METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN...

103
METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN SOSIAL DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Elisa NIM: 109052000018 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M

Transcript of METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN...

Page 1: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA

BINAAN SOSIAL DI PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA BUDI MULIA 4

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Elisa

NIM: 109052000018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2016 M

Page 2: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 3: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 4: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 5: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

i

ABSTRAK

Elisa

Metode Bimbingan Rohani Terhadap Warga Binaan Sosial di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan

Permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial semakin lama kian

meningkat. Banyak yang menjadi penyebab mengapa semua itu bisa terjadi. Masalah

PMKS memang sangat beragam mulai dari anak jalanan, pemulung, PSK, dan lanjut

usia terlantar. Sungguh sangat memperhatinkan bila hal tersebut semakin lama kian

meningkat. Salah satunya adalah permasalahan lansia. Usia lansia adalah usia yang

paling rentan terkena stres dan depresi karena ketidak terimaan diri dengan apa yang

dialami, tidak hanya stres dan depresi yang dialami, masih banyak sekali masalah-

masalah yang sering muncul pada diri lansia, diantaranya permasalahan fisik, mental

dan sosial. Dari permasalahan-permasalahan itu tidak jarang akan menimbulkan

ketidaknyamanan dalam diri. Perlu adanya perhatian yang lebih kepada mereka.

Untuk itu tepat sekali jika pemerintah menyediakan tempat bagi golongan-golongan

lansia terlantar. Pada masa lansia perlu adanya kekuatan yang lebih dalam

meningkatkan kualitas rohaninya. Karena ketika tua seseorang akan mulai

memikirkan masa depannya di akhirat nanti. Seperti yang telah dilakukan oleh salah

satu Panti Sosial Tresna Werdha yang terletak di Jln. Margaguna Radio Dalam

Jakarta Selatan. Panti lanjut usia ini telah memberikan bimbingan rohani kepada

lansia dengan metode yang secara khusus diberikan oleh pihak panti yang berupa

memberikan jalan yang dapat mempermudah lansia untuk bisa meningkatkan kualitas

rohaninya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan

pelayanan terhadap warga binaan sosial yaitu lansia dan metode metode yang

digunakan pada pelaksanaan bimbingan rohani. Dimana bimbingan merupakan suatu

proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan

supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif.

Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi

yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan data-

data dari sumber yang terkait dengan penelitian.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan rohani yang

diberikan kepada warga binaan yaitu lansia, yaitu dengan metode individual dan

kelompok. Metode-metode lain pun digunakan sesuai dengan kondisi dan keadaan

lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan rohani

cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia. Dan memang tidak hanya

untuk meningkatkan kualitas rohani lansia saja,begitu juga dengan jasmaninya.

Page 6: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

ii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi atas

berbagai macam nikmatNya terutama nikmat sehat wal afiat dan umur panjang

sehingga peneliti dapat menjalankan penelitian di PSTW 4 dengan diberikan

kemudahan, kelancaran dan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad

SAW, suri tauladan bagi umatnya yang membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil

alamin.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi, pembahasan, maupun

tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan peneliti yang masih

perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. namun penulisan skripsi ini diselesaikan

adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak, untuk itu selayaknya peneliti

sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terutama kepada :

1. Setinggi-tingginya penghargaan dan ucapan terima kasih yang tiada tara kepada

wanita tercinta dan terkasih Alm Salma Binti Nansir yang telah menjadi Ibu

terhebat sejagad raya, yang ingin sekali melihat putrinya menjadi seorang sarjana.

tapi sungguh disayang, belum sempat mewujudkan keinginannya mamah sudah

tiada. Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana harus

menutupnya. Kehilangannya merupakan kesedihan terbesar dalam hidup peneliti,

tapi tak ada yang bisa melawan takdir. Roh mamah akan abadi di sisi yang

meciptakan. Itulah yang membangkitkan kesadaran bahwa harapan peneliti

terhadap mamah tak boleh ikut mati. Selama nafas masih berhembus, selama itu

pula roh mamah menanti ungkapan cinta, yaaa melalui Do’a. beristirahatlah

dengan tenang dipangkuanNya. Well meet again someday, Insyaallah.

2. Ayahanda Edison Mandely yang selalu memberikan dorongan motivasi kepada

peneliti untuk maju dan melangkah sampai tujuan yang ingin dicapai. Kepada

adik Muhammad Emfadly A.Md.Prs yang terlebih dahulu wisuda dan menjadikan

motivasi untuk peneliti agar bisa cepat menyusul, Terima kasih atas semua kasih

Page 7: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

iii

sayang, kesabaran, perhatian, selalu memberikan dorongan moril dan meteril,

serta Do’a yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita

peneliti. Semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan mereka dengan

ganjaran yang berlinpah. Aamiin Allahuma Aamiin.

3. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak

Suparto, PhD selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Ibu Dr. H. Roudhonah,

MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum dan Bapak Dr.

Suhaemi, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. Semoga atas

kebaikannya Allah melimpahkan kebaikan kepada beliau semuanya.

4. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, Bapak Ir. Noor Bekti Negoro, SE,. M.Si selaku sekretaris

jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Yang telah banyak memberikan

motivasi dan dukungan selama peneliti menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta, terlebih lagi

dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan bantuannya

sungguh luar biasa.

5. Ibu Dra. Nasichah, MA selaku dosen pembimbing skripsi. Ucapan terima kasih

tak terhingga kepada beliau yang telah membimbing penulis menyelesaikan tugas

akhir ditengah-tengah kesibukannya beliau meluangkan waktu untuk

membimbing penulis memberikan arahan, masukan serta saran yang sangat

bermanfaat untuk menyempurnakan skripsi ini dan selalu memberikan motivasi

agar peneliti segera dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Nurul Hidayati, M.Pd selaku dosen Penasehat Akademik yang telah

memberikan banyak nasehat dan arahan di setiap semester. Tanpa nasehat dan

arahan dari seorang penasehat akademik, maka tiada terstruktur perencanaan studi

selama menempuh pendidikan strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi umumnya dan khusunya dosen

dan staf pengajar pada jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam serta seluruh Civitas

Akademika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, wacana,

Page 8: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

iv

wawasan, intelektualitas yang telah ditularkan kepada peneliti selama berada dan

mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Segenap staf Akademik, Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan FIDKOM yang telah memberikan

fasilitas dan pelayanan yang baik sehingga penulis mendapatkan referensi dalam

memperkaya skripsi ini.

9. Ibu Dra. Happy Hayati selaku Kabag TU Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang sudah memberikan Do’a dan motivasi selama ini kepada

peneliti dan telah memberikan banyak bantuan serta kemudahan selama peneliti

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah. Semoga juga dapat menjadi

amal ibadah di hadapanNya.

10. Ibu R. Yanti Affiyanti selaku Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan yang telah memberikan izin, telah menerima peneliti

dengan baik dan memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian di PSTW ini

serta membantu memberikan informasi mengenai kelembagaan panti kepada

peneliti.

11. Seluruh Pekerja Sosial, staf, pegawai, karyawan, pembimbing, pegawai honorer,

pegawai security dan kepada semua pihak yang namanya tidak disebutkan satu

demi satu di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

yang telah banyak membantu dan memberikan masukan saran-saran, dorongan,

semangat, membantu dan mengarahkan peneliti serta memberikan informasi dan

data-data mengenai panti selama mengadakan penelitian skripsi di PSTW ini.

12. Para Warga Binaan Sosial Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 yang telah

membantu, menerima dan menyambut baik dengan ramah kehadiran peneliti

selama proses penelitian berlangsung sungguh pengalaman dan kenangan ini tak

mungkin peneliti lupakan.

13. Keluarga besar anak cucu kakek Nansir yang juga selalu mendoakan peneliti sampai

saat ini sehingga peneliti bisa menyelesaikan kuliah dan semoga semua diberikan

kesehatan dan panjang umur.

Page 9: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

v

14. Jazakillah khoiran katsir untuk seorang teman, sahabat, saudara, yang sudah peneliti

anggap layaknya kakak kandung Intan Ayu yang sudah selalu memberi semangat,

Do’a dan nasehatnya kepada peneliti. Semoga Allah selalu jaga tali persaudaraan kita

hingga ke SyurgaNya.

15. Sahabat-sahabat, teman satu perjuangan selama kuliah angkatan BPI’09 (BPI

2009), spesial kelas khusus para “koplakers” Ubay, Azis, Sudin, Hafiz, Pepy,

Syamsul, Udy, Adnan, Akin, Zulfikar, Kohar, Solah, Rizky bagol, Bg jack, Ai,

Lili, Ratna, Mia, Serly, Laely, Kokom, Mumun, Jamiah dan Ishan. Dan temen-

teman yang lain, begitu banyak pelajaran dari pertemuan kita. Kalian sungguh

berkesan dan luar biasa. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini, semoga

ini bukan akhir perjumpaan kita, tapi adalah awal dari ikatan persaudaraan kita.

Tetap semangat.

16. Sahabat-sahabat alumni Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang yang sudah

memberikan Do’a dan motivasi kepada peneliti agar segera menyelesaikan skripsi

ini.

17. Dan terakhir terima kasih peneliti ucapkan kepada seseorang yang kehadirannya

memberikan warna dalam hidup peneliti, yang senantiasa ada untuk memberikan

dukungan , melantunkan Do’a serta mengusahakan segala macam bantuan terkait

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua yang telah dilakukan, Terima

kasih telah senantiasa menguatkan di kala peneliti terpuruk dan sempat merasa

tidak mampu melakukan apa-apa, Terima kasih selalu menjadi tempat untuk

mengusir kepenatan dan kejenuhan dengan penuh kasih sayang dan cinta. Selalu

memberikan dorongan semangat untuk terus berjuang mencapai tujuan akhir.

Kepada Suami tercinta Hamdani Jabir S.Sos.I, Semoga Allah jadikan keluarga

kita keluarga yang Sakinah Mawaddah dan Warohmah. Semoga Allah segera

menghadirkan anggota baru di keluarga kita, dan kebersamaan kita selalu

mendapatkan berkah dariNya.

Akhirnya kepada Allah jualah peneliti memohon agar usaha ini dijadikan

sebagai amal shalih dan diberikan pahala oleh-Nya. Shalawat serta salam semoga

Page 10: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

vi

selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa Sallam beserta

keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir, Aamiin Allahuma

Aamiin.

Peneliti sebagai manusia biasa yang yang banyak kekurangan dan kelemahan

meminta maaf jika ada kesalahan pada diri peneliti. Peneliti sadari bahwa dalam

menjalankan penelitian sampai dengan penyusunan skripsi ini secara kualitas masih

jauh dari kesempurnaan dan skripsi ini tentu saja bukan suatu karya yang sempurna

serta bebas dari kesalahan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun agar dapat menjadikan peneliti lebih baik di masa yang

akan datang, peneliti sambut dengan lapang dada dan ucapan terima kasih.

Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan, semoga

skripsi ini dapat membawa manfaat sebesar-besarnya bagi kita semua yang

membacanya terutama dalam memajukan Bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 24 September 2016

Elisa

Peneliti

Page 11: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… ix

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian ………….……..………………………. 7

2. Manfaat Penelitian ……………………………….……….. 7

D. Tinjauan Pustaka ………………………………….…………... 8

E. Metedo Penelitian …………………………………………….. . 9

F. Sitematika Penulisan …………………………………………. 13

BAB II TINJAUAN TEORI ..…………………………………………… 15

A. Bimbingan Rohani ………….…….…………………………... 15

1. Pengertian Motode, Bimbingan, Rohani ………..……..….. 15

2. Metode Bimbingan Rohani ……………………………..... 19

3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan …..……………………..…. 23

B. Pengertian Warga Binaan Sosial ……………………………... 24

C. Pengertian Panti Sosial …………………………...................... 25

BAB III GAMBARAN UMUM PSTW (PANTI SOSIAL TRESNA

WERDHA) BUDI MULIA 4 JAKARTA SELATAN ………... 28

A. Profil Lembaga dan Sejarah Berdirinya ………………………. 28

B. Landasan Hukum …..…………………………………………. 29

Page 12: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

viii

C. Visi dan Misi ………………………………………………….. 29

D. Tugas Pokok ………………………..…………….…………… 30

E. Tujuan ………………………...……………………………….. 30

F. Sasaran ……….……………………………………………….. 30

G. Persyaratan Penerimaan Lanjut Usia …………………………. 30

H. Prosedur Penerimaan ………………………………………….. 31

I. Saran dan Program Kegiatan …………………….…………… 31

J. Proses Pelayanan …………..………………………………….. 33

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA ……….……. 35

A. Temuan Lapangan ……………………. …..…………….……. 35

1. Pendataan ………….………………….…………………… 36

2. Penerimaan …………………………………………....….... 38

3. Metode Bimbingan Rohani ………………………………... 41

4. Resosialisasi…………………………………………….….. 48

5. Penyaluran …………………………………………….…… 48

B. Analisa Hasil Temuan …………………………………….…… 49

BAB V TEMUAN DAN ANALISA DATA ………………….…..….….. 57

A. Kesimpulan …………………………...……………..….……. 57

1. Metode Bimbingan Rohani ………………………………... 57

2. Faktor Pendukung dan Penghambat ………………………. 58

B. Saran ………………………………………………..………… 59

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..…….…. 61

LAMPIRAN ……………………………………………………………..……….. 63

Page 13: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Pelayanan …………………..………………………………….. 33

Gambar 2. Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha 4 ……...…………… 34

Page 14: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Pedoman dan Hasil Wawancara WBS / Klien

Lampiran II : Format Isian Data WBS

Lampiran III : Jadwal Kegiatan PSTW

Lampiran IV : Daftar Nama PNS dan PHL PSTW

Lampiran V : Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran VI : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran VII : Surat Penelitian

Lampiran VIII : Dokumentasi Kegiatan WBS

Page 15: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah sosial merupakan segala permasalahan yang muncul dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masalah sosial juga

merupakan suatu fenomena yang memiliki berbagai dimensi, oleh karena itu

begitu banyaknya dimensi yang terkandung di dalamnya, mengakibatkan hal ini

menjadi objek kajian, ini merupakan problematika yang telah lama terjadi tetapi

sampai saat ini belum diperoleh rumusan mengenai pengertian dari masalah sosial

yang disepakati berbagai pihak. Namun pada umumnya masalah sosial ditafsirkan

sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga

masyarakat.1

Saat ini masalah sosial sudah menjadi wacana yang tidak asing lagi karena

masalah sosial ini dapat terjadi apabila suatu individu atau institusi sosial tidak

berhasil mengatur dan menyesuaikan dengan kecepatan perubahan yang terjadi.

oleh karena itu masalah sosial akan mengganggu atau mengahancurkan

bekerjanya organisme sosial. Maka dalam hal ini individu atau institusi sosial itu

dapat dikatakan dalam keadaan sakit.2

1 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), cet. Ke-1, h. 1

2 Ibid, h. 77.

Page 16: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

2

Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial

yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah

kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah masyarakat.

Melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis

multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia.3

Masalah kemiskinan di Indonesia ini dirasakan sangat mendasar untuk

ditangani. Salah satu ciri umumnya adalah kondisi masyarakat yang miskin, tidak

memiliki sarana dan prasarana, pemukiman yang tidak memadai, kualitas

lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Sehingga banyak terjadi

penyandang masalah kesejahteraan sosial, dimana masalah kemiskinan adalah

faktor utama. Kemiskinan pula merupakan akibat dari sifat malas, kurangnya

kemampuan intelektual, kelemahan fisik, kurangnya keterampilan, dan rendahnya

kemampuan untuk menanggapi persoalan di sekitarnya.4

Sejak krisis moneter sejak 1997 yang berakibat krisis ekonomi pada tahun

1998 jumlah keluarga miskin di Propinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan

yang signifikan. Hal ini berakibat timbulnya penyandang masalah kesejahteraan

sosial. Terlihat dari banyaknya perantau yang datang dari luar kota untuk

mengadu nasib di Jakarta. Akan tetapi, sebab kurangnya ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki membuat sebagian perantau terlantar dan menjadi

salah satu penyebab meningkatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial.5

3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: PT

Refika Aditama, 2005), h. 131. 4 Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 126.

5 Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial, Definisi dan Kriteria Penyandang

Masalah Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta, 2007)

Page 17: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

3

Penyandang masalah kesejahteraan sosial banyak tersebar di tengah

masyarakat sebab kurangnya perhatian dari masyarakat itu sendiri, juga

kurangnya pengawasan dari negara sebagai penegak hukum. Penegak hukum di

Indonesia cenderung membiarkan begitu saja persoalan-persoalan yang berada di

tengah masyarakat. Terbukti dengan lebih banyaknya waktu adanya pengemis dan

pengamen di jalanan daripada tidak adanya mereka. Satpol PP sebagai pihak

berwajib yang berwenang menertibkan itu, hanya sesekali melakukan tugasnya

ketika melakukan razia, baik razia rutin maupun razia mendadak.

Penyandang masalah kesejahteraan sosial yang tertangkap ketika

dilakukan razia, biasanya akan diserahkan pihak berwenang kepada Dinas Sosial

di wilayah setempat. Dari Dinas Sosial tersebut, penyandang masalah

kesejahteraan sosial akan disalurkan ke Panti Sosial.

Panti sosial merupakan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang

memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan

memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan

normatif secara fisik, mental dan sosial.

Di DKI Jakarta, Dinas Sosial yang bertanggung jawab menerima

penyandang masalah kesejahteraan sosial ini ialah Dinas Sosial Kota Jakarta

Timur. Melalui Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya di wilayah Ceger Jakarta

Timur, penyandang masalah kesejahteraan sosial yang tertangkap saat razia, akan

dibimbing dan diberdayakan sesuai dengan bakat dan keahlian mereka masing-

masing. Di dalam Panti Sosial tersebut, penyandang masalah kesejahteraan sosial

mulai disebut sebagai Warga Binaan Sosial (WBS)

Page 18: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

4

Dari sekian banyak penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

tertangkap, ada diantaranya yang sudah berusia lanjut. Untuk penyandang masalah

kesejahteraan sosial yang berusia lanjut, mereka akan ditempatkan di Dinas Sosial

di wilayah DKI Jakarta melalui Panti Sosial Tresna Werdha. Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) adalah Panti Sosial yang mempunyai tugas memberikan

bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar

dalam kehidupan bermasyarakat. Di Panti Sosial Tresna Werdha, warga binaan

sosial yang sebagian besar berusia lanjut tersebut mendapat berbagai bimbingan

dan penyuluhan dengan berbagai persoalan. Salah satu diantaranya ialah Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 di bawah Dinas Sosial Jakarta Selatan.

Banyak bimbingan yang dilakukan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia 4, di antaranya ialah Bimbingan Rohani. Dalam bimbingan rohani tersebut,

warga binaan sosial diharapkan dapat memahami tentang diri sendiri dan orang

lain dengan cara mempelajari berbagai ilmu pengetahuan khususnya tentang

agama yang didukung dengan pelatihan dan pemahaman cara berpikir positif serta

praktik kegiatan ibadah, demi terwujudnya kebahagiaan di dunia dan akhirat.6

Secara naluri, kebutuhan manusia akan bimbingan dan petunjuk dari

Tuhannya ialah kebutuhan mutlak untuk kebahagiaan di dunia dan di alam

sesudah mati. Kehidupan manusia juga harus berkembang menjadi manusia

muslim yang beriman, beramal sholeh, dan berbudi pekerti luhur. Dengan

demikian, penanaman nilai-nilai agama dan moral diharapkan menjadi titik balik

untuk perubahan perilaku dalam masyarakat.

6 Abdul Rahman dan Nuhri Sulaeman, Panduan Bimbingan Mental Spriritual (Jakarta:

Kementerian Sosial, 2011), h. 1.

Page 19: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

5

Sejatinya setiap makhluk yang bernama manusia memiliki fitrah dalam

dirinya yang menginginkan kondisi yang tenang dan damai serta sehat mental

maupun jiwannya sehingga jiwa fitrahnya ini tentu menginginkan bimbingan yang

berasal dari penciptanya melalui bimbingan dan penyuluhan agama yang diyakini.

Di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia 4, bimbingan rohani sudah

dilakukan dalam diskusi kelompok dan dalam bimbingan personal. Keduanya

memiliki pokok pembahasan masing-masing. Jika dalam diskusi kelompok lebih

banyak membahas soal kajian agama dari berbagai sudut pandang, maka dalam

bimbingan personal lebih banyak membahas mengenai persoalan-persoalan

pribadi dari warga binaan sosial.

Dalam proses bimbingan tersebut, tentu memiliki metode yang harus

diikuti oleh setiap warga binaan yang dilaksakan oleh pihak panti. Dengan

mengacu pada metode tersebut, maka dapat dilakukan evaluasi dan diharapkan

sebuah bimbingan dapat berjalan dengan lebih baik dan lebih efisien. metode

bimbing juga dapat dijadikan acuan sebagai kajian yang menarik sebagai bahan

sebuah penelitian dengan kapasitas keilmuan yang sesuai.

Bimbingan dan Penyuluhan Islam, sebagai salah satu jurusan di Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, merupakan salah satu jurusan yang mengkaji

tentang pentingnya bimbingan dan penyuluhan yang berbasis agama. Kajian di

BPI ini selaras dengan kajian mengenai bimbingan rohani yang ada di Panti Sosial

Tresna Werdha. Dengan berdasar latar belakang yang telah disebutkan di atas,

maka peneliti bermaksud mengambil judul penelitian “Metode Bimbingan

Page 20: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

6

Rohani Terhadap Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut agar lebih terarah dan mencapai

sasaran yang tepat, maka peneliti membatasi penelitian ini pada Pelaksanaan

Metode Bimbingan Rohani Terhadap Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 yang meliputi: tujuan dan fungsi bimbingan rohani, metode

bimbingan rohani, mengubah sikap dan tingkah laku, serta bimbingan lebih lanjut

agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini adalah

rinciannya sebagai berikut:

a. Bagaimana metode bimbingan rohani terhadap warga binaan di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.

b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat

menentukan keberhasilan bimbingan rohani terhadap warga binaan sosial

di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.

Page 21: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan pembatasan

dan perumusan masalah yang telah dikemukan. Pada pokonya penelitian ilmiah

bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.7 Maka tujuan yang

ingin peneliti capai ialah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis metode bimbingan rohani terhadap warga

binaan sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan..

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat yang

menentukan keberhasilan bimbingan rohani terhadap warga binaan sosial di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan

hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang

meliputi Bimbingan Penyuluhan Sosial, Bimbingan dan Penyuluhan Islam

khususnya yang berkaitan dengan metode bimbingan rohani terhadap terhadap

warga binaan sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta

Selatan.

2. Diharapkan dapat membantu dan memberi masukan bagi Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan dalam bentuk Program Kerja.

7 DR. bustanuddin Agus. Pengembangan ilmu-ilmu social. Gema Insani Press. Jakarta 1999

Page 22: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

8

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi jurusan Bimbingan

Penyuluhan Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam

pengembangan keilmuan dan kurikulum.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menyusun skripsi sebelumnya penulis telah melakukan kajian

pustaka terhadap beberapa penelitian yang sejenis. Berdasarkan pengamatan

penulis, ada beberapa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang mengenai respon

yaitu antara lain:

1. Sebuah skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan Islam bagi Lansia dalam

Meningkatkan Kualitas Ibadah di Rumah Perlindungan Lanjut Usia

Jelambar” yang di tulis oleh Nur Apriyanti (2011) Universitas Islam Negeri

Jakarta, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan

dan Penyuluhan Islam. Penelitian ini berfokus pada metode bimbingan islam

dalam meningkatkan kualitas ibadah bagi lansia.

2. Sebuah skripsi berjudul “Metode Pembinaan Agama bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Panti Sosial Bangun Daya 1

Kedoya Jakarta Barat” yang ditulis oleh Muhammad Syahid Fudholi Al-

Hasyim (2012) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam. Penelitian ini berfokus pada metode pembinaan agama bagi

penyandang masalah kesejahteraan sosial.

3. Sebuah skripsi berjudul “Metode Bimbingan Agama Dalam Pembinaan

Akhlak Warga Binaan Sosial Di Panti Sosial Bina Insani Bangun Daya

Kedoya Jakarta Barat” yang di tulis oleh Sundus Muharromah (2015)

Page 23: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

9

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Program Stadi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Penelitian ini berfokus pada metode bimbingan agama dalam pembinaan

akhlak warga binaan sosial.

Yang membedakan penelitian ini dengan beberapa penelitian di atas

ialah, peneliti berfokus pada metode bimbingan rohani terhadap warga binaan

sosial yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha 4 Margaguna Jakarta

Selatan.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sebuah pendekatan diakui selain mengandung sejumlah keunggulan, juga

memiliki beberapa kelemahan tertentu. Hal ini adalah sesuatu yang wajar dan

universal. Meskipun demikian, tidak berarti sebuah pendekatan menjadi tidak sah

atau tidak penting untuk digunakan. Sebab, persoalannya tidak terletak pada

bagaimana menggunakan dan menempatkan sebuah pendekatan (dengan

keunggulan dan kelemahan yang melekat apadanya) dalam suatu studi dengan

masalah yang relevan ditelaah menurut logika pendekatan tersebut.8

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh

Lexy Moleong dalam bukunya Metodelogi Penelitian Kualitatif adalah “prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”9 Menurut mereka,

pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic. Jadi

8Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1998), Hal 3. 9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 1998), Hal 4.

Page 24: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

10

dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu/oragnisasi kedalam variabel

atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Sedangkan menurut Anselm Strauss dalam teknik dan teori Grounded, H. M.

Djunady Ghony adalah

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat

diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara

lain dari pengukuran.10

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.11 Penelitian kualitatif

menghasilkan dan mengelolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip

wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya.12

Pendekatan ini digunakan karena peneliti bermaksud untuk mengetahui proses

yang dilakukan para pekerja sosial melakukan pelayanan bimbingan rohani dan

mendeskripsikan tentang metode bimbingan rohani di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan

10

H. M. Djunady Ghony, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: prosedur, Teknik dan teori Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997) cet ke 1, h. 11.

11 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)

,h. 4. 12

Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, Edisi ketiga (Jakarta, LPSP 3 UI, 2005), h. 36.

Page 25: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

11

subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.13

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 yang

beralamat di Jl. Margaguna No. 01 Radio Dalam, Jakarta Selatan.

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2016 sampai dengan Oktober

2016.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Warga Binaan Sosial di Panti Tresna Werdha

Budi Mulia 4 Jakarta Selatan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian

ini adalah Metode Bimbingan Rohani Warga Binaan Sosial di Panti Tresna

Werdha Budi Mulia 4.

4. Sumber Data

Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dala penelitian

untuk memperoleh data-data konkrit, dan yang dapat memberikan informasi

untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.14 Untuk

menetapkan sumber data, penulis mengklasifikasi berdasarkan jenis data yang

dibutuhkan (dikumpulkan). Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber

data yaitu:

13

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)

14 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:

LPSS,1998), Cet. Ke-1, hal.29.

Page 26: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

12

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari para informan yang ada

di panti pada waktu penelitian. Data primer ini diperoleh melalui

pengamatan dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder ialah data yang dikumpulkan melalui sumber-sumber

informasi tidak langsung, seperti dokumen-dokumen yang ada di

perpustakaan, pusat pengelolahan data, pusat penelitian, departemen dan

sebagainya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Dan pada penelitian ini Teknik pengumpulan

data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data.15

Tehnik pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi

yang diperlukan untuk dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian

ini. Tehnik pengumpulan data ini dilakukan dengan :

a. Observasi atau pengamatan. Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan

langsung terhadap sarana dan prasarana dan kegiatan di panti tersebut, kegiatan

Warga Binaan Sosial (WBS) dari proses Pendekataan awal hingga pada proses

15

Prof. Dr. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA, 2005

Page 27: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

13

penyaluran. Dalam observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa

dilihat oleh mata, di dengar oleh telinga, diraba oleh tangan, kemudian peneliti

tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang dibutuhkan.

Observasi dan pengambilan data penelitian di PSTW ini dari bulan Juni sampai

dengan oktober 2016.

b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh

pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dengan yang terwawancarai

(yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan). Jadi wawancara

ialah untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara

peneliti dengan pihak WBS, pegawai panti, dan pembimbing rohani yang

menangani klien tersebut. Pertanyaan pokok ialah tentang tahapan bimbingan

rohani yang diberikan oleh Panti Sosial Tresna Werdha ini dari awal hingga

terminasi bahkan sampai dengan bimbingan lanjut. Kegiatan wawancara

banyak dilakukan di dalam kantor ruangan kerja dan ruangan konsultasi.

c. Dokumentasi, yaitu peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh dan

mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan dokumen-

dokumen dan gambar yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha serta data-data

lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam

penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah

didokumentasikan dalam buku dan majalah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya

dibagi ke dalam:

Page 28: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

14

BAB I PENDAHULUAN : Membahas tentang latar belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi

Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI : Bab ini berisi tentang: pengertian Metode

bimbingan rohani, Pengertian Warga Binaan Sosial, pengertian panti sosial.

BAB III GAMBARAN UMUM : Dalam bab ini akan dijelaskan Sejarah

berdirinya, Landasan hukum, visi dan misi, struktur organisasi, mekanisme kerja,

Persyaratan Calon WBS, Proses Pelayan, Sarana dan Prasarana.

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS : Tentang temuan

lapangan dan analisis data.

BAB V Penutup : Merupakan bagian penutup yang meliputi uraian keimpulan

dan saran.

Page 29: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bimbingan Rohani

1. Pengertian Metode, Bimbingan, Rohani

a. Pengertian Metode

Secara etimologi metode berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari

penggalan kata “Meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila

digabungkan maka metode dapat di artikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam

pengertian yang luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara

yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.16

Metode dalam kamus Bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir

baik-baik untuk mencapai maksud (dengan maksud ilmu pengetahuan, dan

sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan gunu mencapai tujuan yang ditentukan.17

Metode adalah cara yang sistematis dan teratur yang digunakan untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mancapai tujuan- tujuan yang

ditentukan.

b. Pengertian Bimbingan

Secara etimologi istilah “bimbingan” digunakan sebagai terjemahan istilah

bahasa inggris Guidance yang berasal dari kata Guide yang artinya dengan

16

M. lutfi, Dasar- dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah 2008), h. 120 17

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-1, h.580.

Page 30: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

16

menunjukan jalan (Showing the way), Memimpin (Leading), menuntun

(conducting), memberi petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating),

mengarahkan (governing), dan memberi nasita (giving advice).18

Pengertian bimbingan secara terminology sudah banyak dikemukakan para

ahli di antaranya menurut Crow and Crow seperti dikutip. H.M Umar dan Sartono

guidance dapat diartikan sebagai “bantuan yang diberikan oleh seseorang baik

pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dari pendidikan yang

memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya

mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah

pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya

sendiri. 19

Sama halnya dengan yang didefinisikan oleh Stoop yang dikutip dari Dewa

Ketut bahwa bimbingan juga diartikan sebagi suatu proses yang terus menerus

dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara

maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya

maupun masyarakat.20

Menurut Jear Book of Education 1995 yang dikutip oleh Abu Ahmad dan

Ahmadi Rohani bahwa bimbingan adalah mengembangkan kemampuannya agar

memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.21

18

W.S Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo

1991), Cet. Ke-1, h.65. 19

H.M Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia,

1998), Cet. Ke-1, h.9. 20

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1998), Cet.

Ke-1, h.8. 21

Abu Ahmad dan Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rine Cipta,

1991), Cet Ke-11, h.2.

Page 31: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

17

Menurut Rahman Natawidjaja, seperti dikuti dalam buku Hellen bahwa

bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memhami

dirinya hingga ia sanggup mengalahkan dirinya dapat bertindak secara wajar.

Sesuai dengan tuntunan dan keadaan dan tingkat sekolah, keluarga dan

masyarakat, serta kehidupan umumnya.dengan demikian ia dapat mengecap

kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi

kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai

perkembangan dirinya secara optimal sebagai makhluk sosial.22

c. Pengertian Rohani

Rohani berasal dari kata “ruh” yang berarti sesuatu (unsur) yang ada dalam

jasad yang diciptakan tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan); nyawa:

jika sudah berpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang. Makhluk hidup

yang ridak berjasad tapi berfikiran dan berperasaan malaikat, jin, setan, dsb.

Semangat, spirit, kedamaian bagi seluruh warga sesuai dengan islam.23

Ibnu Zakaria (W.395H/1004) menjelaskan bahwa kata Al-ruh dan semua kata

yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra,wa, ha mempunyai makna dasar

besar, luas dan asli. Makna itu mengisyaratkan al-ruh merupakan sesuatu yang

agung besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia.

Dengan adanya Al-Ruh dalam diri manusia menyebabkan manusia menjadi

22

Hellen A, Bimbingan dan Konseling,( Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet Ke-1, h.5. 23

KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ket-5, ed. Ke-3,h.960.

Page 32: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

18

makhluk yang istimewa, unik, dan mulia. Inilah yang disebut sebagai Khalaqan

Akhar, yaitu makhluk yang istimewa yang berbeda dengan makhluk lainnya.24

Menurut Ibnu Sina, ruh adalah kesempurnaan jasmani manusia yang tinggi

yang memiliki kehidupan dengan daya. Menurut Al-Farabi ruh berasal dari alam

perintah (amar) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad. Hal ini dikarenakan

ia dari Allah, kendatipun ia tidak sama dengan zat-Nya. Menurut Al-Gazali, ruh

ini merupakan lathifah (sesuatu yang halus) yang bersifat nurani. Ia dapat berfikir,

mengingat, mengetahui dan sebagainya. Ia juga sebagai penggerak bagi

keberadaan jasad manusia. Sifatnya gaib. Menurut Ibnu Rusyd memandang ruh

sebagi citra kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik. Kesempurnaan

awal ini karena ruh dapat dibedakan dengan kesempurnaan yang lain yang

merupakan pelengkap dirinya, seperti yang terdapat pada berbagai perbuatan.

Sedangkan disebut organic karena ruh menunjukan jasad yang terdiri dari organ-

organ.25

Pembahasan tentang ruh dibagi menjadi dua bagian, pertama ruh yang

berhubungan dengan zatnya sendiri. Kedua ruh yang berhubungan dengan badan

jasmani. Ruh yang pertama disebut dengan Al-munazzalah, sedang yang kedua

disebut dengan Al-gharizahatau disebut dengan Nafsaniyah. Ruh Al-munazzalah

berkaitan dengan esensi asli ruh yang diturunkan atau diberikan secara langsung

dari Allah SWT kepada manusia. Ruh ini esensinya tidak berubah,sebab jika

berubah berarti berubah pula eksistensi manusia. Ruh ini diciptakan di alam ruh

(alam al-arwah) atau di alam perjanjian (alam al-mitsaq-au‟alam al-„ahd). Karena

24

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007),h.137. 25

Netty Hartati, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada), h.150.

Page 33: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

19

itu, munazzalah ada sebelum manusia ada, sehingga sifatnya sangat gaib yang

adanya diketahui melalui informasi wahyu. Sedangkan al-gharizah atau disebut

nafsaniyah, pada subtansi nafs ini, komponen zakat dah ruh bergabung. Semua

potensi yang terdapat pada nafs bersifat potensial. Tetapi dapat actual jika

manusia berupaya mengupayakannya. Setiap komponen yang ada memiliki daya-

daya laten yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia. Aktualisasi nafs

membentuk kepribadian, yang perkembangannya dipengaruhi oleh factor

eksternal dan interna.26

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan bahwa penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa bimbingan rohani adalah proses pemberian

bantuan kepada seseorang agar mengenal dirinya sebagai manusia yang diciptakan

oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna. Yang diciptakan sebagai khalifah

dimuka bumi sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuia

dengamn kemampuan yang dimiliki dan dapat memaksimalkan potensi yang ada

pada dirinya.

2. Metode Bimbingan Rohani

Dalam bimbingan Rohani banyak metode yang dapat dipergunakan:

a. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaaan yang

dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan

seseorang pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.

26

Ibid, h.150-154.

Page 34: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

20

b. Metode „group guidance‟ (bimbingan secara kelompok)

Bilamana metode interview atau wawancara merupakan cara pemahaman

tentang keadaan seseorang secara individual (Pribadi), maka bimbingan

kelompok adalah sebaliknya, yaitu pengungkapan jiwa/batin serta

pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,

dsb.

c. Metode non-direktif (cara yang tidak mengarah)

Cara lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran yang tertekan

sehingga menjadi lebih baik. Metode ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1) “Client centered‟, yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan

menjadi penghambat dengan sistem pancingan yang berupaya satu dua

pertanyaan yang terarah. Selanjutnya client diberi kesempatan seluas-luasnya

untuk menceritakan segala uneg-uneg (tekanan batin) yang disadari menjadi

hambatan jiwanya. Pembimbing bersikap memperhatikan dan mendengarkan

serta mencatat point-point penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan.

2) Metode edukatif yaitu cara mengungkapkan tekanan perasaan yang

menghambat perkembangan belajar dengan mengorek sampai tuntas

perasaan/sumber perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan

dengan cara-cara “client centered‟, yang diperdalam dengan

permintaan/pertanyaan yang motivatif dan persuatif (meyakinkan) untuk

Page 35: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

21

mengingat-ingat serta mendorong agar berani mengungkapkan perasaan

tertekan sampai keakar-akarnya.27

d. Metode Psikoanalitis ( penganalisahan jiwa )

Metode ini berasal dari psiko-analisis Freud yang dipergunakan untuk

mengungkapkan segala tekanan perasaan yang sudah tidak lagi disadari. Untuk

memperoleh data-data tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan jiwa klien

tersebut, diperlukan metode psiko-analitis yaitu menganalisis gejala tingkah

laku, baik melalui mimpi atau pun melalui tingkah laku yang serba salah,

dengan menitik beratkan pada perhatian atas hal-hal apa sajakah perbuatan

salah itu terjadi berulang-ulang. Dengan demikian, maka pada akhirnya akan

diketahui bahwa masalah pribadi klien sebenarnya akan terungkap dan

selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan) agar masalah tersebut dianggap

telah selesai dan tidak perlu dianggap suatu hal yang memberatkan, dan

sebagainya. Disini perlu adanya nillai-nilai iman dan taqwa dibangkitkan

dalam pribadi seseorang, sehingga terbentuklah dalam pribadinya sikap

tawakal dan optimism dalam menempuh kehidupan baru yang lebih cerah lagi.

e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)

Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha

mengatasi kesulitan (problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan

kepada klien ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban

terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi.28

f. Teknik Rasional-Emotif

27 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT

Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h. 44-49.

28

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT

Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h. 44-49.

Page 36: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

22

Dalam istilah yang lain teknik ini disebut dengan “rational-emotif

therapy”, atau model „RET‟ yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis (ahli

psikologi klinis). Dalam pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling),

teknik ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis (tidak

rasional) yang disebabkan dorongan emosinya yang tidak stabil. Pelayanan

teknik dan pendekatan rasional-emotif merupakan bentuk terapi yang berupaya

membimbing dan menyadarkan diri klien, sesungguhnya cara berpikir yang

tidak rasional itulah yang menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan

emosionalnya. Maka dalam layanan ini konselor membantu klien dalam

membebaskan diri dari caracara berpikir atau pandangan-pandangannya yang

tidak rasional, dan selanjutnya diarahkan ke arah cara-cara berpikir yang lebih

rasional.

g. Teknik Konseling Klinikal

Pelayanan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dengan menggunakan

teknik klinikal menitikberatkan pada pengembangan kemampuan klien sesuai

dengan latar belakang dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan teknik

klinikal tidak semata-mata berorientasi kepada pengembangan intelektul, tetapi

juga berorientasi juga kepada kemampuan personal secara keseluruhan, baik

jasmani maupun rohani. Pada teknik ini, bantuan atau pelayanan yang

diberikan tidak sebatas mengungkapkan masalah-masalah klien atau

membimbing memecahkannya. Namun selanjutnya, konselor membantu

mengarahkan klien kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa

bermanfaat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.29

29

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah, 2008), h. 131-134.

Page 37: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

23

3. Tujuan dan fungsi bimbingan

Dalam rumusan emistimologi temuan dakwah dinyatakan bahwa bimbingan

dalam islam bertujuan menginternalisasikan, mengeksternalisasikan dan

mentransformasikan system ajaran islam kedalam kehidupan individu, keluarga

dan kelompok kecil atas dasar masalah khusus dalam semua kehidupan yang

berdampak pada kehidupan individu dan keluarga serta lingkungan sosial.

Bimbingan pribadi dan keluarga dengan menggunakan konseling islam sesuai

dengan konteks masalah dan pemecahan problem psikologi/ mental-spritual

dengan menggunakan pendekatan psikoterapi islam. Selanjutnya rumusan tujuan

itu dapat dirinci sebagai berikut:

1. Melakukan bimbingan mengenai tata cara pengamalan islam,

memahami dan melaksanakan ajaran islam dengan benar, sesuai

dengan ketentuan Al-quran dan sunah Rasul.

2. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah yang timbul sebagai

efek dari interaksi personal dan kelompok (keluarga dengan

pendekatan islam).

3. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah psikologis keluarga

dan komunitas muslim, karena adanya masalh internal keluarg yang

terjadi pada salah satu anggota keluarga itu, dengan menerapkan

bimbingan dan psikoterapi islam.

4. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental atau kejiwaan

individu dan keluarga yang timbul karena penyakit fisik yang

dideritannya, seperti depresi yang di alami pasien rumah sakit, maka

bimbingan bertujuan memberikan memberikan terapi terhadap

Page 38: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

24

emntalnya, sehingga dapat mempercepat penyembuhan sakit fisik yang

dideritanya.

5. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental-spritual yang

di alami penyandang masalah-masalah sosial dsan cacat fisik pada

lembaga-lembaga rehabilitasi sosial, seperti tunanetra, ketergantungan

zat adiktif (narkoba), wanita tuna susila (WTS) dan sebagainya.

6. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental atau spiritual

yang di alami para tahanan (nara pidana) dirumah tahanan (rutan) dan

lembaga pemasyarakatan (lapas). Serta pembinaan mental pada anak

jalanan (anjal), panti jompo dan masalah sosial lainnya. Memberikan

bimbingan bagi karyawan, tenaga kerja dan prajurit guna

meningkatkan kinerja dan produktifitas kerja dengan pendekatan

islam.

B. Pengertian Warga Binaan Sosial

Warga Binaan adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

mendapat pelayanan dan binaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan

kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosialnya.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan warga binaan sosial kepada Lanjut

Usia (lansia) yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta

Selatan. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia di atas 60 (enam

puluh) tahun. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan

sosial, bimbingan, konseling, bantuan, santunan dan perawatan yang dilakukan

secara terarah, terencana dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Sistim

Page 39: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

25

panti adalah bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan kedalam

suatu lembaga tertentu (panti) sedangkan luar panti (non panti) merupakan bentuk

pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga tertentu (panti)

misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain.

Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan kesejahteraan

sosial lanjut usia yang berkoordinasi mulai dari tahap perencanaan, yang

dilaksanakan oleh lembaga baik formal maupun informal. Perlindungan sosial

adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan kemudahan

pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati

taraf hidup yang wajar. Aksesbilitas adalah kemampuan untuk menjangkau dan

menggunakan pelayanan dan sumber-sumber yang seharusnya diperoleh

seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok yang

dilaksakan antara lain:

1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti

2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti

3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia

4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

C. Pengertian Panti Sosial

Secara etimologi panti sosial berarti rumah, tempat (kediaman) yang

diberlakukan untuk kemasyarakatan. Secara konseptual dapat dikemukakan

bahwa panti sosial adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

jawab untuk memberikan pelayanan sosial.

Page 40: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

26

Panti sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Departemen Sosial

yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jendral

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sehari-hari secara fungsional dibina oleh para

Direktur terkait sesuai dengan bidang tugasnya. Panti Sosial dipimpin oleh

seorang Kepala Panti. Panti sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan

rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial agar mampu

berperan aktif, berkehidupan dalam masyarakat, rujukan regional, pengkajian dan

penyiapan standar pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan kerja

sama dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.30

Dalam melaksanakan tugasnya, panti sosial menyelenggarakan fungsinya

antara lain sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan

2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnose sosial dan perawatan

3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan mental,

sosial, fisik dan keterampilan

4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut

5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi

6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rehabilitasi

sosial

7. Pelaksanaan urusan tata usaha.

30

Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti

Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003

Page 41: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

27

Panti Sosial Tresna Werdha mempunyai tugas memberikan bimbingan,

pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif

dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi

serta bimbingan lanjut bagi para lanjut usia (lansia) agar mampu mandiri dan

berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan

standard pelayanan dan rujukan.31

Teori-teori diatas dapat dijadikan perangkat analisa yang digunakan selain

pengamatan dan penelitian, juga untuk memperkuat dan melegitimasi secara

akademis-ilmiah hasil tinjauan.

Mencangkup variabel-variabel secara menyeluruh, teori-teori dapat

membandingkan prespektif seseorang atau hasil wawancara dan temuan

lapangan/observasi yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Hal ini yang

akan mempermudah peneliti menganalisis berbagai masalah dan persoalan yang di

hadapi panti sosial tresna werdha budi mulia 4 Jakarta Selatan.

31

Keputusan Mentri sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti

Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003.

Page 42: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

28

BAB III

Gambaran Umum

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4

A. Profil Lembaga dan Sejarahnya

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 merupakan Unit Pelaksana

Teknis Bidang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dinas Sosial DKI Jakarta.

Sebagai lembaga pelayanan masyarakat, PSTW budi mulia 4 adalah lembaga

pemerintah yang memeberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya

lanjut usia yang tidak mampu / kurang beruntung dengan sumber dana APBD

Provinsi DKI Jakarta.

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 berdiri pada tahun 1965 dengan

nama PSTW Budi Mulia Jakarta Timur yang berlokasi di keluarahan Ceger.

Karena pembangunan TMII maka di pindahkan ke Kelurahan Dukuh

Kecamatan Kramat Jati dengan luas lahan 23000M dengan system pelayanan

cottage.

Karena lokasi kelurahan Dukuh ini terletak pada dataran rendah dan sering

dilanada banjir luapan kali Krukut / banjir kiriman dari Bogor, maka pada

tahun 2002 PSTW Budi Mulia di pindahkan ke Jl. Margaguna Radio Dalam

Jakarta Selatan dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia.

Page 43: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

29

B. Landasan Hukum

1. Undang-undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2009 Tentang

Kesejahteraan Sosial.

2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 104 Tahun 2009

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial.

3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 76 Tahun 2010 Tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Mulia.

4. Keputusan Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta No. 33 Tahun

2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaa Pelayan dan Rehabilitasi Sosial

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Provinsi DKI Jakarta.

C. Visi dan Misi

VISI

Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial khususnya lanjut usia

terlantar di DKI Jakarta terentas dalam kehidupan yang layak dan berguna.

MISI :

1. Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya masalah

kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.

2. Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia

terlantar dalam kehidupan yang layak dan berguna

Page 44: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

30

3. Pembinaan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam melaksanakan

usaha kesejahteraan sosial.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang meliputi

kesejahteraan fisik, sosial, mental, dan agama

D. Tugas Pokok

Tugas pokok Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

adalah memberikan pelayanan dan perawatan jasmani dan rohani kepada

para lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar.

E. Tujuan

Terpenuhinya kebutuhan hidup bagi lanjut usia yang disantuni

seperti kebutuhan jasmani, rohani dan sasial dengan baik sehingga mereka

dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.

F. Sasaran

1) Lanjut usia terlantar umur 60 tahun ke atas

2) Keluarga yang tidak mampu / terlantar

3) Masyarakat yang mau dan mampu berpartisipasi dalam pembinaan

kesejahteraan lanjut usia.

G. Persyaratan Penerimaan Lanjut Usia

1. Warga DKI Jakarta

2. Umur Minimal 60 Tahun

Page 45: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

31

3. Terlantar karena tidak ada keluarga atau tidak diurus keluarganya

4. Tidak mampu yang dinyatakan dengan surat keterangan dari lurah

5. Sehat Jasmani dan Rohani

6. Mandiri (mampu mengurus diri sendiri)

7. Bersedia mematuhui peraturan yang ada di panti

H. Prosuder Penerimaan

1. Penyerahan dari Masyarakat

2. Penyerahan dari kepolisian / instansi terkait

3. Dari hasil penertiban

4. Penyerahan dari keluarga

I. Saran dan Program Kegiatan

a. Sarana Fisik

1. Kantor

2. Ruangan WBS

3. Aula / lobby terbuka

4. Poliklinik

5. Dapur umum

6. Musholah

7. Sarana olah raga

8. Rungan keterampilan

9. Ruangan isolasi

10. Kendaraan operasional

Page 46: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

32

b. Program Kegiatan

1. Bimbingan Rohani

Islam 4 kali / minggu

Kristen 1 kali / minggu

2. Olahraga, senam lansia 2 kali/minggu

3. Bimbingan Keterampilan

– Menjahit

– Membuat keset

– Membuat bunga

– Menyulam taplak

4. Pelayanan kesehatan

5. Kesenian

– Qasidahan

– Angklung

– Karaoke

6. Rekreasi

Page 47: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

33

7. Penyaluran

– Kembali ke keluarga

– Pemakaman / pemulasaran

Gambar 1. Proses Pelayanan

Pendataan

Masyarakat

Sasaran

1. Lanjut usia 60 tahun keatas yang:

a. Tidak ada / tidak diketahui oleh keluarganya

ataupun tidak diurus nyata-nyata oleh keluarganya

sehingga terlantar.

b. Lanjut usia yang tidak ingin tinggal di lingkungan

keluarganya melainkan ingin disantuni di panti.

2. Keluarga terutama yang tidak dapat kenyantuni

lanjut usia.

3. Masyarakat terutama yang mampu dan mau

berpatisipasi dalam pembinaan kesejateraan sosial

lanjut usia.

Penerimaan

Layanan

Proses Pelayanan Dalam Panti

1. Penerimaan

a. Pendekatan awal

b. Regristrasi

c. Penempatan pada

program pelayanan

2. Bimbingan

a. Bimbingan Fisik,

Mental dan Sosial

b. Bimbingan

keterampilan

c. Penelaahan dan

pengungkapan

masalah.

Resosialisasi

1. Bimbingan kesiapan

peran serta masyarakat

2. Bimbingan sosial hidup

bermasyarakat

3. Pembinaan lanjut

4. Terminasi / Penyaluran

Hasil yang diharapkan

1. Terpenuhuinya kebutuhan jasmani,

rohani dan sosial lanjut usia

sehingga mereka dapat menikmati

hari tuanya dengan diliputi

ketentraman lahir dan batin.

2. Terlestarikannya dan

dikembangkannya nilai sosial

budaya bangsa berkenaan dengan

masalah lanjut usia dalam

memenuhi kebutuhan lanjut usia.

3. a. meningkatnya jumlah anggota

masyarakat yang mau dan mampu

menyantuni lanjut usia dalam

keluarga.

b. meningkatnya dan

melembaganya peran serta

masyarakat dalam pembinaan

kesejahteraan lanjut usia.

Page 48: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

34

Gambar 2. STRUKTUR ORGANISASI

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4

Sumber : Brosur Panti Sosial Tresna Werdha 4, Thn 2016

KEPALA

PANTI

SUB BAGIAN

TATA USAHA

SATUAN PELAKSANA

PELAYANAAN SOSIAL

SATUAN PELAKSANA

PEMBINAAN SOSIAL

SUB KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

Page 49: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

35

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Temuan Lapangan

Metode Bimbingan bagi warga binaan sosial dilaksanakan berbasis panti

melalui suatu rangkaian proses yang mengacu pada tahapan pertolongan kepada

wbs yaitu lansia (lanjut usai), mulai dari pendataan, penerimaan samapai proses

penyaluran. Disini peneliti mencoba menguraikan proses pelayanan pada wbs

mulai dari awal sebelum dan sesudah pelaksanan bimbingan rohani yang peneliti

fokuskan.

Warga Binaan sosial (WBS) adalah para lansia hasil dari motivasi dan seleksi

yang dilakukan oleh para pegawai PSTW yang terjun langsung kejalan untuk

memberikan informasi dan sosialisasi program kepada lansia yang ada dijalan-

jalan yang tidak diketahui oleh keluarganya ataupun tidak diurus nyata – nyata

oleh keluarganya sehingga terlantar, serta di masyarakat lansia yang tidak ingin

tinggal di lingkungan keluaga melainkan ingin disantuni di panti dan atau

keluarga yang tidak dapat menyantuni lanjut usia. Bimbingan dan Pelayanan ini

diberikan kepada mereka yang tertarik untuk mengikutinya dan bagi mereka yang

tidak berminat dari PSTW tidak memaksakannya karena jika mereka dipaksa

percuma nanti mereka kabur. Jumlah lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini

kurang lebih terdapat 237 orang lansia. Diantaranya lansia wanita berjumlah 162

orang dan lansia pria berjumlah 75 orang. Pembagian kamar di PSTW Budi Mulia

4 Margaguna ini dikelompokkan menjadi kamar lansia mandiri, lansia setengah

renta, lansia renta, dan kamar observasi yang masing-masing kamar kurang lebih

Page 50: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

36

bisa mencakup 20 orang. Lansia di PSTW ini yang tergolong lansia renta

termasuk yang terbanyak dibandingkan dengan PSTW lainnya. Jumlah nya bisa

mencapai sepertiga dari populasi seluruhnya. Untuk itu dilakukan pembagian

kamar menurut masing–masing golongan lansia yang ditujukan untuk

menghindari adanya pertikaian dan juga mencegah menularnya suatu penyakit.32

Pembimbing yang memberikan bimbingan dan pelayanan di PSTW ini adalah

mereka yang disebut sebagai pekerja sosial (peksos) dan penyuluh sosial dengan

latar belakang pendidikan baik yang lulusan hanya tingkat SMA sampai sarjana

D3 dan S1. Mereka sudah sangat pengalaman dan tidak diragukan lagi karena

sudah bertahun-tahun dalam memberikan rehabilitasi sosial di PSTW ini.33

Bimbingan dan Pelayanan diberikan di PSTW ini mereka diberikan berbagai

macam jenis-jenis bimbingan dan pelayanan antara lain Pelayanan Pengasramaan,

Bimbingan sosial, Pelayanan Konseling, Pelayanan Kesehatan, Pelayanan

Pendidikan, Pelayanan Keterampilan, Pelayanan Pembinaan Rohani, dan

Pelayanan Rekreasi dan Hiburan.34

Pemberian Bimbingan dan Pelayanan di PSTW memiliki tahapan-tahapan yaitu

sebagai berikut :

1. Pendataan

Adalah serangkaian kegiatan untuk mendapatkan data, dan peran serta dalam

pelaksanaan program, termaksud upaya memperoleh gambaran potensialitas

sumber-sumber pelayanan, serta untuk mendapatkan calon WBS.

32

Observasi pada saat penelitian dari bulan September 2016. 33

Ibid. 34

Ibid.

Page 51: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

37

Dalam Pendataan ini PSTW juga mendapatkan informasi tentang Lansia dari

masyarakat, kepolisian dan instansi/dinas-dinas sosial.

“Informasi kita dapat dari masyarakat, keluarga dan kepolisan atau

instansi dan dinas-dinas sosial diwilayah jakarta. Kita kerja sama

dengan mereka, nah kita membuat surat pengantar yang berisi untuk

pengadaan calon warga binaan sosial, kemudian kita datang ke kantor

pemda dan dinas sosial tersebut, kita koordinasi dengan aparat

setempat. Nah kita minta data lansia, misalnya diwilayah Jakarta ada

berapa banyak. Kemudian kita menjalin kerja sama maksudnya

seandainya dinas social Jakartar, mereka berhasil mendapatkan lansia

terlantar kita minta dikirimkan kepanti kita. Nah disitu setelah

dikirimkan nanti kita bina. Dapat informasinya didapat dari dinas

social intinya.”35

Kemudian di Identifikasi, Ialah kegiatan upaya untuk memperoleh data yang

lebih rinci tentang diri lansia serta potensi lingkungan, termasuk sumber-sumber

pelayanan sosial.

“Identifikasi adalah pendataan juga, maksudnya calon-calon klien

yang nanti akan masuk kedalam panti. Di data tentang data klien,

nama, alamat, umur itu identifikasi. Biasanya kita lakukan di tempat

lokasi orientasi. Petugas PSTW datang ke keluarga dan instasi/dinas

sosial. Oleh aparat dinas sosial sudah dikumpulkan keluarga-keluarga

yang tidak mampu menyantuni lansia diaula kantor, kemudian petugas

PSTW mengadakan penyuluhan. Dan mengadakan identifikasi pula,

disitu kita mencatat. Mulai dari nama, status, umur, pekerjaan itu

identifikasi. Itu kita menanyakan masalahnya apa yang dihadapi.

Umumnya masalah sosial.”36

Dalam melakukan identifikasi PSTW juga ada faktor penghambat dan

pendukung yaitu:

35

Wawancara pribadi dengan seksi Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial, ibu Ns. Yunur Nawangsih, S.Kep. September 2016.

