MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI...

17
MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA Ditulis oleh I Nyoman Gede Remaja Jumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18 Abstrak: Kasus Bank Century dan kasus-kasus lainnya yang belakangan ini terjadi di Indonesia memberikan gambaran yang begitu nyata terhadap proses penegakan hukum di Negara kita. Ada yang dianggap ganjil dalam penegakan hukum kita, akibat dari bercampurbaurnya antara kekuasaan politik, birokrasi dan hukum itu sendiri. Dalam suatu Negara yang menganut Konsep Negara Hukum hal tersebut merupakan bahan renungan dan kajian bagi kita bersama. Dalam konsep Negara hukum, selalu menjunjung tinggi adanya sistem hukum yang menjamin kepastian hukum dan perlindungan terhadap hak-hak rakyat. Perilaku aparat penegak hukum dan juga aparat birokrasi kita harus selalu didasarkan kepada aturan perundang-undangan yang ada dan dapat dipertanggungjawabkan baik kepada Tuhan, masyarakat dan juga kepada hukum itu sendiri. Keberhasilan suatu peraturan perundang-undangan bergantung kepada penerapan dan penegakannya. Apabila penegakan hukum tidak berjalan dengan baik, peraturan perundang-undangan yang bagaimanapun sempurnanya tidak atau kurang memberikan arti sesuai dengan tujuannya, karena itu penegakan hukum harus dilakukan secara elegan. Kata Kunci: Negara Hukum dan Penegakan hukum yang elegan. 1 / 17

Transcript of MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI...

Page 1: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

Abstrak:

Kasus Bank Century dan kasus-kasus lainnya yang belakangan ini terjadi di Indonesiamemberikan gambaran yang begitu nyata terhadap proses penegakan hukum di Negara kita.Ada yang dianggap ganjil dalam penegakan hukum kita, akibat dari bercampurbaurnya antarakekuasaan politik, birokrasi dan hukum itu sendiri. Dalam suatu Negara yang menganut KonsepNegara Hukum hal tersebut merupakan bahan renungan dan kajian bagi kita bersama.

Dalam konsep Negara hukum, selalu menjunjung tinggi adanya sistem hukum yang menjaminkepastian hukum dan perlindungan terhadap hak-hak rakyat. Perilaku aparat penegak hukumdan juga aparat birokrasi kita harus selalu didasarkan kepada aturan perundang-undanganyang ada dan dapat dipertanggungjawabkan baik kepada Tuhan, masyarakat dan juga kepadahukum itu sendiri.

Keberhasilan suatu peraturan perundang-undangan bergantung kepada penerapan danpenegakannya. Apabila penegakan hukum tidak berjalan dengan baik, peraturanperundang-undangan yang bagaimanapun sempurnanya tidak atau kurang memberikan artisesuai dengan tujuannya, karena itu penegakan hukum harus dilakukan secara elegan.

Kata Kunci: Negara Hukum dan Penegakan hukum yang elegan.

1 / 17

Page 2: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

I. PENDAHULUAN

Penegakan Hukum di Indonesia saat ini sedang menghadapi dilema yang sangat besar, banyakrintangan dan hambatan yang dihadapi, tatkala Presiden SBY menggunakan jargon PenegakanHukum sebagai salah satu barometer utama dalam menentukan keberhasilan PemerintahanKabinet Bersatu Jilid 2. Beberapa kasus yang ada, dapat kita gunakan sebagai salah satuukuran bahwa Penegakan Hukum yang dilakukan belumlah menunjukkan kearah yang lebihbaik dari pemerintahan sebelumnya, bahkan justru menunjukkan kelemahan dalam prosespenegakan hukum itu sendiri. Hal ini, tentu tidak serta-merta menunjukkan bahwa hukum dinegara kita lemah atau yang lebih ekstrim lagi banyak kalangan yang mengatakan “hukum bisadibeli” . Pernyataan seperti itu tentu menjadi renungan dan bahan diskusi bagi kita, terutamapara akademisi hukum dan pemerhati hukum, apakah dari kenyataan penanganan-penanganankasus yang terjadi selama ini hanyalah hukum yang mesti harus dipersalahkan.

Sebagai contoh penanganan kasus Skandal Bank Century, kenapa penulis memakai istilah“penanganan” bukan “penegakan hukum” , karena dilatarbelakangi oleh fakta bahwapenyelesaian Skandal Bank Century tidak hanya memakai pendekatan hukum (penegakanhukum) tetapi juga menggunakan pendekatan politik dan pendekatan birokrasi. Hal ini dapatdipahami karena Skandal Bank Century merupakan kejahatan yang bersifat ordonary crimeatau kejahatan yang luar biasa sehingga penyelesaiannya membutuhkan semua pendekatanyang bisa digunakan.

Mereka yang memiliki kewenangan politik dapat menggunakan kewenangannya untuk ikutterjun menyelesaikan Skandal Kasus Century, begitu juga mereka yang berada dalambirokrasi-birokrasi terkait dapat juga menggunakan kewenangannya dan tidak kalah pentingadalah aparat penegak hukum. Kita dapat melihat bahwa terbentuknya Pansus Century adalahwujud nyata yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam kerangkamenunjukkan komitmennya untuk ikut menyelesaikan Skandal Kasus Century. Hal tersebut,telah digariskan dalam Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen Pasal 20A ayat (1) dan(2), yang menyatakan bahwa:

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain

2 / 17

Page 3: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

Undang-undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angketdan hak menyatakan pendapat.

Pembentukan Pansus Century didasarkan pada kewenangan pengawasan yang dimiliki DPRdengan menggunakan hak angketnya, sebagaimana dituangkan dalam Pasal 20A di atas. Hakangket adalah “Hak Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan penyelidikan terhadappelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan halpenting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan” (Pasal 77 ayat(3) Undang-undang Nomor 27 tahun 2009). Dari perspektif ketatanegaraan kita tentupelaksanaan kewenangan ini berada dalam ranah wilayah politik, yang artinya penyelesaiankasus Skandal Bank Century dengan memakai pendekatan politik. Namun yang patut menjadipertanyaan kita bersama adalah apakah proses penyelidikan yang dilakukan oleh PansusCentury ini mesti harus diketahui publik (disiarkan secara live) ?. Mesti harus dibedakan antarakepentingan politik dengan kewenangan politik. Mudah-mudahan proses penyelidikan yangdisiarkan secara live tersebuttidak ditujukan untuk kepentingan politik semata tetapi lebih menekankan kepada transparansipublik.

Namun apapun alasannya, hal ini menarik untuk kita cermati bersama karena merupakanterobosan baru dalam kasanah perpolitikan kita yang berbeda dengan pansus-pansussebelumnya. Dari kaca mata hukum kita mempunyai asas praduga tidak bersalah, yangdiartikan sebelum diputuskan bersalah oleh pengadilan yang berwenang dengan kekuatanhukum tetap, maka seseorang tersebut harus tetap dianggap tidak bersalah. Perlu juga kitapahami bahwa tidak semua orang mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang sama untukmenganalisis secara benar dan tepat kasus sebesar Skandal Bank Century. Yang dikwatirkandari penyiaran secara live tersebut adalah munculnya “terpidana-terpidana publik”, artinyapublik sudah terlanjur menganggap dan memvonis seseorang bersalah dalam Skandal BankCentury padahal proses hukum terhadap orang bersangkutan belum dilaksanakan. Hal ini tentujuga merusak tatanan hukum kita, dimana dalam penegakan hukum kita wajib berpeganganpada asas praduga tidak bersalah dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).Pendapat ini tidak berarti penulis membela orang-orang yang dianggap terlibat dalam SkandalBank Century , penulis juga sepakat bahwa kejahatan apapun bentuknya harus diberantas danpelakunya harus ditindak dan diberikan hukuman, namun mesti dilakukan denganmekanisme-mekanisme hukum yang sudah ditentukan.

Penulis sepakat masing-masing pihak berperan serta dalam penanganan kasus yang bersifat ordinary crime seperti ini tetapi harus tetap berada dan berdasarkan kepada kewenangan yang dimiliki. Tidakmencoba untuk mencampuri apalagi melakukan penekanan-penekanan, yang notabene

3 / 17

Page 4: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

menjadi kewenangan instansi atau ranah wilayah yang lain. Hal inilah yang mesti kita pahamibersama, karena dalam penegakan hukum memang tidak bisa terlepas dari faktor-faktor diluarhukum, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.

