MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

71
i MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN KOTA SEMARANG BERBASIS CITRA SATELIT Tugas Akhir Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh : Nama : Yoga Aji Priatama NIM : 3212317002 Prodi : Survei dan Pemetaan Wilayah JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Transcript of MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

Page 1: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

i

MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN

IKAN DI PERAIRAN KOTA SEMARANG

BERBASIS CITRA SATELIT

Tugas Akhir

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh :

Nama : Yoga Aji Priatama

NIM : 3212317002

Prodi : Survei dan Pemetaan Wilayah

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

ii

Page 3: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

iii

Page 4: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

iv

Page 5: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Hidup adalah sebuah tantangan, seberapa besar tantangan itu kau harus

menghadapinya”

Menurut Dahlan Iskan 1951, Orang hebat tidak dihasilkan dari kemudahan,

kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesulitan, tantangan, dan

air mata.

Persembahan:

Karya ini dipersembahkan untuk:

Untuk Almarhumah mama saya tercinta “PURWATI”. Terimakasih sudah

mendidik saya menjadi orang yang lebih mandiri dan tangguh dalam

menghadapi segala permasalahan

Untuk ayah saya tercinta “SUPRIYANA”. terimakasih sudah banyak

berkorban untuk hidup saya

Untuk kakak “TIANA NUR FADILA”. Terimakasih sudah menjadi teladan

yang baik bagi hidup saya

Untuk “SANTIKA DYNI WULANDARI”. Terimakasih atas segala bentuk

supportnya

Page 6: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Penulisan Tugas Akhir. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis

masih merasa jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penulis masih

membutuhkan saran dan kritik yang membangun. Dalam penulisan tugas akhir ini

ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dalam hal ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberi kesempatan untuk menempuh studi di

Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Dr. Moh.S.Mustofa, MA. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang yang telah mengijinkan melakukan survei dan pemetaan

pada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

3. Bapak Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

4. Ibu Prof. Dr. Eva Banowati, M,Si Pembimbing Tugas Akhir yang telah

memberikan masukan pada penulis dalam menyelesaikan Tugas akhir.

5. Bapak Dr.Ir. Ananto Aji, M.S Ketua Program Studi Survei dan Pemetaan

Wilayah Geografi FIS Universitas Negeri Semarang yang telah memberi

pengarahan dalam proses perkuliahan.

6. Dosen Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberi

banyak masukan.

7. Staff TU, Perpustakaan, dan Laboratorium Geografi Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

Page 7: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

vii

SARI

Yoga Aji Priatama, 2019. Memprediksi Zona Potensi Penangkapan Ikan di

Perairan Kota Semarang Berbasis Citra Satelit. Tugas Akhir Jurusan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Prof. Dr.

Eva Banowati, M.Si.

Kata Kunci: Zona Penangkapan Ikan, Perairan, Citra Satelit.

Perairan Kota Semarang merupakan salah satu perairan yang banyak

mendapatkan tekanan lingkungan seiring dengan berkembangnya kawasan

industri dan pemukiman disepanjang pesisir perairan di Kota Semarang. Meski

demikian, perairan tersebut masih memiliki potensi kelimpahan sumberdaya

perikanan karena adanya dukungan posisi geografis daerah tropis yang memiliki

dampak pada tingkat kesuburan perairan tersebut.

Tujuan dalam melakukannya penelitian ini adalah memprediksi zona-zona

yang menjadi potensi adanya sebaran ikan di perairan Kota Semarang. Kesuburan

perairan merupakan parameter yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam

memprediksi suatu zona penangkapan ikan.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2019, dalam melakukan

penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode primer dan sekunder, dalam

metode primer data yang didapatkan melalui cek lapangan secara langsung untuk

memperoleh informasi-informasi yang bersangkutan, sedangkan dalam metode

sekunder lebih memanfaatkan data-data citra dalam melakukan pengolahan

kedalam bentuk peta tematik. Hasil penelitian ini menghasilkan parameter-

parameter kesuburan perairan yaiu klorofil-a berkisaran 0,45 mg/m3 yang

menunjukkan daerah tersebut relatif tinggi dalam daerah sebaran ikan, sedangkan

pada parameter kesuburan suhu permukaan laut mencapai 29°C juga menunjukan

tingkat sebaran jenis ikan sangat tinggi.

Page 8: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Survei dan Pemetaan .................................................................... 4

1.4 Manfaat Survei dan Pemetaan .................................................................. 4

1.5 Batasan Istilah .......................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 7

2.1 Pemetaan .................................................................................................. 7

2.2 Peta Tematik............................................................................................. 9

2.3 Pengertian SIG ....................................................................................... 12

2.4 Subsistem SIG ........................................................................................ 13

2.5 Hubungan Aplikasi SIG dengan Zona Potensi Penangkapan Ikan ........ 14

2.6 Pengertian Penginderaan Jauh ............................................................... 16

2.7 Penerapan Teknologi Inderaja Untuk Penangkapan Ikan ...................... 16

2.8 Klasifikasi Tingkat Zona Kedalaman Ikan Laut .................................... 17

2.9 Karakteristik Persebaran Ikan Berdasarkan Kedalaman Air .................. 18

BAB III METODE SURVEI DAN PEMETAAN ................................................ 21

3.1 Lokasi Survei dan Pemetaan .................................................................. 21

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 21

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 21

3.4 Variabel ................................................................................................... 22

3.5 Teknik Pengambilan Data ....................................................................... 22

3.6 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 23

3.7 Analisis Data ........................................................................................... 23

3.8 Proses Pemetaan Data Menggunakan Software ...................................... 24

3.9 Diagram Alir ........................................................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 44

4.1 Hasil ....................................................................................................... 44

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 46

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 49

5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 49

5.2 Saran ....................................................................................................... 49

Page 9: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Home page Oceancolor ..................................................................... 25

Gambar 3.2 Pemilihan resolusi, product dan sensor ............................................. 26

Gambar 3.3 Proses Download klorofil-a ............................................................... 27

Gambar 3.4. Membuka jendela SeaDAS 7.5 ....................................................... 27

Gambar 3.5 Layer SeaDas..................................................................................... 28

Gambar 3.6. Tampilan kotak dialog ...................................................................... 28

Gambar 3.7 Tampilan data klorofil ....................................................................... 29

Gambar 3.8. Sebaran data klorofil Dunia.............................................................. 29

Gambar 3.9. Merubah data kedalam bentuk raster ............................................... 30

Gambar 3.10. Hasil data GeoTIF .......................................................................... 30

Gambar 3.11 Membuka Jendela Er Mapper 7.1 ................................................... 31

Gambar 3.12 Proses add data klorofil-a ................................................................ 31

Gambar 3.13 Proses pengisian kolom description ................................................ 32

Gambar 3.14 Proses pemberian alghirithma ......................................................... 32

Gambar 3.15 Proses pemberian batas nilai maksimum dan minimum CHL……33

Gambar 3.16 Merubah color table menjadi color SPL ......................................... 33

Gambar 3.17 Penyimpanan data klorofil-a CHL_ers ............................................ 34

Gambar 3.18 Membuka jendela ArcGIS 10.4 ....................................................... 34

Gambar 3.19 Tampilan kota dialog “ add data klorofil-a ..................................... 35

Gambar 3.20 Tampilan awal data citra klorofil-a ................................................. 36

Gambar 3.21 Tampilan kota dialog “ add data SST.............................................. 36

Gambar 3.22 Tampilan awal data citra SST ......................................................... 37

Gambar 3.23 Tampilan contour interval klorofil-a………………………………38

Gambar 3.24 Tampilan contour interval SST ....................................................... 38

Gambar 3.25 Tampilan hasil contour klorofil-a dan SST ..................................... 39

Gambar 3.26 Tampilan add batas Kabupaten Indonesia ....................................... 39

Gambar 3.27 Tampilan Kota Semarang yang sudah di crop ................................ 40

Gambar 3.28 Tampilan add shapefile laut ............................................................ 40

Gambar 3.29 Tampilan laut Indonesia .................................................................. 41

Gambar 3.30 Proses menghilangkan contour yang bertampalan .......................... 41

Gambar 3.31 Proses pembuatan shapefile titik ikan ............................................. 42

Gambar 3.32 Diagram Alir ................................................................................... 43

Page 10: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

x

Gambar 4.1 Peta Zona Tangkap Ikan .................................................................. 44

Page 11: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Surat Terima Observasi Dinas Kelautan Dan Perikanan .................. 55

Lampiran 2. Rumus Algoritma Citra .................................................................... 56

Lampiran 3. Peta Sebaran Klorofil-a .................................................................... 57

Lampiran 4. Peta Sebaran Suhu Permukaan Laut ................................................. 58

Lampiran 5. Peta Zona Fishing Ground ................................................................ 59

Lampiran 6. Peta Administrasi Kota Semrang ...................................................... 60

Page 12: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, kebutuhan akan data spasial kelautan

semakin besar. Hal ini karena kegiatan perencanaan pembangunan dan

pengambilan keputusan tidak hanya berkonsentrasi di wilayah darat, melainkan

sudah mejalar hingga wilayah perairan. Oleh karena itu pemetaan batimetri

menjadi keperluan mendasar guna tersedianya informasi spasial di bidang

kelautan (Soeprapto, 2001). Indonesia memiliki wilayah lautan yang lebih luas

dibandingkan luasan daratannya. Luasan wilayah laut mencapai 2/3 dari luas

wilayah daratan. Laut merupakan bagian bumi yang di ukur berdasarkan tingkat

kedalamannya. Setiap daerah di dalam laut, memiliki ekosistem sendiri- sendiri.

Akan tetapi, semakin ke dalam ekosistem akan semakin sedikit, dikarenakan

tekanan laut dalam serta tidak adanya matahari yang masuk, membuat mahkluk

hidup yang ada di dalamnya semakin sedikit. akan tetapi hewan- hewan yang

hidup di lautan dalam, memiliki kemampuan khusus, sehingga mampu hidup di

tempat yang sangat gelap dan dingin, rata- rata hewan yang hidup di laut dalam

memiliki penglihatan yang jelak, atau buta. Mereka memiliki sensor khusus untuk

mendapatkan makanan. Beberapa hewan laut, hanya memakan plankton atau sisa-

sisa makhluk hidup yang mati dan tenggelam ke dasar laut. Hewan yang berada di

laut dalam, rata- rata memiliki warna yang pucat atau transparan. Sedangkan

hewan- hewan yang hidup di lautan dangkal, memiliki corak warna yang

cenderung beragam. Hal ini akibat perbedaan cahaya matahari yang masuk ke

dalam laut. Lapisan kedalam laut, dapat dilihat berdasarkan tingkat

kedalamannya, suhu, serta berdasarkan kehidupannya.

