Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit

4
RAD Journal 2015:10:022 Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit, Robertus Arian Datusanantyo | 1 Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit Pendahuluan Dalam tulisan sebelumnya, telah dibahas beberapa pertimbangan dalam menyusun indikator mutu rumah sakit. Untuk memberikan gambaran mutu rumah sakit, indikator perlu dipresentasikan. Presentasi ini bisa berupa presentasi tim mutu rumah sakit ke kalangan manajemen puncak, presentasi direktur kepada surveyor akreditasi, maupun advokasi manajemen puncak ke tingkat pemilik rumah sakit (pemerintah pusat, pemerintah daerah, yayasan, maupun korporasi). Dalam beberapa kesempatan menyaksikan presentasi tersebut, kerap terjadi data unggulan menjadi kurang diperhatikan karena disajikan kurang sempurna. Kerap pula penyaji harus menjelaskan ulang data tersebut dalam sesi tanya jawab. Akibatnya, waktu yang semestinya bisa digunakan untuk diskusi peningkatan mutu menjadi terbuang percuma. Bagaimana menyajikan data indikator mutu dengan efisien? Tulisan ini akan mencoba mengupas beberapa pertimbangan utama sehingga dapat membantu pembaca menentukan strategi penyajian data indikator mutu rumah sakit tersebut dalam sebuah presentasi lisan. Ilustrasi yang digunakan dalam tulisan ini bukan merupakan data asli salah satu rumah sakit dan hanya digunakan dengan tujuan mendukung ideide dalam tulisan ini. Selamat menikmati. Tipe Data Indikator Mutu Rumah Sakit Dalam pembicaraan mengenai pengelolaan indikator mutu rumah sakit, selalu muncul istilah “data”. Dianggap sebagai objek yang sudah dikenal, data jarang didefinisikan. Untuk menghindari keriuhan definisi data, mari kita sepakati data sebagai keterangan yang menggambarkan persoalan atau hasil dari pengamatan karakteristik tertentu. Indikator mutu merupakan pengukuran yang diwujudkan dalam angka (Takaki et al., 2013; Collopy, 2000), maka hasil pengamatan indikator mutu boleh kita sebut sebagai data. Ada berbagai cara mengklasifikasi data. Untuk tujuan penyajian indikator mutu rumah sakit ini, kita akan menggolongkan data menjadi dua, yaitu data kategorik dan data kuantitatif (Bahna & McLarty, 2009). Data kategorik memiliki karakteristik tertentu yang ditentukan sebelum data diambil. Data kategorik biasa digolongkan menjadi tiga, yaitu nominal, ordinal, dan interval. Data nominal adalah data kategori yang hanya bisa dijelaskan dengan nama, seperti misalnya nama instrumen bedah (bisturi, klem, kocher, pemegang jarum, dan pinset). Data nominal bisa memiliki banyak atribut seperti contoh sebelumnya, namun juga bisa berupa data biner yang hanya memiliki dua atribut seperti jenis kelamin (lakilaki dan perempuan). Walaupun indikator mutu rumah sakit selalu merupakan pecahan, tidak menutup kemungkinan data primernya berupa data nominal seperti contoh dalam tabel berikut ini. Tabel 1 Ilustrasi data nominal infeksi luka operasi sebelum dan setelah intervensi. Dalam pengumpulan data, setiap pasien yang memenuhi kriteria dicatat apakah ada infeksi atau tidak: dua pilihan atribut yang ditentukan sebelumnya. Indikator: Infeksi Luka Operasi Intervensi Total Sebelum Sesudah Infeksi 56 21 77 Tidak Infeksi 280 363 643 Total 336 384 720 Data ordinal juga mempunyai atribut yang ditentukan sebelumnya dan setiap sampel masuk dalam salah satu kategori. Bedanya dengan data nominal adalah adanya penjejangan yang tidak pasti jaraknya dalam data ordinal. Misalnya dalam survei kepuasan pasien instalasi gawat darurat, dibuat lima kategori kepuasan, yaitu sangat puas, puas, kurang puas, tidak puas, dan sangat tidak puas.

