Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

40
KELOMPOK 5 XI PMIA-6

Transcript of Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Page 1: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

KELOMPOK 5 XI PMIA-

6

Page 2: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

MENGUPASPENYELENGGARAANKEKUASAAN NEGARA

Page 3: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Sistem Pembagian Kekuasaan Negara RI

• Dalam sebuah praktek ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan, sehingga terjadi pengelolaan sistem pemerintahan yang dilkukan secara absolut atau otoriter.

• Sebut saja misalnya seperti dalam bentuk monarki dimana kekuasaan berada ditangan seorang raja. Maka untuk menghindari hal itu perlu adanya pembagian/pemisahan kekuasaan, sehingga terjadi kontrol dan keseimbangan diantara lembaga pemegang kekuasaan.

Page 4: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Pengertian Pembagian Kekuasaan

Pembagian Kekuasaan adalah proses menceraikan wewenang yang

dimiliki oleh Negara untuk (memerintah, mewakili, mengurus,

dsb.) menjadi beberapa bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) untuk diberikan kepada beberapa

lembaga Negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan (wewenang)

pada satu pihak/lembaga.

Page 5: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Moh. Kusnardi Harmaily Ibrahim

pembagian kekuasaan berarti bahwa kekuasaan itu memang dibagi-bagi dalam beberapa

bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), tetapi tidak

dipisahkan.

Page 6: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

PEMBAGIAN KEKUASAAN MENURUT Zul Afdi Ardian

VERTIKAL HORIZONTALPembagian kekuasaan menurut tingkatnya. Maksudnya pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Misal : Antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam negara kesatuan.

Pembagian kekuasaan menurut fungsinya.Dalam pembagian ini lebih menitikberatkan pada pembedaan anatara fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif.

Page 7: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Macam-Macam Kekuasaan Negara

a. Pembagian Kekuasaan menurut John Locke

John Locke dari Inggris, dalam bukunya yang berjudul “Two Treaties of Goverment” mengusulkan agar kekuasaan di dalam negara itu dibagi dalam organ-organ negara yang mempunyai fungsi berbeda. Menurut beliau agar pemerintah tidak sewenang-wenang, maka harus ada pembedaan pemegang kekuasaan –kekuasaan ke dalam 3 macam kekuasaan yaitu :1. Kekuasaan Legislatif (membuat UU)2. Kekuasaan Eksekutif (melaksanakan

UU)3. Kekuasaan Federatif ( melakukan hub.

Diplomtik dengan negara-negara lain).

b. Konsep Trias Politika MontesquieuMenurut Montesquieu seorang

pemikir berkebangsaan Prancis mengemukakan teorinya yang disebut Trias Politika. Dalam bukunya yang berjudul “L’esprit des Lois” pada tahun 1748 menawarkan alternatif yang agak berbeda dari pendapat John Locke. Menurut Montesqueiu untuk tegaknya negara demokrasi perlu diadakan pemisahan kekuasaan negara ke dalam 3 organ, yaitu :1. Kekuasaan Legislatif (membuat UU)2. Kekuasaan Eksekutif (melaksanakan

UU)3. Kekuasaan Federatif ( mengadili bila

terjadi pelanggaran atas UU)

Page 8: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

JOHN LOCKE DAN

MONTESQUIEU

Page 9: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Page 10: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

PERBEDAAN KONSEP

NO. PEMBEDA JOHN LOCKE MONTESQUIEU

1. Kekuasaan Eksekutif

kekuasaan yang mecakup kekuasaan yudikatif karena

mengadili itu berarti melaksanakan UU,

sedangkan kekuasaan federatif (hubungan luar

negeri) merupakan kekuasaan yang berdiri

sendiri

kekuasaan federatif karena melakukan hub. luar negeri

itu termasuk kekuasaan eksekutif, sedangkan

kekuasaan yudikatif harus merupakan kekuasaan yang berdiri sendiri dan terpisah

dari eksekutif

Pada kenyataannya ternyata, sejarah menunjukan bahwa cara pembagian kekuasaan yang dikemukakan oleh Montesquieu yang lebih diterima.

