Materi Indikasi Transfusi Pada Penyakit Anak
-
Upload
ferdy-setiawan -
Category
Documents
-
view
139 -
download
8
description
Transcript of Materi Indikasi Transfusi Pada Penyakit Anak
Transfusi Rasional pada Bayi dan Anak
Pustika Amalia Wahidiyat, Pustika EfarDivisi Hematologi-Onkologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS. Dr. Cipto MangunkusumoJakarta
Latar belakang
Darah dan produk darah dapat diperlukan pada keadaan kehilangan darah akut atau pada
kegagalan produksi seperti pada supresi sumsum tulang.1 Transfusi darah dapat merupakan
intervensi yang menyelamatkan nyawa, namun di sisi lain dapat menimbulkan komplikasi akut
atau jangka panjang dan transmisi infeksi seperti HIV, hepatitis, dan sifilis,2-5 sehingga produk
darah sebaiknya hanya diberikan ketika keuntungan melebihi potensi kerugiannya.1 Pemberian
produk darah secara rasional berarti memberikan produk darah hanya pada kondisi dengan
morbiditas atau mortalitas signifikan yang tidak dapat dicegah atau ditata laksana efektif melalui
cara lain.
Transfusi darah adalah proses memasukkan darah atau komponen darah dari satu orang
ke dalam sistem peredaran darah orang lain, diberikan dengan berbagai tujuan antara lain untuk
mengembalikan volume darah normal, memperbaiki oksigenasi dan homeostasis secara cepat
ketika kadar hemoglobin (Hb) rendah, atau ketika tubuh gagal melakukan kompensasi terhadap
penurunan daya dukung oksigen.5 Kesalahan tersering dalam prosedur pemberian transfusi darah
adalah memberikan komponen darah yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien atau keliru
memberikan transfusi kepada pasien lainnya. Kesalahan tersebut dapat dicegah jika setiap dokter
dan paramedis mengetahui, memahami, dan menjalankan semua rekomendasi pemberian
transfusi darah di tempat mereka bekerja, dan melakukan identifikasi pasien secara teliti.6 Data
RS Dr. Cipto Mangunkusumo dalam kurun waktu 1 tahun terakhir (Mei 2012-Mei 2013) terdapat
5 kasus kesalahan pemberian transfusi darah.7
Transfusi produk darah
Istilah "produk darah" mencakup setiap substansi yang dihasilkan dari darah manusia.
Perkembangan teknologi memungkinkan produksi komponen darah dan derivat plasma dari
darah donor. Hal ini memberikan pilihan terapi yang luas untuk lebih banyak pasien sesuai
kebutuhannya, namun masih banyak negara yang tidak memiliki fasilitas untuk memisahkan
komponen darah. Hal tersebut membuat penggunaan whole blood (WB) masih dapat menjadi
pilihan yang tepat guna di tempat dengan fasilitas terbatas.2 Transfusi darah dapat merupakan
satu-satunya upaya menyelamatkan nyawa atau memperbaiki kondisi kritis pada seorang pasien,
namun sebelum memutuskan untuk melakukan transfusi kita perlu menimbang mana yang lebih
berat, risiko melakukan transfusi atau risiko menunda transfusi.
Transfusi whole blood
Whole blood didapatkan dari donor melalui vena-seksi, kemudian ditampung dalam kemasan
plastik steril yang berisi cairan antikoagulan dan pengawet (sitrat, fosfat, dekstrosa, adenin).
Darah akan disalurkan pada donor setelah melewati uji tapis infeksi. Transfusi WB cukup
menguntungkan karena prosesnya cukup sederhana dan hanya memerlukan 1 kemasan plastik
steril, tidak memerlukan peralatan khusus untuk pemrosesan darah, dan tidak memerlukan waktu
lama untuk menyiapkannya. Pemberian WB sesuai untuk kondisi perdarahan karena masih
mengandung sel darah merah serta faktor koagulasi yang stabil. Kerugian WB yang pernah
dilaporkan adalah risiko kelebihan darah (overload) karena volumenya lebih besar daripada
packed red cell (PRC).2
Transfusi packed red cell
Eritrosit atau sel darah merah diproduksi di sumsum tulang dalam pengaruh hormon
eritropoietin. Sel darah merah memiliki waktu hidup sekitar 120 hari setelah memasuki sistem
sirkulasi. Konsentrat sel darah merah atau PRC adalah komponen darah yang sedikit
mengandung plasma, didapat dengan memisahkan plasma dari WB. Transfusi PRC memiliki
beberapa risiko yang perlu diperhatikan, seperti reaksi hemolitik, transmisi infeksi, atau
kontaminasi bakteri jika tidak diproduksi dengan baik. Transfusi PRC memerlukan waktu yang
