MEKANISME RESISTENSI

download MEKANISME RESISTENSI

of 3

Transcript of MEKANISME RESISTENSI

  • 7/29/2019 MEKANISME RESISTENSI

    1/3

    MEKANISME RESISTENSI ANTIBIOTIKA

    Resistensi antibiotika, adalah salah satu masalah pada dunia kedokteran dan veteriner. Antibiotika adalah obat

    pilihan atau drug of choice untuk pengobatan penyakit infeksi bakterial dan beberapa infeksi jamur serta

    protozoa. Pemilihan antibiotika dalam pengobatan kasus infeksi, memang memiliki landasan teori dan praktisyang kuat. Anitbiotika adalah bahan yang mampu bersifat sebagai agen pembunuh (bakterisidal) dan penghambat

    pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dan, oleh karenannya, antibiotika bisa digolongkan menjadi dua kelompok

    besar, berdasarkan sifat tersebut diatas, meskipun dalam prakteknya di lapangan, antibiotika baktriostatik dapat

    menjadi bakterisidal, ketika diaplikasikan secara parenteral dan dalam dosis yang lebih tinggi, daripada saat

    diaplikasikan secara lokal.

    Tapi, masalah yang dihadapi pada saat ini, adalah munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotika. Salah

    satunya adalah penemuan spesies Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). MRSA pada saat ini,

    secara epidemiologi sudah menjadi wabah, di beberapa negara. Dan, dalam dunia kedokteran, MRSA

    dikelompokkan sebagai agen penyebab nosocomial disease. Nosocomial disease adalah sebuah penyakit yangdisebabkan karena pasien tertular oleh agen patogen saat dirawat di rumah sakit, klinik, atau pusat kesehatan

    lainnya. Sumber transmisi agen patogen pada nosocomial disease adalah peralatan medis, seperti selang infus,

    mesin X-Ray, ranjang, dan sebagainya. Dalam dunia veteriner, MRSA juga dapat diisolasi dari berbagai spesies

    mamalia, seperti sapi, kambing, domba, anjing, kucing serta unggas. MRSA telah dikategorikan sebagai salah satu

    agen infeksi yang bersifat zoonosis, artinya MRSA dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Oleh

    karena telah dikategorikan sebagai agen zoonosis, maka MRSA menjadi ranah studi dunia kedokteran dan

    veteriner.

    Resistensi bakteri terhadap antibiotika, pada dasarnya bisa terjadi karena adanya mekanisme dari sel bakteri

    untuk merespons ancaman terhadap eksistensinya. Dan, dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan beberapa teori,tentang bagaimana mekanisme bakteri, sehingga mampu bertahan dari serangan agen bakterisidal dan

    bakteriostatik.

    1. Bakteri memproduksi enzim yang mampu menginaktifkan antibiotika

    Bakteri, seperti Staphylococcus aureus mampu memproduksi sebuah enzim, yang mampu menginaktifkan sebuah

    antibiotika. Beberapa enzim yang mampu menginaktifkan antibiotika antara lain adalah beta laktamase,

    penisilinase dan cephalosporinase. Ketiga enzim tersebut, biasanya diproduksi oleh S. aureus. Pada dasarnya, beta

    laktamase yang diproduksi bakteri akan memecah struktur dari cincin beta laktam, pada antibiotika beta laktam

    (penisilin, ampisilin, amoksilin, cephalosporin). Ketika cincin beta laktam dari antibiotika beta laktam pecah, maka

    otomatis antibiotika tersebut sudah tidak mempunyai daya antibakterial. Karena antibiotika beta laktam terdiri

    atas dua kelompok, yaitu kelompok penisilin dan cephalosporin, maka enzim yang mampu meninaktifkannya

    juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penisilinase yang mampu memecah struktur beta laktam dari antibiotika

    kelompok penisilin, dan cephalosporinase, pada kelompok beta laktam cephaloporin. Sebuah penelitian,

    menyebutkan bahwa penisilinase adalah sebuah protein spesifik yang diproduksi oleh S. aureus dengan berat

  • 7/29/2019 MEKANISME RESISTENSI

    2/3

    molekul antara 31-33 kDa. Isolasi penisilinase dapat dilakukan dengan metode Sodium Dodecyl Sulphate-

    Polyacrilamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE).

    2. Kegagalan Antibiotika Berikatan dengan Reseptor Spesifiknya pada bagian Sel Bakteri

    Antibiotika, sebagai bahan antibakterial, memiliki sebuah reseptor yang spesifik. Salah satu reseptor yang spesifik

    tersebut adalah penicillin binding protein (PBP). PBP adalah sebuah protein spesifik dari sel bakteri yang menjadi

    reseptor spesifik dari antibiotika kelompok penisilin. Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan, seperti

    perubahan PBP2 menjadi PBP2a, maka kelompok penisilin tidak akan mampu berikatan dengan PBP2a, sehingga

    tidak mampu bekerja sebagai bahan antibakterial. Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat obat obatan

    kelompok penisilin, akibatnya penisilin tidak mampu menghambat proses transpeptidase, sehingga bakteri tetap

    mampu melakukan sintesis dinding sel.

    Selain terjadi perubahan sifat ikatan dari reseptor spesifik, bakteri juga mampu mencegah pengikatan antibiotika

    dengan reseptor spesifiknya, dengan cara melakukan sebuah mekanisme, sehingga obat tidak mamputerakumulasi di dalam sel. Mekanisme yang paling umum adalah adanya sebuah pompa efflux. Pompa tersebut,

    akan memompa keluar obat yang mampu terakumulasi di dalam sel, sehingga konsentrasi obat secara

    intraseluler, menjadi sangat rendah. Pompa efflux ternyata juga dipengaruhi oleh aktivitas dari sebuah protein

    spesifik. Mekanisme pemompaan seperti ini, biasa terjadi pada resistensi bakteri terhadap antibiotika golongan

    tetrasiklin.

    3. Adanya sebuah protein yang mengeblok lokasi ikatan resepotor spesifik pada sel bakteri

    Ikatan antara antibiotika dan reseptornya, juga bisa diblok oleh sebuah protein. Blocker tersebut pada akhirnya

    tidak mampu menyebabkan terjadinya ikatan antara bakteri dan reseptornya. Salah satu contoh dari mekanismeini adalah kejadian resitensi bakteri terhadap antibiotika Eritromisin, karena adanya protein hasil dari ekspresi

    gen ermA dan ermB.

    Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya. Jika ada kesalahan silahkan melakukan koreksi, dengan

    menuliskan comment. Memberikan saran dan kritik, juga disarankan.

    Mekanisme resistensi

    Mekanisme degradasi antibiotik beta-laktam oleh enzim beta laktamase.

    Beberapa bakteri diketahui memiliki resitensi terhadap antibiotik beta-laktam, salah satu diantaranya adalah

    golonganStreptococcus aureusresisten-metisilin (Methicillin resistantStaphylococcus aureus/MRSA). Bakteri-

    bakteri yang resisten terhadap antibiotik beta-laktam memiliki 3 mekanisme resistensi, yaitu destruksi antibiotik

    dengan beta-laktamase, menurunkan penetrasi antibiotik untuk berikatan denganproteintranspepidase, dan

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_aureus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_aureus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_aureus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_aureus&action=edit&redlink=1
  • 7/29/2019 MEKANISME RESISTENSI

    3/3

    menurunkan afinitas ikatan antaraproteinpengikat tersebut dengan senyawa antibiotik. Beberapa bakteri

    sepertiHaemophilus influenzae, golonganStaphylococcus, dan sebagian besar bakteri enterik berbentuk batang

    memiliki enzimbeta-laktamaseyang dapat memecah cincin beta-laktam pada antibiotik tersebut dan

    membuatnya menjadi tidak aktif.

    Secara detail, mekanisme yang terjadi diawali dengan pemutusan ikatan C-N padacincin beta-laktamdan

    mengakibatkanantibiotiktidak dapat berikatan dengan protein transpeptdase sehingga terjadi kehilangan

    kemampuan untuk menginhibisi pembentukan dinding sel bakteri. Beberapa studi menyatakan bahwa selain

    ditemukan secara alami padabakterigram positif dan negatif, gen penyandi enzim beta-laktamase juga

    ditemukan pada plasmida dan transposon sehingga dapat ditransfer antarspesies bakteri.Hal ini menyebabkan

    kemampuan resistensi akan antibiotik beta-laktam dapat menyebar dengan cepat Difusi antibiotik beta laktam ke

    dalam sel bakteri terjadi melalui perantaraanprotein transmembranyang disebutporinedan kemampuan

    difusinya dipengaruhi oleh ukuran, muatan, dan sifathidrofilikdari suatu antibiotik

    Ada beberapa mekanisme resistensi bakteri terhadap antiobiotik, antara lain :

    1. Mengurangi Permeabilitas, yaitu dengan mencegah antiobiotik masuk ke dalam sel. Dapat dilakukandengan mengubah struktur membran. Contohnya adalah resistensi Pseudomonas aeruginosaterhadap

    penicillin

    2. Inaktivasi antibiotik, yaitu dengan memiliki enzim khusus yang akan memodifikasi antibiotik, sehinggaantibiotik tidak berbahaya lagi bagi si bakteri. Contohnya adalah resistensi Staphylococcus

    aureusterhadap chloroamphenicol.

    3. Mengubah tempat antibiotik menempel (berikatan) , yaitu dengan mengubah tempat dimana biasanyaantibiotik akan membentuk ikatan kimia lalu merusak bakteri. Dengan mengubah binding siteini,

    antibiotik tidak bisa menempel, dan tidak memiliki efek pada bakteri. Contohnya adalah Staphylococcus

    aureusmengubah PBP (penicillin binding protein).

    4. Mengubah jalur metabolisme, yaitu dengan mengganti atau tidak memakai lagi suatu bahan intermediatedalam reaksi metabolisme yang diganggu oleh antibiotik. Contohnya beberapa bakteri sulfoamida-resisten

    tidak memakai lagi PABA (para amino benzoat acid) dalam jalur sintesis asam folatnya, karena PABA dapat

    dihambat oleh antibiotik. Bakteri ini menggunakan preformed-folic-acid sebagai gantinya.

    5. Memompa (efflux), yaitu dengan mengembangkan protein pump khusus pada membrannya untukmemompa antibiotik keluar sel. Contohnya resistensi Bacillus subtilisdan Staphylococcus aureus terhadap

    tetrasiklin.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcushttp://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcushttp://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcushttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Beta-laktamase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Beta-laktamase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Beta-laktamase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cincin_beta-laktam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cincin_beta-laktam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cincin_beta-laktam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protein_transmembran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protein_transmembran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protein_transmembran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrofilikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hidrofilikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hidrofilikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hidrofilikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Protein_transmembran&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bakterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cincin_beta-laktam&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Beta-laktamase&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcushttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Protein