II. KONSEP NEGARA HUKUM

Secara jelas tersirat dalam UUD 1945 hasil amandemen Pasal 1 ayat (3), yang menyatakanbahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dalam konsep Negara hukum selalumenjunjung tinggi adanya sistem hukum yang menjamin kepastian hukum dan perlindunganterhadap hak-hak rakyat. Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman (dalam SatjiptoRahardjo, 1978: 12) dikelompokkan kedalam 3 hal, yaitu:

1. Substansi Hukum; yang menyangkut isi daripada hukum, terdiri dari aturan-aturan,norma-norma hukum dan lain sebagainya

2. Struktur Hukum; yang menyangkut tentang kelembagaan dari pada hukum

3. Budaya Hukum; menyangkut tentang nilai-nilai dan sikap-sikap baik aparat penegak hukummaupun masyarakat itu sendiri.

Dalam suatu Negara Hukum ketiga Sistem Hukum ini mesti berjalan secara seimbang danselaras. Aturan hukumnya harus baik, kelembagaan juga baik dan yang tidak kalah pentingnyaadalah budaya hukumnya. Kasus Bank Century, penggelapan pajak yang terjadi belakangan inicenderung menunjukkan bahwa budaya hukum kita kurang menunjukkan dukungan terhadapberjalannya sistem hukum dengan baik. Budaya hukum yang dimaksud menyangkut tentangnilai dan sikap dari oknum aparat penegak hukum dan oknum aparat birokrasi kita yangcenderung berperilaku korup, tidak terpuji dan melanggar hukum. Hal ini terkait denganmentalitas dan moralitas daripada oknum aparat penegak hukum dan oknum aparat birokrasikita.

Dalam Negara Hukum perilaku aparat penegak hukum dan juga aparat birokrasi kita harusselalu didasarkan kepada aturan perundang-undangan yang ada dan dapat

4 / 17

Page 5: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

dipertanggungjawabkan baik kepada Tuhan, masyarakat dan juga kepada hukum itu sendiri.Menurut Sri Soemantri (dalam Mien Rukmini, 2003: 37) bahwa Negara Hukum mengandungempat unsur penting, yaitu:

1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atashukum/peraturan perundang-undangan.

2. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).

3. Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara

4. Adanya pengawasan (dari badan-badan peradilan).

Unsur yang pertama harus dapat dijadikan sebagai landasan berpijak bagi semua aparat baikaparat penegak hukum maupun aparat birokrasi, sehingga perilaku-perilaku yang bersifat korupdan melanggar hukum dapat dihindarkan. Dalam suatu buku yang lain, Lawrence M Friedmandan Stewart Macaulay (tt: 754) juga menyatakan bahwa sebuah masyarakat yang kompleksharus menggunakan peraturan atau hukum sebagai alat untuk mengatur anggotanya, karena:

1. Peraturan atau hukum mungkin terkait dengan melaksanakan/mengerjakan kebijakan umum,mereka (peraturan) akan mencoba untuk menyalurkan sikap dengan merencanakan wilayahyang diijinkan dan tindakan yang dilarang dalam kehidupan setiap hari.

2. Peraturan hukum bisa memaksakan sanksi pada mereka yang menyimpang dari norma

3. Peraturan bisa memohon atau mempergunakan beberapa strategi dalam hubungannyadengan penyimpangan terhadap norma-norma yang berlaku.

5 / 17

Page 6: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

Berkaitan dengan uraian diatas maka hukum harus dapat dijadikan panglima dalam kehidupanberbangsa dan bernegara, sehingga bisa mengubah pola kehidupan dan sikap oknummasyarakat dan oknum aparat yang cenderung menyimpang dari norma hukum itu sendiri.Teori hukum yang relevan dalam hal ini adalah Teori Rekayasa Sosial “Law as a tool of socialengineering ” dariRoscoe Pound, yang menyatakan bahwa hukum sebagai alat untuk memperbarui (merekayasa)masyarakat (Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004: 130).

Praktek hukum yang ada belakangan ini justru menunjukkan gejala bahwa “hukum hanyalahdigunakan sebagai suatu alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Ada faktor-faktor di luarhukum yang justru memberikan pengaruh dan tekanan yang sangat besar terhadap prosespenegakan hukum itu sendiri. Apakah hal ini hanyalah inspirasi penulis ataukah merupakansuatu kenyataan yang mesti kita terima, barangkali memerlukan penelitian dan pengkajian lebihmendalam lagi. Paling tidak secara kasat mata kita melihat bagaimana Pansus Century yangprosesnya disiarkan secara live telah menggemparkan dan mencuri perhatian seluruh segikehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak hanya perhatian masyarakat, perhatianpejabat-pejabat birokrasi dan pejabat penegak hukum semua mengarah kepada Pansus yangdibentuk DPR, apalagi oknum-oknum pejabat yang diduga terlibat dengan Skandal BankCentury. Secara psikologis tentu hal ini memberikan dampak-dampak yang lain terhadappenyelenggaraan negara dan penegakan hukum di negara kita.

