Materi Hernia
-
Upload
jufri-raksana -
Category
Documents
-
view
27 -
download
0
description
Transcript of Materi Hernia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia inguinalis ini frekuensinya pada jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
daripada wanita. Karena struktur anatomis dari kanal inguinal pada pria lebih besar,
serta aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan manifestasi peningkatan
tekanan intraabdomen memberikan predisposisi besar kondisi hernia inguinalis pada
pria.
Hernia femoralis hanya sekitar 3% dari keseluruhan hernia abdominal.
Frekuensi pada wanita lebih banyak daripada pria. Perbandingannya antara
perempuan dan laki-laki yaitu 4:1. Kondisi ini dihubungkan dengan struktur panggul
yang lebih luas memberikan predisposisi lebih besar, khususnya wanita lanjut usia
akibat penurunan kekuatan ligament.
Hernia umbilikalis
B. Tujuan
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis, WOC dari
hernia inguinalis, femoralis, dan umbilikalis.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
hernia inguinalis, femoralis, dan umbilikalis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Hernia Femoralis
a. Anatomi dan Fisiologi Hernia Femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari vena femoralis di dalam lakuna
vasorum, dorsal dari ligamen inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di
dalam vena femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan
tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh ligamen inguinalis, kaudodorsal oleh
pinggir os pubis dari ligamen iliopektineale (ligamen Cooper), sebelah lateral oleh
vena femoralis, dan disebelah medial oleh ligamen lakunare Gimbernati. Hernia
femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamen inguinalis. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis (Sjamsuhidayat,
2005).
b. Pengertian
Hernia femoralis adalah benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.
Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis). Hernia femoralis ini
terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini
mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara
bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih
masuk ke dalam kantung.
c. Etiologi
Predisposisi penyebab terjadinya hernia femoralis sama dengan terjadinya
hernia inguinalis. Hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding akibat defek
congenital yang tidak diketahui. Lemahnya dinding dapat terjadi karena usia
lanjut akibat perubahan stuktur fisik dari dinding rongga. Faktor penyebab lainnya
adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
Ada faktor presipitasi yaitu kelemahan struktur aponeurosis dan fascia
tranversa. Pada orang tua karena degenerasi atau atropi tekanan intra abdomen
meningkat, batuk yang kuat / kronis, konstipasi kronis, mengangkat bebab berat,
aktifitas, seperti atlet angkat besi, balap sepeda dan berbagai jenis olahraga
lainnya.
d. Patofisiologi
Hernia femoralis akan berkembang dengan proses waktu, dengan berbagai
aktivitas yang meningkatkan tekanan intraabdomen akan mendorong lemak
preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya hernia. Kurangnya tonus otot abdominal, obesitas, dan kehamilan
multipara juga meningkatkan resiko pada wanita untuk mengalami hernia
femoralis.
Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafipada
hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau Shouldice yang
menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih bergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas. Sebagian besar hernia
femoralis berkembang hanya pada satu sisi, tetapi sekitar 15% dari hernia
femoralis bersifat bilateral dan kondisi hernia bilateral cenderung lebih tinggi
untuk terjadi hernia strangulasi, serta sekitar 20% hernia bisa berkembang menjadi
hernia inklarserata (Erickson, 2009).
e. Manifestasi Klinis
Pada hernia femoralis kadang tidak menimbulkan gejala. Tapi ada beberapa
gejala yang sering tampak yaitu:
1. Nampak benjolan di lipat paha bagian atas atau pangkal paha.
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit atau nyeri di paha dan
disertai perasaan mual.
3. Hernia femoralis dapat menyebabkan sakit waktu kencing (dysuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
4. Bila pasien mengejan dan disertai batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan untuk pasien hernia femoralis adalah:
1. Pemeriksaan diameter anulus inguinalis.
2. Pemeriksaan penunjang. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar
gas dalam usus atau obtruksi usus.
3. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidakseimbangan cairan elektrolit.
g. Komplikasi
1. Hernia berulang.
2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.
