MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... ·...

79
STUDI ANALISIS MAHAR HUTANG (TA’JIL) MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Syari’ah dan Hukum Oleh: ADNIA YUNISKA NIM : 1211003 PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA TAHUN 2015

Transcript of MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... ·...

Page 1: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

STUDI ANALISIS MAHAR HUTANG (TA’JIL)

MENURUT HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

dalam Syari’ah dan Hukum

Oleh:

ADNIA YUNISKA

NIM : 1211003

PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)

JEPARA TAHUN

2015

Page 2: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup
Page 3: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup
Page 4: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup
Page 5: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

MOTTO

وآتوا النساء صدقاتهن نحلة فإن طبن لكم عن شيء منو ن فسا فكلوه ىنيئامريئا

‘’Berikanlah maskawin (mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan

kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah

(ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.’’

(Q.S An-Nisa’: 4).1

1Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT Insan Media Pustaka, 2013),

Cet.I, hlm.77.

Page 6: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

PERSEMBAHAN

sebuah karya saya persembahkan kepada :

Ibunda dan Ayahanda Ketulusan

kasih dan sayang serta kesabaran dalam do’anya

senantiasa mengiringi lika-liku perjalanan asa dan cinta putrimu

merupakan budi tiada tara yang tak terbalas

Ke dua adikku tersayang

Kalian sangat berharga memberiku dukungan

dan semangat dalam kebahagiaan

Seseorang yang ada

Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

dan senantiasa memberiku semangat serta memberi motivasi

Sahabat senasib

seperjuangan difakultas Syari’ah dan hukum UNISNU JEPARA

Temen-temenku yang tak dapat kusebutkan satu persetu yang telah

memotivasi dalam penulisan skripsi ini

Pada akhirnya semua itu punya arti karenanya, kupersembahkan karya

sederhanaAku dedikasikan karya ini untuk kalian semua………..

Page 7: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah, senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Allah Subhanahu Wata‟alaa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta

„inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI

ANALISIS MAHAR HUTANG (TA‟JIL) MENURUT HUKUM ISLAM” tanpa

adanya suatu kendala yang berarti. .

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya bukan

semata hasil jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi, semua itu terwujud

berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan

banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. KH. Muhtarom, HM. Selaku rektor Universitas Islam

Nahdlatul Ulama‟ (UNISNU) Jepara.

2. Drs. H. Ahmad Bahrowi, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan

Hukum.

3. Mayadina Rahmi Musfiroh, M.A Selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing, mengarahkandan memberi saran-saran dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Dosen Fakultas Syari‟ah dan Hukum UNISNU Jepara yang telah

mendidik, membina dan mengantarkan penulis untuk menempuh

kematangan dalam berfikir dan berperilaku.

Page 8: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

5. Ayahanda dan ibunda tercinta serta kedua adikku tersayang dengan

penuh keihlasan dan kesungguhan hati memberikan bantuan moral dan

spiritual yang tak ternilai harganya.

6. Orang terkasihku yang selalu memberikan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman–teman Syari‟ah dan Hukum seperjuangan dan semua pihak

yang telah memberikan bantuannya.

Harapan dan do‟a penulis semoga Allah SWT memberikan pahala atas

semua kebaikan mereka. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharap

kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berdoa semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin…..

Jepara, 18 septemberr 2015

Penulis

ADNIA YUNISKA

NIM: 1211003

Page 9: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

ABSTRAK

ADNIA YUNISKA (1211003) STUDI ANALISIS MAHAR HUTANG

(TA‟JIL) MENURUT HUKUM ISLAM, Program Strata Satu (S-I) dalam

Ilmu Syari‟ah dan Hukum Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah UNISNU

Jepara 2015.

Mahar adalah suatu yang diberikan kepada seorang wanita berupa harta

atau yang serupa dengannya ketika dilaksanakan akad, mahar merupakan

hak-hak istri yang harus dipenuhi oleh seorang suami, dan kewajiban

tambahan yang Allah berikan kepada seorang suami ketika menjadikannya

dalam pernikahan dalam sebuah kedudukan. Pemberian khusus yang bersifat

wajib berupa uang atau barang yang diserahkan mempelai laki- laki kepada

mempelai perempuan ketika atau akibat dari berlangsungnya akad nikah.

Menurut Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa sebaiknya di dalam pemberian

mahar diusahakan sesuai dengan kemampuannya. Menurut Ibnu Taimiyah

menegaskan bahwa sebaiknya di dalam pemberian mahar diusahakan sesuai

dengan kemampuannya. Mahar yang akan diberikan dan berapa banyak

hendaknya di bicarakan kedua belah pihak sehingga saling meridhai dan tidak

merepotkan salah satu pihak. Penulis ini mengangkat persoalan mahar hutang

untuk mengetahui hukum mahar hutang (ta‟jil) menurut hukum islam dan

gambaran umum menurut kompilasi hukum Islam dan penyelesaian jika

suami tidak melunasi mahar hutang.

Dalam menyusun skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan

(library research) pengumpulan data menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi kitab Fiqih Islam, Fiqih Islam Wa Adillatuhu

dan data sekunder biasanya diperoleh dari laporan-laporan peneliti terdahulu

meliputi kompilasi hukum Islam. Dan metode analisis penelitian

menggunakan library research. Dari hasil penelitian mahar hutang hukumnya

boleh ditangguhkan atau boleh dihutang, namun harus diketahui jangka

waktunya dan jelas.

Keywed: mahar hutang

Page 10: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

NOTA PEMBIMBING ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................iv

MOTTO ................................................................................................ v

PERSEMBAHAN .................................................................................vi

KATA PENGANTAR ........................................................................ vii

ABSTRAK ...........................................................................................ix

DAFTAR ISI ....................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Penegasan Judul .................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ................................................................ 7

D. Tujuan Penelitian ................................................................. 7

E. Telaah Pustaka ...................................................................... 7

F. Metode Penelitian ................................................................ 8

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAHAR

A. Pengertian Mahar ................................................................. 13

B. Dasar Hukum Mahar ............................................................ 19

C. Macam-Macam Mahar ......................................................... 22

D. Bentuk-Bentuk Mahar .......................................................... 27

E. Mahar Yang Berlebihan Dalam Perkawinan ......................... 30

F. Hikmah Adanya Mahar Dalam Perkawinan .......................... 34

Page 11: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

BAB III MAHAR HUTANG (TA’JIL( MENURUT HUKUM ISLAM

A. Hukum Mahar Hutang (Ta‟jil) Menurut Hukum Islam ....... 38

B. Hukum Mahar Hutang (Ta‟jil) Menurut Kompilasi Hukum Islam

dan Para Ulama‟ Fiqih ....................................................... 45

BAB IV ANALISIS MAHAR HUTANG (TA’JIL) MENURUT HUKUM

ISLAM

A. Analisis Terhadap Mahar Hutang (Ta‟jil) Menurut Hukum

Islam .................................................................................. 50

B. Analisis Penyelesaian Jika Suami Tidak Melunasi Mahar Hutang

(Ta‟jil) Menurut Hukum Islam ........................................... 58

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 62

B. Saran ................................................................................. 63

C. Penutup .............................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 12: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan

hubungan dalam perkawinan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka

mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga, dan rasa ketentraman serta kasih

sayang dengan cara yang diridhoi allah.2 Syeh Kamil Muhammad Uwaidah

mengungkapkan menurut bahasa nikah berarti penyatuan. Diartikan juga

sebagai akad atau hubungan badan. Selain itu, ada juga yang mengartikan

dengan percampuran.3

Nikah menurut bahasa berarti akad, berkumpul, dan bersetubuh.

menurut istilah, nikah ialah akad yang mengandung halalnya hubungan antara

laki-laki dan perempuan, berkewajiban tolong menolong, serta menentukan hak

dan kewajiban masing-masing sebagai suami istri. Menurut pengertian di

indonesia bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara laki-laki dan

perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4

Perkawinan itu dijadikan sebagai salah satu ayat-ayat atau tanda-tanda

dari kebesaran allah dalam surat al-ar-Rum ayat 21:

2Ahmad Azar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogjaka: UII Pres, 1986), hlm.1.

3Zahry Hamid, Pokok-Pokok Perkawinan Islam dan Perkawinan di Indonesia,

(Yogyakarta: Bina Cipta, 1978), hlm.1. 4Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2013), Cet 1. hlm.174.

Page 13: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(Q.S Al-

Ar-Rum: 21)5

Allah mengsyariatkan pernikahan sebagai dasar yang kuat bagi

kehidupan manusia dengan adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa

tujuan utama yang baik bagi manusia, mahluk yang dimuliakan Allah. Karena

untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan menjauhi dari ketimpangan dan

penyimpangan, Allah telah membekali syariat dan hukum-hukum Islam agar

dilaksanakan oleh manusia dengan baik. Nikah dapat menjaga diri

kemanusiaan dan menjauhkan dari pelanggaran-pelanggaran yang diharamkan

dalam agama. Bahwa nikah memperbolehkan masing-masing pasangan

melakukan hajat biologisnya secara halal dan mubah. Karena pernikahan tidak

membahayakan bagi umat, tidak menimbulkan kerusakan, tidak menyebabkan

tersebarnya kefasikan, dan tidak menjerumuskan para pemuda dalam

kebebasan.6

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera

5Depag RI, Al Qur‟an dan Terjemah, (Semarang: CV Wicaksono, 1991), hlm.366.

6Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Munakahat Khitbah Nikah dan Talak,(Jakarta:

Sinar Grafika Ofset, 2009), hlm.39.

Page 14: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota

keluarga sejahtera yakni kasih sayang antara anggota keluarga.7

Dalam pernikahan hukum Islam mewajibkan pihak laki-laki untuk

memberikan maskawin atau mahar, baik dilakukan secara tunai atau cicilan

yang berupa uang atau barang. Mahar itu sendiri merupakan pemberian wajib

dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk

menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya, atau

pemberiaan yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik

dalam bentuk benda maupun jasa. Islam menghargai kedudukkan seorang

wanita dengan memberi hak kepadanya diantaranya adalah hak untuk

menerima mahar (maskawin). Mahar hanya diberikan kepada calon suami

kepada istri, bukan kepada wanita lain atau orang lain walaupun sangat dekat

dengannya.

Masalah perkawinan banyak hal yang harus diperhatikan antara lain

adalah mahar, karena salah satu hubungan hukum yang timbul dari sebab

perkawinan adalah kewajiban calon suami untuk memberi mahar kepada calon

istri. Menurut hukum perkawinan dalam Islam, suatu perkawinan dapat

dilakukan walaupun tanpa menentukan kadar mahar atau dalam menyebutkan

dalam aqad.8

7Abd. Rahman Ghozaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), hlm.27. 8Wahbah Zuhaily, Al-Fiqih Islamiy Wa‟Adillatuhu, (Beirut Lebanon: Dar At-Fikr),

hlm.255.

Page 15: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Artinya: berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan

senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Q.S An-Nisa‟: 4)9

Selain itu menghilangkan mahar dengan sengaja jelas dapat merusak

perkawinan karena mahar adalah salah satu rukun dalam pernikahan dan

merupakan syarat sahnya suatu pernikahan.10

Mahar wajib atas suami terhadap istri, demikian juga firman Allah:

Artinya: dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang

bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah

menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan

Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri

dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri

yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah

kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang

kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S.an

Nisa‟: 24).11

Mahar disyariatkan Allah untuk mengangkat derajat wanita dan

memberi penjelasan bahwa akad pernikahan mempunyai kedudukan yang

tinggi, Allah mewajibkan kepada laki-laki bukan wanita, karena ia lebih

mampu berusaha. Mahar diwajibkan laki-laki untuk diberikan kepada wanita

9Depag RI, op. cit., hlm.71.

10Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV Akademika

Pressindo, 2007), Cet V, hlm.114. 11Depag RI, op. cit., hlm.75.

Page 16: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

seperti halnya seluruh beban materi. Istri pada umumnya dinafkahi dalam

mempersiapkan dirinya dan segala perlengkapannya yang tidak dibantu oleh

ayah dan kerabatnya, tetapi manfaatnya kepada suami juga. Merupakan mahar

dalam segala bentuknya untuk menjadi penyebab tidak berburu-buru

menjatuhkan talak kepada istri karena yang ditimbulkan dari mahar tersebut

seperti penyerahan mahar yang akan diakhiri, penyerahan bagi wanita yang

dinikahinya setelah itu sebagai jaminan ketika wanita ditalak.

Istri wajib untuk mendapatkan mahar hanya dengan akad shahih, baik

mahar tersebut disebutkan ketika pelaksanaan akad atau tidak

disebutkan.12

Ditemukan beberapa kaidah yang berkaitan dan secara tersirat

untuk mendukung adanya keharusan tentang mahar, salah satunya yaitu:

ب ر الل وب ل ل م ر ب ل ول ل ل ل م ب ب ر الل ب ل ال م م ال “Sesuatu yang digantungkan kepada sesuatu syarat, wajib adanya

ketika adanya syarat”13

Mahar suatu yang wajib dan dijelaskan bentuk dan harganya pada

waktu akad. Bila tidak disebutkan pada waktu akad, maka kewajibannya itu

harus ditunaikan selama masa perkawinan sampai putus perkawinan dalam

bentuk kematian atau perceraian, bila mahar tidak disebutkan jenisnya dan

jumlahnya, maka kewajibannya adalah sebesar mahar yang diterima oleh

perempuan lain dalam keluarganya.14

12

Wahab Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), Cet I,

hlm.231. 13

Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Ed.I, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet.III, hlm.107. 14Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet 3.

hlm.98.

