Materi Print Vikri
-
Upload
ceriaa-bersama-vilovavaa -
Category
Documents
-
view
87 -
download
1
Transcript of Materi Print Vikri
Unified Modelling Language
Unfied Modelling Language (UML) menurut Martin Fowler (2005 : 1) adalah
keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang membantu
pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya system yang dibangun
menggunakan pemrograman berorientasi objek (OO). UML merupakan standar yang
relatif terbuka yang dikontrol oleh Object Management Company (OMG), sebuah
konsorsium terbuka yang terdiri dari banyak perusahaan.
Use Case Diagram
Use Case menurut Martin Fowler (2005 : 141) adalah teknik untuk merekam
persyaratan fungsional sebuah sistem. Use Case mendeskripsikan interaksi tipikal antara
para pengguna sistem dengan sistem itu sendiri, dengan memberi sebuah narasi tentang
bagaimana sistem tersebut digunakan. Use Case Diagram menampilkan aktor mana yang
menggunakan use case mana, uses case mana yang memasukkan use case lain dan
hubungan antara aktor dan use case.
Activity Diagram
Activity diagram menurut Martin Fowler (2005 : 163) adalah teknik untuk
menggambarkan logika prosedural, proses bisnis, dan jalur kerja. Dalam beberapa hal,
activity diagram memainkan peran mirip diagram alir, tetapi perbedaan prinsip antara
notasi diagram alir adalah activity diagram mendukung behavior paralel. Node pada
sebuah activity diagram disebut sebagai action, sehingga diagram tersebut menampilkan
sebuah activity yang tersusun dari action.
Sequence Diagram
Sequence diagram menurut Munawar (2005 : 187) adalah grafik dua dimensi
dimana obyek ditunjukkan dalam dimensi horizontal, sedangkan lifeline ditunjukkan
dalam dimensi vertikal.
Class Diagram
Class diagram menurut Munawar (2005 : 28) merupakan himpunan dari objek-
objek yang sejenis. Sebuah objek memiliki keadaan sesaat (state) dan perilaku
(behavior). State sebuah objek adalah kondisi objek tersebut yang dinyatakan dalam
attribute/properties. Sedangkan perilaku suatu objek mendefinisikan bagaimana
sebuah objek bertindak/beraksi dan memberikan reaksi.
Activity diagram biasanya digunakan untuk menjelaskan business process dan langkah langkah
operasional dari sebuah komponen dari sebuah system.
Tanah Longsor; Tanah longsor (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau tanah
secara gravitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi tanah
longsor sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter saja hingga ribuan (kilo) meter.
Tanah longsor dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis
bencana alam karena distribusinya yang merata hamper di seluruh wilayah tanah air, dan atas
dasar catatan kejadiannya, tanah longsor secara umum selalu menempati intensitas kejadian
yang paling banyak, serta dapat terjadi secara bersamaan dengan bencana alam geologi
lainnya, seperti gempabumi dan letusan gunungapi.(pusat informasi riset bencana alam:
kementrian riset dan teknologi.)
MANFAAT SIG
Geographic Informational System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis merupakan
aplikasi yang memiliki banyak kegunaan. Tanpa disadari, banyak aktivitas pemerintahan
yang akan sangat terbantu apabila aplikasi GIS diimplementasikan dengan baik.
Menurut Kabid Basis Data Rupa Bumi dan Tata Ruang Bakorsutanal (Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Spasial Nasional) Doddy Sukmayadi, masih banyak pemda-pemda
yang mengaku sudah memiliki aplikasi GIS, namun kenyataannya implementasinya belum
optimal. Padahal, jika dioptimalkan, setidaknya ada enam manfaat penting yang akan
didapatkan oleh pemda jika aplikasi GIS tersebut diterapkan.
Manfaat pertama, adalah Inventarisasi Sumber Daya Alam. Melalui penerapan GIS, dapat
diidentifikasi tentang potensi-potensi alam yang tersebar di suatu wilayah. Identifikasi ini
akan memudahkan dalam pengelolaan sumber alam untuk kepentingan orang banyak.