Page 11: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Jimly Asshiddiqie menjelaskan mengenai cabang-cabang dari kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

CABANG KEKUASAAN

LEGISLATIF

CABANG KEKUASAAN

EKSEKUTIF

CABANG KEKUASAAN

YUDIKATIF

Page 12: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Jimly Asshiddiqie menjelaskan mengenai cabang-cabang dari kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

CABANG KEKUASAAN

LEGISLATIF

CABANG KEKUASAAN

EKSEKUTIF

CABANG KEKUASAAN

YUDIKATIF

1. Fungsi Pengaturan (Legislasi)

2. Fungsi Pengawasan (Control)

3. Fungsi Perwakilan (Representasi)

Page 13: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Jimly Asshiddiqie menjelaskan mengenai cabang-cabang dari kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

CABANG KEKUASAAN

LEGISLATIF

CABANG KEKUASAAN

EKSEKUTIF

CABANG KEKUASAAN

YUDIKATIF

1. Sistem Pemerintahan

2. Kementrian Negara

Page 14: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Jimly Asshiddiqie menjelaskan mengenai cabang-cabang dari kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

CABANG KEKUASAAN

LEGISLATIF

CABANG KEKUASAAN

EKSEKUTIF

CABANG KEKUASAAN

YUDIKATIF

1. Kedudukan Kekuasaan Kehakiman

2. Prinsip Pokok Kehakiman

3. Struktur Organisasi Kehakiman

Page 15: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA

Dalam ketatanegaraan Indonesia sendiri, istilah “pemisahan kekuasaan” (separation of power) itu sendiri cenderung dikonotasikan dengan pendapat Montesquieu secara absolut. Konsep pembagian kekuasaan (division of power) yag dikaitkan dengan sistem supremasi MPR yang secara mutlak menolak ide pemisahan kekuasaan ala trias politica Montesquieu. Dalam sidang-sidang BPUPKI 1945, Soepomo misalnya menegaskan bahwa UUD 1945 tidak mengandung doktrin trias politica dalam arti paham pemisahan kekuasaan, melainkan manganut sistem pembagian kekuasaan hal ini terlaksana sebelum UUD 1945 diamandemen.

Page 16: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Dari sisi lain Jimly Asshiddiqie, berpendapat bahwa setelah adanya perubahan UUD 1945 selama 4 kali, dapat dikatakan sistem konstitusi kita telah menganut doktrin pemisahan itu secara nyata. Beberapa yang mendukung hal itu antara lain adalah :1. Adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari

tangan Presiden ke DPR.2. Diadopsinya sistem pengujian konstitusional

atas undang-undang sebagai produk legislatif oleh MK. Dimana sebelumnya UU tidak dapat diganggu gugat, hakim hanya dapat menerapkan UU dan tidak boleh menilai UU.

3. Diakui bahwa lembaga pelaksana kedaulatan rakyat itu tidak hanya MPR melainkan semua lembaga negara baik secara langsung atau tidak langsung merupakan penjelmaan kedaulatan rakyat.

4. MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara namun sebagai lembaga negara yang sederajat dengan lembaga negara lainnya.

5. Hubungan-hubungan antar lembaga negara itu bersifat saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks dan balances.

Page 17: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Latar Belakang Checks and Balances

di Indonesia

Page 18: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Sepanjang usianya, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah mengalami perubahan/amandemen sebanyak empat kali. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002.

Salah satu hasil dari perubahan UUD 1945 ini adalah tidak ada lagi lembaga tinggi negara ataupun lembaga tertinggi negara, kini kedudukan lembaga-lembaga negara dalam UUD 1945 atau Konstitusi adalah sama. Dengan demikian maka maka setiap lembaga negara memiliki kekuasaan yang seimbang.

Karena penyelenggaraan kedaulat rakyat sebelum ada perubahan UUD 1945 ini dilaksanakan melalui sistem MPR dengan prinsip terwakili yang telah menimbulkan kekuasaan bagi Presiden yang sangat besar dalam segala hal termasuk pembentukan MPR.