Page 17: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Dalam berdasarkan uraian diatas penulis tertarik meneliti lebih lanjut

tentang “STUDI ANALISIS MAHAR HUTANG (TA‟JIL) MENURUT

HUKUM ISLAM‟‟

B. PENEGASAN JUDUL

Untuk memudahkan pembahasan dan menjaga agar tidak terjadi kesalah

pahaman tentang judul penelitianini, maka perlu adanya penegasan istilah yang

berkaitan dengan judul tersebut.

Studi : Perjalanan

Analisis : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan)

untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.15

Mahar : Pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-

laki kepada mempelai perempuan ketika dilangsungkan akad

nikah, maskawin.16

Hutang : Utang17

Menurut : Perjalanannya dan sebagainya melalui atau mengikuti.18

Hukum : Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,

yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintahan.19

Islam : Agama yang diri dhoi Allah.20

15

Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.II, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), Cet.IV, hlm.37. 16Ibid., ed. III, hlm.696. 17Ibid., hlm.363. 18Ibid., hlm.1229.

19Ibid., hlm.410. 20

Sudarsono, Kamus Agama Islam, (Jakarta: PT Rieneka Cipta), hlm.121.

Page 18: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

C. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat

pernyataan-pernyataan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya.21

Bertitik

tolak pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok permasalahan:

1. Bagaimana hukum mahar hutang (ta‟jil) menurut hukum Islam?

2. Bagaimana penyelesaian jika suami tidak melunasi mahar hutang (ta‟jil)

menurut hukum Islam?

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hukum mahar hutang (ta‟jil) menurut hukum Islam.

2. Untuk mengetahui penyelesaian jika suami tidak melunasi mahar hutang

(ta‟jil) menurut hukum Islam

E. TELAAH PUSTAKA

Kajian-kajian tentang mahar telah banyak didiskusikan dan ditelaah

oleh pemerintah dan para ulam‟fiqih klasik. Penulis mengambil contoh

penelitian dan kepustakaan sesudahnya yang mempunyai sedikit kaitannya

dengan pembahasan yang penulis ambil di antaranya

Penelitian yang dilakukan oleh Wahib Ulinnuha, Nim 126027

Universitas Islam Nahdlatul Ulama' (UNISNU) tahun 2010, yang berjudul

Batas Terendah Pembayaran Maskawin (analisis terhadap pendapat imam

21

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 1993), hlm.312.

Page 19: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Syafi‟i), yang membahas tentang pendapat Imam Syafi‟i tentang batas terendah

pembayaran maskawin dan metode istinbathnya tentang pembayan maskawin.

Dalam pembahasan ini yang membedakan antara penelitian yang ditulis

oleh penulis dengan penelitian yang sesungguhnya adalah penulis membahas

mahar hutang (ta‟jil) menurut hukum Islam sedangkan peneliti terdahulu

mengenai batas terendah pembayaran maskawin dan metode istinbathnya

tentang pembayan maskawin.

F. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka

permecahan suatau permasalahan. Metode penelitian memberikan secara teknis

tentang metode yang digunakan dalam penelitian.

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan penulis ini menggunakan jenis

penelitian kepustakaan (library research) yaitu pengkajian informasi tertulis

yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta

dibutuhkan dalam penelitian.22

Untuk keperluan kepustakaan, diperlukan

berbagai literatur yang mengharuskan dilakukannya studi pustaka, terutama

pada penelitian yang bersifat kualitatif, maka penggunaan literatur cukup

dominan. Acuan dan rujukan dalam mengolah data, menafsirkan,

mengartikan (interpretasi) dan harus dilakukan dengan tolak ukur beberapa

teori-teori yang diterima kebenarannya didalam literatur.23

22Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2004), hlm.81. 23Masyuri Zainudin, Metodologi Penelitian, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009),

Cet II, hlm.46.

Page 20: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

2. Sumber data

Sumber-sumber data dibagi menjadi menjadi dua yaitu sumber data

primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah bahan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat

yang mencakup perundang-undangan yang ada hubungannya dengan

permasalahan ini. Data ini meliputi kitab-kitab fiqih dan Kompilasi

Hukum Islam.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini

biasanya diperoleh dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder

sering disebut juga data tersedia

3. Metode pengumpulan data

Merupakan library research yaitu melakukan penelitian kepustakaan

dan mengumpulkan data seperti kitab-kitab yang muktabar diantaranya:

Fiqih Islama Wa Adillatuhu, Fiqih Munakahat, Terjemah Kifayatul Ahyar

Jilid 2, Fiqih Islam, Tafser Ayat-Ayat Ahkam, At Tadzhib Fi Adillatil

Ghayati Wat Matan Ghoyah Wattaqrib.

4. Metode analisis

Analisis adalah tentang pencarian penjelasan dan pemahaman,

didalamnya konsep-konsep dan teori-teori akan diajukan, dipertibangkan

Page 21: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

dan dikembangkan. Analisis merupakan penelitian dengan menggunakan

metode deskriptif dan tujuan analisis untuk menyelidiki secara terperinci.24

Analisi data terdiri dari analisa kuantitatif dan kualitatif. Dalam

menganalisa data-data kuantitatif data yang berbentuk angka dihitung untuk

mengetahui jawaban masalah yang diteliti. Sebaliknya, data kualitatif

merupakan data yang tidak berbentuk angka-angka melainkan kata-kata.

Dalam metode analisis ini penulis menggunakan analisis secara

kualitatif, analisa merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.

Menyusun data berarti menggolongkan dalam tema, pola, dan kategori.

tafsiran merupakan memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola

atau kategori mencari hubungan berbagai konsep.

G. SISTEMATIKA PENELITIAN

Sistematika ini terdiri dari dari bagian-bagian sebagai berikut:

1. Bagian Muka

Pada bagian ini terdiri dari halaman judul, nota pembimbing, lembar

pengesahan, lembar pernyataan, motto, persembahan, abstrak, kata

pengantar, daftar isi, daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Pada bagian ini disusun beberapa bab, yaitu:

BAB I: PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Penegasan Judul

24

Masyuri Zainuddin, Metode Penelitian, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2008), Cet I,

hlm.36.

Page 22: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Telaah Pustaka

F. Metodologi Penelitian

G. Sistematika Penulisan

H. Daftar Pustaka

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG MAHAR

A. Pengertian Mahar

B. Dasar Hukum Mahar

C. Macam-Macam Mahar

D. Bentuk–Bentuk Mahar

E. Mahar Yang Berlebihan Dalam Perkawinan.

F. Hikmah Adanya Mahar Dalam Perkawinan

BAB III: MAHAR HUTANG (TA’JIL( MENURUT HUKUM ISLAM

A. Hukum Mahar Hutang (Ta‟jil) Menurut Hukum Islam.

B. Hukum Mahar Hutang (Ta‟jil) Menurut Kompilasi Hukum

Islam dan Para Ulama‟ Fiqih.

BAB IV: ANALISIS MAHAR HUTANG (TA’JIL) MENURUT

HUKUM ISLAM

A. Analisis Terhadap Mahar Hutang (Ta‟jil) Menurut Hukum

Islam.

B. Analisis Penyelesaian Jika Suami Tidak Melunasi Mahar

Hutang (Ta‟jil) Menurut Hukum Islam.

Page 23: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

BAB V: KESIMPULAN

A. Kesimpulan

B. Saran

C. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 24: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MAHAR

A. Pengertian Mahar

Dalam kamus besar bahasa indonesia bahwa mahar berarti pemberian

wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki kepada mempelai

perempuan ketika dilangsungkan akad nikah.25

Shadaq atau mahar diambil dari kata ash-shidqu yang artinya

pemberian khusus laki-laki yang mengawini seorang perempuan mesti

menyerahkan mahar kepada istrinya. hukum memberikan mahar itu adalah

wajib dengan arti laki-laki yang mengawini seorang perempuan mesti

menyerahkan mahar kepada istrinya.26

Atau kata Shadaq itu dengan fathah

“shad” dan dengan kasrah. Kata itu diambil dari Shidq (kebenaran), untuk

membuktikan kebenaran cinta suami terhadap calon istrinya.27

Kata sadukaqat

merupakan jamak dari shadaqah, yang berarti suatu pemberian. Ia juga disebut

dengan mahar atau maskawin, karena maskawin adalah harta yang diberikan

kepada istri sebagai tanda atau syarat terjadinya ikatan perkawinan antara

seorang laki-laki dan wanita.28

Mahar atau maskawin adalah nama bagi harta

yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada perempuan karena terjadinya akad

perkawinan. Dalam fiqih Islam, selain kata mahar adalah terdapat sejumlah

25Syamsuri Effendi, Kamus Baru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional,

1984), Cet II. hlm.139. 26Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Ed.I, Cet.I. hlm. 97. 27

Abu Bakar Muhammad, Terjemah Subulussalam III, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995),

Cet.I, hlm.530-531. 28

Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam Tafsir Tematik Ayat-Ayat Hukum,(Jakarta:

Amzah, 2011), Cet.1, hlm.191-192.

Page 25: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

istilah lain yang mempunyai konotasi sama antara lain: shadaq, nihlah, thaul.

Mahar ditetapkan sebagai kewajiban suami kepada istrinya, sebagai tanda

keseriusan untuk mengawini dan mencintai perempuan, sebagai penghormatan

sebagai kemanusiaannya.29

Mahar adalah suatu yang diberikan kepada seorang wanita berupa harta

atau yang serupa dengannya ketika dilaksanakan akad, mahar merupakan hak-

hak istri yang harus dipenuhi oleh seorang suami, dan kewajiban tambahan

yang Allah berikan kepada seorang suami ketika menjadikannya dalam

pernikahan dalam sebuah kedudukan.

Mahar bukan merupakan harga bagi wanita, tetapi itu adalah ketentuan

dan isyarat untuk memuliakan dan membahagiakannya, Allah berfirman surat

an-Nisa‟ ayat: 4.

Artinya: berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan

senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Q.S An-Nisa‟: 4).

secara harfiah kata ini berarti “makanlah” akan tetapi, dalam ayat :فكااوه

ini ia tidak harus di terjemahkan kepada makan. Ia di artikan kepada

ambillah.30

Syari‟at Islam tidak mengikat jumlah mahar dengan batas terendah

dan tertinggi, hal itu sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak dan

29

Husein Muhammad, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama Dan

Gender, (Yogyakarta: PT Lkis, 2010), Cet.I, hlm.148. 30

Kadar M. Yusuf, op. cit., hlm.191.

Page 26: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

kerelaan wanita yang diberikan mahar dan memudahkan dalam pelaksanaannya

serta memerhatikan keadaan suami. Merupakan hak wanita, tidak sah untuk

menghilangkannya, berapapun nilainya.31

Mahar itu diberikan secara langsung

kepada calon mempelai wanita sebagai hak pribadi sepenuhnya. Calon

mempelai wanita berhak merelakan penggunaannya oleh pihak calon laki-laki

dikemudian hari.32

Mahar ini merupakan kewajiban yang harus diberikan suami kepada

istrinya dan murni milik istri, dan tidak ada campur tangan orang lain dalam

kepemilikannya. Maskawin juga bias digunakan untuk memenuhi tuntutan

hidup dimasa depan.33

Sedangkan mahar itu dalam bahasa Arab disebut dengan delapan nama,

yaitu: mahar, shadaq, nihlah, faridhah, hiba‟, ujr, „uqar dan alaiq.

Keseluruhan kata tersebut mengandung arti pemberian wajib sebagai imbalan

dari suatu yang diterima.34

Menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar, mahar (shadaq) ialah nama

harta yang diberikan oleh laki-laki kepada perempuan sebab pernikahan atau

sebab persetubuhan didalam al-Qur‟an maskawin disebut shadaq, nihlah,

faridhah dan ajr. nihlah adalah pemberian maskawin karena perempuan

bersenang-senang dengan suami sebagaiman bersenang-senang dengan istri

dengan adanya maskawin, bahkan yang paling senang adalah si istri, seolah-

31

Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga, (Jakarta: Sinar Grafika Offse, 2010), Cet.I,

hlm.173-174. 32

Supiana Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2001), Cet.I, hlm.135-136. 33

Muhammad Abdul Hamid, Karena Kemulyaanmu Bidadaripun Iri

Padamu,(Yogyakarta: Diva Press, 2004), hlm.263. 34Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.84-85.

Page 27: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

olah istri mengambil maskawin itu tanpa memberi imbalan kepada suami.35

Pemberian khusus laki-laki kepada perempuan yang melangsungkan

perkawinan pada waktu akad nikah disebut juga sadaq.36

Secara terminologi, mahar ialah pemberian wajib dari calon suami

kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa

cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya atau pemberian yang

diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk benda

maupun jasa (memerdekakan, mengajar).37

Sedangkan menurut Ibnu Qudamah Al-Mughni, mahar atau maskawin

merupakan hak wanita, sesuatu pemberian yang wajib dari pihak laki-laki

kepada mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan disebabkan terjadi

adanya ikatan perkawinan.38

Penyerahan mahar dapat diserahkan seketika juga

atau dibayar pada waktu-waktu mendatang atau yang sudah disepakati kedua

belah pihak. Islam menuntunkan agar maskawin dibuat ringan, tidak

memberatkan pihak laki-laki.39

Dalam tradisi Arab, sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh,

mahar itu meskipun wajib, namun tidak mesti diserahkan waktu

berlangsungnya akad nikah, dalam arti boleh diberikan waktu akad nikah dan

boleh pula sesudah berlangsungnya akad nikah. Definisi yang diberikan oleh

35Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Terjemahan Kifayatul Akhyar,

(Surabaya:PT Bina Ilmu Offset), Juz II, hlm.406. 36

Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.97. 37Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.84. 38Cahyadi Takariawan, Di Jalan Dakwah Aku Menikah, (Solo: PT Era Adicitra

Intermedia, 2008), hlm.108. 39

Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jogjakarta: Erlangga, 2011),

hlm.47.

