mengupas seputar imlek

15
PANTANGAN DAN BOLEH Hari Raya Tahun Baru Imlek bukan hanya sekedar ritual tahunan biasa dan budaya saja, tetapi juga merupakan budaya yang sekaligus menyatu dengan kepercayaan, walaupun demikian bagi mereka yang berbeda agama, maka mereka bisa turut merayakan hanya dari sudut budayanya saja. Disamping itu tidak ada salahnya untuk menambah wawasan pengetahuan kita mengetahui makna simbolik dari hidangan makanan yang disajikan pada hari raya tersebut. Sama seperti makanan untuk upacara adat atau keagamaan lainnya, makanan khas Tahun Baru Imlek juga sarat dengan berbagai macam makna simbolik. Berdasakan kepercayaan orang-orang Tionghoa yang kaya pada umumnya selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur, kebahagiaan maupun keselamatan. Walaupun demikian bagi mereka yang tidak mampu maka cukup dengan makan mie panjang umur (siu mie) dan minum arak. Saat merayakan tahun baru Imlek kebanyakan orang Tionghoa membuat Samseng (artinya: tiga macam daging kurban) yang terdiri dari tiga jenis macam binatang yaitu ikan bandeng, ayam betina, dan daging babi. Tujuan dibuatnya Samseng tersebut adalah sebagai perlambang sifat dari hewan; agar kita sebagai manusia tidak meniru sifat yang dilakukan oleh ketiga jenis binatang tersebut. Babi pemalas, karena kerjanya hanya makan dan tidur. Ayam yang suka pindah- pindah pada saat makan, sehinggga ketika makanan yang ada didepan matanya belum habis pun sudah mau pindah lagi ke tempat lain atau melambangkan sifat yang serakah. Lain halnya dengan ikan bandeng, karena kulit ikan itu bersisik maka ini bisa diumpamakan seperti seekor ular, dengan pengertian agar kita jangan berlaku jahat pada orang lain seperti ular. Namun ada juga yang menghubungkan ikan sebagai perlambang rezeki, karena dalam logat Mandarin kata ”ikan” sama bunyinya dengan kata

Transcript of mengupas seputar imlek

Page 1: mengupas seputar imlek

PANTANGAN DAN BOLEHHari Raya Tahun Baru Imlek bukan hanya sekedar ritual tahunan biasa dan budaya saja, tetapi juga merupakan budaya yang sekaligus menyatu dengan kepercayaan, walaupun demikian bagi mereka yang berbeda agama, maka mereka bisa turut merayakan hanya dari sudut budayanya saja. Disamping itu tidak ada salahnya untuk menambah wawasan pengetahuan kita mengetahui makna simbolik dari hidangan makanan yang disajikan pada hari raya tersebut. Sama seperti makanan untuk upacara adat atau keagamaan lainnya, makanan khas Tahun Baru Imlek juga sarat dengan berbagai macam makna simbolik.

Berdasakan kepercayaan orang-orang Tionghoa yang kaya pada umumnya selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur, kebahagiaan maupun keselamatan. Walaupun demikian bagi mereka yang tidak mampu maka cukup dengan makan mie panjang umur (siu mie) dan minum arak.

Saat merayakan tahun baru Imlek kebanyakan orang Tionghoa membuat Samseng (artinya: tiga macam daging kurban) yang terdiri dari tiga jenis macam binatang yaitu ikan bandeng, ayam betina, dan daging babi.

Tujuan dibuatnya Samseng tersebut adalah sebagai perlambang sifat dari hewan; agar kita sebagai manusia tidak meniru sifat yang dilakukan oleh ketiga jenis binatang tersebut. Babi pemalas, karena kerjanya hanya makan dan tidur. Ayam yang suka pindah-pindah pada saat makan, sehinggga ketika makanan yang ada didepan matanya belum habis pun sudah mau pindah lagi ke tempat lain atau melambangkan sifat yang serakah. Lain halnya dengan ikan bandeng, karena kulit ikan itu bersisik maka ini bisa diumpamakan seperti seekor ular, dengan pengertian agar kita jangan berlaku jahat pada orang lain seperti ular.

Namun ada juga yang menghubungkan ikan sebagai perlambang rezeki, karena dalam logat Mandarin kata ”ikan” sama bunyinya dengan kata ”yu” yang berarti rezeki oleh sebab itulah dibanyak restoran Tionghoa terutama di Holland selalu ada aquarium ikan ikan mas yang melambangkan rejeki yang dilumuri dengan emas yang berjibun.