Proses yang begitu menggembarkan ternyata tidak diikuti oleh penyelesaian yang diharapkanoleh kita semua. Out put daripada Pansus Century hanya sampai kepada sebuah rekomendasiyang pada akhirnya mengarah kepada penegakan hukum, hal ini merupakan suatu kewajibanyang dilakukan oleh aparat penegak hukum meskipun tidak ada rekomendasi dari PansusCentury. Berbarengan dengan berakhirnya Pansus ini, menyebar lagi skandal LC Fiktif yangdiduga melibatkan oknum anggota DPR yang notabene sebagai inisiator hak angket DPR. Adaapa dengan semua ini ?, mental-mental siapa yang patut dipertanyakan dalam hal ini. Katakuncinya adalah semua harus dibongkar, penegakan hukum harus dijalankan secara adil.

Contoh yang lain, dimana tekanan faktor di luar hukum yang memperlihatkan pengaruhnyapada penegakan hukum adalah rekomendasi Tim 8 yang seolah-olah menganggap Bibit danCandra tidak bersalah, dan secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap kejaksaanuntuk membebaskan kedua tersangka tersebut. Kejaksaan mengeluarkan SKP2 (SuratKetetapan Penghentian Penuntutan) yang didasarkan pada Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP.Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP menyatakan bahwa “Dalam hal penuntut umummemutuskan untuk menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwatersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup demi hukum, penuntut

6 / 17

Page 7: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

umum menuangkan hal tersebut dalam surat ketetapan”. Faktanya kasus bibit-candra menurutjaksa sudah sampai pada tahap P21, artinya perkara tersebut sudah dianggap lengkap dansiap dilimpahkan kejaksaan. Dari fakta ini, secara hukum apakah mungkin ketiga alasan dalamPasal 140 ayat (2) huruf a tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mengeluarkan SKP2.

Pengalaman yang ada dan kenyataan-kenyataan yang telah dihadapi hendaknya menjadirenungan bagi kita bersama, apakah ini yang disebut Negara Hukum ataukah kita sedangberada atau menuju kepada sebuah Negara Kekuasaan. Fenomena ini hendaknya menjadiperhatian kita bersama, kalau melihat dari Struktur Hukum yang ada, kelembagaan hukum dinegara kita sudah sangat lengkap. Dalam Sistem Peradilan Pidana sudah ada Kepolisian,Kejaksaan, Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan dan juga advokat. Disamping itu ada KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) yang khusus menangani Tindak Pidana Korupsi, adapengadilan Tipikor. Disisi yang lain ada Komisi Yudisial yang mengawasi perilaku hakim, adakomisi-komisi yang lain, ada Mahkamah Konstitusi. Apa fungsi dan tugas mereka kalaukemudian dibentuk lagi Satgas Mafia Hukum, bukankah pengawasan mengenai perilaku aparatpenegak hukum sudah ada Komisi Yudisial dan komisi-komisi yang lain. Tidakkahpembentukkan Satgas Mafia Hukum sebagai wujud ketidakpercayaan pemangku kekuasaanterhadap proses penegakan hukum yang ada, mudah-mudahan tidaklah demikian.

III. PENEGAKAN HUKUM YANG ELEGAN

Bagir Manan (dalam Mien Rukmini, 2003: 30) menyatakan bahwa keberhasilan suatu peraturanperundang-undangan bergantung kepada penerapan dan penegakannya. Apabila penegakanhukum tidak berjalan dengan baik, peraturan perundang-undangan yang bagaimanapunsempurnanya tidak atau kurang memberikan arti sesuai dengan tujuannya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh aparat penegak hukum kita untuk bisamewujudkan penegakan hukum yang elegan, diantaranya:

