MEMPELAJARI KONDISI REAKSI TRANS p-KUMARILPIROLIDIN N ...
Transcript of MEMPELAJARI KONDISI REAKSI TRANS p-KUMARILPIROLIDIN N ...
MEMPELAJARI KONDISI REAKSI TRANS-p-KUMARILPIROLIDIN DAN 6N-(TRANS-p-KUMARIL)ADENIN DARI ASAM p-KUMARAT
A STUDY ABOUT CONDITION REACTION OF SYNTHESIS TRANS-p-COUMARILPIRROLYDIN AND 6N-(TRANS-p-
COUMARIL)ADENYNE FROM p-COUMARIC ACID
SUKARTI
JURUSAN KIMIA PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014
MEMPELAJARI KONDISI REAKSI TRANS-p-KUMcARILPIROLIDIN DAN 6N-(TRANS-p-KUMARIL)ADENIN DARI ASAM p-KUMARAT
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
PROGRAM STUDI KIMIA
Disusun dan diajukan oleh
SUKARTI
kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SUKARTI Nomor Pokok : P 1100211011 Program Studi : Kimia Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 16 Januari 2014 Yang menyatakan,
SUKARTI
iv
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Sumber Ilmu Pengetahuan, Pencipta Segala Keteraturan, pilar
nalar kebenaran terindah yang tak terbatas pencahayaan-Nya pada
makhluk-Nya, hanya atas karuniah dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Mempelajari Kondisi Reaksi Trans-
p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin dari Asam p-
kumarat”, sebagai syarat akademis dalam memperoleh gelar Magister
sains pada Program Studi Kimia, program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin. Salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada Dr. Firdaus, MS selaku ketua komisi
penasehat dan Ibu Prof. Dr. Nunuk Hariani S. M.S., sebagai anggota
komisi penasehat yang telah banyak meluangkan waktunya dalam
membimbing dan mengarahkan penulis, permohonan maaf penulis
sampaikan atas segala kesalahan yang penulis lakukan sejak penulisan
rencana penelitian sampai penyelesaian penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa terlaksananya tesis ini juga tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
v
segala kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Idrus Paturusi, Sp.B, Sp.BO. sebagai Rektor Universitas
Hasanuddin dan Prof. Dr. Ir. Mursalim sebagai Direktur PPS-UNHAS,
2. Prof. Dr. Hanapi Usman, M.Si sebagai Dekan FMIPA-UNHAS
Makassar.
3. Dirjen Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas Beasiswa Unggulan
(BU_DIKTI on going) yang diberikan kepada penulis.
4. Ibu Dr. Paulina Taba, M.Phil sebagai Ketua Program Studi Magister
Kimia PPS-UNHAS, Makassar.
5. Prof. Dr. Ir. Tjodi Harlim, Prof Dr.Hanapi Usman, M.Si., Dr. Maming,
M.Si selaku komisi penilai, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan
demi penyempurnaan penulisan tesis.
6. Rekan peneliti, Herlina Rasyid dan Ikhsan Kharismawan, atas bantuan,
kerjasama dan pengorbanannya.
7. Rekan peneliti di Kimia Organik (Pak Usman, Ibu Fauziah, Pak Ajuk,
Imran, Karmila, Noviar, Citha, Selvi, Syarif, Rahman, Rahma dan kak
Eka). Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
8. Ibu Ida Royani Rahim, S.Pd.I selaku kepala sekolah dan seluruh rekan
guru dan staff SMP IT Ar-Rahmah Makassar.
9. Ibu Kartini, selaku Analis Laboratorium Organik atas penyediaan
bahan, alat dan pengukuran FT IR, Lembaga Ilmiah dan Penelitian
vi
Indonesia (LIPI), khususnya Dr. Darmawan, atas kerjasama dan
bantuannya dalam pengukuran NMR. Demikian pula kepada Ibu A.
Asfiana Amin (bagian administrasi Pascasarjana FMIPA UNHAS) atas
segala bantuan dalam penyelesaian administrasi perkuliahan maupun
tesis.
10. Teman-teman seperjuangan pascasarjana kimia 2011: kak Mery, kak
Santi, Hasty, Widi, kak Ischaedar, kak Desi, pak Loth, Yasser, Zulfian,
Abdurrahman, Irham dan pak Oktavianus.
11. Bunda Ernawati, S.Si, Nur Abu, S.Si, Patimah S.Si, Muliadi S.Si, M.Si,
Masnawati, S.Si, dan rekan Auditor di LPPOM MUI, terima kasih atas
bantuannya.
Secara khusus, kepada ibunda Suriani dan Ayahanda Kaso
marhuni Dg. Pawakkang, atas segala dukungan, kesabaran, do’a dan
pengorbanan, kata terima kasih takkan pernah cukup untuk
menggambarkan wujud penghargaan kepada keduanya, Kepada ibunda
Hamina (Alm), saudara-saudaraku (Kak Kasmiana, kak Hasni, Kak Erni,
Suriadi, Ika, Kurnia dan Halim). Terima kasih atas motivasi dan inspirasi
yang begitu berharga. Semoga keberkahan selalu menyertai kehidupan
kita dan dipertemukan dijannah-Nya.
Kritik dan saran adalah sahabat terbaik seorang penulis, maka
dengan kerendahan hati penulis ucapkan banyak terima kasih untuk
semua tanggapan tentang tesis ini. Semoga menjadi kesatuan masukan
vii
yang berharga untuk penulis supaya berkarya lebih baik lagi, dan semoga
bermanfaat untuk yang membacanya sekecil apapun manfaat itu, Aamiin.
Makassar, Januari 2014
Sukarti
viii
ABSTRAK
Sukarti 2014. Mempelajari Kondisi Reaksi Sintesis trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin dari Asam p-Kumarat (Dibimbing oleh: Firdaus dan Nunuk Hariani Soekamto)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi reaksi yang paling efektif untuk konversi gugus karboksilat menjadi gugus amida. Reaksi dilakukan dengan 2 metode yaitu metode konversi langsung dan metode bertahap (melalui esterifikasi yang dilanjutkan dengan amidasi). Analisis data penelitian menggunakan metode kualitatif melalui spektrofotometri Infra Red (FT IR), spektroskopi 13C-NMR dan 1H-NMR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa target dapat diperoleh melalui metode konversi bertahap, sedangkan pada penggunaan Metode langsung mengakibatkan pembukaan ikatan rangkap dua C=C olefinat. Reaksi amidasi melalui metode bertahap dengan pirolidin diperoleh produk samping berupa senyawa karbon alifatik tak jenuh. Amidasi dengan adenine, tidak dihasilkan senyawa target disebabkan kondisi reaksi sintesis bersuhu rendah tidak dapat melarutkan adenine, sedangkan pada suhu tinggi mengakibatkan pembukaan ikatan rangkap dua C=C olefinat. Pada reaksi esterifikasi, penggunaan katalis asam sulfat pekat lebih efektif (rendamen 60-75%) daripada aluminium klorida (rendamen 30-35%). Reaksi esterifikasi menghasilkan etil p-kumarat yang berupa kristal putih dengan titik leleh 133-134°C.
Kata kunci: Amidasi, Asam p-kumarat, Esterifikasi, Katalis, trans-p-kumarilpirolydin, 6N-(trans-p-kumaril)adenin.
ix
ABSTRACT
Sukarti 2014. A Study About Condition Reaction of Synthesis Trans-p-kumarilpirolydin and 6N-(trans-p-kumaril)adenin of p-coumaric Acid (Supervised by: Firdaus and Nunuk Hariani Soekamto) This study aims to obtain the most effective of reaction condition to convert the carboxylic functional group into the amide functional group. The reaction was done through two methods; direct conversion and indirect conversion (by esterification and amidation). Qualitative data analysis used Infra Red (FT IR) spectrophotometry, 13C-NMR and 1H-NMR spectroscopy. The results showed that the target compound could be obtained by indirect conversion, whereas the direct conversion could open the double bond C=C olefinic. The amidation of pirrolydine through indirect conversion gave an unexpected product in the form of unsaturated aliphatic carbon compound. The amidation of adenine could not give the target compound because the adenine did not dissolve a low-temperature reaction, whereas the high temperature caused the opening of double bond C=C olefinic. The using of sulfuric acid as catalyst (60-75% yield) was more effective than aluminium chloride (30-35% yield). The esterification give ethyl p-coumaric compound in the form of white crystals which melted at 133-134°C.
Keywords : Amidation, p-Coumaric Acid, Esterification, Catalyst, trans-p-
coumarilpirrolydin, 6N-(trans-p-coumaril)adenin
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS…………………………………………iii
PRAKATA ............................................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .................................. xix
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang .......................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................... 6
Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
Manfaat Penelitian .................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
A. Potensi Senyawa Turunan Amida Sebagai Obat Antikanke.9
B. Reaksi Esterifikasi Asam Karboksilat…………………….. 15
xi
C. Reaksi Sintesis Senyawa Amida dari Asam Sinamat … 18
D. Senyawa Amina dan Turunannya………………………… 22
E. Senyawa Asam p-kumarat………………………………… 24
F. Kerangka konseptual……………………………………… 29
G. Hipotesis ........................................................................ 32
METODE PENELITIAN ......................................................................... 33
A. Alat dan Bahan ................................................................ 33
B. Objek Penelitian ............................................................... 34
C. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 34
D. Prosedur Penelitian .......................................................... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 39
A. Sintesis trans-p-kumarilpirolidin Menggunakan Katalis
Asam Borat (Tang, 2005….………………………..……… 39
B. Sintesis trans-p-kumarilpirol dari asam p-kumarat dengan
pirrolidin pada suhu rendah……………………………… 53
C. Sintesis senyawa 6N-(trans-p-kumaril)adenine………… 56
D. Esterifikasi Asam p-kumarat……………………………… 61
E. Sintesis Senyawa trans-p-kumarilpirolidin Melalui Amidasi
Ester………………………………………………………… 71
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 79
A. Kesimpulan ..................................................................... 79
B. Saran .............................................................................. 80
xii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 81
LAMPIRAN .............................................................................................. 87
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perbandingan mol reaktan dengan produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam p-kumarat dengan pirolidin………………….. 44
2. Perbandingan spektrum FT IR antara asam p-kumarat dengan produk reaksi sintesis trans-p-kumarilpirolidin……………………. 47
3. Data FT IR produk sebelum (analisis pertama) dan setelah
mengalami perubahan sifat fisik (analisis kedua)………………… 51
4. Perbandingan analisis spektrum FT IR antara asam p-kumarat dengan produk reaksi sintesis 6N-(transkumaril)adenin..…….... 60
5. Rendamen yang diperoleh dari reaksi esterifikasi
dengan perbandingan katalis AlCl3 (30 % dan 50 % dari mol
asam p-kumarat)……………………………………………………… 63
6. Rendamen yang diperoleh dari hasil esterifikasi asam
p-kumarat dengan etanol menggunakan katalis asam sulfat
96,1 %, 1 mL……..…………………………………………………….. 65
7. Perbandingan hasil analisis spektrum FT IR antara asam
p-kumarat dengan produk reaksi sintesis etil p-kumarat ………….. 67
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Struktur Senyawa p-kumaramida………………………………….. 2
2. trans-p-kumarilpirolidin (2a); dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin(2b). 3
3. Analisis Retrosintesis Senyawa Target……………………………… 4
4. Senyawa N,N-dietil-p-kumaramida…………………………………... 11
5. (E)-1-[3’,4’ (metilendioksi)sinamoil]piperidina(5a);
(E,E)-[5-(1,3-Benzodioksol-5-il)-1-okso-2,4-pentadienil] piperidina(5b) (Zavery dkk., 2010)…………………………………… 12
6. Senyawa Piperidinil-p-kumaramida ………………………………… 12
7. Senyawa merkaptopurin ..…………………………………………… 13
8. Senyawa Daunorubusi…….………………………………………… 14
9. 6-(7-nitro-2,1,3-benzoxadiazol-4-ylthio)hexanol…………………. 15
10. Duocarmycin AS-I-145………………………………………………. 15
11. Reaksi esterifikasi asam p-hidroksisinamat dengan Etanol…… 17
12. Sintesis Senyawa p-Kumaramida dari Asam p-Kumarat...…….. 20
13. Reaksi amonolisis etil p-hidroksisinamat dengan amoniak……. 20
14. Reaksi Amidasi oleh Tang (2005)…………………………………. 21
15. a. N-dihidrokumailtriamin
b.N-trans 3-(3-metoksi-4-sulfatefenil) propenoil-2(4-sulfatephenil) etilamina……………………………… 22
16. Senyawa pirolidin……………………………………………………. 23
17. Senyawa Adenin……………………………………………………… 24
xv
18. Kesetimbangan isomer trans dan cis sinamat…………………... 27
19. Sintesis asam sinamat dari benzaldehid dengan anhidrida
asetat………………………………………………………………….. 28
20. Mekanisme sintesis asam sinamat metode Perkin……………….. 29
21. Sintesis asam sinamat dari benzaldehid dengan asam malonat.. 30
22. Kerangka konseptual…………………………………………………. 31
23. Reaksi yang diduga terjadi antara asam p-kumarat dengan pirolidin menggunakan katalis asam borat…………………………. 39
24. Mekanisme reaksi pembentukan trans-p-kumarilpirolidin dari
asam p-kumarat dengan pirolidin………………………………… … 40
25. Kontrol waktu refluks menggunakan KLT (CHCl3 100%); 2 jam, (b) 4 jam ……………………………………………………………… . 41
26. (a) Sebelum refluks dan (b) Setelah refluks ………………………. 41
27. Kromatogram hasil KKG ……………………………………………. 42
28. (a.) n-heksana:kloroform (2:8); (b) kloroform 100% kloroform:etil
asetat (9:1) (spot kanan masing-masing kromatogram = asam p-kumarat, kiri = produk)…………………………………. .. 43
29. (a.) heksana:kloroform (2:8); (b) kloroform 100%
(c) kloroform:etil asetat (9:1)...……………………………………… 43
30. Spektrum FTIR Senyawa Produk Sintesis trans-p- kumarilpirolidin .45
31. Spektrum FT-IR Senyawa Asam p-Kumarat ……………………… 45
32. Spektrum H-NMR Produk Sintesis Senyawa trans-p- kumarilpirolidin ………………………………………….. 48
33. Konjugasi pada senyawa trans-p-kuamarilpirolidin…..…………… 49
34. Mekanisme reaksi adisi C=C olefin dengan katalis H3BO3
Sebagai Asam Lewis………………………………………………… 49
xvi
35. Mekanisme reaksi adisi adisi C=C olefin dengan adanya katalis asam borat sebagai asam Bronsted-Lowry……………… 50
36. Reaksi adisi pada C=C olefinat dapat terjadi jika pirolidin yang berlebih bertindak sebagai nukleofilik terhadap C-β …………… 50
37. Analisis FT IR setelah terjadi perubahan fisik pada produk sintesis. 51
38. Spektrum H-NMR Senyawa trans-p-kumarilpirolidin Hasil Analisis
Komputasi ………………………………………………………….. 54 39. Kontrol waktu refluks menggunakan KLT (Kloroform:etil (7:3)) (Spot
kiri masing-masing kromatogram =asam p-kumarat, kanan= produk reaksi) ………………………………………………………………… 54
40. Analisis KLT fase organik (Kloroform:etil (7:3), spot kiri (standar) dan spot kanan (produk reaksi) …………………………………… 54
41. Kromatogram hasil KKG …………………………………………… 55
42. Spektrum FT IR produk hasil sinteisi pada suhu rendah………. 56
43. Reaksi amidasi yang diharapkan dari asam p-kumarat dengan adenin. …….…………………………………………………………… 57
44. Mekanisme Reaksi Sintesis Senyawa 6N-(trans-pkumaril)adenin 57
45. Campuran adenin dengan asam p-kumarat dan katalis asam borat (a) sebelum refluks dan (b) setelah refluks ……………………… 58
46. (a). Jam ke -6, (b). Jam ke-12, (c). Jam ke 18 (d). Jam ke 24 Spot kiri masing-masing Kromatogram: sampel, spot kanan: standar (asam p-kumarat) …………………………………………………. 58
47. Spektrum FT IR Senyawa Produk Reaksi Sintesis Senyawa 6N-
(trans-p-kumaril)adenin …………………………………………….. 59 48. Reaksi Esterifikasi dari Asam p-kumarat dengan Etanol
menggunakan katalis AlCl3………………………………………….. 62 49. Mekanisme reaksi pembentukan etil p-kumarat dari asam
p-kumarat dengan etanol menggunakan katalis AlCl3 ................. 62
xvii
50. Mekanisme reaksi pembentukan etil p-kumarat dari asam p-kumarat dengan etanol menggunakan katalis H2SO4………… 63
51. Spektrum FT-IR Produk Reaksi Sintesis Etil p-kumarat………. 63
52. Spektrum H-NMR produk esterifikasi…………………………….. 69
53. Spektrum 13C-NMR produk esterifikasi…………………………… 70
54. Senyawa etil p-kumarat…………………………………………….. 70
55. Reaksi yang diharapkan antara etil p-kumarat dengan pirolidin… 71
56. Mekanisme reaksi yang diharapkan antara etil p-kumarat dengan
pirolidin……………………………………………………………… 71
57. Pembentukan produk (a) jam ke-3. (b) jam ke-6) dan (c) jam ke-9
(spot kiri : standar sebelum reaksi; spot kanan:produk)………… 72
58. Kromatogram hasil fraksinasi sampel setelah dievaporasi……… 73
59. Kromatogram hasil fraksinasi fraksi E (eluen kloroform:
n-heksan = 7:3)…………………………………………………….. 74
60. Kromatogram hasil uji kemurnian dengan eluen heksana:kloroform
(a. 6:4, b. 4:6, dan c. 1:9)…………………………………………… 74
61. Spektrum FT-IR Senyawa Produk Reaksi Amidasi Ester Etil
p-Kumarat dengan Pirolidin………………………………………… 75
62. Spektrum H-NMR produk reaksi antara etil-p-kumarat
dengan prolidin……………………………………………………… 76
63. Spektrum C-NMR Produk Reaksi antara Etil-p-Kumarat dengan
Pirolidin……………………………………………………………….. 77
64. Mekanisme kondensasi aldol dari aseton dengan katalis AlCl3… 78
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sintesis Senyawa trans-p-kumarilpirolidin melalui
Konversi Langsung dari Asam p-kumarat (Tang, 2005 …………….87
2. Prosedur reaksi sintesis senyawa 6N-(trans-p-kumaril)adenin melalui Konversi Langsung dari Asam p-kumarat (Tang, 2005) …88
3. Prosedur Kerja Sintesis senyawa etil p-kumarat melalui metode
esterifikasi asam p-kumarat ……………………………………..….….89
4. Sintesis senyawa trans-p-kumarilpirolidin melalui amidasi ester etil
p-kumarat…………………………………………………………………90
5. Dokumentasi penelitian………………………………………………….91
xix
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang/singkatan Arti dan keterangan
FT-IR Fourier Transform Infra Red
J Konstanta Kopling
KLT Kromatografi Lapis Tipis
KKG Kromatografi Kolom Gravitasi
NMR Nuclear Magnetic Resonance
Ppm Part Per Million (Bagian Per Juta)
Rf Reterdition Force
Δ Geseran Kimia
Λ Lambda (Panjang Gelombang)
IC50 Inhibitor Concentration
LC50 Lethal Concentration
P Para
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang
tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan
pengembangan obat-obat baru ataupun untuk menunjang berbagai
kepentingan industri (Atun, 2005). Selain itu, penemuan senyawa yang
bersifat bioaktif merupakan titik awal untuk mendapatkan bahan kimia
yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit baru atau pengganti obat
yang sudah umum (Ersam, 2006), termasuk pengembangan obat
antikanker.
Penemuan senyawa-senyawa baru tentunya dimulai dari tahapan
isolasi yang membutuhkan jumlah bahan tanaman obat yang besar dan
terkadang jumlah zat aktif yang diperoleh sangat kecil; sementara
beberapa tanaman mempunyai pertumbuhan yang lamban. Oleh karena
itu, pengembangan senyawa hasil isolasi yang memiliki aktivitas biologis
sangat penting untuk dijadikan sebagai senyawa rujukan dalam
mensintesis senyawa baru yang potensial sebagai obat.
Salah satu senyawa aktif yang berhasil diisolasi dari kulit akar
tanaman obat (Kleinhovia hospita Linn.) adalah p-hidroksisinamamida
atau p-kumaramida (Gambar 1), Hasil isolasi senyawa p-kumaramida
2
sangat sedikit (± 1,6 ppm), dan berdasarkan pengujian terhadap udang
Artemia salina, senyawa p-kumaramida memperlihatkan aktivitas yang
cukup tinggi (LC50 = 180,53) sehingga dapat berpotensial sebagai
antikanker (Ilyas, 2008). Oleh sebab itu, Firdaus dkk. (2009) mensintesis
senyawa p-kumaramida dari asam p-kumarat, kemudian melakukan
pengujian terhadap sel tumor leukemia P-388. Hasil pengujian terhadap
sel tumor leukemia P-388 menunjukkan senyawa p-kumaramida memiliki
aktivitas biologis yang menarik, dengan IC50 = 44 μg/mL. Menurut
Anderson (1990), senyawa memiliki aktivitas antikanker yang kuat jika nilai
IC50 20 μg/mL. Oleh karena itu, senyawa p-kumaramida layak dijadikan
kerangka dasar untuk mendapatkan senyawa yang lebih aktif.
HO
NH2
O
Gambar 1. Struktur Senyawa p-kumaramida
Peningkatan bioaktivitas senyawa p-kumaramida dapat dilakukan
dengan mengadakan modifikasi struktur pada molekulnya (Tang, 2005).
Berdasarkan hal tersebut, Firdaus dkk. (2011) telah mensintesis
2 senyawa turunan p-kumaramida menggunakan metode Tang (2005),
yaitu N-N-dietil-p-kumaramida (IC50 = 23,50 μg/mL)
N-propil-p-kumaramida (IC50 = 53,56 μg/mL) dan senyawa
piperidinil-p-kumaramida (IC50 = 5,34 μg/mL), Penelusuran senyawa
3
turunan p-kumaramida yang lain yang kemungkinan lebih aktif dapat
dilakukan dengan memilih amina sekunder maupun primer yang memiliki
gugus aktif, seperti senyawa pirolidin dan adenine.
Senyawa gugus amida primer yang terdapat pada struktur
p-kumaramida akan dimodifikasi menjadi gugus amida tersier seperti
pirolidinil-p-kumaramida (Gambar 2a) dan gugus amida sekunder seperti
adeninil-p-kumaramida (Gambar 2b). Dari segi struktur, senyawa-senyawa
seperti ini diharapkan bersifat lebih kurang polar sehingga memudahkan
senyawa ini melewati membran sel yang mengandung senyawa lipida
(Shargel dan Yu, 1985). Proses ini dapat mengakibatkan konsentrasi
senyawa yang terabsorpsi oleh sel kanker menjadi semakin besar
sehingga aktivitas senyawa akan semakin tinggi.
Gambar 2. trans-p-kumarilpirolidin (2a); dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin(2b)
Di samping faktor kepolaran gugus, hal lain yang dijadikan
pertimbangan dalam penetapan pilihan gugus pada atom N adalah jenis
gugus yang ada terikat pada kerangka dasar senyawa-senyawa yang
selama ini diketahui berkhasiat sebagai antikanker. Sebagai contoh, telah
diketahui bahwa gugus purin yang terdapat dalam suatu senyawa
antikanker berfungsi mengacaukan kode genetik sel kanker (Bowman dan
4
Rand, 2000). Hal ini pula yang mendasari pemilihan kedua senyawa target
tersebut.
Berdasarkan analisis retrosintesis (Gambar 3), senyawa p-kumarat
dapat digunakan sebagai starting material untuk sintesis beberapa
senyawa target turunan p-kumaramida.
O
NRR'
HO
C N
O
HO
+ NRR'
O
OH
HO
RR'NH
molekul target
starting material
synthon
asam p-kumarat amina
Gambar 3. Analisis retrosintesis senyawa target
Melalui analisis retrosintesis, gugus karboksilat akan dikonversi
menjadi gugus amida. Reaksi konversi yang dapat digunakan pada
penelitian ini yaitu reaksi konversi langsung dari asam gugus karboksilat
menjadi gugus amida, menggunakan katalis asam borat (Tang, 2005)
2010). Menurut Tang (2005), katalis asam borat sangat efektif digunakan
untuk pembentukan amida secara langsung karena dapat meminimalisir
pembentukan produk samping. Dalam kebanyakan kasus, penggunaan
1-5% mol H3BO3 cukup untuk memastikan konversi selesai. Contohnya,
5
sintesis N-benzil-4-fenilbutiramida dari asam 4-fenil butirat dan benzil
amina dengan menggunakan katalis asam borat 1 %, menghasilkan
rendamen 88-91%.
Salah satu hal yang juga menjadi pertimbangan dalam reaksi
konversi gugus karboksilat menjadi amida adalah adanya ikatan rangkap
pada posisi α, 𝛽 pada asam p-kumarat. Penggunaan pereaksi yang
terbatas dapat mengarah pada inefisiensi reaksi dan penggunaan
pereaksi yang berlebih serta waktu dan suhu reaksi yang tidak tepat dapat
mengarah pada pembentukan produk samping sebagai hasil substitusi
pada posisi-β. Cara yang dapat ditempuh untuk menghindari terjadinya
reaksi samping tersebut adalah dengan mengatur kondisi reaksi seperti
perbandingan mol antara substrat dan pereaksi, suhu dan waktu reaksi.
Oleh karena itu, penggunaan metode konversi secara bertahap melalui
esterifikasi dan amidasi pada suhu rendah tetap perlu dilakukan untuk
membandingkan hasil reaksi dari kedua metode tersebut.
Jika melalui tahapan esterifikasi, maka senyawa ester p-kumarat
sebagai starting material untuk sintesis 2 senyawa target, diperlukan
dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang efisien. Salah satu yang
dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah pemilihan katalis
yang kuat dalam mengaktivasi starting material. Katalis yang sering
digunakan dalam esterifikasi adalah asam sulfat, karena merupakan
dehidator kuat, namun penggunaan asam sulfat dikhawatirkan dapat
6
memprotonasi ikatan tak jenuh pada asam p-kumarat. Selain itu, menurut
Liu dkk. (2005) aktivitas asam sulfat sebagai katalis akan berkurang oleh
keberadaan air dalam sistem. Oleh karena itu, perlu dilakukan
perbandingan reaksi esterifikasi dengan menggunakan katalis lain. Salah
satu katalis yang juga potensial digunakan dalam esterifikasi adalah
katalis AlCl3 (Soriano dkk, 2009). Berdasarkan penelitian Soriano dkk.
(2009), reaksi esterifikasi asam stearat menjadi lemak metil ester
menggunakan katalis AlCl3 menghasilkan rendamen 98 % pada suhu
reaksi 100 oC selama 18 jam.
Melalui pemilihan metode dan kondisi reaksi yang sesuai, maka
diperoleh informasi untuk pengembangan sintesis 2 senyawa turunan
p-kumaramida yaitu senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-
kumaril)adenin yang kemungkinan memiliki bioaktivitas terhadap sel
leukemia P-388.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang ditemukan di dalam sintesis senyawa
trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin dari asam
p-kumarat dirumuskan sebagai berikut:
1. bagaimanakah hasil reaksi antara asam p-kumarat dengan pirolidin
dan adenin melalui metode konversi langsung menggunakan katalis
asam borat?
7
2. berapakah perbandingan mol antara substrat dan pereaksi, suhu dan
waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mensintesis trans-p-
kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin dari asam p-kumarat?
3. bagaimanakah hasil reaksi antara asam p-kumarat dengan pirolidin
dan adenin melalui esterifikasi dan amidasi?
4. apakah hasil reaksi esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol
menggunakan katalis AlCl3 lebih efektif dibandingkan dengan katalis
H2SO4?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. mensintesis senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-
kumaril)adenin dari asam p-kumarat pirolidin dan adenin melalui
metode konversi langsung menggunakan katalis asam borat,
2. menentukan perbandingan mol antara substrat dan pereaksi, suhu
dan waktu reaksi sintesis senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan
6N-(trans-p-kumaril)adenin dari asam p-kumarat,
3. mensintesis senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-
kumaril)adenin melalui tahap esterifikasi dan amidasi,
4. membandingkan efektifitas katalis AlCl3 dan H2SO4 pada reaksi
esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol.
D. Manfaat Penelitian
8
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi ilmiah tentang penentuan metode sintesis senyawa
trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin.
2. Memberikan kontribusi yang berharga bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya bidang kimia organik sintesis.
3. Dapat menjadi rujukan dalam pengembangan senyawa yang berpotensi
sebagai antikanker.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Potensi Senyawa Turunan Amida Sebagai Obat Antikanker
Salah satu sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan
obat-obat baru ataupun untuk menunjang berbagai kepentingan industri
adalah ditemukannya senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan.
Beberapa senyawa metabolit sekunder telah berhasil diisolasi dari
tumbuhan yang bersifat bioaktif, seperti senyawa α-viniferin dengan
LC50 = 49,0 ± 5,8 μg/mL, asam 4-(3-hidroksiandrostanil)-2-hidroksimetil-
4,4-dimetilbutanoat dengan LC50 = 43,87 µg/mL, dan beberapa metabolit
sekunder dari tumbuhan K. hospita Linn (Cheng dkk., 2006).
Senyawa p-kumaramida merupakan salah satu senyawa yang
berhasil diisolasi dari kulit akar K. hospita Linn (Ilyas, 2008). Senyawa ini
memperlihatkan aktivitas yang cukup tinggi terhadap udang A. salina
(180,53 μg/ml) sehingga dapat diduga bersifat antitumor. Akan tetapi, hasil
isolasi senyawa tersebut hanya diperoleh ± 1,6 ppm. Oleh karena itu,
Firdaus dkk. (2009) mensintesis senyawa p-kumaramida dari asam
p-kumarat untuk pengujian lebih lanjut. Berdasarkan hasil pengujian
biologisnya, senyawa p-kumaramida mempunyai IC50 = 44 μg/mL
terhadap sel tumor leukemia P-388. Aktivitas senyawa tersebut dapat
ditingkatkan dengan melakukan modifikasi struktur seperti menambahkan
10
rantai alkil sehingga senyawa tersebut memiliki sisi nonpolar yang
memudahkan senyawa ini melewati membran sel yang mengandung
senyawa lipida (Shargel dan Yu, 1985).
Modifikasi suatu senyawa amida menjadi suatu senyawa yang
mempunyai gugus alkil sangat diperhitungkan dalam menentukan
senyawa yang potensial sebagai obat antikanker. Menurut Ophard (2003)
salah satu mekanisme kerja obat antikanker adalah sebagai alkilator.
Mekanisme penghambatan pertumbuhan sel kanker oleh golongan
alkilator secara umum adalah membentuk ion karbonium (alkil) yang
sangat reaktif kemudian gugus alkil ini akan berikatan kovalen silang pada
konstituen sel yang nukleofilik.
Atom N pada guanin adalah nukleofilik kuat sehingga guanin
merupakan basa purin utama yang teralkilasi. Guanin biasanya terdapat
dalam tautomer keto dan dapat berikatan dengan sitosin, namun karena
atom N pada guanin telah teralkilasi, maka akan terbentuk tautomer enol.
Hal ini menyebabkan terjadinya pasangan basa yang abnormal, yaitu
basa guanin berpasangan dengan basa Timin, dan terjadi miscoding.
Alkilasi juga menyebabkan labilnya cincin imidazo sehingga cincin
tersebut dapat terbuka ketika masih merupakan bagian DNA ataupun
keluarnya residu guanin dari rantai DNA. Hal ini menyebabkan
ketidakstabilan dan pemecahan DNA. Pada akhirnya akan terjadi cross
link/ikatan silang (terjadi perubahan konformasi DNA), misalnya dapat
11
terjadi ikatan antara dua guanin yang dapat menghambat pemisahan
rantai komplemen DNA dan replikasi DNA tidak terjadi, sehingga sintesis
RNA dan protein tidak terjadi yang kemudian mengakibatkan matinya sel
kanker (Ophard, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Firdaus, dkk. (2012) dengan
penambahan dietil amina sebagai penyedia rantai alkil pada senyawa p-
kumaramida menghasilkan senyawa N,N-dietil-p-kumaramida (Gambar 4)
dengan nilai aktivitas yang lebih tinggi (IC50 = 23,50 µg/mL) terhadap sel
Leukemia P-388 dibandingkan senyawa p-kumaramida (IC50 = 44
μg/mL).
HO
O
N
Gambar 4. Senyawa N,N-dietil-p-kumaramida (Firdaus, dkk., 2012)
Beberapa senyawa turunan amida lain yang juga memiliki
bioaktivitas yang menarik yaitu senyawa amida yang mengandung gugus
piperidin. Hasil penelitian Zavery dkk. (2010), dua senyawa alkaloid
piperidin yaitu pipernonalin dan piperoktadekalidin yang diisolasi dari Piper
longum, keduanya menunjukkan aktivitas insektisida terhadap lima
spesies hama antropoda. Pipernonalin juga memiliki potensi aktivitas
sebagai fungisida terhadap Puccinia recondita dengan nilai kontrol
sebesar 91% dan 80% pada konsentrasi berturut-turut 0,5 dan 0,2 mg/mL.
12
Ekstrak eter akar tumbuhan Piper Ningrum L. yang mengandung alkaloid
amida piperin (E)-1-[3’,4’-(metilendioksi) sinamoil]piperidina (Gambar 5a)
menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap HL60 (Human promyelocytic
leukemia cells) dengan nilai IC50 sebesar 9,8 μg/mL (Ee dkk., 2010).
Piperin atau {(E,E)-[5-(1,3-Benzodioksol-5-il)-1-okso-2,4pentadienil]
piperidina (Gambar 5b) adalah komponen utama dan aktif, merupakan
antioksidan, antiapoptosis, dan memiliki kemampuan melawan respon sel
mutagenik (Zavery dkk., 2010).
Gambar 5. (E)-1-[3’,4’ (metilendioksi)sinamoil]piperidina(5a);(E,E)-[5-(1,3-
Benzodioksol-5-il)-1-okso-2,4-pentadienil]piperidina(5b) (Zavery dkk., 2010)
Senyawa piperidinil-p-kumaramida (Gambar 6) merupakan salah
satu senyawa turunan p-kumaramida yang disintesis dari asam
p-kumarat dengan piperidin sebagai penyedia rantai alkil, mempunyai
aktivitas yang lebih tinggi terhadap sel Leukemia P-388 (IC50 = 5,34
µg/mL) dibandingkan senyawa p-kumaramida yang tidak teralkilasi
(Firdaus, dkk., 2012)
HO
O
N
13
Gambar 6. Senyawa Piperidinil-p-kumaramida ((Firdaus, dkk., 2012)
Selain golongan alkilator, golongan antimetabolit dan antibiotik juga
dipertimbangkan sebagai senyawa yang dapat dijadikan sebagai obat
antikanker. Mekanisme kerja golongan antimetabolit adalah dengan
menghambat sintesis DNA dan RNA melalui penghambatan pembentukan
asam nukleat dan nukleotida. Antipurin dan antipirimidin seperti dalam
merkaptopurin (Gambar 7) mengambil tempat purin dan pirimidin dalam
pembentukan nukleosida, sehingga mengganggu berbagai reaksi dalam
sel kanker (Bowman dan Rand, 2000).
N
N
SH
N
NH
Gambar 7. Senyawa merkaptopurin (Bowman dan Rand, 2000)
Bowman dan Rand (2000) menyatakan bahwa senyawa antibiotik
daunorubusin (Gambar 8) mampu mengikat rantai DNA sehingga DNA
tidak berfungsi sebagai template pada sintesis RNA dan protein, dan
dapat menginhibisi kerja enzim topoisomerase II yang berperan dalam
proses pembelahan sel kanker. Hal ini didukung oleh penelitian Hutabarat
(2009) yang menunjukkan bahwa beberapa jenis virus dapat
menyebabkan beberapa jenis kanker, termasuk leukemia.
14
O
O
OH
OHOCH3 O
OH
CH3
O
O
OH
NH2H3C
Gambar 8. Senyawa Daunorubusin (Bowman dan Rand, 2000)
Vasko dkk. (2010) juga telah menemukan senyawa sansalvamida
yang merupakan turunan senyawa amida yang memiliki aktivitas
antikanker. Mekanisme kerja senyawa sansalvamida yaitu dengan
menghambat fungsi HSP90 dengan mengikat C terminal pada protein ini.
Penghambatan ini akan mempengaruhi jalur onkogenik yang terlibat
dalam pertumbuhan sel kanker. Proses ini sangat penting mengingat
keberhasilan target spesifik obat antikanker dapat menurun atau bahkan
hilang karena variasi epigenetik tinggi dalam sel kanker, memblokir protein
yang mempengaruhi jalur terkait pembentukan sel kanker, seperti HSP 90.
Senyawa antikanker yang lain yang telah diuji pada sel tumor oleh Feridici
(2009) yaitu senyawa 6-(7-nitro-2,1,3-benzoxadiazol-4-ylthio)hexanol
(Gambar 9) yang juga mempunyai aktivitas antiproliferatif yang tinggi.
15
Gambar 9. 6-(7-nitro-2,1,3-benzoxadiazol-4-ylthio)hexanol (Feridici, 2009)
Senyawa lain yang memiliki gugus furin yaitu senyawa akiral seco-
amino-siklipropilbenze[e]indolone yang mirip dengan senyawa
duocarmycin AS-I-145 (Gambar 10) juga berfungsi sebagai antitumor,
dengan mengacaukan kode genetik DNA pada sel kanker ovarium (Kiokas
dkk., 2007).
Gambar 10. Duocarmycin AS-I-145 (Kiokas dkk., 2007)
B. Reaksi Esterifikasi Asam Karboksilat
Asam karboksilat dan turunannya adalah kelompok senyawa
organik yang memiliki gugus karbonil, dimana karbon karbonil mengikat
salah satu atom elektronegatif seperti oksigen, nitrogen dan halogen.
16
Keberadaan atom elektronegatif ini menyebabkan perubahan signifikan
pada reaktivitas senyawa turunan asam karboksilat. Asam karboksilat
dapat larut dalam air, titik didih dan titik lelehnya relatif tinggi karena
adanya tarik menarik yang sangat kuat antar molekul asam karboksilat
dalam bentuk dimer (Fessenden dan Fessenden, 1981)
Salah satu senyawa turunan dari asam karboksilat yaitu senyawa
ester, dimana hydrogen pada gugus karboksilat digantikan oleh gugus
hidrokarbon. Metode esterifikasi yang umum digunakan yaitu metode
Fischer. Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester
dengan cara merefluks asam karboksilat dan suatu alkohol dengan katalis
asam (Clark, 2007). Tanpa adanya katalis, reaksi berjalan sangat lambat
karena kecepatannya tergantung pada autoprotonasi dari asam
karboksilat (Kadu, dkk., 2011). Katalis yang sering digunakan dalam reaksi
esterifikasi adalah katalis H2SO4. Kusmiyati (2008) menggunakan katalis
H2SO4 1 % berat dalam reaksi katalitis asam oleat dan methanol menjadi
biodiesel, hingga 95, 81%. Prakoso, dkk. (2006) juga telah melakukan
reaksi esterifikasi pada konversi gliserol menggunakan katalis H2SO4,
menghasilkan nilai konversi yang tinggi yaitu sebesar 99,74 % dengan
waktu konversi yang lebih singkat yaitu 6 jam. Konsentrasi katalis asam
sulfat sebesar 5 % telah dapat menyempurnakan reaksi esterifikasi asam
laurat dan gliserol dan menghasilkan senyawa α-monolaurin dengan
rendamen 31,14 % (Widiyarti dan Hanafi, 2008). Penggunaan asam sulfat
17
sebagai katalis juga telah dilakukan oleh oleh Firdaus dkk. (2009). Reaksi
melibatkan asam p-hidroksisinamat yang diesterifikasi dengan etanol
berlebih mengahasilkan etil p-kumarat (Gambar 11) yang diperoleh
sebanyak 34,89%
Gambar 11. Reaksi esterifikasi asam p-hidroksisinamat dengan Etanol (Firdaus, dkk., 2010)
Katalis yang juga potensial digunakan dalam reaksi esterifikasi
adalah katalis AlCl3. Aluminium klorida merupakan salah satu jenis katalis
asam Lewis yang umum digunakan pada reaksi Friedel-Crafts (Sriratnaii
dkk., 2002) dan penataan ulang Fries (Ratnawati, 2006). Salah satu
penggunaan katalis ini dalam reaksi esterifikasi telah dilakukan oleh
Soriano dkk, (2009), dalam menyintesis asam lemak metil ester dari asam
stearat, menghasilkan rendamen 98 % pada suhu reaksi 100 °C selama
18 jam.
Asam sulfat lebih sering digunakan dalam reaksi esterifikasi, namun
dalam system reaksi dapat mengikat air sehingga kemungkinan
menghambat reaksi esterifikasi. Liu dkk (2005) telah mempelajari efek air
tersebut terhadap esterifikasi yang dikatalisis oleh asam sulfat dan
menemukan bahwa air dapat mendeaktifasi efek asam sulfat sebagai
katalis.
18
C. Reaksi Sintesis Senyawa Amida dari Asam Sinamat
Sintesis senyawa turunan amida dapat dilakukan melalui modifikasi
struktur yang melibatkan reaksi konversi gugus asam karboksilat menjadi
gugus amida (reaksi amidasi). Reaksi amidasi tergolong reaksi SN2 atau
merupakan asilasi bimolekuler dari suatu senyawa asam yang bersifat
elektrofilik dengan suatu senyawa amina yang bersifat nukleofilik.
Penyedia gugus karboksilat yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah asam p-kumarat yang merupakan salah satu turunan asam
sinamat.
Sintesis senyawa amida dari asam sinamat telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, seperti Widyarmoko dan Arie (2006) yang
menggunakan p-metoksisinamat untuk mensintesis senyawa
N-(p-bromofenil)–p-metoksisinamamida yang berfungsi sebagai pengusir
atau penolak hama (repellant). Tahap awal pada penelitian ini adalah
isolasi etil-p-metoksisinamat dari rimpang kencur (Kaempferia galanga, L)
menggunakan metode perkolasi dengan pelarut pengekstraksi etanol
96%. Etil-p-metoksisinamat yang diperoleh kemudian dihidrolisis dengan
menggunakan basa KOH dan diasamkan dengan HCl untuk mendapatkan
asam-p-metoksisinamat, kemudian asam p-metoksisinamat yang
diperoleh direaksikan dengan pereaksi kopling disikloheksilkarbodiimida,
dan p-bromoanilin pada suhu 0 ± 2 °C dengan pengadukan selama 12 jam
sehingga diperoleh senyawa turunan sinamamida sebesar 52,9%. Reaksi
19
dilakukan pada suhu rendah untuk mengurangi hasil samping yang dapat
terbentuk dari pengaktifan secara berlebihan senyawa antara yang reaktif
(Widyarmoko dan Aries, 2006). Selain itu, p-metoksisinamat yang
direaksikan dengan N,N'-disikloheksilkarbodiimida dan metilamina
menghasilkan senyawa N-metil-p-metoksisinamamida dengan persentase
hasil 60,7% (Syarifuddin, 2006). Senyawa p-metoksisinamat yang
direaksikan dengan anilin dan disikloheksilkarbodiimida selama 7 jam
pada suhu 0 °C menghasilkan senyawa n-fenil-p-metoksisinamamida.
Hasil sintesis yang didapatkan berupa serbuk putih dengan titik lebur
195–196 °C. Identifikasi dengan menggunakan KLT melalui penentuan
harga Rf diperoleh harga Rf senyawa hasil sintesis lebih tinggi daripada Rf
senyawa awal (Wulandari, 2008).
Konversi gugus karboksilat menjadi gugus amida dapat dilakukan
melalui metode konversi secara langsung (Barrow dkk., 1995) dan tidak
langsung melalui asil halida (Wamser dkk., 1989) atau ester (Witzeman
dkk., 1991) yang selanjutnya diamidasi. Metode konversi tidak langsung
melalui asil halida (Gambar 12) telah dilakukan oleh Wahyu (2010) untuk
mensintesis senyawa p-kumaramida dari asam p-kumarat. Konversi
gugus asam karboksilat menjadi gugus amida dengan menggunakan asil
klorida sebagai elektrofil yang bereaksi dengan amina memiliki beberapa
kelemahan, yaitu kebutuhan reagen berbahaya (tionil klorida, oksalil
klorida, dan fosgen) yang bersifat korosif dan volatil. Selain itu, hampir
20
semua kelompok fungsional lainnya perlu dilindungi untuk memastikan
kemoselektif terbentuknya amida (Tang, 2005).
HO
OH
O
HO
Cl
O
PCl3
Asam p-kumarat p-kumaril klorida
HO
NH2
O
p-kumaramida
NH3
aseton kering
aseton kering
Gambar 12. Sintesis Senyawa p-Kumaramida dari Asam p-Kumarat (Wahyu, 2011)
Suatu senyawa amida juga dapat dihasilkan melalui reaksi
aminolosis suatu ester. Firdaus, dkk.(2009) telah melakukan reaksi
amonolisis ester etil p-kumarat dengan amoniak 32 % pada suhu 0-5 °C
selama 8 jam dengan perbandingan mol 1:3 (Gambar 13), diperoleh
rendamen p-hidroksisinamamida sebanyak 46,13%.
Gambar 13. Reaksi amonolisis etil p-hidroksisinamat dengan amoniak (Firdaus dkk., 2009)
Yamamoto dkk. (2001) menyajikan metode katalitik pertama yang
memungkinkan untuk pembentukan amida langsung dari asam karboksilat
+ NH2
O
HO
+OC2H5
O
HO
NH3 HO
21
bebas dan amina. Hasil terbaik diperoleh dengan menggunakan katalis
asam fenilboronat yang mengandung subtituen penarik elektron pada
posisi meta atau para seperti asam 3,4,5-trifluorofenilboronat atau asam
3,5-bis(trifluorometil)boronat.
Menurut Tang (2005), salah satu katalis yang juga sangat efektif
untuk pembentukan amida adalah asam borat H3BO3. Senyawa H3BO3
memiliki beberapa kelebihan diantaranya mudah tersedia, tidak beracun,
dan ramah lingkungan. Operasional konversi gugus asam karboksilat
menjadi amida dengan katalis H3BO3 cukup sederhana serta profil
kemoselektivitasnya yang sangat baik membuat metode ini
memungkinkan untuk digunakan dalam produksi senyawa amida dalam
skala besar. Contohnya pada sintesis N-Benzil-4-fenilbutiramida (Gambar
14). dihasilkan 88-91% rendamen dengan hanya menggunakan 1% mol
katalis H3BO3. Kelebihan lainnya dari katalis H3BO3 adalah dapat
mereaksikan dengan baik benzilamin (Tang, 2005) dan amina alifatik
siklik seperti piperidin (Firdaus, dkk., 2012).
H2NOH
O
H3BO3 1 % mol
toluena, refluks
NH
O
+
Gambar 14. Reaksi Amidasi oleh Tang (2005)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Firdaus, dkk.(2012),
sintesis senyawa piperidinil p-kumaramida dari asam p-kumarat dan
22
piperidin menggunakan katalis asam borat diperlukan suhu 146 °C selama
16 jam dan diperoleh rendamen 29,84% sedangkan sintesis untuk
senyawa N-N-dietil-p-kumaramida dari dietilamin; dan N-propil-p-
kumaramida dari propilamina dengan menggunakan starting material dan
katalis yang sama, diperlukan waktu refluks selama 16 jam pada suhu
110 °C, dengan rendamen yang dihasilkan masing-masing senyawa
adalah 37,9% dan 37,1%. Ketiga reaksi sintesis tersebut menggunakan
pelarut DMF (N-N-dimetilformamida). Pelarut DMF juga digunakan oleh
Okombi dkk. (2011) untuk mensintesis senyawa turunan p-kumarat
seperti N-dihidrokumailtriamin, dan N-trans-3-(3-metoksi-4-sulfatefenil)
propenoil-2(4-sulfatephenil) etilamina, dengan waktu refluks 20 jam.
Penelitian ini menggunakan kromatografi kolom untuk memisahan produk
sintesis dari DMF.
Gambar 15. a. N-dihidrokumailtriaminb.N-trans 3-(3-metoksi-4-sulfatefenil) propenoil-2(4-sulfatephenil) etilamina (Okombi dkk, 2011).