Manfaat kedua, Disaster Management. Artinya, aplikasi GIS dapat digunakan untuk
melakukan pengelolaan rehabilitasi pasca bencana. Misalnya, saat bencana tsunami
menerjang Aceh dan Nias, Badan Rehabilitasi – Rekonstruksi Aceh – Nias (BRR Aceh-
Nias) menggunakan GIS untuk memetakan kondisi terkini dan menentukan prioritas
pembangunan di lokasi yang paling parah kerusakannya.
Manfaat berikutnya adalah untuk Penataan Ruang &Pembangunan sarana-prasarana.
Manfaat teknologi GIS yang ketiga ini dapat berbentuk banyak hal. Mulai dari untuk
analisis dampak lingkungan, daerah serapan air, kondisi tata ruang kota, dan masih
banyak lagi. Penataan ruang menggunakan GIS akan menghindarkan terjadinya banjir,
kemacetan, infrastruktur dan transportasi, hingga pembangunan perumahan dan
perkantoran.
Keempat, Investasi Bisnis dan Ekonomi juga merupakan manfaat yang bisa didapatkan
dari aplikasi GIS. Dengan adanya peta informasi daerah, dapat ditentukan arah
pembangunan. Dan para investor pun bisa menentukan strategi investasinya berdasarkan
kondisi geografis yang ada, kondisi penduduk dan persebarannya, hingga peta
infrastruktur dan aksesibilitas.
Selain itu, manfaat GIS juga bisa digunakan untuk sektor Pertahanan & Komunikasi. Peta
data spasial dapat berguna bagi pemerintah untuk mengidentifikasi batas-batas perairan
dan daratan. Dari segi komunikasi, GIS bisa berguna untuk mengidentifikasi dan
menentukan persebaran coverage menara transmitter atau BTS.
Terakhir, GIS bisa digunakan untuk Games, Entertainment dan Edutainment. Di negara-
negara maju, aplikasi ini dimanfaatkan untuk membuat permainan interaktif seperti
SIMCity. Juga untuk fungsi hiburan layaknya yang dilakukan di film-film Hollywood.
Pemerintah sendiri bisa ambil bagian dalam mengembangkan aplikasi GIS untuk fungsi
pendidikan, seperti Globe, Atlas, dan peta interaktif lainnya.
AHAPAN KERJA SIG
Tahapan kerja SIG meliputi tiga hal utama, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran
(output). Perhatikan Bagan 3.4.
1. Data Masukan (Input Data)
Tahapan kerja SIG yang pertama adalah data masukan, yaitu suatu tahapan pada SIG yang
dapat digunakan untuk memasukkan dan mengubah data asli ke dalam bentuk yang dapat
diterima oleh komputer. Data-data yang masuk tersebut membentuk database (data dasar) di
dalam komputer yang dapat disimpan dan dipanggil kembali untuk dipergunakan atau untuk
pengolahan selanjutnya. Tahapan kerja masukan data meliputi pengumpulan data dari
berbagai sumber data dan proses pemasukan data.
a. Sumber Data
Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari empat sumber, yaitu data lapangan
(teristris), data peta, data pengindraan jauh, dan data statistik.
1) Data pengindraan jauh (remote sensing) adalah data dalam bentuk citra dan foto udara
atau nonfoto.
Citra adalah gambar permukaan bumi yang diambil melalui satelit. Foto udara adalah
gambar permukaan bumi yang diambil melalui pesawat udara. Informasi yang terekam pada
citra penginderaan jauh yang berupa foto udara atau diinterpretasi (ditafsirkan) terlebihi
dahulu sebelum diubah ke dalam bentuk digital. Adapun citra yang diperoleh dari satelit yang
sudah dalam bentuk digital langsung digunakan setelah diadakan koreksi seperlunya.
2) Data lapangan (teristris), yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui hasil
pengamatan di lapangan karena data ini tidak terekam dengan alat penginderaan jauh.
Misalnya, batas administrasi, kepadatan penduduk, curah hujan, pH tanah, kemiringan
lereng, suhu udara, kecepatan angin, dan gejala gunungapi.