1. Wajib berpegang teguh kepada asas legalitas dan asas praduga tak bersalah sertapersamaan didepan hukum

2. Pelaksanaan yang selaras dan seimbang antara kepastian hukum dan keadilan hukum

7 / 17

Page 8: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

3. Memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan terhadap HAM

Ad 1. Wajib berpegang teguh kepada asas legalitas dan asas praduga tidak bersalah sertapersamaan didepan hukum

a. Asas Legalitas

Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) menyatakan bahwa “Suatuperbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undanganpidana yang telah ada”. Ketentuan ini mensyaratkan bahwa harus ada peraturanperundang-undangan terlebih dahulu yang mengatakan bahwa perbuatan itu dilarang dandiancam pidana, barulah kemudian terhadap pelakunya bisa dipidana. Dalam Pasal 1 ayat(2)nya dinyatakan bahwa “Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudahperbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang palingmenguntungkan”. Ayat (2) ini berlaku tatkala ada perubahan perundang-undangan baik secarakeseluruhan maupun sebagian setelah perbuatan itu dilakukan, maka sanksi yang diberikanharus didasarkan pada perundang-undangan yang lebih menguntungkan bagi pelaku.

Disamping dalam KUHP, pengaturan tentang asas legalitas juga terdapat dalamUndang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang menyatakan:

(1) Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan selain daripada yang ditentukanoleh undang-undang.

(2) Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alatpembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yangdianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atasdirinya.

8 / 17

Page 9: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

Prinsip asas legalitas ini tidak hanya digunakan dalam sistem peradilan pidana tetapi jugadigunakan sebagai pegangan bagi pejabat birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan,sebagaimana disebutkan oleh Sri Soemantri sebagai unsur Negara hukum yang pertama.Unsur dimaksud adalah Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harusberdasar atas hukum/peraturan perundang-undangan. Unsur ini mensyaratkan apapun yangdilakukan dan dikeluarkan oleh pemerintah dan aparat birokrasi lainnya harus selalu didasarkanpada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun kemudian pemerintah diberikankewenangan bebas yang disebut dengan Freis Ermessen, tetapi penggunaannya harusmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Tidak boleh bertentangan dengan sistem hukum yang berlaku (kaidah hukum positif)

- Hanya ditujukan demi kepentingan umum (Ridwan HR, 2006: 181)

b. Asas Praduga tak bersalah (Presumption of Inosence)

Asas Praduga tak bersalah dianut didalam negara-negara yang menerapkan Due Proces Model(DPM) dalam

peradilan pidananya, dimana dicirikan oleh tujuan peradilan yang bersifat Legal Guilt(Kesalahan menurut Hukum). Yang dipentingkan di dalam Legal Guiltadalah proses hukumnya bukan kepada pengakuan tersangka/terdakwa, sehingga seseorangyang diduga melakukan tindak pidana belum tentu dapat dihukum sebelum dibuktikankesalahannya menurut hukum. Indonesia juga merupakan bagian dari Negara yang sistemperadilannya menyerupai Due Proces Model (DPM), karena itu asas praduga tak bersalah wajib dijunjung tinggi dalam proses peradilanpidana di Indonesia.

Pengaturan tentang penggunaan Asas Praduga Tak Bersalah di Indonesia sebenarnya sudahbanyak, diantaranya:

9 / 17

Page 10: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

- Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, Pasal 8 menyatakan bahwa “Setiap orang yangdisangka, ditangkap, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidakbersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telahmemperoleh kekuatan hukum yang tetap”.

- Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 18 ayat (1)menyatakan bahwa “Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangkamelakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikankesalahannya secara sah dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukumyang diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan”.

c. Asas persamaan di depan hukum

Asas persamaan di depan hukum membawa konsekuensi bahwa setiap orang siapapun dia,apapun latar belakang dan statusnya, wajib dilindungi oleh hukum. Hukum juga wajibmenghukum kepada siapapun yang terbukti bersalah tanpa melihat siapa dan apa status orangyang bersangkutan. Hal ini didasarkan pada Pasal 28D ayat (1) UUD 1945, yang menyatakanbahwa “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukumyang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Pasal ini dipertegas lagi dalam Pasal5 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa “Pengadilanmengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”.

