Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

12
MATERI MATA KULIAH REKAYASA LIMBAH B3 Pertemuan 8 14 METODE & PROSEDUR ANALISIS LIMBAH B3 Konsep minimasi limbah yang telah diterapkan tetap menghasilkan limbah yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut agar tingkat bahaya tersebut bisa dihilangkan dan dikurangi. Secara kimia Fisis Biologi Termal Pengolahan Secara Kimia Memanfaatkan reaksi kimia untuk mentransformasi limbah berbahaya menjadi tidak berbahaya. Solubilitas Netralisasi Presipitasi Koagulasi dan Flokulasi Oksidasi dan Reduksi Pengurangan warna Sistem Stabilisasi Solubilitas Limbah B3 berupa materi organik dan anorganik. Mengandung elemen kimia serta konfigurasi struktural yang beragam. Air sebagai solven (pelarut) universal akan melarutkan substansi tersebut, bisa saja kelarutannya terbatas. Garam natrium, kalium & amonium larut sebagai asam asam mineral. Materi halogen anorganik (kecuali fluorida) larut dalam air. Karbonat, hidroksida dan fosfat sedikit larut. Alkohol sangat larut, tetapi materi organik aromatik petroleum based rantai panjang sedikit larut dalam air. Netralisasi Netralisasi limbah asam dengan alkali Asam + Basa Garam + Air

description

Materi Rekayasa Limbah B3 - Kesehatan Lingkungan Poltekkes Bandung

Transcript of Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

Page 1: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

MATERI MATA KULIAH

REKAYASA LIMBAH B3

Pertemuan 8 – 14

METODE & PROSEDUR ANALISIS LIMBAH B3

Konsep minimasi limbah yang telah diterapkan tetap menghasilkan limbah yang

membutuhkan pengolahan lebih lanjut agar tingkat bahaya tersebut bisa dihilangkan

dan dikurangi.

Secara kimia

Fisis

Biologi

Termal

Pengolahan Secara Kimia

Memanfaatkan reaksi kimia untuk mentransformasi limbah berbahaya menjadi tidak

berbahaya.

Solubilitas

Netralisasi

Presipitasi

Koagulasi dan Flokulasi

Oksidasi dan Reduksi

Pengurangan warna

Sistem Stabilisasi

Solubilitas

Limbah B3 berupa materi organik dan anorganik.

Mengandung elemen kimia serta konfigurasi struktural yang beragam.

Air sebagai solven (pelarut) universal akan melarutkan substansi tersebut,

bisa saja kelarutannya terbatas.

Garam natrium, kalium & amonium larut sebagai asam – asam mineral.

Materi halogen anorganik (kecuali fluorida) larut dalam air.

Karbonat, hidroksida dan fosfat sedikit larut.

Alkohol sangat larut, tetapi materi organik aromatik – petroleum – based

rantai panjang sedikit larut dalam air.

Netralisasi

Netralisasi limbah asam dengan alkali

Asam + Basa Garam + Air

Page 2: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

Limbah Asam dinetralisir dengan kapur Ca(OH)₂, Causatik Soda NaOH,

atau soda abu Na₂CO₃. Dengan kontainer teraduk dan pengaturan pH.

Limbah Alkali dinetralisir dengan asam mineral kuat, ex: H₂SO₄ atau HCl.

Dengan kontainer teraduk dan pengaturan pH.

Presipitasi

Digunakan untuk limbah cair yang mengadung logam berat.

Konsentrasi logam berat ↑ berbahaya logam harus disingkirkan

pengendapan.

Logam mengendap dengan pH tertentu tergantung dari ion-ionnya u/

menghasilkan garam yang tak larut.

Netralisasi limbah asam akan menyebabkan pengendapan dari logam

lumpur (melalui klarifikasi atau filtrasi).

Komponen :

1. Zona Inlet

2. Zona Pengendapan

Detention time : Volume /Debit

Ex : V=20m3

Q: 50 l/detik

3. Zona Lumpur

4. Zona Outlet

Koagulasi dan Flokulasi

Def: penambahan & pengadukan cepat untuk menetralisir muatan dan

membentuk partikel limbah koloid sehingga menjadi lebih besar &

mengendap.

Proses pengendapan logam berat dapat dipercepat dengan penambahan kimia

yang larut dalam air. Atau penambahan polimer sehingga terjadi koagulasi

dan flokulasi.

Al2(SO4)3, FeCl3, Fe(SO4)3.

Penambahan polimer menjadi lebih efektif (Pembesaran partikel koloid).

Dilakukan dengan proses pengadukan lambat dengan pengontrolan pH.

Oksidasi dan Reduksi

Digunakan untuk merubah pencemaran toksin menjadi substansi yang tidak

berbahaya.

Oksidasi Reaksi kimia dengan penambahan valensi & kehilangan

elektron.

Reduksi reaksi kimia dengan pengurangan valensi & penambahan

elektron.

Reaksi Redoks

Contoh

Pengurangan toksisitas Cr+6

Cr+6 direduksi menjadi khrom trivalen Cr+3

2CrO3 + 3H2SO3 Cr2(SO4)3 + 3 H2

Cr2(SO4)3 + 3Ca(OH)2 2Cr(OH)3 + 3CaSO4

Pengolahan limbah sianida dengan chlorinasi dalam suasan alkali

Sianida dioksidasi dengan sianat yang lebih tidak toksik, kemudian dirubah

menjadi CO2 dan nitrogen.

NaCN + Cl2 +2NaOH NaCNO +2 NaCl +H2O

2NaCNO + 3Cl2 + 4NaOH 2 CO2 + N2 +6NaCl + H2O

Dapat pula menggunakan hipoklorit, peroksida atau ozon.

Page 3: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

Pengurangan warna

Limbah cair mengandung warna yang sulit diurai.

Warna bukan parameter B3.

Pemunculan limbah tersebut berpengaruh terhadap warna.

Modifikasi di hulu jika warna dapat teridentifikasi.

Penyisihan warna adsorpsi karbon aktif.

Stabilisasi

Bertujuan membatasi/mengurangi terlepasnya komponen berbahaya dengan

mengurangi kelarutannya atau luas area terpapar/ detoksifikasi dari

kontaminan itu sendiri.

Cara yang cukup terkenal “Solidifikasi”

Limbah yang sudah di solidifikasi tetap membutuhkan sarana untuk

pembuangannya (landfill).

Pertimbangan stabilisasi/solidifikasi produk dapat digunakan kembali

(pertimbangan ekonomi & lingkungan).

Metode :

Stabilisasi dan solidifikasi anorganik.

Stabilisasi dan solidifikasi organik

Macam

Stabilisasi dan solidifikasi anorganik

- Bahan yang digunakan bisa semen atau pozolanik.

- Semen Bisa ditambahkan sedikit abu terbang (fly ash), sodium silikat,

bentonit, atau bahan aditif lainnya.

- Pozolanik Bisa ditambahkan bahan silikat & alumunium silikat.

- Mekanisme a/ pemadatan secara fisika.

Stabilisasi dan solidifikasi organik

- Bahan yg digunakan termoplastik/polimer organik.

- Menghambat mobilisasi dari senyawa yang dimaksud.

- Ex. Urea Formaldehida.

Contoh

Solidifikasi lumpur berminyak (hasil kegiatan industri minyak dan gas bumi

bag. Hulu dan Hilir).

Berasal dari tangki timbun minyak mentah (tank bottom sediments).

Prinsipnya DAF (Dissolved Air Flotation).

Stabilisasi & solidifikasi lumpur berminyak dengan aspal.

Memanfaatkan bahan secara mikro yang menyelubungi zat limbah.

Prosesnya encapsulasi mikro.