Mie juga merupakan satu makanan wajib, sebab mie itu melambangkan panjang umur terutama Siu Mie / Shou Mian = “Mie pajang umur”. Mie ini harus disajikan tanpa putus dari ujung awal ke ujung akhir jadi benar-benar merupakan satu utaian mie, sebab dengan demikian diharapkan umur kita pun tidak akan putus-putusnya alias manjang terus. Walaupun demikian pada saat mau disantap mie tersebut boleh dipotong.

Kueh Keranjang atau Nian Gao atau lebih sering disebut kue kranjang (tii kwee) adalah kue wajib imlek. Kue ini mendapat nama dari cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat.

Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang

Page 2: mengupas seputar imlek

menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.

Kue-kue yang disajikan pada hari raya tahun baru Imlek pada umumnya ada jauh lebih manis daripada biasanya, sebab dengan demikian diharapkan di tahun mendatang jalan hidup kita bisa menjadi lebih manis lagi daripada di tahun-tahun sebelumnya.

Kue wajib lainnya adalah kue lapis legit (spekkoek) sebagai pelambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis dan saling tumpang tindih di tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian bisa dapat merasakan kehidupan yang lebih lebih manis dan lebih legit lagi. Kue lapis legit yang sering juga disebut sebagai “Thousand Layer Cake”, Serta kue nastar, kue semprit.

Buah-buahan wajib yang sudah pasti adalah pisang raja atau pisang mas yang melambangkan mas atau kemakmuran. Begitu juga dengan jeruk kuning dan diusahakan yang ada daunnya sebab ini melambangkan kemakmuran yang akan selalu tumbuh terus. Sedangkan tebu melambangkan kehidupan manis yang panjang. Walaupun demikian harus dihindari buah-buahan yang berduri seperti salak atau durian, terkecuali nanas karena namanya Wang Li yang ucapannya mirip dengan kata Wang (berjaya) disamping itu nanas juga bisa dilambangkansebagai mahkota raja.

Selain buah-buahan dianjurkan juga untuk makan manisan seperti kolang kaling, manisan asem agar pikiran bisa menjadi jernih terus dan juga agar-agar yang sebaiknya disajikan dalam bentuk bintang agar kehidupan maupun jabatannya dimasa yang akan datang bisa menjadi lebih terang dan bersinar.

Selain makanan yang wajib disajikan ada juga makanan yang sebaiknya dihindari atau dipantangkan seperti bubur, sebab ini melambangkan kemiskinan atau kesusahan. Maklum pada saat musim kelaparan di Tiongkok mereka tidak bisa menyajikan nasi. Disamping itu makanan-makanan yang berasa pahit seperti pare dan fumak sebaiknya ini juga dihindari sebab makanan tersebut melambangkan kepahitan hidup.

pada perayaan Imlek, tambanya, orang Tionghoa hendaknya menghindari menyapu, memecahkan kaca dan memakai pakian hitam serta putih. Hal ini, dianggap tidak membawa keberuntungan. “Hari pertama Imlek tidak boleh menyapu, supaya rejeki yang ada tidak ikut tersapu. Tidak boleh memecahkan piring atau benda-benda kaca, karena rejeki juga akan ikut hancur. Selain itu, perlu menghindari memakai baju hitam-putih, hendaknya pakai pakaian yang warna cerah seperti kuning, merah, hijau. Warna cerah itu warna hoki, terutama merah,” jelasnya.Pada waktu perayaan Imlek juga dirayakan berbagai macam keramaian yang menyuguhkan atraksi barongsai dan kembang api. Hal ini menandakan kemenangan, keberhasilan dan semangat baru untuk menyambut rejeki. “Dengan perayaan Imlek, semua yang jahat dihilangkan,” urai Eddy.

Ini adalah hiasan dinding yang bahannya terbuat dari beludru. Arti tulisannya bagus sekali yaitu mengharapkan sesuatu yang baik. Tepatnya, segala apa yang dicita-citakan akan berhasil terwujud.

Page 3: mengupas seputar imlek

Biasanya, ketika Imlek tiba banyak orang yang menggantungkan hiasan tersebut di dinding. Tidak ada salahnya untuk memberikan kenang-kenangan ini kepada orang lain dalam rangka menyambut Imlek.

