Membudayakan Riset Sejak Usia Dini -...

8
NOMOR 92 EW Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA Membudayakan Riset Sejak Usia Dini Pembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21

Transcript of Membudayakan Riset Sejak Usia Dini -...

Page 1: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

NOMOR 92 EW

Didukung IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Membudayakan RisetSejak Usia Dini

Pembangunan BerkelanjutanIndonesia Abad 21

Page 2: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

2Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Membudayakan Riset Sejak Usia Dini

Oleh : Dr. Ir. Agus Puji Prasetyono, M.Eng

Aktivitas riset seringkali hanya dikonsumsi olehsumber daya dari pendidikan tinggi yang kemudianmembentuk kelompok minoritas bernama peneliti. Kelompok inilah yang kemudian berkembangseiring dengan lahirnya teori invensi, difusi hinggainovasi berbasis aplikasi modernitas teknologi.

Sistematika dan intensivitas siset dipercayamengandung nilai kebenaran yang sangat tinggi, yang dilakukan berlandaskan pada analisis sertakonstruksi yang dilaksanakan secara sistematis, metodologis dan konsisten.

Riset bertujuan untuk mengungkapkan kebenaranyang bisa digunakan sebagai sebuah manifestasihasrat manusia untuk bisa mengetahui apapun yang akan dihadapi di dalam kehidupan, sebagai saranabagi ilmu pengetahuan tertentu untuk kemudiandikembangkan dengan ilmu pengetahuan lainnya.

Sejak masih berstatus ‘anak’, manusia dibekalihasrat ingin tahu. Dari hasrat ini , muncul berbagaimacam pertanyaan. Sebagai akibatnya, anakberusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul. Hasrat ingin tahu tersebut akan terpenuhijika mereka memperoleh pengetahuan baru ataumampu memecahkan masalahnya.

Kristalisasi terhadap makna dari penalaran ini oleh

John Dewey teridentifikasi dengan timbulnya rasa kesulitan, dalam bentuk penyesuaian terhadap suatuperalatan, kesulitan mengenai sifat, ataupunkesulitan dalam menerangkan berbagai hal yang muncul secara tiba-tiba.

Kesulitan inilah yang didefinisikan sebagaipermasalahan. Ide dari pemecahan tersebutdiuraikan secara rasional dengan jalanmengumpulkan bukti atau data yang diperkuat dandisimpulkan melalui keterangan maupunpercobaan.

Saat mendidik anak-anak, Montessori mengingatkanmereka adalah individu yang unik dan akanberkembang sesuai dengan kemampuan merekasendiri. Tugas pendidik adalah memberikan sarana, dorongan belajar dan memfasilitasinya saat merekadinyatakan siap mempelajari sesuatu.

Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakanmasa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio(pembentukan). Masa inilah yang paling pentingdalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Akan sangat baik dan tepatbagi setiap orang tua dan pendidik untuk terlibatpenuh pada proses pembentukan ini. Yaknimengetahui dan memahami perkembangan anaksejak usia dini.

Page 3: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

3Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

(lanjutan)

Ironisnya, para pendidik di Indonesia belummemiliki based line data holistik yang menginformasikan perkembangan perilaku dankesulitan belajar anak terhadap berbagai sub kompetensi materi yang tergolong sulit. Informasiini sangat diperlukan untuk menyiapkan treatment berjenjang sesuai perkembangan anak sejak usiadini hingga dewasa.

Pervasionitas riset sejak usia dini menjadi relevanuntuk diterapkan guna mengenalkan anak sejak dinipada lingkungan di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, dan penanaman nilai komunikasi nyata agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dansehat.

Retreatisme Riset Sejak Dini

Retreatisme riset sejak dini merupakan upaya untukmengisi gap di tiap jenjang pendidikan. Pendidikananak usia dini dipercaya sebagai investasi besar bagikeluarga, dan negara. Sebab, anak-anak inilah yang kelak membangun Indonesia menjadi bangsa yang maju. Masa depan bangsa ini sangat ditentukan olehpendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita di masa sekarang.