Page 19: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Saat Periode Orde Lama (1959-1965) itu seluruh anggota MPR(S) dipilih dan diangkat langsung oleh Presiden. Tidak jauh beda dengan Periode Orde Baru (1966-1998) dimana dari 1000 orang anggota MPR hanyalah 600 orang yang dipilih dan ditentukan oleh Presiden. Yang menunjukkan bahwa MPR hanyalah sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dari Presiden, hingga saat itu kewenangan untuk memilih Presiden dan Wapres ada ditangan MPR. Padahal MPR sendiri dipilih oleh Presiden, sehingga siapapun yang menguasai suara di MPR maka akan dapat mempertahankan kekuasaannya.

Pengangkatan anggota MPR dari unsur Utusan Daerah dan unsur Utusan Golongan bagi pembentukan MPR dalam jumlah yang besar juga dianggap sebagai penyimpangan konstitusional karena secara logika wakil yang diangkat akan patuh dan loyal pada pihak yang mengangkatnya. Akibatnya wakil tersebut tidak lagi memiliki hubungan dengan yang diwakilinya.

Presiden adalah mandataris MPR yang harus bertanggung jawab kepadanya. Maka hubungan Presiden dengan MPR sangat sulit dilihat sebagai hubungan vertikal atau horizontal.Jadi idealnya seluruh anggota MPR dipilih rakyat melalui Pemilu.

Page 20: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Dengan ketentuan UUD 1945, keberadaan MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara dianggap sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Ini menunjukkan bahwa MPR merupakan Majelis yang mewakili kedudukan rakyat yang menjadikan lembaga itu sebagai sentral kekuasaan, yang mengatasi cabang kekuasaan lainnya.

Lembaga yang tertinggi membawa konsekuensi seluruh kekuasaan lembaga negara berada dibawahnya harus bertanggung jawab pada MPR. Akibatnya keseimbangan antar elemen penyelenggara negara atau sering disebut checks and balances system antar lembaga tinggi negara tidak dapat dijalankan.

Sistem MPR itu juga membuat kekuasaan bagi presiden dalam pembentukan UU (fungsi Legislasi) yang harusnya dilakukan oleh DPR yang dapat dilihat pada rumusan pasal 5 ayat (1) naskah asli UUD 1945 yang berbunyi : “Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. Karena itu pengawasan dan keseimbangan antara lembaga tinggi negara sangat lemah sekali.

Page 21: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Orde Reformasi dimulai awal Mei 1998 karena terjadi berbagai krisis. Yang memunculkan berbagai tuntutan, karena masyarakat ingin perubahan sistem dan struktur ketatanegaraan Indonesia untuk mewujudkan pemerintahan negara yang demokratis dengan menjamin HAM warganegaranya,contoh tuntutannya seperti Amandemen UUD 1945, penghapusan doktrin dwi fungsi ABRI, penegakan hukum, HAM, pemberantasan KKN, mewujudkan kehidupan yang demokratis.

Hasil nyata dari reformasi adalah perubahan UUD 1945 yang dilatar belakangi oleh :1. Kekuasaan tertinggi di tangan MPR2. Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden3. Pasal yang sifatnya terlalu “luwes” dapat menimbulkan multi tafsir4. Kewenangan Presiden untuk mengatur hal penting dengan undang-undang5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup

didukung ketentuan konstitusi

Hal tersebutlah yang menjadi penyebab keseimbangan dan pengawasan terhadaplembaga negara dianggap sangat kurang (checks and balances system) tidak berjalan

harus dilakukan Perubahan UUD 1945.

Page 22: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Perubahan UUD 1945 yang terjadi 4x berturut turut ini (tahun 1999,2000,2001,2002) membawa dampak yang sangat besar dan mendasar terhadap struktur ketatanegaraan dan sistem penyelenggaraan negara, seperti :1. Menempatkan MPR sebagai lembaga yang punya kedudukan sederajat dengan

lembaga lain.2. Pergeseran kewenangan membentuk UU dari Presiden kepada DPR.3. Pemilihan Presiden dan Wapres secara langsung.4. Mempertegas penerapan sistem presidensiil.5. Pengaturan HAM.6. Muncul lembaga-lembaga baru seperti MK, KY dan BPD.

