Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

142
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat diandalkan dalam pembangunan nasional karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan daerah serta devisa negara. Pariwisata juga berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran sekaligus menciptakan kesejahteraan masyarakat. Di dalam realitanya, sektor pariwisata dijadikan sebagai alat untuk menormalkan kembali ekonomi Indonesia yang kurang stabil. Untuk mendukung sektor pariwisata, maka diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan keprofesionalan dari pihak pengelola pariwisata itu sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang berlaku. Di samping itu dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah terhadap kepariwisataan, maka usaha di bidang kepariwisataan di Indonesia diharapkan berkembang dengan baik. Salah satu pulau di Indonesia yang banyak menarik minat wisatawan untuk berkunjung adalah Pulau Bali dengan beraneka ragam kebudayaan dan adat istiadatnya sehingga mampu menjadi Icon pariwisata di Indonesia. Hal tersebut ditunjang oleh data peningkatan wisatawan melalui pintu masuk Bandara Ngurah Rai. Berdasarkan website Dinas Pariwisata Provinsi Bali (www.tourism.baliprof.go.id ), kunjungan ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai tahun 2008 sebanyak 1.968.892 orang, tahun 2009 sebanyak 2.229.945 orang, tahun 2010 sebanyak 2.493.058 orang, tahun 2011 sebanyak 2.756.579 orang, dan tahun 2012.

Transcript of Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

Page 1: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat diandalkan dalam

pembangunan nasional karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan nasional dan

pendapatan daerah serta devisa negara. Pariwisata juga berperan dalam menciptakan

lapangan kerja dan mengurangi pengangguran sekaligus menciptakan kesejahteraan

masyarakat. Di dalam realitanya, sektor pariwisata dijadikan sebagai alat untuk

menormalkan kembali ekonomi Indonesia yang kurang stabil. Untuk mendukung sektor

pariwisata, maka diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan keprofesionalan dari

pihak pengelola pariwisata itu sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang berlaku. Di

samping itu dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah terhadap

kepariwisataan, maka usaha di bidang kepariwisataan di Indonesia diharapkan

berkembang dengan baik.

Salah satu pulau di Indonesia yang banyak menarik minat wisatawan untuk

berkunjung adalah Pulau Bali dengan beraneka ragam kebudayaan dan adat istiadatnya

sehingga mampu menjadi Icon pariwisata di Indonesia. Hal tersebut ditunjang oleh data

peningkatan wisatawan melalui pintu masuk Bandara Ngurah Rai. Berdasarkan website

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (www.tourism.baliprof.go.id), kunjungan ke Bali melalui

Bandara Ngurah Rai tahun 2008 sebanyak 1.968.892 orang, tahun 2009 sebanyak

2.229.945 orang, tahun 2010 sebanyak 2.493.058 orang, tahun 2011 sebanyak 2.756.579

orang, dan tahun 2012.

Page 2: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

2

sebanyak 2.892.019. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah

wisatawan sekitar 150 ribu sampai dengan 275 ribu orang atau 10% per tahun.

Wisatawan lebih memilih Bali sebagai pintu masuk daripada provinsi lainnya

dikarenakan pariwisata Bali memang sangat menarik sehingga wisatawan senang

berkunjung dan sangat menghargai keindahaan pariwisata Bali. Tidak dapat

dipungkiri bahwa Bali merupakan pulau yang tepat sebagai tujuan berlibur sekaligus

belajar tentang kebudayaannya dan hal lainnya.

Copeland (2010) mengatakan bahwa Bali merupakan sebuah pulau yang

menyerupai seekor kura-kura, sedangkan menurut Anom (2010) masyarakat Bali

sendiri sering menggambarkan Bali seperti seekor ayam jantan apabila dilihat dari

Ilmu Hong Sui yang maknanya karena pengaruh vibrasi pulau ini maka penduduk

yang mendiami memiliki sifat berani, atau sering disebut perwira. Apabila diukur

dari timur ke barat panjang Bali sepanjang kira-kira 90 miles (150 kilometers)

sedangkan dari utara ke selatan sepanjang kira-kira 50 miles (80 kilometers).

Berdasarkan Copeland (2010), Bali merupakan 0.29% dari total area Negara

Indonesia. Pulau ini dapat di kelilingi dengan kendaraan bermotor selama kira-kira

satu hari. Bali terletak kira-kira 8” atau 9” sebelah selatan dari garis khatulistiwa dan

berada antara 114.6” – 115.5” garis longitudinal sebelah timur. Secara geografis dan

demografis, bali memiliki ragam budaya yang unik dan menarik yang sudah menjadi

kegiatan hidup sehari-hari masyarakat Bali. Keragaman budaya yang unik dan

Page 3: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

3

menarik ini kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar untuk

datang ke Bali.

Berdasarkan sensus peduduk tahun 2010, penduduk Bali meningkat dari

3.310.307 tahun 2006 menjadi 3.522.375 tahun 2010. Hal ini berarti dalam kurun 4

tahun jumlah penduduk Bali mengalami peningkatan sebesar 6.5%

(sumber:bali.bps.go.id). Dari total jumlah penduduk, sekitar 80% dari seluruh

masyarakat Bali kehidupannya tergantung pada pariwisata, baik langsung maupun

tidak langsung. Demikian juga peran pariwisata sebagai lokomotif pembangunan

perekonomian masyarakat Bali tidak perlu diragukan lagi.

Pemerintah Provinsi Bali beserta seluruh pemangku kepentingan yang ada di

sektor pariwisata berkeinginan mengembangkan pariwisata ini menjadi sebuah sektor

pembangunan yang berkelanjutan. Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan mengamanatkan agar sumber daya dan modal kepariwisataan

dimanfaatkan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang ditujukan

untuk meningkatkan pendapatan nasional, memperluas dan memeratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,

memperkenalkan dan mendayagunakan daya tarik wisata dan destinasi Indonesia

serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.

Data Kanwil Dephumkam Provinsi Bali mengenai kunjungan langsung

wisatawan mancanegara ke Bali berdasarkan kebangsaan tahun 2007 – 2011

menunjukkan bahwa wisatawan mancanegara yang menduduki peringkat atas

Page 4: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

4

sebagai pengunjung di Bali adalah negara-negara Asia Pacifik (tidak termasuk

ASEAN) sebanyak 58,52%, kemudian disusul oleh negara-negara di daerah Eropa

sebanyak 23,37%, selanjutnya negara-negara ASEAN sebanyak 12,23%, Negara-

negara dalam Benua Amerika sebanyak 5,06%, Afrika dan lainnya. Negara-negara

Asia Pacific banyak mengunjungi Bali karena jaraknya relatif dekat, sehingga para

wisatawan tidak harus mengambil libur khusus hanya untuk berlibur ke Bali. Di

samping itu harga juga masih terjangkau sehingga wisatawan dapat berlibur ke Bali

tanpa harus memikirkan urusan visa yang sering sekali menyita waktu yang sangat

banyak.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan kebutuhan berwisata

dan Bali yang merupakan daerah tujuan wisata yang diinginkan maka perlu adanya

usaha pariwisata yang memungkinkan untuk dibuka dan dipromosikan pangsa pasar

yang belum ataupun kurang terolah dan sedapat mungkin dapat memberi dampak

positif terhadap usaha yang dilakukan dengan basis kemasyarakatan. Sehingga selain

memperkenalkan daerah tujuan wisata yang belum dikenal, tentu ini juga akan

mempercepat terwujudnya pemerataan pendapatan dan kesempatan berusaha bagi

masyarakat setempat.

Oleh karena itu salah satu usaha adalah mengembangkan pariwisata alternatif

yang dapat memajukan pariwisata berdasarkan minat yang dimiliki oleh wisatawan

itu sendiri. Belakangan ini wisatawan yang berwisata ke Pulau Bali juga cenderung

memiliki minat khusus. Menurut Pitana dan Diarta (2009) dalam bukunya Pengantar

Page 5: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

5

Ilmu Pariwisata mengatakan bahwa pariwisata dengan minat khusus ini diperkirakan

akan menjadi trend perkembangan pariwisata ke depan sebab calon wisatawan telah

menginginkan jenis pariwisata yang fokus, yang mampu memenuhi kebutuhan

spesifik wisatawan seperti belajar sambil berwisata. Segmen pasar semacam ini

sangat senang dengan perbedaan-perbedaan produk yang mana mengarah kepada

perkembangan wisatawan yang memiliki minat khusus termasuk Education Tourism

yang menawarkan produk, servis dan pengalaman yang sangat luas.

Universitas Dhyana Pura (Undhira) Badung adalah salah satu perguruan

tinggi swasta yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional. Undhira memiliki 13 program studi di bawah dua

Fakultas, yaitu Fakultas Ekonomika dan Humaniora dan Fakultas Ilmu Kesehatan,

Sains, dan Teknologi yang memiliki landasan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam

melakukan kegiatannya yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan

pengabdian kepada masyarakat. Di samping itu Undhira sebagai penyelenggara

pendidikan tinggi berkomitmen untuk menjadi Universitas kelas dunia yang mampu

memberikan pelayanan dan pendidikan bukan hanya kepada mahasiswa lokal namun

juga dapat memberikan pendidikan yang sekaligus memperkenalkan aspek-aspek

pendukung pariwisata Bali kepada masyarakat Internasional.

Komitmen untuk menjadi Universitas kelas dunia dan mengamati

perkembangan pariwisata minat khusus terutama yang berkaitan dengan pendidikan,

Undhira sejak tahun 1997 telah mengadakan kerjasama dengan berbagai institusi

Page 6: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

6

baik dalam negeri maupun luar negeri mengemas program Educational Tourism

dengan memadukan pendidikan sesuai minat wisatawan dan kegiatan sosial budaya

sehingga program dapat terkolaburasikan dengan baik.

Institusi – institusi pendidikan asing yang telah maupun sedang bekerjasama seperti:

(1) Institute of Go-Tafe di Australia dalam hal pertukaran para Instruktur pada

bidang Culinary; (2) CHN Hogeschool (Christian Hogeschool in Netherland) di

Belanda berkunjung ke Undhira dan belajar selama 2.5 bulan mengenai Manajemen

Perhotelan di Bali dengan segala aspek pendukungnya, (3) Inholland University di

Belanda, Dalarna University di Swedia, dan Heilbronn University di Jerman

mengkemas paket pembelajaran yang disebut Intrapreneurship in Another

Perspective, (4) Dilli Institute Technology (DIT) di Timor Leste dalam hal

pertukaran para pengajar.

Dari beberapa kerjasama tersebut, program Educational Tourism yang sangat

diminati oleh mahasiswa asing adalah program Intrapreneurship in Another

Perspective dan masih berjalan sampai sekarang serta semakin diminati oleh

mahasiswa di negara-negara Eropa. Dalam setiap tahunnya, Inholland University

mengirim dua group mahasiswa berjumlah 16 sampai 20 orang untuk melakukan

perkuliahan Minor di Kampus Dhyana Pura masing-masing selama lima bulan.

Mahasiswa mendapatkan pelajaran mendalam tentang Intrapreneurship yang

didalamnya juga mempelajari mengenai kebudayaan Bali dengan segala aspek yang

ditimbulkan, bahasa Indonesia, dan belajar mengenai bagaimana menjadi seorang

Page 7: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

7

pengusaha baik bagi dirinya sendiri maupun komunitas sekelilingnya tanpa hanya

memikirkan keuntungan namun tetap menjunjung kelangsungan hidup masyarakat

dan lingkungan. Di samping itu mahasiswa asing juga diperkenalkan dan diajarkan

mengenai culinary Bali sehingga budaya dan makanan khas Bali khususnya dan

Indonesia pada umumnya dapat dinikmati dan dipelajari mulai dari proses

pembuatan sampai dengan penyajiannya.

Program Intrapreneurship in Another Perspective sendiri adalah program

minor yang mendalami tentang kewirausahaan yang bertumpu pada kekuatan

masing-masing individu yang ada pada dirinya sendiri dan bukan semata-mata

melihat keuntungan, tetapi apa yang mereka dapat berikan kepada masyarakat sekitar

sebagai bagian dari interaksi sosialnya. Selama mereka tinggal di lingkungan kampus

Undhira, interaksi dengan masyarakat setempat mulai terjalin, sehingga banyak

dampak positif yang dapat dinikmati oleh mahasiswa asing dan komunitas

sekelilingnya, terutama dalam aspek perekonomian usaha kecil. Secara tidak

langsung mahasiswa asing ini juga menjadi duta pariwisata bagi Bali dan Indonesia,

di mana banyak dari teman dan keluarga yang datang berkunjung selama mahasiswa

tersebut belajar di Dhyana Pura.

Program Educational Tourism di Undhira yang diminati oleh mahasiswa

asing dapat dilihat dari jumlah mahasiswanya yang berpartisipasi dari tahun

akademik 2008/2009 sampai 2012/2013 terlihat pada Tabel 1.1

Page 8: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

8

Tabel 1.1 Jumlah Mahasiswa Asing yang Kuliah di Universitas Dhyana

Pura

Tahun

Asal Negara

2008/2009

(Orang)

2009/2010

(Orang)

2010/2011

(Orang)

2011/2012

(Orang)

2012/2013

(Orang)

Belanda 22 16 27 26 32

Jerman - - 2 5 6

Swedia - - 2 4 6

Timor

Leste

4 - - 4 13

Lainnya - - 2 2 1

Total 26 16 33 41 58

Sumber : Program Internasional Undhira, Agustus 2012

Dari Tabel 1.1 menunjukkan adanya peningkatan jumlah mahasiswa dari tahun ke

tahun, walaupun di tahun 2009 terjadinya penurunan dikarenakan adanya kebijakan

dari Inholland University yang hanya memberikan ijin kepada mahasiswa program

studi tertentu untuk terlibat dalam program Intrapreneurship in Another Perspective.

Di samping itu adanya pengaruh ekonomi yang berdampak bagi mahasiswa yang

berasal dari Timor Leste, sehingga pengiriman mahasiswa ke Bali baru dapat

dilanjutkan pada tahun 2011.

Ketika program Educational Tourism berjalan dengan baik, tiba-tiba program

ini harus dihentikan dari pihak Inholland University di Belanda dikarenakan

terjadinya krisis ekonomi yang melanda negara-negara bagian di Eropa terutama

Belanda. Kerjasama yang telah digalang dengan Inholland University dari tahun

2008 harus dihentikan walaupun peminat program ini semakin banyak. Sampai ada

Page 9: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

9

mahasiswa yang masuk dalam kategori waiting list. Namun dikarenakan kebijakan

pajak pada institusi maka dicapai kesepakatan bahwa program ini diberhentikan

untuk sementara waktu. Walaupun demikian Undhira tetap berusaha menggalang

kerjasama dengan pihak lain seperti Heilbronn Universitas di Jerman dan Dalarna

University di Swedia untuk tetap memberikan program yang sama karena banyak

mahasiswa dari universitas-universitas tersebut termasuk dalam nama-nama yang

tercantum dalam waiting list.

Selain itu adanya dugaan bahwa program dan pelayanan yang diberikan oleh

Undhira terhadap mahasiswa asing tersebut kurang berkualitas, sehingga pihak

Inholland Universitas menghentikan sementara, walaupun banyak mahasiswa yang

sudah mendaftar dan masuk daftar waiting list. Tentu saja Undhira juga tidak boleh

hanya bergantung kepada pangsa pasar Eropa walaupun saat ini program ini

termasuk program internasional unggulan. Oleh karena itu, Undhira perlu

merumuskan strategi-strategi dan program-program pemasaran yang tepat untuk

menjaring pasar bukan saja di Eropa, tetapi juga pasar pendidikan Asia, Amerika

maupun dalam negeri sendiri, sehingga program Educational Tourism dapat

berkesinambungan dan dapat diterima oleh seluruh mahasiswa dari berbagai

kebangsaan, mengingat penambahan ilmu baik budaya, sosial, maupun sektor lain

penting bagi setiap orang terutama para mahasiswa. Disisi lain dengan

dilaksanakannya program semacam ini secara terus menerus, pariwisata Bali juga

Page 10: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

10

akan meningkat dan akan dikenal di seluruh dunia dengan keunikan, baik budaya,

adat – istiadat, maupun alamnya yang indah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perlu ditelaah fasilitas

pendukung dari pelaksanaan program Educational Tourism di Universitas Dhyana

Pura, sehingga wisatawan juga dapat ikut melestarikan budaya dan lingkungan Bali.

Oleh karena itu dalam penulisan ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana fasilitas pendukung pelaksanaan program Educational Tourism

dan program unggulan yang telah terlaksana di Universitas Dhyana Pura?

2. Bagaimana formulasi strategi pemasaran yang tepat untuk dapat

mengembangkan program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura?

3. Bagaimana formulasi strategi alternatif dan program – program pemasaran

yang tepat untuk dapat mempromosikan program Educational Tourism di

Universitas Dhyana Pura?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada hakekatnya, penelitian merupakan aktifitas seseorang untuk

memperoleh keterangan di dalam rangka memperoleh fakta dengan menggunakan

metode-metode ilmiah. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan atau untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Segala kegiatan penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk menemukan strategi

pemasaran yang tepat terhadap program Educational Tourism.

Page 11: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

11

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fasilitas pelaksanaan

program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura. Selain itu peneliti juga

akan mengkaji potensi yang dimiliki oleh program ini sebagai suatu daya tarik calon

mahasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Dhyana Pura

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan fasilitas pendukung dari pelaksanaan program

Educational Tourism dan program unggulan yang telah terlaksana di

Universitas Dhyana Pura.

2. Memformulasikan strategi pemasaran yang perlu dilakukan dalam

pengembangan Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura.

3. Memformulasikan program pemasaran alternatif dan program-program

pemasaran yang tepat sehingga dapat mempromosikan program Educational

Tourism di Universitas Dhyana Pura.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang

bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara teoritis maupun praktis.

Page 12: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

12

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman terhadap

pentingnya potensi mahasiswa sebagai wisatawan yang memiliki minat khusus dalam

menunjang kepariwisataan di Bali.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Universitas Dhyana Pura

dan bentuk kerjasamanya terhadap Perguruan Tinggi asing. Di samping itu juga

memberikan pemahaman kepada pihak pemerintah tentang kegiatan atau program

belajar dan berwisata (Educational Tourism) sebagai salah satu komponen penting

dalam pengambilan keputusan untuk memajukan program Edukasi sekaligus

pariwisata di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Page 13: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Dalam bab ini diuraikan beberapa hasil penelitian yang dianggap relevan

dengan penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan strategi pemasaran di bidang

kepariwisataan. Penelitian Arcana (2008) yang berjudul “Strategi Pemasaran Industri

Restoran Untuk Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan Makan Malam di

Kawasan Pariwisata Ubud, Kabupaten Gianyar Bali“ Matriks Internal Eksternal dan

analisis SWOT berhasil memformulasikan dan merumuskan strategi pemasaran

Industri Restaurant di Kawasan Pariwisata Ubud dengan diadakannya “Hold and

Maintain Strategy” atau strategi “Jaga dan Pertahankan” dalam artian menjaga dan

mengembangkan secara maksimal potensi segmen pasar wisatawan domestik, pasar

ekspatriat dan pebisnis asing di Bali, dan pasar dari segmen masyarakat lokal

golongan menengah ke atas. Hal ini merupakan strategi penetrasi pasar, strategi

pengembangan produk dan strategi pengembangan pasar secara terbatas.

Untuk strategi alternatif yang mendukung strategi utama adalah strategi

membuat kreasi produk-produk makanan berbahan lokal organik sehat dengan

kemasan berstandar internasional. Industri restoran juga harus bisa mempertahankan

desain arsitektur dan dekorasi bercorak tradisional Bali sehingga memiliki keunikan

yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang dan menikmati makanan di

Page 14: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

14

restorant. Persamaan tulisan Arcana dengan penelitian ini adalah adanya kesamaan

teoritis yang sama-sama membahas suatu strategi pemasaran dalam bidang

kepariwisataan, sedangkan perbedaannya adalah lokasi dan usaha yang diteliti.

Tesis yang ditulis oleh Agus Jaya Sadguna (2010) yang berjudul “Strategi

Pengembangan ISI Denpasar Sebagai Daya Tarik Wisata Kampus Di Bali” bertujuan

untuk mengkaji potensi dan strategi pengembangan kampus di mana ISI sebagai

satu-satunya institusi negeri yang mengajarkan seni di Bali dan dijadikan sebagai

wisata alternatif. Ide pada penelitian tersebut dijadikan referensi di dalam penelitian

yang akan dilakukan, di mana menggunakan kampus dan segala kegiatannya untuk

menarik minat wisatawan yang memiliki minat khusus. Program dapat digunakan

sebagai daya tarik wisata dan mengembangkannya sesuai dengan strategi yang sesuai

dengan potensi yang dimiliki.

Perbedaan penelitian Agus Jaya Sadguna dan penelitian ini adalah tempat

pelaksanaan jenis wisata tersebut. Agus Jaya Sadguna menyatakan bahwa wisata

kampus dalam penelitiannya dilaksanakan semua di areal kampus ISI. Sedangkan

dalam penelitian ini, hanya akomodasi dan tempat belajar saja yang dilakukan di

Universitas Dhyana Pura, namun program excursion, praktek, dan penelitian

dilakukan di luar kampus sehingga mahasiswa juga melihat kegiatan semua aspek

sosial diluar kampus. Perbedaan lainnya bahwa menekankan pada strategi

pengembangan produk seni budaya sedangkan penelitian ini menekankan pada

Page 15: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

15

strategi pemasaran produk Educational Tourism dengan perspektif yang berbeda dari

setiap mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda.

Adanya persamaan analisis yang digunakan, di mana sama-sama

menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui strategi yang tepat baik

pengembangan maupun pemasaran yang harus dilakukan. Namun dari pemakaian

teori berbeda, karena pada penelitian Agus Jaya Sadguna menggunakan teori

perencanaan dan komodifikasi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori

pemasaran dan teori adaptasi akulturasi.

Penelitian Davidson (2010) dalam “International Education Visitation –

Tourism Opportunities” mengemukakan bahwa mengenyam pendidikan adalah

alasan utama bagi mahasiswa internasional lakukan di Australia. Selama mereka

melakukan studi, mereka juga menggunakan kesempatan dalam waktu luang mereka

untuk melakukan traveling antar state / negara bagian di Australia. Dalam penelitian

Davidson dilakukan penelitian mendalam terhadap karakteristik traveling mahasiswa

dari Cina, India, Korea, dan Eropa. Pengeluaran selama kegiatan bersenang-senang

(leisure) semasa mereka mengenyam pendidikan di Australia menjadi peluang besar

bagi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan perkapita dari sektor pariwisata,

sehingga pemerintah terus mendorong segala sektor, baik sektor pendidikan maupun

sektor lainnya untuk mempromosikan kegiatan pendidikan baik short course maupun

pendidikan formal di Australia.

Page 16: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

16

Metodologi yang digunakan dalam penelitian Davidson (2010) adalah

membagi fokus group menjadi delapan group, di mana masing-masing group

diwakili oleh senior manager yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang

mendalam pada masing-masing bidang di industri pariwisata dan pendidikan.

Sedangkan pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah mencari fakta-fakta

yang berkaitan dengan pendapat responden mengenai faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal yang berkaitan dengan pemasaran program.

Jenis pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan yang

didapatkan dari hasil data pengumpulan oleh delapan fokus grup. Data sekunder

didapat melalui survei online yang dilakukan oleh para pendidik ataupun lembaga

pelatihan international. Penelitian ini sama-sama menggunakan survei online yang

akan dikirim melalui email para alumni program Educational Tourism di Universitas

Dhyana Pura untuk mengetahui pandangan mereka terhadap kualitas fasilitas

pendukung program yang telah berjalan selama ini. Di samping itu sesuai dengan

hasil dari penelitian Davidson, data karakteristik mahasiswa sesuai dengan asal

negara mereka masing-masing terutama yang berhubungan dengan tingkat

pengeluaran baik dalam pendidikan maupun berwisata dapat dijadikan pertimbangan

untuk mencari pangsa pasar baru program Educational Tourism di Universitas

Dhyana Pura.

Tesis Pica (2012) yang berjudul Strategi Pemasaran Lembaga Pendidikan

SMP Swasta di Denpasar melakukan penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 20

Page 17: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

17

responden menggunakan pendekatan teoritis strategi pemasaran, konsep pemasaran,

alat strategi pemasaran yaitu bauran pemasaran yang disebut 7P (product, price,

place, promotion, people, process, dan physical evidence) sebagai faktor-faktor

internal pemasaran sedangkan faktor-faktor eksternal pemasaran terdiri atas politik,

ekonomi, dan sosial. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk melihat

potensi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga menghasilkan strategi

yang tepat untuk memasarkan SMP AMI.

Walaupun penelitian ini sama-sama mengkaji akan kekuatan, kelemahan,

ancaman, dan peluang untuk mencari strategi pemasaran yang tepat, namun

penelitian ini meneliti lebih dalam dengan menggunakan metode analisis data

matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT untuk mengidentifikasi strategi dan

selanjutnya dapat menghasilkan strategi alternatif yang paling tepat untuk

memasarkan program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura.

Dari penelitian di atas, dapat dibuat suatu perbandingan yang menunjukkan

analisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dengan indikator-indikator

variabel yang cukup beragam. Perbedaan variabel-variable dan indikator-

indikatornya mencerminkan adanya fokus permasalahan yang berbeda dari masing-

masing penelitian tersebut termasuk adanya perbedaan landasan teori yang

digunakan.

Page 18: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

18

2.2 Konsep

Konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah konsep strategi

pemasaran pemasaran pada pariwisata minat khusus di sektor pendidikan.