Solidifikasi dilakukan dengan membuat komposisi optimum (job mix

formula) dari perbandingan lumpur, aspal & agregat.

Cara:

Pencampuran aspal dan lumpur .

Dipanaskan pada suhu 110-140ᵒC selama 30 mnt.

Dicampurkan agregat (laterit) dan dilakukan pemadatan sebanyak 75 x pada

kedua sisi (75x2).

Bahan yg jadi dilakukan pengujian Marshall untuk mengetahui sifat alir

densitas dan ruang kosong.

HAKEKATNYA : Solidifikasi dirancang untuk mendapatkan job mix

formula untuk pembuatan jalan di suatu daerah tertentu.

PENGOLAHAN DAN ANALISIS LIMBAH B3 SECARA FISIK

Pengolahan secara fisis

Screening

Sedimentasi/klarifikasi

Sentrifugasi/Dewatering

Flotasi

Sorpsi

Evaporasi/Destilasi

Screening

Tahapan awal pengolahan limbah

Untuk menyingkirkan padatan yang besar (dengan cara melewatkan cairan

limbah pada screen).

Bagian padatan yang halus masih membutuhkan pengolahan lanjutan.

Bar Racks/Bar Screen

Page 4: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

Digunakan untuk memisahkan padatan B3 yang terbawa air limbah, agar

tidak mengganggu proses lanjut. Berupa susunan besi yang dipasang pada

saluran influent limbah.

Grit Chamber

Bila Air Limbah Banyak mengandung Materi Pasir

yang terkontaminasi B3. Berupa unit bangunan terbuat dari beton

pemisahan dilakukan dengan prinsip gravitasi.

Kontrol Kecepatan

Model ini disebut Grit Chamber tipe Horisontal Flow. Unit dirancang

menggunakan pendekatan sedimentasi I (dengan memanfaatkan) berat

sendiri. Perancangan menggunakan pendekatan hukum Stokes. Kecepatan

horisontal dirancang dengan 0,3 m/det. Detensi waktu biasanya dirancang

dengan memperhitungkan kecepatan pengendapan.

Merancang Grit Chamber

Diperhitungkan Waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan partikel

diskrit

Kedalaman Grit Chamber biasanya ditentukan 0,5 – 1 meter.

Diameter Grit diperoleh dari hasil pengukuran/pengayakan

Penjelasan

Berat jenis air pada = 18oC 998,599 Kg/m

3, dan diambil asumsi 1000

Nilai Viscositas air = 0,001053 PaS

Kecepatan pengendapan sesuai Sir Gabriel Stokes

Sedimentasi/Klarifikasi

Sedimentasi penyingkiran padatan tersuspensi dari cairannya secara

gravitasi.

Kecepatan aliran dipertahankan sampai waktu retensi dalam bak sedimentasi

cukup untuk mengendapkan padatan secara gravitasi.

Dipengaruhi : bentuk, ukuran, densitas padatan/cairan.

Klarifikasi bertujuan menghasilkan cairan jernih.

sering digunakan untuk menghasilkan sedimentasi secara gravitasi yang

lebih cepat.

Tube / plate settler.

Sentrifugasi/Dewatering

Unit operasi yang diterapkan untuk mengurangi air dalam lumpur.

Alasan :

- Biaya angkut jadi lebih rendah.

- Lebih mudah untuk dikelola

- Dapat digunakan sebagai bahan bakar incinerator.

- Lumpur tidak bau dan tidak mudah membusuk.

- Umumnya dipakai sebagai penimbun tanah pada TPA dengan sistem

sanitary landfill.

Filter Press

Lumpur yang dihasilkan sangat padat.

Cairan hasil proses pemerasan sangat jernih.

Pengambilan lumpur sangat baik.

Apabila lumpur akan diinsenerasi maka air perlu dihilangkan sebanyak

mungkin kurangi Bahan Bakar.

Flotation

Kebalikan dari proses pengendapan

Menyisihkan padatan tersuspensi dan minyak dari air buangan serta

pemisahan dan pengumpulan lumpur.

