Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

44
Menguak Jatuh Bangun Perjalanan Sosro Rintis Perusahaan Besar Selasa, 03 Agustus 2010 12:09 Previous Left arrow key Next Right arrow key Close Berjibun komentar bela sungkawa datang. Tak hanya dari pengusaha, tapi juga dari Tweeps, Facebooker, hingga Blogger. Mereka kehilangan orang yang mereka kagumi, bos Teh Botol Sosro, Soetjipto Sosrodjojo. Generasi kedua ini meninggal dunia Rabu lalu, pukul 01.15, pada usianya yang ke 77. Dalam Twitter, akun Mrbambang menulis, "Apapun makannya, minumnya teh botol sosro. Pendiri Sosro, Sutjipto Sosrodjojo wafat. Semoga tenang di alam sana. Kami akan tetap minum teh sosro." Demikian juga dengan akun Fabeilo, "Terima kasih buat pak Sutjipto Sosrodjojo buat Teh Botol Sosro- nya..." Itu merupakan sebagian komentar untuk sang inovator yang berhasil membawa Teh Botol Sosro menjadi merek terkenal. Pewaris kerajaan bisnis Sosrodjojo ini, mengoperasikan usahanya sekitar tahun 1965-1990 dengan tiga saudara yang lain, yaitu Soemarsono Sosrodjojo, Soegiharto Sosrodjojo, dan Surjanto Sosrodjojo. Namun, Soemarsono telah meninggal dulu. *** Seperti diberitakan dari website perusahaan, usaha ini bermula pada 1940. Saat itu, Sosrodjojo, ayah Soetjipto, memulai usahanya di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Slawi. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering dengan merek Teh

description

Kisah inspiratif

Transcript of Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Page 1: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Menguak Jatuh Bangun Perjalanan Sosro Rintis Perusahaan Besar

Selasa, 03 Agustus 2010 12:09

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Berjibun komentar bela sungkawa datang. Tak hanya dari pengusaha, tapi juga dari Tweeps, Facebooker, hingga Blogger. Mereka kehilangan orang yang mereka kagumi, bos Teh Botol Sosro, Soetjipto Sosrodjojo. Generasi kedua ini meninggal dunia Rabu lalu, pukul 01.15, pada usianya yang ke 77.

Dalam Twitter, akun Mrbambang menulis, "Apapun makannya, minumnya teh botol sosro. Pendiri Sosro, Sutjipto Sosrodjojo wafat. Semoga tenang di alam sana. Kami akan tetap minum teh sosro." Demikian juga dengan akun Fabeilo, "Terima kasih buat

pak Sutjipto Sosrodjojo buat Teh Botol Sosro-nya..."

Itu merupakan sebagian komentar untuk sang inovator yang berhasil membawa Teh Botol Sosro menjadi merek terkenal. Pewaris kerajaan bisnis Sosrodjojo ini, mengoperasikan usahanya sekitar tahun 1965-1990 dengan tiga saudara yang lain, yaitu Soemarsono Sosrodjojo, Soegiharto Sosrodjojo, dan Surjanto Sosrodjojo. Namun, Soemarsono telah meninggal dulu.

***

Seperti diberitakan dari website perusahaan, usaha ini bermula pada 1940. Saat itu, Sosrodjojo, ayah Soetjipto, memulai usahanya di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Slawi. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol. Pemasarannya masih terbatas, hanya seputar Jawa Tengah saja.

Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya. Pada 1953, dia berani merambah ke Jakarta. Saat itu, di Jawa Tengah, Teh Cap Botol sudah sangat terkenal.

Sosrodjojo menggunakan strategi 'Cicip Rasa'. Dia membagikan contoh produk di ibukota. Dia datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak dan menyeduh langsung di tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar.

Namun, cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlalu lama, sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu.

Page 2: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Sosrodjojo pun memutar otak. Ia tidak lagi menyeduh teh langsung di pasar. Tetapi teh dimasukkan dalam panci-panci besar yang selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa, sebagian besar tumpah dalam perjalanan.

Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh itu dikemas ke dalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung, karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak.

Pada 1969 muncul gagasan teh siap minum dalam kemasan botol. Pada 1970, teh dalam kemasan botol diproduksi masal. Setelah usaha ini pesat, pada 1974 keluarga Sosro mendirikan PT Sinar Sosro yang mengelola pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia. Bahkan, Sosro mengklaim, teh kemasan botol merupakan yang pertama di dunia.

Model botol untuk kemasan Teh Botol Sosro mengalami tiga kali perubahan, masing-masing pada 1970, pada 1972, dan terakhir pada 1974. Desain terkhir hingga kini masih dipertahankan.

***

Kini, sejak awal 1990, bisnis ini mulai dikelola oleh Generasi Ketiganya, cucu Sosrodjojo. Inovasi pun terus dilakukan. Mereka tak hanya memasarkan Teh Botol saja. Mereka merambah dengan teh aneka rasa, air minum dalam kemasan, hingga jus dalam kemasan.

Semua usahanya dikelola melalui dua perusahaan. PT Sinar Sosro, perusahan yang memproduksi Teh Siap Minum Dalam Kemasan. Produk-produknya adalah Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, Joy Tea Green Sosro, TEBS, Happy Jus, dan Air Minum Prim-A. Serta PT Gunung Slamat, perusahaan yang memproduksi Teh Kering Siap Saji. Produk-produknya adalah Teh celup Sosro, Teh Cap Botol, Teh Poci, Teh Terompet, Teh Sadel, Teh Sepatu, dan Teh Berko.

Pepatah ini disampaikan kepada saya oleh Soegiharto Sosrodjojo (terlahir Souw Hway Gie), perintis teh wangi Cap Botol yang kini merajai pasar minuman teh dalam botol. Seperti Djarum, pabrik teh wangi Cap Botol juga pernah ludes dimakan api. Tetapi Soegiharto bangkit kembali. Tidak seperti pabrik teh wangi lain yang "berkutat" di sekitar Tegal, Soegiharto merebut pasar Jakarta. Dengan keberhasilan menguasai Jakarta, pasar nasional hanyalah sebuah keniscayaan. Kemudian, dengan kedua adiknya-Soetjipto dan Surjanto-ia mengembangkan minuman teh yang dikemas dalam botol, dan kini Teh Botol Sosro adalah juara Indonesia.

Inovasi yang sempat "bikin malu" ini dikenang Soegiharto. "Awalnya karena saya sering malu disindir orang ketika melakukan propaganda cicip rasa ke konsumen. Saya dengar orang-orang bilang: namanya Teh Botol kok disajikan dalam cangkir?" begitu kata Soegiharto mengenang. "Dulu saya juga diketawain orang. Ngapain jual minuman teh dalam botol? Di warung-warung nasi kan teh disediakan gratis?"

Pada ulang tahunnya yang ke-75, Soegiharto memanggil kelima anaknya. Hari itu ia mengundurkan diri secara total dari kepengurusan dan kepemilikan. Ia bahkan tidak lagi menjadi

Page 3: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

komisaris. Seluruh kepemilikannya dibagi rata kepada lima anaknya. Hanya tiga anaknya-Peter, Joseph, dan Sukowati Sosrodjojo-yang duduk di puncak manajemen. Cucu-cucunya-generasi ketiga-masih terlalu muda untuk dilibatkan.

Obligasi Sosro yang sukses pada 2001 membuat mereka tampaknya mulai berpikir-pikir untuk menawarkan saham perdana. Apalagi karena perusahaan sudah terdiversifikasi ke industri perhotelan (Mercure Rekso di Jakarta dan proyek hotel berbintang enam di Pecatu, Bali), perkebunan teh, dan baru-baru ini memenangi waralaba McDonald's di Indonesia. Kini semua unit bisnis strategis itu tergabung dalam Rekso Group.

Ya, sangat boleh jadi, langkah IPO (initial public offering) yang akan membawa Rekso Group mampu menembus usia 100 tahun. Bahkan lebih! (fn/vs/tm) www.suaramedia.com

Ekspektasi Dan Sikap Pantang Menyerah Di Balik Sukses Sam Walton

Senin, 02 Agustus 2010 12:07

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Sebelumnya 1 of 2

Berikutnya

Sebagai pendiri Wal-Mart, dan berbagai divisinya yang sukses, Sam Walton melakukan inovasi di industri ritel melalui fokusnya yang terarah, ekspektasi yang tinggi, dan sikapnya yang pantang menyerah.

Kisah Sam Walton, pendiri Supermarket Wal-Mart yang melegenda itu, tetap menarik dikenang. Di mata dia, dunia bisnis hanya mengenal satu bos, yakni pelanggan. Para pelangganlah yang

Page 4: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

dapat memecat setiap orang di perusahaan — dari presdir hingga tukang sapu — hanya dengan menghabiskan uang mereka di tempat lain.

Kepeduliannya yang tak bisa ditawar-tawar terhadap kepuasan pelanggan ditunjukkan Walton sejak ia mengawali usahanya sebagai pedagang kecil. Ia membangun toko yang menjual barang-barang dengan harga peritem US$ 0,05-0,10 (five-and-dime store ). Tujuannya, membantu para pelanggan agar tak perlu pusing menentukan tempat belanja yang cocok buat kantong mereka dengan barang yang terjamin kualitasnya. Wal-Mart kemudian tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan eceran terbesar di dunia.

Langkah Walton tersebut sungguh simpel, tidak butuh strategi canggih, dan tak menelan banyak dana. Namun, di zamannya, siapa sih yang terpikir menerapkan langkah inovatif seperti itu? Kendati begitu, langkah inovatif Walton bisa dijadikan prinsip universal yang berlaku di zaman kapan pun. Karena, ia bukan saja memberikan apa yang diinginkan pelanggan, tapi juga bagaimana setiap waktu menambah kepuasan pelanggannya.

Seperti halnya Sam Walton dengan Wal-Mart-nya, semua perusahaan yang sukses dan tahan dari gempuran zaman pasti selalu berinovasi. Sebab, keberadaan perusahaan umumnya beranjak dari kebutuhan manusia atas produk/jasa tertentu. Manusia sendiri berkembang sepanjang waktu, mengikuti tuntutan pribadi dan lingkungannya yang juga terus berubah.