Page 23: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Terkait dengan perubahan kedudukan MPR setelah adanya Perubahan UUD 1945, Abdy Yuhana menjelaskan bahwa berdasarkan rumusan dari ketentuan Pasal 1 ayat 2 “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

Hal tersebut merupakan perubahan yang bersifat fundamental dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Rumusan tersebut juga sengaja dibuat untuk membuka kemungkinan diselenggarakannya pemilihan presiden secara langsung dan menerapkan sistem pemerintahan presidensial.

Page 24: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Berdasarkan atas ketentuan pasal-pasal dalam

kekuasaan pemerintahan negara menurut UUD 1945

dapat diuraikan secara garis besar sebagai berikut :

1. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh rakyat

secara rakyat dan dapat dipilih kembali dalam

jabatan(Uud 1945 pasal 7).

Pemerintahan Negara Republik

Indonesia

Page 25: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

2. Dalam proses pembuatan UU, presiden hanya berhak mengajukan rancangan UU dan membahas rancangan UU bersama DPR (UUD 1945 pasal 5 dan 20 ayat 2, 3, 4).

Presiden, wakil dan kementriannya merupakan pemerintahan pusat (pemerintahan yang memegang kendali pusat atau menyeluruh dengan membagi-bagi wilayah pemerintahannya dalam pemerintah daerah).

Page 26: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

urusan yang ditangani

pemerintah pusat

Politik Luar

Negeri

Pertahanan

KeamananYustisi

Moneter dan Fiskal Nasional

Agama

Page 27: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Pemerintah dalam arti sempit adalah eksekutif. Presiden yang menyelenggarakan pemerintahan pusat dan dibantu oleh wakil dan para mentriOrganisasi pemerintahan pusat :1. Presiden2. Wakil presiden3. Para menteri4. Kesekretariatan yang membantu presiden5. Lembaga pemerintahan nondepartemen6. Lembaga penyelenggara pemerintahan lainnya,

seperti dewan pertimbangan dan staf ahli

Page 28: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

PRESIDEN

KEPALA NEGARA

KEPALA PEMERINTAHAN

Page 29: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

TUG

ASK

EPA

LA N

EG

ARA

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, dan AU.

2. Menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan

negara lain atas persetujuan DPR.

6. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan

MA.

5. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan DPR.

4. Mengangkat duta dan konsul.

3. Menyatakan keadaan bahaya.

7. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan

DPR.

8. Memberi gelar, tanda jasa, dll. Tanda kehormatan yang diatur dengan

UU.

Page 30: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

KEPALA PEMERINTAHAN

Tugas :1. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut

UUD.2. Mengajukan RUU kepada DPR.3. Menetapkan peraturan pemerintah.4. Menetapkan peraturan pemerintah sebagai

pengganti undang-undang (perpu).5. Mengangkat dan memberhentikan para menteri.6. Membentuk suatu dewan pertimbangan yang

bertugas memberikan nasihat pertimbangan kepada presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.

7. Membahas dan melakukan persetujuan bersama dengan DPR setiap rancangan undang-undang.

8. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.

Page 31: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

GRASI AMNESTI ABOLISI REHABILITAS

Dalam arti sempit berarti tindakan meniadakan hukuman yang telah diputuskan oleh hakim. Dengan kata lain, grasi adalah ampunan dari presiden pada orang yang

telah dijatuhi hukuman.

Amnesti ini diberikan kepada orang-orang yang sudah ataupun

yang belum dijatuhi hukuman, yang sudah ataupun yang belum diadakan pemeriksaan terhadap

tindak pidana tersebut.

Abolisi merupakan suatu keputusan untuk menghentikan pengusutan dan pemeriksaan

suatu perkara, dimana pengadilan belum menjatuhkan keputusan

terhadap perkara tersebut.