3) Data peta (map), yaitu data yang telah terekam pada kertas atau film. Misalnya, peta
geologi atau peta jenis tanah yang akan digunakan sebagai masukan dalam SIG, kemudian
dikonversikan (diubah) ke dalam bentuk digital.
4) Data statistik (statistic), yaitu data hasil catatan statistik dalam bentuk tabel, laporan, survei
lapangan, dan sensus penduduk. Data statistik diperoleh dari lembaga swasta atau instansi
resmi peme rintah, seperti Biro Pusat Statistik (BPS). Data statistik merupakan data sekunder,
yaitu data yang telah mengalami pengolahan lebih lanjut.
b. Proses Pemasukan Data
Proses pemasukan data ke dalam SIG diawali dengan mengumpulkan dan menyiapkan data
spasial maupun data atribut dari berbagai sumber data, baik yang bersumber dari data
lapangan, peta, penginderaan jauh, maupun data statistik.
Bentuk data yang akan dimasukkan dapat berupa tabel, peta, catatan statistik, laporan, citra
satelit, foto udara, dan hasil survei atau pengukuran lapa ngan. Data tersebut diubah terlebih
dahulu menjadi format data digital sehingga dapat diterima sebagai masukan data yang akan
disimpan ke dalam SIG. Data yang masuk ke dalam SIG dinamakan database (data dasar
atau basis data).
Dari digitasi peta dihasilkan layer peta tematik. Layer peta tematik adalah peta yang digambar
pada sesuatu yang bersifat tembus pandang, seperti plastik transparan.
Berbagai fenomena di permukaan bumi dapat dipetakan ke dalam beberapa layer peta
tematik, dengan setiap layernya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang
memiliki kesamaan. Misalnya, layer jalan, kemiringan lereng, daerah aliran sungai, tata
guna lahan, dan jenis tanah. Layer-layer ini kemudian disatukan dan disesuaikan urutan
maupun skalanya. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mencari di mana letak
suatu daerah, objek, atau hal lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan,
seperti untuk mencari lokasi rumah, mencari rute jalan, dan mencari tempat-tempat penting
yang ada di peta. Pengguna SIG dapat pula melihat pola-pola yang mungkin akan muncul
dengan melihat penyebaran letak feature, seperti sekolah, sungai, jembatan, dan daerah
pertambangan.
Teknik pemasukan data ke dalam SIG dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Digitasi data-data spasial, seperti peta dengan menggunakan digitizer.
2) Scaning data-data spasial dan atribut dengan menggunakan scanner.
3) Modifikasi data terutama data atribut.
4) Mentransfer data-data digital, seperti citra satelit secara langsung.
2. Manipulasi dan Analisis Data
Tahapan manipulasi dan analisis data adalah tahapan dalam SIG yang berfungsi
menyimpan, menimbun, menarik kembali, memanipulasi, dan menganalisis data yang telah
tersimpan dalam komputer. Beberapa macam analisis data, antara lain sebagai berikut.
a) Analisis lebar, yaitu analisis yang dapat menghasilkan gambaran daerah tepian sungai
dengan lebar tertentu. Kegunaannya antara lain untuk perencanaan pembangunan jembatan
dan bendungan, seperti bendungan Jatiluhur, Saguling, dan Cirata yang mem bendung
Citarum.
b) Analisis penjumlahan aritmatika, yaitu analisis yang dapat menghasilkan peta dengan
klasifikasi baru. Kegunaannya antara lain untuk perencanaan wilayah, seperti wilayah
permukiman, industri, konservasi, dan pertanian.
c) Analisis garis dan bidang, yaitu analisis yang digunakan untuk menentukan wilayah dalam
radius tertentu. Kegunaannya antara lain untuk menentukan daerah rawan bencana, seperti
daerah rawan banjir, daerah rawan gempa, dan daerah rawan gunungapi.
3. Keluaran Data
Tahapan keluaran data, yaitu tahapan dalam SIG yang berfungsi menyajikan atau
menampilkan hasil akhir dari proses SIG dalam bentuk peta, grafik, tabel, laporan, dan
bentuk informasi digital lainnya yang diperlu kan untuk perencanaan, analisis, dan
penentuan kebijakan terhadap suatu objek geografis. Misalnya, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan (land use),
sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya yang
membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan dalam menjelaskan kejadian,
merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi.
