Thesis Strategic

132
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan masa mendatang. Pada tahun 2010 sektor pariwisata Indonesia memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp. 163,25 triliun atau 3,19% dari total PDB nasional (Kemenekraf, 2011). Hal ini berlanjut ke tahun 2011 saat kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional meningkat menjadi 3,25%. Sejak tahun 2001 pertumbuhan PDB pariwisata selalu lebih tinggi dibandingkan dengan PDB nasional. Pada tahun 2010 penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata merupakan kontributor ketiga terbesar, dengan urutan minyak dan gas bumi serta palm oil. Hal ini harus menjadi fokus perhatian bagi pemerintah dan kalangan stakeholder di bidang pariwisata bahwa sektor pariwisata nasional kedepannya masih sangat menjanjikan. Salah satu wisata yang potensial untuk dikembangkan adalah wisata bahari karena Indonesia memiliki keunggulan. Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia jika dilihat dari potensi yang dimilikinya. Menurut survei yang dilakukan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi tahun 2006-2012, tercatat jumlah pulau di Indonesia sebanyak 13.466, luas wilayah laut sebesar 3.200.000 km 2 , serta potensi total nilai ekonomi yang ditaksir mencapai USD 1,2 triliun. Potensi ekonomi kelautan tersebut berasal dari sektor perikanan tangkap, perikanan budidaya, minyak dan gas, bioteknologi kelautan, pariwisata, dll. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi kedua terbanyak di dunia setelah Brazil. Berdasarkan fakta diatas, maka Indonesia mempunyai potensi wisata yang sangat besar jika digarap dengan serius. Selain itu dari survey kepariwisataan, sebagian besar wisatawan mancanegara (wisman) lebih menyukai obyek wisata pantai dan pesisir. Oleh karena itu pemerintah mulai melakukan 1

description

aaaaa

Transcript of Thesis Strategic

1

79

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan masa mendatang. Pada tahun 2010 sektor pariwisata Indonesia memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp. 163,25 triliun atau 3,19% dari total PDB nasional (Kemenekraf, 2011). Hal ini berlanjut ke tahun 2011 saat kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional meningkat menjadi 3,25%. Sejak tahun 2001 pertumbuhan PDB pariwisata selalu lebih tinggi dibandingkan dengan PDB nasional. Pada tahun 2010 penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata merupakan kontributor ketiga terbesar, dengan urutan minyak dan gas bumi serta palm oil. Hal ini harus menjadi fokus perhatian bagi pemerintah dan kalangan stakeholder di bidang pariwisata bahwa sektor pariwisata nasional kedepannya masih sangat menjanjikan. Salah satu wisata yang potensial untuk dikembangkan adalah wisata bahari karena Indonesia memiliki keunggulan.Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia jika dilihat dari potensi yang dimilikinya. Menurut survei yang dilakukan oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi tahun 2006-2012, tercatat jumlah pulau di Indonesia sebanyak 13.466, luas wilayah laut sebesar 3.200.000 km2, serta potensi total nilai ekonomi yang ditaksir mencapai USD 1,2 triliun. Potensi ekonomi kelautan tersebut berasal dari sektor perikanan tangkap, perikanan budidaya, minyak dan gas, bioteknologi kelautan, pariwisata, dll. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi kedua terbanyak di dunia setelah Brazil. Berdasarkan fakta diatas, maka Indonesia mempunyai potensi wisata yang sangat besar jika digarap dengan serius. Selain itu dari survey kepariwisataan, sebagian besar wisatawan mancanegara (wisman) lebih menyukai obyek wisata pantai dan pesisir. Oleh karena itu pemerintah mulai melakukan pengembangan pariwisata dari landbased ke seabased karena Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan berpeluang dalam mengembangkan wisata bahari dibandingkan dengan negara lain ( Wijayanti 2009).Salah satu visi yang diangkat oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah To carry out conservation and culture development based on cultural value, dari salah satu visi tersebut yang menjadi tujuan adalah untuk lebih memperkenalkan kekayaan alam dan budaya. Salah satu yang melatarbelakangi adalah keinginan wisatawan untuk berwisata adalah keinginan untuk melihat alam yang masih asli dan memiliki keindahan alami. Berdasarkan hal diatas, kunjungan wisatawan ke lokasi yang berbasis alam menjadi meningkat. Salah satu daerah wisata alam yang sedang berkembang saat ini adalah Kepulauan Seribu. Daerah Kepulauan Seribu merupakan gugus pulau-pulau karang yang terdiri dari 110 pulau dan lebih dari 80% pulau tersebut tidak berpenghuni serta belum dimanfaatkan secara optimal. Keadaan alam Kepulauan Seribu mendukung untuk dijadikan obyek pariwisata yang berbasis alam, hal ini ditunjang dengan ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang yang relatif masih terjaga dengan baik. Dengan terjaganya tiga ekosistem tersebut, maka biota yang hidup di dalam ekosistem tersebut masih cukup banyak dengan tingkat keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Posisi Pulau Seribu yang relatif dekat dengan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan perputaran uang di Indonesia juga menjadi keuntungan sendiri karena sebagai kota metropolitan, penduduk Jakarta membutuhkan suatu tempat wisata yang dapat melepas stress dan Kepulauan Seribu dapat menjadi suatu alternatif tempat wisata.Sektor pariwisata merupakan penyumbang kedua dari Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu setelah sektor pertambangan. Sektor ini menyumbang sekitar hampir 30% dari PDRB Kepulauan Seribu. Sektor pariwisata dianggap mampu menjadi daya tarik bagi masyarakat Kepulauan Seribu sebagai mata pencaharian alternatif. Jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini. Seperti yang terlihat pada Tabel 1 di bawah ini

