Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

17
Identifikasi Masalah Gizi kurang dan Gizi Lebih di Indonesia

description

 

Transcript of Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

Page 1: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

Identifikasi Masalah Gizi kurang dan Gizi Lebih di Indonesia

Page 2: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

Adapun hal yang mempengaruhi masalah gizi kurang di Indonesia, antara lain:

• Kurang Energi Protein (KEP)• Anemia Gizi• Kurang Vitamin A • Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Page 3: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

1. Kurang Energi Protein

• Kurang Kalori Protein• Gizi Kurang/Gizi Buruk• Malnutrisi :

Marasmus – Kwashiorkor

Page 4: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

• Menurut Depkes RI , sekitar 10,8% anak balita menderita gizi kurang dan gizi buruk

• Ibu hamil dan ibu menyusui. Pada bumil mengakibatkan BBLR Berat Bayi Lahir Rendah, kurang dari 2500gram

• KKP merupakan akibat dari interaksi antara berbagai faktor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang memadai baik kuantitas maupun kualitas, dan adanya penyakit infeksi yang sering diderita seperti campak, diare, ISPA, cacingan, dsb

• Kekurangan gizi pada anak disebabkan oleh beberapa faktor:

- karena kebutuhan gizi anak/satuan BB lebih besar dibandingkan dgn org dewasa, karena selain untuk pertumbuhan juga sbg pemeliharaan tubuh

- kemampuan saluran pencernaan anak yg tdk sesuai dgn jmlah volume makanan yg mempunyai kandungan gizi yg dibutuhkan anak

- segera stlh anak dpt bergerak sendiri tanpa bantuan org lain disekitarnya, sehingga memudahkan untuk terkena penyakit infeksi terutama bagi anak2 yg daya than tubuhnya lemah

- dari segi sosial budaya, sebagian besar masy di Indonesia masih mengutamakan jenis makanan yg terbaik cenderung diberikan kpd anggota keluarga yg mempunyai nilai produktif, terutama pd ayah yg mencari nafkah

Page 5: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

2. Anemia Gizi

• Terbanyak: defisiensi zat besi• Akibat: – Kemampuan intelektual– Produktifitas kerja– Morbiditas anak– Mortality ibu– BBLR dan keguguran

Page 6: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

• Penyebabnya:

- menu sehari2 kurang mengandung zat besi

- Penyerapan zat besi di dlm usus kurang baik (terganggu)

- Infeksi parasit/yg lain- Kemampuan menampung zat besi menurun/kebutuhan besi

meningkat• Menurut Depkes RI, 1989:- Bumil 50-70%- Tidak hamil 30-40%- Laki-laki dewasa 20-30%- Anak balita 30-40%- Anak sekolah 25-35%

Page 7: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

3. Kekurangan Vit. A

Prevalensi : 0.7%Akibat KVA :• Tingkat mortalitas tinggi• Anak rentan infeksi• Biaya kesehatan tinggi• Perkembangan mental terganggu• Penyakit degeneratif menyerang usia dini

Page 8: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

• Buta senja atau rabun senja• Menurut Doeschate, faktor yang berperan pada terjadinya

Xerophthalmia:

- Usia: sering dijumpai pd anak2 klompok imur 2-3 thn dan jarang trjadi pda usia di atas 8-9 thn. Dan pda anak muda usia, terutama bayi yg tdk konsumsi ASI di Indonesia

- Jenis kelamin : laki2 lebih rawan terhadap Xerophthalmia

- Musim: pd musim2 terntu. Di Surabay pd bulan April dan September. Di Bandung Maret dan Juli

- Berhubungan dengan menu sehari-hari: sedikit menu vit A, karoten, lemak dan protein

- Penyakit infeksi dan infestasi cacing: campak 30%, 20% penyakit infeksi lain yg disertai demam

- KKP

Page 9: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY)

Akibat GAKI:• Pembesaran kelenjar gondok• Gangguan pertumbuhan (cebol, bisu, tuli)• Gangguan mental• Gangguan neuro motor

Page 10: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

Masalah Gizi lain

• Muncul Obesitas• Prevalensi:

wanita diatas usia 40 tahun mencapai 30% overweight dan obese

Page 11: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

Akibat obesitas (Gizi Lebih): • PJK• Kanker• diabetes melitus• hipertensi• Angkanya meningkat tajam setelah tahun

1992

Page 12: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

prevalensi berat-kurang (underweight) menurut provinsi dan nasional. Secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional

tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan

2013

Prevalensi pendek secara nasional tahun 2013 adalah 37,2 persen, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2 persen terdiri dari 18,0 persen sangat pendek dan 19,2 persen pendek.

Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8 persen tahun 2007 dan 18,5 persen tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0 persen

pada tahun 2007 menjadi 19,2 persen pada tahun 2013.

Page 13: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

kecenderungan prevalensi status gizi anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun 0,8 persen dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek

naik 1,2 persen dari tahun 2007. Prevalensi sangat kurus turun 0,9 persen tahun 2007. Prevalensi kurus turun 0,6 persen dari tahun 2007. Prevalensi gemuk turun 2,1 persen dari

tahun 2010 dan turun 0,3 persen dari tahun 2007.

Page 14: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

• secara nasional prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 30,7 persen (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta (14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5 %).

Page 15: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

• Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta.

Page 16: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

• umur 13-15 tahun penilaian status gizi berdasarkan TB/U dan IMT/U. Gambar 3.14.11. menyajikan prevalensi pendek pada remaja umur 13-15 tahun. Secara nasional, prevalensi pendek pada remaja adalah 35,1 persen (13,8% sangat pendek dan 21,3% pendek. Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta (4,0 %) dan tertinggi di Papua (27,4%). Sebanyak 16 provinsi dengan prevalensi sangat pendek diatas prevalensi nasional yaitu Nusa Tenggara Barat, Riau, Banten, Maluku, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Gorontalo, Aceh, Bengkulu, Sumatera Utara, Jambi, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Page 17: Identifikasi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia

• prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1 persen terdiri dari 3,3 persen sangat kurus dan 7,8 persen kurus. Prevalensi sangat kurus terlihat paling rendah di Bangka Belitung (1,4 %) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan prevalensi anak sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah, Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Banten, Papua, Sumatera Selatan, Gorontalo, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

• Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas).