Sap Pkrs Sirosis Hepatis
-
Upload
kharisma-amsirahk -
Category
Documents
-
view
633 -
download
35
description
Transcript of Sap Pkrs Sirosis Hepatis
PERAWATAN KULIT DAN GIZI PADA PENDERITA SIROSIS HEPATIS
DI RUANG PANDAN WANGI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Oleh :
Kelompok XI B14 Program Profesi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN KULIT DAN GIZI PADA PENDERITA SIROSIS HEPATIS
DI RUANG PANDAN WANGI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Pokok Bahasan : Perawatan Kulit dan Gizi Pada Penderita Sirosis
Hepatis
Sub Pokok Bahasan : Perawatan Kulit dan Gizi Pada Penderita Sirosis
Hepatis
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Ruang Pandan
Wangi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari/tanggal :
Waktu :
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien
mengerti perawatan kulit dan gizi pada penderita Sirosis Hepatis.
2. Tujuan Khusus
Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan pasien dan keluarga pasien
mampu:
a. Memahami pengertian penyakit Sirosis Hepatis
b. Memahami penyebab penyakit Sirosis Hepatis
c. Memahami tanda dan gejala penyakit Sirosis Hepatis
d. Memahami cara perawatan kulit dan gizi pada penderita Sirosis Hepatis
B. Pokok Bahasan
Pendidikan kesehatan tentang peran pasien dan keluarga pasien dalam
perawatan kulit dan gizi penyakit Sirosis hepatis di Ruang Pandan Wangi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
C. Metode
1. Ceramah
2
2. Tanya jawab
D. Media
1. Flipchart
2. Leaflet
E. Kegiatan
Tahap Pembicara Peserta Waktu
Pembukaan
Penyampaian materi
Penutup
1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri
1. Menjelaskan pengertian Sirosis Hepatis
2. Menjelaskan penyebab Sirosis Hepatis
3. Menjelaskan tanda dan gejala Sirosis Hepatis
4. Menjelaskan cara perawatan kulit dan gizi pada penderita Sirosis Hepatis
1. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya
2. Menyimpulkan kembali materi yang disajikan
3. Memberi salam
1. Membalas salam2. Memperhatikan,
mendengarkan dan menanggapi
Menyimak materi yang disampaikan
1. Bertanya2. Mendengar3. Menjawab salam
2 menit
10 menit
13 menit
F. Pengorganisasian
1. Penyuluh :
2. Moderator :
3. Observer :
4. Fasilitator :
5. Pembimbing Akademik :
6. Pembimbing Klinik :
7. Kepala Ruang Panda Wangi : 3
G. Job Discription
1. Penyuluh
a. Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang penyakit
Sirosis Hepatis
b. Menyampaikan materi penyuluhan
c. Mendemonstrasikan cara perawatan kulit dan gizi penyakit Sirosis
Hepatis
2. Moderator
a. Bertanggung jawab atas kelancaran acara
b. Membuka dan menutup acara
c. Menyetting waktu penyajian sesuai dengan rencana kegiatan
3. Fasilitator dan observer
a. Mengamati jalannya acara penyuluhan
b. Membantu kelancaran acara penyuluhan
c. Mencatat pertanyaan dari peserta
d. Membagikan leaflet pada awal pelaksanaan kegiatan
H. Setting Ruangan
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir di tempat pelaksanaan pada waktu yang telah ditentukan
b. Persiapan dilaksanakan satu hari sebelum acara
2. Evaluasi proses
4
2
1
3
4
Keterangan:
1. Penyuluh dan
Moderator
2. Peserta penyuluhan
3. Pembimbing akademik
dan klinik
4. Fasilitator dan observer
5. Flipchart
5
a. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan
baik
b. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas
c. Peserta antusias mendengarkan materi penyuluhan dari awal sampai
akhir
d. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama proses penyuluhan
berlangsung
e. Peserta antusias bertanya sesuai dengan permasalahan yang mereka
hadapi
f. Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik
3. Evaluasi hasil
a. Penyuluhan diikuti oleh minimal 30 orang dari jumlah pasien dan
keluarga pasien yang dirawat di ruang Pandan Wangi RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
b. Peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan dari pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, cara perawatan kulit dan gizi pada
penderita Sirosis Hepatis.