23
D. Senyawa Amina dan Turunannya
Suatu amina mengandung ikatan N-H yang dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan elektron bebas pada oksigen atau nitrogen lain.
Hal ini mempengaruhi kelarutan amina dalam air. Amina yang larut dalam
air akan mengalami reaksi reversibel dengan air, yang membebaskan ion
hidroksida. Kebasaan amina jauh lebih lemah daripada ion hidroksida. Hal
ini dipengaruhi oleh adanya pasangan elektron bebas untuk membentuk
ikatan dengan sebuah proton. Faktor lainnya yang mempengaruhi
kekuatan basa senyawa amina adalah adanya efek induksi dari elektron
pada gugus alkil, yang membantu menstabilkan muatan positif dari hasil
reaksi. Ini menyebabkan kekuatan basa dari alkil amina, dialkil amina dan
trialkilamina lebih besar dari amonia (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Senyawa pirolidin (Gambar 16) merupakan salah satu contoh
senyawa turunan amina yang tergolong sebagai amina sekunder. Pirolidin
memilki rumus kimia C4H9N (Mr = 71 g/mol), bentuknya cair
(ρ = 0, 866 g/cm3), dapat larut dalam air, mudah menguap dan memiliki
bau yang menyengat (Merck Index, 2012).
HN
Gambar 16. Senyawa Pirolidin (Merck Index, 2012)
24
Selain senyawa pirolidin, senyawa amina yang akan digunakan
pada penelitian ini adalah senyawa adenine (6-aminopurine) (Gambar 18).
Adenin adalah senyawa amina primer dengan rumus molekul C5H5N5 (Mr
= 135 g/mol) yang merupakan salah satu basa purin, berbentuk bubuk,
berwarna putih, larut dalam air dan alkohol tetapi tidak larut dalam
kloroform dan eter. Adenine dan 8-azaadenin dimanfaatkan dalam
pengembangan sintesis senyawa antikanker (Sigma, 2001). Selain itu,
pada bidang anorganik, senyawa kompleks adenine-tembaga
menggunakan ligan Cl, SCN, BF dan ion asetilasetonat, juga diketahui
memiliki aktivitas sebagai antikanker (Hammud dkk., 2008).
Gambar 17. Senyawa Adenin, (Sigma, 2001)
E. Senyawa Asam p-Kumarat
Asam p-kumarat (asam p-hidroksisinamat, Mr = 164 g/mol)
merupakan turunan fenilpropanoid yang dihasilkan melalui jalur shikimat,
dimana pembentukannya tergantung pada enzim p-sinamat hidroksilase
(Batheja dkk., 2005). Senyawa asam p-hidroksisinamat berupa kristal
padat, sedikit larut dalam air, tetapi sangat baik larut dalam etanol dan
25
dietil eter. Asam p-hidroksisinamat banyak terdapat pada dinding sel
tanaman khususnya pada jenis tanaman yang dapat dikonsumsi seperti
biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bawang putih (Batheja dkk.,
2005). Asam p-hidroksisinamat secara biologi dapat diproduksi dari
glukosa melalui deaminasi asam amino aromatik L-tirosin dan L-fenilalanin
oleh enzim fenilalanin/tirosin liase amoniak (PAL/TAL) (Xue dkk., 2007).
Deaminasi dari l-fenilalanin menghasilkan trans-asam sinamat (CA)
selanjutnya mengalami hidroksilasi pada posisi para untuk menghasilkan
p-hidroksisinamat (Vannelli dkk., 2006).
Asam hidroksisinamat yang merupakan senyawa antioksidan alami,
terdapat pada buah-buahan, sayuran dan gandum (Kylli dkk., 2008) dan
dapat mengurangi resiko kanker usus dengan menguraikan struktur
karsinogenik nitrosamine (Camarero dkk., 2008).
Beberapa senyawa turunan asam p-kumarat diantaranya suberin
yang berfungsi mempertahankan kelangsungan hidup dalam keadaan
kritis pada semua jaringan tanaman (Bernards dkk., 1995), asam kafeat
(CaA), asam klorogenat (ChA), asam sinapat (SA), asam ferulat (FA) dan
asam p-kumarat (CoA) yang berfungsi sebagai antibakteri (Herald dan
Davidson, 1983) dan dapat mereduksi nitrit serta menghambat
pembentukan nitrosamine (Kikugawa dkk., 1983).
Peroksidasi senyawa turunan asam p-kumarat secara in vitro telah
digunakan sebagai pencegah bahaya induksi radikal bebas pada
26
membran biologi manusia yang memiliki densitas lipoprotein rendah (LDL)
(Cheng dkk., 2006). Selain itu, fitokomponen asam p-kumarat (HCA) juga
telah dibuktikan memiliki efek anabolik (Lai dan Yamaguchy, 2006) yaitu
sebagai stimulator pada pembentukan tulang dan dapat menghambat
kerusakan jaringan tulang (Yamaguchy dkk., 2007). Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Yamaguchy dkk. (2008) menunjukkan
bahwa fitokomponen asam p-kumarat dapat merangsang mineralisasi
dalam sel oisteoblastic Mc3T3-E1.
Asam p-kumarat telah digunakan untuk mensintesis senyawa
turunan sinamat yang lain seperti asam p-metoksisinamat (Indrasari dan
Salimah, 2006). Tahap pertama adalah reaksi metilasi terhadap asam p-
kumarat dengan pereaksi dimetil sulfat dan media aseton-kalium karbonat.
Tahap selanjutnya adalah reaksi hidrolisis basa terhadap metil p-
metoksisinamat. Pereaksi yang digunakan adalah larutan KOH 5% dalam
etanol. Reaksi dilakukan dengan pemanasan pada suhu 80 ± 5 °C selama
1/2 jam, 3/4 jam, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 5 jam. Selanjutnya ditambahkan
HCl pekat agar diperoleh bentuk asam bebas, yaitu asam p-
metoksisinamat. Persentase hasil reaksi hidrolisis tersebut pada masing-
masing lama pemanasan adalah 66,1%, 80,8%, 80,9%, 80,4%, 80,3%,
dan 80,7% Selain itu, Elias dkk. (2009) juga telah menggunakan asam p-
kumarat untuk sintesis poly(asam p-kumarat) melalui dua tahap reaksi;
27
yaitu reaksi polikondensasi dengan tionil klorida pada suhu kamar dan
reaksi polikondensasi ester pada temperatur yang lebih tinggi.
Asam p-kumarat dan beberapa senyawa turunan hasil sintesis dari
asam p-kumarat seperti asam p-n-butilsinamat, asam
p-butoksisinamat dan asam p-fenilsinamat memiliki kemampuan untuk
menghambat enzim tirosinase yang berfungsi mengatur biosintesis
melanin, dengan nilai IC50 berturut-turut adalah 0,6446, 1,3380, 0,0590
dan 0,1174 (Hartanti dan Setiawan, 2009). Senyawa asam p-kumarat dan
beberapa turunan asam p-kumarat digunakan sebagai bahan baku
kosmetik atau dermatologi karena mempunyai aktivitas sebagai antiradikal
dan antiinflamator (Okombi dkk., 2011).
Senyawa turunan sinamat yang lain tersebar meluas di alam dan
biasanya ditemukan dalam bentuk ester, dan sering terdapat dalam
campuran isomer trans dan cis. Meskipun konfigurasi trans lebih stabil
daripada cis, akan tetapi isomerisasi keduanya senantiasa terjadi dan
berada dalam kesetimbangan sehingga merupakan campuran kedua
isomer tersebut (Gambar 18). Senyawa-senyawa tersebut umumnya
memiliki ikatan rangkap terkonjugasi dan gugus fungsi karbonil sehingga
dapat menyerap sinar pada daerah panjang gelombang sinar tampak dan
ultraviolet. Serapan maksimum senyawa turunan sinamat sekitar 254 nm
dan sekitar 320 nm. Dengan demikian, senyawa tersebut dapat dideteksi
dengan mudah, nodanya pada kertas saring dapat berfluorisensi dan
28
memberikan warna biru atau hijau di bawah sinar ultraviolet. Intensitas
warnanya dapat ditingkatkan jika diolah dengan uap amoniak (Usman,
2012).
Gambar 18. Kesetimbangan isomer trans dan cis sinamat (Usman, 2012) Menurut Usman (2012), secara umum sintesis senyawa turunan
sinamat dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya:
a. Reaksi Perkin
Reaksi Perkin terjadi melalui kondensasi aldol antara benzaldehid
dengan anhidrida asetat, dengan adanya garam natrium dari asam
tersebut yang bertindak sebagai katalis (Gambar 20).
+
O
CH3COOH170oC
OHH
O
+CH3COONa
O
O O
Gambar 19. Sintesis asam sinamat dari benzaldehid dengan anhidrida
asetat. (Usman, 2012)
Kondensasi terjadi antara gugus karbonil dari benzaldehid dengan
gugus metil yang teraktifkan dari anhidrida asetat, aktivitasi terhadap
gugus metil tersebut sebagai nukleofilik dilakukan dengan penambahan
katalis basa. Mekanisme reaksi ini ditunjukkan pada Gambar 20.
29
Gambar 20. Mekanisme sintesis asam sinamat metode Perkin (Usman, 2012)
b.Reaksi Knoevenagel
Reaksi Knoevenagel terjadi melalui kondensasi aldol antara
benzaldehid dengan asam atau ester malonat di katalis oleh suatu basa
(Gambar 21).
+H
O
O
O
H2C
HO
HO
-H2O
basa
O
OH
O OH
O
OH-CO2
OH Gambar 21. Sintesis asam sinamat dari benzaldehid dengan asam
malonat (Usman, 2012)
F. Kerangka Konseptual
Senyawa p-kumaramida telah diisolasi dari kulit akar K. hospita
Linn (Ilyas, 2008), memiliki aktivitas biologis terhadap sel Leukemia
dengan IC50 = 44 μg/mL (Firdaus dkk., 2010) sehingga berpotensi
dikembangkan sebagai obat anti kanker. Salah satu cara untuk
30
meningkatkan aktivitas biologi pada senyawa p-kumaramida adalah
dengan mengadakan modifikasi struktur pada molekulnya dengan
menurunkan kepolaran senyawa tersebut.
Gugus amida primer yang terdapat pada struktur p-kumaramida
dapat dimodifikasi menjadi amida sekunder atau amida tersier seperti
senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin, yang
memiliki sisi nonpolar (rantai alkil) sehingga memudahkan senyawa ini
melewati membran sel yang mengandung senyawa lipida. Senyawa
turunan p-kumaramida seperti piperidinil-p-kumaramida (Firdaus, dkk.,
2012) dan N,N-dietil-p-kumaramida yang memiliki rantai alkil, mempunyai
aktivitas yang lebih tinggi terhadap sel Leukemia P-388 dibandingkan
dengan senyawa yang belum teralkilasi (Firdaus, dkk., 2012). Selain itu,
pemilihan pereaksi, yang diketahui mempunyai kemampuan
mengacaukan kode genetik DNA seperti senyawa purin dapat
meningkatkan bioaktivitas senyawa terhadap sel kanker (Bowman dan
Rand, 2000).
Berdasarkan analisis retrosintesis parsial, senyawa trans-p-
kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin, dapat disintesis dari asam
p-kumarat melalui reaksi konversi langsung dari gugus asam karboksilat
menjadi gugus amida, menggunakan katalis asam borat dan melalui
konversi bertahap; esterifikasi dan amidasi. Dari kedua metode konversi
tersebut, maka akan diperoleh metode yang paling efektif dan efisien
31
untuk mensintesis senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-
kumaril)adenin yang diduga dapat berpotensi sebagai antitumor.
Gambar. 22. Kerangka Konseptual
Senyawa p-kumaramida dari Kleinhovia hospita Linn
Senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenine dari asam –kumarat dengan adenin
dan piroldin
Sintesis
Pengaturan suhu reaksi
Pengaturan stoikiometri
Pengaturan waktu reaksi
Kondisi reaksi sintesis senyawa
trans-p-kumarilpirolidin
dan 6N-(trans-p-kumaril)adenine
yang diduga berpotensi
sebagai antitumor.
Senyawa rujukan untuk mendapatkan senyawa yang
lebih aktif
Transformasi amida primer menjadi
amida sekunder dan tersier yang
rantai sampingnya mengandung
rantai alkil (nonpolar) dan gugus
purin
Pemilihan metode
32
G. Hipotesis Penelitian
1. Senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin
dapat disintesis melalui reaksi antara asam p-kumarat dengan
pirolidin dan adenine melalui metode konversi langsung
menggunakan katalis asam borat,
2. Perbandingan mol, suhu dan waktu reaksi sangat berpengaruh
terhadap pembentukan senyawa amida dari reaksi antara asam p-
kumarat dengan pirolidin dan adenine melalui metode konversi
langsung menggunakan katalis asam borat,
3. Senyawa trans-p-kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin
dapat dihasilkan dari reaksi antara asam p-kumarat dengan pirolidin
dan adenine melalui esterifikasi dan amidasi.
4. Katalis AlCl3 lebih efektif dibandingkan dengan katalis H2SO4 pada
reaksi esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam
p-kumarat p.a, adenine p.a, pirolidin p.a, H3BO3, H2SO4 96,1 %, AlCl3,
silika gel 7733 dan 7734, N,N-Dimetilformamida p.a, etanol p.a, glass
wool, pasir kuarsa, plat KLT, akuades, kloroform p.a, etil asetat p.a,
n-heksana p.a, aseton p.a, kertas saring Whatmann 42, pipa kapiler dan
kertas saring biasa.
2. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah labu alas bulat leher
tiga, kondensor, termometer 300 °C, neraca analitik, heating mantel magnetic
stirrer, Deans Strak trap, pengukur titik leleh, lampu UV, rotary evaporator,
kolom kromatografi, corong Buchner, spektrofotometer FTIR, spektrometer NMR,
dan alat-alat gelas yang umum digunakan dalam laboratorium.
34
B. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah sintesis senyawa trans-p-
kumarilpirolidin dan 6N-(trans-p-kumaril)adenin dari asam p-kumarat dengan
adenin dan pirolidin menggunakan katalis asam borat; dan dari reaksi bertahap;
esterifikasi dan amidasi.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Desember 2013
di Laboratorium Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Pengukuran IR dilakukan di
laboratorium kimia terpadu jurusan kimia Fakultas MIPA Universitas
Hasanuddin. Pengukuran C NMR dan H NMR dilakukan di Lembaga
Penelitian Ilmiah Indonesia (LIPI), Serpong.
D. Prosedur Penelitian
1. Sintesis trans-p-kumarilpirolidin dari Asam p-kumarat melalui
Metode Konversi Langsung (Tang, 2005)
Asam p-kumarat 0,5 gram (3 mmol) dimasukkan ke dalam labu alas
bulat leher tiga. Kemudian ditambahkan dengan 0,037 gram (0,6 mmol)
asam borat dan 30 mL DMF. Larutan tersebut ditambahkan 0,76 mL
(3 mmol) pirolidin kemudian direfluks pada suhu `130 oC selama 4 jam.
Selanjutnya larutan yang telah direfluks didinginkan sampai suhu kamar,
35
kemudian ditambahkan dengan 10 mL aquadest panas lalu diekstraksi
dengan dietileter (4 x 30 mL). Ekstrak dietileter yang diperoleh diekstraksi
kembali dengan air (3x 30 mL) untuk menghilangkan sisa DMF yang
kemungkinan bercampur dengan dietileter. Fase organik dikeringkan
dengan Na2SO4 anhidrat, lalu dievaporasi kemudian difraksinasi dengan
kromatografi kolom gravitasi dengan menggunakan eluen kloroform 100%.
Fraksi yang mempunyai Rf yang sama digabung, kemudian dievaporasi
kembali sampai diperoleh padatan yang berwarna kuning. Padatan ini
dikristalisasi/direkristalisasi menggunakan kloroform:n-heksana sehingga
diperoleh padatan berwarna putih. Selanjutnya dilakukan uji kemurnian
dengan mengukur titik leleh dan analisis KLT senyawa hasil sintesis.