3. Pendarahan yang berlebihan atau infeksiluka bedah.
4. Luka pada usus.
5. Setelah hernigrafi dapat terjadi hematoma.
6. Postes urin dan feses.
7. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
8. Strangulasi (penyumbatan aliran darah).
9. Gangguan perfusi jaringan.
h. WOC
2. Definisi Hernia Inguinalis
a. Definisi
Hernia Inguinalis adalah kondisi prostusi (penonjolan) organ intestinal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari
cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa
juga merupakan suatu jaringan lemak / omentum (Erickson, 2009).
Sebanyak 10% dari populasi mengembangkan beberapa jenis hernia selama
hidup. Sebanyak 50% adalah untuk hernia inguinalis tidak langsung, dimana
pria : wanita memilki rasio 7:1, sementara 25% adalah untuk hernia inguinalis
langsung. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini
berhubungan dengan berbagai aktivitas yang memungkinkan peningkatan tekanan
intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang (Erickson, 2009).
b. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a) Terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga yang lemah.
Lemahnya dinding dapat terjadi pada usia lanjut akibat perubahan struktur
fisik dari dinding rongga.
b) Umur.
2) Faktor Presipitasi
a) Adanya peningkatan tekanan intraabdomen. Tekanan intraabdominal
umumnya meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan.
b) Batuk yang kuat, bersin yang kuat, mengedan akibat sembelit juga dapat
meningkatkan tekanan intraabdomen.
c. Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan
atau ruang luas pada ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma.
Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan
atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan,
seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari
faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada
pria dari pada wanita.Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis
indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap
terjadi pada area yang lemah ini karena efisiensi kongenital.
d. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
1) Pada hernia keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong
hernia.
2) Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.
e. Penatalaksanaan
1) Pengobatan operatif merupakan satu – satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakan. Untuk
memperoleh keberhasilan maka factor – factor yang menimbulka terjadinya
hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostate,tumor, ascites, dll)
dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari.
a) Herniotomy, dilakukan untuk membuang kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong.
b) Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan dedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis, meliputi hal –hal berikut.
1. Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan risiko hernia
inkarserata atau hernia strangulata
2. Nyeri hebat yang merupakan respon masuknya penonjolan memenuhi kanal
3. Definisi Hernia Umbilikalis
a. Definisi
Hernia umbilikalis adalah suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu
organ abdominal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis
dan lemah. Isi yang masuk dapat berupa organ intestinal atau jaringan lemak
abdomen/omentun (Erickson, 2009).
b. Etiologi
Penyebab belum pasti diketahui, tetapi terdapat predisposisi penting dalam
pembentukan hernia umbilikalis. Predisposisi usia terutama setelah kelahiran
dapat menjadi predisposisi terbentuknya hernia umbilikalis. Hernia umbilikalis
pada umum terjadi pada bayi baru lahir, khususnya kelahiran prematur
(Snyder,2007).
Pada orang dewasa, kondisi apa pun yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal dapat menyebabkan pembentukan hernia umbilikalis. Kondisi
obesitas, mengangkat benda berat, akumulasi cairan abdomen (asites), batuk,
mengejan(berusaha kuat untuk buang air kecil atau buang air besar), penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK), atau kehamilan multipara memberikan respons
peningkatan tekanan intraabdominal yang menjadi predisposisi hernia
umbilikalis.
c. Patofisiologi
Hernia umbilikalis yang terjadi pada anak-anak merupakan efek sekunder dari
kegagalan penutupan cincin pusar, tetapi pada orang dewasa yang mengalami hernia
umbilikalis, hanya 1 dari 10 orang dewasa yang memiliki riwayat hernia umbilikalis pada
masa anak-anak. Hernia umbilikalis sering menonjol melalui kelemahan otot daerah
sekitar pusar. Area ini pada masa perkembangan janin merupakan jalan pasokan
pembuluh darah dari ibu ke janin. Setelah lahir, tali pusar dipotong dan meninggalkan
sisa tempat sebagai pusar. Hernia umbilikalis pada bayi (kongenital) secara fisiologis
akan hilang dengan spontan pada usia 1-2 tahun.