PENGERTIAN SIG
1.Pengertian SIG ( Sistem Informasi Geografi )
Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information Systemdisingkat GIS)
adalah sistem informasisistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data
yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga
memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian
dari sistem ini. khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi
ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografidan perencanaan
rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu
tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan
basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi.
Diposkan oleh sistem informasi geografi di 05:00
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Selasa, November 02, 2010
MANFAAT SIG
Sistem informasi geografis banyak digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain untuk
perencanaan, analisis, dan pengambilan keputusan atau suatu kebijakan mengenai suatu daerah.
Berikut ini akan dibahas mengenai manfaat SIG dalam manajemen tata guna lahan, inventarisasi
sumber daya alam, dan bidang sosial budaya.
1. Manajemen Tata Guna Lahan
Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan
dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek. Misalnya, wilayah pembangunan di kota
biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas
umum, dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan setiap wilayah tersebut dan
hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
Lokasi dari fasilitas-fasilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban) perlu
dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteriakriteria tertentu yang bisa
menyebabkan ketidakselarasan. Contohnya, pembangunan tempat penampungan sampah.
Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain diluar area permukiman, berada dalam
radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya, dan kriteria-kriteria lainnya.
Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area,
kriteria-kriteria ini dapat digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai,
agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Contoh lain, seperti pembangunan lokasi
pabrik, pasar, fasilitasfasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telepon, dan air. Setelah
lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan fasilitas tersebut dapat digabungkan dengan
SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil.
Di daerah pedesaan (rural) manejemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor
pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim, kondisi tanah, ketinggian, dan keadaan alam
lainnya, akan membantu penentuan jenis tanaman, lokasi tanaman, pupuk yang dipakai, dan
bagaimana proses pengolahan lahannya. Penentuan lokasi gudang dan pemasaran hasil pertanian
juga dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi pangan, penyebaran, dan konsentrasi
konsumen, serta peta jaringan transportasi.
Sebelum aplikasi SIG digunakan untuk membantu pengambilan keputusan, tugas dari daerah
terlebih dahulu memasukkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi dan potensi
daerahnya. Data-data yang perlu disiapkan antara lain data peta dan data statistik daerah. Data
peta dapat menggunakan data yang sudah ada, seperti dari Bako surtanal atau instansi lain. Jika
data belum ada atau ingin membuat data yang lebih baru, daerah bisa membuat peta baru
berdasarkan foto satelit atau foto udara. Adapun data statistik diambil dari sensus, survei, data
daerah dalam angka, dan hasil pendataan lainnya.
2. Inventarisasi Sumber Daya Alam
Pembangunan fisik dan sosial di Indonesia terus-menerus mengalami peningkatan sesuai dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kehidupan yang semakin kompleks.
Perkembangan tersebut mendorong perlunya informasi yang terperinci tentang data sumber daya
alam yang mungkin dapat dikembangkan. Data aneka sumber daya alam hasil penelitian
dijadikan modal sebagai bahan baku untuk perencanaan pembangunan.
Secara sederhana manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, seperti minyak Bumi, batu bara,
emas, besi, dan barang tambang lainnya.
b. Untuk pengawasan daerah bencana alam, antara lain:
1) memantau luas wilayah bencana alam;
2) pencegahan terjadinya bencana alam di masa yang akan datang;
3) menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.
c. Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, antara lain:
1) kawasan lahan potensial dan lahan kritis;
2) kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak;
3) kawasan lahan pertanian dan perkebunan;
4) pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.