2.2.1 Konsep Pemasaran

Pemasaran termasuk salah satu aktivitas yang dapat membantu suatu

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Tujuan aktivitas pemasaran adalah untuk

meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan cara memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen. Pemasaran tidak sekedar menyampaikan produk

dari perusahaan kepada konsumen, tapi lebih dari itu . Proses pemasaran mencakup

segmentasi pasar, menentukan target konsumen yang berpotensi menggunakan

produk perusahaan, memilih dan menetapkan posisi pada sasaran. Pada saat ini

umumnya perusahaan dapat bertahan di pasar dengan segala persaingan yang

dihadapinya karena memiliki fokus kepada konsumen (customer oriented).

Definisi pemasaran menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh,

dkk (2000:9) adalah : “Suatu proses sosial dan manajerial di mana individu atau

kelompok dapat memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan

pihak lain.”

Konsep dasar pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2001:7) erat

berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan permintaan. Hal ini dapat dilihat dalam

Gambar 2.1 mengenai konsep-konsep pemasaran inti.

Page 19: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

19

Gambar 2.1 Konsep-konsep dasar pemasaran inti

Gambar 2.1 apabila dikaitkan dengan penulisan ini adalah pemasaran inti

sangat bergantung dari pasar, yaitu para mahasiswa asing yang memiliki keinginan

untuk mempelajari aspek sosial budaya yang ada di Bali. Kebutuhan akan

pengetahuan bukan hanya program studi yang didalami namun juga pengetahuan dari

aspek-aspek pendukung lingkungan yang dirangkaikan dengan waktu untuk berlibur

selama di Bali. Hal ini merupakan keinginan dan permintaan dari mahasiswa

tersebut. Oleh karena itu, Universitas Dhyana Pura menggunakan kesempatan ini

untuk memasarkan produk program Educational Tourism yang didukung oleh

fasilitas dan jasa penunjang dari adanya program tersebut. Dilihat dari produk dan

jasa yang dimiliki, mahasiswa dapat memberikan feedback akan kualitas yang di

dapatkan dan kepuasan yang di rasakan.

Disini adanya hubungan antara pertukaran dan relational. Di mana para

kebutuhan dan keinginan para mahasiswa terpenuhi dan disisi lain Universitas

Kebutuhan, keinginan,

dan permintaan

Produk dan jasa

nilai kepuasan

dan kualitas

Pertukaran, transaksi

dan relasional

Pasar Konsep-

konsep

pemasaran

inti

Page 20: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

20

Dhyana Pura mendapatkan keuntungan baik dari segi finansial maupun pemasaran

untuk memasarkan program International di negara asal masing-masing mahasiswa.

2.2.2 Konsep Strategi Pemasaran

Setiap fungsi manajemen memiliki peranan dan kontribusi tertentu dalam hal

penyusunan strategi pada setiap levelnya. Pemasaran merupakan fungsi yang

memiliki kontak eksternal yang paling besar, walaupun perusahaan memiliki kendali

yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh sebab itu pemasaran memainkan

peranan penting dalam pengembangan strategi.

Morrison (2002:205) menyatakan bahwa strategi pemasaran adalah:

“Marketing strategy is the selection of a course of action from among several

alternatives that involves specific customer groups, communication methods,

distribution channels, and pricing structures. As most experts would say, it is a

combination of target markets and marketing mixes”.

Arti dari pernyataan tersebut adalah strategi marketing merupakan kumpulan

tindakan dari berbagai kegiatan alternatives yang melibatkan kelompok pelanggan

khusus, metode komunikasi, saluran distribusi, dan struktur penentuan harga. Begitu

juga kebanyakan ahli mengatakan bahwa ini merupakan kombinasi dari pangsa pasar

dan bauran pemasaran.

Dalam penentuan strategi pemasaran, perusahaan memutuskan target

konsumen mana yang akan dilayani melalui segmentasi dan penetapan target dan

bagaimana cara perusahaan melayaninya melalui diferensiasi dan positioning.

Page 21: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

21

Reid dan Bojanic (2006:175-177) menyatakan ada empat konsep dalam

memformulasikan strategi pemasaran dalam hubungannya dengan pengelolaan

produk baru yang sudah ada pada pasar yang baru, yaitu:

1. Strategi penetrasi pasar, yaitu strategi fokus pada penjualan bauran pelayanan

dan produk pada target yang telah ada. Dalam upaya peningkatan pendapatan,

manajemen berusaha menaikkan harga dan membangun pasar sesuai dengan

kebutuhan pasar dan yang diminati oleh konsumen.

2. Strategi pengembangan produk baru adalah sebuah ide pengembangan produk

baru pada pasar yang telah ada dan biasanya digunakan dalam dunia

pariwisata. Tidak ada suatu usaha dalam industry pariwisata bisa bertahan

lama tanpa perubahan dalam waktu lama dan mengharap keuntungan.

Perubahan pasar, kebutuhan dan pelanggan yang sering kali berubah

diharapkan dapat dicermati dari para pelaku pariwisata dalam rencana

pengembangannya.

3. Strategi pengembangan pasar yaitu strategi yang fokus terhadap

pengembangan pasar baru baik produk dan pelayanan yang telah ada. Selaras

dengan hal ini lembaga-lembaga pendidikan dapat melakukan ekspansi

terhadap pangsa pasar yang baru.

4. Strategi diversifikasi merupakan strategi pengenalan produk dan pelayanan

yang baru terhadap pangsa pasar yang baru. Strategi ini menawarkan potensi

Page 22: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

22

jangka panjang, tetapi strategi ini juga memiliki tingkat resiko yang sangat

tinggi.

Implementasi konsep ini sangat penting digunakan agar mampu memberikan

keuntungan dan kepuasan pada wisatawan khususnya mahasiswa asing sesuai dengan

produk yang dimiliki yaitu produk Educational Tourism sehingga program

pemasaran yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan seefisien mungkin.

2.2.3 Educational Tourism

Flavin (1996) dalam bukunya Kurt Hahn’s School and Legacy mengatakan

bahwa “Surviving in the wilderness and surviving in a complex society requires

similar basic character traits” dalam artian bertahan hidup di alam bebas dan

bertahan hidup di masyarakat dengan permasalahan kompleksnya memiliki ciri-ciri

yang sama. Kurt Hahn sebagai penemu Outward Bound yang merupakan program

pendidikan informal menitik beratkan pada bagaimana pelajar dapat belajar apabila

dapat terjun langsung ke masyarakat maupun alam bebas.

Berdasarkan website Wikipedia, Wisata pendidikan berkembang dikarenakan

semakin populernya belajar mengajar suatu pengetahuan dengan meningkatkan

kompetensi teknik di luar lingkungan kelas. Dalam wisata pendidikan, fokus utama

adalah studi lapangan atau rekreasi termasuk mengunjungi negara lain untuk belajar

tentang budaya atau menerapkan ketrampilan yang dipelajari di dalam kelas dengan

lingkungan yang berbeda.

Page 23: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

23

Ritchie (2003) mendefinisikan Educational Tourism adalah aktivitas

pariwisata yang dilakukan oleh wisatawan yang mengambil liburan sehari dan

mereka yang melakukan perjalanan untuk pendidikan dan pembelajaran sebagai

tujuan utama ataupun kedua. Hal ini termasuk pendidikan umum mengenai

pariwisata dan studi tours dewasa, siswa sekolah maupun mahasiswa dari suatu

sekolah umum maupun perguruan tinggi, termasuk di dalamnya sekolah-sekolah

bahasa, program pertukaran siswa. Educational tourism dapat dilakukan secara

independent maupun diorganisasi secara formal dan dapat dilaksanakan di alam luar

atau lingkungan buatan tangan manusia.

Ankomah, et al (1992) dalam kutipan mengatakan bahwa Terminologi dari

Education Tourism atau Edu-tourism adalah “program di mana partisipannya

mengadakan perjalanan ke suatu lokasi dalam berkelompok dengan tujuan utamanya

untuk mendapatkan pengalaman melalui pembelajaran secara langsung dengan

masyarakat di lokasi tersebut”

Ditambahkan oleh Gibson bahwa pembelajaran tersebut terdiri dari beberapa

sub pokok termasuk ecotourism, warisan budaya pariwisata, pedesaan atau pertanian

pariwisata, dan pertukaran mahasiswa antara institusi pendidikan.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Educational Tourism adalah

program di mana para wisatawan yang ingin berwisata sekaligus memenuhi

kebutuhan pendidikan mereka sesuai dengan minat yang mereka miliki. Dalam hal

ini, mahasiswa yang tergabung dalam Program Educational Tourism di Universitas

Page 24: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

24

Dhyana Pura akan dapat bertahan apabila dapat berinteraksi dengan lingkungan,

masyarakat luas dengan segala permasalahan yang ada sekaligus menikmati hal-hal

yang dialami sebagai suati kesenangan untuk dapat mempelajari sesuatu yang

berbeda.

2.2.4 Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu dari industri terbesar baik di negara maju

maupun negara berkembang. Perkembangan pariwisata telah dipicu dari

perkembangan masyarakat yang ingin menikmati waktu luang selaras dengan

pendapatan yang diperoleh dan keinginan untuk keluar dari rutinitas melalui hal yang

menyenangkan yang dapat dilakukan oleh masyarakat lokal maupun mancanegara.

Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu

aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian terpenting dari kebutuhan dasar masyarakat

maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang.

Definisi pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006:1) sebagai berikut:

Pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa, yang sangat

kompleks. Ini terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan

individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan dan sebagainya.

Sementara Marpaung (2002:13) mendefinisikan pariwisata sebagai:

Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan

keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktifitas

Page 25: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

25

dilakukan selama wisatawan tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk

memenuhi kebutuhannya.

Definisi pariwisata menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009

“Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan

Pemerintah Daerah”

Jadi pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan manusia ke daerah

yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam waktu paling tidak satu malam

dengan tujuan perjalanannya bukan untuk mencari nafkah, pendapatan atau

penghidupan di tempat tujuan.

Batasan pariwisata menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani

(2007:13-14) sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang

dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi:

a. Wisata Agro; dapat dikatakan sebagai tren baru pariwisata yang erat kaitannya

dengan kegiatan industry pertanian, misalnya wisata tani, yakni para wisatawan

ikut dalam proses penanaman padi dan memandikan kerbau/sapi ke sungai.

b. Wisata Belanja; dilakukan karena keunikan barang yang ditawarkan atau bagian

dari jenis pariwisata lain, misalnya pasar Sukawati dengan pusat perbelanjaan

oleh-oleh khas Bali di Sukawati, Gianyar.

c. Wisata Budaya; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi,

misalnya, budaya Omed-Omedan yang artinya tarik-menarik yang dilakukan di

Page 26: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

26

Banjar Kaja Sesetan, Bali di mana ritual ini hanya dilakukan setelah pelaksanaan

Catur Brata Penyepian yang merupakan luapan kebahagiaan anak-anak muda di

hari Ngembak Geni. Ritual ini juga dipercaya sebagai wujud solidaritas dan

persatuan masyarakat untuk saling memberi dan meminta baik dalam keadaan

suka maupun duka.

d. Wisata Iklim; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar

dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain

hanya untuk mencari iklim atau cuaca yang diinginkan, contohnya masyarakat di

Amerika menghabiskan waktu liburannya di Veil di Colorado untuk main sky

atau snowboard. Begitu juga ketika musim salju di Australia, masyarakat negara

tersebut akan menghabiskan waktu musim dingin dengan berjemur di pantai-

pantai di Bali.

e. Wisata Karya; kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para wisatawannya

berkunjung dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya:

peninjauan/inspeksi daerah, lapangan. Maksud kedatangan seseorang atau

sejumlah orang di suatu Daerah Tujuan Wisata memang untuk melaksanakan

tugas profesi/pekerjaannya, namun dalam waktu senggang, atau sengaja

diacarakan, mereka melakukan rekreasi atau kunjungan wisata ke beberapa

objek.

f. Wisata Kesehatan; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit.

Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuh. Misalnya

Page 27: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

27

berkunjung ke Kintamani, di mana terdapat pemandian air panas yang diyakini

dapat menyembuhkan suatu penyakit.

g. Wisata Konvensi/Seminar; dilakukan dengan sengaja memilih salah satu daerah

tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya

pengembangan daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi yang

tempat penyelenggaraan suatu konvensi, baik nasional maupun internasional,

sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah mempromosikan suatu daerah

tujuan wisata.

h. Wisata Niaga; berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha perdagangan).

Wisatawan datang karena ingin berbelanja di mana barang-barang yang dibeli

akan dapat dijual kembali di tempat asalnya. Namun di waktu luang mereka

gunakan untuk melakukan wisata, bahkan menjadi kebiasaan bahwa berwisata

digunakan sebagai media berniaga mengadakan pertemuan, perundingan, dan

transaksi niaga.

i. Wisata Olah raga; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga,

misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olah Raga Nasional,

Olympicsm atau sekedar pertandingan persahabatan. Para wisatawan adalah para

olahragawan, penontonm dan semua yang terlibat dalam peristiwa olahraga.

j. Wisata Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi; dilakukan untuk berlibur, mencari

suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati

keindahan alam, meluangkan waktu untuk melepaskan diri dari rutinitas sehingga

Page 28: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

28

kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata diharapkan dapat

pulih kembali. Biasanya wisatawan dalam tipe ini mencari suasanya yang lain

daripada lingkungan sehari-harinya.

k. Wisata petualangan; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya menantang

kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata

petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan

berbagai atraksi yang menantang dan kadang-kadang mengundang resiko.

Misalnya: arung jeram, panjat tebing, terjun gantung (bungy jump).

l. Wisata ziarah; dalam kaitannya dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat

ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu. Misalnya mengunjungi Candi

Borobudur pada hari raya Waisak atau berziarah ke taman makam pahlawan

untuk mengenang tokoh-tokoh atau pahlawan bangsa.

m. Darmawisata; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan

dengan pelaksanaan darma di luar ruangan atau ekskursi, atau melaksanakan

pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari-hari.

n. Widiawisata (pendidikan); perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan

pendidikan, dilakukan utnuk mempelajari seni budaya rakyat mengunjungi dan

meneliti cagar alam dan atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu

selama waktu waktu tertentu, misalnya: tugas belajar.

Menurut James J. Spillane (1994: 28 – 30) terdapat empat pendekatan di

dalam pariwisata yang muncul secara kronologis, yaitu:

Page 29: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

29

1) Pendekatan Advocasy.

Pendekatan ini mendukung parwisiata dan menekankan keuntungan ekonomis

dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macam-

macam kegiatan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh

devisa asing yang dibutuhkan bagi pembangunan.

2) Pendekatan Cautionary

Pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata banyak mengakibatkan banyak

kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek sosial – ekonomi, seperti

menimbulkan lapangan kerja musiman dan pegawai rendahan, mengakibatkan

kebocoran devisa asing, menyebabkan komersialisasi budaya, serta

menyebabkan berbagai macam konflik.

3) Pendekatan Adaptacy

Pendekatan ini menyebutkan agar pengaruh negative pariwisata dapat dikontrol

dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang selama ini

sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan

negara atau daerah tujuan wisata. Cara berpikir baru ini berdasarkan pandangan

bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks.

4) Pendekatan Developmental

Pendekatan developmental atau sering disebut pendekatan alternatif ini

menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat

tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut. Dapat

Page 30: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

30

dipercaya bahwa perkembangan tersebut sebetulnya mempengaruhi pilihan

wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian juga kehidupan

mereka di daerah tujuan wisata atau bentuk alternative pariwisata ini

mempengaruhi jurang pemisah antara hal dan kewajiban dari tamu, tuan rumah

dan perantaranya.

Menurut Ritchie (2003) penulis dalam Educational Tourism, pendekatan

yang tepat adalah pendekatan adaptacy dan pendekatan developmental. Pendekatan

adaptacy dapat dilihat dari pengaruh pariwisata dapat dikontrol dari komersialisasi

budaya menjadi pembelajaran budaya bagi mahasiswa asing yang menonton di mana

suatu budaya dipertunjukkan.

Pendekatan developmental dapat dilihat dari segi pendidikan dan

pembelajaran dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah. Ketika

mahasiswa mengadakan praktek lapangan dan harus menginap di rumah penduduk

maka mahasiswa dapat mempelajari aspek sosial maupun budaya dari lingkungan

tersebut. Interaksi antara tuan rumah dan tamu dapat terjadi, dan tentu saja tuan

rumah akan mendapatkan hal positif dari mahasiswa tersebut, contohnya:

pembayaran kamar dan secara langsung dapat dilakukan komunikasi dalam bahasa

asing.

Page 31: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

31

2.2.5 Pemanfaatan Alam Sebagai Atraksi Wisata Program Edukasi

Wisatawan yang berkunjung belakangan ini memiliki kecenderungan tidak

hanya menikmati keunikan sosial budaya tetapi juga perhatiannya terhadap

lingkungan semakin meningkat (Sudibya. 2002).

Pada dasarnya ekosistem dengan segala sumber daya alam yang terkandung

di dalamnya merupakan atraksi yang dapat dikembangkan baik untuk obyek wisata

maupun tempat pembelajaran. Di samping itu semakin beragam kegiatan wisata alam

semakin banyak pula membutuhkan atraksi (Fandeli, 2001)

Pendapat dari kedua sumber di atas menyimpulkan bahwa alam berperan

penting sebagai sumber daya dalam kepariwisataan. Alam yang indah dan langka

akan menjadi daya tarik wisatawan dan selanjutnya daya tarik tersebut dijadikan

sebagai atraksi wisata alam.

Berkaitan dengan hal tersebut program Educational Tourism di Universitas Dhyana

Pura menyelipkan pemanfaatan alam sebagai bagian dari program, di mana

pendidikan international dan pengalaman yang didapatkan di negara bukan asal

mahasiswa adalah suatu keharusan bagi siswa untuk memahami masyarakat lokal

dan membuat mereka menjadi lebih bertanggung jawab yang mampu

mengembangkan pikiran-pikiran baru dan ide-ide untuk melestarikan bumi sebagai

planet yang lebih sehat bagi dirinya dan generasinya.

Beberapa hari dalam pelaksanaan program mengambil tempat di daerah

Singaraja tepatnya di Lovina. Mahasiswa melakukan observasi tentang produk-

Page 32: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

32

produk ekowisata dengan mengoptimalisasi kegiatan masyarakat lokal dan sumber

daya alam sebagai daya tarik wisatawan di daerah Singaraja. Selanjutnya mahasiswa

melaksanakan program Outward Bound sesuai dengan teori pelaksanaan Outward

Bound dari Kurt Hahn dalam buku yang dikarang oleh Flavin (1996) yang

mengatakan bahwa “Only by placing students in new situations and new places –

where known pictures of the world don’t match the reality that they know – will

emerge truly new, creative and innovative ideas”

Artinya bahwa hanya dengan menempatkan siswa dalam situasi baru dan tempat-

tempat baru di mana dunia tidak sesuai dengan kenyataan yang ada maka akan

muncul ide-ide yang benar-benar baru, kreatif dan inovatif.

2.2.6 Wisatawan

Wisatawan memiliki berbagai minat, harapan, karakteristik, sosial, ekonomi,

budaya dan sebagainya. Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan

(tourist). Menurut United Nation Conference on Travel and Tourism dalam Pitana

dan Gayatri (2005:42) yaitu “setiap orang yang mengunjungi negara yang bukan

merupakan tempat tinggalnya untuk berbagai tujuan, tetapi bukan untuk mencari

pekerjaan atau penghidupan dari negara yang dikunjungi.”

Menurut Soekadijo (2000), wisatawan adalah pengunjung di negara yang

dikunjunginya setidak-tidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan

motivasi:

Page 33: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

33

1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur, untuk alasan

kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.

2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.

3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai

utusan (ilmiah, administrative, diplomatik, keagamaan, olahraga, dan

sebagainya).

4. Dalam rangka pelayaran pesiar, juga kalau wisatawan tinggal kurang dari 24

jam.

Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wisatawan merupakan orang yang

bepergian lebih dari 24 jam untuk mengisi waktu senggangnya untuk memenuhi

kepuasan dirinya sendiri.

2.2.7 Pariwisata Minat Khusus

Paul Williams (2010) yang menyatakan bahwa konsumen pariwisata yang

baru, atau boleh dikatakan wisatawan masa kini, sangat berbeda dengan pariwisata

masal yang hanya memiliki satu tujuan perjalanan. Khususnya, wisatawan masa kini

menginginkan adanya segmentasi baru yang lebih fleksibel, keterlibatan dan

partisipasi.

Menurut Yoeti (1997) satu dari tiga daya tarik pariwisata adalah daya tarik

minat khusus, di mana pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan

mengunjungi objek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata olah raga, wisata

rohani, wisata kuliner, wisata belanja, wisata pendidikan. Demikian juga dalam jenis

Page 34: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

34

dan macam pariwisata apabila pariwisata dilihat dari alasan tujuan perjalanannya

adalah business, berlibur, dan belajar (educational).

Suara Pembaruan.com pada tanggal 22 Juni 2012 dalam headlinenya berjudul

“Wisata Minat Khusus Menjadi Tren” mengatakan bahwa Pariwisata kini menjadi

tren perubahan paradigm, dari wisata massal menjadi wisata minat khusus. Direktur

Pengembangan Wisata Minat Khusus dan Mice Kementran Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Achyaruddin mengatakan tidak perlu lagi mengejar kuantitas namun

pariwisata Indonesia harus mampu berkwalitas. Kemenparekraf juga menambahkan

bahwa “Kualitas dapat diukur dari expenditure atau length of stay. Penilaian

expenditure dihitung dari jumlah uang yang dikeluarkan wisman saat berwisata.

Sementara length of stay diukur dari lamanya wisatawan menginap di suatu destinasi

wisata. Niche market bisa menjadi kekuatan pariwisata Indonesia.”

Di sisi lain Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparekraf,

Firmansyah menyebutkan fokus pengembangan diperlukan mengingat Indonesia

memiliki alam dan budaya yang sangat beragam dan semuanya dapat dikembangkan

sebagai wisata minat khusus. Saat ini pemerintah tengah menggalakkan wisata minat

khusus dengan tujuh tema yaitu wisata budaya dan sejarah, wisata alam dan

ekowisata, wisata olah raga rekreasi, wisata kapal pesiar, wisata kuliner dan belanja,

wisata kesehatan dan kebugaran, serta wisata konvensi, insentif, pameran, dan even.

Page 35: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

35

Wisata minat khusus ini dapat dimasukkan pada program Educational

Tourism, karena selain berjalan-jalan wisatawan juga mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman sekaligus.

2.3 Landasan Teori

2.3.1. Penawaran dan Permintaan Pariwisata

Untuk menghubungkan konsep-konsep yang ada dari konsep wisata minat

khusus, Educational Tourism di mana kegiatan yang dilakukan juga memanfaatkan

keindahan alam sebagai daya tarik program ini, maka dpat dijelaskan adanya aspek

penawaran pariwisata dan aspek permintaan pariwisata.

1 Aspek penawaran pariwisata.

Menurut Medlik, 1980 (dalam Aryanto 2005), ada empat aspek (4A) yang

harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Attraction (daya tarik). Daerah tujuan wisata (DTW) sudah tentu memiliki

suatu daya tarik baik dari alam maupun budaya dan masyarakatnya.

b. Accessable (akses). Accessable yang dimaksud adalah mudah terjangkaunya

aatau tercapainya suatu tempat tujuan wisata baik dicapai dari darat, laut,

maupun udara.

c. Ammenities (fasilitas). Amenities merupakan fasilitas penunjang sebagai

pelengkap untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan selama tinggal

pada suatu tempat selama berwisata.

Page 36: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

36

d. Anchillary (kelembagaan). Adanya lembaga pariwisata yang bertanggung

jawab dan ikut ambil bagian dalam pelaksanaan kepariwisataan dengan tujuan

wisatawan semakin sering berkunjungan dan mencari DTW apabila suatu

tempat dikategorikan sebagai tempat yang aman.

Selanjutnya Smith, 1988 (dalam Pitana, 2005) mengklasifikasikan berbagai

barang dan jasa yang harus disediakan oleh DTW menjadi enam kelompok besar,

yaitu: (1) Transportation, (2) Travel Services, (3) Accomodation, (4) Food Services,

(5) Activities and Attraction (recreation cultural/entertainment), dan (6) Retail

goods.

Inti dari kedua pernyataan di atas adalah penawaran harus dapat menjelaskan

apa yang akan ditawarkan, programnya apa, bagaimana fasilitas pendukung program,

siapa saja yang menjadi potensial pasar untuk pembelian program Educational

Tourism ini.

2. Aspek Permintaan Pariwisata

Faktor-faktor utama dan faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan

pariwisata menurut Medlik, 1980 (Aryanto, 2005) dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Harga

Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan timbal

balik pada wisatawan yang akan berkunjung ke seuatu daerah sehingga

jumlah permintaan wisatawan berkurang ataupun sebaliknya.

Page 37: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

37

b) Pendapatan

Apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan untuk memilih

daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur juga akan semakin tinggi.

Kemungkinan juga wisatawan tersebut memiliki keinginan untuk membuat

suatu usaha pada daerah tujuan wisata apabila dianggap menguntungkan.

c) Sosial Budaya

Dengan adanya sosial budaya yang tidak dapat dirasakan oleh wisatawan

tersebut di tempat lain, maka peningkatan permintaan wisata akan tinggi dan

hal ini membuat rasa keingintahuan sekaligus penggalian pengetahuan

tentang kehidupan sosial budaya yang tercermin dalam pola piker budaya

wisatawan.

d) Sosial Politik

Apabila suatu Daerah Tujuan Wisata dalam keadaan aman dan tentram maka

dampak negatif tidak akan dirasakan oleh wisatawan, namun apabila keadaan

sosial politik berseberangan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan maka

sosial politik akan sangat terasa dampaknya dan pengaruhnya terhadap

permintaan wisatawan.

e) Intensitas Keluarga

Jumlah anggota keluarga juga berperan dalam permintaan wisata hal ini dapat

diratifikasi, apabila jumlah keluarganya banyak maka keinginan untuk

Page 38: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

38

berlibur dari salah satu anggota keluarga tersebut akan semakin besar. Hal ini

dapat dilihat dari kepentingan wisatawan itu sendiri.

f) Harga barang substitusi

Di samping kelima aspek tersebut, harga barang pengganti juga termasuk

dalam permintaan, di mana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai

pengganti Daerah Tujuan Wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata

seperti: Universitas Dhyana Pura sebagai tujuan wisata Edukasi di Indonesia,

namun akibat sesuatu dan lain hal Universitas Dhyana Pura tidak dapat

memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat sebagai pelaksana

progam Edukasi Pariwisata maka wisatawan akan mengubah tujuannya ke

Universitas lain yang ada di Bali maupuan Indonesia.

g) Harga barang komplementer

Harga barang komplementer merupakan sebuah barang yang saling

membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang

saling melengkapi. Apabila dikaitkan dengan parwisata, barang

komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek

wisata lainnya.

Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang

menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan

antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat

Page 39: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

39

(financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi,

dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.

Dari kedua pendapat tersebut, aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi

dari jumlah penduduk dari suatu negara asal wisatawan, pendapatan perkapitanya,

lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan musim di suatu

negara, kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang

berkembang, keamanan dunia, sosial politik serta aspek lain yang berhubungan

dengan fisik dan non fisik wisatawan.

2.3.2 Strategi Pemasaran Jasa

Secara konseptual Sucherly (2003:219) menyatakan bahwa strategi

pemasaran jasa mencakup dua strategi utama yaitu strategi pasar (market strategy)

dan strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy) yang mana dijelaskan

sebagai berikut:

2.3.2.1 Perencanaan Strategi Pasar

Strategi pasar pada intinya menentukan segmen pasar (market segmenting)

yang akan dilayani (target market) dan posisi pasar (market positioning). Penentuan

target market sangat penting mengingat tuntutan pelanggan tidak sama, sehingga

cara pelayanannya juga menjadi berbeda. Tujuan penting dalam pemilihan target

pasar adalah mencari pasar yang paling berpeluang atau yang tingkat pesainganya

masih relatif rendah. Dalam positioning, intinya adalah menempatkan marketing mix

Page 40: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

40

dengan tujuan untuk meraih keunggulan bersaing (competitive advantage) pada

target pasar (Sucherly, 2003:219)

Menurut Morrison (2002: 179-191), ada tujuh karakter atau dasar yang

digunakan untuk menentukan pasar ke dalam suatu segmen, yaitu:

1. Geographic segmentation, yaitu membagi pasar berdasarkan pengelompokan

pelanggan yang berasal dari daerah yang sama secara geografis. Alasan-alasans

untuk memilih segmentasi ini dikarenakan definisi wilayah geografis diterima

secara universal, pasar geografis dapat diukur, dengan catatan demografi,

perjalanan, dan statistic lainnya yang menyangkut tentang pasar ini.

2. Demographic Segmentation, yaitu membagai pasar berdasarkan statistik –

statistik populasi yang umumnya dibuat melalui sensus. Informasi yang ada

dalam statistik antara lain, umur, jenis kelamin, pendapatan perkapita,

pekerjaan, ukuran keluarga, pendidikan, agama, dan faktor lainya.

3. Purpose-of-Trip Segmentation, yaitu membagi pasar berdasarkan tujuan utama

dari perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. Pertimbangan yang paling

penting dalam segmentasi ini adalah pengaruh yang begitu besar dari perilaku

wisatawan sesuai dengan tujuan perjalanannya. Secara umum tujuan perjalanan

wisatawan dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu pasar perjalanan

bisnis dan pasar perjalanan individu atau bersenang-senang.

4. Psychograpic Segmentation, pasar dibedakan berdasarkan riwayat psikologi

dari wisatawan dan gaya hidup (lifestyle) secara psikologi.

Page 41: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

41

5. Behavioral Segmentation, yaitu membagi wisatawan dengan penggunaan

kesempatan, keuntungan-keuntungan, status pengguna, penggunaan harga,

perilaku terhadap produk dan pelayanan, dan perilaku yang potensial terhadap

sebuah produk khusus.

6. Product-Related Segmentation ̧ adalah menggunakan beberapa aspek

pelayanan untuk mengklasifikasi wisatawan. Segmentasi ini serupa dengan

brand segmentatation di mana beberapa produk khusus dibuat untuk jenis

wisatawan khusus, contohnya produk Educational Tourism, Ecotourism, dan

lainnya.

7. Channel-of-Distribution Segmentation, segmentasi ini berbeda dengan ke-6

segmentasi di atas karena cara ini digunakan untuk membagi perantara-

perantara perdagangan dan perjalanan wisatawan.

Positioning yang sering disebut product positioning merupakan

pengembangan sebuah pelayanan dari bauran pemasaran untuk mengisi sebuah

tempat khusus dalam pikiran wisatawan dalam target-target pasar (Morrison,

2002:205). Ada beberapa cara berbeda untuk membuat pesan atau citra yang unik

dalam pikiran wisatawan, antara lain dengan (1) specific and general positioning,

dan (2) positioning dengan informasi nyata versus perumpamaan. Specific

positioning approach merupakan pendekatan di mana hanya dipilih satu pasar

wisatawan yang paling menguntungkan dan berkonsentrasi pada satu segmen pasar.

General positioning approach menjanjikan lebih banyak keuntungan dibandingkan

Page 42: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

42

dengan specific positioning approach di mana wisatawan harus berusaha untuk

memilih melalui iklan dan media mengenai keuntungan-keuntungan pelayanan yang

ditawarkan.

Penetapan target pasar didahului dengan mengevaluasi segmen pasar yang

berbeda baik dari ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik structural segmen,

dan tujuan serta sumber daya perusahaan. Setelah adanya hasil evaluasi dari segmen

pasar barulah dipilih segmen pasar sasaran, yaitu: pemasaran tanpa diferensiasi

(undifferentiated marketing), yang artinya perusahaan memutuskan untuk

mengabaikan perbedaan segmen pasar dan menargetkan keseluruhan pasar dengan

satu penawaran. Selanjutnya adalah pemasaran terdeferensiasi (differentiated

marketing) dimana perusahaan memutuskan untuk menargetkan beberapa segmen

pasar dan merancang penawaran terpisah bagi masing-masing segmen. Terkahir

adalah pemasaran terkonsentrasi (concentrated marketing) yang merupakan strategi

cakupan pasar di mana perusahaan mengejar pangsa pasar besar salah satu atau

beberapa segmen atau niche market.

2.3.2.2. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix Strategy)

Bauran pemasaran merupakan alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai

elemen perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning

yang ditetapkan berjalan lancar. Dalam pemasaran barang (tangible) dikenal empat

alat yaitu: product, price, place, and promotion atau the four P’s. Keempat alat

tersebut dikenal sebagai Traditional Marketing Mix. Menurut Kotler and Amstrong

Page 43: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

43

(2006:62), bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang

dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar.

Strategi Pemasaran 4 P’s menurut Kotler & Amstrong (2006), yaitu

a. Product

Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan di pasar untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen. Apapun yang dapat memuaskan konsumen

dapat disebut sebagai produk

b. Price (harga)

Harga merupakan sejumlah uang yang diperlukan untuk membayar produk dan

jasa. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa harga adalah sejumlah nilai

konsumen yang dipertukarkan untuk memiliki atau menggunakan suatu produk

atau jasa. Harga adalah satu-satunya elemen marketing mix yang menghasilkan

revenue.

c. Place (Distribusi)

Place merupakan berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang

dihasilkan atau dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar yang disasar. Bertujuan

untuk menjamin ketersediaan produk, sehingga mudah dalam mendapatkan

produk. Distribusi meliputi: channels, coverage, assortments, location,

inventori, dan transport.

d. Promotion (Promosi)

Page 44: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

44

Promosi merupakan cara perusahaan untuk melakukan komunikasi marketing.

Menurut Kotler & Keller (2009) Marketing communication mix terdiri dari 4

komponen utama yang saling berkaitan yaitu: advertising (periklanan), promosi

penjualan, public relations, dan personal selling.

Empat P dalam pemasaran menggambarkan persepsi penjual tentang alat

pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut

pandangan pembeli, masing-masing alat pemasaran harus dirancang untuk

memberikan satu manfaat bagi pelanggan. Leuterbom (dalam Kotler, 2002:18)

mengemukakan bahwa empat P penjual berhubungan dengan empat C pelanggan

yang digambarkan sebagai berikut:

Empat P Empat C

Product --------------------------- Customer Solution (Solusi Pelanggan)

Price ---------------------------- Customer Cost (Biaya Pelanggan)

Place ---------------------------- Convinience (kenyamanan)

Promotion ----------------------- Communication (komunikasi)

Morrison (2002:21) menyatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari faktor-

faktor dalam strategi pemasaran yang secara tradisional diidentifikasikan

berdasarkan penambahan faktor-faktor bauran pemasaran dari 4 P’s menjadi 8 P’s,

yaitu:

a. Product (produk)

Produk merupakan komponen yang meliputi hasil suatu barang dan jasa yang

disediakan untuk wisatawan

Page 45: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

45

b. Place (Distribusi)

Komponen place menunjuk kepada bagaimana produk maupun pelayanan dapat

disampaikan kepada wisatawan. Komponen ini sering disebut sebagai distribusi

yang berhubungan dengan lokasi, fasilitas-fasilitas, dan penggunaan perantara.

c. People (orang)

People dalam jasa pariwisata merupakan penyedia jasa yang melayani

wisatawan. People sedikitnya memiliki tiga hal yaitu service personnel, the

tourist themselves, dan local resident.

d. Price (harga)

Harga merupakan elemen penting dalam marketing mix karena harga merupakan

faktor yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke suatu destinasi

e. Packaging (Mengkemas)

Packaging berarti mengelompokkan dua elemen atau lebih dari tourism

experience ke dalam suatu produk

f. Programming

Programming memiliki kaitan dengan packaging yang melibatkan event special,

aktivitas atau program suatu produk untuk membuatnya lebih beranekaragam

dan lebih menarik.

g. Promotion

Promosi merupakan upaya untuk meningkatkan permintaan melalui

pertimbangan kebutuhan, nilai dan sikap pasar atau segmen target pasar.

Page 46: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

46

h. Partnership

Suatu hubungan yang dijalin oleh bisnis sejenis maupun tidak sejenis yang

menciptakan benefit bagi pihak-pihak tersebut.

2.3.3 Teori Adaptasi (Akulturasi)

Akulturasi sebagai salah satu bentuk proses sosial, erat kaitannya dengan

pertemuan dua budaya atau lebih. Sebagai akibat pertemuan tersebut, maka kedua

belah pihak saling mempengaruhi dan akhirnya kebudyaan mereka mengalami

perubahan bentuk.

Menurut Purwanto (2000:109-110) meyatakan bahwa ruang lingkup

pengaruh kebudayaan yang dapat dikatakan sebagai suatu akulturasi harus ditandai

oleh ketertarikan dari two or more autonomous cultural system. Perubahan yang

bersifat akulturasi dapat disebabkan sebagai akibat direct cultural transmissions, dan

mungkin juga dapat disebabkan oleh kasus-kasus mono kultural seperti ekologis,

demografis, modifikasi sebagai akibat pergeseran kebudayaan juga karena

keterlambatan kebudayaan seperti yang kemudian dilanjutkan dengan internal

adjustment setelah traits atau pola-pola suatu kebudayaan asing yang diterima. Selain

itu akulturasi juga disebabkan oleh suatu reaksi adaptasi bentuk kehidupan yang

tradisional.

Tuntutan akan terjadinya suatu kearifan dari proses akulturasi merupakan

perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat proses akulturasi, namun

diharapkan perubahan dari sebuah proses akulturasi baik sosial maupun budaya

Page 47: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

47

tidak akan tercabut dari akar budaya bangsa. Oleh karena itu maka pedoman yang

dapat menentukan arah perkembangan budaya bangsa sangatlah diperlukan.

Definisi akulturasi secara sistematik pertama kali dikembangkan oleh

Redfield Linton dan Herskovits (1936) yaitu: “Acculturation comprehends these

phenomena which result when groups of individuals having different cultures come

into continuous first – hand contact with subsequent changes in the original culture

patterns of either or both groups” (Purwanto 2000:104). Akulturasi dapat mewakili

suatu perubahan kebudayaan, yaitu sebagai jawaban atas terjadinya penyebaran

(transmisi) kebudayaan di kelompok-kelompok. Ditambahkan lagi bahwa akulturasi

juga merupakan suatu proses yang terjadi pada tingkat individu.

Dalam pada itu istilah akulturasi sering digunakan untuk membahas berbagai

hal yang berkaitan dengan penyesuaian individu terhadap suatu budaya yang baru

seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1990:91), bahwa akulturasi atau

culture contact, mempunyai berbagai arti apabila ditafsirkan oleh beberapa

antropolog tetapi dapat disimpulkan bahwa akulturasi merupakan proses sosial untuk

mengakomodasi dan mengintegrasikan unsur kebudayaan asing ke dalam

kebudayaan sendiri tanpa kehilangan kepribadian kebudayaa sendiri.

Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan akulturasi sebagai percampuran

dan kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi (KUBI

2001:24). Ditambahkan lagi oleh Suyono (1985:15) menyatakan bahwa akulturasi

merupakan pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang

Page 48: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

48

berasal dari pertemuan dua atau beberapa kebudayaan yang saling berhubungan atau

bertemu. Namun menurut Lauer (1994:403) akulturasi merupakan fenomena yang

dihasilkan sejak kedua kelompok atau individu yang berbeda kebudayaan mulai

melakukan kontak langsung yang diikuti perubahan pola kebudayaan asli dari salah

satu atau kedua kelompok.

Pendapat para ahli mengenai akulturasi dapat dipahami bahwa akulturasi lahir

apabila kontak antara kedua kebudayaan atau lebih dapat berlangsung terus menerus

dengan intensitas yang cukup. Akulturasi sebagai akibat kontak kebudayaan yang

terjadi dalam salah satu kebudayaan pesertanya tetapi dapat pula terjadi di dalam

kedua kebudayaan yang menjadi pesertanya.

2.3.4 SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu metode analisis yang paling umum

untuk menggambarkan posisi suatu perusahaan dalam lingkungan persaingan bisnis.

Analisis ini akan memberikan gambaran dan penilaian yang sistematis untuk

mengidentifikasikan masalah-masalah perusahaan dalam upaya mencapai tujuan

perusahaan di masa mendatang. Tujuan dasar dari analisis SWOT adalah untuk

mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari lingkungan luar

organisasi, dan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari

lingkungan internal organisasi (Bozac dan Tipuric, 2007), Kotler, (2005:114)

menyatakan bahwa analisis SWOT adalah alat evaluasi terhadap keseluruhan

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap perusahaan. Analisis SWOT

Page 49: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

49

adalah alat untuk menganalisa situasi yang jika dilakukan dengan benar maka akan

menghasilkan dasar yang kuat untuk merumuskan atau memformulasikan suatu

strategi (Bozac dan Tipuric, 2007).

Menurut Kurtz (2008:45), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan

strategic yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan

dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari external.

Menurut Kurtz (2008:46) step dari SWOT analisis dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Step SWOT analisis menurut Kurt (2008:46)

Para analis SWOT memberikan informasi untuk membantu dalam hal menyesuakan

perusahaan sumber daya dan kemampuan untuk menganalisa kompetitif lingkungan

di mana bidang perusahaan itu bergerak. Informasi tersebut dibuat berdasarkan

perumusan strategi dan seleksi.

Mengidentifikasi kekuatan

Sumber daya perusahaan dan kemampuan berkompetitif

Mengidentifikasi kelemahan

Sumber daya perusahaan dan kekurangan dalam

berkompetitif

Mengidentifikasi peluang pasar perusahaan

Mengidentifikasi ancaman

Eksternal dari prospek bisnis perusahaan di masa

mendatang

Tindakan untuk memperbaiki strategi

perusahaan

- Menggunakan kekuatan dan

kemampuan perusahaan sebagai

pilar strategi

- Mengejar peluang pasar yang paling

sesuai dengan kekuatan dan

kemampuan perusahaan

- Mengoreksi kelemahan dan

kekurangan yang dapat

menggagalkan pengejar peluang

pasar yang penting atau

meningkatkan kewaspadaan

terhadap kerentanan ancaman luar

- Penggunaan kekurangan perusahaan

untuk mengurangi dampak ancaman

eksternal

Page 50: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

50

1. Kekuatan/Strength

Sebuah kekuatan perusahaan di mana sumber daya dan kemampuan yang dapat

digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan competitive advantage. Contoh

dari kekuatan tersebut meliputi nama yang kuat di kenal di masyarakat, reputasi

yang baik dimata para konsumen, keuntungan yang didapat dari proram yang

ditawarkan, fasilitas, dan akses yang menguntungkan.

2. Kelemahan/Weaknesses

Kelemahan adalah sesuatu yang menyebabkan satu perusahaan kalah bersaing

dengan perusahaan lain. Kemungkinan kelemahan bagi suatu perusahaan

merupakan kekuatan dari perusahaan lainnya. Sebagai contoh yang dianggap

sebagai weakness seperti kurang terkenalnya nama di masyarakat, perusahaan

yang memiliki reputasi yang buruk di mata masyarakat, biaya program yang

tinggi, kurangnnya sumber daya manusia yang memdadai, fasilitas yang tidak

terawat, dan minimnya akses.

3. Peluang/Opportunites.

Analisis lingkungan eksternal dapat membuahkan peluang baru bagi sebuah

perusahaan untuk meraih keuntungan dan pertumbuhan. Beberapa contoh

kesempatan tersebut seperti kebutuhan konsumen yang tidak dipenuhi di pasar,

adanya penerapan teknologi baru, diterapkannya peraturan-peraturan baru

dibidang pendidikan, dan dibukanya kesempatan belajar di seluruh ASIA

(seperti yang dicanangkan dalam APEC 2015).

Page 51: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

51

4. Ancaman/Threat

Perubahan dalam lingkungan eksternal juga dapat menghadirkan ancaman bagi

perusahaan. Beberapa contoh ancaman tersebut seperti perubahan kebijakan

dalam bidang pendidikan baik dari pihak pemerintahan maupun pihak lembaga

partner dan munculnya program-program pengganti yang lebih unggul dan lebih

terkenal.

Setiap perusahaan tidak selalu harus mengejar peluang yang menguntungkan

karena dengan mengembangkan competitive advantage, ada kesempatan yang lebih

baik untuk meraih kesuksesan dengan cara mengidentifikasi sebuah kekuatan dan

kesempatan mendatang. Untuk mengembangkan strategi yang mempertimbangkan

profil SWOT. SWOT Matriks (juga dikenal TOWS Matrix) ditunjukkan pada Tabel

2.1

Tabel 2.1 SWOT/TOWS Matrix

Internal

Eksternal

Strength/Kekuatan

-

-

-

Weaknesses / Kelemahan

-

-

-

Opportunities/Kesempatan Strategi S-O

-

-

-

Strategi W-O

-

-

-

Threat / Ancaman Strategi S-T

-

-

-

Strategi W-T

-

-

-

- Strategi S-O : Mengejar peluang yang sesuai dengan kekuatan perusahaan

- Strategi W-O : Mengatasi kelemahan untuk meraih peluang

Page 52: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

52

- Strategi S-T : Mengidentifikasi cara untuk perusahaan dapat menggunakan

kekuatan untuk mengurangi ancaman luar

- Strategi W-T : Membuat rencana pencegahan ancaman luar karena

kelemahan dari perusahaan

2.4 Model Penelitian

Model penelitian ini dimulai dari pemikiran perlunya dirumuskan suatu

strategi pemasaran program yang baru untuk memasarkan program Educational

Tourism di Universitas Dhyana Pura yang dapat menguntungkan semua pihak secara

berkelanjutan. Karena telah terjadinya pergeseran minat wisatawan dari wisatawan

masal menjadi wisatawan minat khusus. Wisatawan yang memiliki minat khusus

cenderung untuk melakukan program-program yang dapat menambah pengalaman

sekaligus pengetahuannya. Di samping itu sesuai dengan Cardon (2011) dalam

jurnalnya mengatakan bahwa mahasiswa asing cenderung mencari program

pendidikan di luar negeri dikarenakan adanya nilai lebih yang diakui ketika bekerja

di suatu perusahaan, di mana dengan memiliki pengalaman luar akan memudahkan

untuk bekerja dengan aspek multicultural ditambah dengan kemampuan untuk bisa

mengerti bahasa asing.

Mengingat adanya permintaan akan pariwisata minat khusus, Universitas

Dhyana Pura sebagai Perguruan Tinggi di Bali berusaha untuk menggunakan konsep

strategi guna memasarkan program Edutourism dengan mengkaji bagaimana fasilitas

pendukung pelaksanaan program Educational Tourism di Undhira, mengkaji

Page 53: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

53

bagaimana strategi pemasaran yang tepat sehinga program dapat dikembangkan dan

mengkaji formulasi strategi alternative dan program-program pemasaran baik

sehingga dapat membantu Universitas memiliki kualitas yang lebih unggul dari

pesaing lainnya.

Untuk dapat menentukan strategi pemasaran pada program ini diperlukan

suatu analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dari pemasaran program.

Faktor – faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan program ini

disebut dengan bauran pemasaran yang terdiri dari product, place, people, price,

packaging, programming, promotion, dan partnership. Di samping itu juga perlu

dilakukan analisis faktor eksternal program yang merupakan ancaman dan peluang

dalam memasarkan program Educational Tourism ini. Faktor-faktor tersebut adalah

adanya kompetisi, penerapan teknologi yang baru, peraturan dan kebijakan yang baru

di bidang pendidikan, dan munculnya program-program yang lebih menarik

wisatawan.

Kekuatan dan kelemahan dari faktor internal akan dikaji melalui matriks

Internal Factor Analysis Summary (IFAS), sedangkan peluang dan ancaman dari

faktor eksternal akan dikaji melalui matriks Eksternal Factor Analysis Summary

(EFAS). Analisis IFA dan EFA dijadikan landasan untuk menentukan posisi

Universitas Dhyana Pura pada Matriks Internal – Eksternal (Matriks IE) sehingga

dapat dihasilkan strategi yang menitikberatkan pada kekuatan-kekuatan dan peluang

– peluang yang ada serta strategi alternatif dari program pemasaran Educational

Page 54: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

54

Tourism di Universitas Dhyana Pura yang dirumuskan melalui strategi SO, strategi

ST, strategi WO, dan strategi WT. Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Model Penelitian

Universitas Dhyana Pura

Educational Tourism

(perkembangan wisatawan minat khusus)

Lingkungan Internal 1. Product 2. Place 3. People 4. Price 5. Packaging 6. Programming 7. Promotion 8. Partnership

Matrik IFAS

Lingkungan Eksternal

1. Competition 2. Legislation and regulation 3. Economic environment 4. Technology 5. Societal and cultural

environment 6. Natural environment

Matrik EFAS

Matrik Internal – Eksternal

Strategi Alternatif

Formulasi Program Pemasaran

Educational Tourism

Rekomendasi

Fasilitas pendukung

dan program unggulan

Formulasi Strategi

pemasaran

Formulasi strategi

alternative dan program

pemasaran

Page 55: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

55

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diajukan pada pendekatan

penelitian yang dipilih adalah penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif.

Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan responden untuk memperoleh

gambaran tentang persepsi stake holder, dalam hal ini adalah pihak Rektorat,

fasilitator, dan staff terhadap pelaksanaan program Educational Tourism. Sedangkan

kualifikasi data kuantitatif diperoleh melalui proses pembobotan dan rating dari

fakta-fakta internal dan eksternal oleh respondent tersebut. Hasil analisis fakta

internal dan eksternal tersebut menjadi acuan dalam perumusan strategi pemasaran

program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Dhyana Pura (Undhira) Kabupaten

Badung, Provinsi Bali, tepatnya di Jl. Raya Padang Luwih, Banjar Tegaljaya, Desa

Dalung, 80361, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, telephon (0361)

426450/1, dengan facsimile (0361) 426452, dan email:

[email protected] (Gambar 4.1) Dipilihnya lokasi tersebut sebagai

lokasi penelitian, didasari atas pertimbangan sebagai berikut: Undhira telah

melaksanakan program Educational Tourism sejak tahun 1997, di lingkungan

tersebut juga terdapat kompetitor program sejenis namun dengan paket berbeda

Page 56: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

56

sehingga dapat dicari strategi yang tepat untuk program baik pelaksanaan maupun

pemasaran di Undhira.

Jarak antara lokasi penelitian (Undhira), dari pusat kota Denpasar sekitar + 13 Km,

namun hanya berjarak + 2.5 Km dengan pusat pemerintahan Kabupaten Badung.

Lokasi ini sangat strategis karena mahasiswa asing dapat merasakan hidup berbaur

dengan masyarakat dikarenakan dekat dengan pemukiman, di samping itu juga dekat

dengan Pantai Kuta yang menjadi daya tarik mahasiswa asing untuk terlibat dalam

program ini.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni data kualitatif adalah

data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar yang dapat diuraikan secara

rinci dan jelas untuk menarik kesimpulan tentang potensi dan peluang program

Educational Tourism serta strategi pemasarannya di Universitas Dhyana Pura, antara

lain:

3.3.1.1 Faktor Internal yaitu tempat pelaksanaan program, fasilitas kampus, produk

pendidikan dan wisata, program Edutourism, fasilitator dan staff yang terlibat

didalamnya, promosi, hubungan kerjasama, harga, dan keterlibatan

mahasiswa Undhira sendirii dalam program ini.

3.3.1.2 Faktor Eksternal yaitu peningkatan kunjungan ke Undhira, peningkatan

jumlah rekan kerjasama, digalakkannya pariwisata minat khusus oleh

Page 57: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

57

pemerintah, peningkatan kesadaran wisatawan akan berwisata sambil belajar,

globalisasi informasi, kompetitor, krisis ekonomi, peningkatan biaya-biaya

administrasi, keamanan, dan kondisi peraturan dan pelaksanaannya terhadap

mahasiswa asing.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif

meliputi faktor kekuatan, faktor kelemahan, faktor ancaman, dan faktor peluang yang

dilakukan dan dihadapi oleh Universitas Dhyana Pura. Data kualitatif meliputi: ide,

ungkapan, kesan, saran, penghargaan, pujian dan kritik dari para pemangku

kebijakan program dan fasilitator pelaksanaan program Educational Tourism di

Universitas Dhyana Pura.

Jenis data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang meliputi hasil

penilaian para pemangku kebijakan program dan fasilitator pelaksana program

Eductional Tourism di Universits Dhyana Pura.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data ada dua yaitu sumber data primer dan sekunder.

1. Sumber data primer, yaitu data yang didapat secara langsung dari Universitas

Dhyana Pura sebagai penyelenggara program pariwisata edukasi, dan bagian

International sebagai subyek penelitian baik dari pimpinan, staff administrasi,

keuangan, dosen yang ikut terlibat di dalamnya.

2. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain

yang bukan dari pihak pertama, dari referensi atau merupakan hasil

Page 58: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

58

pengumpulan orang lain dalam bentuk publikasi, laporan tahunan, maupun

company profile.

3.4 Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian ini, instrument penelitian yang akan

digunakan diantaranya adalah kamera digital untuk merekam gambar dan suara dari

objek penelitian dan juga informan. Instrumen lain yang akan digunakan adalah

pedoman wawancara (interview guideline) dan kuisioner. Pedoman wawancara dan

kuisioner ini digunakan untuk mengetahui komponen program, baik dari segi

akademik maupun non-akademik. Produk (fasilitas akomodasi dan jasa) baik harga

maupun kualitas sehingga pedoman ini dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan

dan kelemahan dari program serta ancamana dan peluang, sehingga dapat ditentukan

apa dan bagaimana strategi pemasaran yang tepat untuk digunakan dalam

memasarkan program Educational Tourism ini.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data digunakan beberapa metode antara lain:

1. Observasi, adalah pengamatan secara langsung ke lapangan dengan

menggunakan instrument panduan pengamatan. Metode ini melengkapi metode

wawancara atau dengan kata lain memvalidasi metode wawancara. Sehingga

data dan informasi yang diperoleh menjadi valid dan akurat.

Page 59: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

59

2. Wawancara secara mendalam yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab

langsung berdasarkan tuntutan pedoman wawancara dengan pimpinan dan

staff, dan para fasilitator program pada saat penelitian.

Teknik wawancara secara mendalam dilakukan untuk memperoleh data yang

tidak ditemukan pada saat observasi. Melalui wawancara ini akan dapat

diperoleh informasi lebih dalam untuk bisa menjawab permasalahan yang akan

dibahas.

3. Dokumentasi, data yang diperoleh dari berbagai dokumen resmi baik pihak

pemerintah, dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan, maupun dari pihak

swasta atau instansi yang menjadi partner dari terlaksananya program ini.

4. Penyebaran angket terstruktur kepada pemangku kepentingan untuk

mengetahui strategi-strategi kebijakan yang diambil dalam penyelenggaraan

program ini.

3.6 Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode analisis seperti Analisis

Matriks IFAS dan EFAS yang akan menghasilkan strategi (General Strategic),

selanjutnya analisis SWOT yang dibantu dengan diagram dan matrik SWOT yang

akan menghasilkan strategi alternatif dan yang terakhir adalah analisis QSPM yang

menghasilkan urutan strategi prioritas sampai yang kurang prioritas. Adapun masing-

masing metode dijelaskan sebagai berikut:

Page 60: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

60

3.6.1 Analisis Matriks IFAS dan EFAS

Analisis matriks IFAS dan EFAS merupakan metode analisis untuk mengukur

berapa pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal yang dianalisis terhadap kondisi

objek dan daya tarik wisata (program) yang dikelola oleh universitas.

1) Analisis Matriks IFAS

Setelah faktor strategi internal diidentifikasikan, maka perlu dievalusi dengan

matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) yang tampak pada tabel

3.1 dengan tahapan sebagai berikut:

1. Membuat daftar faktor-faktor internal, yaitu kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weaknesses).

2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan (pada

kolom 2) sehingga total bobot sama dengan satu.

3. Memberikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor

kekuatan dan kelemahan, yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (tidak

begitu lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat kuat). Jadi nilai (rating) mengacu

pada kondisi objek, sedangkan bobot (weight) mengacu di mana objek

berada.

4. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk

menentukan nilai skornya.

5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi objek yang

dinilai. Jika nilainya di bawah 2,5 berarti secara internal objek dapat

Page 61: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

61

dikatakan lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi

internal yang kuat.

2) Analisis Matriks EFAS

Jika telah diidentifikasi faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman,

maka dapat dilanjutkan dengan analisis faktor-faktor strategi eksternal

(Eksternal Factors Analysis Summary) yang tampak pada tabel 3.2 dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Membuat daftar faktor-faktor eksternal, yaitu peluang (opportunities) dan

ancamana (threat).

2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan sehingga

total bobot sama dengan satu

3. Memberikan perangkat (rating) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor

peluang dan ancaman yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (tidak begitu

lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat kuat). Jadi nilai (rating) mengacu pada

kondisi objek, sedangkan bobot (weight) mengacu pada di mana objek berada.

4. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk

menentukan nilai skornya.

5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi objek yang

dinilai. Jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara eksternal objek

adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan posisi

eksternal yang kuat.

Page 62: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

62

Tabel 3.1 IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

Faktor-Faktor Strategi

Internal

Bobot Rating Skor

(1) (2) (3) (4 = 2 X 3)

Kekuatan

1) …………..

2) …………..

3) ………….

4) dst)……….

Kelemahan

1) …………..

2) …………..

3) ………….

4) (dst)………….

Total 1,0

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2002

Catatan : pembobotan menggunakan metode perbandingan berpasangan

Tabel 3.2 EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) Faktor-Faktor Strategi

Eksternal

Bobot Rating Skor

(1) (2) (3) (4 = 2 X 3)

Peluang

1) …………..

2) …………..

3) ………….

4) (dst)…………

Ancaman

1) …………..

2) …………..

3) ………….

4) (dst)………….

Total 1,0

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti, 2002

Catatan : Pembobotan menggunakan metode perbandingan berpasangan

Page 63: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

63

Dari nilai total faktor internal dan eksternal, maka dilakukan plotting pada matriks

internal – eksternal berupa diagram sembilan sel, seperti tampak pada Gambar 3.1

berikut:

TOTAL NILAI IFE

Gambar 3.1 Matriks Internal – Eksternal Program Educational Tourism Universitas

Dhyana Pura

Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti, 2002

Keterangan :

IFE : Internal Factors Evaluation

EFE : External Factors Evaluation

I

Tumbuh dan bina

(konsentrasi via

integrasi vertical)

II

Tumbuh dan bina

(konsentrasi via integrasi

horizontal)

III

Pertahankan dan

pelihara (pertumbuhan

berputar)

IV

Tumbuh dan bina

(berhenti sejenak)

V

Pertahankan dan pelihara

(strategi tidak berubah)

VI

Panen atau divestasi

(kawasan terikat atau

jual habis

kewaspadaan)

VII

Pertahankan dan

pelihara (diversifikasi

konsentrasi)

VIII

Panen atau divestasi

(diversifikasi

konglomerat)

IX

Panen atau divestasi

(likuidasi)

T

O

T

A

L

N

I

L

A

I

E

F

E

Kuat 3,0 – 4,0

Sedang

2,0 – 2,99 Lemah

1,0 – 1,99 4,0

Kuat 3,0 – 4,0

3,0

Sedang

2,0 – 2,99

2,0

Lemah

1,0 – 1,99

1,0

3,0 2,0 1,0

Page 64: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

64

Rangkuti (2001) mengemukakan bahwa Matriks Internal – Eksternal pada prinsipnya

dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:

- Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan organisasi itu sendiri (sel

I, II) atau upaya diversifikasi (sel VII dan VIII).

- Stability Strategy adalah strategy yang diterapkan tanpa mengubah arah

strategi yang telah diterapkan.

- Entrenchment Strategy (sel III, VI, dan IX) adalah usaha memperkecil

atau mengurangi usaha yang dilakukan organisasi.

Sementara itu, Umar (dalam Sukaatmaja 2000;114) mengemukakan bahwa

secara prinsip Sembilan matriks Internal – Eksternal yang teridentifikasi, memiliki

tiga implikasi strategi utama, yaitu:

1. Bagi divisi-divisi yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan

sebagai Growth and Build. Strategi yang cocok bagi divisi yang berada pada

sel-sel ini adalah Intensive (market penetration, market development, dan

product development) atau Integration (backward integration, forward

integration, dan horizontal integration).

2. Untuk divisi-divisi yang berada pada sel – sel III, V, VII paling baik

dikendalikan dengan strategi Hold and Maintain. Strategi – strategi yang

dipakai yaitu strategi market penetration dan product development.

3. Untuk divisi yang berada pada sel – sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan

strategi Harvest atau Diverstiture

Page 65: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

65

3.6.2 Analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats)

Merujuk Rangkuti, 2002, analisis SWOT adalah suatu cara untuk

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan

strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT

mempertimbangkan dan membandingkan antara faktor eksternal, berupa peluang dan

ancaman dengan faktor internal, berupa kekuatan dan kelemahan, sehingga hasil

analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategi pemasaran program Educational

Tourism di Universitas Dhyana Pura.

Proses pembuatan analisis SWOT dapat dilakukan melalui delapan tahap

penentuan strategi pemasaran program Educational Tourism di Universitas Dhyana

Pura. Tahapan tersebut adalah:

1. Membuat daftar kekuatan internal program

2. Membuat daftar kelemahan internal program

3. Membuat daftar peluang eksternal program

4. Membuat daftar ancaman eksternal program

5. Menginterpretasikan dari kombinasi kekuatan-kekuatan dan peluang-peluang

kemudian catat hasilnya dalam sel strategi SO (Strengths Opportunities);

Page 66: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

66

6. Menginterpretasikan dari kombinasi kelemahan-kelemahan dan peluang-

peluang kemudian catat hasilnya dalam sel strategi WO (Weaknesses

Opportunities);

7. Menginterpretasikan dari kombinasi kekuatan-kekuatan dan ancaman-

ancaman kemudian catat hasilnya dalam sel strategi ST (Strengths Threats);

8. Menginterpretasikan dari kombinasi kelemahan-kelemahan dan ancaman-

ancaman kemudian catat hasilnya dalam sel strategi WT (Weaknesses

Threats)

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan Faktor-Faktor

Kekuatan Internal

WEAKNESSES (W)

Tentukan Faktor-Faktor

Kelemahan Internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan Faktor-Faktor

Peluang Eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan Strategi yang

mengunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan Strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

THREATS (T)

Tentukan Faktor-Faktor

Ancaman Eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan Strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang memini

malkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Gambar 3.2 Matriks SWOT

Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti, 2002

Keterangan:

1. Strategi SO (Strengths Opportunities)

Strategi SO adalah strategi yang dibuat berdasarkan jalan pikiran objek, yaitu

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

Page 67: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

67

2. Strategi ST (Strengths Threats)

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki objek

untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weaknesses Opportunities)

Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan

peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weaknesses Threats)

Strategi WT adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

3.6.3 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Analisis QSPM untuk menetapkan ketertarikan relative (relative

attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih dan

menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.

Untuk mengetahui strategi yang paling baik dapat dilihat dari hasil analisis QSPM

yang mendapat TAS (Total Score Attractiveness) yang tertinggi dari beberapa

alternative strategi yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan (Umar,

2002)

Cara membuat table QSPM adalah sebagai berikut:

1. Membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di sebelah kiri

QSPM. Informasi ini diambil dari matriks IFAS dan EFAS.

Page 68: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

68

2. Memberi bobot (weight) pada masing-masing faktor internal dan eksternal.

Bobot (weight) ini sama dengan yang ada pada matriks IFAS dan EFAS.

3. Meneliti matriks-matriks yang diidentifikasikan strategi alternatif yang dapat

direkomendasikan dari hasil matriks SWOT.

4. Menetapkan AS (Attractive Score), yaitu nilai yang menunjukkan

ketertarikan alternative untuk masing-msaing strategi yang dipilih. AS

ditetapkan dengan cara meneliti faktor internal dan eksternal, dan bagaimana

peran dari tiap faktor dalam proses pemilihan strategi yang sedang dibuat.

Batasan nilai AS adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4

= sangat menarik.

5. Menghitung TAS yang didapat dari perkalian bobot (weight) dengan AS pada

masing-masing baris. TAS menunjukkan relative attractives dari masing-

masing alternative strategi.

6. Menjumlahkan semua TAS pada masing-msaing kolom QSPM. Dari

beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari strategi alternatif

tertinggilah yang menunjukkan bahwa strategi alternatif itu yang menjadi

pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa strategi alternatif ini

menjadi pilihan terakhir.

Page 69: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

69

3.7 Penyajian Hasil Analisis Data

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penelitian ini akan disajikan dengan

menggunakan beberapa tabel, gambar dan narasi yang akan menjadi laporan ilmiah

akhir dalam bentuk tesis dan akan diuraikan dalam 6 (enam) Bab.

Page 70: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

70

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Universitas Dhyana Pura Bali

Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali berlokasi di wilayah Kecamatan

Kuta Utara tepatnya di Jalan Raya Padang Luwih, Banjar Tegaljaya, Desa Dalung

atau di tengah-tengah wilayah Kabupaten Badung. Tepatnya berada pada 8,62922

lintang selatan dan 115,11706 bujur timur. Lokasinya yang merupakan keuntungan

karena sangat dekat dengan berbagai daerah tujuan wisata terutama pantai Kuta

maupun Kota Denpasar. Jarak tempuh dari pantai Kuta 20 menit dan dari pusat Kota

Denpasar 25 menit. Di sekitar kampus terdapat beberapa sekolah baik dari TK

sampai Perguruan Tinggi sehingga memberikan suasana daerah pendidikan.

Terdapatnya banyak tempat-tempat kost dan tempat berkumpul bagi mahasiswa lokal

di sekitar kampus, membuat mahasiswa asing semakin nyaman dikarenakan mereka

memiliki tujuan yang sama yaitu belajar. Melalui interaksi sosial dengan mahasiswa

lokal secara tidak langsung juga meningkatkan kemampuan mahasiswa asing dalam

berbahasa Indonesia dan mengetahui adat istiadat dan kehidupan anak muda yang

seusia di Bali.

Selain itu pusat pemerintahan Kabupaten Badung hanya berjarak 10 menit

dan sering diadakan pertunjukkan maupun perlombaan kesenian yang berasal dari

Kabupaten Badung, sehingga hal ini memberikan kenyamanan mahasiswa asing

Page 71: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

71

untuk mengetahui potensi budaya yang terdapat di Badung khususnya. Adapun

lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Sumber: Map Data Google 2013, https://maps.google.com, 05/02/2011

Apabila dilihat dari keuntungan lokasi Universitas sangat memungkinkan

untuk dikembangkannya program pendidikan yang berkaitan dengan pariwisata

dikarenakan Badung sangat kaya akan daerah tujuan wisata dan dilihat dari segi

pendidikan hanya ada dua Perguruan Tinggi di Kabupaten Badung.

4.2 Sejarah Singkat

Universitas Dhyana Pura (Undhira) Bali merupakan perguruan tinggi swasta

di Bali yang baru berusia dua tahun. Namun perjalanan panjang di dunia pendidikan

telah dimulai dari Pendidikan dan Pelatihan Pariwisata Dhyana Pura (PPLP) dan

Page 72: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

72

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Dhyana Pura (STIM) yang didirikan oleh Yayasan

Dhyana Pura.

Yayasan Dhyana Pura mendirikan Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata

Dhyana Pura pada tahun 1987 awalnya menyelenggaraan program pelatihan di

bidang perhotelan dengan nama Program Vokasional Perhotelan selama empat bulan.

Program Vokasional yang mengambil tempat di Hotel Dhyana Pura tersebut ternyata

berhasil dengan baik. Dengan adanya minat kaum muda dalam hal pendidikan, PPLP

Dhyana Pura meningkatkan status program dengan memberikan pengetahuan khusus

yang menggabungkan antara ketrampilan (keahlian) dan pendidikan (pengetahuan).

Melalui pelaksanaan program tersebut ternyata angkatan muda semakin tertarik

karena mereka mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan di bidang manajemen dan

pariwisata.

Untuk menunjang ketrampilan dan pengetahuan mahasiswa terutama dalam

industri pariwisata yang berbasiskan internasional, Yayasan Dhyana Pura menggali

kerjasama dengan Goulburn Ovens Institute of TAFE, Shepparton Victoria Australia

melalui program Internasional dengan menghadirkan para pengajar dari Australia.

Kerjasama antara Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata Dhyana Pura (PPLP)

dengan Institute of Go-Tafe di Australia memberikan kesempatan yang baik bagi

mahasiswa Program tiga tahun PPLP Dhyana Pura untuk mendapatkan perkuliahan

dan pelatihan pada bidang Restaurant baik Food Production maupun Food Service.

Kerjasama ini berjalan dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2010. Di samping itu

Page 73: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

73

juga dilakukan pertukaran para Instruktur pada bidang Culinary, sehingga budaya

dan makanan khas Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya dapat dinikmati dan

dipelajari mulai dari proses pembuatan sampai dengan penyajiannya.

Beranjak dari keberhasilan yang telah dicapai oleh PPLP dari tahun 1987,

kemudian Yayasan Dhyana Pura mengajukan permohonan ijin untuk mendirikan

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Dhyana Pura berdasarkan surat keputusan nomor

009/YDP-GKPB/XII/1999 tanggal 17 Desember 1999 tentang perlunya dilakukan

pengembangan Lembaga Pendidikan Pariwisata Dhyana Pura melalui pendirian

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Dhyana Pura. Berdasarkan pengajuan permohonan

tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Republik Indonesia mengeluarkan Ijin Prinsip dengan nomor surat

1291/D4.II/08/2000 tertanggal 10 Agustus 2000. Ijin Pendirian Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen Dhyana Pura diberikan oleh Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia pada tanggal 1 Maret 2001 dengan nomor surat 23/D/0/2001.

Perjalanan kesuksesan STIM Dhyana Pura dan ditunjang oleh hubungan-

hubungan kerjasama yang dimiliki, maka beberapa lembaga pendidikan asing

mengadakan kerjasama dalam bidang pariwisata yang diawali dengan:

- Bekerjasama dengan CHN Hogeschool (Christian Hogeschool in

Netherland) di Belanda dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Kerjasama ini

tertuang dalam program Educational Tourism dengan Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen Dhyana Pura dalam bentuk pertukaran mahasiswa dari CHN untuk

Page 74: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

74

mengadakan perkuliahan tentang Pariwisata sekaligus mengenal aspek pendukung

pariwisata di Bali. Program ini sangat sukses karena banyak sekali peminat di

Belanda untuk belajar sekaligus mengadakan wisata di Bali selama 2.5 bulan. Ciri

khas dari program ini adalah PBL (Problem Based Learning) proses di mana

mahasiswa diberikan modul dan mereka menggunakan metode studi kasus untuk

didiskusikan pada setiap materi yang diajarkan.

Di sisi lain mahasiswa STIM Dhyana Pura yang telah mengakhiri semester 6

mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam seleksi program magang (Internship) di

Belanda pada restaurant-restaurant Asia yang digolongkan Fine Dining yang

tergabung dalam organisasi FER (Fine Eastern Restaurant). Program ini sangat

diminati oleh mahasiswa STIM Dhyana Pura sendiri, karena melalui kesempatan

Internship di Belanda selama satu tahun dan mendapatkan kesempatan untuk belajar

di CHN (tahun 2010 berganti nama menjadi STENDEN University). Selain mereka

mendapatkan pengalaman dalam bekerja di industri pariwisata, mereka mendapatkan

banyak manfaat seperti uang saku, akomodasi, belajar bahasa secara langsung, dan

tiket perjalanan pulang pergi dibayarkan oleh perusahaan di mana mereka

mengadakan Internship. Program ini menjadi program pilihan dan keunggulan dari

STIM Dhyana Pura.

- Selanjutnya pada pertengahan tahun 2008, STIM Dhyana Pura menggalang

kerjasama dengan Inholland University di Belanda membuka Educational Tourism

program yang dinamakan “Intrapreneurship in Different Perspective”. Program ini

Page 75: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

75

masih berjalan sampai sekarang dan semakin diminati oleh mahasiswa di negara

Eropa. Dalam setiap tahunnya, Inholland University mengirim dua group mahasiswa

berjumlah 16 sampai 20 orang untuk melakukan perkuliahan Minor di Kampus

Dhyana Pura masing-masing selama lima bulan. Mahasiswa mendapatkan pelajaran

mendalam tentang Intrapreneurship yang didalamnya juga mempelajari mengenai

kebudayaan Bali dengan segala aspek yang ditimbulkan, bahasa Indonesia, dan

belajar mengenai bagaimana menjadi seorang pengusaha baik bagi dirinya sendiri

maupun komunitas sekelilingnya tanpa hanya memikirkan keuntungan namun tetap

menjunjung kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungan. Program

Intrapreneurship sendiri adalah program minor yang mendalami tentang

kewirausahaan yang bertumpu pada kekuatan masing-masing individu yang ada pada

dirinya sendiri dan bukan semata-mata melihat keuntungan, tetapi apa yang mereka

dapat berikan kepada masyarakat sekitar sebagai bagian dari interaksi sosialnya.

Selama mereka tinggal di lingkungan kampus Dhyana Pura, interaksi dengan

masyarakat setempat mulai terjalin, sehingga banyak dampak positif yang dapat

dinikmati oleh mahasiswa asing dan komunitas sekelilingnya, terutama dalam aspek

perekonomian usaha kecil. Secara tidak langsung mahasiswa asing ini juga menjadi

duta pariwisata bagi Bali dan Indonesia, di mana banyak dari teman dan keluarga

yang datang berkunjung selama mahasiswa tersebut belajar di Dhyana Pura.

- Tahun 2010, PPLP Dhyana Pura telah menjalin kerjasama dengan Dili

Institute Technology di Timor Leste. Kerjasama ini dalam bentuk pengiriman Dosen-

Page 76: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

76

dosen dalam bidang pariwisata dan manajemen dari Universitas Dhyana Pura untuk

mengajar di Timor Leste dalam beberapa semester. Selanjutnya mahasiswa dari DIT

Timor Leste melaksanakan perkuliahan dan pelatihan di PPLP Dhyana Pura dalam

bidang pariwisata pada setiap program studi selama tiga bulan di kampus Dhyana

Pura. Selama mereka belajar di Bali, mereka juga diajarkan mengenai budaya dan

adat istiadat masyarakat Bali sekaligus melakukan pelatihan kerja pada industry

pariwisata yang terletak di wilayah Kabupaten Badung maupun Kota Denpasar.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan

berdasarkan pengalaman-pengalaman dalam dunia pendidikan, pada tahun 2010

Yayasan Dhyana Pura mengajukan permohonan ijin untuk mendirikan Universitas

dan akhirnya Direktorat Pendidikan Tinggi kembali memberikan Ijin Pendirian

Universitas dengan nomor:142/E/O/2011.

Universitas Dhyana Pura memiliki dua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi dan

Humaniora dan Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains, dan Teknologi. Dari kedua Fakultas

ini, Undhira menawarkan tiga belas program studi kepada masyarakat. Adapun

program-program studi berada dibawah Fakultas Ekonomika dan Humaniora adalah

Manajemen dengan konsentrasi Manajemen Perhotelan, Bisnis Pariwisata, dan

Keuangan; Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini; Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga; Sastra Inggris; Psikologi; Diploma 3 Pemasaran. Selanjutnya program-

program studi yang berada dibawah Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains, Teknologi

Page 77: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

77

adalah Fisioterapi; Perekam Medis & Informasi Kesehatan; Biologi Konservasi;

Sistem Informasi; Ilmu Kesehatan Masyarakat; Ilmu Gizi; dan Teknik Informatika.

4.3 Visi dan Misi

Sebagai sebuah institusi pendidikan yang menjunjung tinggi Tri Dharma

perguruan tinggi, Undhira telah menetapkan misi dan visinya sebagai dasar dalam

bertindak. Visi merupakan gambaran suatu pencapaian sebuah lembaga di masa yang

akan datang. Untuk itu Undhira telah menetapkan visi yaitu “menjadi perguruan

tinggi unggulan dan teladan” (Statuta Undhira, 2012: 6) sedangkan misinya adalah

“sebagai pusat pembentukan manusia seutuhnya yang berkualitas secara akademis,

berkarakter, professional, perilaku dan spiritual.

Page 78: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

78

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Fasilitas dan Program Unggulan Educational Tourism

5.1.1 Fasilitas dan Sarana Pendidikan

Proses belajar mengajar sangat tergantung dari kenyamanan kampus

serta fasilitas penunjang lainnya. Menurut Wahyuningrum (2004:4), menyatakan

bahwa fasilitas merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan

pelaksanaan suatu usaha. Fasilitas pendidikan di kampus Dhyana Pura berada di atas

tanah seluas 3.5 hektar dengan halaman kampus yang hijau dan semua gedung

belajar mengajar, gedung A,B,C,D, dengan jumlah kelas sebanyak 45 kelas yang

sangat berdekatan sehingga memudahkan mahasiswa, dosen, maupun pegawai dalam

mobilisasi. Fasilitas pendidikan terdapat laboratorium bahasa asing, laboratorium

komputer, laboratorium fisioterapi, laboratorium gizi, biro psikologi, laboratorium

kitchen dan pastry-bakrie, restaurant, bar, laboratorium akomodasi, laboratoirum

front office, ruang teater, ruang konferensi, ruang aula, dan berbagai sarana dan

fasilitas olah raga yang tersedia untuk digunakan oleh civitas akademika Universitas

Dhyana Pura. Khusus untuk laboratorium kitchen dan pastry-bakrie salah satu

ruangan yang sering digunakan oleh mahasiswa asing untuk mempelajari dan

mempraktekkan pembuatan kuliner Indonesia dan tradisional bali. Ruang kelas untuk

program Internasional yang digunakan hanya satu ruangan dengan design U-shape

sehingga setiap mahasiswa dapat ikut aktif dalam setiap diskusi mengingat program

ini sangat kental dengan budaya diskusinya. Ruang perpustakaan yang dimilki oleh

Page 79: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

79

kampus saat ini terletak di Gedung B lantai 3 namun kebanyakan literature yang

dimiliki dalam bahasa Indonesia sehingga khusus untuk mahasiswa asing, ruang

perpustakaan juga disediakan di ruang kelas Internasional sendiri.

Gambar 5.1 Suasana ruang kelas Internasional

Menurut Ibrahim Bafadal (2003:2), sarana pendidikan merupakan

perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam

proses pendidikan di sekolah. Dapat dijabarkan bahwa sarana pendidikan yang

digunakan di kampus Dhyana Pura untuk menunjang proses belajar mengajar adalah

LCD, AC, papan tulis, dan jaringan internet baik melalui Ethernet kabel maupun wifi

yang memberikan kemudahan kepada para mahasiswa dalam menunjang

pembelajaran. Penyediaan internet di seluruh areal kampus diberikan secara gratis

yang dapat digunakan oleh seluruh civitas akademika Universitas Dhyana Pura.

Page 80: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

80

5.1.2 Fasilitas dan Sarana Akomodasi

Pada konsep penawaran pariwisata yang diterangkan menurut Medlik (1980)

adanya aspek amenities fasilitas penunjang sebagai pelengkap untuk memberikan

kepuasan kepada wisatawan selama tinggal pada suatu tempat. Penyediaan fasilitas

akomodasi di Universitas Dhyana Pura bertujuan untuk memberikan keamanan dan

kenyamanan kepada seluruh mahasiswa asing yang terlibat dalam program

Educational Tourism, sehingga memudahkan mobilisasi mahasiswa tanpa harus

menggunakan transportasi untuk ke kampus. Mahasiswa bisa berjalan kaki menuju

ruang kelas dan dapat melakukan sosialisasi di areal kampus dengan seluruh civitas.

Fasilitas akomodasi dengan jumlah 21 kamar dibangun di areal kampus yang

dinamakan “Kampoeng Bali”. Dengan terbatasnya jumlah akomodasi yang

disediakan, maka setiap semester proses registrasi hanya dibatasi sebanyak 20

mahasiswa. Akomodasi yang disediakan didesain untuk single bed dengan ukuran 3

x 4 dengan tujuan memberikan privasi setiap mahasiswa terutama mereka berasal

dari negara-negara yang menjunjung tinggi kebebasan setiap individu. Selain itu

penunjang lainnya seperti dapur, ruang makan, ruang tamu yang dilengkapi dengan

televisi, dvd, dan lobby yang dapat gunakan secara bersama-bersama.

Sarana akomodasi dilengkapi dengan air panas dan AC yang dapat

memberikan kenyamanan kepada setiap mahasiswa. Selain itu penyediaan sarana

internet tanpa batas kuota pemakaian bertujuan agar mereka dapat melakukan

Page 81: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

81

komunikasi dengan keluarga dan kerabat dari berbagai negara selama mengikuti

perkuliahan serta menunjang proses desk- riset yang mereka lakukan selama di Bali.

Dengan pengalaman tinggal secara bersama-sama di areal yang sama proses

akulturasi dapat terjadi sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Redfield dan

Herskovits (1936) bahwa akulturasi dapat membawa suatu perubahan kebudayaan

pada setiap individu yang terlibat didalamnya. Hal ini memberikan dampak positif

kepada mahasiswa asing dikarenakan mereka mulai belajar untuk hidup bersama

secara berkelompok dan mengesampingkan kepentingan individunya secara tidak

langsung mereka juga harus menjunjung toleransi antar peserta program.

5.1.3 Program Intrapreneurship in Another Perspective Merupakan Program

Unggulan Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura

Salah satu program unggulan Educational Tourism yang ditawarkan oleh di

Universitas Dhyana Pura kepada mahasiswa asing adalah program Intrapreneurship

in Another Perspective. Program yang digagas bersama Drs. Nicolaas Speelman

pendiri IISI (Institute of Intrapreneurship and Sustainability International) di

Belanda. Program ini kemudian ditawarkan kepada Undhira (waktu itu bernama

STIM) melalui perjanjian kerjasama antara STIM dengan IISI pada tahun 2008.

Program ini berdurasi 21 minggu dengan pembagian pembelajaran sebagai berikut:

1. Minggu 1 - 2 : Pengenalan program termasuk peraturan kampus, ekskursi di

sekitar kampus, pengenalan awal mengenai kebudayaan Bali

melalui workshop dan tiga hari ekskursi di Bali dengan tujuan

Page 82: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

82

untuk saling mengenal antar mahasiswa. Pada minggu ini juga

dilakukan pemberian informasi mengenai program dan tujuan

IAP serta informasi awal mengenai project perorangan yang

harus dibuat.

2. Minggu 3 - 4 : Pengenalan konsep IAP yang ditunjang dengan bahan bacaan,

seperti penjabaran konsep dan riset sesuai dengan bahan bacaan

pada beberapa artikel yang tertera pada silabus serta

pengumpulan konsep dari proposal riset individu.

3. Minggu 5 – 8 : Eksplorasi ideologi yang lebih mendalam yang berkaitan dengan

modul IAP termasuk aplikasi pada keadaan sosial masyarakat di

Bali. Minggu ini dilakukan pembejaran mengenai metodelogi

penelitian, modul penunjang IAP, dan penjadwalan pelaksanaan

riset ke lapangan.

4. Minggu 9 – 11 : Kegiatan belajar mengajar melanjutkan pembelajaran minggu

ke-8 dengan pelaksanaan test tengah semester mengenai

ekplorasi ideologi dan modul yang telah dibahas.

5. Minggu 12 – 15 : Implementasi hasil dari riset yang sudah diselesaikan seperti

yang tertera pada simpulan dan saran riset. Dalam tahap aplikasi

dan implementasi ini saran-saran praktis disampaikan bukan

hanya kepada para pengajar tetapi juga kepada para klien yang

Page 83: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

83

menjadi narasumber yang menjadi proyek mereka agar dapat

diterapkan.

6. Minggu 16 – 18 : Libur perkuliahan yang dapat digunakan untuk mengenal

destinasi maupun kebudayaan Indonesia pada umumnya

maupun Bali pada khususnya.

7. Minggu 19 – 21 : Penerapan dan realisasi proyek di lapangan sekaligus finalisasi

program studi.

Keunikan dari program ini adalah kolaburasi antara pembelajaran di kelas

dengan pembelajaran di lapangan. Waktu pembelajaran di kelas dilakukan setiap hari

Senin sampai dengan Jumat, jam 09:00 sampai jam 13:30. Mata kuliah yang

dipelajari di kelas bertumpu pada meta ekonomi, kewirausahaan, bahasa, dan

budaya.

Setiap hari Jum’at, jam perkuliahan diperuntukkan khusus untuk konsultasi riset

yang merupakan tugas akhir semester, dan konsultasi riset ini dilakukan dengan para

mentor maupun orang-orang yang berkepentingan dalam hal obyek yang akan

diteliti. Pelaksanaan riset ditujukan agar mahasiswa asing dapat mengaplikasikan

teorinya pada keadaan masyarakat Bali yang heterogen dengan segala kelebihan dan

keterbatasannya sebagai salah satu Pulau dari negara yang sedang berkembang. Di

samping itu dengan melakukan penelitian, mereka dapat melihat lebih jauh tentang

potensi yang dimiliki oleh Bali yang perlu dikembangkan dan secara tidak langsung

mereka mendapatkan pengalaman untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat.

Page 84: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

84

Pembelajaran di lapangan atau ekskursi dilakukan setiap hari Rabu dua

minggu sekali. Mahasiswa diajak ke berbagai tempat di Pulau Bali sesuai dengan

mata kuliah atau subyek maupun obyek yang dibahas dikelas pada dua minggu

tersebut. Dengan demikian mahasiswa dapat mempelajari dan mengamati

pelaksanaan antara teori dan praktek mengenai apa yang telah mereka terima di

kelas.

Menunjang pembelajaran khusus budaya dan pariwisata yang

berkesinambungan berbasiskan lingkungan adalah pelaksanaan program Outbond,

yang menempatkan mahasiswa asing pada alam bebas sehingga mereka dapat

menggali potensi Bali untuk dapat dipromosikan sebagai salah satu daya tarik Pulau

Bali. Dihubungkan dengan meta ekonomi, di mana walaupun alam bebas, seperti

hutan, pertanian, maupun perkebunan, semakin hari semakin menurun luasnya

karena telah dibangun sebagai sarana pariwisata namun sampai saat ini Bali sebagai

Pulau yang kecil masih dapat bertahan untuk memajukan pariwisatanya.

Penghitungan angka kredit perkuliahan diberlakukan sesuai dengan

penghitungan angka kredit Eropa, dimana dengan mengikuti program

Intrapreneurship in Another Perspective, setiap mahasiswa mendapatkan 30 ECTS

(Europe Credit Transfer System). Mahasiswa asing yang terlibat dalam program ini

tidak mendapatkan gelar karena Universitas Dhyana Pura belum memiliki kurikulum

khusus yang bisa memberikan gelar kepada mahasiswa asing, sehingga mereka

hanya mendapatkan sertifikat.

Page 85: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

85

5.2 Strategi Pemasaran Program Educational Tourism

5.2.1 Identifikasi Faktor Strategis Internal

5.2.1.1 Kekuatan (Strength)

Dari identifikasi faktor strategis internal yang merupakan faktor kekuatan

program Educational Tourism dikaitkan dengan strategi bauran pemasaran terdiri

dari product, package, people, place and price, maka kekuatan-kekuatan tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1 Produk pendidikan dan berwisata

a. Lokasi kampus

Lokasi kampus Dhyana Pura yang merupakan produk pendidikan dan

berwisata terletak di Pulau Bali, sehingga dengan mendengar nama Bali sudah

merupakan daya tarik tersendiri bagi mahasiswa untuk megikuti program

Educational Tourism sesuai dengan aspek penawaran pariwisata dalam aspek

attraction seperti yang dinyatakan oleh Medlik (1980). Bali yang sangat pesat akan

pariwisatanya juga tetap menjunjung tinggi budaya dan adat istiadatnya yang tidak

dapat dirasakan di tempat lainnya. Dengan kekuatan tersebut, kampus Dhyana Pura

yang terletak di Jl. Raya Tegaljaya, Desa Dalung, Kabupaten Badung lebih dikatakan

strategis dikarenakan lokasi kampus mudah dijangkau dari berbagai tempat di Bali

terutama dari arah airport Ngurah Rai di mana mahasiswa asing tiba di Bali hanya

menempuh sekitar 45 menit. Kota Denpasar juga dapat ditempuh dalam waktu

kurang lebih 20 menit sehingga mobilisasi mahasiswa untuk mencapai tempat-tempat

Page 86: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

86

yang dituju sangatlah mudah apalagi mahasiswa asing selama tinggal di Bali

menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi mereka. Selain itu lokasi

kampus berada di pusat Kota Dalung, di mana mahasiswa dapat mencoba berbagai

makanan rakyat dan hiburan yang membuat mereka dapat bersosialisasi dengan

masyarakat setempat. Salah satu alasan terbesar mahasiswa asing mengikuti program

Educational Tourism karena kampus terletak tidak jauh dari pantai Kuta, di mana

mahasiswa yang kebanyakan berumur 20 – 25 tahun menggunakan waktu luang

mereka untuk belajar selancar ataupun menikmati keindahan pantai yang susah

dijangkau di negara mereka masing-masing. Lokasi kampus mendapatkan skor

tertinggi yaitu 0.52.

b. Fasilitas Kampus dan Akomodasi

Salah satu kekuatan produk dari program ini adalah fasilitas kampus dan

akomodasi yang ditawarkan kepada mahasiswa asing yang terletak pada satu areal

sehingga memberikan kemudahan mobilisasi dalam proses belajar mengajar. Selain

itu penyediaan fasilitas juga menunjang keamanan dan kenyamanan mahasiswa asing

selama tinggal dan belajar di Bali dengan adanya jaminan keamanan dari petugas

satpam selama 24 jam. Penyediaan fasilitas kampus dan akomodasi mendapatkan

skor 0.40.

2. Paket Program Dikemas Dengan Akomodasi

Sesuai Morrison (2002:21) packaging berarti mengelompokkan dua elemen

atau lebih dari tourism experience ke dalam suatu produk. Mengacu kepada

Page 87: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

87

pernyataan tersebut, pemberlakuan paket program yang dikemas dengan akomodasi

ini dilakukan untuk memudahkan mahasiswa asing selama tinggal di Bali. Dengan

disediakannya akomodasi di satu areal dengan ruangan kelas, mereka tidak

memerlukan transportasi khusus untuk ke kampus. Selain itu mahasiswa asing tidak

harus mencari tempat-tempat tinggal sebelum mereka tiba di Bali. Berdasarkan

evaluasi-evaluasi saat pelaksanaan program hal ini merupakan pertimbangan yang

membuat mahasiswa tertarik akan program yang dilaksanakan oleh Universitas

Dhyana Pura. Harga akomodasi yang selama ini dibayarkan oleh mahasiswa yang

sudah termasuk dalam paket program adalah sebesar Euro 10/kamar/malam. Hal ini

digolongkan sangat murah dikarenakan sudah termasuk listrik, air, gas, koneksi

internet, penjagaan satpam selama 24 jam, pembersihan kamar dengan penggantian

sprey seminggu sekali oleh staff kebersihan yang bertugas. Paket program ini

mendapatkan skor 0.45.

3. Fasilitator dan Staff

Salah satu faktor dari bauran pemasaran adalah people yang merupakan

penyedia jasa dan melayani wisatawan. Pada program ini fasilitator adalah para

tenaga pengajar yang memiliki latar belakang pendidikan internasional dan para staff

yang memiliki kompetensi di bidangnya serta ditunjang oleh kemampuan bahasa

inggris yang fasih. Sesuai dengan sistem pembelajaran negara barat yang lebih

banyak berdiskusi atas Problem Based Learning, dan pembuatan riset sebagai salah

satu syarat kelulusan menuntut tenaga pengajar yang paham dan mampu

Page 88: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

88

mendiskusikan fakta di lapangan dengan teori yang menjadi tugas bacaan mereka

serta mengarahkan dan memberikan bimbingan riset yang dilakukan oleh mahasiswa.

Penyelenggaraan fasilitas kampus baik dari penyediaan akomodasi beserta

perawatannya, proses administrasi mahasiswa asing, kegiatan ekskursi ataupun

kegiatan lainnya sebagai penunjang pelaksanaan program juga dilakukan oleh staff

yang berpengalaman dan kompeten di bidangnya. Sehingga mahasiswa mendapatkan

kemudahan dalam proses administrasi terutama keimmigrasian ataupun hanya

menyampaikan hal-hal baik yang berupa saran, keluhan, maupun hanya sekedar

berbincang-bincang.

4. Harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa Eropa

Harga merupakan elemen penting dalam marketing mix karena harga

merupakan faktor yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke suatu destinasi.

Salah satu alasan mahasiswa memutuskan keikutsertaannya dalam program ini

dikarenakan harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa yang berasar dari negara-

negara di Eropa. Harga yang ditetapkan saat ini adalah 3500 Euro/orang/semester,

dimana ini masih dikategorikan rendah karena sudah termasuk program pendidikan

dan akomodasi. Mahasiswa asing lebih memilih untuk terlibat dalam program ini

dimana mereka mendapatkan kredit akademik sekaligus dapat berwisata di Bali

selama satu semester. Sebagai perbandingan apabila mereka bertujuan hanya untuk

menghabiskan liburan dengan menginap di hotel atau guest house, maka biaya yang

Page 89: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

89

akan dikeluarkan akan jauh lebih mahal untuk durasi lima-enam bulan, sehingga dari

penghitungan skor yang dihasilkan adalah 0.09.

5. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran program Educational Tourism ini dikategorikan sebagai

faktor kekuatan dikarenakan adanya proses persiapan, pelaksanaan, sampai pada

terselesaikannya program pada akhir semester. Hal ini memberikan pengalaman yang

sangat berharga baik bagi para pemangku kepentingan, fasilitator dan staff, terlebih

lagi bagi para mahasiswa yang terlibat di dalamnya.

Persiapan administrasi seperti pengurusan permohonan visa dan dokumen

pendukung lainnya, pengurusan transportasi oleh masing-masing mahasiswa sampai

mereka tiba di airport yang selanjutnya dijemput oleh staff kampus, pengenalan

lingkungan sekitar, pelaksanaan program, sampai pada akhirnya setiap mahasiswa

dapat menyelesaikan pendidikan dan menerima sertifikat, dan kembali ke negaranya

masing-masing. Proses ini sangat bergantung dari interaksi yang baik antara

pelaksana program dan peserta program. Proses pembelajaran ini mendapatkan skor

0.21.

5.2.1.2 Kelemahan (Weaknesses)

1 Promosi yang kurang maksimal

Berdasarkan Kotler dan Keller (2009) promosi merupakan cara perusahaan

untuk melakukan komunikasi marketing melalui periklanan, promosi penjualan,

public relation, dan personal selling. Promosi program ini merupakan kelemahan

Page 90: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

90

tertinggi di Universitas Dhyana Pura terlihat pada nilai skor 0.45. Hal ini

dikarenakan promosi sebagian besar hanya mengandalkan media cetak (brosur dan

booklet) dan media elektronik melalui internet. Kerjasama juga dilakukan sebatas

institusi yang memiliki MoU dengan Universitas Dhyana Pura sehingga kurang

dikenal oleh masyarakat secara umum dan hanya mengandalkan link yang sudah

terbentuk tanpa berusaha untuk mencari dan membuka kerjasama baru. Universitas

Dhyana Pura saat ini hanya bergantung dari kunjungan-kunjungan institusi

pendidikan asing untuk mempromosikan program Educational Tourism yang

dimiliki dan berusaha menjaring mahasiswa melalui alumnus program sehingga

promosi yang dilakukan kurang maksimal.

2. Kurangnya saluran distribusi program Educational Tourism

Kurangnya saluran distribusi akan produk kepada konsumen menyebabkan

pemasaran terhambat. Program ini memiliki kelemahan pada channel distribusi

dikarenakan sampai saat ini belum adanya kerjasama yang digalang dengan biro

perjalanan untuk memperluas informasi kepada canel-canel baru dan menjaring

mahasiswa asing yang berpotensi sebagai market dimasa mendatang ikut dalam

program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura walaupun disetiap

perguruan tinggi rekanan telah mempromosikan program ini sebagai “Studi Abroad

Program”. Kurangnya saluran distribusi ini mendapatkan skor 0.39.

Page 91: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

91

3 Hubungan kerjasama

Hubungan kerjasama adalah suatu hubungan yang dijalin oleh bisnis sejenis

maupun tidak sejenis yang menciptakan benefit bagi pihak-pihak tersebut (Morrison

2002). Dalam hal ini hubungan kerjasama yang terjalin untuk mempromosikan

program ini adalah hubungan dengan pendidikan tinggi baik dalam maupun luar

negeri, namun hubungan kerjasama ini hanya sebatas dengan institusi yang memiliki

MoU sehingga kerjasama masih sangat lemah. Selain itu kelemahan yang terjadi

karena Universitas membebankan mahasiswa asing dalam Minor Program bukan

program Exchange Student, hal ini menyebabkan hubungan kerjasama dengan

institusi luar negeri sangat terbatas bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk

membayar dan terlihat pada skor penilaian sebesar 0.26.

4 Harga program yang kurang standar untuk semua negara

Harga paket program yang dikemas saat ini ditawarkan sebesar 3.500 Euro

atau sebesar Rp. 40.250.000,- (Empat puluh juta dua ratus lima puluh ribu) per

semester dengan menggunakan perbandingan harga tukar Euro sebesar Rp. 11.500,-

Pemberian harga dalam bentuk Euro disebabkan karena sebagian besar mahasiswa

asing berasal dari negara Eropa, sehingga harga yang dijadikan standar adalah Euro.

Pada masa mendatang, program Internasional ini diupayakan untuk dibuka bagi

seluruh negara. Hal ini yang membuat calon mahasiswa dari negara lain (yang

menjadi potensi target market pada masa mendatang) masih dikatakan susah untuk

berpartisipasi terutama negara-negara berkembang seperti negara-negara di kawasan

Page 92: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

92

ASIA dikarenakan harga masih terlalu tinggi. Harga program yang kurang standar

untuk semua negara mendapatkan skor 0.06.

5 Belum terlibatnya mahasiswa Undhira

Keterlibatan mahasiwa Undhira dapat dikatakan kurang sekali dan hampir

tidak ada kecuali melaksanakan kegiatan-kegiatan diluar kampus. Melibatkan

mahasiswa Undhira dalam program ini merupakan hal yang selalu dibicarakan di

tingkat manajemen dikarenakan kesulitan dalam penghitungan angka kredit. Disisi

lain mahasiswa asing sangat ingin memiliki suasana dengan mahasiswa lokal sendiri.

Namun dilihat dari tingkat kelemahan keterlibatan mahasiswa Undhira masih

tergolong bukan merupakan hal yang sangat penting terlihat pada penilaian skor

0.18.

6 Tidak memiliki sarana pembelajaran kebudayaan

Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh Universitas Dhyana Pura dalam

melaksanakan program ini adalah tidak dimilikinya sarana pembelajaran

kebudayaan, misalnya alat-alat musik tradisional, pewayangan, dan studio kesenian.

Padahal salah satu elemen pembelajaran adalah pengenalan budaya melalui kesenian

yang ada, sehingga pembelajaran budaya dalam pelaksanaanya belum maksimal.

Walaupun ini merupakan kekurangan yang dimiliki sampai saat ini, manajemen

memiliki hubungan kerjasama dengan beberapa sanggar baik tari, lukis, maupun

music. Sehingga mahasiswa bisa mempelajari aspek budaya secara langsung,

walaupun dilakukan diluar kampus. Hal ini terlihat pada skor 0.14.

Page 93: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

93

5.2.2 Identifikasi Faktor Strategis Eksternal

5.2.2.1 Peluang (Opportunity)

1. Peningkatan kunjungan dari institusi pendidikan luar negeri

Bali sebagai laboratorium pariwisata yang memiliki perpaduan atas segala

aspek merupakan suatu peluang di mata dunia untuk dijadikan sebagai tempat tujuan

studi banding. Dengan meningkatnya kunjungan – kunjungan dari institusi

pendidikan luar negeri ke Bali sendiri merupakan suatu peluang untuk memasarkan

program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura. Peningkatan kunjungan

ini mendapatkan skor 0.30.

2. Peningkatan jumlah partner kerjasama dalam bidang edukasi

Semakin meningkatnya kunjungan – kunjungan negara-negara asing ke

Indonesia khususnya Bali juga berdampak pada meningkatnya jumlah rekan

kerjasama dalam bidang edukasi. Hal ini juga terlihat dengan adanya hubungan

bilateral yang dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat dengan Indonesia di

mana kedua pemerintahan berkomitmen untuk meningkatkan jumlah siswa yang

belajar di negara satu dan lainnya selama lima tahun kedepan. Sesuai dengan

pemberitaan pada website American Embassy pada tanggal 9 Maret 2012, Amerika

Serikat akan berinvestasi sebesar lebih dari $165 juta dari 2010 – 2014 untuk

meningkatkan kerjasama bidang pendidikan yang meliputi dukungan bagi

pertukaran akademis termasuk program Fullbright Indonesia Research, Science dan

Technology (FIRST) dukungan bagi warga Amerika yang belajar bahasa Indonesia.

Page 94: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

94

Peningkatan jumlah partner kerjasama juga termasuk dalam bidang

pengiriman volunteer mengajar bahasa Inggris yang telah dilakukan oleh Uniting

World Organization dari Australia dan pengiriman tenaga pengajar volunteer bahasa

Jepang yang dilakukan oleh Japan Association and Friendship Society (JAFS).

Kerjasama-kerjasama yang tergalang selama ini baik bagi Negara Indonesia maupun

Bali sendiri merupakan suatu peluang bagi pelaksanaan program Educational

Tourism di Universitas Dhyana Pura sesuai dengan penilaian skor 0.63.

3. Semakin digalakkannya pariwisata minat khusus oleh Kementrian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)

Digalakkannya pariwisata minat khusus oleh Kementrian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) merupakan salah satu tindakan untuk

meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia khususnya Bali. 7 wisata minat khusus

yang sangat menarik yaitu sejarah dan budaya, alam dan ekowisata, kuliner dan

belanja, MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), olahraga dan

rekreasi, cruise ship, dan spa. Dengan digalakkannya ketujuh wisata minat khusus

tersebut akan semakin membuka peluang calon mahasiswa asing untuk terlibat dalam

program Educational Tourism terlihat dalam pencapaian skor 0.10.

4. Meningkatnya kesadaran berwisata sambil belajar

Dengan kebutuhan hidup yang sangat kompleks di jaman sekarang ini

menuntut masyarakat untuk dapat meluangkan waktu mereka untuk berwisata. Skor

yang dicapai pada peningkatan kesadaran berwisata sambil belajar sebesar 0.36

Page 95: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

95

menunjukkan bahwa dalam kegiatan berwisata masyarakat juga dapat melakukan

pembelajaran baik atas alam, budaya, adat-istiadat suatu tempat, lingkungan, keadaan

sosial, maupun aspek pendukung lainnya.

5. Globalisasi informasi yang mendorong kunjungan wisatawan

Meningkatnya penerapan teknologi yang semakin caggih dan up to- date

menyebabkan informasi dapat menyebar sangat cepat dan terkini yang menyebabkan

adanya peluang bagi penyebaran informasi mengenai program Educational Tourism

dilihat dari penilaian skor 0.42 Perubahan pemikiran masyarakat akan jarak suatu

negara di mana sebelum adanya informasi globalisasi masyarakat merasakan

Indonesia sangat jauh, namun dengan adanya globalisasi ini masyarakat merasakan

bahwa jarak dapat dieliminasi dengan adanya komunikasi yang baik.

6. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Provinsi Bali sendiri dirasakan

memiliki peranan penting oleh responden untuk melihat potensi perkembangan-

perkembangan yang dapat memajukan program Educational Tourism di Universitas

Dhyana Pura (skor 0.15). Dengan adanya beberapa even-even internasional seperti

World Summit, APEC, Miss World 2013 telah membantu meningkatkan nama

Indonesia, khususnya Bali dimata dunia. Oleh karena itu semakin banyak wisatawan

yang berkunjung ke Indonesia dan mengenal lebih jauh kebudayaan maupun aspek

penunjang pariwisata yang telah berhasil meningkatkan perekonomian Indonesia.

Page 96: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

96

5.2.2.2 Ancaman (Threats)

1. Pertambahan kompetitor program sejenis

Semakin bertambahnya pelaksana program Educational Tourism dan jumlah

calon mahasiswa program Educational Tourism tidak seimbang sehingga kompetisi

terjadi. Dari penilaian responden terhadap bertambahnya kompetitor program sejenis

dengan skor 0.18 menunjukkan bahwa ancaman sangat kurang dikarenakan program

Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura memiliki keunikan yang tidak

dimiliki oleh kompetitor lainnya.

2. Krisis ekonomi di daerah Eropa

Krisis yang melanda negara-negara Eropa merupakan ancaman yang sangat

dirasakan oleh Universitas Dhyana Pura (skor 0.18) mengingat sebagian besar

pangsa pasar program ini berasal dari negara Eropa. Krisis ini juga berdampak pada

berhentinya sementara pelaksanaan program ini dikarenakan beberapa institusi

pendidikan tidak bisa mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan pembelajaran

diluar dari negara-negara Eropa untuk membangkitkan kembali pajak-pajak

pendidikan di negaranya sendiri sehingga perekonomian dapat kembali meningkat.

3. Peningkatan biaya-biaya administrasi mahasiswa asing

Meningkatnya pengurusan administrasi mahasiswa asing merupakan

ancaman bagi pelaksanaan program Educational Tourism di Bali. Ini terlihat dari

penilaian para responden 0,18 dikarenakan setiap tahun pembayaran terus meningkat.

Administrasi yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah pembayaran Surat Tanda

Page 97: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

97

Melapor (STM) pada kepolisian setempat, setelah itu dilakukan pengurusan Surat

Keterangan Tempat Tinggal Penduduk Sementara WNA (SKTTPA WNA) yang

dilakukan pengurusannya di Kantor Kepala Desa. Selanjutnya dilakukan pelaporan

kepada Kepala Dinas di Lingkungan banjar setempat. Mahasiswa melakukan

perpanjangan visa selama 4 bulan di Imigrasi dan biaya ini pengurusannya sangat

tinggi sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang tertera pada kantor keimigrasian.

Apabila hal ini terjadi terus menerus maka akan dapat mengancam Bali sebagai

daerah tujuan wisata terutama yang memiliki minat untuk melaksanakan program

pendidikan.

4. Kurangnya stabilitas keamanan Indonesia

Salah satu faktor yang mempengaruhi aspek permintaan pariwisata dalam

Aryanto (2005) adalah sosial politik, dimana keadaan aman dan tentram suatu daerah

akan memberikan dampak dan pengaruhnya terhadap permintaan wisatawan.

Keamanan merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki suatu negara untuk

menjamin kenyamanan masyarakatnya. Beberapa waktu yang lalu Indonesia berhasil

memberantas teroris – teroris yang mengancam keselamatan masyarakat baik lokal

maupun asing di Indonesia. Usaha untuk membuat kondisi negara menjadi aman

terus dilakukan semua masyarakat dan terlihat dari penilaian responden di mana

keamanan merupakan hal yang sangat penting ditegakkan di Indonesia khususnya

Bali. Namun pada kenyataannya secara kasat mata, pengamanan hanya dilakukan

ketika ada issue atau dilaksanakannya acara-acara penting di Bali yang melibatkan

Page 98: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

98

pemangku – pemangku kepentingan berbagai negara, ataupun acara yang bertaraf

internasional (skor 0,24).

5. Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan terhadap mahasiswa asing

Pelaksanaan aturan terhadap mahasiswa asing sering sekali tidak konsisten

dengan peraturan yang ada, seperti pungutan-pungutan liar dalam pengurusan

perpanjangan visa yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Contoh lainnya

adalah pengurusan Surat Ijin Mengemudi (SIM) Internasional. Walaupun mahasiswa

asing sudah memiliki SIM Internasional di mana mereka diijinkan untuk mengemudi

kendaraan sesuai dengan yang tertera di SIM dan sudah tertera bahwa Indonesia

adalah salah satu negara yang termasuk dalam pemberlakuan SIM Internasional

tersebut, namun pada kenyataannya mahasiswa tetap dikenakan tilang dikarenakan

tidak menggunakan SIM yang sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia.

Sehingga untuk meminimalisasi permasalahan ini mahasiswa asing lebih baik

membuat SIM yang berlaku sama dengan masyarakat lokal walaupun harga yang tiga

kali lipat lebih mahal dibanding yang dibayar oleh masyarakat lokal. Apabila hal ini

dilakukan terus menerus maka ancaman terbesar bagi kemunduran pelaksanaan

program Educational Tourism sesuai dengan nilai skor yang dicapai 0,48.

5.2.3 Matriks IFAS dan EFAS

Analisis didasarkan kepada berbagai macam aspek yang mencakup berbagai

hal yang erat kaitannya dengan promosi program Educational Tourism di Universitas

Dhyana Pura. Para pengisi kusioner berasal dari kalangan fasilitator program baik

Page 99: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

99

dosen dan staff yang terlibat dalam pelaksanaan program, serta para pemangku

kebijakan di lingkungan Universitas Dhyana Pura. Dalam analisis berikut ini dilihat

kondisi internal dan eksternal pemasaran program Educational Tourism di

Universitas Dhyana Pura berdasarkan pendapat dari responden baik untuk angka

bobot maupun rating seperti dituliskan seperti terlampir pada Tabel 5.1 dan Tabel

5.2 data diolah dari hasil penelitian 2013 (lampiran 8 & 9).

Tabel 5.1 Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

No Faktor Strategis Internal Kekuatan Skor

1

2

3

4

5

Produk pendidikan dan berwisata

a. Lokasi kampus

b. Fasilitas kampus dan akomodasi

Paket program yang dikemas dengan akomodasi

Fasilitator dan staff

Harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa Eropa

Proses pembelajaran

0.52

0.40

0.45

0.42

0.09

0.21

Jumlah Skor 2.09

No Faktor Strategis Internal Kelemahan Skor

6

7

8

9

10

11

Promosi yang kurang maksimal

Kurangnya saluran distribusi program Educational Tourism

Hubungan kerjasama

Harga program yang kurang standar untuk semua negara

Belum terlibatnya mahasiswa Undhira sendiri dalam program ini.

Tidak memiliki sarana pembelajaran budaya

0.45

0.39

0.26

0.06

0.18

0.14

Jumlah Skor 1.48

Jumlah Total Internal Skor 3.57

Page 100: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

100

Tabel 5.2 Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)

No Faktor Strategis Eksternal Peluang Skor

1

2

3

4

5

6

Meningkatnya kunjungan-kunjungan dari institusi pendidikan dari luar

negeri

Meningkatnya jumlah partner kerjasama dalam bidang edukasi

Semakin digalakkannya pariwisata minat khusus oleh Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Meningkatnya kesadaran berwisata sambil belajar

Globalisasi informasi yang mendorong calon wisatawan berkunjung

Pertumbuhan ekonomi yang menarik wisatawan untuk berkunjung

0.30

0.63

0.10

0.36

0.42

0.15

Jumlah Skor 1.96

No Faktor Strategis Eksternal Ancaman Skor

7

8

9

10

11

Bertambahnya kompetitor program sejenis

Krisis ekonomi di daerah Eropa

Meningkatnya biaya-baya pengurusan administrasi mahasiswa asing

Kurangnya keamanan Indonesia

Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan terhadap mahasiswa asing

0.18

0.18

0.18

0.24

0.48

Jumlah Skor 1.26

Jumlah Total Eksternal Skor 3.22

Dari penghitungan total skor masing-masing item faktor internal (Tabel 5.1) dan

faktor eksternal (Tabel 5.2), maka dapat ditabelkan seperti Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal Skor Faktor Eksternal Skor

Kekuatan 2.09 Peluang 1.96

Kelemahan 1.48 Ancaman 1.26

Total 3.57 3.22

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian, 2013

Page 101: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

101

Untuk menilai hasil pengkuran tersebut terhadap posisi perusahaan secara internal

dan eksternal dilakukan melalui rumus sebagai berikut:

Interval = Rentang / Kelas = ¾ = 0.75

Rentang = selisih tertinggi dan terendah 4 (sangat baik) – 1 (sangat kurang) = 3,

sedangkan Kelas = Jenis penilaian yaitu 4 (sangat baik, baik, kurang baik, sangat

kurang). Dengan demikian interval penilaian sama dengan ¾ = 0.75. Dari rumus itu

diperoleh kriteria penilaian hasil dalam Tabel berikut ini.

Tabel 5.4 Kriteria Hasil Analisis

Nilai Rentang Sebutan Hasil Klasifikasi

4 3,26 – 4,00 Sangat Baik Kekuatan / Peluang

3 2,51 – 3,25 Baik Kekuatan / Peluang

2 1,76 – 2,50 Kurang Kelemahan / Ancaman

1 1,00 - 1,75 Sangat Kurang Kelemahan / Ancaman

Berdasarkan Tabel 5.4 variable eksternal memberikan gambaran tentang peluang dan

ancaman. Peluang berada pada kisaran nilai baik dan sangat baik (2,51 sampai

dengan 4,00) sedangkan ancaman pada kisaran kurang dan sangat kurang (1,00

sampai dengan 2.50). Sedangkan lingkungan internalnya memberikan gambaran

tentang kekuatan dan kelemahan. Sebutan sangat baik diidentikkan dengan sangat

kuat, dan baik dengan kuat (2,51 sampai 4,00). Kurang baik diidentikkan dengan

lemah, dan sangat kurang disebut sangat lemah. Jadi kriteria sangat baik dan baik

merupakan kekuatan sedangkan kurang baik dan sangat kurang dikatakan kelemahan

(1,0 sampai 2,50)

Page 102: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

102

Dengan melihat hasil pengukuran faktor internal dan eksternal dalam Tabel

5.3 maka dapat dikatakan hasil total skor internal 3.57 berada pada kisaran (3,26

sampai dengan 4,00) yang berarti sangat baik dan eksternal 3.22 berada pada kisaran

(2,51 sampai dengan 3,25) yang artinya baik. Lebih lanjut skor tersebut digambarkan

pada matriks IE seperti disajikan pada Gambar 5.2.

Total Skor Faktor Internal 3,57

Gambar 5.2 Posisi hasil penilaian Faktor Internal dan Eksternal Program

Educational Tourism Di Universitas Dhyana Pura Bali

Tumbuh dan bina

(Konsentrasi via

integrasi vertical)

Tumbuh dan bina

(Konsentrasi via

integrasi horizontal)

Pertahankan dan

pelihara

(pertumbuhan berputar)

Tumbuh dan bina

(Berhenti sejenak)

Pertahankan dan

pelihara

(Strategi tidak

berubah)

Panen atau divestasi

(Kawasan terikat atau

jual habis

kewaspadaan)

Pertahankan dan

pelihara

(diversifikasi

konsentrasi)

Panen atau divestasi

(diversifikasi

konglomerat)

Panen atau divestasi

(likuidasi)

3,0 1,0 2,0

Sedang

2.0 – 3.0

2,0

Lemah

1,0 – 1,99

1,0

Total

Skor

Faktor

Ekster

nal

3,22

Kuat 3,0 – 4,0 Sedang

2,0 – 2,99

Lemah 1,0 – 1,99 4,0

Kuat

3,0 – 4,0

3,22

3,57

3,0

Page 103: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

103

Dari gambar 5.2 terlihat posisi pemasaran program Educational Tourism di

Universitas Dhyana Pura berada pada posisi Tumbuh dan Bina. Posisi Tumbuh dan

Bina ini didasarkan kepada kekuatan yang dimiliki Universitas Dhyana Pura dengan

nilai skor 2,09 sedangkan kelemahannya pada nilai skor 1,48. Secara faktual posisi

angka ini menunjukkan bahwa perbedaan kekuatan dan kelemahan yang ada cukup

signifikan. Jika dilihat peluang yang ada, maka nilai skor 1,96 dan ancaman skornya

1,26. Peluang masih tetap ada dan ancaman masih dapat diminimalkan lagi. Faktor

internal memiliki kekuatan yang sangat baik untuk bersaing dengan kompetitor dan

secara eksternal menunjukkan adanya peluang untuk memenangkan persaingan.

Dengan kondisi ini program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura dapat

dikembangkan ketingkat yang lebih tinggi semaksimal mungkin dengan

menggunakan strategi “Growth and Maintain Strategy” atau strategi “Tumbuh dan

Bina” yang terdiri atas strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan pasar, dan

strategi pengembangan produk.

Strategi penetrasi pasar ini dilakukan karena Universitas Dhyana Pura

meyakini bahwa target market yang ada yaitu para mahasiswa asing akan terus

bertumbuh dikarenakan keinginan mereka untuk mendapatkan pengalaman terutama

akan pendidikan di negara bukan asal mereka akan terus meningkat. Hal ini

ditunjang oleh adanya globalisasi informasi yang begitu pesat sehingga

meningkatkan keinginan para wisatawan minat khusus untuk belajar sekaligus

berwisata ke Bali khususnya. Oleh sebab itu Dhyana Pura harus meningkatkan

Page 104: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

104

promosi baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga program Educational

Tourism akan lebih dikenal oleh masyarakat umum melalui upaya kegiatan promosi

dan publisitas. Strategi penetrasi pasar artinya meningkatkan pangsa pasar untuk

produk maupun jasa saat ini di pasar melalui upaya pemasaran yang lebih besar.

Saat ini Universitas Dhyana Pura masih melakukan promosi dengan

mengandalkan komunikasi pada saat perkunjungan rekan-rekan institusi pendidikan

luar negeri, dengan harapan melalui orang-orang yang berkunjung mampu

menyebarluaskan program yang ada di Kampus Dhyana Pura. Cara seperti ini boleh

dikatakan efektif namun tidak dapat menjangkau masyarakat luas, sehingga perlu

dilakukan cara meningkatkan sarana promosi ke institusi baik di tingkat nasional

maupun internasional dengan mengikuti expo atau pameran pendidikan internasional.

Cara lain yang dirasa efektif bisa dengan cara mempublikasikan program yang ada

melalui media cetak dengan pangsa pasar pembaca orang asing, seperti Bali Daily

News, The Beat, Bali Tribunne.

Pengembangan pasar merupakan cara untuk memperkenalkan produk ke

institusi-insitusi yang belum pernah melakukan komunikasi sebelumnya. Mengacu

kepada Channel of Distribution Segmentation (Morrison2002: 179-191), strategi ini

dapat dilakukan dengan cara mengadakan kerjasama dengan travel agent ataupun

biro perjalanan untuk ikut mempromosikan paket program yang ditawarkan oleh

Universitas Dhyana Pura.

Page 105: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

105

Strategi Pengembangan Produk merupakan upaya untuk memperbaiki atau

memodifikasi produk atau jasa yang ada untuk meningkatkan penjualan. Strategi ini

dapat dilakukan dengan cara mempertahankan harga tetapi dengan menawarkan

kualitas produk yang lebih baik seperti contohnya lebih banyak kepada kegiatan

aplikatif yang berhubungan dengan praktek bagi mahasiswa, seperti short course

dalam bidang culinary tradisional bali bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah

culinary, pembuatan paket program bagi Gap years Students (siswa yang baru

menamatkan diri dari Sekolah Menengah Atas namun belum memasuki jenjang

perguruan tinggi, sehingga secara tidak langsung Universitas Dhyana Pura

melakukan pemasaran terdefernsiasi dengan menargetkan beberapa segmen pasar

dan merancang penawaran terpisah bagi masing-masing segmen (Morrison

2002:2050)

5.3 Strategi Alternatif dan Program-Program Pemasaran

Berdasarkan data dan informasi pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 maka dengan

SWOT akan ditemukan strategi alternatif pemasaran program Educational Tourism

pada Universitas Dhyana Pura yang dapat menjawab kebutuhan mahasiswa asing.

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal yang

terdiri dari faktor kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman pada matriks SWOT

seperti disajikan pada Tabel 5.5. Selanjutnya strategi-strategi yang dirumuskan pada

Tabel 5.5. akan dijabarkan menjadi program-program.

Page 106: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

106

Tabel 5.5 Analisis SWOT Pemasaran Program Educational Tourism di

Universitas Dhyana Pura

Internal

Eksternal

Strength/Kekuatan

- Lokasi kampus

- Fasilitas kampus dan

akomodasi

- Paket program yang dikemas

dengan penyediaan akomodasi

- Fasilitator dan staff

- Harga yang terjangkau khusus

bagi mahasiswa Eropa

- Proses pembelajaran bagi setiap

orang yang terlibat didalamnya

Weaknesses / Kelemahan

- Promosi yang kurang maksimal

- Kurangny saluran distribusi

program Educational Tourism

- Hubungan kerjasaama

- Harga program yang kurang

standar untuk semua negara

- Belum terlibatnya mahasiswa

Undhira sendiri dalam program

ini

- Tidak memiliki sarana

pembelajaran kebudayaan Opportunities/Kesempatan

- Meningkatnya kunjungan-

kunjungan dari institusi

pendidikan dari luar negeri

- Meningkatnya jumlah partner

kerjasama dalam bidang edukasi

- Semakin digalakkannya

pariwisata minat khusus oleh

Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

- Meningkatnya kesadaran

berwisata sambil belajar

- Globalisasi informasi yang

mendorong calon wisatawan

berkunjung

- Pertumbuhan ekonomi yang

menarik wisatawan untuk

berkunjung

Strategi S-O

- Pemantapan Kelembagaan

- Peningkatan kualitas produk

dan Sumber Daya Manusia

Strategi W-O

- Peningkatan promosi

- Peningkatan hubungan

kerjasama

- Pelibatan mahasiswa Undhira

Threat / Ancaman

- Bertambahnya kompetitor sejenis

- Krisis ekonomi di daerah Eropa

- Meningkatnya biaya-biaya

pengurusan administrasi

mahasiswa asing

- Kurangnya keamanan Indonesia

- Inkonsistensi aturan dan

pelaksanaan terhadap mahasiswa

asing

Strategi S-T

- Penonjolan keunggulan

program

- Penciptaan keamanan peserta

program

Strategi W-T

- Penetapan harga produk tanpa

menderita kerugian

- Konsistensi aturan dan

pelaksanaan

Page 107: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

107

Berikut strategi – strategi yang dirumuskan sebelumnya dan akan dijabarkan

menjadi program-program.

5.3.1 Strategi SO (Strength – Opportunities)

Strategi SO – strength opportunities merupakan suatu upaya memaksimalkan

kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara:

1. Pemantapan Kelembagaan

Kampus Dhyana Pura yang memiliki lokasi yang berada di wilayah strategis

telah mampu menarik perhatian institusi pendidikan dari luar negeri untuk

berkunjung dan mempertimbangkan untuk terlibat dalam program yang ditawarkan

oleh Universitas Dhyana Pura. Keinginan untuk terlibat dalam program Educational

Tourism tentu juga didukung oleh peningkatan kesadaran wisatawan dalam

memperoleh ilmu selama berwisata. Untuk itu Kelembagaan Internasional di

Universitas Dhyana Pura diharapkan dapat lebih dimantapkan terutama melalui

perkenalan dan promosi terhadap institusi – institusi pendidikan baik di dalam

maupun luar negeri sehingga lebih dikenal di masyarakat umum.

Pemantapan kelembagaan ini dapat dilakukan melalui program-program antara lain:

a. Menjadi Anggota Asosiasi Pendidikan Internasional.

Penguatan kelembagaan internasional dapat dilakukan dengan cara menjadi

anggota dari suatu organisasi atau asosiasi pendidikan internasional. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia asosiasi adalah perkumpulan orang yang mempunyai

kepentingan bersama. Kepentingan – kepentingan tersebut dijabarkan di dalam

Page 108: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

108

pedoman pokok yang lazim disebut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART). Di mana dalam AD/ART asosiasi tersebut tercantum visi dan misi,

tujuan dan lain-lain. Saat ini lembaga internasional Universitas Dhyana Pura belum

menjadi anggota dari suatu asosiasi pendidikan internasional sehingga hal ini

menjadi hal penting untuk diikuti. Dikarenakan keuntungan dengan menjadi asosiasi

internasional, suatu lembaga akan memiliki kredibilitas di mata dunia dikarenakan

setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang memiliki kekuatan mengikat

didukung dengan sanksi – sanki bagi anggota yang melanggar. Selain itu informasi

yang menyangkut pendidikan dan internasional serta kebijakan serta peraturan-

peraturan yang berlaku di dunia pendidikan internasional akan cepat didapat

sehingga Universitas Dhyana Pura mampu mengikuti dan menerapkan standar

pendidikan internasional yang berkualitas.

b. Terbentuknya ISIS (International School for Intrapreneurship and

Sustainability) Universitas Dhyana Pura Bali .

ISIS terbentuk atas prakarsa penemu program Intrapreneurship in Another

Perspective, Mr. Nicolaas Speelman, di mana ISIS berada di Undhira Bali akan dapat

mengembangkan dan mampu menawarkan program-program internasional baik itu

minor (semester programs), short course, seminars, dan workshop pada bidang

Intrapreneurship & Sustainability. ISIS berupaya untuk menjadi tempat pertemuan

kerjasama internasional dan inkubator bagi mahasiswa asing, para akademisi dan

profesional untuk bertemu dan membicarakan pengembangna dari konsep IAP.

Page 109: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

109

Segala program-program pengembangan internasional ini dilakukan dalam

kerjasama antara Undhira, ISIS, dan rekan kerjasama internasional lainnya, begitu

juga proses akreditasi pada program-program internasional akan dilakukan melalui

kerjasama yang telah tergalang dengan pendidikan tinggi luar negeri. Oleh karena itu

ISIS bertugas untuk menjaring kerjasama dengan perguruan tinggi di tingkat dunia.

2. Peningkatan kualitas produk dan sumber daya manusia

Peningkatan jumlah partner kerjasama bidang edukasi tentu dirasa akan dapat

meningkatkan adanya jumlah mahasiswa asing yang akan berpartisipasi dalam

program ini. Dengan didukung oleh adanya fasilitator yang ahli dibidangkan tentu

akan meningkatkan mutu program Educational Tourism itu sendiri.

Peningkatan kualitas produk dan sumber daya manusia ini dapat dilakukan melalui

program antara lain:

a. Studi Banding

Studi banding dapat dilakukan dengan institusi pendidikan yang melaksanakan

program yang sejenis baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan hubungan kerjasama lembaga pendidikan dengan saling mengenal dan

bertukar informasi mengenai pengelolaan lembaga bagi pengembangan manajemen

masing-masing. Kedua belah pihak dapat saling melakukan evaluasi terhadap

kekurangan dan kelebihan pengelolaam masing-masing program sehingga

menghasilkan program pembelajaran berbasis internasional yang berkualitas. Selain

itu studi banding akan memberi wawasan dan pandangan yang lebih positif kepada

Page 110: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

110

para fasilitator yang terlibat dalam kegiatan ini, di mana mereka akan melihat adanya

cara pengelolaan yang berbeda dan penerapan ilmu-ilmu lainnya terhadap program

yang dilaksanakan.

b. Berpartisipasi dalam seminar maupun workshop pembelajaran dan

pengelolaan program Internasional.

Hal yang belum dilakukan dan sangat perlu dilakukan adalah mengirim para

pengajar dalam mengikuti seminar ataupun workshop pembelajaran dan pengelolaan

program internasional. Melalui keterlibatan para pengajar dalam seminar ataupun

workshop yang berkaitan erat dengan pendidikan mahasiswa asing akan menambah

wawasan dan ilmu bagi para pengajar yang selanjutnya dapat diterapkan di

Universitas Dhyana Pura. Disamping itu proses pembelajaran yang dialami terutama

oleh mahasiswa asing akan lebih bermanfaat disebabkan materi pengajaran yang

diberikan berbeda dengan apa yang mereka biasa dapatkan di negaranya masing-

masing.

5.3.2 Strategi WO (Weakness – Opportunities)

Strategi WO – weaknesses opportunities merupakan suatu upaya

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang antara lain melalui:

1. Peningkatan Promosi

Dengan adanya faktor kelemahan pada promosi yang kurang maksimal

walaupun jumlah rekan kerjasama dalam bidang pendidikan meningkat diperlukan

upaya untuk memaksimalkan promosi. Program – program untuk meningkatkan

Page 111: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

111

promosi program internasional pada Universitas Dhyana Pura dapat dilakukan

melalui:

a. Berpartisipasi dalam even – even pendidikan internasional.

Melalui even-even dalam expo pendidikan internasional ataupun Education

Fair yang sering dilakukan baik di dalam maupun luar negeri, lembaga internasional

Dhyana Pura akan merencanakan strategi pasar dengan menentukan target pasar

(target market) sesuai dengan pengunjung yang diinginkan (Sucherly, 2003:219)

Selain itu di dalam expo ini akan terjalin hubungan dengan pasar baru dan pembeli

baru, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk mengetahui daya saing produk

dibandingkan dengan produk kompetitor. Dalam hal ini akan terjadi pertukaran

informasi secara efektif dan efisien dan mencari peluang kerjasama internasional.

Selain itu mahasiswa yang berkunjung juga akan dapat berdiskusi mengenai program

yang ditawarkan dan diharapkan pesan yang tersampaikan akan dapat tersampaikan

kepada orang lain (word of mouth). Melalui program ini Undhira specific positioning

approach yang merupakan pendekatan terhadap satu pasar wisatawan yang paling

menguntungkan akan tercapai melalui informasi-informasi yang diberikan.

b. Pemantapan website program Internasional.

Upaya lain untuk meningkatkan promosi adalah pemantapan website program

internasional yang sarat dengan informasi mengenai kegiatan-kegiatan internasional

dan program yang ditawarkan sehingga masyarakat umum tahu akan produk yang

ditawarkan oleh Universitas Dhyana Pura. Saat ini website Universitas masih dalam

Page 112: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

112

bahasa Indonesia, namun link kepada program Intrapreneurship in Another

Perspective. Program IAP ini ditampilkan dalam bahasa inggris namun hanya

program ini saja dan dokumentasi kegiatan masih tergolong sedikit sehingga

mahasiswa kurang mendapatkan informasi yang menyeluruh. Oleh karena itu

diharapkan Universitas Dhyana Pura memiliki website yang memiliki dwi bahasa,

yaitu bahasa inggris dan bahasa Indonesia.

2. Peningkatan Hubungan Kerjasama

Peningkatan hubungan kerjasama internasional antara Universitas Dhyana

Pura dengan institusi pendidikan lainnya baik dalam maupun luar negeri yang

sekaligus juga dapat digunakan sebagai ajang promosi program Educational Tourism

seperti:

a. Perkunjungan ke Universitas Dhyana Pura

Selama ini banyak kunjungan insititusi pendidikan baik dalam maupun luar

negeri melakukan perkunjungan ke kampus Dhyana Pura, sehingga dalam

penjelasan program kampus dilakukan juga pemberian informasi mengenai program

Educational Tourism, sehingga hal ini menjadi sekaligus promosi program kepada

para pengunjung. Hal ini dapat dikatakan sukses karena banyak institusi ingin terlibat

di dalam program Educational Tourism hanya saja mereka ingin menggunakan

program yang mereka miliki hanya pelaksanaannya di Bali.

Page 113: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

113

b. Memelihara dan meningkatkan jejaring internasional.

Salah satu program peningkatan hubungan kerjasama dapat dilakukan dengan

cara memelihara kerjasama dengan institusi-institusi yang telah memiliki MoU

maupun yang belum agar terjaganya hubungan baik yang saling menguntungkan.

Selain itu juga departemen Internasional harus selalu mencari jejaring yang baru baik

melalui internet, Rektorat, rekanan institusi yang dikenal untuk selalu

mempromosikan program internasional yang dimiliki oleh Undhira.

c. Mengadakan kerjasama lebih intensif dengan sarana pembelajaran

kebudayaan.

Salah satu kelemahan pelaksanaan program Universitas Dhyana Pura adalah

tidak memiliki sarana pembelajaran kebudyaan sehingga program yang dapat

dilakukan adalah menjaga hubungan kerjasama dan semakin meningkatkan

hubungan tersebut dengan sanggar-sanggar seperti tari, music, lukis, maupun studio,

museum, dan membuat MoU dengan ISI Denpasar sebagai salah satu Perguruan

Tinggi Seni di Bali.

3. Pelibatan mahasiswa

Keinginan untuk melibatkan mahasiswa Undhira merupakan keinginan yang

sampai saat ini belum terwujud, sedangkan mahasiswa asing selalu ingin terlibat

dalam kegiatan mahasiswa Undhira sendiri. Salah satu alasan dikarenakan

penghitungan angka kredit yang tidak sama. Pelibatan mahasiswa dapat dilakukan

antara lain dengan cara:

Page 114: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

114

a. Penghitungan konversi angka kredit semester

Diperlukan adanya kesepakatan dan kesepahaman untuk mengkonversi

hitungan angka kredit internasional kedalam angka kredit yang berlaku di Indonesia

sehingga mahasiswa Undhira dapat terlibat didalamnya. Dengan keterlibatan

mahasiswa Undhira dalam program ini diharapkan akan membawa suasana baru di

mana para mahasiswa baik lokal maupun asing akan merasakan adanya pertukaran

budaya, pemikiran, dan ilmu-ilmu sosial yang mereka tidak dapatkan pada

pembelajaran secara teori di dalam kelas. Selain itu mahasiswa asing juga akan lebih

cepat dapat bersosialisasi dengan lingkungan di Bali dan memiliki teman yang dapat

membantu mereka dalam segala hal.

b. Memberikan dispensasi waktu bagi mahasiswa Undhira ketika terlibat dalam

program Internasional.

Program internasional yang diselenggarakan di Undhira, contohnya program

IAP, berlangsung dari bulan Februari – Juli, dan September – Februari. Apabila

dilihat dari durasi program, program internasional ini berbeda dengan kalender

akademik Undhira. Selain itu, pelaksanaan program ekskursi ataupun outbond

dilakukan di luar kampus dan menginap. Oleh karena itu sangat diperlukan

dispensasi waktu bagi mahasiswa Undhira ketika mereka tidak dapat mengikuti mata

kuliah sesuai dengan jadwal program studi masing-masing.

Page 115: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

115

5.3.3 Strategi ST (Strength - Threats)

Strategi ST – strength threats merupakan bagian dari upaya untuk

menggunakan kekuatan yang ada untuk meminimalkan ancaman yang terjadi antara

lain:

1. Penonjolan keunggulan

Lebih memperkenalkan keunggulan program yang dimiliki oleh Universitas

Dhyana Pura sehingga dengan menunjukkan keunggulan dan keunikan yang dimiliki,

Universitas Dhyana Pura dapat bersaing dengan kompetitor lainnya. Keunggulan

program tersebut antara lain:

a. Program Intrapreneurship in Another Perspective

Program Intrapreneurship in Another Perspective merupakan program kombinasi

antara pariwisata, meta ekonomi ,budaya, bahasa, outbond, ekskursi dan pelaksanaan

riset. Ini merupakan suatu keunikan karena dapat membedakan dengan instansi

lainnya. Selain mendapatkan mata kuliah sesuai dengan program studi, mereka juga

mendapatkan pembelajaran mengenai bahasa, budaya, melakukan outbond yang

membuat mahasiswa asing harus bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar sesuai

dengan adat istiadatnya. Pelaksanaan ekskursi dilakukan untuk memperkenalkan

mahasiswa asing kegiatan, daerah tujuan wisata, maupun tempat-tempat yang dapat

mereka gunakan sebagai tempat untuk melaksanakan riset selama di Bali.

Page 116: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

116

b. Pembelajaran Tujuh Karakter.

Selain itu diadakan juga pembelajaran tujuh karakter. Pembelajaran karakter

ini dirasakan sangat diperlukan bagi setiap orang. Manusia tidak hanya cukup

memiliki hard skill tetapi setiap individu harus memiliki soft skill untuk menunjang

kemampuan kerja mereka pada lingkungan luas. Pembelajaran tujuh karakter ini

dilaksanakan di Universitas Dhyana Pura baru 2 semester dan mendapat respon baik

oleh semua orang yang terlibat didalamnya.

Tujuh karakter yang ditanamkan pada setiap individu di Universitas Dhyana Pura

adalah:

- Percaya diri – Self confidence

- Integritas – Integrity

- Keberagaman – Pluralism

- Kepemimpinan yang melayani - Servant leadership

- Kewirausahaan – Entrepreneursip

- Keprofesionalan – Profesionalisme

- Wawasan Global – Global Outlook

2. Penciptaan Keamanan Peserta Program

Penciptaan keamanan peserta program dapat dilakukan dengan cara:

a. Jaminan keamanan 24 jam di areal kampus.

Page 117: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

117

Saat ini keamanan mahasiswa dapat dikatakan aman dikarenakan ada

penjagaan oleh satpam kampus selama 24 jam setiap harinya. Namun keamanan

sangat diperhatikan pada saat mahasiswa berada di luar kampus, di mana sudah

beberapa kali mahasiswa mengalami kehilangan barang baik di tempat umum

maupun di bawah jok motor sewaan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan

kampus selalu bekerja sama dengan pihak kepolisian Sektor Kuta Utara untuk

memberikan pengarahan kepada mahasiswa asing mengenai keamanan pada minggu

pertama mereka tinggal di Bali.

b. Registrasi mahasiswa asing pada institusi pemerintah setempat.

Mahasiswa asing yang berpartisipasi dalam program internasional diharuskan

untuk tinggal di dalam kampus, dan untuk pencatatan masa tinggal selama berada di

kampus maka pihak kampus harus melaporkan keberadaan mahasiswa asing tersebut.

Setiap mahasiswa memperoleh KIPEM dari Keluharan, surat ijin tinggal dari

Lingkungan, dan Surat Tanda Melapor Diri dari Polsek setempat. Hal ini dilakukan

agar mahasiswa memiliki identitas tinggal yang jelas selama di Bali dan

mendapatkan perlindungan dari aparat yang berwenang.

5.3.4 Strategi WT (Weaknesses - Threats)

Strategi ST – weaknesses threats merupakan bagian dari upaya untuk

meminimalkan kelemahan yang ada dan sekaligus secara otomatis melemahkan

ancaman yang terjadi melalui strategi antara lain:

1. Penetapan harga produk tanpa menderita kerugian

Page 118: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

118

Penetapan harga produk dapat dilakukan melalui program antara lain:

a. Pemberlakuan harga standar program internasional.

Dikarenakan saat ini tidaknya ada harga standar yang berlaku dalam

pelaksanaan program ini, maka diperlukan untuk membuat harga standar yang dapat

diikuti atau disesuaikan dengan kemampuan negara lain selain negara-negara Eropa

tanpa menderita kerugian. Harga yang diberlakukan saat ini sebesar 3.500 Euro.

Harga ini sudah termasuk akomodasi, program, perpanjangan visa, biaya

administrasi-administrasi lokal. Harga paket ini tidak termasuk biaya perjalanan dari

negaranya, pengeluaran pribadi, dan makan. Harga ini tergolong harga normal bagi

mahasiswa Eropa, namun dirasa masih tergolong tinggi bagi calon mahasiswa asing

terutama yang berasal dari negara-negara di Asia, sehingga diperlukan adanya

penetapan harga yang disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa seluruh dunia.

b. Penetapan pembayaran dengan mata uang asing US$ (Dollar Amerika)

Untuk memudahkan mahasiswa mengirimkan biaya-biaya program

internasional maka diperlukan satu rekening dengan mata uang asing yang dapat

dilakukan di seluruh dunia, contohnya US$ (Dollar Amerika). Sampai saat ini,

rekening internasional yang dimiliki oleh Undhira masih dalam bentuk Rupiah,

sehingga mahasiswa sering mengalami kebingungan ketika melakukan pengiriman

biaya. Selain itu pihak Bank juga memotong biaya administrasi transfer yang sangat

besar dan konversi mata uang ditentukan dengan harga mata uang Rupiah saat

Page 119: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

119

pengiriman sampai di Bali. Hal ini menyebabkan pembayaran antara satu dengan

yang lainnya tidak sama. Namun apabila mata uang yang ditetapkan adalah satu mata

uang, maka akan memberikan kemudahan bagi semua pihak.

2. Konsistensi aturan dan pelaksanaan

Konsistensi aturan dan pelaksanaan program dapat dilakukan melalui:

a. Pemberian informasi awal mengenai proses dan prosedur di Indonesia

Inkonsistensinya aturan yang dirasakan pada pelaksanaan program ini

diharapkan dapat digunakan sebagai pembelajaran untuk meningkatkan

pemberitahuan sedini mungkin terhadap calon mahasiswa asing pada koresponden-

koresponden yang dilakukan. Sehingga hal ini akan dapat memberikan bayangan

kepada mahasiswa akan proses prosedur yang ada di Indonesia. Seperti contohnya

ketika mahasiswa melakukan penelitian untuk projek individunya, mereka sering

mengalami kendala pada birokrasi dan waktu pengumpulan data. Hal ini sering

menjadi kendala dalam pembuatan tugas-tugas individu mereka.

b. Pemberian informasi mengenai keamanan

Selain itu faktor ancaman yang harus diperhatikan adalah keamanan, secara

umum keamanan di Indonesia masih tergolong baik namun pada kenyataannya

mahasiswa asing sering mengalami kehilangan barang-barang tertentu di daerah-

daerah publik. Contohnya barang hilang di bawah tempat duduk motor sewaan.

Contoh lainnya juga seperti keamanan berkendara di lalu lintas. Sering sekali terjadi

kecelakaan lalu linta yang disebabkan oleh pengendara lokal yang kurang hati-hati

Page 120: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

120

dalam berkendaraan sehingga menyebabkan kecelakaan. Namun aparat kepolisian

kadang-kadang tetap menyalahkan mahasiswa asing, walaupun mahasiswa asing

tersebut berada pada posisi yang benar. Hal seperti ini juga dapat mengurungkan niat

calon mahasiswa asing untuk datang ke Bali dikarenakan mahasiswa asing sering

menjadi pihak yang bersalah hanya karena mereka “bule”. Oleh sebab itu staff di

Universitas Dhyana Pura dalam setiap korespondennya kepada calon mahasiswa

asing juga sering memperingatkan hal-hal kecil dalam bidang keamanan sehingga

calon mahasiswa tanggap akan adanya ancaman sehingga mereka lebih berhati-hati

dalam membawa barang-barang bawaan maupun berkendaraan di jalan raya.

5.3.5 Prioritas Strategi

Analisis matriks QSPM bertujuan untuk menetapkan kemenarikan relative

(relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi, dan untuk menentukan

strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan pada program

Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura.

Berdasarkan hasil analisis QSPM seperti ditunjukkan pada Tabel 5.6 bahwa

nilai TAS (total attractive score) dari strategi integrasi vertikal dengan skor tertinggi

yaitu 7,23. Hal ini berarti bahwa implementasi program dalam bentuk investasi

fasilitas, seperti pembuatan paket program yang sudah termasuk akomodasi, dalam

meningkatkan hasil pendapatan dari program ini merupakan pilihan utama.

Keuntungan dari paket program tentu saja akan dapat meningkatkan kualitas sarana

dan prasarana. Selain itu, membuka kerjasama dengan berbagai pihak seperti travel

Page 121: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

121

agent, menjaring mahasiswa asing yang bukan hanya dari kalangan perguruan tinggi

yang memiliki payung MoU dengan Undhira saja akan memberikan dampak positif

kepada lebih dikenalnya program Educational Tourism ini di kalangan umum.

Strategi alternative diversifikasi menjadi pilihan yang kedua dengan skor

6,83. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara membuat paket-paket program yang

bukan hanya bertumpu pada durasi 1 (satu) semester namun juga Undhira dapat

menawarkan paket program sesuai dengan keinginan dari konsumen. Seperti

contohnya, beberapa kunjungan perguruan tinggi asing dari luar negeri yang hanya

menginginkan paket program selama liburan semester saja dengan durasi 2 minggu

sampai 1 bulan. Hal ini merupakan produk baru yang harus dibuat oleh departmen

Internasional di Undhira dengan tetap menawarkan keunggulan-keunggulan dari

program Educational Tourism ini. Selanjutnya strategi alternatif Intensif merupakan

pilihan terendah dengan skor 6,67 di mana strategi ini dilakukan melalui penetrasi

pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Quantitative Strategics

Planning Matrix (QSPM) Strategi Pemasaran Program Educational Tourism di

Universita Dhyana Pura tersaji dalam Tabel 5.6 berikut ini.

Page 122: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

122

Tabel 5.6 Quantitative Strategics Planning Matrix (QSPM) Strategi Pemasaran

Program Educational Tourism di Universita Dhyana Pura

N

o Faktor Utama Weight

Alternatif Strategi

Strategi Integrasi

Vertikal Strategi Intensif

Strategi

Diversifikasi

AS1 TAS1 AS2 TAS2 AS3 TAS3

I.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

II.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

4.

5.

Faktor Internal

Kekuatan

Lokasi kampus

Fasilitas kampus dan akomodasi

Paket program yang dikemas dengan akomodasi

Fasilitator dan staff

Harga yang terjangkau khusus bagi mahasiswa Eropa

Proses pembelajaran

Kelemahan

Promosi yang kurang maksimal

Kurangnya saluran distribusi program Educational

Tourism

Hubungan kerjasama

Harga program yang kurang standar untuk semua negara

Belum terlibatnya mahasiswa Undhira

Tidak memiliki sarana pembelajaran kebudayaan

Faktor Eksternal

Peluang

Meningkatnya kunjungan dari institusi pendidikan luar

negeri.

Meningkatnya jumlah partner kerjasama dalam bidang

edukasi

Semakin digalakkannya pariwisata minat khusus oleh

Kemenparekraf

Meningkatnya kesadaran berwisata sambil belajar

Globalisasi informasi yang mendorong calon wisatawan

berkunjung

Pertumbuhan ekonomi yang menarik minat wisatawan

untuk berkunjung

Ancaman

Bertambahnya kompetitor program sejenis

Krisis ekonomi di daerah Eropa

Meningkatnya biaya-biaya pengurusan administrasi

mahasiswa asing

Kurangnya kemanan Indonesia

Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan terhadap mahasiswa

asing

0.13

0.10

0.15

0.14

0.03

0.07

0.15

0.13

0.13

0.03

0.09

0.14

0.10

0.21

0.05

0.12

0.14

0.05

0.06

0.06

0.06

0.12

0.12

4

3

3

3

3

3

3

3

3

4

3

2

3

3

2

3

3

3

3

3

3

3

4

0.52

0.30

0.45

0.42

0.09

0.21

0.45

0.39

0.39

0.12

0.27

0.28

0.30

0.63

0.10

0.36

0.42

0.15

0.18

0.18

0.18

0.36

0.48

4

4

4

3

2

3

3

3

3

1

2

1

4

3

3

3

2

2

3

3

2

2

2

0.52

0.40

0.60

0.42

0.06

0.21

0.45

0.39

0.39

0.03

0.18

0.14

0.40

0.63

0.15

0.36

0.28

0.10

0.18

0.18

0.12

0.24

0.24

4

3

3

3

3

4

3

3

2

1

3

3

4

3

2

3

2

2

3

3

2

3

2

0.52

0.30

0.45

0.42

0.09

0.28

0.45

0.39

0.26

0.03

0.27

0.42

0.40

0.63

0.10

0.36

0.28

0.10

0.18

0.18

0.12

0.36

0.24

Total 7.23 6.67 6.83

Peringkat 1 3 2

Catatan:

1. AS1 : Attractive Score 1 2. TAS 1 : Total Attractive Score 1

3. AS2 : Attractive Score 2 4. TAS 2 : Total Attractive Score 2

5. AS3 : Attractive Score 3 6. TAS 3 : Total Attractive Score 3

Page 123: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

123

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari hasil analisis dan uraian pada bab terdahulu terhadap lingkungan

strategis internal dan eksternal program Educational Tourism di Universitas Dhyana

Pura, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Fasilitas yang dimiliki oleh Universitas Dhyana Pura sangat menunjang

pelaksanaan program Educational Tourism, terutama disediakannya fasilitas

akomodasi yang terletak di dalam areal kampus sehingga mahasiswa asing

merasakan keamanan dan kenyamanan dalam melakukan proses belajar

ataupun bersosialisasi dengan mahasiswa Undhira.

2. Dari analisis faktor internal maupun eksternal yang diuraikan melalui

kekuatan dari faktor strategis internal (skor 2.09) dan peluang dari faktor

strategis eksternal (skor 1.96) menunjukkan bahwa program Educational

Tourism di Universitas Dhyana Pura memiliki kekuatan yang baik untuk

bersaing dengan kompetitor dan secara eksternal menunjukkan adanya

peluang untuk memenangkan persaingan. Posisi pemasaran program

Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura saat ini berada pada posisi

“Tumbuh dan Bina” sehingga strategi yang harus diterapkan adalah penetrasi

pasar melalui peningkatan promosi dan publisitas, strategi pengembangan

Page 124: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

124

pasar melalui kerjasama dengan travel agent, dan strategi pengembangan

produk dengan mempertahankan harga namun menawarkan kualitas produk

yang lebih aplikatif terhadap kegiatan mahasiswa.

3. Strategi alternatif dan program-program pemasaran yang dapat dilakukan

adalah dengan cara pemantapan kelembagaan, peningkatan kualitas produk

dan sumber daya manusia, peningkatan promosi, peningkatan hubungan

kerjasama, pelibatan mahasiswa Undhira, penonjolan keunggulan program,

penciptaan keamanan peserta program, penetapan harga produk tanpa

menderita kerugian, dan konsistensi aturan dan pelaksanaan.

Dari beberapa strategi alternatif tersebut, strategi integrasi vertical mencapai

angka ketertarikan tertinggi dengan nilai skor 7.23. Kemudian strategi

diversifikasi menduduki peringkat ke dua dengan jumlah skor 6.83 melalui

penawaran paket sesuai dengan keinginan pasar, dan strategi alternative yang

terakhir adalah strategi Intensif dengan jumlah skor 6.67 yang dilakukan

melalui penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.

6.2 Saran

Saran dalam pemasaran program Educational Tourism di Undhira adalah

sebagai berikut:

6.2.1 Saran kepada Universitas Dhyana Pura.

1. Universitas Dhyana Pura diharapkan dapat mengimplementasikan program-

program yang dirumuskan pada penelitian ini.

Page 125: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

125

2. Fasilitas akomodasi yang disediakan kadangkala mengalami kerusakan yang

hanya dilakukan perbaikan secara temporari sehingga mahasiswa sering

mengeluh oleh karena itu diharapkan manajemen dapat melakukan

penjadwalan akan perbaikan-perbaikan secara periodik dan bukan hanya

ketika dibutuhkan.

3. Penetapan harga standar paket program akan dapat memberikan kemudahan

bagi staff untuk memberikan informasi kepada calon mahasiswa dan calon

mahasiswa juga mengetahui dengan pasti akan biaya yang dikeluarkan.

4. Keterlibatan mahasiswa Undhira akan meningkatkan daya tarik mahasiswa

asing untuk ikut dalam program ini dikarenakan mahasiswa asing akan

mendapatkan pendampingan baik dari segi bahasa maupun kehidupan

sosialnya.

6.2.2. Saran kepada Pemerintah

Saran dalam pemasaran program Educational Tourism bagi pihak pemerintah

adalah sebagai berikut:

1. Ditetapkannya regulasi keimigrasian khususnya administrasi dan anggaran

yang ditentukan.

2. Keamanan di Indonesia harus ditingkatkan secara konsisten bukan hanya

dilakukan ketika adanya pelaksanaan even besar sehingga calon mahasiswa

merasakan kenyamanan dan keamanan yang terjamin.

Page 126: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

126

DAFTAR PUSTAKA

Ankomah, P. K and Larson, T. R.1992. Education Tourism: A Strategy to Strategy to

Sustainable Tourism Development in Sub-Saharan Africa. Available from:

unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents

Anonim. 2009. Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia

Armstrong, G. & Kotler, P. (2005). Marketing: An introduction (7thed.). Upper

Saddle River, N.J.: Pearson Prentice Hall

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2001.

http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=611001&od=11&id=11

Bozac, M.G. dan Tipuric, D. 2006. Top Management’s Attitude – Based SWOT

Analisis in The Croation Hotel Industry. EKONOMSKY PREGLED, 57 (7-

8) 429-474. Cornell University

Cardon. Peter. 2011. Using Typologies to Interpret Study Abroad Preferences of

American Business Students: Applying a Tourism Framework to

International Education. Journal of Education For Business. Taylor &

Francis Group.

Copeland, Jonathan. 2010. Secrets of Bali – Fresh Light on the Morning of the

World. Orchid Press.

Damanik, J & Weber, HF (2006) Perencanaan Ekowisata. Dari Teori ke Aplikasi.

Yogya: Puspar UGM & Penerbit Andi.

Davidson, Michael et al. 2010. International Education Visitation – Tourism

Opportunitie. Tourism Educational.

En.wikipedia.org/wiki/Tourism#Educational_tourism. Diakses tanggal 08

Oktober 2012

Flavin, M. 1996. Kurt Hahn’s School and Legacy. To Discove More and More Than

You Believe. Middle Atlantic Press.

Kotler & Armstrong. 2006. Prinsip-prinsip Pemasaran jilid 1 edisi 12. Jakarta :

Erlangga Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid I Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta: Pearson Education Asia Ptc. Ltd. Dan PT Prenhalindo.

Page 127: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

127

Kotler,Philip.(2002). Manajemen pemasaran jilid satu edisi milennium.Terjemahan oleh Hendra Teguh, dkk, dari Marketing Management.10thed.(2000). PT

Penhallindo,Jakarta.

Kunjungan Langsung wisatawan mancanegara ke Bali berdasarkan kebangsaan tahun

2007 – 2011. Kanwil Dep. Kehakiman dan Ham Provinsi bali.

Kurtz, David. L., Principles of Contemporary Marketing, Thomson, South – western,

2008.

Lembar Informasi:Hubungan Amerika Serikat – Indonesia.

http://indonesian.jakarta.usembassy.gov/news/pr_09032012.html diakses

pada 09/03/12

Marpaung. 2002. Pengantar Kepariwisataan. Bandung:Alfabeta

Morrison, Alastair M. 2002, Hospitality and Travel Marketing, Edisi ketiga,USA:

Delmar Thomson Learning

Paul, Williams. 2010. Educational Tourism: Understanding The Concept,

Recognising The Value. http://www.insights.org.uk/articleitem.aspx

Perkembangan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk 2007 – 2011.

http://www.budpar.go.id diakses tanggal 09/03/12

Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur,

sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset

Pitana I Gede dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: CV Andi Offset

Pitana, I Gede dan Diarta, I Ketut S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit:

Andi

Poon. 1993. Tourism Technology and Competiitive Strategies. CABI

Rangkuti, Freddy. 2002. “Measuring Customer Satisfaction”. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Rangkuti. Freddy. 2001. “Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis”. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Reid, D dan Bojanik, C. 2006. Marketing for Hospitality and Tourism. Second

Edition. Prentice Hall International, Inc.

Page 128: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

128

Ritchie, Brent W. 2003. Aspect of Tourism. Managing Educational Tourism. Channel View Publications.

Sadguna, Agus Jaya. 2010. “Strategi Pengembangan ISI Denpasar Sebagai Daya

Tarik Wisata Kampus Di Bali”(tesis). Denpasar: Universitas Udayana

Soekadijo. R. G. 2000. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai

Sistematic Linkage. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Spillane, James J. 1994. Pariwisata Indonesia: Siasat Ekonomi & Rekayasa

Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.

Sucherly. 2003. Strategi Pemasaran Jasa Dalam Meningkatkan Keunggulan

Bersaing. Dalam Strategi Baru Manajemen Pemasaran. Editor Usmara, A.

Yogyakarta:Amara Book.

Sudibya, B. 2002. “Pengembangan Ecotourism di Bali:Kasus Bagus Discovery

Group”. Makalah Disampaikan pada Ceramah Ecotourism di Kampus STIM-

PPLP Dhyana Pura, Dalung, Kuta pada tanggal 14 Agustus 2002.

Suwardjoko, P. Warpani dan Indira P. Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang

Wilayah. Penerbit ITB

Turker, Pica. 2012. “Strategi pemasaran lembaga pendidikan SMP swasta di

Denpasar” (tesis). Denpasar: Universitas Pendidikan Nasional

Umar, Husein. 2000. “Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen”. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka

Wahyuningrum. 2000. Buku Ajar Manajemen Fasilitas Pendidikan Yogyakarta

:FIP UNY.

Wisata Minat Khusus Menjadi Tren. Suarapembaruan.com. Diakses tanggal 10 Juli

2012.

Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT.

Pradnya Paramita.

Page 129: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

129

LAMPIRAN

Page 130: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

130

Lampiran 1 Kuisioner Penentuan Bobot Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali Dengan Teknik Metode Perbandingan Berpasangan

KUISIONER

Nama : ……………………………………………………………………………………………………

Jabatan : ……………………………………………………………………………………………………

Departemen : ……………………………………………………………………………………………………

Tanggal pengisian : ……………………………………………………………………………………………………

Cara mengisi Kuisioner:

Dalam rangka penentuan bobot untuk masing-masing parameter kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman program Educational Tourism di Universitas Dhyana Pura Bali

digunakan metode komparasi berpasangan untuk hal tersebut kami harapkan kepada

Bapak/Ibu/Saudara untuk dapat memberikan bobot dari parameter yang ada di bawah ini

dengan ketentuan pemberian nilai sebagai berikut.

Nilai 0 = Jika parameter horizontal kurang penting dari parameter vertical

1 = Jika parameter horizontal sama penting dengan parameter vertical

2 = Jika parameter horizontal lebih penting dari parameter vertical

Pemberian rangking 1 artinya : Tingkat pengaruh sangat lemah

Pemberian rangking 2 artinya : Tingkat pengaruh agak lemah

Pemberian rangking 3 artinya : Tingkat pengaruh agak kuat

Pemberian rangking 4 artinya : Tingkat pengaruh sangat kuat

Page 131: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

131

Lampiran 2 Metode Perbandingan Berpasangan Internal

Lokasi

kampus

Fasilitas

kampus &

akomodasi

Paket

program

yang

dikemas

dengan

akomodasi

Fasilitato

r dan

staff

Harga yang

terjangkau

khusus bagi

mahasiswa

Eropa

Proses

pembelaja

ran

Promosi

yang

kurang

maksimal

Kurangnya

saluran

distribusi

program

Educationa

l Tourism

Hubungan

kerjasama

Harga

program

yang kurang

standar

untuk semya

negara

Belum

terlibatnya

mahasiswa

Undhira

Tidak

memiliki

sarana

pembelajara

n

kebudayaan Total

Bobot

A. Lokasi kampus

B. Fasilitas kampus &

akomodasi

C. Paket program yang

dikemas dengan akomodasi

D. Fasilitator dan staff

E.

Harga yang terjangkau

khusus bagi mahasiswa

Eropa

F.Proses pembelajaran

G. Promosi yang kurang

maksimal

H.

Kurangnya saluran distribusi

program Educational

Tourism

I. Hubungan kerjasama

J. Harga program yang kurang

standar untuk semya negara

K.Belum terlibatnya mahasiswa

Undhira

L. Tidak memiliki sarana

pembelajaran kebudayaan

Nilai : Pemberian rangking 1 artinya = Tingkat pengaruh sangat lemah

2 = Jika parameter horizontal lebih penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 2 artinya = Tingkat pengaruh agak lemah

1 = Jika parameter horizontal sama penting dengan parameter vertikal Pemberian rangking 3 artinya = Tingkat pengaruh agak kuat

0 = Jika parameter horizontal kurang penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 4 artinya = Tingkat pengaruh sangat kuat

Kelemahan

Total General

InternalRanking (pilih salah

satu)

1 2 3 4Kekuatan

Page 132: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

132

Lampiran 3 Metode Perbandingan Berpasangan Eksternal

Meningkatnya

kunjungan

kunjungan

dari institusi

pendidikan

dari luar

negeri

Meningkatnya

jumlah partner

kerjasama

dalam bidang

edukasi

Semakin

digalakkannya

pariwisata

minat khusus

oleh

Kemenpraf

Meningkatnya

kesadaran

berwisata

sambil belajar

Globalisasi

informasi

yang

mendorong

calon

wisatawan

berkunjung

Pertumbuhan

ekonomi yang

menarik minat

wisatawan

untuk

berkunjung

Bertambahny

a kompetitor

program

sejenis

Krisis

ekonomi di

daerah Eropa

Meningkatnya

biaya-biaya

pengurusan

administrasi

mahasiswa

asing

Kurangnya

stabilitas

keamanan

Indonesia

Inkonsistensi

aturan dan

pelaksanaan

terhadap

mahasiswa

asing Total Bobot

1 2 3 4

A.

Meningkatnya

kunjungan

kunjungan dari

institusi pendidikan

dari luar negeri 0

B.

Meningkatnya

jumlah partner

kerjasama dalam

bidang edukasi 0

C.

Semakin

digalakkannya

pariwisata minat

khusus oleh

Kemenpraf 0

D

Meningkatnya

kesadaran

berwisata sambil

belajar 0

E

Globalisasi

informasi yang

mendorong calon

wisatawan

berkunjung 0

F

Pertumbuhan

ekonomi yang

menarik minat

wisatawan untuk

berkunjung 0

G.

Bertambahnya

kompetitor program

sejenis 0

H.Krisis ekonomi di

daerah Eropa 0

I

Meningkatnya biaya-

biaya pengurusan

administrasi

mahasiswa asing 0

J

Kurangnya

keamanan

Indonesia 0

K

Inkonsistensi aturan

dan pelaksanaan

terhadap

mahasiswa asing 0

Nilai : Pemberian rangking 1 artinya = Tingkat pengaruh sangat lemah

0 = Jika parameter horizontal kurang penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 2 artinya = Tingkat pengaruh agak lemah

1 = Jika parameter horizontal sama penting dengan parameter vertikal Pemberian rangking 3 artinya = Tingkat pengaruh agak kuat

2 = Jika parameter horizontal lebih penting dari parameter vertikal Pemberian rangking 4 artinya = Tingkat pengaruh sangat kuat

Total General

Eksternal

Ranking (pilih salah satu)

Peluang

Ancaman

Page 133: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

133

Lampiran 4 Tabulasi Rangking Faktor Internal Strategi Pemasaran

A. Lokasi kampus 0 0.03 0.1 0.03 0.17 0.7 0.07 0.04 0.07 0.1 1.31 0.131 13.1

B.Fasilitas kampus &

akomodasi 0.09 0.07 0.1 0.14 0.1 0.1 0.14 0.12 0.1 0.1 1.06 0.106 10.6

C.

Paket program yang

dikemas dengan

akomodasi 0.14 0.07 0.7 0.07 0.09 0.1 0.1 0.08 0.07 0.1 1.52 0.152 15.2

D. Fasilitator dan staff 0.16 0.17 0.17 0.14 0.03 0.17 0.14 0.15 0.13 0.14 1.4 0.14 14

E.

Harga yang terjangkau

khusus bagi mahasiswa

Eropa 0.08 0.07 0.03 0.03 0.05 0 0.03 0 0 0 0.29 0.029 2.9

F Proses pembelajaran 0.07 0.1 0.03 0.1 0.07 0.07 0.03 0.08 0.13 0.07 0.75 0.075 7.5

G. Promosi yang kurang

maksimal 0.13 0.15 0.14 0.14 0.14 0.13 0.18 0.19 0.17 0.14 1.51 0.151 15.1

H.

Kurangnya saluran

distribusi program

Educational Tourism 0.03 0.12 0.03 0.07 0.03 0.7 0.07 0.08 0.07 0.1 1.3 0.13 13

I. Hubungan kerjasama 0.16 0.1 0.14 0.1 0.14 0.17 0.14 0.12 0.13 0.14 1.34 0.134 13.4

J.

Harga program yang

kurang standar untuk

semya negara 0.05 0.03 0 0.07 0.03 0.03 0.03 0 0.03 0.03 0.3 0.03 3

K. Belum terlibatnya

mahasiswa Undhira 0.03 0 0.1 0 0.7 0 0.04 0.04 0 0.03 0.94 0.094 9.4

L.

Tidak memiliki sarana

pembelajaran

kebudayaan 0.08 0.07 0.07 0.1 0.7 0.1 0.07 0.12 0.1 0.03 1.44 0.144 14.4

Kelemahan

Kekuatan R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8 R.9 R.10 Total Rata-rata Total Bobot %

Page 134: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

134

Lampiran 5 Tabulasi Bobot Faktor Internal Strategi Pemasaran

A. Lokasi kampus 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4

B. Fasilitas kampus &

akomodasi 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 36 3.6 4

C. Paket program yang

dikemas dengan 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 31 3.1 3

D.

Fasilitator dan staff 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 34 3.4 3

E.

Harga yang terjangkau

khusus bagi mahasiswa

Eropa 2 4 4 2 3 4 3 2 3 4 31 3.1 3

FProses pembelajaran 2 4 3 4 2 4 3 4 2 4 32 3.2 3

G. Promosi yang kurang

maksimal 2 3 4 3 3 2 3 3 3 4 30 3 3

H.

Kurangnya saluran

distribusi program

Educational Tourism 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 28 2.8 3

I.Hubungan kerjasama 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 2

J

Harga program yang

kurang standar untuk

semua negara 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 2 2

K

Belum terlibatnya

mahasiswa 2 1 3 2 1 2 1 3 2 3 20 2 2

L

Tidak memiliki sarana

pembelajaran kebudayaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1

Rata-rata Pembulatan

Kelemahan

R.6 R.7 R.8 R.9 R.10 Sub Total Kekuatan R.1 R.2 R.3 R.4 R.5

Page 135: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

135

Lampiran 6 Tabulasi Rangking Faktor Eksternal Strategi Pemasaran

R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8 R.9 R.10

Sub Total

Rangking

Total

Rangking Pembulatan

A.

Meningkatnya kunjungan

kunjungan dari institusi

pendidikan dari luar negeri 2 4 3 2 3 2 4 3 4 4 31 3.1 3

B.

Meningkatnya jumlah partner

kerjasama dalam bidang

edukasi 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 31 3.1 3

C. Semakin digalakkannya

pariwisata minat khusus oleh

Kemenpraf 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 22 2.2 2

D

Meningkatnya kesadaran

berwisata sambil belajar 4 3 2 3 4 2 2 4 3 2 29 2.9 3

E

Globalisasi informasi yang

mendorong calon wisatawan

berkunjung 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 34 3.4 3

F

Pertumbuhan ekonomi yang

menarik minat wisatawan

untuk berkunjung 2 4 2 3 4 3 3 2 2 2 27 2.7 3

0 0

G. Bertambahnya kompetitor

program sejenis 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 32 3.2 3

H.Krisis ekonomi di daerah

Eropa 3 2 3 4 1 2 2 3 3 4 27 2.7 3

IMeningkatnya biaya-biaya

pengurusan administrasi

mahasiswa asing 4 4 3 3 2 2 2 3 2 3 28 2.8 3

JKurangnya keamanan

Indonesia 2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 24 2.4 2

K

Inkonsistensi aturan dan

pelaksanaan terhadap

mahasiswa asing 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 35 3.5 4

Peluang

Ancaman

Page 136: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

136

Lampiran 7 Tabulasi Bobot Faktor Eksternal Strategi Pemasaran

A. Meningkatnya kunjungan kunjungan

dari institusi pendidikan dari luar

negeri 0.16 0.16 0 0.08 0.08 0.04 0.08 0.12 0.12 0.2 1.04 0.104 0.1 1.04

B. Meningkatnya jumlah partner

kerjasama dalam bidang edukasi 0.16 0.12 0.8 0.16 0.12 0.12 0.12 0.16 0.18 0.12 2.06 0.206 0.21 2.06

C. Semakin digalakkannya pariwisata

minat khusus oleh Kemenpraf 0.04 0.08 0.08 0.04 0 0.08 0.16 0.02 0.04 0 0.5416 0.05416 0.05 0.5416

D

Meningkatnya kesadaran berwisata

sambil belajar 0.08 0.08 0.16 0.08 0.2 0.12 0.08 0.12 0.14 0.12 1.18 0.118 0.12 1.18

E

Globalisasi informasi yang

mendorong calon wisatawan

berkunjung 0.08 0.12 0.16 0.2 0.16 0.2 0.16 0.16 0.08 0.08 1.4 0.14 0.14 1.4

F

Pertumbuhan ekonomi yang menarik

minat wisatawan untuk berkunjung 0.08 0.04 0.12 0.04 0.04 0.04 0 0.04 0.04 0.04 0.48 0.048 0.05 0.48

0 0 0 0 0

G. Bertambahnya kompetitor program

sejenis 0.02 0 0.08 0.04 0.04 0.08 0.12 0.1 0.06 0.1 0.64 0.064 0.06 0.64

H. Krisis ekonomi di daerah Eropa 0 0.1 0 0.1 0.14 0 0.12 0.02 0.04 0.04 0.56 0.056 0.06 0.56

I

Meningkatnya biaya-biaya

pengurusan administrasi mahasiswa

asing 0.08 0.08 0 0.04 0.08 0.08 0.08 0.04 0.04 0.08 0.6 0.06 0.06 0.6

JKurangnya keamanan Indonesia 0.16 0.12 0.16 0.12 0.04 0.24 0.04 0.14 0.1 0.04 1.16 0.116 0.12 1.16

K Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan

terhadap mahasiswa asing 0.12 0.12 0.12 0.12 0.1 0.48 0.02 0 0.04 0 1.1248 0.11248 0.12 1.1248

Pembulata

n Total Bobot %Peluang R.1 R.2 R.3 R.4 R.5 R.6 R.7 R.8

Ancaman

R.9 R.10 Total

Bobot

Rata -

rata

Page 137: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

137

Lampiran 8 Matriks IFAS

Bobot Rating Skor

-2 -3 (4 = 2 X 3)

A. Lokasi kampus 0.13 4 0.52

B. Fasilitas kampus & akomodasi 0.1 4 0.4

C. Paket program yang dikemas dengan

akomodasi 0.15 30.45

D. Fasilitator dan staff 0.14 3 0.42

E. Harga yang terjangkau khusus bagi

mahasiswa Eropa 0.03 30.09

F Proses pembelajaran 0.07 3 0.21

2.09

G. Promosi yang kurang maksimal 0.15 3 0.45

H. Kurangnya saluran distribusi program

Educational Tourism 0.13 30.39

I. Hubungan kerjasama 0.13 2 0.26

JHarga program yang kurang standar

untuk semua negara 0.03 20.06

K. Belum terlibatnya mahasiswa 0.09 2 0.18

L. Tidak memiliki sarana pembelajaran

kebudayaan 0.14 10.14

1.48

Kelemahan

Faktor-Faktor Strategi Internal

-1

Sub Total

Sub Total

Total 1,0 3.57

Page 138: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

138

Lampiran 9 Matriks EFAS

Bobot Rating Skor

-2 -3 (4 = 2 X 3)

A. Meningkatnya kunjungan kunjungan dari

institusi pendidikan dari luar negeri 0.1 30.3

B.Meningkatnya jumlah partner kerjasama

dalam bidang edukasi 0.21 30.63

C. Semakin digalakkannya pariwisata minat

khusus oleh Kemenpraf 0.05 20.1

D. Meningkatnya kesadaran berwisata

sambil belajar 0.12 30.36

E. Globalisasi informasi yang mendorong

calon wisatawan berkunjung 0.14 30.42

FPertumbuhan ekonomi yang menarik

minat wisatawan untuk berkunjung 0.05 30.15

1.96

G. Bertambahnya kompetitor program

sejenis 0.06 30.18

H. Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 3 0.18

I.Meningkatnya biaya-biaya pengurusan

administrasi mahasiswa asing 0.06 30.18

J Kurangnya keamanan Indonesia 0.12 2 0.24

K.Inkonsistensi aturan dan pelaksanaan

terhadap mahasiswa asing 0.12 40.48

1.26

3.22

Faktor-Faktor Strategi Eksternal

-1

Peluang

Sub Total

Ancaman

Sub Total

Total 1,0

Page 139: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

139

Lampiran 10 Penjumlahan Attractive Score 1 - Strategi Integrasi Vertikal

No Faktor Utama

I

Faktor Internal

Kekuatan

1 Lokasi kampus 0.13 4 4 4 4 0.52

2 Fasilitas kampus dan akomodasi 0.1 3 3 3 3 0.3

3

Paket program yang dikemas

dengan akomodasi

0.15 2 3

2.5 3 0.45

4 Fasilitator dan staff 0.14 4 2 3 3 0.42

5

Harga yang terjangkau khusus

bagi mahasiswa Eropa

0.03 3 3

3 3 0.09

6 Proses pembelajaran 0.07 3 3 3 3 0.21

Kelemahan 0 0

1 Promosi yang kurang maksimal 0.15 3 2 2.5 3 0.45

2

Kurangnya saluran distribusi

program Educational Tourism

0.13 3 2

2.5 3 0.39

3 Hubungan kerjasama 0.13 2 3 2.5 3 0.39

4

Harga program yang kurang

standar untuk semua negara

0.03 4 4

4 4 0.12

5

Belum terlibatnya mahasiswa

Undhira

0.09 3 3

3 3 0.27

6

Tidak memiliki sarana pembelajaran

budaya

0.14 2 2

2 2 0.28

II. Faktor Eksternal

Peluang 0 0

1

Meningkatnya kunjungan dari

institusi pendidikan luar negeri.

0.1 4 2

3 3 0.3

2

Meningkatnya jumlah partner

kerjasama dalam bidang edukasi

0.21 2 3

2.5 3 0.63

3

Semakin digalakkannya pariwisata

minat khusus oleh Kemenparekraf

0.05 2 2

2 2 0.1

4

Meningkatnya kesadaran

berwisata sambil belajar

0.12 3 2

2.5 3 0.36

5

Globalisasi informasi yang

mendorong calon wisatawan

berkunjung

0.14 2 3

2.5 3 0.42

6

Pertumbuhan ekonomi yang

menarik minat wisatawan untuk

berkunjung

0.05 2 3

2.5 3 0.15

Ancaman 0

1

Bertambahnya kompetitor program

sejenis

0.06 3 3

3 3 0.18

2 Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 4 2 3 3 0.18

3

Meningkatnya biaya-biaya

pengurusan administrasi

mahasiswa asing

0.06 3 3

3 3 0.18

4 Kurangnya kemanan Indonesia 0.12 2 3 2.5 3 0.36

5

Inkonsistensi aturan dan

pelaksanaan terhadap mahasiswa

asing

0.12 4 3

3.5 4 0.48

7.23

TAS 1

Total

Weight AS1.1 AS1.2 Rata-rata Pembulatan

Page 140: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

140

Lampiran 11 Penjumlahan Attractive Score 2 - Strategi Intensif

No Faktor Utama

I

Faktor Internal

Kekuatan

1 Lokasi kampus 0.13 4 4 4 4 0.52

2 Fasilitas kampus dan akomodasi 0.1 4 3 3.5 4 0.4

3

Paket program yang dikemas

dengan akomodasi

0.15 3 4

3.5 4 0.6

4 Fasilitator dan staff 0.14 2 3 2.5 3 0.42

5

Harga yang terjangkau khusus

bagi mahasiswa Eropa

0.03 2 2

2 2 0.06

6 Proses pembelajaran 0.07 3 2 2.5 3 0.21

Kelemahan

1 Promosi yang kurang maksimal 0.15 3 3 3 3 0.45

2

Kurangnya saluran distribusi

program Educational Tourism

0.13 4 2

3 3 0.39

3 Hubungan kerjasama 0.13 2 3 2.5 3 0.39

4

Harga program yang kurang

standar untuk semua negara

0.03 1 1

1 1 0.03

5

Belum terlibatnya mahasiswa

Undhira

0.09 1 2

1.5 2 0.18

6

Tidak memiliki sarana pembelajaran

budaya

0.14 1 1

1 1 0.14

II. Faktor Eksternal

Peluang

1

Meningkatnya kunjungan dari

institusi pendidikan luar negeri.

0.1 3 4

3.5 4 0.4

2

Meningkatnya jumlah partner

kerjasama dalam bidang edukasi

0.21 3 3

3 3 0.63

3

Semakin digalakkannya pariwisata

minat khusus oleh Kemenparekraf

0.05 2 3

2.5 3 0.15

4

Meningkatnya kesadaran

berwisata sambil belajar

0.12 2 3

2.5 3 0.36

5

Globalisasi informasi yang

mendorong calon wisatawan

berkunjung

0.14 2 2

2 2 0.28

6

Pertumbuhan ekonomi yang

menarik minat wisatawan untuk

berkunjung

0.05 1 3

2 2 0.1

Ancaman

1

Bertambahnya kompetitor program

sejenis

0.06 2 3

2.5 3 0.18

2 Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 3 3 3 3 0.18

3

Meningkatnya biaya-biaya

pengurusan administrasi

mahasiswa asing

0.06 3 1

2 2 0.12

4 Kurangnya kemanan Indonesia 0.12 2 2 2 2 0.24

5

Inkonsistensi aturan dan

pelaksanaan terhadap mahasiswa

asing

0.12 3 1

2 2 0.24

6.67

TAS 2

Total

Weight AS2.1 AS2.2 Rata-rata Pembulatan

Page 141: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

141

Lampiran 12 Penjumlahan Attractive Score 3 - Strategi Diversifikasi

No Faktor Utama

I Faktor Internal

Kekuatan

1 Lokasi kampus 0.13 4 4 4 4 0.52

2 Fasilitas kampus dan akomodasi 0.1 2 3 2.5 3 0.3

3

Paket program yang dikemas

dengan akomodasi

0.15 3 3

3 3 0.45

4 Fasilitator dan staff 0.14 2 3 2.5 3 0.42

5

Harga yang terjangkau khusus

bagi mahasiswa Eropa

0.03 2 3

2.5 3 0.09

6 Proses pembelajaran 0.07 4 4 4 4 0.28

Kelemahan

1 Promosi yang kurang maksimal 0.15 2 3 2.5 3 0.45

2

Kurangnya saluran distribusi

program Educational Tourism

0.13 3 3

3 3 0.39

3 Hubungan kerjasama 0.13 4 1 2.5 2 0.26

4

Harga program yang kurang

standar untuk semua negara

0.03 1 1

1 1 0.03

5

Belum terlibatnya mahasiswa

Undhira

0.09 2 3

2.5 3 0.27

6

Tidak memiliki sarana pembelajaran

budaya

0.14 4 2

3 3 0.42

II. Faktor Eksternal

Peluang

1

Meningkatnya kunjungan dari

institusi pendidikan luar negeri.

0.1 4 3

3.5 4 0.4

2

Meningkatnya jumlah partner

kerjasama dalam bidang edukasi

0.21 2 3

2.5 3 0.63

3

Semakin digalakkannya pariwisata

minat khusus oleh Kemenparekraf

0.05 2 2

2 2 0.1

4

Meningkatnya kesadaran

berwisata sambil belajar

0.12 2 3

2.5 3 0.36

5

Globalisasi informasi yang

mendorong calon wisatawan

berkunjung

0.14 2 2

2 2 0.28

6

Pertumbuhan ekonomi yang

menarik minat wisatawan untuk

berkunjung

0.05 2 2

2 2 0.1

Ancaman

1

Bertambahnya kompetitor program

sejenis

0.06 2 3

2.5 3 0.18

2 Krisis ekonomi di daerah Eropa 0.06 3 2 2.5 3 0.18

3

Meningkatnya biaya-biaya

pengurusan administrasi

mahasiswa asing

0.06 2 2

2 2 0.12

4 Kurangnya kemanan Indonesia 0.12 3 3 3 3 0.36

5

Inkonsistensi aturan dan

pelaksanaan terhadap mahasiswa

asing

0.12 2 2

2 2 0.24

6.83

TAS 3

Total

Weight AS3.1 AS3.2 Rata-rata Pembulatan

Page 142: Marketing Strategic on Educational Tourism Program at Dhyana ...

142