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kepulauan SeribuTahun Wisatawan Mancanegara (Orang)Wisatawan Nusantara (orang)

20083.009 129.734

20093.316 137.911

20104.786 226.234

20116.692 552.306

Sumber: Data BPS Kepulauan Seribu, 2012

Pertumbuhan sektor pariwisata mencapai hampir 6% tiap tahunnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi investor (BPS Kepulauan Seribu, 2012). Jumlah wisatawan yang terus meningkat ini menyebabkan penerimaan daerah regional bruto (PDRB) Kepulauan Seribu meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah iniTabel 2. Peningkatan PDRB Kepulauan SeribuTahunPertumbuhan PDRB (%)

20083.83

20095.14

20105.37

20115.50

Sumber: Data BPS Kepulauan Seribu, 2012

Berdasarkan Tabel 1, terjadi kenaikan yang drastis baik dari wisatawan nusantara maupun wisatawan asing pada tahun 2010, yang jumlah kenaikan hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Pulau Pramuka adalah salah satu pulau yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka tersebut pada tahun 2011 mencapai 51.493 orang untuk Pulau Pramuka (BPS Kepulauan Seribu, 2012). Dengan semakin pesatnya kunjungan wisatawan ke Pulau Pramuka menjadi sebuah keuntungan dengan bertambahnya pemasukan dari sektor pariwisata. Namun disisi lain, peningkatan jumlah wisatawan berpotensi menjadi penyebab beberapa masalah jika tidak ditanggulangi.Jika pihak regulator dalam hal ini pemerintah setempat tidak membuat suatu program pengembangan daerah wisata yang berbasis lingkungan dan berkelanjutan, maka dikhawatirkan justru kegiatan pariwisata menjadi salah satu penyebab rusaknya ekosistem yang ada di Pulau Pramuka. Jika ekosistem di Pulau Pramuka rusak maka dikhawatirkan akan membuat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka semakin berkurang sehingga menyebabkan turunnya pendapatan masyarakat terutama masyarakat yang menyediakan jasa pariwisata. Pendapatan masyarakat sekitar mempunyai kaitan yang erat dengan pelestarian lingkungan, karena dengan seiring penurunan pendapatan, maka peluang terjadinya pelanggaran-pelanggaran seperti perambahan, pencurian, dan perusakan ekosistem kerap dilakukan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan demikian, peningkatan jumlah wisatawan yang datang harus ditunjang dengan tetap terjaganya ekosistem di Pulau Pramuka. Selain itu sebagian besar pulau di Kepulauan Seribu termasuk Pulau Pramuka memiliki luas kurang dari 10 ha dan memiliki ketinggian rata-rata 3 m dari permukaan air. Kondisi ini menyebabkan pulau di Kepulauan Seribu sangat rentan terhadap resiko tenggelamnya pulau. Terlebih mulai banyak pulau yang diekspoiltasi secara berlebihan dan merusak lingkungan seperti reklamasi pantai, penggalian pasir, penebangan pohon untuk pembukaan lahan yang kebanyakan tujuan dari aktivitas merusak tersebut untuk kegiatan bisnis, terutama bisnis pariwisata (Mujiyani et al , 2002). Pulau Pramuka dengan basis wisata alamnya seharusnya mampu mempertahankan/meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dengan tetap menjaga ekosistemnya (pembangunan pariwisata yang berkelanjutan). Salah satunya dengan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mengambil kebijakan mengenai pariwisata (beserta sarana penunjangnya) yang dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemauan konsumen namun tetap berwawasan lingkungan sehingga dapat tetap terus berkelanjutan. Maka dari itu, perlu adanya pengembangan pariwisata yang tepat. Secara umum, diperlukan suatu perencanaan pengembangan pariwisata yakni: 1) Kegiatan pariwisata dapat menimbulkan dampak positif dan negatif, karena itu untuk dapat mengoptimalkan manfaat positif kegiatan pariwisata dan mengurangi dampak negatif, maka diperlukan suatu perencanaan dan pengembangan yang baik terhadap pariwisata. 2) Perlunya perencanaan pengembangan pariwisata dilakukan, dikarenakan selalu adanya pergeseran dan perubahan-perubahan dari permintaan pasar wisatawan, baik saat ini maupun akan datang. 3) Perlunya perencanaan pengembangan pariwisata dilakukan, agar kemajuan serta perkembangan pariwisata sesuai dengan tujuan dan harapan yang diinginkan dalam mencapai sasaran dari segi ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan sumber daya alam (ekologi). (Ridwan, 2012)Salah satu pendekatan dalam membuat suatu pengembangan adalah dengan menggunakan pendekatan model bisnis. Pendekatan model bisnis salah satu faktor kritis untuk sukses dari suatu organisasi. Pendekatan model bisnis harus inovatif agar suatu organisasi mampu bertahan ditengah perkembangan zaman yang pesat. (Giesen et al, 2010). Pendekatan model bisnis ini cukup banyak macamnya, namun yang saat ini cukup populer adalah business model canvas (BMC). Model bisnis ini dikembangkan oleh Alexander Ostewalder dan Yves Pigneur pada tahun 2010. BMC terdiri dari 9 elemen blok bangunan yang digunakan untuk membantu memetakan model bisnis suatu organisasi lalu dianalisa dengan SWOT dan disempurnakan menjadi model bisnis yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan tercipta suatu program pengembangan yang tepat bagi organisasi.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang umum dihadapi adalah peningkatan kunjungan wisatawan yang sangat pesat sehingga dikhawatirkan akan terjadi degradasi ekosistem jika tidak ditangani secara serius. Seperti yang terlihat pada Tabel 3 di bawah ini mengenai jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka. Terlihat terjadi peningkatan wisatawan yang cukup drastis pada tahun 2009-2010 yang dapat berpotensi merusak lingkungan di Pulau Pramuka. Untuk itu diperlukan suatu program pengembangan wisata yang tepat. Selain itu, di kawasan Pulau Pramuka sendiri juga masih menyimpan potensi-potensi wisata yang belum dikembangkan secara optimal namun tetap berwawasan lingkungan agar tetap berkelanjutan, serta munculnya persaingan dari pulau-pulau lain di wilayah Kepulauan Seribu yang mulai mengembangkan wisata baharinya sehingga menjadi ancaman bagi wisata bahari di Pulau Pramuka

Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Pulau PramukaTahunJumlah Wisatawan

20085.289

200922.695

201050.189

201151.493

Sumber: Pusat Informasi Pariwisata Pulau Pramuka, 2012

. Dengan adanya masalah ini, maka dapat dilakukan identifikasi dan perbaikan dari model bisnis yang ada. Keunggulan menggunakan pendekatan model bisnis yakni mampu melihat sumber daya yang belum digunakan secara optimal (Amit dan Zott, 2012). Salah satu bentuk model bisnis melalui pendekatan business model canvas. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:1. Seperti apa konsep model bisnis yang di ada di Pulau Pramuka melalui pendekatan business model canvas?1. Bagaimana model bisnis yang telah disempurnakan di Pulau Pramuka yang dapat dibuat dari pendekatan business model canvas?1. Seperti apa program-program perbaikan yang dapat dibuat dari model bisnis yang telah disempurnakan di Pulau Pramuka?

Tujuan Penelitian

Dari penjelasan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :1. Mengidentifikasi model bisnis di Pulau Pramuka pendekatan business model canvas1. Membuat model bisnis yang telah disempurnakan di Pulau Pramuka dengan pendekatan business model canvas1. Pembuatan program-program perbaikan yang dapat dibuat dari model bisnis yang telah disempurnakanManfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu dan memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan pihak-pihak yang terkait. Selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi para praktisi dan akademisi dalam melakukan penelitian di bisnis yang relevan dengan penelitian ini. Terakhir, bagi penulis sendiri, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi karya untuk pengembangan diri.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teoritis