Karena itu, kalau ingin tetap eksis dan menang di kancah persaingan, perusahaan — yang esensinya melayani manusia — juga harus selalu tanggap terhadap perubahan sikap dan perilaku manusia. Perubahan sekecil apa pun. Sebab, manusialah sasaran akhir produk/jasa yang ditawarkan perusahaan. Singkatnya, perjalanan perusahaan sudah semestinya seiring dengan perkembangan manusianya. Kata kunci menanggapi perubahan itu adalah inovasi. Tanpa inovasi, perusahaan (besar maupun kecil) akan segera berubah menjadi monumen atau bagian dari masa lalu kita.

Memang, bahaya terbesar bagi perusahaan adalah kemapanan dan rasa puas diri. Terkait dengan ini, nasihat dari Donald Keough, mantan Presiden Coca-Cola, layak kita dengar. Ia mengatakan bahwa saat untuk semakin ulet justru ketika segala sesuatu berjalan dengan sangat baik. Ini menyiratkan, jangan sampai inovasi terhenti gara-gara perusahaan telah berjalan sangat bagus. Maka, peran inovator adalah mutlak. Dan, menjadi tugas perusahaan untuk menciptakan iklim dan lingkungan yang kondusif bagi bersemainya para inovator, sehingga inovasi menjadi bagian penting dari budaya perusahaan.

Di sisi lain, seiring kompleksnya persaingan, perusahaan tak boleh lagi terpasung oleh pandangan bahwa inovator hanya lahir dari bagian riset dan pengembangan (R & D) ataupun departemen produksi. Sudah saatnya inovator lahir dari departemen mana pun. Bisa dari bagian distribusi dan pemasaran, keuangan, layanan pelanggan, bahkan mungkin dari bagian pengembangan sumber daya manusia.

Karena begitu menyebarnya bidang yang bisa menjadi sumber inovasi, aspek knowledge management harus dimasukkan dalam agenda utama perusahaan. Futurolog John Naisbitt, di berbagai kesempatan juga mengatakan bahwa sumber kekuatan terbaru zaman ini bukanlah uang

Page 5: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

di genggaman tangan segelintir orang, melainkan informasi di tangan banyak orang. Prinsip ini sungguh tepat untuk mencegah situasi yang sering terjadi bahwa ketika seorang inovator pergi, roda perusahaan pun terhenti. (fn/bk/swa) www.suaramedia.com

Penyebab Kegagalan Vs Seratus Jurus Sukses Bisnis Besar

Kamis, 29 Juli 2010 12:32

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Penyebab-Penyebab Kegagalan dalam Berbisnis

Setiap orang tentunya tidak ingin gagal dalam semua aspek kehidupan apalagi masalah bisnis. Tetapi, semua adalah sebuah proses menuju keberhasilan. Kita juga harus menyadari bahwa Bisnis yang gagal adalah sebuah kewajaran. Akan tetapi, tentunya ada factor yang menimbulkan kegagalan tersebut. Untuk mengetahui lebih dalam apa saja faktor-faktor kegagalan dalam berbisnis, di bawah ini kami cantumkan serangkaian faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berbisnis:

Pertama: “Rencana strategi yang tidak realistis”.

Kedua: “Layanan pelanggan yang buruk”.

Ketiga: “Marketing yang tidak memadai”.

Keempat: “Pelatihan karyawan yang buruk”.

Kelima: “Pengeluaran yang berlebihan”.

Keenam: “Pencatatan keuangan yang buruk”.

Ketujuh: “Tidak ada cadangan tunai atau modal kerja.”

Page 6: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Kedelapan: “Masalah Pajak.”

Kesembilan: “Kurangnya pengetahuan bisnis”.

Cerita sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak sukses yang justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk untung besar lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain. Tetapi tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang sudah ada.

Dalam bukunya, Emily Ross & Angus Holland mengisahkan hal ini cukup menarik. Ia juga memilah-milah kisah sukses atas dasar sejarah dan kecenderungannya, sehingga mempermudah pembaca untuk memahami. Sebagai contoh adalah kisah-kisah sukses yang diaraih karena kekuatan adaptasi modelnya. Ross & Holland menyebutkan Starbucks yang berevolusi dari hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan Coca Cola yang berjaya setelah dikemas dalam botol.

Keberanian mengambil risiko oleh para kreator dan inovator juga menjadi kisah tersendiri. Keberhasilan Apple menjadi salah satu contoh besarnya. Sang penemu, Steve Wozniak, sempat ditolak ketika mengajukannya ke Hewlett-Packard (HP). Ia kemudian menyodorkannya kepada Steve Jobs yang kemudian menjadi mitranya. Dengan modal uang dari hasil menjual mobil VW milik Wozniak dan kalkulator HP milik Jobs, mereka membiayai desain pertama Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak lima tahun lebih tua. Siapa sangka kalau kini Apple menjelma menjadi sebuah usaha besar di dunia.

Sementara itu banyak juga sukses besar yang bermula dari gagasan sepele. Liquid Paper adalah salah satu contohnya. Produk ini bermula dari kebingungan sang penemunya, Bette Graham. Saat itu, seorang ibu yang bekerja sebagai sekretaris ini kerap stres lantaran pekerjaannya dalam mengetik. Bayangkan, bagaimana pusingnya dia ketika harus membuat hasil ketikannya rapi dan bersih, sementara ketikannya kerap salah.

Suatu ketika tanpa sengaja dia melihat seorang tukang cat sedang mengecat tengah mengecat. Tukang cat itu ternyata tak sengaja menodai hasil kerjanya. Untuk membersihkannya, pengecat itu kemudian menimpa noda itu dengan cat putih.

Dari situ, Graham terpikir untuk melakukan hal serupa. Dia mencoba menggunakan cat tempera putih berbahan dasar air dan kuas tipis untuk menutup kesalahan ketiknya. Ternyata berhasil. Pada tahun 1957 ketika teman-temannya mengetahui hal ini, Graham mulai mengomersialkan, hingga mampu menjual sekitar 100 botol per bulan. Hebatnya, 15 tahun kemudian, perusahaan yang didirikan berhasil menjual sedikitnya lima juta botol per tahun.

Yang tak kalah menarik adalah sukses besar yang terjadi karena kecerdikannya dalam mengadopsi ide orang lain. Contohnya Dietrich Mateschitz yang mengubah tonik menyehatkan asal Thailand, si kerbau air merah alias Krating Daeng, menjadi manis dan berbuih yang cocok untuk orang-orang Austria. Ia lantas mengemasnya lebih menarik dalam kaleng ramping, dan

Page 7: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

memberinya merek Red Bull. Dengan klaim sebagai ‘minuman cerdas’ yang mampu meningkatkan kinerja seseorang, Red Bull menangguk sukses besar. Padai tahun 2006, penjualannya mencapai 3,5 miliar dolar AS, dan kini diperkirakan jauh melebihi angka itu.

Sukses juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kemampuan berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap ide yang sudah ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell?

Langkah sama terjadi pada Sergey Brin dan Larry Page. Ia melakukan inovasi yang serupa, sehingga Google-nya kini sukses menyaingi mesin pencari yang lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan Lycos.

Dalam buku ini juga diungkapkan tentang para penemu yang kurang beruntung. Sebaliknya keuntungan justru dinikmati orang lain. Salah satu contoh adalah Coco Chanel. Ketika parfum pada umumnya dibuat dengan satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil perpaduan beberapa jenis bunga yang kemudian menghasilkan Chanel No. 5. Tapi sayang, akibat kesulitan modal, Coco haus berkongsi dengan keluarga Pierre Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi parfum berskala besar. Hasilnya? Keluarga Wertheimer yang justru menikmati kekayaan, bahkan hingga cucunya yang sekarang.

Seratus jurus sukses yang diungkapkan dalam buku ini bisa menjadi inspirasi bagi pembaca, bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja dan dengan cara apa saja. Yang penting adalah ketekunan dan keberanian dalam menghadapi risiko.

Boen "Sulap" Usaha Sekelas Garasi Jadi Perusahaan Farmasi Besar

Sabtu, 31 Juli 2010 13:53

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Pendiri dan Komisaris Utama PT Kalbe Farma Tbk, Boenjamin Setiawan yang akrab dipanggil Dr. Boen dedikasinya bagi kemajuan industri farmasi nasional tak diragukan lagi. Di tangan Boen, perusahaan sekelas garasi “disulap” menjadi grup farmasi terbesar di Tanah Air: PT Kalbe Farma Tbk. Warta Ekonomi menobatkannya menjadi salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005.

Page 8: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Bicara tentang industri farmasi nasional, sulit melupakan Boenjamin Setiawan. Kecintaannya terhadap dunia farmasi mengantarnya sebagai salah satu tokoh industrialisasi farmasi modern nasional. Pria yang akrab disapa Dr. Boen ini tak lain adalah pendiri sekaligus pemilik PT Kalbe Farma Tbk., sebuah grup farmasi besar yang terintegrasi. Perusahaan farmasi lokal ini ditaksir memiliki aset di atas Rp5 triliun. Lengan bisnis grup ini meliputi obat-obatan, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, dan sarana riset modern.

Boen memiliki labar belakang akademis, khususnya di bidang farmakologi dan farmakinetik. Sebelum sepenuhnya menerjuni bisnis, peraih gelar dokter dari Universitas Indonesia dan Ph.D. bidang farmakologi dari University of California, AS, ini sempat beberapa tahun menjadi dosen. Sepulang dari sekolah di AS, ia banting setir, mencoba peruntungan dengan menggeluti bisnis farmasi. Tepatnya, pada 1966, cikal bakal Grup Kalbe resmi berdiri.

Keberhasilan Grup Kalbe memang tak luput dari kepemimpinan pria kalem ini. Sebagai ahli farmasi, Dr. Boen paham betul bagaimana perkembangan farmasi global. Ia terjun langsung mengembangkan jenis obat-obatan maupun makanan kesehatan Kalbe. Lompatan sukses Grup Kalbe terutama ditopang oleh kejeliannya membaca ceruk pasar dengan memproduksi dan memasarkan obat generik.

Kesuksesan Kalbe tak membuat Dr. Boen cepat berpuas diri. Kali ini ia kembali membuat gebrakan lewat langkah merger internal. Tiga perusahaan publik, Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan perusahaan distribusinya, PT Enseval Putera Megatrading, dilebur menjadi satu. Boleh jadi ini merupakan aksi merger internal terbesar yang pernah terjadi di bursa.

Boen tampak cukup cerdik meneropong perkembangan pasar. Merger ini akan memperkuat posisi Grup Kalbe di industri farmasi nasional. Mereka juga menciptakan sinergi yang kokoh antar-unit usaha untuk memperbesar pasar, di samping tentunya menghasilkan efisiensi dalam proses kegiatan usaha.

Di luar itu, Kalbe juga melakukan sejumlah langkah strategis. Mereka mendirikan PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd., sebuah perusahaan riset dan pengembangan. Kalbe juga menjalin kerja sama strategis dengan Morinaga untuk mendirikan pabrik susu dengan investasi sekitar Rp500 miliar. Dengan sejumlah terobosan inilah maka pantas jika Dr. Boen menjadi tokoh bisnis tahun ini.

Grup Kalbe Farma, yang cikal bakalnya didirikan 40 tahun yang lalu, berhasil menduduki peringkat pertama di pentas bisnis farmasi nasional. Inilah kisah bagaimana orang-orang pintar dan terbaik membangun kerajaan bisnis.

Orang dengan kemampuan sekomplet Boenjamin Setiawan memang langka. Ia adalah dokter lulusan fakultas kedokteran paling bergengsi di negeri ini: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Belum puas dengan predikat dokter yang waktu itu menjadi dambaan banyak orang (bayangkan, menjadi dokter di era 1950-an!), ia terbang ke Amerika Serikat dan menggondol gelar Ph.D di bidang farmakologi dari University of California, AS. Gelar Ph.D tersebut diraih tahun 1961, ketika usianya 28 tahun -- usia yang terbilang muda untuk seseorang yang berhasil meraih gelar doktor di zaman itu.

Page 9: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Yang membuat sosok yang akrab disapa dr. Boen itu menjadi istimewa adalah keputusannya mau bersusah-payah membangun bisnis sendiri dari nol. Padahal, dengan ijazah yang digenggamnya, apalagi di zaman awal 1960-an, dia jelas sangat leluasa memilih pekerjaan yang terpandang di masyarakat sekaligus mendatangkan banyak uang. Nyatanya, ia malah memilih mendirikan pabrik obat kecil yang tak diperhitungkan orang.

Akan tetapi, setelah melewati proses jatuh-bangun yang menyakitkan, lewat Kalbe Farma yang cikal bakalnya didirikan tahun 1966, Boen yang berlatar belakang farmakolog dan sangat peduli perkembangan industri farmasi global akhirnya berhasil mengembangkan dan memasarkan jenis obat-obatan bermutu, meskipun hampir semua produknya masih me too. Reputasi Kalbe terkerek berkat strategi penetapan harga produk-produk obat etikal bermerek yang dipatok lumayan tinggi tapi tidak kelewatan, sehingga Kalbe tidak terlihat serakah di mata masyarakat. Bahkan, tidak sedikit orang yang melihat hal ini sebagai niat baik Kalbe untuk tidak terlalu berkolusi dengan para dokter sebagai otoritas yang sangat menentukan preferensi pembelian obat oleh masyarakat sebagai konsumen akhir.

Setelah sukses menggarap obat-obat etikal (obat dengan resep dokter), Kalbe melangkah lebih jauh dengan memproduksi obat-obat bebas (over the counter/OTC). Di sini pun Kalbe mencatat sukses. Beberapa produk yang dikembangkan bahkan berhasil menjadi raja di kategorinya. Promag, misalnya, mampu mengalahkan Mylanta yang merupakan raja obat maag dunia. Meski tak sehebat Promag, merek-merek obat OTC lain keluaran Kalbe dikenal luas oleh masyarakat, seperti obat batuk Wood's (hasil akuisisi terhadap perusahaan farmasi asing) dan Neuralgin (sebelumnya obat etikal).

Dr. Boen (saat berusia 73 tahun) yang terkenal low profile di panggung bisnis, tiba-tiba bikin kejutan. Kali ini di lantai bursa: PT Kalbe Farma Tbk. mengakuisisi dua anak perusahaannya yang juga sudah tercatat di bursa, yakni PT Dankos Laboratories Tbk. dan perusahaan yang membidangi distribusi produk farmasi, PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Langkah ini menobatkan Kalbe Farma sebagai perusahaan farmasi beromset terbesar di Indonesia (bahkan di Asia Tenggara), menyalip PT Sanbe Farma yang selama bertahun-tahun bercokol di puncak. Lebih dari itu, akuisisi ini sekaligus mengukuhkan Kalbe Farma sebagai perusahaan farmasi yang terintegrasi secara vertikal, mulai dari produksi dan pemasaran hingga penjualan dan distribusi produk-produk farmasi.

Sebetulnya, sebagai kelompok usaha farmasi, Grup Kalbe selalu menjadi yang terbesar. Sebab, di bawah payung Grup Kalbe, di samping ketiga perusahaan tersebut di atas, masih ada PT Bintang Toedjoe (produsen minuman serbuk Extra Joss) yang masuk jajaran 10 Besar Perusahaan Farmasi di Indonesia, Hexapharm (produsen obat generik), serta PT Sanghiang Perkasa yang memproduksi susu dan makanan kesehatan.

Langkah-langkah strategis dan visioner tersebut telah mengantarkan Kalbe -- baik sebagai perusahaan tunggal maupun kelompok usaha -- menjadi satu dari sedikit kelompok bisnis Indonesia yang paling siap menyongsong era AFTA yang sering didengung-dengungkan itu. Kalbe bahkan telah siap menghadapi harmonisasi pasar ASEAN yang tinggal dua tahun lagi sejak sekarang, yakni 2008.

Page 10: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Banyak faktor yang menopang, mendorong sekaligus mempercepat sukses Kalbe. Topik inilah yang dibahas tuntas dalam Sajuta SWA kali ini. Dari sekian banyak faktor sukses itu, salah satu ciri menonjol yang mengantarkan Kalbe berhasil menjadi nomor satu di pentas bisnis farmasi nasional seperti sekarang adalah sosok Boen sendiri. Sedari awal, Boen selalu menandaskan bahwa  perusahaan farmasi harus didukung riset yang kuat. Dan ia tidak berhenti pada kata-kata, melainkan langsung mewujudkannya dengan memperkuat divisi riset dan pengembangan -- hal yang tidak mungkin dilakukan perusahaan Indonesia di era 1960-an.

Ciri menonjol lainnya, sejak dini (awal 1970-an) Boen juga menyadari bahwa jika ingin bergerak lincah dan sehat, perusahaan harus dijalankan para profesional yang andal. Andal dalam pengertian Boen adalah bahwa profesional tersebut bukan semata-mata encer otaknya, melainkan juga harus dipadu dengan sikap dan perilaku yang baik. Dalam bahasa Boen, mereka harus the brightest dan the best. Untuk mendapatkan kandidat seperti ini, Kalbe menjalin kerja sama dengan LPPM sebagai konsultan manajemennya. Kesadaran seperti ini, lagi-lagi, masih langka bagi generasi pebisnis seangkatan Boen.

Johannes Setiono, yang sejak beberapa tahun terakhir menjadi Presdir PT Kalbe Farma, adalah hasil tempaan yang menekankan pentingnya the brightest dan the best itu. Johannes adalah peraih peringkat pertama program management trainee yang dikenalkan pertama kali di Kalbe pada 1970-an. Demikian juga, para CEO yang kini menduduki pucuk-pucuk pemimpin di semua perusahaan di lingkungan Grup Kalbe tak satu pun yang berasal dari keluarga Boen.

Bersamaan dengan itu, Boen juga mulai berkenalan dengan konsep nilai-nilai dan budaya perusahaan, yang kemudian melahirkan lima falsafah Kalbe yang dituangkan dalam Panca Krida, juga prinsip kerja yang dirumuskan dalam konsep DJITU (selengkapnya bisa dibaca pada tulisan-tulisan Sajuta setelah ini).

Boen, setidaknya sampai saat ini, berhasil mematahkan mitos bahwa orang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi biasanya terlalu banyak perhitungan sehingga sering gagal jika terjun ke dunia bisnis yang sarat risiko. Boen justru membalikkan mitos itu: orang dengan latar belakang pendidikan yang bagus justru berpeluang membangun perusahaan dengan fondasi yang lebih kokoh. Boen telah membuktikan lewat dirinya sendiri.

Lihat pula, banyak konglomerat Indonesia, yang dulu sangat mengagung-agungkan sosok pendirinya yang cuma lulusan SD atau SMP, belakangan malah menjadi beban rakyat karena sepak terjangnya yang kurang perhitungan. Pesan yang bagus buat para kaum terdidik kita agar tak ragu-ragu memilih profesi pengusaha sebagai pilihan hidup yang mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat. (fn/ti/kb) www.suaramedia.com

Melirik Sejenak Rahasia Sukses Orang Jepang

Jumat, 23 Juli 2010 11:13

Page 11: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Apa sajakah sikap-sikap orang Jepang yang bisa kita contoh biar bisa sukses kayak bangsa mereka ??Berikut adalah 10 rahasia Sukses orang Jepang:

1. Kerja Keras

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun),

dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.

2. Malu

Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat

Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. Loyalitas

Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit

Page 12: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. Inovasi

Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. Pantang Menyerah

Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

7. Budaya Baca

Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum

Page 13: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

8. Kerjasama Kelompok

Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

9. Mandiri

Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua

Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.

Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang. Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang

Page 14: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Sementara itu, bermodalkan pinjaman dari sang ayah --miliarder ternama Hong Kong Li Ka-shing-- serta intuisi bisnis yang tajam, Richard Li membangun bisnisnya sendiri yang kemudian mampu menyaingi pamor sang ayah.

Majalah Forbes menilai Li sebagai investor dan pengusaha yang berani mengambil risiko dan cepat dalam memutuskan sebuah transaksi. Dengan nilai kekayaan bersih mencapai USD1,1 miliar, dia pun masuk jajaran orang terkaya di dunia.

Awal terjunnya Li ke dunia bisnis bermodalkan pinjaman ayahnya, Li Ka-shing, pada 1991 senilai USD250 juta. Dana tersebut digunakannya untuk membuat stasiun televisi satelit Kantor Berita Star TV. Ketika itu, dia baru berusia 20 tahunan.

Terlahir sebagai anak miliarder, Li muda tampaknya mewarisi intuisi bisnis serta ketangguhan mental untuk mengambil risiko yang dibutuhkan dalam berbisnis. Li memupuk Star TV medianya hingga dijual kepada Taipan Media Rupert Murdoch senilai USD950 juta. Dana itu kemudian dikembangkannya dengan mendirikan Pacific Century Group yang berbasis di Hong Kong, dan diinvestasikan dalam bidang teknologi, properti, dan pelayanan kesehatan.

Namun, Li lebih memilih mengembangkan kerajaan telekomunikasinya sendiri yakni Pacific Century Cyber Works Ltd (PCCW) yang berbasis di Singapura. PCCW merupakan perusahaan telekomunikasi yang menawarkan aneka macam jasa, mulai dari telepon, siaran TV, dan layanan internet.

Dalam perkembangannya, perusahaan itu kemudian menjadi operator telepon dengan jaringan terbesar di Hong Kong. Pada Agustus 2000, PCCW mengakuisisi Hong Kong Telecom, menjadikannya sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Hong Kong. Pada 2000, Li membeli Cable & Wireless HKT.

Langkah Li tersebut membuahkan sebutan baru atas dirinya yakni Superbody, yang merujuk pada keberaniannya dalam mengakuisisi perusahaan. Pada Januari 2003, PCCW membentuk anak perusahaan dengan nama Cascade. Perusahaan itu melayani PCCW dalam servis dan operasi jaringan telekomunikasi, serta menyediakan desain jaringan infrastruktur dan dukungan teknikal.

Pada 2006, pendapatan PCCW meningkat 14%. Pertumbuhan ini dikontribusi oleh pertumbuhan TV dan konten yang merupakan dua ladang utama penghasilannya yang baru, dengan pertumbuhan mencapai 71% dibandingkan tahun sebelumnya. Aset PCCW pun tercatat tumbuh mencapai USD28 miliar.

Seperti yang pernah dilakukannya dengan perusahaan televisinya, Li kemudian menjual sahamnya di perusahaan telekomunikasi tersebut kepada seorang investor Hong Kong. Dalam mengembangkan perusahaannya, Li memang tidak pernah malu untuk bermitra dengan

Page 15: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

pengusaha lainnya. Namun, pertengahan Juli lalu Richard Li kembali meningkatkan kepemilikan sahamnya di PCCW sebesar 28,7% setelah membeli 2,16 juta saham dengan nilai per saham mencapai 1,99 dolar Hong Kong. Ini ketiga kalinya Li meningkatkan kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut.

Channel News Asia melaporkan, peningkatan kepemilikan saham tersebut seiring dengan penolakan pengadilan Hong Kong pada April lalu atas niat Li untuk menjadikan PCCW sebagai perusahaan pribadi. Selain bidang teknologi, Li juga memiliki kepemilikan sebesar 55% pada Gedung Marunouchi yang bernilai USD400 juta di Tokyo. Pada Agustus 2006, Li juga membeli 50% saham Hong Kong Economic Journal senilai USD32,1 juta.

Dalam wawancara dengan Insight, Li mengungkapkan keinginannya untuk mengembangkan sayap bisnisnya di Asia Pasifik. Dia ingin menerapkan bisnisnya seperti Softbank asal Jepang dan CMGI asal Amerika. "Tapi, kita ingin lebih maju dibandingkan perusahaan tersebut," tegasnya.

Li memang luar biasa dan memiliki nilai lebih dibandingkan para pewaris kekayaan lainnya. Dia mampu mengembangkan kekayaan yang dilimpahkan ayahnya dengan berinovasi di bidang lain. Prestasi tersebut membuatnya dijuluki Bill Gates Asia dan Little Superman atau Superboy.

Pada 1990, wajahnya kerapkali menghiasi sampul-sampul majalah. Saat ini di usianya yang memasuki 42 tahun, namanya tetap bersinar. Li yang beberapa tahun lalu hanya dilihat sebagai putra bungsu dalam keluarga Ka-shing, kini menjelma menjadi legenda bisnis tersendiri. Dia juga menjadi salah satu pengusaha muda paling bersinar di Asia. Sudah bukan rahasia lagi bila hubungan Li dengan ayahnya tidak harmonis.

Selama bertahun-tahun, Li selalu mencoba melepaskan diri dari pengaruh sang ayah. Kisah mengenai hubungan ayah-anak itu kerap mengisi media. The Asia Mag melaporkan bahwa hubungan Li dan ayahnya tersendat karena faktor ego masing-masing. BCC menuliskan bahwa kisah hubungan antara Li dan ayahnya mirip opera sabun. Namun, publik Hong Kong memahami keinginan Li untuk melepaskan diri dari pengaruh orangtuanya.

Kini, setelah berhasil lepas dari bayang-bayang sang ayah, sebagai pengusaha Li juga termasuk rajin mengurusi hal-hal yang berbau sosial. Dia terlibat berbagai organisasi nirlaba. Dia menjabat Ketua Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) untuk bidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Dia juga aktif sebagai anggota Center for Strategic and International Studies (CSIS), The International Advisory Board of The Center for International Development, The Global Information Infrastructure Commission, dan The United Nations Information and Communication Technology Advisory Group.

Aksi filantropi terbesarnya tercatat pada 2003 ketika ia menyumbang USD1 juta bagi korban serangan virus severe acute respiratory syndrome (SARS) yang melanda 29 negara.

Di sela-sela waktu senggangnya, pria kelahiran 8 November 1966 ini juga sering memuaskan hobinya menyelam di lautan. Dia juga mampu mengendarai pesawat. Ketika kecil, Li juga belajar bermain biola sehingga tak mengherankan jika dia kerap menyumbangkan uangnya untuk

Page 16: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

upaya pengembangan kesenian.

Walaupun telah menjadi orang superkaya, Li mengaku tidak terlalu nyaman dengan hal itu. Dia bahkan menilai kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Hong Kong sangat lebar sehingga Hong Kong pada suatu saat bisa menghadapi instabilitas sosial.

"Jika mimpi Hong Kong menjadi hilang, masyarakat kita akan menderita," ujarnya.

Pada Desember 2006, Richard Li berpartisipasi dalam pemilihan Komite Pemilihan Hong Kong. Komite Pemilihan yang beranggotakan 800 orang memiliki kekuasaan untuk mengangkat Chief Executive untuk Hong Kong di tahun berikutnya. Karena ukurannya yang kecil dan komposisinya yang memang didesain untuk menguntungkan kalangan propengusaha serta sektor kaya, pemilihan Chief Executive Hong Kong itu dijuluki penduduk sebagai sebagai pemilihan lingkaran kecil.

Namun, tak seperti taipan tradisional China yang umumnya mendukung kalangan propengusaha, Richard Li menggunakan slogan "Demokrasi yang Sesungguhnya", yang secara implisit mengejek pemilihan lingkaran kecil yang terjadi.

Dia juga berkampanye secara langsung di jalanan Hong Kong dengan menyampaikan pamfletnya, dan juga menelpon secara pribadi para pemilih. Dia juga melakukan berbagai kegiatan kampanye dengan advokat prodemokrasi Charles Mok yang juga mencalonkan diri dalam komite tersebut.

Berkat sikap prodemokrasi yang diusung keduanya, Richard Li dan Charles Mok akhirnya memang terpilih ke dalam komite tersebut. Namun, gara-gara aksi prodemokrasi yang terang-terangan tersebut, konon Richard Li dan Charles Mok dimasukkan dalam daftar hitam politik oleh pemerintah China. (fn/fj/ok) www.suaramedia.com

Menguak Jatuh Bangun Perjalanan Sosro Rintis Perusahaan Besar

Selasa, 03 Agustus 2010 12:09

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Berjibun komentar bela sungkawa datang. Tak hanya dari pengusaha, tapi juga dari Tweeps, Facebooker, hingga Blogger. Mereka kehilangan orang yang mereka kagumi, bos Teh Botol Sosro, Soetjipto Sosrodjojo. Generasi kedua ini meninggal dunia Rabu lalu, pukul 01.15, pada usianya yang ke 77.

Page 17: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Dalam Twitter, akun Mrbambang menulis, "Apapun makannya, minumnya teh botol sosro. Pendiri Sosro, Sutjipto Sosrodjojo wafat. Semoga tenang di alam sana. Kami akan tetap minum teh sosro." Demikian juga dengan akun Fabeilo, "Terima kasih buat pak Sutjipto Sosrodjojo buat Teh Botol Sosro-nya..."

Itu merupakan sebagian komentar untuk sang inovator yang berhasil membawa Teh Botol Sosro menjadi merek terkenal. Pewaris kerajaan bisnis Sosrodjojo ini, mengoperasikan usahanya sekitar tahun 1965-1990 dengan tiga saudara yang lain, yaitu Soemarsono Sosrodjojo, Soegiharto Sosrodjojo, dan Surjanto Sosrodjojo. Namun, Soemarsono telah meninggal dulu.

***

Seperti diberitakan dari website perusahaan, usaha ini bermula pada 1940. Saat itu, Sosrodjojo, ayah Soetjipto, memulai usahanya di sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Slawi. Pada saat memulai bisnisnya, produk yang dijual adalah teh kering dengan merek Teh Cap Botol. Pemasarannya masih terbatas, hanya seputar Jawa Tengah saja.

Sosrodjojo mulai memperluas bisnisnya. Pada 1953, dia berani merambah ke Jakarta. Saat itu, di Jawa Tengah, Teh Cap Botol sudah sangat terkenal.

Sosrodjojo menggunakan strategi 'Cicip Rasa'. Dia membagikan contoh produk di ibukota. Dia datang ke pasar-pasar untuk memperkenalkan Teh Cap Botol dengan cara memasak dan menyeduh langsung di tempat. Setelah seduhan tersebut siap, teh dibagikan kepada orang-orang yang ada di pasar.

Namun, cara ini kurang berhasil karena teh yang telah diseduh terlalu panas dan proses penyajiannya terlalu lama, sehingga pengunjung di pasar yang ingin mencicipinya tidak sabar menunggu.

Sosrodjojo pun memutar otak. Ia tidak lagi menyeduh teh langsung di pasar. Tetapi teh dimasukkan dalam panci-panci besar yang selanjutnya dibawa ke pasar dengan menggunakan mobil bak terbuka. Lagi-lagi cara ini kurang berhasil karena teh yang dibawa, sebagian besar tumpah dalam perjalanan.

Akhirnya muncul ide untuk membawa teh yang telah diseduh itu dikemas ke dalam botol yang sudah dibersihkan. Ternyata cara ini cukup menarik minat pengunjung, karena selain praktis juga bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu menunggu tehnya dimasak.

Pada 1969 muncul gagasan teh siap minum dalam kemasan botol. Pada 1970, teh dalam kemasan botol diproduksi masal. Setelah usaha ini pesat, pada 1974 keluarga Sosro mendirikan PT Sinar Sosro yang mengelola pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia. Bahkan, Sosro mengklaim, teh kemasan botol merupakan yang pertama di dunia.

Model botol untuk kemasan Teh Botol Sosro mengalami tiga kali perubahan, masing-masing pada 1970, pada 1972, dan terakhir pada 1974. Desain terkhir hingga kini masih dipertahankan.

Page 18: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

***

Kini, sejak awal 1990, bisnis ini mulai dikelola oleh Generasi Ketiganya, cucu Sosrodjojo. Inovasi pun terus dilakukan. Mereka tak hanya memasarkan Teh Botol saja. Mereka merambah dengan teh aneka rasa, air minum dalam kemasan, hingga jus dalam kemasan.

Semua usahanya dikelola melalui dua perusahaan. PT Sinar Sosro, perusahan yang memproduksi Teh Siap Minum Dalam Kemasan. Produk-produknya adalah Tehbotol Sosro, Fruit Tea Sosro, Joy Tea Green Sosro, TEBS, Happy Jus, dan Air Minum Prim-A. Serta PT Gunung Slamat, perusahaan yang memproduksi Teh Kering Siap Saji. Produk-produknya adalah Teh celup Sosro, Teh Cap Botol, Teh Poci, Teh Terompet, Teh Sadel, Teh Sepatu, dan Teh Berko.

Pepatah ini disampaikan kepada saya oleh Soegiharto Sosrodjojo (terlahir Souw Hway Gie), perintis teh wangi Cap Botol yang kini merajai pasar minuman teh dalam botol. Seperti Djarum, pabrik teh wangi Cap Botol juga pernah ludes dimakan api. Tetapi Soegiharto bangkit kembali. Tidak seperti pabrik teh wangi lain yang "berkutat" di sekitar Tegal, Soegiharto merebut pasar Jakarta. Dengan keberhasilan menguasai Jakarta, pasar nasional hanyalah sebuah keniscayaan. Kemudian, dengan kedua adiknya-Soetjipto dan Surjanto-ia mengembangkan minuman teh yang dikemas dalam botol, dan kini Teh Botol Sosro adalah juara Indonesia.

Inovasi yang sempat "bikin malu" ini dikenang Soegiharto. "Awalnya karena saya sering malu disindir orang ketika melakukan propaganda cicip rasa ke konsumen. Saya dengar orang-orang bilang: namanya Teh Botol kok disajikan dalam cangkir?" begitu kata Soegiharto mengenang. "Dulu saya juga diketawain orang. Ngapain jual minuman teh dalam botol? Di warung-warung nasi kan teh disediakan gratis?"

Pada ulang tahunnya yang ke-75, Soegiharto memanggil kelima anaknya. Hari itu ia mengundurkan diri secara total dari kepengurusan dan kepemilikan. Ia bahkan tidak lagi menjadi komisaris. Seluruh kepemilikannya dibagi rata kepada lima anaknya. Hanya tiga anaknya-Peter, Joseph, dan Sukowati Sosrodjojo-yang duduk di puncak manajemen. Cucu-cucunya-generasi ketiga-masih terlalu muda untuk dilibatkan.

Obligasi Sosro yang sukses pada 2001 membuat mereka tampaknya mulai berpikir-pikir untuk menawarkan saham perdana. Apalagi karena perusahaan sudah terdiversifikasi ke industri perhotelan (Mercure Rekso di Jakarta dan proyek hotel berbintang enam di Pecatu, Bali), perkebunan teh, dan baru-baru ini memenangi waralaba McDonald's di Indonesia. Kini semua unit bisnis strategis itu tergabung dalam Rekso Group.

Ya, sangat boleh jadi, langkah IPO (initial public offering) yang akan membawa Rekso Group mampu menembus usia 100 tahun. Bahkan lebih! (fn/vs/tm) www.suaramedia.com

Stephen King, Penulis Sukses Awali Kisahnya Dengan Kesengsaraan

Page 19: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Senin, 26 Juli 2010 15:14

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Sebelumnya 1 of 2

Berikutnya

Jangan sekali-kali menyamakan horor dengan teror. "Teror itu psikologis, sementara horor itu biologis," kata Stephen King, penulis novel horor paling laris di Amerika Serikat. Menurut Stephen King, manusia biasanya bakal menolak teror, tetapi diam-diam atau terang-terangan membutuhkan horor. Dan Stephen King membuktikannya.

Jauh sebelum novel horornya terbit, hidup Stephen King sungguh sengsara. Meski punya gelar sarjana sastra Inggris dari Universitas Maine di Orono, ia harus banting tulang untuk menghidupi keluarganya. Ia tercatat pernah bekerja di binatu, dan menjadi pelayan pompa bensin sebelum memperoleh penghasilan tetap sebagai guru bahasa di sebuah sekolah menengah umum.

Tapi, begitu Carrie, novel seram pertamanya terbit, semua berubah. Awalnya, novel itu cuma dibayar US$ 2.500 oleh William Thompson, penerbit pertamanya. Belakangan, Doubleday, penerbitan milik Thompson, berhasil menjual Carrie ke New American Library seharga US$ 400.000. Dan, perlahan, novel itu pun menimbulkan demam Stephen King di Amerika.

Carrie akhirnya terjual jutaan jilid, dan membuat Stephen King kaya raya.

Sutradara sekelas Brian De Palma pun tertarik memfilmkan Carrie. Pada 1976, film Carrie rampung digarap dengan bintang-bintang terkemuka, seperti Amy Irving, Nancy Allen, John Travolta, dan Sissy Spacek. Sukses Carrie seolah membenarkan ucapan Stephen King: horor itu kebutuhan biologis!

Setelah Carrie, puluhan novel seram Stephen King lainnya juga laku keras. Tak kurang dari 62

Page 20: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

film dibuat berdasarkan naskah seramnya. Sebagian besar masuk daftar film terlaris, sementara sebagiannya lagi dipujikan sebagai film yang baik. Salem's Lot, Cujo, The Dead Zone, Stand By Me adalah beberapa judul dari daftar panjang film dari karya King.

Tak cuma Stephen King yang berhasil membuktikan bahwa horor itu enak dan perlu. Penulis lain, Anne Rice, berhasil menjadi kaya dengan kisah Vampire Chronicle-nya. Cerita seram Anne Rice juga laris ketika dibuat film. Interview with Vampire dan Queen of the Damned adalah dua film laris yang didasarkan pada kisah seram Anne Rice.

Cerita seram memang jadi genre yang tak pernah lekang. Film-film horor pun selalu tercatat punya pasar besar. Sukses The Exorcist, misalnya, menjadi legenda tersendiri. Film ini berhasil meraup keuntungan senilai US$ 357.500.000, dan berada di urutan ke-69 dalam daftar film terlaris sepanjang masa versi Internet Movie Data Base dot com.

Kisah tentang Lankester Merril, pastor pengusir hantu, itu telah dibuat sekuelnya dua kali. Tahun ini, rencananya beredar film Exorcist: The Beginning, prekuel dari kisah Lankester Merril. Bahkan, menurut Michael W. Cuneo, penulis American Exorcism: Expelling Demons in the Land of Plenty, kisah The Exorcist merupakan awal maraknya industri exorcism di Amerika.

Selaku sosiolog, Cuneo juga mencatat bahwa pasca-The Exorcist, banyak gereja kini secara terbuka berani melangsungkan praktek pengusiran hantu. Selain The Exorcist, kisah hantu dan makhluk dunia lain juga memadati daftar film terlaris. The Sixth Sense, kisah hantu garapan M. Night Shyamalan, misalnya, tercatat sebagai film ke-14 terlaris sepanjang masa.

Film Ghosts ada di urutan ke-24, sementara The Mummy Returns dan The Mummy ada di urutan ke-44 dan ke-45. Barangkali juga cuma film horor yang bisa melahirkan fenomena seperti The Blair Witch Project, film indie paling laku sepanjang sejarah. Dengan biaya cuma US$ 30.000 --tak akan cukup untuk biaya katering film studio besar Hollywood-- The Blair Witch Project bisa meraup keuntungan US$ 240,5 juta, dan ada di urutan ke-166 film terlaris sepanjang masa.

Film horor juga bukan hanya monopoli kultur Barat. Lewat film layar lebar Nang Nak pada 1999, misalnya, Nonzee Nimitbur berhasil mengungguli Titanic sebagai film dengan penjualan tiket terbanyak di Thailand. Padahal, sebelumnya perfilman Thailand sudah mati suri. Lewat adaptasi kisah yang telah difilmkan atau disinetronkan sebanyak 22 kali itu, Nonzee Nimitbur juga memperoleh reputasi sebagai sutradara film seni terkemuka kelas dunia.

Kisah horor Asia memang tak kalah kelas. Belakangan, studio besar Hollywood keranjingan membuat ulang film-film horor dari kawasan ini. Setelah membuat ulang The Ring, yang merupakan adaptasi Ringu, film horor laris Jepang, Hollywood tengah menggarap ulang The Eye. Hak cerita film horor Hong Kong itu dibeli perusahaan film milik Tom Cruise.

Selain dua film itu, dua film hantu Jepang lainnya, Kidnap dan Water Ghost Fable, juga tengah digarap ulang studio besar Hollywood. Sejak krisis keuangan menghantam kawasan Asia, film-film horor-hantu memang menjamur di seluruh kawasan ini. Tampaknya, sejarah berulang: setiap kali ada krisis besar, cerita horor muncul jadi "jalan keluar".

Page 21: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Bukankah pada 1920-an dan 1930-an, chaos dan kolaps-nya perekonomian Jerman, yang kemudian memunculkan teror rezim Nazi, melahirkan gelombang film ekspresionis Jerman? Sementara, pada Great Deppresion di Amerika Serikat, Universal Studios memilih mengeluarkan monster seperti Frankestein dan Drakula untuk menghantui mimpi-mimpi rakyat Amerika.

Stephen Edwin King (lahir di Portland, Maine, Amerika Serikat, 21 September 1947; umur 62 tahun) adalah seorang penulis asal Amerika Serikat. Ia populer lewat novel-novel horor tulisannya. Kisah-kisah yang ia tulis sering melibatkan protagonis yang "biasa", misalnya keluarga kelas menengah, seorang anak-anak, atau penulis. Selain kisah-kisah horor, King juga menulis cerita dalam genre lain, termasuk The Body dan Rita Hayworth and Shawshank Redemption (masing-masing diadaptasikan menjadi film layar lebar berjudul Stand By Me dan The Shawshank Redemption), serta The Green Mile dan Hearts in Atlantis. (fn/gt/wk) www.suaramedia.com

Di Balik Kisah Sukses Suami Istri Pendiri Antivirus Dunia

Jumat, 30 Juli 2010 13:27

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Awalnya di tahun 1989. Saat asik bekerja, tiba-tiba ada virus terdeteksi di komputer. Serangan virus pertama ke komputernya itu membuat Eugene Kaspersky semakin tertarik untuk mempelajari bidang virus dan antivirus. Sampai akhirnya, ia dikenal sebagai pencipta Kaspersky Anti-Virus.

Lahir di Uni Soviet, tepatnya di Novorossiysk tanggal 4 Oktober 1965, orang tua Eugene memberinya nama lengkap Evgeniy Valentinovich Kasperskiy. 

Kesabaran dan ketenangan dalam mengamati program yang terinfeksi virus didapat dari hobi Eugene yang gemar memancing. Sedari kecil Eugene biasa memancing dengan kakeknya yang seorang jurnalis. Sering kali mereka menghabiskan seluruh waktu libur mereka hanya untuk memancing. 

Tidak banyak informasi mengenai latar belakang Eugene selain pendidikan yang ditempuh serta informasi bahwa sekolahnya itu disponsori oleh kementerian pertahanan Rusia dan KGB. Lembaga intelijen yang terkenal di masa perang dingin.

Lulus dari Institute of Cryptography Telecommunications and Computer Science, perguruan tinggi yang ditempuh, Eugene bekerja sebagai peneliti. Lembaga tempat ia bekerja merupakan lembaga riset multi disiplin milik departemen pertahanan Uni Soviet dan berhubungan erat

Page 22: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

dengan KGB. Di situ ia memilih bidang virology dan pangkatnya adalah Letnan Senior (serupa Letnan Satu).

Bekerja di lembaga itu membuat Eugene bertemu istrinya, Natalia di pusat liburan milik KGB, Severskoye, Januari 1987. Kencan pertama mereka adalah saat Eugene bersama enam temannya mendatangi pondok Natalia dan teman-temannya di suatu malam dengan membawa lilin di tangan. Tidak lama kemudian, Eugene dan Natalia semakin dekat. Apalagi setelah itu mereka bekerja di perusahaan yang sama dan sering berlibur bersama. 

Setelah menemukan ada virus di komputernya tahun 1989, Eugene tertarik untuk menganalisa lebih lanjut. Dalam waktu singkat, ia memahami cara kerja virus tersebut dan menulis program yang mampu mengembalikan fungsi-fungsi yang dirusak virus yang bersangkutan.

Saat itu Eugene tidak berniat membuat software antivirus. Apalagi mendirikan perusahaan pembuat antivirus. Ia hanya ingin menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk mengatasi masalah di komputer. Sialnya, setelah itu serangan virus datang tak henti-henti. Akhinya, mengumpulkan virus dan membuat program antivirus menjadi hobi barunya.

Lama-kelamaan, aktivitas berurusan dengan virus semakin banyak mengonsumsi waktu Eugene. Ia pun memutuskan untuk memperkaya ilmu. Sejak tahun 1990 Eugene mulai mengikuti pertemuan antar programmer dan memublikasikan artikel di majalah Intercomputer.

Tidak lama, populerlah Eugene. Padahal, popularitas sangat bertentangan dengan kesatuan militer di mana ia bekerja. Akibatnya, setiap kali akan tampil menjadi pembicara, ia harus mendapatkan izin dari komandan. Demikian pula setiap kali tulisannya akan dipublikasikan.

Sebenarnya atasan Eugene setuju dan mendukung keinginan Eugene untuk menekuni hobinya. Tetapi, meski ada dukungan, waktu yang dimiliki Eugene untuk mengurusi virus sangat terbatas. Atasannya tidak bisa membebaskan Eugene dari tugas-tugas rutin, hingga ia hanya punya waktu di malam hari untuk bermain dengan virus. Kebimbangan pun datang. Memilih untuk melanjutkan karir militernya, atau pekerjaan favorit barunya.

Dalam hati kecil, menurut Eugene membuat antivirus merupakan pekerjaan yang tepat. Maka di tahun 1991, memutuskan untuk berhenti jadi tentara. Padahal, berkarir di militer bisa memberikan jaminan hidup, mengingat saat itu situasi negeri penuh ketidakpastian.

Tidak mudah bagi Letnan Eugene Kaspersky berhenti dari militer. Untuk menghindari konflik, ia mengikuti seluruh prosedur pengunduran diri yang memakan waktu sekitar satu tahun. Ia pun harus rela menerima catatan di surat pengunduran dirinya bahwa Eugene Kaspersky mundur dari militer karena ketidakmampuannya dalam bertugas.

Berhubung sudah populer, Eugene tidak bisa lama-lama jadi pengangguran. Padahal, terbersit keinginan dalam hatinya untuk sejenak beristirahat dan menikmati waktu luang. Baru dua minggu berhenti, ia sudah harus kembali kerja keras. Ketika itu tawaran datang dari tiga perusahaan komputer dan pilihan jatuh ke Kami Information Technologies Center. Eugene Kaspersky mulai bekerja di sana mulai 19 Mei 1991. 

Page 23: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Walaupun bergerak di bidang komputer, Kami tidak terkait dengan pembuatan ataupun penjualan antivirus. Bahkan tidak ada divisi yang mengurusi antivirus. Karena reputasi yang dimiliki, Kami langsung membuka divisi antivirus dan Eugene menjadi karyawan satu-satunya di divisi itu.

Sepuluh fakta tentang Eugene Kaspersky:1. Nama lengkapnya adalah Evgeniy Valentinovich Kasperkiy.2. Eugene Kaspersky lahir di Novorossiysk, 4 Oktober 1965.3. Eugene bertemu Natalia, istrinya di pusat liburan milik KGB.4. Gara-gara komputer Eugene terkena virus tahun 1989, Eugene tertarik untuk serius di bidang antivirus.5. Setelah berhasil merekrut Eugene, Kami langusung membuka divisi antivirus dan selama beberapa bulan Eugene menjadi karyawan satu-satunya di divisi itu.6. AVP, antivirus populer buatan Kami merupakan merek yang salah. Aslinya, Eugene ingin menjualnya dengan nama ATP.7. Penggunaan nama Kaspersky sebagai merek dagang adalah ide Natalia, istri Eugene Kaspersky. Eugene sendiri tidak setuju dengan itu.8. Menjadi orang terkenal tidak membuat Eugene Kaspersky berubah. Ia tetap hidup sederhana.9. Meski sudah bercerai dengan Natalia, Eugene dan mantan istrinya tetap bekerja untuk Kaspersky Lab.10. Eugene Kaspersky masih tetap menjadi kontributor utama untuk portal sekuriti www.viruslist.com

Bekerja di Kami merupakan masa di mana Eugene akhirnya dapat mengeksplorasi seluruh kemampuannya. Tetapi, di Kami jugalah ia kehilangan seluruh waktu luangnya. Sebagai contoh, saat bekerja di Kami, dalam rentang waktu dari tahun 1991 sampai 1995, Eugene tidak pernah mengambil cuti. Libur cuma beberapa hari, paling banyak dua hari dalam sebulan ia libur bekerja. 

Sedikit demi sedikit, divisi antivirus di Kami berkembang. Tahun 1992, Eugene mendapatkan tambahan 2 tenaga SDM di divisinya. Akhirnya ia bisa kembali berkonsentrasi mempelajari virus baru dan mencari metode untuk mengatasi serta mengembalikan seluruh fungsi akibat serangan virus. Pengembangan antivirus dan pembuatan beberapa utility pendukungnya diserahkan ke kawan-kawan barunya.

Akhir 80 sampai awal 90-an merupakan era yang berat. Program antivirus buatan Eugene bukanlah yang pertama dan belum banyak dikenal. Kompetitornya seperti McAfee dan Doctor Solomon merupakan penguasa pasar saat itu. Tahun 1992, kompetitor baru yakni Norton Antivirus mulai hadir. Di sisi lain, kompetitor lainnya asal Rusia juga sangat aktif. Saat itu ada lusinan software antivirus lokal beredar di pasaran. Contohnya Aidstest milik Dmitry Lozinsky yang menguasai 90% market share di Rusia. Tetapi Eugene tak gentar. Ia berambisi untuk membuat program antivirus terbaik di dunia.

Pada tahun 1994, kesempatan datang. Antivirus buatan Eugene memenangkan penghargaan dari University of Hamburg, Jerman. Dari beberapa program yang dicoba oleh kampus, produk

Page 24: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Eugene-lah yang paling banyak berhasil mengenali virus. Program buatan Eugene bisa ikut serta karena Vasely Bonchev, karyawan di Hamburg University masih mengenal Eugene. Mereka pernah bertemu di sebuah seminar para programmer di tahun 1990.

Hal yang unik terjadi ketika Eugene mengirimkan software antivirus ke University of Hamburg. Maksud hati, ia mengirimnya dengan nama AntiViral Toolkit Pro dan disingkat menjadi ATP. Tetapi ia salah ketik. Software antivirus tersebut terkirim dengan nama AVP.zip dan oleh pihak kampus didaftarkan sebagai AVP. Ketika sadar, ia mengirim e-mail pada pihak kampus untuk mengubah namanya menjadi ATP. Terlambat, software sudah terlanjur didaftarkan dan diuji coba oleh banyak pengamat dan pengguna sebagai AVP.

Sebelum memenangkan penghargaan, Kami dalam kondisi sulit. Antivirus kurang laku. Akibat kurang berpengalaman di bidang penjualan software, pengguna yang membeli antivirus buatan Kami-pun tidak dicatat. Walau ada pemasukan, jumlahnya tidak cukup. Penghargaan dari University of Hamburg mengubah semuanya. Distributor yang tertarik untuk menjual AVP mulai berdatangan, bahkan luar negeri seperti Italia dan Swiss. Meskipun saat itu produk antivirus buatan Kami tetap belum banyak menghasilkan, tetapi setidaknya jalan Eugene untuk membuat antivirusnya disebarluaskan ke seluruh di dunia mulai terbuka.

September 1994, istri Eugene, Natalia Kaspersky bergabung dengan divisi antivirus sebagai manajer marketing. Tugasnya adalah membenahi penjualan dan marketing produk antivirus yang dibuat suaminya. Pertengahan 90-an, Kami menandatangani kontrak dengan F-Secure asal Finlandia, G-Data asal Jerman dan Vintage Solutions dari Jepang. Tiga perusahaan antivirus tersebut menggunakan engine antivirus buatan Eugene. Sebagai imbalannya, Eugene-pun mendapatkan kucuran dana untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Dari partner-partner baru tersebut Eugene juga banyak belajar mengenai bagaimana berbisnis antivirus dengan baik.

Masalah baru kemudian muncul. Berhubung tidak menguasai ilmu bisnis, merek dagang AVP hanya dipatenkan di Rusia. Akibatnya, muncul AVP-Austria, AVP-Brazil, AVP-Malaysia, dan lain-lain. Yang paling merugikan adalah kejadian di Amerika Serikat. Salah satu partner mereka membuat website www.avp.com. Di situ disebutkan bahwa mereka adalah vendornya. Eugene tidak bisa menuntut karena di halaman terakhir website tertulis, meskipun kecil, bahwa seluruh hak cipta dimiliki oleh Eugene Kaspersky. Partner Amerika tersebut juga tidak melanggar kontrak yang sudah disepakati. Untuk membatalkan kontrak, Eugene terpaksa harus menyewa sejumlah pengacara Amerika dan itu menyedot banyak sekali biaya.

Tahun 1996, Kami makin terperosok ke dalam krisis keuangan. Natalia-pun mengambil tindakan. Setelah berulangkali menawarkan suaminya untuk memulai bisnis antivirus sendiri dan ditolak, akhirnya pada musim panas 1997 divisi antivirus di Kami memisahkan diri dan berdiri sendiri. Natalia Kaspersky menjadi pemimpin umum dan Eugene Kaspersky konsentrasi di pengembangan produk.

Setelah membuat perusahaan, nama perusahaan dan merek dagang tentu dibutuhkan. Natalia ingin menggunakan nama Kaspersky tetapi Eugene ngotot, tidak setuju. Berhubung ia tidak bisa memberikan alternatif yang lebih baik, akhirnya sejak November 2000 Kaspersky digunakan

Page 25: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

sebagai merek dagang dan Kaseprsky Lab sebagai nama perusahaan.

Keputusan Natalia ternyata tepat. Nama Kaspersky sudah populer di kalangan pengguna komputer, terutama di Rusia. Tetapi, untuk menembus pasar internasional dan menjadi pemain besar di bidang antivirus bukanlah hal yang mudah. Kaspersky membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menjadi besar dan dikenal di seluruh dunia.

Kini, meskipun sudah memiliki popularitas dan menjadi selebriti di dunia IT, Eugene Kaspersky tidak berubah. Ia tetap menjadi orang yang sederhana yang senang mengenakan pakaian kasual. Ia mengemudikan mobil buatan VAZ, produsen otomotif Rusia tahun 99, menggunakan ponsel yang cukup lawas, dan lebih memilih penerbangan kelas ekonomi dibandingkan kelas bisnis atau eksekutif. Untuk berlibur, Eugene juga lebih memilih berkendara mengelilingi pulau di kawasan laut mediterania, atau berjemur di pantai layaknya turis biasa. Sebagai wujud pengabdiannya pada dunia virus dan antivirus, ia juga menjadi kontributor utama untuk sebuah portal sekuriti yakni www.viruslist.com. 

Di Kaspersky Lab, sejak awal, Eugene tidak ingin bekerja bersama dengan istrinya dalam mengurus perusahaan. Menurutnya, hal itu bisa mengarah ke perpecahan dalam rumah tangga. Dan Eugene benar, tidak lama kemudian, Eugene dan Natalia bercerai, meski keduanya kini tetap bekerja dan membesarkan Kasperky Lab. Dari pernikahannya dengan Natalia, Eugene memiliki dua orang anak. Monika dan Igor. (fn/vs/sk) www.suaramedia.com

Abu Hamid Ahmad Dan Tujuh Puluh Hati Bercahaya Iman

Rabu, 04 Agustus 2010 17:28

PreviousLeft arrow key Next Right arrow key     Close

Abu Hamid Ahmad ibnu Khadhruya al-Balkhi. Adalah seorang warga terhormat Kota Balkh. Istrinya adalah seorang wanita solikhah, putri dari Gubernur Kota Balkh.

Ahmad kerap dihubungkan dengan Hatim al-Asamm dan Abu Yazid al-Bisthami. Ia meninggal dunia di Nisyabur pada tahun 240 H / 864 M dalam usia 95 tahun.

Ia memiliki seribu orang murid. Setiap muridnya mampu berjalan diatas permukaan air dan terbang di udara. Ahmad mengenakan

pakaian serdadu. Fatimah, istrinya, termasuk salah seorang wali sufi.Ia adalah putri dari Pangeran Balkh. Setelah bertobat, ia mengirim utusan untuk menemui Ahmad. “Mintalah aku dari ayahku.”

Page 26: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Ahmad tidak menanggapi, maka Fatimah pun mengirim utusan untuk kedua kalinya. “Ahmad, tadinya aku piker engkau lebih dari ini, jadilah pemandu jalan, jangan jadi penyamun.”

Ahmad pun kemudian mengirim seorang utusan untuk menemui ayah Fatimah untuk meminangnya. Ayah Fatimah, demi mencari berkah Allah, menyerahkan Fatimah kepada Ahmad. Fatimah pun memberikan salam perpisahan kepada keduaniawian dan menemukan kediaman yang tenang dalam kesunyian dengan Ahmad.

Hari-haripun berlalu. Suatu hari Ahmad berniat pergi mengunjungi Abu Yazid, Fatimah menyertainya. Saat mereka memasuki kediaman Abu Yazid, Fatimah melepaskan hijabnya dan berbincang-bincang dengan Abu Yazid.

Ahmad terkejut melihat hal ini, hatinya diliputi oleh api cemburu. “Fatimah apa yang engkau lakukan bersama Abu Yazid,” pekiknya.

“Engkau akrab dengan diri lahirku, sedangkan Abu Yazid akrab dengan diri batinku. Engkau membangkitkan hasratku, sedangkan ia membawaku kepada Allah,” jawab Fatimah. “Buktinya ia dapat kutinggalkan kapanpun engkau membutuhkan aku.”

Abu Yazid bercengkrama dengan Fatimah, hingga suatu kesempatan matanya memandang tangan Fatimah dan melihat kedua tangan Fatimah itu di warnai dengan pacar.

“Fatimah mengapa engkau memakai pacar?” Tanya Abu Yazid.

“Abu Yazid sebelum ini engkau tidak pernah memandang tanganku dan melihat pacar yang aku pakai,” jawab Fatimah.

“Sebelum ini aku merasa tentram bersamamu. Namun kini setelah matamu memandang tanganku, terlarang bagiku untuk menemanimu.”

:Aku telah memohon kepada Allah,” ujar Abu Yazid, “Agar Dia menjadikan wanita layaknya sebuah dinding dalam pandanganku. Dan begitulah Dia menampakkan wanita dalam pandanganku, seperti sebuah dinding.”

Kemudian Ahmad dan Fatimah melanjutkan perjalanan ke Nisyabur, dimana mereka disambut dengan hangat, saat Yahya ibnu Mu’adz Radhi tiba di Nisyabur dalam perjalanannya menuju Balkh. Ahmad ingin membuat pesta untuk Yahya, ia membicarakan itu dengan Fatimah.

“Apa yang kita butuhkan untuk pesta ini?” Tanya Ahmad.

“Banyak lembu dan domba,” jawab Fatimah. “Juga segala pernik-pernik perhiasan, seperti lilin dan minyak mawar, selain kita juga butuh sejumlah keledai.”

“Untuk apa daging keledai itu?” Tanya Ahmad.

Page 27: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Fatimah menjelaskan, “Saat seorang yang mulya datang untuk makan, anjing-anjing yang ada disekitar juga harus mendapat bagian dari pestanya.”

Begitulah jiwa kasatria yang dimiliki Fatimah. Sebagaimana dinyatakan oleh Abu Yazid, “Jika seseorang ingin melihat lelaki sejati bersembunyi dalam pakaian wanita, suruh ia melihat Fatimah.”

Ahmad mengisahkan riwayat berikut ini:

Untuk waktu yang lama, aku telah menekan jiwa badaniahku. Kemudian pada suatu hari, sekelompok besar orang bersiap untuk pergi berjihat. Di dalam diriku, timbul hasrat besar untuk mengikuti mereka. Jiwaku mengantarkanku akan sejumlah hadis yang berbicara mengenai imbalan di surga bagi mereka yang berjuang di jalan Allah.

“Aku begitu takjub, tak biasa-biasanya jiwaku sangat berhasrat untuk patuh,” ujarku. “Mungkin ini karena aku selalu membuat jiwaku berpuasa. Jiwaku tidak dapat menahan lapar lebih lama lagi, dan ingin berbuka puasa.”

“Aku akan ikut mereka berjihad, tapi aku tidak akan berbuka puasa dalam perjalanan.”

“Aku setuju,” jawab jiwaku.

Mungkin jiwaku berkata begitu karena aku selalu memerintahkannya untuk shalat malam. Ia ingin di perjalanan agar dapat tidur di malam hari dan beristirahat,” pikirku.

Maka aku pun berkata, “Aku akan tetap membuatmu terjaga hingga fajar.”

“Aku setuju,” jawab Jiwaku.

Aku tambah takjub. Kemudian terlintas dipikiranku, mungkin jiwaku berkata demikian karena ia ingin berbaur dengan orang banyak, ia telah letih berada dalam kesunyian, dan berharap mendapat pelipur lara dalam rombongan banyak orang.

Maka aku pun berkata, “Kemanapun aku membawamu, aku akan menaruhmu di tempat yang terpisah, dan aku tidak akan duduk berkumpul dengan orang-orang lain.”

“Aku setuju,” jawab jiwaku.

Aku pun terdiam, lalu memohon kepada Allah, Agar Dia menyingkapkan kepadaku segala tipu daya jiwaku atau membujat jiwaku mengaku.

Akhirnya, jiwaku bicara, “Setiap hari engkau membunuhku seratus kali, dengan menantang hasrat-hasratku, dan tak ada seorang pun yang tahu. Di dalam perang, setidaknya aku dapat terbunuh sekali untuk selamanya, dan akan mendapatkan kebebasan, dan beritanya akan tersebar ke seantero dunia. Ahmad ibnu Khadhruya benar-benar hebat! Mereka membunuhnya, dan ia meraih mahkota syahid.”

Page 28: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Kontan aku memekik, “Maha Mulia Allah, yang menciptakan sebuah jiwa dengan watak munafik ketika gidup, dan tetap munafik setelah mati. Jiwa seperti itu tidak akan pernah menjadi muslim sejati, baik didunia ini maupun di akherat kelak. Aku piker engkau ingin mematuhi Allah, ternyata tanpa kusadari, engkau tengah mencoba untuk memakai korset.”

Sejak saat itu aku menggandakan usahaku dalam menaklukkan jiwaku.

Ada seorang pencuri membobol rumah Ahmad, ia mencari kesana-kemari, namun tidak menemukan apa-apa. Saat ia hendak pergi meninggalkan rumah Ahmad, Ahmad memanggilnya, “Wahai anak muda, ambillah ember itu dan ciduklah air dari dalam sumur, berwuduklah, dan dirikanlah shalat. Jika aku mendapat sesuatu, aku akan memberikannya padamu, agar engkau tidak meninggalkan rumahku ini dengan tangan kosong.”

Si pencuri itu melakukan apa yang diperintahkan Ahmad. Ketika hari telah terang, seorang lelaki terhormat datang dan memberikan uang seratus dinar kepada Ahmad.

“Ambillah uang ini sebagai imbalan bagi malammu yang engkau lewatkan dengan shalat,” kata Ahmad kepada si pencuri.

Si pencuri kontan gemetaran seluruh tubuhnya, ia larut dalam tangis.

“Aku telah salah jalan,” pekiknya. “Baru semalam aku bekerja untuk Allah, dan Dia telah membalasku demikian besar.”

Pencuri itu pun bertobat, kembali kepada Allah. Ia menolak uang dinar yang diberikan oleh Ahmad, dan kemudian menjadi salah seorang murid Ahmad.

Pada suatu kesempatan, Ahmad pergi ke sebuah pondok sufi dengan mengenakan yang sangat buruk. Dalam cara sufi, Ahmad mengabdikan diri sepebuhnya untuk melakukan tugas-tugas spiritual. Namun para sufi lain di pondok itu diam-diam meragukan ketulusannya. “Tempatnya bukan disini,” kata mereka kepada Syekh mereka.

Kemudian pada suatu hari Ahmad pergi ke sumur dan embernya jatuh ke dalam sumur itu, para sufi lain mencela dan memakinya. Ahmad pun menemui sang syekh.

“Aku mohon, bacalah surah Al-Fatihah, agar ember dapat terangkat dari dalam sumur,” pinta Ahmad.

“Permohonan macam apa ini?” tukas sang syekh terheran-heran.

“Jika anda tidak berkenan membacanya,” kata Ahmad, “Maka izinkanlah aku untuk membacanya.”

Sang syekh mengizinkan, dan Ahmad pun membaca surah Al-Fatihah. Ember itu tiba-tiba terangkat ke permukaan. Ketika sang syekh melihat hal itu ia melepaskan serbannya.

Page 29: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

“Anak muda siapa sebenarnya engkau? Lesungku hanya berisi sekam bila dibandingkan dengan bulir padimu,” Tanya sang syekh.

Ahmad menjawab, beri tahu para sahabatmu, janganlah terlalu memandang rendah para musafir.”

Suatu hari datang seorang lelaki datang menemui Ahmad dan berkata, “Aku sakit dan miskin, bimbinglah aku ke jalan yang dapat menghantarkanku keluar dari cobaan ini.”

“Tulislah jenis-jenis pekerjaan yang ada masing-masing pada secarik kertas,” jawab Ahmad. “Taruh potongan-potongan kertas itu dalam sebuah kantung, dan berikan padaku.”

Lelaki itu pun menuliskan semua jenis pekerjaan dan membawa semua potongan-potongan kertas itu kepada Ahmad. Ahmad memasukkan tangannya ke kantong itu dan mengambil secarik kertas. Di kertas itu tertulis pencuri.

“Engkau harus menjadi pencuri,” kata Ahmad kepada lelaki itu.

Lelaki itu terkejut bukan main, dan terheran-heran mendengar ucapan Ahmad. Kemudian ia bangkit dan pergi menemui sekawanan penyamun.

“Aku memimpikan pekerjaan ini,” katanya kepada mereka, “Bagaimana aku melakukannya?”

“Hanya ada satu aturan dalam pekerjaan ini,” kata mereka kepadanya. “Engkau harus melakukan apapun yang kami perintahkan.

“Aku akan melakukan apapun yang kalian perintahkan,” katanya meyakinkan mereka.

Lelaki itu tinggal bersama para penyamun selama beberapa hari. Lalu suatu hari, sebuah kafilah melintas. Para penyamun itu mencegatnya. Mereka menyerahkan salah seorang anggota kafilah itu, seorang saudagar yang kaya raya, kepada anggota baru.

“Gorok lehernya,” perintah mereka.

Lelaki itu ragu, ia berkata dalam hati, “Raja penyamun ini telah membunuh banyak orang , lebih baik aku membunuhnya daripada aku membunuh saudagar itu.”

“Jika engkau menginginkan pekerjaan ini, engkau harus melakukan semua yang kami perintahkan,” tukas sang pemimpin penyamun, “Kalau tidak, engkau harus pergi dan mencari pekerjaan lain.”

Lelaki itu berkata, “Ya, aku memang harus menjalankan perintah, tapi perintah Allah, bukan perintah kalian!”

Kemudian ia menghunus pedangnya, membiarkan saudagar itu pergi, dan menebas kepala sang raja penyamun.

Page 30: Menguak jatuh bangun perjalanan sosro rintis perusahaan besar

Melihat jedian itu, para penyamun yang lain melarikan diri. Barang-baranaga milik kafilah itu tetap utuh, dan jiwa si saudagar tadi selamat. Ia memberikan banyak emas dan perak kepada lelaki itu agar bisa hidup mandiri.

Suatu hari seorang Darwis bertamu kerumah Ahmad dan diterima dengan hangat. Ahmad menyalakan tujuh puluh buah lilin.

“Ini tidak menyenangkanku,” kata si darwis, “sibuk dengan hal-hal remeh tidak ada kaitannya dengan sufisme.”

“Kalau begitu pergilah,” kata Ahmad, “Dan padamkan setiap lilin yang aku padamkan bukan karena Allah.”

Sepanjang malam si darwis menyiramkan air dan menaburkan tanah, namun tidak satu lilin pun yang berhasil ia padamkan.

“Mengapa engkau begitu terkejut?” kata Ahmad pada darwis itu keesokan harinya. “Ikutlah denganku, dan engkau akan melihat hal-hal yang memang patut membuat takjub.”

Mereka pun pergi dan di depan pintu sebuah gereja. Saat para pendeta Kristen melihat Ahmad bersama temannya, kepala gereja mengundang mereka untuk masuk. Ia menyajikan makanan di meja dan mempersilahkan Ahmad untuk makan.

“Para sahabat tidak makan bersama para musuh,” ujar Ahmad dengan hormat.

“Tawarkan Islam pada kami,” kata sang kepala Gereja.

Maka Ahmad menawarkan Islam kepada mereka. Tujuh puluh pendeta itu akhirnya memeluk Islam.

Malam itu Ahmad bermimpi, dalam mimpinya itu, ia mendengar sebuah suara: Ahmad engkau menyalakan tujuh puluh lilin untukku, kini aku telah menyalakan untukmu tujuh puluh hati dengan cahaya Iman. (ar/sf) www.suaramedia.com