IMLEK DI INDONESIAImlek di Indonesia tidak ada kaitannya dengan musim semi, musim panas, musim rontok maupun musim dingin di daratan Tiongkok, karena di Indonesia hanya ada musim panas dan musim hujan. Sejak dahulu masyarakat Tionghoa hanya mengenal Imlek sebagai tahun barunya orang Tionghoa, Idul Fitri sebagai hari raya umat Islam, Natal perayaannya orang Kristen/Katolik dan tahun baru Masehi sebagai tahun baru orang Belanda, sehingga disebut tahun baru Belanda. Mayoritas masyarakat Tionghoa dan non Tionghoa nyaris tidak pernah merayakan tahun baru Masehi. Bagi masyarakat Tionghoa tahun baru

Imlek erat kaitannya dengan sembahyang Tahun Baru, sembahyang Tuhan Allah, sembahyang di klenteng,pakaian baru, makan enak bersama keluarga, paycia,angpao, barongsay,petasan,kue keranjang

dan capgome berikut gotong tepekong.

Imlek di Indonesia telah dirayakan oleh masyarakat Tionghoa sejak zaman kolonial Belanda, demikian juga di zaman Republik sampai jatuhnya pemerintahan Presiden Sukarno dan digantikan oleh

pemerintahan Orde Baru yang sangat represif.

Pada 6 Desember 1967, Presiden Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden No.14/1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina.Dalam instruksi tersebut ditetapkan bahwa seluruh upacara agama,kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa hanya boleh dirayakan di lingkungan keluarga dan dalam

ruangan tertutup.Instruksi Presiden ini bertujuan melikuidasi pengaruh seluruh kebudayaan Tionghoa termasuk kepercayaan,agama dan adat istiadatnya. Dengan dikeluarkannya Inpres tsb. seluruh perayaan

tradisi dan keagamaan etnis Tionghoa termasuk Tahun Baru Imlek, Capgome,Pehcun dan sebagainya dilarang dirayakan secara terbuka.Demikian juga tarian barongsai dan liong dilarang dipertunjukkan.

Dengan adanya Inpres No.14/1967 ditambah dengan diterbitkannya SE Mendagri No.477 tahun 1978 yang menolak pencatatan perkawinan bagi yang beragama Khonghucu dan penolakan pencantuman

Khonghucu dalam kolom agama di KTP, terjadi eksodus dan migrasi sebagian orang Tionghoa ke dalam agama Kristen,Katolik,Budha bahkan Islam. Demikian juga seluruh ritual kepercayaaan, agama dan adat

istiadat Tionghoa menjadi surut dan pudar. Malahan Imlek dijauhi dan diharamkan oleh sebagian masyarakat Tionghoa yang telah memeluk agama yang baru. Liong dan barongsai dinyatakan sebagai

setan yang harus dijauhi, demikian juga ritual sembahyang tahun baru Imlek dan penggunaan hio dllnya diharamkan. Generasi muda Tionghoa sudah tidak mengenal dan merasakan lagi makna Imlek. Malahan

DPP Walubi mengeluarkan surat edaran No.07/DPP-WALUBI/KU/93 tanggal 11 Januari 1993 yang menyatakan bahwa Imlek bukan merupakan hari raya agama Budha dan melarang vihara-vihara

Mahayana merayakan Imlek.

Di zaman kolonial dan di masa pemerintahan Presiden Sukarno, perayaan Imlek di Jakarta dimulai

Page 4: mengupas seputar imlek

dengan Pasar Malam di Pancoran/Toko Tiga beberapa hari sebelum tahun baru. Yang dijual adalah segala keperluan Imlek seperti ikan bandeng, kue keranjang,pernak-pernik Imlek, kembang sedap

malam dsbnya. Selama dua minggu masyarakat Tionghoa merayakan Imlek lengkap dengan petasan dan kembang api, barongsai, tanjidor, gambang keromong, gotong tepekong dan puncak acaranya Capgome

di Glodok. Puluhan ribu penduduk Jakarta keluar dari kampung-kampung tempat tinggalnya, baik Tionghoa maupun bukan bersama-sama menari dan menyanyi dalam lingkaran-lingkaran tambang

menuju Glodok. Jadi tidak benar dan menyesatkan bahwa Imlek baru berlangsung semarak dan dilakukan secara terbuka pasca reformasi 1998.

Pada 17 Januari 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keppres No.6/2000 tentang pencabutan Inpres N0.14/1967 tentang agama, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa. Dengan

dikeluarkannya Keppres tersebut,masyarakat Tionghoa sekarang diberi kebebasan untuk merayakan upacara-upacara agama dan adat istiadatnya seperti Imlek, Capgome dan sebagainya secara terbuka.

Demikian juga kebudayaan Tionghoa yang selama ini dilarang termasuk atraksi liong dan barongsai bebas dipertunjukkan di muka umum. Kemudian disusul dengan pencabutan larangan barang-barang

cetakan dalam bahasa Tionghoa sehingga berbagai koran dan majalah berbahasa Tionghoa bermunculan di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Pada 19 Januari 2001, Menteri Agama mengeluarkan Keputusan No.13/2001 yang menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif. Jadi sekali lagi Menteri Agamalah yang menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif, artinya bagi yang merayakan Imlek sebagai ritual agama

diizinkan untuk libur. Apakah ada hari budaya yang dijadikan hari libur fakultatif ?