Transcript of Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit

Page 1: Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit

RAD Journal 2015:10:022

Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit, Robertus Arian Datusanantyo | 1

Menyajikan  Indikator  Mutu  Rumah  Sakit    Pendahuluan  Dalam  tulisan  sebelumnya,  telah  dibahas  beberapa  pertimbangan  dalam  menyusun  indikator  mutu  rumah   sakit.   Untuk   memberikan   gambaran   mutu   rumah   sakit,   indikator   perlu   dipresentasikan.  Presentasi   ini   bisa   berupa   presentasi   tim   mutu   rumah   sakit   ke   kalangan   manajemen   puncak,  presentasi   direktur   kepada   surveyor   akreditasi,   maupun   advokasi   manajemen   puncak   ke   tingkat  pemilik  rumah  sakit  (pemerintah  pusat,  pemerintah  daerah,  yayasan,  maupun  korporasi).    Dalam  beberapa  kesempatan  menyaksikan  presentasi  tersebut,  kerap  terjadi  data  unggulan  menjadi  kurang  diperhatikan  karena  disajikan  kurang  sempurna.  Kerap  pula  penyaji  harus  menjelaskan  ulang  data   tersebut   dalam   sesi   tanya   jawab.   Akibatnya,   waktu   yang   semestinya   bisa   digunakan   untuk  diskusi  peningkatan  mutu  menjadi  terbuang  percuma.    Bagaimana  menyajikan   data   indikator  mutu   dengan   efisien?   Tulisan   ini   akan  mencoba  mengupas  beberapa  pertimbangan  utama  sehingga  dapat  membantu  pembaca  menentukan  strategi  penyajian  data   indikator  mutu   rumah   sakit   tersebut  dalam   sebuah  presentasi   lisan.   Ilustrasi   yang  digunakan  dalam  tulisan   ini  bukan  merupakan  data  asli   salah   satu   rumah  sakit  dan  hanya  digunakan  dengan  tujuan  mendukung  ide-­‐ide  dalam  tulisan  ini.  Selamat  menikmati.    Tipe  Data  Indikator  Mutu  Rumah  Sakit  Dalam  pembicaraan  mengenai  pengelolaan  indikator  mutu  rumah  sakit,  selalu  muncul  istilah  “data”.  Dianggap  sebagai  objek  yang  sudah  dikenal,  data  jarang  didefinisikan.  Untuk  menghindari  keriuhan  definisi  data,  mari  kita  sepakati  data  sebagai  keterangan  yang  menggambarkan  persoalan  atau  hasil  dari   pengamatan   karakteristik   tertentu.   Indikator  mutu  merupakan   pengukuran   yang   diwujudkan  dalam  angka  (Takaki  et  al.,  2013;  Collopy,  2000),  maka  hasil  pengamatan  indikator  mutu  boleh  kita  sebut  sebagai  data.    Ada  berbagai  cara  mengklasifikasi  data.  Untuk  tujuan  penyajian  indikator  mutu  rumah  sakit  ini,  kita  akan  menggolongkan  data  menjadi  dua,  yaitu  data  kategorik  dan  data  kuantitatif  (Bahna  &  McLarty,  2009).  Data  kategorik  memiliki  karakteristik   tertentu  yang  ditentukan   sebelum  data  diambil.  Data  kategorik  biasa  digolongkan  menjadi  tiga,  yaitu  nominal,  ordinal,  dan  interval.    Data  nominal  adalah  data  kategori  yang  hanya  bisa  dijelaskan  dengan  nama,  seperti  misalnya  nama  instrumen  bedah  (bisturi,  klem,  kocher,  pemegang  jarum,  dan  pinset).  Data  nominal  bisa  memiliki  banyak  atribut  seperti  contoh  sebelumnya,  namun  juga  bisa  berupa  data  biner  yang  hanya  memiliki  dua  atribut  seperti  jenis  kelamin  (laki-­‐laki  dan  perempuan).  Walaupun  indikator  mutu  rumah  sakit  selalu   merupakan   pecahan,   tidak   menutup   kemungkinan   data   primernya   berupa   data   nominal  seperti  contoh  dalam  tabel  berikut  ini.      Tabel  1  Ilustrasi  data  nominal  infeksi  luka  operasi  sebelum  dan  setelah  intervensi.  Dalam  pengumpulan  data,  

setiap  pasien  yang  memenuhi  kriteria  dicatat  apakah  ada  infeksi  atau  tidak:  dua  pilihan  atribut  yang  ditentukan  sebelumnya.    

Indikator:  Infeksi  Luka  Operasi  

Intervensi  Total  

Sebelum   Sesudah  

Infeksi   56   21   77  

Tidak  Infeksi   280   363   643  

Total   336   384   720  

 Data  ordinal  juga  mempunyai  atribut  yang  ditentukan  sebelumnya  dan  setiap  sampel  masuk  dalam  salah   satu   kategori.   Bedanya   dengan   data   nominal   adalah   adanya   penjejangan   yang   tidak   pasti  jaraknya  dalam  data  ordinal.  Misalnya  dalam  survei  kepuasan  pasien  instalasi  gawat  darurat,  dibuat  lima   kategori   kepuasan,   yaitu   sangat   puas,   puas,   kurang   puas,   tidak   puas,   dan   sangat   tidak   puas.  

Page 2: Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit

RAD Journal 2015:10:022

Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit, Robertus Arian Datusanantyo | 2

Tidak   ada   jarak   yang   pasti   antar   kategori   dalam   data   ordinal.   Contoh   data   ordinal   yang   kerap  dibahas  dalam  persiapan  akreditasi  rumah  sakit  adalah  skala  nyeri.    Jarak   antar   kategori  membedakan  data   interval   dan  data   nominal.  Data   interval  mempunyai   jarak  antar  kategori  yang  sama.  Bulan-­‐bulan  dalam  satu  tahun  adalah  contoh  data  interval  karena  kurang  lebih  jaraknya  sama,  yaitu  30  hari.    Data   kuantitatif   berbeda   dengan   data   kategori.   Data   kuantitatif   terbagi   menjadi   dua,   yaitu   data  kontinyu  dan  data  diskret.  Data  kontinyu  merupakan  data  hasil   pengukuran   yang   teliti   dan  dapat  pada  angka  berapa  saja.  Data  diskret  merupakan  data  yang  merupakan  pendekatan  satuan  terukur  misalnya  laju  nadi  (kali  per  menit),  usia  dalam  tahun,  dan  lain-­‐lain.  Data  diskret  mirip  sekali  dengan  data   interval   kecuali   bahwa   data   interval   biasanya   hanya   dalam   kategori   terbatas   sementara   data  diskret  bisa  tak  terbatas.      Pertimbangan  Penyajian  Data  Data   dapat   disajikan   dengan   teks,   tabel,   maupun   tampilan   grafis.   Tampilan   grafis   lebih   disukai  daripada  tampilan  teks  dan  serba  angka  karena   lebih  efektif  meninggalkan  pesan  walau   juga  dapat  membawa  ke  arah  yang  salah  (Stengel  et  al.,  2008).  Untuk  menggunakannya,  panduan  dari  van  Belle,  “struktur  kalimat  untuk  menampilkan  2-­‐5  angka,  tabel  untuk  menampilkan  informasi  numerik  yang  lebih  banyak,  dan  grafik  untuk  hubungan  yang  kompleks,”  masih  relevan  (Bahna  &  McLarty,  2009).  Menampilkan   data   dengan   teks   memang   merupakan   teknik   yang   paling   umum   walaupun   jelas  bukan   pula   yang   terbaik.   Menggunakan   kalimat   pendek   yang   tepat   adalah   satu-­‐satunya   cara  optimalisasi  penyajian  data  dengan  teks.    Pilihan  yang  lebih  baik  dari  teks  adalah  tabel.  Tabel  dapat  menyajikan  satu  macam  informasi  namun  juga  mampu  menampilkan  hubungan  lebih  dari  satu  informasi.  Kemampuan  pemirsa  memahami  isi  tabel   bergantung   pada   desain   tabel.   Variabel   kuantitatif   harus   diurutkan   (kecil   ke   besar   atau  sebaliknya)   atau  dibuatkan   interval.   Penting  untuk  memastikan   tidak   ada  kelompok   variabel   yang  tumpang  tindih.  Bila  dalam  tabel  termuat  data  frekuensi,  pertimbangkan  untuk  menambahkan  persentase  frekuensi  tersebut.   Penting   juga   untuk   mempertimbangkan   untuk   menggabungkan   kategori-­‐kategori   yang  nilainya  kecil  menjadi  satu  kategori.  Kategori-­‐kategori  tersebut  perlu  ditulis  dengan  jelas  dan  ringkas  di  bawah   judul  tabel  yang   juga   jelas  dan  ringkas.   Ingat  bahwa  orang  cenderung   lebih  suka  melihat  tabel  daripada  teks,  sehingga  penting  sekali  agar  tabel  mudah  ditemukan  dan  diingat.      Tabel  2.  Contoh  tabel  interval  kelompok  umur  dan  frekuensinya.  Tabel  di  sebelah  kanan  disajikan  lebih  baik.  

Kelompok  Umur   Frekuensi     Kelompok  Umur   Frekuensi  

1  –  5   10     1  –  4   9  (9%)  

5  –  10   34   è   5  –  9   34  (34%)  

10  –  15   38     9  –  14   38  (38%)  

15  -­‐  20   18     15  -­‐  19   19  (19%)  

 Tampilan  grafik  memiliki  dampak  visual   yang  paling  cepat,  paling  kuat,  paling   tahan   lama  namun  kurang  presisi  (Bahna  &  McLarty,  2009).  Grafik  atau  diagram  paling  mumpuni  dalam  menampilkan  tren  atau  perbandingan.  Bila  grafik  dibuat  untuk  menggantikan  data  (atau  datanya  bersumber)  dari  tabel,  tidak  perlu  untuk  menampilkan  tabel  asalnya.  Dewasa  ini,  grafik  atau  diagram  sangat  mudah  dibuat   dengan   program   spreadsheet   atau   program   pengolah   data   statistik   lain.   Walau   demikian,  setiap   tipe   grafik   memiliki   karakteristik   tersendiri   yang   perlu   dipahami   sebelumnya.   Pemahaman  karakteristik  grafik  ini  penting  agar  pesan  yang  disampaikan  tidak  melenceng  dari  maksud  awalnya.    Penyajian  indikator  mutu  dalam  bentuk  grafis  sebaiknya  mengikuti  kebiasaan  dalam  penyajian  data  ilmiah,  yaitu  tidak  mengubah  grafis  penyajian  data  menjadi  sebuah  karya  seni.  Penyajian  diharapkan  tetap   efisien,   tidak   terlalu   banyak   pewarnaan   yang   tidak   perlu,   tumpang   tindih   tiga   dimensi,   dan  

Page 3: Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit

RAD Journal 2015:10:022

Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit, Robertus Arian Datusanantyo | 3

dilengkapi   dengan   keterangan   teks   yang   ringkas   dengan   ukuran   yang   seimbang   dengan   grafis  (Stengel   et   al.,   2008).   Apabila   diperlukan   satuan,   cantumkan   juga   satuan   dengan   jelas   (Bahna   &  McLarty,  2009).  Diagram  garis  dan  diagram  batang  paling  sering  dipakai  dalam  penyajian  data.  Diagram  garis  dipakai  untuk   menggambarkan   perubahan   nilai   suatu   variabel   seiring   dengan   waktu,   sementara   diagram  batang  dipakai  menggambarkan  nilai  beberapa  variabel  (Sonnad,  2002).  Dalam  presentasi  indikator  mutu,   kerap   ditemukan   presenter   yang  menggambarkan   perubahan   indikator  mutu   seiring  waktu  menggunakan   diagram   batang   karena   dianggap   lebih   jelas   mencitrakan   perubahannya.   Hal   ini  kurang   tepat   dan   sebaiknya   dihindari.  Dalam  menyajikan   diagram   batang   dan   garis,   penting   pula  untuk   memperhatikan   skala   pengukuran   agar   perbedaan   nilai   antar   variabel   atau   antar   periode  waktu   lebih  mudah   dilihat.   Gambar   berikut   ini   adalah   contoh   indikator  mutu   yang   digambarkan  dengan  diagram  garis  dan  diagram  batang.      

     Gambar  1.  Diagram  garis  di  sebelah  kiri  menunjukkan  penurunan  angka  kejadian  infeksi  luka  operasi  

sementara  diagram  batang  di  sebelah  kanan  menunjukkan  angka  kejadian  infeksi  luka  operasi  di  empat  ruang  perawatan  bedah  yang  dibedakan  berdasarkan  jenis  kelamin.  

Diagram  batang  mirip  dengan  histogram.  Dalam  beberapa  pembahasan  bahkan  keduanya  dianggap  sama.   Histogram   bentuknya   memang   hampir   sama   dengan   diagram   batang,   namun   keduanya  melayani  fungsi  yang  berbeda.  Histogram  menggambarkan  distribusi  frekuensi.      

 Gambar  2.  Seorang  spesialis  anestesi  mengukur  skala  nyeri  pasien  8  jam  setelah  operasi  appendiktomi  di  

sebuah  rumah  sakit  selama  tiga  bulan.  Distribusi  frekuensi  disajikan  dalam  histogram  ini.  Nilai  mengukuran  dicantumkan  pada  puncak  batang  untuk  memudahkan  pembacaan,  karena  ada  nilai-­‐nilai  dengan  rentang  

cukup  jauh.    

Diagram   pie   juga   merupakan   pilihan   penyajian   data   yang   menarik   namun   mungkin   kurang  bermanfaat   dalam   penyajian   data   indikator   mutu.   Diagram   pie   memiliki   keunggulan   menyajikan  

Page 4: Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit

RAD Journal 2015:10:022

Menyajikan Indikator Mutu Rumah Sakit, Robertus Arian Datusanantyo | 4

distribusi  relatif  suatu  data  dibandingkan  totalnya  (Bahna  &  McLarty,  2009).  Beberapa  diagram  pie  dapat  digunakan  untuk  membandingkan  data-­‐data  yang  berbeda.      

 Gambar  3.  Contoh  diagram  pie  yang  menunjukkan  distribusi  frekuensi  kepuasan  pasien  instalasi  gawat  darurat  

di  suatu  rumah  sakit.  

Penyajian   data   indikator  mutu   rumah   sakit   dengan   teks,   tabel,   dan   grafik   pada   presentasi   seperti  disampaikan   di   atas   merupakan   upaya   agar   audiens   mendapatkan   informasi   lebih   banyak  dibandingkan  kalau  mendengar  saja  atau  melihat  saja  (Cipolla,  n.d.).  Untuk  itu,  membuat  presentasi  yang   baik   secara   keseluruhan   juga   penting.   Tetaplah   penting   untuk   mempersiapkan   presentasi,  mempelajari   topik,   dan   mengeksekusi   presentasi   dengan   baik.   Buatlah   presentasi   dengan  pembukaan,   topik  utama,   dan  kesimpulan   (Cipolla,   n.d.).   Penyajian  data   yang   sudah  dipersiapkan  dengan  baik  sesuai  paparan  di  atas   tetap  harus  dikuasai  dan  dikomunikasikan  dengan  baik  selama  presentasi.      Penutup  Penyajian  data  indikator  mutu  rumah  sakit  dapat  menjadi  penentu  masa  depan  penting  rumah  sakit.  Paradigma   keselamatan   dan   mutu   yang   selalu   terkait   dewasa   ini,   menjadikan   pengukuran   mutu  menjadi  hal  utama  dalam  persiapan  akreditasi  rumah  sakit  maupun  pengembangan  rumah  sakit.  Ide  utama   dalam   penyajian   data   indikator   mutu   rumah   sakit   semestinya   dapat   terkomunikasikan  dengan   baik.   Penyajian   data   indikator   mutu   seperti   yang   diuraikan   di   atas   diharapkan   dapat  berkontribusi  pada  penyajian  data  indikator  mutu  yang  lebih  baik  dan  bermanfaat  bagi  rumah  sakit.      Bahan  Bacaan  Bahna,  S.L.  &  McLarty,  J.W.,  2009.  Data  Presentation.  Annals  of  Asthma,  Allergy,  &  Immunology,  103,  pp.S15-­‐21.  Cipolla,  R.,  n.d.  [Online]  Available  at:  

http://mi.eng.cam.ac.uk/~cipolla/archive/Presentations/MakingPresentations.pdf  [Accessed  2  September  2015].  

Collopy,  B.T.,  2000.  Clinical  indicators  in  accreditation:  an  effective  stimulus  to  improve  patient  care.  International  Journal  for  Quality  in  Health  Care,  12(3),  pp.211-­‐16.  

Sonnad,  S.S.,  2002.  Describing  Data:  Statistical  and  Graphical  Method.  Radiology,  225(3),  pp.622-­‐28.  Stengel,  D.,  Calori,  G.M.  &  Giannoudis,  P.V.,  2008.  Graphical  Data  Presentation.  Injury,  Int.  J.  Care  Injured  ,  39,  

pp.659-­‐65.  Takaki,  O.  et  al.,  2013.  Graphical  representation  of  quality  indicators  based  on  medical  service  ontology.  

Springer  Plus,  2(274),  pp.1-­‐20.      Penulis  Artikel   ini   ditulis   dr.   Robertus   Arian  Datusanantyo,  M.P.H.,  merupakan   opini   pribadi,   &   terbit   di  http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/2048.   Data   yang  dipakai  dalam  contoh  adalah  fiktif  dan  digunakan  hanya  untuk  memperjelas  maksud.