Ad. 2 Pelaksanaan yang selaras dan seimbang antara kepastian hukum dan keadilan hukum

Secara teoritis hukum diharapkan dapat memenuhi 3 nilai dasar, yaitu kepastian hukum,kemanfaatan hukum dan keadilan hukum. Ketiga nilai dasar ini berhubungan dengankeabsahan berlakunya suatu kaidah hukum. Kaidah hukum yang keabsahannya berlaku secarayuridis berhubungan dengan adanya kepastian hukum, dan pada akhirnya berpengaruhterhadap terciptanya ketertiban di masyarakat. Kaidah hukum, yang sesuai dengan nilai-nilaiyang dianut masyarakat, dianggap memiliki keabsahan berlaku secara filosofis. Keabsahanberlaku secara filosofis berhubungan dengan nilai keadilan. Hukum yang memiliki kemanfaatansecara nyata dalam masyarakat, dianggap memiliki keabsahan berlaku secara sosiologis.

10 / 17

Page 11: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

Apabila penegakan hukum dapat dilakukan dengan menyelaraskan antara kepastian hukumdan keadilan hukum maka diyakini hukum itu akan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat,bangsa dan negara. Dasar pemberlakuan yang seimbang antara kepastian hukum dengankeadilan hukum, terdapat dalam:

- Pasal 24 ayat (1) UUD 1945, yang menyatakan bahwa “Kekuasaan kehakiman merupakankekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dankeadilan ”.

- Pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa “Kekuasaankehakiman adalah kekuasaan Negara untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilanberdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia”.

Dari kedua perundang-undangan tersebut, kata “menegakkan hukum” mengacu kepadakepastian hukum dan kata “keadilan” mengacu kepada keadilan hukum. Kepastian hukummengarah kepada pelaksanaan penegakan hukum yang sesuai atau berdasarkan kepadahukum positif (sumber hukum dalam arti formal). Sedangkan keadilan hukum mengarah kepadapelaksanaan penegakan hukum yang tidak hanya berdasarkan pada hukum positif tetapi jugasesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (sumber hukum dalam arti materiil). Hal inidipertegas dalam Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, yang menyatakanbahwa “Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut,memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atausumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili”.

Kata keadilan tidak diartikan secara sempit mengenai keadilan orang-perorang saja tetapimerupakan keadilan demi kepentingan yang lebih umum, sehingga orang tidak bolehberalaskan pada keadilan untuk minta dimenangkan atau dibebaskan oleh hakim jikaberperkara di pengadilan.

Pelaksanaan keadilan hukum ini juga dilatarbelakangi oleh beberapa fakta yang secara nyatadisiratkan dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, seperti misalnya;

- Pasal 16 ayat (1), yang menyatakan bahwa “Pengadilan tidak boleh menolak untuk

11 / 17

Page 12: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukumtidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.

- Pasal 28, yang menyatakan bahwa:

(1) Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yanghidup dalam masyarakat.

(2) Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifatyang baik dan jahat dari terdakwa.

Ad. 3 Memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan terhadap HAM

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaanmanusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajibdihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orangdemi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Undang-undang Dasar1945 hasil amandemen telah mengakomodir Hak-hak Asasi Manusia yang harus dilindungi olehNegara, yang dinyatakan dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J. Terkait denganpenegakan hukum dapat diuraikan sebagai berikut:

- Pasal 28B ayat (2), yang menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

- Pasal 28D ayat (1), yang menyatakan “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.

- Pasal 28G ayat (1) dan (2), yang menyatakan bahwa:

12 / 17

Page 13: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, danharta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dariancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkanderajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari Negara lain.

- Pasal 28I ayat (1), yang menyatakan bahwa “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hakkemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untukdiakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yangberlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi”.

Dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak-hak asasi manusia juga diaturmengenai hak-hak masyarakat yang wajib dilindungi oleh Negara, termasuk dalam kerangkapenegakan hukum, diantaranya:

- Pasal 3 ayat (2), yang menyatakan “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuanyang sama di depan hukum”.

- Pasal 4, yang menyatakan bahwa “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasanpribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakuisebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasarhukum yang belaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaanapapun dan oleh siapapun”.

- Pasal 5 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak mendapat bantuan danperlindungan yang adil dari pengadilan yang obyektif dan tidak berpihak”.

13 / 17

Page 14: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

- Pasal 17 yang menyatakan bahwa “Setiap orang tanpa diskriminasi, berhak untukmemperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalamperkara pidana, perdata maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebasdan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektifoleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar”.

- Pasal 33 ayat (1), yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk bebas daripenyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajatdan martabat manusia”.

- Pasal 34, yang menyatakan bahwa “Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa,dikucilkan, diasingkan atau dibuang secara sewenang-wenang”.

Dalam penyelenggaraan peradilan baik pada tingkat penyidikan, penuntutan maupunpengadilan wajib memperhatikan dan mempertimbangkan hak asasi manusia tersebut,termasuk hak asasi dari tersangka. Artinya, para pejabat peradilan pada tingkatnyamasing-masing tidak boleh berlaku sewenang-wenang di dalam melakukan pemeriksaanterhadap seseorang yang diduga melakukan suatu tindak pidana.

Menghormati hak asasi manusia merupakan bagian integral dalam pelaksanaan yang benardari setiap sistem peradilan. Hal ini juga telah diakomodir di dalam Hukum Acara Pidana kita,dimana KUHAP tidak saja mengatur tentang tata cara yang wajib dilaksanakan dan dipatuhioleh aparat penegak hukum dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan, tetapi sekaligusdiatur pula mengenai prosedur dan persyaratan yang harus ditaati oleh aparat penegak hukumdalam upaya melindungi hak-hak asasi manusia (Kuffal, 1997: 1).

Pengaturan tentang HAM dalam hukum acara pidana kita sekarang (KUHAP) berbeda denganketentuan hukum acara pidana yang pernah berlaku, yaitu HIR (Herziene Inlandsch Reglement). KUHAP telah mengangkat dan menempatkan tersangka atau terdakwa dalam kedudukanyang sederajat sebagai makhluk Tuhan yang memiliki harkat derajat kemanusiaan yang utuh.Tersangka atau terdakwa ditempatkan dalam posisi “his entity and dignity as human being”, yang harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Hukum mestiditegakkan, namun dalam pelaksanaannya hak asasi manusia yang melekat pada diritersangka atau terdakwa “tidak boleh ditelanjangi”.

14 / 17

Page 15: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

KUHAP telah memberikan pedoman kepada aparat penegak hukum untuk mempergunakanprinsip-prinsip akusatur dalam setiap tingkat pemeriksaan, dimana tersangka atau terdakwaharus dianggap sebagai subyek hukum yang memiliki hak asasi yang harus dilindungi. Tidakdiperkenankan lagi proses pemeriksaan dilakukan dengan cara-cara yang pernah dilakukanseperti jaman HIR yang berpedoman pada prinsip inkusitur atau inquisitorial system”, dimanatersangka atau terdakwa dianggap sebagai obyek yang dapat diperlakukan dengansewenang-wenang.

IV. PENUTUP

Simpulan

1. Dalam suatu Negara yang menganut Konsep Negara Hukum maka hukum harus dapatdijadikan panglima dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga bisa mengubah polakehidupan dan sikap oknum masyarakat dan oknum aparat yang cenderung menyimpang darinorma hukum itu sendiri. Untuk itu, segala tindakan pemerintah, aparat penegak hukum danjuga masyarakat harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Penegakan hukum yang elegan adalah penegakan hukum yang dilakukan denganmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Wajib berpegang teguh kepada asas legalitas dan asas praduga tak bersalah sertapersamaan didepan hukum

- Pelaksanaan yang selaras dan seimbang antara kepastian hukum dan keadilan hukum

15 / 17

Page 16: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

- Memperhatikan prinsip-prinsip perlindungan terhadap HAM

Daftar Pustaka

Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004, Pokok-pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

Lawrence M. Friedman and Stewart Macaulay, Law and The Behavioral Sciences, TheBobbs-Marrill Company Inc, New York.

Kuffal, H.M.A, 1997, Penerapan KUHAP dalam Praktek Hukum, IKIP Malang.

Ridwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Mien Rukmini, 2003, Perlindungan HAM melalui Asas Praduga Tidak Bersalah dan AsasPersamaan Kedudukan dalam Hukum pada Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, PT. Alumni, Bandung.

Satjipto Rahardjo, 1978, Permasalahan Hukum di Indonesia, Alumni, Bandung.

Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 hasil amandemen.

Undang-undang Nomor 27 tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, DewanPerwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

16 / 17

Page 17: MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM … · MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI ... Sistem hukum menurut Lawrence Meir Friedman ... Teori hukum yang relevan dalam

MENGURAI BENANG KUSUT DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Ditulis oleh I Nyoman Gede RemajaJumat, 11 Juni 2010 09:34 - Terakhir Diperbaharui Sabtu, 24 Juli 2010 12:18

Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

[1] Staff Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Panji Sakti Singaraja.

17 / 17