Rehabilitasi merupakan suatu tindakan presiden dalam rangka memulihkan nama baik seseorang yang telah hilang karena suatu keputusan hakim yang ternyata dalam waktu berikutnya terbukti bahwa kesalahan yang telah dilakukan oleh

tersangka tidak seberapa dibandingkan dengan perkiraan semula atau bahkan ia ternyata tidak

bersalah sama sekali

HAK PRESIDEN

Page 32: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Tugas Presiden dalam Bidang Eksekutif

PASAL 4 AYAT (1)

PASAL 17 AYAT

(2)PASAL 5 AYAT (2)

Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan menurut

Undang-Undang Dasar.

Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana

mestinya.

Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

Page 33: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Tugas Presiden dalam Bidang Legislatif

PASAL 5 AYAT (1) PASAL 22 AYAT (1)

Presiden berhak mengajukan

rancangan undang-undang kepada

Dewan Perwakilan Rakyat

Dalam hal ihwal kegentingan yang

memaksa, presiden berhak menetapkan peraturan

pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

Page 34: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

Tugas Presiden dalam Bidang yudikatif

Pasal 14 Ayat (1)

Pasal 14 Ayat (2)

Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan

memperhatikan pertimbangan Mahkamah

Agung

Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan

Perwakilan Rakyat

Page 35: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

WAKIL PRESIDEN

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, presiden tidaklah sendiri tetapi dibantu oleh seorang wakil presiden. Hal ini tercantum dalam pasal 4 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, “Dalam melakukan kewajibannya presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden”. Sebelum diadakan amandemen UUD 1945, wakil presiden dipilih oleh presiden. Akan tetapi mulai tahun 2004, wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilu

Page 36: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

TUGAS DAN WEWENANG WAKIL PRESIDEN

1. Membantu presiden melakukan tugasnya.

2. Menggantikan presiden sampai habis waktunya, jika presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melaksanankan kewajibannya dalam masa jabatannya.

1. Memperhatikan secara khusus, menampung masalah-masalah, dan mengusahakan pemecahan masalah-masalah yang perlu, menyangkut bidang tugas kesejahteraan rakyat.

2. Melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen-departemen, dalam hal ini inspektur-inspektur jenderal dari departemen-departemen yang bersangkutan

UMUM KHUSUS

Page 37: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

PERAN WAKIL PRESIDEN DALAM HUBUNGANNYA

DENGAN PRESIDEN

Sebagai Wakil Presiden

Sebagai Pengganti Presiden

Bertindak Membantu Presiden

Page 38: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

PERAN WAKIL PRESIDEN DALAM HUBUNGANNYA

DENGAN PRESIDEN

Sebagai Wakil Presiden

Sebagai Pengganti Presiden

Bertindak Membantu Presiden

Dalam peran ini, wakil presiden mempunyai tugas mewakili presiden melaksanakan tugas-tugas kepresidenan dalam hal-hal yang kepadanya didelegasikan oleh presiden. Oleh karena itu, wakil presiden bertindak sebagai petugas negara yang menjalankan tugas kepresidenan dengan kualitas tindakan yang sama dengan kualitas tindakan presiden sendiri.

Page 39: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

PERAN WAKIL PRESIDEN DALAM HUBUNGANNYA

DENGAN PRESIDEN

Sebagai Wakil Presiden

Sebagai Pengganti Presiden

Bertindak Membantu Presiden

Wakil presiden sebagai pengganti presiden dapat

bertindak untuk jangka waktu sementara atau dapat pula bertindak untuk seterusnya

sampai masa jabatan presiden habis.

Page 40: Mengupas penyelenggara kekuasaan negara

PERAN WAKIL PRESIDEN DALAM HUBUNGANNYA

DENGAN PRESIDEN

Sebagai Wakil Presiden

Sebagai Pengganti Presiden

Bertindak Membantu Presiden

Wakil presiden juga dapat bertindak membantu presiden melaksanakan seluruh tugas

dan kewajiban presiden. Perlu kita ingat, bahwa kualitas

bantuan seorang wakil presiden jelas berbeda

tingkatannya daripada bantuan yang diberikan oleh para

menteri yang biasa disebut sebagai pembantu presiden