Pada saat menghadiri perayaan Imlek yang diselenggarakan Matakin pada Februari 2002, Presiden Megawati mengumumkan mulai 2003, Imlek menjadi hari Nasional.Pengumuman ini ditindak lanjuti

dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002 tanggal 9 April. Keppres ini pada awalnya dianggap kontroversial, karena Indonesia hanya mengenal hari nasional yang berkaitan

dengan hari-hari penting yang menyangkut kemerdekaan dan hari-hari suci keagamaan dan tidak ada hari nasional yang berkaitan dengan hari raya etnis. Namun karena Presiden Megawati mengumumkan

hal tersebut di muka umat Khonghucu dan merupakan kelanjutan dari Keputusan Menteri Agama No.13/2001 maka hari Nasional tersebut ditafsirkan sebagai hari keagamaan sehingga tidak

menimbulkan protes dari etnis-etnis lainnya. Malahan jauh sebelumnya ketika Republik baru berdiri, Presiden Sukarno pada tahun 1946 mengeluarkan Penetapan Pemerintah tentang hari-hari raya umat beragama No.2/OEM-1946 yang pada pasal 4 nya ditetapkan 4 hari raya orang Tionghoa yaitu tahun

Baru Imlek, hari wafatnya nabi Khonghucu ( tanggal 18 bulan 2 Imlek),Ceng Beng dan hari lahirnya nabi Khonghucu (tanggal 27 bulan 2 Imlek).

Dengan dicabutnya larangan-larangan dan keluarnya keputusan yang menjadikan Imlek hari Nasional dengan sendirinya masyarakat Tionghoa dapat merayakannya dengan bebas. Pada Imlek tahun 2000, Matakin mengambil inisiatif untuk merayakan Imlek sebagai puncak ritual agama Khonghucu secara

Nasional dengan mengundang Presiden Abdurrahman Wahid untuk menghadirinya. Ternyata perayaan Imlek Matakin ini menarik perhatian Presiden Abdurrahman Wahid dan presiden-presiden berikutnya, Megawati dan Yudhoyono. Sebenarnya hal ini tidak mengherankan karena kehadiran para presiden ini

tidak berbeda dengan kehadirannya dalam perayaan Natal Nasional yang diselenggarakan umat

Page 5: mengupas seputar imlek

Kristen/Katholik atau Waisak umat Budha dan hari raya Nyepi umat Hindu Bali. Adalah tidak adil dan diskriminatif apabila Presiden menghadiri puncak perayaan umat Islam, Kristen/Katholik,Budha dan

Hindu Bali tetapi tidak menghadiri perayaan umat Khonghucu. Perayaan Imlek Nasional Matakin telah menjadi tradisi yang setiap tahun selalu dihadiri presiden Indonesia. Hal inilah yang membuat tidak

senang segelintir orang tertentu yang merasa dirinya menjadi "tokoh" Tionghoa totok, padahal beberapa tahun terakhir Matakin selalu mengajak tokoh-tokoh Tionghoa totok untuk bersama-sama

merayakan Imlek Nasional mendampingi presiden.

Selaras dengan kebebasan merayakan Imlek, para pelaku bisnis tidak akan melewatkan peluangnya dan menjadikan Imlek sebagai komoditi bisnis. Seluruh pusat-pusat perdagangan, mal, restoran, cafe, hotel, media massa baik cetak maupun elektronik berlomba-lomba menjual dan mempromosikan produknya.

Pusat-pusat perbelanjaan dihias secantik-cantiknya dan dipenuhi pernak-pernik Imlek. Berbagai pertunjukan yang berkaitan dengan Imlek digelar agar menarik para pembeli dan pemirsanya. Memang Imlek kini bukan hanya milik masyarakat Tionghoa saja , tetapi telah menjadi milik seluruh masyarakat Indonesia. Sungguh hal ini sangat menggembirakan, namun melihat hal ini muncul segelintir "tokoh"

Tionghoa totok tersebut yang dahulu ikut mengharamkan Imlek tetapi sekarang ingin berusaha menggunakan Imlek untuk kepentingan pribadinya. Mereka kemudian merekayasa Imlek menjadi

perayaan budaya nasional semata untuk menandingi perayaan nasional yang diselenggarakan Matakin pada tanggal 24 Februari 2007 yang akan datang.Segala cara mereka tempuh tanpa memikirkan

akibatnya yang dapat memecah belah persatuan bangsa, khususnya masyarakat Tionghoa. Di samping itu menjadikan Imlek yang telah ditetapkan sebagai hari Nasional menjadi perayaan Budaya semata berpotensi menimbulkan protes dan tuntutan-tuntutan etnis lainnya yang meminta hari-hari raya

etnisnya menjadi hari Nasional.

Page 6: mengupas seputar imlek

URUT-URUTAN IMLEK Kata Imlek adalah bunyi dialek Hokkian yang berasal dari kata Yin Li (sekali lagi maaf, huruf Mandarin tidak bisa keluar di KoKi sekarang, baca'nya: in li), yang berarti “penanggalan bulan” alias lunar calendar. Penanggalan China berdasarkan peredaran bulan di tata surya sehingga disebut dengan Yin Li. Sementara penanggalan yang kita kenal sekarang, dan dipakai luas seluruh dunia disebut dengan Yang Li di dalam bahasa Mandarin, artinya adalah “penanggalan matahari”.  Imlek dikenal juga dengan Nong Li (bacanya: nung li), yang artinya “penanggalan petani”, di mana hal ini bisa dimaklumi, sebagian besar orang jaman dulu adalah bertani. Para petani tsb mengandalkan kemampuan mereka membaca alam, pergerakan bintang, bulan dan benda angkasa yang lain untuk bercocok tanam. Apalagi di China yang 4 musim, perhitungan tepat dan presisi harus handal untuk mendapatkan pangan yang cukup. Perayaan Chinese New Year sebenarnya adalah perayaan menyambut musim semi yang disebut dengan Chun Jie (baca: juen cie), yang artinya “menyambut musim semi”. Musim semi disambut dengan sukacita karena musim dingin akan segera berlalu dan tibalah saat para petani untuk menanam lagi. Tanaman pangan terutama padi, gandum (China utara) dan pertanian lainnya. Karena mengandalkan alam untuk kehidupan mereka, menyambut datangnya musim semi merupakan keharusan yang dirayakan dengan meriah.  Perayaan ini mulai dikenal di jaman Dinasti Xia (sering ditulis Hsia juga, 2205 – 1766 SM). Setelah dinasti Xia runtuh, penanggalan Imlek selalu berubah sesuai dengan kemauan dinasti yang berkuasa. Biasa diambil adalah waktu berdirinya dinasti tsb. Baru pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), penanggalan semua dari Dinasti Xia diresmikan sampai sekarang dan tahun kelahiran Khonghucu ditetapkan sebagai tahun pertama. Bahkan sekarang di China sendiri banyak yang tidak paham penulisan tahun Khonghucu ini. Tahun 2008 kemarin adalah Imlek 2559, dan tahun ini adalah 2560. Sempat juga saya berbantahan dengan Gandalf masalah ini.....hehehe... Rangkaian perayaan Imlek dimulai dari seminggu sebelum Imlek, diakhiri dengan Cap Go Meh merupakan rangkaian turun temurun yang tidak banyak lagi generasi sekarang yang mengenal urutan dan artinya. Sementara generasi saya lebih parah lagi, karena berangusan Orde Baru, sehingga lebih buta masalah ini. Tulisan ini hasil mendalami beberapa literatur, internet searching, penuturan almarhum orang tua, tulisan-tulisan tangan Papa, dan interview sekedarnya dari para tukang masak sembahyangan di Semarang. Tukang masak sembahyangan ini biasanya kisaran umur 50 tahun ke atas dan mewarisi keahlian memasak dan kisah serta cerita di dalamnya turun temurun. Biasa mereka menerima pesanan dari keluarga-keluarga Tionghoa yang sudah tidak mengerti urutan dan tata cara segala macam perayaan, sembahyangan atau peringatan. Imlek, Cap Go Meh, sembahyang ronde, sembahyang bakcang, cengbeng dsb, memiliki aturan dan tata cara yang sarat arti dan makna. Rangkaian Perayaan Imlek Pertama  Seminggu sebelum Tahun Baru Imlek - tepatnya pada tengah malam menjelang tanggal 24 bulan 12 Imlek (Cap Ji Gwee Ji Si/) dimulailah rangkaian pertama sembahyangan Tahun Baru Imlek atau kerap disebut Sin Cia yaitu Persembahyangan Toapekong Naik - lazim juga disebut sebagai Sembahyang Couw Kun Kong (Dewa Dapur). Sembahyangan ini adalah prosesi mengantar Dewa Dapur untuk kembali ke Istana Giok dari Kekaisaran Langit untuk melaporkan segala tingkah laku manusia penghuni rumah itu kepada Kaisar Langit. Kaisar Langit dalam kisah cerita klasik Tiongkok di Indonesia dikenal dengan nama Giok Hong Siang Tee atau Yu Huang Shang Di. Dalam masyarakat pada umumnya, inti dari sebuah rumah atau sebuah keluarga adalah dapur, di mana kegiatan makan, minum, memasak, berinteraksi antara anggota keluarga, bahkan bersantai kadang dilakukan di dapur juga. Apalagi keluarga dan rumah modern sekarang, dengan design dapur yang cozy dan nyaman, akan membuat dapur menjadi sentral interaksi anggota keluarga. Dewa Dapur merupakan 'penjaga' rumah yang paling penting. Dalam

Page 7: mengupas seputar imlek

tradisi, dipercaya semua hal, jelek – baik, akan didengar dan dicatat semua oleh Dewa Dapur dan menjelang akhir tahun akan dibawa 'sidang kabinet' dan merupakan 'annual report' masing-masing keluarga. Jangan ditanya berarti ada berapa Dewa Dapur ya.... Hikayat dan kisah seperti ini mendingan kita nikmati saja daripada dibahas dengan hitungan njelimet dan logika eksak.  Kedua Rangkaian kedua adalah sehari sebelum Sincia, tepatnya tanggal 30 bulan 12 Imlek, kembali diadakan upacara sembahyangan yang dikenal sebagai upacara Sembahyang Tutup Tahun. Sembahyangan ini khusus diadakan untuk menghormati dan memuliakan leluhur, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ungkapan rasa Bhakti (Hauw) anak terhadap Orang Tua / Leluhur. Upacara ini merupakan wujud dari pelaksanaan ajaran moral Confusianis yang bersifat humanis religius dan yang berakar kuat pada penekanan konsep bakti atau disebut xiao, dalam bahasa Inggris disebut juga filial piety. Malam ini sering disebut juga dengan Da Nian Ye (dapat diterjemahkan secara harafiah menjadi 'new year's eve). Orang Hokkian di Medan menyebut dengan 'sa cap me' dari bahasa Mandarin 'shanshi ye', artinya adalah 'malam tanggal 30'.  Pada malam ini kebanyakan keluarga melek semalam suntuk sampai pagi untuk menyambut tahun baru, menyalakan petasan dan kembang api untuk mengusir 'nian' mahluk jahat yang menurut legenda hobby makan manusia. Suara keras petasan dipercaya menakuti si nian tadi. Sekarang makin melenceng untuk sekedar keramaian dan dipercaya mengusir roh jahat. Di Indonesia, 5 tahun belakangan, setelah IBC diperbolehkan lagi merayakan dan malah sekarang menjadi hari libur resmi nasional, makin tahun makin seru dan ramai orang menyalakan kembang api dan petasan. Di China setahu saya, 2 malam sebelum tanggal 30 bulan 12, ada yang disebut dengan ‘xiao nian ye’ (baca: siau nien ye) yang artinya kurang lebih adalah ‘small new year’s eve’. Yang sudah mulai dirayakan, dengan makan bersama keluarga besar, sambil menantikan segenap sanak famili berkumpul lengkap. Biasa sanak saudara yang dari jauh akan berdatangan hampir secara serentak di 2 hari sebelum Sincia. Tentu saja makan-makan sudah menjadi acara wajib. Di saat-saat seperti ini, makanan biasa tidak berhenti mengalir, yang diiringi tentu saja dengan bir, wine atau minuman beralkohol lain guna melawan dingin di tengah musim dingin yang menggigit.   

 Ketiga Rangkaian ketiga adalah tepat di hari Sincia, yaitu yang disebut Cia Gwee Che It/Zheng Yue Chu Yi, tanggal 1 bulan 1. Seluruh anggota keluarga bangun pagi, mandi (tidak yakin tapi kalo di China dalam suasana musim

