2,884 43 54

Page 135: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif pada

kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 43, nilai tertinggi 54; nilai rata-rata

47,562 dengan standar deviasi sebesar 2,884. Sedangkan prestasi belajar aspek

afektif pada kreativitas rendah memiliki nilai terendah 36, nilai tertinggi 52, nilai

rata-rata 42,406 dengan standar deviasi sebesar 3,826. Distribusi frekuensi nilai tes

prestasi belajar aspek afektif disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi

Interval Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi

Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )

34,6-37,5 2 6,25 0 0,00

37,6-40,5 9 28,13 0 0,00

40,6-43,5 10 31,25 1 3,13

43,6-46,5 6 18,75 13 40,63

46,6-49,5 4 12,50 11 34,38

49,6-52,5 1 3,13 5 15,63

52,6-55,5 0 0,00 2 6,25

Perbandingan prestasi belajar aspek afektif dengan kreativitas rendah dan

tinggi disajikan pada Gambar 4.5.

Page 136: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

54514845423936

14

12

10

8

6

4

2

0

54514845423936

Rendah

Afektif

Fre

qu

en

cy

TinggiMean 42,41

StDev 3,826

N 32

Rendah

Mean 47,56

StDev 2,884

N 32

Tinggi

0

1

4

6

10

9

2 2

5

11

13

1

00

Histogram of AfektifNormal

Panel variable: Kreativitas

Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan perbandingan prestasi

belajar aspek afektif pada kreativitas tinggi memiliki frekuensi tertinggi pada

interval 43,6-46,5 yang dicapai oleh 13 siswa (40,63%), sedangkan pada interval

tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi yang dicapai oleh 6

(18,75%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang kecil, akan tetapi pada

interval 52,6 – 55,5 pada kreativitas tinggi terdapat 2 siswa, sedangkan pada kelas

kreativitas rendah tidak ada. Ini menunjukkan pada kreativitas tinggi sebaran

nilainya lebih baik.

c. Data Psikomotor

Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Kreativitas Rendah dan

Tinggi

Metode Jumlah

data

Rata-

rata

Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Rendah 32 14,656 1,977 11 19

Tinggi 32 15,375 2,091 11 19

Page 137: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek psikomotor

pada kelas kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 11, dan nilai tertinggi 19, nilai

rata-rata 15,375 dengan standar deviasi sebesar 2,091. Sedangkan prestasi belajar

aspek psikomotor pada kelas kreativitas rendah memiliki nilai terendah 11, nilai

tertinggi 19; nilai rata-rata 14,656 dengan standar deviasi sebesar 1,977. Distribusi

frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Kreativitas

Rendah dan Tinggi

Interval Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi

Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)

9,6-11,0 1 3,13 1 3,13

11,1-12,5 3 9,38 2 6,25

12,6-14,0 12 37,50 8 25,00

14,1-15,5 6 18,75 4 12,50

15,6-17,0 6 18,75 12 37,50

17,1-18,5 3 9,38 3 9,38

18,6-20,0 1 3,13 2 6,25

Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan

kreativitas rendah dan tinggi disajikan pada histogram Gambar 4.6.

Page 138: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

19,518,016,515,013,512,010,5

12

10

8

6

4

2

0

19,518,016,515,013,512,010,5

Rendah

Psikomotor

Fre

qu

en

cy

TinggiMean 14,66

StDev 1,977

N 32

Rendah

Mean 15,38

StDev 2,091

N 32

Tinggi

1

3

66

12

3

1

2

3

12

4

8

2

1

Histogram of PsikomotorNormal

Panel variable: Kreativitas

Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan

Kreativitas Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram dapat diketahui perbandingan prestasi

belajar aspek psikomotor pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki frekuensi

tertinggi pada interval 15,6 – 17,00 yang dicapai oleh 12 siswa (37,50%),

sedangkan pada interval tersebut kreativitas rendah memiliki frekuensi tertinggi

yang dicapai oleh 6 (18,74%), kedua kelas menunjukkan perbedaan yang besar,

akan tetapi pada interval 18,6 – 20,00 pada kreativitas tinggi terdapat 2 siswa,

sedangkan pada kelas kreativitas rendah 1 siswa. Ini menunjukkan pada kreativitas

tinggi sebaran nilainya lebih baik.

3. Data Sikap Ilmiah

Data sikap ilmiah dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu sikap ilmiah

tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai angket sikap ilmiah ≥ rata-rata nilai angket

sikap ilmiah seluruh kelas dan kategori sikap ilmiah rendah bagi siswa yang

mempunyai nilai angket sikap ilmiah < rata-rata nilai angket sikap ilmiah seluruh

Page 139: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

kelas. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 64 siswa, terdapat 32 siswa

mempunyai sikap ilmiah tinggi dan 32 siswa mempunyai sikap ilmiah rendah.

a. Data Kognitif

Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Kognitif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan

Tinggi

Sikap

Ilmiah

Jumlah

data

Rata-rata Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Rendah 32 73,78 9,97 56,52 91,3

Tinggi 32 77,72 12,48 47,83 100

Berdasarkan tabel diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek kognitif pada siswa

dengan kreativitas rendah memiliki nilai terendah 56,52, nilai tertinggi 91,3; nilai

rata-rata 73,78 dengan standar deviasi sebesar 9,97. Sedangkan prestasi belajar

aspek kognitif pada siswa dengan kreativitas tinggi memiliki nilai terendah 47,83,

nilai tertinggi 100, nilai rata-rata 77,72 dengan standar deviasi sebesar

12,48.Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek kognitif disajikan pada

Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif dengan Sikap Ilmiah

Rendah dan Tinggi

Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi

Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )

44,6-52,5 0 0,00 1 3,13

52,6-60,5 3 9,38 1 3,13

60,6-68,5 5 15,63 5 15,63

68,6-76,5 11 34,38 6 18,75

76,6-84,5 8 25,00 9 28,13

84,6-92,5 5 15,63 7 21,88

92,6-100,5 0 0,00 3 9,38

Page 140: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa yang mempunyai sikap

ilmiah rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.7.

10496888072645648

12

10

8

6

4

2

0

10496888072645648

Rendah

Kognitif

Fre

qu

en

cy

TinggiMean 73,78

StDev 9,969

N 32

Rendah

Mean 77,72

StDev 12,48

N 32

Tinggi

0

5

8

11

5

3

0

3

7

9

6

5

11

Histogram of KognitifNormal

Panel variable: Sikap Ilmiah

Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif dengan

Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa frekuensi tertinggi prestasi

belajar aspek kognitif siswa dengan sikap ilmiah tinggi pada interval 76,6-84,5

yang dicapai oleh 9 siswa, sedangkan pada interval yang sama siswa dengan sikap

ilmiah rendah dicapai oleh 8 siswa. Prestasi kognitif siswa dengan sikap ilmiah

rendah pada interval 92,6-100,5 tidak ada, sedangkan siswa dengan sikap ilmiah

tinggi pada interval yang sama sebanyak 3 siswa. Dari data yang didapat terlihat

bahwa sikap ilmiah mempengaruhi prestasi belajar kognitif siswa.

b. Data Afektif

Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Afektif dengan Sikap Ilmiah Rendah dan

Tinggi

Kreativitas Jumlah

data

Rata-rata Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Rendah 32 44,281 4,305 36 54

Tinggi 32 45,688 4,138 38 54

Page 141: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Berdasarkan tabel data diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek afektif

pada siswa dengan Sikap Ilmiah rendah 36, dan tertinggi 54 serta nilai rata-rata

44,28 dengan standar deviasi sebesar 4,305. Sedangkan prestasi belajar aspek

afektif pada siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi nilai terendah 36, nilai tertinggi 54,

serta nilai rata-rata 45,68 dengan standar deviasi sebesar 4,138.

Adapun distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek afektif dengan Sikap

Ilmiah tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Sikap Ilmiah Rendah dan

Tinggi

Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi

Frekuensi Frekuensi (%) Frekuensi Frekuensi (%)

34,6-37,5 2 6,25 0 0,00

37,6-40,5 4 12,50 5 15,63

40,6-43,5 7 21,88 4 12,50

43,6-46,5 10 31,25 9 28,13

46,6-49,5 6 18,75 9 28,13

49,6-52,5 2 6,25 4 12,50

52,6-55,5 1 3,13 1 3,13

Perbandingan prestasi belajar aspek kognitif antara siswa dengan Sikap

Ilmiah rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 4.8.

Page 142: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

54514845423936

10

8

6

4

2

0

54514845423936

Rendah

Afektif

Fre

qu

en

cy

TinggiMean 44,28

StDev 4,305

N 32

Rendah

Mean 45,69

StDev 4,138

N 32

Tinggi

1

2

6

10

7

4

2

1

4

99

4

5

0

Histogram of AfektifNormal

Panel variable: Sikap Ilmiah

Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif dengan Sikap

Ilmiah Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan

prestasi belajar aspek afektif pada Sikap Ilmiah tinggi memiliki frekuensi tertinggi

pada interval 46,6 – 49,5 yang dicapai oleh sebanyak 9 siswa (28,13%), sedangkan

pada interval yang sama sikap ilmiah rendah memiliki frekuensi tertinggi yang

dicapai oleh sebanyak 6 siswa (18,75%), kedua kelas menunjukkan perbedaan

yang kecil, akan tetapi pada interval 52,6 – 55,5 pada sikap ilmiah tinggi terdapat

sebanyak 1 siswa, sedangkan pada siswa dengan sikap ilmiah rendah 1 siswa. Ini

menunjukkan pada sikap ilmiah berpengaruh terhadap prestasi afektif.

c. Data Psikomotor

Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Psikomotor dengan Sikap Ilmiah Rendah dan Tinggi

Metode Jumlah

data

Rata-rata Standar

Deviasi

Nilai

Terendah

Nilai

Tertinggi

Rendah 32 14,094 1,614 11 17

Tinggi 32 15,938 2,047 12 19

Berdasarkan tabel 4.17 diatas terlihat prestasi belajar kimia aspek

psikomotor pada sikap ilmiah tinggi memiliki nilai terendah 12, dan nilai tertinggi

Page 143: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

19, nilai rata-rata 15,938 dengan standar deviasi sebesar 2,047. Sedangkan prestasi

belajar aspek psikomotor pada kelas sikap ilmiah rendah memiliki nilai terendah

11, dan nilai tertinggi 17; nilai rata-rata 14,094 dengan standar deviasi sebesar

1,614. Distribusi frekuensi nilai tes prestasi belajar aspek psikomotor disajikan

pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap Ilmiah

Rendah dan Tinggi

Interval Sikap Ilmiah Rendah Sikap Ilmiah Tinggi

Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Frekuensi ( % )

9,6-11,0 2 6,25 0 0,00

11,1-12,5 3 9,38 2 6,25

12,6-14,0 14 43,75 6 18,75

14,1-15,5 6 18,75 4 12,50

15,6-17,0 7 21,88 11 34,38

17,1-18,5 0 0,00 6 18,75

18,6-20,0 0 0,00 3 9,38

Perbandingan prestasi belajar aspek psikomotor antara siswa dengan Sikap

Ilmiah tinggi dan rendah disajikan pada Gambar 4.9.

Page 144: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

19,518,016,515,013,512,010,5

12

10

8

6

4

2

0

19,518,016,515,013,512,010,5

Rendah

Psikomotor

Fre

qu

en

cy

TinggiMean 14,66

StDev 1,977

N 32

Rendah

Mean 15,38

StDev 2,091

N 32

Tinggi

1

3

66

12

3

1

2

3

12

4

8

2

1

Histogram of PsikomotorNormal

Panel variable: Kreativitas

Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor dengan Sikap

Ilmiah Rendah dan Tinggi

Dari tabel maupun gambar histogram menunjukkan bahwa perbandingan

prestasi belajar aspek psikomotor pada siswa dengan Sikap Ilmiah tinggi memiliki

frekuensi tertinggi tertinggi pada interval 15,6-17 yang dicapai oleh 11 siswa

(34,38%), sedangkan pada interval yang sama pada siswa dengan sikap ilmiah

rendah frekuensi tertinggi dicapai oleh 7 siswa (21,88%), kedua kelas

menunjukkan perbedaan yang besar, akan tetapi pada interval 18,6 – 20 pada siswa

dengan sikap ilmiah tinggi terdapat 3 siswa, sedangkan pada kelas sikap ilmiah

rendah tidak ada. Ini menunjukkan pada Sikap Ilmiah tinggi mempengaruhi

prestasi belajar psikomotor siswa.

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Pada penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara

lain: uji normalitas, dan uji homogenitas. Berikut ini uraian pengujian tersebut:

Page 145: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas data prestasi

belajar kognitif, afektif dan psikomotor pada masing-masing kelompok dapat

dilihat Tabel 4.19, 4.20 dan 4.21.

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Kriteria Pengelompokan Data signifikansi Kesimpulan Uji

Metode SSCS 0,197 Normal

Metode Proyek 0,200 Normal

Kreativitas Rendah 0,143 Normal

Kreativitas Tinggi 0,078 Normal

Sikap Ilmiah Rendah 0,200 Normal

Sikap Ilmiah Tinggi 0,182 Normal

SSCS_KR_SIR 0,200 Normal

SSCS_KR_SIT 0,200 Normal

SSCS_KT_SIR 0,200 Normal

SSCS_KT_SIT 0,200 Normal

Proyek_KR_SIR 0,200 Normal

Proyek_KR_SIT 0,200 Normal

Proyek_KT_SIR 0,141 Normal

Proyek_KT_SIT 0,200 Normal

Page 146: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Afektif

Kriteria Pengelompokan Data signifikansi Kesimpulan Uji

Metode Metode SSCS 0,200 Normal

Metode Metode Proyek 0,200 Normal

Kreativitas Rendah 0,200 Normal

Kreativitas Tinggi 0,092 Normal

Sikap Ilmiah Rendah 0,200 Normal

Sikap Ilmiah Tinggi 0,200 Normal

SSCS_KR_SIR 0,200 Normal

SSCS_KR_SIT 0,200 Normal

SSCS_KT_SIR 0,200 Normal

SSCS_KT_SIT 0,200 Normal

Proyek_KR_SIR 0,200 Normal

Proyek_KR_SIT 0,200 Normal

Proyek_KT_SIR 0,107 Normal

Proyek_KT_SIT 0,200 Normal

Page 147: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Aspek Psikomotor

Kriteria Pengelompokan Data Signifikansi Kesimpulan Uji

Metode Metode SSCS 0,200 Normal

Metode Metode Proyek 0,200 Normal

Kreativitas Rendah 0,183 Normal

Kreativitas Tinggi 0,070 Normal

Sikap Ilmiah Rendah 0,200 Normal

Sikap Ilmiah Tinggi 0,132 Normal

SSCS_KR_SIR 0,200 Normal

SSCS_KR_SIT 0,200 Normal

SSCS_KT_SIR 0,200 Normal

SSCS_KT_SIT 0,077 Normal

Proyek_KR_SIR 0,200 Normal

Proyek_KR_SIT 0,135 Normal

Proyek_KT_SIR 0,200 Normal

Proyek_KT_SIT 0,200 Normal

Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas diperoleh signifikansi

> 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak. Dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas juga digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari

sejumlah populasi sama atau tidak. Rangkumannya disajikan pada Tabel 4.22

untuk aspek kognitif, Tabel 4.23 untuk aspek afektif dan Tabel 4.24 untuk aspek

psikomotor berikut :

Page 148: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek

Kognitif

Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan

Metode SSCS –Metode Proyek 0,467 Homogen

Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah 0,272 Homogen

Sikap Ilmiah Tinggi – Sikap Ilmiah Rendah 0,358 Homogen

Metode – kreativitas – Sikap ilmiah 0,344 Homogen

Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek

Afektif

Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan

Metode SSCS – Metode Proyek 0,434 Homogen

Kreativitas Tinggi – Kreativitas Rendah 0,123 Homogen

Sikap Ilmiah Tinggi – Sikap Ilmiah Rendah 0,778 Homogen

Metode – kreativitas – Sikap ilmiah 0,500 Homogen

Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar Aspek

Psikomotor

Kriteria Perbandingan signifikansi Kesimpulan

Metode SSCS -Metode Proyek 0,970 Homogen

Kreativitas Tinggi - Kreativitas Rendah 0,642 Homogen

Sikap Ilmiah Tinggi - Sikap Ilmiah Rendah 0,642 Homogen

Metode – kreativitas – Sikap Ilmiah 0,500 Homogen

Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian

diperoleh signifikansi > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho tidak ditolak.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians

yang sama atau homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan anava tiga

jalan. Sebagai variabel bebas adalah metode SSCS, Metode Proyek, kreativitas dan

Page 149: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

sikap ilmiah siswa. Sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Uji lanjut

dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat.

1. Analisis variansi

Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak

sama menggunakan PASW versi 18. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga

jalan untuk prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.25, untuk prestasi

belajar afektif pada Tabel 4.26 dan untuk prestasi belajar psikomotor pada Tabel

4.27 berikut :

a. Prestasi Belajar Kognitif

Tabel 4.25 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif

Perhitungan Signifikansi

Metode 0,000

Kreativitas 0,005

Sikap Ilmiah 0,186

Metode* Kreativitas 0,046

Metode* Sikap Ilmiah 0,800

Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,574

Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,094

Deskripsi hipotesis:

1) signifikansi metode = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif

antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode SSCS dengan

siswa yang diberi pembelajaran menggunakan Metode Proyek pada materi

elektrolisis.

Page 150: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

2) signifikansi kreativitas = 0,005 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif

antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai

kreativitas rendah pada materi elektrolisis.

3) signifikansi sikap ilmiah = 0, 86 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar

kognitif antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang

mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi elektrolisis.

4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,046 < 0,05 atau (signifikansi <

α) artinya Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi

antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi

belajar kognitif pada materi elektrolisis.

5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,800 > 0,05 atau (signifikansi

> α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap

prestasi belajar kognitif pada materi elektrolisis.

6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,574 > 0,05 atau

(signifikansi > α) artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif

pada materi elektrolisis.

7) signifikansi interaksi metode, kreativitas dan sikap ilmiah = 0,094 > 0,05 atau

(signifikansi > α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antar metode, kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi

belajar kognitif pada materi elektrolisis.

Page 151: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

b. Prestasi Belajar Afektif

Tabel 4.26 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif

Perhitungan signifikansi

Metode 0,002

Kreativitas 0,000

Sikap Ilmiah 0,212

Metode* Kreativitas 0,049

Metode* Sikap Ilmiah 0,761

Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,755

Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,747

Deskripsi Hipotesis:

1) signifikansi metode = 0,002 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara

siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode SSCS dengan siswa yang diberi

pembelajaran dengan Metode Proyek pada materi Elektrolisis.

2) signifikansi kreativitas = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) artinya Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara

siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas

rendah pada materi Elektrolisis

3) signifikansi sikap ilmiah = 0,2 2 > 0,05 atau (signifikansi > α) artinya Ho

diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar

afektif antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang

memiliki sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis

4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,049 < 0,05 atau (signifikansi <

α) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara

Page 152: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar

afektif pada materi Elektrolisis.

5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,761 > 0,05 atau (signifikansi

> α) maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap

prestasi belajar afektif pada materi Elektrolisis.

6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,755 > 0,05 atau

(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi

belajar afektif pada materi Elektrolisis.

7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kreativitas = 0,747 > 0,05,

(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi

belajar afektif pada materi Elektrolisis.

c. Prestasi Belajar Psikomotor

Tabel 4.27 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Psikomotor

Perhitungan signifikansi

Metode 0,001

Kreativitas 0,184

Sikap Ilmiah 0,000

Metode* Kreativitas 0,092

Metode* Sikap Ilmiah 0,041

Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,445

Metode* Kreativitas * Sikap Ilmiah 0,175

Page 153: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Deskripsi Hipotesis:

1) signifikansi metode = 0,001 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar psikomotor

antara siswa yang diberi pembelajaran dengan Metode SSCS dengan siswa yang

diberi pembelajaran dengan Metode Proyek pada materi Elektrolisis.

2) signifikansi kreativitas = 0, 84 > 0,05 atau (signifikansi > α) maka Ho diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar

psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang

memiliki kreativitas rendah pada materi Elektrolisis

3) signifikansi sikap ilmiah = 0,000 < 0,05 atau (signifikansi < α) maka Ho ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat ada perbedaan prestasi belajar

psikomotor antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang

memiliki sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis

4) signifikansi interaksi metode dan kreativitas = 0,092 > 0,05 atau (signifikansi >

α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi

antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi

belajar psikomotor pada materi Elektrolisis.

5) signifikansi interaksi metode dan sikap ilmiah = 0,041 < 0,05 atau (signifikansi

< α) artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi

antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi

belajar psikomotor pada materi Elektrolisis.

6) signifikansi interaksi kreativitas dan sikap ilmiah = 0,455 > 0,05 atau

(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

Page 154: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

terdapat interaksi antara kreativitas dengan sikap ilmiah terhadap prestasi

belajar psikomotor pada materi Elektrolisis

7) signifikansi interaksi metode, kreativitas serta kreativitas = 0,747 > 0,05,

(signifikansi > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat interaksi antara metode, sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi

belajar psikomotor pada materi Elektrolisis.

2. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe)

Uji lanjut Anava bertujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Uji lanjut dilakukan pada semua hipotesis yang

diterima atau H0 yang ditolak, atau hipotesis yang memperoleh nilai signifikansi <

0,05. H0 yang ditolak pada prestasi kognitif dan afektif adalah H01, H02, dan H04 ,

sedangkan untuk prestasi psikomotor adalah H01, H03, dan H05 dilakukan uji

scheffe dengan software PASW versi 18.

Page 155: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Tabel 4.28 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap

Prestasi Belajar Kognitif

Metode-

Kreativitas

Metode-Kreativitas Signifikansi Kesimpulan

SSCS_KR SSCS_KT 0,938 Tidak ada interaksi

Proyek_KR 0,001 Ada interaksi

Proyek_KT 0,938 Tidak ada interaksi

SSCS_KT SSCS_KR 0,938 Tidak ada interaksi

Proyek_KR 0,000 Ada interaksi

Proyek_KT 0,652 Tidak ada interaksi

Proyek_KR SSCS_KR 0,001 Ada interaksi

SSCS_KT 0,000 Ada interaksi

Proyek_KT 0,008 Ada interaksi

Proyek_KT SSCS_KR 0,938 Tidak ada interaksi

SSCS_KT 0,652 Tidak ada interaksi

Proyek_KR 0,000 Ada interaksi

Keterangan :

KT = Kreativitas Tinggi

KR = Kreativitas Rendah

Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.28 terdapat

interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas

rendah dengan siswa pada pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah.

Siswa pada pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas tinggi dengan siswa

pada pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas rendah. Untuk pembelajaran

Proyek-kreativitas rendah terdapat interaksi dengan metode SSCS-kreativitas

rendah, metode SSCS-kreativitas tinggi, dan metode Proyek-kreativitas tinggi.

Sedangkan untuk metode Proyek-kreativitas tinggi berinteraksi dengan metode

Proyek-kreativitas rendah.

Page 156: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Tabel 4.29 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap

Prestasi Belajar Afektif

Metode-Kreativitas Metode-Kreativitas Signifikansi Kesimpulan

SSCS_KR SSCS_KT 0,022 Ada interaksi

Proyek_KR 0,004 Ada interaksi

Proyek_KT 0,131 Tidak ada interaksi

SSCS_KT SSCS_KR 0,022 Ada interaksi

Proyek_KR 0,000 Ada interaksi

Proyek_KT 0,884 Tidak ada interaksi

Proyek_KR SSCS_KR 0,004 Ada interaksi

SSCS_KT 0,000 Ada interaksi

Proyek_KT 0,000 Ada interaksi

Proyek_KT SSCS_KR 0,131 Tidak ada interaksi

SSCS_KT 0,884 Tidak ada interaksi

Proyek_KR 0,000 Ada interaksi

Keterangan :

KT = Kreativitas Tinggi

KR = Kreativitas Rendah

Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.29 terdapat

interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas

rendah dengan siswa pada kelas metode SSCS-kreativitas tinggi, pembelajaran

dengan metode Proyek-kreativitas rendah. Siswa pada pembelajaran SSCS-

kreativitas tinggi dengan siswa pada metode SSCS-kreativitas rendah, metode

Proyek-kreativitas rendah. Untuk pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas

rendah terdapat interaksi dengan pembelajaran dengan metode SSCS-kreativitas

rendah, metode SSCS-kreativitas tinggi, dan Proyek-kreativitas tinggi. Sedangkan

untuk pembelajaran dengan metode Proyek-kreativitas tinggi berinteraksi dengan

metode Proyek-kreativitas rendah.

Page 157: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Tabel 4.30 Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Metode-Kreativitas terhadap

Prestasi Belajar Psikomotor

Metode -Kreativitas Metode-Kreativitas Signifikansi Kesimpulan

SSCS_SIR SSCS_SIT 0,420 Tidak ada interaksi

Proyek_SIR 0,824 Tidak ada interaksi

Proyek_SIT 0,000 Ada interaksi

SSCS_SIT SSCS_SIR 0,420 Tidak ada interaksi

Proyek_SIR 0,908 Tidak ada interaksi

Proyek_SIT 0,004 Ada interaksi

Proyek_SIR SSCS_SIR 0,824 Tidak ada interaksi

SSCS_SIT 0,908 Tidak ada interaksi

Proyek_SIT 0,000 Ada interaksi

Proyek_SIT SSCS_SIR 0,000 Ada interaksi

SSCS_SIT 0,004 Ada interaksi

Proyek_SIR 0,000 Ada interaksi

Keterangan :

SIT = Sikap Ilmiah Tinggi

SIR = Sikap Ilmiah Rendah

Berdasarkan hasil uji Scheffe yang dirangkum dalam Tabel 4.30 terdapat

interaksi antara siswa pada kelas pembelajaran dengan metode SSCS-sikap ilmiah

tinggi dengan siswa pada pembelajaran dengan metode Proyek- sikap ilmiah

tinggi. Siswa pada pembelajaran dengan metode SSCS-sikap ilmiah tinggi dengan

siswa pada penggunaan metode Proyek-sikap ilmiah tinggi. Untuk pembelajaran

metode Proyek-sikap ilmiah rendah terdapat interaksi dengan siswa pada metode

Proyek-sikap ilmiah tinggi. Sedangkan untuk pembelajaran dengan metode

Proyek-sikap ilmiah tinggi berinteraksi dengan penggunaan metode SSCS-sikap

ilmiah rendah, metode SSCS-sikap ilmiah tinggi, dan Proyek-sikap ilmiah tinggi.

Untuk mengetahui mana yang lebih unggul maka dilakukan uji Compare

Means pada masing-masing H0 yang ditolak.

Page 158: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Tabel 4.31 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Kognitif

Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi

Proyek

SSCS

32 71,06 11,29

32 80,43 9,5

Kreativitas Rendah

Kreativitas Tinggi

32 72,15 11,78

32 79,35 9,88

Proyek-Kreativitas Rendah

Proyek- Kreativitas Tinggi

SSCS-Kreativitas Rendah

SSCS-Kreativitas Tinggi

16 64,95 8,91

16 77,17 10,23

16 79,35 9,85

16 81,52 9,32

Tabel 4.32 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Afektif

Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi

Proyek

SSCS

32 43,719 4,183

32 46,250 3,984

Kreativitas Rendah

Kreativitas Tinggi

32 42,406 3,826

32 47,563 2,884

Proyek-Kreativitas Rendah

Proyek- Kreativitas Tinggi

SSCS-Kreativitas Rendah

SSCS-Kreativitas Tinggi

16 40,313 2,442

16 47,125 2,335

16 44,500 3,864

16 48,000 3,367

Tabel 4.33 Rangkuman Uji Lanjut Compare Means Prestasi Psikomotor

Variabel Bebas Rata-rata Jumlah Data Standar Deviasi

Proyek

SSCS

32 15,719 1,955

32 14,313 1,925

Sikap Ilmiah Rendah

Sikap Ilmiah Tinggi

32 14,094 1,614

32 15,938 2,047

Proyek-Sikap Ilmiah Rendah

Proyek-Sikap Ilmiah Tinggi

SSCS-Sikap Ilmiah Rendah

SSCS-Sikap Ilmiah Tinggi

16 14,375 1,408

16 17,063 1,436

16 13,813 1,797

16 14,813 1,974

D. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan pengaruh penggunaan Metode SSCS dan Metode Proyek terhadap

Page 159: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

prestasi belajar siswa, pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar siswa, pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

siswa, interaksi antara metode dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa,

interaksi antara metode dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, interaksi

antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa, dan ada atau

tidaknya interaksi antara metode, sikap ilmiah, dan kreativitas terhadap prestasi

belajar siswa pada materi kompetensi Elektrolisis. Sampel dalam penelitian ini

diambil dengan teknik cluster random sampling. Hasil pengundian diperoleh kelas

sebagai kelompok eksperimen pertama adalah XII IPA1 dikenai metode

pembelajaran SSCS dan kelas sebagai kelompok eksperimen kedua adalah kelas

XII IPA3 dikenai metode Proyek.

1. Hipotesis Pertama

Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava tiga jalan dengan

sel tak sama pada prestasi kognitif, afektif dan psikomotor menunjukkan harga

signifikansi berturut-turut sebesar 0,000; 0,002 dan 0,001 berarti Ho ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif, afektif dan

psikomotor antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode SSCS dan siswa

yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode Proyek pada materi

Elektrolisis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori belajar konstruktivisme yang

menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dari pengalaman memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang baru dan mengemukakan ide-ide yang berguna setelah

siswa belajar. Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 34) menyatakan bahwa

prestasi siswa ditentukan dari interaksi kondisi internal siswa dan kondisi eksternal

Page 160: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

siswa. Dalam penelitian ini yang dimaksud kondisi internal siswa adalah

kreativitas dan sikap ilmiah sedangkan kondisi eksternal yang dimaksud adalah

metode belajar. Seorang guru harus menyesuaikan metode yang digunakan dengan

materi yang diajarkan sehingga interaksi kondisi internal dan eksternal siswa dapat

maksimal dan hasil prestasi siswa sesuai dengan yang diharapkan.

Materi elektrolisis merupakan materi yang bersifat empiris dan faktual

artinya materi ini dapat diberikan dengan cara eksperimen dan dibuktikan

menggunakan perhitungan logika-matematik. Siswa dapat mengamati terbentuknya

perubahan warna larutan dan adanya endapan di elektroda ketika siswa melakukan

elektrolisis. Sedangkan elektron yang dihasilkan tidak dapat diamati siswa tetapi

dapat ditentukan secara matematis menggunakan konsep stoikiometri.

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk menginteraksikan siswa dengan

sumber belajar dalam lingkungan belajarnya. Salah satu usaha guru untuk

memaksimalkan interaksi antara siswa dengan sumber belajaranya adalah dengan

menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi. Dalam

penelitian ini digunakan metode SSCS (Search Solve Create and Share) dan

Proyek yang keduanya menuntut kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah

dengan cara melakukan eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya

kepada kelompok lain dan mengkonstruk pengetahuan secara bersama.

Tahapan pembelajaran metode SSCS dilakukan dengan 1) search:

mengidentifikasi dan mengembangkan pertanyaan masalah, 2) solve : fokus pada

permasalahan spesifik yang telah ditetapkan pada fase search, 3) create :

mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang terkait dengan

permasalahan dan melakukan generalisasi/ modifikasi, 4) share : membagi atau

Page 161: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

memberikan hasil dan evaluasi dari eksperimen yang telah dilakukan. Sedangkan

tahapan metode Proyek adalah 1) siswa memilih topik yang diinginkan bersama

dengan kelompoknya, 2) siswa menyelesaikan masalah melalui eksperimen, 3)

siswa mendiskusikan hubungan hasil eksperimen dengan konsep dari sumber

belajarnya yang telah mereka cari sendiri, dan 4) mempresentasikan hasil diskusi.

Kelebihan metode SSCS dibandingkan dengan Proyek terlihat pada fase

search dimana siswa dihadapkan pada suatu pertanyaan masalah yang menuntut

siswa mengkaitkan pengetahuan/ skema yang telah dimiliki siswa dengan materi

yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel bahwa prestasi belajar

ditentukan dari dukungan materi yang telah dikuasai sebelumnya. Pertanyaan

masalah yang diberikan dapat merangsang sistematika berpikir siswa untuk

mengeksplor konsep yang telah dimiliki. Siswa yang belajar menggunakan SSCS

dapat mengasimilasi pengetahuan barunya kedalam skema yang telah dimiliki,

mengakomodasikan skema barunya menjadi skema pengetahuan yang baru.

Sedangkan pembelajaran yang menggunakan metode Proyek adalah sebuah

metode pembelajaran inovatif yang menekankan pada pembelajaran kontekstual

melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembelajaran ini memberi kesempatan

siswa bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka. Akan

tetapi, metode Proyek ini harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup

tinggi. Hal inilah yang menjadi penyebab lebih rendahnya rata-rata prestasi

kognitif dan afektif siswa pada materi elektrolisis dibandingkan dengan siswa yang

belajar menggunakan metode SSCS.

Dari hasil rata-rata prestasi belajar kognitif, siswa yang menggunakan

metode SSCS yaitu sebesar 80,43 dan yang menggunakan metode Proyek sebesar

Page 162: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

71,06. Sedangkan rata-rata prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan

metode SSCS sebesar 46,25 dan yang menggunakan metode Proyek sebesar

43,719. Dari data prestasi diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

SSCS lebih baik daripada metode Proyek. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada

proses mengkostruksi pengetahuan barunya, membutuhkan fasilitator untuk

merangsang sistematika berpikirnya khususnya pada fase search. Siswa

memerlukan penguatan konsep yang mereka dapatkan dari materi sebelumnya.

Berkebalikan dengan hasil prestasi kognitif dan afektif, rata-rata prestasi

psikomotor siswa yang menggunakan metode proyek yaitu 15,719 lebih baik

dibandingkan siswa yang belajar dengan menggunakan metode SSCS sebesar

14,313. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tahapan metode Proyek mendorong siswa

lebih aktif untuk berkreasi dalam melakukan eksperimen sehingga memicu

keterampilan motoriknya untuk menjadi lebih terasah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Halizah Awang dan Ishak

Ramly (2008: 20) yang menyatakan bahwa metode SSCS sesuai diterapkan untuk

materi-materi yang membutuhkan pembuktian empiris seperti halnya materi

elektrolisis. Selain itu disebutkan pula bahwa SSCS merangsang siswa untuk

mendayagunakan segala kreativitasnya untuk memecahkan masalah. Hasil

penelitian ini diperkuat dari hasil penelitian Irwan (2011: 10) yang berjudul

“Pengaruh Pendekatan Problem Posing Metode SSCS dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika” yang menyatakan

bahwa pembelajaran SSCS memberikan pengaruh yang signifikan dalam upaya

meningkatkan kemampuan penalaran matematis, karena pada SSCS tercipta

suasana pembelajaran yang kondusif, aktivitas dan kerjasama mahasiswa

Page 163: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

meningkat. Proses pengajuan masalah memicu mahasiswa untuk lebih aktif dalam

belajar yang pada akhirnya meningkatkan penalaran dalam memahami situasi yang

diberikan. Sama halnya dengan penelitian ini, penerapan metode SSCS memicu

siswa untuk memecahkan masalah dengan mendayagunakan kemampuannya

mengkaitkan materi yang telah dimiliki dengan hasil pengetahuan baru yang

didapatkan melalui kegiatan eksperimen, diskusi dan presentasi. Proses

pembelajaran menggunakan SSCS akan membentuk pola pikir siswa lebih

sistematis sehingga pengetahuan baru yang sudah terkonstruk di dalam memori

jangka pendek kemudian dapat tersimpan dalam memori jangka panjang yang siap

di-recall kembali.

2. Hipotesis Kedua

Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava tiga jalan dengan sel

tak sama pada prestasi kognitif dan afektif masing-masing menunjukkan harga

signifikansi sebesar 0,005 dan 0,000 sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan

prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi

dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah pada materi Elektrolisis.

Sedangkan pada prestasi psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,184

sehingga Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar psikomotor

antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai

kreativitas rendah pada materi Elektrolisis. Hal ini menunjukkan bahwa tinjauan

kreativitas tinggi dan rendah memberikan perbedaan prestasi belajar pada materi

Elektrolisis baik kognitif maupun afektif, tetapi tidak memberikan perbedaan

terhadap prestasi psikomotor.

Page 164: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta.

Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam

mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat

memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif

dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal

yang baru, mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep,

menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik.

Berdasarkan ciri–ciri tersebut siswa yang mempunyai kreativitasnya tinggi

akan cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah

memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi elektrolisis diberikan oleh guru

dengan menggunakan eksperimen. Eksperimen tersebut merangsang siswa yang

kreatif untuk mencoba mengelektrolisis beberapa larutan dengan variasi elektroda

aktif maupun pasif sehingga siswa-siswa tersebut lebih memahami materi

elektrolisis. Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif oleh siswa dengan sendirinya memberi hasil yang paling

baik, berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang

menyertainya sehingga menghasilkan konsep pengetahuan yang akan tersimpan

kuat dalam memori jangka panjang dan siap di recall kembali.

Dilihat dari deskripsi data pada awal bab ini, bisa dilihat bahwa siswa

mempunyai prestasi yang bisa dikatakan baik, untuk siswa mempunyai kreativitas

tinggi maupun rendah. Ada perbedaan yang signifikan dari prestasi belajar kognitif

dan prestasi belajar afektif siswa yang kreativitasnya tinggi dengan siswa yang

memiliki kreativitas rendah. Hal ini sesuai dengan teori Piaget karena siswa yang

memiliki kreativitas tinggi akan cenderung lebih dapat memaksimalkan

Page 165: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

interaksinya dengan sumber belajar sehingga siswa dapat mengkonstruk konsep

secara utuh. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) mengungkapkan bahwa siswa yang

memiliki kreativitas tinggi cenderung percaya diri, memiliki keinginan untuk

bekerjasama, menyenangi hal-hal yang baru dan ketiga faktor tersebut berpengaruh

kuat dalam proses belajar dan kreativitas berkorelasi kuat dengan prestasi siswa.

3. Hipotesis Ketiga

Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava tiga jalan dengan sel

tak sama pada prestasi kognitif dan afektif menunjukkan harga signifikansi

masing-masing sebesar 0,186 dan 0,212 sehingga Ho tidak diterima, artinya tidak

ada perbedaan prestasi belajar kognitif dan afektif antara siswa yang memiliki

sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi

Elektrolisis. Sedangkan prestasi psikomotor menunjukkan harga signifikansi

sebesar 0,000 sehingga Ho ditolak artinya ada perbedaan prestasi belajar

psikomotor antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang

mempunyai sikap ilmiah rendah pada materi Elektrolisis.

Sikap ilmiah adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir

untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains. Siswa yang memiliki sikap ilmiah

cenderung berpikir secara konseptual dalam memecahkan suatu masalah melalui

langkah-langkah ilmiah yaitu sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap

obyektif, sikap menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan

kebenaran dan sikap menjangkau ke depan. Sikap ilmiah sangat dibutuhkan untuk

mempelajari ilmu pengetahuan alam khusunya kimia.

Kimia adalah ilmu yang mengkaji suatu materi dan perubahannya. Unsur

dan senyawa adalah zat yang mengalami perubahan kimia. Karakterisasi zat dapat

Page 166: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

dilakukan dengan mengetahui sifat fisik yang dapat diamati dan sifat kimia yang

hanya ditunjukkan melalui perubahan kimia. Selain itu ilmu kimia bersifat

kuantitatif dan membutuhkan pengukuran (Raymond Chang, 2000:5). Sesuai

dengan karakteristik kimia tersebut maka dalam belajar kimia dibutuhkan

pembuktian fakta secara scientific (ilmiah).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sikap ilmiah memberikan

kontribusi terhadap prestasi belajar. Sejalan dengan teori Gagne bahwa prestasi

belajar ditentukan dari kondisi internal siswa (sikap ilmiah). Siswa yang memiliki

sikap ilmiah tinggi cenderung akan mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi

dibandingkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah. Hale Bayram dan Arif

Comek (2009: 53 ) dalam penelitiannya yang berjudul “Examining the Relations

Between Science Attitudes, Logical Thinking Ability, Information Literacy and

Academic Achievement Through Internet Assisted Chemistry Education”

mengungkapkan besarnya korelasi sikap ilmiah dengan prestasi elektrokimia yaitu

r = 0.663 artinya sikap ilmiah berkontribusi terhadap prestasi elekrokimia sebesar

43,95%. Dalam penelitian ini sikap ilmiah hanya memberikan perbedaan signifikan

terhadap prestasi psikomotorik. Hal ini dimungkinkan karena sikap ilmiah

berakibat langsung terhadap keterampilan siswa dalam merangkai percobaan

elektrolisis, menentukan jenis elektroda yang digunakan, menguji hasil elektrolisis

larutan dan menimbang endapan yang terbentuk.

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 23) bentuk pengetahuan dapat

dibagi menjadi tiga yaitu bentuk pengetahuan fisik, logiko matematik dan

psikologi sosial. Ilmu kimia diperoleh dari hasil sciencetific inquiry yaitu

penggabungan pengetahuan fisik dan logiko-matematik yang diperoleh saat

Page 167: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

eksperimen. Pengetahuan fisik dapat diperoleh dari adanya perubahan warna

larutan dan perubahan pada elektroda, timbulnya gas serta terbentuknya endapan.

Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi akan dengan mudah mengintegrasikan

pengetahuan fisiknya dengan logiko-matematik untuk memperoleh konsep

elektrolisis secara utuh.

4. Hipotesis Keempat

Hasil pengujian hipotesis keempat menggunakan anava tiga jalan dengan

sel tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor masing-masing

0,046, 0,049 dan 0,092. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara

metode dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif namun

tidak terdapat interaksi antara Metode SSCS dan Metode Proyek dengan kreativitas

terhadap prestasi belajar psikomotor.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori belajar Gagne bahwa interaksi

antara kreativitas dengan metode pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi

belajar. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) menyatakan bahwa seorang guru harus

merancang metode (learning activities) yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Sesuai dengan teori Cognitive Constructivism bahwa siswa yang memiliki

kreativitas tinggi akan lebih termotivasi menemukan pemecahan masalah ketika

mereka diberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan fasiltas belajar dan

sumber belajar yang memadai.

Metode pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu contoh metode

pembelajaran yang inovatif, di antaranya adalah metode Search Solve Create and

Share (SSCS) dan Proyek. Metode pembelajaran Search Solve Create and Share

(SSCS) memerlukan ketekunan mencari dan menentukan masalah yang akan

Page 168: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

diselesaikan dalam kelompoknya, melakukan interaksi dalam kelompok untuk

mengkonstruksi pengetahuan dan konsep baru yang akan didapatkan serta

membagikan pengetahuan yang diperoleh dengan mempresentasikan pada

kelompok yang lain akan tetapi pada proses pelaksanaannya masih memerlukan

bimbingan dan pendampingan oleh guru. Sedangkan metode Proyek juga

memerlukan ketekunan, kemampuan dalam menemukan dan memecahkan

masalah namun dilakukan secara lebih mandiri oleh siswa dalam kelompoknya

untuk menghasilkan suatu pengetahuan baru. Pengetahuan baru yang didapat siswa

akan tercerna lebih matang dan diingat lebih lama pada pikiran siswa karena

konsep-konsep yang didapatkan ditemukan sendiri. Peran guru dalam

pembimbingan lebih sedikit pada proses pembelajaran dengan menggunakan

metode Proyek. Namun ketrampilan siswa sangat tereksplor pada proses

pembelajarannya.

Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi elektrolisis yang

mengacu pada pemecahan masalah. Siswa-siswa yang kreatif akan lebih mudah

dalam menyelesaikan masalah elektrolisis. Metode Search Solve Create and Share

(SSCS) dan Proyek dapat mendorong siswa untuk lebih kreatif, tetapi siswa yang

memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi elektrolisis lebih cocok

menggunakan metode Search Solve Create and Share (SSCS). Sesuai data hasil

analisis rerata prestasi kognitif siswa SSCS dan Proyek yang memiliki kreativitas

rendah masing-masing adalah 79,35; 64,95 sedangkan hasil analisis rerata siswa

yang mengguakan metode SSCS dan proyek dan memiliki kreativitas tinggi

masing-masing adalah 81,52 dan 77,17. Rerata prestasi afektif siswa SSCS dan

Proyek yang memiliki kreativitas rendah masing-masing adalah 44,50; 40,31

Page 169: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

sedangkan hasil analisis rerata siswa SSCS dan Proyek yang memiliki kreativitas

tinggi masing-masing adalah 48,00 dan 47,12. Hasil plot interaksi metode dengan

kreativitas terhadap prestasi kognitif dan afektif disajikan pada Gambar 4.10 dan

Gambar 4.11.

Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa ada interaksi yang signifikan

antara penggunaan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi

Gambar 4.10 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas terhadap

Prestasi Belajar Kognitif

Gambar 4.11 Plot Interaksi Metode Pembelajaran dengan Kreativitas terhadap

Prestasi Afektif

Page 170: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

belajar kognitif dan afektif siswa. Pada hipotesis pertama dan kedua, ada

perbedaan preatsi kognitif maupun afektif pada metode dan kreativitas sehingga

akan menghasilkan interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan

kreativitas terhadap prestasi siswa. Pada prestasi psikomotor, tidak ada interaksi

antara metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas terhadap prestasi psikomotor.

Hal ini disebabkan karena pada tahapan pembelajaran SSCS maupun Proyek,

menggunakan tahapan eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan

keterampilan merangkai alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen.

5. Hipotesis Kelima

Hasil pengujian hipotesis kelima menggunakan anava tiga jalan dengan sel

tak sama pada prestasi belajar kognitif dan afektif menunjukkan harga signifikansi

sebesar 0,80 dan 0,761 sehingga Ho diterima, maka hipotesis yang menyatakan

bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah

terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Sedangkan prestasi belajar

psikomotor menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,041 sehingga Ho ditolak,

maka dapat disimpulkan terdapat interaksi antara metode SSCS dan Metode

Proyek dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar psikomotor.

Metode pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru untuk mengemas

media dan metode sedemikian sehingga interaksi siswa dengan siswa, siswa

dengan guru, siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan belajarnya dapat

terjadi secara maksimal. Penentuan metode pembelajaran yang akan digunakan

harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Salah satu karkteristik siswa yang

diperhatikan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah. Sejalan dengan penelitian

Jonathan Osborne (2010: 1066-1067) yang menyatakan bahwa salah satu penentu

Page 171: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

prestasi belajar adalah sikap ilmiah siswa. Whitfield (1980) dan Ormerod (1971)

dalam Jonathan et.al (2010: 1055) menyelidiki respon siswa Amerika

menggunakan skala Likert mengenai kesukaannya terhadap materi science. Mata

pelajaran Kimia dan Fisika ternyata paling tidak disukai. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi sikap ilmiah siswa terhadap materi science antara lain gender,

learning strategies dan personality. Faktor yang paling mempengaruhi sikap

ilmiah siswa adalah learning strategies (metode pembelajaran) yang digunakan

dalam proses belajar siswa. Variasi strategi pembelajaran dan kegiatan belajar

siswa yang unusual (tidak biasanya) mendorong siswa menyukai pembelajaran

science.

Sesuai dengan indikator sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu kesukaan memeriksa kembali hasil pekerjaanya dan rasa ingin tahu yang

tinggi memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki

sikap ilmiah tinggi akan lebih tertantang mempelajari konsep elektrolisis melalui

pemecahan masalah. Rerata prestasi psikomotor dan standar deviasi siswa yang

memiliki sikap ilmiah tinggi yang dikenai metode SSCS dan Proyek berturut-turut

14,81; 1,97 dan 17,06; 1,43 sedangkan rerata siswa yang memiliki sikap ilmiah

rendah yang dikenai metode SSCS dan Proyek berturut-turut 13,81; 1,79 dan

14,37; 1,40. Dari data dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi dan rendah cocok dikenai metode Proyek. Metode Proyek memberikan

kebebasan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih banyak

yaitu siswa mengeksplor kemampuan internalnya sehingga diperoleh hasil

eksperimen yang lebih beragam. Beberapa data yang tidak sejalan dengan hasil

penelitian adalah rerata dan standar deviasi siswa yang memiliki sikap ilmiah

Page 172: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

tinggi dan rendah berturut-turut adalah 15,93; 2,05 dan 14,09; 1,61. Hal ini

disebabkan karena adanya sebaran nilai yang tidak homogen dimana rentang nilai

prestasi psikomotor siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah masing-

masing 12-19 dan 11-17.

6. Hipotesis Keenam

Hasil pengujian hipotesis keenam menggunakan anava tiga jalan dengan sel

tak sama pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik menunjukkan

harga signifikansi sebesar 0,574; 0,755 dan 0,445 sehingga Ho diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas

terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil rerata prestasi

kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan pada Tabel 4.34.

Tabel 4.34 Rerata Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa

Berdasarkan Sikap Ilmiah dan Kreativitas

Prestasi Sikap Ilmiah

Tinggi

Sikap Ilmiah

Rendah

Kognitif Kreativitas Tinggi 81,30 77,00

Kreativitas Rendah 73,62 70,84

Afektif Kreativitas Tinggi 47,88 47,20

Kreativitas Rendah 43,20 41,70

Psikomotor Kreativitas Tinggi 16,41 14,20

Kreativitas Rendah 15,40 14,00

Dari Tabel 4.34 diatas menunjukkan bahwa urutan rerata prestasi kognitif,

afektif dan psikomotor berturut-turut dari tinggi ke rendah adalah kelompok siswa

yang memiliki kreativitas tinggi-sikap ilmiah tinggi, siswa yang memiliki

kreativitas tinggi-sikap ilmiah rendah, kreativitas rendah-sikap ilmiah tinggi dan

sikap ilmiah rendah-kreativitas rendah.

Page 173: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

Torrance dalam Muhammdad Asrori (2008: 63) mengungkapkan bahwa

kreativitas berkembang didasari oleh potensi dari dalam dirinya dan ditunjang oleh

pengalaman selama berinteraksi dengan sumber belajar dalam lingkungan

belajarnya. Sejalan dengan penelitian Munandar (1977) dalam Munandar (2009: 9)

bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi dimana kreativitas sebagai

prediktor dari prestasi sekolah. Sama halnya dengan hasil penelitian ini bahwa

siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan sikap ilmiah tinggi mempunyai

kemampuan untuk berinteraksi dengan sumber belajar lebih baik dalam lingkungan

belajarnya tinggi sehingga prestasi siswa menjadi lebih baik dibandingkan siswa

yang memiliki kreativitas dan sikap ilmiah rendah.

7. Hipotesis Ketujuh

Berdasarkan tabel test between subject effect, hasil pengujian hipotesis

ketujuh pada prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor berturut-turut

menunjukkan harga signifikansi sebesar 0,094; 0,747 dan 0,175 sehingga Ho

diterima berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan

kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor.

Menurut teori konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus membangun sendiri

pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode Search Solve Create

and Share (SSCS) dan Proyek. Selain itu menurut Piaget perolehan pengetahuan

merupakan hasil kostruksi pengetahuan yang masuk dengan menghubungkan

informasi yang masuk tersebut dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.

Belajar penemuan melalui metode SSCS dan Proyek sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif, dan kreatif serta membutuhkan sikap ilmiah yang tinggi

Page 174: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

sehingga akan diperoleh prestasi yang paling baik. Begitu pula Teori belajar social

Vygotsky yang menyatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik

jika materi yang diberikan diatas sesuai zone of proximal development siswa dan

scaffolding siswa. Hasil rerata prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor disajikan

pada Tabel 4.35, 4.36 dan 4.37.

Tabel 4.35 Rerata Prestasi Kognitif Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan

Kreativitas

Metode SSCS Metode Proyek

Kreativitas

Tinggi

Kreativitas

Rendah

Kreativitas

Tinggi

Kreativitas

Rendah

Sikap Ilmiah Tinggi 82,06 82,61 80,68 63,35

Sikap Ilmiah Rendah 80,98 76,09 72,67 66,18

Tabel 4.36 Rerata Prestasi Afektif Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah dan

Kreativitas

Metode SSCS Metode Proyek

Kreativitas

Tinggi

Kreativitas

Rendah

Kreativitas

Tinggi

Kreativitas

Rendah

Sikap Ilmiah Tinggi 48,13 45,13 47,67 41,00

Sikap Ilmiah Rendah 47,87 43,87 46,43 39,77

Tabel 4.37 Rerata Prestasi Psikomotor Siswa Berdasarkan Metode, Sikap Ilmiah

dan Kreativitas

Metode SSCS Metode Proyek

Kreativitas

Tinggi

Kreativitas

Rendah

Kreativitas

Tinggi

Kreativitas

Rendah

Sikap Ilmiah Tinggi 15,87 13,75 16,89 17,28

Sikap Ilmiah Rendah 14,00 13,63 14,43 14,33

Dalam penelitian ini, didapat kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara

metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar

kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan masih ada faktor internal dan

faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Mengingat

Page 175: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

keterbatasan penulis, tidak semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

diteliti. Namun metode pembelajaran, kreativitas dan sikap ilmiah memberikan

pengaruh terhadap prestasi belajar secara parsial.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi

waktu penelitian, silabus dan RPP yang digunakan. Instrumen pelaksanaan

pembelajaran (silabus dan RPP) dan sistem penilaian KTSP disesuaikan dengan

aturan Depdiknas (2007). Dalam penelitian ini pun masih terdapat beberapa

kekurangan antara lain instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi afektif

siswa yang hanya berupa angket. Menurut Andersen (Depdiknas, 2003) ada dua

metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif yaitu metode

observasi dan laporan diri. Penggunaan metode observasi didasarkan pada asumsi

bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Metode

laporan diri didasarkan pada asumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif

seseorang adalah dirinya sendiri. Penggunaan angket sebagai salah satu bentuk

metode laporan diri menuntut adanya kejujuran dalam pengisian untuk

mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Selain itu angket hanya mampu

mengukur kecenderungan perilaku (behavioral tendency) belum sampai pada

tahapan (behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket perlu dicocokan

dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif siswa dapat lebih

diketahui dengan tepat.

Selain itu Donald Ary (2007:30) menyatakan “penelitian di bidang

pendidikan, pengendalian subyek manusia jauh lebih terbatas daripada penelitian

di bidang IPA”. Pada tahap uji coba instrumen, peneliti tidak bisa menjamin bahwa

Page 176: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

respon yang diberikan siswa merupakan respon sebenarnya. Selain itu tidak

digunakannya reliabilitas rating untuk mengetahui konsistensi rater (observer) saat

melakukan penilaian psikomotor siswa saat eksperimen berlangsung.

Dalam uji instrumen penelitian yang berupa tes kreativitas dan tes prestasi serta

nilai angket sikap ilmiah dan afektif peneliti berusaha agar jawaban siswa yang

dituangkan dalam kuisioner benar-benar independen dan jawaban-jawaban tersebut

diungkapkan secara jujur artinya sesuai dengan suara hati dan pikiran yang ada

dalam diri siswa.

Peneliti juga sudah berusaha untuk bersikap obyektif dan senantiasa

mengatur jarak fisik dan mental supaya siswa tidak merasa tertekan. Namun tidak

dipungkiri bahwa pengisian angket tersebut sifatnya sangat subyektif sehingga ada

celah yang memungkinkan mereka untuk bekerja sama dengan temannya atau

jawaban tersebut tidak sesuai dengan suara hati mereka, kejadian inilah tentu di

luar kemampuan peneliti dalam menjaga sikap obyektivitas.

Page 177: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

5BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Dari analisis data dan pembahasan yang telah ada, maka dapat ditarik simpulan

antara lain:

1. Hasil penelitian ini memberikan hasil data bahwa ada perbedaan secara signifikan

prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang diajar dengan

menggunakan metode SSCS dan metode Proyek pada pembelajaran materi

elektrolisis. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode SSCS mempunyai

prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran dengan

metode Proyek. Penerapan metode SSCS dan Proyek keduanya menuntut

kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dengan cara melakukan

eksperimen, mempresentasikan hasil eksperimennya kepada kelompok lain dan

mengkonstruk pengetahuan secara bersama, namun penerapan metode Proyek ini

harus didukung dengan kreativitas siswa yang cukup tinggi.

2. Pada siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan kreativitas rendah saat proses

pembelajaran memberikan perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kognitif

dan afektifnya untuk pembelajaran materi elektrolisis, tetapi tidak ada perbedaan

prestasi belajar psikomotor. Kreativitas merupakan faktor internal yang ada dalam

diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kreativitas sangat terkait

dengan aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Eksperimen pada materi

elektrolisis merangsang siswa yang kreatif untuk melakukan inovasi dalam

Page 178: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

bereksperimen sehingga kreativitas sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa pada

prestasi belajar kognitif dan afektifnya.

3. Pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah tidak

memberikan hasil prestasi belajar yang berbeda secara signifikan terhadap aspek

kognitif dan afektif, tetapi ada perbedaan secara signifikansi terhadap aspek

psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis. Hal ini karena sikap ilmiah

berakibat langsung terhadap ketrampilan siswa saat melakukan eksperimen.Sikap

ilmiah merupakan faktor internal yang ada dalam diri siswa yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa.

4. Pembelajaran menggunakan metode SSCS dan Proyek dengan kreativitas tinggi dan

rendah ada interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif,

tetapi tidak ada interaksi terhadap prestasi psikomotor untuk pembelajaran materi

elektrolisis. Metode SSCS dan metode Proyek membutuhkan kreativitas dari diri

siswa. Pada pembelajaran materi elektrolisis dengan menggunakan metode SSCS

dan metode Proyek, kreativitas siswa yang tinggi mempengaruhi saat proses

pembelajaran dan akan merubah prestasi belajar menjadi lebih baik. Hal ini

disebabkan karena pada tahapan pembelajaran SSCS maupun Proyek, menggunakan

tahapan eksperimen sehingga siswa terlatih menggunakan keterampilan merangkai

alat, mengamati dan menganalisis hasil data eksperimen.

5. Tidak ada interaksi yang signifikan antara metode SSCS dan metode Proyek dengan

sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi

ada interaksi antara metode SSCS dan metode Proyek dengan sikap ilmiah tinggi

dan rendah terhadap prestasi belajar psikomotor untuk pembelajaran materi

elektrolisis.

Page 179: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

6. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara kreativitas dan sikap ilmiah untuk

prestasi belajar kognitif, afektif maupun psikomotor pada pembelajaran materi

elektrolisis. Dapat disimpulkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode SSCS dan metode Proyek, mempunyai kreativitas tinggi dan

rendah serta memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah prestasi belajarnya baik aspek

kognitif maupun afektif tidak terdapat perbedaan yang signifikan

7. Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara metode SSCS dan metode Proyek

dengan kreativitas dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif

dan psikomotor pada pembelajaran materi elektrolisis.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

a. Pembelajaran kimia metode SSCS dan metode Proyek dapat diterapkan pada siswa

dengan kreativitas siswa tinggi maupun pada siswa dengan kreativitas rendah.

b. Pembelajaran kimia metode SSCS dan metode Proyek dapat diterapkan pada siswa

dengan sikap ilmiah tinggi maupun siswa dengan sikap ilmiah rendah.

2. Implikasi Praktis

a. Metode SSCS memberikan prestasi belajar yang baik dibandingkan metode Proyek

sehingga metode tersebut dapat menjadi alternatif dalam proses belajar mengajar

untuk materi elektrolisis .

b. Kreativitas dan sikap ilmiah siswa perlu mendapatkan perhatian dari guru dalam

upaya untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.

Page 180: PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DENGAN …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan

saran-saran sebagai berikut:

1. Guru

Dalam penggunaan metode SSCS dan metode Proyek, perlu dilakukan

persiapan secara matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai dengan

rencana.

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan metode SSCS dan

metode Proyek dibandingkan dengan penggunaan metode pembelajaran yang lain

untuk mengetahui pengaruh metode tersebut dengan prestasi belajar.

Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kreativitas verbal dan sikap ilmiah siswa dalam menyampaikan materi pelajaran,

khususnya materi elektrolisis.

2. Peneliti

Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain dan variabel yang berbeda

dan berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru

dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.