36 Ibid

Page 52: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

38

“Faktor penghambat dalam melaksanakan indentifikasi ialah kadang

dari calon wbs tidak terbuka atau tidak jujur. Misalanya ketika

bertanya tentang usia, mereka mengatakan misalanya 65 tahun

padahal seharusnya 60 tahun. Atau disitu mereka punya pekerjaan,

namun disebutkan mereka sudah tidak bekerja. Nanti setelah klien

masuk ke dalam panti, akan ketahuan apakah misalnya mereka punya

pekerjaan atau tidak. Ini salah satu hambatannya tidak terbuka dan

tidak jujur, hal ini ada beberapa orang yang melakukan seperti itu.

Faktor pendukung identifikasi, pada umumnya antusias untuk tinggal

di dalam panti kepada calon klien ini cukup tinggi. Misalnya, dalam

mengikuti pembinaan di dalam panti mereka mau dan ada semangat

untuk merubah nasib mereka. Ketika kita memberikan penyuluhan

disitu ada tanggapan, ada respon dari calon klien. Misalnya petugas

PSTW memberikan penyuluhan, bahwa nanti ada bimbingan rohani,

fisik, keterampilan, mereka sangat antusias dan ada kemamuan.”37

Kemudian setelah itu mereka diseleksi, dengan kegiatan

pengelompokan/klasifikasi, untuk menentukan siapa yang memenuhi

persyaratan dan siapa yang tidak dapat diterima menjadi calon

penerima pelayanan.

2. Penerimaan

Adalah serangkaian kegiatan administratif maupun teknis meliputi registrasi,

dan penempatan dalam program bimbingan dan pelayanan yang dilaksanakan

pada saat calon penerima pelayanan hasil seleksi secara syah diterima sebagai

klien definitif di panti.

“Jadi penerimaannya WBS itu kan datang dengan sendirinya, ada juga

yang kiriman dari keluarga dan instansi/dinas sosial, nanti setelah

mereka datang kesini kita terima tentu saja yang sudah melalui seleksi,

kemudian kita identifikasi lagi mengenai identitas klien sama ada

beberapa point yang mereka harus tau mengenai tata tertib di PSTW

dan kegiatan apa saja yang harus dilaksakan di PSTW ini. Setelah itu

ada tes kesehatan ke poliklinik kalo dia sesuai dengan sasaran garapan

dan juga tidak mempunyai kelainan fisik, disinikan kita garapannya

37

Wawancara pribadi dengan seksi Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial, ibu Ns. Yunur Nawangsih, S.Kep, September 2016.

Page 53: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

39

Lansia yang potensial yang tidak mempunyai cacat atau kelainan

mental.”38

Kegiatan penerimaan tersebut secara operasional adalah sebagai berikut :

a. Registrasi

Ialah kegiatan registrasi administrasi pencatatan dalam buku induk penerima

pelayanan (setiap penerima pelayanan 1 klien agar diberi NIP/NIK) dan

mengkompilasikan berbagai formulir isian untuk mendapatkan penerima

pelayanan definitif lengkap dengan segala informasi/biodatanya.

“Registrasi secara langsung memang ditangani oleh pegawai sendiri.

Kita punya buku register dan di awal mereka dikasih blangko seleksi

awal tadi kemudian kita data kita identifikasi. mencatat data-data

pribadi klien yang sudah masuk seperti nama, alamat, usia, pekerjaan,

masalah yang dihadapi. Semuanya ini di catat baru kemudian kita ada

semacam pernyataan bahwa dia harus sanggup menaati semua

peraturan disini, langsung dia tanda tangan surat pernyataan itu dan

siap mereka mengikuti apa yang ada di PSTW ini.”39

Dalam tahap ini regristrasi ada juga yang menjadi faktor penghambat yaitu:

“Faktor dalam tahap registrasi sebenarnya tidak begitu banyak, hanya

saja biasanya data yang kita dapat itu tidak sesuai dengan data yang

sebenarnya,terkadang ada yang lupa atau tidak tahu saat ditanya data

dirinya dan juga biasakan ada calon klien yang datang nah banyak itu

pas bukan jam kerja atau hari libur, jadi kita juga bingung untuk

mendatanya terpaksa kita tampung dulu, kita nginapkan dia di

pondokan yang belum terisi atau yang masih kosong sampai jam

kerja.”40

38

Ibid. 39

Wawancara pribadi dengan koordinator Peksos,ibu Eden Mulyaningsih, S.Sos, September 2016.

40 Ibid.

Page 54: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

40

b. Pengasramaan dan Penempatan dalam program bimbingan dan pelayanan

Jumlah lansia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini kurang lebih terdapat

237 orang lansia. Diantaranya lansia wanita berjumlah 162 orang dan lansia pria

berjumlah 75 orang. Pembagian kamar di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini

dikelompokkan menjadi kamar lansia mandiri, lansia setengah renta, lansia renta,

dan kamar observasi yang masing-masing kamar kurang lebih bisa mencakup 20

orang. Lansia di PSTW ini yang tergolong lansia renta termasuk yang terbanyak

dibandingkan dengan PSTW lainnya. Jumlahnya bisa mencapai sepertiga dari

populasi seluruhnya. Untuk itu dilakukan pembagian kamar menurut masing–

masing golongan lansia yang ditujukan untuk menghindari adanya pertikaian dan

juga mencegah menularnya suatu penyakit. Dan penempatan dalam program

bimbingan dan pelayanan Adalah kegiatan pengelompokan bakat dan minat para

penerima bimbingan dan pelayanan (WBS) dipadukan dengan program

bimbingan, khususnya program pelayanan praktis yang sudah diprogramkan

(sesuai dengan inventarisasi pasaran) untuk menambahkan semangat dan

kecintaan untuk mengikuti bimbingan dan pelayanan tersebut.

“Tahapan penempatan calon klien yang sudah di data, kemudian

diarahkan ke asrama yang masih kosong oleh petugas pembimbing.

Biasanya untuk ditempatkan pada satu rumah. Umumnya satu kamar

memiliki perbedaan dalam keterampilan. Pembauran dalam satu

asrama di tujukan untuk saling mengenal.41

41

Wawancara pribadi dengan koordinator Peksos, ibu Eden Mulyaningsih, S.Sos, September 2016. September 2016.

Page 55: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

41

3. Bimbingan Rohani

A. Metode Bimbingan Rohani

Usia lansia adalah usia yang paling rentan terkena stres dan depresi karena

ketidak terimaan diri dengan apa yang dialami, tidak hanya stres dan depresi yang

dialami, masih banyak sekali masalah-masalah yang sering muncul pada diri

lansia, diantaranya permasalahan fisik, mental dan sosial. Dari permasalahan-

permasalahan itu tidak jarang akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam diri.

Pada lansia permasalahan psikologis pun akan muncul, terutama muncul

bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar atas segala permasalahannya.

Rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan,

khawatir, kesepian, depresi, kecemasan menghadapi kematian, merupakan

sebagian kecil yang harus dihadapi para lansia. Itu semua menyebabkan rasa tidak

bahagia. Rasa tidak bahagia disebabkan oleh cara berfikir yang negatif terhadap

diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka percaya hidup sendirian itu

mengerikan dan merasa cemas sebab bertambah tua tanpa keluarga atau

seorangpun yang dicintai adalah hal yang menakutkan.42

Bimbingan Rohani adalah serangkaian kegiatan teknis operasional yang

diarahkan untuk pulihnya kembali harga diri, kepercayaan diri, disiplin,

kemampuan integrasi, kesadaran dan tanggung jawab sosial kemampuan

penyesuaian diri dan penguasaan satu atau lebih jenis keterampilan sebagai bekal

dalam tatanan hidup masyarakat.

“Bimbingan rohani di PSTW wajib di ikuti oleh setiap WBS baik laki-

laki maupun perempuan, terutama yang beragama islam. Sementara

42 David D. Burns,Menggapai Kesepian, Program Baru yang Telah diuji Secara Klinis

untuk Mengatasi Kesepian. ed. Ardy Handoko, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 7.

Page 56: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

42

yang beragama non muslim ada tersendiri sudah disiapkan Pembina

yang beragama non muslim juga.”43

Proses kegiatan ini yang peneliti fokuskan untuk mengetahui metode

pelaksaan bimbingan rohani dan mengetahui faktor apa saja yang menjadi

pendukung dan penghambat terlaksananya bimbingan rohani.

1. Metode Bimbingan Rohani Individual.

Adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan

dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri

terbimbing atau klien. Untuk itu, dalam teknik ini jalannya wawancara setiap

pembimbing atau konselor melakukan pencatatan atau mungkin pula direkam agar

bimbingan berjalan dengan kemudahan.44

Pembimbing mempunyai peranan penuh dalam mengarahkan sesuai

dengan masalah yang dihadapi lansia ini biasanya dilakukan secara personal.

Dalam metode individu ini pembimbing berusaha melakukan pendekatan yang

lebih kepada lansia. Menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan. Ketika

seorang lansia mempunyai semangat yang besar dalam beribadah maka

pembimbing memprioritaskan dirinya untuk bisa dibimbing secara personal.

Ataupun sebaliknya jika lansia membutuhkan bimbingan dan perlu akan adanya

seorang pembimbing maka pembimbing pun membantu dalam permasalahannya

itu.45

43

Wawancara pribadi dengan penanggung jawab Bimroh (Bimbingan Rohani), bpk. Ust.

Budi Budiyanto, September 2016. 44 M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah 2008 ), h. 122 45

Observasi pada saat penelitian dari Bulan Juli sampai Oktober 2016.

Page 57: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

43

Dan beberapa teknik yang diterapkan pada metode individual adalah

sebagai berikut :

a. Teknik Direktif

Adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan bagi lansia yang

mengalami kesulitan dalam memahami dan memecahkannya. Maka pengarahan

yang diberikan pembimbing ialah memberikan secara lansung jawaban-jawaban

terhadap faktor-faktor yang dianggap menjadi penyebab timbulnya masalah pada

diri terbimbing. Namun selanjutnya, pembimbing membantu mengarahkan lansia

kepada kemungkinan atau peluang-peluang yang bisa bermanfaat sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya.

Teknik ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi

kesulitan (problema) yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien

ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap

permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi.46

b. Non Direktif

Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Carl Rogers yang dikenal dengan

“Clien Centered Counseling” dan pada teknik ini yang menjadi pusat ialah

terbimbing. Pembimbing hanya membantu memberikan dorongan dalam

memecahkan masalah klien, dan keputusan terletak pada terbimbing. Dan dalam

teknik ini mengaktifkan diri terbimbing dalam mengungkapkan dan memecahkan

masalah dirinya, serta tugas pembimbing berupaya mendorong tumbuhnya

tanggung jawab pada diri WBS.

46

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT

Golden Terayon Press, 1994), Cet. Ke-5, h. 44-49.

Page 58: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

44

Ada juga dalam bimbingan individual ini seperti bedah kasus atau disebut

juga case conference, jadi bagaimana WBS yang ada masalah atau kasus yang

pembimbingnya tidak mampu menyelesaikan sendiri, jadi kita angkat dalam case

conference dengan mengundang psikolog, pembimbing agama atau bintal dan

juga dokter, di dalam case conference itu bisa di kasih masukan-masukan atau

saran-saran apa saja yang berkaitan dengan masalah yang dialami WBS

tersebut.”47

Dalam bimbingan individual ini ada sedikitnya faktor penghambat yaitu:

“Kalau dalam pelaksanaannya sebenernya tidak begitu banyak menghambat ya,

paling kalau misalnya kita sudah mengundang dokter, perawat, bintal itu salah

satu suka tidak datang karena mungkin ada kesibukan lain. Kalau selebihnya

dalam pegawai panti sendiri bisa-bisa saja.”48

2. Metode Bimbingan Rohani Kelompok.

Metode yang digunakan oleh pembimbing selain metode individual adalah

metode kelompok, dimana pembimbing mengumpulkan para lansia untuk

mengikuti kegiatan bimbingan dan bersama-sama mendapatkan pelajaran dan

pembinaan dari pembimbing yang sifatnya ceramah, diskusi dan berbincang-

bincang sambil santai. Dan biasanya dilakukan dengan berupa dorongan-dorongan

yang positif, bersifat santai, dan hiburan yang mendidik. Disana mereka menjadi

satu dari yang pengamalan ibadahnya yang sudah mantap sampai yang baru

47

Wawancara pribadi dengan penanggung jawab Bimroh (Bimbingan Rohani), bpk. Ust.

Budi Budiyanto, September 2016., September 2016 .

Page 59: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

45

belajar dan untuk bisa meningkatkan kualitas ibadahnya, maka bersama-sama

mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut.

Para Warga Binaan Sosial (WBS) di kumpulkan di sebuah ruangan serba

guna/aula kemudian pebimbing memberikan materi berupa keagamaan, setelah

memberikan ceramah keagamaan ada tanya jawab dari WBS berkaitan dengan

materi yang disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan untuk pemenuhan

spiritual, merubah sikap normatif/akhlak pada WBS.

Materi yang diberikan pembimbing kepada lansia adalah materi yang

berhubungan dengan bimbingan rohani atau spiritual seperti : membaca Al-

Qur‟an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak

dan pengetahuan lainnya. Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh

pembimbing bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits Nabi karena kedua sumber

ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Di dalam bimbingan rohani ini,

pembimbing memberikan metode yang praktis dan mudah dimengerti oleh lansia,

dikarenakan lansia itu memiliki keterbatasan dalam menangkap apa yang

diberikan oleh pembimbing, Dan dalam bimbingan rohani tersebut pembimbing

memberikan jalan yang mudah kepada lansia yaitu agar lansia ketika sulit untuk

menghafal doa maka pembimbing mengarahkan agar lansia setiap melakukan

apapun harus diawali dengan “bismillah” dan diakhiri dengan “alhamdulillah”.

Tujuan lain dari penyampaian materi ceramah keagamaan ini adalah:

1. Mempunyai pengetahuan tentang agama secara luas

2. Mempunyai pengetahuan tentang hukum dan syariat dalam agama

3. Mampu mempelajari dan membedakan antara yang halal dan haram

4. Mampu bersikap lebih sabar dan tawakal

Page 60: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

46

5. WBS bisa merasakan kenikmatan beragama.

Dalam bimbingan kelompok pemberian arahan atau motivasi ini biasanya

dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan, jadi pembimbing setelah

memberikan ceramah keagamaan sebelum penutup dengan doa ada pemberian

arahan, biasanya dilakukan dengan cara permainan (games) dan diakhir

permainan itu di jelaskan pelajaran apa atau manfaat yang bisa diambil dari

permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari pemberian arahan atau motivasi ini adalah:

1. Mampu bertindak secara efisien

2. Memiliki tujuan hidup yang jelas

3. Mampu mengkonsep diri

4. Mampu mengkoordinasikan antara segenap potensial dengan usaha-usahanya

5. Memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian

6. Memiliki batin yang tenang.

7. Posisi pribadinya seimbang dan baik

8. Selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkunganya.

Waktu pelaksanaan bimbingan rohani kelompok yaitu 4 kali dalam seminggu,

yang bertempat di musholah dan ruang serba guna/aula.

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Bimbingan Rohani

Pelaksaan Bimbingan Rohani terdapat faktor pendukung dan penghambat,

dalam proses pelaksanaan bimbingan rohani yang menjadi faktor pendukung dan

penghambat tersebut diantara lain yaitu:

Page 61: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

47

a. Faktor Pendukung

1. Tenaga pengajar yang kopenten di bidangnya, memiliki keahlian dan

ilmu/materi yang dapat di terapkan dalam pelaksanaan bimbingan rohani.

2. Sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSTW sangat mendukung untuk

berlangsungnya pembinaan mental, seperti gedung aula, sound system, papan

tulis, infokus dan laptop.

3. Anggaran dana yang langsung di berikan sepenuhnya dari pemerintah Daerah

Provinsi DKI Jakarta.

4. Dari WBS itu sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah

dirinya dan bertekad ingin lebih baik lagi setelah dari PSTW ini.

5. Kerja sama dengan intasi pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Sosial dan

Kepolisian DKI Jakarta.

b. Faktor Penghambat

1. Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam mengikuti kegiatan

Bimbingan Rohani.

2. Keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan bimbingan

rohani masih sangat terbatas.

3. Fasilitas yang masih belum begitu lengkap, dan gedung aula yang terkadang

berbenturan pelakasaan bimbingan rohani dengan cek kesehatan yang

dilaksanakan di dalam gedung aula, dll.

4. WBS yang berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor

penghambat dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh

pembimbing.

5. Waktu yang sangat terbatas.

Page 62: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

48

4. Resosialisasi

Adalah serangkaian kegiatan bimbingan yang bersifat dua arah yaitu di satu

pihak untuk mempersiapkan WBS agar dapat berintegrasi penuh ke dalam

kehidupan dan penghidupan masyarakat secara normatif, dan di satu pihak lagi

untuk mempersiapkan masyarakat khususnya masyarakat daerah asal atau

lingkungan masyarakat di lokasi WBS tinggal agar mereka dapat menerima,

memperlakukan dan mengajak serta untuk berintegrasi dengan kegiatan

kemasyarakatan. Adapun kegiatan resosialisasi meliputi beberapa hal sebagai

berikut :

a. Bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat

Ialah kegiatan bimbingan/tuntunan pendekatan untuk menumbuhkan kemauan

keluarga, masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi sosial.

b. Bimbingan sosial hidup bermasyarakat

Ialah serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan agar WBS tersebut

dapat melaksanakan seluruh kegiatanya sesuai dengan norma yang berlaku dan

menghindari kegiatan yang menjadi larangan-larangan masyarakat.

c. Pemberian bantuan stimulans keterampilan

Ialah serangkaian kegiatan pengadaan bantuan peralatan dan bahan untuk

mempersiapkan WBS dapat melaksanakan kegiatan keterampilan.

5. Penyaluran

Adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mengembalikan penerima

pelayanan kedalam kehidupan dan penghidupan di masyarakat secara normatif

baik dilingkungan keluarga dan masyarakat.

Page 63: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

49

“Penyaluran biasanya WBS itu kita kembalikan kepada keluarganya

masing-masing, tetapi ada juga yang ingin tetap di panti.”49

Ada juga faktor penghambat dalam penyaluran yang dilakukan PSBK antara

lain:

“Yang menjadi faktor penghambat paling hanya dalam penyaluran

biasanya ada juga WBS yang betah di panti dan tidak mau di

pulangkan, karena mereka belum siap.”50

Hasil yang diharapkan

1. Terpenuhuinya kebutuhan jasmani, rohani dan sosial lanjut usia sehingga

mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan

batin.

2. Terlestarikannya dan dikembangkannya nilai sosial budaya bangsa

berkenaan dengan masalah lanjut usia dalam memenuhi kebutuhan lanjut

usia.

3. a. meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang mau dan mampu

menyantuni lanjut usia dalam keluarga.

b. meningkatnya dan melembaganya peran serta masyarakat dalam

pembinaan kesejahteraan lanjut usia.

B. Analisa Hasil Temuan

Skripsi ini ditulis untuk menjelaskan secara deskriptif analitis terkait dengan

temuan lapangan. Analisa tersebut menggunakan kecendrungan subjektif yang

tidak terlepas diri secara terbuka dari nilai-nilai objektifitas. Perangkat analisa

49

Wawancara pribadi dengan seksi Satuan Pelaksana Pelayanan Sosial September 2016. 50

Ibid.

Page 64: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

50

yang digunakan selain pengamatan dan penelitian, juga menggunakan refrensi

untuk memperkuat dan melegitimasi secara akademis-ilmiah hasil tinjauan.

Selanjutnya akan di jelaskan deskriptif analitis terkait dengan hasil temuan di

lapangan. Fokus analisanya terletak pada metode bimbingan rohani yang di

laksanakan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta.

Analisa hasil temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bimbingan Rohani adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang yang

mengalami kesulitan rohaniyah dalam lingkaran hidupnya agar ia mampu

mengatasi sendiri masalahnya karena timbul kesadaran atau penyerahan diri

terhadap kekuasaan Tuhan sehingga pada dirinya timbul suatu cahaya harapan

kebahagiaan hidup.51 Bimbingan lansia menurut Faisal Sanapiah dalam Natalia

merupakan sebuah proses bimbingan kembali terhadap yang sudah lanjut usia

yang mana mereka mempunyai latar belakang pembinaan agama yang berbeda

antara yang satu dengan yang lain. Proses bimbingan lansia merupakan

pendidikan lanjutan bagi orang dewasa dan suatu bentuk pendidikan luar

sekolah.52

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, metode

bimbingan rohani yang dilakukan pembimbing di PSTW ini, menggunakan dua

metode yaitu metode secara individual dan kelompok, yang keduanya bersifat

mengarahkan dan pemberian motivasi.

51

HM.Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hlm. 97.

52 Natalia Minaswari, Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia…, hlm. 10.

Page 65: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

51

1. Analisa Metode Bimbingan Individual

Dari hasil penelitian, bimbingan individu adalah pengungkapan dan

pemahaman masalah dalam upaya untuk menelusuri, menggali faktor-faktor

penyebab masalahnya tanggapannya serta kekuatan-kekuatannya dalam upaya

membantu dirinya sendiri. Hal ini dapat dikaji, dianalisa dan diolah untuk

membantu upaya pelayanan sosial, dan resosialisasi bagi penerima bimbingan dan

pelayanan (klien). Seperti di ketahui bahwa banyak permasalah yang dialami oleh

WBS dalam hal ini adalah lansia, permasalah yang mencangkup secara

keseluruhan yang dapat mengakitbatkan permasalah sosial.

Permasalah secara umum yang dialami seperti halnya, Masalah kemiskinan,

Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu menyantuni kebutuhan dasar

minimal dan jangkauan pelayanan umum sehingga tidak dapat mengembangkan

kehidupan secara layak disisa hidupnya. Masalah Pendidikan, Pada umumnya

tingkat pendidikan lansia relatif rendah sehingga menjadi kendala untuk

memperoleh pekerjaan yang layak. Masalah keterampilan kerja, Pada umumnya

lansia tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.

Masalah sosial budaya, Ada beberapa faktor sosial budaya yang mempengaruhi

seorang lansia. Rendahnya harga diri, Rendahnya harga diri pada sekelompok

orang. Sikap pasrah pada nasib, Mereka menganggap bahwa menjadi tua dan

kondisi mereka sebagai lansia adalah kodrat.

Pembinaan lansia dimasukkan dalam pendidikan orang dewasa dikarenakan

manusia yang telah berusia lanjut adalah orang yang telah melewati usia dewasa

yang diistilahkan dengan reconstruction of personality atau proses pembinaan

Page 66: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

52

kembali. Pembinaan pada lansia juga bisa dimasukkan dalam pendidikan luar

sekolah dikarenakan pembinaan pada lansia tidak terikat dengan bangku sekolah.

Pendidikan luar sekolah terjadi pada setiap kesempatan yang berpeluang untuk

saling berkomunikasi secara teratur dan terarah di luar sekolah dalam memperoleh

informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan

kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap

dan nilai- nilai yang memungkinkan untuk menjadi peserta-peserta yang efisien

dan efektif dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan bahkan

negaranya.53

Jadi disini pembimbing mempunyai peranan penuh dalam mengarahkan

sesuai dengan masalah yang dihadapi lansia biasanya dilakukan secara personal.

Dalam metode individu ini pembimbing berusaha melakukan pendekatan yang

lebih kepada lansia. Menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan. Ketika

seorang lansia mempunyai semangat yang besar dalam beribadah maka

pembimbing memprioritaskan dirinya untuk bisa dibimbing secara personal,

ataupun sebaliknya jika lansia membutuhkan bimbingan dan perlu akan adanya

seorang pembimbing maka pembimbing pun membantu dalam permasalahannya

itu, dengan teknik direktif maupun non direktif dan juga secara case conference.

2. Analisa Metode bimbingan rohani kelompok

Dengan adanya metode kelompok pun, maka pembimbing berusaha bisa

menyatukan para lansia untuk berkumpul bersama, beribadah bersama, bisa

bersosialisasi dengan baik. Bergaul dengan teman, bisa berdoa dan bersyukur

bersama-sama. Mereka disana menjadi satu dari yang pengalaman Ibadahnya

sudah mantap sampai yang baru belajar. Para WBS di kumpulkan di sebuah

53

Natalia Minaswari, Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia…, hlm. 10.

Page 67: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

53

ruangan serba guna/aula kemudian pembimbing memberikan materi berupa

keagamaan, setelah memberikan cerah keagamaan ada Tanya jawab dari WBS

berkaitan dengan materi yang disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan

untuk pemenuhan spiritual, merubah sikap normatif/akhlak pada WBS.54

Materi yang diberikan pembimbing kepada lansia adalah materi yang

berhubungan dengan bimbingan rohani atau spiritual seperti : membaca Al-

Qur‟an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak

dan pengetahuan lainnya. Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh

pembimbing bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits Nabi karena kedua sumber

ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Di dalam bimbingan Islam ini,

pembimbing memberikan metode yang praktis dan mudah dimengerti oleh lansia,

dikarenakan lansia itu memiliki keterbatasan dalam menangkap apa yang

diberikan oleh pembimbing, Dan dalam bimbingan rohani tersebut pembimbing

memberikan jalan yang mudah kepada lansia yaitu agar lansia ketika sulit untuk

menghafal doa maka pembimbing mengarahkan agar lansia setiap melakukan

apapun harus diawali dengan “bismillah” dan diakhiri dengan “alhamdulillah”.

Pada intiya pembimbing memberikan arahan yang mudah dimengerti dan

dipahami oleh lansia, agar dalam pengamalannya lansia tidak merasa kesulitan,

karena Allah tidak menyulitkan kita, jika kita mau dan berusaha insyaAllah kita

bisa menjalaninya.

Tujuan lain dari penyampaian materi ceramah keagamaan ini adalah:

1. Mempunyai pengetahuan tentang agama secara luas,

2. Mempunyai pengetahuan tentang hukum dan syariat dalam agama,

54

Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan September 2016

Page 68: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

54

3. Mampu mempelajari dan membedakan antara yang halal dan haram,

4. Mampu bersikap lebih sabar dan tawakal,

5. WBS bisa merasakan kenikmatan beragama.

Metode bimbingan kelompok juga memberikan pengarahkan dan pemberian

motivasi yang biasanya dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan,

jadi penyuluh setelah memberikan ceramah keagamaan sebelum penutup dengan

doa ada pemberian motivasi, biasanya dilakukan dengan cara permainan (games)

dan diakhir permainan itu di jelaskan pelajaran apa/manfaat yang bisa diambil dari

permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari. Tetapi pemberian motivasi ini

tidak hanya pada saat dalam ceramah keagamaan saja, bisa juga pada saat

konseling kelompok atau konseling individu. Bisa juga pada saat case conference

(pembahasan masalah) dengan WBS yang bermasalah.55

Tujuan dari pemberian motivasi ini adalah:

1. Mampu bertindak secara efisien,

2. Memiliki tujuan hidup yang jelas,

3. Mampu mengkonsep diri,

4. Mampu mengkoordinasikan antara segenap potensial dengan usaha-usahanya,

5. Memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian,

6. Memiliki batin yang tenang,

7. Posisi pribadinya seimbang dan baik,

8. Selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkunganya.

55

Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan September 2016

Page 69: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

55

Dari kedua metode yang diterapkan kepada lansia maka dapat dikatakan

pelaksanaan bimbingan Rohani terhadap lansia sudah cukup bagus dan efektif

dengan metode-metode yang digunakan oleh pembimbing, akan tetapi masih perlu

untuk ditingkatkan supaya lansia dimasa tuanya memiliki kualitas rohani dan

ibadahnya yang lebih baik lagi.

Namun dalam kesuksesan pelaksanaan pelayanan bimbingan rohani di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 (PSTW) terdapat beberapa faktor pendukung

dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya, Tenaga pengajar yang kopenten

di bidangnya, memiliki keahlian dan ilmu/materi yang dapat di terapkan dalam

pelaksanaan bimbingan rohani, sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSTW

sangat mendukung untuk berlangsungnya bimbingan rohani, seperti gedung aula,

sound system, papan tulis, infokus dan laptop, anggaran dana yang langsung di

berikan sepenuhnya dari pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta, dari WBS itu

sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah dirinya dan bertekad

ingin lebih baik lagi setelah dari PSTW ini, dan kerja sama dengan intasi

pemerintah dalam hal ini adalah kepolisian dan instansi terkait. Sementara faktor

Penghambatnya. Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam

mengikuti kegiatan, keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan

bimbingan rohani masih sangat terbatas, fasilitas yang masih belum begitu

lengkap, dan gedung aula yang terkadang berbenturan pelakasaan bimbingan

rohani dengan cek kesehatan yang dilaksanakan di dalam gedung aula, WBS yang

berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor penghambat

dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh pembimbing, dan waktu

yang sangat terbatas.

Page 70: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

56

Pemanfaatan pendukung yang ada untuk mewujudkan perubahan sosial

adalah hal penting supaya kegiatan pelayanan sosial dan bimbingan rohani tidak

hanya ideal pada tataran konsep, tetapi disertai dengan kinerja maksimal menuju

tercapainya tujuan ideal yaitu mengantarkan warga binaannya menjadi mapan dan

mampu mengembangkan potensi dalam dirinya agar merubah baik dari sisi

spiritual dan tergolong pada kelompok masyarakat yang hidup layak untuk

kemudian hari.

Namun dapat kita sadari mewujudkan idealisme tidak semudah yang kita

bayangkan, dalam prosesnya selalu terdapat kendala. Salah satu yang patut

mendapat perhatian lebih ialah dari individunya sendiri, terkadang adanya rasa

jenuhan dan malas-malasan dalam mengikuti rehabilitasi dan bimbingan rohani,

belum lagi keterbatasan dana, sarana dan prasaran yang kurang memadai, tingkat

pendidikan yang berbeda dan waktu yang sangat terbatas. Untuk mengatasi itu

semua di perlukan komitmen yang kuat untuk bergerak dan memperbaiki hal

tersebut.

Page 71: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, sebagaimana telah di

uraikan dalam pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti mencoba

menyimpulkan bimbingan dan pelayanan sosial berbasis panti yang ada di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 mengenai metode bimbingan rohani. Peneliti

mencoba untuk menguraikan kesimpulan metode bimbingan rohani di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta, sebagai berikut:

1. Metode Bimbingan Rohani

Di bawah ini adalah metode kegiatan bimbingan rohani yang di laksanakan

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4:

a. Bimbingan Rohani Individual

Adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan

dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada

diri terbimbing atau klien. Untuk itu, dalam teknik ini jalannya wawancara

setiap pembimbing atau konselor melakukan pencatatan atau mungkin pula

direkam agar bimbingan berjalan dengan kemudahan.

bimbingan individual ini seperti bedah kasus atau disebut juga case

conference, jadi bagaimana WBS yang ada masalah atau kasus yang

pembimbingnya tidak mampu menyelesaikan sendiri, jadi kita angkat dalam

case conference dengan mengundang psikolog, pembimbing agama atau bintal

dan juga dokter, di dalam case conference itu bisa di kasih masukan-masukan

Page 72: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

58

atau saran-saran apa saja yang berkaitan dengan masalah yang dialami WBS

tersebut.

Pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani di sediakan ialah dengan kegiatan

bimbingan/tuntunan untuk memahami diri sendiri, dan orang lain dengan

belajar keagamaan, cara berfikir positif dan keinginan untuk berprestasi serta

mengubah sikap normatif agar lebih baik.

b. Metode Bimbingan Rohani Kelompok

Para WBS di kumpulkan di sebuah ruangan serba guna/aula kemudian

penyuluh memberikan materi berupa keagamaan, setelah memberikan cerah

keagamaan ada Tanya jawab dari WBS berkaitan dengan materi yang

disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan untuk pemenuhan spiritual,

merubah sikap normatif/akhlak pada WBS. Dan juga pemberian arahan dan

motivasi biasanya dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan, jadi

penyuluh setelah memberikan ceramah keagamaan sebelum penutup dengan doa

ada pemberian motivasi, biasanya dilakukan dengan cara permainan (games) dan

diakhir permainan itu di jelaskan pelajaran apa/manfaat yang bisa diambil dari

permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari. Tetapi pemberian motivasi ini

tidak hanya pada saat dalam ceramah keagamaan saja, bisa juga pada saat

konseling kelompok atau konseling individu. Bisa juga pada saat case conference

(pembahasan masalah) dengan WBS yang bermasalah.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat

a. Faktor Pendukung

1. Tenaga pengajar yang kopenten di bidangnya, memiliki keahlian dan

ilmu/materi yang dapat di terapkan dalam pelaksanaan bimbingan rohani.

Page 73: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

59

2. Sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSTW sangat mendukung untuk

berlangsungnya bimbingan rohani, seperti gedung aula, sound system, papan

tulis, infokus dan laptop

3. Anggaran dana yang langsung di berikan sepenuhnya dari pemerintah daerah

Provinsi DKI Jakarta.

4. Dari WBS itu sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah

dirinya dan bertekad ingin lebih baik lagi setelah dari PSTW ini.

5. Kerja sama dengan intasi pemerintah dalam hal ini adalah kepolisian dan

instansi terkait/dinas sosial.

b. Faktor Penghambat

1. Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam mengikuti kegiatan

bimbingan rohani.

2. Keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan bimbingan

rohani masih sangat terbatas

3. Fasilitas yang masih belum begitu lengkap, dan gedung aula yang terkadang

berbenturan pelakasaan bimbingan rohani dengan cek kesehatan yang

dilaksanakan di dalam gedung aula

4. WBS yang berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor

penghambat dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh

pembimbing

5. Waktu yang sangat terbatas.

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan pihak panti

dan dengan disertai keterbatasan seoarang peneliti sebagai manusia biasa yang

Page 74: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

60

meliki keterbatasan dan tak luput dari kesalah yang baru belajar tentang

pengetahuan bimbingan rohani, di bawah ini akan di catat beberapa rekomendasi

yang barang kali mampu memberikan masukan bagi panti untuk kinerja dan

ektifitas kegiatan pemberdayaan di kemudian hari.

1. Memperbaiki kinerja kerja para pegawai panti dalam segala hal misalnya

kedisiplinan, etos kerja, sikap, tingkah laku, kepribadian dan lain sebagainya.

Serta meningkatkan potensi kopetensi pegawai sesuai bidang yang di

gelutinya.

2. Membangun kembali mitra kerja di beberapa wilayah yang belum tersentuh,

agar jangkauan penelusuran terhadap gepeng semakin luas dalam upaya

menanggulangi masalah kesejahteraan sosial serta menumbuhkembangkan

masyarakat yang berpotensi dan memiliki etos semangat kerja yang tinggi.

3. Menambahkan Sarana dan prasarana lebih lengkap lagi, dan mudah untuk

dipergunakan untuk kepentingan rehabilitasi yang di sediakan di panti.

4. Menciptakan akses dan menambah kerja sama dengan perusahaan-

perusahaan supaya dalam penyaluran WBS jelas dan dapat mudah di pantau

oleh pihak panti.

5. Perlunya kemampuan berkomunikasi dari pegawai dan pekerja sosial

terhadap wbs supaya ada kedekatan sehingga mudah mengetahui masalah-

masalah yang paling intim yang dihadapi wbsnya.

6. Lebih memperhatikan wbs yang berkopeten di bidangnya dan memberikan

bantuan agar bisa mengembakan kemampuan dan kemandiriannya.

Page 75: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

61

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmad dan Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta:

Rine Cipta, 1991).

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2007).

Brosur PSTW Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarrta: Kencana Prenada Media Group,

2007).

David D. Burns, Menggapai Kesepian, Program Baru yang Telah diuji

Secara Klinis untuk Mengatasi Kesepian. ed. Ardy Handoko, (Jakarta: Erlangga,

1998).

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1994).

Ensyclopedia Indonesia, Pelacuran/Prostitusi, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van

Hoeve, 1984), jilid 5.

Ghony Djunady, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: prosedur, Teknik dan

teori Grounded (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997) cet ke 1, h.11.

Gunarsa, Singgih G., Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT.Gunung

Mulia, 1992), cet. Ke-1.

Hellen A, Bimbingan dan Konseling,( Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet

Ke-1, h.5.

Jogiyanto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, (CV. Andi Offset,

2008), Cet. Ke-1.

Page 76: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

62

Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia, tentang Organisasi dan

Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial. Jakrta 2003.

KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ket-5, ed. Ke-3,h.960.

Krisnawati, Taty, Negara dan Kekerasan Terhadap Perempuan:

Kekerasan di Sekitar Buruh Migran Perempuan (TKW), (Jakarta: 2000).

Masri Singarimbun & Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta:

LPES, 1989)

Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000)

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,

(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

Netty Hartati, dkk. Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrapindo

Persada).

Poerwandari, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,

(Jakarta: LPSS,1998), Cet. Ke-1.

Rahman Abdul dan Sulaeman Nuhri, Panduan Bimbingan Mental Spriritual

(Jakarta: Kementerian Sosial, 2011).

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : ALFABETA,

2005.

Soejono, Patologi Sosial, (Bandung: PT. Alumni), cet. Le-2.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,

1987), cet. Ke-7.

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahanny, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008), cet. Ke-1.

Page 77: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

Pedoman Wawancara

Warga Binaan Sosial PSTW

Nama : Nyimas Toto

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Daerah Asal : Tasik

1. Kenapa anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Anak saya kerjanya jauh dan anaknya banyak, jadi gak ke urus. Rumahnya

sempit, ramai jadi mending saya disini aja. Banyak kegiatan, banyak orang

seumuran, gak kemana-mana.

2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Anak saya yang masukin. Sebelumnya nanya dulu ke saya, saya mau apa gak.

Saya bilang gak mau, awalnya. Tapi ya gapapa saya coba dulu disini.

3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha

ini?

Saya mah gak tau, taunya anak saya bawa kesini.

4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial

TresnaWerdha ini?

Ya saya taunya menjahit, membuat keset, kadang olahraga ada itu juga,

karaoke yaa main musik gitu.

5. Jenis pelayanan/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?

Ya itu tadi menjahit, buat keset.

6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Bina Karya ini?

Ya senang disini rame banyak yang seumuran, seru olahraga kalau pagi.

7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?

Ya tau, ceramah agama. Biasanya 4kali seminggu diruangan aula.

8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?

Ya, masalah keagamaan, banyak macem-macem tentang agama

9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayanan bimbingan rohani dengan

bimbingan yang lainya?

Perbedaannya ya ada emba,

Page 78: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan

rohani?

Engga tau saya taunya kita kumpul di ruangan kadang di masjid terus ada

yang ceramah.

11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani?

Ya biar tambah lagi ilmu agamanya,biar lebih tenang jalanin hidup.

12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa anda ada di dalam

panti?

Anak-anak say suka nengokin sih, kadang sebulan 2 kali.

13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di panti?

Seneng bisa ngobrol-ngobrol, ramai olah raga setiap pagi.

14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?

Banyak bisa dapet bnyak teman, banyak kegiatan jadi engga stress.

15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?

ya kalo saya maunya disini aja mba, gak mau ngerepotin anak saya.

Page 79: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

Pedoman Wawancara

Warga Binaan Sosial PSTW

Nama : Yulianti

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Daerah Asal : Jakarta

1. Kenapa Anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Saya kesini diantar anak saya, pengen coba hidup disini.

2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Saya gak tau, dapet dari orang

3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha

ini?

Disini tempat penampungan orang-orang yang sudah tua.

4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial Tresna

Werdha ini?

Banyak disini sebenarnya keterampilan, macem-macem kerajinan tangan

juga.

5. Jenis pelayana/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?

Membuat keset, membuat telur asin.

6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Senang, tapi suka sedih kalau rindu kasih sayang keluarga.

7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?

Tau, seperti ceramah agama.

8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?

Mengingatkan yang sudah banyak saya lupa tentang ibadah shalat.

9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayanan bimbingan rohani dengan

bimbingan yang lainya?

Perbedaannya ya ada mba.

Page 80: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan

rohani?

Ya kita disuruh kumpul di musolah, duduk rame-rame terus nanti ada ustadz

yang ceramah.

11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani tersebut?

Motivasi saya supaya lebih baik lagi ke depan.

12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa anda ada di dalam

panti?

Yaa gapapa, malah disuruh kalo betah disini.

13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di Panti?

Ya disini banyak teman, beda-beda juga ceritanya kenapa bisa sampai disini,

saya tidak membeda-bedakan dengan teman-teman lainnya. Kita itu disini

sama, kita kan disini tidak dibayar, tapi kita disini untuk belajar, belajar dan

belajar.

14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?

Banyak tempat cerita, banyak tempat berbagi pengalaman. Yang awalnya gak

kenal eh sekarang sudah kenal.

15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?

Saya malah maunya disini terus, banyak yanng bisa saya ambil ketika saya

disini mba.

Page 81: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

Pedoman Wawancara

Warga Binaan Sosial PSTW

Nama : Maesaroh

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Daerah Asal : Bogor

1. Kenapa anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Saya dibawa petugas mba, tadinya saya di panti bina insani tapi dipindah

kesini.

2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Saya gak tau

3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha

ini?

Ya kalau menurut saya sih, pada dasarnya untuk mensejahterakan orang-

orang yang tidak mampu, memberikan bimbingan bagi orang yang tidak

memiliki keahlian.

4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial Tresna

Werdha ini?

Banyak, mengaji, menjahit, bersih-bersih, dan senam setiap pagi.

5. Jenis pelayanan/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?

Senam, jadi pagi-pagi berkeringat melatih otot biar sehat.

6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Kalau dari segi pelayanan, baguslah, tinggal bagaimana kita mengikuti

aturan saja, kalau menurut saya sudah sesuai, dan kalau untuk lainnya saya

kurang tahu.

7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?

Tau, belajar ilmu agama. Beribadah kepada Allah agar lebih bagus lagi.

Apalagi kita disini sudah pada tua.

8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?

Yang pastinya ilmu agama, shalat lima waktu sehari semalam.

Page 82: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayananan bimbingan rohani dengan

bimbingan yang lainya?

Saya lebih suka bimbingan rohani daripada bimbingan yang lainnya.

10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan

rohani?

Prosesnya kita berkumpul di aula seminggu itu ada 4x, nanti ada bapak

ustadz yang memberikan ceramah, setelah itu kita boleh bertanya tentang apa

tidak kita tahu.

11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani tersebut?

Yah kalau motivasi saya, untuk mendidik diri saya supaya lebih baik dari

yang dulu-dulu. Dulu saya tidak mengenal agama, kedisiplinan, yah dari sini

kita ingin mendapatkan perubahan diri.

12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa Anda ada di dalam

panti?

Mereka tau, tapi selama satu tahun saya disini saya belum pernah ditengokin.

13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di panti?

Alhamdulillah bisa menyesuaikan diri.