Hernia umbilikalis pada orang dewasa dapat terjadi melalui kanal anterior yang
dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilikalis, dan rektus lateral. Hernia
umbilikalis dewasa ketika jaringan perhubungan (fasia) dari dinding perut diarea pusar
mengalami kelemahan. Kelemahan ini berlangsung sampai periode beberapa tahun
sampai akhirnya isi perut masuk ke dalam kantung dan membentuk tonjolan di sekitar
umbilikalis. Pada fase awal hernia umbilkalis biasanya kecil dan hanya berisi lemak
omentum. Kemudian isi abdominal (kolon transversus, usus halus, omentum besar)
terdorong ke dalam kantung akibat tekanan intraabdomen, menyebabkan hernia
umbilikalis bisa tumbuh membesar.
Dengan berlanjutnya proses hernia, kondisi hernia inkarserata dengan penjepitan
usus menyebabkan obstruksi intestinal. Apabila suplai darah dari bagian usus yang
terperangkap dalam hernia terganggu (hernia ini disebut dengan hernia stangulasi) dan
usus akan mengalami iskemia lalu nekrosis, serta akan memberikan manifestasi yang
fatal.
d. Pengkajian Penatalaksanaan Medis
1) Konservatif.
Hernia umbilikalis kecil yang mudah didorong kembali kedalam perut (penurunan).
Pada orang dewasa, berat badan normal dapat diawasi dengan ketat, terutama jika
individu mempunyai risiko bedah pembedahan yang tinggi (Katz, 2001).
2) Pembedahan.
Perbaikan hernia umbilikalis direkomendasikan dalam semua orang dewasa lainnya.
Hernia umbilikalis besar sering diperlukan dentgan prosedur Mayo, dengan
menggunakan implan poliuretan untuk memberikan dukungan kepada kantung hernia
didalam perut (Ginsburrg, 2007).
e. WOC
Aktual/risiko syok hipovolemik
Gangguan gastrointestinal: mua,lmuntah penurunan intake
nutrisi dan cairan
Pasca bedah
Respons psikologis
Prabedah
Nekrosis intestinal
Intervensi bedahKecemasan pemenuhan
informasi
Intervensi bedah relatif Interfensi konservatif
Gangguan suplayi darah ke intestinal yang masuk dalam
kantung hernia
Gangguan vaskularisasi Hernia strangulata
Ketidaknyamanan abdominal
Hernia umbilikalis didapat
Respon keluarga dan psikologis pada bayi atau anak tarhadap
hopitilisasi
Dampak hopitalisasi perubahan peran keluarga akibat perubahan family center gangguan proses bermain
Hernia umbilikalis kongenital
Hernia iresponibel
Masuknya omentum organ intestinal ke kantung
umbilikalis
bayi baru lahir, khususnya kelahiran prematuritas
Kelemahan dinding abdominal Tekanan intra abdominal tinggi
Prostrusi hilang timbul
Hernia responibel
Obstruksi intestinal Ileus
obstruksi
Gangguan pasase Hernia inkarserata
Kerusakan jaringan
pascabedah
Perubahan asupan nutrisi pascabedah
Respon sistemik
pascaprosedur
Port de entree
Risiko ketidakseimban
gan nutrisi kurang dari kebutuhan
Risiko injury
Risiko inveksi
Respons sensitifitas saraf lokal
Ketidaknyamanan abdominal
Nyeri
Resiko ketidak seimbangan cairan tubuh
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian meliputi identitas klien yaitu:
a. Nama lengkap
b. Alamat
c. Tempat tanggal lahir
d. Jenis kelamin
e. Agama
f. Pendidikan, dll
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pada pasien hernia femoralis yaitu biasanya
mengeluh adanya benjolan pada lipat paha.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk diobservasi adalah ada atau
tidaknya penyakit sistemik, seperti: DM, hipertensi, dan tuberkolosis sehingga
dapat dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang, keluhan lain yang didapatkan yaitu sesuai dengan
kondisi hernia saat ini.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat keluarga yang pernah mengalami atau menderita penyakit DM,
hipertensi, tuberkolosis sangat beresiko tinggi untuk terkena hernia femoralis.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia. Pada
pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan yaitu:
1. Infeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormalpada lipat paha. Apabila
tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan pemeriksaan
sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas peningkatan intraabdomen,
seperti mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat paha.
