Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

23
Tugas Terstruktur Mata Kuliah “Seminar Akuntansi” PANDUAN CSR DI INDONESIA OLEH DIAH KARTIKA RETNA ASIH (C1C007066) UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI

Transcript of Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Page 1: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Tugas Terstruktur

Mata Kuliah “Seminar Akuntansi”

PANDUAN CSR DI INDONESIA

OLEH

DIAH KARTIKA RETNA ASIH

(C1C007066)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS EKONOMIJURUSAN AKUNTANSI

PURWOKERTO2010

Page 2: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Merumuskan PANDUAN CSR di

Indonesia

14 Dec 2009

Republika

Teknologi

Oleh Anjar Fahmlarto

Salah satu negara yang perlu dicontoh dalam pelaksanaan CSR nya adalah

Norwegia.

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) di Indonesia makin menunjukkan kemajuan. Indikasinya,

makin banyak perusahaan yang mulai peduli dan melaksanakan program CSR

dalam berbagai bentuk.Memang dari sisi idealita, tidak semua perusahaan yang

telah ber-CSR, mampu menerapkan konsep tersebut dengan tepat. Banyak dari

mereka yang mengklaim telah melakukan CSR padahal nyatanya belum, atau

sekadar menjalankan kegiatan charity.

Salah satu penyebabnya, kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),

Sofyan Wanandi, belum adanya semacam buku putih atau panduan tentang

konsep dan pelaksanaan CSR yang ideal. Akibatnya banyak perusahaan yang

melaksanakan CSR sesuai dengan konsep atau pemahaman mereka sendiri.

"Karena itu mendesak untuk segera disusun buku panduan tentang praktik CSR

yang benar. Ini penting agar perusahaan di Indonesia bisa melaksanakan CSR

dengan benar dan tepat sasaran," katanya kepada wartawan, disela-sela seminar

bertema Membangun CSR di Indonesia, di Jakarta, pekan lalu.

Panduan tersebut, lanjut Sofyan, juga diperlukan pemerintah untuk melaksanakan

UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (PT) yang salah satu

pasalnya mewajibkan pelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Hingga saat ini UU tersebut belum bisa diimplementasikan karena belum ada

Page 3: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

peraturan pemerintah (PP) yang mengatur lebih rinci.Apindo, tuturnya, dengan

sejumlah pihak terkait juga sedang mendiskusikan berbagai hal penting sebagai

bahan masukan bagi pemerintah untuk menyusun PP tentang pelaksanaan CSR.

"Jika sudah ada buku panduan tentang CSR, maka pemerintah bisa menentukan

mana kegiatan perusahaan yang benar-benar CSR dan berhak mendapat insentif

pajak misalnya, dan mana yang tidak perlu mendapat insentif karena pelaksanaan

CSR nya belum tepat. Jadi keberadaan buku panduan tersebut sudah sangat

mendesak," jelas Sofyan.Untuk menyusun panduan CSR, masih katanya, perlu

dilakukan studi banding dengan negara-negara yang telah lebih maju dalam

melaksanakan CSR. Ini penting untuk menemukan poin-poin yang bisa

diaplikasikan di Indonesia.

Salah satu negara yang perlu dicontoh dalam pelaksanaan CSR nya adalah

Norwegia. Negara di Eropa Timur ini sangat ketat dalam melaksanakan CSR.

Mereka juga sudah punya panduan tentang praktik CSR yang ideal. Banyak

bidang yang menjadi fokus perhatian CSR nya, seperti kesejahteraan karyawan,

antikorupsi, lingkungan, hak asasi manusia, dan sebagainya.

"Mau nggak mau kita harus mulai sekarang untuk merumuskan pelaksanaan CSR

yang benar dan ideal. Sebab beberapa tahun ke depan CSR akan menjadi prasyarat

utama untuk perdagangan global. Ini berarti jika kita tidak melaksanakan CSR

dengan benar, sangat mungkin produk-produk kita ditolak di kancah global,"

papar Sofyan.Sementara itu, Direktur Program MM-CSR Universitas Trisakti,

Maria R Nindita Radyati. mengatakan, ada beberapa karakter program CSR yang

baik. Antara lain sesuai dengan core business perusahaan dan berkelanjutan

(sustainable). Keberlanjutan program CSR perusahaan ditentukan oleh komunitas

yang ada di perusahaan itu sendiri.