PariwisataManusia senantiasa membutuhkan aktifitas-aktifitas baru diluar aktifitas rutinnya, agar dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan gairah hidupnya. Bentuk-bentuk aktifitas inilah yang disebut dengan rekreasi kegiatan-kegiatan rekreasi yang dilakukan dapat berupa hal paling sederhana, yakni kegiatan yang dilaksanakan di tempat tinggalnya (home base recreation), hingga kegiatan perjalanan, baik dalam bentuk day tripper sampai pada kegiatan perjalanan ke tempat lain dalam kurun waktu tertentu. Menurut UU Republik Indonesia No.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, pengertian pariwisata disini lebih mengarah kepada bentuk penguasaan dari suatu obyek wisata dan usaha-usaha yang terkait dengan pariwisata. Wisatawan yang melakukan perjalanan mempunyai motif dan minat tersendiri, sehingga muncul berbagai aktifitas yang membutuhkan komponen fasilitas wisata yang lebih lengkap. Karakteristik industri pariwisata merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Industri pariwisata adalah suatu industri yang cukup rentan dan sensitif terhadap gejolak politik, sosial, budaya, keamanan, dan ekonomi. Pariwisata dibagi menjadi enam yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan, pariwisata untuk rekreasi, pariwisata untuk kebudayaan, pariwisata olahraga, pariwisata untuk urusan dagang, dan pariwisata untuk berkonvensi. Jenis pariwisata dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi suatu daerah.Pariwisata dapat dibagi sebagai berikut: (1) Wisata bahari/tirta; (2) Wisata sejarah; (3) Wisata arkeologi; (4) Wisata budaya; (5) Wisata ziarah; (6) Wisata kesehatan; (7) Wisata remaja; (8) Wisata perkebunan (wisata agro); (9) Wisata nostalgia; (10) Wisata pendidikan/ilmiah; (11) Wisata alam; (12) Wisata petualangan; (13) Wisata dirgantara; (14) Wisata berburu; (15) Wisata belanja dan (16) Wisata industri. Berbagai pengertian tentang pariwisata di atas merupakan hasil pemikiran dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dari perbedaan pemikiran tersebut dapat disimpulkan pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan yang dilakukan orang-orang diluar tempat mereka bekerja atau menetap, di mana perjalanan ini bersifat sementara waktu dengan tujuan untuk memperoleh kenyamanan, ketenangan dan mencari kepuasan. Diharapkan dari kegiatan perjalanan ini dapat memberikan suasana yang baru sehingga dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan gairah hidup. Objek wisata bahari yang perlu diperhatikan adalah wisata selam dan snorkling, wisata marina dan rekreasi air, pemancingan, selancar dan ski air. Ditinjau dari segi ekologi, kegiatan ini memerlukan kajian supaya kegiatan dapat terpadu dan tidak saling merugikan. Pengkajian ini diperlukan untuk memprediksi dampak yang akan terjadi yang dapat mempengaruhi kondisi kawasan wisata (Ruyani, 2003)Beberapa jenis UMKM yang dapat dikembangkan dalam mendukung pariwisata bahari adalah: 1) Usaha wisata berbasis laut seperti jasa penyewaan peralatan snorkling, diving, surfing, jetski, game fishing, dan boat. 2) Usaha wisata bahari berbasis pesisir atau daratan, seperti penginapan, kedai minuman, dan restoran kecil. 2) Usaha wisata bahari pendukung seperti jasa penyewaan sepeda, motor dan mobil, warnet, pedagang asongan, dan kegiatan ekonomi lain (Friliyantin et al, 2011).Indonesia berpotensi untuk menjadi salah satu tujuan wisata bahari di dunia, dengan basis marine ecotourism dengan fokus pada pengembangan pulau-pulau kecil. Berdasarkan pengalaman negara lain yang telah mengembangkan kegiatan wisata bahari di pulau kecil terbukti dapat memberikan pengaruh ganda yang cukup besar pada kegiatan dan pertumbuhan ekonomi (DKP, 2006)

EkowisataEkowisata didefinisikan sebagai bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan keaslian lingkungan alam, terjadi interaksi antara lingkungan alam dan aktivitas rekreasi, konservasi, dan pengembangan serta antara penduduk dan wisatawan. Ekowisata mengintegrasikan kegiatan pariwisata, konsservasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal, sehingga masyarakat setempat akan menikmati keuntungan dari kegiatan wisata tersebut melalui pengembangan potensi-potensi lokal yang dimiliki. Pengertian mengenai istilah ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, namun pada hakekatnya perkembangan ekowisata adaalh suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberikan manfaat secara ekonomi, dan memperthanakan budaya bagi masyarakat setempat. (Mulyadi et al, 2008)Ekowisata merupakan salah satu pendekatan untuk mewujudkan pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Dengan adanya ekowisata maka akan menjaga lingkungan yang ada, sehingga tidak terjadi kegiatan eksplorasi yang berlebihan. (Mukaryanti dan Adinda, 2005). Menurut Ayal (2009) menyebutkan bahwa dalam melakukan pengelolaan ekowisata bahari maka ada delapan prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu:1. Mencegah mengulangi dampak aktifitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.2. Pendidikan konservasi lingkungan3. Pendapatan langsung untuk kawasan4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan5. Penghasilan masyarakat6. Menjaga keharmonisan dengan alam7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar untuk pemerintahKesesuaian ekologi ekowisata bahari adalah suatu kriteria sumberdaya dan lingkungan yang dibutuhkan bagi pengembangan ekowisata bahari. Dalam pengembangan wisata bahari seperti menyelam dan snorkeling sangat didukung oleh kesesuaian ekosistem terumbu karang yang sehat dan berada dalam kondisi bagus. (Ndruru, 2009)

Manajemen StrategiManajemen strategi adalah perangkat tindakan dan keputusan managerial yang mempengaruhi peforma secara jangka panjang dari suatu perusahaan atau organisasi. Yang termasuk dengan manajemen strategik adalah analisis lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategik, implementasi strategi, serta evaluasi dan kontrol ( Wheelen dan Hunger, 2010)Strategi dapat diartikan sebagai panduan komitmen dan tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik melalui pemanfaatan kompetensi inti guna memperoleh keuntungan kompetitif. Strategi merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi, institusi atau perusahaan. Sebuah perusahaan atau organisasi akan menciptakan strategi yang berbeda dengan perusahaan atau organisasi lain sesuai dengan tujuan dan kondisi usahanya. Strategi perusahaan adalah rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana sebuah perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya (Wheelen dan Hunger, 2003).Wheelen dan Hunger (2003) juga menjelaskan bahwa terdapat tiga level hierarki strategi dalam analisis strategi, yaitu strategi korporasi, strategi bisnis dan strategi fungsional. Dalam perusahaan, ketiga level hierarki strategi tersebut akan berinteraksi secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan baik untuk membangun kesuksesan perusahaan. Penjelasan dari ketiga level hierarki strategi tersebut adalah sebagai berikut:1. Strategi KorporasiStrategi korporasi berhubungan dengan pengalokasian dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai misi dan tujuannya dengan menyatukan unit-unit bisnis yang berbeda menjadi satu kesatuan strategi organisasi menyeluruh. Strategi korporasi menggambarkan arah dan sikap perusahaan secara umum serta menyeluruh mengenai arah pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini produk yang dimiliki perusahaan untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan jasa perusahaan.2. Strategi BisnisStrategi bisnis disebut juga strategi bersaing, yang merupakan salah satu dari overall cost leadership atau diferensiasi. Strategi bisnis lebih menitikberatkan pada pembuatan keputusan-keputusan strategis yang melibatkan posisi bersaing dari sebuah produk atau pangsa pasar tertentu dari sebuah bisnis. Strategi bisnis menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk barang dan jasa perusahaan dalam industri khusus atau segmen pasar yang dilayani oleh perusahaan. Strategi bisnis sebaiknya mengintegrasikan berbagai aktivitas fungsional untuk mencapai misi dan tujuan perusahaan, sehingga biasanya dikembangkan pada level divisi.

3. Strategi FungsionalStrategi fungsional berhubungan langsung dengan pembuatan keputusan-keputusan yang menyangkut divisi-divisi pendukung dalam rangka memproduksi dan memasarkan produk hingga ke tangan konsumen. Strategi fungsional lebih menekankan pada pemaksimalan sumberdaya produktif perusahaan dengan cara mengembangkan sebuah strategi yang dapat mengumpulkan berbagai aktivitas dan kompetensi perusahaan guna memperbaiki kinerja perusahaan. Divisi yang terlibat dalam pembuatan strategi ini antara lain, Divisi Keuangan, Divisi Sumberdaya Manusia (SDM), Divisi Pemasaran, serta Divisi Produksi dan Operasi. Oleh karena itu, strategi fungsional perlu dikoordinasikan satu sama lain untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam perusahaan.Pelaksanaan hierarki manajemen berbeda antara satu perusahaan dengan yang lainnya. Pelaksanaan strategi ada yang bersifat top down, bottom up, dan pendekatan interaktif. Perencanaan strategis yang bersifat top down terjadi ketika manajemen menetapkan perumusan strategi dan mengizinkan divisi dan unit fungsional untuk merumuskan strategi mereka sebagai cara untuk mengimplementasikan strategi level (Wheelen dan Hunger, 2003). Perencanaan strategi bottom up merupakan pendekatan yang terjadi saat usulan strategi dari unit divisional atau fungsional mengawali proses perumusan strategi. Perumusan strategi memimpin dari level fungsional ke divisional dan dari level divisional menuju ke level perusahaan. Proses yang ketiga adalah pendekatan interaktif yang menekankan bahwa sumber proses perumusan strategi dianggap tidak sama penting dengan hasil interaksi antar level. Pendekatan ini melibatkan banyak negosiasi antar level, sehingga berbagai tujuan, strategi, kebijakan, program, anggaran, dan prosedur akan sesuai dan saling menguatkan. Pendekatan ini akan mencerminkan proses penyesuaian yang berkelanjutan antara perumusan dan implementasi strategi di setiap level (Wheelen dan Hunger, 2003).

