Materi Penyuluhan Pkrs Bedah b

download Materi Penyuluhan Pkrs Bedah b

of 4

description

penyuluhan kesehatan

Transcript of Materi Penyuluhan Pkrs Bedah b

MATERI PENYULUHAN:PERAWATAN PADA PASIEN POST OPNAME (DISCHARGE PLANNING)

1. Definisi discharge planningSetelah sembuh dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit, seorang pasien tetap mendapatkan perawatan yang dilakukan oleh keluarga saat di rumah. Perawatan ini dilakukan sampai dengan konisi pasien sembuh seperti keadaan sebelum sakit. Untuk menunjang keberhasilan hal berikut, perawat melakukan discharge planning. Perencanaan pulang ( discharge planning ) merupakan proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberi kemudahan pengawasan layanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang yang harus berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitasi, serta keparawatan rutin (Nursalam 2011).2. Manfaat discharge planningPerencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2002, 2007,2011) :a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.b. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas keperawatan pasien.c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.

3. Komponen discharge planningMenurut Jipp dan Sirass (1986) dalam Kristina (2007), komponen perencanaan pulang terdiri atas:a. Jadwal kontrolKontrol dalam kamus bahasa Indonesia artinya pemantauan, pengendalian, pengawasan. Berarti seseorang yang dalam masa pengobatan tidak dibiarkan begitu saja, namun perlu dipantau kembali keadaan kesehatannya, maupun perkembangan terapi untuk mencapai keadaan kesehatan tubuh yang diharapkan.Hal yang paling penting bagi seorang pasien adalah bukan kesanggupannya minum obat terus menerus tetapi justru ketaatan kontrol untuk pemantauan penyakit yang diderita. Bisa membeli obat sendiri tanpa pengawasan sungguh berbahaya bagi kesehatan ginjal, jantung dan hati.Penggunaan obat yang tidak rasional secara terus menerus berpotensi merusak organ - organ tubuh yang seharusnya tidak perlu mendapat komplikasi obat. Kesimpulannya, bahwa kontrol sangat penting untuk setiap pengobatan pasien, dan tujuan kontrol antara lain untuk menentukan :1) Kapan waktu menurunkan dan menaikkan dosis, memberi jeda konsumsi obat, mengganti jenis obat, memantau efek dan daya kerja terapi yang diberikan, dan menghentikan pengobatan.2) Menentukan apakah pengobatan masih efektif dilanjutkan atau harus dihentikan dan perlu tindakan operasi dan tindakan medis lainnya.3) Mengajukan rencana konsultasi ke spesialis terkait misalnya pada pasien dengan diabetes perlu di konsultasikan dengan ahli gizi, pasien dengan stroke perlu di konsultasikan dengan ahli fisioterapi, pasien dengan penyakit kanker perlu dikonsultasikan dengan klinik paliatif dan sebagainya.4) Melakukan pemantau keberhasilan terapi dengan pemeriksaan diagnostik misalkan laboratorium darah maupun rontgen, USG dan sebagainya.

Pada pasien dan keluarga pasien yang akan pulang disampaikan tentang jadwal kontrol beserta tempatnya. Selain itu, juga diinformasikan berapa kali dilakukan kontrol yang ditulis dalam form agar pasien dan keluarga lebih mudah untuk mengingat. Perlu ditambahkan pula informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan rumah apabila pasien memerlukan serta nomor darurat apabila suatu waktu pasien membutuhkan bantuan darurat.b. Obat- obatanSebelum pulang, biasanya pasien akan mempunyai beberapa obat yang diresepkan untuk dibawa pulang. Obat-obatan ini perlu diinformasikan kepada pasien tentang manfaat, jenis, dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat untuk minum obat. Manfaat atau fungsi obat disampaikan dengan maksud agar pasien dan keluarga mengetahui tujuan diberikannya obat. Sementara jenis obat dan lainnya, penting untuk disampaikan agar pasien meminum obat dengan patuh. Obat golongan antibiotik wajib untuk diminum sampai habis agar tidak menimbulkan resistensi pada tubuh pasien. c. NutrisiSebagian besar pasien post opname disarankan untuk mengonsummsi makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein untuk proses penyembuhannya. Untuk pemberian nutrisi, perlu dikonsulkan dengan ahli gizi jika pasien mempunyai penyakit lain seperti diabetes, gagal ginjal ataupun penyakit lainnya. Hal tersebut dikarenakan pasien dengan penyakit penyerta yang lain mempunyai jenis diet yang berbeda.Pada pasien dengan gangguan muskulo skeletal perlu disampaikan beberapa informasi berikut:a. Pada pasien fraktur atau masalah tulang lain perlu dijelaskan bahwa makanan dengan tinggi protein dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi tubuh untuk pertahanan dalam fase perkembangan luka yakni fase inflamasi dimana imunoglobulin dan antibodi dibentuk dari protein. b. Makanan seperti telur, ikan dan daging yang tinggi protein merupakan makanan yang baik bagi penyembuhan tulang. d. MobilisasiMobilisasi pasien dengan masalah muskuloskeletal membutuhkan waktu kurang lebih 3 minggu untuk dapat memulai mobilisasi dini karena dalam waktu 3 minggu ini sudah terbentuk kalus pada tulang yang mengalami cidera. Selain itu, diinformasikan juga pada pasien dengan implant bahwa proses pembentukan tulang kembali akan memakan waktu sampai dengan 12 bulan karena tulang membutuhkan waktu untuk penumbuhan tulang (osifikasi) dan remodeling tulang. Oleh karena itu, pada pasien yang terpasang plat/ implant membutuhkan waktu sekitar 12 bulan sampai dengan kondisi tulang sudah sempurna sebelum plat diangkat.e. Perawatan lukaTujuan dari perawatan luka adalah untuk melindungi luka dari trauma mekanik, mengimmobilisasikan luka, mengabsorbsi drainase, mencegah kontaminasi dari kotoran tubuh, membantu hemostasis, menghambat atau membunuh mikroorganisme, memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka.Pasien yang mempunyai luka saat keluar dari rumah sakit akan membutuhkan perawatan luka. Perawatan luka tersebut tidak dapat dikerjakan secara mandiri oleh pasien ataupun keluarga karena menggunakan prinsip aseptik. Informasikan kepada pasien atau keluarga untuk melakukan perawatan luka di tempat pelayanan kesehatan terdekat ataupun tempat praktisi klinis terdekat seperti puskesmas untuk menjaga kondisi luka. Informasikan pula hal-hal yang disarankan maupun dilarang bagi pasien agar kondisi luka cepat membaik.