3. Bidang Sosial dan Budaya
Selain untuk inventarisasi sumber daya alam dan manajemen tata guna lahan, SIG juga dapat
dimanfaatkan dalam bidang sosial dan budaya, antara lain sebagai berikut.
a. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.
b. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya.
c. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.
d. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.
e. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah,
rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi, serta perkantoran.
amis, 18 November 2010, sperti biasanya tim surveyor KLMB melakukan survey mengenai
keadaan posko-posko pengungian bencana merapi yang berada di sekitar Yogyakarta. Dari hasil
survey yang dilakukan banyak ditererima laporan oleh tim SIG dan Basis Data KLMB bahwa
telah banyak pos-pos yang sebelumnya digunakan sebagai posko pengungsian kini telah tak
terpakai (kosong). Bahkan beberapa kami temukan pengungsi yang telah kembali ke rumah
pribadinya masing-masing, padahal rumah tersebut masuk dalam Zona Tak Aman yang
ditetapkan oleh Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumberdaya Energi. Untuk lebih
jelasnya informasi mengenai kondisi posko slahkan download file berikut :
[ Download Tabel Kondisi Posko ]
Selain tabel, seperti yang sebelumnya kami mencoba menspasialkan data yang ada didalam tabel
tersebut. berikut ini kami sampaikan peta persebaran posko yang berhasil kami survey :
Sistem Informasi Geografis
Postingan kali ini akan diisi kembali oleh kawan saya, Gilang Ginanjar Natari dariJurusan
Teknologi dan Manajemen Industri Pertanian – Universitas Padjajaran. Tulisan pada
postingan ini berdasarkan tugas mata kuliah Sistem Informasi Geografis (SIG), dengan
judul : “Peranan SIG Dalam Upaya Ameliorasi Tanah yang Disebabkan oleh Gelombang
Pasang” yang dibuat pada tahun 2007. Selamat membaca
A. Latar Balakang SIG
Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade belakangan ini meningkat dengan sangat
drastis. Hal ini berkaitan dengan meluasnya pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
perkembangan teknologi dalam memperoleh, merekam dan mengumpulan data yang bersifat
keruangan (spasial). Teknologi tinggi sepertiGlobal Positioning System (GPS), remote
sensing dan total station, telah membuat perekaman data spasial digital relatif lebih cepat dan
mudah. Kemampuan penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer data yang semakin
meningkat, dan kecepatan proses data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan
bagian yang tidak terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi.
Sistem informasi atau data yang berbasiskan keruangan pada saat ini merupakan salah satu
elemen yang paling penting, karena berfungsi sebagai pondasi dalam melaksanakan dan
mendukung berbagai macam aplikasi. Sebagai contoh dalam bidang lingkungan hidup,
perencanaan pembangunan, tata ruang, manajemen transportasi, pengairan, sumber daya mineral,
sosial dan ekonomi, dll. Oleh karena itu berbagai macam organisasi dan institusi menginginkan
untuk mendapatkan data spasial yang konsisten, tersedia serta mempunyai aksesibilitas yang
baik. Terutama yang berkaitan dengan perencanaan ke depan, data geografis masih dirasakan
mahal dan membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksinya (Rajabidfard, A. dan I.P.
Williamson 2000).
B. Definisi SIG
Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki
informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem
komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan
menampilkan informasi berreferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut
lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan
mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan
sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa
membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana
alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan
perlindungan dari polusi.
SIG memiliki banyak nama alternatif yang sudah digunakan bertahun-tahun menurut cakupan
aplikasi dan bidang khusus masing-masing, sebagai berikut.
- Sistem Informasi Lahan (Land Information System – LIS)
- Pemetaan terautomatisasi dan Pengelolaan Fasilitas (AM/FM-Automated Mapping and
Facilities Management)
- Sistem Informasi Lingkungan (Environmental Information System -EIS)
- Sistem Informasi Sumber Daya (Resources Information System)
- Sistem Informasi Perencanaan (Planning Information System)
- Sistem Penanganan Data keruangan (Spatial Data Handling System)
SIG kini menjadi disiplin ilmu yang independen dengan nama “Geomatic”, “Geoinformatics”,
atau “Geospatial Information Science” yang digunakan pada berbagai departemen pemerintahan
dan universitas. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan SIG untuk
pengelolaan lingkungan [Walker 1991]:
1. SIG mempunyai kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsinya yang membantu
dalam pemetaan dan pemodelan data lingkungan;
2. SIG menyediakan tool untuk mengintegrasikan data-data yang berbeda;
3. Ada banyak prospek dalam penggunaan SIG untuk pengelolaan lingkungan, terlebih
dlam mendeteksi dan memvisualisasi pola (pattern) dan proses lingkungan;
4. SIG akan menjadi inti dalam eksplorasi spasial yang membantu pembelajaran terhadap
pola dan proses lingkungan.