Business ModelBusiness Model atau model bisnis mempunyai pengertian yang beragam dari menurut para akademisi. Namun secara garis besar dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu model bisnis sebagai metode atau cara, model bisnis dilihat dari komponen-komponen (elemen), dan model bisnis sebagai strategi bisnis.Pengertian model bisnis sebagi metode dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis saat perusahaan beroperasi (Wheelen dan Hunger, 2010 dalam Tim PPM Manajemen, 2012). Sebelumnya, Rappa (2000) dalam Tim PPM Manajemen (2012) juga memberikan definisi serupa yaitu metode yang digunakan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya, yang membuat perusahaan dapat bertahan. Dapat disimpulkan menurut definisi tersebut, model bisnis adalah metode atau cara, yaitu cara untuk menciptakan nilai. Pengertian model bisnis dilihat dari komponen-komponennya, misalnya adalah bahwa model bisnis terdiri dari komponen produk, manfaat dan pendapatan, konsumen, aset, pengetahuan, struktur, dan governance. Sedangkan pengertian model bisnis sebagai strategi bisnis menurut TIM PPM Manajemen (2012) adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba. Dari definisi di atas, maka diketahui dengan model bisnisnya, organisasi menghasilkan nilai. Oleh sebab itu, dalam model bisnis sebaiknya mengandung komponene:1. Siapa yang dilayani2. Apa yang ditawarkan3. Bagaimana cara menghasilkan produk4. Bagaimana cara menghasilkan uang atau laba5. Bagaimana membedakan dirinya secara strategis terhadap pesaingSedangkan menurut Sinfield et al (2012), model bisnis adalah segala aspek yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk mengembangkan penawaran yang menguntungkan kepada konsumen. Terdapat 40 komponen yang termasuk dalam aspek di model bisnis. Konsep model bisnis adalah alat bagi para manajer untuk mengetahui perusahaaanya dengan baik untuk dilakukan pengembangan lanjut ( Masanell dan Joan, 2007)Paling tidak, ada empat manfaat apabila kita memiliki model bisnis. Empat manfaat menurut Tim PPM Manajemen (2012) :1. Memudahkan para perencana dan pengambil keputusan di perusahaan melihat hubungan logis antara komponen-komponen dalam bisnisnya, sehingga dapat dihasilkan nilai bagi konsumen dan nilai bagi perusahaan. Bila ternyata konsumen lebih memilih pesaing dibandingkan produk yang ditawarkan, perusahaan perlu melihat kembali target pasar, kebutuhan dan proposisi nilai saat ini dibandingkan dengan pesaing. Hal ini juga terkait dengan sumber daya yang dimiliki serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.2. Membantu menguji konsistensi hubungan antar komponennya. Sebagai contoh kalau sebuah restoran menawarkan masakan lezat yang disajikan secara berkelas dengan harga tinggi pada segmen pasar tertentu, harus dilihat siapa juru masaknya, seberapa higienis restorannya, bahan baku yang digunakan, proses memasak dan menyajikan dan seterusnya.3. Membantu menguji pasar dan asumsi yang digunakan ketika mengembangkan bisnis. Sebagai contoh di industri fotografi ada asumsi setiap kali habis mengabadikan suatu momen, konsumen pasti akan mencetak fotonya. Ternyata asumsi ini tidak benar karena dengan adanya teknologi digital dan informasi yang berkembang pesat, konsumen cenderung menyimpan fotonya di media sosial, di hard disk atau media penyimpanan lainnya, serta dicetak sendiri dengan menggunakan printer.4. Menunjukan seberapa radikal suatu perusahaan dilakukan dan konsekuensinya. Dengan berjalannya waktu, model bisnis pasti akan berubah. Baik karena inisiatif internal perusahaan sendiri, maupun tekanan perubahan dari luar. Bila perusahaan ingin mengubah proposisi nilai konsumen, misalnya mengubah produk atau menambah dengan dukungan layanan pelanggan, maka perusahaan dapat melihat kemungkinan dampak pada komponen-komponen yang lain.Model bisnis mulai dikenal orang pada sekitar tahun 1950 semenjak munculnya banyak perusahaan-perusahaan multinasional yang sukses seperti Wal-Mart, Mcdonalds dan Toyota. Para akademisi mulai mempelajari pola model bisnis dari perusahaan tersebut. Lalu muncul pula perusahaan yang berbasis pada biaya rendah (efisiensi / low cost) seperti Southwest Airlines dan Ikea yang memiliki pola model bisnis yang berbeda dengan perusahaan sejenis. Seiring dengan berjalannya waktu dan teknologi terutama teknologi internet, membuat perubahan dengan munculnya berbagai jenis model bisnis. Model bisnis yang digunakan perusahaan berbasis IT seperti Google, Amazon, dan Apple membuat akademisi menemukan pola model bisnis yang baru dan belum pernah ada sebelumnya (Bouman et al, 2012). Dengan semakin berkembangnya zaman, maka muncul alat bantu / tools model yang digunakan untuk memetakan model bisnis suatu organisasi, berikut beberapa contoh tools tersebut antara lain:1. Value Network Analysis (VNA)Konsep model bisnis ini pertama kali dimunculkan oleh serorang konsultan bernama Dr. Verna Allee, berdasarkan pengalamannya sebagai pemimpin suatu perusahaan pada tahun 1975. Verna Allee menjelaskan bahwa sebuah organisasi sebagai sebuah kehidupan yang saling berinteraksi. Dengan VNA, maka kita mampu menangkap 2 aspek yakni tangilble dan intangible.