Hal tersebut karena mereka menerapkan transparansi dan mempraktikkan perilaku

bisnis yang beretika, mengakomodasi dan melibatkan para stakeholder, kerja

sama, dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan."Karakter inti CSR

antara lain kesukarelaan yang berarti tidak boleh ada unsur paksaan, berorientasi

pada multi stakeholder, dan lebih dari sekadar filantropi atau charity," kata Maria.

Page 4: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Dukungan pemerintah

Seskretaris Menko Kesra, Prof Indroyono, mengatakan pemerintah mendukung

sepenuhnya pelaksanaan CSR di Indonesia. Ini seiring dengan berkembangnya

konsep bahwa perusahaan tidak boleh hanya sekadar mengejar keuntungan

sebesar-besarnya namun harus mengembangkan etika, budaya, dan nilai-

nilai.Caranya mudah, yaitu dengan mengembangkan wilayah dan masyarakat

yang ada di sekitar perusahaan.Pemerintah, katanya, tidak bisa menyelesaikan

berbagai permasalahan yang berkembang saat ini seperti angka pengangguran

yang tinggi, terbatasnya lapangan kerja, kemiskinan, dan berbagai problem

lainnya.

"Dunia usaha sangat besar potensinya untuk ikut serta menyelesaikan berbagai

permasalahan tersebut. Karena itu pemerintah terus mendorong agar dunia usaha

melaksanakan CSR nya dengan baik, benar, dan tepat sasaran,"

katanya.Pelaksanaan CSR, tutur Indroyono, sangat erat kaitannya dengan

pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Misalnya tentang

pendidikan, lingkungan, kesehatan untuk mengurangi angka kematian ibu dan

anak serta mengurangi penderita HIV/AIDS dan TBC. Juga meningkatkan akses

masyarakat terhadap air bersih, kesetaraan gender, dan kerja sama

internasional."Pemerintah akan menggalang kerja sama yang lebih erat lagi

dengan dunia usaha untuk mengintensifkan pelaksanaan CSR di Indonesia.

Tujuannya untuk memobilisasi sumber daya yang ada guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat," jelas Indroyono.

Pendahuluan

Page 5: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Maraknya peristiwa kerugian yang dialami oleh suatu komunitas

masyarakat karena kerusakan lingkungan hidup tempat mereka tinggal akibat

beroperasinya suatu perusahaan makin menimbulkan sinisme masyarakat terhadap

keberadaan suatu perusahaan.

Dari asal katanya, ‘company’ (perusahaan) berasal dari dua kata dalam

bahasa Latin (‘cum’ dan ‘panis’) yang berarti memecahkan roti bersama-sama. Ini

berarti, ide asli dari pembentukkan suatu perusahaan sebenarnya memiliki

konotasi komunal / sosial.

Karena itu, sebenarnya, berdirinya suatu perusahaan tak terlepas dari peran

perusahaan tersebut terhadap masyarakat sekitarnya. Seperti dikatakan oleh B.

Tamam Achda, memang diakui bahwa di satu sisi sektor industri atau korporasi

skala besar telah banyak memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi

nasional tetapi di sisi lain, eksploitasi sumber-sumber daya alam oleh industri

telah menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang parah. Hal inilah yang

menjadikan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) relevan dan penting

(perlu) dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan.

Pembahasan

Page 6: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

A. Pengertian CSR

Ada banyak definisi yang diberikan untuk konsep CSR. Dari kata-

kata ‘corporate’, ‘social’ dan ‘responsibility’ yang terkandung dalam istilah

ini maka CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab yang dimiliki

oleh suatu perusahaan terhadap masyarakat di mana perusahaan tersebut

berdiri atau menjalankan usahanya.

Kamus online Wikipedia mendefinisikan CSR sebagai suatu konsep

bahwa suatu organisasi (khususnya, tapi tidak terbatas pada, perusahaan)

memiliki kewajiban untuk memperhatikan kepentingan pelanggan,

karyawan, pemegang saham, komunitas dan pertimbanganpertimbangan

ekologis dalam segala aspek dari usahanya. Sedangkan Schermerhorn secara

singkat mendefinisikannya sebagai kewajiban dari suatu perusahaan untuk

bertindak dalam cara-cara yang sesuai dengan kepentingan perusahaan

tersebut dan kepentingan masyarakat secara luas.

The International Organization of Employers (IOE) mendefinisikan

CSR sebagai "initiatives by companies voluntarily integrating social and

environmental concerns in their business operations and in their interaction

with their stakeholders." Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

pertama, CSR merupakan tindakan perusahaan yang bersifat sukarela dan

melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan perundang-undangan

Negara. Kedua, definisi tersebut memandang CSR sebagai aspek inti dari

aktifitas bisnis di suatu perusahaan dan melihatnya sebagai suatu alat untuk

terlibat dengan para pemangku kepentingan.

Definisi yang diterima luas oleh para praktisi dan aktivis CSR adalah

definisi menurut The World Business Council for Sustainable Development

yaitu bahwa CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari pelaku

bisnis untuk berlaku etis dan untuk memberikan kontribusi bagi

perkembangan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup para pekerja

dan keluarganya, juga bagi komunitas lokal dan masyarakat pada

umumnya.10 Dari definisi ini kita melihat pentingnya ‘sustainability’

Page 7: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

(berkesinambungan / berkelanjutan), yaitu dilakukan secara terusmenerus

untuk efek jangka panjang dan bukan hanya dilakukan sekali-sekali saja.

Konsep CSR memang sangat berkaitan erat dengan konsep sustainability

development (pembangunan yang berkelanjutan).

Konsep CSR dengan demikian memiliki arti bahwa selain memiliki

tanggung jawab untuk mendatangkan keuntungan bagi para pemegang

saham dan untuk menjalankan bisnisnya sesuai ketentuan hukum yang

berlaku, suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab moral, etika, dan

filantropik. Pandangan tradisional mengenai perusahaan melihat bahwa

tanggung jawab utama (jika bukan satu-satunya) perusahaan adalah semata-

mata terhadap pemiliknya, atau para pemegang saham. Adanya konsep CSR

mewajibkan perusahaan untuk memiliki

B. Latar Belakang Diterapkannya CSR

CSR merupakan kegiatan yang berkesinambungan dan bukan hanya

aksi karikatif yang dimaksudkan untuk menghindari tekanan dari pihak lain

misalnya masyarakat ataupun sebagai alat Public Relation untuk membentuk

citra baik perusahaan semata. Ada beberapa hal yang dapat melatarbelakangi

program CSR, Setidaknya bisa diidentifikasi tiga motif yaitu motif menjaga

stabilitas sarana produksi, motif mematuhi legalitas, dan motif moral untuk

memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal.

Motif pertama yaitu menjaga stabilitas sarana produksi berkaitan

erat keberlanjutan dan keamanaan berbagai faktor produksi yang dapat

menunjang keberlanjutan proses produksi. Sebagian besar perusahaan

berada di suatu kawasan tertentu yang memiliki tingkat keamanan yang

berfluktuatif. Sementara fasilitas produksinya terbentang dalam area yang

sangat luas. Secara fisikal, kontrol terhadap infrastruktur tersebut tidak

mudah. Hal ini sangat rentan dengan kemungkinan-kemungkinan terjadinya

sabotase oleh pihak yang merasa dirugikan oleh keberadaan perusahaan

tersebut, baik konflik fisik maupun konflik laten yang merupakan faktor

potensial untuk terjadinya kerusakan-kerusakan fasilitas produksi. Motif

Page 8: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

kedua yaitu motif mematuhi legalitas berkaitan erat dengan keharusan

perusahaan mentaati segala peraturan yang telah di tetapkan oleh

pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan erat

dengan tata cara dan tata laksana pengoperasian suatu usaha tertentu.

Dengan demikian sangat mungkin perusahaan memasukan program CSR di

dalam kerangka kerja perusahaannya. Motif ketiga yaitu motif moral untuk

memberikan pelayanan sosial pada masyarakat lokal dan lingkungan

berkaitan erat dengan kesadaran perusahaan terhadap memenuhi

komitmennya untuk berkontribusi nyata terhadap lingkungan sekitar, motif

moral ini seyogyanya akan menjadi landasan mendasar dalam pelaksanaan

program-program CSR.

C. Keuntungan Diterapkannya CSR

CSR dapat dipandang sebagai aset strategis dan kompetitif bagi

perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi ini. CSR dapat

memberi banyak keuntungan yaitu:

1) peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang

lebih baik. Banyak perusahaan-perusahaan besar setelah

mengimplementasikan program CSR menunjukan keuntungan yang

nyata terhadap peningkatan nilai saham.

2) menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar,

karena sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam rangka

memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri disebuah kawasan,

dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi

perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan

masyarakat sekitar atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk

dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder

yang terkait

Page 9: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

3) mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang

sebagai social marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan

bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building).