Page 28: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

ulama sejalan dengan tradisi yang berlaku waktu itu. Oleh karena itu, defnisi

tepat yang dapat mencakup dua kemungkinan itu adalah “ pemberian khusus

yang bersifat wajib berupa uang atau barang yang diserahkan mempelai laki-

laki kepada mempelai perempuan ketika atau akibat dari berlangsungnya akad

nikah”. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pemberian wajib yang

diserahkan mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan tidak dalam

kesempatan akad nikah atau setelah setelah peristiwa akad nikah tidak disebut

mahar, tetapi nafaqah. Bila pemberian itu dilakukan secara sukarela diluar

akad nikah, demikian pula pemberian yang diberikan mempelai laki-laki dalam

waktu akad nikah namun tidak kepada mempelai perempuan, tidak disebut

mahar.40

Mahar menurut Dr. Hammudah „Abd Al-„Ati, mahar merupakan

simbol dari rasa cinta yang mendalam dan serius. Wanita dengan menerima

mahar itu berarti menyatakan dirinya menyatu dengan laki-laki calon

suaminya. Bagi pihak keluarga wanita, mahar merupakan simbol dari

persaudaraan dan solidaritas serta perasaan aman dan bahagia karena putrinya

ditangan laki-laki yang baik dan bertanggung jawab.

Mahar atau maskawin adalah wanita, karena dengan menerima mahar

artinnya ia suka dan rela dipimpin oleh laki-laki yang baru mengawininya.

Memper mahal atau mempersulit mahar adalah suatu yang dibenci Islam,

40Kadar M. Yusuf, op. cit., hlm.110.

Page 29: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

karena akan mempersulit akan mempersulit hubungan perkawinan diantara

sesama manusia.41

Mahar sama sekali tidak dimaksudkan untuk menentukan tarif bagi

perempuan, tetapi dimaksudkan sebagai bukti bahwa calon suami benar-benar

cinta kepada calon istrinya. Mahar juga dimaksudkan sebagai pendahuluan

bahwa suami akan terus menerus memberikan nafkah kepada istrinya. Sebagai

suatu kewajiban suami kepada istrinya.42

Maskawin yang sudah diberikan kepada mempelai perempuan tidak

boleh diminta kembali oleh mempelai laki-laki.43 Sesuai dengan firman

Allah SWT dalam Qur‟an yang artinya:

Artinya: dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang

lain [280], sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara

mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali

dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya

kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung)

dosa yang nyata. bagaimana kamu akan mengambilnya kembali,

Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain

sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari

kamu perjanjian yang kuat. (Q.S an-Nisa‟:20-21).44

41

Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2011), Cet.1, hlm.73. 42

Humaidi Tata Pangarsa, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Hukum Islam,

(Jakarta: Kamal Mulia, 2003), hlm.13. 43

Husein Bahreisj, Himpunan Fatwa, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1992), hlm.289. 44

Departemen RI, op. cit., hlm.74.

Page 30: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat penulis simpulkan

bahwa maskawin adalah hak wanita atau pemberian wajib dari laki-laki

kepada perempuan, bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap

kedudukan perempuan, yaitu memberikan hak untuk memiliki sesuatu.

mahar wajib diberikan kepada istri.

B. Dasar Hukum Mahar

Hukum taklifi dari mahar itu adalah wajib, dengan arti laki-laki yang

mengawini seorang perempuan wajib menyerahkan mahar kepada istrinya itu

dan berdosa suami yang tidak menyerahkan mahar kepada istrinya.45Mahar

adalah pemberian wajib dari calon suami kepada perempuan yang akan

dinikahi, baik berupa materi atau non materi atau hadiah yang menjadi

simbol kepemilikannya suami atas diri istrinya.46

Adapun landasan hukum mahar terdapat ketentuan dibeberapa ayat

Al-Qur‟an adalah firman Allah dalam surat An-Nisa‟ ayat 4

1. Firman Allah SWT:

Artinya: berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan

senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Q.S An-Nisa‟: 4).

45

Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.85. 46

Cahyadi Takariawan, op. cit., hlm.108.

Page 31: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Pemberian maskawin ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan

atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan

ikhlas.

2. Firman Allah SWT:

Artinya: dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang

bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah

menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan

Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri

dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri

yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah

kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang

kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S.An

Nisa‟: 24).

Berdasarkan kedua ayat diatas selain di dalam Al-Qur‟an, hal mahar

juga disebutkan dalam sabda Nabi SAW, diantaranya yaitu :

a) Hadis yang diriwayatkan oleh HR. Athabarani, yang berbunyi:

( اطبر ني) ق م م ل ل ل م ر م ل ل ل ر م Artinya: sebaik-baik wanita ialah yang paling ringan mas kawinnya.

(HR. Athabran).

b) Hadis yang diriwayatkan oleh HR. Athabarani, yang berbunyi :

م ب ل ب ل ام ب ل م مكلور ( اطبر ني) م ل م ر م ال م م عما ام ر ر م م ب ر م ب م م لب

Page 32: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Artinya: “Tiada sah pernikahan kecuali dengan (hadirnya wali) wali

dan dua orang saksi dan dengan mahar (maskawin) sedikit maupun

banyak”. (HR. Athabrani). 47

Hadis diatas menunjukkan bahwa mahar sangat penting meskipun

bukan sebagai rukun nikah, setiap calon suami wajib memberi mahar sebatas

kemampuannya. Hadis diatas juga menjadi indikasi bahwa agama Islam sangat

memberi kemudahan dan tidak bersifat memberatkan. Menurut Ibnu Taimiyah

menegaskan bahwa sebaiknya didalam pemberian mahar diusahakan sesuai

dengan kemampuannya. Pemberian mahar tersebut baik yang didahulukan atau

yang ditangguhkan pembayarannya, hendaklah tidak melebihi mahar yang

diberikan kepada istri Rasuluallah Saw dan putri-putri beliau, yaitu sebesar

empat ratus sampai lima ratus dirham. Bila diukur dengan dirham yang bersih

maka mencapai kira-kira sembilan belas dinar.48

Setelah menerima mahar si istri memberikan lagi sebagian dari mahar

tersebut kepada suaminya secara sukarela, suami boleh mengambilnya, hal ini

dapat dipahami secara jelas dari ujung ayat 4 surat an-Nisa‟ tersebut diatas.49

Adapun pelaksanaannya mahar adalah terkait dengan rukun nikah yaitu:

1. Adanya calon suami dan istri yang akan menikah.

2. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau

wakilnya yang akan menikahkannya.

3. Adanya dua orang saksi.

47

Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1991), Cet.I, hlm.228-229. 48

Ibnu Taimiyah, Majmu Fatwa Tentang Nikah, Terj. Abu Fahmi Huaidi dan

Syamsuri An-Naba, (Surabaya: Islam Rahmatan Putra Azam), hlm.174. 49Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.87.

Page 33: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang saksi yang

menyaksikan akad nikah tersebut.

4. Sighat akad nikah

Yaitu ijab qobul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari

pihak wanita, dan dijawab oleh pihak laki-laki.

5. Mahar (maskawin)50

C. Macam-Macam Mahar

Ulama fiqh sepakat bahwa mahar itu ada dua macam, yaitu:

1. Mahar Musamma

Mahar musamma yaitu mahar yang sudah disebut atau dijanjikan kadar

dan besarnnya ketika akad nikah. Atau mahar yang dinyatakan kadarnya pada

waktu akad nikah.51

Dengan cara menyepakatinya secara jelas didalam akad,

diberikan kepada istri setelah akad dengan saling merasa ridho, atau

diwajibkan oleh hakim.

Mahar musamma dalam akad adalah, apa yang diberikan oleh suami

kepada istrinya secara tradisi sebelum dilaksanakan pesta pernikahan atau

setelahnya. Seperti pakaian pengantin, hadiah bagi persetubuhan atau

setelahnya karena yang dikenal diantara manusia seperti sesuatu yang

disyaratkan secara lafal didalam akad dan suami harus memenuhinya. Kecuali

disyaratkan tidak adanya barang tersebut (hadiah) ketika dilakukan akad.52

Suami yang telah menggauli istrinya dalam suatu pernikahan yang sah

50

Abdul Rahman Ghozali, op. cit., hlm.46-47. 51

Timahi Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), hlm.45. 52

Wahbah Az-Zuhaili, op. cit., hlm.243.

Page 34: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

walaupun hanya satu kali, maka sang suami sudah wajib membayar mahar istri

sesuai yang telah disebutkan dalam akad nikah (al-musamma).53

Ulama fiqh sepakat bahwa mahar musamma dalam pelaksanaannya

harus diberikan secara penuh apabila:

a. Telah bercampur (bersenggama). Tentang hal ini Allah SWT

berfirman:

Artinya: dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang

lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara

mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali

dari padanya barang sedikitpun.(QS Al-Nisa: 20).

Yang dimaksud “mengganti istri dengan istri yang lain” pada ayat

tersebut adalah menceraikan istri yang tidak disenangi dan menikah dengan

istri yang baru. Meskipun menceraikan istri yang lama itu bukan tujuan untuk

menikah, meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan.

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

Artinya: bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal

sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai

suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu

Perjanjian yang kuat. (QS. an-Nisa‟: 21).

b. Salah satu dari suami istri meninggal. Demikian menurut ijma‟

53

Syekh Ibrahim Muhammad Al-Jamal, 146 Wasiat Nabi Untuk Wanita, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2003), Cet.I, hlm.139.

Page 35: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Mahar musamma juga harus wajib dibayarkan seluruhnya apabila

suami telah bercampur dengan istri, dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab-

sebab tertentu, seperti ternyata istrinya mahram sendiri, atau dikira perawan

ternyata janda, atau hamil dari bekas suami lama. Istri di cerai sebelum

bercampur hanya wajib dibayar setengahnya,54

berdasarkan firman Allah SWT :

.............. Artiny: jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur

dengan mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan

maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu

tentukan itu..............(Q.S al-Baqarah: 237).55

Maskawin yang disepakati saat akad atau setelahnya, sesuai dengan

kesepakatan. Maskawin musamma diwajibkan diberikan kepada istri dengan

dua syarat: akad tersebut sah dan penyebutannya benar. Apabila maskawin itu

disebutkan dalam akad yang sah dengan sebutan yang benar maka disebutkan

itu wajib dibayar walaupun jumlahnya besar.56

2. Mahar Mitsil

Mahar mitsil atau mahar sebanding adalah mahar yang besarnya

tidak ditentukan tetapi dibayar secara pantas sesuai dengan kedudukan istri

dan kemampuan suami.57

54

Timahi, Sohari Sahrani, op. cit., hlm.45-46. 55

Departemen RI, op. cit., hlm.36. 56

Abdul Majid Mahmud Mathlub, Panduan Hukum Islam Keluarga Sakinah,

(Surakarta: Era Intermedia, 2005), Cet.I, hlm.219. 57

Ahsin W.Alhafidz, Kamus Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm.135.

Page 36: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Mahar mitsil diwajibkan dalam tiga kemungkinan :

a. Suami dalam keadaan tidak menyebutkan sama sekali mahar dan

jumlahnya.

b. Suami menyebutkan mahar musamma, namun mahar tersebut tidak

memenuhi syarat yang ditentukan atau mahar tersebut cacat seperti

maharnya adalah mahar minuman keras.

c. Suami menyebutkan mahar musamma, namun suami istri berselisih

dalam jumlah atau sifat mahar tersebut dan tidak dapat diselesaikan.

Mahar tidak dalam bentuk tunai kemudian terjadi putus perkawinan

setelah menggauli, sewaktu akad maharnya adalah dalam bentuk musamma,

maka kewajiban suami yang menceraikan adalah mahar secara penuh sesuai

dengan bentuk dan jumlah yang ditetapkan dalam akad.58

Menurut Mazhab Abu Hanifah, wajib diberikan mahar mitsil karena

tiga hal diantaranya:

1) Pada waktu dilakukan akad nikah tidak di sebutkan jumlah dan jenis mahar

dan sebelumnya belum ditentukan mahar itu, dengan berlangsungnya akad

nikah ini wanita yang bersangkutan berhak menerima mahar mitsil.

2) Pada waktu akad nikah tidak disebut maharnya, kemudian ternyata barang

yang disebut tidak halal atau yang disebut sebagai mahar itu sesuatu yang

tidak berharga. Menyebutan barang yang demikian sebagai mahar dalam

akad nikah adalah sia-sia saja, maka wanita yang bersangkutan berhak

menerima mahar mitsil.

58

Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.89.

Page 37: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

3) Sepasang suami istri telah sepakat nikah tanpa mahar, namun menurut

hukum Islam suami harus membayar mahar. Dalam hal ini istri berhak

menerima mahar mitsil karena ada keharusan dalam syarat bahwa suami

membayar mahar kepada istrinya karena terjadi perkawinan sehingga

orang yang melakukan perkawinan tidak berhak menghilangkan ketentuan

itu59

Mahar mitsil juga terjadi dalam keadaan sebagai berikut:

a. Apabila tidak disebutkan maharnya dan besarnya ketika

berlangsungnya akad nikah, kemudian suami telah bercampur dengan

istri, atau meninggal sebelum bercampur.

b. Jika mahar musamma belum dibayar sedangkan suami telah

bercampur dengan istri dan nikahnya tidak sah.60

Nikah yang tidak disebutkan dan tidak ditetapkan maharnya disebut

nikah tafwidh. Hal ini menurut jumhur ulama diperbolehkan. Firman Allah

SWT :

.........

236. tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan

mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. (Q.S al-Baqarah :

236).61

Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang suami boleh menceraikan

istrinya sebelum digauli dan belum juga ditetapkan jumlahnya mahar

59

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), hlm.227. 60

Abdul Rahman Ghozali, op. cit., hlm.94. 61

Departemen Agama, op. cit., hlm.36.