Sumber: http://www.vernaallee.com/valuenetworks.html, 2012.Gambar 1. Value Network Analysis

2. Four-Box Business ModelDikembangkan oleh Mark Johnson pada tahun 2010, sebagai kerangka model bisnis generik yang terdiri dari 4 kotak komponen yang mencakup komponen model bisnis yang ada. Johnson (2010) dalam Saksono (2013) mengajukan sebuah kerangka model bisnis generik yang disebutnya sebagai model bisnis empat kotak. Komponen pertama adalah proposisi nilai konsumen, yaitu sesuatu yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen, sehingga dapat menyelesaikan masalah utamanya secara lebih efektif, lebih mudah, lebih nyaman, atau lebih murah. Komponen pertama ini juga mencakup bagaimana perusahaan menyampaikan tawarannya kepada konsumen sehingga konsumen lebih terpuaskan. Hal inilah yang membuat konsumen memutuskan membeli barang atau jasa dari suatu perusahaan. Kini disadari pula bahwa ketika perusahaan merancang suatu penawaran atau proposisi nilai, perlu kejelasan akan segmen pasar yang akan dilayani. Dalam bisnis, segmen pasar yang dilayani bisa banyak dan beragam, bisa pula fokus.Komponen kedua adalah sumber daya kunci. Sumber daya kunci merupakan keunikan orang, teknologi, bahan baku, peralatan, mesin, fasilitas, pendanaan serta merek yang dibutuhkan untuk menghasilkan proposisi nilai bagi konsumen. Sumber daya yang paling strategis adalah sumber daya langka, sulit digantikan, sulit ditiru, dan berharga.Komponen ketiga adalah kegiatan atau proses kunci. Kegiatan atau proses kunci adalah cara perusahaan menghasilkan dan menyampaikan proposisi nilainya pada konsumen, dengan cara yang terjamin kelangsungannya, mudah pengelolaannya dan dapat direplikasi. Komponen terakhir adalah formula laba. Kalau proposisi nilai berfokus pada nilai bagi konsumen, maka formula laba menekankan pada nilai bagi perusahaan. Formula laba meliputi aspek harga, volume, marjin, biaya langsung, biaya tak langsung, dan kecepatan perputaran sumber daya.

Sumber: http://www.informationarchitected.com, 2012Gambar 2. The four-box business model

3. Strategy DiamondDitemukan oleh Hambrick dan Fredickson pada tahun 2001 yang berpendapat bahwa terdapat 5 elemen dalam suatu model bisnis yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan bila kita mengganti salah satu elemen, maka harus mengganti semua elemen yang ada.

Sumber: http://www.provenmodels.com/598/image, 2012Gambar 3. Strategy Diamond

4. Business Model CanvasBusiness model canvas atau BMC dikemukakan oleh Alexander Ostewalder dan Yves Pigneur pada tahun 2010. Penjelasan lebih lengkap mengenai BMC dapat dibaca pada sub bab dibawah ini.

Business odel canvasMenurut Osterwalder dan Y. Pigneur (2010), business model canvas (BMC) adalah suatu kerangka model bisnis yang berbentuk kanvas dan terdiri dari 9 kotak yang saling berkaitan. Kotakkotak ini merupakan isi dari elemen-elemen penting yang menggambarkan bagaimana organisasi menciptakan dan mendapatkan manfaat bagi dan dari para pelanggannya. Kotak-kotak tersebut merupakan pengembangan dari empat bidang utama dalam suatu bisnis, yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur dam kelangsungan finansial.