14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?

Pengalamannya ada suka dukanya, sukanya disini banyak teman, banyak

perubahan dalam hidup saya, lebih disiplin, kalau duka saya jauh dari

keluarga, saya kangen juga sama anak cucu walaupun mereka gak pernah liat

saya kesini.

15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?

Saya gak tau, apakah nanti saya akan dijemput anak saya, apa saya akan

dibiarkan sampai saya nanti sudah menghembuskan nafas terakhir.

Page 83: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

Pedoman Wawancara

Warga Binaan Sosial PSTW

Nama : Emmi

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Daerah Asal : Jakarta

1. Kenapa anda bisa masuk di Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Dibawa sama orang kesini.

2. Dari mana mengetahui Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Dari orang-orang juga udah pernah denger.

3. Gambaran seperti apa yang anda ketahui tentang Panti Sosial Tresna Werdha

ini?

Sama kaya panti jompo. Tempat penampungan orang usia lanjut usia yang

ditinggal keluarganya.

4. Pelayanan/keterampilan apa saja yang anda ketahui di Panti Sosial Tresna

Werdha ini?

Senam kalau pagi, bimbingan keagamaan, membuat keterampilan.

5. Jenis pelayanan/keterampilan apa saja yang anda dapatkan?

Membersihkan rumput, merapihkan kamar, yang paling saya suka kalau di

ajarkan mengaji.

6. Apa yang anda rasakan selama di Panti Sosial Tresna Werdha ini?

Senang, walaupun jauh dari keluarga.

7. Apakah anda mengetahui tentang bimbingan rohani?

Tau, Itu untuk memperbaiki ibadah kita, supaya nanti kita bisa lebih sabar,

lebih tau mana yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan.

8. Materi apa yang anda dapatkan dari bimbingan rohani?

Banyak ya, agama, shalat dan mengaji.

9. Adakah perbedaan yang anda rasakan pelayanan bimbingan rohani dengan

bimbingan yang lainya?

Ada, kalau belajar bimbingan rohani rasanya adem, mendengar nasehat pak

ustadz, hidup kayanya indah kalau kita banyak bersyukur.

Page 84: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

10. Apakah anda mengetahi bagaimana proses dalam penyelanggaraan bimbingan

rohani?

Ya kita mah ikut aja, kalo proses penyelenggaraan kan udah dari sananya.

Jadi kita ikut aja, yang penting kita turut sama peraturan disini.

11. Apa yang menjadi motivasi anda untuk ikut bimbingan rohani tersebut?

Sangat senang mengikuti pengajian karena bisa belajar ngaji dan dapat ilmu

baru, biar tenang, apa yang selama ini gak tau, jadi tau kan ceramahnya

beda-beda tentang apa. sama bisa menghilangkan kebosenan kalo diam terus

di dalam kamar.

12. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa Anda ada di dalam

panti?

Ya mau gimana lagi mba, mungkin mereka juga maunya saya sama mereka,

tapi keadaan ekonominya kurang dan saya akan menambah beban mereka.

13. Bagaimana sosialisasi anda dengan teman-teman di panti?

Ya sama-sama udah tua, jadi sama-sama ngerti aja.

14. Pengalaman apakah yang anda dapatkan selama tinggal di Panti?

Banyak mba, dapat keterampilan, dapat pengalaman yang kita di luar sana ga

bisa dapetin. Jadi banyak pengalaman yang di dapat disini.

15. Apakah rencana anda setelah keluar dari Panti ini?

Gak tau gimana akhirnya aja nanti mba.

Page 85: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

FORMAT ISIAN DATA ASAL DAERAH WBS

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4

NO NAMA PANTI DAYA

TAMPUNG

JUMLAH

WBS ASAL

DAERAH WBS

JUMLAH

WBS

L P

Panti Sosial 275 75 162 237 240

Tresna Werdha Budi Mulia 4

1 ACEH

2 BANTEN 15

3 BENGKULU

4 DKI JAKARTA 91

5 IRIAN JAYA

6 JA-BAR 48

7 JA-TENG 41

8 JA-TIM 17

9 YOGYAKARTA 7

10 KAL-BAR 1

11 KAL-TENG

12 KAL-TIM

13 KAL-SEL

14 BAND-

LAMPUNG

1

15 LAM-SEL

16 LAM-UTA

17 LAM-BAR

18 LAM-TIM

19 LAM-TENG

20 MALUKU

21 NTB

22 NTT

23 RIAU

24 SUL-SEL

25 SUL-TENG 1

26 SUL-UT 2

27

SUMATRA

28

SUM-BAR 4

29

SUM-SEL 5

30

SUM-UT 6

31

LUAR NEGERI

32

TDK DI

KETAHUI

1

Page 86: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

JADWAL KEGIATAN

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA 4

HARI MINGGU JAM KEGIATAN

Senin I s/d IV 08.00-10.00 1. Bimbingan Rohani Islami (Mushola)

I s/d IV 10.00-12.00 2. Bimbingan Keterampilan

I s/d IV 13.00-15.00 3. Bimbingan Rohani Kristen

Selasa I s/d IV 07.30-08.30 1. Bimbingan Fisik (Senam Kesegaran Jasmani)

I s/d IV 09:00-11:00 2. Bimbingan Rohani Islam (diruangan/Wisma)

Rabu I s/d IV 09.00-11.00 1. Bimbingan Rohani Islam (diruangan/Wisma)

I s/d IV 10:00-12:00 3. Bimbingan Rohani Kristen

I s/d IV 13:00-15:00 2. Bimbingan Kesenian Panggung Gembira

Kamis I s/d IV 07:30-selesai 1. Psykologi

I s/d IV 07:30-09:00 2. Jalan-Jalan Sehat Keliling Panti

I s/d IV 10.00-12.00 3. Bimbingan Rohani Kristen

I s/d IV 13.00-15.00 4. Bimbingan Kesenian Angklung

Jum’at I s/d IV 07:00-08.00 1. Bimbingan Fisik (Senam Kesegaran Jasmani)

09:00-11:00 2. Bimbingan Rohani Islam (diruangan/Wisma)

09:00-11:00 3. Bimbingan Kesenian Panggung Gembira

Waktu luang dan

incidental

4. Bimbingan Pembinaan Sosial Edukatif

Sabtu I s/d IV 10:00-selesai 1. Nonton Bareng/Karoke

Minggu I s/d III 10:00-selesai 1. Nonton Bareng/Karoke

Page 87: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

DAFTAR NAMA-NAMA PNS & PHL

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4

NO NAMA NIP/NRK PANGKAT/GOLONGAN JABATAN

1 Drs. Marjito, M.Si

NIP/NRK

196401271989021003/1121

07

PembinaUtamaMadyaIV/b

Kepala Panti

2 Budi Hastuti, S.Sos,M.Si

NIP/NRK

196612191989022001/1121

34

Penata III/d

Kepala Sub Bagian

Tata Usaha

3 Ns. Yunur Nawangsih,

S.Kep

NIP/NRK

196312201990031005/1262

87

PenataTk I III/d

Ka.Satuan Pelaksana

Pelayanan Sosial

4 Enden Mulyaningsih, S.Sos

NIP/NRP

196005211982032005/1260

58

Penata Tk I III/d

PekerjaSosial

5 Agung Trihadiyanto,BA

NIP/NRK

195908111987031005/1262

46

PenataIII/c

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

6 Surani,S.Sos

NIP/NRK

196102211986032004/1259

89

Penata MudaTk I III/b

Ka.Satuan Pelaksana

Pembinaan Sosial

7 Yanti Astuti

NIP/NRK 19630109

1988032006/126962

Penata MUdaTk I III/b Staf Sub Bagian Tata

Usaha

8 Erniyati

NIP/NRP

196606221989032007/1124

26

Penata Muda Tk I III/b

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

9 Sri Asih Kartika

NIP/NRK

196812041989022

001/112146

Penata MudaTK I III/b

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

10 Retno Wahyuni

NIP/NRK 19621214

1989102002/125937

Penata MudaTk I III/b Staf Sub Bagian Tata

Usaha

Page 88: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

11 Banon Krisyuniarti

NIP/NRK

196706231989022001/1122

68

Penata MudaTk I III/b

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

12 Winarni

NIP/NRK 19691226

2007012017/168669

Pengatur MudaTk I II/b Staf Sub Bagian Tata

Usaha

13 Darmin

NIP/NRK

195906211990031002/1260

15

Pengatur MudaTk I II/b

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

14 Masuroh

NIP/NRK

197305202007012024/1682

19

Juru TkI I/d

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

15 Awaludin

NIP/NRP

19720713994031009/12647

2

Pengatur Muda II/a

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

16 Wahyudi

NIP/NRP

198102102007011005/1660

75

Juru I/c

Staf Sub Bagian Tata

Usaha

17 Hj. Muniarti

NIP/NRK

195806171983022003/1264

63

Penata Muda Tk I III/b Pengelola Sasana

Tresna Werdha

Dukuh 3

18 Sofiawati

NIP/NRK

196410191987032003/1262

35

Penata Muda Tk I III/b Staf Sub Bagian Tata

Usaha

19 Sahat Simarmata, S.Sos

NIP/NRK

196002141984031003/1262

35

PenataIII/c Pengelola Sasana

Tresna Werdha

Dukuh 5

Jumlah

Page 89: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

NO. NAMA T.M.T. JABATAN

KETERANGAN

SURAT

PENGANGKATAN

1 AHMAD NURJAMIL 2012 Pramusosial SK Kepala Panti

2 BUDI BUDIYANTO 2005 Pramusosial SK Kepala Dinas

3 CAMA 2012 Pramusosial SK Kepala Panti

4 DEDE SUTIAWAN 2015 Pramusosial SK Kepala Dinas

5 DESI SUSILA 2011 Pramusosial SK Kepala Dinas

6 ENDRI 2013 Pramusosial SK Kepala Panti

7 HERUDIN 2010 Pramusosial SK Kepala Dinas

8 IKA SARTIKA 2013 Pramusosial SK Kepala Panti

9 MUHAMAD ANDIKA RIADY 2016 Pramusosial SK Kepala Panti

10 MULYAWAN 2013 Pramusosial SK Kepala Panti

11 NOVI SUTANI 2014 Pramusosial SK Kepala Panti

12 AYUNI DAMAYANTI PUTRI 2016 Pramusosial SK Kepala Panti

13 RISCA APRILIA 2011 Pramusosial SK Kepala Panti

14 RISKI TRIBOWO 2013 Pramusosial SK Kepala Panti

15 SINGGIH PUTRO ATMOJO 2013 Pramusosial SK Kepala Panti

16 ARISANDY 2006 Pramusosial SK Kepala Dinas

17 ASTI RAHAYU 2006 Pramusosial SK Kepala Dinas

18 ASTRI WULAN ABADI,

Amd.Kep

2016 Pramusosial SK Kepala Panti

19 IMAM SYA'BAN 2010 Pramusosial SK Kepala Dinas

20 LUKMANUDIN 2008 Pramusosial SK Kepala Dinas

21 MEGAWATI 2016 Pramusosial SK Kepala Panti

22 RETNO ANGGI 2016 Pramusosial SK kepala Panti

23 RISKA DWIE LESTARI 2016 Pramusosial SK Kepala Panti

24 SRI APRIANA 2015 Pramusosial SK Kepala Dinas

25 WAHYU SUSENO 2009 Pramusosial SK Kepala Dinas

Page 90: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

NO. NAMA T.M.T. JABATAN

KETERANGAN

SURAT

PENGANGKATAN

26 MULYONO 2015 Mechanical Electrical SK Kepala Panti

27 WAHYUDI 2015 Mechanical Electrical SK Kepala Panti

28 SUPENDI

2015 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

29 YOGI

2015 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

30 SIDIK PARMONO

2015 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

31 DEDI SUDIARTO

2015 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

32 TRI RUSLIANDRI

2015 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

33 SANMUHAYAT

2015 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

34 BARRY SETIADY

2016 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

35 NURMA INDAH

2016 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

36 RUDY

2016 Tenaga Pelayanan

Kebersihan

SK Kepala Panti

37 ADE IRMA MADALIH

2015 Tenaga Keamanan

Kantor

SK Kepala Panti

38 ALFARIS SALAHUDDIN S

2015 Tenaga Keamanan

Kantor

SK Kepala Panti

39 HASYIM

2015 Tenaga Keamanan

Kantor

SK Kepala Panti

40 DJONIRIN

2005 Tenaga Keamanan

Kantor

SK Kepala Panti

41 MUHAMMAD IKSAN

2005 Tenaga Keamanan

Kantor

SK Kepala Panti

42 VEBI VEBRIANSYAH

2014 Tenaga Keamanan

Kantor

SK Kepala Panti

43 SELAMET EROS RAHARJO

2016 Tenaga Keamanan

Kantor

SK Kepala Panti

44 MURTINI 2009 Tenaga Juru Masak SK Kepala Panti

45 DEWI SUSANNA 2016 Tenaga Juru Masak SK Kepala Panti

46 SULTAN AJI PAMUNGKAS 2016 Tenaga Juru Masak SK Kepala Panti

47 ELIK SUWARTINI 2016 Tenaga Juru Masak SK Kepala Panti

48 NINING UJU 2015 Tenaga Juru Cuci SK Kepala Panti

49 TURINO DJUNAIDI 2016 Tenaga Juru Cuci SK Kepala Panti

50 RACHMAT 2016 Tenaga Juru Cuci SK Kepala Panti

51 EKA NOVIANTI 2016 Tenaga Juru Cuci SK Kepala Panti

Page 91: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 92: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 93: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 94: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 95: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 96: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 97: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 98: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 99: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 100: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana
Page 101: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

PENERIMAAN WBS BARU DARI PSBI IDENTIFIKASI AWAL WBS DATANG

CASE CONFRENCE PEMBUATAN KTP WBS

Page 102: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

KERAJINAN TANGAN MEMBUAT

KESET

HASIL KERAJINAN WBS

MENSHOLATKAN WBS MENINGGAL PENGEMBALIAN WBS KE KELUARGA

MELAKUKAN PERAWATAN TERHADAP WBS

Page 103: METODE BIMBINGAN ROHANI TERHADAP WARGA BINAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34702/1/ELISA... · Sungguh itu menimbulkan lubang dalam jiwa yang entah bagaimana

KESENIAN ANGKLUNG BIMBINGAN ROHANI ISLAM

MELAKSANAKAN SHOLAT BERJAM'AH

DI MUSHOLA

PEMBERIAN MAKAN UNTUK WBS