Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...
Transcript of Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat diandalkan dalam
pembangunan nasional karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan nasional dan
pendapatan daerah serta devisa negara. Pariwisata juga berperan dalam menciptakan
lapangan kerja dan mengurangi pengangguran sekaligus menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Di dalam realitanya, sektor pariwisata dijadikan sebagai alat untuk
menormalkan kembali ekonomi Indonesia yang kurang stabil. Untuk mendukung sektor
pariwisata, maka diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan keprofesionalan dari
pihak pengelola pariwisata itu sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang berlaku. Di
samping itu dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah terhadap
kepariwisataan, maka usaha di bidang kepariwisataan di Indonesia diharapkan
berkembang dengan baik.
Salah satu pulau di Indonesia yang banyak menarik minat wisatawan untuk
berkunjung adalah Pulau Bali dengan beraneka ragam kebudayaan dan adat istiadatnya
sehingga mampu menjadi Icon pariwisata di Indonesia. Hal tersebut ditunjang oleh data
peningkatan wisatawan melalui pintu masuk Bandara Ngurah Rai. Berdasarkan website
Dinas Pariwisata Provinsi Bali (www.tourism.baliprof.go.id), kunjungan ke Bali melalui
Bandara Ngurah Rai tahun 2008 sebanyak 1.968.892 orang, tahun 2009 sebanyak
2.229.945 orang, tahun 2010 sebanyak 2.493.058 orang, tahun 2011 sebanyak 2.756.579
orang, dan tahun 2012.
2
sebanyak 2.892.019. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah
wisatawan sekitar 150 ribu sampai dengan 275 ribu orang atau 10% per tahun.
Wisatawan lebih memilih Bali sebagai pintu masuk daripada provinsi lainnya
dikarenakan pariwisata Bali memang sangat menarik sehingga wisatawan senang
berkunjung dan sangat menghargai keindahaan pariwisata Bali. Tidak dapat
dipungkiri bahwa Bali merupakan pulau yang tepat sebagai tujuan berlibur sekaligus
belajar tentang kebudayaannya dan hal lainnya.
Copeland (2010) mengatakan bahwa Bali merupakan sebuah pulau yang
menyerupai seekor kura-kura, sedangkan menurut Anom (2010) masyarakat Bali
sendiri sering menggambarkan Bali seperti seekor ayam jantan apabila dilihat dari
Ilmu Hong Sui yang maknanya karena pengaruh vibrasi pulau ini maka penduduk
yang mendiami memiliki sifat berani, atau sering disebut perwira. Apabila diukur
dari timur ke barat panjang Bali sepanjang kira-kira 90 miles (150 kilometers)
sedangkan dari utara ke selatan sepanjang kira-kira 50 miles (80 kilometers).
Berdasarkan Copeland (2010), Bali merupakan 0.29% dari total area Negara
Indonesia. Pulau ini dapat di kelilingi dengan kendaraan bermotor selama kira-kira
satu hari. Bali terletak kira-kira 8” atau 9” sebelah selatan dari garis khatulistiwa dan
berada antara 114.6” – 115.5” garis longitudinal sebelah timur. Secara geografis dan
demografis, bali memiliki ragam budaya yang unik dan menarik yang sudah menjadi
kegiatan hidup sehari-hari masyarakat Bali. Keragaman budaya yang unik dan
3
menarik ini kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar untuk
datang ke Bali.
Berdasarkan sensus peduduk tahun 2010, penduduk Bali meningkat dari
3.310.307 tahun 2006 menjadi 3.522.375 tahun 2010. Hal ini berarti dalam kurun 4
tahun jumlah penduduk Bali mengalami peningkatan sebesar 6.5%
(sumber:bali.bps.go.id). Dari total jumlah penduduk, sekitar 80% dari seluruh
masyarakat Bali kehidupannya tergantung pada pariwisata, baik langsung maupun
tidak langsung. Demikian juga peran pariwisata sebagai lokomotif pembangunan
perekonomian masyarakat Bali tidak perlu diragukan lagi.
Pemerintah Provinsi Bali beserta seluruh pemangku kepentingan yang ada di
sektor pariwisata berkeinginan mengembangkan pariwisata ini menjadi sebuah sektor
pembangunan yang berkelanjutan. Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan mengamanatkan agar sumber daya dan modal kepariwisataan
dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang ditujukan
untuk meningkatkan pendapatan nasional, memperluas dan memeratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,
memperkenalkan dan mendayagunakan daya tarik wisata dan destinasi Indonesia
serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Data Kanwil Dephumkam Provinsi Bali mengenai kunjungan langsung
wisatawan mancanegara ke Bali berdasarkan kebangsaan tahun 2007 – 2011
menunjukkan bahwa wisatawan mancanegara yang menduduki peringkat atas
4
sebagai pengunjung di Bali adalah negara-negara Asia Pacifik (tidak termasuk
ASEAN) sebanyak 58,52%, kemudian disusul oleh negara-negara di daerah Eropa
sebanyak 23,37%, selanjutnya negara-negara ASEAN sebanyak 12,23%, Negara-
negara dalam Benua Amerika sebanyak 5,06%, Afrika dan lainnya. Negara-negara
Asia Pacific banyak mengunjungi Bali karena jaraknya relatif dekat, sehingga para
wisatawan tidak harus mengambil libur khusus hanya untuk berlibur ke Bali. Di
samping itu harga juga masih terjangkau sehingga wisatawan dapat berlibur ke Bali
tanpa harus memikirkan urusan visa yang sering sekali menyita waktu yang sangat
banyak.
Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan kebutuhan berwisata
dan Bali yang merupakan daerah tujuan wisata yang diinginkan maka perlu adanya
usaha pariwisata yang memungkinkan untuk dibuka dan dipromosikan pangsa pasar
yang belum ataupun kurang terolah dan sedapat mungkin dapat memberi dampak
positif terhadap usaha yang dilakukan dengan basis kemasyarakatan. Sehingga selain
memperkenalkan daerah tujuan wisata yang belum dikenal, tentu ini juga akan
mempercepat terwujudnya pemerataan pendapatan dan kesempatan berusaha bagi
masyarakat setempat.
Oleh karena itu salah satu usaha adalah mengembangkan pariwisata alternatif
yang dapat memajukan pariwisata berdasarkan minat yang dimiliki oleh wisatawan
itu sendiri. Belakangan ini wisatawan yang berwisata ke Pulau Bali juga cenderung
memiliki minat khusus. Menurut Pitana dan Diarta (2009) dalam bukunya Pengantar
5
Ilmu Pariwisata mengatakan bahwa pariwisata dengan minat khusus ini diperkirakan
akan menjadi trend perkembangan pariwisata ke depan sebab calon wisatawan telah
menginginkan jenis pariwisata yang fokus, yang mampu memenuhi kebutuhan
spesifik wisatawan seperti belajar sambil berwisata. Segmen pasar semacam ini
sangat senang dengan perbedaan-perbedaan produk yang mana mengarah kepada
perkembangan wisatawan yang memiliki minat khusus termasuk Education Tourism
yang menawarkan produk, servis dan pengalaman yang sangat luas.
Universitas Dhyana Pura (Undhira) Badung adalah salah satu perguruan
tinggi swasta yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional. Undhira memiliki 13 program studi di bawah dua
Fakultas, yaitu Fakultas Ekonomika dan Humaniora dan Fakultas Ilmu Kesehatan,
Sains, dan Teknologi yang memiliki landasan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam
melakukan kegiatannya yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan
pengabdian kepada masyarakat. Di samping itu Undhira sebagai penyelenggara
pendidikan tinggi berkomitmen untuk menjadi Universitas kelas dunia yang mampu
memberikan pelayanan dan pendidikan bukan hanya kepada mahasiswa lokal namun
juga dapat memberikan pendidikan yang sekaligus memperkenalkan aspek-aspek
pendukung pariwisata Bali kepada masyarakat Internasional.
Komitmen untuk menjadi Universitas kelas dunia dan mengamati
perkembangan pariwisata minat khusus terutama yang berkaitan dengan pendidikan,
Undhira sejak tahun 1997 telah mengadakan kerjasama dengan berbagai institusi
6
baik dalam negeri maupun luar negeri mengemas program Educational Tourism
dengan memadukan pendidikan sesuai minat wisatawan dan kegiatan sosial budaya
sehingga program dapat terkolaburasikan dengan baik.
Institusi – institusi pendidikan asing yang telah maupun sedang bekerjasama seperti:
(1) Institute of Go-Tafe di Australia dalam hal pertukaran para Instruktur pada
bidang Culinary; (2) CHN Hogeschool (Christian Hogeschool in Netherland) di
Belanda berkunjung ke Undhira dan belajar selama 2.5 bulan mengenai Manajemen
Perhotelan di Bali dengan segala aspek pendukungnya, (3) Inholland University di
Belanda, Dalarna University di Swedia, dan Heilbronn University di Jerman
mengkemas paket pembelajaran yang disebut Intrapreneurship in Another
Perspective, (4) Dilli Institute Technology (DIT) di Timor Leste dalam hal
pertukaran para pengajar.
Dari beberapa kerjasama tersebut, program Educational Tourism yang sangat
diminati oleh mahasiswa asing adalah program Intrapreneurship in Another
Perspective dan masih berjalan sampai sekarang serta semakin diminati oleh
mahasiswa di negara-negara Eropa. Dalam setiap tahunnya, Inholland University
mengirim dua group mahasiswa berjumlah 16 sampai 20 orang untuk melakukan
perkuliahan Minor di Kampus Dhyana Pura masing-masing selama lima bulan.
Mahasiswa mendapatkan pelajaran mendalam tentang Intrapreneurship yang
didalamnya juga mempelajari mengenai kebudayaan Bali dengan segala aspek yang
ditimbulkan, bahasa Indonesia, dan belajar mengenai bagaimana menjadi seorang
7
pengusaha baik bagi dirinya sendiri maupun komunitas sekelilingnya tanpa hanya
memikirkan keuntungan namun tetap menjunjung kelangsungan hidup masyarakat
dan lingkungan. Di samping itu mahasiswa asing juga diperkenalkan dan diajarkan
mengenai culinary Bali sehingga budaya dan makanan khas Bali khususnya dan
Indonesia pada umumnya dapat dinikmati dan dipelajari mulai dari proses
pembuatan sampai dengan penyajiannya.
Program Intrapreneurship in Another Perspective sendiri adalah program
minor yang mendalami tentang kewirausahaan yang bertumpu pada kekuatan
masing-masing individu yang ada pada dirinya sendiri dan bukan semata-mata
melihat keuntungan, tetapi apa yang mereka dapat berikan kepada masyarakat sekitar
sebagai bagian dari interaksi sosialnya. Selama mereka tinggal di lingkungan kampus
Undhira, interaksi dengan masyarakat setempat mulai terjalin, sehingga banyak
dampak positif yang dapat dinikmati oleh mahasiswa asing dan komunitas
sekelilingnya, terutama dalam aspek perekonomian usaha kecil. Secara tidak
langsung mahasiswa asing ini juga menjadi duta pariwisata bagi Bali dan Indonesia,
di mana banyak dari teman dan keluarga yang datang berkunjung selama mahasiswa
tersebut belajar di Dhyana Pura.
Program Educational Tourism di Undhira yang diminati oleh mahasiswa
asing dapat dilihat dari jumlah mahasiswanya yang berpartisipasi dari tahun
akademik 2008/2009 sampai 2012/2013 terlihat pada Tabel 1.1
8
Tabel 1.1 Jumlah Mahasiswa Asing yang Kuliah di Universitas Dhyana
Pura
Tahun
Asal Negara
2008/2009
(Orang)
2009/2010
(Orang)
2010/2011
(Orang)
2011/2012
(Orang)
2012/2013
(Orang)
Belanda 22 16 27 26 32
Jerman - - 2 5 6
Swedia - - 2 4 6
Timor
Leste
4 - - 4 13
Lainnya - - 2 2 1
Total 26 16 33 41 58
Sumber : Program Internasional Undhira, Agustus 2012
Dari Tabel 1.1 menunjukkan adanya peningkatan jumlah mahasiswa dari tahun ke
tahun, walaupun di tahun 2009 terjadinya penurunan dikarenakan adanya kebijakan
dari Inholland University yang hanya memberikan ijin kepada mahasiswa program
studi tertentu untuk terlibat dalam program Intrapreneurship in Another Perspective.
Di samping itu adanya pengaruh ekonomi yang berdampak bagi mahasiswa yang
berasal dari Timor Leste, sehingga pengiriman mahasiswa ke Bali baru dapat
dilanjutkan pada tahun 2011.
Ketika program Educational Tourism berjalan dengan baik, tiba-tiba program
ini harus dihentikan dari pihak Inholland University di Belanda dikarenakan
terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara-negara bagian di Eropa terutama
Belanda. Kerjasama yang telah digalang dengan Inholland University dari tahun
2008 harus dihentikan walaupun peminat program ini semakin banyak. Sampai ada
9
mahasiswa yang masuk dalam kategori waiting list. Namun dikarenakan kebijakan
pajak pada institusi maka dicapai kesepakatan bahwa program ini diberhentikan
untuk sementara waktu. Walaupun demikian Undhira tetap berusaha menggalang
kerjasama dengan pihak lain seperti Heilbronn Universitas di Jerman dan Dalarna
University di Swedia untuk tetap memberikan program yang sama karena banyak
mahasiswa dari universitas-universitas tersebut termasuk dalam nama-nama yang
tercantum dalam waiting list.
Selain itu adanya dugaan bahwa program dan pelayanan yang diberikan oleh
Undhira terhadap mahasiswa asing tersebut kurang berkualitas, sehingga pihak
Inholland Universitas menghentikan sementara, walaupun banyak mahasiswa yang
sudah mendaftar dan masuk daftar waiting list. Tentu saja Undhira juga tidak boleh
hanya bergantung kepada pangsa pasar Eropa walaupun saat ini program ini
termasuk program internasional unggulan. Oleh karena itu, Undhira perlu
merumuskan strategi-strategi dan program-program pemasaran yang tepat untuk
menjaring pasar bukan saja di Eropa, tetapi juga pasar pendidikan Asia, Amerika
maupun dalam negeri sendiri, sehingga program Educational Tourism dapat
berkesinambungan dan dapat diterima oleh seluruh mahasiswa dari berbagai
kebangsaan, mengingat penambahan ilmu baik budaya, sosial, maupun sektor lain
penting bagi setiap orang terutama para mahasiswa. Disisi lain dengan
dilaksanakannya program semacam ini secara terus menerus, pariwisata Bali juga
10
akan meningkat dan akan dikenal di seluruh dunia dengan keunikan, baik budaya,
adat – istiadat, maupun alamnya yang indah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perlu ditelaah fasilitas
pendukung dari pelaksanaan program Educational Tourism di Universitas Dhyana
Pura, sehingga wisatawan juga dapat ikut melestarikan budaya dan lingkungan Bali.
Oleh karena itu dalam penulisan ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana fasilitas pendukung pelaksanaan program Educational Tourism
dan program unggulan yang telah terlaksana di Universitas Dhyana Pura?
2. Bagaimana formulasi strategi pemasaran yang tepat untuk dapat
mengembangkan program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura?
3. Bagaimana formulasi strategi alternatif dan program – program pemasaran
yang tepat untuk dapat mempromosikan program Educational Tourism di
Universitas Dhyana Pura?
1.3 Tujuan Penelitian
Pada hakekatnya, penelitian merupakan aktifitas seseorang untuk
memperoleh keterangan di dalam rangka memperoleh fakta dengan menggunakan
metode-metode ilmiah. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
menemukan, mengembangkan atau untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan.
Segala kegiatan penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk menemukan strategi
pemasaran yang tepat terhadap program Educational Tourism.
11
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fasilitas pelaksanaan
program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura. Selain itu peneliti juga
akan mengkaji potensi yang dimiliki oleh program ini sebagai suatu daya tarik calon
mahasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Dhyana Pura
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan fasilitas pendukung dari pelaksanaan program
Educational Tourism dan program unggulan yang telah terlaksana di
Universitas Dhyana Pura.
2. Memformulasikan strategi pemasaran yang perlu dilakukan dalam
pengembangan Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura.
3. Memformulasikan program pemasaran alternatif dan program-program
pemasaran yang tepat sehingga dapat mempromosikan program Educational
Tourism di Universitas Dhyana Pura.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang
bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara teoritis maupun praktis.
12
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman terhadap
pentingnya potensi mahasiswa sebagai wisatawan yang memiliki minat khusus dalam
menunjang kepariwisataan di Bali.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Universitas Dhyana Pura
dan bentuk kerjasamanya terhadap Perguruan Tinggi asing. Di samping itu juga
memberikan pemahaman kepada pihak pemerintah tentang kegiatan atau program
belajar dan berwisata (Educational Tourism) sebagai salah satu komponen penting
dalam pengambilan keputusan untuk memajukan program Edukasi sekaligus
pariwisata di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Dalam bab ini diuraikan beberapa hasil penelitian yang dianggap relevan
dengan penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan strategi pemasaran di bidang
kepariwisataan. Penelitian Arcana (2008) yang berjudul “Strategi Pemasaran Industri
Restoran Untuk Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan Makan Malam di
Kawasan Pariwisata Ubud, Kabupaten Gianyar Bali“ Matriks Internal Eksternal dan
analisis SWOT berhasil memformulasikan dan merumuskan strategi pemasaran
Industri Restaurant di Kawasan Pariwisata Ubud dengan diadakannya “Hold and
Maintain Strategy” atau strategi “Jaga dan Pertahankan” dalam artian menjaga dan
mengembangkan secara maksimal potensi segmen pasar wisatawan domestik, pasar
ekspatriat dan pebisnis asing di Bali, dan pasar dari segmen masyarakat lokal
golongan menengah ke atas. Hal ini merupakan strategi penetrasi pasar, strategi
pengembangan produk dan strategi pengembangan pasar secara terbatas.
Untuk strategi alternatif yang mendukung strategi utama adalah strategi
membuat kreasi produk-produk makanan berbahan lokal organik sehat dengan
kemasan berstandar internasional. Industri restoran juga harus bisa mempertahankan
desain arsitektur dan dekorasi bercorak tradisional Bali sehingga memiliki keunikan
yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang dan menikmati makanan di
14
restorant. Persamaan tulisan Arcana dengan penelitian ini adalah adanya kesamaan
teoritis yang sama-sama membahas suatu strategi pemasaran dalam bidang
kepariwisataan, sedangkan perbedaannya adalah lokasi dan usaha yang diteliti.
Tesis yang ditulis oleh Agus Jaya Sadguna (2010) yang berjudul “Strategi
Pengembangan ISI Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata Kampus Di Bali” bertujuan
untuk mengkaji potensi dan strategi pengembangan kampus di mana ISI sebagai
satu-satunya institusi negeri yang mengajarkan seni di Bali dan dijadikan sebagai
wisata alternatif. Ide pada penelitian tersebut dijadikan referensi di dalam penelitian
yang akan dilakukan, di mana menggunakan kampus dan segala kegiatannya untuk
menarik minat wisatawan yang memiliki minat khusus. Program dapat digunakan
sebagai daya tarik wisata dan mengembangkannya sesuai dengan strategi yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
Perbedaan penelitian Agus Jaya Sadguna dan penelitian ini adalah tempat
pelaksanaan jenis wisata tersebut. Agus Jaya Sadguna menyatakan bahwa wisata
kampus dalam penelitiannya dilaksanakan semua di areal kampus ISI. Sedangkan
dalam penelitian ini, hanya akomodasi dan tempat belajar saja yang dilakukan di
Universitas Dhyana Pura, namun program excursion, praktek, dan penelitian
dilakukan di luar kampus sehingga mahasiswa juga melihat kegiatan semua aspek
sosial diluar kampus. Perbedaan lainnya bahwa menekankan pada strategi
pengembangan produk seni budaya sedangkan penelitian ini menekankan pada
15
strategi pemasaran produk Educational Tourism dengan perspektif yang berbeda dari
setiap mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda.
Adanya persamaan analisis yang digunakan, di mana sama-sama
menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui strategi yang tepat baik
pengembangan maupun pemasaran yang harus dilakukan. Namun dari pemakaian
teori berbeda, karena pada penelitian Agus Jaya Sadguna menggunakan teori
perencanaan dan komodifikasi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori
pemasaran dan teori adaptasi akulturasi.
Penelitian Davidson (2010) dalam “International Education Visitation –
Tourism Opportunities” mengemukakan bahwa mengenyam pendidikan adalah
alasan utama bagi mahasiswa internasional lakukan di Australia. Selama mereka
melakukan studi, mereka juga menggunakan kesempatan dalam waktu luang mereka
untuk melakukan traveling antar state / negara bagian di Australia. Dalam penelitian
Davidson dilakukan penelitian mendalam terhadap karakteristik traveling mahasiswa
dari Cina, India, Korea, dan Eropa. Pengeluaran selama kegiatan bersenang-senang
(leisure) semasa mereka mengenyam pendidikan di Australia menjadi peluang besar
bagi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan perkapita dari sektor pariwisata,
sehingga pemerintah terus mendorong segala sektor, baik sektor pendidikan maupun
sektor lainnya untuk mempromosikan kegiatan pendidikan baik short course maupun
pendidikan formal di Australia.
16
Metodologi yang digunakan dalam penelitian Davidson (2010) adalah
membagi fokus group menjadi delapan group, di mana masing-masing group
diwakili oleh senior manager yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
mendalam pada masing-masing bidang di industri pariwisata dan pendidikan.
Sedangkan pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah mencari fakta-fakta
yang berkaitan dengan pendapat responden mengenai faktor-faktor internal dan
faktor-faktor eksternal yang berkaitan dengan pemasaran program.
Jenis pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan yang
didapatkan dari hasil data pengumpulan oleh delapan fokus grup. Data sekunder
didapat melalui survei online yang dilakukan oleh para pendidik ataupun lembaga
pelatihan international. Penelitian ini sama-sama menggunakan survei online yang
akan dikirim melalui email para alumni program Educational Tourism di Universitas
Dhyana Pura untuk mengetahui pandangan mereka terhadap kualitas fasilitas
pendukung program yang telah berjalan selama ini. Di samping itu sesuai dengan
hasil dari penelitian Davidson, data karakteristik mahasiswa sesuai dengan asal
negara mereka masing-masing terutama yang berhubungan dengan tingkat
pengeluaran baik dalam pendidikan maupun berwisata dapat dijadikan pertimbangan
untuk mencari pangsa pasar baru program Educational Tourism di Universitas
Dhyana Pura.
Tesis Pica (2012) yang berjudul Strategi Pemasaran Lembaga Pendidikan
SMP Swasta di Denpasar melakukan penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 20
17
responden menggunakan pendekatan teoritis strategi pemasaran, konsep pemasaran,
alat strategi pemasaran yaitu bauran pemasaran yang disebut 7P (product, price,
place, promotion, people, process, dan physical evidence) sebagai faktor-faktor
internal pemasaran sedangkan faktor-faktor eksternal pemasaran terdiri atas politik,
ekonomi, dan sosial. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk melihat
potensi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga menghasilkan strategi
yang tepat untuk memasarkan SMP AMI.
Walaupun penelitian ini sama-sama mengkaji akan kekuatan, kelemahan,
ancaman, dan peluang untuk mencari strategi pemasaran yang tepat, namun
penelitian ini meneliti lebih dalam dengan menggunakan metode analisis data
matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT untuk mengidentifikasi strategi dan
selanjutnya dapat menghasilkan strategi alternatif yang paling tepat untuk
memasarkan program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura.
Dari penelitian di atas, dapat dibuat suatu perbandingan yang menunjukkan
analisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dengan indikator-indikator
variabel yang cukup beragam. Perbedaan variabel-variable dan indikator-
indikatornya mencerminkan adanya fokus permasalahan yang berbeda dari masing-
masing penelitian tersebut termasuk adanya perbedaan landasan teori yang
digunakan.
18
2.2 Konsep
Konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah konsep strategi
pemasaran pemasaran pada pariwisata minat khusus di sektor pendidikan.
2.2.1 Konsep Pemasaran
Pemasaran termasuk salah satu aktivitas yang dapat membantu suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tujuan aktivitas pemasaran adalah untuk
meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan cara memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Pemasaran tidak sekedar menyampaikan produk
dari perusahaan kepada konsumen, tapi lebih dari itu . Proses pemasaran mencakup
segmentasi pasar, menentukan target konsumen yang berpotensi menggunakan
produk perusahaan, memilih dan menetapkan posisi pada sasaran. Pada saat ini
umumnya perusahaan dapat bertahan di pasar dengan segala persaingan yang
dihadapinya karena memiliki fokus kepada konsumen (customer oriented).
Definisi pemasaran menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh,
dkk (2000:9) adalah : “Suatu proses sosial dan manajerial di mana individu atau
kelompok dapat memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan
pihak lain.”
Konsep dasar pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2001:7) erat
berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan permintaan. Hal ini dapat dilihat dalam
Gambar 2.1 mengenai konsep-konsep pemasaran inti.
19
Gambar 2.1 Konsep-konsep dasar pemasaran inti
Gambar 2.1 apabila dikaitkan dengan penulisan ini adalah pemasaran inti
sangat bergantung dari pasar, yaitu para mahasiswa asing yang memiliki keinginan
untuk mempelajari aspek sosial budaya yang ada di Bali. Kebutuhan akan
pengetahuan bukan hanya program studi yang didalami namun juga pengetahuan dari
aspek-aspek pendukung lingkungan yang dirangkaikan dengan waktu untuk berlibur
selama di Bali. Hal ini merupakan keinginan dan permintaan dari mahasiswa
tersebut. Oleh karena itu, Universitas Dhyana Pura menggunakan kesempatan ini
untuk memasarkan produk program Educational Tourism yang didukung oleh
fasilitas dan jasa penunjang dari adanya program tersebut. Dilihat dari produk dan
jasa yang dimiliki, mahasiswa dapat memberikan feedback akan kualitas yang di
dapatkan dan kepuasan yang di rasakan.
Disini adanya hubungan antara pertukaran dan relational. Di mana para
kebutuhan dan keinginan para mahasiswa terpenuhi dan disisi lain Universitas
Kebutuhan, keinginan,
dan permintaan
Produk dan jasa
nilai kepuasan
dan kualitas
Pertukaran, transaksi
dan relasional
Pasar Konsep-
konsep
pemasaran
inti
20
Dhyana Pura mendapatkan keuntungan baik dari segi finansial maupun pemasaran
untuk memasarkan program International di negara asal masing-masing mahasiswa.
2.2.2 Konsep Strategi Pemasaran
Setiap fungsi manajemen memiliki peranan dan kontribusi tertentu dalam hal
penyusunan strategi pada setiap levelnya. Pemasaran merupakan fungsi yang
memiliki kontak eksternal yang paling besar, walaupun perusahaan memiliki kendali
yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh sebab itu pemasaran memainkan
peranan penting dalam pengembangan strategi.
Morrison (2002:205) menyatakan bahwa strategi pemasaran adalah:
“Marketing strategy is the selection of a course of action from among several
alternatives that involves specific customer groups, communication methods,
distribution channels, and pricing structures. As most experts would say, it is a
combination of target markets and marketing mixes”.
Arti dari pernyataan tersebut adalah strategi marketing merupakan kumpulan
tindakan dari berbagai kegiatan alternatives yang melibatkan kelompok pelanggan
khusus, metode komunikasi, saluran distribusi, dan struktur penentuan harga. Begitu
juga kebanyakan ahli mengatakan bahwa ini merupakan kombinasi dari pangsa pasar
dan bauran pemasaran.
Dalam penentuan strategi pemasaran, perusahaan memutuskan target
konsumen mana yang akan dilayani melalui segmentasi dan penetapan target dan
bagaimana cara perusahaan melayaninya melalui diferensiasi dan positioning.
21
Reid dan Bojanic (2006:175-177) menyatakan ada empat konsep dalam
memformulasikan strategi pemasaran dalam hubungannya dengan pengelolaan
produk baru yang sudah ada pada pasar yang baru, yaitu:
1. Strategi penetrasi pasar, yaitu strategi fokus pada penjualan bauran pelayanan
dan produk pada target yang telah ada. Dalam upaya peningkatan pendapatan,
manajemen berusaha menaikkan harga dan membangun pasar sesuai dengan
kebutuhan pasar dan yang diminati oleh konsumen.
2. Strategi pengembangan produk baru adalah sebuah ide pengembangan produk
baru pada pasar yang telah ada dan biasanya digunakan dalam dunia
pariwisata. Tidak ada suatu usaha dalam industry pariwisata bisa bertahan
lama tanpa perubahan dalam waktu lama dan mengharap keuntungan.
Perubahan pasar, kebutuhan dan pelanggan yang sering kali berubah
diharapkan dapat dicermati dari para pelaku pariwisata dalam rencana
pengembangannya.
3. Strategi pengembangan pasar yaitu strategi yang fokus terhadap
pengembangan pasar baru baik produk dan pelayanan yang telah ada. Selaras
dengan hal ini lembaga-lembaga pendidikan dapat melakukan ekspansi
terhadap pangsa pasar yang baru.
4. Strategi diversifikasi merupakan strategi pengenalan produk dan pelayanan
yang baru terhadap pangsa pasar yang baru. Strategi ini menawarkan potensi
22
jangka panjang, tetapi strategi ini juga memiliki tingkat resiko yang sangat
tinggi.
Implementasi konsep ini sangat penting digunakan agar mampu memberikan
keuntungan dan kepuasan pada wisatawan khususnya mahasiswa asing sesuai dengan
produk yang dimiliki yaitu produk Educational Tourism sehingga program
pemasaran yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan seefisien mungkin.
2.2.3 Educational Tourism
Flavin (1996) dalam bukunya Kurt Hahn’s School and Legacy mengatakan
bahwa “Surviving in the wilderness and surviving in a complex society requires
similar basic character traits” dalam artian bertahan hidup di alam bebas dan
bertahan hidup di masyarakat dengan permasalahan kompleksnya memiliki ciri-ciri
yang sama. Kurt Hahn sebagai penemu Outward Bound yang merupakan program
pendidikan informal menitik beratkan pada bagaimana pelajar dapat belajar apabila
dapat terjun langsung ke masyarakat maupun alam bebas.
Berdasarkan website Wikipedia, Wisata pendidikan berkembang dikarenakan
semakin populernya belajar mengajar suatu pengetahuan dengan meningkatkan
kompetensi teknik di luar lingkungan kelas. Dalam wisata pendidikan, fokus utama
adalah studi lapangan atau rekreasi termasuk mengunjungi negara lain untuk belajar
tentang budaya atau menerapkan ketrampilan yang dipelajari di dalam kelas dengan
lingkungan yang berbeda.
23
Ritchie (2003) mendefinisikan Educational Tourism adalah aktivitas
pariwisata yang dilakukan oleh wisatawan yang mengambil liburan sehari dan
mereka yang melakukan perjalanan untuk pendidikan dan pembelajaran sebagai
tujuan utama ataupun kedua. Hal ini termasuk pendidikan umum mengenai
pariwisata dan studi tours dewasa, siswa sekolah maupun mahasiswa dari suatu
sekolah umum maupun perguruan tinggi, termasuk di dalamnya sekolah-sekolah
bahasa, program pertukaran siswa. Educational tourism dapat dilakukan secara
independent maupun diorganisasi secara formal dan dapat dilaksanakan di alam luar
atau lingkungan buatan tangan manusia.
Ankomah, et al (1992) dalam kutipan mengatakan bahwa Terminologi dari
Education Tourism atau Edu-tourism adalah “program di mana partisipannya
mengadakan perjalanan ke suatu lokasi dalam berkelompok dengan tujuan utamanya
untuk mendapatkan pengalaman melalui pembelajaran secara langsung dengan
masyarakat di lokasi tersebut”
Ditambahkan oleh Gibson bahwa pembelajaran tersebut terdiri dari beberapa
sub pokok termasuk ecotourism, warisan budaya pariwisata, pedesaan atau pertanian
pariwisata, dan pertukaran mahasiswa antara institusi pendidikan.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Educational Tourism adalah
program di mana para wisatawan yang ingin berwisata sekaligus memenuhi
kebutuhan pendidikan mereka sesuai dengan minat yang mereka miliki. Dalam hal
ini, mahasiswa yang tergabung dalam Program Educational Tourism di Universitas
24
Dhyana Pura akan dapat bertahan apabila dapat berinteraksi dengan lingkungan,
masyarakat luas dengan segala permasalahan yang ada sekaligus menikmati hal-hal
yang dialami sebagai suati kesenangan untuk dapat mempelajari sesuatu yang
berbeda.
2.2.4 Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu dari industri terbesar baik di negara maju
maupun negara berkembang. Perkembangan pariwisata telah dipicu dari
perkembangan masyarakat yang ingin menikmati waktu luang selaras dengan
pendapatan yang diperoleh dan keinginan untuk keluar dari rutinitas melalui hal yang
menyenangkan yang dapat dilakukan oleh masyarakat lokal maupun mancanegara.
Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu
aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian terpenting dari kebutuhan dasar masyarakat
maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang.
Definisi pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006:1) sebagai berikut:
Pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa, yang sangat
kompleks. Ini terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan
individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya.
Sementara Marpaung (2002:13) mendefinisikan pariwisata sebagai:
Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan
keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktifitas
25
dilakukan selama wisatawan tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk
memenuhi kebutuhannya.
Definisi pariwisata menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009
“Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah”
Jadi pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan manusia ke daerah
yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam waktu paling tidak satu malam
dengan tujuan perjalanannya bukan untuk mencari nafkah, pendapatan atau
penghidupan di tempat tujuan.
Batasan pariwisata menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani
(2007:13-14) sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang
dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi:
a. Wisata Agro; dapat dikatakan sebagai tren baru pariwisata yang erat kaitannya
dengan kegiatan industry pertanian, misalnya wisata tani, yakni para wisatawan
ikut dalam proses penanaman padi dan memandikan kerbau/sapi ke sungai.
b. Wisata Belanja; dilakukan karena keunikan barang yang ditawarkan atau bagian
dari jenis pariwisata lain, misalnya pasar Sukawati dengan pusat perbelanjaan
oleh-oleh khas Bali di Sukawati, Gianyar.
c. Wisata Budaya; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi,
misalnya, budaya Omed-Omedan yang artinya tarik-menarik yang dilakukan di
26
Banjar Kaja Sesetan, Bali di mana ritual ini hanya dilakukan setelah pelaksanaan
Catur Brata Penyepian yang merupakan luapan kebahagiaan anak-anak muda di
hari Ngembak Geni. Ritual ini juga dipercaya sebagai wujud solidaritas dan
persatuan masyarakat untuk saling memberi dan meminta baik dalam keadaan
suka maupun duka.
d. Wisata Iklim; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar
dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain
hanya untuk mencari iklim atau cuaca yang diinginkan, contohnya masyarakat di
Amerika menghabiskan waktu liburannya di Veil di Colorado untuk main sky
atau snowboard. Begitu juga ketika musim salju di Australia, masyarakat negara
tersebut akan menghabiskan waktu musim dingin dengan berjemur di pantai-
pantai di Bali.
e. Wisata Karya; kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para wisatawannya
berkunjung dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya:
peninjauan/inspeksi daerah, lapangan. Maksud kedatangan seseorang atau
sejumlah orang di suatu Daerah Tujuan Wisata memang untuk melaksanakan
tugas profesi/pekerjaannya, namun dalam waktu senggang, atau sengaja
diacarakan, mereka melakukan rekreasi atau kunjungan wisata ke beberapa
objek.
f. Wisata Kesehatan; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit.
Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuh. Misalnya
27
berkunjung ke Kintamani, di mana terdapat pemandian air panas yang diyakini
dapat menyembuhkan suatu penyakit.
g. Wisata Konvensi/Seminar; dilakukan dengan sengaja memilih salah satu daerah
tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya
pengembangan daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi yang
tempat penyelenggaraan suatu konvensi, baik nasional maupun internasional,
sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah mempromosikan suatu daerah
tujuan wisata.
h. Wisata Niaga; berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha perdagangan).
Wisatawan datang karena ingin berbelanja di mana barang-barang yang dibeli
akan dapat dijual kembali di tempat asalnya. Namun di waktu luang mereka
gunakan untuk melakukan wisata, bahkan menjadi kebiasaan bahwa berwisata
digunakan sebagai media berniaga mengadakan pertemuan, perundingan, dan
transaksi niaga.
i. Wisata Olah raga; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga,
misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olah Raga Nasional,
Olympicsm atau sekedar pertandingan persahabatan. Para wisatawan adalah para
olahragawan, penontonm dan semua yang terlibat dalam peristiwa olahraga.
j. Wisata Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi; dilakukan untuk berlibur, mencari
suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati
keindahan alam, meluangkan waktu untuk melepaskan diri dari rutinitas sehingga
28
kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata diharapkan dapat
pulih kembali. Biasanya wisatawan dalam tipe ini mencari suasanya yang lain
daripada lingkungan sehari-harinya.
k. Wisata petualangan; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya menantang
kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata
petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan
berbagai atraksi yang menantang dan kadang-kadang mengundang resiko.
Misalnya: arung jeram, panjat tebing, terjun gantung (bungy jump).
l. Wisata ziarah; dalam kaitannya dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat
ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu. Misalnya mengunjungi Candi
Borobudur pada hari raya Waisak atau berziarah ke taman makam pahlawan
untuk mengenang tokoh-tokoh atau pahlawan bangsa.
m. Darmawisata; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan
dengan pelaksanaan darma di luar ruangan atau ekskursi, atau melaksanakan
pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari-hari.
n. Widiawisata (pendidikan); perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan
pendidikan, dilakukan utnuk mempelajari seni budaya rakyat mengunjungi dan
meneliti cagar alam dan atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu
selama waktu waktu tertentu, misalnya: tugas belajar.
Menurut James J. Spillane (1994: 28 – 30) terdapat empat pendekatan di
dalam pariwisata yang muncul secara kronologis, yaitu:
29
1) Pendekatan Advocasy.
Pendekatan ini mendukung parwisiata dan menekankan keuntungan ekonomis
dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macam-
macam kegiatan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh
devisa asing yang dibutuhkan bagi pembangunan.
2) Pendekatan Cautionary
Pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata banyak mengakibatkan banyak
kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek sosial – ekonomi, seperti
menimbulkan lapangan kerja musiman dan pegawai rendahan, mengakibatkan
kebocoran devisa asing, menyebabkan komersialisasi budaya, serta
menyebabkan berbagai macam konflik.
3) Pendekatan Adaptacy
Pendekatan ini menyebutkan agar pengaruh negative pariwisata dapat dikontrol
dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang selama ini
sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan
negara atau daerah tujuan wisata. Cara berpikir baru ini berdasarkan pandangan
bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks.
4) Pendekatan Developmental
Pendekatan developmental atau sering disebut pendekatan alternatif ini
menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat
tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut. Dapat
30
dipercaya bahwa perkembangan tersebut sebetulnya mempengaruhi pilihan
wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian juga kehidupan
mereka di daerah tujuan wisata atau bentuk alternative pariwisata ini
mempengaruhi jurang pemisah antara hal dan kewajiban dari tamu, tuan rumah
dan perantaranya.
Menurut Ritchie (2003) penulis dalam Educational Tourism, pendekatan
yang tepat adalah pendekatan adaptacy dan pendekatan developmental. Pendekatan
adaptacy dapat dilihat dari pengaruh pariwisata dapat dikontrol dari komersialisasi
budaya menjadi pembelajaran budaya bagi mahasiswa asing yang menonton di mana
suatu budaya dipertunjukkan.
Pendekatan developmental dapat dilihat dari segi pendidikan dan
pembelajaran dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah. Ketika
mahasiswa mengadakan praktek lapangan dan harus menginap di rumah penduduk
maka mahasiswa dapat mempelajari aspek sosial maupun budaya dari lingkungan
tersebut. Interaksi antara tuan rumah dan tamu dapat terjadi, dan tentu saja tuan
rumah akan mendapatkan hal positif dari mahasiswa tersebut, contohnya:
pembayaran kamar dan secara langsung dapat dilakukan komunikasi dalam bahasa
asing.
31
2.2.5 Pemanfaatan Alam Sebagai Atraksi Wisata Program Edukasi
Wisatawan yang berkunjung belakangan ini memiliki kecenderungan tidak
hanya menikmati keunikan sosial budaya tetapi juga perhatiannya terhadap
lingkungan semakin meningkat (Sudibya. 2002).
Pada dasarnya ekosistem dengan segala sumber daya alam yang terkandung
di dalamnya merupakan atraksi yang dapat dikembangkan baik untuk obyek wisata
maupun tempat pembelajaran. Di samping itu semakin beragam kegiatan wisata alam
semakin banyak pula membutuhkan atraksi (Fandeli, 2001)
Pendapat dari kedua sumber di atas menyimpulkan bahwa alam berperan
penting sebagai sumber daya dalam kepariwisataan. Alam yang indah dan langka
akan menjadi daya tarik wisatawan dan selanjutnya daya tarik tersebut dijadikan
sebagai atraksi wisata alam.
Berkaitan dengan hal tersebut program Educational Tourism di Universitas Dhyana
Pura menyelipkan pemanfaatan alam sebagai bagian dari program, di mana
pendidikan international dan pengalaman yang didapatkan di negara bukan asal
mahasiswa adalah suatu keharusan bagi siswa untuk memahami masyarakat lokal
dan membuat mereka menjadi lebih bertanggung jawab yang mampu
mengembangkan pikiran-pikiran baru dan ide-ide untuk melestarikan bumi sebagai
planet yang lebih sehat bagi dirinya dan generasinya.
Beberapa hari dalam pelaksanaan program mengambil tempat di daerah
Singaraja tepatnya di Lovina. Mahasiswa melakukan observasi tentang produk-
32
produk ekowisata dengan mengoptimalisasi kegiatan masyarakat lokal dan sumber
daya alam sebagai daya tarik wisatawan di daerah Singaraja. Selanjutnya mahasiswa
melaksanakan program Outward Bound sesuai dengan teori pelaksanaan Outward
Bound dari Kurt Hahn dalam buku yang dikarang oleh Flavin (1996) yang
mengatakan bahwa “Only by placing students in new situations and new places –
where known pictures of the world don’t match the reality that they know – will
emerge truly new, creative and innovative ideas”
Artinya bahwa hanya dengan menempatkan siswa dalam situasi baru dan tempat-
tempat baru di mana dunia tidak sesuai dengan kenyataan yang ada maka akan
muncul ide-ide yang benar-benar baru, kreatif dan inovatif.
2.2.6 Wisatawan
Wisatawan memiliki berbagai minat, harapan, karakteristik, sosial, ekonomi,
budaya dan sebagainya. Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan
(tourist). Menurut United Nation Conference on Travel and Tourism dalam Pitana
dan Gayatri (2005:42) yaitu “setiap orang yang mengunjungi negara yang bukan
merupakan tempat tinggalnya untuk berbagai tujuan, tetapi bukan untuk mencari
pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi.”
Menurut Soekadijo (2000), wisatawan adalah pengunjung di negara yang
dikunjunginya setidak-tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan
motivasi:
33
1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur, untuk alasan
kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.
2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.
3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai
utusan (ilmiah, administrative, diplomatik, keagamaan, olahraga, dan
sebagainya).
4. Dalam rangka pelayaran pesiar, juga kalau wisatawan tinggal kurang dari 24
jam.
Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wisatawan merupakan orang yang
bepergian lebih dari 24 jam untuk mengisi waktu senggangnya untuk memenuhi
kepuasan dirinya sendiri.
2.2.7 Pariwisata Minat Khusus
Paul Williams (2010) yang menyatakan bahwa konsumen pariwisata yang
baru, atau boleh dikatakan wisatawan masa kini, sangat berbeda dengan pariwisata
masal yang hanya memiliki satu tujuan perjalanan. Khususnya, wisatawan masa kini
menginginkan adanya segmentasi baru yang lebih fleksibel, keterlibatan dan
partisipasi.
Menurut Yoeti (1997) satu dari tiga daya tarik pariwisata adalah daya tarik
minat khusus, di mana pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan
mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata olah raga, wisata
rohani, wisata kuliner, wisata belanja, wisata pendidikan. Demikian juga dalam jenis
34
dan macam pariwisata apabila pariwisata dilihat dari alasan tujuan perjalanannya
adalah business, berlibur, dan belajar (educational).
Suara Pembaruan.com pada tanggal 22 Juni 2012 dalam headlinenya berjudul
“Wisata Minat Khusus Menjadi Tren” mengatakan bahwa Pariwisata kini menjadi
tren perubahan paradigm, dari wisata massal menjadi wisata minat khusus. Direktur
Pengembangan Wisata Minat Khusus dan Mice Kementran Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Achyaruddin mengatakan tidak perlu lagi mengejar kuantitas namun
pariwisata Indonesia harus mampu berkwalitas. Kemenparekraf juga menambahkan
bahwa “Kualitas dapat diukur dari expenditure atau length of stay. Penilaian
expenditure dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan wisman saat berwisata.
Sementara length of stay diukur dari lamanya wisatawan menginap di suatu destinasi
wisata. Niche market bisa menjadi kekuatan pariwisata Indonesia.”
Di sisi lain Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparekraf,
Firmansyah menyebutkan fokus pengembangan diperlukan mengingat Indonesia
memiliki alam dan budaya yang sangat beragam dan semuanya dapat dikembangkan
sebagai wisata minat khusus. Saat ini pemerintah tengah menggalakkan wisata minat
khusus dengan tujuh tema yaitu wisata budaya dan sejarah, wisata alam dan
ekowisata, wisata olah raga rekreasi, wisata kapal pesiar, wisata kuliner dan belanja,
wisata kesehatan dan kebugaran, serta wisata konvensi, insentif, pameran, dan even.
35
Wisata minat khusus ini dapat dimasukkan pada program Educational
Tourism, karena selain berjalan-jalan wisatawan juga mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman sekaligus.
2.3 Landasan Teori
2.3.1. Penawaran dan Permintaan Pariwisata
Untuk menghubungkan konsep-konsep yang ada dari konsep wisata minat
khusus, Educational Tourism di mana kegiatan yang dilakukan juga memanfaatkan
keindahan alam sebagai daya tarik program ini, maka dpat dijelaskan adanya aspek
penawaran pariwisata dan aspek permintaan pariwisata.
1 Aspek penawaran pariwisata.
Menurut Medlik, 1980 (dalam Aryanto 2005), ada empat aspek (4A) yang
harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Attraction (daya tarik). Daerah tujuan wisata (DTW) sudah tentu memiliki
suatu daya tarik baik dari alam maupun budaya dan masyarakatnya.
b. Accessable (akses). Accessable yang dimaksud adalah mudah terjangkaunya
aatau tercapainya suatu tempat tujuan wisata baik dicapai dari darat, laut,
maupun udara.
c. Ammenities (fasilitas). Amenities merupakan fasilitas penunjang sebagai
pelengkap untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan selama tinggal
pada suatu tempat selama berwisata.
36
d. Anchillary (kelembagaan). Adanya lembaga pariwisata yang bertanggung
jawab dan ikut ambil bagian dalam pelaksanaan kepariwisataan dengan tujuan
wisatawan semakin sering berkunjungan dan mencari DTW apabila suatu
tempat dikategorikan sebagai tempat yang aman.
Selanjutnya Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai
barang dan jasa yang harus disediakan oleh DTW menjadi enam kelompok besar,
yaitu: (1) Transportation, (2) Travel Services, (3) Accomodation, (4) Food Services,
(5) Activities and Attraction (recreation cultural/entertainment), dan (6) Retail
goods.
Inti dari kedua pernyataan di atas adalah penawaran harus dapat menjelaskan
apa yang akan ditawarkan, programnya apa, bagaimana fasilitas pendukung program,
siapa saja yang menjadi potensial pasar untuk pembelian program Educational
Tourism ini.
2. Aspek Permintaan Pariwisata
Faktor-faktor utama dan faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan
pariwisata menurut Medlik, 1980 (Aryanto, 2005) dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Harga
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan timbal
balik pada wisatawan yang akan berkunjung ke seuatu daerah sehingga
jumlah permintaan wisatawan berkurang ataupun sebaliknya.
37
b) Pendapatan
Apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan untuk memilih
daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur juga akan semakin tinggi.
Kemungkinan juga wisatawan tersebut memiliki keinginan untuk membuat
suatu usaha pada daerah tujuan wisata apabila dianggap menguntungkan.
c) Sosial Budaya
Dengan adanya sosial budaya yang tidak dapat dirasakan oleh wisatawan
tersebut di tempat lain, maka peningkatan permintaan wisata akan tinggi dan
hal ini membuat rasa keingintahuan sekaligus penggalian pengetahuan
tentang kehidupan sosial budaya yang tercermin dalam pola piker budaya
wisatawan.
d) Sosial Politik
Apabila suatu Daerah Tujuan Wisata dalam keadaan aman dan tentram maka
dampak negatif tidak akan dirasakan oleh wisatawan, namun apabila keadaan
sosial politik berseberangan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan maka
sosial politik akan sangat terasa dampaknya dan pengaruhnya terhadap
permintaan wisatawan.
e) Intensitas Keluarga
Jumlah anggota keluarga juga berperan dalam permintaan wisata hal ini dapat
diratifikasi, apabila jumlah keluarganya banyak maka keinginan untuk
38
berlibur dari salah satu anggota keluarga tersebut akan semakin besar. Hal ini
dapat dilihat dari kepentingan wisatawan itu sendiri.
f) Harga barang substitusi
Di samping kelima aspek tersebut, harga barang pengganti juga termasuk
dalam permintaan, di mana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai
pengganti Daerah Tujuan Wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata
seperti: Universitas Dhyana Pura sebagai tujuan wisata Edukasi di Indonesia,
namun akibat sesuatu dan lain hal Universitas Dhyana Pura tidak dapat
memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat sebagai pelaksana
progam Edukasi Pariwisata maka wisatawan akan mengubah tujuannya ke
Universitas lain yang ada di Bali maupuan Indonesia.
g) Harga barang komplementer
Harga barang komplementer merupakan sebuah barang yang saling
membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang
saling melengkapi. Apabila dikaitkan dengan parwisata, barang
komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek
wisata lainnya.
Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang
menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan
antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat
39
(financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi,
dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Dari kedua pendapat tersebut, aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi
dari jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya,
lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan musim di suatu
negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang
berkembang, keamanan dunia, sosial politik serta aspek lain yang berhubungan
dengan fisik dan non fisik wisatawan.
2.3.2 Strategi Pemasaran Jasa
Secara konseptual Sucherly (2003:219) menyatakan bahwa strategi
pemasaran jasa mencakup dua strategi utama yaitu strategi pasar (market strategy)
dan strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy) yang mana dijelaskan
sebagai berikut:
2.3.2.1 Perencanaan Strategi Pasar
Strategi pasar pada intinya menentukan segmen pasar (market segmenting)
yang akan dilayani (target market) dan posisi pasar (market positioning). Penentuan
target market sangat penting mengingat tuntutan pelanggan tidak sama, sehingga
cara pelayanannya juga menjadi berbeda. Tujuan penting dalam pemilihan target
pasar adalah mencari pasar yang paling berpeluang atau yang tingkat pesainganya
masih relatif rendah. Dalam positioning, intinya adalah menempatkan marketing mix
40
dengan tujuan untuk meraih keunggulan bersaing (competitive advantage) pada
target pasar (Sucherly, 2003:219)
Menurut Morrison (2002: 179-191), ada tujuh karakter atau dasar yang
digunakan untuk menentukan pasar ke dalam suatu segmen, yaitu:
1. Geographic segmentation, yaitu membagi pasar berdasarkan pengelompokan
pelanggan yang berasal dari daerah yang sama secara geografis. Alasan-alasans
untuk memilih segmentasi ini dikarenakan definisi wilayah geografis diterima
secara universal, pasar geografis dapat diukur, dengan catatan demografi,
perjalanan, dan statistic lainnya yang menyangkut tentang pasar ini.
2. Demographic Segmentation, yaitu membagai pasar berdasarkan statistik –
statistik populasi yang umumnya dibuat melalui sensus. Informasi yang ada
dalam statistik antara lain, umur, jenis kelamin, pendapatan perkapita,
pekerjaan, ukuran keluarga, pendidikan, agama, dan faktor lainya.
3. Purpose-of-Trip Segmentation, yaitu membagi pasar berdasarkan tujuan utama
dari perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. Pertimbangan yang paling
penting dalam segmentasi ini adalah pengaruh yang begitu besar dari perilaku
wisatawan sesuai dengan tujuan perjalanannya. Secara umum tujuan perjalanan
wisatawan dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu pasar perjalanan
bisnis dan pasar perjalanan individu atau bersenang-senang.
4. Psychograpic Segmentation, pasar dibedakan berdasarkan riwayat psikologi
dari wisatawan dan gaya hidup (lifestyle) secara psikologi.
41
5. Behavioral Segmentation, yaitu membagi wisatawan dengan penggunaan
kesempatan, keuntungan-keuntungan, status pengguna, penggunaan harga,
perilaku terhadap produk dan pelayanan, dan perilaku yang potensial terhadap
sebuah produk khusus.
6. Product-Related Segmentation ̧ adalah menggunakan beberapa aspek
pelayanan untuk mengklasifikasi wisatawan. Segmentasi ini serupa dengan
brand segmentatation di mana beberapa produk khusus dibuat untuk jenis
wisatawan khusus, contohnya produk Educational Tourism, Ecotourism, dan
lainnya.
7. Channel-of-Distribution Segmentation, segmentasi ini berbeda dengan ke-6
segmentasi di atas karena cara ini digunakan untuk membagi perantara-
perantara perdagangan dan perjalanan wisatawan.
Positioning yang sering disebut product positioning merupakan
pengembangan sebuah pelayanan dari bauran pemasaran untuk mengisi sebuah
tempat khusus dalam pikiran wisatawan dalam target-target pasar (Morrison,
2002:205). Ada beberapa cara berbeda untuk membuat pesan atau citra yang unik
dalam pikiran wisatawan, antara lain dengan (1) specific and general positioning,
dan (2) positioning dengan informasi nyata versus perumpamaan. Specific
positioning approach merupakan pendekatan di mana hanya dipilih satu pasar
wisatawan yang paling menguntungkan dan berkonsentrasi pada satu segmen pasar.
General positioning approach menjanjikan lebih banyak keuntungan dibandingkan
42
dengan specific positioning approach di mana wisatawan harus berusaha untuk
memilih melalui iklan dan media mengenai keuntungan-keuntungan pelayanan yang
ditawarkan.
Penetapan target pasar didahului dengan mengevaluasi segmen pasar yang
berbeda baik dari ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik structural segmen,
dan tujuan serta sumber daya perusahaan. Setelah adanya hasil evaluasi dari segmen
pasar barulah dipilih segmen pasar sasaran, yaitu: pemasaran tanpa diferensiasi
(undifferentiated marketing), yang artinya perusahaan memutuskan untuk
mengabaikan perbedaan segmen pasar dan menargetkan keseluruhan pasar dengan
satu penawaran. Selanjutnya adalah pemasaran terdeferensiasi (differentiated
marketing) dimana perusahaan memutuskan untuk menargetkan beberapa segmen
pasar dan merancang penawaran terpisah bagi masing-masing segmen. Terkahir
adalah pemasaran terkonsentrasi (concentrated marketing) yang merupakan strategi
cakupan pasar di mana perusahaan mengejar pangsa pasar besar salah satu atau
beberapa segmen atau niche market.
2.3.2.2. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix Strategy)
Bauran pemasaran merupakan alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai
elemen perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning
yang ditetapkan berjalan lancar. Dalam pemasaran barang (tangible) dikenal empat
alat yaitu: product, price, place, and promotion atau the four P’s. Keempat alat
tersebut dikenal sebagai Traditional Marketing Mix. Menurut Kotler and Amstrong
43
(2006:62), bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang
dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar.
Strategi Pemasaran 4 P’s menurut Kotler & Amstrong (2006), yaitu
a. Product
Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan di pasar untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Apapun yang dapat memuaskan konsumen
dapat disebut sebagai produk
b. Price (harga)
Harga merupakan sejumlah uang yang diperlukan untuk membayar produk dan
jasa. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa harga adalah sejumlah nilai
konsumen yang dipertukarkan untuk memiliki atau menggunakan suatu produk
atau jasa. Harga adalah satu-satunya elemen marketing mix yang menghasilkan
revenue.
c. Place (Distribusi)
Place merupakan berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang
dihasilkan atau dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar yang disasar. Bertujuan
untuk menjamin ketersediaan produk, sehingga mudah dalam mendapatkan
produk. Distribusi meliputi: channels, coverage, assortments, location,
inventori, dan transport.
d. Promotion (Promosi)
44
Promosi merupakan cara perusahaan untuk melakukan komunikasi marketing.
Menurut Kotler & Keller (2009) Marketing communication mix terdiri dari 4
komponen utama yang saling berkaitan yaitu: advertising (periklanan), promosi
penjualan, public relations, dan personal selling.
Empat P dalam pemasaran menggambarkan persepsi penjual tentang alat
pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut
pandangan pembeli, masing-masing alat pemasaran harus dirancang untuk
memberikan satu manfaat bagi pelanggan. Leuterbom (dalam Kotler, 2002:18)
mengemukakan bahwa empat P penjual berhubungan dengan empat C pelanggan
yang digambarkan sebagai berikut:
Empat P Empat C
Product --------------------------- Customer Solution (Solusi Pelanggan)
Price ---------------------------- Customer Cost (Biaya Pelanggan)
Place ---------------------------- Convinience (kenyamanan)
Promotion ----------------------- Communication (komunikasi)
Morrison (2002:21) menyatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari faktor-
faktor dalam strategi pemasaran yang secara tradisional diidentifikasikan
berdasarkan penambahan faktor-faktor bauran pemasaran dari 4 P’s menjadi 8 P’s,
yaitu:
a. Product (produk)
Produk merupakan komponen yang meliputi hasil suatu barang dan jasa yang
disediakan untuk wisatawan
45
b. Place (Distribusi)
Komponen place menunjuk kepada bagaimana produk maupun pelayanan dapat
disampaikan kepada wisatawan. Komponen ini sering disebut sebagai distribusi
yang berhubungan dengan lokasi, fasilitas-fasilitas, dan penggunaan perantara.
c. People (orang)
People dalam jasa pariwisata merupakan penyedia jasa yang melayani
wisatawan. People sedikitnya memiliki tiga hal yaitu service personnel, the
tourist themselves, dan local resident.
d. Price (harga)
Harga merupakan elemen penting dalam marketing mix karena harga merupakan
faktor yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke suatu destinasi
e. Packaging (Mengkemas)
Packaging berarti mengelompokkan dua elemen atau lebih dari tourism
experience ke dalam suatu produk
f. Programming
Programming memiliki kaitan dengan packaging yang melibatkan event special,
aktivitas atau program suatu produk untuk membuatnya lebih beranekaragam
dan lebih menarik.
g. Promotion
Promosi merupakan upaya untuk meningkatkan permintaan melalui
pertimbangan kebutuhan, nilai dan sikap pasar atau segmen target pasar.
46
h. Partnership
Suatu hubungan yang dijalin oleh bisnis sejenis maupun tidak sejenis yang
menciptakan benefit bagi pihak-pihak tersebut.
2.3.3 Teori Adaptasi (Akulturasi)
Akulturasi sebagai salah satu bentuk proses sosial, erat kaitannya dengan
pertemuan dua budaya atau lebih. Sebagai akibat pertemuan tersebut, maka kedua
belah pihak saling mempengaruhi dan akhirnya kebudyaan mereka mengalami
perubahan bentuk.
Menurut Purwanto (2000:109-110) meyatakan bahwa ruang lingkup
pengaruh kebudayaan yang dapat dikatakan sebagai suatu akulturasi harus ditandai
oleh ketertarikan dari two or more autonomous cultural system. Perubahan yang
bersifat akulturasi dapat disebabkan sebagai akibat direct cultural transmissions, dan
mungkin juga dapat disebabkan oleh kasus-kasus mono kultural seperti ekologis,
demografis, modifikasi sebagai akibat pergeseran kebudayaan juga karena
keterlambatan kebudayaan seperti yang kemudian dilanjutkan dengan internal
adjustment setelah traits atau pola-pola suatu kebudayaan asing yang diterima. Selain
itu akulturasi juga disebabkan oleh suatu reaksi adaptasi bentuk kehidupan yang
tradisional.
Tuntutan akan terjadinya suatu kearifan dari proses akulturasi merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses akulturasi, namun
diharapkan perubahan dari sebuah proses akulturasi baik sosial maupun budaya
47
tidak akan tercabut dari akar budaya bangsa. Oleh karena itu maka pedoman yang
dapat menentukan arah perkembangan budaya bangsa sangatlah diperlukan.
Definisi akulturasi secara sistematik pertama kali dikembangkan oleh
Redfield Linton dan Herskovits (1936) yaitu: “Acculturation comprehends these
phenomena which result when groups of individuals having different cultures come
into continuous first – hand contact with subsequent changes in the original culture
patterns of either or both groups” (Purwanto 2000:104). Akulturasi dapat mewakili
suatu perubahan kebudayaan, yaitu sebagai jawaban atas terjadinya penyebaran
(transmisi) kebudayaan di kelompok-kelompok. Ditambahkan lagi bahwa akulturasi
juga merupakan suatu proses yang terjadi pada tingkat individu.
Dalam pada itu istilah akulturasi sering digunakan untuk membahas berbagai
hal yang berkaitan dengan penyesuaian individu terhadap suatu budaya yang baru
seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990:91), bahwa akulturasi atau
culture contact, mempunyai berbagai arti apabila ditafsirkan oleh beberapa
antropolog tetapi dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan proses sosial untuk
mengakomodasi dan mengintegrasikan unsur kebudayaan asing ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa kehilangan kepribadian kebudayaa sendiri.
Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan akulturasi sebagai percampuran
dan kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi (KUBI
2001:24). Ditambahkan lagi oleh Suyono (1985:15) menyatakan bahwa akulturasi
merupakan pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang
48
berasal dari pertemuan dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau
bertemu. Namun menurut Lauer (1994:403) akulturasi merupakan fenomena yang
dihasilkan sejak kedua kelompok atau individu yang berbeda kebudayaan mulai
melakukan kontak langsung yang diikuti perubahan pola kebudayaan asli dari salah
satu atau kedua kelompok.
Pendapat para ahli mengenai akulturasi dapat dipahami bahwa akulturasi lahir
apabila kontak antara kedua kebudayaan atau lebih dapat berlangsung terus menerus
dengan intensitas yang cukup. Akulturasi sebagai akibat kontak kebudayaan yang
terjadi dalam salah satu kebudayaan pesertanya tetapi dapat pula terjadi di dalam
kedua kebudayaan yang menjadi pesertanya.
2.3.4 SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu metode analisis yang paling umum
untuk menggambarkan posisi suatu perusahaan dalam lingkungan persaingan bisnis.
Analisis ini akan memberikan gambaran dan penilaian yang sistematis untuk
mengidentifikasikan masalah-masalah perusahaan dalam upaya mencapai tujuan
perusahaan di masa mendatang. Tujuan dasar dari analisis SWOT adalah untuk
mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari lingkungan luar
organisasi, dan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari
lingkungan internal organisasi (Bozac dan Tipuric, 2007), Kotler, (2005:114)
menyatakan bahwa analisis SWOT adalah alat evaluasi terhadap keseluruhan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap perusahaan. Analisis SWOT
49
adalah alat untuk menganalisa situasi yang jika dilakukan dengan benar maka akan
menghasilkan dasar yang kuat untuk merumuskan atau memformulasikan suatu
strategi (Bozac dan Tipuric, 2007).
Menurut Kurtz (2008:45), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan
strategic yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan
dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari external.
Menurut Kurtz (2008:46) step dari SWOT analisis dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Step SWOT analisis menurut Kurt (2008:46)
Para analis SWOT memberikan informasi untuk membantu dalam hal menyesuakan
perusahaan sumber daya dan kemampuan untuk menganalisa kompetitif lingkungan
di mana bidang perusahaan itu bergerak. Informasi tersebut dibuat berdasarkan
perumusan strategi dan seleksi.
Mengidentifikasi kekuatan
Sumber daya perusahaan dan kemampuan berkompetitif
Mengidentifikasi kelemahan
Sumber daya perusahaan dan kekurangan dalam
berkompetitif
Mengidentifikasi peluang pasar perusahaan
Mengidentifikasi ancaman
Eksternal dari prospek bisnis perusahaan di masa
mendatang
Tindakan untuk memperbaiki strategi
perusahaan
- Menggunakan kekuatan dan
kemampuan perusahaan sebagai
pilar strategi
- Mengejar peluang pasar yang paling
sesuai dengan kekuatan dan
kemampuan perusahaan
- Mengoreksi kelemahan dan
kekurangan yang dapat
menggagalkan pengejar peluang
pasar yang penting atau
meningkatkan kewaspadaan
terhadap kerentanan ancaman luar
- Penggunaan kekurangan perusahaan
untuk mengurangi dampak ancaman
eksternal
50
1. Kekuatan/Strength
Sebuah kekuatan perusahaan di mana sumber daya dan kemampuan yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan competitive advantage. Contoh
dari kekuatan tersebut meliputi nama yang kuat di kenal di masyarakat, reputasi
yang baik dimata para konsumen, keuntungan yang didapat dari proram yang
ditawarkan, fasilitas, dan akses yang menguntungkan.
2. Kelemahan/Weaknesses
Kelemahan adalah sesuatu yang menyebabkan satu perusahaan kalah bersaing
dengan perusahaan lain. Kemungkinan kelemahan bagi suatu perusahaan
merupakan kekuatan dari perusahaan lainnya. Sebagai contoh yang dianggap
sebagai weakness seperti kurang terkenalnya nama di masyarakat, perusahaan
yang memiliki reputasi yang buruk di mata masyarakat, biaya program yang
tinggi, kurangnnya sumber daya manusia yang memdadai, fasilitas yang tidak
terawat, dan minimnya akses.
3. Peluang/Opportunites.
Analisis lingkungan eksternal dapat membuahkan peluang baru bagi sebuah
perusahaan untuk meraih keuntungan dan pertumbuhan. Beberapa contoh
kesempatan tersebut seperti kebutuhan konsumen yang tidak dipenuhi di pasar,
adanya penerapan teknologi baru, diterapkannya peraturan-peraturan baru
dibidang pendidikan, dan dibukanya kesempatan belajar di seluruh ASIA
(seperti yang dicanangkan dalam APEC 2015).
51
4. Ancaman/Threat
Perubahan dalam lingkungan eksternal juga dapat menghadirkan ancaman bagi
perusahaan. Beberapa contoh ancaman tersebut seperti perubahan kebijakan
dalam bidang pendidikan baik dari pihak pemerintahan maupun pihak lembaga
partner dan munculnya program-program pengganti yang lebih unggul dan lebih
terkenal.
Setiap perusahaan tidak selalu harus mengejar peluang yang menguntungkan
karena dengan mengembangkan competitive advantage, ada kesempatan yang lebih
baik untuk meraih kesuksesan dengan cara mengidentifikasi sebuah kekuatan dan
kesempatan mendatang. Untuk mengembangkan strategi yang mempertimbangkan
profil SWOT. SWOT Matriks (juga dikenal TOWS Matrix) ditunjukkan pada Tabel
2.1
Tabel 2.1 SWOT/TOWS Matrix
Internal
Eksternal
Strength/Kekuatan
-
-
-
Weaknesses / Kelemahan
-
-
-
Opportunities/Kesempatan Strategi S-O
-
-
-
Strategi W-O
-
-
-
Threat / Ancaman Strategi S-T
-
-
-
Strategi W-T
-
-
-
- Strategi S-O : Mengejar peluang yang sesuai dengan kekuatan perusahaan
- Strategi W-O : Mengatasi kelemahan untuk meraih peluang
52
- Strategi S-T : Mengidentifikasi cara untuk perusahaan dapat menggunakan
kekuatan untuk mengurangi ancaman luar
- Strategi W-T : Membuat rencana pencegahan ancaman luar karena
kelemahan dari perusahaan
2.4 Model Penelitian
Model penelitian ini dimulai dari pemikiran perlunya dirumuskan suatu
strategi pemasaran program yang baru untuk memasarkan program Educational
Tourism di Universitas Dhyana Pura yang dapat menguntungkan semua pihak secara
berkelanjutan. Karena telah terjadinya pergeseran minat wisatawan dari wisatawan
masal menjadi wisatawan minat khusus. Wisatawan yang memiliki minat khusus
cenderung untuk melakukan program-program yang dapat menambah pengalaman
sekaligus pengetahuannya. Di samping itu sesuai dengan Cardon (2011) dalam
jurnalnya mengatakan bahwa mahasiswa asing cenderung mencari program
pendidikan di luar negeri dikarenakan adanya nilai lebih yang diakui ketika bekerja
di suatu perusahaan, di mana dengan memiliki pengalaman luar akan memudahkan
untuk bekerja dengan aspek multicultural ditambah dengan kemampuan untuk bisa
mengerti bahasa asing.
Mengingat adanya permintaan akan pariwisata minat khusus, Universitas
Dhyana Pura sebagai Perguruan Tinggi di Bali berusaha untuk menggunakan konsep
strategi guna memasarkan program Edutourism dengan mengkaji bagaimana fasilitas
pendukung pelaksanaan program Educational Tourism di Undhira, mengkaji
53
bagaimana strategi pemasaran yang tepat sehinga program dapat dikembangkan dan
mengkaji formulasi strategi alternative dan program-program pemasaran baik
sehingga dapat membantu Universitas memiliki kualitas yang lebih unggul dari
pesaing lainnya.
Untuk dapat menentukan strategi pemasaran pada program ini diperlukan
suatu analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dari pemasaran program.
Faktor – faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan program ini
disebut dengan bauran pemasaran yang terdiri dari product, place, people, price,
packaging, programming, promotion, dan partnership. Di samping itu juga perlu
dilakukan analisis faktor eksternal program yang merupakan ancaman dan peluang
dalam memasarkan program Educational Tourism ini. Faktor-faktor tersebut adalah
adanya kompetisi, penerapan teknologi yang baru, peraturan dan kebijakan yang baru
di bidang pendidikan, dan munculnya program-program yang lebih menarik
wisatawan.
Kekuatan dan kelemahan dari faktor internal akan dikaji melalui matriks
Internal Factor Analysis Summary (IFAS), sedangkan peluang dan ancaman dari
faktor eksternal akan dikaji melalui matriks Eksternal Factor Analysis Summary
(EFAS). Analisis IFA dan EFA dijadikan landasan untuk menentukan posisi
Universitas Dhyana Pura pada Matriks Internal – Eksternal (Matriks IE) sehingga
dapat dihasilkan strategi yang menitikberatkan pada kekuatan-kekuatan dan peluang
– peluang yang ada serta strategi alternatif dari program pemasaran Educational
54
Tourism di Universitas Dhyana Pura yang dirumuskan melalui strategi SO, strategi
ST, strategi WO, dan strategi WT. Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Model Penelitian
Universitas Dhyana Pura
Educational Tourism
(perkembangan wisatawan minat khusus)
Lingkungan Internal 1. Product 2. Place 3. People 4. Price 5. Packaging 6. Programming 7. Promotion 8. Partnership
Matrik IFAS
Lingkungan Eksternal
1. Competition 2. Legislation and regulation 3. Economic environment 4. Technology 5. Societal and cultural
environment 6. Natural environment
Matrik EFAS
Matrik Internal – Eksternal
Strategi Alternatif
Formulasi Program Pemasaran
Educational Tourism
Rekomendasi
Fasilitas pendukung
dan program unggulan
Formulasi Strategi
pemasaran
Formulasi strategi
alternative dan program
pemasaran
55
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diajukan pada pendekatan
penelitian yang dipilih adalah penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan responden untuk memperoleh
gambaran tentang persepsi stake holder, dalam hal ini adalah pihak Rektorat,
fasilitator, dan staff terhadap pelaksanaan program Educational Tourism. Sedangkan
kualifikasi data kuantitatif diperoleh melalui proses pembobotan dan rating dari
fakta-fakta internal dan eksternal oleh respondent tersebut. Hasil analisis fakta
internal dan eksternal tersebut menjadi acuan dalam perumusan strategi pemasaran
program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Dhyana Pura (Undhira) Kabupaten
Badung, Provinsi Bali, tepatnya di Jl. Raya Padang Luwih, Banjar Tegaljaya, Desa
Dalung, 80361, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, telephon (0361)
426450/1, dengan facsimile (0361) 426452, dan email:
[email protected] (Gambar 4.1) Dipilihnya lokasi tersebut sebagai
lokasi penelitian, didasari atas pertimbangan sebagai berikut: Undhira telah
melaksanakan program Educational Tourism sejak tahun 1997, di lingkungan
tersebut juga terdapat kompetitor program sejenis namun dengan paket berbeda
56
sehingga dapat dicari strategi yang tepat untuk program baik pelaksanaan maupun
pemasaran di Undhira.
Jarak antara lokasi penelitian (Undhira), dari pusat kota Denpasar sekitar + 13 Km,
namun hanya berjarak + 2.5 Km dengan pusat pemerintahan Kabupaten Badung.
Lokasi ini sangat strategis karena mahasiswa asing dapat merasakan hidup berbaur
dengan masyarakat dikarenakan dekat dengan pemukiman, di samping itu juga dekat
dengan Pantai Kuta yang menjadi daya tarik mahasiswa asing untuk terlibat dalam
program ini.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni data kualitatif adalah
data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar yang dapat diuraikan secara
rinci dan jelas untuk menarik kesimpulan tentang potensi dan peluang program
Educational Tourism serta strategi pemasarannya di Universitas Dhyana Pura, antara
lain:
3.3.1.1 Faktor Internal yaitu tempat pelaksanaan program, fasilitas kampus, produk
pendidikan dan wisata, program Edutourism, fasilitator dan staff yang terlibat
didalamnya, promosi, hubungan kerjasama, harga, dan keterlibatan
mahasiswa Undhira sendirii dalam program ini.
3.3.1.2 Faktor Eksternal yaitu peningkatan kunjungan ke Undhira, peningkatan
jumlah rekan kerjasama, digalakkannya pariwisata minat khusus oleh
57
pemerintah, peningkatan kesadaran wisatawan akan berwisata sambil belajar,
globalisasi informasi, kompetitor, krisis ekonomi, peningkatan biaya-biaya
administrasi, keamanan, dan kondisi peraturan dan pelaksanaannya terhadap
mahasiswa asing.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif
meliputi faktor kekuatan, faktor kelemahan, faktor ancaman, dan faktor peluang yang
dilakukan dan dihadapi oleh Universitas Dhyana Pura. Data kualitatif meliputi: ide,
ungkapan, kesan, saran, penghargaan, pujian dan kritik dari para pemangku
kebijakan program dan fasilitator pelaksanaan program Educational Tourism di
Universitas Dhyana Pura.
Jenis data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang meliputi hasil
penilaian para pemangku kebijakan program dan fasilitator pelaksana program
Eductional Tourism di Universits Dhyana Pura.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data ada dua yaitu sumber data primer dan sekunder.