Sumber: www.businessmodelgeneration.com , 2012.Gambar 4. Business model canvas

Business model canvas dapat memberikan sebuah konsep yang memungkinkan untuk menggambarkan dan memikirkan model bisnis organisasi. Konsep ini telah diterapkan dan diuji di seluruh dunia dan sudah digunakan dalam organisasi seperti IBM, Ericsson, Deloitte, Depertemen Pekerjaan Umum dan Jasa Pemerintah Kanada, dan banyak lagi. Konsep ini dapat menjadi bahasa bersama yang memudahkan menggambarkan dan memanipulasi model bisnis untuk menciptakan alternatif strategi baru. Tanpa adanya pemahaman bersama, sulit bagi perusahaan untuk secara sistematis meningkatkan kinerjanya dan berhasil dalam berinovasi (Osterwalder, A dan Y. Pigneur, 2010). Salah satu tantangan ketika mencoba membuat model bisnis baru adalah menghilangkan status quo atau status anti perubahan dan menunda kekhawatiran atas masalah operasional sehingga dapat dihasilkan ide-ide yang baru. Inovasi model bisnis bukan tentang melihat ke belakang karena masa lalu menunjukkan sedikit tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan model bisnis. Inovasi model bisnis juga bukan tentang menyalin atau benchmarking, tetapi tentang menciptakan mekanisme baru untukmenciptakan nilai dan memperoleh pendapatan. Sebaliknya inovasi model bisnis adalah tentang menantang ortodoksi untuk merancang sebuah model yang memuaskan kebutuhan pelanggan, bahkan sampai kebutuhan yang tersembunyi (Sembiring, 2013) Keunggulan dari BMC antara lain adalah keunikannya, karena menggunakan alat bantu sebuah kanvas lukisan (dalam bentuk visual), sehingga sangat memudahkan untuk dimengerti oleh pembacanya. Ketimbang menggunakan tulisan yang membuat orang terkendala dalam mengerti, sehingga digunakanlah gambar. Selain itu, dengan menggunakan Post-it (menempelkan kertas kecil di kanvas BMC), maka semua pihak yang berada dalam organisasi menjadi terlibat, sehingga terbentuklah suatu rumusan bersama dengan komitmen bersama untuk melaksanakannya. Selain itu, BMC juga menyederhanakan model bisnis yang relatif rumit menjadi lebih sederhana dengan menggunakan satu lembar kanvas tanpa mengurangi keakuratannya dalam memetakan suatu model bisnis yang ada dalam sebuah organisasi. Inilah yang membedakan konsep BMC dengan konsep Business Model lainnya. Konsep BMC ini dapat menjadi bahasa bersama yang memudahkan menggambarkan dan memanipulasi model bisnis untuk menciptakan alternatif strategi baru. Tanpa adanya pemahaman bersama, sulit untuk secara sistematis meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi dan berhasil dalam berinovasi. Para pakar percaya bahwa model bisnis terbaik dapat digambarkan melalui sembilan blok bangunan dasar yang menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan atau organisasi bermaksud untuk menghasilkan uang. Metode BMC ini sudah digunakan dalam berbagai jenis organisasi yang berbeda, seperti perusahaan, NGO, dan kantor pemerintah. Selain itu cakupan penelitian yang dihasilkan cukup beragam, mulai dari industri manufaktur seperti perusahaan otomotif hingga jasa, seperti yang pariwisata.Sembilan Blok/Elemen dari Business model canvas (Osterwalder, A dan Y. Pigneur, 2010) yaitu :

1. Customer Segment. Dalam menjalankan roda bisnisnya, pertama-tama organisasi harus menetapkan siapa yang harus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk melayani satu atau lebih segmen. Penetapan segmen ini akan menentukan komponen-komponen lain dalam model bisnis. Elemen customer segment mendefinisikan berbagai kelompok orang atau organisasi perusahaan bertujuan untuk menjangkau dan melayani pelanggan. Tanpa pelanggan, perusahaan tidak dapat bertahan lama. Dalam rangka untuk memberikan kepuasan pelanggan yang lebih baik, perusahaan dapat mengelompokkan mereka ke dalam segmen yang berbeda dengan kebutuhan umum, perilaku umum, atau atribut lainnya. Sebuah model bisnis dapat menentukan satu atau beberapa customer segment besar atau kecil. Suatu organisasi harus membuat keputusan yang tepat tentang segmen yang akan dilayani dan segmen yang diabaikan. Setelah keputusan ini dibuat, model bisnis dapat dirancang dengan cermat sekitar pemahaman yang kuat tentang kebutuhan pelanggan tertentu.Kelompok pelanggan yang mewakili segmen terpisah jika: a. Kebutuhan mereka membutuhkan dan membenarkan tawaran yang berbeda.b. Mereka mencapai melalui Channels berbeda.c. Mereka memerlukan berbagai jenis hubungan.d. Mereka memiliki keuntungan substansial berbeda.e. Mereka bersedia membayar untuk aspek yang berbeda dari penawaran.Perusahaan atau organisasi dapat memilah pelanggannya berdasarkan kelompok pelanggan korporat dan kelompok pelanggan individu. Customer segment juga dapat dipilah berdasarkan : kelompok perilaku, kelompok profesi, kelompok umur, kelompok penghasilan, kelompok geografi dan kelompok-kelompok lain. Namun, tidak semua kumpulan pelanggan disebut suatu segmen. Suatu customer segment disebut segmen apabila: a. Memerlukan pelayanan (value propositions) yang tersendiri, karena permasalahan dan kebutuhan mereka khususb. Dicapai dan dilayani dengan saluran distribusi (channels) yang berbedac. Perlu pendekatan (customer relationships) yang berbedad. Memberikan profitabilitas yang berbedae. Mempunyai kemauan bayar yang berbeda sesuai dengan persepsi terhadap nilai yang mereka terima. Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur membagi ragam customer segment menjadi beberapa tipe, yakni:a. Pasar Terbuka. Model bisnis yang menetapkan sasaran pelanggannya pada pasar terbuka tidak menetapkan segmen khusus tertentu Hampir semua kebutuhan dan masalah pelanggan dianggap sama. Contohnya adalah perusahaan produsen elektronik dan pedagang sembako.b. Pasar Ceruk. