Meninjau Kembali Hubungan Manusia Dengan Kearifan Alam
-
Upload
lia-qurrotul-aini -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Meninjau Kembali Hubungan Manusia Dengan Kearifan Alam
![Page 1: Meninjau Kembali Hubungan Manusia Dengan Kearifan Alam](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082519/5695d1e81a28ab9b029860d9/html5/thumbnails/1.jpg)
Meninjau Kembali Hubungan Manusia dengan Kearifan Alam
Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir ini telah mengalami berbagai macam bencana.
Dalam rentang waktu sejak Desember 2004 hingga 2014, bencana alam secara bergantian
menghampiri negeri tercinta ini. Dimulai dari gempa bumi Nabire, tsunami dahsyat di Aceh dan
Nias, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi Jogjakarta, tsunami Pangandaran dan
Cilacap, gempa yang menimpa Sumatera Barat, Bengkulu, dan Jambi. Bahkan yang saat ini
sedang dalam proses pemulihan adalah gunung Kelud yang februari lalu mengalami erupsi pada
puncaknya. Kemudian tak ketinggalan gunung Sinabung yang erupsinya diperkirakan masih
akan berlangsung selama setahun, banjir-banjir di ibukot Negara yang sempat melumpuhkan
sebagian besar wilayah Pantura Jawa, dan banjir Manado yang hamper melumpuhkan total
kotanya.
Pada dasarnya dalam konteks teologis, segala apapun yang disebut sebagai bencana atau
musibah merupakan kehendak dati Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun jika dilihat dengan
sungguh bencana atau musibah tidak terlepas dari perliaku manusia yang dapat memicu
terjadinya bencana. Bahkan perlikau manusia ini bisa memberikan kontribusi terhadap intensitas
kerugian dan penderitaan yang diakibatkan oleh suatu bencana.
Seperti yang kita tahu bahwa alam menyediakan sumber dayanya bagi kelangsungan
hidup manusia. Dalam prosesnya, hilang atau berkurangnya ketersediaan sumber daya alam
tersebut akan berdampak pada keseimbangan yang terjalin antara alam dengan manusia.
Sehingga yang menjadi persoalan mendasar dalam masalah ini adalah bagaimana kita sebagai
manusia yang mempunyai hubungan langsung dengan alam yang memberikan kearifannya
dengan menyediakan segala kebutuhan manusia, dapat mengelola sumber daya alam agar dapat
menghasilkan manfaat yang sebesar besarnya bagi manusia tanpa mengorbankan kelestarian
sumber daya alam itu sendiri.
Alam sebagai lingkungan hidup entah untuk manusia atau makhluk hidup lainnya
merupakan objek yang menjadi pegangan manusia dalam menggantungkan pemenuhan
![Page 2: Meninjau Kembali Hubungan Manusia Dengan Kearifan Alam](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082519/5695d1e81a28ab9b029860d9/html5/thumbnails/2.jpg)
kebutuhannya. Dalam sejarah Indonesia nenek moyang kita punya kearifan terhadap alam dalam
semua segi kehidupan, sehingga kedekatan nenek moyang kita dengan alam sangatlah dalam.
Dari sejak anak manusia dalam kandungan hingga matinya faktor alam sangat mempengaruhi
tata laku maupun tata nilai yang luhur walaupun masih dibumbui dengan berbagai unsur magis.
Namun jika di lihat saat ini disaat zaman dan perkembangan semakin maju dengan
menyediakan hal-hal yang berbau instan dan serba lengkap juga canggih, kerusakan alam juga
semakin tinggi. Dalam sebuah artikel yang saya baca, diibaratkan hubungan manusia dengan
alam saat ini seakan dua kubu yang siap berperang dan saling menghancurkan. Manusia penuh
dengan kesombongan yang tidak akan membuat sejahtera melainkan akan membuat manusia
berhadapan dengan perilakunya sendiri seperti sebuah cermin yang memantulkan apa adanya, air
akan tampak selayaknya air, api akan tampak selayaknya api, begitu juga dengan angin yang
akan tampak selayaknya angin berhembus, tidak ada kebohongan di dalamnya. Kebohongan dan
kelalaian dalam hal ini justru berasal dari ego, ketidak pedulian, dan keserakahan ummat
manusia sendiri. Padahal manusia sebagai halifah di atas bumi sudah selayaknya mengelola alam
dengan suatu kearifan layaknya alam memberikan kearifannya.
Saat ini sedikit demi sedikit lingkungan mulai diubah sebagai hasil keinginan atau
kebutuhan manusia dengan dalih sebagai pembangunan. Bahkan sekarang pemenuhan
kebutuhan manusia yang semakin terdesak adanya sudah merambah pada pemanfaatan
(eksploitasi) terhadap lingkungannya secara membabi buta. Keserasian dan keseimbangan mulai
ditinggalkan seiring keegoisan manusia yang dibarengi kebutuhan yang semakin menjadi-jadi.
Manusia sudah tidak peduli atau bahkan telah lupa bahwa lingkungan yang dimanfaatkan belum
tentu akan selamanya menyediakan kebutuhan bagi manusia secara konstan, sehingga saat ini
cukup banyak masyarakat yang menderita karena rusaknya lingkungan hidup yang diakibatkan
oleh ulah manusia sendiri. Cukup banyak bencana yang terjadi sebagai hasil dari disharmonisasi
antara alam dan manusia yang tidak memperhatikan etika lingkungan.
Seharusnya masyarakat sebagai wujud dari adanya manusia dapat bijak dalam
mengadakan hubungan dan pergaulan terhadap alam lingkungannya. Kebijaksana tersebut
diharapkan dapat membuat alam menjadi seimbang dan harmonis dimana pengelolaan sumber
![Page 3: Meninjau Kembali Hubungan Manusia Dengan Kearifan Alam](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082519/5695d1e81a28ab9b029860d9/html5/thumbnails/3.jpg)
daya alam seharusnya berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan hidup. Sesuai dengan
peraturan bahwa pemanfaaatn sumber daya alam seharusnya disertai dengan pemeliharaan dan
pelestarian, karena alam mempunyai sifat yang beraneka ragam namun serasi dan seimbang.
Oleh karena itu, perlindungan dan pengawaetan alam harus terus dilakukan untuk
mempertahankan keserasian dan keseimbangannya. Agar pemanfaatan dapat berkesinambungan,
maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan.
Sebagai gambaran terkait hal tersebut pada tingkat global. Laporan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) meyakinkan bahwa sikap bersahabat terhadap lingkungan, salah satunya melalui
upaya mengurangi emisi berdampak positif bagi ekonomi sejumlah negara.Itu diukur dari
peningkatan Domestik Regional Bruto. Hal sama juga diperkuat Ekomon Inggris Sir Nicholas
Stern yang menyatakan jika dunia memerbaiki kerusakan lingkungan sekarang, biaya yang
dibutuhkan hanya 1% dari produk domestik bruto global. Namun, jika ditunda, dunia harus
membayar 20% dari PDB global. Sehingga dapa disimpulkan kesadaran akan kepedulian
terhadap lingkungan tidak hanya dapat mengembalikan keharmonisan dan keserasian alam dan
manusia namun bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi manusia itu sendiri.
“Pendidikan Kimia ‘13 off C”