Salah satu dari 9 kebijakan strategis Departemen Perikanan dan Kelautan

(DPK) mengamanatkan bahwa pemanfaatan jasa kelautan dan sumberdaya

perikanan secara optimal, efisien dan berkelanjutan mengharuskan adanya

pengelolaan serta pengaturan terhadap kecepatan pengambilan sumber hayati

Page 13: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

2

perikanan (Prasetyo, 1996). Kebijakan strategis DPK memberikan dampak

padapotensi sumberdaya pangan yang tidak terganggu keseimbangannya, tidak

terjadi kondisi tangkap berlebihan (over exploited), dan pengelolaan kawasan

tangkap kurang (under exploited) dapat optimal dan lestari (Anonymous 2000a)

Pengukuran kedalaman laut bisa dilakukan manual dengan menggunakan

kapal, namun dibutuhkan waktu yang sangat lama. Menurut Mineart dan Gottshl,

untuk mengukur seluruh kedalaman laut dibumi secara manual akan memakan

waktu pengukuran hingga 200 tahun. Oleh karena itu dibutuhkan suatu system

untuk dapat menggantikan pengukuran manual dengan memanfaatkan gambar

yang diperoleh dari satelit. System yang dibangun ini menggunakan data

kedalaman laut hasil pengukuran manual. Kemudian data tersebut dipadukan

menggunakan data hasil dari citra satelit pada posisi yang sama. Kedalaman laut

memberikan informasi penting mengenai apa yang dapat dimanfaatkan dari laut

tersebut. Selain untuk navigasi pelayaran yang berkaitan dengan keselamatan

pelayaran, kedalaman juga dapat memberikan informasi sebaran makhluk yang

tinggal didalamnya. Menurut Mineart dan Gottshl pengukuran kedalaman laut

juga berguna untuk peringatan dini terhadap bencana Tsunami yang bisa

dilakukan simulasi untuk mengetahui bagaimana akibat yang ditimbulkan. Hal ini

sangat bermanfaat untuk Negara Indonesia yang memiliki lautan yang sangat luas,

yang juga merupakan Negara kepulauan terbesar di Dunia.

Berdasarkan dari penjabaran diatas, penggalian potensi haruslah

memperhatikan stok sumberdaya laut khususnya daerah penangkapan ikan. Salah

satu upaya yang bisa dilakukan yakni dengan mengadakan suatu kegiatan

penentuan daerah gerombolan ikan yang terdapat di perairan. Penentuan daerah

dapat menggunakan teknologi citra satelit untuk memperoleh informasi tentang

objek, daerah atau gejala. Teknologi citra satelit menganalisis data yang diperoleh

dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala

yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).

Pada umumnya daerah penangkapan ikan tidak ada yang bersifat tetap.

Secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai. Sedangkan habitat

tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseonografi perairan

Page 14: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

3

seperti suhu permukaan laut, salinitas, klorofil-a, kecepatan arus dan sebagainya

(Laevastu and Hayes, 1981; Butler et al., 1988; Zainuddin et al., 2008).

Pembuatan peta daerah potensial penangkapan ikan (DPPI) sangat

membantu para nelayan dalam mengetahui informasi daerah yang berpotensi

untuk dilakukan penangkapan ikan karena adanya teknologi tersebut.Nelayan

cenderung menggunakan pengetahuan secara ilmiah mengenai musim

penangkapan ikan dan wilayah yang berpotensi sebagai penangkapa

ikan.Umumnya penangkapan ikan yang masih dilakukan oleh nelayan dengan

menggunakan cara-cara tradisional dan pada daerah yang relative tetap dalam

jangkauan yang relative sempit. Akibatnya nelayan tidak mampu untuk mengatasi

perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan

daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis mengikuti pergerakan

kondisi lingkungan yang secara alamiah akan memilih habitat yang lebih sesuai.

Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang, secara administratif, Kota

Semarang terletak di pesisir Utara Jawa dan sebagai utama penghubung Jakarta -

Surabaya dan kota - kota di pedalaman selatan Jawa (Surakarta dan Yogyakarta).

Kota Semarang terdiri atas 16 administratif kecamatan, dan 117 administratif

kelurahan. Kota Semarang memiliki ketinggian dari 2 meter bawah permukaan

laut hingga 340 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng 0% - 45%.

Kota Semarang merupakan kota yang memiliki kondisi topografi yang unik

berupa wilayah dataran rendah yang sempit dan wilayah perbukitan yang

memanjang dari sisi barat hingga sisi timur Kota Semarang. Wilayah dataran

rendah pada wilayah Barat Kota Semarang hanya memiliki lebar 4 kilometer dari

garis pantai, sedangkan pada wilayah Timur Kota Semarang wilayah dataran

rendah semakin melebar hingga 11 kilometer dari garis pantai.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Memprediksi Zona Potensi Penangkapan Ikan di Perairan Kota

Semarang Berbasis Citra Satelit”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang timbul dalam

penelitian (survei dan pemetaan) ini adalah:

Page 15: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

4

1. Bagaimana menentukan daerah potensial penangkapan ikan yang terdapat di

perairan Kota Semarang ?

2. Bagaimana sebaran SPL dan Klorofil-a dalam menentukan zona potensi

penangkapan ikan?

3. Kurang tereksploitasnya potensi sumber daya ikan laut yang ada di

Perairan Semarang

1.3 Tujuan Survei dan Pemetaan

Berdasarkan pokok masalah yang diuraikan di atas, penelitian

(survei dan pemetaan) ini bertujuan untuk:

1. Memetakan daerah potensial penangkapan ikan di wilayah perairan

Semarang.

2 Menganalisis suhu permukaan laut dan klorofil-a untuk penentuan zona

potensi penangkapan ikan dengan menggunakan citra Aqua Modis di

perairan pesisir Kota Semarang.

3 Membuat suatu pemetaan (Mapping) sebaran jenis ikan yang terdapat di

perairan Kota Semarang.

1.4 Manfaat Survei dan Pemetaan

1. Manfaat praktis

a. Memberikan informasi keruangan dalam bentuk peta ZPPI kepada Dinas

Kelautan dan Perikanan Kota Semarang dalam upaya pendeteksi potensi

adanya sebaran ikan

b. Penelitian ini diharapkan mampu membantu nelayan untuk menganalisis,

memantau, dan evaluasi dalam eksploitasi ikan di perairan Kota Semarang

2. Manfaat Ilmu Pengetahuan

a. Memberikan sumbangan ilmu kepada mahasiswa Survei dan Pemetaan

Wilayah tentang pemetaan dalam bidang Kelautan.

b. Menambah wawasan dan sumber referensi kepada mahasiswa untuk

melakukan penelitian lanjutan.

c. Sumber informasi untuk nelayan mengenai kondisi daerah penangkapan

ikan di lokasi perairan Semarang.

Page 16: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

5

1.5 Batasan Istilah

Untuk membatasi penafsiran istilah agar tidak terjadi salah tafsir, maka

istilah dalam judul diperjelas sebagai berikut :

1. Pemetaan

Pemetaan adalah suatu tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan

peta. Langkah awal yang dilakukan antara lain pembuatan data, pengolahan data,

dan penyajian dalam bentuk peta (Juhadi dan Setyowati, 2001).

2. Zona Fising Ground

Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan

tertagkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan

secara teknis serta ekonomis. Dalam konteks yang lebih luas mempelajari daerah

tangkap ikan yaitu untuk menentukan daerah keberadaan ikan disuatu perairan

laut sebagai acuan untuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan.

Pengetahuan dari fishing ground merupakan langkah awal dalam melakukan

perencanaan pengelolaan sumberdaya ikan dalam mengetahui lebih jela mengenai

batas wilayah dimana sumberdaya ikan berada. Sedangkan definisi penangkapan

ikan menurut UU adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

dan pemanfaatan ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,

pengelolaan sampai dengan pemasaran, yang dilakasanakan dalam suatu system

berbasis perikanan. Arti tersebut sesuai dengan Undang-undang nomor 31 tahun

2004. Jadi semua yang berhubungan dengan mencari ikan dari metode, cara, alat,

dan penanganan disebut penangkapan ikan.

Karakteristik Zona Penangkapan Ikan :

a. Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya dating

bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan

habitat ikan tersebut.

b. Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan

peralatan penangkapan ikan bagi nelayan

c. Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis.

Page 17: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

6

3. Citra Satelit

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor

lainnya (Hornby). Citra adalah gambaran objek yang dibuahkan oleh pantulan

atau pembiasan sinar yang difokuskan dari sebuah lensa atau cermin (Simonett,

1983).

Page 18: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pemetaan

1. Pengertian Peta

Peta adalah wahana penyimpanan dan penyajian data-data kondisi

lingkungan dan merupakan sebuah sumber informasi bagi masyarakat untuk

merencanakan dan mengambil keputusan dalam tahap pembangunan

(Bakosurtanal, 2005). Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam

pembuatan peta. Langkah awal pemetaan yang dilakukan yaitu pengumpulan data,

dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian data dalam bentuk peta.

Pembuatan peta secara sistematis yang dianjurkan dalam buku “Desain dan

Komposisi Peta Tematik” (Juhadi dan Setyowati). Antara lain:

- Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat;

- Mencari dan mengumpulkan data;

- Menentukan data yang akan digunakan;

- Mendesain simbol data dan simbol peta;

- Membuat peta dasar;

- Mendesain komposisi peta (layout peta), unsur peta, dan ukuran kertas;

- Pencetakan peta;

- Lettering dan pemberian simbol;

- Reviewing;

- Editing;

- Finishing.

Dalam membuat peta tematik ada beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh pembuat peta sesuai dengan kaidah-kaidah kartografi. Menurut Riyanto dkk

(2009:4) antara lain:

a. Peta tidak boleh membingungkan. Agar tidak membingungkan maka sebuah

peta perlu di lengkapi:

Page 19: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

8

- Keterangan atau legenda (legend)

-Skala (scale) Peta.

-Judul Peta.

-Bagian dunia mana (insert).

b. Peta harus mudah dapat di mengerti atau di tangkap maknanya oleh

pemakai peta. Untuk itu agar mudah di mengerti atau di tangkap maknanya,

dalam peta di gunakan:

-Warna.

-Simbol (terutama peta tematik).

-Sistem proyeksi dan system koordinat.

c.Peta harus memberikan gambaran yang sebernarnya. Ini peta berarti

harus cukup teliti sesuai dengan tujuannya.

2. Klasifikasi Peta

Klasifikasi peta menurut Bos, Es (1977) dalam Juhadi dan Dewi Liesnoor

Setyowati (2001), peta dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu peta

berdasarkan isi, berdasarkan skala, dan berdasarkan kegunaan yaitu:

a. Peta berdasarkan isi antara lain:

- Peta Umum atau peta rupa bumi adalah peta yang menggambarkan bentang

alam secara umum dipermukaan bumi, dengan menggunakan skala tertentu.

Peta-peta yang termasuk kedalam peta umum adalah antara lain: peta dunia,

topografi, dan atlas yang memuat mengenahi bentang lam secara umum.

- Peta Tematik adalah peta yang memuat informasi tema-tema tertentu (khusus)

dan digunakan untuk kepentingan tertentu yang bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, bidang perencanaan wilayah,

kepariwisataan dan kebudayaan, ekonomi, sosial, dan politik.

- Peta Navigasi atau Chart adalah peta yang dibuat secara khusus atau

bertujuan praktis untuk membantu navigasi laut, penerbangan, ataupun

perjalanan darat. Unsur yang digambarkan dalam peta tersebut adalah berupa

rute perjalanan yang berguna dalam panduan perjalanan seperti lokasi atau

letak suatu kota, kedalaman laut, maupun ketinggian suatu daerah.

Page 20: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

9

b.Peta berdasarkan skala antara lain:

- Peta skala sangat besar : > 1 : 10.000.

- Peta skala besar : < 1 : 100.000 -1 : 10.000.

- Peta skala sedang : 1 : 100.000 - 1 : 1.000.000.

- Peta skala kecil : > 1 : 1.000.000.

c. Peta berdasarkan kegunaan adalah peta yang digunakan untuk sesuatu hal

yang sifatnya sesuai dengan kegunaanya contoh peta media pembelajar, atau

peta sarana pendidikan dan lain-lain.

3. Penggolongan peta menurut Endang Saraswati (1979), menggolongkan peta

menurut skala dan isinya, yaitu peta umum dan peta khusus:

a. Peta Umum

Merupakan peta yang memuat kenampakan umum, baik kenampakan

fisik maupun kenampakan sosial ekonomis atau kenampakan budaya yang

meliputi:

- Peta rupa bumi, peta umum berskala besar

- Peta chorografi, peta umum berskala sedang

- Peta dunia, peta umum berskala kecil

b. Peta Khusus

Peta yang memuat kenampakan khusus antara lain peta politik, peta kota,

peta pariwisata, peta tanah, peta geologi, dan lain sebagainya.

2.2 Peta Tematik

1. pengertian Peta Tematik

Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi atau data

kualitatif dan kuantitatif dari suatu tema atau maksud atau konsep tertentu dalam

hubungannya dengan unsur atau detail-detail topografi yang spesifik, terutama

yang sesuai dengan tema peta tersebut (Aziz 1985:1). Pada dasarnya peta tematik

adalah peta yang memberikan gambaran atau informasi kekhususan mengenai

tema-tema tertentu.

Secara umum peta tematik dapat digunakan untuk membantu

perencanaan daerah, administrasi, manajemen, perusahaan, swasta, pendidikan,

dan lain-lain. Selain itu perkembangan serta pembuatan peta tematik ini memiliki

Page 21: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

10

hubungan yang erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam

penyajian data untuk keperluan tertentu seperti: geografi, geologi, pertanahan,

geodesi (geomatika), perkotaan, pertambangan, dan ilmu-ilmu lainnya yang

berkaitan dengan sosial ekonomi.

Dalam peta tematik (Aziz 1985:1) terdapat komponen-komponen tertata

pada peta yang memuat informasi dalam peta, komponen-komponen tersebut

antara lain:

a. Judul Peta. Judul peta harus sesuai dengan tema yang ada dalam peta dan

sesuai dengan informasi yang akan di tampilkan dalam peta tematik

tersebut, oleh karenanya judul peta harus memuat tema atau informasi,

lokasi, dan tahun.

b. Skala Peta. Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan

jarak sesungguhnya di lapangan, skala pada peta dapat berupa skala angka

maupun skala garis. Jarak pada peta harus di cantumkan agar pembaca peta

dapat menghitung dan mengetahui perbandingan jarak pada peta dengan

jarak di lapangan.

c. Orientasi Peta. Orientasi peta merupakan arah mata angin, namun biasanya

hanya mengambarkan arah utara saja, yang menghadap keatas atau (grid

north). Bentuk orientasi biasanya digambarkan secara sederhana dengan

bentuk tombak yang anak panahnya berada diatas dan diberi tanda notasi

huruf U (utara).

d. Garis Tepi Peta. Garis tepi peta adalah garis yang membatasi informasi pada

tepi peta. Semua komponen peta berada di dalam garis tepi peta. Komponen

peta yang dimaksud berada di dalam garis tepi yaitu judul peta, skala,

orientasi, legenda, sumber peta, garis lintang dan garis bujur.

e. Nama Pembuat Peta. Nama pembuat peta adalah merupakan salah satu

informasi pendukung saja dalam peta. Namun demikian nama pembuat peta

adalah hal yang wajib dicantumkan.

f. Koordinat Peta. Koordinat peta adalah merupakan salah satu unsur penting

karena koordinat menunjukan lokasi absolut pada bola bumi. Terdapat dua

cara membuat koordinat peta yaitu koordinat UTM dan Geografis.

Page 22: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

11

g. Sumber Peta. Sumber peta merupakan salah satu yang harus ditampilkan

agar pengguna dapat membuktikan akurasi atau kebenaran data dan

informasi yang ditampilkan dalam peta tersebut, peta yang dapat di jadikan

sumber acuan dalam pembuatan peta adalah peta yang dibuat oleh Badan

Informasi Geospasial.

h. Legenda Peta. Lengenda peta berisi mengenahi keterangan simbol yang ada

dalam peta atau informasi-informasi yang termuat dalam peta.

i. Inset Peta. Inset peta menunjukan informasi lokasi atau letak suatu wilayah

yang menjadi objek pemetaan sehingga akan memudahkan pembaca atau

pengguna peta dalam memahami letak suatu wilayah yang di petakan. Ada

dua macam inset yaitu:

- Inset pembesaran peta dapat di jumpai pada atlas menerangkan suatu

informasi dari suatu pulau, di mana kenampakan suatu pulau tersebut

pada skala tertentu nampak kecil maka perlu adanya pembesaran skala.

-Inset lokasi wilayah sering dijumpai pada peta-peta tematik yang

berguna untuk menjelaskan cakupan wilayah yang lebih luas lagi.

2. Tahap-tahap dalam proses pemetaan

Dalam proses pemetaan ada tiga tahapan yang harus dilakukan yaitu:

a. Tahap Pengumpulan Data

Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan data. Data

merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Keberadaan

data sangat penting artinya, dengan data seorang dapat melakukan analisis dan

evaluasi tentang suatu data wilayah tertentu. Data-data tersebut diperoleh atau

dikumpulkan dengan biaya yang besar dan memerlukan waktu yang lama,

sehingga data harus dimanfaatkan secara optimal.

b. Tahap Penyajian Data

Langkah pemetaan kedua berupa penyajian data atau tahap pemetaan atau

pembuatan peta. Tahap penyajian data merupakan upaya melukiskan atau

menggambarkan data dalam bentuk symbol, supaya data tersebut menarik,

mudah dibaca, dan dimengerti oleh pengguna (user). Penyajian data pada

sebuah peta harus dibaca dengan baik dan benar supaya tujuan pemetaan dapat

Page 23: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

12

tercapai. Data-data tersebut disajikan dalam bentuk simbol yang menarik dan

mudah dibaca.

c. Tahap Penggunaan Peta

Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting, karena menentukan

keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan

dapat digunakan atau dibaca dengan mudah. Peta merupakan alat untuk

melakukan komunikasi, sehinggapa dapet harus terjalin interaksi antara

pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map user). Pembuat peta

harus dapat merancang peta sedemikian rupa sehingga peta mudah dibaca,

diinterpretasi, dan dianalisis oleh pengguna peta. Pengguna peta harus dapat

membaca peta dan memperoleh gambaran informasi sebenarnya di lapangan

(real world).

2.3 Pengertian SIG

1. Pengertian SIG menurut Esri

Menurut Esri tahun 1990 dalam Prahastha tahun 2001 SIG adalah

kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data

geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,

menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua

bentuk informasi yang bereferensi geografi. Menurut Aronoff tahun 1997 dalam

Prahastha tahun 2001 SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang

digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi informasi geografi.

SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpam, dan menganalisis obyek dan

fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau

kritis untuk dianalisis, dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang

memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data bereferensi geografi:

a. Masukan

b. Manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data)

c. Analisis dan manipulasi data

d. Keluaran

Page 24: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

13

2. Pengertian SIG secara umum

Secara umum SIG dapat diartikan sebagai sistem informasi yang berbasis

komputer dalam menyimpan, mengolah, menganalisis, dan menampilkan

data.Sistem Informasi Geografis (SIG) apabila dipisah merupakan gabungan dari

3 kata yaitu:

a. Sistem adalah suatu kesatuan komponen atau variabel yang terorganisir

secara terpadu, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain untuk

mendapatkan suatu hasil.

b. Informasi adalah data yang berformat dan terorganisasi dengan baik agar

mudah dianalisis atau diproses.

c. Geografis adalah menunjukkan keterkaitan data dengan lokasi yang

diketahui dan dapat dihitung berdasarkan koordinat geografis.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa SIG dirancang untuk

membentuk suatu data yang terorganisasi dari berbagai data keruangan dan atribut

yang mempunyai ”Geo Code” dalam suatu basis data agar dapat dengan mudah

dimanfaatkan dan dianalisis, hal ini dikemukakan oleh team pelatihan SIG

(BP2SIG Unnes, 2006:5). SIG juga merupakan alat bantu management informasi

yang terjadi dimuka bumi dan bereferensi keruangan (spasial). System Informasi

Geografi bukan sekedar sistem komputer yang digunakan untuk pembuatan peta,

melainkan juga sebagai alat analisis. Keuntungan dari alat analis adalah

memberikan kemungkinan untuk menidentifikasi hubungan spasial diantara

feature data geografis dalam bentuk peta (Prahasta, 2004).

2.4 Subsistem SIG

Berdasarkan definisi diatas, SIG diuraikan dalam beberapa subsistem,

yaitu:

1. Data Input (Masukan Data)

Subsistem ini berfungsi mengumpulkan data spasial dan data atribut dari

berbagai sumber, sekaligus bertanggung jawab dalam merubah atau

mengkonversi data atau mentransformasikan format data aslinya kedalam

format yang dapat digunakan untuk SIG.

2. Data Management (Pengelolaan Data)

Page 25: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

14

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data atribut ke

dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-

update, dan diedit. Jadi subsistem ini dapat menimbun dan menarik kembali

dari arsip data dasar, juga dapat melakukan perbaikan data dengan cara

menambah, mengurangi atau memperbaharui.

3.Data Manipulation dan Analysis (Manipulasi dan Analisis Data)

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh

SIG. Subsistem ini juga dapat melakukan manipulasi dan permodelan data

untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

4. Data Output

Berfungsi menayangkan informasi dan hasil analisis data geografis secara

kualitatif maupun kuantitatif. Atau dapat berfungsi menampilkan atau

menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk

softcopy maupun dalam bentuk hardcopy, seperti tabel, grafik, peta, arsip

elektronik dan lainnya.

2.5 Hubungan Apilkasi SIG dengan Zona Potensi Penangkapan Ikan

Masalah yang sering dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan

ikan yang bersifat dinamis, selalu berubah atau berpindah mengikuti pergerakan

ikan. Secara alami, ikan akan memilih habitat yang sesuai, sedangkan habitat

tersebut sangat dipengaruhi kondisi oceanografi perairan. Dengan demikian

daerah potensi penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh faktor oceanografi

perairan. Kegiatan penangkapan ikan akan lebih efektif dan efisien apabila daerah

penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armada penangkapan

ikan berangkat dari pengkalan. Salah satu cara untuk mengetahui daerah potensi

penangkapan ikan adalah melalui study daerah penangkapan ikan dan

hubungannya dengan fenomena oceanografi secara berkelanjutan (Pritanti,1999).

Menurut Zainuddin (2006), salah satu fenomena alternative yang

menawarkan solusi terbaik adalah pengkombinasian kemampua SIG dan

penginderajaan jauh dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang

mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara

berkala, cepat dan dengan cakupan daerah yang luas. Pemanfaatan SIG dalam

Page 26: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

15

perikanan tangkap dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan dan

penghematan waktu dalam pencarian fishing ground yang sesuai (Dahur, 2001).

Dengan menggunakan SIG gejala perubahan lingkungan berdasarkan ruang dan

waktu dapat disajikan, tentunya dengan dukungan berbagai informasi data, baik

survey langsung maupun dengan penginderaan jarak jauh ( INDERAJA).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan aplikasi SIG dengan

potensi penangkapan ikan, diantaranya sebagai beriku.

1. Suhu

Suhu adalah suatu faktor penting dalam mengatur proses kehidupan dan

penyebaran organisme. Pada umumnya bagi organisme yang tidak dapat mengatur

suhu tubuhnya memiliki proses metabolisme yang meningkat dua kali lipat untuk

setiap kenaikan suhu 10°C (Nybakken, 1992). Menurut Pralebda dan Suyuti

(1983), Indrawati (2000), Risamasu (2001), dengan melihat pola distribusi suhu

permukaan laut, maka dapat diidentifikasikan pula parameter-parameter laut

lainnya, seperti arus laut, upwelling, dan front.

2. Klorofil-a

Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan

produktivitas primer dilaut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a

sangat terkait dengan kondisi oceanografi suatu perairan. Kandungan klorofil-a

dapat digunakan sabagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan

tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Di laut,

sebaran klorofil-a lebih tinggi konsetrasinya pada perairan pantai dan pesisir, serta

rendahnya di perairan lepas pantai. Tingginya sebaran konsentrasi klorofil-a di

perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah

besar melalui run-off dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di

perairan lepas pantai karena tidak adamya suplai nutrien dari daratan secara

langsung. Namun pada daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai

konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan

oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air,

dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan

permukaan (Presetiahadi, 1994).

Page 27: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

16

2.6 Pengertian Penginderaan Jauh

Berikut ini pengertian Penginderaan Jauh menurut beberapa ahli :

Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk

merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga

menghasilkan informasi yang berguna (Curran,

1985).

Penginderaan Jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau perolehan

data ada objek dipermukaan bumi dari satelit atau instrument lain diatas jauh dari

objek yang diindera (Colwell, 1984). Foto udara, citra satelit, dan citra radar

adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.

Penginderaan Jauh (remote sensing),yaitu ilmu untuk mendapatkan

informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang

diperoleh dari jarak jauh (Campbeel, 1987). Hal ini biasanya berhubungan dengan

pengukuran pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu objek.

Penginderaan Jauh mempunyai potensi untuk aplikasi bagi perikanan

tangkap. Beberapa parameter yang diperlukan untuk analisis daerah dari

penginderaan jauh, diantaranya suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil

permukaan.

2.7 Penerapan Teknologi Inderaja Untuk Penangkapan Ikan

Inderaja dengan menggunakan satelit merupakan sarana yang sangat

bermanfaat dalam mengelola sumberdaya perikanan secara bijaksana, termasuk

kegunaannya untuk mendeteksi zona potensi penangkapan ikan. Untuk perikanan,

bukanlah ikan yang tampak langsung, tetapi fenomena alam yang memungkinkan

adanya ikan disuatu tempat, karena mempunyai kondisi lingkungan yang sesuai

dengan jenis ikan tertentu. Terdapat sejenis plankton yang mengandung klorofil

(zat hijau daun). Plankton ini merupakan makanan ikan-ikan kecil yang pada

gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan yang lebih besar. Jadi dengan

mendeteksi lokasi klorofil, maka secara tidak langsung akan mendeteksi klorofil

yang mungkin banyak terdapat ikannya. Cara mendeteksi klorofil ini, pada

dasarnya adalah sangat sederhana. Sensor yang ada oada satelit diberi filter (band

hujau) secara digital, artinya detector akan mendeteksi sinar hijau. Jadi sensor

Page 28: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

17

medeteksi klorofil yang ada dilaut.

Lokasi tempat berkumpulnya ikan dapat ditentukan dengan kombinasi

antara lokasi klorofil, suhu permukaan laut, pola arus laut, cuaca, serta karakter

toleransi biologis ikan terhadap suhu air. Di samping itu setiap jenis ikan memiliki

zona suhu yang tentunya sebagai habitatnya. Satu alternative yang sangat tepat

untuk mengatasi masalah tersebut diatas adalah menggunakan teknologi

penginderaan jauh. Dengan demikian, enggunaan teknologi penginderaan jauh

satelit dipadu dengan data oceanografi merupakan suatu alternatif yang sangat

tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi penangkapan ikan.

2.8. Klasifikasi Tingkat Zona Kedalaman Laut

1 Zona pesisir (littoral zone)

Wilayah laut antara garis batas air pasang naik dengan garis batas air

pasang surut. Wilayah ini tergenang pada saat pasang naik sedangkan pada

surut wilayah ini tidak tergenang air laut.

2 Zona laut dangkal (neuritic zone)

Wilayah laut yang dangkal antara batas pasang surut sampai kedalaman

200 meter. Zona ini kaya akan ikan dan tumbuh-tumbuhan laut, karena masih

terdapat sinar matahari yang menyebabkan fotosintesis dapat berjalan baik

(matahari dapat menembus air laut hingga kedalaman 90 meter). Pada zona ini

pula plankton dapat tumbuh dengan subur karena terdapat banyak oksigen, dan

masih terdapat ombak yang menyebabkan tersebarnya plankton sebagai

makanan utama ikan.

3 Zona laut dalam (bathyal zone)

Wilayah laut yang dalam dengan kedalamannya antara 200 meter hingga

kedalaman 1.000 meter. Karena sinar matahari sudah tidak dapat menembus

zona ini maka tumbuhan mulai berkurang namun binatang masih banyak

terdapat di wilayah laut ini.

4 Zona laut sangat dalam (abyssal zone)

Wilayah laut yang kedalamannya lebih dari 1.000 meter, zona ini

merupakan zona yang sangat gelap sehingga sudah tidak terdapat lagi tumbuh-

tumbuhan yang dapat hidup, namun masih ada binatang - binatang yang dapat

Page 29: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

18

hidup pada wilayah yang memiliki organ yang dapat menimbulkan cahaya

sendiri.

2.9. Karakteristik Persebaran Ikan Berdasarkan Kedalaman Air

1 Gambaran umum tentang ikan

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang

hidup di air dan bernafas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata

yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27000 di seluruh

dunia.

Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan

kekerabatannya masih diperdebatkan, biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa

rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk Lamprey dan Ikan Hag), serta ikan

bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk Hiu dan Pari),

dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).

Keanekaragaman tempat hidup mempengaruhi ikan penghuninya. Banyak

variasi yang tak terhitung jumlahnya pada ikan yang menyangkut masalah

struktur, bentuk, sirip dan sebagainya, merupakan modifikasi yang

dikembangkan ikan dalam usahanya untuk menyesuaikan diri terhadap suatu

lingkungan tertentu.

Setiap ikan untuk dapat bertahan hidup dan berkembangbiak harus dapat

beradaptasi terhadap lingkungannya. Kondisi lingkungan yang berpengaruh

terhadap kehidupan ikan meliputi kondisi fisik dan kimia antara lain kadar

garam, kedalaman, kecerahan, keadaan suhu, laju arus, dan dasar perairan

(Trijoko dan Pranoto, 2006). Ikan memiliki pola adaptasi yang tinggi terhadap

kondisi lingkungan, baik terhadap faktor fisik maupun faktor kimia lingkungan

seperti pH, DO, kecerahan, temperature, dan lain sebagainya. Hal ini sangat

penting bukan saja untuk mendapatkan makanan, tetapi juga untuk

menyelamatkan diri dari hewan-hewan predator (Nybakken, 1988).

2 Identifikasi dan klasifikasi ikan

Mayr dalam Layli (2006) mengatakan bahwa ikan sebagai salah satu

organisme yang menjadi kajian ekologi, sehingga harus dijaga kelestariannya.

Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi terhadap organisme

Page 30: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

19

tersebut. Identifikasi adalah menempatkan atau memberikan identitas suatu

individu melalui prosedur deduktif ke dalam suatu takson dengan

menggunakan kunci determinasi.

Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang digunakan untuk

menetapkan identitas suatu individu. Kegiatan identifikasi bertujuan untuk

mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan

memasukkannya ke dalam suatu takson. Selain itu untuk mengetahui nama

suatu individu atau spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri

morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai

dengan kunci determinasi.

Ikan dibedakan berdasarkan karakter-karakter umum yang dapat

membedakan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Adapun

karakter-karakter yang biasa digunakan dalam identifikasi ikan antara lain,

yaitu: bentuk umum tubuh, bentuk dan jumlah sirip, bentuk mulut, bentuk ekor,

dan perbandingan dan posisi anggota tubuh (Adrim, 2010).

Klasifikasi ialah menetapkan definisi dari kelompok atau kategori

menurut skala hierarki. Tiap-tiap ketegori ini meliputi satu atau beberapa

kelompok rendah yang terdekat, yang merupakan kategori lebih rendah

berikutnya (Saanin, 1968).

Berdasarkan penjelasan diatas maka karakteristik ikan secara umum

dapat dibagi menjadi 3 jenis klasifikasi berdasarkan habitat kedalaman air

diantaranya.

a. Jenis Ikan di Dasar Air

Jenis ikan ini selalu berada di dasar air, baik itu dasar kolam, rawa,

sungai dan laut. Biasanya ikan seperti ini dapat kita lihat langsung

perbedaannya pada fisik ikan. Kebanyakan ikan ini tidak mempunyai sisik,

dan pada bagian bawah badan ikan ini bentuknya sedikit mendatar/melebar

apabila dibandingkan bagian atas badannya. Sebagai contoh adalah ikan

Baung, ikan Patin, ikan Betutu, ikan Keting dan ikan Pari. Namun hal itu pun

bukan patokan, karena tidak semua jenis ikan ini mempunyai bagian bawah

yang lebih lebar dibandingkan bagian atas badannya. Contohnya ikan kakap

Page 31: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

20

yang biasanya berada di terumbu karang dan ikan belida yang hidup di air

tawar.

b. Jenis Ikan di Permukaan Air

Jenis ikan seperti ini sering kita lihat di permukaan-permukaan air,

baik itu di kolam, rawa, sungai, maupun laut. Untuk jenis ikan ini tidak ada

ciri-ciri tertentunya karena hampir semua ikan yang kita kenal mempunyai

bentuk fisik yang sama dengan jenis ikan ini.untuk ikan air tawar, jenis ikan

ini biasanya mempunyai sisik di badan. Contoh yang paling sering kita lihat

dalam kehidupan sehari-hari adalah ikan Gabus, ikan Toman dan ikan

Gurami. Kebanyakan ikan-ikan permukaan ini sering terlihat di daerah

daerah teduh yang terlindungi oleh semak dan belukar di pinggir sungai,

ranting atau batang kayu yang tumbang, dan tumbuhan-tumbuhan yang

hidup dipermukaan air. Untuk ikan laut ukurannya relatif lebih kecil dan

biasanya selalu bergerombolan dan dalam jumlah yang besar. Ikan-ikan ini

selalu menjadi santapan oleh ikan-ikan predator lainnya dan oleh burung-

burung laut.

c. Jenis Ikan di Semua Massa Air

Ikan jenis ini, sulit untuk di prediksi apakah termasuk ke dalam jenis

ikan dasar atau jenis ikan permukaan air. Hal ini dikarenakan ikan ini selalu

berpindah-pindah dan mampu bertahan lama di dasar maupun permukaan

air. Kebanyakan ikan ini memiliki sisik di badan, sama halnya dengan jenis

ikan permukaan. Sebagai contoh adalah ikan Nila, Ikan Mujair dan Ikan

Betik.

Page 32: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

21

BAB III

METODE SURVEI DAN PEMETAAN

3.1 Lokasi Survei dan Pemetaan

Penelitian ini akan dilakukan di Kota Semarang, secara administratif,

Kota Semarang terletak di pesisir Utara Jawa dan sebagai utama penghubung

Jakarta - Surabaya dan kota - kota di pedalaman selatan Jawa (Surakarta dan

Yogyakarta). Kota Semarang terdiri atas 16 administratif kecamatan, dan 117

administratif kelurahan. Kota Semarang memiliki ketinggian dari 2 meter bawah

permukaan laut hingga 340 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan

lereng 0% - 45%. Kota Semarang merupakan kota yang memiliki kondisi

topografi yang unik berupa wilayah dataran rendah yang sempit dan wilayah

perbukitan yang memanjang dari sisi barat hingga sisi timur Kota Semarang.

Wilayah dataran rendah pada wilayah Barat Kota Semarang hanya memiliki lebar

4 kilometer dari garis pantai, sedangkan pada wilayah Timur Kota Semarang

wilayah dataran rendah semakin melebar hingga 11 kilometer dari garis pantai.

3.2 Alat dan Bahan

1. Laptop Toshiba master Ram 4 Gb 64 bit yang digunakan sebagai alat untuk

kegiatan pemetaan daerah penelitian.

2.Data Kedalaman Laut dari Dinas Kelautan dan Perikanan

3.Peta Batimetri Privinsi Jawa Tengah

4.Data Klorofil dan SPL daerah Kota Semarang

5.Data citra Satelit AQUA MODDIS

6.Program Sea DAS 7.5, ER Mapper 7.1 dan Arc GIS 10.4 sebagai aplikasi

untuk pemrosesan peta digital

7.Kertas A4

8.Printer

3.3 Populasi dan Sampel

Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang

memanfaatkan teknik sistem informasi geografis.

Page 33: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

22

1.Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua jenis ikan yang ada di perairan

Kota Semarang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah jenis ikan yang dapat ditangkap dan

dikumpulkan dari populasi yang ada di perairan Kota Semarang.

3.4 Variabel

Variabel survei dan pemetaan adalah obyek survei dan pemetaan atau

yang menjadi titik perhatian survei dan pemetaan. Variabel yang dipakai dalam

survei dan pemetaan ini adalah:

1. Data persebaran area klorofil yang dianalisa menjadi daerah potensi

penangkapan ikan

2. Data persebaran suhu permukaan laut ( SPL ) yang dianalisa menjadi daerah

potensi penangkapan ikan

3.5 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada suatu penelitian berdasarkan pada sumber

data yang akan dipilih. Terdapat dua pilihan tipe sumber data pada suatu

penelitian yaitu data primer dan data sekunder.

1 Data Primer

Merupakan sumber data yang dapat diambil secara langsung bersentuhan

dengan obyek penelitian yang akan diamati. Data yang diambil secara langsung

ini bisa didapat dengan cara observasi langsung, wawancara dan partisipasi aktif

sehingga dapat mendukung hasil dari penelitian yang dilakukan

(Suryabrata,1963). Dalam pengambilan data ini dilakukan dengan melakukan

wawancara kepada Nelayan setempat guna memberikan keakuratan data yang

diperoleh dalam penelitian. Teknik wawancara ini dilakukan dengan tujuan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan guna mendapatkan jawaban dari obyek yang

diteliti.

Page 34: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

23

2 Data Sekunder

Merupakan sumber data yang cara memperolehnya tidak didapatkan

secara langsung melainkan dari lembaga pemerintah, laporan ilmiah, instansi

terkait penelitian ilmiah, laporan ilmiah dan laporan lainnya yang bisa mendukung

penelitian yang diambil (Nazir, 1988). Sumber pengambilan data dilakukan

dengan pengambilan informasi di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa

Tengah dan juga menggunakan metode studi pustaka, tujuannya supaya dalam

pembelajaran mengenai teori-teori dapat mendukung dalam penyusunan penelitian

tersebut. Data tersebut diperoleh dari instansi-instansi dan perpustakaan. Dengan

cara mengamati, mencatat dan mengumpulkan data yaitu observasi secara

langsung terhadap sumber laporan. Data kedalaman laut yang digunakan meliputi

data koordinat lokasi yang berasal dari data batimetri.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua kelompok data

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil pengamatan

langsung di lapangan meliputi wawancara terhadap nelayan mengenai tangkapan

ikan dan faktor oseanografi yang terdiri dari klorofil-a (mgm-3), suhu permukaan

laut (oC), dan kecepatan arus (ms-1). Data sekunder berupa data potensi perikanan

Kota Semarang yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan, data citra

satelit (suhu dan klorofil) dari satelit AQUA/MODIS TERA yang didownload dari

NASA data base (oceancolor.gsfc.nasagov).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Menurut Notoatmodjo (2002), penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan memberikan gambaran atau mendeskripsikan suatu keadaan secara

obyektif yang terjadi pada saat sekarang. Pada Penelitian ini obyek yang diamati

meliputi kelimpahan konsentrasi klorofil-a dan SPL di daerah penangkapan Ikan.

3.7 Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

pendekatan analisis deskriptif. Dalam studi ini analisis deskriptif digunakan untuk

memberikan gambaran dan penjelasan tentang pendugaan tingkat persebaran

kelimpahan ikan yang terdapat di perairan kota Semarang. Metode pelaksanaan

Page 35: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

24

pada studi ini antara lain, metode pengumpulan data sekunder, pengumpulan data

primer, metode pengolahan data citra satelit, pemotongan cita, overlay, dan

analisis peta secara kualitatif.

Pada tahap pengolahan data untuk menentukan zona potensi

penangkapan ikan menggunakan data citra satelit MODIS mencangkup data level

2. Dalam menentukan daerah yang berpotensi penangkapan ikan didasarkan pada

dua pengukuran, yaitu kondisi sebaran klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

laut. Konsentrasi klorofil-a dapat menjamin kelangsungan perikanan komersial

disuatu perairan. Klorofil merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan kecil,

dengan memetakan keadaan sebaran klorofil akan dapat memprediksi kesuburan

perairan tersebut. Sedangkan suhu permukaan laut disuatu perairan juga akan

mempengaruhi potensi penangkapan ikan, oleh karena itu prediksi potensi

penangkapan ikan juga harus melihat suhu permukaan laut yang sesuai untuk

ikan. Selain data, diperlukan pula software pendukung sebagai proses

pengolahannya, pada penelitian ini menggunakan 3 jenis software diantaranya

SeaDAS 7.5, Er Mapper 7.1, dan ArcGIS 10.4.

Pada penelitian ini saat melakukan surey data lapangan di perairan Kota

Semarang menunjukkan suhu permukaan laut berkisaran 29°C. Sedangkan zona

tangkap banyak ikan memiliki suhu permukaan laut berkisaran antara 27°C-30°C

dengan nilai klorofil-a nya tinggi. Sedangkan apabila kondisi suhu permukaan laut

dan klorofil-a tidak sesuai langsung diidentifikasikan menjadi zona tangkap ikan

sedikit. Analisis untuk penentuan zona dilakukan dengan melihat data hasil

pengolahan cita suhu permukaan laut dan data klorofil-a dan disesuaikan dengan

klasifikasi zona, sehingga dapat dilakukan pemberian tanda spot zona ikan.

3.8 Proses Pemetaan Data Menggunakan Software

Pembuatan peta secara digital dilakukan dengan menggunakan tiga

perangkat lunak software yaitu SeaDas 7.5, Er Mapper 7.1, dan ArcGIS 10.4.

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari data

parameter dalam proses pembuatan peta zona tangkapan ikan sehingga dapat

diolah dengan ketiga software tersebut. Data yang didapat berupa data sebaran

klorofil dan data Suhu permukaan laut perairan Kota Semarang. Dalam proses

Page 36: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

25

pengambilan data dilakukan dua metode yaitu sekunder dan primer, pengambilan

data sekunder dilakukan dengan bantuan citra satelit MODIS TERA, sedangkan

dalam metode pengambilan data secara primer dilakukan kunjungan secara

langsung ke Dinas kelautan dan perikanan Jawa Tengah guna mendapatkan

informasi-informasi yang terkait dengan peta zona tangkap ikan. Tidak cukup itu

guna melengkapi berbagai informasi juga perlu dilakukannya berbagai proses

wawancara terhadap nelayan sekitar perairan Kota Semarang dan pencarian

beberapa literatur-literatur yang mendukung proses pembuatan peta.

1. Tahap Pengolahan Data Citra Satelit Modis Terra

Sebelum melakukan pengolahan data citra satelit Modis terra langkah

awal yang harus dilakukan yaitu mengunduh data citra satelit pada situs NASA:

http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gw. Data digunakan dalam proses pembuatan

peta zona tangkap ikan adalah data level 2, karena dalam data tersebut sudah

merupakan kalibrasi sensor, koreksi atmosfer, dan algoritma bio-optik. Pada tahap

proses analisa pertama kali yang digunakan berupa software SeaDAS. Langkah

dalam pengolahan data citra satelit Modis Terra sebagai berikut :

a. Sebelum melakukan pengunduhan data satelit, parameter-

parameter yang dibutuhkan yaitu berupa data klorofil-a dan data

SPL (Suhu permukaan laut). Setelah itu masuk website

http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gw.

Gambar 3.1 Home page Oceancolor

Page 37: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

26

b. Dari tampilan ini dipilih bulan dari data yang akan diambil, penelitian

ini saya mengambil data bulan November dalam proses pembuatan peta

zona tangkap ikan. Selanjutnya melakukan pemilihan sensor, product dan

resolusi. Penelitian ini menggunakan jenis sensor MODIS TERRA, product

yang digunakan yaitu chloropyll Concentration, karena lebih berfokus pada

tingkat persebaran jumlah klorofil-a yang ada pada perairan kota Semarang,

dan Sedangkan resolusinya pada penelitian ini menggunakan resolusi

sejauh 4km dari perairan kota Semarang.

Gambar 3.2 Pemilihan resolusi, product dan sensor

c. Klik pada data bulan November, untuk data klorofil-a dipilih dengan kode

T2xxx, L3,CHL. Kemudian mulai proses download.

Page 38: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

27

Gambar 3.3 Proses Download klorofil-a

2. Mengolah data menggunakan SeaDAS 7.5

Proses Analisa data dilakukan pertama kali menggunakan software

SeaDAS 7.5, pada software ini data diproses melalui tools map projection, agar

data semula yang berupa elips menjadi sebuah bidang data yang datar. Pada

proses pengolahan selanjutnya melakukan penyimpanan data kedalam format

(*PNG). Langkah awal yang dilakukan dalam proses interpretasi citra secara

digital dengan menggunakan software SeaDas 7.5 adalah sebagi berikut :

a. Buka program SeaDas 7.5 dengan klik aplikasi yang terdapat pada

desktop. Maka tampilan akan muncul seperti Gambar 3.4

Gambar 3.4. Membuka jendela SeaDAS 7.5

Page 39: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

28

b. Menampilkan layer spasial pada software SeaDAS. Langkah selanjutnya

adalah menambahkan unsur – unsur spasial ke dalam data file. Caranya

sebagai berikut :

- Pada layer software SeaDAS klik >> “Open a data” File untuk

membuka data

Gambar 3.5 Layer SeaDas

c. Pilih file yang akan dibuka dengan klik >> “ Open Product” pada kota

dialog

Gambar 3.6. Tampilan kotak dialog

Page 40: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

29

d. Apabila sudah berhasil add data akan muncul tampilan dari data

krolofil sebagai yang ada pada Gambar 3.7. Lalu langkah berikutnya

klik pada Raster >> “CHL”. Pada proses pengolahan data klorofil dan

suhu permukaan laut memiliki kesamaan dalam proses pengolahannya

Gambar 3.7 Tampilan data klorofil

e. Sehingga akan terlihat pada tampilan berikut

Gambar 3.8. Sebaran data klorofil Dunia

Page 41: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

30

f. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu merubah data

kedalam bentuk raster. Caranya klik pada tools Raster >> Reproject,

pada proses reproject ini kita rubah data kedalam format GeoTIF.

Gambar 3.9. Merubah data kedalam bentuk raster

g. Berikut merupakan hasil dari pengolahan data klorofil-a dalam

bentuk GeoTIF. Pada data GeoTIF tersebut selanjutnya akan diolah

kedalam software ER Mapper 7.1 untuk proses cropping wilayah

yang akan ditujukan.

Gambar 3.10. Hasil data GeoTIF

Page 42: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

31

3. Mengolah data menggunakan Er Mapper 7.1

Software yang digunakan dalam pengolahan data citra modis dalam

melakukakan analisa peta zona penangkapan ikan adalah software er mapper

yang merupakan salah satu software image processing dengan menggunakan

dasar algoritma yang merupakan satu konsep dalam pengolahan data citra dalam

er mapper yang berisikan berbagai kumpulan proses atau perintah dari citra asli

hingga dapat menghasilkan citra yang akan diinginkan. Berikut akan disajikan

proses pengolahan citra modis terra pada software er mapper 7.1 :

1. Pengolahan Klorofil-a Citra Modis Terra level 2

a. Buka tampilan jendela software Er Mapper 7.1

Gambar 3.11 Membuka Jendela Er Mapper 7.1

b. Masih di jendela Er Mapper, langkah berikutnya yang harus dilakukan

yaitu mebuka file data Klorofil-a yang telah diimport sebelumnya

pada aplikasi SeaDAS. Caranya pada jendela Er Mapper klik Open

>> buka file CHL

Gambar 3.12 Proses add data klorofil-a

Page 43: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

32

c. Apabila data klorofil-a berhasil di add maka akan muncul seperti ini,

pada tampilan kotak formula editor kita klik standard >> Threshold

between variables, untuk merubah kolom description.

Gambar 3.13 Proses pengisian kolom description

d. Setelah kolom description sudah terisi langkah selanjutnya yang

harus dilakukan yaitu kita apply changes untuk proses pengisian

Algorithma secara otomatis.

Gambar 3.14 Proses pemberian alghirithma

Page 44: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

33

e. Pada algorithma klik edit transform limit to actual>> ubah nilai

batas maksimum dan batas minimum, misalnya min 0 dan max 1 pada

bagian bawah. Kemudian pada surface ganti color table menjadi SPL

1.

Gambar 3.15 Proses pemberian batas nilai maksimum dan

minimum CHL

Gambar 3.16 Merubah color table menjadi color SPL

f. Proses yang terakhir yaitu penyimpanan dari data hasil klorofil-a,

caranya klik file >> save as,lalu simpan data dengan nama CHL_ers

Page 45: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

34

Gambar 3.17 Penyimpanan data klorofil-a CHL_ers

4 Mengolah data menggunakan ArcGIS 10.4

SIG merupakan suatu system informasi spasial berbasis komputer yang

mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan, menampilkan, dan menyajikan

semua bentuk informasi spasial. SIG ini juga sebagai alat bantu untuk

manajement informasi yang terjadi dimuka bumi.

a. Untuk mengoperasikan perangkat lunak ArcGIS 10.4, langkah awal

yang perlu dilakukan adalah membuka program ArcGIS dengan cara.

Pilih start >> program >> ArcGIS. Atau juga bisa langsung klik pada

software ArcGIS pada desktop, maka tampilan akan muncul seperti

gambar berikut.

Gambar 3.18 Membuka jendela ArcGIS 10.4

Page 46: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

35

b. Menampilkan layer spasial, langkah berikutnya adalah

menampilkan atau menambahkan unsur-unsur spasial ke dalam

“view” atau “data frame” yang sudah ada, layer spasial

berformat ers yang telah di convert pada tahap sebelumnya.

Apabila data klorofil-a berhasil ditemukan langkah yang harus

dilakukan yaitu dengan melakukan add data klorofil-a tersebut,

caranya tekan tombol add data yang terdapat pada toolbar

apilkasi ArcGIS 10.4.

Gambar 3.19 Tampilan kota dialog “ add data klorofil-a

c. Apabila data citra klorofil-a berhasil di add akan muncul

tampilan seperti berikut

Page 47: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

36

Gambar 3.20 Tampilan awal data citra klorofil-a

d. Langkah berikutnya yang harus dilakukan yaitu add hasil data

suhu permukaan laut yang telah di convert kedalam bentuk

format ers. Langkah pengerjaannya sama hal nya seperti data

klorofil-a.

Gambar 3.21 Tampilan kota dialog “ add data SST

e. Berikut ini merupakan tampilan dari data citra suhu permukaan

laut di perairan Kota Semarang.

Page 48: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

37

Gambar 3.22 Tampilan awal data citra SST

f. Tahap berikutnya yang perlu dilakukan yaitu iterpolasi

kedalaman contour. Metode interpolasi merupakan metode

mendapatkan data berdasarkan beberapa data yang telah

diketahui. Dalam pemetaan, interpolasi merupakan estimasi nilai

pada wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga

terbuatlah peta atau sebaran nilai pada seluruh wilayah. Cara

melakukan ini yaitu dengan memasukkan nilai contour klorofil-a

dengan nilai interval 0,05, sedangkan pada nilai base contournya

0,5.

Page 49: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

38

Gambar 3.23 Tampilan contour interval klorofil-a

g. Sama hal nya dengan klorofil-a, contour pada suhu permukaan

laut perlu dilakukannya interpolasi. Cara melakukannya yaitu

dengan memasukkan nilai interval pada contour suhu permukaan

laut dan nilai base contour pada suhu permukaan laut.

Gambar 3.24 Tampilan contour interval SST

h. Berikut merupakan hasil dari contour klorofil-a dan contour suhu

permukaan laut.

Page 50: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

39

Gambar 3.25 Tampilan hasil contour klorofil-a dan SST

i. Tahap berikutnya menampilkan wilayah perairan kota Semarang,

caranya dengan add data hasil shapefile kabupaten Indonesia

kemudian kita crop menjadi kota Semarang.

Gambar 3.26 Tampilan add batas Kabupaten Indonesia

Page 51: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

40

Gambar 3.27 Tampilan Kota Semarang yang sudah di crop

j. Add shapefile laut, pada shapefile laut diposisikan berada pada

bawah layers sehingga dapat muncul.

Gambar 3.28 Tampilan add shapefile laut

Page 52: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

41

Gambar 3.29 Tampilan laut Indonesia

k. Tahap berikutnya yaitu melakukan erase data contour klorofil-a

dan contout suhu permukaan laut. Erase disini memiliki fungsi

menghilangkan contour klorofil-a maupun contour suhu

permukaan laut yang bertampalan dengan batas Kabupaten

Indonesia.

Gambar 3.30 Proses menghilangkan contour yang bertampalan

Page 53: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

42

l. Tahapan berikutnya dengan membuat titik-titk daerah zona ikan

dengan membuat shapefile baru dengan type point. Titik zona

tangkap ikan ditentukan dengan cara melihat contour sebaran

suhu permukaan laut dan klorofil-a yang saling berpotongan satu

sama lain.

Gambar 3.31 Proses pembuatan shapefile titik ikan

Page 54: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

43

3.9 Diagram Alir :

BAB IV

Gambar 3.32 Diagram Alir

PEMANFAATAN SUMBER DAYA

PERIKANAN

PETA ZONA PENANGKAPAN

IKAN

BELUM

DIKETAHUI

DAERAH

POTENSIAL

TANGKAPAN

IKAN

SIG

CROP CITRA

SUHU PERMUKAAN LAUT KLOROFIL-A

METODE PENGINDERAJAAN

JAUH CITRA MODIS TERA

ANALISIS DATA

CONTOUR

PERAIRAN SEMARANG

JAWA TENGAH

PETA ZONA

PENANGKAPAN IKAN 2019

OVERLAY

Page 55: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Sebaran klorofil-a (CHL) yang diekstrak dari citra satelit Modis Terra

hasil perekaman pada bulan November tahun 2019 menghasilkan variasi nilai

konsentrasi klorofil-a yang terdapat di perairan Kota Semarang dan sekitarnya.

Nilai sebaran klorofil-a hasil ekstrak sebaran nilai klorofil-a pada bulan

November 2019 menunjukan bahwa nilai kandungan sebaran klorofil-a relatif

tinggi berkisar 0,4 mg/m3. Sebaran suhu permukaan laut (SPL) di perairan

Kota Semarang dan sekitarnya berdasarkan hasil ekstraksi citra modis terra

dengan perekaman pada bulan November 2019 memiliki nilai sebaran suhu

permukaan laut 29°C. Suhu ini didapatkan ketika proses cek lapangan secara

langsung, pada suhu permukaan laut ini terbilang memiliki nilai kandungan

yang cukup tinggiHasil pemantauan citra modis terra terhadap data klorofil-a

dan suhu permukaan laut di perairan Kota Semarang dan sekitarnya yang

ditampilkan dalam bentuk peta tematik menunjukkan bahwa sebaran tersebut

merupakan zona penangkapan ikan yang terdapat di perairan Kota Semarag.

Dengan cara mengkombinasikan antara suhu permukaan laut dengan klorofil-a

dengan cara overlay pada pemetaan maka akan menunjukkan lokasi zona

penangkapan ikan secara langsung. Pada proses hasil overlay kedua citra

tersebut dapat disatukan dan akan terbentuk suatu peta baru dengan spesifikasi,

informasi mengenai daerah penangkapan ikan yang produktif yang dikenal

dengan nama zona optimum penangkapan ikan (Zainuddin, 2011). Meskipun

demikian ada juga beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa nilai dari

klorofil-a lebih tepat sebagai indicator atau sebagai acuan daerah penangkapan

ikan dari pada hasil dari nilai suhu permukaan laut (Silvia, 2009). Hasil dari

proses analisis data citra satelit yang diperoleh adalah peta klorofil-a dan peta

Page 56: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

45

suhu permukaan laut yang sebagai pedoman untuk menentukan daerah

penangkapan ikan di perairan Kota Semarang.

Daerah penangkapan ikan yang baik merupakan daerah yang

mempunyai kondisi kondisi lingkungan yang baik untuk kelangsungan

kehidupan organisme didalamnya dan kesuburan yang tinggi. Jika jumlah

klorofil-a tinggi maka daerah tersebut baik untuk dijadikan sebagai daerah

penangkapan ikan.

Gambar 4.1 Peta Zona Tangkap Ikan

Page 57: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

46

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini menggunakan dua parameter dalam menentukan zona

tangkapan ikan di perairan kota semarang, parameter tersebut yaitu suhu

permukaan laut dan klorofil-a. Hubungan dari kedua parameter tersebut dalam

menentukan zona tangkapan ikan secara diskriptif dimana suhu permukaan laut

dan klorofil-a merupakan veriabel bebas dan titik zona tangkapan ikan

merupakan yang terkait. Menurut (Gaol dan Sadhotomo, 2007), distribusi dan

kelimpahan sumber daya hayati disuatu perairan, tidak terlepas dari kondisi dan

variasi parameter oseanografi. Nilai dari konsentrasi klorofil-a yang digunakan

dalam penelitian ini dimulai dari 0,2 mg/m3 – 2 mg/m3 dan suhu permukaan laut

27°C – 30°C umumnya dengan nilai kisaran tersebut merupakan ekosistem yang

baik untuk ikan dapat hidup. Keberadaan konsentrasi klorofil-a diatas 0,2mg/m3

mengindikasikan keberadaan plankton yang cukup untuk menjaga kelangsungan

hidup ikan-ikan ekonomis penting (Zaenuddin et al, 2007).

Klorofil-a diperairan Utara Pulau Jawa berkisaran dari 0,2 – 1,99 mg/m3

yang berarti perairan di kota Semarang sangat subur. Zona potensi penangkapan

ikan (Fishing Ground) adalah lokasi tempat ikan banyak berkumpul dimana

tempat tersebut dapat dilakukan penangkapan. Zona penangkapan ikan

dipengaruhi oleh parameter oseanografi salah satunya, suhu permukaan laut dan

klorofil-a diperairan. Penentuan daerah penangkapan ikan dapat didekati dengan

mencari indikator-indikator yang dapat mempengaruhi daerah penangkapan.

Berdasarkan penelitian ini didapat sebuah deskipsi secara umum bahwa

karakteristik suhu permukaan laut, daerah potensial penangkapan ikan berkisaran

antara 27°C – 30°C. Sedangkan daerah potensial tersebut memiliki konsentrasi

klorofil-a antara 0,3 mg/m3 – 0,4 mg/m3. Dalam penelitian ini menggunakan

teknologi yang dikenal dengan satelit penginderajaan jauh. Dengan Teknologi

penginderaan jauh dapat mempermudah mengetahui daerah-daerah yang

diprediksi sebagai kawasan tangkapan ikan. Ilmu dan teknologi sangat

dibutuhkan bagi nelayan supaya dalam kegiatan penangkapan ikan akan lebih

efektif dan efisien. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang informasi secara

spasial dan temporal lokasi yang prospektif dalam kegiatan penangkapan ikan.

Page 58: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

47

Informasi mengenai variabilitas suhu permukaan laut dan sebaran klorofil-a

memiliki peranan penting sebagai sarana untuk penentuan lokasi zona potensi

penangkapan ikan.

Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data citra satelit

berupa citra Aqua/ modis terra. Pengumpulan jenis data dan analisis dilakukan

pada bulan November 2019. Alat yang digunakan dalam proses pengolahannya

berupa laptop / PC (Personal Computer) dengan perangkat lunak sebagai

pengolahan data citra, perangkat lunak tersebut yaitu, SeaDAS 7.5, ER MAPPER

7.1 dan ArcGIS 10.4. Data permukaan laut dan klorofil-a yang digunakan pada

penelitian ini didapatkan dengan mengunduh dari oceancolor.gsfc.nasagov.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data :

a. Download data MODIS TERA

Citra satelit suhu permukaan laut dan klorofil-a diunduh dari satelit MODIS

level 3 dengan resolusi spasial 4 km dan temporal bulanan. Alamat situs

pengunduhan (oceancolor.gsfc.nasagov). Pada level ini, data citra telah

terkoreksi radiometric dan geometric, serta algoritma telah diterapkan secara

otomatis. Kemudian pada periode bulanan dipilih dengan alasan, karena citra

harian banyak yang terhalang atau tertutup awan sehingga tidak dapat

dilakukan sebuah pengambilan informasi pada data tersebut. Sehingga data

digital number pada daerah tersebut kosong.

b. Cropping citra

Sementara itu, pemotongan citra (cropping) dilakukan untuk mendapatkan

citra yang hanya memuat wilayah penelitian saja. Cropping atau pemotongan

pada citra dilakukan dengan menggunakan software SeaDAS 7.5

c. Ekstrak nilai pixel (x,y)

Nilai pixel suhu permukaan laut dan klorofil-a digunakan menggunakan

software SeaDAS 7.5

d. Analisis Contour

Pada pemprosesan ini dilakukan menggunakan perangkat software berupa

ArcGIS 10.4 dengan mengubah interpolasi kedalam contour.

e. Overlay

Page 59: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

48

Titik zona tangkap ikan ditentukan dengan cara melihat contour sebaran

suhu permukaan laut dan klorofil-a yang saling berpotongan satu sama lain.

Nilai konsentrasi klorofil-a yang digunakan untuk keperluan dimulai dari 0,2

mg/m3 dan suhu permukaan laut 27°C - 30°C umumnya dengan nilai kisaran

ini merupakan ekosistem yang baik untuk ikan dapat hidup

Page 60: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

49

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukannya berbagai macam pengujian pada proses

pengolahan data citra dan proses pembuatan informasi maka dapat

disimpulkan:

1. Dengan adanya peta prediksi daerah potensi penangkapan ikan diharapkan

dapat membantu memudahkan nelayan dalam meningkatkan hasil produksi

secara signifikan. Dengan meningkatnya hasil produksi tangkapan akan

memberikan dampak positif bagi Negara dalam hal pendapatan suatu

Negara.

2. Citra Modis Terra dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pembuatan peta

Perikanan Daerah Potensi Ikan. Penentuan titik zona tangkap ikan dapat

dilakukan analisis menggunakan tiga software diantaranya SeaDAS 7.5, Er

mapper 7.1, dan ArcGIS 10.4 dengan memperhatikan parameter antara lain

sebaran klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut dalam bentuk contour.

3. Penelitian selanjutnya perlu dilakukannya penambahan parameter dan

melakukan permusim dalam menentukan zona potensi tangkapan ikan

seperti penambahan parameter upwelling, kecepatan arus, salinitas dan

parameter lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap persebaran ikan

di perairan tersebut.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan penelitian yang

dilakukan ini adalah perlu adanya waktu yang relatif cukup lama untuk

menyelesaikan penelitian tersebut, dikarenakan dalam proses pengambilan

data-data citra satelit membutuhkan waktu yang cukup panjang, kondisi cuaca

yang tidak mendukung dalam pengambilan data cek lapangan juga

mempengaruhi penyusunan penelitian ini sehingga memakan waktu yang lama

untuk mencari kondisi cuaca yang bagus dalam proses survey lapangan.

Page 61: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

50

Dalam pengolahan data diperlukannya ketelitian dalam penggunaan system

algoritma ke dalam editor Er mapper.

Page 62: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

51

Daftar Pustaka

Arief, Goes. 2015. https://www. google.com/amp/s/ariefcasanova.wordpress.com

/2015/03/23/definis -pengindraan-jauh-menurut-para-ahli/amp/

Arif, Krabass. 2016. https://id.scribd.com/doc/304980479/CGISE-uji-Ketelitian-

Pengukuran-Data-Bathymetry

Adrim, M., Fahmi. 2010. Panduan Penelitian Untuk Ikan Laut. Pusat Penelitian

Oseanografi – LIPI. Jakarta

Anonymous, 2000. Departemen Kelautan dan Perikanan Tetapkan 9 (Sembilan)

Kebijakan Strategis. Pada Siaran Pers Tanggal 19 Desember 2000

Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Anonymous, 2000. Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Memperkuat

Landasan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan. Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Jakarta

BROK-SeaCORM, 2007. Perkembangan PPDPI di Wilayah Perairan Indonesia

tahun 2004-2006. BROK – DKP.

Danillala.2017.https://m.kaskus.co.id/show_post/597c8dbcdcd77065758b4567/2/-

Fauzan. 2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan

Cakalang(Katsuwonus pelamis) Berbasis sistem Informasi Geografis

Diperairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo. Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ghazali, Iqbal dan Manan, Abdul.2012. Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Di

Selat Bali Berdasarkan Data Citra Satelit. IPB-Bogor.

Gitolius. 2010. http://maribelajargeografi.blogspot.com/2010/03/sistem-informasi-

geografi-sig.html?m=1

Hasyim, Bidawi dkk, 2009. BERITA INDERAJA, Volume VIII, No. 15.

Informasi Spasial Zona Penangkapan Ikan Untuk Peningkatan Hasil

Tangkapan Ikan. LAPAN.Jakarta.

Johny, Pamungkas. 2018. http://mancingmania.com/3-karakteristik-ikan-berdasa

kan-habitat-dan-kedalaman-air/

Khrysti, Putri. 2019. https://duniakumu.com/teknologi-inderaja-untuk-penangkap

Page 63: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

52

an-ikankomponen-komponen-penginderaan-jauhpenerapan-teknologi

-inderaja-untuk-penangkapan-ikan-%EF%BB%BF/2/

LAPAN:Jakarta,2011.http://repository.lapan.go.id/index.php?p=show_detail&id=

4125

Lillesand, T.M. dan R. W. Kiefer 1990.Penginderaan Jauh dan Interptretasi

Citra.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Lincoln, Yvona S dan Egon, G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills :

Sage Publications.

Martono, 2006. Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia

Berbasis Model Laut dalam Prosiding Seminar Nasional Aplikasi

Sains dan Teknologi

Muhamad, Nurdiansa. 2017. http://Karya- ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi

/article/view/54796

Munthe, Sumantri R, and Fauziyah, fauziyah, and Agussalim, Andi. 2018.

http://repository.unsri.ac.id/1598/

Nahib, Ir.Irmadi dkk. 2010. Prediksi Sebaran Fishing Ground Menggunakan Data

Modis Multitemporal, Oseanografi Dan Kearifan Lokal Divalidasi

Dengan Hasil Tangkapan Real Yang Terplot Spasial. Badan

Koordinasi Survei Dan Pemetaan Nasional. Jakarta.

Nazir, M. 1983. Metode Ilmiah. PT Ghhalia Indonesia. Jakarta

Patton, Michael Quinn.1987.Qualitative Evaluation Methods, Beverly Hills : Sage

Pulications.

Prasetyo, H,.1996. Konsep Benua Maritim Indonesia Untuk Mengaktualisasikan

Wawasan Nusantara.Makalah Disajikan Dalam Seminar Bmi (Benua

Maritim Indonesia). Naskah 1 (Konsepsi Bmi) Di Lemhanas .Juni

1996.Kerjasama Bppt – Wanhankamnas. Jakarta.

Radiak, Kharil Insanu. 2017. http://iptek.its.ac.id http://iptek.its.ac.id /index.php

/geoid/article/view/2388/1956/

Raharjo, M.T. 2009. Aplikasi Citra Satelit Aqua MODIS untuk Prediksi Daerah

Tangkapan Ikan (Studi Kasus Perairan di Sekitar Surabaya dan Pulau

Madura).Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Fisika, ITS.

Page 64: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

53

Rina Julita, Mr. Mujiono. 2019. http://jfmr/article/view/347

Risandi, Dwirama Putra. 2018. http://repository.umrah.ac.id/1702/

Siddik Thoha, Achmad. 2008. Karya Tulis Karakteristik Citra Satelit. Departemen

kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Suryabrata, S. 1993. Metodologi Penelitian. Rajawali.Jakarta. 115 hal.

Unknown. 2014. http://hantulaut-49.blogspot.com/2014/11/a.html?m=1

Xie, xie. 2014. https://id.scribd.com/doc/229599382/Laporan-Pkl

Yunita, Nur. 2020. https://www.academia.edu.19576192/Laporan_Penggunaan

_Peta

Zainuddin, M. dan Safruddin, 2008.Prediksi Daerah Penangkapan Ikan Cakalang

Berdasarkan Kondisi Oseonografi Diperairan Kabupaten Takalar

Dan Sekitarnya. Jurnal Sains Dan Tegnologi. Fakultas Ilmu Kelautan

Dan Perikanan. Universitas Hasnuddin. Makassar.

Page 65: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

54

LAMPIRAN

Page 66: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

55

Lampiran 1. Surat Terima Observasi Dinas Kelautan Dan Perikanan

Page 67: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

56

Lampiran 2. Rumus algoritma tiap parameter

ALGORITMA KLOROFIL

CITRA MODIS

ALGORITMA SUHU

PERMUKAAN LAUT CITRA

MODIS

“If (INPUT1>0.1) and

(INPUT1<0.5) then INPUT1 else

null”

“If (INPUT1>25) and

(INPUT1<30) then INPUT1 else

null”

Page 68: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

57

Lampiran 3. Peta Klorofil-a perairan Semarang

Page 69: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

58

Lampiran 4. Peta Suhu Permukaan Laut

Page 70: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

59

Lampiran 5. Peta Zona Fishing Ground

Page 71: MEMPREDIKSI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI …

60

Lampiran 6. Peta Administrasi Kota Semarang