lebih lama karena viskositasnya yang tinggi (rasio eritrosit/plasma).2
Indikasi transfusi PRC
1. Umumnya diberikan pada kadar Hb < 7 g/dL.
2. Batasan yang lebih rendah masih dapat diterima pada anak yang tidak menunjukkan
gejala atau jika terapi lain (misalnya penambahan zat besi pada anemia defisiensi besi)
dapat diberikan.
3. Batasan yang lebih tinggi dapat diindikasikan pada kondisi spesifik seperti:
Hb < 7-10 g/dL: Pada operasi yang mengakibatkan perdarahan masif atau terbukti
adanya gangguan transpor oksigen.
Hb < 8 g/dL: Pada anak dengan riwayat transfusi kronik atau dalam terapi supresi
sumsum tulang (transfusi bertujuan menghilangkan gejala dan mengupayakan
pertumbuhan yang optimal).
Hb < 10 g/dL: Hanya pada populasi spesifik (misalnya neonatus).1
Komponen sel darah merah saat ini dapat diproses dengan filter sehingga menghasilkan produk
akhir yang sangat sedikit mengandung leukosit (leukocyte-depleted). Produk tersebut
mengandung leukosit kurang dari 5 x 106 per kantong sehingga reaksi transfusi dapat
diminimalkan. Produk rendah leukosit sebaiknya dipilih pada keadaan pasien imunokompromais
(keganasan, transplan organ, penyakit kritis, defisiensi imun primer atau sekunder), pasien yang
mendapat transfusi kronik, bayi di bawah usia 12 bulan, dan transfusi intrauterin atau transfusi
tukar. Pasien yang telah mengalami reaksi demam 2 kali atau lebih pasca-transfusi PRC juga
disarankan menggunakan produk rendah leukosit.2
Transfusi konsentrat trombosit (KT)
Konsentrat trombosit didapatkan dari trombosit yang dipisahkan dari plasma 4-6 donor sampai
terkumpul trombosit yang mencukupi dosis terapeutik untuk dewasa. Setiap 4-6 unit KT
biasanya mengandung minimal 240 x 109/L trombosit, yang diperkirakan mampu meningkatkan
hitung trombosit 20.000-40.000/uL. Sistem pooling ini meningkatkan risiko infeksi sehingga
trombosit yang didapat dari donor tunggal dengan teknik aferesis lebih disukai daripada donor
multipel. Konsentrat trombosit yang didapat dengan aferesis dapat mengandung 150-500 x 109/L
trombosit, setara dengan 3-10 KT teknik konvensional.2
Indikasi transfusi trombosit
Indikasi transfusi trombosit bervariasi pada beberapa situasi klinis, seperti dapat dilihat pada
tabel berikut:1
Situasi klinis Indikasi transfusi trombosit
Kegagalan sumsum tulang Trombosit < 10.000/uL tanpa demam, terdapat perdarahan mukosa spontan (perdarahan saluran cerna, kulit, saluran kemih, intrakranial).
Jika trombosit > 10.000/uL pemberian transfusi trombosit harus berdasarkan keadaan klinis pasien. Adanya perdarahan aktif (petekie multipel, epistaksis, hematuria masif, perdarahan saluran cerna) atau kemungkinan akan munculnya perdarahan (perdarahan retina, sakit kepala hebat, kejang) merupakan indikasi pemberian transfusi trombosit.
Trombosit < 20.000/uL jika terdapat faktor risiko perdarahan seperti demam, sepsis, atau adanya keadaan yang menyebabkan peningkatan pemakaian trombosit (pleteled consumption). Obat-obatan golongan asam salisilat dan anti inflamasi non-steroid sebaiknya tidak dipergunakan.6
Pembedahan atau prosedur invasif
Trombosit < 50.000/uL, atau lebih tinggi pada pembedahan yang memiliki risiko perdarahan masif (misalnya pembedahan otak).
Gangguan fungsi trombosit Transfusi trombosit diberikan jika terdapat perdarahan atau risiko tinggi terjadinya perdarahan, berapapun hitung trombosit saat itu.
Perdarahan atau transfusi masif Pertahankan trombosit > 50.000/uL jika trombositopenia dipikirkan merupakan penyebab perdarahan tersebut.
Pertahankan trombosit > 100.000/uL jika terdapat koagulasi intarvaskular diseminata (KID) atau perdarahan intrakranial.
Transfusi plasma beku segar ( f resh f rozen p lasma – FFP)
Plasma dipisahkan dari WB melalui proses sentrifugasi ataupun plasmaferesis. Indikasi utama
transfusi FFP tidak banyak karena risiko pemberiannya seringkali melebihi keuntungannya.
Plasma dapat menjadi media transmisi sebagian besar infeksi dalam darah, berisiko tinggi
menyebabkan reaksi transfusi, sehingga FFP hanya direkomendasikan untuk mengoreksi
gangguan koagulasi karena defisiensi faktor pembekuan darah, bukan untuk menggantikan
volume intravaskular. Plasma tidak terbukti lebih baik dibandingkan kristaloid ataupun koloid
sebagai cairan resusitasi dalam keadaan hipovolemia.2
Indikasi transfusi plasma beku segar
Transfusi FFP diberikan pada keadaan:1,6
Efek obat antikoagulan seperti warfarin, dengan perdarahan yang mengancam nyawa,
FFP dapat diberikan bersama dengan vitamin K dan konsentrat faktor pembekuan
yang bergantung pada vitamin K pada perdarahan dengan fungsi koagulasi yang
abnormal.
Penyakit hati, jika perdarahan disertai dengan fungsi koagulasi abnormal.
Setelah transfusi masif atau operasi pintas jantung, jika terdapat perdarahan dengan
fungsi koagulasi abnormal.
Transfusi kriopresipitat
Kriopresipitat dihasilkan dengan mengambil komponen presipitat dari FFP yang dihangatkan
(thawing) pada suhu 1-6oC. Setiap unit kriopresipitat mengandung sekitar 80-100 unit faktor VIII
dan 150-300 mg fibrinogen yang berasal dari donor tunggal ataupun pool dari minimal 6 donor.2
Indikasi transfusi kriopresipitat
Transfusi kriopresipitat diberikan sebagai alternatif dari konsentrat faktor VIII pada penyakit von
Willebrand, defisiensi faktor VIII (hemofilia A) atau defisiensi faktor XIII. Kriopresipitat juga
diindikasikan pada keadaaan defisiensi fibrinogen dengan perdarahan nyata, prosedur invasif,
trauma, atau KID.1,2
Panduan volume dan kecepatan pemberian transfusi darah pada anak1
Produk darah Volume transfusi (mL)
Ukuran kantong darah Kecepatan
PRC Berat badan (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan (g/dL) x 4
250-300 mL/kantong50-60 mL/kantong pediatrik
Transfusi dimulai pada kecepatan lambat (misalnya setengah kecepatan standar) lalu setelah 15 menit pengawasan tidak ditemukan reaksi transfusi kecepatan dapat ditingkatkan sampai darah dapat habis dalam 2-4 jam.
Trombosit 5-20 mL/kg (5-10 mL/kg akan menaikkan hitung
Anak < 40 kg:*Pediatrik (donor tunggal) 40-60 mL*Aferesis (donor tunggal) dibagi
3 mL/kg/jam dalam 2-3 jam(Terkadang trombosit diberikan dalam 30 menit
trombosit 50.000 – 100.000/uL)
dalam 4-8x 40-60 mL/kantong
Anak > 40 kg atau dewasa:*Aferesis (donor tunggal) > 200 mL atau dibagi dalam 2 x > 100 mL/kantong*Pool dari 4-5 donor > 160 mL
namun hal tersebut berpotensi menimbulkan reaksi demam, menggigil, atau kelebihan cairan)
FFP 10-20 mL/kg 300 mL/kantong50 mL/kantong (untuk bayi)
Mulai tidak lebih dari 5 mL/menit
Kriopresipitat 5-10 mL/kg 30-40 mL/kantong Mulai tidak lebih dari 5 mL/menit
Transfusi rasional pada neonatus