Prosedur tersebut diulang untuk perbandingan mol p-kumarat: pirolidin;
1:1,5 dan 1:3, dengan konsentrasi katalis yang sama. Senyawa yang
terbukti murni dianalisis dengan spektroskopi FTIR, dan 1H-NMR
2. Sintesis 6N-(trans-p-kumaril)adenin dari Asam p-kumarat melalui
Metode Konversi Langsung (Tang, 2005)
Asam p-kumarat 0,5 gram (3 mmol) dimasukkan ke dalam labu alas
bulat leher tiga. Kemudian ditambahkan dengan 0,037 gram (0,6 mmol)
asam borat dan 30 mL DMF sampai larut. Larutan tersebut ditambahkan
0,849 gram (3 mmol) adenin kemudian direfluks pada suhu 135 oC selama
24 jam. Ketika produk reaksi telah terbentuk, refluks dihentikan, lalu
36
larutan didinginkan sampai suhu kamar, kemudian ditambahkan dengan
10 mL aquadest dingin, selanjutnya diekstraksi dengan dietileter (3x30
mL). Fase organik dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat kemudian
dievaporasi sampai diperoleh larutan padatan berwarna kuning.
Selanjutnya padatan kuning ini dikristalisasi dengan kloroform:aseton
sampai diperoleh padatan putih. Kemudian dilakukan uji kemurnian
dengan mengukur titik leleh dan analisis KLT. Padatan yang terbukti murni
dianalisis dengan spektroskopi FT-IR.
3. Reaksi Esterifikasi Asam p-Kumarat dengan Etanol Menggunakan
Katalis AlCl3
Asam p-kumarat 0,5 gram (3 mmol) dimasukkan ke dalam labu alas
bulat leher tiga kemudian ditambahkan 20 mL etanol, katalis AlCl3 (30 %
dan 50 % dari konsentrasi asam p-kumarat), dan 30 mL benzena.
Campuran reaksi direfluks selama 12-36 jam dengan kontrol KLT
dilakukan setiap 3 jam. Setelah direfluks, campuran reaksi dicuci dengan
akuades dingin (3 × 20 mL). selanjutnya fase organik yang diperoleh
dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat lalu disaring. Filtrat yang diperoleh
kemudian dievaporasi sampai diperoleh padatan putih. Larutan hasil
evaporasi kemudian dikristalisasi dan rekristalisasi menggunakan
kloroform:n-heksana sehingga diperoleh padatan kristal putih dengan titik
leleh 133-134 °C. Kristal tersebut selanjutnya dianalisis dengan
spektrofotometer FT-IR, H-NMR dan C-NMR.
37
3. Reaksi Esterifikasi Asam p-Kumarat dengan Etanol menggunakan
Katalis H2SO4
Asam p-kumarat 0,5 gram (3 mmol) dimasukkan ke dalam labu alas
bulat leher tiga kemudian ditambahkan 20 mL etanol, katalis H2SO4 1 mL
(16 % dari konsentrasi asam p-kumarat), dan 30 mL benzena. Campuran
reaksi direfluks pada suhu 64 oC selama 12 jam kemudian dinetralkan
dengan K2CO3 15 %. Setelah dinetralkan, campuran dicuci dengan
akuades (3 × 20 mL). Fase organik yang diperoleh dikeringkan dengan
Na2SO4 anhidrat kemudian dievaposi sampai diperoleh padatan putih
kekuningan. Selanjutnya padatan tersebut dikristalisasi dan direkristalisasi
menggunakan kloroform:n-heksan sehingga diperoleh kristal putih dengan
data titik leleh 133-134 oC.
4. Reaksi Amidasi Etil-p-kumarat dengan Pirolidin
Etil p-kumarat 0,5 gram (3 mmol) dimasukkan ke dalam labu alas
bulat leher tiga kemudian dicampurkan dengan aseton 30 mL, pirolidin 0,6
mL dan AlCl3 0,4 gram, lalu diaduk pada suhu 20°C selama 9 jam
(kontrol dengan uji KLT setiap 3 jam). Setelah diaduk, campuran reaksi
dinetralkan dengan HCl 1 M selanjutnya diekstraksi dengan kloroform (3 x
30 mL). Fase organik dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat kemudian
dievaporasi sampai diperoleh cairan kental cokelat kehitaman.
Selanjutnya difraksinasi dengan KKG sehingga dihasilkan fraksi A-G
38
(fraksi A (1), fraksi B (2-6), fraksi C (7-8), fraksi D (9-16), fraksi E (17-19),
Fraksi F (20-23) dan fraksi G (22-28). Fraksi E (17-19) di KKG kembali
sehingga didapatkan 3 fraksi, yaitu E1-E3, E4-E9, dan E5-E18. Hanya
fraksi E4-E9 yang dapat dikristalisasi dan direkristalisasi (benzene dan
n-heksana) sehingga diperoleh kristal putih 0,035 gram dengan titik leleh
125-126 °C. Selanjutnya Kristal yang diperoleh dianalisis dengan
spektrofotometri FT-IR, spektroskopi H-NMR, dan C-NMR untuk
menentukan struktur dari senyawa hasil sintesis tersebut.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sintesis trans-p-kumarilpirolidin menggunakan katalis asam
Borat (Tang, 2005) Penelitian sintesis salah satu senyawa turunan p-kumaramida yakni
trans-p-kumarilpirolidin telah dilakukan dengan mereaksikan pirolidin
dengan asam p-kumarat menggunakan katalis asam borat. Reaksi yang
diharapkan dapat terjadi dari campuran ini adalah terjadinya reaksi
substitusi antara gugus hidroksil (-OH) dari asam karboksilat dengan
gugus amina sekunder dari pirolidin sehingga terjadi konversi gugus
karboksilat menjadi gugus amida (Gambar 23). Mekanisme reaksi
pembentukan senyawa trans-p-kumarilpirolidin ditunjukkan pada Gambar
24.
Gambar 23. Reaksi yang diduga terjadi antara asam p-kumarat dengan pirolidin menggunakan katalis asam borat
HO
O
OH +NH
HO
O
N + H2OH3BO3
40
Gambar 24. Mekanisme reaksi pembentukan trans-p-kumarilpirolidin dari asam p-kumarat dengan pirolidin
Reaksi sintesis ini berlangsung pada kondisi refluks 130 °C selama
4 jam. Waktu refluks diperoleh berdasarkan kontrol menggunakan KLT
setiap 2 jam (Gambar 25). Berdasarkan hasil analisis KLT yang dilihat di
bawah lampu UV pada λ 254 nm maka diketahui bahwa pada jam ke-2
telah terbentuk produk reaksi, namun masih ada spot yang sama dengan
asam p-kumarat (pereaksi pembatas). Setelah jam ke-4, spot pereaksi
pembatas tidak lagi Nampak yang mengindikasikan bahwa asam p-
kumarat telah habis bereaksi. Nilai Rf produk lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai Rf standar, hal ini menunjukkan bahwa senyawa produk
mempunyai kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan reaktan.
Campuran reaksi sebelum refluks tidak berwarna sedangkan setelah
refluks campuran tersebut berwarna kuning (Gambar 26).
41
(a) (b)
Gambar 25. Kontrol waktu refluks menggunakan KLT (CHCl3 100%); (a) 2 jam, (b) 4 jam (spot kiri masing-masing kromatogram kiri : Asam p-kumarat, kanan:produk reaksi)
(a) (b)
Gambar 26. (a) Sebelum refluks dan (b) Setelah refluks
Penambahan aquades dingin ke dalam campuran hasil reaksi
dilakukan untuk menghindari terjadinya reaksi samping; sebab dari hasil
preparasi awal, adanya pencampuran aquades pada suhu kamar
menyebabkan produk reaksi mengeluarkan panas. Selain itu,
penambahan aquades juga berfungsi untuk meningkatkan kepolaran
DMF, sehingga mempermudah proses ekstraksi dengan dietil eter. DMF
dan senyawa yang bersifat polar akan tertarik ke lapisan air sedangkan
42
senyawa yang bersifat nonpolar akan tertarik ke lapisan dietil eter.
Ekstraksi sampel dengan pelarut organik yang umum seperti n-heksana,
kloroform dan benzene untuk menarik senyawa organik dalam campuran
tidak dapat dilakukan sebab pelarut-pelarut tersebut juga bercampur
dengan DMF.
Residu evaporasi ekstrak dietil eter adalah padatan berwarna
kuning kehijauan namun lama kelamaan berubah warna menjadi kuning.
Pengujian sampel dengan KLT memperlihatkan 2 spot, sehingga
dilakukan pemisahan melalui kromatografi kolom gravitasi (KKG). Hasil
KKG diperoleh 23 fraksi, dimana fraksi yang diperkirakan sebagai produk
yang diinginkan adalah fraksi 4-8 (Gambar 27).
Gambar 27. Kromatogram hasil KKG
Berdasarkan kromatogram hasil KKG, dapat diketahui bahwa produk
yang dihasilkan relatif tidak stabil, dimana saat uji KLT sesaat setelah
refluks dihentikan, campuran hanya mempunyai satu spot, namun setelah
di evaporasi mulai terbentuk perlahan spot-spot baru. Demikian halnya
43
saat fraksi 4-8 dikristalisasi dengan kloroform:n-heksana sampai
diperoleh padatan putih, padatan tersebut hanya satu spot (Gambar 28);
dengan tiga macam eluen yang berbeda (dapat terelusi dengan
kloroform). Akan tetapi, selang beberapa hari tersimpan setelah
pemurnian, produk yang diperoleh berupa padatan putih tersebut, berubah
warna menjadi kuning kecoklatan. Demikian halnya dengan kelarutan
senyawa ini, sebelumnya larut dalam kloroforom; setelah berubah,
senyawa tersebut hanya dapat larut dengan aseton. Hal ini juga diperkuat
dengan adanya spot yang tidak dapat terelusii menggunakan eluen
kloroform (Gambar 29).
(a) (b) (c)
Gambar 28. (a.) n-heksana:kloroform (2:8); (b) kloroform 100% kloroform:etil asetat (9:1) (spot kanan masing-
masing kromatogram=asam p-kumarat,
kiri=produk)
(a) (b) (c) Gambar 29. Kromatogram produk setelah berubah
44
a. n-heksan:kloroform (8:2), b. kloroform 100%, c. kloroform:etil asetat(9:1)
Bobot produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam p-kumarat
dengan pirolidin dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data pada
Tabel 1, diketahui bahwa produk yang dihasilkan lebih besar jika pirolidin
digunakan berlebih.
Tabel 1. Perbandingan mol reaktan dengan produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam p-kumarat dengan pirolidin
Analisis secara spektroskopi struktur senyawa hasil sintesis telah
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR dan 1H NMR.
Perbandingan spektrum FTIR senyawa hasil (Gambar 30) dengan
spektrum FTIR senyawa asam p-kumarat yang digunakan sebagai
reaktan (Gambar 31) disajikan dalam Tabel 2.
No Perbandingan mol
reaktan(asam p-kumarat:pirolidin)
Massa produk yang dihasilkan (g)
1. 1:1
0,0972
2. 1:1,5
0.09881
3. 1:3 0,2067
45
Gambar 30. Spektrum FT-IR Senyawa Produk Sintesis trans-p-kumarilpirolidin
46
Gambar 31. Spektrum FT-IR Senyawa Asam p-Kumarat
Serapan yang mengindikasikan keberadaan gugus C=O amida
dalam senyawa produk sintesis adalah puncak 1654,92 cm-1 yang
memiliki intensitas lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi serapan
gugus C=O asam karboksilat pada 1687,71 cm-1. Karakter ikatan rangkap
karbon dan oksigen pada karbonil berkurang akibat terjadinya
delokalisasi pasangan elektron milik atom nitrogen yang terikat pada
karbon karbonil. Indikasi ini diperkuat dengan adanya serapan C-N
rentangan pada 1512,19 cm-1, yang merupakan karakteristik amida tersier
dan ketidakberadaan frekuensi serapan gugus C-OH dari karboksilat
pada produk reaksi.
Selain itu, adanya pita serapan yang kuat (strong) pada 2930,23
mengindikasikan bahwa senyawa produk memiliki CH alifatik, yang tidak
ditemui di spektrum FT IR asam p-kumarat. Serapan ikatan C-O pada
1325,10 cm-1 dan 1313,52 cm-1 yang berasal dari gugus karboksilat
senyawa asam p-kumarat juga tidak muncul dalam spektrum senyawa
produk hasil sintesis. Akan tetapi, ketidakberadaan frekuensi serapan
pada produk di daerah 1627,92 cm-1 mengindikasikan bahwa ikatan C=C
olefin mengalami perubahan membentuk ikatan tunggal, hal ini juga
47
diperkuat oleh ketidakberadaan frekuensi serapan 977,91 cm-1 sebagai
trans 1,2-disubstitusi pada senyawa p-kumarat.
Tabel 2. Perbandingan spektrum FT IR antara asam p-kumarat dengan
produk reaksi sintesis trans-p-kumarilpirolidin
No. Jenis vibrasi ikatan dan
gugus fungsi
Frekuensi serapan pada senyawa produk (cm-1)
Frekuensi serapan pada senyawa asam
p-kumarat (cm-1)
1. CH- alifatik 3018,31 3026,31
2. Rentangan C=C olefin Tidak ada 1627,92
3. Bengkokan O-H 1377,17 1377,17
4. C-OH dari asam
karboksilat Tidak ada 939,33 dan 916,19
5. Rentangan O-H 3375,43 3377,36
6. Rentangan C=O 1654,92 (C=O
amida)
1687,71 (C=O
karboksilat)
7. Rentangan C=C
aromatik 1608,63 & 1504,48 1597,06 & 1508,33
8. Rentangan C-N 1512,19 Tidak ada
9. Aromatik para
disubstitusi 829,93 829,93
10. Trans 1,2-disubstitusi Tidak ada 977,91
11. C-O (oksi karbon-
karbonil) Tidak ada 1325,10 dan 1313,52
Analisis dengan menggunakan spektrometer 1H-NMR (Gambar 32)
terhadap senyawa hasil sintesis juga telah dilakukan. Ketidakberadaan
signal pada daerah geseran kimia CO2H di atas 11 ppm pada 1H-NMR,
mengindikasikan bahwa senyawa tersebut bukanlah senyawa asam
karboksilat. Keberadaan gugus aromatik dapat diketahui dengan adanya
48
sinyal didaerah δ 6,2328 ppm sampai 6,7815 ppm. Akan tetapi, adanya
spektrum H-NMR yang mengalami broading pada base line, dan
keberadaan proton-proton yang tidak diharapkan menyebabkan elusidasi
struktur dari senyawa produk reaksi ini tidak diteruskan ke C-NMR.
Gambar 32. Spektrum H-NMR Produk Sintesis Senyawa
trans-p- kumarilpirolidin
Salah satu penyebab dari keberadaan proton-proton yang tidak
diinginkan adalah adanya ketidakstabilan produk yang dihasilkan,
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Ketidakstabilan senyawa
ini kemungkinan disebabkan oleh keberadaan gugus alkil yang terikat
49
pada karbonil dan perpanjangan konjugasi sehingga sifat keasaman dari
gugus fenol semakin meningkat (Gambar 33).
Gambar 33. Konjugasi pada senyawa trans-p-kumaril)pirolidin
Ketidakberadaan ikatan C=C olefinat kemungkinan disebabkan oleh
adanya reaksi samping seperti reaksi adisi pada posisi α, β setelah ikatan
π terkonjugasi ke atom karbon karbonil dalam suasana asam. Reaksi-
reaksi samping yang kemungkinan dapat terjadi pada sintesis trans-p-
kumarilpirolidin dari asam p-kumarat dengan pirolidin menggunakan
katalis asam borat, yaitu:
a. reaksi adisi C=C olefin yang disebabkan oleh adanya katalis asam
borat sebagai asam lewis, dan air sebagai produk samping pada
reaksi amidasi (Gambar 34),
BHO OH
OH
O
HO
BOH
HO
OHO
HO
NN
O
HO
BOH
HO
OH
N
H
O
H
O
HO
BOH
HO
OH
N
HO
HO
HO
N
OH
-H3BO3
50
Gambar 34. Mekanisme reaksi adisi C=C olefin yang disebabkan oleh adanya katalis asam borat sebagai asam Lewis
b. suatu ikatan C=C olefinat dapat mengalami reaksi adisi dengan
adanya katalis asam borat yang bertindak sebagai asam Bronsted-
Lowry, (Gambar 35).
H +H3BO3 H2BO3
Gambar 35. Mekanisme reaksi adisi adisi C=C olefin dengan adanya
katalis asam borat sebagai asam Bronsted-Lowry.
c. reaksi adisi pada C=C olefinat dapat terjadi jika pirolidin berlebih
(Gambar 36).
51
Gambar 36. Reaksi adisi pada C=C olefinat dapat terjadi jika pirolidin yang berlebih bertindak sebagai nukleofilik terhadap C-β.
Analisis terhadap produk yang mengalami perubahan sifat diukur
kembali menggunakan spektrofotometer FT IR (Gambar 37).
Perbandingan data FT IR sebelum dan sesudah perubahan dapat dilihat
pada Tabel 3
Gambar 37. Analisis FT IR setelah terjadi perubahan fisik pada
produk sintesis
Tabel 3. Data FT IR produk sebelum (analisis pertama) dan setelah mengalami perubahan sifat fisik (analisis kedua).
No Gugus fungsi
Analisis pertama
(intensitas pita serapan)
Analisis kedua (intensitaspita
serapan)
1. -OH 3375,43 (vs) 3373,50 (m)
2. CH alifatik 2920,23 (s) 2954,95 (m)
3. C=O amida 1654,92 (s) 1651,07(m)
4. C-N 1512,19 (s) 1510,26 (s)
5. 1,4 disubstitusi para 829,39 (s) 831,32 (s)
vs=very strong, s=strong, m=medium
52
Hasil analisis FT IR memperlihatkan pita serapan gugus fungsi
sepertii OH aromatik, gugus C=O dan CN dari amida, mengalami
perubahan intensitas yang tidak signifikan dengan hasil analisis awal.
Dengan demikian, diduga bahwa senyawa yang dianalisis dari awal, telah
menjadi senyawa campuran, dimana salah satunya komponennya
mempunyai karakteristik gugus fungsi yang sama dengan produk setelah
mengalami perubahan fisik dan kelarutan.
Usaha untuk mendapatkan gambaran tentang spektrum 1H-NMR
produk sintesis senyawa yang diharapkan, maka terhadap struktur
senyawa tersebut dilakukan analisis dengan metode komputasi. Adapun
spektrum H-NMR hasil analisis komputasi dari struktur senyawa target
yang dmaksud dapat dilihat pada Gambar 38. Berdasarkan spektrum ini
maka jelaslah bahwa spektrum H-NMR pada Gambar 32 masih berbeda
dari struktur senyawa target yang diharapkan. Hal ini memperkuat dugaan
bahwa produk yang dianalisis dengan spektroskopi H-NMR juga
merupakan produk campuran antara produk awal dengan produk yang
mengalami perubahan akibat ketidakstabilan produk awal.
53
Gambar 38. Spektrum H-NMR Senyawa trans-p-kumarilpirolidin Hasil Analisis Komputasi
B. Sintesis trans-p-kumarilpirolidin dari asam p-kumarat dengan pirolidin pada suhu rendah
Sintesis trans-p-kumarilpirol dari asam p-kumarat dengan pirrolidin
pada suhu rendah, dilakukan dengan mereaksikan 0,5 gram (3 mmol)
asam p-kumarat dan 0,5 mL pirolidin (6 mmol); menggunakan katalis
asam borat 20 % dari bobot asam p-kumarat dalam pelarut DMF
sebanyak 20 mL. Reaksi dilakukan dengan waktu refluks selama 12 jam
pada suhu 70 °C. waktu refluks diperoleh berdasarkan kontrol KLT
(Gambar 39). Pemilihan suhu ini dilakukan dengan pertimbangan
menghindari terjadinya adisi ikatan rangkap α,β pada struktur asam p-
kumarat. Analisis KLT dilakukan setiap 1 jam dan terakhir pada jam ke 12.
54
1 jam 2 jam 4 jam 8 jam 12 jam
Gambar 39. Kontrol waktu refluks menggunakan KLT (Kloroform:etil (7:3)) (Spot kiri masing-masing kromatogram =asam p-kumarat,
kanan= produk reaksi) Berdasarkan hasil analisis KLT yang dilihat di bawah lampu UV
dengan panjang gelombang 254 nm pada jam ke-2 telah terbentuk produk
reaksi, namun masih ada spot yang sama dengan asam p-kumarat.
Hingga pada jam ke-12 masih terdapat spot yang sama dengan standar
yaitu asam p-kumarat. Larutan hasil refluks kemudian didinginkan dan
dilakukan penambahan akuades dingin dengan tujuan menambah
kelarutan DMF sehingga dapat terpisah dengan baik pada saat ekstraksi
dengan dietil eter. Fase organik yang diperoleh kemudian dianalisis KLT
dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada Gambar 40.
Gambar 40. Analisis KLT fase organik (Kloroform:etil (7:3), spot kiri
(standar) dan spot kanan (produk reaksi)
55
Berdasarkan hasil analisis KLT diketahui bahwa pada fase air tidak
ada lagi spot yang diduga sebagai produk reaksi. Fase organik yang
diperoleh kemudian dievaporasi dan diperoleh cairan berwarna kuning.
Analisis KLT ekstrak kental menunjukkan adanya spot di base line dan
sulit ipisahkan melalui kristalisasi dan rekristalisasi, sehingga dilakukan
fraksinasi dengan menggunakan Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)
dengan eluen n-eksana : kloroform (2:8)(Gambar 41).
Gambar 41. Kromatogram hasil KKG
Berdasarkan hasil KKG diperoleh fraksi yang diperkirakan telah
murni sehingga dapat dilanjutkan pada proses kristalisasi/rekristalisasi
dengan menggunakan eluen kloroform:heksana (1:2). Setelah proses
tersebut, tidak diperoleh endapan, bahkan hingga pelarut dari fraksi
tersebut dikeringkan. Spektrum FT IR (Gambar 42) terhadap produk
tersebut memperlihatkan ketidakberadaan gugus aromatik pada daerah
bilangan gelombang diatas 3000 cm-1, sehingga diduga produk ini
bukanlah senyawa target yang diinginkan. Oleh karena itu, senyawa trans-
56
p-kumarilpirolidin diharapkan dapat dicapai melalui reaksi esterifikasi yang
kemudian dilanjutkan dengan reaksi amidasi.
Gambar 42. Spektrum FT IR produk hasil sinteisi pada suhu
rendah
C. Sintesis senyawa 6N-(trans-p-kumaril)adenin
Melalui analisis retosintesis, diduga bahwa senyawa 6N-(trans-p-
kumaril)adenin dapat dihasilkan dari reaksi antara asam p-kumarat
dengan adenine terjadinya suatu reaksi substitusi antara gugus hidroksil
dari asam p-kumarat dengan gugus amina sekunder (-NH2) dari adenine,
dengan adanya katalis asam borat, sehingga terbentuk suatu amida 6N-
(trans-p-kumaril)adenine (Gambar 43). Mekanisme reaksi ini ditunjukkan
pada Gambar 44.
57
Gambar 43. Reaksi amidasi yang diharapkan dari asam p-kumarat dengan adenin.
BHO OH
OH
O
HO
OH
O
HO
BOH
HO
OH
OH
N
N
N
NH
N H
+
O
HO
BOH
OH
OH
HO
H
N
N
N
NH
N H
O
HO
B
OH
OH
HO
O
H
H
N
N N
NH
NH H
O
HO
N N
N
HN
N
H
-H3BO3
+ H2O
Gambar 44. Mekanisme Reaksi Sintesis Senyawa 6N-(trans-pkumaril)adenin
Adenin merupakan senyawa yang tidak larut dalam DMF pada suhu
kamar namun mulai larut di atas suhu 90 °C (Gambar 45). Adanya sifat
adenine yang hanya larut pada pelarut organik yang mempunyai titik didih
tinggi, menyebabkan reaksi amidasi dengan adenine tidak dapat dilakukan
pada suhu rendah.
58
(a) (b)
Gambar 45. Campuran adenin dengan asam p-kumarat dan katalis asam borat (a) sebelum refluks dan (b) setelah refluks
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa campuran senyawa asam
p-kumarat dengan adenine larut sempurna dan mulai terefluks pada suhu
120 °C, tetapi konstan pada suhu 135 °C. Pembentukan produk reaksi
dikontrol melalui KLT pada setiap 6 jam (Gambar 46). Nilai Rf yang
berbeda dengan nilai Rf standar (asam p-kumarat) diperoleh pada jam ke-
24, dimana Rf produk lebih tinggi dibandingkan dengan Rf standar. Hal ini
mengindikasikan senyawa standar lebih polar dibandingkan senyawa
produk.
(a) (b) (c) (d)
Gambar 46. (a). Jam ke -6, (b). Jam ke-12, (c). Jam ke 18 (d). Jam ke 24 Spot kiri masing-masing Kromatogram: sampel, spot kanan: standar (asam p-kumarat)
59
Analisis secara spektroskopi struktur senyawa hasil sintesis telah
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer FTIR. Perbandingan
spektrum FT-IR senyawa hasil sintesis (Gambar 47) dengan spektrum FT-
IR senyawa asam p-kumarat (Gambar 31), disajikan dalam Tabel 4.
Gambar 47. Spektrum FT IR Senyawa Produk Reaksi Sintesis Senyawa 6N- (trans-p-kumaril)adenin
Berdasarkan data spektroskopi FT-IR (Gambar 47) diketahui bahwa
senyawa produk dari reaksi sintesis 6N-(trans-p-kumaril)adenin
merupakan senyawa amida sekunder, yang ditunjukkan dengan adanya
serapan pada bilangan gelombang 3444,87 cm-1 dan 3423,65 cm-1
(rentangan N-H), diperkuat oleh adanya rentangan C-N pada bilangan
gelombang 1514,12 cm-1. Ketidakberadaan serapan pada
60
bilangan gelombang 977,91 cm-1 yang berasal dari trans 1,2-
disubstitusi mengindikasikan bahwa senyawa produk mengalami
pembukaan ikatan rangkap. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
produk reaksi sintesis senyawa target ini mengalami pembukaan ikatan
rangkap C=C olefinat sebagaimana yang terjadi pada reaksi sintesis
senyawa trans-p-kumarilpirolidin
Tabel 4. Perbandingan hasil analisis spektrum FT IR antara asam p-
kumarat dengan produk reaksi sintesis 6N-(trans-p-
kumaril)adenin
No.
Jenis vibrasi ikatan dan gugus fungsi
Frekuensi serapan produk (cm-1)
Frekuensi serapan
asam p-kumarat (cm-1)
1. Rentangan C-H
aromatik 3030,17 3026,31
2. Rentangan C=C olefin Tidak ada 1627,92
3. Bengkokan O-H 1394,53 1377,17
4. C-OH dari asam
karboksilat Tidak ada 939,33 dan 916,19
5. Rentangan O-H 3444,87 3377,36
6. Rentangan C-O 1263,37 1246,02 & 1213,123
7. Rentangan C=O 1645,28 (C=O amida) 1687,71 (C=O
karboksilat)
8 Rentangan C-N 1514,12 Tidak ada
9. Aromatik para
disubstitusi 808,17 829,93
10. Trans 1,2-disubstitusi Tidak ada 977,91
11 C-O (oksi karbon-
karbonil) 1338,60 dan 1315,45 1325,10 dan 1313,52
12. Rentangan NH 3444,87 dan 3423,65 Tidak ada
61
Berdasarkan fakta spektrum FT-IR yang diperoleh dari sintesis dua
senyawa target sebelumnya dengan metode Tang (2005) yang
memperlihatkan terbukanya ikatan rangkap, maka kedua senyawa target
kemudian disintesis dari ester etil p-kumarat.
D. Esterifikasi Asam p-kumarat
Salah satu yang dapat dilakukan untuk memproduksi senyawa
ester p-kumarat sebagai tahap awal dalam proses sintesis
adalah pemilihan katalis yang kuat dalam mengaktivasi starting material.
Tanpa adanya katalis, reaksi berjalan sangat lambat karena kecepatannya
tergantung pada autoprotonasi dari asam karboksilat (Kadu, dkk., 2011).
Berikut perbandingan data antara katalis AlCl3 dengan H2SO4.
1. Esterifikasi Asam p-Kumarat Menggunakan Katalis AlCl3
Pada penelitian ini, AlCl3 digunakan sebagai katalis dalam reaksi
esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol berlebih (Gambar 48) dengan
bobot 30% dan 50% dari mol asam p-kumarat. Katalis AlCl3 merupakan
katalis yang kurang mampu mengikat air sehingga diduga efektif
digunakan dalam reaksi esterfikasi. Pada reaksi esterifikasi ini, etanol
bertindak sebagai agen solvolisis, yakni berfungsi sebagai pelarut asam p-
kumarat sekaligus sebagai pereaksi sedangkan AlCl3 sebagai asam
Lewis, akan mengaktifkan gugus karbonil.
62
Gambar 48. Reaksi Esterifikasi dari Asam p-kumarat dengan Etanol menggunakan katalis AlCl3
Mekanisme reaksi pembentukan etil p-kumarat melibatkan reaksi
substitusi gugus –OH dari asam p-kumarat dengan gugus etoksi (–
OCH2CH3) dari etanol (Gambar 49). Reaksi ini berkesetimbangan,
sehingga digunakan metode refluks yang dilengkapi dengan Dean Strak
Trap untuk memindahkan air sesaat setelah terbentuk, melalui sistem
aezotropik antara air-benzena-etanol. Melalui metode ini, diharapkan
reaksi akan bergeser ke kanan.
HO
OH
O Al
Cl
Cl Cl
HO
OH
O
Al
Cl
ClCl
OH
HO
OH
O
O
Al
Cl Cl
Cl
H
HO
O
O
+AlCl3
Gambar 49. Mekanisme reaksi pembentukan etil p-kumarat dari asam
p-kumarat dengan etanol menggunakan katalis AlCl3
-H2O
63
Berdasarkan hasil penelitian, rendemen yang diperoleh dari reaksi
esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol pada suhu 64 °C selama 12
jam, menggunakan katalis AlCl3 30 % dan 50 % dari mol asam p-kumarat,
dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5. Rendemen yang diperoleh dari reaksi esterifikasi dengan penggunaan katalis AlCl3 30 % dan 50 % dari mol asam p-kumarat
Penambahan waktu refluks sampai 36 jam memberikan nilai
rendemen 31,62 %. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
penggunaan katalis AlCl3 dalam reaksi esterifikasi asam p-kumarat
dengan etanol telah berada pada kesetimbangan setelah 12 jam, dengan
menghasilkan rendemen berkisar 30-35 %.
2. Esterifikasi Asam p-Kumarat Menggunakan Katalis H2SO4 96,1 %.
Reaksi esterifikasi menggunakan katalis H2SO4 juga disebut
sebagai reaksi metode Fischer. Berbeda dengan AlCl3, asam sulfat
merupakan asam Bronsted, yang mampu memprotonasi oksigen dari
Percobaan
Bobot Asam p-kumarat
(gram)
Bobot katalis AlCl3 (%)
% Rendamen
1. 0,5 (3,1 mmol) 30 31,56
2. 0,5 (3,1mmol) 30 35,73
3. 0,5 (3,1 mmol) 50 34,51
4. 1,0 (6,2 mmol) 50 30,38
64
gugus karbonil. Mekanisme reaksi pembentukan etil p-kumarat dari asam
p-kumarat dengan etanol, berkatalis H2SO4 ditunjukkan pada Gambar 50.
Hasil analisis KLT dari reaksi esterifikasi menggunakan katalis H2SO4
memperlihatkan bahwa pada jam ke-12 menghasilkan produk yang
sempurna, hal ini ditandai dengan tidak adanya noda yang muncul berupa
asam p-kumarat dengan bobot katalis yang sama.
OH
O
HO
OH
O
HO
H
HO
O
O
HO
O
O
O
HO
O
O
HO
H O H
H
H
H
H
H+HSO4-
-H3O
Gambar 50. Mekanisme reaksi pembentukan etil p-kumarat dari asam p-kumarat dengan etanol menggunakan katalis H2SO4
Rendamen yang diperoleh jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan katalis AlCl3. Data rendemen yang diperoleh dari hasil
esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol menggunakan katalis asam
sulfat 96,1 % 1 ml, dapat dilihat pada Tabel 6.
65
Tabel 6. Data rendemen yang diperoleh dari hasil esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol menggunakan katalis asam sulfat 96,1 % , 1 mL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan katalis asam
sulfat pekat 0,5 mL (8 % dari konsentrasi asam p-kumarat) hanya
menghasilkan 34,89 % (Sukarti, 2010). Akan tetapi, produk tersebut
ternyata dapat ditingkatkan dengan menggunakan asam sulfat berlebih
(16 % bobot), sehingga diperoleh rendamen yang berkisar antara 60-75
%. Penggunaan asam sulfat sangat berlebih dipengaruhi oleh
kemampuan terdeaktifasi oleh keberadaan air sebagai produk samping
dalam sistem reaksi esterifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, memperlihatkan bahwa
penggunaan katalis asam sulfat memiliki kemampuan dua kali lipat jika
dibandingkan dengan katalis AlCl3. Berdasarkan kekuatan asam, asam
sulfat jauh lebih kuat dibandingkan asam AlCl3. Ion hidrogen dari asam
sulfat dalam campuran reaksi akan memprotonasi oksigen pada karbon
karbonil asam p-kumarat, selanjutnya akan mengaktifkan gugus
karboksilat untuk bereaksi dengan etanol yang bersifat nukleofilik. Ikatan
rangkap olefin pada asam p-kumarat tidak terprotonasi, hal ini
Percobaan
Bobot Asam p-kumarat
(g)
% Rendamen
1 0,5 64,47
2 0,5 75,30
3 0,5 60,35
66
diperkuat dengan data hasil FT IR (Gambar 51) dan H-NMR (
Gambar 52) yang menunjukkan masih adanya gugus C=C, CH-α
dan CH-β. Hal tersebut disebabkan karena adanya ion karbonium yang
dengan mudah distabilkan oleh alkohol nukleofilik dibandingkan dengan
system olefin terkonjugasi. Selain itu, system olefin dalam bentuk posisi
trans sehingga tidak mudah terganggu oleh adanya pengaktifan atom
karbon karbonil pada gugus karboksilat.
Gambar 51. Spektrum FT-IR Produk Reaksi Sintesis Etil p-kumarat
67
Produk reaksi yang dihasilkan berupa kristal putih, larut dalam
kloroform, dengan titik leleh 133-134 °C. Perbandingan data FT-IR
senyawa produk esterifikasi dengan asam p-kumarat dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan hasil analisis spektrum FT IR antara asam p-kumarat dengan produk reaksi sintesis etil p-kumarat
No.
Jenis vibrasi ikatan dan gugus fungsi
Frekuensi serapan produk (cm-1)
Frekuensi serapan asam p-kumarat
(cm-1)
1. Rentangan C-H aromatik
3024,38 3026,31
2. Rentangan C=C olefin 1600,92 1627,92
3. Rentangan C-H untuk metil
1369,46 Tidak ada
4. Rentangan O-H 3284,37 3377,36
5. Rentangan C-O 1276,88 1246,02 &
1213,123
6. Rentangan C=O 1681,93 (C=O ester)
1687,71 (C=O karboksilat)
7. Rentangan C=C aromatik
1631,78 dan 1514,12 1597,06 & 1508,33
8. Aromatik para disubstitusi
829,39 829,93
9. Trans 1,2-disubstitusi 977,91 977,91
10. Regangan C-O-C (ester)
1192,01 Tidak ada
68
Sesuai hasil analisis FT IR menunjukkan bahwa senyawa hasil
esterifikasi pada suhu 64 °C tidak menyebabkan perubahan ikatan
rangkap seperti pada reaksi amidasi langsung menggunakan suhu 130
°C. Hal ini diperlihatkan oleh adanya bilangan gelombang 977,91 cm-1,
yang merupakan pita serapan dari trans 1,2-disubtitusi dan rentangan
C=C olefin pada bilangan gelombang 1600,92 cm-1. Keberadaan pita
serapan pada bilangan gelombang 1369,46 cm-1 mengindikasikan
senyawa tersebut mempunyai gugus metil (-CH3) yang berasal dari gugus
etoksi, dan pita serapan pada 1192,01 cm-1 yang tidak ditemukan pada
senyawa asam p-kumarat, mengindikasikan bahwa senyawa yang
dihasilkan adalah senyawa ester.
Ketidakberadaan puncak pada daerah pergeseran di atas 10 ppm
dalam spektrum 1H-NMR produk esterifikasi (Gambar 53) mendukung
telah terbentuknya senyawa ester. Puncak triplet pada δ 1,34 ppm dan
puncak tetraplet pada δ 4,26 ppm masing-masing berasal dari proton
gugus metil dan proton gugus metilen. Puncak ini tidak akan ditemukan
dalam spektrum 1H-NMR senyawa asam p-kumarat sebagai senyawa
induk. Puncak lain yang bersesuaian dengan senyawa target adalah
puncak singlet δ 5, 8798 berasal dari proton gugus hidroksil, puncak
doublet pada δ 7.6436 ppm (J = 15,9 Hz) dan δ 6,3009 ppm (J 15,9 Hz)
yang masing-masing berasal dari proton olefin posisi β dan α, serta
puncak doublet pada δ 7,4236 ppm (J = 8,6 Hz) dan δ 6,8589 ppm (J =
69
7,4 Hz) yang masing-masing berasal dari proton gugus aromatis fenol
posisi meta dan orto.
Gambar 52. Spektrum H-NMR produk esterifikasi
Terbentuknya ester juga didukung oleh data spektrum 13C-NMR
(Gambar 53) produk tersebut dengan adanya puncak pada pergeseran δ
51,99435 ppm dan 14,5056 ppm yang mana puncak ini masing-masing
berasal dari karbon metilen dan metil. Puncak yang lain berasal dari
karbonil (δ 168,3874 ppm), C-OH (δ 158,0956 ppm), karbon-β gugus ester
(δ 145, 0376 ppm), C-orto (130,1769 ppm), C-terminal fenil (δ 127,2486
ppm), dan C-meta (116,0983 ppm).
70
Gambar 53. Spektrum 13C-NMR produk esterifikasi
Hasil analisis data spektrum FTIR, 1H-NMR dan 13C-NMR produk
reaksi esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol bersesuaian dengan
struktur etil p-kumarat (Gambar 54).
Gambar 54. Senyawa etil p-kumarat
E. Sintesis Senyawa trans-p-kumarilpirolidin Melalui Amidasi Ester
71
Reaksi amidasi antara senyawa etil p-kumarat dengan pirolidin
dengan katalis AlCl3 (Gambar 55) telah dilakukan melalui metode
pengadukan pada suhu 15-20°C. Sintesis trans-p-kumarilpirolidin
melibatkan reaksi substitusi nukleofilik dari suatu amina sekunder
(pirolidin). Adanya serangan nukleofilik terhadap karbon karbonil yang
teraktifkan oleh AlCl3 menyebabkan terjadinya konversi gugus ester
menjadi gugus amida. Mekanisme reaksi sintesis ini dapat dilihat pada
Gambar 56.
Gambar 55. Reaksi yang diharapkan antara etil p-kumarat dengan pirolidin
Gambar 56. Mekanisme reaksi yang diharapkan antara etil p-
kumarat dengan pirolidin
HO
O
O +NH AlCl3
HO
O
N + OH
72
Etil p-kumarat larut dalam kloroform dan aseton, akan tetapi i
penggunaan katalis AlCl3 dengan menggunakan kloroform tidak optimal
karena tidak larut dalam pelarut tersebut, sehingga pengadukan dilakukan
dengan menggunakan aseton. Pengadukan dihentikan setelah
pembentukan produk optimal, dengan uji KLT setiap 3 jam untuk
mengetahui pembentukan produk (Gambar 57). Pada jam ke-9, hasil
kromatogram menunjukkan spot yang sama dengan standar (asam p-
kumarat) semakin sedikit dan tidak jauh berbeda dengan spot yang jam
ke-6.
(a) (b) (c)
Gambar 57. Pembentukan produk (a) jam ke-3. (b) jam ke-6) dan (c) jam
ke-9 (spot kiri : standar sebelum reaksi; spot kanan:produk)
Pada proses reaksi amidasi ini, campuran reaksi mempunyai pH
=12, oleh karena itu dinetralkan dengan larutan HCl 1 M untuk
memudahkan pirolidin yang berlebih terekstraksi ke fase air. Selain itu,
system reaksi menghasilkan produk samping berupa etanol sehingga
diperlukan ekstraksi 3-4 kali. Berdasarkan analisis KLT dengan
menggunakan eluen kloroform, produk memberikan nilai Rf yang tinggi
(Rf 0,45), mengindikasikan bahwa senyawa ini larut dalam eluen tersebut,
73
sehingga ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut kloroform.
Penggunaan natrium sulfat anhidrat digunakan untuk mengikat air yang
kemungkinan terikat pada ekstrak kloroform. Adanya fase organik yang
bebas air dapat memudahkan pemekatan melalui evaporasi pada suhu 46
°C.
Hasil evaporasi berupa cairan kental yang berwarna cokelat
kehitaman. Cairan ini memperlihatkan 5 spot pada kromatogram (eluen
kloroform : n-heksana (9:1)), sehingga dilakukan fraksinasi
dengan KKG dengan eluen tersebut. Hasil fraksinasi KKG (Gambar 58)
menunjukkan ada 9 fraksi (fraksi A (1), fraksi B (2-6), fraksi C (7-8) Fraksi
D (9-16), fraksi E (17-19), Fraksi E (20-23) dan fraksi F (22-28).
Gambar 58. Kromatogram hasil fraksinasi sampel setelah
dievaporasi
Fraksi B dan fraksi E berhasil dimurnikan namun yang memberikan
hasil yang dominan adalah fraksi E. Fraksi E membentuk kristal jarum
berwarna kuning setelah didiamkan 24 jam. Setelah uji KLT, kristal ini
memperlihatkan 2 spot pada kromatogram (eluen:kloroform) dan sulit
74
dipisahkan melaluii kristalisasi sehingga difraksinasi kembali melalui KKG
(Gambar 59), sampai diperoleh fraksi E4-E9 dengan 1 spot yang
memberikan nilai Rf 0,24 (eluen kloroform:heksan (7:3)). Kristalisasi dan
rekristalisasi fraksi E4-E9 menggunakan benzen:heksana menghasilkan
kristal jarum, berwarna putih, titik leleh 125-126°C dengan 0,035 gram.
Berdasarkan uji kemurnian dengan 3 macam eluen n-heksana:kloroform
(6:4, 4:6 dan 1:9) masing-masing kromatogram memberikan nilai Rf 0,35;
0,4 dan 0,42 (Gambar 60).
Gambar 59. Kromatogram hasil fraksinasi fraksi E (eluen
kloroform:heksan = 7:3)
(a) (b) (c)
75
Gambar 60. Kromatogram hasil uji kemurnian dengan eluen
heksana:kloroform (a. 6:4, b. 4:6, dan c. 1:9)
Kristal putih dengan titik leleh 125-126°C yang diperoleh telah
dianalisis dengan spektroforometer FT-IR dan memberikan spektrum
seperti pada Gambar 61.
Gambar 61. Spektrum FT-IR Senyawa Produk Reaksi Amidasi Ester Etil
p-Kumarat dengan Pirolidin
Pada spektrum FT IR (Gambar 61), terdapat serapan kuat pada
bilangan gelombang 1701,22 cm-1 yang berasal dari karbonil. Keberadaan
serapan pada 1637,56 cm-1 dan 980,55 cm-1 menyatakan adanya ikatan
rangkap C=C olefinat dengan konfigurasi trans di dalam senyawa
tersebut. Meskipun demikian, ketidakberadaan serapan di sekitar 1600
76
cm-1 dan 1500 cm-1 mengindikasikan bahwa struktur senyawa tidak
memiliki gugus aromatik.
Analisis spektroskopi H NMR (Gambar 62) memperlihatkan adanya
sinyal proton singlet pada daerah δ 1,03 ppm, δ 1,07 ppm, dan 1,58
ppm, masing-masing berasal dari 3 gugus metil (-CH3). Sinyal proton
singlet pada daerah δ 2,33 ppm dan 2,19 menunjukkan bahwa senyawa
mempunyai proton metin (-CH) dan metilen (CH2), serta adanya sinyal
proton doublet-doublet pada daerah δ 1,74 ppm (J= 14,25) dan δ 1,67 (J=
14,25) berasal dari proton yang terikat pada karbon olefin posisi trans.
Ketidakberadaan sinyal proton pada daerah δ 6-8 ppm mengindikasikan
bahwa senyawa tersebut bukan senyawa aromatik sesuai target sintesis.
Gambar 62. Spektrum H-NMR produk reaksi antara etil-p-kumarat
dengan prolidin
Spektrum C NMR (Gambar 63), produk senyawa mempunyai 8
atom karbon, dimana satu atom karbon pada daerah δ 210, 74 ppm
77
berasal dari C=O, tiga karbon metin pada δ 53,89 ppm, δ 52, 98 ppm dan
52,04 ppm, 3 karbon metil masing-masing berasal dari sinyal pada daerah
δ 30,73 ppm, δ 32,58 ppm dan 35,85 ppm, sedangkan sinyal pada
daerah δ 44,04 ppm berasal karbon pada gugus metilen (CH2).
Gambar 63. Spektrum C-NMR Produk Reaksi antara Etil-p-Kumarat
dengan Pirolidin
Melalui hasil analisis FT-IR, H-NMR dan C-NMR, diketahui bahwa
senyawa yang berhasil dimurnikan merupakan senyawa alifatik yang
mempunyai gugus karbonil dan 8 atom karbon. Senyawa ini kemungkinan
berasal dari reaksi samping berupa kondensasi aldol dari aseton
sebagai pelarut. Kondensasi ini akan lebih mudah terjadi dengan adanya
katalis AlCl3. (Gambar 64). Perubahan etil p-kumarat menjadi senyawa
78
alifatik takkan mungkin terjadi pada suhu rendah dan adanya katalis AlCl3.
Hal ini disebabkan karena senyawa tersebut merupakan senyawa yang
mempunyai gugus aromatik. Adanya energy resonansi pada senyawa
aromatik menyebabkan senyawa ini tidak mampu mengalami reaksi adisi
seperti alkena (Fessenden dan Fessenden 2010). Kemungkinan senyawa
target dihasilkan dari reaksi ini, akan tetapi dalam jumlah minor. Hal ini
diperkuat dengan adanya 9 spot pada kromatogram setelah fraksinasi.
O
CH3
H
-H
AlCl3
O
AlCl3
O
+-AlCl3
OO
H
O
OH
H
O
-H2O
H
Gambar 64. Mekanisme kondensasi aldol dari aseton dengan katalis AlCl3
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
5. reaksi antara asam p-kumarat dengan pirolidin dan adenine melalui
metode konversi langsung menggunakan katalis asam borat,
menghasilkan suatu senyawa amida yang mengalami pembukaan
ikatan rangkap C=C sistem olefinat,
6. pembentukan senyawa amida dengan metode konversi langsung dari
asam p-kumarat dengan pirolidin membutuhkan suhu 130 °C, selama
4 jam dengan perbandingan mol antara asam p-kumarat dengan
pirolidin, 1:3, sedangkan dengan adenin membutuhkan suhu 135 °C
selama 24 jam,
7. hasil reaksi antara asam p-kumarat dengan pirolidin melalui metode
konversi bertahap; esterifikasi dan amidasi, dihasilkan produk
samping yang merupakan senyawa karbon alifatik,
8. pada reaksi esterifikasi asam p-kumarat dengan etanol, penggunaan
katalis asam sulfat pekat (rendemen 60-75%) lebih efektif daripada
katalis aluminium klorida (rendemen 30-35%).
80
B. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui
penyebab ketidaktsabilan produk reaksi antara p-kumarat dengan
pirrolidin.
81
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, J.E., Goetz, C.M., and McLaughlin, J. L., 1990, A Blind
Comparison of Simple Bench-top Bioassays and Human Tumour Cell Cytotoxicities as Antitumor Prescreen, J. Phytochemical analysis, 6:107 - 111.
Atun, S., 2005, Pengembangan Potensi Bahan Alam sebagai Sumber
Penemuan Obat Baru, Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kimia, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 24 September
Ali, R., 2008, Sintesis Ester, (Online), (http://lontar.ui.ac.id/file?file =
digital/123922-KIM.035-08-Sintesis%20Ester-Literatur.pdf, diakses pada tanggal 10 september 2013).
Barrow RA, T Hemscheidt, J Liang, S Paik, RE Moore, MA Tius, 1995,
Total Synthesis of Cryptophycins. Revision of the Structures of Cryptophycins A and C. J. Am. Chem. Soc., 117, 2479-2490.
Bowman, W. and Rand, M., 2000, Textbook of Pharmacology, Second
Edition, Blackwell Scientific Publications, London. Bernards, M. A., Lopez, M. L., Zajicek , Lewis, N. G., 1995,
Hydroxycinnamic Acid-derived Polymers Constitute the Polyaromatic Domain of Suberin, Journal American Society for Biochemistry and Molecular Biology, 270(13): 7382-7386.
Camarero, S., CaÑas, A. I., Nousiainen, P., Record, E. Lomascolo, A.,
MartÍnez, M. J. dan MartÍneZ, A. T., 2008, p-Hydroxycinnamic
Acids as Natural Mediators for Laccase Oxidation of Compounds,
Journal American Chemical Society, 42 (17): 6703–6709.
82
Cheng J. C., Dai, F., Zhou, Li Y., dan Zhong-Li, L., 2006, Antioxidant
activity of hydroxycinnamic acid derivatives in human low density
lipoprotein: Mechanism and structure–activity relationship, Journal
food Chemistry, NationalLaboratory of Applied Organic Chemistry,
Lanzhou University, China,104(1): 132-139.
Clark, J., 2007, Reaksi pengesteran (esterifikasi)(online)http://www.chem-
is-try.org, diakses tanggal 21 Desember 2013
Ersam, T., 2006, Kimiawi Tumbuhan Clusiaceae Indonesia
Perkembangan Kimia Organik dari Masa ke Masa, Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia FMIPA
ITS, Surabaya.
Ee, G.C.L., Lim, C.M., Rahmani, M., Shaari, K., dan Bong, C.F.J., 2010,
Pellitorine, a Potential Anti-Cancer Lead Coumpoud against HL60
and MCT-7 Cell Lines and Microbial Transformation of Piperin from
Piper Nigrum, Journal molecules, 15:2398-2404.
Elias, H. G., Tsao, J. H dan Palacios, J. A., 2009, Poly(p-hydroxycinnamic
acid), Journal Die Makromolekulare Chemie, 186(5):893-905.
Fessenden, R.J., and J.S., Fessenden, 1981, Organic Chemistry, Diterjemahkan Oleh A.H., Pudjatmaka, 1992, Kimia Organik Edisi 3 Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Feredici, L., Sterzo, C. L., dan Pezzola, S. P., 2009, Basis for the Binding of the Anticancer Compound 6-(7-Nitro-2,1,3-Benzoxadiazol-4-Ylthio)Hexanol to Human Glutathione S-Transferases, Cancer Res, 69:8025-8034.
Firdaus, Soekamto, N. H., dan Karim, A., 2009, Sintesis Senyawa
p-Hidroksinamamida dari Asam p-Hidroksisinamat Melalui Reaski Esterifikasi dan Amonolisi, J. Chemica Acta,:Vol. 2:2
Firdaus, Soekamto, N. H., Umar, U.,, Dali, S., Makmun dan Agustiningsih,
A., 2012, Sintesis Derivate Senyawa p-Kumaramida dan Uji Bioaktivitasnya Terhadap Sel Kanker Leukimia P-388, Laporan Penelitian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Guillet, G.,, dan Luca, D. , 2004, Wound-Inducible Biosynthesis of
Phytoalexin Hydroxycinnamic Acid Amides of Tyramine in
83
Tryptophan and Tyrosine Decarboxylase Transgenic Tobacco Lines, Journal American Society Plant Physiology 137:692-699
Hutabarat, M., 2009, Karakteristik DNA Sel Kanker, (online), www.meillyssach.co.cc, diakses pada tanggal 13 desember 2012.
Herald, P. J. dan Davidson, P. M., 1983, Antibacterial Activity of Selected Hydroxycinnamic Acids, Jurnal Food Technology & Science, Univ. of Tennessee 37:901–107.
Hammud, H.H., Nemer, G., Sawma, W., Touma, J., Barnabe P., Bou Mouglabey Y., Ghannoum, A.,El-Hajar, J., dan Usta, J., 2008, Copper-Adenin Complex, a Compound, with Multi-Biochemical Targets and Potential Anti-Cancer Effect, Chem Bio Interact., Beirut University, 173 (2):84-96.
Hartanti, L. dan Setiawan, H.K., 2009, Inhibitor Potential of Some Syntethic Cinnamic Acid Derivatives Towards Tyrosinase Enzyme, Indo J.Chem., 9(1): 158-168.
Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D. J., 2003, Organic Chemistry, diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Kimia Organik Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Ilyas, A., 2008, Isolasi dan Idenfikasi Metabolit Sekunder dari Ekstrat
Etilasetat Kulit Akar Tumbuhan Kleinhovia hospita Linn. (Paliasa) dan Uji Toksitasnya Terhadap Artemia salina Leach, Tesis Tidak Dipulikasikan, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Indrasari dan Salimah, 2006, Optimasi Lama Pemanasan pada
Transformasi Asam p-Hidroksisinamat menjadi Asam p-Metoksisinamat (Online) http://adln.lib.unair.ac.id, diakses tanggal 21 November 2012.
Kylli, P., NousiaineN, P., Biely, P., Sipilä, J., Tenkanen, M. dan
Heinonen, M., 2008, Antioxidant Potential of Hydroxycinnamic
Acid Glycoside Esters, Journal Agricultural Food Chemistry, 56
(12): 4797–4805.
84
Kikugawa, K., Hakamada, T., Hasunuma, M., Kurechi, T., 1983, Reaction
of p-Hydroxycinnamic Acid Derivatives with Nitrite and
its Relevance to Nitrosamine Formation, Journal Agricultural Food
Chemistry, 31(4): 780–785.
Kiakos, K., Sato, A., Asao, T., McHugh J.P., Lee, M., dan Hartley, J.A.,
2007, DNA sequence-selective adenine alkylation, mechanism of
adduct repair, and in vivo antitumor activity of the novel achiral
seco-amino-cyclopropylbenz[e]indolone analogue of duocarmycin
AS-I-145, Mol Cancer Ther, University College London; 6(10).
Kadu, S.S., Kulkarni, S.J., and Tapre, R.W., 2011, Kinetics of Esterification of p-Tert.butyl cyclohexanol with acetic over ion Exchange Resin Catalyst, International Conference on Current Trends in Technology, NUiCONE, 382 (482),1-4.
Liu, Y., Lotero, E., and Goodwin, J. G., 2005, Effect of Water on Sulfuric Acid Catalyzed Esterification, Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 245(2006), 132-140.
Lai, Y. L. dan Yamaguchy, M., 2006, Oral Administration of Phytocomponent p-Hydroxycinnamic Acid Has Anabolic Effects on Bone Calcification in Femoral Tissues of Rats in Vivo, Journal Health Sci, Graduate School of Nutritional Sciences, University of Shizuoka, 52(3): 308-312.
Merk, Merch Index, 2012, edisi 12, 3160, (online), www.Wikipedia.org,
diakses 18 Desember 2012. Ophard, E. C., 2003, Lipida Metabolism (Online), www.elmhurst.edu ,
diakses 21 oktober 2012.
Okombi, S., Rival, D., Boumendjel, Mariotte, A., Bressieux, S.D.dan
Perrier, E., 2011, Para-Coumaric Acid or para-Hidroxycinnamic
Acid Derivaties and their use in Cosmetic or Dermacological
Composition, Patient Publication, United State, US 2011/0237551
A1.
Ratnawati, D., 2006, Sintesis Turunan Benzofenon melalui Reaksi
Penataan Ulang Fries dari Senyawa para-tersier-butilfenilbenzoat, Jurnal Gradien, 3(1), 215-218.
85
Shargel, L., Yu, A., and Wu-Pong, S., 2004, Applied Biopharmaceutics and Pharmacokinetics, 5th Edition, McGraw Hill Professional, New York, American.
Soriano,N.U., Venditti, R., and Argyropoulos, D.S., 2009, Biodiesel Synthesis. Via Homogeneous Lewis Acid-Catalyzed Transesterification, Fuel, 88, 560-565.
Srirattnai, K., Damronglerd, S., Roengsumran, S., Petsom, A., and Ma., G. H., 2002, Encapsulated AlCl3; A Convinient Catalyst for The Alkylation of Benzene with Dodecene, Tetrahedron Latters, 43, 4555-4557
Sigma, 2001, Product information, Adenine Free Base (A8626), diakses 2 agustus 2012.
Syarifuddin, I., 2006, Penggunaan N’ N'-Disi Kloheksilkarbodiimida pada Sintesis N-Metil-p -Metoksisinamamida dari Material Awal Asam p-Metoksisinamat, Universitas Airlangga, Surabaya.
Sukarti, 2010, Sintesis senyawa p-kumaramida dari asam p-kumarat melalui esterifikasi dan amonolisis, skripsi tidak dipulikasikan, Jurusan Kimia Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tang, P., 2005, Boroc Acid Catalyzed Amide Formation From Carboxylic Acid and Amines:N-Benzyl-4-PheylButyramide, Organic Syntheses, Vol.81:262.
Usman, H., 2012, Dasar-Dasar Kimia Organik Bahan Alam, Dua satu
Press, Makassar. Vasko, R., Rodriguez, R., Cunningham, C., Ardi, V., Agard, D., McAlpinen,
S., 2010, Biomolecular mechanism of San A-Amide: an Allosteric Modulator of Hsp90, Department of Chemistry and Biochemistry, San Diego University, San Diego.
Vannelli, T., Qi, W. W., Sweigard, J., Gatenby, A. A dan Sariaslani,
F.S., Production of p-Hydroxycinnamic Acid from Glucose in Saccharomyces cerevisiae and Escherichia coli by Expression of Heterologous Genes from Plants and Fungi, 9(2): 142-151.
Widyarmoko dan Arie, 2006, Sintesis n-(p-Bromofenil)-p
Metoksisinamamida dari Materi Awal Asam-p-Metoksisinamat :Metode Pereaksi Kopling Disikloheksilkarbodiimida (Online)
86
http://www.gdlhub-gdl-s1-2006-widyarmoko-2178, diakses tanggal 21 November 2012.
Wulandari, D.,2008, Sintesis N-Fenil-p-Metoksisinamamida dari Asam
p-Metoksisinamat, Hasil Isolasi Rimpang Kencur) Dengan Anilina dan Disikloheksilkarbodiimida(online), www.ff.unair.ac.id., diakses tanggal 2 Desember 2012.
Widiyarti, G., dan Hanafi, M., 2008, Pengaruh Konsentrasi Katalis dan
Perbandingan Molaritas Reaktan pada Sintesis Senyawa Α-Monolaurin, Jurnal Reaktor, 12 (2): 90-97.
Wamser CC and JA Yates, 1989, Kinetics and Mechanisms for the
Two-Phase reaction between Aqueous Aniline and Benzoyl Chloride in Chloroform, with and without Pyridine Catalysis, J. Org. Chem., 54, 150-154.
Xue, Zhixiong, M., Michael, C, Keith, Ben-Bassat, A., Sariaslani, Sima,
F. dan Huang, L, 2007, Improved production of p-
hydroxycinnamic acid from tyrosine using a novel thermostable
phenylalanine/tyrosine ammonia lyase enzyme, Journal
Biochemical Sciences and Engineering, United States.
Yamaguchi, M., Lai, Y.L., Uchiyama, S., Nakagawa, T., 2008,
Phytocomponent p-hydroxycinnamic acid stimulates mineralization
in osteoblastic MC3T3-E1 cell, Journal molecular and Cellular
Biochemistry, University of Shizuoka, Japan, 22(3):287-91.
Yamaguchi, M., Uchiyama, S., Lai, Y.L., 2007, Oral administration of
phytocomponent p-hydroxycinnamic acid has a preventive effect
on bone loss in streptozotocin-induced diabetic rats, Journal
molecular and Cellular Biochemistry, University of Shizuoka,
Japan,19(5):803-7.
Yamamoto, H., Ishihara, H., Okara, S., 2001, Boronic Acid: Preparation
and Aplication in Organic Synthesis, Synlett, 9, 1371. Zavery, M., Khandhar, A., Patel, S., & Patel, A., 2010, Chemistry And
Pharmacology Of Piper longum L, International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 5(1):67 -76.
87
Lampiran 1. Sintesis Senyawa trans-p-kumarilpirolidin dari Asam p-kumarat Melalui Metode Konversi Langsung (Tang, 2005)
Fase air
0.5 gram (3 mmol) asam p-kumarat
- Dimasukkan kedalam labu alas bulat
leher tiga
- Ditambahkan 0.037 g asam borat (0,6
mmol)
- Ditambahkan pelarut N-N Dimetil
Formamida (DMF ) 30 mL
- Ditambahkan 0,76 mL ( 3 mmol)
pirolidin
- Direfluks pada suhu 130 °C selama 4
jam
- Didinginkan pada suhu kamar
- Ditambahkan aquades 10 mL
- Diekstraksi dengan dietil eter (4 x 30
mL)
- Dicuci dengan aquades ( 5 x 30 mL)
-
- Dievaporasi - Difraksinasi dengan KKG - Dikristalisasi/direkristalisasi - Uji kemurnian (titik leleh dan analisis KLT). - Dianalisis dengan spektroskopi FTIR, dan
1H-NMR,
Fase organik
Data
88
Lampiran 2. Prosedur reaksi sintesis senyawa 6N-(trans-p-kumaril)adenin dari asam p-kumarat melalui konversi Langsung (Tang, 2005)
0.5 gram (3 mmol) asam p-kumarat
- Dimasukkan kedalam labu alas bulat leher
tiga
- Ditambahkan 0.037 g asam borat (0,6
mmol)
- Ditambahkan pelarut DMF 30 mL
- Ditambahkan 0,1698 g (3 mmol) Adenin
- Direfluks pada suhu 130 °C selama 24 jam
- Didinginkan pada suhu kamar
- Ditambahkan aquades 10 mL
- Diekstraksi dengan dietil eter (4 x 30 mL)
- Dicuci dengan aquades ( 5 x 30 mL)
- Dievaporasi - Difraksinasi dengan KKG - Dikristalisasi/direkristalisasi - Uji kemurnian - Dianalisis dengan spektroskopi
FTIR
Fase organik Fase air
Data
89
Lampiran 3. Prosedur Kerja Sintesis senyawa etil p-kumarat
melalui metode esterifikasi asam p-kumarat
*Reaksi esterifikasi de asam p-kumarat dengan katalis asam sulfat 1 mL, waktu refluks 12 jam
0,5 gram (3 mmol) asam p-kumarat
- Dimasukkan kedalam labu alas bulat leher tiga
- ditambahkan 20 mL etanol,
- ditambahkan katalis AlCl3 (30 % dan 50 % dari
konsentrasi asam p-kumarat),
- ditambahkan 30 mL benzena.
- Campuran reaksi direfluks selama 12-36 jam*
- Dinetralkan dengan K2CO3
- campuran reaksi diekstraksi dengan kloroform (3 ×
30 mL).
Fase Organik Fase Air
- Dievaporasi - Dikristalisasi /rekritalisasi dengan benzene:
n-heksana
- Uji titik leleh Dianalisis dengan spektroskopi FTIR, 1H-NMR, dan 13C-NMR
Senyawa etil p-kumarat
90
Lampiran 4. Sintesis senyawa trans-p-kumarilpirolidin melalui amidasi ester etil p-kumarat
Fase air
0.5 gram (3 mmol) etil p-kumarat
- Dimasukkan kedalam labu alas
bulat leher tiga
- Ditambahkan 0.4 g (3 mmol)
AlCl3
- Ditambahkan pelarut aseton
30 mL
- Ditambahkan 0,6 mL (6 mmol)
pirolidin
- Diaduk pada suhu 20 °C
- Dinetralkan dengan HCl 1 M
- Diekstraksi dengan kloroform (3 x
30 mL)
- Dievaporasi - Difraksinasi dengan KKG - Dikristalisasi/direkristalisasi - Uji kemurnian (titik leleh dan analisis KLT). - Dianalisis dengan spektroskopi FTIR, 1H-NMR,
dan 13C-NMR
Fase organik
Data
91
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Tahapan ekstaksi
Setelah dikeringkan dengan Na2so4 anhidrat Tahapan evaporasi
Setelah di evaporasi Fraksinasi dengan KKG
Proses Refluks