Flok lumpur/padatan/butiran minyak akan diapungkan oleh gelembung

ditangkap skimmer dikirim ke tempat penampungan minyak.

Jenis Flotasi

Flotasi alamiah (Natural Flotation)

Perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan

Minyak.

Flotasi dibantu (aided flotation)

Page 5: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

Penambahan sesuatu dari luar untuk mempercepat pemisahan partikel.

Karena berat jenis partikel lebih besar daripada cairan.ex: pemisahan lemak

yang terdispersi dalam cairan.

Evaporasi/Destilasi

Cairan dengan tekanan uap lebih tinggi akan menguap lebih dahulu.

Temperatur didih dari sebuah cairan akan tercapai bila tekanan uapnya sama

dengan atmosfer.

Adanya garam-garam & komponen lain dalam cairan akan menurunkan

tekanan uap dan menaikkan titik didihnya.

Dengan terevaporasinya cairannya, maka larutan tersisa akan lebih pekat.

PENYIMPANAN LIMBAH B3

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum

dapat diolah dengan segera.

Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi

bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.

Sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.

Persyaratan Pengemasan

Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil;

Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak

sebagai pengumpul;

Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengolah;

Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan.

Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas

dari pengkaratan serta kebocoran.

Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan

karakteristik Limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan

segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.

Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan

logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan

kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang

disimpannya.

Prinsip Pengemasan Limbah B3

Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang

tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu

kemasan;

Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka

jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas

atau terjadinya kenaikan tekanan.

Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak

(misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika

mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan

lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.

Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan

tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.

Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung jawab

pengelolaan limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpul atau pengolah) untuk

memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran pada kemasan akibat

korosi atau faktor lain.

Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan

sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.

1) Kemasan (drum, tong atau bak kontainer)yang digunakan harus:

Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;

Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang

akan disimpan;

Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;

Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat

dilakukan pemindahan atau pengangkutan

2) Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong

dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak

kontainer berpenutup dengan kapasitas 2 M³, 4 M³ atau 8 M³

Page 6: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

3) Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama,

atau dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki

karakteristik yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya

saling cocok;

4) Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih

aman, limbah B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalam kantong kemasan

yang tahan terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas dalam kemasan

(butir 2)

5) Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan mempertimbangkan

karakteristik dan jenis limbah, pengaruh pemuaian limbah, pembentukan gas

dan kenaikan tekanan selama penyimpanan.

Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untuk

pengembangan volume dan pembentukan gas;

Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan

ruang kosong dalam kemasan;

Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan

kenaikan tekanan dari dalam dan dari luar kemasan.

6) Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus:

ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan

mengenai penandaan pada kemasan limbah B3;

selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan

dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya.

disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan

limbah B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya.

7) Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan

disimpan ditempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi

kemasan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu satu kali.

apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau

bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam

drum/tong yang baru.

apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah

tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan

dalam kemasan limbah B3 terpisah.

8) Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk

mengemas limbah B3 dengan karakteristik:

sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau

saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya. Jika akan

digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka

kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat

digunakan sebagai kemasan limbah B3.

9) Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk

mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan

ditempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan

limbah B3 dengan karakteristik yang tidak saling sesuai dengan sebelumnya,

maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan

dengan memasang “label KOSONG” sesuai dengan ketentuan penandaan

kemasan Limbah B3.

10) 10) Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang tidak

digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai

limbah B3.

Penyimpanan Kemasan Limbah B3

1) Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri

atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan

menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan

kecelakaan dapat segera ditangani.

2) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar

gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu

Page 7: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan

pengoperasiannya.

3) Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan

tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka

tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet

(setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau

kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak.

4) Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap

atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu)

meter.

5) Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan

secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan

yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada

kemungkinan bagi limbah-limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan

tercampur/masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain.