C. Manfaat SIG
Dengan SIG kita akan dimudahkan dalam melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang
lebih baik.SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan data spasial
digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan data
statistik. Dengan tersedianya komputer dengan kecepatan dan kapasitas ruang penyimpanan
besar seperti saat ini, SIG akan mampu memproses data dengan cepat dan akurat dan
menampilkannya. SIG juga mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan
menjadi lebih mudah.
Sebagai contoh seperti kondisi Aceh yang beberapa waktu lalu dihempas tsunami yang
mengakibatkan korban dan kerugian yang banyak sekali. Dengan citra satelit yang beresolusi
tinggi kita dapat melihat kondisi suatu lokasi dipermukaan bumi secara akurat. Kemudian hasil
survey dilapangan dapat langsung dimasukkan dalam database spasial yang telah ada
sebelumnya untuk mengetahui lokasi rawan dan butuh segera ditangani. Informasi tersebut
kemudian bisa di upload ke internet dan tersebarlah informasi ke penjuru dunia. Gambar
dibawah ini merupakan salah satu citra Ikonos yang merekam sebelum dan sesudah kejadian
tsunami di Aceh (http://www.disasterscharter.org/).
Integrasi data citra satelit seperti yang tampak pada gambar tersebut dengan data-data yang lain
menggunakan SIG akan menghasilkan informasi baru yang benar-benar sangat membantu sekali.
Seperti saat ini dalam proses pemulihan kembali Aceh, rekan-rekan yang berkarya dibidang SIG
sedang melakukan penyusunan data spasial kembali. Hasil proyeksi tersebut akan sangat
membantu dalam proses ameliorasi tanah yang disebabkan oleh gelombang pasang, salah satu
contohnya yaitu di provinsi Aceh tersebut.
Gambar 1. Citra Ikonos Sebelum dan Sesudah Kejadian Tsunami Di Provinsi Aceh
Manfaat khusus yang dapat diperoleh yaitu :
Memberikan gambaran spatial (tata ruang) secara detail dan akurat terhadap lokasi-lokasi
yang memiliki kemampuan untuk terkena bencana alam khususnya yang disebabkan
oleh kenaikan tinggi permukaan air laut ataupun gelombang pasang untuk keperluan
kajian dan analisis berbagai potensi yang ada di wilayah pesisir.
Memberikan prediksi-prediksi tentang waktu dan frekuensi kedatangan gelombang
pasang, sehingga melalui prediksi tersebut dapat dilakukan tindakan-tindakan
pencegahan dengan dukungan sumber daya alam dan ekplorasi manusia di wilayah
tersebut.
Prediksi tentang bahaya bencana alam yang diakibatkan oleh air, terutama tsunami.
Membuat perencanaan dan langkah konkrit untuk merestorasi ulang kemampuan daya
dukung lingkungan yang sudah merosot seperti gerakan penghijauan, khususnya di
daerah aliran sungai untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah dan kelangsungan
pasokan sumber air dan cadangan air tanah tetap terpenuhi untuk masyarakat di
wilayah tersebut.
Manfaat umum yang dapat diperoleh yaitu :
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan perencanaan pembangunan daerah,
khususnya yang terkait dengan tata ruang (landscape) dan tata guna lahan (landuse) di
wilayah byang dikaji. Dalam hal ini instansi pemerintah daerah yang sangat terkait
adalah BAPPEDA dan KIMPRASDA khususnya dalam pembuatan masterplan arah
dan siteplan pembangunan kawasan.
Bagi Dinas Kehutanan Peta ini sangat bermanfaat dalam penentuan arah kebijakan dalam
mencanangkan gerakan reboisasi dan restorasi lahan-lahan kritis, khususnya di daerah
dengan tingkat elevasi yang tinggi agar erosi dan bahaya longsor dapat diatasi dengan
tepat.
Untuk Dinas Pengairan Dan Perusahaan Air Minum Daerah peta ini sangat menunjang
dalam perencanaan dan penataan ketersediaan air tanah dan mengontrol debit air tanah
dan resapan agar kebutuhan air untuk air minum dan pertanian/perikanan dapat
tercukupi dengan baik.
Membantu dalam pengalokasian proyek-proyek daerah agar tepat pada sasarannya, tidak
hanya memperhatikan data numerik saja (angka-angka) tetapi lebih ditunjang oleh data
spasial.
Monitoring dan evaluasi pembangunan dengan tetap memperhatikan peta liputan lahan
setiap saat serta perubahan yang lahan yang terjadi, sehingga dengan demikian secara
umum dalam setiap langkah kebijakan yang diambil oleh pemerintah senantiasa
memperhatikan AMDAL terlebih dahulu.
D. Peranan SIG
1. Meningkatkan pengintegrasian organisasi
Banyak organisasi yang sudah mengimplementasi SIG menemukan kenyataan, bahwa
keuntungan utama yang mereka dapatkan adalah peningkatan kinerja manajemen terhadap
organisasi maupun pengelolaan sumberdayanya. hal itu terjadi karena SIG memiliki kemampuan
untuk menghubungkan berbagai perangkat data secara bersamaan berdasarkan geografis,
memfasilitasi informasi-informasi yang terjadi antar bagian, untuk saling termanfaatkan dan
dikomunikasikan.
Dengan membuat sebuah database yang bisa dimanfaatkan bersama, maka sebuah bagian akan
memperoleh keuntungan dari hasil kerja dari bagian lain, di mana akan berlaku ketentuan, bahwa
data cukup sekali dikoleksi, tetapi bisa dimanfaatkan berkali-kali.
2. Membuat keputusan-keputusan lebih sempurna
SIG bukan sebuah sistem yang mampu membuat keputusan secara otomatis. SIG hanya sebuah
sarana untuk pengambilan data, menganalisanya, dari kumpulan data berbasis pemetaan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan.
Teknologi SIG banyak digunakan untuk membantu berbagai kegiatan pekerjaan seperti
penyajian informasi pada saat pembuatan perencanaan, membantu memecahkan masalah yang
berkaitan dengan kekacauan teritorial.
SIG juga bisa digunakan untuk membantu meraih keputusan mengenai lokasi perumahan baru
yang memiliki sesedikit mungkin pengaruh lingkungan, berada di lokasi yang memiliki resiko
paling sedikit, dan berada dekat dengan pusat kegiatan kependudukan.
Informasi bisa disajikan secara ringkas dan jelas berupa gambar peta, yang dilampiri dengan
laporan, memungkinkan para pemgambil keputusan untuk memusatkan perhatiannya pada
masalah-masalah nyata dibanding dengan upaya memahami data. Karena produk SIG bisa dibuat
secepatnya, dengan berbagai skenario, untuk kemudian dievaluasi secara efektif dan efisien.
3. Membantu membuat peta
Peta merupakan kunci pada SIG. Proses untuk membuat (menggambar) peta dengan SIG jauh
lebih fleksibel, bahkan dibanding dengan menggambar peta secara manual, atau dengan
pendekatan kartografi yang serba otomatis.
Dimulai dengan membuat database. gambar peta yang sudah ada bisa digambar dengan digitizer,
dan informasi tertentu kemudian bisa diterjemahkan ke dalam SIG. Database kartografi berbasis
SIG dapat bersambungan dan bebas skala.
Peta-peta kemudian bisa diciptakan terpusat di berbagai lokasi, dengan sembarang skala, dan
menunjukkan informasi terpilih, yang mencerminkan secara efektif untuk menjelaskan suatu
karakteristik khusus.
Sifat-sifat sebuah atlas dan serangkaian peta dapat direkam pada program komputer, dan
dibandingkan terhadap database pada akhir proses produksi. Produk digital digunakan untuk SIG
yang lain bisa dilakukan dengan sederhana, hanya dengan membuat salinan data dari database.
Pada organisasi yang besar, database topografi bisa dimanfaatkan untuk kerangka referensi oleh
bagian yang lain.