Social Marketing akan dapat memberikan manfaat dalam pembentukan

brand image suatu perusahaan dalam kaitannya dengan kemampuan

perusahaan terhadap komitmen yang tinggi terhadap lingkungan selain

memiliki produk yang berkualitas tinggi. Hal ini tentu saja akan

memberikan dampak positif terhadap volume unit produksi yang

terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang besar

terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan

memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment

antara manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih

keuntungan materi dan sosial dalam jangka panjang.

D. Panduan CSR di Indonesia

1. Pra –UU No. 40 Tahun 2007.

Sebelum diatur secara eksplisit dalam UU No. 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (dan sebelumnya dalam UU No. 25

tahun 2007 tentang Penanaman Modal), konsep CSR sebenarnya

telah diatur dalam beberapa Undang-undang di Indonesia.

Mengingat definisi dan cakupan CSR yang luas, yaitu termasuk

bidang lingkungan, konsumen, ketenagakerjaan dan lain-lain, maka

di bawah ini diuraikan tentang beberapa Undang-undang yang di

dalamnya secara tidak langsung mengatur tentang konsep CSR.

a. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Pasal 6 (1): Setiap orang berkewajiban memelihara

kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan

menanggulangi pencemaran dan perusakan.

Page 10: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Pasal 6 (2): Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau

kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan

akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 16(1): Setiap penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha

dan/atau kegiatan.

Pasal 17(1): Setiap penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan

beracun.

b. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-undang ini banyak mengatur tentang kewajiban dan

tanggung jawab perusahaan terhadap konsumennya.

Pasal 3 Perlindungan konsumen bertujuan: menumbuhkan

kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumensehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung

jawab dalam berusaha

Pasal 7 Mengatur tentang kewajiban pelaku usaha

BAB IV (Pasal 8 - 17) Mengatur tentang Perbuatan yang

dilarang bagi Pelaku Usaha

BAB V (Pasal 18 )Mengatur tentang Ketentuan Pencantuman

Klausula Baku

BAB VI (Pasal 19 – 28) Mengatur tentang Tanggung Jawab

Pelaku Usaha

Page 11: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

c. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-undang ini antara lain bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan

kesejahteraan dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan

tenaga kerja dan keluarganya (pasal 4). Selain diatur dalam UU

yang mengatur berbagai aspek tersebut di atas, konsep CSR

juga telah diatur dan diwajibkan dalam UU No. 25 tahun 2007

tentang Penanaman Modal sebagai berikut:

Pasal 15 Setiap penanam modal berkewajiban:

a. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

b. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi

kegiatan usaha penanaman modal;

c. Penjelasan pasal 15 Huruf b

Yang dimaksud dengan "tanggung jawab sosial

perusahaan" adalah tanggung jawab yang melekat pada

setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap

menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai

dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat

setempat.

Pasal 16 Setiap penanam modal bertanggung jawab:

a. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

b. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kesejahteraan pekerja; …

Page 12: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Pasal 34

(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai

sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman

modal; atau

d.pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman

modal.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau

usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. UU NO. 40 Tahun 2007

Bab I – Ketentuan Umum

Pasal 1

a. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan adalah

komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan

ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan

dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun pada masyarakat pada umumnya.

Page 13: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

Bab IV – Rencana Kerja,Laporan Tahunan dan Penggunaan

Laba Bagian Kedua – Laporan Tahunan

Pasal 66

1) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah

ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir

2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memuat sekurang kurangnya : laporan pelaksanaan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan

Bab V – Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Pasal 74

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhitungkan kepatutan

dan kewajaran

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah

Penjelasan Pasal 74

(1) Ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan

Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.

(2) Yang dimaksud dengan ‘Perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya di bidang sumber daya alam’ adalah Perseroan yang

kegiatan usahanya mengelola dan mengusahakan sumber daya

alam. Yang dimaksud dengan ‘Perseroan yang menjalankan

Page 14: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam’

adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan

sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada

fungsi kemampuan sumber daya alam.

E. PP TJSL (Peraturan Pemerintah Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan)

Salah satu bentuk perwujudan untuk mengatasi banyaknya

perusahaan yang melaksanakan CSR sesuai dengan konsep atau pemahaman

mereka sendiri maka DPR mendesak pemerintah untuk segera mengeluarkan

PP TJSL sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan CSR di

Indonesia.