Page 8: mengupas seputar imlek

dingin...hehehe....), mengenakan pakaian baru, dan siap-siap sembahyang. Yang masih memiliki meja abu dan sembahyangan di rumah, mereka akan bersembahyang kepada para leluhur lebih dulu dan kemudian akan melakukan 'bai nian' (baca: pai nien), yaitu mengucapkan selamat tahun baru dimulai kepada yang paling tua dan berjenjang ke yang paling muda. Jaman dulu, para kakek nenek buyut (mak-co, kong-co) yang berumur panjang akan menjadi pertama yang menerima ucapan selamat tahun baru dengan pai-pai, yaitu 2 tangan terkepal, diikuti dengan kepada kakek nenek, papa mama, paman bibi, kakak, sepupu yang lebih tua, dst. Biasanya pemberian angpau (hongbao, artinya 'amplop merah') dilakukan di acara bai nian ini. Pemberian angpau dilakukan oleh yang lebih tua ke yang lebih muda, atau yang belum menikah. Sehingga misalkan pasangan muda yang sudah menikah melakukan bai nian kepada paman dan bibi mereka, biasanya mereka sudah 'tidak berhak' mendapatkan angpau lagi.  Mengenai pai-pai, sikap 2 tangan terkepal, kadang masih terjadi perdebatan sebenarnya tangan mana yang di atas menangkup tangan yang lain. Yang benar adalah tangan kiri menangkup tangan kanan, dengan arti tangan kanan adalah tangan yang (biasanya) aktif. Pada saat-saat penting seperti bai nian tadi, kita sebagai yang lebih muda diharapkan untuk menundukkan kepala untuk humble barang sejenak menghargai orang yang lebih tua dan menghargai orang lain dengan menangkup tangan kiri untuk 'menutup keangkuhan' tangan kanan. Secara singkat, sikap pai-pai tsb adalah sikap sederhana, menundukkan dan introspeksi sesaat serta menghormat.  Walaupun demikian, masih banyak kontroversi seputar tangan mana yang menangkup. Silakan perhatikan sikap tangan masing-masing hayoooo..... hehehe..... jangan kuatir, bahkan jika anda semua tangan kanan yang menangkup tangan kiri dan merasa nyaman dengan itu, ya silakan saja, tidak ada yang melarang ataupun menghukum karena terbalik. Tulisan ini sekedar menuangkan apa yang pernah saya dengar, pernah orangtua saya menceritakan arti dari sikap pai-pai itu. Di hari ini juga, setelah bai nian di rumah masing-masing, kemudian akan diikuti dengan kunjungan ke rumah-rumah saudara. Jika mempunyai paman dan bibi yang bejibun banyaknya, sesuai adat istiadat, kunjungan harus dilakukan dimulai dari yang paling tua ke yang paling muda. Di acara inilah biasa anak-anak sampai dengan awal remaja paling menikmati....apa itu...tentu saja angpau dan makanan enak. Angpau jelas berarti uang saku bertambah, kantong dan dompet bertambah tebal, serta makanan enak baik itu cemilan, kue, biskuit atau makan besarnya. Mengenai ucapan yang menyertainya, bisa berbagai macam, misalnya: gong xi fa cai (baca: kung si fa jai), xin nian kuai le (baca: sin nien guai le), atau wan shi ru yi (baca: wan se ru ie), atau di Indonesia lebih sering terdengar kiong hie, kiong hie, sin cun kiong hie, thiam hok thiam siu. Pengaruh dialek Hokkian sangat kental di sini, artinya kurang lebih sama, kiong hie adalah dari gong xi, sementara sin cun kiong hie adalah dari xin chun gong xi, thiam hok thiam siu dari tian fu tian xiu. Artinya berturut-turut adalah:  

Gong xi fa cai: wish you prosperity Xin nian kuai le: happy new year Wan shi ru yi: ten of thousands matters will be accomplished/fulfilled/achieved Xin chun gong xi: happy spring festival (kurang pas di Indonesia) Thiam hok thiam siu: banyak rejeki dan panjang umur. 

Di samping itu masih terjadi kesalahkaprahan di Indonesia, yaitu: gong xi fat choi atau gong xi fat chai, ini kesalahan yang paling banyak, bahkan terjadi secara serempak, terpampang di billboard di jalan-jalan, di surat kabar dan media lainnya. Kerancuan dialek Hokkian dengan dialek Konghu (Cantonese) terjadi di sini. Dalam dialek Cantonese, bunyinya memang jadi: kung hei fat choi (Wahnam, Wenny, Lizzie, tolong koreksi?), terjadilah kerancuan dan tumpang tindih menjadi gong xi fat choi....Selain ucapan-ucapan di atas masih banyak lagi ucapan yang artinya positif dan baik.  