5
LEMBAR OBSERVASI PENYULUHAN
Ruang : Pandan Wangi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Topik Penyuluhan : Perawatan Kulit dan gizi pada penderita Sirosis Hepatis
Pelaksanaan :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Struktur √ Proses √ Hasil √
1. Persiapan
a. Penyediaan
Flipchart
b. Tempat PKRS
c. Kontrak 1 hari
sebelum PKRS
d. Pengadaan
Leaflet
1. Pembukaan
a. Mengucapkan salam
dan memperkenalkan
diri
b. Melakukan kontrak
waktu
c. Menyebutkan maksud
dan tujuan kegiatan
1. Penyuluhan diikuti
oleh minimal 30
orang dari jumlah
pasien dan keluarga
klien yang dirawat di
Ruang Pandan Wangi
RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
6
2. Perencanaan
a. Acara
penyuluhan
berlangsung di
Ruang Pandan
Wangi RSUD
Dr. Soetomo
Surabaya
b. Acara
berlangsung
selama 30
menit
c. Metode yang
digunakan
adalah ceramah
dan tanya jawab
penyuluhan
2. Isi
a. Menggali pengetahuan
dan pengalaman
keluarga
b. Penyampaian materi
oleh penyuluh dan
pendemostrasian
c. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya tentang
materi yang diberikan
d. Memberikan jawaban
dan penjelasan dari
pertanyaan yang
diajukan kepada
penyuluh dan
fasilitator
3. Pengorganisasian
a. Moderator
1) Mengorganisasi
acara penyuluhan
2) Membuka acara
3) Mengendalikan
keadaan jika ada
pertanyaan yang
melenceng
b. Penyuluh
2. Peserta penyuluhan
dapat menjawab
pertanyaan mengenai
pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala, cara
perawatan kulit dan
gizi pada penderita
Sirosis Hepatis.
7
1) Menyajikan materi
dan
mendemostrasikan
2) Menjawab
pertanyaan
c. Fasilitator
1) Memfasilitasi
keluarga jika ada
pertanyaan
2) Menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
keluarga
d. Observer
1) Mengobservasi
jalannya
penyuluhan serta
job description
masing-masing
e. Peserta
1) Mengajukan
pertanyaan
2) Memperhatikan
materi yang
disampaikan
3) Memperhatikan
jawaban yang
diberikan
Pertanyaan-pertanyaan:
1.
8
2.
3.
4.
5.
MATERI PENYULUHAN PERAWATAN KULIT DAN GIZI PADA PENDERITA
SIROSIS HEPATIS
A. Pengertian Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis adalah kemunduran fungsi liver yang permanen yang
ditandai dengan perubahan histopatologi. Perubahan histopatologi yang
terjadi menyebabkan peninggian tekanan pembuluh darah pada system vena
porta. Sebagai akibat dari peninggian tekanan vena porta terjadi varises
esophagus dan bila pecah terjadi muntah darah warna (hematemesis).
B. Penyebab Sirosis Hepatis
1. Alcohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari sirosis, terutama
di dunia barat. Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan
keteraturan dari konsumsi alcohol.
9
2. Sirosis kriptogenik, sirosis yang disebabkan oleh penyebab yang tidak
teridentifikasi adalah sebab yang umum untuk pencangkokan hati.
3. Hepatitis virus yang kronis adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau
hepatitis C virus menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyakan pasien
dengan hepatitis virus tidak akan mengembangkan hepatitis kronis dan
sirosis. Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi dengan hepatitis
A sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu, tanpa mengembangkan
infeksi yang kronis. Berlawanan dengannya, beberapa pasien yang terinfeksi
dengan virus hepatitis B dan kebanyakan pasien terinfeksi dengan virus hepatitis
C mengembangkan hepatitis yang kronis, yang pada gilirannya menyebabkan
kerusakan hati yang progresif dan menjurus pada sirosis, dan adakalanya kanker-
kanker hati.
4. Kelainan-Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan berakibat pada
akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada kerusakkan
jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk akumulasi besi yang abnormal
(hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson). Pada hemochromatosis,
pasien-pasien mewarisi suatu kecenderungan untuk menyerap suatu jumlah besi
yang berlebihan dari makanan. Melalui waktu, akumulasi besi pada organ-organ
yang berbeda diseluruh tubuh menyebabkan sirosis, arthritis, kerusakkan otot
jantung yang menjurus pada gagal jantung, dan disfungsi (kelainan fungsi) buah
pelir yang menyebabkan kehilangan rangsangan seksual.
5. Primary biliary cirrhosis (PBC) adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh
suatu kelainan dari sistim imun yang ditemukan sebagian besar pada wanita.
Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan perusakkan yang
kronis dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati.
6. Primary sclerosing cholangitis (PSC) adalah suatu penyakit yang tidak umum
yang seringkali ditemukan pada pasien dengan radang borok usus besar. Pada
PSC, pembuluh-pembuluh empedu yang besar diluar hati menjadi meradang,
menyempit, dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus pada infeksi-
infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit yang menguning) dan
akhirnya menyebabkan sirosis. Pada beberapa pasien, luka pada pembuluh-
pembuluh empedu (biasanya sebagai suatu akibat dari operasi) juga dapat
menyebabkan rintangan dan sirosis pada hati.
10
7. Hepatitis Autoimun adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu
kelainan sistim imun yang ditemukan lebih umum pada wanita. Aktivitas imun
yang abnromal pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan
penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang progresif, menjurus akhirnya pada
sirosis.
8. Bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary atresia) dan
akhirnya mengembangkan sirosis. Bayi lain dilahirkan dengan kekurangan
enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-gula yang menjurus pada akumulasi
gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, ketidakhadiran dari
suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka parut pada paru
(kekurangan alpha 1 antitrypsin).
9. Penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi yang tidak umum pada
beberapa obat-obat dan paparan yang lama pada racun, dan juga gagal jantung
kronis (cardiac cirrhosis). Pada bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama
Afrika bagian utara), infeksi hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah
penyebab yang paling umum dari penyakit hati dan sirosis.
C. Tanda dan gejala Sirosis Hepatis
1. Kulit yang menguning (jaundice) disebabkan oleh akumulasi bilirubin dalam
darah
2. Asites, edema pada tungkai
3. Hipertensi portal
4. Kelelahan
5. Kelemahan
6. Kehilangan nafsu makan
7. Gatal
8. Mudah memar dari pengurangan produksi faktor-faktor pembeku darah oleh hati
yang sakit
Pemenuhan Gizi Penderita Sirosis Hepatis
1. Diet Garam Rendah I (DGR I)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan
atau atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak menambahkan
11
garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya. Kadar
Natrium pada Diet garam rendah I ini adalah 200-400 mg Na.
2. Diet Hati I (DH I)
Diet Hati I diberikan bila pasien dala keadaan akut atau bila prekoma
sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat
keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak.
Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk
mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched
Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat
digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan
maksimal 1 L/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin; karena
itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi
garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati I Garam rendah. Bila
ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet
Garam Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per
oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
3. Diet Hati II (DH II)
Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet hati II
kepada pasien dengan nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien,
makanan diberikan dalam bentuk lunak / biasa. Protein diberikan 1 g/Kg berat
badan dan lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk
yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi,
vitamin A & C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi
garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II rendah garam. Bila
asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet Rendah garam
I.
4. Diet Hati III (DH III)
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II
atau kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis
Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat
menerima protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.
12
Menurut beratnya tetensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati
III Garam Rendah I
Penanganan Sirosis Hati Berdasarkan Evidence Based (EBN)
1. Diet tempe pada sirosis hati sebagai upaya meningkatkan kadar albumin dan
perbaikan ensefalopati hepatic. Pada penelitian ini membandingkan antara diet
hati II dan III (diet konvensional) dengan diet tempe dalam meningkatkan
kadar albumin darah dan menurunkan derjat ensepalohetik selama 20 hari.
Dan hasilnya diet tempe dapat meningkatkan albumin darah, menurunkan
ammonia dalam darah, meningkatkan psikomotor dan menurunkan
ensefalopatik hepatic.
2. Diet masukan protein pada pasien ensefalohepatik dan Sirosis hepatic yang
dilakukan oleh beberapa ahli gizi. Dari beberapa ahli gizi berbeda pendapat
mengenai batasan protein yang diberikan pada pasien sirosis hepatic, namun
pada pelaksaannya tetap mengacu pada konsesnsus ESPEN tentang nutrisi
pada pasien dengan penyakit hati yang kronik, yaitu :
Kondisi Klinis Energi/Non protein (K.cal/Kg)
Protein (g/Kg)
Sirosis yang dapat mengkompensasi komplikasi.
25 - 35 1,0 – 1,2
Intake yang tidak adekuat dan malnutrisi
35 - 40 1,5
Ensepalopathy I - II 25 - 35 Pada fase transisi 0,5 kemudian 1,0 – 1,5 , jika ditoleransi : diberikan protein nabati. Suplemen BCAA
Ensepalopathy III -IV 25 - 35 0,5 – 1,2, Suplemen BCAA
Jika menggunakan nutrisi parenteral , kalori non protein yang didalamnya terkandung lemak dan glukosa sekitar 35 – 50 %.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Black & Hawks. 2005. Medical surgical nursing : Clinical management for
positive outcome. St.Louis : Elvier Saunders
2. Brunner & Suddarth. 2008. Textbook of medical surgical nursing, eleventh
edition. Philadelpia : Lippincott William & Wilkins
3. Johnson, M. et.al. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) 2nd ed. USA:
Mosby
4. McCloskey, J. C. & Bulechek, G. M. 1996. Nursing Interventions
Classification (NIC). USA: Mosby
5. Guyton &Hall. 2000. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
6. Keyman, Withfield. 2006. Dietry Protein Intake in NSW and ACT.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2013 dari
http://www.healthsystem.virginia.edu/internet/digestive
7. Ratnasari, Nurdjanah. 2001. Diet tempe kedelai pada penderita sirosis hepatic
sebagai upaya meningkatkan albumin dan perbaikan ensefalopati hepatic.
Jurnal Cermin kedokteran. Jakarta : Temprint
8. Maryani, Sutadi. 2003. Sirosis hepatic. Medan : Bagian ilmu penyakit dalam
USU.
9. Krenitsky. 2002. Nutrition for patient with hepatic failure. Diakses tanggal 19
Maret 2013 dari http://www.mja.com.au/public/issues/fm.pdf
14
DAFTAR HADIR KEGIATAN PKRS
RUANG PANDAN WANGI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Ruang : Pandan Wangi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Topik Penyuluhan : Perawatan kulit dan gizi pada penderita Sirosis Hepatis
Pelaksanaan :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
No. NAMA TANDA TANGAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
16. 16.
17. 17.
18. 18.
19. 19.
20. 20.
15
21. 21.
22. 22.
23. 23.
24. 24.
25. 25.
26. 26.
27. 27.
28. 28.
29. 29.
30. 30.
16