Masalah Gizi

34
Skenario 2 : Di puskesmas Kecamatan Pedes diketahui banyak ibu hamil menderita anemia status gizi kurang dan paritas tinggi yaitu rata-rata 5 orang anak dan juga banyak sekali balita yang menderita gizi buruk, rabun senja dan retardasi mental. Beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas tersebut juga dinyatakan sebagai daerah endemis gondok. Sebagian besar mata pencarian penduduk adalah nelayan namun sebagian besar hasilnya dijual. Masyarakat juga sebgian bertani dan menanam singkong. Di wilayah tersebut terdapat 3 posyandu di 3 desa dari 10 desa yang ada. LATAR BELAKANG Sehat adalah hak asasi manusia, sebagaimana tertera dalam deklarasi universal PBB tahun 1948. Sehat memungkinkan orang hidup sejahtera, dan produktif. Sehat memungkinkan keluarga tumbuh dan berkembang, dan berkontribusi produktif di komunitasnya. Sehat memungkinkan sebuah bangsa dengan daya tahan yang tinggi, dan berkontribusi positif dalam arena bangsa-bangsa di dunia. Pembangunan di bidang kesehatan Indonesia dalam 5 tahun ke depan diarahkan untuk mencapai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Sasaran yang ingin dicapai adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), dan menurunkan prevalensi gizi kurang. Gizi merupakan salah satu dari masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, dan diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya terbesar di pelosok tanah air. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan

description

pbl 26

Transcript of Masalah Gizi

Skenario 2 :Di puskesmas Kecamatan Pedes diketahui banyak ibu hamil menderita anemia status gizi kurang dan paritas tinggi yaitu rata-rata 5 orang anak dan juga banyak sekali balita yang menderita gizi buruk, rabun senja dan retardasi mental. Beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas tersebut juga dinyatakan sebagai daerah endemis gondok. Sebagian besar mata pencarian penduduk adalah nelayan namun sebagian besar hasilnya dijual. Masyarakat juga sebgian bertani dan menanam singkong. Di wilayah tersebut terdapat 3 posyandu di 3 desa dari 10 desa yang ada.LATAR BELAKANGSehat adalah hak asasi manusia, sebagaimana tertera dalam deklarasi universal PBB tahun 1948. Sehat memungkinkan orang hidup sejahtera, dan produktif. Sehat memungkinkan keluarga tumbuh dan berkembang, dan berkontribusi produktif di komunitasnya. Sehat memungkinkan sebuah bangsa dengan daya tahan yang tinggi, dan berkontribusi positif dalam arena bangsa-bangsa di dunia.Pembangunan di bidang kesehatan Indonesia dalam 5 tahun ke depan diarahkan untuk mencapai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Sasaran yang ingin dicapai adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), dan menurunkan prevalensi gizi kurang. Gizi merupakan salah satu dari masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, dan diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang keberadaannya terbesar di pelosok tanah air.Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan sahaja. Penyebab masalah gizi adalah multifactor, oleh karena itu pendekatan penaggulangannya harus melibatkan berbagai sector yang terkait. TUJUANEPIDEMIOLOGI ANEMIA IBU HAMILTrias epidemiologi terdiri dari host, agen dan lingkungan.HostFaktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang terdiri dari :a. UmurSemakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang.b. Kelompok etnikBerdasarkan penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ras kulit hitam memiliki risiko anemia pada kehamilan 2 kali lipat dibanding dengan kulit putih. Hal ini juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi.c. Keadaan FisiologisKeadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe yang lebih banyak untuk eritropoesis.d. Keadaan imunologisKeadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik. Hal ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel darah merah. e. KebiasaanKebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak. Selain itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi terjadinya anemia.f. Sosial ekonomisFaktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam mendapatkan informasi mengenai anemia pada kehamilan.g. Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatanFaktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005).

AgentAgens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu:a. Unsur giziTerjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil.b. Kimia dari dalam dan luarAnemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan obat. Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan peningkatan sintesa laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta dan eritropoetin menstimulasi hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007).c. Faktor faali/ fisiologisFaktor fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan Hb tidak sebanyak dengan peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal tersebut berisiko terjadinya anemia pada kehamilan.LingkunganDari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia.Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai.

EPIDEMIOLOGI GONDOKMasalah GAKY masih cukup serius di Indonesia. Untuk mencapai universal konsumsi garam beryodium pada tahun 2005 memerlukan strategi yang komprehensif. Dari hasil analisis survei 1996/1998 dan survei evaluasi 2003 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kabupaten yang dulunya tidak endemik, atau endemik ringan, menjadi daerah endemik sedang atau berat. Walaupun ada penurunan prevalensi GAKY pada daerah endemik berat dan sedang, surveilans GAKY ini sangat diperlukan, sehingga daerah yang berisiko untuk menjadi endemik dapat selalu terpantau.Table : Total Goiter Rate (TGR) pada 268 KabupatenYang Sama Survei Tahun 1996/1998 dan 2003

Klasifikasi kab menurut TGR tahun 2003Klasifikasi kabupaten menurut TGR tahun 1998Total kabupaten

Non endemikEndemic ringanEndemic sedangEndemic berat

Non endemic862621115

Endemic ringan285213396

Endemic sedang5187535

Endemic berat386522

Total kabupaten1221042814268

Tidak berubah 150Memburuk 68Membaik 50

Distribusi dan Frekuensia. Orang Data rekam medis Divisi Ilmu Bedah RSU Dr. Soetomo tahun 2001-2005 struma nodusa toksik terjadi pada 495 orang diantaranya 60 orang laki-laki (12,12 %) dan 435 orang perempuan (87,8 %) dengan usia terbanyak yaitu 31-40 tahun 259 orang (52,3 2%), struma multinodusa toksik yang terjadi pada 1.912 orang diantaranya17 orang laki-laki (8,9 %) dan 174 perempuan (91,1%) dengan usia yang terbanyak pada usia 31-40 tahun berjumlah 65 orang (34,03 %).b. Tempat dan Waktu Penelitian Ersoy di Jerman pada tahun 2009 dilakukan palpasi atau pemeriksaan benjolan pada leher dengan meraba leher 1.018 anak ditemukan 81 anak (8,0%) mengalami struma endemis atau gondok. Penelitian Tenpeny K.E di Haiti pada tahun 2009 menemukan PR struma endemis 26,3 % yang dilakukan pemeriksaan pada 1.862 anak usia 6-12 tahun. Penelitian Arfianty di Kabupaten Madiun tahun 2005 dengan sampel 40 anak yang terdiri dari 20 anak penderita gondok dan 20 anak bukan penderita gondok menunjukan PR GAKY 31,9 % di Desa Gading (daerah endemik) dan 0,65 % di Desa Mejaya (daerah non endemik). Determinan Gondoka. Host Kasus gondok lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki namun dengan bertambah beratnya endemik, perbedaan seks tersebut hampir tidak ada. Struma dapat menyerang penderita pada segala umur namun umur yang semakin tua akan meningkatkan resiko penyakit lebih besar. Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh dan imunitas seseorang yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan penelitian Hemminichi K, et al yang dilakukan berdasarkan data rekam medis pasien usia 0-75 tahun yang dirawat di rumah sakit tahun 1987-2007 di Swedia ditemukan 11.659 orang (50,9 %) mengalami struma non toxic, 9.514 orang (41,5 %) Graves disease, dan 1.728 orang (7,54%) struma nodular toxic.b. Agent Agent adalah faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau kekurangan. Agent kimia penyebab struma adalah goitrogen yaitu suatu zat kimia yang dapat menggangu hormogenesis tiroid. Goitrogen menyebabkan membesarnya kelenjar tiroid seperti yang terdapat dalam kandungan kol, lobak, padi-padian, singkong dan goitrin dalam rumput liar. Goitrogen juga terdapat dalam obat-obatan seperti propylthiouraci, lithium, phenylbutazone, aminoglutethimide, expectorants yang mengandung yodium secara berlebih . Penggunaan terapi radiasi juga merupakan faktor penyebab struma yang merupakan salah satu agen kimia karsinoma tiroid. Banyak terjadi pada kasus anak-anak yang sebelumnya mendapatkan radiasi pada leher dan terapi yodium radioaktif pada tirotoksikosis berat serta operasi di tempat lain di mana sebelumnya tidak diketahui. Adanya hipertiroidisme mengakibatkan efek radiasi setelah 5-25 tahun kemudian.c. Lingkungan Struma endemik sering terdapat di daerah-daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium. Daerah-daerah dimana banyak terdapat struma endemik adalah di Eropa, pegunungan Alpen, pegunungan Andes, Himalaya di mana iodinasi profilaksis tidak menjangkau masyarakat. Di Indonesia banyak terdapat di daerah Minangkabau, Dairi, Jawa, Bali dan Sulawesi. Berdasarakan penelitian Juan di Spanyol pada tahun 2004 terhadap 634 orang yang berusia 55-91 tahun diperiksa ditemukan 325 orang (51,3 %) mengalami goiter multinodular non toxic, 151 orang (23,8 %) goiter multinodular toxic, 27 orang (4,3%) Graves disease, dan 8 orang (1,3 %) simple goiter.EPIDEMIOLOGI RABUN SENJAEPIDEMIOLOGI GIZI BURUKMasalah gizi adalah gangguan pada berbagai segi kesejahteraan perorangan yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Balita adalah salah satu golongan atau kelompok penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi, masalah gizi masih didominasi oleh keadaan kurang gizi seperti anemia besi, gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A dan kurang energy protein (KEP).Gambaran keadaan gizi balita diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Setiap tahun, diperkirakan ada 350 000 bayi dengan berat lahir rendah di bawah 2500 gram, sebagai salah satu penyebab utama tingginya kurang gizi pada dan kematian balita. Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkandengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10 %.

Meskipun secara prevalensi kelihatan menurun namun jika memperhatikan terhadap jumlah penduduk dan proporsi balita pada tahun yang sama terlihat beban masalah yang dihadapi cukup besar. Jika dilihat berdasarkan sebaran di propinsi (Susenas 2003), prevalensi yang terendah masalah gizi buruk dan gizi kurang adalah propinsi Bali (16,18%) dan yang tertinggi di propinsi Gorontalo (46,11%). Terdapat 14 propinsi dengan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk masih di atas rata-rata nasional dan 15 propinsi di bawah rata-rata nasional.

Gambar : Gizi Kurang pada Balita 2003

Masalah gizi dihubungkan dengan:1. Faktor dan penyebab masalah gizi (agent)2. Faktor yang ada pada pejamu (host)3. Faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment)

Menguraikan penyebab dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat: Masalah gizi : kekurangan gizi Agent: asupan makanan dan penyakit yang dapat mempengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan Host: karakteristik individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis kelamin, suku bangsa, dll) Environment: lingkungan (rumah, pekerjaan, pergaulan) yang ada kaitannya dengan masalah gizi

Masalah Gizi 1.Kurang Energi Protein (KEP)Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki). Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis (marginal malnutrition). Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiap marasmik-kwashiorkor. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas.

Penyebab : Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan Pengetahuan yang kurang tentang gizi Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi

Gejala klinis KEP ringan : Pertumbuhan mengurang atau berhenti BB berkurang, terhenti bahkan turun Ukuran lingkar lengan menurun Maturasi tulang terlambat Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun Tebal lipat kulit normal atau menurun Aktivitas dan perhatian kurang Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan

Program pemerintah penanggulangan KEP :Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama Ibu hamil Bayi Balita Anak-anak sekolah dasar

Keterpaduan kegiatan : Penyuluhan gizi Peningkatan pendapatan Peningkatan pelayanan kesehatan Keluarga berencana Peningkatan peran serta masyarakat

Kegiatan : Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan posyanduPenanganan secara khusus KEP berat : Rujukan pelayanan gizi di posyandu Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi ASI eksklusif

2. Anemia Defisiensi BesiAnemia defisiensiadalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut.

Anemia defisiensi besiadalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin. Prevalensi tertinggi terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi. Hasil studi menunjukan bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya disfungsi otak permanen. Defisiensi zat besi menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan berfikir serta perubahan tingkah laku.

Ciri : Akan memperlihatkan respon yang baik dengan pemberian preparat besi Kadar Hb meningkat 29% setiap 3 minggu

Tanda dan gejala : Pucat (konjungtiva, telapak tangan, palpebra) Lemah Lesu Hb rendah Sering berdebar Papil lidah atrofi Takikardi Sakit kepala Jantung membesar

Dampak : Produktivitas rendah SDM untuk generasi berikutnya rendah

Penyebab : Sebab langsung Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi Infeksi penyakit Sebab tidak langsung Distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh daerah Sebab mendasar Pendidikan wanita rendah Ekonomi rendah Lokasi geografis (daerah endemis malaria)Kelompok sasaran prioritas : Ibu hamil dan menyusui Balita Anak usia sekolah Tenaga kerja wanita Wanita usia subur

Penanganan : Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)

3. Defisiensi Vitamin AVitamin A merupakan nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air. Gangguan asupan vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas dan mortalitas, dan pneumonia. Prevalensi tertinggi terjadi pada balita

Penyebab : Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll) Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)

Sifat : Mudah teroksidasi Mudah rusak oleh sinar ultraviolet Larut dalam lemak

Tanda dan gejala : Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea Kadar vitamin A dalam plasma 12 bulan 200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai usia Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)

4. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama. Merupakan masalah dunia. Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium. Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food. Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.

Dampak : Pembesaran kelenjar gondok Hipotiroid Kretinisme Kegagalan reproduksi Kematian

Defisiensi pada janin : Dampak dari kekurangan yodium pada ibu Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir Terjadi kretinisme endemis Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik) Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)

Defisiensi pada BBL : Penting untuk perkembangan otak yang normal Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium

Defisiensi pada anak : Puncak kejadian pada masa remaja Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan

Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990) : Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak 5 meter Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh

Sasaran : Ibu hamil Wanita usia subur (WUS)

Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium : Bayi < 1tahun : 100 mg Balita 1-5 tahun : 200 mg Wanita 6-35 tahun : 400 mg Ibu hamil (bumil) : 200 mg Ibu meneteki (buteki) : 200 mg Pria 6-20 tahun : 400 mg

GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosek melainkan dengan geografis.Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium : Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan psikomotor Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah), gangguan perkembangan Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium

Pencegahan/penanggulangan : Fortifikasi : garam Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium

PUSKESMASPuskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 1. Unit Pelaksana TeknisSebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. 2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 3. Penanggungjawab Penyelenggaraan Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya. 4. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Visi Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni: a. Lingkungan sehat b. Perilaku sehat c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan Misi Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah: 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

Lima Langkah Pengelolaan Program Perbaikan Gizi di Puskesmas.

Lima langkah pengelolaan program perbaikan gizi di Puskesmaspada dasarnya sama dengan langkah-langkah pada pedoman pengelolaann gizi yang dilakukan di Tingkat Kabupaten yang dikeluarkan Direktorat Bina Gizi Depkes RI, dimulai dari Langkah pertama yaitu Identifikasi Masalah, kemudian Langkah Kedua Analisis masalah. Langkah pertama dan kedua biasa dikenal dengan perencanaan (planing). Langkah Ketiga adalah Menentukan kegiatan perbaikan gizi, langkah ini biasa juga dikenal atau disebut juga dengan pengorganisasian (organising). Langkah Keempat adalah melaksanakan program perbaikan gizi, langkah ini disebut juga dengan Pelaksanaan (actuating). Dan yang terakhir adalah Langkah Kelima yaitu pantauan dan evaluasi, langkah ini disebut juga dengan (controlling anda evaluation).

1. Indentifikasi Masalah

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah mempelajari data berupa angka atau keterangan-keterangan yang berhubungan dengan identifikasi masalah gizi. Kemudian melakukan validasi terhadap data yang tersedia, maksudnya melihat kembali data, apakah sudah sesuai dengan data yang seharusnya dikumpulkan dan dipelajari. Selanjutnya mempelajari besaran dan sebaran masalah gizi, membandingkan dengan ambang batas dan atau target program gizi, setelah itu rumuskan masalah gizi dengan menggunakan ukuran prevalensi dan atau cakupan.

2. Analisis Masalah

Analisis masalah didasarkan pada Penelaahan hasil identifikasi dengan menganalisis faktor penyebab terjadinya masalah sebagaimana yang disebutkan diatas, tujuannya untuk dapat memahami masalah secara jelas dan spesifik serta terukur, sehingga mempermudah penentuan alternatif masalah. Caranya dapat dilakukan dengan Analisis Hubungan, Analisis Perbandingan, Analisis Kecenderungan dan lain-lain Langkah-langkah analisis masalah dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Tentukan masalah gizi yang menjadi prioritas disuatu wilayah (Desa) 2. Lakukan telaahan pada faktor penyebab, dengan melihat berbagai data. 3. Tetapkan wilayah (desa) yang menjadi prioritas dalam penanggulangan. Contoh Analisis kecenderungan dapat diketahui Trend meningkatnya prevalensi dari waktu-kewaktu di suatu wilayah (desa), Trend menurunnya cakupan programdari waktu-kewaktu di suatu wilayah (desa) 4. Desa dimana prevalensi masalah gizi trend tinggi atau cakupan program trend turun mendapat prioritas dalam program perbaikan gizi.

3. Menentukan Kegiatan Perbaikan GiziLangkah ini didasarkan pada analisis masalah di kecamatan yang secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat, sebagaimana yang diperlihatkan dalam analisis LAM diatas. Langkah ketiga pengelolaan program perbaikan gzizi ini dimulai dengan penetapan tujuan yaitu upaya-upaya penetapan kegiatan yang dapat mempercepat penanggulangan masalah gizi yang ada. Dalam menyusun tujuan di kenal dengan istilah SMART yang singkatan dari Spesific (khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Realistic ( sesuai fakta real), Timebound ( ada waktu untuk mencapaianya).

4. Melaksanakan Program Perbaikan Gizi

Setelah kegiatan perbaikan gizi tersusun, kemudian dilakukan langkah-langkah yang terencana untuk setiap kegiatan. Jenis kegiatan yang akan dilakukan meliputi Advokasi, Sosialiasi, Capacity Buiding, Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga, Penyiapan sarana dan prasarana, Penyuluhan Gizi dan Pelayanan Gizi di Puskesmas maupun di Posyandu.

5. Pemantauan dan Evaluasi

PEMANTAUANadalah pengawasan secara periodik terhadap pelaksanaan kegiatan program perbaikan gizi dalam menentukan besarnya input yang diberikan,proses yang berjalanmaupunoutput yang dicapai. Tujuannya untuk menindak lanjuti kegiatan program selama pelaksanaan kegiatan, dilakukan untuk menjamin bahwa PROSES pelaksanaan sesuai action plan dan jadwal.

EVALUASI adalah Suatu proses untuk mengukur keterkaitan, efektivitas, efisiensi dan dampak suatu program, dilakukan dengan tujuan memperbaiki rancangan, menentukan suatu bentuk kegiatan yang tepat, memperoleh masukan untuk digunakan dalam proses perencanaan yang akan datang dan mengukur keberhasilan suatu program.

Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi berpendidikan D1 (Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi) serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi) yang khusus dipersiapkan atau mahir dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat atau sebagai tenaga profesinal di bidang gizi. Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program gizi puskesmas.

Beberapa jenis pelatihan bagi petugas gizi puskesmas adalah :1. Pelatihan konseling ASI2. Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita3. Pelatihan Konseling MP-ASI4. Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk5. Pelatihan pengelolaan Program Gizi Puskesmas6. Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam melaksanakan program gizi di masyarakat.

Pedoman-pedoman yang harus dimiliki oleh seorang petugas gizi Puskesmas adalah :1. Buku Surveilans Gizi2. Buku Pegangan Kader Posyandu3. Buku Manajemen pemberian Vitamin A4. Buku Manajemen Pemberian Tablet Fe5. Buku Pedoman Pemberian ASI6. Buku Pedoman MP-ASI7. Buku Pedoman Pemberian Garam Beryodium8. Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita9. Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24 bulan.

Buku-buku pedoman ini telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, juga telah dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi bahkan agar lebih operasional buku-buku tersebut telah juga dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota biasanya dilakukan dalam bentuk sebagai berikut :1. Kunjungan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk melakukan supervisi atau bimbingan tehnis program gizi pada setiap tahunnya.2. Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas Kesehatan kabupaten /kota dari laporan rekapitulasi puskesmas yang dikirm setiap bulan di Dinas Kabupaten/kota.3. Pertemuan monitoring dan evaluasi program gzi ditingkat Kabupaten /kota.

Beberapa Output dari program Gizi masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas diperoleh dari buku register (pencatatan) setiap kegiatan yang kemudian dibuatkan laporan per posyandu atau setiap unit pelayanan gizi, direkapitulasi menjadi perdesa dan selanjutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam bentuk laporan bulanan, smester dan tahunan. Setiap laporan dapat memberikan gambaran tempat, waktu, person (sasaran).

Jumlah sasaran (person) biasanya dibuat atau telah disepakati/ditetapkan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota atau sumber yang telah ada di Puskesmas sebagai hasil dari pendataan sasaran program.

Beberapa Output dari Program Gizi adalah :1. Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI2. Jumlah Balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang ditimbang, Naik Berat Badannya termasuk juga Balita dengen Berat Badan dibawah Garis Merah (BGM) pada KMS3. Jumlah Balita mendapatkan Kapsul Vitamin A4. Jumlah Balita mendapatkan tablet F3 dengan 90 tablet selama kehamilan.5. Gambaran Status Gizi Balita6. Gambaran Konsumsi Gizi7. Gambaran penggunaan Garam Beryodium8. Laporan hasil Investigas dan Intervensi Gizi buruk. Dan beberapa laporan lainnya.

POSYANDU

Posyandu merupakan titik pertemuan antara professional medis dari puskesmas dengan kader sebagai representasi atas peran aktif masyarakat. Posyandu merupakan garda depan masyarakat untuk memperoleh pelayanan dasar dan merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan yang terjadi di masyarakat. Posyandu memiliki fungsi untuk menemukan, mencegah dan menanggulangi kejadian secara dini.

Posyandu adalah wujud peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Terdapat lima program prioritas yang dilaksanakan di Posyandu, yaitu program gizi, kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi dan penanggulangan diare. Selain 5 program tersebut, posyandu mempunyai kegiatan penunjang, yaitu dana sehat, simpan pinjam dan arisan. Pemerintah telah menerbitkan surat edaran Nomor 411.3/111 6/Sj tanggal 13 juni 2011 tentang revitalisasi posyandu.

Kegiatan di posyandu garis besar tersusun sebagai beikut :

Meja / TahapKegiatan Peran Kader

Pertama Pendaftaran Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu

Kedua Penimbangan Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke posyandu

Ketiga Pengisian KMS-mencatat hasil penimbangan di KMS/buku KIA

Keempat Penyuluhan Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan

Kelima Pelayanan kesehatanMemberikan pelayanan KB sesuai kewenangan missal : memberikan vitamin A,zat besi, oralit, pil KB, kondom

Menurut Departemen Kesehatan RI (1993:80) ada tiga jenis Pos Pelayanan Terpadu : Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dasar Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lengkap Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pengembanganPos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah pusat kesehatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan jenis Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang pernah paling memasyarakat di Indonesia.1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Pratama (Warna merah)Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) tingkat pratama adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. keadaan ini dinilai gawat, sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.

2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Madya (Warna kuning)Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Untuk ini perlu dilakukan penggerakkan masyarakat secara intensif, serta penambahan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Intervensi untuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) madya ada 2 yaitu:a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang sekarang sudah dilengkapi dengan metode stimulasi.b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Untuk melaksanakan hal ini dengan baik, dapat digunakan acuan bulu pedoman Pendekatan Kemasyarakatan yang diterbitkan oleh Dit Bina Peran serta Masyarakat Depkes.3. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Purnama (Warna hijau)Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) pada tingkat purnama adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, can cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di tingkat ini adalah:a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD, untuk mengarahkan masyarakat menentukan sendiri pengembangan program di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat, dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih. Untuk kegiatan ini dapat mengacu pada buku Pedoman Penyelenggaraan Dana Sehat dan Pedoman Pembinaan Dana Sehat yang diterbitkan oleh Dit Bina Peran Serta Masyarakat Depkes.

4. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Mandiri (Warna biru)Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Untuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) tingkat ini, intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM (Depkes, 1999: 26).GIZI MASYARAKAT (Upaya Perbaikan Gizi Keluarga-UPEK)Kesehatan keluarga digambarkan sebagai bebas penyakit dan tingkah laku kesehatan meliputi adat kebiasaan yang berhubungan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit. Kesehatan keluarga dapat berarti kemampuan terus-menerus dalam menentukan arti fungsi dalam interaksi dengan kelompok social, politik, ekonomi dan system kesehatan keluarga juga dapat ditentukan untuk memiliki kemampuan dan kemauan menggerakkan dan menggunakan sumber-sumber untuk mencapai tugas pengambangan keluarga.Fungsi keluarga dalam mengatasi masalah gizi sangatlah penting, karena dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk meningkatkan kesehatan bagi status gizi anknya, terutama balita yang rentan terjadi kurangnya gizi. Penyebab terjadinya masalah gizi adalah pola asuh gzi, jarak kelahiran yang terlalu rapat, sanitasi lingkungan pelayanan kesehatan dan stabilitas rumah tangga, masalah ekonomi, pendidikan dan social budaya.Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Kegiatan-kegiatan program ini ada yang dilakukan harian, bulanan, smesteran ( 6 bulan sekali) dan tahun ( setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk. Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam maupun di luar gedung Puskesmas.

Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah :1. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tampa makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol sampai dengan 6 bulan2. Pemberian MP-ASI anak umur 6- 24 bulan adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.3. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi (90 tablet) selama masa kehamilan.4. Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga miskin yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas5. Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.

Kegiatan yang dilakukan bulanan adalah :1. Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita ( Penimbangan Balita) adalah pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita.2. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan setiap smester ( 6 bulan sekali) adalah Pemberian Kapsul Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita adalah pemberian kaspusl vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali dan secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus.

Kegiatan yang dilakukan setiap tahun ( setahun sekali adalah) :1. Pemantauan Status Gizi balita2. Pemantaun konsumsi gizi3. Pemantauan penggunaan garam beryodium

KELUARGA BERENCANA (KB)Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5 000 000 per tahun. Untuk mengangkat derajat kehidupan bangsa tela dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana.Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu :1. Keluarga berncana mandiri masyarakat memilih sndiri metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkran biru dan Kb lingkaran emas.2. Mengarahkan pada pelayanan metode kntrasepsi efektif (MKE), AKDR< suntikan Kb, susuk KB dan kontap.Program KB bertujuan untuk memenuhi pelayanan kesehatan reproduksi dan KB yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil yang berkualitas. Sasarannya adalah : Menurunnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber-KB tapi tidak terlayani. Meningkatnya partisipasi laki-laki dalam ber-KB Menurunnya angka kelahiran total (TFR).Metode KBA. Pasangan Infertilitas dan Rencana Interval Kehamilani. Metode sederhana :-kondom-spermiside-koitus interuptus-pantang berkalaii. Metode efektif :-hormonal pil KB,suntikan KB-mekanis Alat Kantrasepsi Dalam Rahim (AKDR)iii. Metode KB darurat

B. Menghentikan KehamilanDilakukan dengan kontap(kontrasepsi mantap), untuk pria dengan vasektomi dan wanita dengan tubektomi.i. Mencapai tuba melalui sayatan dinding perut dan sayatan liang senggamaii. Metode menutup saluran indung teluriii. Teknik tanpa operasi memakai quinacrine pallet

C. Menghilangkan kehamilan i. Menstrual-regulationii. Dilatasi kuretageiii. Induksi gugur kandungWaktu Jenis KB

Postpartum dan Puerperium -suntikan KB-norplant (susuk KB)-AKDR-pil KB progesterone-kontap-metode sederhana

Postmenstrual regulationPost abortusSaat menstruasi-Suntikan KB-susuk KB-AKDR-kontap-metode sederhana

Masa interval-suntikan KB-susuk KB-AKDR

Post koitus/panca hubungan senggamaKB darurat

PROMOTIF DAN PREVENTIFPromosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua sisi, yaitu sisi ilmu dan sisi seni. Dalam hal organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental dan social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with environment ( Ottawa Charter,1986).Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodho, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu :a) Dimensi aspek pelayanan kesehatanb) Dimensi tatanan (setting)/tempat pelaksanaanUpaya Kesehatan Promotif Adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut sudah terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok yaitu : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi hanya dua aspek saja, yakni:a) Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehatb) Aspek preventif dan kuratif dengan sasaran kelompok orang yang mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat encegahan dari Leavel dan Clark, sebagai berikut :1. Pencegahan Primer pada individu belum sakit~ promosi keseharan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.~ perlindungan khusus untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.

2. Pencegahan Sekunder individu mulai sakit~ diagnose dini dan pengobatan segera bertujuan mencegah penyebaran, menyembuhkan dan mencegah komplikasi.~ pembatasan cacat, mencegah menjadi lebih buruk.~ Penerapan pencegahan sekunder pada program kesehatan masyarakat di Puskesmas dapat dikaji melalui program gizi melalui penimbangan anak balita, program kesehatan ibu dan anak melalui deteksi dini faktor risiko gangguan dan kelinan kehamilan.

3. Pencegahan Tersier- individu sembuh~ rehabilitative, agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan social.Upaya Kesehatan Preventif Adalah suatu upaya untuk mengendalikan risiko kesehatan; mencegah komplikasi penyakit; dan meningkatkan seoptimal mungkin mutu hidup .Program pencegahan gizi buruk dilaksanakan beberapa langkah strategis yaitu melakukan pemetaan keluarga mandiri sadar gizi bertujuan mengidentifikasi keluarga yang belum melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar.Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar, bertujuan untuk meningkatkan kemandirian anggoata keluarga dalam pelayanan gizi. Kampenya keluarga mandiri sadar gizi. Bertujuan meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar. DEMOGRAFI TEMPATPenduduk sasaran program kesehatan adalah jumlah penduduk menurut karakteristik umur tertentu atau didasarkan pada kondisi siklus kehidupan yang terjadi dan merupakan target sasaran program pembangunan kesehatan.Kelompok sasaran program menurut karakteristik tertentu meliputi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui. Sedangkan sasaran program menurut kelompok umur, meliputi usia bayi, balita, usia sekolah, usia remaja, wanita usia subur, usia produktif , usia lanjut dan lain-lain.Istilah demografi yang terkait dengan cara-cara hitungan : Sensus keseluruhan proses pengumpulan ,menghimpun dan menyusun dan menerbitkan sata demografi, ekonomi dan social. Penduduk orang yang berdomisili di wilayah RI selama 6 bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Laju pertumbuhan penduduk angka yang menunjukkan perubhan jumlah penduduk di suatu wilayah. Proyeksi penduduk perhitungan jumlah penduduk yang akan datang atau tahun yang lalu berdasarkan fertilitas, mortalitas dan mograsi. Estimasi perkiraan ukuran fertilitas dan mortalitas. Kelompok penduduk sasaran program - ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu menyusui,wanita usia subur, usia produktif dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006),Pedoman Umumpengelolaan Posyandu, Jakarta.Data Pendudukan Sasaran Program Kesehatan Tahun 2007-2011 oleh Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI,Jakarta 2009.