PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI … · PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI...

165
1 PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Oleh SEPTA KRISDIYANTO S 830908138 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI … · PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI...

1

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI

METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI

KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Oleh

SEPTA KRISDIYANTO S 830908138

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

2

PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI

METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI

KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)

Disusun Oleh:

SEPTA KRISDIYANTO

S 830908138

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada Tanggal : ......................................

Dewan Pembimbing:

Jabatan Nama TTD Tanggal

Pembimbing I Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D .................... ...………….. NIP. 196008091986121001 Pembimbing II Dr. Sugiyarto, M.Si ... ................. ...………….. NIP. 196704301992031002

Mengetahui, Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031001

3

PENGESAHAN

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MASALAH MELALUI

METODE PROYEK DAN INKUIRI DITINJAU DARI

KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo)

Disusun Oleh:

SEPTA KRISDIYANTO

S830908138

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd .................... ...………….. NIP. 195201161980031001

Sekretaris Prof. Dr. Ashadi .................... ...………….. NIP. 195101021975011001 Anggota

Penguji Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D .................... ...………….. NIP. 196008091986121001

Dr. Sugiyarto, M.Si .................... ...………….. NIP. 196704301992031002

Surakarta, Januari 2010

Mengetahui,

Direktur Program Pasca Sarjana Ketua Program Pendidikan Sains

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195708201985031004 NIP. 195201161980031001

4

MOTTO

“AKU BERSAKSI TIADA TUHAN SELAIN ALLAH SWT DAN MUHAMMAD

ADALAH UTUSAN ALLAH SWT. AKU RIDHO ISLAM MENJADI AGAMAKU DAN AL QUR’AN ADALAH PEDOMAN HIDUPKU”

”Bukalah setiap hari baru dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas apa yang Dia berikan bagi kita semua, dan kemudian tutuplah hari itu dengan doa Syukur”.

“Yang terpenting bukanlah berapa lama kita bekerja, tetapi apa yang kita kerjakan disepanjang waktu yang lama itu”.

“Kesuksesan diawali dengan mimpi, dipengaruhi oleh persepsi, dan diwujudkan oleh tindakan”

”Kita mempunyai kelebihan masing-masing. Maka, jangan sekali-kali mengecilkan diri kita sendiri, karena orang lain dengan serta-merta akan mengecilkan kita”.

PERNYATAAN

5

Yang bertandatangan di bawah ini, saya:

Nama : Septa Krisdiyanto

NIM : S830908138

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul ”Pembelajaran

Biologi Berbasis Masalah Melalui Metode Proyek Dan Inkuiri Ditinjau Dari

Kreativitas Dan Sikap Ilmiah Siswa” (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi

Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA

Muhammadiyah 1 Ponorogo) adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 14 Januari 2010

Yang membuat pernyataan

SEPTA KRISDIYANTO

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga tesis ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari dorongan,

bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak

langsung. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr. dr. H. Moch. Syamsulhadi, Sp.KJK, Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

belajar pada Program Pasca sarjana UNS.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana UNS, Surakarta,

yang telah memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program

Pascasarjana UNS.

3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains yang telah memberikan bimbingan selama penulis menyelesaikan

pendidikan Program Pasca Sarjana UNS.

4. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan sampai terselesaikannya penelitian tesis ini.

7

5. Dr. Sugiyarto, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

sampai terselesaikannya penelitian tesis ini.

6. Para dosen Program Studi Pendidikan Sains, yang telah memberikan

bimbingan sampai terselesainya penelitian tesis ini.

7. Semua karyawan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan fasilitas demi kelancaran tugas-tugas penulis.

8. Mulyani, SPd, M.Hum selaku Kepala SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo,

yang telah memberikan semangat dan motivasi sampai terselesainya penelitian

tesis ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains yang telah

memberikan bantuan sampai terselesainya penelitian tesis ini.

10. Istri tercinta ”Latifatul Wastiah, S.Pd” dan putri tersayang ”Syafira Inquiry

Putri Fadian” yang selalu memberi nuansa romantisme dan kelembutan serta

spirit semangat, kekuatan, pengorbanan dan kerinduan. Jangan pernah lelah

dan berhenti untuk menemukan kebahagian hidup. Never...never...give up.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis penelitian ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis selalu meminta masukan dari

berbagai pihak dan penulis berharap tesis penelitian ini dapat bermanfaat.

Surakarta,14 Januari 2010

Penulis

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii

MOTTO .....................................................................................................................iv

PERNYATAAN.........................................................................................................v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL......................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv

ABSTRAK.................................................................................................................xvi

ABSTRACT...............................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah................................................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 9

D. Perumusan Masalah .................................................................................10

E. Tujuan Penelitian .....................................................................................11

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................11

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS ..................13

A. Kajian Teori ............................................................................................13

1. Teori-Teori Belajar ..............................................................................13

9

a. Definisi Pembelajaran ....................................................................13

b. Teori Belajar Kognitif ....................................................................14

1) Teori Belajar Gagne....................................................................14

2) Teori Belajar Piaget ....................................................................15

3) Teori Belajar Bermakna..............................................................19

c. Teori Belajar Konstruktivisme.......................................................21

d. Kegiatan belajar mengajar di sekolah ............................................23

2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) .........................................24

3. Metode Proyek .....................................................................................29

4. Metode Inkuiri......................................................................................31

5. Kemampuan Kreativitas.......................................................................35

6. Sikap Ilmiah .........................................................................................38

7. Materi Limbah dan Daur Ulang ...........................................................41

B. Penelitian Yang Relevan..........................................................................49

C. Kerangka Berpikir....................................................................................52

D. Hipotesis...................................................................................................57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................59

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................59

B. Metode Penelitian ....................................................................................60

C. Rancangan dan Variabel Penelitian .........................................................60

D. Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................................64

E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................65

F. Instrumen Penelitian ................................................................................66

10

G. Uji coba instrumen untuk pengambilan data............................................68

H. Analisis Data Uji coba .............................................................................78

I. Analisis Data ............................................................................................81

1. Prasyarat Analisis...............................................................................81

2. Uji Hipotesis ......................................................................................85

a.Uji Anava ........................................................................................85

b. Uji Lanjut Anava............................................................................87

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................................91

A. Diskripsi Data ..........................................................................................91

B. Pengujian Prasyarat Analisis....................................................................99

C. Pengujian Hubungan Antar Variabel .......................................................103

D. Pengujian Hipotesis Penelitian.................................................................109

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................111

F. Keterbatasan Penelitian............................................................................132

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN .................................................134

A. Kesimpulan ..............................................................................................134

B. Implikasi Penelitian..................................................................................137

C. Saran.........................................................................................................139

Daftar Pustaka ............................................................................................................141

Lampiran-Lampiran ...................................................................................................146

11

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah..............................................................29

2.2 Sintaks Pembelajaran Metode Proyek..................................................................31

3.1 Rancangan jadwal penelitian ...............................................................................59

3.2 Rancangan desain faktorial penelitian 2x2x2 ......................................................61

3.3 Interpretasi kriteria validitas ................................................................................69

3.4 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................67

3.5 Hasil perhitungan indek kesukaran soal ujicoba..................................................72

3.6 Kategori daya beda empat puluh soal yang diujicobakan....................................74

3.7 Interpretasi kriteria validitas ................................................................................76

3.8 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................78

3.9 Interpretasi koefisien korelasi ..............................................................................80

3.10 Hasil Uji homogenitas data penelitian ...............................................................84

3.11 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel

Penelitian............................................................................................................86

4.1 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval .......................................96

4.2 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval .......................................94

4.3 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.3 .........................................................96

4.4 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.4 .........................................................96

4.5 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.3 ............................................................97

4.6 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.4 ............................................................97

12

4.7 Hasil Uji homogenitas data penelitian .................................................................102

4.8 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel

penelitian. .............................................................................................................104

4.9 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas

Eksperimen...........................................................................................................104

4.10 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa

yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah ...............................................105

4.11 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa

yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah .................................................106

4.12 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas

eksperimen yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah...........................106

4.13 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas

eksperimen yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah ..............................107

4.14 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok

siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan

rendah.................................................................................................................108

4.15 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok

siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi dan

rendah pada kelas metode proyek dan inkuiri....................................................109

4.16 Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Pengujian Hipotesis .................................110

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema peristiwa pembelajaran Gagne .................................................................14

2.2 Sampah organik bangkai ayam, sampah organik serasah daun

sampah anorganik ................................................................................................42

2.3 Daur ulang kertas menjadi tas, daur ulang ban bekas menjadi sandal ................47

2.4 Kerangka berpikir penelitian................................................................................56

4.1 Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas X.3 yang diajar

dengan metode proyek .........................................................................................93

4.2. Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas yang diajar

Dengan metode inkuiri.........................................................................................95

4.3 Histogram perbandingan nilai Sikap Ilmiah antara kelas X.3 dan X.4................96

4.4 Histogram perbandingan skor nilai kreativitas kelas X.3 dan X.4.......................98

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus....................................................................................................................145

2. RPP Metode Proyek (Limbah dan Daur Ulang) ....................................................147

3. RPP Metode Proyek (Produk Daur Ulang Limbah)...............................................152

4. RPP Metode Inkuiri (Limbah dan Daur Ulang).....................................................156

5. RPP Metode Inkuiri (Produk Daur Ulang Limbah) ...............................................162

6. Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar ................................................................................167

7. Tes Prestasi Belajar ...............................................................................................169

8. Kisi-Kisi Kreativitas ..............................................................................................176

9. Angket Kreativitas Siswa.......................................................................................178

10. Kisi-Kisi Sikap Ilmiah .........................................................................................188

11. Angket Sikap Ilmiah Siswa..................................................................................190

12. Instrumen Asesmen Autentik ................................................................................199

13. Perhitungan Nilai Validasi item soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang ...202

14. Perhitungan Nilai Reliabilitas item soal ujicoba Limbah dan Daur Ulang..........206

15. Perhitungan Indeks Kesukaran soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang .....207

16. Perhitungan Daya Beda item soal ujicoba materi Limbah dan Daur Ulang ........209

17. Perhitungan Nilai Validasi angket sikap ilmia.....................................................211

18. Perhitungan Nilai Reliabilitas angket sikap ilmiah..............................................212

19. Perhitungan Nilai Validasi angket kreativitas......................................................214

20. Perhitungan Nilai Reliabilitas angket kreativitas.................................................215

15

21. Perhitungan Nilai Tes Hasil Belajar Limbah dan Daur Ulang Kelas X.3............216

22. Perhitungan Nilai Tes Hasil Belajar Limbah dan Daur Ulang Kelas X.4............217

23. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek......218

24. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri ......219

25. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3 .......................................................220

26. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4 .......................................................221

27. Uji Normalitas sikap kreativitas siswa kelas X.3.................................................222

28. Uji Normalitas sikap kreativitas siswa kelas X.4.................................................223

29. Uji Homogenitas terhadap sampel kelas eksperimen X.3 dan X.4......................224

30. Hasil uji ANAVA.................................................................................................225

16

ABSTRAK

Septa Krisdiyanto, S 830908138, 2010. Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Melalui Metode Proyek dan Inkuiri Ditinjau Dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo). Tesis: Program Pendidikan Sains, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, pengaruh sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, serta ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas, sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2009 di kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 dengan metode eksperimen, desain faktorial 2 x 2 x 2 melibatkan dua kelompok eksperimen tanpa kelompok kontrol. Teknik sampling adalah teknik “Cluster Random Sampling”. Variabel terikat adalah prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang, variabel bebas metode pembelajaran dan variabel moderatornya adalah kreativitas dan sikap ilmiah. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan tes. Analisis data dengan menggunakan uji normalitas teknik uji liliefors dan homogenitas melalui uji Barlett. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar variabel bebas (metode proyek dan inkuiri) terhadap variabel terikat (prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang) digunakan teknik analisis Anava Tiga Jalan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi kelompok siswa yang diterapkan metode inkuiri daripada metode proyek, (2) Prestasi belajar biologi lebih tinggi pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas rendah, (3) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) terhadap prestasi belajar biologi.

Kata kunci: Pembelajaran biologi, pembelajaran berbasis masalah, metode inkuiri, metode proyek, sikap ilmiah, kreativitas

17

ABSTRACT Septa Krisdiyanto. S 830908138. 2010. Learning Biology by Using Problem Based Learning Through Project and Inquiry Method Based on Creativity and Scientific Attitude of Students (An Case Study On Learning Biology at Material of Waste and Recycle of Muhammadiyah 1 High School Ponorogo in academic year of 2008/2009. The thesis on Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.

The goal of the research is to find out: The influence of applying project and inquiry learning method toward students’ achievement in Biology on material of “Waste and Recycle”, influence of scientific attitude and high or low creativity toward students’ achievement on material Waste and Recycle, and is there an interaction between learning method and creativity, scientific attitude toward students’ achievement on material Waste and Recycle.

The research was carried out during month of January until May 2009. The subject of research were students of classes X.3 and X.4 of Muhammadiyah 1 High School Ponorogo in academic year of 2008/2009 by using experimental approach, factorial design of 2 x 2 x 2 involved two experimental groups without control group. Sampling technique was “Cluster Random Sampling”. Dependent variable was students’ achievement on the material of Waste and Recycle, independent variable of learning method and moderator variable were students’ creativity and scientific attitude. Technique of collecting datum used documentation and test methods. Datum analysis used test normality, test liliefors and homogeneity through Barlett’s test. To find out the different influences between independent variable (project and inquiry method) and dependent. Variable (students’ achievement in learning Waste and Recycle) used analytical technique anava three roads.

Research results indicate that: 1. Learning achievement on the material of Waste and Recycle for students group with inquiry method was higher than ones with project method, 2. Learning achievement was higher for students who had high scientific attitude and creativity than ones who had low scientific attitude and creativity, 3. There was no interaction between those learning methods (project and inquiry) toward students’ achievement in Biology. Key word: Learning Biology, problem based learning, inquiry method, project method, scientific, creativity

18

19

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

PROGRAM PASCA SARJANA Jl. Ir. Sutami No.36A Kentingan Surakarta 57126 Fax./Tlp (0271) 632450

No : /J.27.4.I/UN/2009 Lamp : 1 (satu) eks Hal : Undangan Ujian Makalah Kualifikasi Kepada : Yth. …………………………. di Surakarta Dengan hormat,

Dengan ini kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu, pada :

Hari/Tanggal : ………………………………….

Jam : ………………………………….

Tempat/Ruang : ………………………………….

Keperluan : Menguji makalah kualifikasi mahasiswa

Nama : Septa Krisdiyanto

NIM : S830908138

Judul : PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH MELALUI METODE PROYEK DAN

INKUIRI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP

ILMIAH SISWA

Atas perhatiannya, ketersediaannya, kami ucapkan banyak terimakasih

Surakarta, November 2009 Ketua Program Studi Pendidikan Sains

20

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP 130814560

21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses yang di dalamnya seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di

masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan terpilih dan terkontrol sehingga yang

bersangkutan mengalami perkembangan secara optimum. Tujuan akhir dari proses

pendidikan tersebut adalah terciptanya kualitas sumber daya manusia yang utuh

secara intelektual, keterampilan dan moral, sedangkan makna dan hakikat belajar

diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi

dan pengalaman.

Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa

atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan

awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses

menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan

siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang

sama, dan pada saat yang sama. Atas dasar asumsi dan kenyataan tersebut maka

proses pembelajaran harus bermakna. Pembelajaran yang bermakna akan

membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang

diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang

diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Hal

tersebut selaras dengan teori belajar mutakhir Peter Sheal dalam Erman (2004:7)

22

yang mengemukakan bahwa ”belajar yang paling bermakna hingga mencapai 90

% adalah dengan cara melakukan, mengalami dan mengkomunikasikan. Agar

pembelajaran sesuai dengan prinsip tersebut, materi pelajaran haruslah

disesuaikan dan diangkat dari konteks masalah aktual yang dialami siswa dalam

kehidupannya”. Di sinilah guru dituntut untuk membelajarkan siswa dengan

memandang siswa sebagai subjek belajar, yaitu dengan cara guru memulai

pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali

dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang masalah atau kondisi aktual yang

terjadi dalam kehidupan siswa (daily life).

”Ada berbagai cara untuk mengaitkan konten dengan konteks materi

pelajaran, salah satunya adalah melalui pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning). Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project based

teaching, experienced based education, and anchored instruction (Ibrahim dan

Nur, 2004:11). Pembelajaran ini membantu siswa belajar isi akademik dan

keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan mereka pada situasi

masalah kehidupan nyata.

Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah

proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan (Gijselaers,

1996:47). Psikologi kognitif modern menyatakan bahwa belajar terjadi dari aksi

pembelajar, dan pengajaran hanya berperan dalam memfasilitasi terjadinya

aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Guru harus memusatkan

perhatiannya untuk membantu pembelajar mencapai keterampilan self directed

learning. Problem Based Learning (PBL) sebagai suatu pendekatan yang

23

dipandang dapat memenuhi keperluan ini Schmidt dalam Gijselars (1996:48).

Masalah-masalah disiapkan sebagai stimulus pembelajaran. Pembelajar

dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, dan guru hanya berperan

memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses pemecahan masalah.

Dalam PBL siswa belajar mempunyai karakteristik antara lain: belajar dalam

kelompok kecil kooperatif (Cooperative small group), kontekstual, belajar untuk

belajar (learning life to learn), pengetahuan ilmiah, doing science, bersifat

interdisiplin.

Dalam kegiatan belajar mengajar, sesungguhnya anak adalah sebagai

subyek sekaligus obyek utama dari kegiatan pembelajaran. Disatu sisi dalam

proses pembelajaran tersebut mutlak adanya guru sebagai pengatur,

pengorganisasi, pembimbing sekaligus partner dalam proses pembelajaran di

kelas. Proses pembelajaran tersebut secara formal mengandung sejumlah

komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar,

metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Untuk bisa mensinergiskan semua

komponen tersebut tentunya di pondameni oleh suatu pendekatan (approach),

metoda, dan teknik dalam proses pembelajaran di sekolah yang dalam

operasionalnya guru harus secara arif dan bijaksana mampu

mengimplementasikannya sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sehingga

harapan akhir terbentuknya pribadi peserta didik yang utuh dapat terealisasi

melalui proses pendidikan di sekolah.

Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai

24

potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah

yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang. Namun

kenyataan di lapangan berdasarkan observasi dan studi pendahuluan yang telah

dilakukan peneliti terhadap proses KBM khususnya mata pelajaran biologi materi

Limbah dan Daur Ulang kelas X di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, maka

dapat diidentifikasi beberapa temuan yang dapat didiskripsikan baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

Secara kualitatif pada umumnya proses KBM berlangsung dengan

pendekatan behaviorisme yang dalam implementasinya berupa ceramah

(konfirmatory approach) dengan aktivitas belajar sepenuhnya dikendalikan oleh

guru (teacher center) karena memandang siswa sebagai pribadi yang bersih dari

pengetahuan dan siap dituangi dengan pengetahuan baru dari guru. Nilai-nilai

kontekstual biologi dengan lingkungan tidak muncul karena teacher center,

kreativitas siswa rendah dengan indikator tidak adanya produk inovatif yang

dihasilkan selama proses KBM seperti yang dituntut oleh kurikulum, dan tidak

tercapainya tujuan yang menghendaki bahwa pembelajaran IPA (biologi) harus

dapat meningkatkan Imtaq dan kepedulian terhadap lingkungan bagi para

pebelajar. Selain itu pengetahuan yang disampaikan guru kepada siswa cenderung

pengetahuan yang terpisah tidak melibatkan multidisiplin ilmu lain, padahal

tuntutan kurikulum menghendaki bahwa biologi sebagai bagian dari ilmu IPA

maka dalam proses belajarnya harus komprehensif dengan pengetahuan IPA

Terpadu (Fisika, biologi dan ilmu lainya).

25

Upaya untuk membangun pembelajaran lebih bermakna yang berbasis

pada joyfull learning dan terkait dengan masalah lingkungan pada siswa kelas X

SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam pembelajaran biologi sudah dilakukan

guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk

bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam

bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, secara kuantitatif hasil belajar biologi

pada materi Limbah dan Daur Ulang pada Ulangan Harian Semester I Tahun

Pelajaran 2007/2008 belum begitu memuaskan dengan nilai rata-rata yang

tercapai adalah 67,29 dengan SKM 70.

Disatu sisi, sesungguhnya siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo

mempunyai input potensi yang relatif mampu untuk diberdayakan dengan

stimulus metode pembelajaran yang lebih menantang dari hanya sekedar ceramah.

Potensi tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator: nilai NEM rata-rata

inputnya adalah 24, kegiatan ekstrakurikuler KIR yang bergairah, serta dilengkapi

sarana prasarana penunjang: multimedia, Notebook-Liquid Crystal Display

(LCD), televisi pendidikan, software pendidikan E-Learning, laboratorium

komputer, laboratorium biologi, hot spot area, akses internet on-line bahkan telah

menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dengan latar belakang

keadaan potensi siswa dan kelengkapan sarana yang ada tersebut, maka sangatlah

dimungkinkan untuk penerapan pembelajaran berbasis masalah.

Dengan demikian, pendekatan dan metode belajar behaviorisme yang

berbasis ceramah yang selama ini diterapkan seperti didiskripsikan di atas

sesungguhnya jelas bertentangan mutlak dengan hukum IPA yang mensyaratkan

26

bahwa pembelajaran IPA harus kontekstual melibatkan lingkungan, teknologi dan

masyarakat (salingtemas) dalam proses pembelajarannya. Dengan kata lain

pembelajaran berbasis masalah yang selama ini praktis ”dimatikan” harus

dimunculkan sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas KBM secara komprehensif sehingga guru mampu

mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa

sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar bukan guru.

Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif harus ada partisipasi

aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajaran yang menuntut banyak pemahaman,

hafalan dan aplikasi kontekstual seperti biologi.

Menyadari kecenderungan dampak negatif dari proses pembelajaran

berbasis ceramah pada materi Limbah dan Daur Ulang tersebut, dan terkait belum

optimalnya hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo

maka penulis berupaya untuk menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis

masalah (PBL) melalui metode Proyek dan Inkuiri. Karena dalam proses ini siswa

diajak untuk terlibat secara aktif dalam keseluruhan proses pembelajaran. Dengan

demikian pelajaran biologi diharapkan menjadi lebih menyenangkan baik bagi

guru maupun siswa, sehingga adanya anggapan kalau mata pelajaran biologi

merupakan mata pelajaran yang membosankan dan terkesan hanya teori saja

lambat laun menjadi hilang.

Disatu sisi, untuk mencapai prestasi belajar siswa seperti yang diharapkan

oleh tuntutan kurikulum sangat dipengaruhi baik oleh faktor eksternal seperti

kondisi sekolah (sarana penunjang), metode pembelajaran yang digunakan oleh

27

guru dan faktor internal seperti kreativitas dan sikap ilmiah yang dimiliki oleh

tiap-tiap individu karena kedua kemampuan tersebut memiliki relevansi dengan

tuntutan materi biologi Limbah dan Daur Ulang. Untuk kepentingan itulah, maka

peneliti melakukan penelitian pada kedua variabel tersebut yaitu sikap ilmiah dan

kreativitas siswa dalam pembelajaran biologi berbasis masalah melalui metode

inkuiri dan proyek

Proses pembelajaran berbasis masalah dijadikan sebagai alternatif proses

pembelajaran pada mata pelajaran biologi materi Limbah dan Daur Ulang karena

sangat tepat dengan karakteristik yang dimiliki oleh materi ini yaitu: pengetahuan

berupa konsep yang konkrit, kontekstual, membutuhkan banyak sumber belajar

baik berupa lingkungan maupun media informasi cetak maupun elektronik, serta

dalam proses pembelajaran siswa dituntut mengembangkan sikap ilmiah seperti :

melakukan observasi, mencatat data, melakukan pembahasan sampai pada

menarik kesimpulan baik dalam bentuk laporan tertulis maupun presentasi dan

dan kemampuan kreativitas seperti membuat produk daur ulang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

adanya beberapa masalah yang muncul selama proses KBM biologi khususnya

materi Limbah dan Daur Ulang berlangsung. Masalah tersebut meliputi :

1. Proses pembelajaran berlangsung dengan suasana yang monoton karena

teacher center.

28

2. Potensi siswa tidak berkembang karena siswa hanya pasif menerima materi

pelajaran.

3. Timbulnya perasaan siswa merasa tidak dipedulikan dan dilibatkan dalam

KBM (Terjadinya proses dehumanisasi).

4. Pembelajaran menjadi tidak bermakna karena hanya ceramah dan teori dimana

siswa sulit memahami dan menverbalkan materi.

5. Motivasi belajar siswa rendah dengan indikator : ketrampilan afektif seperti

bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, mendebat

pertanyaan tidak muncul selama proses KBM biologi berlangsung.

6. Tumbuhnya sifat individualisme yang melunturkan nilai-nilai kerjasama

(gotong-royong siswa).

7. Proses pembelajaran biologi hanya teoritis tidak kontekstual dengan kenyataan

padahal biologi adalah ilmu yang mempunyai keterkaitan dan aplikatif dengan

lingkungan.

8. Tidak adanya produk yang dihasilkan dalam proses KBM biologi.

9. Siswa kurang terkondisi dengan pembelajaran yang menuntut siswa untuk

student center.

10. Prestasi hasil belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang relatif

rendah dengan indikator pada evaluasi diakhir pembelajaran masih banyak

siswa yang belum tuntas.

29

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, banyak sekali problem yang

muncul pada pembelajaran biologi. Karena keterbatasan waktu, maka dalam

penelitian ini diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:

1. Proses pembelajaran biologi yang selama ini berbasis ceramah akan diubah

dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah melalui penerapan metode

proyek dan inkuiri dengan tinjauan variabel moderatornya terbatas pada sikap

ilmiah dan kreativitas siswa.

2. Motivasi belajar siswa yang rendah dengan indikator : ketrampilan afektif

seperti bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, mendebat

pertanyaan tidak muncul selama proses KBM biologi berlangsung. Untuk itu

dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada penerapan metode

proyek dan Inkuiri yang mana siswa akan terlibat dalam diskusi, presentasi

dan pembahasan bersama sehingga keterampilan di atas akan muncul.

3. Proses pembelajaran biologi hanya teoritis tidak kontekstual dengan masalah

di lapangan padahal biologi adalah ilmu yang mempunyai keterkaitan dan

aplikatif dengan lingkungan. Untuk itu dalam penelitian ini guru menerapkan

pembelajaran berbasis masalah (PBL) melalui metode proyek dan inkuiri.

4. Karena kreativitas dan sikap ilmiah siswa selama ini tidak terkondisi

potensinya untuk berkembang, disatu sisi dalam pembelajaran berdasarkan

masalah sebuah sikap ilmiah dan kreativitas sangatlah mempengaruhi pada

proses yang terjadi dalam pembelajaran. Untuk itu tinjauan dalam penelitian

ini dibatasi pada kedua sikap tersebut.

30

5. Materi pembelajaran yang disampaikan terbatas pada Limbah dan Daur Ulang

kelas X semester genap SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran

2008/2009.

6. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini di batasi pada asesmen kognitif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

suatu masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?

2. Bagaimanakah pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?

3. Bagaimanakah pengaruh sikap kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?

4. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?

5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas

siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?

6. Apakah terdapat interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang?

7. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan

Daur Ulang?

31

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

1. Pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan inkuiri terhadap

prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada

materi Limbah dan Daur Ulang.

3. Pengaruh sikap kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi

pada materi Limbah dan Daur Ulang.

4. Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

5. Ada tidaknya bentuk interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap

ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur

Ulang.

6. Ada tidaknya bentuk interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

7. Ada tidaknya bentuk interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas

dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah

dan Daur Ulang.

F. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi guru, siswa

atau siapapun yang berkaitan dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat

32

penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode proyek dan inkuiri terhadap

prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

b. Untuk memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan

pelajaran biologi khususnya materi Limbah dan Daur Ulang.

c. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta

mengkritisi teori-teori yang telah ada.

d. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

e. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian lain

yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu inovasi dalam dunia

pendidikan khususnya dalam model pembelajaran untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa pada pelajaran biologi.

b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru mata pelajaran biologi untuk

mengembangkan model pembelajaran yang efektif, inovatif dan aplikatif

sesuai dengan bidang pelajaran biologi.

c. Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berprestasi dalam berbagai bidang studi

serta menerapkan kegiatan yang bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari.

33

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Teori-Teori Belajar

a. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Sementara itu, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Balai

Pustaka, 1996:272). Sependapat dengan pernyataan tersebut, bahwa

”pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan

sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau

mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sementara itu, belajar adalah suatu

proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh

proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,

kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain”

(Soetomo,1993:46).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pembelajaran, dapat di

tarik sebuah definisi pembelajaran secara sederhana bahwa pembelajaran adalah

suatu proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu

lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

34

b. Teori Belajar Kognitif

1) Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne dalam Indrawati (2001:35) dinyatakan bahwa “hasil-hasil

belajar yang diharapkan dapat tercapai bila dalam pembelajaran kondisi-kondisi

internal dan eksternal yang diciptakan oleh guru. Kondisi internal biasanya berupa

pernyataan-pernyataan internal pelajar/siswa dan proses kognitif, hasil-hasil

belajar yang diharapkan adalah informasi verbal, keterampilan intelektual,

keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif”. Hubungan antara proses

belajar dan hasil belajar digambarkan dengan skema berikut.

Hasil-hasil Belajar Informasi Verbal Keterampilan intelektual Keterampilan motorik Sikap Strategi Kognitif Interaksi Peristiwa-Peristiwa Pembelajaran

Gambar 2.1 : Skema peristiwa pembelajaran Gagne

Variasi belajar atau hasil-hasil belajar itu mengacu pada kemampuan-

kemampuan seseorang atau siswa, karena kemampuan ini dapat diprediksikan

sebagai kinerja hasil belajar. Informasi verbal adalah kemampuan seseorang untuk

Pernyataan-pernyataan internal Belajar dan proses –proses kog nitif

Rangsangan-rangsangan dari lingkungan

35

memanggil kembali informasi yang telah disimpan dalam memorinya atau

pengetahuan deklaratif (Ratna Wilis, 1988:140). Dalam kondisi internal ini guru

harus mengetahui struktur kognitif anak dan strategi untuk memperoses informasi

baru.

Pada satu sisi, dalam kondisi eksternal tujuan belajar harus jelas dan

materi baru harus disajikan secara bermakna sehingga siswa dapat memprosesnya.

Keterampilan intelektual merupakan seseorang beriteraksi dengan lingkungannya

melalui penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan (Ratna Willis,

1988:135). Keterampilan intelektual merupakan kemampuan operasi-operasi

mental yang memungkinkan seseorang atau siswa untuk merespon terhadap

lingkungan. Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk memperagakan

kegiatan-kegiatan fisik, dan keterampilan intelektual.

Dalam pembelajaran biologi, pemroses informasi seperti yang

diterangkan oleh Gagne sangat berkaitan langsung dengan cara siswa

mendapatkan pengetahuan secara utuh baik yang berasal dari bekal

pengalamannya, pertanyaan stimulus sampai pada melakukan sesuatu dalam

proses pembelajaran. Sehingga teori pemrosesan informasi ini sangat mendukung

dan relefan dijadikan sebagai landasan dalam proses pembelajaran biologi

berbasis masalah baik melalui metode proyek maupun inkuiri.

2) Teori Belajar Piaget

Teori belajar kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan prosses

internal, mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek

36

kejiwannya. Belajar adalah suatu proses memperoleh ilmu pengetahuan, ilmu

pengetahuan yang didapatkan melalui suatu proses yang menunjukan terjadinya

suatu kegiatan atau berubahnya suatu kegiatan sebagai akibat terjadinya suatu

reaksi terhadap suatu keadaan. Gagne dalam Indrawati (2001:5) “Learning may

be defined as the proses where by An organism change its behavior as a result of

experience “ . Belajar adalah suatu proses perubahan individu sebagai suatu hasil

pengalaman. (Ratna Wilis, 1988:18).

Teori-teori belajar dikelompokan sebelum abad ke-20 dan sesudah abad

ke-20, sebelum abad 20 banyak terpengaruh filosofi, perkembangan alam dan

setelah abad 20 meliputi perubahan perilaku, stimulus-respon-conditioning.

Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi bila mengikuti tahap-tahap asimilasi,

akomodasi dan ekuilibrasi atau penyeimbangan. Piaget mengelompokan tahap-

tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap yaitu: Tahap

sensorimotorik (umur 0-2 tahun), ciri pokok berdasarkan tindakan dan langkah

demi langkah, tahap praoperasi (umur 2-7 tahun), ciri pokok perkembangan

penggunaan simbol bahasa dan konsep intuitif, tahap operasi kongkrit (umur 7-11

tahun) ciri pokok perkembangan pemakaian aturan jelas/logis, reversible dan

kekekalan, tahap operasi formal (11 tahun keatas) ciri pokok perkembangan

hipotetis, abstrak dedukatif, induktif, logis dan probabilities.

Setiap tahap-tahap perkembangan kognitif mempunyai beberapa sifat

yaitu : Pada tahap praoperasional, kemampuan skema kognitifnya terbatas. Anak

suka meniru perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia

lihat ketika orang itu merespon perilaku orang, keadaan dan kejadian yang

37

dihadapi pada masa lampau. Anak mampu menggunakan kata–kata yang benar

dan mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek secara efektif. Pada tahap

operasional kongret, anak sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi

(volume dan jumlah), mempunyai kemampuan memahami cara

mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya, anak

sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa

yang konkret.

Pada tahap opersional formal, anak menginjak usia remaja, tahap ini

anak memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif

baik secara simultan (serentak) maupun berurutan. Mampu berpikir untuk

memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan

lingkungan yang ia respon, mampu menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Usia

diatas opersional formal adalah anak berada di tingkat pendidikan SMA.

Menurut Piaget, paling sedikit ada empat faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan kognitif anak yaitu : (1) perkembangan organik dan

kematangan fisik anak (2) latihan dan pengalaman, (3) interaksi social dan

tranmisi dan (4) ekuilibirasi dan mekanisnya. Faktor yang keempat yang

terpenting dimana dalam proses ini anak senantiasa dituntut untuk selalu

mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. (Paul Suparno, 2001).

Dalam teori piaget, tiga bentuk pengetahuan yaitu pengetahuan fisis,

pengetahuan matematik-logis dan pengetahuan sosial.Pengetahuan fisis adalah

pengetahuan akan sifat-sifat fisis suatu kejadian atau objek. Anak memperoleh

pengetahuan fisis dengan cara dia bertindak terhadap objek itu melalui inderanya.

38

Pengetahuan matematik-logis adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir

tentang pengalaman akan suatu objek atau kejadian tertentu. Anak memperoleh

pengetahuan matematik logis apabila anak melakukan tindakan-tindakan terhadap

objek, sedangkan pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari

kelompok budaya dan sosial yang menyetujui sesuatu secara bersama.

Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan tetapi dibentuk dari

interaksi seseorang dengan orang-orang lain.

Menurut Piaget pengetahuan sosial dapat dipelajari secara langsung,

yaitu dari pikiran guru yang berpindah ke pikiran siswa. Jadi pengetahuan fisis,

matematis dan logis tidak bisa diteruskan dalam bentuk jadi. Setiap siswa harus

membangun sendiri pengetahuan-pengetahuan itu dikontruksi sendiri oleh anak

melalui kegiatan dan salah cara membangun kegiatan adalah dengan ekuilibrasi

yaitu proses mengatur sendiri secara internal yang mengkoordinir pengaruh

faktor-faktor yang lain seperti merumuskan pertanyaan. “Perumusan pertanyaan-

pertanyaan merupakan salah satu dari bagian-bagian yang paling penting dan

kreatif dari sains yang diabaikan dalam pendidikan sains“(Ratna Wilis, 1988:162).

Ini menunjukan bahwa dewasa ini para pendidik kerap kali menganjurkan

pemecahan masalah tetapi jarang kita dengar tentang pentingnya penciptaan

masalah-masalah dan pengajuan pertanyaan. Suatu bagian penting dari

kontruksi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah selain para siswa mencoba

menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memecahkan masalah, siswa juga

termotivasi untuk bekerja keras.

39

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak pada usia

sekolah menengah atas, menurut teori perkembangan kognitif dari Piaget berada

pada tahap operasi formal karena usianya antara 15-17 tahun, sehingga ketika

anak (siswa) dihadapkan pada proses pembelajaran yang konkrit dan

membutuhkan analisis serta penalaran seperti tuntutan proses pembelajaran

berbasis masalah pada pembelajaran biologi materi Limbah dan Daur Ulang,

maka idealnya anak SMA dapat beradaptasi karena sesuai dengan perkembangan

kognitifnya. sehingga teori perkembangan kognitif ini dapat dijadikan sebagai

landasan dalam rangka melakukan pembahasan pada penelitian ini yang sesuai

dengan variabel yang diteliti oleh peneliti.

3) Teori Belajar Bermakna

Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1988:110-111) belajar dapat

diklasifikasikan kedalam dua dimensi yaitu cara informasi atau materi pelajaran

yang disajikan pada siswa, melalui penermaan atau penemuan. Dimensi yang

kedua menyangkut bagaaimana siswa mengkaitkan informasi pada struktur

koginif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan

generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Pada tingkat

pertama belajar, informasi dapat mengkomusikan pada siswa baik dalam bentuk

belajar penerimaan yang menyajikan infomasi dalam bentuk final, maupun dalam

bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri

sebagian atau seluruh materi yang diajarkan.

40

Pada tingkat kedua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu

pada pengetahuan (konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya, dalam

hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat hanya mencoba-coba

menghapalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang

telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hapalan. Inti

belajar dari Ausubel adalah belajar bermakna, merupakan suatu proses

mengaitkan infromasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam

struktur kognitif seseorang. Dalam belajar bermakna infomasi baru diasimilasikan

pada sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.

Belajar bermakna yang baru mengakibatkan pertumbuhan dan

modifikasi sumber-sumber yang telah ada, tergantung pada sejarah pengalaman

seseorang, maka sumber itu dapat relatif besar dan berkembang atau kurang

berkembang. Menurut Novak (1997:58) ada kebaikan dari belajar bermakna yaitu

: Infomasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, informasi

yang terasumsi mengakibatkan peningkatan diferensiasi dari sumber-sumber, jadi

memudahkan proses belajar memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi

pelajaran yang mirip, informasi yang dilupakan setelah subsumsi obliteratif,

meningkatkan efek residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal-

hal yang mirip. (Ratna Willis, 1988:115).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar bermakna sangat di

perlukan pada pembelajaran biologi, sebab banyak konsep-konsep biologi yang

sangat luas, rumit sehingga terkadang siswa sulit memahami. Pelibatan emosi,

kebutuhan dan kesenangan aktualisasi diri siswa melalui kegiatan yang

41

melibatkan seluruh panca indra dan otak untuk berfikir sangat membantu

kebermaknaan belajar. Proses belajar bermakna tersebut sangat relevan dengan

metode pembelajaran berbasis masalah baik melalui proyek mapun inkuiri yang

mempunyai karakteristik bahwa proses pembelajaran akan bermakna jika siswa

dapat mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan pengalaman yang dia

dapat. Sehingga belajar bermakna cocok diterapkan dalam pembelajaran proyek

dan inkuiri.

c. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori

pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori

konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,

mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk

dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari

kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi

kognitif Bruner dan yang lain. Slavin dalam Nur (2002:8).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam

psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di

dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan

memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka

42

sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi

mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang

membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri

yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002:8).

Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan

bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur

konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan

pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu ketara

dan tidak ditekankan. Mengikut kefahaman konstruktivisme, ilmu pengetahuan

sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa dalam bentuk yang serba

sempurna. Murid perlu sesuatu pembinaan pengetahuan yang mengikut pada

pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha murid itu

sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Blok binaan asas bagi ilmu

pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu aktivititas mental yang digunakan

oleh siswa sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan.

Fikiran murid tidak akan menghadapi realiti yang wujud secara terasing dalam

persekitaran. Realiti yang diketahui murid adalah realiti yang dia bina sendiri.

Murid sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang

membentuk struktur kognitif terhadap persekitaran mereka.

Untuk membantu siswa membina konsep atau pengetahuan baru, guru

harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila

maklumat baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebahagian daripada

pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu

43

pengetahuan dapat dibina. Proses ini dinamakan konstruktivisme. Beberapa ahli

konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahawa pembelajaran yang

bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki oleh

siswa. Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahwa siswa mempunyai idea mereka

sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah.

Jika kefahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik,

kefahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam

pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti yang mereka inginkan.

d. Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah

Nana Sudjana dan Daeng Arifin (1989:19) mengemukakan, “Mengajar

adalah membimbing kegiatan siswa belajar, sedangkan mengajar adalah mengatur

dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat

mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan balajar”. Sejalan

dengan tujuan yang termuat Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), pada

dasarnya pembelajaran berbasis masalah bermaksud menata nalar, membentuk

sikap siswa, dan menumbuhkan kemampuan menggunakan / menerapakan. Ini

berarti dalam proses pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi tekanan pada

terampil menghitung dan mengerjakan soal. Perhatian khusus juga harus diberikan

pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan

menerapkan pembelajaran akan merupakan penopang penting terbentuknya

kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya.

44

Disatu sisi, bahwa keberhasilan proses pembelajaran sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor eksternal seperti yang diungkapkan oleh Nana sudjana dan

Daeng Arifin serta kurikulum seperti dia atas yaitu cara guru mengajar, cara guru

membimbing siswa, cara mengevaluasi serta mengoptimalkan pengalaman yang

telah dimiliki siswa. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikondisikan dengan baik

oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas, maka penerapan pembelajaran

berbasis masalah melalui metode proyek maupun inkuri akan dapat didukung dan

berjalan lancar sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh guru berdasarkan

analisis kurikulum akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya

materi biologi pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang.

2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

Ada berbagai cara untuk mengaitkan isi materi pelajaran dengan konteks,

salah satunya adalah melalui pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning). Model ini juga dikenal dengan nama lain seperti project based

teaching, experienced based education, and anchored instruction (Ibrahim dan

Nur, 2004:16). Pembelajaran ini membantu siswa belajar isi akademik dan

keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan mereka pada situasi

masalah kehidupan nyata.

“Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori yang menyatakan

bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi

pengetahuannya sendiri” (Gijselaers,1996:58). Psikologi kognitif modern

menyatakan bahwa belajar terjadi dari aksi pembelajar, dan pengajaran hanya

45

berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh

pembelajar. Guru harus memusatkan perhatiannya untuk membantu pembelajar

mencapai keterampilan self directed learning.

Dalam PBL siswa belajar dalam kelompok kecil kooperatif (Cooperative

small group). Penggunaan kelompok kerja kooperatif membantu perkembangan

masyarakat belajar dalam kelas sains. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa meningkat bila siswa belajar dalam lingkungan belajar

kooperatif. Bekerja dalam kelompok juga membantu mengembangkan

karakteristik esensial yang dibutuhkan untuk sukses setelah siswa tamat belajar

seperti dalam berkomunikasi secara verbal, berkomunikasi secara tertulis dan

keterampilan membangun team kerja. Dalam PBL, sebuah proses pembelajaran

harus memuat unsur: kontekstual, learning to learn, doing science, bersifat

interdisiplin, pengajuan pertanyaan atau masalah, penyelidikan autentik,

menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, dan kerjasama. Adapun

keterangan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:

Kontekstual. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa memperoleh

pengetahuan ilmiah dalam konteks dimana pengetahuan itu digunakan. Siswa

akan mempertahankan pengetahuannya dan menerapknanya dengan tepat bila

konsep-konsep yang mereka pelajari berkaitan dengan penerapannya. Dengan

demikian pembelajar akan menyadari makna dari pengetahuan yang mereka

pelajari.

Belajar untuk belajar (learning to learn). Pengetahuan ilmiah,

berkembang secara eksponential, dan siswa perlu belajar bagaimana belajar dan

46

dalam waktu yang sama mempraktekkan kerja ilmiah melalui karier mereka.

Pembelajaran berbasis masalah membantu pembelajar mengidentifikasi informasi

apa yang diperlukan, bagaimana menata informasi itu kedalam kerangka

konseptual yang bermakna, dan bagaimana mengkomunikasikan informasi yang

sudah tertata itu kepada orang lain.

Doing Science. Pembelajaran berbasis masalah menyediakan cara yang

efektif untuk mengubah pembelajaran sains abstrak ke konkrit. Dengan

memperkenalkan masalah-masalah yang relevan pada awal pembelajaran, guru

dapat menarik perhatian dan minat pembelajar dan memberikan kesempatan pada

mereka untuk belajar melalui pengalaman.