Namun, penerapan PP TJSL sepertinya akan mengalami banyak

kendala atau menimbulkan masalah karena pertama yang harus diluruskan

adalah bahwa TJSL tidaklah identik dengan CSR. Seluruh pakar sepakat

bahwa salah satu pilar CSR adalah voluntarism atau kesukarelaan (Crane,

Matten, Spence, 2008; Dahlsrud, 2008). Arti kesukarelaan di sini adalah

kehendak untuk melampaui seluruh regulasi yang berlaku. Jadi, CSR

mengandaikan bahwa seluruh regulasi dipenuhi terlebih dulu oleh

perusahaan, kemudian perusahaan berlomba-lomba menambahkannya

dengan hal positif yang tidak diatur oleh regulasi. Jelaslah bahwa

’meregulasi CSR’ adalah sebuah contradictio in terminus—CSR tak

mungkin diregulasi karena meregulasi kesukarelaan melampaui regulasi itu

jelas tak mungkin. Kalau pemerintah mewajibkan TJSL, itu berarti TJSL

adalah kumpulan dari regulasi yang ada.

Kedua, sangat jelas bahwa TJSL belumlah didefinisikan dengan

kokoh di level UU PT sendiri. Pasal 1 dan Pasal 74 memiliki pengertian

yang berbeda mengenai TJSL, sehingga seharusnya kontradiksi ini

diselesaikan dulu sebelum PP-nya hendak dikeluarkan. Lebih jauh daripada

itu, berbagai regulasi yang tampak seperti ’pewajiban CSR’ di Indonesia

memang perlu disikronisasikan terlebih dahulu. UU Penanaman Modal (UU

No. 25/2007) juga menyatakan pewajiban ini, dengan istilah—di situ

Page 15: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

dinyatakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan—dan pengertian yang

berbeda. Regulasi soal program Kemitraan dan Bina Lingkungan—biasa

disebut PKBL—di kalangan BUMN juga sering dinyatakan sebagai ’CSR

untuk BUMN’, dengan pengertian yang juga berbeda. Karena itu, Komisi

Hukum Nasional dalam studi mutakhirnya menyarankan sinkronisasi

pengertian sebelum berbagai peraturan turunan bisa dibuat dan efektif

dijalankan.

F. Saran dan Solusi

1. Pemerintah perlu mempertegas cakupan TJSL yang diharapkan dari

dunia usaha. Hal ini dapat dimasukkan dalam Peraturan Pemerintah

tentang TJSL. Yang perlu dipertegas adalah bahwa TJSL yang

diharapkan haruslah kegiatan-kegiatan yang dapat “meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat… bagi…

komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya” sebagaimana

yang ditentukan dalam pasal 1 (3) UU PT. Jadi, kegiatan TJSL yang

dilakukan haruslah membawa suatu peningkatan dan bukannya

memperbaiki kondisi belaka, apalagi karena kerusakan akibat aktifitas

bisnis.

2. Mengingat adanya dualisme antara pengaturan dalam pasal 74 (1)

dengan penjelasannya mengenai jenis perusahaan yang harus diwajibkan

melakukan TJSL, maka hal ini harus dipertegas juga dalam Peraturan

Pemerintah tentang TJSL.

3. Mengingat kemampuan setiap perusahaan tidaklah sama, maka

diharapkan juga keterlibatan dan partisipasi masyarakat, media massa

serta LSM-LSM untuk tidak menuntut semua perusahaan melakukan

TJSL dalam kapasitas dan kualitas yang sama

4. Perlu ditetapkan adanya institusi pemerintah tertentu untuk mengawasi

dan mengevaluasi pelaksanaan TJSL ini secara obyektif dan transparan.

Page 16: Merumuskan PANDUAN CSR Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Fahmiarto, Anjar. 2009. Merumuskan Panduan CSR di Indonesia.

Bataviase.co.id,(online), (http://bataviase.co.id/ diakses 19 Juni 2010)

Jalal. 2010. Ada apa di Balik Desakan DPR atas PP TJSL. Lingkar Studi CSR

(online), (http://www.csrindonesia.com/ diakses 19 Juni 2010)

Kalangit, Holy K. M. 2009. Konsep Corporate Social Responsibility, Pengaturan

dan Pelaksanaannya di Indonesia. (http://www.google.com/ siakses 19

Juni 2010)

Kurniawan, Endang.2009. Corporate Social Responsibility ”Harmonisasi Si

Kumbang dan Si Kembang”. Indonesia Environment Consultant,

(online), (http://www.iec.co.id/ diakses 19 Juni 2010)