2. Palpasi : nyeri tekan pada lipat paha dan pada paha atas.
3. Auskultasi : penurunan bising usus atau tidak ada menandakan gejala obstruksi
intestinal.
Pengkajian diagnostik yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan kultur
jaringan untuk mendeteksi adanya adenitas tuberkulosa, foto polos abdomen untuk
mendeteksi adanya udara pada usus untuk mendeteksi adanya ileus, dan CT Scan
untuk mendeteksi adanya hernia.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan dyspneu
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipoksia
3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tonus otot menurun
5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kerja ginjal
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake inadekuat
7. Nyeri berhubungan dengan ketidaknyamanan kondisi penyakit.
D. Rencana Keperawatan
1. Gangguan Pola nafas berhubungan dengan dispneu
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola pernafasan
pasien efektif (reguler)
Kriteria Hasil:
a. Pasien memperlihatkan frekuensim pernafasan yang efektif
b. Pasien adaptif mengatasi faktor-fektor penyebab
Intervensi Rasional
Observasi fungsi pernafasan, catat
RR, dispneu, atau perubahan TTV
Distres pernafasan dan perubahan
pada TTV dapat terjadi sebagai
akibat stress fisiologis dan nyeri
atau dapat menunjukkan
terjadinya syok sehubungan
dengan hipoksia
Berikan posisi yang nyaman
biasanya dengan peninggian tempat
tidur
Meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit
Jelaskan pada pasien tentang etiologi
/ faktor pencetus adanya sesak
Pengetahuan apa yang diharapkan
dapat mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana terapeutik
Evaluasi
S: Pasien mengatakan nafasnya sudah teratur dan tidak mengalami sesak lagi
O: RR : 18x/menit pasien tidak tampak gelisah
N :80x/menit
TD : 110/90 mmHg
A: Masalah teratasi total
P: Hentikan intervensi
2. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d hipoksia
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam gangguan perfusi jaringan serebral teratasi
Kriteria hasil : kesadaran komposmetis, TIK normal, tidak pucat, lemah dan TD
normal
Intervensi Rasional
Observasi neurologis setiap 1-2 jam Untuk mengetahui tingkat
perubahan dan status neurologis
Ukur suhu pasien minimal setiap 4
jam
Hipotermi menyebabkan
penurunan tekanan perfusi
serebral
Tinggikan tempat tidur pasien
bagian kepala 30oC
Mencegah peningkatan TIK dan
untuk memvasilitasi drainase vena
sehingga menurunkan edema
serebral
Berikan histmani 2, reseptor
antagonis sesuai program
Untuk mecegah perkembangan
ulkus tekanan
Evaluasi
S : Pasien merasa nyaman
O : Suhu 36oC, TD 110/90 mmHg, N 60x/menit
A : Masalah teratasi total
P : hentikan Intervensi
3. Resiko tinggi cedera b/d penurunan kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kesadaran pasien
optimal (composmentis)
Kriteria Hasil : Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menybabkan
cedera, pasien dan anggota keluarga atau pemberi asuhan mengembangkan
strategi untuk mempertahankan keamanan
Intervensi Rasional
Observasi faktor-faktor yang
dapat berkontribusi terhadap
cedera
Untuk meningkatkan kesadaran
pasien, anggota keluarga, dan
pemberi asuhan
Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang perlunya
penerangan yang aman.