Page 38: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

tertentu kepada istrinya. Dalam hal ini, maka istri berhak menerima

mahar mitsil.62

D. Bentuk-Bentuk Mahar

Pada prinsipnya mahar harus bermanfaat dan bukanlah sesuatu yang

haram dipakai, dimiliki atau dimakan. Menurut Ibnu Rusyid bahwa mahar

harus berupa sesuatu yang dapat ditukar dan ini terkesan harus berbentuk

benda karena selain berbentuk benda tidak dapat ditukar tampaknyat tidak

dibolehkan. Dan menurut Rahmat Hakim, sesuatu yang bermanfaat tidak

dinilai dengan ukuran umum, tetapi bersifat subjektif sehingga tidak selalu

dikaitkan dengan benda, dalam hal ini calon istri mempunyai hak untuk menilai

dan memilihnya, ini sangat kondisional artinya dia mengetahui siapa dia dan

siapa calon suaminya.63

Hendaknya mahar itu diketahui besar dan jumlah, serta

ringannya.64

Contoh mahar dalam bentuk jasa dalam al-Qur‟an ialah mengembala

kambing selama 8 tahun sebagai mahar perkawinan seorang perempuan. Hal

ini dikisahkan Allah SWT dalam surat al-Qhashash ayat 27:

............... Artinya : berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud

menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas

dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu

62

Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.47. 63

Timahi, Sohari Sahrani, op. cit., hlm.48. 64

Imam Abu Hamid Al-Ghozali, Menikah dengan Bidadari Tips Membentuk Keluarga

Bahagia Tips Membentuk Keluarga Bahagia, (Jakarta: Arina Publishing, 2005), Cet.I, hlm.58.

Page 39: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari

kamu ............ (Q.S al-Qashash:27).65

Dengan tidak adanya petunjuk yang pasti tentang mahar, para Ulama

memperbincangkannya, mereka sepakat menetapkan bahwa tidak ada batas

maksimal bagi sebuah mahar. Namun dalam batas minimal terdapat perbedaan

pendapat dikalangan ulama.66

Apabila mahar dalam bentuk barang maka

syaratnya:

1. Jelas dan diketahui bentuk dan sifatnya.

2. Barang itu miliknya sendiri secara kepemilikan penuh dalam arti dimiliki

zatnya dan dimiliki pula manfaatnya, bila salah satu saja yang dimiliki,

seperti manfaatnya saja dan tidak zatnya umpama barang yang dipinjam,

tidak sah dijadikan mahar.

3. Barang itu sesuatu yang memenuhi syarat untuk diperjual belikan dalam

arti barang yang tidak boleh diperjual belikan tidak boleh dijadikan mahar,

seperti minuman keras, daging babi dan bangkai.

4. Dapat diserahkan pada waktu akad atau pada waktu yang dijanjikaan

dalam arti barang tersebut sudah berada ditangannya pada waktu

diperlukan. Barang yang tidak dapat diserahkan pada waktunya tidak dapat

dijadikan mahar, seperti burung yang terbang di udara.67

Mahar itu pemberian wajib dari calon suami, maka calon istri adalah

penerima hak mahar tersebut. Bentuk mahar yang akan diberikan dan berapa

banyak hendaknya dibicarakan kedua belah pihak sehingga saling meridhoi

65

Departemen Agama, op. cit., hlm.521. 66

Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.94. 67

Ibid., hlm.102.

Page 40: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

dan tidak merepotkan salah satu pihak. Beberapa prinsip hendaknya

diperhatikan dalam menentukan bentuk dan besarnya mahar:

a. Mahar Hendaknya Sederhana

Tidak ada batasan baku mengenai besarnya mahar apabila

berupa materi, karena dalam nash-nash syar‟i tidak ada dalil yang

menunjukkan batas maksimal mahar.

b. Hendaknya Mahar Memberikan Manfaat Optimal

Mahar boleh berbentuk uang, barang, ataupun sesuatu yang

bersifat nonmateri. Mahar yang berbentuk uang ataupun barang,

hendaknya dipikirkan kemanfaatannya, bukan sensasi dari adanya

mahar tersebut.

c. Mahar Tidak Boleh Diambil Kembali

Setelah akad nikah, ketika telah terjadi hubungan suami istri,

mahar tidak boleh di minta lagi oleh pihak suami, sebab mahar adalah

milik atau hak mutlak istri. Kecuali ketika sang istri merelakan sebagian

atau seluruh mahar tersebut di kembalikan kepada suami, maka tidak

ada larangan bagi mereka. Oleh karena itu, calon suami harus

memikirkan masak-masakapa yang akan di berikan sebagai mahar

kepada istrinya nanti, agar tidak munculkan penyesalan setelah akad

nikah.

d. Pemerintah Membantu Urusan Mahar

Pemerintah Islam berkewajiban memberikan bantuan baik

secara moral maupun material kepada setiap warganya yang akan

Page 41: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

melaksanakan pernikahan, sementara mereka tidak mampu

membayarkan mahar.68

E. Mahar Yang Berlebihan Dalam Pernikahan

Mahar yang berlebihan tidak pula mashkahah (kebaikan), berlebih-

lebihan dalam menentukan mahar dan bermewah-mewahan dalam mengadakan

pesta pernikahan serta tuntunan para wali kepada calon suami untuk

menyerahkan harta yang melampui batas yang tidak dimampui orang-orang

yang fakir, sehingga hal ini menjadi sebab terhalangnya pernikahan serta tetap

membujangnya para pemuda dan pemudi. Berlebihan dalam menentukan

mahar dan menjadikan wanita (calon istri) seakan-akan barang dagangan yang

dijual belikan merupakan perkara yang merusak muru‟ah (norma dan etika

kehidupan) serta menghilangkan adab dan kemuliaan akhlak.

Sudah selayaknya bagi orang yang belum mampu menikah untuk

berpuasa dan menjaga kesucian dirinya hingga Allah menjadikannya mampu

dengan karunia-Nya, sebagaiman firman Allah:69

.............. Artinya: dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga

kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan

karunia-Nya. .......(An-Nuur: 33).70

Untuk memperingan mahar atau mempermudah jalannya pernikahan,

menolong dan membantu fakir miskin, tidak serakah serta menikahkan orang-

68

Cahyadi Takariawan, op. cit., hlm.110-118 69

Abu Abdirrahman Sayyid Bin Abdirrahman Ash-Shubaihi, Bingkisan tuk Kedua

Mempelai, (Sukoharjo: Maktabah Al-Ghuroba, 2012), hlm.70. 70

Departemen RI, op. cit., hlm.316.

Page 42: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

orang yang masih bujang dengan mahar yang ringan dan mudah. Dengan

demikian akan terwujudnya tanggung jawab kemasyarakatan serta solidaritas

Islamiyyah serta mempererat ukhuwah, mahabah (rasa saling cinta) dan saling

tolong menolong sesama kaum muslimin, serta mereka bagaikan satu jasad,

dan seperti bangunan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya.

Menurut Ahmad Al-Baihaqi dan Al-Hakim bahwa diantara keberkahan

seorang wanita adalah wanita yang mudah dipinang dan ringan maharnya.

Namun bersamaan dengan sunnah yang jelas, baik dari ucapan maupun

perbuatan Rasulullah, kebanyakan mayoritas manusia terjerumus dalam

perkara-perkara yang menyelisihinya, sebagaiman mereka menyelisihi perintah

Allah dan Rosul-Nya untuk tidak menggunakan harta dalam perkara-perkara

yang tidak semestinya. Allah telah telah memperingatkan dalam kitabnya yang

perbuatannya berlebih-lebihan dan mubadzir (foya-foya), Allah berfirman:

Artinya: dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan

janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan

dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Al-Israa‟: 26-

27).71

Sederhanalah dalam menentukan biaya nikah dan walimahnya.

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam menentukan mahar, atau

mensyaratkan kepada calon suami untuk menyerahkan sesuatu yang

memberatkan pundaknya. Apabila mempunyai kelebihan harta maka

71

Departemen RI, op. cit., hlm.257.

Page 43: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

infakkanlah dalam perkara-perkara yang baik, membantu fakir miskin dan

orang-orang yang belum menikah.

Menurut Ibnu Qoyyim bahwa mahar itu tidak ada batasan sedikitnya,

dan bahwa segenggam tepung, sebuah cincin besi dan sepasang sandal sah di

namakan sebagai mahar dan halal dengannya siistri (untuk digauli). Demikian

juga mengandung faedah bahwa berlebih-lebihan dalam menentukan mahar

dalam pernikahan adalah makruh disebabkan sedikitnya barokah dan sulit

dalam mengupayakannya.72

Mahar yang berlebih-lebihan dan tidak memedulikan kondisi suami

yang miskin. Sehingga, tidak terasa hal ini semakin menambah kesulitan

baginya untuk melakukan pernikahan tersebut. Dari jumlah yang berlebih-

lebihan ini, tidak diragukan lagi bahwa hukumnya makruh. Bahkan bias

menjadi haram, terutama jika pihak istri memberikan beban-beban lain yang

harus ditanggungnya, seperti harus membeli pakaian yang mahal harganya,

perkakas dan perlengkapan rumah yang mahal, yang itu semua tidak lain hanya

untuk hura-hura dan melakukan sesuatu yang tiada gunanya. Banyaknya

mahar akan menjadikan suami benci terhadap istrinya, ketika ia ingat besarnya

mahar yang harus dipenuhi. Karena itu, wanita yang paling mulia dan

diberkahi Allah adalah wanita yang paling sedikit maharnya. Kemudahan

mahar akan membawa berkah bagi sang istri dan dapat menimbulkan rasa cinta

kasih dari suaminya.73

72

Abu Abdirrahman Sayyid Bin Abdirrahman Ash-Shubaihi, op. cit., 71-88. 73

Saleh Al-Fauzan, op. cit., hlm.673-674.

Page 44: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Pemberian mahar secara berlebih-lebihn justru dilarang. Hal ini di

maksudkan agar tidak menimbulkan kesulitan bagi pemuda yang akan

melangsungkan perkawinan. Mempersulit perkawinan bisa melahirkan

implikasi-implikasi yang baru atau bahkan merusak secara personal maupun

sosial. Umar bin Khatbab pernah menyampaikan bahwa ketika seseorang laki-

laki diharuskan memberi mahar yang mahal kapada (calon) istrinya boleh jadi

ia akan menyimpan kebencian kepada perempuan itu.74

Seorang suami

dibolehkan atau malahan lebih baik untuk melebihkan pembayaran maharnya

dari jumlah yang diminta oleh calon istri atau walinya.75

Hadis yang diriwayatkan oleh HR. Imam Tirmdzi tentang mahar yang

berlebihan dalam pernikahan yang artinya:

ار م ر مااب ماام مب ر ل عل م م يم لورال م يم ر لو ر ل ل م الن مااب فمابايل ما امور ماام ر مكر م م ة عمنر مبب اير ما م ر ميم روو د م ل ال عم م ر ب ب ر و ب ا د ما م ر م م م م ل م ب م ب ما م م م ل ر بما الل ب م ر ب م ق عم م م م ب يرلم و بلما ب ب م ر يم م بنر م م ل ر ب م ب ر م ة بنر بنر اب مااب ب م لورال اب ب ر م م ق

( ا صحص ال م ح ه ) Artinya: Dan dari Abi Ajfa‟, ia berkata: aku pernahmendengar Umar

berkata: janganlah kamu berlebih-lebihan dalam member mahar

kepada wanita, karena wanita apabila ia seorang yang mulia di dunia

atau orang yang terpelihara di akhirat,maka orang yang paling ulam

(dalam menghormati wanita) di antara kamu adalah Nabi saw. , pada

hal berapakah Rasulullah saw. Member mahar kepada istri-istrinya,

tidak seorang pun istrinya yang diberi mahar lebih dari dua belas

uqiyah. (HR. Imam yang lima diserahkan Tirmdzi).76

74

Husein Muhammad, op. cit., hlm.149. 75

Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja

(Grafindo persada, 2005), Ed.II, hlm.74. 76

Mu‟ammal Hamidy, Terjemahan Nailul Authar Himpunan Hadis-Hadis Hukum,

Jil.5, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2001), Cet.I, hlm.2232.

Page 45: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Dalam pernikahan adalah berlebihan dalam menentukan mahar, banyak

permintaan (dalam bentuk materi) yang menyebabkan tidak adanya

keberkahan, dan menghilangkan cita-cita mulia yang merupakan fondasi bagi

sebuah bangunan raksasa yaitu bangunan rumah tangga muslim, cita-cita

adalah harapan untuk meraih rasa cinta dan kasih sayang. Karena pernikahan

adalah demi mencari kesucian dan menjaga kehormatan, maka perbuatan

berlebihan dalam menentukan mahar justru menjadi penghalang. Melaluinya

berakibat penyebaran keburukan yang dilarang oleh agama.

Umar bin Khattab berkata, wahai para manusia janganlah kalian

memahalkan mahar para wanita. Karena jika saja mahal itu menunjukkan

kemuliaan didunia dan ketakwaan disisi Allah, maka pastilah Nabi Muhammad

lebih bersemangat melakukannya dibandingkan kalian.”77

F. Hikmah Adanya Mahar Dalam Pernikahan

Mahar itu merupakan pemberian pertama seorang suami kepada istrinya

yang dilakukan pada waktu akad nikah. Dikatakan yang pertama karena

sesudah itu akan timbul beberapa kewajiban material yang harus dilaksanakan

oleh suami selama masa perkawinan untuk kelangsungan hidup perkawinan itu.

Dengan pemberian mahar suami dipersiakan dan dibiasakan untuk menghadapi

kewajiban materiil berikutnya.78

Kemudian hikmah diwajibkannya mahar atau maskawin dalam

pernikah adalah menunjukkan pentingnya dan posisi akad, serta untuk

77

Muhammad As-Sayyid Athiyyah, Kesalahan Kesalahan Pengantin, (Solo: Aqwan,

2010), hlm.48-57. 78

Amir Syarifuddin, op. cit., hlm.84.

Page 46: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

menghormati dan memuliakan perempuan, memberikan dalil bagi pembinaan

kehidupan perkawinan yang mulia bersamanya, memberikan niat baik, dan

maksud menggaulinya secara baik, dalam berlangsungnya perkawinan. Dengan

adanya mahar, seorang perempuan dapat mempersiapkan semua perangkat

perkawinan yang terdiri dari pakaian dan nafkah.

Mahar sebagai sesuatu kewajiban bagi laki-laki bukanlah perempuan,

bahwa seorang perempuan sama sekali tidak di bebankan kewajiban nafkah,

baik sebagai seorang ibu, anak perempuan, ataupun seorang isrti. Yang

dibebankan untuk memberikan nafkah adalah seorang laki-laki, baik berupa

mahar maupun nafkah kehidupan, karena seorang laki-laki lebih mampu untuk

berusaha dan mencari rezeki. Sedangkan pekerjaan perempuan adalah

menyaipkan rumah, mengasuh anak, dan melahirkan keturunan. Al-Qur‟an

telah meletakkan prinsip membagi-bagikan tanggung jawab keuangan antara

seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Alah SWT berfirman:

............

Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh

karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas

sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah

menafkahkan sebagian dari harta mereka........... (An-Nisa‟: 34).79

Hikmah disyariatkannya mahar atau maskawin dalam pernikahan

adalah sebagai ganti dari dihalalkannya wanita atau dihalalkannya bersetubuh

dengan suaminnya. Disamping itu pula mahar juga sebagai tanda hormat sang

79

Departemen RI, op. cit., hlm.76.

Page 47: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

suami kepada pihak wanita dan sebagai tanda kedudukan wanita tersebut telah

menjadi hak suami.80

Hikmah adanya mahar:

1) Mahar menunjukkan kemuliaan wanita, karena wanitalah yang dicari

laki-laki bukan laki-laki yang dicari wanita, laki-laki yang berusaha

mendapatkan wanita meskipun harus mengorbankan hartanya. Karena

yang melamar atau meminang dalam proses perkawinan adalah laki-

laki.

2) Mahar menunjukkan cinta dan kasih sayang seorang suami kepada istri,

karena maskawin itu sifatnya pemberian, hadiah atau hibah oleh Al-

Qur‟an diistilahkan dengan nihlah (pemberian dengan penuh kerelaan),

bukan sebagai pembayaran harga wanita.

3) Mahar menunjukkan kesungguhan, karena pernikahan dan rumah

tangga bukanlah main-main dan perkara yang bias dipermainkan.

Karenanya tidak bias seorang laki-laki menikahi seorang wanita, lalu

setelah itu di ceraikan kemudian ia kembali mencari wanita lain untuk

diperlakukan seperti itu.

4) Mahar menunjukkan tanggung jawab suami dalam kehidupan rumah

tangga dengan memberikan nafkah, karena laki-laki adalah pemimpin

atas wanita dalam kehidupan rumah tangga. Untuk mendapatkan hak

itu, wajar bila suami harus mengeluarkan harta sehingga ia harus lebih

bertanggung jawab dan tidak sewenang-wenang terhadap istrinya.

80

Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insani Perss, 2005), Cet.1,

hlm.679.

Page 48: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

5) Mahar adalah sebuah pelambang bahwa tanggung jawab keluarga ada

dipundak seorang suami.81

Karena kemampuan fitriahnya dalam

mengendalikan emosi (perasaan) lebih besar dibandingkan kaum

wanita, laki-laki lebih mampu mengatur kehidupan bersama ini.82

Hikmah pemberian mahar ialah mahar atas suami secara bekerja dan

memberi nafkah, mengandung isyarat kepada apa yang diwajibkan oleh

perkawinan atas suami, berupa berbagai tuntutan kebutuhan dan nafkah. Mahar

mengandung suatu penghormatan kepada wanita yang masuk pada ketaatan

kepadanya dan dalam perlindungannya.83

Adapun hikmah dari kewajiban membayar mahar adalah menampakkan

kepentingan serta kedudukan akad nikah, mengagunggkan perempuan,

menjaga kelangsungan hubungan berumah tangga. Karena apabila pernikahan

itu boleh dengan tidak membayar maskawin maka itu pasti merupakan

penghinaan bagi kaum perempuan. Laki-laki akan memandang rendah kaum

perempuan, tidak menggaulinya dengan baik, kasih sayang akan cepat luntur,

sehingga diakhiri dengan hancurnya kehidupan berumah tangga.84

81

Didik Hermawan, Pinanglah Daku Duhai Cintaku, (Solo: Smart Media, 2004),

hlm.110. 82

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Perss, 1995),

Jil II, Cet.I, hlm.480. 83

Ahmad Al Hajji Al Kurdi, Hukum Hukum Wanita Dalam Fiqih Islam, (Semarang:

Dina Utama, 1995), hlm.35. 84

Abdul Majid Mahmud Mathlub, op. cit., hlm.213.

Page 49: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

BAB III

MAHAR HUTANG (TA’JIL( MENURUT HUKUM ISLAM

C. Hukum Mahar Hutang (Ta’jil) Menurut Hukum Islam

Dalam hukum Islam mahar atau maskawin merupakan hak yang

ditentukan untuk wanita sebagai ungkapan hasrat laki-laki kepada istrinya, dan

juga sebagai tanda cinta kasih serta ikatan tali kesuciannya. Karena mahar

adalah keharusan tanpa boleh ditawar oleh laki-laki untuk menghargai

pinangan dan simbol untuk menghormati serta membahagiakannya. Pemberian

maskawi besar kecilnya ditetapkan atas dasar persetujuan kedua pihak, karena

pemberian itu harus diberikan dengan ikhlas.85

Mahar telah menjadi hak istri

sepenuhnya ketika telah terjadi khalwat (berduaan antara suami istri) terjadinya

jima‟ (hubungan suami istri) maupun terjadinya hubungan kematian, serta

mubasyarah (percumbuan).86

Mahar merupakan salah satu diantara hukum-hukum akad yang shahih,

dan salah satu dari konsekuensinya. Mahar merupakan hukum bagi hubungan

sebadan yang disebabkan syubhat (keserupaan), dan hubungan sebadan setelah

terjadinya perkawinan yang fasid (batal). Sebenarnya mahar wajib atas suami

karena semata-mata keabsahan akad. Baik mahar itu disebutkan dalam akad

atau tidak disebutkan.87

Keridhoan dalam transaksi merupakan prinsip. Transaksi barulah sah

apabila didasarkan kepada keridhoan kedua belah pihak. Artinya tidak sah

85

Didik Hermawan, op. cit., hlm.106. 86

Amin Biun Yahya Ad-Duwaisi, Fatwa-Fatwa Ulama Kontemporer Seputar

Pernikahan Hubungan Pasutri Dan Perceraian, (Yogyakarta: At Tuqa, 2010), Cet.1, hlm.20. 87

Ahmad Al Hajji Al Kurdi, op. cit., hlm.39.

Page 50: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

suatu akad apabila salah satu pihak dalam keadaan terpaksa atau dipaksa atau

juga merasa tertipu. Bisa terjadi pada waktu akad sudah saling meridhoi, tetapi

kemudian salah satu pihak merasa tertipu, artinya hilang, keridhoannya, maka

akadnya tersebut bisa batal. Ungkapan yang lebih singkat dari Ibnu Taimiyah:

لو ر ب ما الميم ما م م رنب ام ر ل ب الل Artinya: “Dasar dari akad adalah keridhaan kedua belah pihak”.

88

Dasar hukum adanya mahar dalam perkawinan terdiri atas dasar hukum

yang diambil dari al-Qur‟an dan dasar hukum. Kewajiban pembayaran mahar

oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan.89

Calon mempelai laki-laki wajib membayar mahar kepada mempelai

wanita yang jumlahnya, bentuk dan jenisnya di sepakati oleh kedua belah

pihak.90

Pada dasarnya bila pihak istri secara sukarela mau menyumbangkan

sesuatu dari hal tersebut maka tidak ada halangan bagi sang suami untuk

menerimanya. Sebagai dalilnya adalah apa yang disebutkan dalam al-Qu‟an

melalui firmannya yang mengatakan:91

Artinya: berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu

nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika

mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan

senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai

makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Q.S An-Nisa‟: 4).

88

Djazuli, op. cit., hlm.131. 89

Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013),

Cet.VII, hlm.262. 90

Abdul Haris Na‟im, Fiqih Munakahat, (Kudus: STAIN, 2008), hlm.76. 91

Thoriq Isma‟il Kakhiya, Menata Kalbu Membina Keluarga Bahagia, (Bandung: Alif

Media, 2005), Cet.1, hlm.116.

Page 51: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Berdasarkan ayat tersebut, maka wajib hukumnya seorang laki-laki

memberikan mahar kepada wanita yang akan dinikahinya. Mahar ini

merupakan hak hak seorang wanita dan tidak boleh siapa pun mengambilnya,

baik ayah ataupun pihak lainnya, kecuali jika istri ridho memberikan mahar

tersebut kepada orang yang memintanya.92

Mahar dan tradisi yang dilakukan secara umum dalam suatu

perkawinan. Ketentuan yang telah disebutkan itu, ialah dalam hal pemberian

mahar dari seorang laki-laki kepada calon istrinya yang telah ditetapkan

terlebih dahulu jumlahnya ketika berlangsungnya „aqad nikah, sehingga bisa

menghalalkan hubungan suami istri bagi kedua mempelai. Sedangkan dalam

hal mahar yang tidak atau belum ditetapkan terlebih dahulu pada saat aqad

nikah berlangsung dan ternyata kemudian suami meninggal dunia, sementara

belum sempat terjadi hubungan suami istri di antara kedua mempelai, maka

dalam Islam terdapat ketentuan tersendiri mengenai hal tersebut.93

Penyerahan mahar dilakukan dengai tunai, apabila calon mempelai

wanita menyetujuinya, penyerahan mahar boleh ditangguhkan baik untuk

seluruhnya atau untuk sebagian. Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya

menjadi hutang calon mempelai laki-laki.94

Dasar hukum mahar dalam Islam merupakan:

1. Suatu pemberian yang wajib dilakukan calon suami kepada calon

istrinya.

92

Abdul Syukur Al-Azizi, Buku Lengkap Fiqih Wanita, (Yogyakarta: Diva Press,

2015), Cet.I, hlm.203. 93

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Terj Moh Thalib, Jilid 7,(Bandung: Al-Ma‟arif, 1996),

Cet 12, hlm.52. 94

Abdul Haris Na‟im, op. cit., hlm.77.

Page 52: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

2. Bukan merupakan rukun dan syarat perkawinan.

3. Sepenuhnya merupakan hak istri, baik secara kepemilikan maupun

pengelolaannya.

4. Asas mahar adalah sederhana dan mudah, artinya tidak

menyulitkan calon suami dan tidak meremehkan calon istri.

5. Sebagai kenangan dan pengikat kasih sayang suami istri.95

Apabila seorang suami meninggalkan hutang mahar (maskawin) yang

sudah ditetapkan sebelumnya dalam aqad nikah, kemudian mereka bercerai

karena talak, maka istri berhak atas mahar tersebut, meskipun mereka belum

melakukan hubungan sebadan sekalipun. Jumlah mahar yang harus diberikan

adalah separuh dari seluruh mahar yang telah ditetapkan dan itu menjadi harta

milik sah istri. Mereka menetapkan hal tersebut berdasarkan kepada Al-Qur‟an

surat Al-Baqarah ayat 237.

Artinya: Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu

bercampur dengan mereka, Padahal Sesungguhnya kamu sudah

menentukan maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah

kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau

dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah[151], dan

pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu

melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

melihat segala apa yang kamu kerjakan.(Surat Al-Baqarah: 237).96

95

Elvi Lusiana, 100+ Kesalahan dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Qultum Media,

2011), Cet.1, hlm.57-58. 96

Departemen Agama, op. cit., hlm.36.

Page 53: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Setiap hutang mesti dibayar termasuk hutang maskawin, apabila

seorang suami menceraikan istrinya sebelum dicampuri dan maskawinnya

belum dibayar, maka hendakah suami tersebut membayar maskawin setengah

dari mahar yang sudah ditentukan.97

Kedua suami istri jangan lupa dengan kebaikan satu sama lainnya. Dari

keterangan di atas dianjurkan bagi wanita untuk merelakan setengah bagian

dari maharnya kepada sang suami dan sebaliknya suami dianjurkan

memberikan seluruh mahar tersebut kepada sang istri. Ini semua adalah anjuran

dan petunjuk kepada para laki-laki dan wanita agar tidak saling menjauhi dan

membenci satu sama lain dan agar mereka saling toleransi terhadap yang lain,

itu semua mengingatkan mereka kepada hubungan yang pernah terjalin

diantara mereka.

Mahar yang belum dibayarkan pada istrinya hal itu sebagai hutang.

suami itu mati sebelum dibayarkan maskawinnya, maka maharnya harus

dibayarkan setelah diambilkan dari harta peninggalan suaminya. Adapun anak-

anaknya yang lahir dari suami yang meninggal dan yang belum dibayar pada

waktu itu termasuk anak-anak yang sah, sebagai perkawinannya berlangsung

dengan sah sesuai syariat dan cukup syarat dan rukunnya. Sehingga tidak ada

hubungan sahnya anak-anak tersebut karena telah membayar mahar atau

belum.98

Ditemukan beberapa kaidah yang berkaitan dengan mahar dan secara

untuk mendukung adanya keharusan tentang mahar, salah satunya yaitu:

97

Miftah Faridl, 150 Masalah Nikah dan Keluarga, (Jakarta: Gema Insani Press,1999),

Cet.1, hlm.99. 98

Husain Bahreisj, op. cit., hlm.291-292.

Page 54: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

اة ب م ب م ر ب الل ام ر ل ل ل اب ل م ر ر م اد ل “ Setiap syarat yang menyalahi dasar-dasar syariah adalah batal”

99

Mahar yang dihutang hukumnya wajib dibayar, seseorang yang sudah

mampu membayar hutang, tetapi tidak mampu membayar hutangnya dalam

hadits Rosul disebut sebagai dzalim. Menurut hukum Islam hutang yang

hukumnya wajib dibayar adalah hutang maskawin. Nabi tidak berkenan

mensholatkan jenazah yang masih punya hutang kecuali setelah ada yang

menjamin untuk membayarnya. Kalau hutangnya belum dibayar kemudian

terjadi cerai, maka suami tersebut wajib membayarnya setelah perceraian

berlangsung. Kalau suami tersebut meninggal dunia, maka hutangnya

maharnya dapat diambil dari harta warisan yang di tinggalkannya, kalau ia

tidak meninggalkan harta warisan, maka keluarga dekatnya wajib

membayarkannya.100

Cara-cara pelaksanaan pembayaran mahar sebagai berikut:

a) Mahar dibayar dengan cara kontan

b) Mahar dibayar dengan cara ditangguhkan sampai batas waktu yang

disepakati.

c) Mahar dibayar dengan cara dicicil sampai lunas.

d) Mahar dibayar dengan cara pemberian uang muka, sisanya diangsur

atau sekaligus sesuai perjanjian.101

99

Djazuli, op. cit., hlm.191. 100

Miftah Faridl, op. cit., hlm.97. 101

Beni Ahmad Saebani, op. cit., hlm.268.

Page 55: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Jika yang berhutang tidak mampu membayar pada waktunya, orang

yang menghutanginya dianjurkan untuk menangguhkan hingga yang berhutang

punya kemampuan untuk membayarnya.102

Firman Allah:

Artinya: dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka

berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan

(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu

mengetahui. (QS Al-Baqarah [2]:280).103

Bagi wanita yang melarang suaminya untuk menggauli dengannya

sebelum ia menyerahkan mahar atau maskawinnya pada saat itu. karena jika

wanita itu menyerahkan dirinya, kemudian ingin meminta hak dari

perbuatannya tersebut ketika ia bercerai, hal itu tidak mungkin terjadi. Mahar

yang ditangguhkan atau tidak diserahkan secara tunai, maka wanita tersbut

tidak bisa menolak suaminya ketika ia inginmenggauli istrinya. Karena wanita

itu telah rela kalau maharnya ditangguhkan. Begitu juga kalau wanita itu

menyerahkan dirinya kepada suaminya sebelum diminta, kemudian wanita itu

tiba-tiba menolak melakukan hubungan suami istri sebelum maharnya

diberikan, maka ia (wanita) tidak berhak melarangnya.104

102

Hassan Saleh, Kajian Fiqih Nabawi & Fiqih Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers,

2008), Ed.1, hlm.391. 103

Departemen RI, op. cit., hlm.43-44 104

Saleh Al-Fauzan, op. cit, hlm.678.

Page 56: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

D. Hukum Mahar Hutang (Ta’jil) Menurut Kompilasi Hukum Islam dan

Para Ulama’ Fiqih

Pada dasarnya Kompilasi Hukum Islam menjelaskan tentang mahar

dalam pasal-pasal 30, 31, 32 ,33 ,34 ,35 ,36 ,37, 38, yang hampir

keseluruhannya mengadopsi dari kitab fiqh menurut jumhur ulama.

Lengkapnya menjelaskan adalah sebagai berikut:

Pasal 30

Bahwa calon mempelai pria wajib membayar kepada calon mempelai wanita

yang jumlah, bentuk, dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak.

Pasal 31

Penentuan mahar berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan yang

dianjurkan oleh ajaran Islam.

Pasal 32

Mahar diberikan langsung kepada calon mempelai wanita dan sejak itu

menjadi hak pribadinya.

Pasal 33

(1) penyerahan mahar dilakukan dengan tunai.

(2) Apabila calon mempelai wanita menyetujui, penyerahan mahar boleh

ditangguhkan baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian. Mahar yang belum

di tunaikan penyerahannya menjadi utang (calon) mempelai pria.

Pasal 34

(1) Kewajiban penyerahan mahar bukan merupakan rukun dalam perkawinan

Page 57: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

(2) Kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu „aqad nikah, tidak

menyebabkan batalnya perkawinan. Begitu pula halnya dalam keadaan mahar

masih terhutang, tidak mengurangi sahnya perkawinan.

Pasal 35

(1) Suami yang menalak istrinya qobla al-dukhul wajib membayar setengah

mahar yang telah ditentukan dalam „aqad nikah.

(2) Apabila suami meninggal dunia qobla al-dukhul besarnya mahar belum

ditetapkan, maka suami wajib membayar mahar mitsil.

Pasal 36

Apabila mahar hilang sebelum diserahkan, mahar itu dapat diganti dengan

barang lain yang sama bentuk dan jenisnya atau dengan barang lain yang

sama nilainya atau dengan uang yang senilai dengan harga barang mahar

yang hilang.

Pasal 37

Bahwa apabila terjadi selisih pendapat mengenai selisih pendapat mengenai

jenis dan nilai mahar yang di tetapkan, penyelesaiannya diajukan ke

Pengadilan Agama.

Pasal 38

(1) Apabila mahar yang diserahkan mengandung cacat atau kurang, tetapi

(calon) mempelai wanita tetap bersedia menerimanya tanpa syarat,

penyerahan mahar dianggap lunas.

Page 58: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

(2) Apabila menolak menerima mahar karena cacat, suami harus

menggantinya dengan mahar lain yang tidak cacat. Selama penggantinya

belum diserahkan, mahar dianggap masih belum dibayar.105

Mahar diberikan berdasarkan atas kesederhanaan dan kemudahan yang

dianjurkan oleh ajaran Islam.106

Sebenarnya yang wajib membayar mahar itu

bukan calon mempelai laki-laki karena kewajiban itu baru ada setelah

berlangsungnya akad nikah. Demikian pula yang menerima bukan calon

mempelai wanita, tetapi mempelai wanita karena dia baru berhak menerima

mahar setelah adanya akad nikah.

Pemberian mahar itu wajib atas laki-laki, banyaknya mahar itu tidak

dibatasi oleh syariat Islam, melainkan menurut kemampuan suami beserta

keridhoan si istri. Sesungguhnya demikian, suami hendaklah benar-benar

sanggup membayarnya, karena mahar itu apabila telah ditetapkan, maka

jumlahnya menjadi hutang atas suami, dan menurut hukum Islam wajib dibayar

sebagaimana halnya hutang kepada orang lain. Kalau tidak dibayar akan

dimintai pertanggung jawabannya dihari kemudian, janganlah terperdaya

dengan kebiasaan bermegah-megah dengan banyaknya mahar sehingga si laki-

laki menerima perjanjian mahar itu sebagai hutang, sedangkan dia tidak ingat

akibat yang akan menimpa dirinya.107

105

Redaksi Nuansa Aulia, op. cit., hlm. 9-11. 106

Idris Ramulyo, Hukum perkawinan Islam Suatu Analisis Dari Undang Undang

Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet.V,

hlm.76. 107

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam Hukum Fiqih Lengkap, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2009), Cet.43, hlm.393-394.

Page 59: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Menurut Imam Malik, mahar adalah harta yang di berikan oleh seorang

laki-laki kepada calon istrinya sebagai penghalal hubungan mereka. Sedangkan

para Ulama dari mazhab Hambali mengemukakan bahwa mahar sebagai

imbalan suatu pernikahan, baik disebutkan secara jelas dalam akad nikah,

ditentukan setelah akad dengan persetujuan kedua belah pihak, maupun

ditentukan oleh hakim.108

Menurut pendapat Imam Malik dibolehkan hutang mahar dalam

pernikahan tetapi hanya untuk masa tenggang waktu terbatas dan jelas. Tetapi

Imam Malik lebih baik menganjurkan pembayaran mahar sebagian manakala

hendak menggauli istrinya karena perkawinan itu sebuah ibadah.109

Mahar yang ditangguhkan pembayarannya di bolehkan dengan syarat

hutang yang harus dibayarkan, mahar tersebut wajib dilunasi pada kemudian

hari setelah akad nikah. Mahar merupakan kewajiban calon suami kepada

calon istrinya yang pelaksanaannya boleh dilakukan saat akad nikah maupun

setelahnya, boleh secara tunai maupun hutang. Dengan demikian, jika suami

tidak memberikan mahar sama sekali kepada istrinya maka ia dianggap

menanggung hutang. Meskipun terjadi perceraian bahkan sampai istri

meninggal, hutang mahar tersebut tetap harus dibayarkan dan dikategorikan

tirkah (harta peninggalan). Dalam pernikahan harus ada mahar karena adalah

sebuah kewajiban. Lebih baik menentukan mahar yang ringan, tetapi

terlunaskan dari pada besar tapi memberatkan dan tak sanggup melunasinya.110

108

Abdul Syukur Al-Aziz, op. cit., hlm.203. 109

Ibnu Rusyid, Bidayatul Mujtahid Analisis Fiqih Para Mujtahid, (Jakarta: Pustaka

Amani, 2007), Jil II, hlm.441-442. 110

Elvi Lusiana, op. cit., hlm.60-64.

Page 60: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Menurut pendapat Hanafiyah untuk memberikan pilihan kepada suami

istri dalam hal itu secara mutlak. Mereka berdua berhak untuk menangguhkan

pembayaran seluruh, sebagaimana mereka juga berhak untuk menjadikannya

kontan. Apabila mereka bermaksud menyegerakan sebagian dari mahar dan

menangguhkan sebagian yang lain, maka mereka juga berhak untuk itu.

Mereka juga berhak memilih tempo waktu penundaan, lama atau sebentar

sesuai dengan situasi dan kondisi mereka berdua. Apabila mereka

menangguhkan mahar sampai talak atau meninggal dunia, juga boleh karena

setelah mahar tetap dalam tanggungan suami, maka ia menjadi hak yang murni

bagi istri.

Apabila mahar tidak dibayarkan dalam akad bahwa dibayar kontan atau

ditangguhkan, maka dikembalikan kepada adat istiadat dan diputuskan

berdasarkan tuntutan adat itu. Jika adat istiadat memutuskan untuk diserahkan

secara penangguhan seluruhnya, maka seluruhnya dianggap dibayar dengan

penagguhan atau dibayarkan separuhnya secara penagguhan. Maka separuhnya

dianggap dibayar dengan penagguhan dan separuh lainnya disegerakan.

Kemudian jika disana tidak terdapat suatu adat istiadat yang tetap, maka

seluruhnya mahar dianggap segera. Hal itu desebabkan mahar merupakan salah

satu diantara hukum akad nikah dan hubungan sebadan.111

111

Ahmad Al Hajji Al Kurdi, op. cit., hlm.43.

Page 61: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

BAB IV

ANALISIS MAHAR HUTANG (TA’JIL) MENURUT

HUKUM ISLAM

A. Analisis Terhadap Mahar Hutang (Ta’jil) Menurut Hukum Islam

Dalam bab ini penulis akan menganalisis mahar hutang menurut hukum

Islam. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab III di atas, bahwa mahar

merupakan sesuatu yang harus ada dalam akad nikah. Akan tetapi dalam

pemberian mahar yang dihutang dalam pernikahan, apakah hutang mahar akan

tetap dibayarkan setelah adanya akad parnikahan.

Besarnya mahar yang harus dikeluarkan sama seperti saat diucapkan

dalam akad pernikahan seperti yang telah diterangkan banyaknya mahar itu

tidak dibatasi oleh syariat Islam, melainkan menurut kemampuan suami beserta

keridhoan si istri. Sesungguhnya demikian, suami hendaklah benar-benar

sanggup membayarnya, karena mahar itu apabila telah ditetapkan, maka

jumlahnya menjadi hutang atas suami dan menurut hukum Islam wajib dibayar

sebagaimana halnya hutang kepada orang lain.

Dalam masalah mahar terdapat hadits yang menyebutkan mengenai

mahar yang dihutang. Salah satunya Sabda Nabi Saw. adalah:

يم ام يم مالم مهلومزم ر هل لا ب م ل يلومفين يم ما ام م ة ب ل ر م ل م ق م ر م ق م م ر م م ر م ر م م منر , ام ب

يم ام عم ل م م ل مهلوم ما ب ة م يرلقا م م م ( اطبر ني) مهلوم لر بلة عم م م ل يلومفين م ل ام ب

Artinya: Barang siapa yang menjanjikan pemberian maskawin kepada

seorang wanita dan berniat untuk tidak menepatinya maka dia akan

berjumpa dengan allah Ta‟ala sebagai seorang pezina. Barang siapa

berhutang tetapi sudah berniat untuk tidak melunasi hutangnya maka

Page 62: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

dia akan menghadap Allah „Azza Wajalla sebagai seorang

pencuri.(HR. Athabrani).112

Apabila akad nikah berlangsung tidak disebutkan berapakah maskawin

yang akan diberikan, perkawinan itu tetap sah, tetapi maskawin itu tetap wajib

dibayar dan disebut mahar mitsil yaitu mahar yang harus diberikan kepada

perempuan atau dibayar secara pantas sesuai dengan kedudukan istri dan

kemampuan suami. Sepantasnya disini digunakan sebagai ukuran berapakah

biasanya mahar diberikan pada keluarga perempuan (si istri). Mahar itu boleh

dilaksanakan dan diberikan dengan kontan atau hutang, apakah mau dibayar

kontan sebagian atau hutang sebagian. Tentang hal ini disesuaikan dengan

keadaan dan adat masyarakat, atau kebiasaan yang berlaku dalam

masyarakat.113

Mahar yang dihutang, maka disunnahkan untuk tidak menggaulinya istrinya

samapi ia membayar mahar tersebut. Walaupun sebetulnya dari pihak perempuan juga

diwajibkan tidak menolak suaminya yang masih berhutang mahar tersebut untuk

mengumpulinya. Pembayaran hutang hendaknya dilunasi secepatnya, bahkan boleh

dengan cara mengangsur.114

Pelaksanaan membayar mahar bisa dilakukan sesuai

dengan kemampuan atau disesuaikan dengan keadaan dan adat masyarakat, atau

kebiasaan yang berlaku. Mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan

ditangguhkan atau hutang.115

Mahar merupakan hak-hak istri yang harus dipenuhi oleh

seorang suami, dan kewajiban tambahan yang Allah berikan kepada seorang suami

112

Muhammad Faiz Almath, op. cit., hlm.228. 113

Timahi Sohari Sahrani, op. cit., hlm.43. 114

Lukman Irfan, Nikah, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007), hlm.59. 115

Abdul Rahman Ghozali, op. cit., hlm.90.

Page 63: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

ketika menjadikannya dalam pernikahan dalam sebuah kedudukan. Mahar yang

diterima dari suami sebagai mahar yang diterima oleh istri.

Kompilasi Hukum Islam memberikan ketentuan tentang kebolehan

menghutang pembayaran mahar, sebagaimana tercantum pada (pasal 33 ayat: 1 dan

2), dan (pasal: 34 ayat 1 dan 2) yaitu: penyerahan mahar dilakukan dengan tunai.

Apabila calon mempelai wanita menyetujui, penyerahan mahar boleh di tangguhkan

baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian. Karenanya mahar yang belum di

tunaikan penyerahannya menjadi utang (calon) mempelai pria.

Mahar wajib dibayar oleh calon suami kepada calon istri pada saat ijab qobul,

namun apabila maharnya itu ditunda tetap dibolehkan asalkan jelas waktunya. Boleh

pula sebagian mahar dibayar dengan tunai dan sebagian yang lain dengan hutang,

sebaiknya suami memberikan sebagian mahar sebelum dukhul, apalagi memberikan

semuanya adalah tanda ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta

kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya.

Hukum mahar diwajibkan kepada laki-laki, bukan kepada perempuan.

Diwajibkan pada akad nikah yang benar, baik ia disebutkan saat akad atau tidak,

kewajibannya dibayar pada saat akad tidak bersifat tetap, maskawin itu bukan

termasuk salah satu rukun nikah dan penyebutannya bukan salah satu syarat sahnya.

Tetapi maskawin itu terbukti sebagai hutang sang suami meski hanya telah

terlaksananya akad yang benar maka dapat dikatakan bahwa maskawin adalah salah

satu hukum atau tindak lanjut akad nikah.

Pembayaran mahar boleh dilakukan dengan tunai sekaligus dan boleh

ditangguhkan (hutang) seluruhnya disamping dibenarkan pula membayar sebagian

dan penundaan sebagian yang lain. Dalam pada itu bagi suami yang kemudian

Page 64: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

menceraikan istrinya padahal dia belum pernah melakukan hubungan menggauli

dengan istrinya, ia hanya berkewajiban untuk membayar separuh saja dari jumlah

mahar yang ditentukan sebelum akad. Tetapi bagi suami yang pernah menggauli

istrinya kemudian cerai atau tidak cerai, ia tetap berkewajiban membayar semua

mahar yang ditentukan. Bagi suami yang meninggal dunia, demikian menurut

pendapat kebanyakan ahli hukum Islam, tetap wajib membayar seluruh mahar yang

telah ditentukan walaupun selama hidupnya ia belum pernah melakukan hubungan

menggauli (dukhul) dengan istrinya. Jadi menurut jumhur fuqaha, disamping itu istri

berhak mendapatkan mahar secara penuh dari suaminya yang meninngal dunia.

Adapun menurut sebagian ahli fiqih yang lain, diantaranya Imam Malik,

suami yang meninggal dunia tidak wajib dibayarkan seluruh mahar jika dia belum

pernah mencampuri istrinya. Dalam kondisi yang demikian, kata Imam Malik, si istri

hanya berhak menerima waris dan tidak dapat menutut maharnya.

Mahar hukumnya boleh dihutang, tetapi menyegerakan pembayaran mahar

merupakan salah satu perbuatan yang dianjurkan oleh syariat Islam. Bahkan menurut

sebagian ulama diantaranya Ibnu al-Munzir, seorang istri yang sama sekali belum

menerima pemberian mahar dari suaminya, dibenarkan (tidak berdosa) menolak

ajakan suaminya untuk menggauli (dukhul).116

Penangguhan mahar mesti diiringi dengan dua syarat:

Pertama, jangka waktunya diketahui jangka waktunya diketahui. Jika jangka

waktunya tidak diketahui seperti penangguhan sampai datang kematian atau

perpisahan, maka akadnya menjadi rusak, dan wajib untuk dibatalkan.

Kedua, jangan sampai jangka waktunya jauh sekali, seperti melebihi dari

waktu lima puluh tahun, karena hal ini membuat mahar hilang. Melakukan

116

Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), Jilid II,

hlm.674.

Page 65: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

persetubuhan dengan tujuan untuk membuat mahar hilang membuat rusak akad

perkawinan.117

Maskawin itu diwajibkan setelah adanya akad yang benar. Tapi,

pembayarannya tidak harus dilunasi dimuka. Seluruhnya maskawin atau sebagiannya

boleh diawalkan dan diakhirkan dalam waktu sebentar atau lama. Mahar boleh dicicil

pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Apabila

keduanya belum bersepakat maka perkara tersebut diberlakukan sesuai dengan adat

yang berlaku.

Apabila tidak ada kesepakatan, bahwa maskawin tersebut dibayar pada awal

atau akhir, maskawin tersebut harus dibayarkan pada waktu itu juga. Karena,

maskawin asalkan dibayarkan pada saat akad yang sempurna, selama tidak ada syarat

atau adat yang membuatnya diakhirkan. Disunnahkan membayarkan sebagian

maskawin pada awal akad nikah sebagaimana yang diriwayatkan, bahwa Nabi Saw.

Telah melarang Ali Bin Abi Thalib mencampuri anak perempuannya, sampai ia

memberi baju besi.

Apabila seluruh atau sebagian maskawin tersebut sepakat untuk dibayarkan

dimuka, sang istri berhak menolak resepsi pernikahan sampai calon suami

membayarkan dimuka. Ia juga berhak melarang suaminya untuk menggaulinya (secara

utuh atau sedikit) di rumah bapaknya. Penolakannya mengadakan resepsi pernikahan

dan digauli oleh suaminya ini bukan tergolong sikap durhaka terhadap suami, karena

itu sesuai dengan syariat Islam.

Menurut pendapat Abu Hanifah berpendapat bahwa sang perempuan boleh

menolak, karena ia hanya menggugurkan haknya dimasa lampau, yaitu ketika rela

berduaan atau menggauli sebelum menerima maskawin awal. Pengguguran haknya

117

Wahbah Az-Zuhaili, op. cit., hlm.255.

Page 66: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

pada masa lampau bukan berarti pengguguran haknya dimasa akan datang.

Kerelaannya untuk dicampuri atau berduaan sebagai umpama agar sang suami

bersedia segera membayar maskawin. Apabila harapannya pupus maka ia berhak

menolak dan inilah pendapat yang terkuat serta di gunakan pada persidangan.

Apabila kedua mempelai telah bersepakat untuk menunda pembayaran

maskawin sampai waktu tertentu dan sang suami mensyaratkan istrinya untuk dapat

bercampur sebelum tiba waktu tersebut maka sang istri tidak berhak menolak. Adapun

bila sang suami tidak mensyaratkan berkumpul sebelum tiba waktunya.118

Mahar boleh saja dibayarkan tunai atau sebagian tunai dan sebagian dibayar

kelak. Tentang hal ini diserahkan bagaimana kebiasaan didalam masyarakat. Akan

tetapi apabila telah terjadi hubungan seksual antara suami dan istri, atau suami

meninggal dan belum terjadi hubungan seksual, mahar wajib dibayar seluruhnya.

Tetapi Imam Malik berpendapat apabila suami meninggal sebelum terjadi hubungan

seksual, suami tidak wajib membayarkan maskawin.119

Islam pada dasarnya mahar itu diserahkan pada waktu aqad, ada pun mahar

yang dibayar secara ditangguhkan dan dibayar dengan hutang penjelasannya sebagai

berikut:

Dalam penundaan pembayaran mahar (dihutang) bahwa mahar itu tidak

boleh diberikan dengan cara dihutang keseluruhan. Mahar boleh ditunda

pembayarannya, tetapi menganjurkan agar membayar sebagian mahar dimuka

manakala akan menggauli istri. Dan diantara fuqaha yang membolehkan penundaan

118

Abdul Majid Mahmud Mathlub, op. cit., hlm.223-225. 119

Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT Verisia Yogya Grafika, 1995), Jil.II,

hlm.87.

Page 67: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

mahar (diangsur) ada yang membolehkan hanya untuk tenggang waktu terbatas yang

telah di tetapkan. Demikian pendapat menurut Imam Malik.120

Mahar yang di hutang atau ditangguhkan diperbolehkan jika mempelai

perempuan ridho dan mendapatkan izin dari mempelai perempuan. Apabila mahar

ditangguhkan sisa mahar yang belum dilunasi penyerahannya menjadi hutang calon

mempelai laki-laki. Mahar yang dihutang atau dibayar sebagian ketika akad sah-sah

saja, hanya lebih baik memberi mahar pada saat akad manakala sebelum sebelum

menggauli istri. Hal ini di dasarkan pada dalil berikut ini:

Artiny: Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al- Mumtahanah : 10).121

120

Timahi Sohari Sahrani, op. cit., hlm.44. 121

Departemen RI, op. cit., hlm.496-497.

Page 68: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Mahar didalam Islam dianggap sebagai ketulusan hati calon suami untuk

menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya. Mahar juga

merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap kedudukan

perempuan, yaitu memberikan hak untuk memiliki sesuatu mahar wajib diberikan

kepada istri. Mahar juga merupakan pemberian yang diharuskan kepada sang suami

demi kemuliaan akad serta membuktikan keseriusan kepada mempelai perempuan.

B. Analisis Penyelesaian Jika Suami Tidak Melunasi Mahar Hutang (Ta’jil) Menurut

Hukum Islam

Calon mempelai pria memang wajib membayar mahar kepada calon

mempelai wanita dengan jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua

belah pihak sebagaimana telah disebut dalam Pasal 30 KHI. Hal ini sesuai

dengan perintah Al-Quran (surat Al-Nisa‟ [4]: 4): “Berikanlah mas kawin

(mahar) kepada wanita-wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang

penuh kerelaan.” Berbagai persoalan Umat antara lain bahwa, “suami

berkewajiban menyerahkan mahar atau mas kawin kepada calon istrinya.

Maskawin adalah lambang kesiapan dan kesediaan suami untuk memberi

nafkah lahir kepada istri dan anak-anaknya, dan selama maskawin itu bersifat

lambang, maka sedikit pun jadilah.”

Penentuan mahar ini didasarkan pada asas kesederhanaan dan

kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam (Pasal 31 KHI). Jadi, terkait

pemberian mahar tidak dapat dipaksakan jenis maupun nilainya oleh salah satu

pihak saja.

Mahar atau pemberian ini diberikan langsung kepada calon mempelai

wanita dan sejak itu menjadi hak pribadi dari mempelai wanita (Pasal 32

Page 69: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

KHI). Dalam pelaksanaan penyerahan mahar, mahar diserahkan oleh

mempelai pria kepada mempelai wanita secara tunai. Namun, apabila calon

mempelai wanita menyetujui, penyerahan mahar boleh ditangguhkan baik

untuk seluruhnya atau untuk sebagian. Mahar yang belum ditunaikan

penyerahannya menjadi hutang calon mempelai pria. (Pasal 33 KHI).

Kewajiban menyerahkan mahar dari mempelai pria ke mempelai wanita

ini bukanlah merupakan rukun dalam perkawinan Islam. Rukun perkawinan

Islam adalah 5 (lima) hal berikut ini (Pasal 14 KHI):

a. Calon suami

b. Calon Istri

c. Wali Nikah

d. Dua orang saksi dan

e. Ijab dan Kabul.

Menurut hukum Islam, kelima syarat atau rukun tersebut di atas harus

dipenuhi agar perkawinan sah. Karena mahar bukan rukun atau syarat sahnya

perkawinan Islam maka seperti yang disebutkan dalam Pasal 34 ayat (2) KHI,

Kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada waktu akad nikah, tidak

menyebabkan batalnya perkawinan. Begitu pula halnya dalam keadaan mahar

masih terutang, tidak mengurangi sahnya perkawinan. Pada prinsipnya,

ketiadaan mahar atau kekurangan mahar tidaklah membatalkan suatu

perkawinan.

Selanjutnya, terkait dengan penentuan jenis dan nilai mahar mungkin

saja dapat terjadi perselisihan. Apabila terjadi selisih pendapat mengenai jenis

Page 70: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

dan nilai mahar yang ditetapkan, penyelesaiannya diajukan ke Pengadilan

Agama (Pasal 37 KHI).

Dalam hal suami tidak dapat membayar/melunasi maharnya, ditentukan

dalam Pasal 38 KHI:

(1) Apabila mahar yang diserahkan mengandung cacat atau kurang

tetapicalon mempelai wanita tetap bersedia menerimanya tanpa

syarat,penyerahan mahar dianggap lunas.

(2) Apabila istri menolak untuk menerima mahar karena cacat, suami

harus menggantinya dengan mahar lain yang tidak cacat. Selama

penggantinya belum diserahkan, mahar dianggap masih belum dibayar.

Jika karena mahar tidak dilunasi kemudian istri ingin menggugat cerai

suaminya, kita perlu melihat kembali pada alasan-alasan untuk dapat

dilakukannya perceraian (Pasal 116 KHI):

a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal

lain di luar kemampuannya.

c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan pihak yang lain.

Page 71: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

e. salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

f. antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga.

g. suami melanggar taklik-talak.

h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Tanpa adanya alasan yang cukup yakni memenuhi alasan perceraian

tersebut di atas, pasangan suami istri tidak dapat bercerai, terutama jika alasan

perceraian hanya karena mahar tidak dipenuhi. Mengenai penyelesaian

perselisihan mahar ini, pasangan suami istri dapat mengadukannya ke

Pengadilan Agama setempat (Pasal 37 KHI).

.

Page 72: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

BAB V

PENUTUP

A. kesimpulan

Berdasarkan pembahasan demikian seluruh rangkaian pembahasan

tentang mahar hutang (ta‟jil) menurut hukum Islam telah selesai, maka

penulis mengambil suatu kesimpulan:

1. Mahar hutang (ta‟jil) menurut hukum Islam adalah boleh dihutang atau

ditangguhkan jika mempelai perempuan ridho atau mendapatkan izin dari

mempelai istri. Mahar ditangguhkan sisa yang belum dilunasi

penyerahannya menjadi hutang calon mempelai laki-laki. Mahar yang

dihutang atau dibayar sebagian ketika akad sah-sah saja, hanya lebih baik

memberi mahar pada saat akad manakala sebelum sebelum menggauli

istri. Jangka waktunya pembayaran mahar diketahui dan masa tenggang

waktu terbatas dan jelas.

2. Penyelesaian jika suami tidak melunasi mahar hutang (ta‟jil) menurut

hukum Islam, jika istri ridho maka hutang mahar terhadap istri dianggap

lunas namun jika istri tidak ridho, mahar dianggap masih terhutang

sampai kapanpun dan menurut hukum Islam wajib dibayar sebagaimana

hutang kepada orang lain, kalau tidak dibayar akan diminta pertanggung

jawaban dihari kemudian. Sesuai dengan pasal 38 KHI “(1) Apabila

mahar yang diserahkan mengandung cacat atau kurang tetapicalon

mempelai wanita tetap bersedia menerimanya tanpa syarat, penyerahan

mahar dianggap lunas. (2) Apabila istri menolak untuk menerima mahar

Page 73: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

karena cacat, suami harus menggantinya dengan mahar lain yang tidak

cacat. Selama penggantinya belum diserahkan, mahar dianggap masih

belum dibayar.”

B. Saran-Saran

Setelah penulis melakukan analisis maka penulis mengajukan saran-

saran untuk menjadi bahan pertimbangan kepada calon pasangan suami isteri

yaitu sebagai berikut :

a. Pada calon pasangan suami isteri yang akan menikah, hendaknya

melakukan musyawarah untuk mencari kesepakatan antara kedua belah

pihak berkaitan dengan masalah mahar (maskawin), apakah mahar itu

akan diberikan secara tunai atau hutang. Karena kesepakatan itu lebih

utama untuk menghindari kemadharatan dan mencari kemaslahatan. Hal

ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yag tidak diinginkan ketika

sudah menjalani kehidupan bersama dalam berumah tangga nantinya.

b. Kepada calon isteri hendaknya jangan mempersulit mahar Karena, wanita

yang paling mulia dan diberkahi Allah adalah wanita yang paling sedikit

maharnya. Kemudahan mahar akan membawa berkah bagi sang istri dan

dapat menimbulkan rasa cinta kasih dari suaminya. Lebih baik

menentukan mahar yang ringan, tetapi terlunaskan dari pada besar tapi

memberatkan dan tak sanggup melunasinya.

c. Pada calon pasangan suami isteri yang akan menikah perlu memahami

bahwa mahar merupakan pemberian wajib dari calon suami kepada calon

Page 74: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

istrinya sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta

kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya.

C. Penutup

Syukur Alhamdulillah, berkah rahmat dan karunia dari Allah SWT.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, meskipun dengan segala keterbatasan

dan kekurangan. Penulis telah berusaha secara optimal dalam penulisan skripsi

ini, namun penulis yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini selalu penulis harapkan.

Tak lupa penulis mohon maaf, apabila terdapat kekhilafan dalam

penulisan dan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

terselesaikannya penulisan ini. Semoga segala amal kita senantiasa

mendapatkan pahala dan kesalahan kita mendapat ampunan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat menambah ilmu

pengetahuan dan bermanfaat bagi penulis pada khususnya serta para pembaca

pada umumnya.

Penulis berdo‟a kepada Allah Subhaanahu Wata‟ala semoga karya tulis

ini dapat menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi penulis

khususnya serta para pembaca pada umumnya. Amin……….

Wallahu a‟lam bish shawab.

Page 75: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 2007. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: CV

Akademika Pressindo. Cet 5.

Ad-Duwaisi Yahya Biun Amin, 2010, Fatwa-Fatwa Ulama Kontemporer Seputar

Pernikahan Hubungan Pasutri Dan Perceraian, Yogyakarta: At Tuqa.

Al Kurdi Al Hajji Ahmad, 1995, Hukum-Hukum Wanita Dalam Fiqih Islam,

Semarang: Dina Utama.

Al-Azizi Syukur Abdul, 2015, Buku Lengkap Fiqih Wanita, Yogyakarta: Diva

Press, Cet.I.

Al-Baihaqi Ali Ibn Ahmad, Sunan Al-Kubro, Beirut: Dar al-Fikr, Juz III.

Al-Fauzan Saleh, 2005, Fiqih Sehari-Hari, Jakarta: Gema Insani Perss, Cet.1.

Al-Ghozali Hamid Abu Imam, 2005, Menikah dengan Bidadari Tips Membentuk

Keluarga Bahagia Tips Membentuk Keluarga Bahagia, Jakarta: Arina

Publishing, Cet.I.

Alhafidz W.Ahsin, 2013, Kamus Fiqih, Jakarta: Amzah.

Alhafidz W.Ahsin, 2013. Kamus Fiqih. Jakarta: Amzah.

Al-Husaini Abu Bakar Taqiyuddin Al-Imam, Terjemahan Kifayatul Akhyar,

Surabaya:PT Bina Ilmu Offset), Juz II.

Al-Jamal Muhammad Ibrahim Syekh, 2003, 146 Wasiat Nabi Untuk Wanita,

Jakarta: Gema Insani Press, Cet.I.

Almath Faiz Muhammad, 1991, 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad,

Jakarta: Gema Insani Press, Cet.I.

Ash-Shubaihi Abdirrahman Sayyid Bin Abu Abdirrahman, 2012, Bingkisan tuk

Kedua Mempelai, Sukoharjo: Maktabah Al-Ghuroba.

As-Subki Yusuf Ali, 2010, Fiqih Keluarga, Jakarta: Sinar Grafika Offse, Cet.I.

As-Suyuti Jalaluddin Imam, al-Mahali Jalaluddin Imam, 1990, Tafsir Jalalain

Terj. Mahyuddin Syaf, Bandung: Sinar Baru.

Page 76: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Asy-Syafi‟i Imtihan, 2009, Tafsir Ayat-Ayat Wanita Penjelasan Hukum-Hukum

Kewanitaan Dalam Al-Qu‟an, Solo: Aqwam Media Profetika.

Athiyyah As-Sayyid Muhammad, 2010, Kesalahan Kesalahan Pengantin, Solo:

Aqwan.

Azzam Muhamma Aziz Abdul, 2009. Fiqih Munakahat Khitbah nikah dan Talak.

Jakarta: Sinar Grafika Ofset.

Az-Zuhaili Wahab, 2011. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani.

Bahreisj Husein, 1992, Himpunan Fatwa, Surabaya: Al-Ikhlas.

Basyir Ahmad Azar, 1986. Hukum perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Pres.

Daly Peunoh, 1988, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta : Bulan Bintang.

Depag RI, 1991. Al Qur‟an Dan Terjemah. Semarang: CV Wicaksono.

Depag RI, 2013, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta:PT Insan Media Pustaka,

Cet.I.

Departement Pendididkan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Bali Pustaka. ed 2.

Departement Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.ed 3.

Djazuli, 2011. Kaidah-Kaidah Fikih, Ed.I, Jakarta: Kencana, Cet.III.

Effendi Syamsuri, 1984, Kamus Baru Bahasa Indonesi, Surabaya: Usaha

Nasional, Cet II.

Faridl Miftah, 1999, 150 Masalah Nikah dan Keluarga, Jakarta: Gema Insani

Press, Cet.1, hlm.99.

Ghozali Rahman Abdul, 2010, Fiqih Munakahat, Jakarta: Kencana.

Ghozaly Rahman Abd, 2003. Fiqih Munakahat, Bogor: Kencana.

Hadi Sutrisno, 1980. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offeset. Jilid I.

Hamid Abdul Muhammad, 2004, Karena Kemulyaanmu Bidadaripun Iri

Padamu,Yogyakarta: Diva Press.

Page 77: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Hamid Zahry, 1978. Pokok-Pokok Perkawinan Islam dan Perkawinan di

Indonesia. Yogyakarta: Bina Cipta.

Hamidy Mu‟ammal, 2001, Terjemahan Nailul Authar Himpunan Hadis-Hadis

Hukum, Jil.5, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, Cet.I.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, 1999, Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, Juz IV.

Hermawan Didik, 2004, Pinanglah Daku Duhai Cintaku, Solo: Smart Media.

Irfan Lukman, 2007, Nikah, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani

Kakhiya Isma‟il Thoriq, 2005, Menata Kalbu Membina Keluarga Bahagia,

Bandung: Alif Media.

Karman Supiana, 2001, Materi Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, Cet.I.

Lusiana Elvi, 2011, 100+ Kesalahan dalam Rumah Tangga, Jakarta: Qultum

Media, Cet.1.

Mahfud Rois, 2011, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, Jogjakarta: Erlangga.

Mardani, 2011, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Islam Modern, Yogyakarta:

Graha Ilmu, Cet.1.

Mathlub Mahmud Majid Abdul, 2005, Panduan Hukum Islam Keluarga Sakinah,

Surakarta: Era Intermedia, Cet.I.

Muhammad Bakar Abu, 1995, Terjemah Subulussalam III, Surabaya: Al-Ikhlas,

Cet.I.

Muhammad Husein, 2010, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama

Dan Gender, Yogyakarta: PT Lkis, Cet.I.

Muhammad Kadir Abdul, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Nasution Harun, 2002, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, Jilid II.

Pangarsa Tata Humaidi, 2003, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Hukum

Islam, Jakarta: Kamal Mulia.

Qardhawi Yusuf, 1995, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Perss, ,

Jil II, Cet.I.

Page 78: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Ramulyo Idris, 2004, Hukum perkawinan Islam Suatu Analisis Dari Undang

Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: PT

Bumi Aksara, Cet.V.

Rasjid Sulaiman, 2009, Fiqih Islam Hukum Fiqih Lengkap, Bandung: Sinar Baru

Algensindo, Cet.43.

Rofiq Ahmad, 2007, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, Cet.II.

Rusyid Ibnu, 2007, Bidayatul Mujtahid Analisis Fiqih Para Mujtahid, Jakarta:

Pustaka Amani, Jil II.

Sabiq Sayyid, 1996, Fikih Sunnah Terj Moh Thalib, Jilid 7, Bandung: Al-Ma‟arif.

SaebaniAhmad Beni, 2013, Fiqih Munakahat 1, Bandung: CV Pustaka Setia,

Cet.VII.

Sahrani Sohari Timahi, 2010, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta: Rajawali Pers.

Saleh Hassan, 2008, Kajian Fiqih Nabawi & Fiqih Kontemporer, Jakarta:

Rajawali Pers, Ed.1.

San‟ani As Ismail Ibnu Muhammad, Sabul Assalam, Beirut: Dar al-Fikr, Juz III.

Schacht Joseph, 2010, Pengantar Hukum Islam, Bandung: Nuansa, Cet.I,

hlm.233.

Sudarsonono, 1994. Kamus Agama Islam, Jakarta: PT. Rieneka Cipta.

Summa Amin Muhammad, 2005, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta:

PT Raja Grafindo persada, Ed.II.

Suriasumantri S Jujun, 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Syarifuddin Amir, 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana.

Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, 2006, Jakarta: Prenada

Media Group, Ed I, Cet I.

Taimiyah Ibnu, Majmu Fatwa Tentang Nikah, Terj. Abu Fahmi Huaidi dan

Syamsuri An-Naba, Surabaya: Islam Rahmatan Putra Azam.

Page 79: MENURUT HUKUM ISLAM - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/186/1/ANALISIS MAHAR HUTANG TA... · Seseorang yang ada Dihati telah membuatku lebih bijak dalam memaknai arti hidup

Takariawan Cahyadi, 2008, Di Jalan Dakwah Aku Menikah, Solo: PT Era

Adicitra Intermedia.

Tihami, 2010. Kajian Fiqih Munakahat Fiqih Nikah Lengkap. Jakarta: Rajawali

Pers.

Yusuf M. Kadar Yusuf, 2011, Tafsir Ayat Ahkam Tafsir Tematik Ayat-Ayat

Hukum, Jakarta: Amzah, Cet.1.

Zainudin Masyhuri, 2009. Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Cet.2.

Zakiah Daradjat, 1995, Ilmu Fiqih, Yogyakarta: PT Verisia Yogya Grafika, Jil.II.