Para peneliti membuktikan, 50% kemampuanbelajar manusia ditentukan dalam empat tahunpertama dan seseorang membentuk 30% yang lain sebelum mencapai usia delapan tahun. Ini tidakberarti bahwa seseorang menyerap 50% pengetahuan, 50% kebijaksanaan, atau 50% kecerdasan pada ulang tahun yang ke-4. Artinya, pada tahun pertama, seseorang membentuk jalurbelajar utama di dalam otak dan menyerap sejumlahinformasi dalam empat tahun pertama. Dengandemikian, seluruh pembelajaran berikutnya akanterbentuk dari dasar tersebut.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas baiksecara fisik, psikis, sosial, dan moral. Inilah masapaling penting di sepanjang hidupnya, masapembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalamannya.

Retreatisme riset sejak usia dini adalahmengaplikasikan ilmu atau pengetahuan yang diterapkan pada penciptaan barang yang diperlukan, dimana teknologi juga bisa disebutaplikasi dari prinsip prinsip keilmuan sehinggamenghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupanmanusia.

Membudayakan Riset Sejak Usia Dini

Page 4: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

4Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Prinsip ini dapat dipervasionitasikan dalam bentukpenggunaan teknologi yang mampu memengaruhiperkembangan kognitif guna merangsang anak terusbelajar menemukan (how to discover) dalammemanipulasi objek yang dipelajari. Contohsederhananya adalah dengan melihat, merasakan, mencium, dan mendengar menggunakan perangkatteknologi maupun secara sosioteknologi.

Melalui aplikasi inilah ilmu menemukan artisosialnya dan bukan demi kepuasan intelektual ilmusemata. Dalam telaah lebih dalam, bukan hanyateknologi yang menggantungkan diri kepadapenemuan sains namun perkembangan sainsmengikuti irama perkembangan teknologi.

Menemukan gap

Pendidikan usia dini berfungsimenumbuhkembangkan seluruh potensi anak secaraoptimal sehingga terbentuk perilaku dankemampuan dasar agar siap memasuki pendidikanlanjutan. Studi berjudul Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia (Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak

dan Remaja di Indonesia) menyebut, setidaknya ada30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia yang menjadi pengguna internet dan media digital.

Studi tersebut juga menemukan, dari 80% penggunainternet yang disurvei, terdapat kesenjangan digital yang kuat antara mereka yang tinggal di wilayahperkotaan dan lebih sejahtera dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan dan kurang sejahtera. Jika kesenjangan ini tidak diwadahi dengan model pervasionitas riset sejak dini dikhawatirkan akanmendorong generasi belia Indonesia terjebak efeknegatif dari pemakaian teknologi.

Berangkat dari fenomena itulah, pembangunan di masa depan harus bisa menciptakan manusiatangguh yang mampu mengatasi perubahan, tanggap terhadap risiko maupun tahan terhadapkejutan kejutan. Pertumbuhan ekonomi inklusifyang berkontribusi terhadap lingkungan diharapkanmampu menguatkan kembali jiwa gotong royongserta bermanfaat bagi pembangunan ekonomi lokaldan lahirnya budaya dan perilaku salingmemakmurkan.

(lanjutan)

Membudayakan Riset Sejak Usia Dini

Page 5: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

5Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Kesemua nilai dan norma tersebut harus terintegrasidi dalam suatu wadah soft technology berwujudtechnopark yang dapat diaplikasikan pada level pendidikan usia dini. Efek negatif dari sebuahteknologi harus dapat dikurangi atau bahkandihilangkan dari anak anak sejak dini, denganpendampingan guru ahli di dalam proses belajarmengajar di level usia dini.

Pengalaman internasional telah menghasilkanbeberapa konsep mekanisme yang efektif untukmeningkatkan inovasi di pasar teknologi tinggimelalui penciptaan zona technopark baik dari sisihard technology maupun pendampingan soft technology-nya.

Pengembangan aspek metodologis teknologipendidikan dan technopark di jenjang pendidikandini harus memajukan peradaban yang positif di tiap jaringan anak berbasiskan nilai kemanusiaan,

ilmu pengetahuan, tenaga kerja, budaya, komunikasi, produksi, ekonomi, gaya hidup danlain-lain.

Ke depan, technopark harus fokus pada perbaikanterus-menerus pada proses pendidikan yang menggunakan alat dan teknologi baru. Penciptaandan pengembangan jaringan antara proses belajarnyata dapat dikombinasikan dengan sekolahberbasis digital sebagai pusat informasi asimetrisyang berdasarkan pada infrastruktur yang telahdisediakan oleh pemerintah maupun dari konseptradisional yang belum dapat tergantikan. Upayamencapai efektivitas teknologi pendidikan dengancara memenuhi kebutuhan informasi dapat terusdilakukan melalui pemanfaatan dan pendampingandi dalam wadah technopark yang berbasis padateknologi komputer dan internet sehingga memilikisistem perlindungan anak dari informasi yang merusak moral di lingkungan pendidikan.

(lanjutan)

Membudayakan Riset Sejak Usia Dini

Page 6: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

6Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Pembangunan berkelanjutan membutuhkanseperangkat teknologi baru yang berbeda dari apayang kita ketahui saat ini. Kita perlu melengkapikembali masyarakat kita untuk mencapai tujuanpembangunan berkelanjutan. Jika kita bertekaduntuk melakukan ini, kita harus mulai denganmenanyakan nilai-nilai apa yang paling penting bagikita sebagai manusia dan sebagai orang Indonesia.

Namun, yang mengejutkan, selama seratus tahunterakhir, kita belum serius mempertanyakan hal ini. Kita hanya berasumsi bahwa produksi yang lebihbersifat materi akan membuat lebih banyak orang hidup bahagia. Untuk hidup lebih bahagia, kitaharus memiliki dan mengkonsumsi lebih banyak lagisecara instan. Inilah yang kemudian memunculkanrevolusi industri. Melalui produksi massal, kita telahmendorong ekosistem di luar batasnya. Kita telahmemproduksi lebih banyak (terutama plastik) tetapihidup lebih tidak bahagia, dan lingkungan, tanpadiragukan lagi, mengalami penurunan yang sangatserius (dan sangat tercemar dengan mikroplastik). Noam Chomsky mengatakan bahwa manusia sebagaispesies terorganisir kini menghadapi keruntuhanlingkungan global. Batas Laporan MIT untukPertumbuhan ke Club of Rome pada awal tahun1970 telah menunjukkan bahwa cara kita hidupsampai saat ini tidak berkelanjutan.

Nilai-nilai apa yang paling penting bagi kita sebagaimanusia? Saya mengusulkan apa yang Amartya Sen (1999) telah uraikan dalam bukunya sebagaiPengembangan Kebebasan. Saya mengusulkan 2

nilai yang terkait erat: keadilan dan kebebasan. Pembangunan tidak ada artinya jika tidakmemperluas keadilan dan kebebasan masyarakat. Apa konsekuensi teknologinya? Illich telahmenyatakan dengan kuat: keadilan energi adalahkunci keadilan dan kebebasan.

Mari saya mulai dengan mendefinisikan teknologi. Teknologi adalah sistem kemampuan untukmenciptakan nilai. Sebagai suatu sistem, teknologitidak hanya tentang perangkat keras, tetapi yang lebih penting, juga tentang perangkat lunak sepertiorang, aturan, dan institusi. Ini adalah definisiteknologi yang komprehensif karena teknologi tidakberkembang dalam ruang hampa, tetapi dalamkonteks ekonomi-sosial-politik. Untuk menjadisolusi berkelanjutan bagi penggunanya, teknologi inidikembangkan sebagai interaksi yang intim antaramanusia dan material sekitarnya. Kalau tidak, teknologi itu adalah alien, ditransplantasikan di lingkungan baru.

Ivan Illich (1973) telah mengusulkan teknologiramah lingkungan untuk mencapai pembangunanberkelanjutan. Teknologi ramah lingkunganmembantu manusia untuk memenuhi kebutuhannyasecara kreatif. Ia melakukannya denganmenggunakan paling sedikit energi, aturan dan institusi. Schoemacher (1973) menyebutnyateknologi tepat guna. Kemudian, Gunther Pauli (2007) mengusulkan ekonomi biru.

Teknologi Ramah Lingkungan untukPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21

Daniel Mohammad Rosyid

Page 7: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

7Dengan kemitraan PII, kini Engineer Weekly didukung

IKPT, WIJAYA KARYA, JASA MARGA, CIREBON ELECTRIC POWER dan NINDYA KARYA

Teknologi yang berlaku saat ini bergantung pada 2 intitusi. Yang pertama adalah sekolah. Sekolah tidakramah karena kurikulumnya dipaksakan secara top-down dan mengubah pembelajaran sebagai peluangyang luas menjadi komoditas yang langka. Sekolahdiam-diam mengubah kebutuhan untuk belajar kepermintaan sekolah yang membutuhkan sumberdaya besar. Ini telah menciptakan platform budayauntuk hiper-konsumsi dan utang. Bank tidak ramahhanya karena ia hidup dalam memuncaknya utang masyarakat. Bank tidak ramah secara default tetapitelah ditanam secara mendalam seperti sekolah, tetapi tidak pernah disematkan. Bagi kebanyakanorang saat ini, hidup tanpa sekolah dan bank adalahhal yang mustahil.

Melalui sekolah dan bank, orang-orang merasasemakin sulit untuk membedakan antara belajar dan sekolah, kompetensi dan diploma, mobilitas dan auto-mobile, keterhubungan dan internet, komunikasi dan handphone, bahan-bahan dan kemasannya.

Keluarga atau rumah tangga adalah institusi yang ramah karena kesempatan belajar dapat dilakukansecara informal dan lebih efektif oleh anggotakeluarga. Produksi skala kecil juga dapat didasarkanpada tingkat rumah tangga. Rumah tangga harus

dilihat sebagai variabel investasi dalam model ekonomi makro bukan sebagai konsumsi. Oleh karena itu, produksi dilakukan dengan cara yang lebih tersebar di tingkat lokal. Biaya logistik dan emisi karbon dapat dikurangi secara signifikan.

Sepeda, kereta kuda, dan transportasi umum lebihramah daripada sepeda motor pribadi dan mobil. Teknologi informasi telah membantumemberdayakan petani dan nelayan dalamberurusan dengan pedagang secara lebih ramah. Struktur ringan menggunakan bambu dan kayu lokallebih tepat dan ramah lingkungan daripada betonuntuk membangun rumah dan masjid di daerahpesisir Lombok Utara. Perahu layar kayu tradisionalramah lingkungan sementara rekan-rekannya daribaja, atau plastik, kapal motor tidak. Hasil kelapalebih ramah sementara hasil kelapa sawit tidak.

Sementara teknologi energi tinggi mengurangiaktivitas fisik, teknologi ramah lingkunganmempromosikan aktivitas fisik dan interaksimanusia dalam kolaborasi dan model berbagi. Inimungkin menghasilkan lebih sedikit materi, tetapimempromosikan kebebasan, keadilan, keramahan, dan karena itu kebahagiaan.

Gunung Anyar, 20/9/2018

(lanjutan)

Teknologi Ramah Lingkungan untukPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21

Page 8: Membudayakan Riset Sejak Usia Dini - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-92-draft-koreksi.pdfPembangunan Berkelanjutan Indonesia Abad 21. 2 Dengan kemitraan PII, kini Engineer

Engineer WeeklyPelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin PemimpinUmum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: AryoAdhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator:Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52. Faksimili: 021 – 31904657. E-mail: [email protected]

Engineer Weekly adalah hasil kerja sama Persatuan Insinyur Indonesia dan Inspirasi Insinyur.

JUMLAH RUMAH TANGGA (juta, 2016)

Sumber: The Economist: Pocket World in Figures, 2019

22.5

22.9

23.4

24.1

25.8

27.1

28.1

28.6

29.1

32.8

37.1

38.3

40.5

53.3

56.5

62.1

65.3

124.5

268.6

452.8

20. Thailand

19. Philippines

18. Mesir

17. Iran

16. Italy

15. Vietnam

14. Pakistan

13. Inggris

12. Perancis

11. Mexico

10. Bangladesh

9. Nigeria

8. Jerman

7. Jepang

6. Russia

5. Brazil

4. Indonesia

3. USA

2. India

1. China