Indikasi transfusi produk darah pada neonatus umumnya tidak berbeda dengan anak. Transfusi
PRC diberikan untuk mempertahankan hematokrit sesuai kondisi klinis bayi. Batasan target
hematokrit belum disepakati dan masih bervariasi antar unit neonatus di seluruh dunia.8 Irlandia
merekomendasikan target Hb 12-13 g/dL untuk neonatus dengan gangguan kardiopulmoner
berat, Hb 10-11 g/dL untuk gangguan kardiopulmoner sedang, Hb 8-10 g/dL untuk anemia
simptomatik, Hb 7-8 g/dL untuk pasien stabil dengan anemia, Hb 10 g/dL untuk pembedahan
mayor.9 Panduan lebih detail untuk transfusi PRC dan produk darah lain pada neonatus diringkas
dalam tabel di bawah ini.8,10
Indikasi transfusi pada neonatus
Produk darah Indikasi Pemberian
PRC (1) Perdarahan akut 10
(2) Menaikkan hematokrit sampai:* Ht > 40% pada penyakit jantung bawaan, gangguan kardiopulmoner berat (high frequency ventilation – HFV, nitric oxide – NO, ventilasi tekanan positif dengan mean airway pressure- MAP > 8 cm H2O)* Ht > 35% pada gangguan kardiopulmoner sedang (MAP 6-8 cm H2O, FiO2 > 35%)* Ht > 30% pada gangguan respirasi ringan (ventilasi mekanik setting minimal, continuous positive airway pressure – CPAP dengan FiO2 > 35%, terapi bronkodilator), apnea signifikan (> 10 episode/24 jam atau > 2 episode yang memerlukan ventilasi bag-mask)* Ht > 30% pada anemia simptomatik (kenaikan berat
10-20 mL/kg selama 1-3 jam (maksimum 4 jam)
Volume yang diperlukan (mL)=1,6 x berat badan (kg) x kenaikan Ht yang diinginkan (%)
Produk darah Indikasi Pemberian
badan < 10g/kg/hari selama 4 hari berturut-turut dengan asupan kalori adekuat, takikardia > 180 kali/menit, takipneu > 80 kali/menit persisten selama 24 jam), atau pembedahan mayor * Ht > 20-25% untuk bayi stabil (anemia asimptomatik) jika retikulosit < 5% 8,10
Trombosit * Secara umum, diindikasikan pada hitung trombosit < 50.000/uL* Pada perdarahan aktif atau sebelum pembedahan, KT diberikan untuk menaikkan trombosit hingga > 100.000/uL* Pada neonatus stabil tanpa perdarahan, hitung trombosit 20.000-30.000/uL masih dapat ditoleransi 8
10-20 mL/kg(diperkirakan mampu meningkatkan hitung trombosit 60.000 – 100.000/uL)
FFP Pada perdarahan dengan:* Koagulopati akibat defisiensi kongenital faktor pembekuan (jika tidak tersedia konsentrat faktor pembekuan)* Defisiensi vitamin K* KID* Transfusi masif pada perdarahan akut (transfusi > 50% volume darah) mencegah kogulopati dilusi* Untuk transfusi tukar, jika tidak menggunakan WB* Walaupun FFP memberikan bantuan volume pada sirkulasi, FFP TIDAK direkomendasikan sebagai cairan resusitasi karena ada pilihan lain yang lebih aman.8
* Hindari FFP “profilaksis” 11
10-20 mL/kg selama 1-2 jam (maksimum 4 jam)
Kriopresipitat * Meningkatkan kadar fibrinogen pada hipofibrinogenemia (KID, transfusi masif)* Defisiensi faktor VIII, XIII 8
10 mL/kg (0,1-0,2 unit/kg meningkatkan fibrinogen 60-100 mg/dL)
Transfusi harus selesai dalam 6 jam setelah kriopresipitat diencerkan
Transfusi rasional pada penyakit kronik dan kondisi khusus lain
Anemia pada penyakit kronik adalah anemia kedua terbanyak setelah anemia defisiensi besi.
Penyakit kronik yang terbanyak menyebabkan anemia adalah infeksi (akut maupun kronik),
keganasan, autoimun, dan penyakit ginjal kronik. Mengatasi penyakit dasarnya adalah
pendekatan terapeutik utama untuk anemia pada penyakit kronik, namun jika penyakit dasar
tersebut belum teratasi maka strategi alternatif seperti transfusi dapat diperlukan.12
Thalassemia
Thalassemia adalah salah satu masalah utama di kawasan endemis seperti Mediterania, Timur
Tengah, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Anak dengan thalassemia mayor memerlukan
transfusi rutin untuk menjaga kadar hemoglobin yang cukup untuk oksigenasi jaringan
tubuhnya.2 Target transfusi PRC pada thalassemia adalah menjaga transpor oksigen baik dalam
tubuh, mencapai kadar hemoglobin yang cukup, dan meminimalkan reaksi transfusi yang
mungkin terjadi, termasuk transmisi infeksi.13
Beberapa pertimbangan untuk memulai transfusi pada anak dengan thalassemia adalah Hb < 7
g/dL pada 2 pemeriksaan dengan interval > 2 minggu tanpa faktor pemicu anemia seperti infeksi,
atau Hb ≥ 7 g/dL namun disertai dengan perubahan wajah (facies Cooley), retardasi
pertumbuhan, fraktur, atau hematopoiesis ekstramedular. Transfusi selanjutnya dilakukan secara
rutin dengan interval 2-5 minggu untuk mempertahankan Hb pra-transfusi selanjutnya di atas 9-
10 g/dL. Target Hb pra-transfusi lebih tinggi yaitu 11-12 g/dL dapat dipertimbangkan dengan
penyakit jantung. Target Hb pasca-transfusi 12-13 g/dL, tidak lebih dari 14 g/dL. Volume PRC
yang diberikan biasanya 10-15 mL/kg dalam 3-4 jam.13
Penyakit ginjal kronik
Anemia merupakan salah satu konsekuensi dari penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal
kronik atau chronic kidney disease (CKD). Pada laju filtrasi glomerulus kurang dari 43
mL/menit/1,73 m2 terdapat penurunan hemoglobin 0,3 g/dL untuk setiap penurunan laju filtrasi
glomerulus 5 mL/menit/1,73 m2. Anak dengan CKD dikatakan anemia pada kadar hemoglobin <
11 g/dL (usia 6 bulan-5 tahun), < 11,5 g/dL (usia 5-12 tahun), < 12 g/dL (usia 12-15 tahun), < 12
g/dL (usia > 15 tahun, perempuan), dan < 13 g/dL (usia > 15 tahun, lelaki).14
Transfusi PRC tidak direkomendasikan secara rutin untuk anemia pada CKD, bahkan
dalam rekomendasi Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) tahun 2012
dikatakan bahwa pada kasus anemia kronik seperti pada CKD, transfusi sel darah merah
sebaiknya dihindari untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya.14
Transfusi pada CKD anak, pada khususnya, perlu dipertimbangkan secara matang mengingat
transfusi dapat memimbulkan risiko sensitisasi alogenik yang dapat memengaruhi keberhasilan
transplantasi ginjal.15
Transfusi PRC hanya diberikan pada kasus anemia kronik yang tidak efektif jika diterapi
dengan eritropoietin, misalnya pada kasus hemoglobinopati, kegagalan sumsum tulang, dan
resistensi eritropoietin. Keputusan untuk melakukan transfusi sebaiknya tidak semata-mata
berdasarkan “angka” ambang batas hemoglobin, tetapi juga berdasarkan gejala klinis yang terjadi
akibat anemia.14 Anak akan mendapatkan manfaat dari transfusi sel darah merah jika terdapat
gangguan oksigenasi.15 Pemberian transfusi sel darah merah pada anemia akut direkomendasikan
jika transfusi diperlukan untuk menstabilkan kondisi pasien (misalnya pasca-perdarahan akut)
atau ketika hemoglobin perlu ditingkatkan segera sebagai persyaratan pre-operatif. Indikasi
transfusi pada anak dengan CKD diuraikan dalam tabel di bawah ini.14
Indikasi transfusi sel darah merah pada CKD14
Indikasi Keterangan
Jika anemia perlu diatasi segera untuk menstabilkan kondisi pasien
Perdarahan akut, cepat, yang belum dapat dihentikan Perkiraan kehilangan darah > 30-40% volume darah, dengan
gejala kehilangan darah yang masif Perkiraan kehilangan darah < 25-30% volume darah, namun
hipovolemia masih tampak sekalipun resusitasi dengan kristaloid/koloid telah diberikan
Indikasi transfusi pada kondisi anemia yang disertai gagal jantung tidak berbeda dengan indikasi transfusi secara umum, namun status volume pasien perlu dipantau lebih cermat
Jika hemoglobin perlu ditingkatkan segera untuk persiapan operasi
Transfusi tidak direkomendasikan pada hemoglobin ≥ 10 g/dL, namun sebaiknya diberikan pada kadar < 7 g/dL
Pasien risiko tinggi misalnya anak dengan gangguan kardiovaskular atau respiratorik dapat diberikan transfusi jika hemoglobin < 8 g/dL
Belum ada rekomendasi pasti untuk kadar hemoglobin di antara 7-10 g/dL
Jika gejala anemia tampak pada pasien yang tidak efektif diterapi dengan eritropoietin (hemoglobinopati, kegagalan sumsum tulang, resistensi eritropoietin)
Pasien dengan anemia kronik yang dependen terhadap transfusi sel darah merah berisiko mengalami kelebihan besi (sekitar 200 mg besi terkandung dalam 1 kantong sel darah merah)
Kantong darah yang paling segar (freshest-available) perlu dipilih untuk memaksimalkan usia sel darah post-transfusi
Hemosiderosis dapat mengakibatkan kerusakan organ pada pemberian besi 15-20 gram (sekitar 75-100 kantong sel darah merah)
Reaksi Transfusi
Efek samping akibat transfusi darah merupakan hal yang tidak boleh dilupakan setiap kita
memberikan darah kepada anak. Data di Inggris melaporkan 2.628 total reaksi transfusi, 10
kejadian per 100.000 komponen darah yang diberikan, dengan kematian sebanyak 100 kasus.