Page 9: mengupas seputar imlek

 

   Keempat Hari ke 5 bulan pertama atau yang disebut Cia Gwee Cee Go (Zheng Yue Chu Wu), merupakan sembahyangan Toapekong turun kembali ke bumi. Setelah naik ke langit untuk melaporkan segala sesuatu tentang kehidupan di bumi, Dewa Dapur kembali bertugas di bumi. Dipercaya saat inilah rejeki dan berkah yang dibawa serta dari Sang Kaisar Langit akan tercurah ke umat manusia. Ditambah pula turunnya Cai Shen Yuan atau dewa kekayaan yang sudah mendapat tugas untuk memberikan ganjaran dan kekayaan kepada umat manusia. Sembahyangan ini sudah jarang diketahui oleh generasi sekarang ini, dan juga sudah jarang dilakukan di rumah-rumah, bahkan di dalam keluarga yang masih kuat tata cara dan adat istiadat juga sudah jarang dilakukan. Perayaan utama biasanya adalah new year’s eve dan cap go meh saja. Kelima Puncak dari rangkaian Upacara Sin Cia jatuh pada tanggal 9 bulan 1 Imlek (Cia Gwee Ce Kao / Zheng Yue Chu Jiu). Pada hari ini ada satu upacara besar yang disebut Persembahyangan King Ti Kong (Persembahyangan Kepada Tuhan Yang Maha Besar). Sejak dahulu, di kalangan orang Tionghoa (tertentu), pada malam menjelang tibanya tanggal 9 bulan 1 Imlek ini, diadakan persembahyangan kepada Ti Kong / Thian / Tuhan secara khusus. Kata King Ti Kong sendiri adalah dialek Hokkian dari kata Jing Tian Gong (sayang tulisan Mandarin tidak bisa keluar, jadi hanya ejaan pinyin saja), yang artinya “menghormati Tuhan Yang Esa/Maha Besar”.  Tebu melambangkan banyak hal, di antaranya: manis, simbol keberuntungan, kemakmuran, dsb, kemudian dari bentuk yang berbuku-buku, tegak lurus, dari bawah sampai atas, secara filosofi adalah untuk meraih kesuksesan, manusia harus melalui jenjang kehidupan yang dilambangkan buku-buku tebu tadi. Dan ada juga cerita bahwa sembahyang tebu ini hanya dilakukan oleh orang Hokkian, di mana kebetulan Hokkian di Indonesia menempati porsi yang cukup besar dibanding dari provinsi lain (Khek, Tiociu, dsb), entah benar entah tidak. Konon, dulu di masa peperangan salah satu dinasti, sekelompok orang Hokkian dikejar para serdadu sehingga terpaksa lari dan bersembunyi di hamparan kebun tebu. Bahkan mereka harus melewatkan malam Sincia dan hari pertama Sincia yang seharusnya di rumah bersama sanak keluarga, ini malah di tengah kebun tebu. Selama bersembunyi itu, tebu-tebu itulah yang menjadi sandaran utama untuk makanan di tengah peperangan. Manisnya sari

Page 10: mengupas seputar imlek

tebu menjadikan mereka tetap kuat dan bersemangat. Baru di menjelang hari ke 8 dan ke 9 musuh pergi dan keluarlah mereka dari hamparan perkebunan tebu. Untuk mengucap syukur, spontan mereka memotong beberapa batang tebu utuh dengan daunnya, dan bersembahyang kepada Ti Kong (Tuhan) di tempat itu juga. Dan karena tanggal tsb adalah tanggal 9 bulan pertama, dipotonglah 9 potong tebu untuk disajikan dalam sembahyang syukur itu. Di samping itu, angka 9 sendiri dalam dialek Hokkian bunyinya adalah Kao (sering juga ditulis Kau), kalau dalam bahasa Mandarin bunyi kao dituliskan dengan gao yang artinya adalah tinggi. Dalam hitungan, dalam bilangan manapun, angka 9 adalah yang tertinggi untuk a single digit number, dan diharapkan seluruh keluarga juga akan mencapai kesuksesan yang tertinggi. Upacara ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang didahului dengan pantang daging atau dalam dialek Hokkian disebut ciak cay (makan sayur), tepat setelah hari ke 3, biasanya seluruh anggota keluarga yang berminat untuk ikut sembahyangan King Ti Kong akan berpantang makan daging dari hari ke 4 sampai hari ke 9. Pagi hari di hari ke 9, sembahyangan dimulai oleh anggota keluarga tertua (kakek) atau kepala keluarga (suami, ayah). Sembahyangan King Ti Kong dipandang terpenting dalam rangkaian upacara Sincia karena merupakan kunci dan penentu semua langkah kehidupan bagi seluruh anggota keluarga di tahun berjalan.   

   

 

Page 11: mengupas seputar imlek

  Keenam Inilah penutup dari rangkaian keseluruhan perayaan Sincia. Mengutip dari tulisan Mea dan saya sendiri di Benyamin S, Cap Go Meh & Beijing, I am in Love (China, AS, Libya) tanggal 25 Februari 2008 http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=60860&section=92, asal usul perayaan cap go meh bisa dibagi menjadi 2, yaitu versi China dan versi Indonesia: