Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

9
Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil Dalam persaingan industri manajemen investasi, peran manajemen risiko bagi kesinambungan perusahaan tidak bisa dipungkiri. Industri ini bertujuan membuat produk investasi dan memberi keuntungan bagi klien di masa depan – keuntungan yang dapat menguap jika manajemen risiko gagal melaksanakan tugasnya. Pada gilirannya, hal ini dapat berujung pada dampak finansial maupun nonfinansial yang tidak terduga pada portofolio investasi klien, dan sebagai akibatnya juga pada pendapatan serta reputasi manajer investasi.

Transcript of Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Page 1: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

13

Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Dalam persaingan industri manajemen investasi, peran manajemen risiko bagi kesinambungan perusahaan tidak bisa dipungkiri. Industri ini bertujuan membuat produk investasi dan memberi keuntungan bagi klien di masa depan – keuntungan yang dapat menguap jika manajemen risiko gagal melaksanakan tugasnya. Pada gilirannya, hal ini dapat berujung pada dampak finansial maupun nonfinansial yang tidak terduga pada portofolio investasi klien, dan sebagai akibatnya juga pada pendapatan serta reputasi manajer investasi.

Page 2: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

14

Walaupun tidak ada tingkatan risiko absolut yang dianggap ‘dapat diterima’ - risiko bagi investor berpengalaman berbeda dengan investor pemula - manajer investasi tetap bertanggung jawab memberikan pandangan risiko perusahaan mengenai pergerakan pasar dan filosofi investasi ke dalam “selera risiko” (risk appetite) dapat diterima oleh para investor dan mudah dimengerti.

Pada titik ini, perlu ditekankan bahwa tujuan dari manajemen risiko bukanlah untuk menghindari risiko, namun sebagai mitigasi risiko. Masa depan selalu identik dengan ketidakpastian, dan risiko akan selalu ada, tetapi kerangka manajemen risiko investasi yang baik dapat membantu menciptakan platform untuk identifikasi, pengukuran, pengelolaan, pemantauan, dan pelaporan risiko yang konsisten di seluruh portofolio.

Selain itu, kerangka risiko manajemen investasi dapat menjadi panduan bagi manajer investasi untuk memastikan mereka terus berfokus pada investasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang, dan melakukannya sedemikian rupa sehingga menguntungkan seluruh pemangku kepentingan – termasuk para investor, manajer investasi, dan regulator.

Tipe risikoPerusahaan manajemen investasi menghadapi sejumlah risiko yang berbeda, namun secara umum dapat dikategorikan sebagai risiko investasi dan risiko non investasi. Kategorisasi ini tidak bersifat saling eksklusif, dan suatu risiko tunggal terkadang bisa saja masuk ke dalam kedua kategori di saat yang bersamaan.

Secara umum, risiko investasi – juga dikenal sebagai risiko aleatorik – mencakup semua kerugian yang muncul dari pergerakan pasar yang tidak diinginkan, kesalahan, kelalaian, atau ketidakmampuan manajer aset untuk memenuhi ekspektasi klien. Hal-hal ini biasanya mencakup risiko keuangan kuantitatif yang melekat dalam semua kategori produk investasi: risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas. Di sisi lain, risiko non investasi cenderung lebih bersifat kualitatif dan berkaitan dengan bagian operasional perusahaan investasi.

Pada bagian ini, kita akan melihat gambaran umum dari masing-masing risiko, dan indikator pengukuran utama masing-masing. Ketika menentukan parameter yang perlu dipantau, manajer investasi perlu memastikan bahwa ia memperhitungkan semua risiko yang relevan, yang terekspos dengan cara paling komprehensif.

• Risiko pasarRisiko pasar adalah risiko yang diasosiasikan dengan pergerakan harga pasar, dan termasuk di dalamnya, sebagai contoh, volatilitas harga ekuitas, obligasi, atau instrumen lain. Investor dihadapkan pada risiko pasar selama produk tersebut dihitung secara marked-to-market. Indikator pengukuran utama dapat mencakup beta, volatilitas, kesalahan pelacakan, rasio Sharpe, dan Value at Risk (VaR).

• Risiko kreditRisiko kredit adalah risiko gagal bayar suatu hutang ketika debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran pokok maupun bunga. Investor dihadapkan pada risiko kredit selama dana mereka mengandung instrumen hutang – seperti obligasi, Medium Term Notes (MTN), atau deposito – terlepas apakah instrumen tersebut marked-to-market atau tidak.

Pengukuran risiko kredit dapat menjadi suatu tantangan tersendiri, dan credit event terkadang dapat muncul mendadak secara fatal. Biasanya, manajer investasi mengandalkan perangkat kredit yang diterbitkan lembaga pemeringkat eksternal, atau mengembangkan rating kredit mereka sendiri dari penerbit. Pada tingkat portofolio, indikator pengukuran dapat mencakup alokasi pemeringkatan kredit, issuer concentration, dan credit rating floor.

• Risiko likuiditasRisiko likuiditas adalah risiko ketika instrumen keuangan tertentu tidak dapat dijual kembali dengan segera dengan harga yang wajar. Terdapat dua dimensi yang perlu dipertimbangkan dari perspektif risiko likuiditas: aset dan liabilitas.

Di sisi aset, manajer investasi perlu mengukur seberapa cepat suatu instrumen keuangan dapat dijual untuk memperoleh dana tunai. Salah satu pendekatan adalah dengan membandingkan kepemilikannya dengan volume pasar rata-rata untuk menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk pencairan dana, sedangkan pendekatan lain menggunakan profil jatuh tempo untuk mengukur ketersediaan dan linimasa kepemilikan kas.

Di sisi liabilitas, manajer investasi perlu memahami perilaku redemption investor. Misalnya, apabila investor cenderung menggunakan dana sebagai sarana perpindahan sementara, dana tersebut harus sangat cair; namun apabila investor lebih menyukai penggunaan dana untuk sarana investasi jangka

Page 3: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

15

panjang, dana tersebut boleh memiliki profil likuiditas yang tidak terlalu ketat.

Pada saat yang sama, manajer investasi perlu memerhatikan tingkat konsentrasi para investornya. Apabila terdapat sejumlah kecil investor yang memiliki sebagian besar Asset Under Management (AUM), perlu diwaspadai kemungkinan dana keluar yang signifikan yang berpotensi merugikan investor lain.

• Risiko non investasiRIsiko noninvestasi mencakup risiko operasional, strategis, kepatuhan, dan risiko lainnya. Risiko operasional adalah risiko kerugian yang muncul dari proses internal, orang, sistem, atau hal lain di luar yang tidak memadai atau mengalami kegagalan; risiko strategis adalah risiko yang diasosiasikan dengan perubahan dalam sebuah strategi atau arah bisnis suatu organisasi; dan risiko kepatuhan adalah risiko penalti yang diakibatkan kegagalan untuk mematuhi persyaratan peraturan dengan benar. Alat pengukuran utama dapat mencakup basis data peristiwa kesalahan/kerugian, indikator risiko utama, penilaian diri terkait kontrol risiko, dan alat penilaian kualitatif lainnya.

Beberapa prinsip panduanDengan segala kompleksitas kategori risiko yang beragam tersebut, bagaimana manajer investasi dapat mengelolanya sedemikian rupa dengan memastikan objektivitas dan independensi, sementara juga mencerminkan sifat saling mendukung? Tentu, tidak ada pendekatan tunggal yang universal. Namun kami menyarankan tiga prinsip panduan yang perlu dipertimbangkan manajer investasi saat meninjau pendekatan mereka:

• Kewajiban fidusiaDi atas segalanya, manajer investasi memiliki kewajiban fidusia kepada para investornya. Manajer investasi dan manajer risiko harus menyadari bahwa mereka memiliki peran yang lebih besar ketimbang sekedar bertindak objektif, ini berarti memastikan semua tindakan dilakukan untuk kepentingan terbaik para investor.

• Risiko sebagai dualitas, bukan dualismeRisiko harus dipandang sebagai dualitas, bukan dualisme. Konsep dualitas, diadaptasi dari bidang sosiologi, merujuk pada dua elemen berbeda yang mempertahankan makna aslinya tanpa konfrontasi, namun tetap dianggap saling bersifat komplementer. Ini berbeda dengan gagasan dualisme, yang menyatakan dua elemen berkonfrontasi satu sama lain secara langsung.

Secara sederhana, manajer investasi perlu mempertimbangkan risiko dan keuntungan sebagai sisi lain dari koin yang sama – bukan sebagai dua konsep berbeda. Menerima tingkat pengembalian portofolio, berarti juga secara implisit menerima tingkat risikonya. Dengan demikian, keputusan harus didasarkan pada penilaian risiko dan keuntungan yang tepat bagi para investor: manajer investasi harus meninjau investasi tertentu dari sudut pandang manajer risiko, dan sebaliknya manajer risiko perlu juga mempertimbangkan investasi dari sudut pandang manajer investasi.

Page 4: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

16

• Independensi sebagai netralitas aktifManajer risiko harus selalu independen, tetapi hal inijangan diartikan sebagai netralitas sederhana dalamarti berdiam diri. Sebaliknya, manajer risiko harusbertindak secara aktif medorong tercapainya tujuanperusahaan tetapi tetap netral. Sebagai contoh, apabilarisiko sebuah dana dianggap berlebihan, manajerrisiko tidak hanya memiliki tanggung jawab untukmelaporkannya, tetapi juga memberikan masukan yangmembangun tentang bagaimana risiko tersebut dapatdimitigasi.

Tiga garis pertahananDengan memerhatikan prinsip-prinsip panduan, manajer investasi harus bekerja untuk memasukkan tiga garis pertahanan pada kerangka risiko investasi mereka, dengan tujuan memungkinkan pendekatan pro aktif untuk mencegah kerugian yang tidak semestinya atau ekstrem dalam portofolio investasi klien, dan dengan demikian memastikan performa jangka panjang dan retensi klien.

Sebagai garis pertahanan pertama, manajer investasi harus mengenali dan menekankan bahwa manajemen risiko adalah tanggung jawab setiap karyawan – terlepas fungsi pekerjaan mereka.

Garis pertahanan kedua terletak pada fungsi risiko yang obyektif dan independen. Untuk memastikan ketidakberpihakan, fungsi risiko – idealnya menjadi satu departemen risiko tersendiri, namun terkadang dapat juga digabungkan dengan fungsi independen lain, seperti kepatuhan dan legal – harus diberdayakan dengan sumber daya dan otoritas yang diperlukan, dan dijauhkan dari potensi konflik kepentingan dengan tim investasi maupun fungsi front office lainnya. Selain melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian

risiko, terdapat juga tanggung jawab untuk menetapkan kebijakan, batasan, jumlah risiko yang bisa diterima, dan membantu fungsi lain dalam menyelesaikan situasi yang berpotensi berisiko.

Terakhir, garis ketiga terletak pada auditor internal manajer investasi, yang bertugas memastikan tata kelola yang baik dan melaksanakan pemeriksaan yang ketat pada seluruh kegiatan perusahaan, termasuk garis pertahanan pertama dan kedua.

Risiko itu nyataKetika awan ketidakpastian terus membayangi pasar keuangan, investorlah yang akan menanggung beban konsekuensi dari volatilitas yang menyertai kondisi tersebut. Walaupun terkadang susah untuk membayangkan potensi konsekuensi dari tindakan berisiko, terutama bila terwujud dalam bentuk spreadsheet di layar komputer, manajer investasi harus ingat bahwa di balik angka-angka tersebut terdapat orang-orang – para investor yang memercayakan keuangan mereka kepada manajer investasi, dan mengandalkan penilaian profesional para manajer investasi untuk membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan mereka.

Oleh sebab itu, membangun kerangka risiko manajemen investasi yang baik bukan hanya suatu ide bagus, namun tanggung jawab fidusia. Bukan hanya investor yang akan diuntungkan: manajer investasi juga dapat memperoleh keuntungan dari kepuasan klien yang meningkat karena ekspektasi dikelola dengan lebih baik; serta pengurangan penarikan dana yang dipicu oleh pergerakan pasar secara ekstrem yang tidak terlindungi atau termitigasi secara memadai; dan efisiensi operasional sebagai hasil dari kejelasan peran dari tiga garis pertahanan.

Aldrich AnthonioAldrich Anthonio adalah Direktur di Deloitte Risk Advisory. Ia juga mantan DJ yang saat ini sedang menyelesaikan disertasinya untuk gelar doktor di bidang Filsafat.

Page 5: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

Publikasi Deloitte IndonesiaApakah Anda tertarik dengan Publikasi Deloitte Indonesia kami?Kami memiliki tiga publikasi mengenai perkembangan dalam dunia bisnis dan industri di Indonesia seperti berikut ini. Anda dapat mengakses publikasi lain pada situs web kami.

Apabila Anda memiliki pertanyaan, silakan hubungi kami melalui [email protected]

Undang-Undang No. 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah disahkan pada 10 Juni 2020 untuk mengamandemen Undang Undang No. 4/2009. Undang-undang ini membuka jalan bagi sejumlah perubahan, antara lain terkait dengan penetapan wilayah pertambangan, sentralisasi kewenangan, serta perizinan usaha pertambangan. Dengan adanya perubahan serta dampak potensial yang mengikutinya, perusahaan pertambangan perlu segera meninjau kembali perizinan, struktur bisnis, dan praktik operasional mereka untuk memastikan bahwa mereka telah sepenuhnya mematuhi hukum yang berlaku. Silakan hubungi kami bila Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai publikasi dalam bahasa Inggris ini. https://www2.deloitte.com/id/en/pages/tax/articles/id-mining-law-2020.html

Industri makanan dan minuman di Indonesia telah memperlihatkan sumbangsihnya terhadap pertumbuhan ekonomi selama masa pandemi. Sektor ini juga menghadapi berbagai tantangan termasuk persoalan keamanan pangan. Dalam artikel ini, beberapa dampak utama pandemi COVID-19 pada sektor makanan dan minuman di Indonesia, dan peran penting aspek kepercayaan dalam bisnis yang dapat bertahan di masa mendatang akan dibahas dengan tujuan mendorong mereka dapat berkembang dalam kondisi normal baru. Silakan hubungi kami bila Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai publikasi dalam bahasa Inggris ini. https://www2.deloitte.com/id/en/pages/consumer-business/articles/id-consumer-covid19-2020.html

Pandemi COVID-19 mendorong konsumen Indonesia untuk melirik pemanfaatan pembayaran digital. Hal ini membuka banyak kesempatan baru bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mengadopsi sistem pembayaran nontunai melalui Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) yang diluncurkan Bank Indonesia sejak tahun 2019. Artikel ini membahas bagaimana QRIS dapat menjadi sistem pembayaran digital yang universal di Indonesia dengan memungkinkan interoperabilitas di antara berbagai penyedia layanan sistem pembayaran digital, selain itu juga membahas berbagai contoh penggunaan potensial lainnya. Silakan hubungi kami bila Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai publikasi dalam bahasa Inggris ini. https://www2.deloitte.com/id/en/pages/technology-media-and-telecommunications/articles/accelerating-digital-payments-landscape-in-indonesia.html

Page 6: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

29

Page 7: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

Hubungi kamiUntuk menjaga agar bisnis dan organisasi Anda tetap aman, siap dalam segala situasi, dan bertahan dalam segala situasi, silahkan menghubungi:

Claudia Lauw Lie HoengDeloitte Indonesia Country Leadere: [email protected]

Rosita Uli SinagaAssurance Leader and Financial Services Industry Leadere: [email protected]

Elisabeth ImeldaAudit Leader Imelda & Rekane: [email protected]

Iwan AtmawidjajaConsulting LeaderPT. Deloitte Consultinge: [email protected]

BudiyantoDeloitte Private Deske: [email protected]

Edy WirawanFinancial Advisory Leader and Government & Public Services Industry Leader PT. Deloitte Konsultan Indonesiae: [email protected]

Cornel B. JuniartoSenior Partner of Hermawan Juniarto & Partnerse: [email protected]

Brian Johannes IndradjajaRisk Advisory Leader and Technology, Media & Telecom Industry LeaderPT. Deloitte Konsultan Indonesiae: [email protected]

Melisa HimawanTax LeaderDeloitte Touche Solutions e: [email protected]

John LauwrenzTax Deputy LeaderDeloitte Touche Solutionse: [email protected]

Roy David KiantiongTax Deputy LeaderDeloitte Touche Solutionse: [email protected]

Maria Christi PratiwiConsumer Industry Leadere: [email protected]

Cindy SukimanEnergy, Resources & Industrials Leader e: [email protected]

Steve AdityaLife Science & Health Care Industry Leader e: [email protected]

Dennis Yu Ying LiChinese Services Deske: [email protected]

Tenly WidjajaJapanese Services Deske: [email protected]

Bang Chi YoungKorean Services Deske: [email protected]

Mark WoodleyUS & European Services Deske: [email protected]

Page 8: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte Indonesia Perspectives | Edisi Kedua, Februari 2021

31

Page 9: Mengelola risiko dalam mengejar imbal hasil

Deloitte refers to one or more of Deloitte Touche Tohmatsu Limited (“DTTL”), its global network of member firms, and their related entities (collectively, the “Deloitte organization”). DTTL (also referred to as “Deloitte Global”) and each of its member firms and related entities are legally separate and independent entities, which cannot obligate or bind each other in respect of third parties. DTTL and each DTTL member firm and related entity is liable only for its own acts and omissions, and not those of each other. DTTL does not provide services to clients. Please see www.deloitte.com/about to learn more.

Deloitte Asia Pacific Limited is a company limited by guarantee and a member firm of DTTL. Members of Deloitte Asia Pacific Limited and their related entities, each of which are separate and independent legal entities, provide services from more than 100 cities across the region, including Auckland, Bangkok, Beijing, Hanoi, Hong Kong, Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, Melbourne, Osaka, Seoul, Shanghai, Singapore, Sydney, Taipei and Tokyo.

About Deloitte Indonesia In Indonesia, services are provided by Imelda & Rekan, Deloitte Touche Solutions, PT Deloitte Konsultan Indonesia, PT Deloitte Advis Indonesia and KJPP Lauw & Rekan.

This communication contains general information only, and none of Deloitte Touche Tohmatsu Limited (“DTTL”), its global network of member firms or their related entities (collectively, the “Deloitte organization”) is, by means of this communication, rendering professional advice or services. Before making any decision or taking any action that may affect your finances or your business, you should consult a qualified professional adviser.

No representations, warranties or undertakings (express or implied) are given as to the accuracy or completeness of the information in this communication, and none of DTTL, its member firms, related entities, employees or agents shall be liable or responsible for any loss or damage whatsoever arising directly or indirectly in connection with any person relying on this communication. DTTL and each of its member firms, and their related entities, are legally separate and independent entities.

© 2021 Deloitte Touche Solutions