Komplikasi akut transfusi yang mengancam nyawa diantaranya adalah reaksi hemolitik akut,
reaksi terhadap unit darah yang terkontaminasi bakteri, transfusion-related acute-lung injury
(TRALI), kelebihan cairan (transfusion-associated circulatory overload/TACO), dan reaksi
alergi berat atau anafilaksis. Reaksi lain yang lebih ringan seperti urtikaria, demam juga sering
ditemukan (1-2% resipien). Reaksi transfusi tipe lambat dapat terjadi pada lebih dari 24 jam
pasca-transfusi, dan gejala akibat transmisi infeksi melalui transfusi darah juga dapat muncul
lebih lama.16
Daftar Pustaka
1. The Royal Children’s Hospital Melbourne. Blood product transfusion. Januari 2013. Diunduh dari: http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline index /Blood product transfusion# tanggal 3 Mei 2013.
2. World Health Organization (WHO). The clinical use of blood in medicine, obstetrics, pediatrics, surgery & anaesthesia, trauma & burns. Diunduh dari: http://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/Manual_EN.pdf tanggal 3 Mei 2013.
3. Sharma S, Sharma P, Tyler LS. Transfusion of blood and blood products: indication and complication. Am Fam Physician. 2011;83:719-24.
4. Rahardjo E, Sunatrio H, Mustafa I, Moeslichan Mz, Gatot D, Sungkar A, dkk. HTA Indonesia Transfusi komponen darah: indikasi dan skrining. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003.
5. Liumbruno G, Bennardello F, Lattanzio A, Piccoli P, Rosseti G. Recommendation for the transfusion of the red blood cell. Blood Transfus. 2009;7;49-64.
6. Gibson B. Blood transfusion in children with haematological/oncological disease. Glassgow: Hemato-Oncology (Schiehallion) unit Royal Hospital for Sick Children, Yorkhill. Women and Children’s Directorate, 2006. h.1-7.
7. Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Data Unit Transfusi Darah Mei 2012-Mei 2013. Jakarta: RSCM, 2013.
8. Gomella TL. Blood component therapy. Dalam: Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Tuttle D, penyunting. Neonatology: management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. Edisi ke-6. New York: McGraw-Hill, 2009. h.133-8.
9. O’Riordan JM, Fitzgerald J, Smith OP, Gorman WA for the National Blood Users Group. Irish Med J. 2007;100:Supplement.
10. Kasat K, Hendricks-Munoz KD, Mally PV. Neonatal red blood cell transfusions: searching for better guidelines. Blood Transfus. 2011;9:86-94.
11. Motta M, Testa M, Tripodi G, Radicioni M. Changes in neonatal transfusion practice after dissemination of neonatal recommendation. Pediatrics. 2010;125:e810.
12. Weiss G. Goodnough LT. Anemia of chronic disease. N Engl J Med. 2005;352:1011-23.
13. Thalassaemia International Federation. Guidelines for the clinical management of thalassaemia. Edisi ke-2. Cyprus: Thalassaemia International Federation, 2008. h.14-9.
14. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Anemia Work Group. KDIGO Clinical practice guideline for anemia in chronic kidney disease. Kidney Int. 2012;2:279s–335s.
15. Kasiske BL. KDOQI clinical practice guidelines and clinical practice recommendations for anemia in chronic kidney disease. Am J Kidney Dis. 2006;48:879-1040.
16. McClelland DBL. Handbook of transfusion medicine. Edisi ke-4. London: United Kingdom Blood Services, 2007.