Bersifat interdisiplin. Penggunaan masalah untuk memperkenalkan konsep

juga menyediakan mekanisme alamiah untuk menunjukkan hubungan timbal

balik antar mata pelajaran. Pendekatan ini menekankan integrasi prinsip-prinsip

ilmiah dan cara pengembang pembelajaran berbasis masalah.

Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah

dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan

disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran

berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan atau

masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna

bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk

menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam

solusi untuk situasi itu.

47

Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah

menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari

penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan

mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,

mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika

diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa

untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan

peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang

mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video,

maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada

teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan

menyediakan suatu alternatif segera terhadap laporan atau makalah.

Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa

yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam

kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan

terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi

inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan

keterampilan berpikir.

Pembelajaran berbasis masalah secara khusus melibatkan siswa bekerja

pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang dengan bantuan

asisten sebagai tutor. Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru.

Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan

48

pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah. Permasalahan dihadapkan

sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca

teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatarbelakangi

masalah tersebut. Hal inilah yang membedakan antara PBL dan metode yang

berorientasi masalah lainnya.

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk memberikan

informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. PBL dikembangkan untuk

mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir, mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan memecahan masalah dan keterampilan intelektual,

belajar berbagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman

nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif

(effective self directed learning) (Ibrahim dan Nur, 2004). Pembelajaran Berbasis

Masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dari guru

memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan

penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Secara singkat kelima tahapan

pembelajaran PBL adalah seperti pada tabel 2.1 berikut.

49

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Kegiatan PBM Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

a. Guru memberikan motivasi / apersepsi kemudian guru memberi masalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

b. Siswa mengemukakan hipotesis / opini sementara terkait dengan jawaban atas pertanyaan masalah yang diberikan guru

Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar

a. Guru menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

b. Guru membimbing dalam pembuatan kelompok

Tahap3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

a. Guru membimbing siswa untuk melakukan pengumpulan data dari eksperimen atau pekerjaan siswa.

b. Data yang didapat dari pekerjaan tersebut kemudian di tabelkan.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

a. Mengambil kesimpulan dan melakukan presentasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa.

b. Siswa melakukan presentasi terhadap hasil pekerjaannya.

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan mengaplikasikannya / menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Metode Proyek

Model Pembelajaran Proyek adalah langkah-langkah pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dilakukan melalui suatu proyek

dalam jangka waktu tertentu dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

persiapan/perencanaan, pelaksanaan, pembuatan laporan serta

mengkomunikasikan hasil kegiatan serta evaluasi (Ibrahim, 2000:15). Belajar

bukan hanya sekedar menyerap materi sedikit demi sedikit dalam waktu yang

panjang, tetapi secara terpadu untuk mendapatkan banyak hal. Proyek membantu

50

siswa untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk

kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus. Ini adalah exercise bagi

otak untuk menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya dan tantangan ini akan

mengembangkan otak kanan maupun kiri dengan pesat.

Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai

bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar. Adapun

kelebihan metode proyek antara lain: dapat merombak pola pikir anak didik dari

yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan melalui metode

proyek, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari. Disatu sisi penerapan metode proyek dalam proses

pembelajaran juga terdapat kekurangannya, antara lain: Organisasi bahan

pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini memerlukan keahlian khusus

dari guru, sedangkan para guru sebagian besar belum disiapkan untuk ini. Selain

itu harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup

fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan. Adapun sintak

pembelajaran metode proyek sebagai berikut:

51

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Metode Proyek

Tahap Kegiatan PBM Tahap 1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih

Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Tahap3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan research, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

4. Metode Inkuiri

“Inkuiri” secara harfiah adalah penyelidikan. Carin dan Sund (1975:112)

mengemukakan bahwa Inkuiri adalah the process of investigating a problem.

Adapun Piaget mengemukakan bahwa “metode Inkuiri merupakan metode yang

mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri

secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan

penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang

ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain”.

Metode Inkuiri merupakan metode penyelidikan yang melibatkan proses

mental dengan kegiatan-kegiatan antara lain: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

52

tentang fenomena alam, merumuskan masalah yang ditemukan, merumuskan

hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

menganalisis data, menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni:

objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang sains yang sampai

sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode

Inkuiri. Dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (David L.

Haury,1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: ”Inkuiri

merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan

secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan

kata lain, Inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus

pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu”.

Alasan rasional penggunaan metode inkuiri adalah bahwa siswa akan

mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai Sains dan akan lebih tertarik

terhadap Sains jika mereka dilibatkan secara aktif dalam "melakukan" Sains.

Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung metode

Inkuiri. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep Sains dan

meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa

pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser,

1990:73).

Metode Inkuiri yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika.

Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa ”metode inkuiri membantu

53

perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah,

pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap

positif. Dapat disebutkan bahwa metode Inkuiri tidak saja meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga

membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa”.

Metode Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses

pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas

dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang

belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode Inkuiri adalah sebagai

pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu

disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa

masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah

menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.

Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap

kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004:15).

”Metode Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan

guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu

masalah ke kelas” Roestiyah (2001:75). Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus

dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di

dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan,

kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan

54

dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno

kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok, sedangkan

kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan,

maka hal itu perlu diperhatikan.

Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran Inkuiri sangat

beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan

bahwa pembelajaran dengan metode Inkuiri memiliki 5 komponen yang umum

yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance

Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005:45). Adapun uraian sintaks

atau langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan

pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan

suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan

sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa.

Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus

dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini - sesuai dengan

Taxonomy Bloom - siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti

evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan

misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.

Student Engangement. Dalam metode Inkuiri, keterlibatan aktif siswa

merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator.

Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau

menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat

55

dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap

konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.

Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja

berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam

hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang

diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua

jawaban benar.

Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya

siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan

pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk

ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui

produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam

sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara

dengan ahli, dan lain sebagainya.

5. Kemampuan Kreativitas

Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative)

yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi kemampuan

kreativitas berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide-cara-produk) yang baru.

Jadi, konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya

orisinal.

56

Kajian kreativitas merupakan kajian yang kompleks sehingga bisa

menimbulkan berbagai pandangan-pendapat, tergantung dari sisi mana mereka

membahasnya dan teori yang menjadi acuannya. Kemampuan kreativitas menurut

Munandar dalam Reni (2001:18) berkenaan dengan tiga hal, yaitu

”mengkombinasi, memecahkan masalah, dan operasional. Kemampuan

mengkombinasi berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan

memecahkan masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman

solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan

operasional berdasarkan pada aspek kelancaran-keluwesan-orisinalitas”.

Menurut Ausubel dalam Hamalik (2002:34) kreativitas adalah

kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Aspek lain dari kreativias adalah kemampuan

berpikir divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas, dan kuantitas.

Maltzman dalam Hudoyo (2000:26) menambahkan bahwa kreativitas dapat

dibentuk dan dilatih dalam proses pembelajaran yang berprinsip pada

konstruksivis, melalui penyelidikan, konjektur, penemuan, dan generalisasi.

Thorrance dalam Hamalik (2002:23) kreativitas akan muncul berkenaan dengan

kesadaran adanya kesenjangan antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau

masalah baru, kemudian muncullah beragam alternatif solusi. Kreativitas akan

muncul pada diri individu bila ada tantangan baru yang solusinya tidak rutin.

Ditinjau dari segi kemampuan aktivitas otak dalam kaitannya dengan

kreativitas, ternyata potensi tersebut memang telah tersedia. Buzan dalam Erman

(2004:16) mengemukakan bahwa otak mengolah informasi dalam bentuk

57

hubungan fungsional antar konsep, berupa peta konsep, sehingga terjalin kaitan

antar konsep yang satu dengan konsep lainnya. Inilah yang dimaksud dengan

struktur kognitif di mana skemata baru akan terbentuk dalam sistem kerja otak

dan terkait dengan skemata lain yang sudah terbentuk. Dengan pola sepeti ini,

proses belajar siswa diusahakan agar tidak hanya berasimilasi (menyerap

pengetahuan) akan tetapi dikombinasikan dengan akomodasi (mengkonstruksi

pengetahuan).

Kemampuan otak dalam memproses informasi tersebut, sebagai potensi

individu yang merupakan anugrah dari Allah SWT, Buzan mengemukakan bahwa

otak dapat memproses informasi sebanyak 600 – 800 kata permenit. Dengan

kemampuan otak yang begitu hebat, patut kita syukuri dengan memanfaatkannya

dalam kegiatan positif, yaitu dengan cara belajar pada setiap situasi untuk

membekali diri. Jika tidak, dan dibiarkan menganggur, maka otak dengan

sendirinya akan bekerja pada hal-hal yang kurang bermanfaat seperti berangan-

angan dan melamun.

Selanjutnya Munandar dalam Reni A (2001:8) mengemukakan bahwa

ciri-ciri kemampuan kreativitas adalah sebagai berikut:

Berpikir lancar yang menyangkut keragaman (gagasan, saran, pertanyaan, jawaban), kelancaran komunikasi, kecepatan bekerja, melihat kekurangan; berpikir luwes yang menyangkut menghasilkan keragaman (gagasan, jawaban, pertanyaan, sudut pandang, alternatif, interpretasi, aplikasi, pertimbangan, arah pikir); berpikir rasional (ungkapan baru-unik, kombinasi inovatif, cara inovatif, generalisasi); ketrampilan elaborasi (mengembangkan gagasan, merinci objek, merinci solusi, memiliki rasa estetika, menyempurnakan); ketrampilan menilai (menentukan patokan, mengambil keputusan, pertimbangan, merancang, dan kritis). Pengembangan kreativitas siswa bisa dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah melalui klasifikasi, brainstorming, dan ganjaran.

58

Menurut Martin Jamaris (2003:54), aspek-aspek yang mempengaruhi

kreativitas adalah: ”Aspek kemampuan kognitif, aspek intuisi dan imajinasi, aspek

pengeinderaan dan aspek kecerdasan emosi. Seorang siswa yang memiliki

pengetahuan cukup baik, mampu berimajinasi dan memiliki intuisi baik, dapat

melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, serta memiliki

kecerdasan emosional maka sikap kreatifnya akan muncul”.

Indikator-indikator sikap kreativitas tersebut dapat diukur tinggi

rendahnya dengan menggunakan alat ukur berupa angket. Angket yang berisi

pernyataan atau pertanyaan tentang sikap kreativitas diberikan kepada siswa untuk

di jawab. Hasil jawaban siswa tersebut dijadikan tolak ukur untuk mengetahui

tinggi rendanya sikap kreativitas yang dimiliki oleh siswa.

6. Sikap Ilmiah

Kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta, observasi,

eksperimentasi, generalisasi dan analisis yang rasional dan ilmuwan

mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif dan jujur,

mengikuti berbagai macam prosedur eksperimen dikenal dengan nama sikap

ilmiah (Moh. Amin, 1994:77). Dengan sikap ini ilmuwan akan mendapat

penemuan-penemuan, penemuan ini merupakan produk dari sains.

Sains sebagai proses untuk mendapatkan pengetahuan dikenal sebagai

metode ilmiah. Dalam kepustakaan sains elementer yang termasuk proses sains

antara lain : mengamati, mengklasifikasi, berkomunikasi, mengambil keputusan/

kesimpulan dari data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemahaman akan alam

59

dan membangun sesuatu dari data. Proses sains bekerja dan berpikir dalam

memperoleh serta mengembangkan pengetahuan. Sedangkan proses ilmiah ialah

mengamati, menggolongkan, mengukur, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-

pertanyaan penting, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, melakukan

eksperimen, mengumpulkan , menganalisis data, menarik kesimpulan.

Dalam mendapatkan ilmu pengetahuan itu para ilmuwan bekerja dengan

didasari atas rasa ingin tahu, kerendahan hati, terbuka, penghindaran atas

dogmetis, keobyektifan dan pendekatan positif atas kegagalan. Sikap ilmiah yang

ditunjukan dalam bekerja dan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan dalam

sains, antara lain:

1) Rasa ingin tahu akan gejala alam.

Sains muncul karena dorongan dan kebutuhan manusia yang

menggerakan untuk mencari jawaban yang masuk akal atas berbagai pertanyaan.

Para ilmuwan mempelajari keajaiban-keajaban di alam ini karena gejala-gejala itu

yang merangsangnya untuk berpikir. Keterlibatan dinamis para ilmuwan ini dalam

mencari jawaban terhadap suatu masalah menjadi pendorong bagi kegiatan-

kegiatan penelitiaanya lebih lanjut. Ilmuwan adalah seseorang yang dengan bekal

pengetahuannya menjadi seseorang yang terus belajar. Ada suatu dorongan kuat

untuk mengetahui, dan setelah itu akan makin mengetahui bahwa pengetahuan

sangat tebatas. Ini menimbulkan sikap rendah hati dan tak mudah percayasebelum

ia melakukan atau membuktikan pengetahuan dengan alasan yang kuat untuk

membenarkan apa yang dilihat.

60

2) Sikap rendah hati

Sikap rendah hati yaitu bebas dari sombong, angkuh, timbul dari diri

seseorang ilmuwan sebagai dari pengamatannya terhadap manusia dan

kecenderungan tingkah laku manusia. Seorang saintis selalu berusaha

menghindarkan diri dari menerima sesuatu secara membuta dan tanpa bertanya.

Sikap tak mudah percaya dan sehat merupakan sikap yang penting. Seorang

ilmuwan tidak mudah terpengaruh oleh gagasaan atau aliran baru.

Kegagalan memungkinkan saintis mengetahui hal-hal yang sudah dicoba

untuk mengindari kesalahan dimasa yang akan datang, dan untuk maju kearah

yang baru. Dapat dikatakan bahwa ilmuwan itu pada akhirnya sampai pada sukses

yang berawal dari kegagalan sehari-hari. Dari kegagalan itulah ilmuwan mampu

menemukan alasan untuk percaya atas apa yang telah dilihatnya.

3) Keobyektifan

Seorang ilmuwan harus senantiasa menjaga agar tidak terlalu

terpengaruh oleh perasaan sendiri dan berusaha mengambil sikap yang obyektif

agar dapat menemukan beberapa kebenaran. Seseorang yang ilmiah dan obyektif

berusaha mengambil sikap terbuka dan mempertimbangkan sesuatu data yang

didapat. Sikap ilmiah meliputi rasa ingin tahu, rendah hati, terbuka, menghindari

dogmatis, obyektif dalam bersikap dan pendekatan positif atas kegagalan,

merupakan aturan tingkah laku bagi seorang ilmuwan dalam melakukan

penelitian. Sikap didefiniskan sebagai keadaan internal seseorang yang

mempengaruhi pilihan-pilihan tindakan pribadi yang dilakukannya

(Suhaenah:2001).

61

Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan individu atau

dengan kata lain sikap merupakan prilaku yang dapat dibentuk dan diubah melalui

pendidikan. Sikap positif dapat berubah menjadi negatif jika tidak mendapatkan

pembinaan sebaliknya sikap negatif dapat berubah menjadi positif jika

mendapatkan pembinaan yang baik. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu

kognitif (pengetahuan), afektif (perasaaan) dan psikomotor (berhubungan dengan

tindakan). Sikap ilmiah dalam penelitian ini ditekankan meliputi : rasa ingin tahu,

keaktifan, keterbukaan, mau menghargai pendapat orang lain, kemandirian siswa.

Untuk penilaian sikap ilmiah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pemberian angket dan pengamatan. Sedangkan unsur yang dinilai dari sikap

ilmiah adalah ketelitian, kejujuran, disiplin, keteraturan, dan sifat penghargaan

pendapat orang lain. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan alat

ukur berupa angket. Angket yang berisi pernyataan atau pertanyaan tentang sikap

ilmiah diberikan kepada siswa untuk di jawab. Hasil jawaban siswa tersebut

dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya sikap ilmiah yang

dimiliki oleh siswa.

7. Materi Limbah dan Daur Ulang

Limbah adalah bahan buangan aktivitas manusia, bisa dalam bentuk cair,

padat, maupun gas. Limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: limbah

organik, limbah anorganik dan limbah berbahaya. Limbah organik berasal dari

jaringan organisme, misalnya daun dan bangkai. Limbah jenis ini dapat diuraikan

oleh mikroba. Limbah anorganik berasal dari benda mati, misalnya logam, kaca,

62

dan plastik. Pada umumnya limbah anorganik tidak dapat diuraikan secara alami.

Sedangkan limbah berbahaya berasal dari berbagai zat kimia beracun, misalnya

pestisida, sisa batu baterai, tumpahan minyak dan oli bekas. Berikut merupakan

potret limbah organik, anorganik dan berbahaya yang biasa dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari.

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan:

Gambar 2.2 (a) sampah organik bangkai ayam (b) sampah organik serasah daun (c) sampah anorganik

Sumber: http://images.google.co.id/images

63

Berdasarkan sifat fisika, limbah dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Limbah padat, dapat berupa sisa makhluk hidup, limbah domestik, limbah dari

pabrik yang berupa bahan padat

2) Limbah cair, biasanya berupa bahan yang terlarut dalam air, dapat berupa sisa

metabolisme seperti urin, limbah cair baik dari pabrik maupun rumah sakit.

3) Limbah gas, dapat berasal dari kendaraan bermotor, asap pabrik, asap gunung

berapi dan kebakaran.

Berdasarkan asalnya, limbah dapat dibedakan tiga macam yaitu:

1) Limbah domestik

Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari rumah tangga, dapat

berupa limbah organik ataupun limbah anorganik. Contoh limbah organik adalah

daun dan bangkai hewan. Adapun contoh limbah anorganik adalah plastik dan

kaleng. Selain contoh-contoh tersebut, limbah domestik juga dapat berasal dari air

bekas mencuci yang mengandung detergen.

2) Limbah pabrik

Adalah sampah atau bahan buangan dari pabrik. Contoh limbah pabrik

antara lain: kertas mengandung bahan kimia pemutih kertas dan limbah pabrik

tekstil mengandung bahan kimia pewarna kain. Sebelum dibuang ke lingkungan,

misalnya ke sungai limbah pabrik harus diolah dahulu agar tidak mencemari

lingkungan. Apabila masuk ke aliran sungai bahan kimia tertentu yang bersifat

tidak larut (DDT) akan masuk ke aliran sungai juga dapat menyebabkan air sungai

menjadi keruh dan berbau busuk sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi.

Limbah pabrik yang termasuk B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) misalnya

64

cadmium (Cd), merkuri (Hg), dan arsenik (Ar) dapat menimbulkan kematian

organisme.

3) Limbah Pertanian

Limbah pertanian berasal dari pupuk atau pestisida yang digunakan dalam

pertanian. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama

tanaman misalnya serangga, siput dan tikus. Pestisida ada banyak macamnya.

Berdasarkan jenis hamanya, pestisida dibedakan menjadi akarisida (untuk laba-

laba dan kutu), insektisida (untuk serangga), mitisida (untuk tungau), rodentisida

(untuk tikus dan hewan pengerap lainnya), fungisida (untuk jamur), serat

herbisida (untuk gulma).

Adapun berdasarkan cara kerjanya pestisida dibedakan menjadi empat

macam, yaitu:

1) Pestisida jenis senyawa organofosfat, yang mempengaruhi fungsi saraf dengan

jalan menghambat kerja kolinesterase (bahan biologi penting untuk

menghantarkan impuls saraf).

2) Pestisida jenis racun kontak, yang membunuh hama begitu hama kontak

dengan pestisida tersebut. Misalnya fumigan (pestisida berbentuk uap atau gas

untuk membunuh hama yang dapat terbang).

3) Pestisida sistemik, yang diserap oleh tanaman dan menyebabkan kematian

hama yang memakan tanaman tersebut tetapi biasanya digunakan untuk

membasmi gulma.

65

4) Pestisida organoklorin, yaitu bahan biologi yang tidak mudah larut atau sukar

terurai, baik dalam tanah maupun dalam tubuh organisme, misalnya aldrin,

endrin, dan dieldrin.

Penggunaan bahan-bahan kimia dalam pertanian akan berdampak pada

tanah dan perairan di sekitar areal pertanian tersebut. Selain itu, jika penggunaan

bahan-bahan kimia tersebut tidak sesuai (melebihi dosis) akan mengakibatkan

resistensi pada hama, pencemaran tanah, matinya hewan-hewan lain yang

bermanfaat, dan akumulasi pupuk kimia dalam tanah yang akan mengganggu

penyerapan unsur-unsur hara oleh tanaman.

b. Usaha Manusia Menangani Limbah

Selain mencemari lingkungan, banyaknya limbah di permukaan bumi, baik

di tanah maupun di perairan, juga menimbulkan bau busuk dan pemandangan

yang tidak sedap dipandang mata. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, usaha-usaha

yang dapat dilakukan antara lain mengolah limbah secara langsung atau tanpa di

daur ulang dan mengolah limbah dengan didaur ulang.

1) Pengolahan Limbah tanpa Didaur Ulang

Pengolahan limbah tanpa didaur ulang dapat dilakukan dengan cara

a) Membakar sampah di tempat pembuangan sampah.

b) Membuang sampah dalam lubang dan menimbunnya dengan tanah (landfill).

c) Mengolah botol plastik bekas kemasan air minum menjadi hiasan atau

mainan.

d) Memanfaatkan daun, bunga dan ranting kering sebagai hiasan atau sovenir.

e) Memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk tanaman.

66

f) Memanfaatkan limbah bulu ayam sebagai alat rumah tangga

g) Mengolah kaleng bekas menjadi peralatan rumahtangga.

h) Mengolah ban bekas menjadi kursi, sandal atau sepatu.

2) Pengolahan Limbah dengan Cara Didaur Ulang

Pengolahan limbah dengan cara didaur ulang dapat dilakukan pada sampah

atau limbah organik ataupun anorganik. Contoh sampah atau limbah organik yang

dapat di daur ulang antara lain:

a) Plastik bekas di daur ulang menjadi alat-alat rumahtangga, misalnya ember

atau mainan anak-anak.

b) Kertas bekas di daur ulang menjadi kertas daur ulang, sampul buku, kotak

surat, bingkai foto atau kotak pensil.

c) Serbuk gergaji kayu didaur ulang menjadi triplek atau multiplek untuk

membuat lemari pakain, rak buku atau meja.

d) Sisa-sisa tumbuhan atau hewan diolah menjadi kompos.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua limbah

merugikan akan tetapi jika keberadaan limbah-limbah tersebut diolah oleh tangan

kreatif manusia maka dapat berubah menjadi produk-produk yang juga bisa

dimanfaatkan oleh masyarakat bahkan mendatangkan keuntungan secara

ekonomis seperti contoh produk daur ulang dari limbah kerta dan ban bekan

berikut ini.

67

(a) (b)

Gambar 2.3 (a) daur ulang kertas menjadi tas (b) daur ulang ban bekas menjadi sandal Sumber: http://images.google.co.id/images

Limbah yang melimpah ternyata tidak semuanya merugikan, seperti

contoh limbah dari bekas kemasan aneka makanan dan minuman dapat

dimanfaatkan oleh manusia. Dengan menggunakan kreativitasnya, botol bekas

kemasan minum dapat disulap menjadi aneka produk yang bermanfaat.

Selain bekas kemasan aneka makanan dan minuman, seresah dari

tumbuhan dapat juga dimanfaatkan untuk membuat aneka macam hiasan.

Pemanfaatan bagian dari tubuh hewan dan tumbuhan dapat dijadikan suatu produk

yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

1) Bulu ayam

Bulu ayam potong biasanya hanya dibuang di tempat pemotongan hewan

tersebut. Bulu-bulu ayam ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

membuat kemucing. Pemilihan bulu yang baik akan menghasilkan kemucing yang

baik. Selain itu bulu ayam juga dapat digunakan untuk membuat bola pada bulu

tangkis (kok).

68

2) Merang

Tanaman padi yang sudah dipanen, batang padi atau merang akan

menumpuk, ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat

sampo, kuas untuk mengecat tembok. Merang juga dapat dimanfaatkan untuk

bahan baku membuat kertas buram, dari kertas buram akan diolah dan diputihkan

(bleaching) menjadi kertas HVS.

3) Tempurung dari sabut kelapa

Di daerah pedesaan tempurung kelapa banyak digunakan menjadi gayung,

tempat minum jamu, serta dibuat sendok sayur. Sekarang batok kelapa sudah

dimanfaatkan menjadi aksesoris pakaian yaitu dibuat aneka kancing dengan

berbagai bentuk dan ukuran.

Sejak dahulu sabut kelapa sudah banyak dimafaatkan untuk membuat alas

pijakan kaki (keset) bahkan di hotel-hotel keset dari sabut kelapa berukuran besar

dengan tulisan welcome.

4) Dari tubuh hewan

Di pulau Bali tulang hewan banyak dimanfaatkan untuk membuat cincin

dan vas bunga. Tulang hewan diukir dan diawetkan sehingga tidak berbau amis.

Cincin dan vas bunga dari tulang memiliki ekonomi yang tinggi dibanding tulang

yang tidak dimanfaatkan. Cangkang berbagai hewan laut banyak dibuat aneka

hiasan, kotak perhiasan sampai kap lampu bahkan ada yang dibuat sebagai

gorden. Selain itu, cangkang hewan ini juga dapat dibuat menjadi suatu bentukan

hewan atau tumbuhan yang diberi bingkai sehingga memiliki nilai jual. Sisik ikan

ternyata bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai jual tinggi seperti yang

69

dilakukan oleh perancang busana dengan menambahkan sisik ikan pada busana

hasil rancangannya tersebut. Di Indonesia limbah dari tumbuhan dan hewan dapat

didaur ulang menjadi produk-produk yang sering kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari, seperti kemucing, sapu merang, kancing batok kelapa, keset dari sabut

kelapa, cincin dari tulang dan kok.

B. Penelitian yang Relevan

Ada dua penelitian relevan yang terkait dengan penelitian yang akan

dilakukan ini yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyani Universitas Sebelas Maret Surakarta

(UNS) dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching

And Learning (CTL) Dan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) Kaitannya

Dengan Prestasi Belajar Biologi Ditinjau Dari Kreativitas Siswa.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni

2005 dengan populasi siswa-siswi SMP Negeri 1 Jumapolo Kabupaten

Karanganyar. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik Random Sampling.

Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan angket untuk

mendapatkan data berupa kreativitas siswa dan tes untuk mendapatkan data

berupa prestasi belajar biologi.

Hasil analisis data dengan menggunakan uji Anava bahwa pada taraf

signifikansi 5% sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan penerapan model

pembelajaran CTL dan STM terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran

lingkungan (F0 = 1,503 < F(0,05) = 3,960), (2) Terdapat perbedaan antara siswa

70

yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah

terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran lingkungan (F0 = 7,653 >

F(0,05) = 3,960), dan (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran

dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi pencemaran

lingkungan (F0 = 0,611 < F(0,05) = 3,960).

Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan referensi pada penelitian yang

sedang dilakukan peneliti karena terdapat persamaan konsep yaitu sama-sama

menjadikan kreativitas siswa sebagai variabel moderatornya untuk mencari

interaksinya terhadap prestasi belajar biologi. Tetapi perbedaannya terletak pada

metode pembelajaran yang digunakan peneliti berbeda yaitu dengan inkuiri dan

proyek bukan dengan CTL.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sularmi, Tesis Program Studi Teknologi

Pendidikan, Program Pasca Sarja Universitas Sebelas Maret Surakara (UNS)

dengan judul : Perbedaan Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Dan

Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar

Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (Eksperimen Di Sekolah Dasar Kecamatan

Gatak Sukoharjo).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Perbedaan pengaruh

penerapan metode Inkuiri-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar

IPA, (2). Perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar IPA, dan (3). Interaksi pengaruh antara metode Inkuiri-discovery dan

konvensional dengan motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

IPA.

71

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri di

Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian diambil dengan

menggunakan teknik cluster random sampling sebanyak 122 siswa. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan

metode Inkuiri-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA (F

hitung > F tabel atau 67,21 > 3,92) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji

kebenarannya, (2) terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 13,22 > 3,92) sehingga

hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, dan 3). terdapat pengaruh

interaksi antara metode (Inkuiri-Discovery dan Konvensional) dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar IPA (F hitung > F tabel atau 5,41 > 3,92)

sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya.

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran : Pada proses

pembelajaran berkelanjutan guru dapat menerapkan metode Inkuiri-discovery

dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan penerapan pembelajaran ini siswa

akan dituntut untuk berpikir kreatif dalam proses pembelajaran sehingga

pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih melekat pada siswa, kita sering

mendengar melakukan lebih baik dari pada mendengarkan karena dengan

melakukan siswa akan terlibat langsung sehingga siswa akan paham betul apa

yang dilakukannya.

Berlandaskan saran dari hasil penelitian tersebut, maka peneliti mencoba

mengembangkan penelitian dengan menerapkan metode inkuiri yang diyakini

72

membawa dampak pada hasil belajar biologi yang meningkat. Perbedaan

penelitian yang dilakukan dengan penelitian dari Sularmi ini terletak pada variabel

moderatornya yang tidak menggunakan motivasi belajar tetapi sikap ilmiah dan

kreativitas siswa.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran adalah arahan penalaran untuk

dapat sampai pada perumusan hipotesis. Prestasi belajar siswa merupakan

indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Selama ini

proses kegiatan belajar mengajar biologi di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo

terjadi beberapa masalah seperti prestasi belajar biologi rendah, sikap ilmiah siswa

rendah, kreativitas siswa rendah, KBM teoritis dan dogmatis sehingga akan

dilakukan perlakuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan upaya menerapkan

pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek dan inkuiri dengan ruang

lingkup penelitian seperti yang diterangkan dalam rumusan masalah sebagai

berikut:

1) Pendekatan pembelajaran biologi yang diterapkan pada materi Limbah dan

Daur Ulang di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dengan berbasis masalah

melalui metode proyek dan inkuiri. Diketahui bahwa, pada penerapan metode

proyek mempunyai kelebihan siswa akan terlibat keseluruhan mental dan

fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal

sekaligus dalam proses mendapatkan pengetahuan tersebut dan kelemahan

metode ini siswa dituntut mampu mengembangkan otak kanan maupun kiri

73

secara seimbang sehingga jika siswa tidak mampu mengelola maka proses

pemerolehan pengetahuan akan kurang maksimal. Sedangkan penerapan

metode inkuiri mempunyai kelebihan membantu perkembangan siswa antara

lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan

vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif

sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa, memungkinkan siswa dapat

menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website,

televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya terhadap

konsep-konsep dalam materi Limbah dan Daur Ulang dan kelemahan metode

ini jika siswa tidak terbiasa dengan proses berpikir ilmiah, siswa akan semakin

bingung. Disatu sisi karakteristik materi Limbah dan Daur ulang menuntut

pembelajaran yang kontekstual, melibatkan banyak sumber belajar baik

lingkungan maupun media informasi, melibatkan banyak konsep yang

membutuhkan memori serta kemampuan membuat produk. Dengan tuntutan

karakter materi seperti tersebut, maka peneliti menggunakan metode proyek

dan inkuiri pada proses pembelajaran Limbah dan Daur Ulang karena

memiliki karakter yang sama sehingga diharapkan mampu meningkatkan

prestasi belajar dan diduga bahwa penerapan metode inkuiri akan berdampak

pada prestasi belajar yang lebih bagus daripada dengan metode proyek.

2) Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada

materi Limbah dan Daur Ulang akan diteliti oleh peneliti. Alasan yang

mendasari sikap ilmiah dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa

keberhasilan penguasaan materi Limbah dan Daur Ulang ini salah satunya

74

ditentukan oleh faktor tinggi rendahnya sikap ilmiah karena karakteristik

materi ini mengharuskan siswa melakukan proses ilmiah seperti: observasi,

mencatat data pengamatan, eksperimen, kesimpulan, membuat laporan dan

sebagainya. Maka sesuai dengan karakteristik materinya tersebut dapat diduga

bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi akan menghasilkan prestasi

belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa mempunyai sikap ilmiah rendah maka

hasil belajarnya juga akan rendah.

3) Pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi pada

materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang mendasari

kreativitas dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa keberhasilan

penguasaan materi Limbah dan Daur Ulang ini salah satunya ditentukan juga

oleh faktor tinggi rendahnya kreativitas, maka sesuai dengan karakteristik

materinya yang menuntut adanya proses observasi, membuat produk dari daur

ulang limbah, membuat laporan dan mempresentasikannya. Untuk itu, dalam

penelitian ini peneliti menduga bahwa siswa yang mempunyai kreativitas

tinggi akan menghasilkan prestasi belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa

mempunyai kreativitas rendah maka hasil belajarnya juga akan rendah..

4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh

peneliti. Alasan yang mendasari adalah bahwa pada penerapan metode proyek

dan inkuiri mempunyai relevansi dengan sikap ilmiah karena pada sintak

kegiatan pembelajarannya seperti observasi, mencatat hasil observasi,

membahas dan membuat laporan, presentasi serta diskusi. Sehingga bisa

75

ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri mempunyai interaksi dengan

sikap ilmiah dan harapannya bisa meningkatkan prestasi belajar biologi materi

limbah dan daur ulang.

5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh

peneliti. Alasan yang mendasari adalah bahwa pada penerapan metode proyek

dan inkuiri mempunyai relevansi dengan kreativitas karena pada sintak

kegiatan pembelajarannya seperti proses observasi, membuat produk dari daur

ulang limbah, membuat laporan dan mempresentasikannya. Sehingga bisa

ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri mempunyai interaksi dengan

kreativitas siswa dan harapannya bisa meningkatkan prestasi belajar biologi

materi limbah dan daur ulang.

6) Interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar

biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang diteliti oleh peneliti. Alasan yang

mendasari adalah bahwa kedua variabel moderator yaitu sikap ilmiah dan

kreativitas siswa mempunyai interaksi yang bisa meningkatkan prestasi belajar

biologi materi limbah dan daur ulang.

7) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar biologi diteliti oleh peneliti. Alasan yang

mendasari adalah pada penerapan metode proyek dan inkuiri mempunyai

relevansi dengan variabel moderator berupa sikap ilmiah dan kreativitas siswa.

Sehingga bisa ditebak bahwa antara metode proyek dan inkuiri jika diterapkan

dalam pembelajaran biologi akan menghasilkan interaksi dengan sikap ilmiah

76

dan kreativitas siswa serta diduga yang mempunyai sikap ilmiah dan

kreativitas tinggi bisa meningkat prestasi belajarnya

Berdasarkan argumen di atas, maka peneliti mencoba menerapkan

pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam KBM biologi melalui metode

proyek dan inkuiri dalam rangka mengatasi masalah seperti yang tersebut di atas

agar hasil belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang meningkat. Adapun

arahan kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.

Butuh solusi dan inovasi Kajian Teori

Merancang Pelaksanaan pembelajaran

Metode Proyek Metode Inkuiri

Muncul Masalah dalam pembelajaran:

Prestasi belajar biologi rendah, Sikap ilmiah siswa rendah, Kreativitas siswa dan KBM teoritis, dogmatis

Menerapkan pembelajaran biologi dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL) melalui metode proyek dan inkuiri dalam KBM

Prestasi Belajar Biologi meningkat

77

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dibahas pada bagian sebelumnya dan

kerangka berpikir dalam penelitian ini, ternyata bahwa pembelajaran berbasis

masalah (PBL) dapat membelajarkan siswa secara optimal, karena semua

komponen dari PBL yaitu kontekstual, learning to learn, doing science, bersifat

interdisiplin, pengajuan pertanyaan atau masalah, penyelidikan autentik,

menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, dan kerjasama yang dilakukan

oleh siswa dalam suasana kondusif, nyaman dan menyenangkan, bisa membangun

kecerdasan siswa secara utuh. Kondisi ini secara langsung akan berpengaruh

terhadap kemampuan kreativitas dan sikap ilmiah siswa, sehingga hipotesis

penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan pembelajaran biologi materi limbah dan daur ulang melalui metode

proyek menghasilkan prestasi belajar yang lebih rendah dibanding melalui

metode inkuiri.

2. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mempunyai hasil belajar biologi

materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi dibandingkan siswa yang

mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah.

3. Siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mempunyai hasil

belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi dibandingkan

siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas rendah.

4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

78

5. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

6. Terdapat interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dan

kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan

Daur Ulang.

79

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah

1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Lokasi sekolah berada di jalan Batoro

Katong nomor 6B, Ponorogo, Propinsi Jawa Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran

2008/2009 yaitu pada bulan Januari 2009 sampai Mei 2009 dengan jadwal

penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun 2009 / 2010 ja

n feb apr me

i jun jul ags sep okt no

v Jan

1 Pengajuan Judul V 2 Penyusunan Usulan

Penelitian V

3 Perbaikan Usulan Penelitian

V

4 Perizinan V 5 Penyusunan Instrumen

Penelitian V

6 Penyebaran Instrumen dan Pengambilan Data

V V

7 Analisa dan Pengolahan Data

V V V V V

8 Penyusunan Laporan Lengkap

V

9 Ujian (sidang) Tesis V 10 Revisi V

80

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 yang melibatkan dua kelompok eksperimen

tanpa melibatkan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen pertama diberi metode

proyek dan kelompok eksperimen kedua diberi metode inkuiri. Kedua kelompok

eksperimen tersebut diasumsikan homogen dalam segala segi yang relevan,

dengan penyebaran normal dan hanya berbeda dalam penerapan metode

pembelajaran. Waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan proses belajar

mengajar diasumsikan sama. Hasil dari kedua kelompok kelas eksperimen

tersebut dikaji dan dibandingkan, mana yang lebih baik dan tepat dari kedua

model pembelajaran tersebut.

C. Rancangan dan Variabel Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan pengaruh antara penerapan metode pembelajaran proyek

dan metode pembelajaran Inkuiri terhadap prestasi belajar biologi ditinjau dari

sikap ilmiah dan kreativitas siswa pada materi pembelajaran Limbah dan Daur

Ulang. Dengan memperhatikan variabel yang terlibat dan untuk mencapai tujuan,

maka rancangan yang digunakan adalah faktorial 2 x 2 x 2. Rancangan tersebut

adalah sebagai berikut :

81

Tabel 3.2 Rancangan desain faktorial penelitian 2 x 2 x 2

Pembelajaran Berbasis Masalah

(A)

Metode Proyek

(A 1)

Metode Inkuiri

(A 2)

Sikap Ilmiah

(B)

Tinggi

(B 1)

Rendah

(B 2)

Tinggi

(B 1)

Rendah

(B 2)

Tinggi

(C 1) A 1B 1C 1 A 1B 2C 1 A 2B 1C 1 A 2B 2C 1

Kreativitas

(C) Rendah

(C 2) A 1B 1C 2 A 1B 2C 2 A 2B 1C 2 A 2B 2C 2

Keterangan:

A 1 = Pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek

A 2 = Pembelajaran berbasis masalah melalui inkuiri

B 1 = Kemampuan sikap ilmiah tinggi

B 2 = Kemampuan sikap ilmiah rendah

C 1 = Kreativitas siswa tinggi

C 2 = Kreativitas siswa rendah

A 1B 1C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode proyek yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas tinggi.

A 1B 2C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode proyek yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah

dan kreativitas tinggi.

82

A 2B 1C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas tinggi.

A 2B 2C 1 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah

dan kreativitas tinggi.

A 1B 1C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas rendah.

A 1B 2C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah

dan kreativitas rendah.

A 2B 1C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas rendah.

A 2B 2C 2 = Kelompok siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah melalui

metode inkuiri yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah

dan kreativitas rendah.

2. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

Variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

pembelajaran.

83

1) Definisi operasional

Metode Pembelajaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2) Pembelajaran yang digunakan dengan dua kategori yaitu :

a) Pembelajaran metode Inkuiri.

b) Pembelajaran metode Proyek.

3) Skala pengukuran : nominal

b. Variabel Terikat.

Variabel terikat dalam penelitian adalah prestasi belajar biologi pada

materi Limbah dan Daur Ulang.

1) Definisi operasional

Prestasi belajar biologi adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran biologi.

Domain kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui

kemampuan intelektual dan memiliki karakteristik seperti memahami informasi,

mengorganisasi jawaban dan mengevaluasi informasi serta tindakan.

2) Skala pengukuran : interval

3) Indikator : Nilai tes prestasi pada pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang.

c. Variabel Moderator / Atribut.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan sikap

ilmiah siswa. Kreativitas yang telah dimiliki sebelum memperoleh pengetahuan

baru yang lebih tinggi dan sikap ilmiah adalah hasrat ingin tahu, teliti, obyektif,

84

terbuka, rendah hati, jujur dalam mengambil data research. Sikap ilmiah siwa

diberikan angket sebelum anak melakukan research.

Skala pengukuran: Interval yang dipandang nominal dengan 2 kategori

yaitu Kreativitas dan sikap ilmiah kategori tinggi serta kreativitas dan sikap

ilmiah kategori rendah. Indikator : Skor siswa yang lebih besar atau sama dengan

mean skor sikap ilmiah dan kreativitas dikategorikan memiliki tingkat sikap

ilmiah dan kreativitas tinggi. Sedangkan yang lebih kecil dari mean dikategorikan

memiliki sikap ilmiah dan kreativitas rendah.

D. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik

“Cluster random sampling” yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan

unsur kelas atau kelompok yang terdapat dalam populasi (Arief Furchan, 2007).

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang telah

ditetapkan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1998:57), ”populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pelajaran 2008/2009. Terdapat 6 kelas

dengan jumlah siswa seluruhnya 210 siswa. Peneliti menentukan populasi di kelas

X dengan pertimbangan : 1) peneliti mengajar Biologi di kelas X, 2) semua kelas

X mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian, 3) peneliti

memahami karakteristik dan kondisi pembelajaran di kelas X, 4) siswa kelas X

dimungkinkan mempunyai tingkat penguasaan materi yang tidak jauh berbeda.

85

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998), sampel adalah ”sebagian atau wakil

populasi yang akan diteliti”. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas yaitu

kelas X.3 dan X.4 sebanyak 64 siswa yang terbagi atas dua kelas yaitu kelas

eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan metode proyek sebanyak 32

siswa, dan kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan metode inkuiri

sebanyak 32 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dari variabel-variabel yang diteliti digunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data yang bersifat dokumenter atau

catatan yang telah ada. Teknik ini digunakan untuk mengetahui data sekolah dan

identitas siswa antara lain: nama siswa, dan kemampuan siswa yaitu nilai tes

siswa.

2. Metode tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan

untuk mengukur ketrampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi, 1998). Metode tes ini

penulis gunakan untuk menentukan kemampuan atau prestasi belajar siswa

sebagai bahan laporan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

86

Prestasi belajar siswa dalam mengerjakan soal materi pokok Limbah dan Daur

Ulang sebanyak 25 soal pilihan ganda dengan lima option jawaban.

3. Metode Angket

Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket tertutup

merupakan angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawaban diberikan

dengan membubuhkan tanda tertentu. Daftar pernyataan atau pertanyaan disusun

dengan disertai alternatif jawaban, responden diminta untuk memilih salah satu

jawaban dari alternatif yang sudah disediakan. Angket ini digunakan untuk

memperoleh data tentang kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi :

1. Silabus mata pelajaran biologi kelas X semester genap tahun pelajaran

2008/2009 yang terdapat pada lampiran 1.

Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang meliputi materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

2. Perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik

untuk metode Proyek dan Metode Inkuiri yang terdapat pada lampiran 2

sampai dengan lampiran 5. Rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri atas

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi

pokok dan kegiatan belajar mengajar.

87

3. Instrumen pengambilan data terdiri dari dua yaitu:

a) Tes prestasi belajar dalam bentuk obyektif tes

Metode tes yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang

prestasi belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan metode proyek dan

Inkuiri. Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a)

merumuskan konsep dasar yaitu tentang materi Limbah dan Daur Ulang, b)

membuat kisi-kisi soal berdasarkan tujuan pembelajaran, c) membuat butir soal

tes, d) validasi isi butir soal, e) revisi butir soal, f) uji coba tes.

Soal untuk tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang untuk

ujicoba validitasnya sebelum di eksperimenkan sebanyak 40 soal. Adapun kisi-

kisi soal untuk tes terdapat pada lampiran 6.

b) Angket digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan sikap ilmiah

dan kreativitas siswa terhadap pembelajaran.

Pemberian angket digunakan untuk mendapatkan informasi tentang

kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Penyusunan

angket dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) merumuskan konsep dasar,

konsep dasar adalah pengertian yang dijadikan landasan dalam pembahasan

ilmiah. Konsep dasar dalam penyusunan angket ini adalah pengertian intensitas

belajar kelompok dan respon terhadap pembelajaran, b) membuat kisi-kisi angket

berdasarkan indikator yang telah dirumuskan, c) membuat angket yang terdiri dari

petunjuk pengisian dan butir-butir angket, d) validasi butir angket, e) revisi butir

angket, f) uji coba angket.

88

Instrumen pengukuran sikap ilmiah dan kreativitas berupa angket

pernyataan. Angket adalah suatu daftar pernyataan yang berisi subyek dan aspek-

aspek yang akan diamati. Angket tersebut akan diisi oleh responden, maka siswa

harus merespon pernyataan-pernyataan dalam angket. Kisi-kisi dan angket di

lampiran 8, 9, 10, 11. Pada angket tersebut menyediakan jawaban dalam lima

kriteri untuk soal + (positif) yaitu: selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3,

kadang-kadang dengan skor 2, jarang dengan skor 1, tidak pernah dengan skor 0.

Sedangkan untuk soal – (negatif) yaitu: selalu dengan skor 0, sering dengan skor

1, kadang-kadang dengan skor 2, jarang dengan skor 3, dan tidak pernah dengan

skor 4.

4. Instrumen penilaian

Yang merupakan kumpulan dari aspek penilaian berupa nilai tes prestasi

belajar materi Limbah dan Daur Ulang.

G. Uji Coba Instrumen Untuk Pengambilan Data

Untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian,

maka instrumen ditinjau dari beberapa aspek kelayakan masing-masing, yaitu:

a. Instrumen tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang.

1) Validitas Item

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen

dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi

89

apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil

ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.

Validitas item soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product

moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah:

r xy = ( )( )2222 )()(

)(

yynxxn

yxxyn

å-åå-å

åå-å

Keterangan :

rxy = Korelasi product moment Pearson antara skor item

pertanyaan dan skor tiap responde

n = Jumlah sampel

x = Nilai/skor tiap item soal

y = Nilai/skor tiap responden

xyå = Jumlah (x) (y)

Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi

product moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan

valid apabila rxy ≥ rtabel. Kriteria validitas rxy adalah :

Tabel 3.3 Interpretasi kriteria validitas

Nilai rxy Interpretasi

0,91-1,00

0,71-0,90

0,41-0,70

0,21-0,40

Negatif-0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

( Masidjo, 1995: 242-246)

90

Berdasarkan hasil uji coba maka dari 40 item soal yang diujicobakan

terdapat 26 item soal yang valid dan 14 item soal yang tidak valid. Dari 26 soal

yang valid tersebut akhirnya dibuang 1 soal dan hanya diambil 25 soal untuk

dieksperimenkan dalam penelitian selanjutnya. Pengambilan 25 soal didasarkan

atas pertimbangan: bahwa ke 25 soal telah mewakili indikator dan tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan berdasarkan analisis kurikulum, jika 26 soal

yang valid tersebut dipakai semua akan menyebabkan tidak normatifnya soal dan

mempersulit dalam penilaian. Perhitungan selengkapnya untuk nilai validitas item

soal uji coba terdapat pada lampiran 13.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal.

Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat

memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas

suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien

reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini

digunakan rumus KR-20, yaitu:

rtt = úû

ùêë

é å-÷øö

çèæ

- 2

2

1 St

pqStn

n

st = ( )22 )(1

XXNn

å-å

r11 = úû

ùêë

é å-ú

û

ùêë

é- 2

2

1)1( t

b

kk

ss

Keterangan:

rtt = Koefisien reliabilitas

91

n = Jumlah item

St = Standar deviasi

P = Proporsi subjek yang menjawab benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1)

N = Jumlah siswa

X = skor

Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan

tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel.

Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi

(nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi koefisien korelasi

Nilai r Interpretasi

0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Masidjo, 1995 : 233)

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,797 berarti reliabilitas tes

yang digunakan termasuk kategori tinggi. Berarti item soal yang telah

diujicobakan tersebut layak untuk digunakan dalam eksperimen lebih lanjut.

Perhitungan selengkapnya nilai reliabilitas terdapat pada lampiran 14.

3) Uji Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu

bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran

adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang

92

diperoleh dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item soal.

Besarnya indeks kesukaran item soal berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.

Indeks kesukaran dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IK = maxNxS

B

Keterangan : IK = Indeks kesukaran soal

B = Jumlah siswa yang menjawab dengan benar

N = Kelompok siswa

Smax = Skor maksimal

Dari hasil perhitungan didapatkan untuk nilai indeks kesukaran/IK = 0,768

berarti indeks kesukaran item soal tes prestasi belajar untuk materi Limbah dan

Daur Ulang yang digunakan termasuk kategori mudah. Hasil perhitungannya pada

tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Hasil perhitungan indek kesukaran soal ujicoba No B JS P Kategori 1 35 40 0.875 Md 2 29 40 0.725 Md 3 24 40 0.6 Sd 4 10 40 0.25 Sk 5 30 40 0.75 Md 6 35 40 0.875 Md 7 31 40 0.775 Md 8 34 40 0.85 Md 9 32 40 0.8 Md 10 35 40 0.875 Md 11 29 40 0.725 Md 12 17 40 0.425 Sd 13 35 40 0.875 Md 14 33 40 0.825 Md 15 31 40 0.775 Md 16 31 40 0.775 Md 17 31 40 0.775 Md 18 28 40 0.7 Sd 19 31 40 0.775 Md

93

20 26 40 0.65 Sd 21 12 40 0.3 Sk 22 33 40 0.825 Md 23 35 40 0.875 Md 24 33 40 0.825 Md 25 32 40 0.8 Md 26 16 40 0.4 Sk 27 8 40 0.2 SkS 28 32 40 0.8 Md 29 11 40 0.275 Sk 30 17 40 0.425 Sd 31 13 40 0.325 Sk 32 20 40 0.5 Sd 33 28 40 0.7 Sd 34 30 40 0.75 Md 35 34 40 0.85 Md 36 30 40 0.75 Md 37 33 40 0.825 Md 38 35 40 0.875 Md 39 35 40 0.875 Md 40 32 40 0.8 Md

4) Uji Taraf Pembeda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah, yang

besarnya ditunjukkan dengan indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi adalah

angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, besarnya antara 0,10 sampai

1,00. Seluruh peserta tes dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu antara atas dan

bawah. Siswa-siswa yang tergolong kelompok atas adalah siswa-siswa yang

memiliki skor tinggi, sedangkan siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah

adalah siswa-siswa yang memiliki skor rendah.

Untuk menentukan siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (NKA) atau

kelompok bawah (NKB), diambil kira-kira 25 % atau 27 % dari jumlah siswa

94

suatu kelompok (apabila kelompok itu besar = N ≥ 100) atau 50 % (apabila

kelompok kecil = N < 100).

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

ID = maxxSatauNKNK

KK

BA

BA -

Keterangan :

ID = Indeks Diskriminasi

KA = Jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

KB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab dengan benar

Smax = Skor maksimal

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai daya pembeda bahwa, dari empat

puluh soal yang diujicobakan maka dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kategori daya beda empat puluh soal yang diujicobakan

Daya Beda Soal KA KB JA JB ID Kategori 18 17 18 18 0.056 Jelek 16 13 18 18 0.167 Jelek 15 9 18 18 0.333 Cukup 8 2 18 18 0.333 Cukup 18 12 18 18 0.333 Cukup 18 17 18 18 0.056 Jelek 18 13 18 18 0.278 Cukup 18 16 18 18 0.111 Jelek 17 15 18 18 0.111 Jelek 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 11 18 18 0.389 Cukup 12 5 18 18 0.389 Cukup 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 15 18 18 0.167 Jelek 18 13 18 18 0.278 Cukup 18 13 18 18 0.278 Cukup 17 14 18 18 0.167 Jelek 17 11 18 18 0.333 Cukup

95

18 13 18 18 0.278 Cukup 16 10 18 18 0.333 Cukup 4 8 18 18 -0.222 Drop 18 15 18 18 0.167 Jelek 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 15 18 18 0.167 Jelek 18 14 18 18 0.222 Cukup 10 6 18 18 0.222 Cukup 5 3 18 18 0.111 Jelek 16 16 18 18 0.000 Drop 8 3 18 18 0.278 Cukup 9 8 18 18 0.056 Jelek 10 3 18 18 0.389 Cukup 13 7 18 18 0.333 Cukup 16 12 18 18 0.222 Cukup 17 13 18 18 0.222 Cukup 18 16 18 18 0.111 Jelek 17 13 18 18 0.222 Cukup 15 18 18 18 -0.167 Drop 17 18 18 18 -0.056 Drop 17 18 18 18 -0.056 Drop 18 14 18 18 0.222 Cukup

b. Instrumen pengukuran sikap ilmiah

1) Validitas Item

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen

dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi

apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil

ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.

Validitas item soal pernyataan dihitung dengan menggunakan rumus

korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah:

r xy = ( )( )2222 )()(

)(

yynxxn

yxxyn

å-åå-å

åå-å

96

Keterangan :

rxy = Korelasi product moment Pearson antara skor item

pertanyaan dan skor tiap responde

n = Jumlah sampel

x = Nilai/skor tiap item soal

y = Nilai/skor tiap responden

xyå = Jumlah (x) (y)

Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi

product moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan

valid apabila rxy ≥ rtabel. Kriteria validitas rxy adalah :

Tabel 3.7 Interpretasi kriteria validitas

Nilai rxy Interpretasi 0,91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

( Masidjo, 1995: 242-246)

Berdasarkan hasil uji coba maka dari 36 item soal yang diujicobakan

terdapat 25 item angket pernyataan yang valid dan 11 item angket pernyataan

yang tidak valid. Setelah dilakukan analisis dan tinjauan kesesuaian dengan

indikator yang telah dibuat oleh peneliti, bahwa duapuluh lima pernyataan tentang

sikap ilmiah yang valid tersebut telah mewakili indikator dan tujuan yang telah

ditentukan dalam kisi-kisi. Sehingga ke duapuluh lima pernyataan tersebut

digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 17.

97

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal.

Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat

memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas

suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien

reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini

digunakan rumus KR-20, yaitu:

rtt = úû

ùêë

é å-÷øö

çèæ

- 2

2

1 St

pqStn

n

st = ( )22 )(1

XXNn

å-å

r11 = úû

ùêë

é å-ú

û

ùêë

é- 2

2

1)1( t

b

kk

ss

Keterangan:

rtt = Koefisien reliabilitas

n = Jumlah item

St = Standar deviasi

P = Proporsi subjek yang menjawab benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1)

N = Jumlah siswa

X = skor

Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan

tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel.

98

Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi

(nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.8 Interpretasi koefisien korelasi

Nilai r Interpretasi

0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Masidjo, 1995)

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,839 berarti reliabilitas angket

sikap ilmiah yang digunakan termasuk kategori tinggi. Perhitungan selengkapnya

pada lampiran 18.

c. Instrumen pengukuran kreativitas

1) Validitas Item angket kreativitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen

dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi

apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil

ukur, yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.

Validitas item soal pernyataan dihitung dengan menggunakan rumus

korelasi product moment dari Karl Pearson. Rumusnya adalah:

r xy = ( )( )2222 )()(

)(

yynxxn

yxxyn

å-åå-å

åå-å

Keterangan :

rxy = Korelasi product moment Pearson antara skor item

99

pertanyaan dan skor tiap responde

n = Jumlah sampel

x = Nilai/skor tiap item soal

y = Nilai/skor tiap responden

xyå = Jumlah (x) (y)

Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product

moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal dinyatakan valid

apabila rxy ≥ rtabel.

Berdasarkan hasil uji coba maka dari 40 item soal yang diujicobakan

terdapat 30 item angket pernyataan kreativitas yang valid dan 10 item angket

pernyataan kreativitas yang tidak valid. Setelah dilakukan review dapat diketahui

bahwa 30 item angket pernyataan kreativitas yang valid tersebut telah mewakili

indikator dan tujuan seperti pada kisi-kisi yang telah dibuat. Perhitungan

selengkapnya terdapat pada lampiran 19.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal.

Realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat

memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas

suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien

reliabilitas. Untuk menguji masing-masing item pada tes dalam penelitian ini

digunakan rumus KR-20, yaitu:

rtt = úû

ùêë

é å-÷øö

çèæ

- 2

2

1 St

pqStn

n

100

st = ( )22 )(1

XXNn

å-å

r11 = úû

ùêë

é å-ú

û

ùêë

é- 2

2

1)1( t

b

kk

ss

Keterangan:

rtt = Koefisien reliabilitas

n = Jumlah item

St = Standar deviasi

P = Proporsi subjek yang menjawab benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1)

N = Jumlah siswa

X = skor

Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan

tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11≥ rtabel.

Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi

(nilai r) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.9 Interpretasi koefisien korelasi

Nilai r Interpretasi

0.91-1,00 0,71-0,90 0,41-0,70 0,21-0,40 Negatif-0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Masidjo, 1995)

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rtt = 0,797 berarti reliabilitas angket

kreativitas yang digunakan termasuk dalam kategori tinggi. Perhitungan

selengkapnya terdapat pada lampiran 20.

101

H. Analisis Data

1. Prasyarat Analisis

Pada saat penelitian terdapat beberapa persyaratan sebelum melakukan

kegiatan penelitian tersebut, yaitu melakukan uji normalitas. Persyaratan tersebut

harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat yang setelah

sudah dipastikan bahwa sampel berdistribusi normal maka uji selanjutnya yaitu uji

homogenitas. Sehingga dalam uji prasyarat analisis ini terdapat dua uji untuk

memeriksa baik atau tidaknya sampel yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

1) Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas

X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji

Lo = 0,142 yang harga kritis untuk n = 2,558 dengan taraf signifikansi (a = 5%

yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi

yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam

lampiran 25.

2) Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas

X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji

Lo = 0,125 yang harga kritik untuk n = 1,963 dengan taraf signifikansi (a = 5%

yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi

yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen

102

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam

lampiran 26.

3) Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai dari sikap ilmiah siswa

kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga

statistik uji Lo = 0,114 yang harga kritik untuk n = 10,157 dengan taraf

signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak

berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk

kelompok eksperimen kelas X.3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 27.

4) Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas

X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji

Lo = 0,085 yang harga kritis untuk n = 4,479 dengan taraf signifikansi (a = 5%

yaitu Ltab =0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang

berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam

lampiran 28.

5) Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.3

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai kreativitas siswa kelas X.3

yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo =

0,118 yang harga kritik untuk n = 13,275 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu

Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang

103

berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran

29.

6) Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.4

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors siswa kelas X.4 yang diajar

dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,112 yang

harga kritik untuk n = 7,115 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157).

Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 30.

b. Uji Homogenitas

Setelah peneliti melakukan uji normalitas, maka uji selanjutnya adalah uji

homogenitas. Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan sampel yang berasal dari

populasi tertentu. Dalam penelitian eksperimen menggunakan dua kelas (X.3 dan

X.4) dengan tinjauan dari aspek sikap ilmiah dan kreativitas siswa ini, uji

homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett.

Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat dari perhitungan pada tabel

3.10 berikut.

104

Tabel 3.10 Hasil Uji homogenitas data penelitian

Pembelajaran Berbasis Masalah

Metode Proyek (A1) Metode Inkuiri (A2)

Sikap

Ilmiah (B)

Tinggi

(B1)

Rendah

(B2)

Tinggi

(B1)

Rendah

(B2)

Tinggi

(C1) N 8 8 7 9

rata2 19.000 17.125 22.571 20.889

sd 1.690 1.727 2.070 0.782

Kreativitas

(C)

rendah(C2) N 8 8 12 4

rata2 16.875 16.875 20.250 17.750

sd 4.086 1.885 1.357 1.500

Tabel Perhitungan Homogenitas

Sv Dk s2i dk s2i log(s2i)

Dk

log(s2i)

A1B1C1 7 2.857 20.000 0.456 3.192

A1B1C2 7 16.696 116.875 1.223 8.558

A1B2C1 7 2.982 20.875 0.475 3.322

A1B2C2 7 3.554 24.875 0.551 3.855

A2B1C1 6 4.286 25.714 0.632 3.792

A2B1C2 11 1.841 20.250 0.265 2.915

A2B2C1 8 0.611 4.889 -0.214 -1.711

A2B2C2 3 2.250 6.750 0.352 1.057

TOTAL 56 240.228 24.979

s2total 4.290

B 35.416

χ2 1.019

χ2tabel χ20,95;7 14.067

Tes homogen

105

Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett di atas

menunjukkan bahwa nilai X2hitung = 1,019 yang tidak melebihi pada taraf

signifikansi a = 5%, dk= 56 yaitu X2tab = 14,067. Ternyata Fhitung lebih kecil

daripada Ftabel (1,019 < 14,067). Dengan demikian Ho yaitu sampel kelas yang

digunakan dalam penelitian tidak berasal dari populasi yang homogen ditolak,

maka sampel untuk kelas yang digunakan sebagai eksperimen (kelas X.3 dan X.4)

berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji tersebut tersaji selengkapnya dalam

lampiran 31.

2. Uji hipotesis

a) Uji Anava

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar variabel bebas (metode

proyek dan metode inkuiri) terhadap variabel terikat (prestasi belajar biologi

materi Limbah dan Daur Ulang) digunakan teknik analisis dengan uji Anava tiga

jalan. Perhitungan Uji Anava dari data yang telah didapat dengan menggunakan

program digital software SPSS 16.0 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 32. Untuk rangkuman hasil ANAVA dapat dilihat pada tabel 3.11

berikut.

106

Tabel 3.11 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel penelitian.

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Corrected Model

251.334a 7 35.905 8.339 .000

Intercept 21307.778 1 21307.778 4.949E3 .000

Kelas 105.501 1 105.501 24.504 .000

Si 44.201 1 44.201 10.266 .002

Kr 69.778 1 69.778 16.207 .000

Kelas * si 1.887 1 1.887 .438 .511

Kelas * kr 4.493 1 4.493 1.044 .311

si * kr 3.435 1 3.435 .798 .376

Kelas * si * kr 11.705 1 11.705 2.719 .105

Error 241.103 56 4.305

Total 23978.000 64

Corrected Total

492.437 63

a. R Squared = ,510 (Adjusted R Squared = ,449)

No Sumber variansi F Signifikans

i

Kesimpulan

1 Metode 24.504 .000 H0 ditolak

2 Sikap ilmiah 10.266 .002 H0 ditolak

3 Kreativitas 16.207 .000 H0 ditolak

4 Metode* sikap ilmiah .438 .511 H0 diterima

5 Metode* kreativitas 1.044 .311 H0 diterima

6 Sikap ilmiah* kreativitas

.798 .376 H0 diterima

7 Metode* si kap ilmiah* kreativitas

2.719 .105 H0 diterima

Sumber terdapat pada lampiran 32.

107

Berdasarkan hasil uji anava diatas dapat disimpulkan keputusan uji

hipotesis sebagai berikut:

1. H0 1 ditolak berarti: ada pengaruh perbedaan metode mengajar terhadap hasil

belajar siswa.

2. H0 2 ditolak : ada pengaruh sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa

3. H0 3 ditolak : ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar siswa

4. H0 4 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap

ilmiah terhadap hasil belajar siswa.

5. H0 5 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan

kreativitas terhadap hasil belajar siswa.

6. H0 6 diterima : tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap

hasil belajar siswa.

7. H0 8 diterima : tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap

ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa.

b) Uji Lanjut Anava

Menurut Budiyono (2004:57) bahwa uji lanjut digunakan untuk

menentukan sejauhmana perbedaan atau interaksi antara dua atau tiga variabel

yang dibandingkan. Dalam penelitian ini terdapat empat rumusan masalah yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara dua variabel atau lebih

yaitu:

1) Pada rumusan masalah nomor empat: Apakah terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar biologi pada

108

materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang

menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap

ilmiah siswa ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima

maka tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya.

2) Pada rumusan masalah nomor lima: Apakah terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada

materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang

menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas

siswa ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka

tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya.

3) Pada rumusan masalah nomor enam: Apakah terdapat interaksi antara sikap

ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi pada materi

Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji anava, H0 yang menyatakan

tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar ternyata menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka

tidak dilakukan uji lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya.

4) Pada rumusan masalah nomor tujuh: Apakah terdapat interaksi antara metode

pembelajaran dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil uji

anava, H0 yang menyatakan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran

dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar ternyata

menghasilkan kesimpulan H0 diterima. Jika diterima maka tidak dilakukan uji

lanjut karena jelas tidak ada nilai interaksinya

109

Sedangkan pada rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga hanya

melibatkan pengaruh satu variabel saja dan tidak mencaritahu ada tidaknya

interaksi antar variabel yaitu:

1) Pada hipotesis H01 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa metode

proyek (metode A) mendapat nilai rerata = 17.688 sedangkan metode inkuiri

(metode B) mendapat nilai rerata = 20.365, sehingga kesimpulannya metode

inkuiri (B) jelas berpengaruh lebih signifikan daripada metode proyek (A) dan

nilai signifikansinya dapat dilihat dari hasil rerata yang didapat dua metode di

atas. Karena nilai signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil

rerata yaitu 20.365 berbanding 17.688 dan H1 diterima, maka tidak dilakukan

uji lanjut.

2) Pada hipotesis H02 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa bahwa

siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi mendapat nilai rerata = 19.893

sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah mendapat nilai rerata =

18.160, sehingga kesimpulannya siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi

jelas mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap prestasi belajar

daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah dan nilai signifikansinya

dapat dilihat dari hasil rerata yang didapat dari sikap ilmiah tinggi dan rendah

di atas. Karena nilai signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil

rerata 19.893 : 18.160 dan H1 diterima, maka tidak dilakukan uji lanjut.

3) Pada hipotesis H03 berdasarkan uji anava didapatkan hasil bahwa siswa yang

mempunyai kreativitas tinggi mendapat nilai rerata = 20.115 sedangkan siswa

yang mempunyai kreativitas rendah mendapat nilai rerata = 17.938, sehingga

110

kesimpulannya siswa yang mempunyai kreativitas tinggi jelas mempunyai

pengaruh yang lebih signifikan terhadap prestasi belajar daripada siswa yang

mempunyai kreativitas rendah dan nilai signifikansinya dapat dilihat dari hasil

rerata yang didapat dari kreativitas tinggi dan rendah di atas. Karena nilai

signifikansinya sudah jelas berdasarkan perbedaan hasil rerata 20.115 : 17.938

dan H1 diterima, maka tidak dilakukan uji lanjut.

111

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Data

Pada bab ini akan disajikan data yang diperoleh dari penelitian yang telah

dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Pada bab ini juga akan disajikan

tentang deskripsi data penelitian dan keputusan uji hasil penelitian.

Hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1)

data nilai tes prestasi hasil belajar siswa, (2) data skor kemampuan sikap ilmiah

siswa, (3) data skor kemampuan kreativitas siswa. Dari tiga data tersebut diambil

dua kelompok kelas yang akan diberi perlakuan eksperimen. Kelompok kelas

pertama disebut kelompok eksperimen yang menerapkan metode proyek dan

kelompok kelas kedua disebut kelompok eksperimen yang menerapkan metode

inkuiri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dua kelas, yaitu kelas X.3

dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009. Kelas

yang pertama X.3 diajar dengan menggunakan metode proyek dengan jumlah

siswa 32, sedangkan kelas yang kedua X.4 diajarkan dengan menggunakan

metode inkuiri dengan jumlah siswa 32. Data selengkapnya akan disajikan sebagai

berikut:

1. Nilai tes hasil belajar

Data nilai tes hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa ketika

mengerjakan soal obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang setelah siswa

mengalami perlakuan pembelajaran dengan metode yang telah dilakukan oleh

112

guru. Terdapat dua kelompok kelas yang memperoleh materi pokok Limbah dan

Daur Ulang dengan metode yang berbeda. Kelompok kelas eksperimen pertama

yaitu kelas X.3 yang diajar dengan menggunakan metode proyek sedangkan

kelompok kelas eksperimen yang kedua adalah kelas X.4 yang diajar dengan

menggunakan metode inkuiri. Berikut ini akan disajikan data nilai hasil tes belajar

dari kedua kelas eksperimen tersebut.

a) Data nilai tes hasil belajar untuk kelas eksperimen pertama yaitu X.3

Data nilai dari obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas

eksperimen pertama yaitu kelas X.3 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun

pelajaran 2008/2009 yang telah selesai diajar dengan menggunakan metode

proyek dapat didiskripsikan sebagai berikut: Hasil nilai tes prestasi belajar materi

Limbah dan Daur Ulang untuk kelas X.3 yang diajar dengan menggunakan

metode proyek didapatkan skor tertinggi untuk jawaban betul = 21 yang kemudian

dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 84 dan skor terendah untuk

jawaban betul = 9 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan

nilai 54. Dari skor tersebut dapat ditarik skor rata-rata kelas sebesar 16,688 atau

nilai rata-rata kelas sebesar = 66,75. (lampiran 21).

Sedangkan distribusi frekuensi pada kelompok eksperimen pertama yaitu

kelompok yang menggunakan metode proyek pada kelas X.3 disajikan pada tabel

4.1. Tabel tersebut telah disertai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif (%) yang

menunjukkan hasil belajar siswa menurut kriteria yang tercermin dalam bentuk

kelas interval.

113

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval

Interval Frekuensi

9-11 2

12-14 2

15-17 14

18-20 13

21-23 1

Total 32

Untuk memperjelas distribusi frekuensi tersebut maka disajikan histogram

dari masing-masing distribusi yaitu pada gambar 4.1 berikut:

Interval

2 2

1 41 3

10

2

4

6

8

1 0

1 2

1 4

1 6

9 s /d 1 1 1 2 s /d 1 4 1 5 s /d 1 7 1 8 s /d 20 21 s /d 23

Gambar 4.1 Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas X.3 yang diajar dengan metode proyek

b) Data nilai tes hasil belajar untuk kelas eksperimen pertama yaitu X.4

Data nilai dari obyektif tes materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas

eksperimen kedua yaitu kelas X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun

114

pelajaran 2008/2009 yang telah selesai diajar dengan menggunakan metode

inkuiri dapat didiskripsikan sebagai berikut:

Hasil nilai tes prestasi belajar materi Limbah dan Daur Ulang untuk kelas

X.4 yang diajar dengan menggunakan metode inkuiri didapatkan skor tertinggi

untuk jawaban betul = 25 yang kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga

menghasilkan nilai 100 dan skor terendah untuk jawaban betul = 17 yang

kemudian dikonversi ke nilai jadi sehingga menghasilkan nilai 68. Dari skor

tersebut dapat ditarik skor rata-rata kelas sebesar = 20,625 atau jika dikonversi

menjadi nilai rata-rata kelas sebesar = 82,5. Data selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 22. Sedangkan distribusi frekuensi pada kelompok eksperimen kedua

yaitu kelompok yang menggunakan metode inkuiri pada kelas X.4 disajikan pada

tabel 4.2 Tabel tersebut telah disertai frekuensi mutlak dan frekuensi relatif (%)

yang menunjukkan hasil belajar siswa menurut kriteria yang tercermin dalam

bentuk kelas interval.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi yang menunjukkan kelas interval

Interval Frekuensi

17-18 4

19-20 12

21-22 11

23-24 4

25-26 1

Total 32

Untuk memperjelas distribusi frekuensi tersebut maka disajikan diagram

blok dari masing-masing distribusi yaitu pada gambar 4.2.

115

Interval

4

1 21 1

4

10

2

4

6

8

1 0

1 2

1 4

1 7 s /d 1 8 1 9 s /d 20 21 s /d 22 23 s /d 24 24 s /d 26

Gambar 4.2. Histogram distribusi frekuensi nilai dari kelas yang diajar dengan metode inkuiri

2. Skor kemampuan sikap ilmiah

Hasil dari skor kemampuan sikap ilmiah diperoleh dari hasil angket yang

telah dijawab oleh siswa yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran

berlangsung dan hasil angket tersebut dapat dilihat secara terperinci pada lampiran

23 halaman 212. Hasil dari skor sikap ilmiah siswa selanjutnya dikategorikan

kedalam dua tingkatan , yaitu tinggi dan rendah. Sikap ilmiah dikategorikan tinggi

jika skornya diatas rata-rata, sedangkan dikategorikan rendah apabila skor

terhadap angket sikap ilmiah dibawah rata-rata, Untuk lebih lengkapnya data

angket sikap ilmiah pada kelas eksperimen pertama X.3 yang diberi perlakuan

dengan metode proyek dapat dilihat dari tabel 4.3 sedangkan kelas eksperimen

kedua X.4 yang diberi perlakuan dengan metode inkuiri dapat dilihat dari tabel

4.4. di bawah ini.

116

Tabel 4.3 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.3

Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori

Angket Sikap Ilmiah 32 54,5 Rendah

Tabel 4.4 Skor rata-rata sikap ilmiah siswa kelas X.4

Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori

Angket Sikap Ilmiah 32 53,75 Rendah

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata sikap ilmiah pada

kelas X.3 yang diajar menggunakan metode proyek adalah 54,5, sedangkan nilai

skor rata-rata sikap ilmiah pada kelas yang menggunakan metode inkuiri adalah

53,7. Berikut ini akan disajikan diagram batang yang menunjukkan perbandingan

rata-rata antara sikap ilmiah pada kelas dengan metode proyek dan pada kelas

dengan metode inkuiri.

Perbandingan Skor Sikap Ilmiah Kelas X.3 & X.4

53.2

53.4

53.6

53.8

54

54.2

54.4

54.6

Kelas X.3 Kelas X.4

Series1

Gambar 4.3 Histogram perbandingan nilai Sikap Ilmiah antara kelas X.3 dan X.4

117

Berdasarkan dari histogram diatas maka dapat dilihat bahwa skor sikap ilmiah

siswa pada kelas yang menggunakan metode proyek (kelas X.3) lebih tinggi

daripada skor sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan metode inkuiri

(X.4).

3. Skor kemampuan kreativitas

Hasil dari skor kemampuan kreativitas diperoleh dari hasil angket yang

telah dijawab oleh siswa yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran

berlangsung dan hasil angket tersebut dapat dilihat secara terperinci pada lampiran

24. Hasil dari skor kreativitas siswa selanjutnya dikategorikan kedalam dua

tingkatan, yaitu tinggi dan rendah. kreativitas dikategorikan tinggi jika skornya

diatas rata-rata, sedangkan dikategorikan rendah apabila skor terhadap angket

kreativitas dibawah rata-rata, Untuk lebih lengkapnya data angket kreativitas pada

kelas eksperimen pertama X.3 yang diberi perlakuan dengan metode proyek dapat

dilihat pada tabel 4.5 dan kelas eksperimen kedua X.4 yang diberi perlakuan

dengan metode inkuiri dapat dilihat pada tabel 4.6. di bawah ini.

Tabel 4.5 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.3

Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori

Angket Sikap Ilmiah 32 73,34 Baik

Tabel 4.6 Skor rata-rata kreativitas siswa kelas X.4

Jenis Penilaian Jumlah siswa Nilai rata-rata Kategori

Angket Sikap Ilmiah 32 69,87 Rendah

118

Berdasarkan pada hasil perhitungan, maka diperoleh data bahwa nilai skor

rata-rata kreativitas pada kelas yang menggunakan metode proyek adalah 73,34

sedangkan nilai skor rata-rata kreativitas pada kelas yang menggunakan metode

inkuiri adalah 69,87.

Berikut ini akan disajikan histogram yang menunjukkan perbandingan

rata-rata antara kreativitas pada kelas dengan metode proyek dan pada kelas

dengan metode inkuiri.

Perbandingan Skor Kreativitas Kelas X.3 & X.4

68

69

70

71

72

73

74

Kelas X.3 Kelas X.4

Series1

Gambar 4.4 Histogram perbandingan skor nilai kreativitas kelas X.3 dan X.4

Berdasarkan dari diagram diatas maka dapat dilihat bahwa skor kreativitas

siswa pada kelas yang menggunakan metode proyek lebih tinggi daripada skor

kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan metode inkuiri.

119

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Pada saat penelitian terdapat beberapa persyaratan sebelum melakukan

kegiatan penelitian tersebut, yaitu melakukan uji normalitas. Persyaratan tersebut

harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat yang setelah

sudah dipastikan bahwa sampel berdistribusi normal maka uji selanjutnya yaitu uji

homogenitas. Sehingga dalam uji prasyarat analisis ini terdapat dua uji untuk

memeriksa baik atau tidaknya sampel yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

c. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.3 dengan perlakuan metode proyek

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas

X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji

Lo = 0,142 yang harga kritis untuk n = 2,558 dengan taraf signifikansi (a = 5%

yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi

yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam

lampiran 25.

d. Uji Normalitas tes hasil belajar kelas X.4 dengan perlakuan metode inkuiri

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas

X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji

Lo = 0,125 yang harga kritik untuk n = 1,963 dengan taraf signifikansi (a = 5%

yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi

yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen

120

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam

lampiran 26.

e. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.3

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai dari sikap ilmiah siswa

kelas X.3 yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga

statistik uji Lo = 0,114 yang harga kritik untuk n = 10,157 dengan taraf

signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak

berasal dari populasi yang berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk

kelompok eksperimen kelas X.3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 27.

f. Uji Normalitas sikap ilmiah siswa kelas X.4

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai tes hasil belajar siswa kelas

X.4 yang diajar dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji

Lo = 0,085 yang harga kritis untuk n = 4,479 dengan taraf signifikansi (a = 5%

yaitu Ltab =0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang

berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam

lampiran 28.

g. Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.3

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors nilai kreativitas siswa kelas X.3

yang diajar dengan perlakuan metode proyek menunjukkan harga statistik uji Lo =

0,118 yang harga kritik untuk n = 13,275 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu

Ltab = 0,157). Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang

121

berdistribusi normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran

29.

h. Uji Normalitas kreativitas siswa kelas X.4

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors siswa kelas X.4 yang diajar

dengan perlakuan metode inkuiri menunjukkan harga statistik uji Lo = 0,112 yang

harga kritik untuk n = 7,115 dengan taraf signifikansi (a = 5% yaitu Ltab = 0,157).

Hal ini berarti Ho yaitu sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal ditolak, maka sampel untuk kelompok eksperimen kelas X.4 berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji tersebut tersaji dalam lampiran 30.

2. Uji Homogenitas

Setelah peneliti melakukan uji normalitas, maka uji selanjutnya adalah uji

homogenitas. Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan sampel yang berasal dari

populasi tertentu. Dalam penelitian eksperimen menggunakan dua kelas (X.3 dan

X.4) dengan tinjauan dari aspek sikap ilmiah dan kreativitas siswa ini, uji

homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Adapun hasil uji

homogenitas dapat dilihat dari perhitungan pada tabel 4.7 berikut.

122

Tabel 4.7 Hasil Uji homogenitas data penelitian

Pembelajaran Berbasis Masalah

Metode Proyek (A1) Metode Inkuiri (A2)

Sikap

Ilmiah (B)

Tinggi

(B1)

Rendah

(B2)

Tinggi

(B1)

Rendah

(B2)

Tinggi

(C1) N 8 8 7 9

rata2 19.000 17.125 22.571 20.889

sd 1.690 1.727 2.070 0.782

Kreativitas

(C)

rendah(C2) N 8 8 12 4

rata2 16.875 16.875 20.250 17.750

sd 4.086 1.885 1.357 1.500

Tabel Perhitungan Homogenitas

Sv Dk s2i dk s2i log(s2i)

dk

log(s2i)

A1B1C1 7 2.857 20.000 0.456 3.192

A1B1C2 7 16.696 116.875 1.223 8.558

A1B2C1 7 2.982 20.875 0.475 3.322

A1B2C2 7 3.554 24.875 0.551 3.855

A2B1C1 6 4.286 25.714 0.632 3.792

A2B1C2 11 1.841 20.250 0.265 2.915

A2B2C1 8 0.611 4.889 -0.214 -1.711

A2B2C2 3 2.250 6.750 0.352 1.057

TOTAL 56 240.228 24.979

s2total 4.290

B 35.416

χ2 1.019

χ2tabel χ20,95;7 14.067

Tes homogen

123

Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan uji Bartlett di atas menunjukkan

bahwa nilai X2hitung = 1,019 yang tidak melebihi pada taraf signifikansi a = 5%,

dk= 56 yaitu X2tab = 14,067. Ternyata Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (1,019 <

14,067). Dengan demikian Ho yang menyatakan bahwa sampel kelas yang

digunakan dalam penelitian tidak berasal dari populasi yang homogen ditolak,

maka sampel untuk kelas yang digunakan sebagai eksperimen yaitu kelas X.3 dan

X.4 berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas tersebut tersaji

selengkapnya dalam lampiran 31.

C. Pengujian hubungan antar variabel

Pada pengujian untuk mengetahui hubungan antar beberapa variabel yang

terlibat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji ANAVA tiga jalan dengan

frekuensi sel tak sama. Data yang digunakan dalam pengujian antar variabel ini

adalah nilai tes hasil belajar yang didapat oleh siswa dan skor angket sikap ilmiah

serta kreativitas siswa. Rangkuman hasil anava dengan menggunakan program

digital software SPSS 16.0 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 32. Untuk

rangkuman hasil ANAVA dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

124

Tabel 4.8 Rangkuman hasil ANAVA untuk pengujian hubungan antar variabel penelitian.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:nilai

Source Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model

251.334a 7 35.905 8.339 .000

Intercept 21307.778 1 21307.778 4.949E3 .000

Kelas 105.501 1 105.501 24.504 .000

Si 44.201 1 44.201 10.266 .002

Kr 69.778 1 69.778 16.207 .000

kelas * si 1.887 1 1.887 .438 .511

kelas * kr 4.493 1 4.493 1.044 .311

si * kr 3.435 1 3.435 .798 .376

kelas * si * kr 11.705 1 11.705 2.719 .105

Error 241.103 56 4.305

Total 23978.000 64

Corrected Total 492.437 63

a. R Squared = ,510 (Adjusted R Squared = ,449)

Sumber terdapat pada lampiran 32.

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, maka dapat diketahui bahwa:

1. Metode pembelajaran yang diterapkan (metode proyek dan inkuiri)

mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.

Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen.

95% Confidence Interval Kelas Mean Std. Error

Lover Bound Upper Bound Metode proyek Metode inkuiri

17.688 20.365

.367

.398 16.953 19.569

18.422 21.161

125

Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode inkuiri dalam

pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X.4 memiliki hasil yang

lebih baik daripada penerapan metode proyek dalam pembelajaran materi Limbah

dan Daur Ulang pada kelas X.3, hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes

hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas

X.3 yang diajar dengan menggunakan metode proyek adalah = 17.688, sedangkan

nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas X.4 yang diajar dengan menggunakan

metode inkuiri adalah 20.365.

2. Sikap Ilmiah tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada

materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.10

berikut.

Tabel 4.10 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah.

95% Confidence Interval Sikap Ilmiah Mean Std. Error

Lover Bound Upper Bound Tinggi Rendah

19.893 18.160

.358

.406 19.176 17.347

20.610 18.972

Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai

kemampuan sikap ilmiah tinggi memiliki hasil belajar pada materi Limbah dan

Daur Ulang yang lebih baik daripada kelompok siswa yang mempunyai

kemampuan sikap ilmiah rendah. Hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes

hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk

kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi adalah = 19.893, sedangkan

nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah

rendah adalah = 18.160.

126

3. Kreativitas tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi

Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah.

95% Confidence Interval Kreativitas Mean Std. Error

Lover Bound Upper Bound Tinggi Rendah

20.115 17.938

.368

.396 19.377 17.144

20.853 18.731

Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai

kemampuan kreativitas tinggi memiliki hasil belajar pada materi Limbah dan

Daur Ulang yang lebih baik daripada kelompok siswa yang mempunyai

kemampuan kreativitas rendah. Hal tersebut didasarkan pada nilai rata-rata tes

hasil belajarnya yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar untuk

kelompok siswa yang mempunyai kreativitas tinggi adalah = 20.115, sedangkan

nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai kreativitas

rendah adalah = 17.938.

4. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen (metode proyek

dan inkuiri) mempengaruhi prestasi belajar siswa yang mempunyai sikap

ilmiah tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat

dilihat berdasarkan tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah

95% Confidence Interval Kelas Sikap

Ilmiah Mean Std. Error

Lover Bound Upper Bound Metode proyek Tinggi Rendah

18.375 17.000

.519

.519 17.336 15.961

19.414 18.039

Metode Inkuiri Tinggi Rendah

21.411 19.319

.493

.623 20.422 18.071

22.399 20.568

127

Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode proyek dalam

pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang

memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik

(18.375) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah (17.000).

Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang

pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil

belajar yang lebih baik (21.411) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap

ilmiah rendah (19.319).

5. Metode pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen (metode proyek

dan inkuiri) mempengaruhi prestasi belajar siswa yang mempunyai kreativitas

tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Hasil perhitungan ANAVA terhadap hasil yang dicapai pada dua kelas eksperimen yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah

95% Confidence Interval Kelas Kreati

vitas Mean Std. Error

Lover Bound Upper Bound Metode proyek Tinggi Rendah

18.500 16.875

.519

.519 17.461 15.836

19.539 17.914

Metode Inkuiri Tinggi Rendah

21.730 19.000

.523

.599 20.683 17.800

22.778 20.200

Dari tabel di atas diketahui bahwa penerapan metode proyek dalam

pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang pada kelompok siswa yang

memiliki kreativitas tinggi memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik

(18.500) daripada kelompok siswa yang memiliki kreativitas rendah (16.875).

Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran materi Limbah dan Daur Ulang

pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi memiliki rata-rata hasil

128

belajar yang lebih baik (21.730) daripada kelompok siswa yang memiliki sikap

ilmiah rendah (19.000).

6. Sikap ilmiah dan kreativitas pada kelompok siswa tinggi dan rendah

mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.

Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi

dan rendah.

95% Confidence Interval Sikap Kreati ilmiah vitas

Mean Std. Error Lover Bound Upper Bound

Tinggi Tinggi Rendah

21.223 18.562

.537

.474 20.148 17.614

22.299 19.511

Rendah Tinggi Rendah

19.07 17.312

.504

.635 17.997 16.040

20.017 18.585

Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok siswa yang mempunyai

sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi memiliki rata-rata hasil belajar materi

Limbah dan Daur Ulang yang paling baik yaitu = 21.223. Sedangkan kelompok

siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori rendah memiliki

rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur Ulang yang paling jelek yaitu =

17.312.

7. Penerapan metode inkuiri pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan

sikap ilmiah dan kreativitas tinggi dan rendah mempengaruhi prestasi belajar

siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang lebih baik daripada penerapan

metode proyek pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan sikap ilmiah

dan kreativitas tinggi dan rendah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.15

berikut.

129

Tabel 4.15 Hasil perhitungan ANAVA terhadap rata-rata hasil belajar pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas kategori tinggi

dan rendah pada kelas metode proyek dan inkuiri.

95% Confidence Interval Kelas

Sikap ilmiah Kreativitas Mean std.

Error Lower Bound

Upper Bound

Tinggi 19.875 .734 18.405 21.345 Tinggi Rendah 16.875 .734 15.405 18.345 Tinggi 17.125 .734 15.655 18.595

Metode proyek

Rendah Rendah 16.875 .734 15.405 18.345 Tinggi 22.571 .784 21.000 24.142 Tinggi Rendah 20.25 .599 19.05 21.450 Tinggi 20.889 .692 19.503 22.274

Metode inkuiri

Rendah Rendah 17.75 1.037 15.672 19.828

Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kelas yang diberi perlakuan

metode inkuiri pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan

kreativitas kategori tinggi memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan Daur

Ulang yang paling baik yaitu = 22.571. Sedangkan pada kelas yang diberi

perlakuan metode proyek pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan

kreativitas kategori rendah memiliki rata-rata hasil belajar materi Limbah dan

Daur Ulang yang paling jelek yaitu = 16.875.

D. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pada pengujian hipotesis ini peneliti menggunakan uji ANAVA tiga

jalan dengan frekuensi sel tak sama. Data yang digunakan dalam pengujian

hipotesis ini adalah nilai tes hasil belajar dan skor angket sikap ilmiah dan

kreativitas siswa. Rangkuman hasil anava dengan software SPSS 16.0

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 33. Untuk rangkuman hasil ANAVA

dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut.

130

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Pengujian Hipotesis

No Sumber variansi F Signifikansi Kesimpulan

1 Metode 24.504 .000 H0 ditolak

2 Sikap ilmiah 10.266 .002 H0 ditolak

3 Kreativitas 16.207 .000 H0 ditolak

4 Metode* sikap ilmiah .438 .511 H0 diterima

5 Metode* kreativitas 1.044 .311 H0 diterima

6 Sikap ilmiah* kreativitas .798 .376 H0 diterima

7 Metode* sikap ilmiah*

kreativitas 2.719 .105

H0 diterima

Sumber terdapat pada lampiran 33.

Berdasarkan rangkuman hasil uji Anava untuk pengujian hipotesis pada

tabel 4.16 di atas maka dapat diambil keputusan uji sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap

prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh

Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti terdapat

pengaruh.

2. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sikap ilmiah (B)

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang

memperoleh Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti

terdapat pengaruh.

3. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kreativitas (C) terhadap

prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh

Fhitung lebih besar daripada Ftabel, sehingga Ho ditolak, berarti terdapat

pengaruh.

131

4. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap

sikap ilmiah pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih

kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi.

5. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap

kreativitas pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh Fhitung lebih kecil

daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat interaksi.

6. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa sikap ilmiah (B)

terhadap kreativitas (C) pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh

Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat

interaksi.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa metode (A) terhadap sikap

ilmiah (B) dan kreativitas (C) pada materi Limbah dan Daur Ulang memperoleh

Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, sehingga Ho diterima, berarti tidak terdapat

interaksi.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji Anava terhadap semua data yang ada meliputi :

nilai tes hasil belajar, skor sikap ilmiah dan kreativitas maka dapat dibahas

beberapa rumusan masalah yang telah ditentukan.

1. Hipotesis pertama

Ho : Tidak terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan

inkuiri terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur

Ulang.

132

H1 : Terdapat pengaruh penerapan metode pembelajaran Proyek dan inkuiri

terhadap prestasi belajar biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang

Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 24.504

sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata

Fhitung lebih besar daripada Ftabel ( 24.504 > 4.012). Dengan demikian Ho yang

menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara metode proyek dan metode

inkuiri terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang

ditolak. Berarti H1 yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara metode

proyek dan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan

Daur Ulang diterima.

Meskipun penerapan kedua metode tersebut berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh

yang dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: penerapan

metode inkuiri mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih baik yaitu

mempunyai nilai rata-rata kelas = 20.365 jika dibandingkan dengan penerapan

metode proyek yang hanya memiliki nilai rata-rata kelas = 17.688.

Perbedaan pengaruh pada penerapan kedua metode tersebut terhadap

hasil belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Penerapan metode inkuiri pada materi Limbah dan Daur Ulang menghasilkan

prestasi belajar yang lebih baik karena dalam metode inkuiri siswa melakukan

eksperimen sendiri secara luas untuk mengerjakan tugas yang telah ditentukan

oleh guru, membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan

pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman

133

konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif sehingga dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam materi Limbah dan Daur

Ulang.

b. Penerapan metode inkuiri memungkinkan siswa dapat menggunakan

bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi,

video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Di satu sisi kondisi

sarana penunjang yang dibutuhkan siswa dalam proses belajar dengan inkuiri

semuannya tersedia di sekolah karena sarana penunjang di SMA

Muhammadiyah 1 Ponorogo sudah berbasis multimedia. Dengan situasi

pembelajaran yang seperti tersebut diatas maka sangatlah logis bila metode

inkuiri menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.

Jika dibandingkan dengan metode proyek yang membawa dampak pada

hasil belajar siswa lebih jelek dari pada dengan metode inkuiri, hal tersebut

dikarenakan metode proyek memiliki kecenderungan yang bisa diuraikan sebagai

berikut: Dalam metode proyek mempunyai esensi tujuan untuk membantu siswa

berhasil dalam pembelajaran. Akan tetapi dalam pelaksanaan metode proyek

mensyaratkan terlibatnya keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk

kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus dalam proses

mendapatkan pengetahuan tersebut. Ini adalah exercise bagi otak untuk

menunjukkan kapasitas yang sesungguhnya dan tantangan ini akan

mengembangkan otak kanan maupun kiri dengan pesat sehingga jika siswa

mampu memanaj maka proses pemerolehan pengetahuan akan baik. Akan tetapi

dalam konteks ini, siswa kelas X.3 yang diberi perlakuan dengan metode proyek

134

secara mental dan fisik menunjukkan banyaknya kekurangan. Indikator tersebut

dapat dipahami berdasarkan potret masukan yang diberikan oleh guru penjas

bahwa banyak siswa kelas X.3 yang secara fisik lemah dan bukan tipe siswa yang

senang dengan olahraga.

Selain itu, ditinjau dari rasa empati dan sosialnya terhadap sesama

kawan juga rendah. Hal tersebut dapat dipahami dari beberapa indikator antara

lain: tidak kompak dalam melaksanakan komitmen kelas seperti iuran, piket,

lomba antar kelas dan tugas, adanya kelompok-kelompok tertentu dalam kelas

yang berpengaruh terhadap kondusifitas kelas. Dengan keadaan tersebut maka

berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar pada kelas X.3 yang

memperoleh nilai rata-rata kurang daripada kelas X.4 yang diberi perlakuan

dengan metode pembelajaran inkuiri.

Data lain yang mendukung bahwa implementasi metode inkuiri

memberikan berbagai efek positif dalam KBM adalah hasil penelitian yang telah

dipublikasikan dalam jurnal ilmiah oleh Budi Eko Soetjipto (2001) dinyatakan

bahwa:

Inquiry teaching is a strategy or teaching methodology designed to meet the needs of children at their own developmental level with their understanding of concepts. It also puts children in charge of their own learning and gives them a sense of responsibility for their learning. Moreover, through inquiry teaching, children will be independent learners with their curiosity to know and explore something with guidance of the teacher. Finally, according to the definition, process and goal of inquiry teaching, it is clear that inquiry teaching can be used to implement active learning methods.

Dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa implementasi pembelajaran

inkuiri dapat mengembangkan pemahaman terhadap konsep materi serta

135

mengkondisikan anak untuk bertanggung-jawab. Lebih dari itu, anak-anak akan

mandiri, keingintahuan mereka untuk mengetahui sesuatu akan terstimulus dan

mampu menjelajah sesuatu dengan bimbingan dari guru. Sedangkan dalam

pembelajaran berbasis metode proyek menuntut rancangan pembelajaran yang

rumit, menyediakan lingkungan kompleks yang membangun pengetahuan siswa,

serta menuntut konstruktivisme sosial yang tinggi seperti yang telah di

publikasikan oleh Hans Poldoja (2002) dinyatakan bahwa:

In most cases digital learning objects are used for individual learning (reading, looking, playing, quizzes) or by teachers in their class-room or online teaching (presentations). In PILOT project we argue that learning objects should be designed and presented in a special way in order to promote truly social constructivist learning. The project is based on the concept of progressive inquiry learning object templates (PILOTs). These learning objects support progressive inquiry knowledge building process in computer and database supported Knowledge Building environments, found for instance in Fle3 and IVA virtual learning environments. Design research methods such as participatory design and scenario-based design are used in the project to generate distributable and reusable PILOTs. The developed learning objects will be tested and evaluated by schools, teachers, and their pupils.

2. Hipotesis kedua

Ho : Tidak terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi

pada materi Limbah dan Daur Ulang.

H1 : Terdapat pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar biologi pada

materi Limbah dan Daur Ulang

Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 10.266

sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata

Fhitung lebih besar daripada Ftabel (10.266 > 4.012). Dengan demikian Ho yang

menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi

136

belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berarti H1 yang

menyatakan ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima.

Meskipun tinjauan sikap ilmiah tersebut berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh yang

dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: kelompok siswa

yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi mempunyai pengaruh terhadap

hasil belajar yang lebih baik yaitu mempunyai nilai rata-rata kelas = 19.893,

sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai

sikap ilmiah rendah adalah = 18.160.

Perbedaan pengaruh pada kedua kelompok siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi dan rendah tersebut terhadap hasil belajar siswa dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Pelajaran biologi merupakan salah satu materi sains yang berhubungan dengan

obyek yang kontekstual. Sehingga sangat logis jika siswa memiliki sikap

ilmiah tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi yang

diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya jika sikap ilmiahnya rendah

maka nilai hasil belajarnya juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil

penelitian yang didapat.

b. Pelajaran biologi merupakan kumpulan dari fakta ilmiah, maka cara

mempelajarinya juga dengan metode ilmiah. Sehingga sangat logis jika siswa

memiliki sikap ilmiah tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi

yang diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya.

137

c. Biologi merupakan kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa fakta,

obseravasi, eksperimentasi, generalisasi dan analisis yang rasional dan

ilmuwan mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif

dan jujur, mengikuti macam prosedur eksperimen. Jika siswa dalam

mempelajari biologi mempunyai sikap obyektif dan jujur sebagai salah satu

indikator sikap ilmiah tinggi maka dipastikan siswa tersebut akan lebih mudah

menguasai materi dengan kata lain hasil belajar yang didapat pasti lebih baik

jika dibandingkan siswa yang sikap ilmiahnya rendah.

d. Secara aksiologis, bahwa cara mempelajari biologi sebagai salah satu ilmu

sains adalah dengan metode ilmiah yang antara lain mengamati,

mengklasifikasi, berkomunikasi, mengambil keputusan/ kesimpulan dari data,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemahaman akan alam dan membangun

sesuatu dari data. Proses sains bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta

mengembangkan pengetahuan. Sedangkan proses ilmiah ialah mengamati,

menggolongkan, mengukur, menjelaskan, mengajkukan pertanyaan-

pertanyaan penting, merumuskan problem, mermuskan hipotesis, melakukan

eksperimen, mengumpulkan , menganalisis data, menarik kesimpulan. Jadi,

jika seorang siswa mempunyai indikator-indikator tersebut dominan dalam

dirinya maka dikatakan memiliki sikap ilmiah tinggi. Dengan tingginya sikap

ilmiah yang dimiliki tersebut, maka jelas akan mempermudah siswa dalam

mempelajari dan menguasai biologi yang salah salah satu indikatornya adalah

nilai hasil belajarnya tinggi.

138

e. Dalam mempelajari biologi harus didasari atas rasa ingin tahu, kerendahan

hati, terbuka, penghindaran atas dogmatis, keobyektifan dan pendekatan

positif atas kegagalan. Sikap-sikap tersebut merupakan indikator dari sikap

ilmiah. Jika sikap ilmiah siswa tinggi maka hasil belajarnya juga akan tinggi.

Jadi sangat logis jika siswa memiliki sikap ilmiah tinggi, maka hasil

belajarnya juga tinggi.

3. Hipotesis ketiga

Ho : Tidak terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar

biologi pada materi Limbah dan Daur Ulang.

H1 : Terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar biologi

pada materi Limbah dan Daur Ulang

Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 16.207

sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata

Fhitung lebih besar daripada Ftabel (16.207 > 4.012). Dengan demikian Ho yang

menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara kreativitas terhadap prestasi

belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak. Berarti H1 yang

menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kreativitas terhadap prestasi belajar

siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima.

Meskipun tinjauan kreativitas tersebut berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang, akan tetapi pengaruh yang

dihasilkan mempunyai perbedaan. Perbedaanya terletak pada: kelompok siswa

yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mempunyai pengaruh terhadap

hasil belajar yang lebih baik yaitu mempunyai nilai rata-rata kelas = 20.115,

139

sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelompok siswa yang mempunyai

kreativitas rendah adalah = 17.938. Perbedaan pengaruh pada kedua kelompok

siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah tersebut terhadap hasil belajar

siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kreativitas akan muncul berkenaan dengan kesadaran adanya kesenjangan

antara pengetahuan siap dengan pengetahuan atau masalah baru, kemudian

muncullah beragam alternatif solusi. Kreativitas akan muncul pada diri

individu bila ada tantangan baru yang solusinya tidak rutin. Dalam

pembelajaran biologi di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo

mengambil materi limbah dan daur. Materi tersebut mempunyai karakteristik

menantang para siswa untuk menemukan sesuatu yang baru. Maka jika siswa

memiliki kemampuan kreativitas tinggi, maka akan semakin mudah dalam

mempelajari biologi yang artinya hasil belajar yang didapat juga akan tinggi

jika dibandingkan dengan siswa yang kreativitasnya rendah.

b. Materi biologi berhubungan dengan obyek kontekstual yang keberadaannya

perlu selalu diterapkan, dikaji dan dikembangkan. Proses pengkajian dan

pengembangan tersebut menuntut sikap kreativitas yang tinggi bagi pebelajar.

Sehingga sangat logis jika siswa mempelajari biologi memiliki kemampuan

kreativitas tinggi, maka akan berpengaruh terhadap nilai biologi yang

diperolehnya juga pasti tinggi dan sebaliknya jika kreativitasnya rendah maka

nilai hasil belajarnya juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil penelitian

yang didapat.

140

c. Kemampuan kreativitas merupakan variasi dari tiga hal, yaitu mengkombinasi,

memecahkan masalah, dan operasional. Kemampuan mengkombinasi

berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan memecahkan

masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman solusi

dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan

operasional berdasarkan pada aspek kelancaran-keluwesan-orisinalitas.

Menurut Ausubel (dalam Hamalik, 2002) kreativitas merupakan kemampuan

atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam menyelesaikan

suatu permasalahan. Aspek lain dari kreativitas adalah kemampuan berpikir

divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas, dan kuantitas.

Sikap-sikap tersebutlah yang dibutuhkan untuk mempelajari, memahami dan

menguasai ilmu biologi sebagai salah satu bagian dari sains. Jika kemampuan

aspek-aspek kreativitas seperti di atas tinggi, maka hasil belajar biologi juga

dipastikan tinggi dan sebaliknya.

d. Kemampuan kreativitas dapat dibentuk dan dilatih dalam proses pembelajaran

yang berprinsip pada konstruksivis, melalui penyelidikan, konjektur,

penemuan, dan generalisasi. Dalam mempelajari biologi tidak terlepas dari

proses penyelidikan. Maka jika siswa memiliki sikap penyelidikan tinggi

sebagai salah satu komponen kreativitas, maka proses mempelajari biologi

akan semakin mudah dan hasil belajarnya akan lebih baik.

e. Materi biologi berhubungan dengan obyek obyek nyata yang bisa ditemui di

lingkungan sekitar dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Sehingga

sangat logis jika siswa memiliki kreativitas tinggi, maka dia akan semakin

141

mencintai biologi yang pada akhirnya memiliki motivasi tinggi untuk belajar

biologi sehingga berpengaruh terhadap nilai biologi yang diperolehnya juga

pasti tinggi dan sebaliknya kreativitasnya rendah maka nilai hasil belajarnya

juga rendah dan hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang didapat.

Sebagai bahan perbandingan bisa kita lihat dari hasil penelitian yang ditulis

Claire Allam (2001) dinyatakan:

This paper covers a number of examples which describe the benefits to student learning; these include close engagement with their subject leading to insight and deeper understanding, as well as a range of transferable skills. This successful practice is looked at in relation to issues of assessment, evaluation and cost. Using a methodological approach that employs qualitative feedback interviews with students as research data, as well as referring to the literature, it presents a case for sustainable implementation

Tulisan di atas berisi sejumlah contoh yang menjelaskan manfaat

kreativitas siswa dalam belajar. Dengan menggunakan pendekatan metodologis

kualitatif yang menggunakan umpan balik wawancara dengan siswa maka akan

memudahkan siswa dalam pembelajaran meskipun kecepatan waktunya tidak

tentu pasti. Sedangkan dalam penelitian ini faktor kreativitas digunakan sebagai

tinjauan dan metode proyek-inkuiri sebagai metode pembelajaranya untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa yang ternyata tidak ada

interaksi atau hubunganya dengan hasil belajar.

4. Hipotesis keempat

Ho : Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah

dan Daur Ulang.

142

H1 : Terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah

dan Daur Ulang.

Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 0.438

sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata

Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (0.438 < 4.012). Dengan demikian Ho yang

menyatakan Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan

inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah

dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antar

metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah terhadap prestasi

belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak.

Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat

interaksi antara penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri dengan sikap

ilmiah yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar biologi materi Limbah dan

Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek

antara lain:

a. Karakteristik cara dalam mempelajari ilmu biologi adalah melalui metode

ilmiah sehingga harus didukung dengan sikap ilmiah juga. Jika siswa memiliki

sikap ilmiah tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat beradaptasi

dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan metode pembelajaran

khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak akan berpengaruh terhadap

siswa yang telah memiliki kemampuan sikap ilmiah secara paten. Nilai hasil

belajar yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah

143

tinggi, nilainya tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah

rendah, nilainya tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya

tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode pembelajaran dalam

hal ini proyek dan inkuiri terhadap hasil belajar siswa yang memiliki sikap

ilmiah tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang pada kelas X

SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.

b. Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki

arti interaksi dengan sikap ilmiah jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa

siswa yang sikap ilmiahnya rendah akan memiliki peningkat nilai menjadi

tinggi dan bisa terjadi sebaliknya, siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah

karena dipengaruhi metode pembelajaran yang mungkin tidak sesuai maka

akan mengakibatkan turunnya nilai bagi siswa yang sikap ilmiahnya mula-

mula tinggi. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

perlakuan metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai yang didapat

siswa menunjukkan hubungan yang lurus, artinya yang sikap ilmiah tinggi

mendapat nilai tetap tinggi sedangkan yang mempunyai sikap ilmiah rendah

tetap mendapat nilai rendah.

Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami karena sikap

ilmiah merupakan faktor genetis atau bawaan yang telah melekat pada seorang

individu sebagai anugrah yang akan selalu mendominasi dan berpengaruh

langsung pada semua aspek kehidupannya termasuk dalam proses belajar dan

tidak akan bisa diubah dengan perlakuan apapun termasuk penerapan metode

144

pembelajaran proyek maupun inkuiri. Jika materi yang dipelajari mempunyai

karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut kemampuan kreativitas

maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap akan bisa menguasai bahan

pelajaran dan sebaliknya.

5. Hipotesis kelima

Ho : Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah

dan Daur Ulang.

H1 : Terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah

dan Daur Ulang.

Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 1.044

sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata

Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (1.044 < 4.012). Dengan demikian Ho yang

menyatakan Tidak terdapat interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan

inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan

Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat interaksi antar metode

pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan kreativitas terhadap prestasi belajar

siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak.

Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat

interaksi antara penerapan metode pembelajaran proyek dan inkuiri dengan

kreativitas yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar biologi materi Limbah

145

dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa

aspek antara lain:

a. Karakteristik dalam mempelajari ilmu biologi adalah menuntut kemampuan

kreativitas. Hal tersebut dikarenakan obyek biologi selalu mengalami

perkembangan dan membutuhkan pengkajian mendalam. Jika siswa memiliki

kemampuan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun akan dapat

beradaptasi dengan materi-materi biologi yang menuntut kreativitas, sehingga

perlakuan metode pembelajaran khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak

akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan kreativitas

yang telah melekat pada kesehariannya. Nilai hasil belajar yang diperoleh

dapat dilihat berbanding lurus dengan kemampuan kreativitas yang dimiliki.

Bahwa siswa yang memiliki kemampuan kreativitas tinggi, setelah dilakukan

tes hasil belajar nilai yang didapat tetap tinggi. Sedangkan siswa yang

memiliki kemampuan kreativitas rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar

nilai yang didapat tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa

sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode

pembelajaran dalam hal ini proyek dan inkuiri terhadap kemampuan

kreativitas siswa tinggi dan rendah pada materi Limbah dan Daur Ulang pada

kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.

b. Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki

arti interaksi dengan kemampuan kreativitas jika pada hasil akhirnya

didapatkah bahwa siswa yang kemampuan kreativitasnya rendah akan

memiliki peningkat nilai menjadi tinggi dan bisa terjadi sebaliknya, siswa

146

yang memiliki sikap ilmiah rendah karena dipengaruhi metode pembelajaran

yang mungkin tidak sesuai maka akan mengakibatkan turunnya nilai bagi

siswa yang sikap ilmiahnya mula-mula tinggi. Dengan kata lain bahwa jika

terdapat interaksi maka nilai hasil belajar siswa tidak akan berbanding lurus

dengan kemampuan kreativitasnya. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan

bahwa dengan perlakuan metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai

yang didapat siswa menunjukkan hubungan berbanding lurus, artinya siswa

yang mempunyai kemampuan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap tinggi

sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan kreativitas rendah tetap

mendapat nilai rendah.

Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan

inkuiri) dengan kreativitas terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami karena

kemampuan kreativitas merupakan faktor genetis atau bawaan yang telah

melekat pada seorang individu baik yang akan selalu mendominasi dan

berpengaruh langsung pada semua aspek kehidupannya termasuk dalam

proses belajar dan tidak akan bisa diubah dengan perlakuan apapun termasuk

penerapan metode pembelajaran proyek maupun inkuiri. Jika materi yang

dipelajari mempunyai karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut

kemampuan kreativitas maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap akan

bisa menguasai bahan pelajaran dan sebaliknya. Sebuah penelitian

pembanding yang telah dilakukan oleh Thorsten Bell (2009) dinyatakan

bahwa:

147

Collaborative inquiry learning is one of the most challenging and exciting ventures for today's schools. It aims at bringing a new and promising culture of teaching and learning into the classroom where students in groups engage in self-regulated learning activities supported by the teacher. It is expected that this way of learning fosters students' motivation and interest in science, that they learn to perform steps of inquiry similar to scientists and that they gain knowledge on scientific processes. Starting from general pedagogical reflections and science standards, the article reviews some prominent models of inquiry learning. This comparison results in a set of inquiry processes being the basis for cooperation in the scientific network NetCoIL. Inquiry learning is conceived in several ways with emphasis on different processes.

Bahwa dalam pembelajaran kolaboratif inquiry merupakan metode

pembelajaran yang paling menantang dan menggairahkan, melibatkan

masuknya budaya baru dan pembelajaran berjalan secara bersama dalam

kelompok. Karena siswa harus belajar dalam kelompok maka siswa harus

menyesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang ada dalam kelompok

tersebut sehingga kreativitas sebagai faktor potensi pribadi tidak akan

maksimal sehingga secara umum dapat dinyatakan tidak akan ada interaksi

antara pembelajaran inquiry dengan kreativitas siswa.

6. Hipotesis keenam

Ho : Tidak terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap

prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.

H1 : Terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap

prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang.

Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 0.798

sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata

Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (0.798 < 4.012). Dengan demikian Ho yang

148

menyatakan tidak terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap

prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1

yang menyatakan terdapat interaksi antar sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap

prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang ditolak.

Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat

interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa

pada materi Limbah dan Daur Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat

dijelaskan dari beberapa aspek antara lain:

Dalam mempelajari ilmu biologi agar menghasilkan pemahaman yang

komprehensif maka harus dipelajari dengan metode ilmiah dan menuntut

kemampuan apresiasi yang tinggi. Oleh karena ini pendekatan sikap yang harus

dimiliki oleh pebelajar adalah sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi. Jika

siswa memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun

akan dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan apapun

tidak akan berpengaruh terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan sikap

ilmiah dan kreativitas tinggi. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat

bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi, setelah dilakukan

tes hasil belajar nilainya tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah

rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar nilainya tetap rendah. Hal ini

menunjukkan arti bahwa sesungguhnya tidak ada interaksi atau kaitan antara sikap

ilmiah dan kemampuan kreativitas terhadap hasil belajar siswa pada materi

Limbah dan Daur Ulang pada kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.

149

Sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas akan memiliki arti interaksi

dengan hasil belajar siswa jika pada hasil akhirnya didapatkah bahwa siswa yang

sikap ilmiah dan kemampuan kreativitasnya rendah akan memiliki nilai yang tidak

menentu, bisa menjadi tinggi atau bisa tetap rendah ketika dilakukan tes hasil

belajar. Sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi juga

tidak akan berbanding lurus dengan nilai yang didapat bisa terjadi penurunan atau

tetap tinggi. Dengan kata lain bahwa jika terdapat interaksi maka nilai hasil

belajar siswa tidak akan berbanding lurus dengan kemampuan sikap ilmiah dan

kreativitasnya. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang

memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi ternyata nilai yang didapat siswa

menunjukkan hubungan berbanding lurus, artinya siswa yang mempunyai

kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap tinggi

sedangkan siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas

rendah tetap mendapat nilai rendah untuk tes hasil belajarnya.

7. Hipotesis ketujuh

Ho : Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada

materi Limbah dan Daur Ulang.

H1 : Terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada

materi Limbah dan Daur Ulang.

Hasil rangkuman Anava pada tabel 4.16 menunjukkan Fhitung = 2.719

sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 1 adalah 4.012. Ternyata

150

Fhitung lebih kecil daripada Ftabel (2.719 < 4.012). Dengan demikian Ho yang

menyatakan Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan

inkuiri) dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada

materi Limbah dan Daur Ulang diterima. Berarti H1 yang menyatakan terdapat

interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah

dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur

Ulang ditolak.

Berdasarkan perhitungan kuantitatif tersebut menunjukkan tidak terdapat

interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri) dengan sikap ilmiah

dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi Limbah dan Daur

Ulang. Tidak adanya interaksi tersebut dapat dijelaskan dari beberapa aspek antara

lain: Karakteristik dalam mempelajari ilmu biologi adalah melalui metode ilmiah

dan perlu didukung dengan kemampuan kreativitas. Jika siswa memiliki sikap

ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi maka dengan keadaan apapun akan

dapat beradaptasi dengan materi-materi biologi, sehingga perlakuan metode

pembelajaran khusus misalnya inkuiri maupun proyek tidak akan berpengaruh

terhadap siswa yang telah memiliki kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas yang

telah melekat. Nilai hasil belajar yang diperoleh dapat dilihat bahwa siswa yang

memiliki sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi, setelah dilakukan tes

hasil belajar memperoleh nilai tetap tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki sikap

ilmiah dan kemampuan kreativitas rendah, setelah dilakukan tes hasil belajar

memperoleh nilai tetap rendah. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesungguhnya

tidak ada interaksi atau kaitan antara penerapan metode pembelajaran dalam hal

151

ini proyek dan inkuiri dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar

yang diperoleh siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang kelas X SMA

Muhammadiyah 1 Ponorogo.

Penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan

memiliki arti interaksi dengan sikap ilmiah dan kreativitas jika pada hasil akhirnya

didapatkah bahwa siswa yang sikap ilmiah dan kreativitasnya rendah jika diberi

perlakuan berupa penerapan metode pembelajaran baik proyek maupun inkuiri

akan memiliki nilai yang bervariasi yaitu tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki

sikap ilmiah dan kreativitas tinggi jika diberi perlakuan berupa penerapan metode

pembelajaran baik proyek maupun inkuiri akan memiliki nilai yang bervariasi

juga yaitu ada yang tetap tinggi dan ada yang mengalami penurunan menjadi

rendah. Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perlakuan

metode baik proyek maupun inkuiri ternyata nilai yang didapat baik siswa yang

memiliki sikap ilmiah dan kreativitas tinggi atau rendah menunjukkan hubungan

yang lurus, artinya yang sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mendapat nilai tetap

tinggi sedangkan yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas rendah tetap

mendapat nilai rendah.

Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inkuiri)

dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa dapat dipahami

karena prilaku bawaan yang melekat pada seorang individu baik sikap ilmiah dan

kreativitas akan selalu mendominasi dan berpengaruh langsung pada semua aspek

kehidupannya termasuk dalam proses belajar. Jika materi yang dipelajari

mempunyai karakteristik sesuai dengan prilakunya yaitu menuntut sikap ilmiah

152

dan kemampuan kreativitas maka tanpa perlakuan metode apapun siswa tetap

akan bisa menguasai bahan pelajaran dan sebaliknya. Seperti yang ditunjukan

dalam kesimpulan hasil penelitian dari Andrew J. Sense (2006) dinyatakan:

“As observed in the case study and then argued in this paper, through project team participants systematically and publicly exploring and communally reflecting on this sociological element, they aid their situated learning processes and incidentally, help develop their competency in learning how to learn”.

Implementasi pembelajaran dengan proyek akan dapat mengembangkan

hubungan sosiologis antar siswa dan kompetensi mereka dalam cara belajar, akan

tetapi untuk pencapaian prestasi hasil belajar tidak ada relevansi atau interaksinya.

F. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah berusaha semaksimal

mungkin untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, akan tetapi peneliti

menyadari sebagai manusia biasa pasti banyak kelemahan dan keterbatasan

selama penyusunan penelitian ini. Kelemahan dan keterbatasan antara lain :

1. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X dan sampelnya

adalah kelas X.3 dan X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran

2008/2009. Jika penelitian ini dilaksanakan di sekolah yang berbeda mungkin

akan berbeda pula hasil yang akan didapatkan dalam penelitian, sehingga

penelitian ini masih belum dapat digeneralisasikan secara umum.

2. Semua instrumen yang terdapat dalam penelitian ini hanya diuji cobakan satu

kali, padahal untuk menjadi instrumen yang baik dan baku harus diuji cobakan

beberapa kali pada tempat yang berbeda-beda pula.

153

3. Waktu pembelajaran terbatas pada pokok bahasan Limbah dan Daur Ulang,

hanya diberikan dalam beberapa pertemuan saja. Hal ini merupakan salah satu

bentuk keterbatas waktu.

4. Penggunaan metode pembelajaran dalam penelitian ini dibatasi hanya dua

metode yaitu proyek dan inkuiri.

5. Variabel moderator dalam penelitian ini hanya terbatas pada dua variabel yaitu

sikap ilmiah dan kreativitas, yang masing-masing dikategorikan dalam dua

kelompok yaitu tinggi dan rendah. Padahal ada satu kategori lagi yaitu sedang,

akan tetapi pada penelitian ini kategori sedang ini tidak ada. Sehingga peneliti

belum dapat menyimpulkan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa

secara komprehensif.

6. Dalam penelitian ini pertemuan atau tatap muka dengan siswa ketika

berlangsungnya penelitian sangat singkat. Sehingga penyampaian bahan ajar

dan penyesuaian siswa terhadap pemakaian metode kurang maksimal.

7. Evaluasi hasil belajar dilakukan sebagai teknik pengumpulan data tentang

prestasi belajar biologi materi Limbah dan Daur Ulang berupa tes tertulis

bentuk pilihan ganda pada akhir pembelajaran saja karena idealnya proses

evaluasi dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung.

154

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan metode inkuiri pada kelas X.4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo

berpengaruh lebih baik pada hasil belajar siswa materi Limbah dan Daur

Ulang daripada metode proyek pada kelas X.3 karena pada metode inkuiri

siswa menggunakan berbagai sumber belajar, siswa melakukan eksperimen

sendiri secara luas, siswa dapat berpikir kritis, bersikap positif dan bisa

menggunakan berbagai sumber untuk belajar sehingga dengan kelebihan

tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep

dalam materi Limbah dan Daur Ulang.

2. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi terbiasa dengan proses

pembelajaran yang menuntut observasi, pencatatan data, melakukan

eksperimen, menarik kesimpulan dan membuat laporan. Berdasarkan hasil

penelitian didapat bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi

berpengaruh terhadap prestasi belajarnya yang lebih baik daripada siswa yang

mempunyai sikap ilmiah rendah yang kurang cocok dengan penerapan metode

yang diduga bagus seperti metode proyek maupun inkuiri.

3. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi terbiasa dengan proses pembelajaran

yang menuntut siswa untuk menghasilkan produk, berpikir kreatif, dan

155

kontekstual. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa siswa yang

mempunyai kreativitas tinggi berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi

pada materi Limbah dan Daur Ulang lebih baik daripada siswa yang

mempunyai kreativitas rendah yang kurang cocok dengan penerapan metode

yang diduga bagus seperti metode proyek maupun inkuiri.

4. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah

dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak

adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang

mula-mula mempunyai sikap ilmiah rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi

dan sebaliknya siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi, prestasi belajarnya

ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah

bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang sikap ilmiah rendah

maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal

sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya

meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan

inkuiri..

5. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar kreativitas terhadap prestasi belajar

siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah

dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak

adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang

mula-mula mempunyai kreativitas rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi

dan sebaliknya siswa yang mempunyai kreativitas tinggi, prestasi belajarnya

156

ada yang rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah

bahwa dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang kreativitasnya rendah

maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal

sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya

meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan

inkuiri.

6. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar kreativitas dan sikap ilmiah terhadap

prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran

materi Limbah dan Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak

ditemukannya siswa yang mula-mula mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah

rendah, prestasi belajarnya menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang

mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah tinggi, prestasi belajarnya ada yang

rendah. Faktor lain yang menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa

dengan metode apapun sesungguhnya siswa yang kreativitas dan sikap

ilmiahnya rendah maka tidak akan mampu untuk menerima pembelajaran

secara optimal sehingga tidak akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil

belajarnya meski diterapkan dengan metode yang diduga bagus seperti proyek

dan inkuiri.

7. Tidak terdapat pengaruh interaksi antar metode pembelajaran (proyek dan

inkuiri) dengan kreativitas dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa

SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada pembelajaran materi Limbah dan

Daur Ulang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak

157

adanya interaksi tersebut disebabkan karena tidak ditemukannya siswa yang

mula-mula mempunyai kreativitas dan sikap ilmiah rendah, prestasi belajarnya

menjadi tinggi dan sebaliknya siswa yang mempunyai kreativitas dan sikap

ilmiah tinggi, prestasi belajarnya ada yang rendah. Faktor lain yang

menyebabkan tidak ada interaksi adalah bahwa dengan metode apapun

sesungguhnya siswa yang kreativitas dan sikap ilmiahnya rendah maka tidak

akan mampu untuk menerima pembelajaran secara optimal sehingga tidak

akan berpengaruh signifikan pada prestasi hasil belajarnya meski diterapkan

dengan metode yang diduga bagus seperti proyek dan inkuiri.

B. Implikasi

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan

yang diperoleh, penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Siswa dengan sikap ilmiah dan kemampuan kreativitas tinggi lebih efektif dan

bisa menghasilkan prestasi belajar yang baik jika diajar dengan menggunakan

metode proyek dan inkuiri pada pembelajaran biologi di kelas X.3 dan X.4

SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 materi Limbah

dan Daur Ulang.

b. Siswa dengan sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mempunyai pengaruh besar

terhadap kemajuan belajar siswa. Berarti dengan memiliki sikap ilmiah dan

158

kreativitas tingggi maka siswa tersebut memiliki kemampuan dan karakter

yang baik dalam mengenali diri sendiri, mengembangkan potensi, berinteraksi

dan bekerjasama dengan orang lain, mengelola emosi, rasa ingin tahu, terbuka,

semangat dan selalu berpikir positif. Dengan karakter yang melekat tersebut

siswa akan lebih mudah dalam memahami dan menguasai konsep ilmu biologi

yang ilmiah.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sikap ilmiah

dan kreativitas merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mencapai

peningkatan hasil belajar biologi siswa khususnya dalam pembelajaran biologi

karena:

a. Individu yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi mampu

beradaptasi dengan keadaan / situasi pembelajaran apapun, mampu

menghubungkan antara yang dipelajari dengan pemikirannya, menghadapi

materi pelajaran dengan semangat, rasa ingin tahu tinggi, berpikir positif,

obyektif, jujur dan tidak mudah menyerah. Dengan demikian sikap ilmiah dan

kreativitas tinggi dapat meningkatkan dan mendominasi keberhasilan dalam

mencapai prestasi belaajar yang tinggi meskipun dengan berbagai macam

metode pembelajaran yang digunakan.

b. Sikap ilmiah dan kreativitas merupakan siswa merupakan potensi yang

dimiliki oleh siswa sehingga apabila potensi ini mampu dikembangkan oleh

siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri. Guru

harus memahami bahwa setiap siswa memiliki sikap ilmiah dan kreativitas

159

yang berbeda-beda sehingga dalam pembelajaran di kelas maupun di luar

kelas, guru dapat menggunakan berbagai pendekatan atau metode

pembelajaran. Guru tidak boleh berperan sebagai hakim akan tetapi harus

berperan sebagai mediator atau fasilitator yang bertugas untuk menjembatani

atau memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang

sebaik-baiknya.

c. Mengingat sikap ilmiah dan kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa, maka dalam pembelajaran biologi diupayakan agar dapat meningkatkan

sikap ilmiah dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa

dapat dilakukan mulai dari proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara

nyata dan terus-menerus.

d. Konsep-konsep biologi diperoleh melalui pengamatan gejala-gejala alam

sehingga lingkungan sekitar merupakan sumber belajar yang penting bagi

siswa. Pelaksanana pembelajaran melalui metode proyek dan inkuiri

dimaksudkan untuk mendekatkan siswa sebagai subyek belajar dengan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Sehingga siswa merasa bahwa

dalam kehidupan sehari-hari mereka merupakan bagian dari proses

pembelajaran.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini, untuk

perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran biologi, maka peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut:

160

1. Kepada pendidik / guru

a. Mengingat adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan pada siswa yang

diberi perlakuan metode inkuiri lebih baik daripada metode proyek pada

materi Limbah dan Daur Ulang, maka guru hendaknya menjadikan hasil

penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk menggunakan metode inkuiri

dalam KBM Limbah dan Daur Ulang karena pada karakter materi tersebut

sesuai dengan nilai-nilai inkuiri seperti : melakukan observasi, mencatat data,

menganalisis, membuat laporan hingga presentasi dan diskusi.

b. Agar penerapan pembelajaran inkuiri berhasil dalam KBM Limbah dan Daur

Ulang hendaknya guru : menganalisis kemampuan ilmiah siswa karena

keberhasilan metode ini bergantung dari kebiasaan siswa yang kemampuan

ilmiahnya bagus. Selain itu hendaknya mempersiapkan semua instrumen

pembelajaran yang akan digunakan sehingga pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar.

2. Kepada siswa

a. Setiap siswa perlu meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah

dalam kehidupan masyarakat yang terkait dengan sains biologi.

b. Setiap siswa hendaknya menyadari bahwa hidup di masyarakat dengan segala

keadaan alam (sains) yang dimiliki adalah bagian dari proses pendidikan dan

pembelajaran di sekolah.

c. Siswa perlu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sains biologi.

Oleh karena itu melalui belajar biologi siswa diajak untuk mengenal,

161

meningkatkan pemahaman IPTEK, melestarikan dan mencintai

lingkungannya.

3. Kepada peneliti

a. Peneliti lain hendaknya meneliti penelitian serupa tetapi pada materi pokok

yang lain serta variabel yang lebih banyak.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi atau acuan

untuk penelitian yang sejenis dengan materi/konsep/standar kompetensi yang

lain dan oleh peneliti lain.

c. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah atau mengganti variabel

bebas kedua dengan variabel lain seperti gaya belajar, kemampuan awal,

minat.

d. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode

proyek dan inkuiri dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi

belajar biologi materi Limbah dan Daur ulang, maka bagi peneliti lain

nantinya disarankan untuk tidak mencari interaksi antar variabel tersebut

karena secara tinjauan teori memang tidak ada interaksinya sehingga pada

tujuan penelitian nantinya tidak akan membuang waktu percuma.

162

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Bintoro.2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema Belajar: Pedoman Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas.

Allam, Claire.2008. Creative activity and its impact on student learning - issues of

implementation. Innovations in Education and Teaching International. 45: 281 – 288.

Arifin, Daeng.1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ari Kunto, Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta Balai Pustaka.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Bell, Thorsten.2009. Collaborative Inquiry Learning: Models, Tools, and

Challenges. International Journal of Science Education. 76:112 Berliner, David, C. & Calfee, Robert.C.1996. Handbook of Educational

Psychology. New York, Simon & Schuster Macmillan. Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L. 1990. Selecting Procedures for

Improving the Science Curriculum. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education.

Brunner, J.1960. The Process of Education. Cambridge: Harvard University Press. Budi Eko Soetjipto.2001. Inquiry as a Method of Implementing Active Learning.

Jurnal Ilmu Pendidikan. 8(3): 84 Budiningsih, Asri, C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Penerbit Rineka

Cipta. Budiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Burhanudin, Salam. 2002. Pengantar Pedagogik. Jakarta : Rineka Cipta Carin, A.A.1999. Teaching Sciece Through Discovery. Ohio: Bell&Howell.

163

Carin, Arthur A & Robert B. Sund.1975. Teaching Sciece Through Discovery. Columbus: Charless E. Merrill Publising Company, Abell & Howell Company.

Depdiknas. 2004. Modul Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial Buku 3.

Jakarta: Depdiknas ————. 2004. Pedoman Penilaian Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun

2004. Jakarta: Depdiknas ————. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan IPA. Jakarta:

Depdiknas ————.2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2008. Jakarta:

Depdiknas Erman, S. Ar. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung: LPMP

Jawa Barat. Funderstandeing.1998. Behaviorism. www.funderstanding.com. diakses pada

tanggal 22 Desember 2008. Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston,

Little, Brown and Company Garton, Janetta., 2005. Inkuiri-Based Learning. Willard R-II School District,

Technology Integration Academy. Gijselaers, Wim H.1996. Bringing Problem-Based Learning to Higher Education:

Theory and practise. @copyright 2008 Puskaptik, MTI, Usti Team Term and Education.

Haury, L. David.1993. Teaching Science Through Inkuiri. Columbus, OH: ERIC

Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED35904

Hein, G. E. 1996. Constructivist Learning Theory.

http//:www.exploratorium.edu.com. (29 Desember 2008) Huitt, W. 1997. Socioemotional development. Educational Psychology

Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University _________. 2001. Motivation to Learn: An Overview. Educational Psychology

Interactive. Valdosta, Valdosta State University _________.2004. Observational (social) learning: An overview. Educational Psycology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University.

164

_________. (2004). Observational (social) learning: An overview. Educational

Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Handoyo, Budi. 2004. Pendidikan IPS SD Terpadu, Berbasis Kurikulum 2004.

Jakarta: Geo Spektrum Press Hamalik, O.2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara _________.2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta:Bumi Aksara Hans Poldoja, Teemu Leinonen. Media Lab, University of Art and Design

Helsinki, Finland; Terje Väljataga, Hypermedia Laboratory, Tampere University of Technology, Finland; Antti Ellonen, Marjo Priha, Uusimaa Regional Environment Centre, Finland

http//:www.depdiknas.go.id/jurnal/34/Paradigma Baru Pendidikan

Bermutu.htm (diakses pada tanggal 10 oktober 2009)

http//: www.scribd.com. Metode-Metode Pembelajaran. diakses pada tanggal 10 Agustus 2009.

http://images.google.co.id/images. Sampah Organik-Anorganik.(diakses pada

tanggal 15 Januari 2010) Ibnu, Suhadi. 2004. Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Praktis Untuk

Perbaikan Pembelajaran. Makalah disajikan dalam lokakarya YSN KPS Balikpapan

Ibrahim.2000. Model Pembelajaran Kooperatif.Surabaya:Unesa Press. Ibrahim dan Nur.2004. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning).Surabaya:Unesa Press. Indra Jati Sidi.2004. Pelayanan Profesional Kegiatan Belajar Mengajar Yang

Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Indrawati.2001.Kognitif. http//:catalog.sunan-ampel.ac.id/ (diakses pada tanggal

29 Desember 208. Kamus Besar Bahasa Indonesa. 1996. Edisi kedua: Pengembangan Bahan Ajar.

Jakarta:Depdiknas.

165

Kuntoro, Shodik A. 1992. Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta : Pusat Pengabdian pada Masyarakat

Leonard, Nancy, H., Beauvais, Laura Lynn., & Scholl Richard, W., 1995. “A Self

Concept-Based Model of Work Motivation”. In The Annual Meeting of the Academy of Management (URL: http://chiron.valdosta.edu/wh…).

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Munandar, Utami. 1990. Pengembangan Kreativitas Belajar Mengajar.

Surabaya: Usaha Nasional Novak, J.D.1987. Proceding of the Second International Seminar Misconseption

and Educational Strategisin Science and Mathematic. Ithaca, New York: Cornell University.

Nur, Muhammad. 2002. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning). Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Universitas Negeri Surabaya.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Parnes. 1998. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius Sagala, Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit

Alfabeta. ___________. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit

Alfabeta. Sense, Andrew. 2006. Project learning relationships and situated learning:

defensive deflection and protective veneers. International Journal of Learning and Change 2006-vol.1, No. 3pp. 345-361.

Soetomo.1993.Dasar-dasar Interaksi Belajar. Surabaya:Penerbit Usaha

Nasional. Sudjana, Nana.2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Suparno, Paul.2005.Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta : Grasindo

Wilis, Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung : Erlangga.