Page 8: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

PENGANGKUTAN LIMBAH B3

Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,

dan/atau penimbunan.

Pengangkut Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

Pengangkutan Limbah B3.

(1) Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut

yang tertutup untuk Limbah B3 kategori 1.

(2) Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut

yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2.

(3) Ketentuan mengenai spesifikasi dan rincian penggunaan alat angkut diatur

dalam Peraturan Menteri.

(1) Pengangkutan Limbah B3 wajib memiliki:

a. rekomendasi Pengangkutan Limbah B3; dan

b. izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.

(2) Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 menjadi dasar diterbitkannya izin

Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3.

(3) Untuk memperoleh rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 harus

mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri dan dilengkapi

dengan persyaratan yang meliputi:

a. identitas pemohon;

b. akta pendirian badan usaha;

c. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan

Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup;

d. bukti kepemilikan alat angkut;

e. dokumen Pengangkutan Limbah B3; dan

f. kontrak kerjasama antara Penghasil Limbah B3 dengan Pengumpul

Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3, dan/atau

Penimbun Limbah B3 yang telah memiliki izin.

(4) Dokumen Pengangkutan Limbah B3 paling sedikit memuat:

a. jenis dan jumlah alat angkut;

b. sumber, nama, dan karakteristik Limbah B3 yang diangkut;

c. prosedur penanganan Limbah B3 pada kondisi darurat;

d. peralatan untuk penanganan Limbah B3; dan

e. prosedur bongkar muat Limbah B3.

(1) Menteri setelah menerima permohonan rekomendasi sebagaimana

dimaksud,memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan

administrasi paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima.

(2) Setelah permohonan dinyatakan lengkap, Menteri melakukan verifikasi

paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.

(3) Dalam hal hasil verifikasi menunjukkan:

a. permohonan rekomendasi memenuhi persyaratan, Menteri

menerbitkan rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 paling lama 7

(tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi diketahui; atau

b. permohonan rekomendasi tidak memenuhi persyaratan, Menteri

menolak rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 disertai dengan

alasan penolakan.

(4) Rekomendasi paling sedikit memuat:

a. kode manifes Pengangkutan Limbah B3;

b. nama dan karakteristik Limbah B3 yang diangkut; dan

c. masa berlaku rekomendasi.

(1) Setelah mendapat rekomendasi dari Menteri, Pengangkut Limbah B3 wajib

mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan

Pengangkutan Limbah B3.

(2) Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3

diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang perhubungan.

(3) Persyaratan dan tata cara permohonan dan penerbitan izin Pengelolaan

Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3 dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 9: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

(1) Pengangkut Limbah B3 yang telah memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3

untuk kegiatan Pengangkutan Limbah B3 wajib:

a. melakukan Pengangkutan Limbah B3 sesuai dengan rekomendasi

Pengangkutan Limbah B3 dan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk

kegiatan Pengangkutan Limbah B3;

b. menyampaikan manifes Pengangkutan Limbah B3 kepada Menteri; dan

c. melaporkan pelaksanaan Pengangkutan Limbah B3.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat:

a. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang diangkut;

b. jumlah dan jenis alat angkut Limbah B3;

c. tujuan akhir pengangkutan Limbah B3; dan

d. bukti penyerahan Limbah B3.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud disampaikan kepada Menteri dan

ditembuskan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang perhubungan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

Persiapkan dokumen yang diperlukan selama melakukan kegiatan

pengangkutan limbah B3, yang masih berlaku dan sah

a. Kartu Identitas Pengemudi pada kendaraan.

b. SIM yang sesuai dengan jenis kendaraan.

c. Buku Uji Berkala/Kartu Uji.

d. STNK.

e. Surat Izin Penyelenggaraan Pengangkutan Barang Berbahaya dari Direktorat

Jenderal Perhubungan Darat.

f. Surat Rekomendasi dari KLH.

g. Dokumen Manifest.

h. Surat Jalan/Surat DO jika diperlukan

Peralatan tanggap darurat yang harus ada di kendaraan

1. Alat Pemadam Api Ringan.

2. Segitiga Pengaman.

3. Kerucut Pengaman/Traffic Cone.

4. Sekop.

5. Pasir/Serbuk Gergaji.

6. Wadah Penyimpanan Tumpahan.

7. Dongkrak.

8. Kunci-kunci.

9. Ganjal Roda.

10. Pita pembatas.

11. Rambu Portable.

12. Sekring Cadangan.

13. Kotak Obat lengkap.

Pengemudi pengangkut limbah B3 wajib memahami sifat dan karakteristik limbah

B3, agar dapat mengetahui risiko dari limbah B3 yang diangkutnya. Dengan

demikian, pengemudi dapat melakukan penanganan atau tindakan sesuai dengan tata

aturan akan sifat dan karakteristik limbah B3 tersebut, baik pada saat mengangkut

maupun pada saat terjadi kecelakaan.

Pengenalan atau pengidentifikasian terhadap sifat dan karakteristik limbah B3 sangat

perlu dipahami sebelum terlibat langsung dalam penanganan limbah B3. Informasi

tentang sifat dan karakteristik limbah B3 pada SDS (Safety Data Sheet) jika

merupakan bahan B3 kadaluarsa, simbol dan label pada kemasan dan atau informasi

dari petugas di tempat penghasil limbah B3.

Yang harus diperhatikan selama di perjalanan

1. Parkirkan kendaraan di tempat yang teduh.

2. Upayakan tidak terlalu dekat dengan lokasi pemukiman.

3. Upayakan tidak terlalu dekat dengan FASOS & FASUM.

4. Awasi kendaraan selama perjalanan maupun istirahat.

5. Jaga tingkat stabilitas kendaraan saat melaju di jalan, hal ini untuk

menghindari gesekan atau goncangan yang mengakibatkan limbah B3

tersebut dapat meledak.

6. Dilarang merokok selama melakukan pengangkutan limbah B3.

7. Penggunaan APD hanya pada saat penanganan limbah B3.

Penyebab Kebakaran pada Kendaraan

Kebakaran kendaraan dapat disebabkan oleh beberapaf aktor, baik yang terkait faktor

teknis kendaraan,

Page 10: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

faktor manusia maupun faktor muatan limbah B3 yang diangkut.

1. Kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan terbakarnya bahan bakar dan

muatan yang bersifat mudah terbakar.

2. Ban gundul atau gesekan antara ban ganda.

3. Sistem listrik/elektrik, hubungan pendek akibat rusaknya isolator, atau

hubungan antara kawat yang longgar.

4. Longgarnya penghubung bahan bakar dan kinerjasistem pembakaran bahan

bakar yang kurang bagus.

5. Sifat muatan limbah B3 yang mudah terbakar, reaktif, penyegelan yang

kurang tepat atau berlebihan, atau kurangnya ventilasi udara dalam kargo

muatan.

6. Kelalaian manusia (misalnya: merokok dalam radius kurang dari 8 meter

dari muatan).

Penanggulangan kebakaran pada kendaraan pengangkut limbah B3

Mengetahui cara mengatasi kebakaran itu penting, jika tidak mengetahui apa

yang harus dilakukan dapat membuat kebakaran menjadi semakin parah.

Ketahuilah bagaimana prosedur menggunakan APAR.

Prosedur :

1. Keluar dari jalur parkir ke tempat terbuka, gedung pohon, semak atau

benda lain yg mdh terbakar.

2. Beritahu pelayanan darurat tentang masalah tsbt.

3. Bila terjadi kebakaran pada mesin, matikan mesin secepatnya. Jangan

membuka kap kendaraan (membuka = memberikan oksigen dan

menyebabkan api semakin besar).

4. Padamkan dengan APAR.

Cara memadamkan api dengan APAR

Berdirilah sejauh mungkin dari api.

Cabut pin APAR.

Semprotkan 1 kali ke atas, untuk mengetahui arah angin.

Beradalah searah dengan arah angin.

Bidiklah pada sumber atau dasar kebakaran, bukan ke arah api dengan teknik

sapuan.

Lanjutkan hingga apapun yang terbakar menjadi dingin. Tidak ada asp atau

api bukan berarti kebakaran telah terpadamkan atau tidak bisa mulai lagi.

Penanganan Darurat Tumpahan Limbah B3

Kriteria tumpahan limbah B3 yang dapat dikategorikan menimbulkan kondisi darurat

adalah sebagai berikut:

Jumlah tumpahan yang sangat besar (> 50 liter).

Sifat/karakteristik bahan beracun dan berbahaya.

Dampak terhadap kesehatan dan lingkungan.

Dampak susulan yang berbahaya akibat tumpahan.

Jangka waktu dampak.

Pada saat menghadapi kondisi darurat karena tumpahan limbah B3,

pengemudi melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Melakukan identifikasi lokasi dan dampak tumpahan, apabila dampak

tumpahan cukup luas, hubungi tim tanggap darurat. Apabila dampak

tumpahan dapat ditangani langsung, segera lakukan langkah-langkah

penanganan langsung dengan peralatan yang tersedia.

Mengisolasi area dengan memasang pita pembatas, rambu portable, segitiga

pengaman atau kerucut lalu lintas (traffic cone).

Mempersiapkan semua peralatan untuk penanggulangan kebocoran, seperti

serbuk gergaji, pasir, atau absorbent/ bahan penyerap khusus.

Mencari sumber tumpahan atau kebocoran dan segera melakukan

penanggulangannya secepat mungkin.

Mengumpulkan tumpahan sebanyak mungkin untuk mencegah mengalirnya

tumpahan ke parit atau sungai, terutama pada waktu hujan.

Menyimpan bahan penyerap yang telah terkontaminasi ke dalam drum yang

disegel/ seal atau tangki, lalu memindahkannya ke tempat penyimpanan yang

sesuai di bawah arahan pengawas.

Jenis dan Kondisi Kemasan Limbah B3

Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas

dari pengkaratan serta kebocoran. Pengemasan limbah B3 disarankan

menggunakan drum besi yang dilengkapi palet . Setiap palet berisi 4 drum

besi atau plastik ukuran 200 liter.

Page 11: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

Drum yang dimaksud adalah drum dengan tutup kecil atau tutup besar.

Pastikan drum yang berisi limbah B3 tertutup rapat serta terikat kuat dalam 1

palet. Hal ini untuk memudahkan pemuatan dan pembongkaran muatan.

Jenis kemasan lain yang sering digunakan adalah kemasan jumbo bag.

Pastikan jumbo bag yang digunakan masih dalam kondisi laik pakai, tidak

ada sobekan, dan lapisan dalamnya masih utuh.

Kapasitas daya angkut kendaraan pengangkut limbah B3 yang dikemudikan

Dalam melakukan pengiriman limbah B3, jenis, tipe, dan kapasitas

kendaraan harus sesuai dengan sifat, jenis limbah, serta jenis kemasan yang

akan digunakan.

Pengemasan Limbah B3

Dalam hal ini pengemudi harus memastikan bahwa limbah B3 yang diangkut

telah memenuhi persyaratan kapasitas daya angkut kendaraan.

Dengan mempertimbangkan keselamatan maka aktivitas muat, pengiriman

dan bongkar limbah B3 dilakukan secara tertutup. Kendaraan dengan boks

tertutup dan tangki untuk curah menjadi pilihan untuk melakukan

pengangkutan limbah B3.

Pemeriksaaan Kemasan Limbah B3

Dalam pemeriksaan ini pengemudi memastikan bahwa kemasan, jenis dan

jumlah kemasan limbah B3 telah sesuai dengan dokumen manifest yang ada.

Pengemudi harus memastikan kondisi fisik kemasan harus tidak bocor dan

tertutup rapat.

Simbol dan label limbah B3 telah terpasang pada setiap kemasan.

Mintalah informasi bagaimana penanganan limbah B3 tersebut jika terjadi

keadaan darurat, seperti sifat limbah dan cara penanganannya.

Dilarang menempatkan jenis limbah tertentu yang tidak diperbolehkan

diangkut bersamaan dalam satu kendaraan.

PEMBAKARAN (INSENERASI)

Limbah B3 kebanyakan terdiri dari carbon, hidrogen dan oksigen dapat juga

mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat.

Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan ubah menjadi CO2, air, dan

senyawa organik, tingkat senyawa organik akan berkurang.

Insenerasi mengurangi volume dan masa limbah hingga sekitar 90%

(volume) dan 75% (berat)

Prinsip Pembakaran pada Incinerator

Dua chamber yang desain terdiri dari:

Primary Chamber untuk pembakaran limbah padat

Secondary Chamber untuk menghancurkan gas/polutan mudah yang

dihasilkan dari pembakaran pada primary chamber.

Air Pollutant Concerns

Partikel-partikel

HCL, gas asam

Logam beracun

Senyawa organik (Dioxin – Furan)

CO

Primary Chamber

Menggunakan 3 sistem hidroulik untuk mendorong limbah medis, didorong

perlahan untuk proses pembakaran

Gas yang dihasilkan pada PC yang tidak terbakar sempurna akan di bakar

pada SC.

Secondary Chamber

Gas yang dihasilkan di PC akan di campur dengan oksigen dan di bakar

sempurna pada temperatur 1100oC di dalam SC.

Waktu yang diperlukan pada SC untuk membakar gas adalah 2 detik

Gas buangan pada 1100oC akan melalui heat exchanger dan adiabatic gas

quench, yang berfungsi menurunkan temperatur.

Page 12: Materi Rekayasa Limbah Pasca UTS

Burners

Incinerator dilengkapi dengan PC ignition burner dan SC dual fuel

burners

PC burners memicu pembakaran limbah

SC burners menjaga temperatur yang diinginkan untuk terjadi reaksi

pada gas.

Parameter seperti O2, CO dan CO2 akan di monitoring untuk mencapai

pembakaran yang efisien

Heat Exchanger

Downpass HE diperlukan untuk memanaskan udara pada

“combustion air”

Ceramic tubed HE : untuk menyediakan udara panas yang

digunakan untuk memanaskan cerobong/stack

Terbuat dari keramik khusus yang tahan temperatur tinggi dan

bersifat getas sehingga pemanasan awal diperlukan.

Cooling Tower

Berfungsi untuk menurunkan temperatur

Gas panas akan di atomize dengan air

Nozzle digunakan untuk membuat atomize air dan udara bertekanan

sehingga terjadi penguapan

Rotary Contactor

Lime and carbon di reaksikan dengan gas

Hydrated lime and activated carbon akan di injeksikan kedalam

rotary contractor

Partikel yang halus akan terhisap aliran udara sementara partikel

yang besar akan dihancurkan oleh ball mill

Lime and carbon menetralisir bau, racun, asam

Kelebihan

Menghancurkan berbagai senyawa organik dengan sempurna

Memerlukan lahan yang relatif kecil

Kekurangan

Operator harus yang sudah terlatih

Biaya investasi lebih tinggi

Potensi emisi pencemaran udara ke atmosfir lebih besar bila perencanaan

tidak sesuai dengan kebutuhan operasional.

Dioksi atau Polychorinated dibenzo-p-diokcin / PCDD dan Furan atau

Polychorinated dibenzofuran / PCDF, dikategorikan kedalam partikel yang

menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan bagi lingkungan, keduanya terbentuk

sebagai produk sampingan dari sejumlah industri dan proses pembakaran.

PENIMBUNAN LIMBAH B3