Sarankan pasien untuk memakai
kaca mata
Untuk mengurangi silau
Ajarkan pasien dengan gaya
berjalan yang tidak stabil tentang
penggunaan peralatan adaptif
Untuk menurunkan potensial
cedera
Evaluasi
S : Pasien mengatakan pengetahuan tentang pencegahan cedera bertambah
O : Dapat melakukan tindakan dari yang diajarkan pemberi asuhan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
4. Intoleransi aktifitas b/d tonus otot menurun
Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam kegiatan
Kriteria Hasil : pasien bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
Intervensi Rasional
Monitor respon fisiologis terhadap
aktivitas
Respon bervariasi dari hari ke hari
Berikan bantuan perawatan yang
pasien sendiri tidak mampu
Mengurangi kebutuhan energi
Jadwalkan perawatan pasien
sehingga tidak mengganggu
isitirahat
Ekstra istirahat perlu jika karena
meningkatkan kebutuhan
metabolic
Evaluasi
S: Pasien mengatakan tidak merasakan lelah lagi
O: tonus otot meningkat
A: Maslah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
5. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kerja ginjal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam urine pasien
normal
Kriteria Hasil : Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan, pasien
mengatakan peningkatan kenyamanan, pasien dan anggota keluarga atau
pasangan mendemostrasikan ketrampilan mengelola masalah eliminasi urine
Intervensi Rasional
Pantau status neuromuscular dan
pola berkemih pasien
dokumentasikan dan laporkan
asupan dan haluaran pasien
Pengukuran asupan dan haluaran
yang akurat sangat penting untuk
pemberian terapi penggantian
cairan yang benar
Berikan perawatan untuk kondisi
perkemihan pasien dengan tepat
Perawatan kondisi perkemihan
dapat meningkatkan kenyamanan
dan sesuai program, pantau
kemajuannya
pada pasien
Dorong asupan cairan 3000mL/24
jam jika tidak dikontraindikasikan
Untuk melembabkan membrane
mukosa dan melarutkan zat kimia
dalam tubuh
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan
keluhannya tentang masalah
perkemihan
Mendengar aktif menunjukkan
respek kepada pasien,
pengungkapan secara bebas dapat
membantu mengetahui ketakutan
pasien
Evaluasi
S : pasien mengatakan urine yang dikeluarkan lancer dan tidak ada gangguan
O : urine normal ( frekuensi, warna, bau )
A : Masalah teratasi total
P : Hentikan Intervensi
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d intake inadekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam volume cairan
pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : Pasien mempertahankan berat badan normal dalam hubungannya
dengan tinggi badan dan usia, asupan dan haluaran cairan tetap dalam kadar yang
tepat sesuai usia dan kondisi fisik
Intervensi Rasional
Timbang BB pasien setiap hari
sebelum sarapan
Untuk membantu mendeteksi
perubahan keseimbangan cairan
Ukur asupan cairan dan haluaran
urine untuk mendapatkan status
cairan
Penurunan asupan atau
peningkatan haluaran
mengakibatkan deficit cairan
dan mengakibatkan kelebihan
cairan
Periksa membrane mukosa mulut
setiap hari
Membrane mukosa kering
merupakan suatu indikasi
dehidrasi
Evaluasi
S: Pasien mengatakan mukosa bibirnya tetap berwarna merah dan lembab
O : membrane mukosa lembab, BB normal, asupan = haluaran
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
7. Nyeri b/d ketidaknyamanan kondisi penyakit
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam nyeri yang
dirasakan Px berkurang
Kriteria Hasil : Mengenali faktor penyebab, Menggunakan metode pencegahan non
analgetik untuk mengurangi nyeri, Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi Rasional
Observasi isyarat-isyarat (gerakan
tubuh)non verbal dari
ketidaknyamanan,khususnya
ketidakmampuan untuk
komunikasi secara efektif.
Mengetahui respon
komunikasi non verbal Px
Gunakan komunikasi terapeutik
agar klien dapat mengekspresikan
nyeri
Komunikasi terapeutik
berguna untuk menilai respon
nyeri pasien
Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologik (kompres air hangat)
Agar Px dapat melakukan
secara mandiri tindakan
tanpa menggunakan obat
Berikan analgesik sesuai anjuran Untuk mengurangi rasa nyeri
Evaluasi
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang
O : pasien tidak tampak menyeringai, pasien tidak kesakitan
A : Masalah teratasi sebagian
P : LAnjutkan Intervensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia
dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi
nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah
ini untuk kedepannya.