1. Sumber data primer, yaitu data yang didapat secara langsung dari Universitas
Dhyana Pura sebagai penyelenggara program pariwisata edukasi, dan bagian
International sebagai subyek penelitian baik dari pimpinan, staff administrasi,
keuangan, dosen yang ikut terlibat di dalamnya.
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain
yang bukan dari pihak pertama, dari referensi atau merupakan hasil
58
pengumpulan orang lain dalam bentuk publikasi, laporan tahunan, maupun
company profile.
3.4 Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data penelitian ini, instrument penelitian yang akan
digunakan diantaranya adalah kamera digital untuk merekam gambar dan suara dari
objek penelitian dan juga informan. Instrumen lain yang akan digunakan adalah
pedoman wawancara (interview guideline) dan kuisioner. Pedoman wawancara dan
kuisioner ini digunakan untuk mengetahui komponen program, baik dari segi
akademik maupun non-akademik. Produk (fasilitas akomodasi dan jasa) baik harga
maupun kualitas sehingga pedoman ini dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan dari program serta ancamana dan peluang, sehingga dapat ditentukan
apa dan bagaimana strategi pemasaran yang tepat untuk digunakan dalam
memasarkan program Educational Tourism ini.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data digunakan beberapa metode antara lain:
1. Observasi, adalah pengamatan secara langsung ke lapangan dengan
menggunakan instrument panduan pengamatan. Metode ini melengkapi metode
wawancara atau dengan kata lain memvalidasi metode wawancara. Sehingga
data dan informasi yang diperoleh menjadi valid dan akurat.
59
2. Wawancara secara mendalam yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab
langsung berdasarkan tuntutan pedoman wawancara dengan pimpinan dan
staff, dan para fasilitator program pada saat penelitian.
Teknik wawancara secara mendalam dilakukan untuk memperoleh data yang
tidak ditemukan pada saat observasi. Melalui wawancara ini akan dapat
diperoleh informasi lebih dalam untuk bisa menjawab permasalahan yang akan
dibahas.
3. Dokumentasi, data yang diperoleh dari berbagai dokumen resmi baik pihak
pemerintah, dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan, maupun dari pihak
swasta atau instansi yang menjadi partner dari terlaksananya program ini.
4. Penyebaran angket terstruktur kepada pemangku kepentingan untuk
mengetahui strategi-strategi kebijakan yang diambil dalam penyelenggaraan
program ini.
3.6 Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode analisis seperti Analisis
Matriks IFAS dan EFAS yang akan menghasilkan strategi (General Strategic),
selanjutnya analisis SWOT yang dibantu dengan diagram dan matrik SWOT yang
akan menghasilkan strategi alternatif dan yang terakhir adalah analisis QSPM yang
menghasilkan urutan strategi prioritas sampai yang kurang prioritas. Adapun masing-
masing metode dijelaskan sebagai berikut:
60
3.6.1 Analisis Matriks IFAS dan EFAS
Analisis matriks IFAS dan EFAS merupakan metode analisis untuk mengukur
berapa pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal yang dianalisis terhadap kondisi
objek dan daya tarik wisata (program) yang dikelola oleh universitas.
1) Analisis Matriks IFAS
Setelah faktor strategi internal diidentifikasikan, maka perlu dievalusi dengan
matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) yang tampak pada tabel
3.1 dengan tahapan sebagai berikut:
1. Membuat daftar faktor-faktor internal, yaitu kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses).
2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan (pada
kolom 2) sehingga total bobot sama dengan satu.
3. Memberikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor
kekuatan dan kelemahan, yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (tidak
begitu lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat kuat). Jadi nilai (rating) mengacu
pada kondisi objek, sedangkan bobot (weight) mengacu di mana objek
berada.
4. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skornya.
5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi objek yang
dinilai. Jika nilainya di bawah 2,5 berarti secara internal objek dapat
61
dikatakan lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi
internal yang kuat.
2) Analisis Matriks EFAS
Jika telah diidentifikasi faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman,
maka dapat dilanjutkan dengan analisis faktor-faktor strategi eksternal
(Eksternal Factors Analysis Summary) yang tampak pada tabel 3.2 dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Membuat daftar faktor-faktor eksternal, yaitu peluang (opportunities) dan
ancamana (threat).
2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan sehingga
total bobot sama dengan satu
3. Memberikan perangkat (rating) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor
peluang dan ancaman yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (tidak begitu
lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat kuat). Jadi nilai (rating) mengacu pada
kondisi objek, sedangkan bobot (weight) mengacu pada di mana objek berada.
4. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk
menentukan nilai skornya.
5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi objek yang
dinilai. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara eksternal objek
adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi
eksternal yang kuat.
62
Tabel 3.1 IFAS (Internal Factors Analysis Summary)
Faktor-Faktor Strategi
Internal
Bobot Rating Skor
(1) (2) (3) (4 = 2 X 3)
Kekuatan
1) …………..
2) …………..
3) ………….
4) dst)……….
Kelemahan
1) …………..
2) …………..
3) ………….
4) (dst)………….
Total 1,0
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2002
Catatan : pembobotan menggunakan metode perbandingan berpasangan
Tabel 3.2 EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) Faktor-Faktor Strategi
Eksternal
Bobot Rating Skor
(1) (2) (3) (4 = 2 X 3)
Peluang
1) …………..
2) …………..
3) ………….
4) (dst)…………
Ancaman
1) …………..
2) …………..
3) ………….
4) (dst)………….
Total 1,0
Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2002
Catatan : Pembobotan menggunakan metode perbandingan berpasangan
63
Dari nilai total faktor internal dan eksternal, maka dilakukan plotting pada matriks
internal – eksternal berupa diagram sembilan sel, seperti tampak pada Gambar 3.1
berikut:
TOTAL NILAI IFE
Gambar 3.1 Matriks Internal – Eksternal Program Educational Tourism Universitas
Dhyana Pura
Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti, 2002
Keterangan :
IFE : Internal Factors Evaluation
EFE : External Factors Evaluation
I
Tumbuh dan bina
(konsentrasi via
integrasi vertical)
II
Tumbuh dan bina
(konsentrasi via integrasi
horizontal)
III
Pertahankan dan
pelihara (pertumbuhan
berputar)
IV
Tumbuh dan bina
(berhenti sejenak)
V
Pertahankan dan pelihara
(strategi tidak berubah)
VI
Panen atau divestasi
(kawasan terikat atau
jual habis
kewaspadaan)
VII
Pertahankan dan
pelihara (diversifikasi
konsentrasi)
VIII
Panen atau divestasi
(diversifikasi
konglomerat)
IX
Panen atau divestasi
(likuidasi)
T
O
T
A
L
N
I
L
A
I
E
F
E
Kuat 3,0 – 4,0
Sedang
2,0 – 2,99 Lemah
1,0 – 1,99 4,0
Kuat 3,0 – 4,0
3,0
Sedang
2,0 – 2,99
2,0
Lemah
1,0 – 1,99
1,0
3,0 2,0 1,0
64
Rangkuti (2001) mengemukakan bahwa Matriks Internal – Eksternal pada prinsipnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
- Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan organisasi itu sendiri (sel
I, II) atau upaya diversifikasi (sel VII dan VIII).
- Stability Strategy adalah strategy yang diterapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah diterapkan.
- Entrenchment Strategy (sel III, VI, dan IX) adalah usaha memperkecil
atau mengurangi usaha yang dilakukan organisasi.
Sementara itu, Umar (dalam Sukaatmaja 2000;114) mengemukakan bahwa
secara prinsip Sembilan matriks Internal – Eksternal yang teridentifikasi, memiliki
tiga implikasi strategi utama, yaitu:
1. Bagi divisi-divisi yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan
sebagai Growth and Build. Strategi yang cocok bagi divisi yang berada pada
sel-sel ini adalah Intensive (market penetration, market development, dan
product development) atau Integration (backward integration, forward
integration, dan horizontal integration).
2. Untuk divisi-divisi yang berada pada sel – sel III, V, VII paling baik
dikendalikan dengan strategi Hold and Maintain. Strategi – strategi yang
dipakai yaitu strategi market penetration dan product development.
3. Untuk divisi yang berada pada sel – sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan
strategi Harvest atau Diverstiture
65
3.6.2 Analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats)
Merujuk Rangkuti, 2002, analisis SWOT adalah suatu cara untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan
strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT
mempertimbangkan dan membandingkan antara faktor eksternal, berupa peluang dan
ancaman dengan faktor internal, berupa kekuatan dan kelemahan, sehingga hasil
analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategi pemasaran program Educational
Tourism di Universitas Dhyana Pura.
Proses pembuatan analisis SWOT dapat dilakukan melalui delapan tahap
penentuan strategi pemasaran program Educational Tourism di Universitas Dhyana
Pura. Tahapan tersebut adalah:
1. Membuat daftar kekuatan internal program
2. Membuat daftar kelemahan internal program
3. Membuat daftar peluang eksternal program
4. Membuat daftar ancaman eksternal program
5. Menginterpretasikan dari kombinasi kekuatan-kekuatan dan peluang-peluang
kemudian catat hasilnya dalam sel strategi SO (Strengths Opportunities);
66
6. Menginterpretasikan dari kombinasi kelemahan-kelemahan dan peluang-
peluang kemudian catat hasilnya dalam sel strategi WO (Weaknesses
Opportunities);
7. Menginterpretasikan dari kombinasi kekuatan-kekuatan dan ancaman-
ancaman kemudian catat hasilnya dalam sel strategi ST (Strengths Threats);
8. Menginterpretasikan dari kombinasi kelemahan-kelemahan dan ancaman-
ancaman kemudian catat hasilnya dalam sel strategi WT (Weaknesses
Threats)
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan Faktor-Faktor
Kekuatan Internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan Faktor-Faktor
Kelemahan Internal
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan Faktor-Faktor
Peluang Eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan Strategi yang
mengunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Ciptakan Strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
THREATS (T)
Tentukan Faktor-Faktor
Ancaman Eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan Strategi yang
menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang memini
malkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Gambar 3.2 Matriks SWOT
Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti, 2002
Keterangan:
1. Strategi SO (Strengths Opportunities)
Strategi SO adalah strategi yang dibuat berdasarkan jalan pikiran objek, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
67
2. Strategi ST (Strengths Threats)
Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki objek
untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weaknesses Opportunities)
Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weaknesses Threats)
Strategi WT adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
3.6.3 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Analisis QSPM untuk menetapkan ketertarikan relative (relative
attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih dan
menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
Untuk mengetahui strategi yang paling baik dapat dilihat dari hasil analisis QSPM
yang mendapat TAS (Total Score Attractiveness) yang tertinggi dari beberapa
alternative strategi yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan (Umar,
2002)
Cara membuat table QSPM adalah sebagai berikut:
1. Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di sebelah kiri
QSPM. Informasi ini diambil dari matriks IFAS dan EFAS.
68
2. Memberi bobot (weight) pada masing-masing faktor internal dan eksternal.
Bobot (weight) ini sama dengan yang ada pada matriks IFAS dan EFAS.
3. Meneliti matriks-matriks yang diidentifikasikan strategi alternatif yang dapat
direkomendasikan dari hasil matriks SWOT.
4. Menetapkan AS (Attractive Score), yaitu nilai yang menunjukkan
ketertarikan alternative untuk masing-msaing strategi yang dipilih. AS
ditetapkan dengan cara meneliti faktor internal dan eksternal, dan bagaimana
peran dari tiap faktor dalam proses pemilihan strategi yang sedang dibuat.
Batasan nilai AS adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4
= sangat menarik.
5. Menghitung TAS yang didapat dari perkalian bobot (weight) dengan AS pada
masing-masing baris. TAS menunjukkan relative attractives dari masing-
masing alternative strategi.
6. Menjumlahkan semua TAS pada masing-msaing kolom QSPM. Dari
beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari strategi alternatif
tertinggilah yang menunjukkan bahwa strategi alternatif itu yang menjadi
pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa strategi alternatif ini
menjadi pilihan terakhir.
69
3.7 Penyajian Hasil Analisis Data
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penelitian ini akan disajikan dengan
menggunakan beberapa tabel, gambar dan narasi yang akan menjadi laporan ilmiah
akhir dalam bentuk tesis dan akan diuraikan dalam 6 (enam) Bab.
70
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Lokasi Universitas Dhyana Pura Bali
Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali berlokasi di wilayah Kecamatan
Kuta Utara tepatnya di Jalan Raya Padang Luwih, Banjar Tegaljaya, Desa Dalung
atau di tengah-tengah wilayah Kabupaten Badung. Tepatnya berada pada 8,62922
lintang selatan dan 115,11706 bujur timur. Lokasinya yang merupakan keuntungan
karena sangat dekat dengan berbagai daerah tujuan wisata terutama pantai Kuta
maupun Kota Denpasar. Jarak tempuh dari pantai Kuta 20 menit dan dari pusat Kota
Denpasar 25 menit. Di sekitar kampus terdapat beberapa sekolah baik dari TK
sampai Perguruan Tinggi sehingga memberikan suasana daerah pendidikan.
Terdapatnya banyak tempat-tempat kost dan tempat berkumpul bagi mahasiswa lokal
di sekitar kampus, membuat mahasiswa asing semakin nyaman dikarenakan mereka
memiliki tujuan yang sama yaitu belajar. Melalui interaksi sosial dengan mahasiswa
lokal secara tidak langsung juga meningkatkan kemampuan mahasiswa asing dalam
berbahasa Indonesia dan mengetahui adat istiadat dan kehidupan anak muda yang
seusia di Bali.
Selain itu pusat pemerintahan Kabupaten Badung hanya berjarak 10 menit
dan sering diadakan pertunjukkan maupun perlombaan kesenian yang berasal dari
Kabupaten Badung, sehingga hal ini memberikan kenyamanan mahasiswa asing
71
untuk mengetahui potensi budaya yang terdapat di Badung khususnya. Adapun
lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
Sumber: Map Data Google 2013, https://maps.google.com, 05/02/2011
Apabila dilihat dari keuntungan lokasi Universitas sangat memungkinkan
untuk dikembangkannya program pendidikan yang berkaitan dengan pariwisata
dikarenakan Badung sangat kaya akan daerah tujuan wisata dan dilihat dari segi
pendidikan hanya ada dua Perguruan Tinggi di Kabupaten Badung.
4.2 Sejarah Singkat
Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali merupakan perguruan tinggi swasta
di Bali yang baru berusia dua tahun. Namun perjalanan panjang di dunia pendidikan
telah dimulai dari Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata Dhyana Pura (PPLP) dan
72
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Dhyana Pura (STIM) yang didirikan oleh Yayasan
Dhyana Pura.
Yayasan Dhyana Pura mendirikan Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata
Dhyana Pura pada tahun 1987 awalnya menyelenggaraan program pelatihan di
bidang perhotelan dengan nama Program Vokasional Perhotelan selama empat bulan.
Program Vokasional yang mengambil tempat di Hotel Dhyana Pura tersebut ternyata
berhasil dengan baik. Dengan adanya minat kaum muda dalam hal pendidikan, PPLP
Dhyana Pura meningkatkan status program dengan memberikan pengetahuan khusus
yang menggabungkan antara ketrampilan (keahlian) dan pendidikan (pengetahuan).
Melalui pelaksanaan program tersebut ternyata angkatan muda semakin tertarik
karena mereka mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan di bidang manajemen dan
pariwisata.
Untuk menunjang ketrampilan dan pengetahuan mahasiswa terutama dalam
industri pariwisata yang berbasiskan internasional, Yayasan Dhyana Pura menggali
kerjasama dengan Goulburn Ovens Institute of TAFE, Shepparton Victoria Australia
melalui program Internasional dengan menghadirkan para pengajar dari Australia.
Kerjasama antara Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata Dhyana Pura (PPLP)
dengan Institute of Go-Tafe di Australia memberikan kesempatan yang baik bagi
mahasiswa Program tiga tahun PPLP Dhyana Pura untuk mendapatkan perkuliahan
dan pelatihan pada bidang Restaurant baik Food Production maupun Food Service.
Kerjasama ini berjalan dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2010. Di samping itu
73
juga dilakukan pertukaran para Instruktur pada bidang Culinary, sehingga budaya
dan makanan khas Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya dapat dinikmati dan
dipelajari mulai dari proses pembuatan sampai dengan penyajiannya.
Beranjak dari keberhasilan yang telah dicapai oleh PPLP dari tahun 1987,
kemudian Yayasan Dhyana Pura mengajukan permohonan ijin untuk mendirikan
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Dhyana Pura berdasarkan surat keputusan nomor
009/YDP-GKPB/XII/1999 tanggal 17 Desember 1999 tentang perlunya dilakukan
pengembangan Lembaga Pendidikan Pariwisata Dhyana Pura melalui pendirian
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Dhyana Pura. Berdasarkan pengajuan permohonan
tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia mengeluarkan Ijin Prinsip dengan nomor surat
1291/D4.II/08/2000 tertanggal 10 Agustus 2000. Ijin Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen Dhyana Pura diberikan oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia pada tanggal 1 Maret 2001 dengan nomor surat 23/D/0/2001.
Perjalanan kesuksesan STIM Dhyana Pura dan ditunjang oleh hubungan-
hubungan kerjasama yang dimiliki, maka beberapa lembaga pendidikan asing
mengadakan kerjasama dalam bidang pariwisata yang diawali dengan:
- Bekerjasama dengan CHN Hogeschool (Christian Hogeschool in
Netherland) di Belanda dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Kerjasama ini
tertuang dalam program Educational Tourism dengan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen Dhyana Pura dalam bentuk pertukaran mahasiswa dari CHN untuk
74
mengadakan perkuliahan tentang Pariwisata sekaligus mengenal aspek pendukung
pariwisata di Bali. Program ini sangat sukses karena banyak sekali peminat di
Belanda untuk belajar sekaligus mengadakan wisata di Bali selama 2.5 bulan. Ciri
khas dari program ini adalah PBL (Problem Based Learning) proses di mana
mahasiswa diberikan modul dan mereka menggunakan metode studi kasus untuk
didiskusikan pada setiap materi yang diajarkan.
Di sisi lain mahasiswa STIM Dhyana Pura yang telah mengakhiri semester 6
mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam seleksi program magang (Internship) di
Belanda pada restaurant-restaurant Asia yang digolongkan Fine Dining yang
tergabung dalam organisasi FER (Fine Eastern Restaurant). Program ini sangat
diminati oleh mahasiswa STIM Dhyana Pura sendiri, karena melalui kesempatan
Internship di Belanda selama satu tahun dan mendapatkan kesempatan untuk belajar
di CHN (tahun 2010 berganti nama menjadi STENDEN University). Selain mereka
mendapatkan pengalaman dalam bekerja di industri pariwisata, mereka mendapatkan
banyak manfaat seperti uang saku, akomodasi, belajar bahasa secara langsung, dan
tiket perjalanan pulang pergi dibayarkan oleh perusahaan di mana mereka
mengadakan Internship. Program ini menjadi program pilihan dan keunggulan dari
STIM Dhyana Pura.
- Selanjutnya pada pertengahan tahun 2008, STIM Dhyana Pura menggalang
kerjasama dengan Inholland University di Belanda membuka Educational Tourism
program yang dinamakan “Intrapreneurship in Different Perspective”. Program ini
75
masih berjalan sampai sekarang dan semakin diminati oleh mahasiswa di negara
Eropa. Dalam setiap tahunnya, Inholland University mengirim dua group mahasiswa
berjumlah 16 sampai 20 orang untuk melakukan perkuliahan Minor di Kampus
Dhyana Pura masing-masing selama lima bulan. Mahasiswa mendapatkan pelajaran
mendalam tentang Intrapreneurship yang didalamnya juga mempelajari mengenai
kebudayaan Bali dengan segala aspek yang ditimbulkan, bahasa Indonesia, dan
belajar mengenai bagaimana menjadi seorang pengusaha baik bagi dirinya sendiri
maupun komunitas sekelilingnya tanpa hanya memikirkan keuntungan namun tetap
menjunjung kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungan. Program
Intrapreneurship sendiri adalah program minor yang mendalami tentang
kewirausahaan yang bertumpu pada kekuatan masing-masing individu yang ada pada
dirinya sendiri dan bukan semata-mata melihat keuntungan, tetapi apa yang mereka
dapat berikan kepada masyarakat sekitar sebagai bagian dari interaksi sosialnya.
Selama mereka tinggal di lingkungan kampus Dhyana Pura, interaksi dengan
masyarakat setempat mulai terjalin, sehingga banyak dampak positif yang dapat
dinikmati oleh mahasiswa asing dan komunitas sekelilingnya, terutama dalam aspek
perekonomian usaha kecil. Secara tidak langsung mahasiswa asing ini juga menjadi
duta pariwisata bagi Bali dan Indonesia, di mana banyak dari teman dan keluarga
yang datang berkunjung selama mahasiswa tersebut belajar di Dhyana Pura.
- Tahun 2010, PPLP Dhyana Pura telah menjalin kerjasama dengan Dili
Institute Technology di Timor Leste. Kerjasama ini dalam bentuk pengiriman Dosen-
76
dosen dalam bidang pariwisata dan manajemen dari Universitas Dhyana Pura untuk
mengajar di Timor Leste dalam beberapa semester. Selanjutnya mahasiswa dari DIT
Timor Leste melaksanakan perkuliahan dan pelatihan di PPLP Dhyana Pura dalam
bidang pariwisata pada setiap program studi selama tiga bulan di kampus Dhyana
Pura. Selama mereka belajar di Bali, mereka juga diajarkan mengenai budaya dan
adat istiadat masyarakat Bali sekaligus melakukan pelatihan kerja pada industry
pariwisata yang terletak di wilayah Kabupaten Badung maupun Kota Denpasar.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan
berdasarkan pengalaman-pengalaman dalam dunia pendidikan, pada tahun 2010
Yayasan Dhyana Pura mengajukan permohonan ijin untuk mendirikan Universitas
dan akhirnya Direktorat Pendidikan Tinggi kembali memberikan Ijin Pendirian
Universitas dengan nomor:142/E/O/2011.
Universitas Dhyana Pura memiliki dua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi dan
Humaniora dan Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains, dan Teknologi. Dari kedua Fakultas
ini, Undhira menawarkan tiga belas program studi kepada masyarakat. Adapun
program-program studi berada dibawah Fakultas Ekonomika dan Humaniora adalah
Manajemen dengan konsentrasi Manajemen Perhotelan, Bisnis Pariwisata, dan
Keuangan; Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini; Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga; Sastra Inggris; Psikologi; Diploma 3 Pemasaran. Selanjutnya program-
program studi yang berada dibawah Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains, Teknologi
77
adalah Fisioterapi; Perekam Medis & Informasi Kesehatan; Biologi Konservasi;
Sistem Informasi; Ilmu Kesehatan Masyarakat; Ilmu Gizi; dan Teknik Informatika.
4.3 Visi dan Misi
Sebagai sebuah institusi pendidikan yang menjunjung tinggi Tri Dharma
perguruan tinggi, Undhira telah menetapkan misi dan visinya sebagai dasar dalam
bertindak. Visi merupakan gambaran suatu pencapaian sebuah lembaga di masa yang
akan datang. Untuk itu Undhira telah menetapkan visi yaitu “menjadi perguruan
tinggi unggulan dan teladan” (Statuta Undhira, 2012: 6) sedangkan misinya adalah
“sebagai pusat pembentukan manusia seutuhnya yang berkualitas secara akademis,
berkarakter, professional, perilaku dan spiritual.
78
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Fasilitas dan Program Unggulan Educational Tourism
5.1.1 Fasilitas dan Sarana Pendidikan
Proses belajar mengajar sangat tergantung dari kenyamanan kampus
serta fasilitas penunjang lainnya. Menurut Wahyuningrum (2004:4), menyatakan
bahwa fasilitas merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan suatu usaha. Fasilitas pendidikan di kampus Dhyana Pura berada di atas
tanah seluas 3.5 hektar dengan halaman kampus yang hijau dan semua gedung
belajar mengajar, gedung A,B,C,D, dengan jumlah kelas sebanyak 45 kelas yang
sangat berdekatan sehingga memudahkan mahasiswa, dosen, maupun pegawai dalam
mobilisasi. Fasilitas pendidikan terdapat laboratorium bahasa asing, laboratorium
komputer, laboratorium fisioterapi, laboratorium gizi, biro psikologi, laboratorium
kitchen dan pastry-bakrie, restaurant, bar, laboratorium akomodasi, laboratoirum
front office, ruang teater, ruang konferensi, ruang aula, dan berbagai sarana dan
fasilitas olah raga yang tersedia untuk digunakan oleh civitas akademika Universitas
Dhyana Pura. Khusus untuk laboratorium kitchen dan pastry-bakrie salah satu
ruangan yang sering digunakan oleh mahasiswa asing untuk mempelajari dan
mempraktekkan pembuatan kuliner Indonesia dan tradisional bali. Ruang kelas untuk
program Internasional yang digunakan hanya satu ruangan dengan design U-shape
sehingga setiap mahasiswa dapat ikut aktif dalam setiap diskusi mengingat program
ini sangat kental dengan budaya diskusinya. Ruang perpustakaan yang dimilki oleh
79
kampus saat ini terletak di Gedung B lantai 3 namun kebanyakan literature yang
dimiliki dalam bahasa Indonesia sehingga khusus untuk mahasiswa asing, ruang
perpustakaan juga disediakan di ruang kelas Internasional sendiri.
Gambar 5.1 Suasana ruang kelas Internasional
Menurut Ibrahim Bafadal (2003:2), sarana pendidikan merupakan
perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah. Dapat dijabarkan bahwa sarana pendidikan yang
digunakan di kampus Dhyana Pura untuk menunjang proses belajar mengajar adalah
LCD, AC, papan tulis, dan jaringan internet baik melalui Ethernet kabel maupun wifi
yang memberikan kemudahan kepada para mahasiswa dalam menunjang
pembelajaran. Penyediaan internet di seluruh areal kampus diberikan secara gratis
yang dapat digunakan oleh seluruh civitas akademika Universitas Dhyana Pura.
80
5.1.2 Fasilitas dan Sarana Akomodasi
Pada konsep penawaran pariwisata yang diterangkan menurut Medlik (1980)
adanya aspek amenities fasilitas penunjang sebagai pelengkap untuk memberikan
kepuasan kepada wisatawan selama tinggal pada suatu tempat. Penyediaan fasilitas
akomodasi di Universitas Dhyana Pura bertujuan untuk memberikan keamanan dan
kenyamanan kepada seluruh mahasiswa asing yang terlibat dalam program
Educational Tourism, sehingga memudahkan mobilisasi mahasiswa tanpa harus
menggunakan transportasi untuk ke kampus. Mahasiswa bisa berjalan kaki menuju
ruang kelas dan dapat melakukan sosialisasi di areal kampus dengan seluruh civitas.
Fasilitas akomodasi dengan jumlah 21 kamar dibangun di areal kampus yang
dinamakan “Kampoeng Bali”. Dengan terbatasnya jumlah akomodasi yang
disediakan, maka setiap semester proses registrasi hanya dibatasi sebanyak 20
mahasiswa. Akomodasi yang disediakan didesain untuk single bed dengan ukuran 3
x 4 dengan tujuan memberikan privasi setiap mahasiswa terutama mereka berasal
dari negara-negara yang menjunjung tinggi kebebasan setiap individu. Selain itu
penunjang lainnya seperti dapur, ruang makan, ruang tamu yang dilengkapi dengan
televisi, dvd, dan lobby yang dapat gunakan secara bersama-bersama.
Sarana akomodasi dilengkapi dengan air panas dan AC yang dapat
memberikan kenyamanan kepada setiap mahasiswa. Selain itu penyediaan sarana
internet tanpa batas kuota pemakaian bertujuan agar mereka dapat melakukan
81
komunikasi dengan keluarga dan kerabat dari berbagai negara selama mengikuti
perkuliahan serta menunjang proses desk- riset yang mereka lakukan selama di Bali.
Dengan pengalaman tinggal secara bersama-sama di areal yang sama proses
akulturasi dapat terjadi sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Redfield dan
Herskovits (1936) bahwa akulturasi dapat membawa suatu perubahan kebudayaan
pada setiap individu yang terlibat didalamnya. Hal ini memberikan dampak positif
kepada mahasiswa asing dikarenakan mereka mulai belajar untuk hidup bersama
secara berkelompok dan mengesampingkan kepentingan individunya secara tidak
langsung mereka juga harus menjunjung toleransi antar peserta program.
5.1.3 Program Intrapreneurship in Another Perspective Merupakan Program
Unggulan Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura
Salah satu program unggulan Educational Tourism yang ditawarkan oleh di
Universitas Dhyana Pura kepada mahasiswa asing adalah program Intrapreneurship
in Another Perspective. Program yang digagas bersama Drs. Nicolaas Speelman
pendiri IISI (Institute of Intrapreneurship and Sustainability International) di
Belanda. Program ini kemudian ditawarkan kepada Undhira (waktu itu bernama
STIM) melalui perjanjian kerjasama antara STIM dengan IISI pada tahun 2008.
Program ini berdurasi 21 minggu dengan pembagian pembelajaran sebagai berikut:
1. Minggu 1 - 2 : Pengenalan program termasuk peraturan kampus, ekskursi di
sekitar kampus, pengenalan awal mengenai kebudayaan Bali
melalui workshop dan tiga hari ekskursi di Bali dengan tujuan
82
untuk saling mengenal antar mahasiswa. Pada minggu ini juga
dilakukan pemberian informasi mengenai program dan tujuan
IAP serta informasi awal mengenai project perorangan yang
harus dibuat.
2. Minggu 3 - 4 : Pengenalan konsep IAP yang ditunjang dengan bahan bacaan,
seperti penjabaran konsep dan riset sesuai dengan bahan bacaan
pada beberapa artikel yang tertera pada silabus serta
pengumpulan konsep dari proposal riset individu.
3. Minggu 5 – 8 : Eksplorasi ideologi yang lebih mendalam yang berkaitan dengan
modul IAP termasuk aplikasi pada keadaan sosial masyarakat di
Bali. Minggu ini dilakukan pembejaran mengenai metodelogi
penelitian, modul penunjang IAP, dan penjadwalan pelaksanaan
riset ke lapangan.
4. Minggu 9 – 11 : Kegiatan belajar mengajar melanjutkan pembelajaran minggu
ke-8 dengan pelaksanaan test tengah semester mengenai
ekplorasi ideologi dan modul yang telah dibahas.
5. Minggu 12 – 15 : Implementasi hasil dari riset yang sudah diselesaikan seperti
yang tertera pada simpulan dan saran riset. Dalam tahap aplikasi
dan implementasi ini saran-saran praktis disampaikan bukan
hanya kepada para pengajar tetapi juga kepada para klien yang
83
menjadi narasumber yang menjadi proyek mereka agar dapat
diterapkan.
6. Minggu 16 – 18 : Libur perkuliahan yang dapat digunakan untuk mengenal
destinasi maupun kebudayaan Indonesia pada umumnya
maupun Bali pada khususnya.
7. Minggu 19 – 21 : Penerapan dan realisasi proyek di lapangan sekaligus finalisasi
program studi.
Keunikan dari program ini adalah kolaburasi antara pembelajaran di kelas
dengan pembelajaran di lapangan. Waktu pembelajaran di kelas dilakukan setiap hari
Senin sampai dengan Jumat, jam 09:00 sampai jam 13:30. Mata kuliah yang
dipelajari di kelas bertumpu pada meta ekonomi, kewirausahaan, bahasa, dan
budaya.
Setiap hari Jum’at, jam perkuliahan diperuntukkan khusus untuk konsultasi riset
yang merupakan tugas akhir semester, dan konsultasi riset ini dilakukan dengan para
mentor maupun orang-orang yang berkepentingan dalam hal obyek yang akan
diteliti. Pelaksanaan riset ditujukan agar mahasiswa asing dapat mengaplikasikan
teorinya pada keadaan masyarakat Bali yang heterogen dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya sebagai salah satu Pulau dari negara yang sedang berkembang. Di
samping itu dengan melakukan penelitian, mereka dapat melihat lebih jauh tentang
potensi yang dimiliki oleh Bali yang perlu dikembangkan dan secara tidak langsung
mereka mendapatkan pengalaman untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat.
84
Pembelajaran di lapangan atau ekskursi dilakukan setiap hari Rabu dua
minggu sekali. Mahasiswa diajak ke berbagai tempat di Pulau Bali sesuai dengan
mata kuliah atau subyek maupun obyek yang dibahas dikelas pada dua minggu
tersebut. Dengan demikian mahasiswa dapat mempelajari dan mengamati
pelaksanaan antara teori dan praktek mengenai apa yang telah mereka terima di
kelas.
Menunjang pembelajaran khusus budaya dan pariwisata yang
berkesinambungan berbasiskan lingkungan adalah pelaksanaan program Outbond,
yang menempatkan mahasiswa asing pada alam bebas sehingga mereka dapat
menggali potensi Bali untuk dapat dipromosikan sebagai salah satu daya tarik Pulau
Bali. Dihubungkan dengan meta ekonomi, di mana walaupun alam bebas, seperti
hutan, pertanian, maupun perkebunan, semakin hari semakin menurun luasnya
karena telah dibangun sebagai sarana pariwisata namun sampai saat ini Bali sebagai
Pulau yang kecil masih dapat bertahan untuk memajukan pariwisatanya.
Penghitungan angka kredit perkuliahan diberlakukan sesuai dengan
penghitungan angka kredit Eropa, dimana dengan mengikuti program
Intrapreneurship in Another Perspective, setiap mahasiswa mendapatkan 30 ECTS
(Europe Credit Transfer System). Mahasiswa asing yang terlibat dalam program ini
tidak mendapatkan gelar karena Universitas Dhyana Pura belum memiliki kurikulum
khusus yang bisa memberikan gelar kepada mahasiswa asing, sehingga mereka
hanya mendapatkan sertifikat.
85
5.2 Strategi Pemasaran Program Educational Tourism
5.2.1 Identifikasi Faktor Strategis Internal
5.2.1.1 Kekuatan (Strength)
Dari identifikasi faktor strategis internal yang merupakan faktor kekuatan
program Educational Tourism dikaitkan dengan strategi bauran pemasaran terdiri
dari product, package, people, place and price, maka kekuatan-kekuatan tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Produk pendidikan dan berwisata
a. Lokasi kampus
Lokasi kampus Dhyana Pura yang merupakan produk pendidikan dan
berwisata terletak di Pulau Bali, sehingga dengan mendengar nama Bali sudah
merupakan daya tarik tersendiri bagi mahasiswa untuk megikuti program
Educational Tourism sesuai dengan aspek penawaran pariwisata dalam aspek
attraction seperti yang dinyatakan oleh Medlik (1980). Bali yang sangat pesat akan
pariwisatanya juga tetap menjunjung tinggi budaya dan adat istiadatnya yang tidak
dapat dirasakan di tempat lainnya. Dengan kekuatan tersebut, kampus Dhyana Pura
yang terletak di Jl. Raya Tegaljaya, Desa Dalung, Kabupaten Badung lebih dikatakan
strategis dikarenakan lokasi kampus mudah dijangkau dari berbagai tempat di Bali
terutama dari arah airport Ngurah Rai di mana mahasiswa asing tiba di Bali hanya
menempuh sekitar 45 menit. Kota Denpasar juga dapat ditempuh dalam waktu
kurang lebih 20 menit sehingga mobilisasi mahasiswa untuk mencapai tempat-tempat
86
yang dituju sangatlah mudah apalagi mahasiswa asing selama tinggal di Bali
menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi mereka. Selain itu lokasi
kampus berada di pusat Kota Dalung, di mana mahasiswa dapat mencoba berbagai
makanan rakyat dan hiburan yang membuat mereka dapat bersosialisasi dengan
masyarakat setempat. Salah satu alasan terbesar mahasiswa asing mengikuti program
Educational Tourism karena kampus terletak tidak jauh dari pantai Kuta, di mana
mahasiswa yang kebanyakan berumur 20 – 25 tahun menggunakan waktu luang
mereka untuk belajar selancar ataupun menikmati keindahan pantai yang susah
dijangkau di negara mereka masing-masing. Lokasi kampus mendapatkan skor
tertinggi yaitu 0.52.
b. Fasilitas Kampus dan Akomodasi
Salah satu kekuatan produk dari program ini adalah fasilitas kampus dan
akomodasi yang ditawarkan kepada mahasiswa asing yang terletak pada satu areal
sehingga memberikan kemudahan mobilisasi dalam proses belajar mengajar. Selain
itu penyediaan fasilitas juga menunjang keamanan dan kenyamanan mahasiswa asing
selama tinggal dan belajar di Bali dengan adanya jaminan keamanan dari petugas
satpam selama 24 jam. Penyediaan fasilitas kampus dan akomodasi mendapatkan
skor 0.40.
2. Paket Program Dikemas Dengan Akomodasi
Sesuai Morrison (2002:21) packaging berarti mengelompokkan dua elemen
atau lebih dari tourism experience ke dalam suatu produk. Mengacu kepada
87
pernyataan tersebut, pemberlakuan paket program yang dikemas dengan akomodasi
ini dilakukan untuk memudahkan mahasiswa asing selama tinggal di Bali. Dengan
disediakannya akomodasi di satu areal dengan ruangan kelas, mereka tidak
memerlukan transportasi khusus untuk ke kampus. Selain itu mahasiswa asing tidak
harus mencari tempat-tempat tinggal sebelum mereka tiba di Bali. Berdasarkan
evaluasi-evaluasi saat pelaksanaan program hal ini merupakan pertimbangan yang
membuat mahasiswa tertarik akan program yang dilaksanakan oleh Universitas
Dhyana Pura. Harga akomodasi yang selama ini dibayarkan oleh mahasiswa yang
sudah termasuk dalam paket program adalah sebesar Euro 10/kamar/malam. Hal ini
digolongkan sangat murah dikarenakan sudah termasuk listrik, air, gas, koneksi
internet, penjagaan satpam selama 24 jam, pembersihan kamar dengan penggantian
sprey seminggu sekali oleh staff kebersihan yang bertugas. Paket program ini
mendapatkan skor 0.45.
3. Fasilitator dan Staff
Salah satu faktor dari bauran pemasaran adalah people yang merupakan
penyedia jasa dan melayani wisatawan. Pada program ini fasilitator adalah para
tenaga pengajar yang memiliki latar belakang pendidikan internasional dan para staff
yang memiliki kompetensi di bidangnya serta ditunjang oleh kemampuan bahasa
inggris yang fasih. Sesuai dengan sistem pembelajaran negara barat yang lebih
banyak berdiskusi atas Problem Based Learning, dan pembuatan riset sebagai salah
satu syarat kelulusan menuntut tenaga pengajar yang paham dan mampu
88
mendiskusikan fakta di lapangan dengan teori yang menjadi tugas bacaan mereka
serta mengarahkan dan memberikan bimbingan riset yang dilakukan oleh mahasiswa.
Penyelenggaraan fasilitas kampus baik dari penyediaan akomodasi beserta
perawatannya, proses administrasi mahasiswa asing, kegiatan ekskursi ataupun
kegiatan lainnya sebagai penunjang pelaksanaan program juga dilakukan oleh staff
yang berpengalaman dan kompeten di bidangnya. Sehingga mahasiswa mendapatkan
kemudahan dalam proses administrasi terutama keimmigrasian ataupun hanya
menyampaikan hal-hal baik yang berupa saran, keluhan, maupun hanya sekedar
berbincang-bincang.
4. Harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa Eropa
Harga merupakan elemen penting dalam marketing mix karena harga
merupakan faktor yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke suatu destinasi.
Salah satu alasan mahasiswa memutuskan keikutsertaannya dalam program ini
dikarenakan harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa yang berasar dari negara-
negara di Eropa. Harga yang ditetapkan saat ini adalah 3500 Euro/orang/semester,
dimana ini masih dikategorikan rendah karena sudah termasuk program pendidikan
dan akomodasi. Mahasiswa asing lebih memilih untuk terlibat dalam program ini
dimana mereka mendapatkan kredit akademik sekaligus dapat berwisata di Bali
selama satu semester. Sebagai perbandingan apabila mereka bertujuan hanya untuk
menghabiskan liburan dengan menginap di hotel atau guest house, maka biaya yang
89
akan dikeluarkan akan jauh lebih mahal untuk durasi lima-enam bulan, sehingga dari
penghitungan skor yang dihasilkan adalah 0.09.
5. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran program Educational Tourism ini dikategorikan sebagai
faktor kekuatan dikarenakan adanya proses persiapan, pelaksanaan, sampai pada
terselesaikannya program pada akhir semester. Hal ini memberikan pengalaman yang
sangat berharga baik bagi para pemangku kepentingan, fasilitator dan staff, terlebih
lagi bagi para mahasiswa yang terlibat di dalamnya.
Persiapan administrasi seperti pengurusan permohonan visa dan dokumen
pendukung lainnya, pengurusan transportasi oleh masing-masing mahasiswa sampai
mereka tiba di airport yang selanjutnya dijemput oleh staff kampus, pengenalan
lingkungan sekitar, pelaksanaan program, sampai pada akhirnya setiap mahasiswa
dapat menyelesaikan pendidikan dan menerima sertifikat, dan kembali ke negaranya
masing-masing. Proses ini sangat bergantung dari interaksi yang baik antara
pelaksana program dan peserta program. Proses pembelajaran ini mendapatkan skor
0.21.
5.2.1.2 Kelemahan (Weaknesses)
1 Promosi yang kurang maksimal
Berdasarkan Kotler dan Keller (2009) promosi merupakan cara perusahaan
untuk melakukan komunikasi marketing melalui periklanan, promosi penjualan,
public relation, dan personal selling. Promosi program ini merupakan kelemahan
90
tertinggi di Universitas Dhyana Pura terlihat pada nilai skor 0.45. Hal ini
dikarenakan promosi sebagian besar hanya mengandalkan media cetak (brosur dan
booklet) dan media elektronik melalui internet. Kerjasama juga dilakukan sebatas
institusi yang memiliki MoU dengan Universitas Dhyana Pura sehingga kurang
dikenal oleh masyarakat secara umum dan hanya mengandalkan link yang sudah
terbentuk tanpa berusaha untuk mencari dan membuka kerjasama baru. Universitas
Dhyana Pura saat ini hanya bergantung dari kunjungan-kunjungan institusi
pendidikan asing untuk mempromosikan program Educational Tourism yang
dimiliki dan berusaha menjaring mahasiswa melalui alumnus program sehingga
promosi yang dilakukan kurang maksimal.
2. Kurangnya saluran distribusi program Educational Tourism
Kurangnya saluran distribusi akan produk kepada konsumen menyebabkan
pemasaran terhambat. Program ini memiliki kelemahan pada channel distribusi
dikarenakan sampai saat ini belum adanya kerjasama yang digalang dengan biro
perjalanan untuk memperluas informasi kepada canel-canel baru dan menjaring
mahasiswa asing yang berpotensi sebagai market dimasa mendatang ikut dalam
program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura walaupun disetiap
perguruan tinggi rekanan telah mempromosikan program ini sebagai “Studi Abroad
Program”. Kurangnya saluran distribusi ini mendapatkan skor 0.39.
91
3 Hubungan kerjasama
Hubungan kerjasama adalah suatu hubungan yang dijalin oleh bisnis sejenis
maupun tidak sejenis yang menciptakan benefit bagi pihak-pihak tersebut (Morrison
2002). Dalam hal ini hubungan kerjasama yang terjalin untuk mempromosikan
program ini adalah hubungan dengan pendidikan tinggi baik dalam maupun luar
negeri, namun hubungan kerjasama ini hanya sebatas dengan institusi yang memiliki
MoU sehingga kerjasama masih sangat lemah. Selain itu kelemahan yang terjadi
karena Universitas membebankan mahasiswa asing dalam Minor Program bukan
program Exchange Student, hal ini menyebabkan hubungan kerjasama dengan
institusi luar negeri sangat terbatas bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk
membayar dan terlihat pada skor penilaian sebesar 0.26.
4 Harga program yang kurang standar untuk semua negara
Harga paket program yang dikemas saat ini ditawarkan sebesar 3.500 Euro
atau sebesar Rp. 40.250.000,- (Empat puluh juta dua ratus lima puluh ribu) per
semester dengan menggunakan perbandingan harga tukar Euro sebesar Rp. 11.500,-
Pemberian harga dalam bentuk Euro disebabkan karena sebagian besar mahasiswa
asing berasal dari negara Eropa, sehingga harga yang dijadikan standar adalah Euro.
Pada masa mendatang, program Internasional ini diupayakan untuk dibuka bagi
seluruh negara. Hal ini yang membuat calon mahasiswa dari negara lain (yang
menjadi potensi target market pada masa mendatang) masih dikatakan susah untuk
berpartisipasi terutama negara-negara berkembang seperti negara-negara di kawasan
92
ASIA dikarenakan harga masih terlalu tinggi. Harga program yang kurang standar
untuk semua negara mendapatkan skor 0.06.
5 Belum terlibatnya mahasiswa Undhira
Keterlibatan mahasiwa Undhira dapat dikatakan kurang sekali dan hampir
tidak ada kecuali melaksanakan kegiatan-kegiatan diluar kampus. Melibatkan
mahasiswa Undhira dalam program ini merupakan hal yang selalu dibicarakan di
tingkat manajemen dikarenakan kesulitan dalam penghitungan angka kredit. Disisi
lain mahasiswa asing sangat ingin memiliki suasana dengan mahasiswa lokal sendiri.
Namun dilihat dari tingkat kelemahan keterlibatan mahasiswa Undhira masih
tergolong bukan merupakan hal yang sangat penting terlihat pada penilaian skor
0.18.
6 Tidak memiliki sarana pembelajaran kebudayaan
Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh Universitas Dhyana Pura dalam
melaksanakan program ini adalah tidak dimilikinya sarana pembelajaran
kebudayaan, misalnya alat-alat musik tradisional, pewayangan, dan studio kesenian.
Padahal salah satu elemen pembelajaran adalah pengenalan budaya melalui kesenian
yang ada, sehingga pembelajaran budaya dalam pelaksanaanya belum maksimal.
Walaupun ini merupakan kekurangan yang dimiliki sampai saat ini, manajemen
memiliki hubungan kerjasama dengan beberapa sanggar baik tari, lukis, maupun
music. Sehingga mahasiswa bisa mempelajari aspek budaya secara langsung,
walaupun dilakukan diluar kampus. Hal ini terlihat pada skor 0.14.
93
5.2.2 Identifikasi Faktor Strategis Eksternal
5.2.2.1 Peluang (Opportunity)
1. Peningkatan kunjungan dari institusi pendidikan luar negeri
Bali sebagai laboratorium pariwisata yang memiliki perpaduan atas segala
aspek merupakan suatu peluang di mata dunia untuk dijadikan sebagai tempat tujuan
studi banding. Dengan meningkatnya kunjungan – kunjungan dari institusi
pendidikan luar negeri ke Bali sendiri merupakan suatu peluang untuk memasarkan
program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura. Peningkatan kunjungan
ini mendapatkan skor 0.30.
2. Peningkatan jumlah partner kerjasama dalam bidang edukasi
Semakin meningkatnya kunjungan – kunjungan negara-negara asing ke
Indonesia khususnya Bali juga berdampak pada meningkatnya jumlah rekan
kerjasama dalam bidang edukasi. Hal ini juga terlihat dengan adanya hubungan
bilateral yang dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat dengan Indonesia di
mana kedua pemerintahan berkomitmen untuk meningkatkan jumlah siswa yang
belajar di negara satu dan lainnya selama lima tahun kedepan. Sesuai dengan
pemberitaan pada website American Embassy pada tanggal 9 Maret 2012, Amerika
Serikat akan berinvestasi sebesar lebih dari $165 juta dari 2010 – 2014 untuk
meningkatkan kerjasama bidang pendidikan yang meliputi dukungan bagi
pertukaran akademis termasuk program Fullbright Indonesia Research, Science dan
Technology (FIRST) dukungan bagi warga Amerika yang belajar bahasa Indonesia.
94
Peningkatan jumlah partner kerjasama juga termasuk dalam bidang
pengiriman volunteer mengajar bahasa Inggris yang telah dilakukan oleh Uniting
World Organization dari Australia dan pengiriman tenaga pengajar volunteer bahasa
Jepang yang dilakukan oleh Japan Association and Friendship Society (JAFS).
Kerjasama-kerjasama yang tergalang selama ini baik bagi Negara Indonesia maupun
Bali sendiri merupakan suatu peluang bagi pelaksanaan program Educational
Tourism di Universitas Dhyana Pura sesuai dengan penilaian skor 0.63.
3. Semakin digalakkannya pariwisata minat khusus oleh Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
Digalakkannya pariwisata minat khusus oleh Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) merupakan salah satu tindakan untuk
meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia khususnya Bali. 7 wisata minat khusus
yang sangat menarik yaitu sejarah dan budaya, alam dan ekowisata, kuliner dan
belanja, MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), olahraga dan
rekreasi, cruise ship, dan spa. Dengan digalakkannya ketujuh wisata minat khusus
tersebut akan semakin membuka peluang calon mahasiswa asing untuk terlibat dalam
program Educational Tourism terlihat dalam pencapaian skor 0.10.
4. Meningkatnya kesadaran berwisata sambil belajar
Dengan kebutuhan hidup yang sangat kompleks di jaman sekarang ini
menuntut masyarakat untuk dapat meluangkan waktu mereka untuk berwisata. Skor
yang dicapai pada peningkatan kesadaran berwisata sambil belajar sebesar 0.36
95
menunjukkan bahwa dalam kegiatan berwisata masyarakat juga dapat melakukan
pembelajaran baik atas alam, budaya, adat-istiadat suatu tempat, lingkungan, keadaan
sosial, maupun aspek pendukung lainnya.
5. Globalisasi informasi yang mendorong kunjungan wisatawan
Meningkatnya penerapan teknologi yang semakin caggih dan up to- date
menyebabkan informasi dapat menyebar sangat cepat dan terkini yang menyebabkan
adanya peluang bagi penyebaran informasi mengenai program Educational Tourism
dilihat dari penilaian skor 0.42 Perubahan pemikiran masyarakat akan jarak suatu
negara di mana sebelum adanya informasi globalisasi masyarakat merasakan
Indonesia sangat jauh, namun dengan adanya globalisasi ini masyarakat merasakan
bahwa jarak dapat dieliminasi dengan adanya komunikasi yang baik.
6. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Provinsi Bali sendiri dirasakan
memiliki peranan penting oleh responden untuk melihat potensi perkembangan-
perkembangan yang dapat memajukan program Educational Tourism di Universitas
Dhyana Pura (skor 0.15). Dengan adanya beberapa even-even internasional seperti
World Summit, APEC, Miss World 2013 telah membantu meningkatkan nama
Indonesia, khususnya Bali dimata dunia. Oleh karena itu semakin banyak wisatawan
yang berkunjung ke Indonesia dan mengenal lebih jauh kebudayaan maupun aspek
penunjang pariwisata yang telah berhasil meningkatkan perekonomian Indonesia.
96
5.2.2.2 Ancaman (Threats)
1. Pertambahan kompetitor program sejenis
Semakin bertambahnya pelaksana program Educational Tourism dan jumlah
calon mahasiswa program Educational Tourism tidak seimbang sehingga kompetisi
terjadi. Dari penilaian responden terhadap bertambahnya kompetitor program sejenis
dengan skor 0.18 menunjukkan bahwa ancaman sangat kurang dikarenakan program
Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura memiliki keunikan yang tidak
dimiliki oleh kompetitor lainnya.
2. Krisis ekonomi di daerah Eropa
Krisis yang melanda negara-negara Eropa merupakan ancaman yang sangat
dirasakan oleh Universitas Dhyana Pura (skor 0.18) mengingat sebagian besar
pangsa pasar program ini berasal dari negara Eropa. Krisis ini juga berdampak pada
berhentinya sementara pelaksanaan program ini dikarenakan beberapa institusi
pendidikan tidak bisa mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan pembelajaran
diluar dari negara-negara Eropa untuk membangkitkan kembali pajak-pajak
pendidikan di negaranya sendiri sehingga perekonomian dapat kembali meningkat.
3. Peningkatan biaya-biaya administrasi mahasiswa asing
Meningkatnya pengurusan administrasi mahasiswa asing merupakan
ancaman bagi pelaksanaan program Educational Tourism di Bali. Ini terlihat dari
penilaian para responden 0,18 dikarenakan setiap tahun pembayaran terus meningkat.
Administrasi yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah pembayaran Surat Tanda
97
Melapor (STM) pada kepolisian setempat, setelah itu dilakukan pengurusan Surat
Keterangan Tempat Tinggal Penduduk Sementara WNA (SKTTPA WNA) yang
dilakukan pengurusannya di Kantor Kepala Desa. Selanjutnya dilakukan pelaporan
kepada Kepala Dinas di Lingkungan banjar setempat. Mahasiswa melakukan
perpanjangan visa selama 4 bulan di Imigrasi dan biaya ini pengurusannya sangat
tinggi sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang tertera pada kantor keimigrasian.
Apabila hal ini terjadi terus menerus maka akan dapat mengancam Bali sebagai
daerah tujuan wisata terutama yang memiliki minat untuk melaksanakan program
pendidikan.
4. Kurangnya stabilitas keamanan Indonesia
Salah satu faktor yang mempengaruhi aspek permintaan pariwisata dalam
Aryanto (2005) adalah sosial politik, dimana keadaan aman dan tentram suatu daerah
akan memberikan dampak dan pengaruhnya terhadap permintaan wisatawan.
Keamanan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki suatu negara untuk
menjamin kenyamanan masyarakatnya. Beberapa waktu yang lalu Indonesia berhasil
memberantas teroris – teroris yang mengancam keselamatan masyarakat baik lokal
maupun asing di Indonesia. Usaha untuk membuat kondisi negara menjadi aman
terus dilakukan semua masyarakat dan terlihat dari penilaian responden di mana
keamanan merupakan hal yang sangat penting ditegakkan di Indonesia khususnya
Bali. Namun pada kenyataannya secara kasat mata, pengamanan hanya dilakukan
ketika ada issue atau dilaksanakannya acara-acara penting di Bali yang melibatkan
98
pemangku – pemangku kepentingan berbagai negara, ataupun acara yang bertaraf
internasional (skor 0,24).
5. Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan terhadap mahasiswa asing
Pelaksanaan aturan terhadap mahasiswa asing sering sekali tidak konsisten
dengan peraturan yang ada, seperti pungutan-pungutan liar dalam pengurusan
perpanjangan visa yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Contoh lainnya
adalah pengurusan Surat Ijin Mengemudi (SIM) Internasional. Walaupun mahasiswa
asing sudah memiliki SIM Internasional di mana mereka diijinkan untuk mengemudi
kendaraan sesuai dengan yang tertera di SIM dan sudah tertera bahwa Indonesia
adalah salah satu negara yang termasuk dalam pemberlakuan SIM Internasional
tersebut, namun pada kenyataannya mahasiswa tetap dikenakan tilang dikarenakan
tidak menggunakan SIM yang sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia.
Sehingga untuk meminimalisasi permasalahan ini mahasiswa asing lebih baik
membuat SIM yang berlaku sama dengan masyarakat lokal walaupun harga yang tiga
kali lipat lebih mahal dibanding yang dibayar oleh masyarakat lokal. Apabila hal ini
dilakukan terus menerus maka ancaman terbesar bagi kemunduran pelaksanaan
program Educational Tourism sesuai dengan nilai skor yang dicapai 0,48.
5.2.3 Matriks IFAS dan EFAS
Analisis didasarkan kepada berbagai macam aspek yang mencakup berbagai
hal yang erat kaitannya dengan promosi program Educational Tourism di Universitas
Dhyana Pura. Para pengisi kusioner berasal dari kalangan fasilitator program baik
99
dosen dan staff yang terlibat dalam pelaksanaan program, serta para pemangku
kebijakan di lingkungan Universitas Dhyana Pura. Dalam analisis berikut ini dilihat
kondisi internal dan eksternal pemasaran program Educational Tourism di
Universitas Dhyana Pura berdasarkan pendapat dari responden baik untuk angka
bobot maupun rating seperti dituliskan seperti terlampir pada Tabel 5.1 dan Tabel
5.2 data diolah dari hasil penelitian 2013 (lampiran 8 & 9).
Tabel 5.1 Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
No Faktor Strategis Internal Kekuatan Skor
1
2
3
4
5
Produk pendidikan dan berwisata
a. Lokasi kampus
b. Fasilitas kampus dan akomodasi
Paket program yang dikemas dengan akomodasi
Fasilitator dan staff
Harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa Eropa
Proses pembelajaran
0.52
0.40
0.45
0.42
0.09
0.21
Jumlah Skor 2.09
No Faktor Strategis Internal Kelemahan Skor
6
7
8
9
10
11
Promosi yang kurang maksimal
Kurangnya saluran distribusi program Educational Tourism
Hubungan kerjasama
Harga program yang kurang standar untuk semua negara
Belum terlibatnya mahasiswa Undhira sendiri dalam program ini.
Tidak memiliki sarana pembelajaran budaya
0.45
0.39
0.26
0.06
0.18
0.14
Jumlah Skor 1.48
Jumlah Total Internal Skor 3.57
100
Tabel 5.2 Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
No Faktor Strategis Eksternal Peluang Skor
1
2
3
4
5
6
Meningkatnya kunjungan-kunjungan dari institusi pendidikan dari luar
negeri
Meningkatnya jumlah partner kerjasama dalam bidang edukasi
Semakin digalakkannya pariwisata minat khusus oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Meningkatnya kesadaran berwisata sambil belajar
Globalisasi informasi yang mendorong calon wisatawan berkunjung
Pertumbuhan ekonomi yang menarik wisatawan untuk berkunjung
0.30
0.63
0.10
0.36
0.42
0.15
Jumlah Skor 1.96
No Faktor Strategis Eksternal Ancaman Skor
7
8
9
10
11
Bertambahnya kompetitor program sejenis
Krisis ekonomi di daerah Eropa
Meningkatnya biaya-baya pengurusan administrasi mahasiswa asing
Kurangnya keamanan Indonesia
Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan terhadap mahasiswa asing
0.18
0.18
0.18
0.24
0.48
Jumlah Skor 1.26
Jumlah Total Eksternal Skor 3.22
Dari penghitungan total skor masing-masing item faktor internal (Tabel 5.1) dan
faktor eksternal (Tabel 5.2), maka dapat ditabelkan seperti Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal Skor Faktor Eksternal Skor
Kekuatan 2.09 Peluang 1.96
Kelemahan 1.48 Ancaman 1.26
Total 3.57 3.22
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2013
101
Untuk menilai hasil pengkuran tersebut terhadap posisi perusahaan secara internal
dan eksternal dilakukan melalui rumus sebagai berikut:
Interval = Rentang / Kelas = ¾ = 0.75
Rentang = selisih tertinggi dan terendah 4 (sangat baik) – 1 (sangat kurang) = 3,
sedangkan Kelas = Jenis penilaian yaitu 4 (sangat baik, baik, kurang baik, sangat
kurang). Dengan demikian interval penilaian sama dengan ¾ = 0.75. Dari rumus itu
diperoleh kriteria penilaian hasil dalam Tabel berikut ini.
Tabel 5.4 Kriteria Hasil Analisis
Nilai Rentang Sebutan Hasil Klasifikasi
4 3,26 – 4,00 Sangat Baik Kekuatan / Peluang
3 2,51 – 3,25 Baik Kekuatan / Peluang
2 1,76 – 2,50 Kurang Kelemahan / Ancaman
1 1,00 - 1,75 Sangat Kurang Kelemahan / Ancaman
Berdasarkan Tabel 5.4 variable eksternal memberikan gambaran tentang peluang dan
ancaman. Peluang berada pada kisaran nilai baik dan sangat baik (2,51 sampai
dengan 4,00) sedangkan ancaman pada kisaran kurang dan sangat kurang (1,00
sampai dengan 2.50). Sedangkan lingkungan internalnya memberikan gambaran
tentang kekuatan dan kelemahan. Sebutan sangat baik diidentikkan dengan sangat
kuat, dan baik dengan kuat (2,51 sampai 4,00). Kurang baik diidentikkan dengan
lemah, dan sangat kurang disebut sangat lemah. Jadi kriteria sangat baik dan baik
merupakan kekuatan sedangkan kurang baik dan sangat kurang dikatakan kelemahan
(1,0 sampai 2,50)
102
Dengan melihat hasil pengukuran faktor internal dan eksternal dalam Tabel
5.3 maka dapat dikatakan hasil total skor internal 3.57 berada pada kisaran (3,26
sampai dengan 4,00) yang berarti sangat baik dan eksternal 3.22 berada pada kisaran
(2,51 sampai dengan 3,25) yang artinya baik. Lebih lanjut skor tersebut digambarkan
pada matriks IE seperti disajikan pada Gambar 5.2.
Total Skor Faktor Internal 3,57
Gambar 5.2 Posisi hasil penilaian Faktor Internal dan Eksternal Program
Educational Tourism Di Universitas Dhyana Pura Bali
Tumbuh dan bina
(Konsentrasi via
integrasi vertical)
Tumbuh dan bina
(Konsentrasi via
integrasi horizontal)
Pertahankan dan
pelihara
(pertumbuhan berputar)
Tumbuh dan bina
(Berhenti sejenak)
Pertahankan dan
pelihara
(Strategi tidak
berubah)
Panen atau divestasi
(Kawasan terikat atau
jual habis
kewaspadaan)
Pertahankan dan
pelihara
(diversifikasi
konsentrasi)
Panen atau divestasi
(diversifikasi
konglomerat)
Panen atau divestasi
(likuidasi)
3,0 1,0 2,0
Sedang
2.0 – 3.0
2,0
Lemah
1,0 – 1,99
1,0
Total
Skor
Faktor
Ekster
nal
3,22
Kuat 3,0 – 4,0 Sedang
2,0 – 2,99
Lemah 1,0 – 1,99 4,0
Kuat
3,0 – 4,0
3,22
3,57
3,0
103
Dari gambar 5.2 terlihat posisi pemasaran program Educational Tourism di
Universitas Dhyana Pura berada pada posisi Tumbuh dan Bina. Posisi Tumbuh dan
Bina ini didasarkan kepada kekuatan yang dimiliki Universitas Dhyana Pura dengan
nilai skor 2,09 sedangkan kelemahannya pada nilai skor 1,48. Secara faktual posisi
angka ini menunjukkan bahwa perbedaan kekuatan dan kelemahan yang ada cukup
signifikan. Jika dilihat peluang yang ada, maka nilai skor 1,96 dan ancaman skornya
1,26. Peluang masih tetap ada dan ancaman masih dapat diminimalkan lagi. Faktor
internal memiliki kekuatan yang sangat baik untuk bersaing dengan kompetitor dan
secara eksternal menunjukkan adanya peluang untuk memenangkan persaingan.
Dengan kondisi ini program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura dapat
dikembangkan ketingkat yang lebih tinggi semaksimal mungkin dengan
menggunakan strategi “Growth and Maintain Strategy” atau strategi “Tumbuh dan
Bina” yang terdiri atas strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan pasar, dan
strategi pengembangan produk.
Strategi penetrasi pasar ini dilakukan karena Universitas Dhyana Pura
meyakini bahwa target market yang ada yaitu para mahasiswa asing akan terus
bertumbuh dikarenakan keinginan mereka untuk mendapatkan pengalaman terutama
akan pendidikan di negara bukan asal mereka akan terus meningkat. Hal ini
ditunjang oleh adanya globalisasi informasi yang begitu pesat sehingga
meningkatkan keinginan para wisatawan minat khusus untuk belajar sekaligus
berwisata ke Bali khususnya. Oleh sebab itu Dhyana Pura harus meningkatkan
104
promosi baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga program Educational
Tourism akan lebih dikenal oleh masyarakat umum melalui upaya kegiatan promosi
dan publisitas. Strategi penetrasi pasar artinya meningkatkan pangsa pasar untuk
produk maupun jasa saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar.
Saat ini Universitas Dhyana Pura masih melakukan promosi dengan
mengandalkan komunikasi pada saat perkunjungan rekan-rekan institusi pendidikan
luar negeri, dengan harapan melalui orang-orang yang berkunjung mampu
menyebarluaskan program yang ada di Kampus Dhyana Pura. Cara seperti ini boleh
dikatakan efektif namun tidak dapat menjangkau masyarakat luas, sehingga perlu
dilakukan cara meningkatkan sarana promosi ke institusi baik di tingkat nasional
maupun internasional dengan mengikuti expo atau pameran pendidikan internasional.
Cara lain yang dirasa efektif bisa dengan cara mempublikasikan program yang ada
melalui media cetak dengan pangsa pasar pembaca orang asing, seperti Bali Daily
News, The Beat, Bali Tribunne.
Pengembangan pasar merupakan cara untuk memperkenalkan produk ke
institusi-insitusi yang belum pernah melakukan komunikasi sebelumnya. Mengacu
kepada Channel of Distribution Segmentation (Morrison2002: 179-191), strategi ini
dapat dilakukan dengan cara mengadakan kerjasama dengan travel agent ataupun
biro perjalanan untuk ikut mempromosikan paket program yang ditawarkan oleh
Universitas Dhyana Pura.
105
Strategi Pengembangan Produk merupakan upaya untuk memperbaiki atau
memodifikasi produk atau jasa yang ada untuk meningkatkan penjualan. Strategi ini
dapat dilakukan dengan cara mempertahankan harga tetapi dengan menawarkan
kualitas produk yang lebih baik seperti contohnya lebih banyak kepada kegiatan
aplikatif yang berhubungan dengan praktek bagi mahasiswa, seperti short course
dalam bidang culinary tradisional bali bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah
culinary, pembuatan paket program bagi Gap years Students (siswa yang baru
menamatkan diri dari Sekolah Menengah Atas namun belum memasuki jenjang
perguruan tinggi, sehingga secara tidak langsung Universitas Dhyana Pura
melakukan pemasaran terdefernsiasi dengan menargetkan beberapa segmen pasar
dan merancang penawaran terpisah bagi masing-masing segmen (Morrison
2002:2050)
5.3 Strategi Alternatif dan Program-Program Pemasaran
Berdasarkan data dan informasi pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 maka dengan
SWOT akan ditemukan strategi alternatif pemasaran program Educational Tourism
pada Universitas Dhyana Pura yang dapat menjawab kebutuhan mahasiswa asing.
Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal yang
terdiri dari faktor kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman pada matriks SWOT
seperti disajikan pada Tabel 5.5. Selanjutnya strategi-strategi yang dirumuskan pada
Tabel 5.5. akan dijabarkan menjadi program-program.
106
Tabel 5.5 Analisis SWOT Pemasaran Program Educational Tourism di
Universitas Dhyana Pura
Internal
Eksternal
Strength/Kekuatan
- Lokasi kampus
- Fasilitas kampus dan
akomodasi
- Paket program yang dikemas
dengan penyediaan akomodasi
- Fasilitator dan staff
- Harga yang terjangkau khusus
bagi mahasiswa Eropa
- Proses pembelajaran bagi setiap
orang yang terlibat didalamnya
Weaknesses / Kelemahan
- Promosi yang kurang maksimal
- Kurangny saluran distribusi
program Educational Tourism
- Hubungan kerjasaama
- Harga program yang kurang
standar untuk semua negara
- Belum terlibatnya mahasiswa
Undhira sendiri dalam program
ini
- Tidak memiliki sarana
pembelajaran kebudayaan Opportunities/Kesempatan
- Meningkatnya kunjungan-
kunjungan dari institusi
pendidikan dari luar negeri
- Meningkatnya jumlah partner
kerjasama dalam bidang edukasi
- Semakin digalakkannya
pariwisata minat khusus oleh
Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
- Meningkatnya kesadaran
berwisata sambil belajar
- Globalisasi informasi yang
mendorong calon wisatawan
berkunjung
- Pertumbuhan ekonomi yang
menarik wisatawan untuk
berkunjung
Strategi S-O
- Pemantapan Kelembagaan
- Peningkatan kualitas produk
dan Sumber Daya Manusia
Strategi W-O
- Peningkatan promosi
- Peningkatan hubungan
kerjasama
- Pelibatan mahasiswa Undhira
Threat / Ancaman
- Bertambahnya kompetitor sejenis
- Krisis ekonomi di daerah Eropa
- Meningkatnya biaya-biaya
pengurusan administrasi
mahasiswa asing
- Kurangnya keamanan Indonesia
- Inkonsistensi aturan dan
pelaksanaan terhadap mahasiswa
asing
Strategi S-T
- Penonjolan keunggulan
program
- Penciptaan keamanan peserta
program
Strategi W-T
- Penetapan harga produk tanpa
menderita kerugian
- Konsistensi aturan dan
pelaksanaan
107
Berikut strategi – strategi yang dirumuskan sebelumnya dan akan dijabarkan
menjadi program-program.
5.3.1 Strategi SO (Strength – Opportunities)
Strategi SO – strength opportunities merupakan suatu upaya memaksimalkan
kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara:
1. Pemantapan Kelembagaan
Kampus Dhyana Pura yang memiliki lokasi yang berada di wilayah strategis
telah mampu menarik perhatian institusi pendidikan dari luar negeri untuk
berkunjung dan mempertimbangkan untuk terlibat dalam program yang ditawarkan
oleh Universitas Dhyana Pura. Keinginan untuk terlibat dalam program Educational
Tourism tentu juga didukung oleh peningkatan kesadaran wisatawan dalam
memperoleh ilmu selama berwisata. Untuk itu Kelembagaan Internasional di
Universitas Dhyana Pura diharapkan dapat lebih dimantapkan terutama melalui
perkenalan dan promosi terhadap institusi – institusi pendidikan baik di dalam
maupun luar negeri sehingga lebih dikenal di masyarakat umum.
Pemantapan kelembagaan ini dapat dilakukan melalui program-program antara lain:
a. Menjadi Anggota Asosiasi Pendidikan Internasional.
Penguatan kelembagaan internasional dapat dilakukan dengan cara menjadi
anggota dari suatu organisasi atau asosiasi pendidikan internasional. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia asosiasi adalah perkumpulan orang yang mempunyai
kepentingan bersama. Kepentingan – kepentingan tersebut dijabarkan di dalam
108
pedoman pokok yang lazim disebut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART). Di mana dalam AD/ART asosiasi tersebut tercantum visi dan misi,
tujuan dan lain-lain. Saat ini lembaga internasional Universitas Dhyana Pura belum
menjadi anggota dari suatu asosiasi pendidikan internasional sehingga hal ini
menjadi hal penting untuk diikuti. Dikarenakan keuntungan dengan menjadi asosiasi
internasional, suatu lembaga akan memiliki kredibilitas di mata dunia dikarenakan
setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang memiliki kekuatan mengikat
didukung dengan sanksi – sanki bagi anggota yang melanggar. Selain itu informasi
yang menyangkut pendidikan dan internasional serta kebijakan serta peraturan-
peraturan yang berlaku di dunia pendidikan internasional akan cepat didapat
sehingga Universitas Dhyana Pura mampu mengikuti dan menerapkan standar
pendidikan internasional yang berkualitas.
b. Terbentuknya ISIS (International School for Intrapreneurship and
Sustainability) Universitas Dhyana Pura Bali .
ISIS terbentuk atas prakarsa penemu program Intrapreneurship in Another
Perspective, Mr. Nicolaas Speelman, di mana ISIS berada di Undhira Bali akan dapat
mengembangkan dan mampu menawarkan program-program internasional baik itu
minor (semester programs), short course, seminars, dan workshop pada bidang
Intrapreneurship & Sustainability. ISIS berupaya untuk menjadi tempat pertemuan
kerjasama internasional dan inkubator bagi mahasiswa asing, para akademisi dan
profesional untuk bertemu dan membicarakan pengembangna dari konsep IAP.
109
Segala program-program pengembangan internasional ini dilakukan dalam
kerjasama antara Undhira, ISIS, dan rekan kerjasama internasional lainnya, begitu
juga proses akreditasi pada program-program internasional akan dilakukan melalui
kerjasama yang telah tergalang dengan pendidikan tinggi luar negeri. Oleh karena itu
ISIS bertugas untuk menjaring kerjasama dengan perguruan tinggi di tingkat dunia.
2. Peningkatan kualitas produk dan sumber daya manusia
Peningkatan jumlah partner kerjasama bidang edukasi tentu dirasa akan dapat
meningkatkan adanya jumlah mahasiswa asing yang akan berpartisipasi dalam
program ini. Dengan didukung oleh adanya fasilitator yang ahli dibidangkan tentu
akan meningkatkan mutu program Educational Tourism itu sendiri.
Peningkatan kualitas produk dan sumber daya manusia ini dapat dilakukan melalui
program antara lain:
a. Studi Banding
Studi banding dapat dilakukan dengan institusi pendidikan yang melaksanakan
program yang sejenis baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan hubungan kerjasama lembaga pendidikan dengan saling mengenal dan
bertukar informasi mengenai pengelolaan lembaga bagi pengembangan manajemen
masing-masing. Kedua belah pihak dapat saling melakukan evaluasi terhadap
kekurangan dan kelebihan pengelolaam masing-masing program sehingga
menghasilkan program pembelajaran berbasis internasional yang berkualitas. Selain
itu studi banding akan memberi wawasan dan pandangan yang lebih positif kepada
110
para fasilitator yang terlibat dalam kegiatan ini, di mana mereka akan melihat adanya
cara pengelolaan yang berbeda dan penerapan ilmu-ilmu lainnya terhadap program
yang dilaksanakan.
b. Berpartisipasi dalam seminar maupun workshop pembelajaran dan
pengelolaan program Internasional.
Hal yang belum dilakukan dan sangat perlu dilakukan adalah mengirim para
pengajar dalam mengikuti seminar ataupun workshop pembelajaran dan pengelolaan
program internasional. Melalui keterlibatan para pengajar dalam seminar ataupun
workshop yang berkaitan erat dengan pendidikan mahasiswa asing akan menambah
wawasan dan ilmu bagi para pengajar yang selanjutnya dapat diterapkan di
Universitas Dhyana Pura. Disamping itu proses pembelajaran yang dialami terutama
oleh mahasiswa asing akan lebih bermanfaat disebabkan materi pengajaran yang
diberikan berbeda dengan apa yang mereka biasa dapatkan di negaranya masing-
masing.
5.3.2 Strategi WO (Weakness – Opportunities)
Strategi WO – weaknesses opportunities merupakan suatu upaya
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang antara lain melalui:
1. Peningkatan Promosi
Dengan adanya faktor kelemahan pada promosi yang kurang maksimal
walaupun jumlah rekan kerjasama dalam bidang pendidikan meningkat diperlukan
upaya untuk memaksimalkan promosi. Program – program untuk meningkatkan
111
promosi program internasional pada Universitas Dhyana Pura dapat dilakukan
melalui:
a. Berpartisipasi dalam even – even pendidikan internasional.
Melalui even-even dalam expo pendidikan internasional ataupun Education
Fair yang sering dilakukan baik di dalam maupun luar negeri, lembaga internasional
Dhyana Pura akan merencanakan strategi pasar dengan menentukan target pasar
(target market) sesuai dengan pengunjung yang diinginkan (Sucherly, 2003:219)
Selain itu di dalam expo ini akan terjalin hubungan dengan pasar baru dan pembeli
baru, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk mengetahui daya saing produk
dibandingkan dengan produk kompetitor. Dalam hal ini akan terjadi pertukaran
informasi secara efektif dan efisien dan mencari peluang kerjasama internasional.
Selain itu mahasiswa yang berkunjung juga akan dapat berdiskusi mengenai program
yang ditawarkan dan diharapkan pesan yang tersampaikan akan dapat tersampaikan
kepada orang lain (word of mouth). Melalui program ini Undhira specific positioning
approach yang merupakan pendekatan terhadap satu pasar wisatawan yang paling
menguntungkan akan tercapai melalui informasi-informasi yang diberikan.
b. Pemantapan website program Internasional.
Upaya lain untuk meningkatkan promosi adalah pemantapan website program
internasional yang sarat dengan informasi mengenai kegiatan-kegiatan internasional
dan program yang ditawarkan sehingga masyarakat umum tahu akan produk yang
ditawarkan oleh Universitas Dhyana Pura. Saat ini website Universitas masih dalam
112
bahasa Indonesia, namun link kepada program Intrapreneurship in Another
Perspective. Program IAP ini ditampilkan dalam bahasa inggris namun hanya
program ini saja dan dokumentasi kegiatan masih tergolong sedikit sehingga
mahasiswa kurang mendapatkan informasi yang menyeluruh. Oleh karena itu
diharapkan Universitas Dhyana Pura memiliki website yang memiliki dwi bahasa,
yaitu bahasa inggris dan bahasa Indonesia.
2. Peningkatan Hubungan Kerjasama
Peningkatan hubungan kerjasama internasional antara Universitas Dhyana
Pura dengan institusi pendidikan lainnya baik dalam maupun luar negeri yang
sekaligus juga dapat digunakan sebagai ajang promosi program Educational Tourism
seperti:
a. Perkunjungan ke Universitas Dhyana Pura
Selama ini banyak kunjungan insititusi pendidikan baik dalam maupun luar
negeri melakukan perkunjungan ke kampus Dhyana Pura, sehingga dalam
penjelasan program kampus dilakukan juga pemberian informasi mengenai program
Educational Tourism, sehingga hal ini menjadi sekaligus promosi program kepada
para pengunjung. Hal ini dapat dikatakan sukses karena banyak institusi ingin terlibat
di dalam program Educational Tourism hanya saja mereka ingin menggunakan
program yang mereka miliki hanya pelaksanaannya di Bali.
113
b. Memelihara dan meningkatkan jejaring internasional.
Salah satu program peningkatan hubungan kerjasama dapat dilakukan dengan
cara memelihara kerjasama dengan institusi-institusi yang telah memiliki MoU
maupun yang belum agar terjaganya hubungan baik yang saling menguntungkan.
Selain itu juga departemen Internasional harus selalu mencari jejaring yang baru baik
melalui internet, Rektorat, rekanan institusi yang dikenal untuk selalu
mempromosikan program internasional yang dimiliki oleh Undhira.
c. Mengadakan kerjasama lebih intensif dengan sarana pembelajaran
kebudayaan.
Salah satu kelemahan pelaksanaan program Universitas Dhyana Pura adalah
tidak memiliki sarana pembelajaran kebudyaan sehingga program yang dapat
dilakukan adalah menjaga hubungan kerjasama dan semakin meningkatkan
hubungan tersebut dengan sanggar-sanggar seperti tari, music, lukis, maupun studio,
museum, dan membuat MoU dengan ISI Denpasar sebagai salah satu Perguruan
Tinggi Seni di Bali.
3. Pelibatan mahasiswa
Keinginan untuk melibatkan mahasiswa Undhira merupakan keinginan yang
sampai saat ini belum terwujud, sedangkan mahasiswa asing selalu ingin terlibat
dalam kegiatan mahasiswa Undhira sendiri. Salah satu alasan dikarenakan
penghitungan angka kredit yang tidak sama. Pelibatan mahasiswa dapat dilakukan
antara lain dengan cara:
114
a. Penghitungan konversi angka kredit semester
Diperlukan adanya kesepakatan dan kesepahaman untuk mengkonversi
hitungan angka kredit internasional kedalam angka kredit yang berlaku di Indonesia
sehingga mahasiswa Undhira dapat terlibat didalamnya. Dengan keterlibatan
mahasiswa Undhira dalam program ini diharapkan akan membawa suasana baru di
mana para mahasiswa baik lokal maupun asing akan merasakan adanya pertukaran
budaya, pemikiran, dan ilmu-ilmu sosial yang mereka tidak dapatkan pada
pembelajaran secara teori di dalam kelas. Selain itu mahasiswa asing juga akan lebih
cepat dapat bersosialisasi dengan lingkungan di Bali dan memiliki teman yang dapat
membantu mereka dalam segala hal.
b. Memberikan dispensasi waktu bagi mahasiswa Undhira ketika terlibat dalam
program Internasional.
Program internasional yang diselenggarakan di Undhira, contohnya program
IAP, berlangsung dari bulan Februari – Juli, dan September – Februari. Apabila
dilihat dari durasi program, program internasional ini berbeda dengan kalender
akademik Undhira. Selain itu, pelaksanaan program ekskursi ataupun outbond
dilakukan di luar kampus dan menginap. Oleh karena itu sangat diperlukan
dispensasi waktu bagi mahasiswa Undhira ketika mereka tidak dapat mengikuti mata
kuliah sesuai dengan jadwal program studi masing-masing.
115
5.3.3 Strategi ST (Strength - Threats)
Strategi ST – strength threats merupakan bagian dari upaya untuk
menggunakan kekuatan yang ada untuk meminimalkan ancaman yang terjadi antara
lain:
1. Penonjolan keunggulan
Lebih memperkenalkan keunggulan program yang dimiliki oleh Universitas
Dhyana Pura sehingga dengan menunjukkan keunggulan dan keunikan yang dimiliki,
Universitas Dhyana Pura dapat bersaing dengan kompetitor lainnya. Keunggulan
program tersebut antara lain:
a. Program Intrapreneurship in Another Perspective
Program Intrapreneurship in Another Perspective merupakan program kombinasi
antara pariwisata, meta ekonomi ,budaya, bahasa, outbond, ekskursi dan pelaksanaan
riset. Ini merupakan suatu keunikan karena dapat membedakan dengan instansi
lainnya. Selain mendapatkan mata kuliah sesuai dengan program studi, mereka juga
mendapatkan pembelajaran mengenai bahasa, budaya, melakukan outbond yang
membuat mahasiswa asing harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar sesuai
dengan adat istiadatnya. Pelaksanaan ekskursi dilakukan untuk memperkenalkan
mahasiswa asing kegiatan, daerah tujuan wisata, maupun tempat-tempat yang dapat
mereka gunakan sebagai tempat untuk melaksanakan riset selama di Bali.
116
b. Pembelajaran Tujuh Karakter.
Selain itu diadakan juga pembelajaran tujuh karakter. Pembelajaran karakter
ini dirasakan sangat diperlukan bagi setiap orang. Manusia tidak hanya cukup
memiliki hard skill tetapi setiap individu harus memiliki soft skill untuk menunjang
kemampuan kerja mereka pada lingkungan luas. Pembelajaran tujuh karakter ini
dilaksanakan di Universitas Dhyana Pura baru 2 semester dan mendapat respon baik
oleh semua orang yang terlibat didalamnya.
Tujuh karakter yang ditanamkan pada setiap individu di Universitas Dhyana Pura
adalah:
- Percaya diri – Self confidence
- Integritas – Integrity
- Keberagaman – Pluralism
- Kepemimpinan yang melayani - Servant leadership
- Kewirausahaan – Entrepreneursip
- Keprofesionalan – Profesionalisme
- Wawasan Global – Global Outlook
2. Penciptaan Keamanan Peserta Program
Penciptaan keamanan peserta program dapat dilakukan dengan cara:
a. Jaminan keamanan 24 jam di areal kampus.
117
Saat ini keamanan mahasiswa dapat dikatakan aman dikarenakan ada
penjagaan oleh satpam kampus selama 24 jam setiap harinya. Namun keamanan
sangat diperhatikan pada saat mahasiswa berada di luar kampus, di mana sudah
beberapa kali mahasiswa mengalami kehilangan barang baik di tempat umum
maupun di bawah jok motor sewaan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
kampus selalu bekerja sama dengan pihak kepolisian Sektor Kuta Utara untuk
memberikan pengarahan kepada mahasiswa asing mengenai keamanan pada minggu
pertama mereka tinggal di Bali.
b. Registrasi mahasiswa asing pada institusi pemerintah setempat.
Mahasiswa asing yang berpartisipasi dalam program internasional diharuskan
untuk tinggal di dalam kampus, dan untuk pencatatan masa tinggal selama berada di
kampus maka pihak kampus harus melaporkan keberadaan mahasiswa asing tersebut.
Setiap mahasiswa memperoleh KIPEM dari Keluharan, surat ijin tinggal dari
Lingkungan, dan Surat Tanda Melapor Diri dari Polsek setempat. Hal ini dilakukan
agar mahasiswa memiliki identitas tinggal yang jelas selama di Bali dan
mendapatkan perlindungan dari aparat yang berwenang.
5.3.4 Strategi WT (Weaknesses - Threats)
Strategi ST – weaknesses threats merupakan bagian dari upaya untuk
meminimalkan kelemahan yang ada dan sekaligus secara otomatis melemahkan
ancaman yang terjadi melalui strategi antara lain:
1. Penetapan harga produk tanpa menderita kerugian
118
Penetapan harga produk dapat dilakukan melalui program antara lain:
a. Pemberlakuan harga standar program internasional.
Dikarenakan saat ini tidaknya ada harga standar yang berlaku dalam
pelaksanaan program ini, maka diperlukan untuk membuat harga standar yang dapat
diikuti atau disesuaikan dengan kemampuan negara lain selain negara-negara Eropa
tanpa menderita kerugian. Harga yang diberlakukan saat ini sebesar 3.500 Euro.
Harga ini sudah termasuk akomodasi, program, perpanjangan visa, biaya
administrasi-administrasi lokal. Harga paket ini tidak termasuk biaya perjalanan dari
negaranya, pengeluaran pribadi, dan makan. Harga ini tergolong harga normal bagi
mahasiswa Eropa, namun dirasa masih tergolong tinggi bagi calon mahasiswa asing
terutama yang berasal dari negara-negara di Asia, sehingga diperlukan adanya
penetapan harga yang disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa seluruh dunia.
b. Penetapan pembayaran dengan mata uang asing US$ (Dollar Amerika)
Untuk memudahkan mahasiswa mengirimkan biaya-biaya program
internasional maka diperlukan satu rekening dengan mata uang asing yang dapat
dilakukan di seluruh dunia, contohnya US$ (Dollar Amerika). Sampai saat ini,
rekening internasional yang dimiliki oleh Undhira masih dalam bentuk Rupiah,
sehingga mahasiswa sering mengalami kebingungan ketika melakukan pengiriman
biaya. Selain itu pihak Bank juga memotong biaya administrasi transfer yang sangat
besar dan konversi mata uang ditentukan dengan harga mata uang Rupiah saat
119
pengiriman sampai di Bali. Hal ini menyebabkan pembayaran antara satu dengan
yang lainnya tidak sama. Namun apabila mata uang yang ditetapkan adalah satu mata
uang, maka akan memberikan kemudahan bagi semua pihak.
2. Konsistensi aturan dan pelaksanaan
Konsistensi aturan dan pelaksanaan program dapat dilakukan melalui:
a. Pemberian informasi awal mengenai proses dan prosedur di Indonesia
Inkonsistensinya aturan yang dirasakan pada pelaksanaan program ini
diharapkan dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk meningkatkan
pemberitahuan sedini mungkin terhadap calon mahasiswa asing pada koresponden-
koresponden yang dilakukan. Sehingga hal ini akan dapat memberikan bayangan
kepada mahasiswa akan proses prosedur yang ada di Indonesia. Seperti contohnya
ketika mahasiswa melakukan penelitian untuk projek individunya, mereka sering
mengalami kendala pada birokrasi dan waktu pengumpulan data. Hal ini sering
menjadi kendala dalam pembuatan tugas-tugas individu mereka.
b. Pemberian informasi mengenai keamanan
Selain itu faktor ancaman yang harus diperhatikan adalah keamanan, secara
umum keamanan di Indonesia masih tergolong baik namun pada kenyataannya
mahasiswa asing sering mengalami kehilangan barang-barang tertentu di daerah-
daerah publik. Contohnya barang hilang di bawah tempat duduk motor sewaan.
Contoh lainnya juga seperti keamanan berkendara di lalu lintas. Sering sekali terjadi
kecelakaan lalu linta yang disebabkan oleh pengendara lokal yang kurang hati-hati
120
dalam berkendaraan sehingga menyebabkan kecelakaan. Namun aparat kepolisian
kadang-kadang tetap menyalahkan mahasiswa asing, walaupun mahasiswa asing
tersebut berada pada posisi yang benar. Hal seperti ini juga dapat mengurungkan niat
calon mahasiswa asing untuk datang ke Bali dikarenakan mahasiswa asing sering
menjadi pihak yang bersalah hanya karena mereka “bule”. Oleh sebab itu staff di
Universitas Dhyana Pura dalam setiap korespondennya kepada calon mahasiswa
asing juga sering memperingatkan hal-hal kecil dalam bidang keamanan sehingga
calon mahasiswa tanggap akan adanya ancaman sehingga mereka lebih berhati-hati
dalam membawa barang-barang bawaan maupun berkendaraan di jalan raya.
5.3.5 Prioritas Strategi
Analisis matriks QSPM bertujuan untuk menetapkan kemenarikan relative
(relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi, dan untuk menentukan
strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan pada program
Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura.
Berdasarkan hasil analisis QSPM seperti ditunjukkan pada Tabel 5.6 bahwa
nilai TAS (total attractive score) dari strategi integrasi vertikal dengan skor tertinggi
yaitu 7,23. Hal ini berarti bahwa implementasi program dalam bentuk investasi
fasilitas, seperti pembuatan paket program yang sudah termasuk akomodasi, dalam
meningkatkan hasil pendapatan dari program ini merupakan pilihan utama.
Keuntungan dari paket program tentu saja akan dapat meningkatkan kualitas sarana
dan prasarana. Selain itu, membuka kerjasama dengan berbagai pihak seperti travel
121
agent, menjaring mahasiswa asing yang bukan hanya dari kalangan perguruan tinggi
yang memiliki payung MoU dengan Undhira saja akan memberikan dampak positif
kepada lebih dikenalnya program Educational Tourism ini di kalangan umum.
Strategi alternative diversifikasi menjadi pilihan yang kedua dengan skor
6,83. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara membuat paket-paket program yang
bukan hanya bertumpu pada durasi 1 (satu) semester namun juga Undhira dapat
menawarkan paket program sesuai dengan keinginan dari konsumen. Seperti
contohnya, beberapa kunjungan perguruan tinggi asing dari luar negeri yang hanya
menginginkan paket program selama liburan semester saja dengan durasi 2 minggu
sampai 1 bulan. Hal ini merupakan produk baru yang harus dibuat oleh departmen
Internasional di Undhira dengan tetap menawarkan keunggulan-keunggulan dari
program Educational Tourism ini. Selanjutnya strategi alternatif Intensif merupakan
pilihan terendah dengan skor 6,67 di mana strategi ini dilakukan melalui penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Quantitative Strategics
Planning Matrix (QSPM) Strategi Pemasaran Program Educational Tourism di
Universita Dhyana Pura tersaji dalam Tabel 5.6 berikut ini.
122
Tabel 5.6 Quantitative Strategics Planning Matrix (QSPM) Strategi Pemasaran
Program Educational Tourism di Universita Dhyana Pura
N
o Faktor Utama Weight
Alternatif Strategi
Strategi Integrasi
Vertikal Strategi Intensif
Strategi
Diversifikasi
AS1 TAS1 AS2 TAS2 AS3 TAS3
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
Faktor Internal
Kekuatan
Lokasi kampus
Fasilitas kampus dan akomodasi
Paket program yang dikemas dengan akomodasi
Fasilitator dan staff
Harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa Eropa
Proses pembelajaran
Kelemahan
Promosi yang kurang maksimal
Kurangnya saluran distribusi program Educational
Tourism
Hubungan kerjasama
Harga program yang kurang standar untuk semua negara
Belum terlibatnya mahasiswa Undhira
Tidak memiliki sarana pembelajaran kebudayaan
Faktor Eksternal
Peluang
Meningkatnya kunjungan dari institusi pendidikan luar
negeri.
Meningkatnya jumlah partner kerjasama dalam bidang
edukasi
Semakin digalakkannya pariwisata minat khusus oleh
Kemenparekraf
Meningkatnya kesadaran berwisata sambil belajar
Globalisasi informasi yang mendorong calon wisatawan
berkunjung
Pertumbuhan ekonomi yang menarik minat wisatawan
untuk berkunjung
Ancaman
Bertambahnya kompetitor program sejenis
Krisis ekonomi di daerah Eropa
Meningkatnya biaya-biaya pengurusan administrasi
mahasiswa asing
Kurangnya kemanan Indonesia
Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan terhadap mahasiswa
asing
0.13
0.10
0.15
0.14
0.03
0.07
0.15
0.13
0.13
0.03
0.09
0.14
0.10
0.21
0.05
0.12
0.14
0.05
0.06
0.06
0.06
0.12
0.12
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
0.52
0.30
0.45
0.42
0.09
0.21
0.45
0.39
0.39
0.12
0.27
0.28
0.30
0.63
0.10
0.36
0.42
0.15
0.18
0.18
0.18
0.36
0.48
4
4
4
3
2
3
3
3
3
1
2
1
4
3
3
3
2
2
3
3
2
2
2
0.52
0.40
0.60
0.42
0.06
0.21
0.45
0.39
0.39
0.03
0.18
0.14
0.40
0.63
0.15
0.36
0.28
0.10
0.18
0.18
0.12
0.24
0.24
4
3
3
3
3
4
3
3
2
1
3
3
4
3
2
3
2
2
3
3
2
3
2
0.52
0.30
0.45
0.42
0.09
0.28
0.45
0.39
0.26
0.03
0.27
0.42
0.40
0.63
0.10
0.36
0.28
0.10
0.18
0.18
0.12
0.36
0.24
Total 7.23 6.67 6.83
Peringkat 1 3 2
Catatan:
1. AS1 : Attractive Score 1 2. TAS 1 : Total Attractive Score 1
3. AS2 : Attractive Score 2 4. TAS 2 : Total Attractive Score 2
5. AS3 : Attractive Score 3 6. TAS 3 : Total Attractive Score 3
123
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Dari hasil analisis dan uraian pada bab terdahulu terhadap lingkungan
strategis internal dan eksternal program Educational Tourism di Universitas Dhyana
Pura, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Fasilitas yang dimiliki oleh Universitas Dhyana Pura sangat menunjang
pelaksanaan program Educational Tourism, terutama disediakannya fasilitas
akomodasi yang terletak di dalam areal kampus sehingga mahasiswa asing
merasakan keamanan dan kenyamanan dalam melakukan proses belajar
ataupun bersosialisasi dengan mahasiswa Undhira.
2. Dari analisis faktor internal maupun eksternal yang diuraikan melalui
kekuatan dari faktor strategis internal (skor 2.09) dan peluang dari faktor
strategis eksternal (skor 1.96) menunjukkan bahwa program Educational
Tourism di Universitas Dhyana Pura memiliki kekuatan yang baik untuk
bersaing dengan kompetitor dan secara eksternal menunjukkan adanya
peluang untuk memenangkan persaingan. Posisi pemasaran program
Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura saat ini berada pada posisi
“Tumbuh dan Bina” sehingga strategi yang harus diterapkan adalah penetrasi
pasar melalui peningkatan promosi dan publisitas, strategi pengembangan
124
pasar melalui kerjasama dengan travel agent, dan strategi pengembangan
produk dengan mempertahankan harga namun menawarkan kualitas produk
yang lebih aplikatif terhadap kegiatan mahasiswa.
3. Strategi alternatif dan program-program pemasaran yang dapat dilakukan
adalah dengan cara pemantapan kelembagaan, peningkatan kualitas produk
dan sumber daya manusia, peningkatan promosi, peningkatan hubungan
kerjasama, pelibatan mahasiswa Undhira, penonjolan keunggulan program,
penciptaan keamanan peserta program, penetapan harga produk tanpa
menderita kerugian, dan konsistensi aturan dan pelaksanaan.
Dari beberapa strategi alternatif tersebut, strategi integrasi vertical mencapai
angka ketertarikan tertinggi dengan nilai skor 7.23. Kemudian strategi
diversifikasi menduduki peringkat ke dua dengan jumlah skor 6.83 melalui
penawaran paket sesuai dengan keinginan pasar, dan strategi alternative yang
terakhir adalah strategi Intensif dengan jumlah skor 6.67 yang dilakukan
melalui penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
6.2 Saran
Saran dalam pemasaran program Educational Tourism di Undhira adalah
sebagai berikut:
6.2.1 Saran kepada Universitas Dhyana Pura.
1. Universitas Dhyana Pura diharapkan dapat mengimplementasikan program-
program yang dirumuskan pada penelitian ini.
125
2. Fasilitas akomodasi yang disediakan kadangkala mengalami kerusakan yang
hanya dilakukan perbaikan secara temporari sehingga mahasiswa sering
mengeluh oleh karena itu diharapkan manajemen dapat melakukan
penjadwalan akan perbaikan-perbaikan secara periodik dan bukan hanya
ketika dibutuhkan.
3. Penetapan harga standar paket program akan dapat memberikan kemudahan
bagi staff untuk memberikan informasi kepada calon mahasiswa dan calon
mahasiswa juga mengetahui dengan pasti akan biaya yang dikeluarkan.
4. Keterlibatan mahasiswa Undhira akan meningkatkan daya tarik mahasiswa
asing untuk ikut dalam program ini dikarenakan mahasiswa asing akan
mendapatkan pendampingan baik dari segi bahasa maupun kehidupan
sosialnya.
6.2.2. Saran kepada Pemerintah
Saran dalam pemasaran program Educational Tourism bagi pihak pemerintah
adalah sebagai berikut:
1. Ditetapkannya regulasi keimigrasian khususnya administrasi dan anggaran
yang ditentukan.
2. Keamanan di Indonesia harus ditingkatkan secara konsisten bukan hanya
dilakukan ketika adanya pelaksanaan even besar sehingga calon mahasiswa
merasakan kenyamanan dan keamanan yang terjamin.
126
DAFTAR PUSTAKA
Ankomah, P. K and Larson, T. R.1992. Education Tourism: A Strategy to Strategy to
Sustainable Tourism Development in Sub-Saharan Africa. Available from:
unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents
Anonim. 2009. Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
Armstrong, G. & Kotler, P. (2005). Marketing: An introduction (7thed.). Upper
Saddle River, N.J.: Pearson Prentice Hall
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2001.
http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=611001&od=11&id=11
Bozac, M.G. dan Tipuric, D. 2006. Top Management’s Attitude – Based SWOT
Analisis in The Croation Hotel Industry. EKONOMSKY PREGLED, 57 (7-
8) 429-474. Cornell University
Cardon. Peter. 2011. Using Typologies to Interpret Study Abroad Preferences of
American Business Students: Applying a Tourism Framework to
International Education. Journal of Education For Business. Taylor &
Francis Group.
Copeland, Jonathan. 2010. Secrets of Bali – Fresh Light on the Morning of the
World. Orchid Press.
Damanik, J & Weber, HF (2006) Perencanaan Ekowisata. Dari Teori ke Aplikasi.
Yogya: Puspar UGM & Penerbit Andi.
Davidson, Michael et al. 2010. International Education Visitation – Tourism
Opportunitie. Tourism Educational.
En.wikipedia.org/wiki/Tourism#Educational_tourism. Diakses tanggal 08
Oktober 2012
Flavin, M. 1996. Kurt Hahn’s School and Legacy. To Discove More and More Than
You Believe. Middle Atlantic Press.
Kotler & Armstrong. 2006. Prinsip-prinsip Pemasaran jilid 1 edisi 12. Jakarta :
Erlangga Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid I Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pearson Education Asia Ptc. Ltd. Dan PT Prenhalindo.
127
Kotler,Philip.(2002). Manajemen pemasaran jilid satu edisi milennium.Terjemahan oleh Hendra Teguh, dkk, dari Marketing Management.10thed.(2000). PT
Penhallindo,Jakarta.
Kunjungan Langsung wisatawan mancanegara ke Bali berdasarkan kebangsaan tahun
2007 – 2011. Kanwil Dep. Kehakiman dan Ham Provinsi bali.
Kurtz, David. L., Principles of Contemporary Marketing, Thomson, South – western,
2008.
Lembar Informasi:Hubungan Amerika Serikat – Indonesia.
http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/pr_09032012.html diakses
pada 09/03/12
Marpaung. 2002. Pengantar Kepariwisataan. Bandung:Alfabeta
Morrison, Alastair M. 2002, Hospitality and Travel Marketing, Edisi ketiga,USA:
Delmar Thomson Learning
Paul, Williams. 2010. Educational Tourism: Understanding The Concept,
Recognising The Value. http://www.insights.org.uk/articleitem.aspx
Perkembangan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk 2007 – 2011.
http://www.budpar.go.id diakses tanggal 09/03/12
Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur,
sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset
Pitana I Gede dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: CV Andi Offset
Pitana, I Gede dan Diarta, I Ketut S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit:
Andi
Poon. 1993. Tourism Technology and Competiitive Strategies. CABI
Rangkuti, Freddy. 2002. “Measuring Customer Satisfaction”. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Rangkuti. Freddy. 2001. “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis”. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Reid, D dan Bojanik, C. 2006. Marketing for Hospitality and Tourism. Second
Edition. Prentice Hall International, Inc.
128
Ritchie, Brent W. 2003. Aspect of Tourism. Managing Educational Tourism. Channel View Publications.
Sadguna, Agus Jaya. 2010. “Strategi Pengembangan ISI Denpasar Sebagai Daya
Tarik Wisata Kampus Di Bali”(tesis). Denpasar: Universitas Udayana
Soekadijo. R. G. 2000. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai
Sistematic Linkage. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Spillane, James J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi & Rekayasa
Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.
Sucherly. 2003. Strategi Pemasaran Jasa Dalam Meningkatkan Keunggulan
Bersaing. Dalam Strategi Baru Manajemen Pemasaran. Editor Usmara, A.
Yogyakarta:Amara Book.
Sudibya, B. 2002. “Pengembangan Ecotourism di Bali:Kasus Bagus Discovery
Group”. Makalah Disampaikan pada Ceramah Ecotourism di Kampus STIM-
PPLP Dhyana Pura, Dalung, Kuta pada tanggal 14 Agustus 2002.
Suwardjoko, P. Warpani dan Indira P. Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang
Wilayah. Penerbit ITB
Turker, Pica. 2012. “Strategi pemasaran lembaga pendidikan SMP swasta di
Denpasar” (tesis). Denpasar: Universitas Pendidikan Nasional
Umar, Husein. 2000. “Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen”. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka
Wahyuningrum. 2000. Buku Ajar Manajemen Fasilitas Pendidikan Yogyakarta
:FIP UNY.
Wisata Minat Khusus Menjadi Tren. Suarapembaruan.com. Diakses tanggal 10 Juli
2012.
Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.
129
LAMPIRAN
130
Lampiran 1 Kuisioner Penentuan Bobot Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali Dengan Teknik Metode Perbandingan Berpasangan
KUISIONER
Nama : ……………………………………………………………………………………………………
Jabatan : ……………………………………………………………………………………………………
Departemen : ……………………………………………………………………………………………………
Tanggal pengisian : ……………………………………………………………………………………………………
Cara mengisi Kuisioner:
Dalam rangka penentuan bobot untuk masing-masing parameter kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali
digunakan metode komparasi berpasangan untuk hal tersebut kami harapkan kepada
Bapak/Ibu/Saudara untuk dapat memberikan bobot dari parameter yang ada di bawah ini
dengan ketentuan pemberian nilai sebagai berikut.
Nilai 0 = Jika parameter horizontal kurang penting dari parameter vertical
1 = Jika parameter horizontal sama penting dengan parameter vertical
2 = Jika parameter horizontal lebih penting dari parameter vertical
Pemberian rangking 1 artinya : Tingkat pengaruh sangat lemah
Pemberian rangking 2 artinya : Tingkat pengaruh agak lemah
Pemberian rangking 3 artinya : Tingkat pengaruh agak kuat
Pemberian rangking 4 artinya : Tingkat pengaruh sangat kuat
131
Lampiran 2 Metode Perbandingan Berpasangan Internal
Lokasi
kampus
Fasilitas
kampus &
akomodasi
Paket
program
yang
dikemas
dengan
akomodasi
Fasilitato
r dan
staff
Harga yang
terjangkau
khusus bagi
mahasiswa
Eropa
Proses
pembelaja
ran
Promosi
yang
kurang
maksimal
Kurangnya
saluran
distribusi
program
Educationa
l Tourism
Hubungan
kerjasama
Harga
program
yang kurang
standar
untuk semya
negara
Belum
terlibatnya
mahasiswa
Undhira
Tidak
memiliki
sarana
pembelajara
n
kebudayaan Total
Bobot
A. Lokasi kampus
B. Fasilitas kampus &
akomodasi
C. Paket program yang
dikemas dengan akomodasi
D. Fasilitator dan staff
E.
Harga yang terjangkau
khusus bagi mahasiswa
Eropa
F.Proses pembelajaran
G. Promosi yang kurang
maksimal
H.
Kurangnya saluran distribusi
program Educational
Tourism
I. Hubungan kerjasama
J. Harga program yang kurang
standar untuk semya negara
K.Belum terlibatnya mahasiswa
Undhira
L. Tidak memiliki sarana
pembelajaran kebudayaan
Nilai : Pemberian rangking 1 artinya = Tingkat pengaruh sangat lemah
2 = Jika parameter horizontal lebih penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 2 artinya = Tingkat pengaruh agak lemah
1 = Jika parameter horizontal sama penting dengan parameter vertikal Pemberian rangking 3 artinya = Tingkat pengaruh agak kuat
0 = Jika parameter horizontal kurang penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 4 artinya = Tingkat pengaruh sangat kuat
Kelemahan
Total General
InternalRanking (pilih salah
satu)
1 2 3 4Kekuatan
132
Lampiran 3 Metode Perbandingan Berpasangan Eksternal
Meningkatnya
kunjungan
kunjungan
dari institusi
pendidikan
dari luar
negeri
Meningkatnya
jumlah partner
kerjasama
dalam bidang
edukasi
Semakin
digalakkannya
pariwisata
minat khusus
oleh
Kemenpraf
Meningkatnya
kesadaran
berwisata
sambil belajar
Globalisasi
informasi
yang
mendorong
calon
wisatawan
berkunjung
Pertumbuhan
ekonomi yang
menarik minat
wisatawan
untuk
berkunjung
Bertambahny
a kompetitor
program
sejenis
Krisis
ekonomi di
daerah Eropa
Meningkatnya
biaya-biaya
pengurusan
administrasi
mahasiswa
asing
Kurangnya
stabilitas
keamanan
Indonesia
Inkonsistensi
aturan dan
pelaksanaan
terhadap
mahasiswa
asing Total Bobot
1 2 3 4
A.
Meningkatnya
kunjungan
kunjungan dari
institusi pendidikan
dari luar negeri 0
B.
Meningkatnya
jumlah partner
kerjasama dalam
bidang edukasi 0
C.
Semakin
digalakkannya
pariwisata minat
khusus oleh
Kemenpraf 0
D
Meningkatnya
kesadaran
berwisata sambil
belajar 0
E
Globalisasi
informasi yang
mendorong calon
wisatawan
berkunjung 0
F
Pertumbuhan
ekonomi yang
menarik minat
wisatawan untuk
berkunjung 0
G.
Bertambahnya
kompetitor program
sejenis 0
H.Krisis ekonomi di
daerah Eropa 0
I
Meningkatnya biaya-
biaya pengurusan
administrasi
mahasiswa asing 0
J
Kurangnya
keamanan
Indonesia 0
K
Inkonsistensi aturan
dan pelaksanaan
terhadap
mahasiswa asing 0
Nilai : Pemberian rangking 1 artinya = Tingkat pengaruh sangat lemah
0 = Jika parameter horizontal kurang penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 2 artinya = Tingkat pengaruh agak lemah
1 = Jika parameter horizontal sama penting dengan parameter vertikal Pemberian rangking 3 artinya = Tingkat pengaruh agak kuat
2 = Jika parameter horizontal lebih penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 4 artinya = Tingkat pengaruh sangat kuat
Total General
Eksternal
Ranking (pilih salah satu)
Peluang
Ancaman
133
Lampiran 4 Tabulasi Rangking Faktor Internal Strategi Pemasaran
A. Lokasi kampus 0 0.03 0.1 0.03 0.17 0.7 0.07 0.04 0.07 0.1 1.31 0.131 13.1
B.Fasilitas kampus &
akomodasi 0.09 0.07 0.1 0.14 0.1 0.1 0.14 0.12 0.1 0.1 1.06 0.106 10.6
C.
Paket program yang
dikemas dengan
akomodasi 0.14 0.07 0.7 0.07 0.09 0.1 0.1 0.08 0.07 0.1 1.52 0.152 15.2
D. Fasilitator dan staff 0.16 0.17 0.17 0.14 0.03 0.17 0.14 0.15 0.13 0.14 1.4 0.14 14
E.
Harga yang terjangkau
khusus bagi mahasiswa
Eropa 0.08 0.07 0.03 0.03 0.05 0 0.03 0 0 0 0.29 0.029 2.9
F Proses pembelajaran 0.07 0.1 0.03 0.1 0.07 0.07 0.03 0.08 0.13 0.07 0.75 0.075 7.5
G. Promosi yang kurang
maksimal 0.13 0.15 0.14 0.14 0.14 0.13 0.18 0.19 0.17 0.14 1.51 0.151 15.1
H.
Kurangnya saluran
distribusi program
Educational Tourism 0.03 0.12 0.03 0.07 0.03 0.7 0.07 0.08 0.07 0.1 1.3 0.13 13
I. Hubungan kerjasama 0.16 0.1 0.14 0.1 0.14 0.17 0.14 0.12 0.13 0.14 1.34 0.134 13.4
J.
Harga program yang
kurang standar untuk
semya negara 0.05 0.03 0 0.07 0.03 0.03 0.03 0 0.03 0.03 0.3 0.03 3
K. Belum terlibatnya
mahasiswa Undhira 0.03 0 0.1 0 0.7 0 0.04 0.04 0 0.03 0.94 0.094 9.4
L.
Tidak memiliki sarana
pembelajaran
kebudayaan 0.08 0.07 0.07 0.1 0.7 0.1 0.07 0.12 0.1 0.03 1.44 0.144 14.4
Kelemahan
Kekuatan R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8 R.9 R.10 Total Rata-rata Total Bobot %
134
Lampiran 5 Tabulasi Bobot Faktor Internal Strategi Pemasaran
A. Lokasi kampus 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4
B. Fasilitas kampus &
akomodasi 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 36 3.6 4
C. Paket program yang
dikemas dengan 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 31 3.1 3
D.
Fasilitator dan staff 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 34 3.4 3
E.
Harga yang terjangkau
khusus bagi mahasiswa
Eropa 2 4 4 2 3 4 3 2 3 4 31 3.1 3
FProses pembelajaran 2 4 3 4 2 4 3 4 2 4 32 3.2 3
G. Promosi yang kurang
maksimal 2 3 4 3 3 2 3 3 3 4 30 3 3
H.
Kurangnya saluran
distribusi program
Educational Tourism 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 28 2.8 3
I.Hubungan kerjasama 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 2
J
Harga program yang
kurang standar untuk
semua negara 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 2
K
Belum terlibatnya
mahasiswa 2 1 3 2 1 2 1 3 2 3 20 2 2
L
Tidak memiliki sarana
pembelajaran kebudayaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1
Rata-rata Pembulatan
Kelemahan
R.6 R.7 R.8 R.9 R.10 Sub Total Kekuatan R.1 R.2 R.3 R.4 R.5
135
Lampiran 6 Tabulasi Rangking Faktor Eksternal Strategi Pemasaran
R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8 R.9 R.10
Sub Total
Rangking
Total
Rangking Pembulatan
A.
Meningkatnya kunjungan
kunjungan dari institusi
pendidikan dari luar negeri 2 4 3 2 3 2 4 3 4 4 31 3.1 3
B.
Meningkatnya jumlah partner
kerjasama dalam bidang
edukasi 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 31 3.1 3
C. Semakin digalakkannya
pariwisata minat khusus oleh
Kemenpraf 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 22 2.2 2
D
Meningkatnya kesadaran
berwisata sambil belajar 4 3 2 3 4 2 2 4 3 2 29 2.9 3
E
Globalisasi informasi yang
mendorong calon wisatawan
berkunjung 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 34 3.4 3
F
Pertumbuhan ekonomi yang
menarik minat wisatawan
untuk berkunjung 2 4 2 3 4 3 3 2 2 2 27 2.7 3
0 0
G. Bertambahnya kompetitor
program sejenis 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 32 3.2 3
H.Krisis ekonomi di daerah
Eropa 3 2 3 4 1 2 2 3 3 4 27 2.7 3
IMeningkatnya biaya-biaya
pengurusan administrasi
mahasiswa asing 4 4 3 3 2 2 2 3 2 3 28 2.8 3
JKurangnya keamanan
Indonesia 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 24 2.4 2
K
Inkonsistensi aturan dan
pelaksanaan terhadap
mahasiswa asing 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 35 3.5 4
Peluang
Ancaman
136
Lampiran 7 Tabulasi Bobot Faktor Eksternal Strategi Pemasaran
A. Meningkatnya kunjungan kunjungan
dari institusi pendidikan dari luar
negeri 0.16 0.16 0 0.08 0.08 0.04 0.08 0.12 0.12 0.2 1.04 0.104 0.1 1.04
B. Meningkatnya jumlah partner
kerjasama dalam bidang edukasi 0.16 0.12 0.8 0.16 0.12 0.12 0.12 0.16 0.18 0.12 2.06 0.206 0.21 2.06
C. Semakin digalakkannya pariwisata
minat khusus oleh Kemenpraf 0.04 0.08 0.08 0.04 0 0.08 0.16 0.02 0.04 0 0.5416 0.05416 0.05 0.5416
D
Meningkatnya kesadaran berwisata
sambil belajar 0.08 0.08 0.16 0.08 0.2 0.12 0.08 0.12 0.14 0.12 1.18 0.118 0.12 1.18
E
Globalisasi informasi yang
mendorong calon wisatawan
berkunjung 0.08 0.12 0.16 0.2 0.16 0.2 0.16 0.16 0.08 0.08 1.4 0.14 0.14 1.4
F
Pertumbuhan ekonomi yang menarik
minat wisatawan untuk berkunjung 0.08 0.04 0.12 0.04 0.04 0.04 0 0.04 0.04 0.04 0.48 0.048 0.05 0.48
0 0 0 0 0
G. Bertambahnya kompetitor program
sejenis 0.02 0 0.08 0.04 0.04 0.08 0.12 0.1 0.06 0.1 0.64 0.064 0.06 0.64
H. Krisis ekonomi di daerah Eropa 0 0.1 0 0.1 0.14 0 0.12 0.02 0.04 0.04 0.56 0.056 0.06 0.56
I
Meningkatnya biaya-biaya
pengurusan administrasi mahasiswa
asing 0.08 0.08 0 0.04 0.08 0.08 0.08 0.04 0.04 0.08 0.6 0.06 0.06 0.6
JKurangnya keamanan Indonesia 0.16 0.12 0.16 0.12 0.04 0.24 0.04 0.14 0.1 0.04 1.16 0.116 0.12 1.16
K Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan
terhadap mahasiswa asing 0.12 0.12 0.12 0.12 0.1 0.48 0.02 0 0.04 0 1.1248 0.11248 0.12 1.1248
Pembulata
n Total Bobot %Peluang R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8
Ancaman
R.9 R.10 Total
Bobot
Rata -
rata
137
Lampiran 8 Matriks IFAS
Bobot Rating Skor
-2 -3 (4 = 2 X 3)
A. Lokasi kampus 0.13 4 0.52
B. Fasilitas kampus & akomodasi 0.1 4 0.4
C. Paket program yang dikemas dengan
akomodasi 0.15 30.45
D. Fasilitator dan staff 0.14 3 0.42
E. Harga yang terjangkau khusus bagi
mahasiswa Eropa 0.03 30.09
F Proses pembelajaran 0.07 3 0.21
2.09
G. Promosi yang kurang maksimal 0.15 3 0.45
H. Kurangnya saluran distribusi program
Educational Tourism 0.13 30.39
I. Hubungan kerjasama 0.13 2 0.26
JHarga program yang kurang standar
untuk semua negara 0.03 20.06
K. Belum terlibatnya mahasiswa 0.09 2 0.18
L. Tidak memiliki sarana pembelajaran
kebudayaan 0.14 10.14
1.48
Kelemahan
Faktor-Faktor Strategi Internal
-1
Sub Total
Sub Total
Total 1,0 3.57
138
Lampiran 9 Matriks EFAS
Bobot Rating Skor
-2 -3 (4 = 2 X 3)
A. Meningkatnya kunjungan kunjungan dari
institusi pendidikan dari luar negeri 0.1 30.3
B.Meningkatnya jumlah partner kerjasama
dalam bidang edukasi 0.21 30.63
C. Semakin digalakkannya pariwisata minat
khusus oleh Kemenpraf 0.05 20.1
D. Meningkatnya kesadaran berwisata
sambil belajar 0.12 30.36
E. Globalisasi informasi yang mendorong
calon wisatawan berkunjung 0.14 30.42
FPertumbuhan ekonomi yang menarik
minat wisatawan untuk berkunjung 0.05 30.15
1.96
G. Bertambahnya kompetitor program
sejenis 0.06 30.18
H. Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 3 0.18
I.Meningkatnya biaya-biaya pengurusan
administrasi mahasiswa asing 0.06 30.18
J Kurangnya keamanan Indonesia 0.12 2 0.24
K.Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan
terhadap mahasiswa asing 0.12 40.48
1.26
3.22
Faktor-Faktor Strategi Eksternal
-1
Peluang
Sub Total
Ancaman
Sub Total
Total 1,0
139
Lampiran 10 Penjumlahan Attractive Score 1 - Strategi Integrasi Vertikal
No Faktor Utama
I
Faktor Internal
Kekuatan
1 Lokasi kampus 0.13 4 4 4 4 0.52
2 Fasilitas kampus dan akomodasi 0.1 3 3 3 3 0.3
3
Paket program yang dikemas
dengan akomodasi
0.15 2 3
2.5 3 0.45
4 Fasilitator dan staff 0.14 4 2 3 3 0.42
5
Harga yang terjangkau khusus
bagi mahasiswa Eropa
0.03 3 3
3 3 0.09
6 Proses pembelajaran 0.07 3 3 3 3 0.21
Kelemahan 0 0
1 Promosi yang kurang maksimal 0.15 3 2 2.5 3 0.45
2
Kurangnya saluran distribusi
program Educational Tourism
0.13 3 2
2.5 3 0.39
3 Hubungan kerjasama 0.13 2 3 2.5 3 0.39
4
Harga program yang kurang
standar untuk semua negara
0.03 4 4
4 4 0.12
5
Belum terlibatnya mahasiswa
Undhira
0.09 3 3
3 3 0.27
6
Tidak memiliki sarana pembelajaran
budaya
0.14 2 2
2 2 0.28
II. Faktor Eksternal
Peluang 0 0
1
Meningkatnya kunjungan dari
institusi pendidikan luar negeri.
0.1 4 2
3 3 0.3
2
Meningkatnya jumlah partner
kerjasama dalam bidang edukasi
0.21 2 3
2.5 3 0.63
3
Semakin digalakkannya pariwisata
minat khusus oleh Kemenparekraf
0.05 2 2
2 2 0.1
4
Meningkatnya kesadaran
berwisata sambil belajar
0.12 3 2
2.5 3 0.36
5
Globalisasi informasi yang
mendorong calon wisatawan
berkunjung
0.14 2 3
2.5 3 0.42
6
Pertumbuhan ekonomi yang
menarik minat wisatawan untuk
berkunjung
0.05 2 3
2.5 3 0.15
Ancaman 0
1
Bertambahnya kompetitor program
sejenis
0.06 3 3
3 3 0.18
2 Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 4 2 3 3 0.18
3
Meningkatnya biaya-biaya
pengurusan administrasi
mahasiswa asing
0.06 3 3
3 3 0.18
4 Kurangnya kemanan Indonesia 0.12 2 3 2.5 3 0.36
5
Inkonsistensi aturan dan
pelaksanaan terhadap mahasiswa
asing
0.12 4 3
3.5 4 0.48
7.23
TAS 1
Total
Weight AS1.1 AS1.2 Rata-rata Pembulatan
140
Lampiran 11 Penjumlahan Attractive Score 2 - Strategi Intensif
No Faktor Utama
I
Faktor Internal
Kekuatan
1 Lokasi kampus 0.13 4 4 4 4 0.52
2 Fasilitas kampus dan akomodasi 0.1 4 3 3.5 4 0.4
3
Paket program yang dikemas
dengan akomodasi
0.15 3 4
3.5 4 0.6
4 Fasilitator dan staff 0.14 2 3 2.5 3 0.42
5
Harga yang terjangkau khusus
bagi mahasiswa Eropa
0.03 2 2
2 2 0.06
6 Proses pembelajaran 0.07 3 2 2.5 3 0.21
Kelemahan
1 Promosi yang kurang maksimal 0.15 3 3 3 3 0.45
2
Kurangnya saluran distribusi
program Educational Tourism
0.13 4 2
3 3 0.39
3 Hubungan kerjasama 0.13 2 3 2.5 3 0.39
4
Harga program yang kurang
standar untuk semua negara
0.03 1 1
1 1 0.03
5
Belum terlibatnya mahasiswa
Undhira
0.09 1 2
1.5 2 0.18
6
Tidak memiliki sarana pembelajaran
budaya
0.14 1 1
1 1 0.14
II. Faktor Eksternal
Peluang
1
Meningkatnya kunjungan dari
institusi pendidikan luar negeri.
0.1 3 4
3.5 4 0.4
2
Meningkatnya jumlah partner
kerjasama dalam bidang edukasi
0.21 3 3
3 3 0.63
3
Semakin digalakkannya pariwisata
minat khusus oleh Kemenparekraf
0.05 2 3
2.5 3 0.15
4
Meningkatnya kesadaran
berwisata sambil belajar
0.12 2 3
2.5 3 0.36
5
Globalisasi informasi yang
mendorong calon wisatawan
berkunjung
0.14 2 2
2 2 0.28
6
Pertumbuhan ekonomi yang
menarik minat wisatawan untuk
berkunjung
0.05 1 3
2 2 0.1
Ancaman
1
Bertambahnya kompetitor program
sejenis
0.06 2 3
2.5 3 0.18
2 Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 3 3 3 3 0.18
3
Meningkatnya biaya-biaya
pengurusan administrasi
mahasiswa asing
0.06 3 1
2 2 0.12
4 Kurangnya kemanan Indonesia 0.12 2 2 2 2 0.24
5
Inkonsistensi aturan dan
pelaksanaan terhadap mahasiswa
asing
0.12 3 1
2 2 0.24
6.67
TAS 2
Total
Weight AS2.1 AS2.2 Rata-rata Pembulatan
141
Lampiran 12 Penjumlahan Attractive Score 3 - Strategi Diversifikasi
No Faktor Utama
I Faktor Internal
Kekuatan
1 Lokasi kampus 0.13 4 4 4 4 0.52
2 Fasilitas kampus dan akomodasi 0.1 2 3 2.5 3 0.3
3
Paket program yang dikemas
dengan akomodasi
0.15 3 3
3 3 0.45
4 Fasilitator dan staff 0.14 2 3 2.5 3 0.42
5
Harga yang terjangkau khusus
bagi mahasiswa Eropa
0.03 2 3
2.5 3 0.09
6 Proses pembelajaran 0.07 4 4 4 4 0.28
Kelemahan
1 Promosi yang kurang maksimal 0.15 2 3 2.5 3 0.45
2
Kurangnya saluran distribusi
program Educational Tourism
0.13 3 3
3 3 0.39
3 Hubungan kerjasama 0.13 4 1 2.5 2 0.26
4
Harga program yang kurang
standar untuk semua negara
0.03 1 1
1 1 0.03
5
Belum terlibatnya mahasiswa
Undhira
0.09 2 3
2.5 3 0.27
6
Tidak memiliki sarana pembelajaran
budaya
0.14 4 2
3 3 0.42
II. Faktor Eksternal
Peluang
1
Meningkatnya kunjungan dari
institusi pendidikan luar negeri.
0.1 4 3
3.5 4 0.4
2
Meningkatnya jumlah partner
kerjasama dalam bidang edukasi
0.21 2 3
2.5 3 0.63
3
Semakin digalakkannya pariwisata
minat khusus oleh Kemenparekraf
0.05 2 2
2 2 0.1
4
Meningkatnya kesadaran
berwisata sambil belajar
0.12 2 3
2.5 3 0.36
5
Globalisasi informasi yang
mendorong calon wisatawan
berkunjung
0.14 2 2
2 2 0.28
6
Pertumbuhan ekonomi yang
menarik minat wisatawan untuk
berkunjung
0.05 2 2
2 2 0.1
Ancaman
1
Bertambahnya kompetitor program
sejenis
0.06 2 3
2.5 3 0.18
2 Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 3 2 2.5 3 0.18
3
Meningkatnya biaya-biaya
pengurusan administrasi
mahasiswa asing
0.06 2 2
2 2 0.12
4 Kurangnya kemanan Indonesia 0.12 3 3 3 3 0.36
5
Inkonsistensi aturan dan
pelaksanaan terhadap mahasiswa
asing
0.12 2 2
2 2 0.24
6.83
TAS 3
Total
Weight AS3.1 AS3.2 Rata-rata Pembulatan
142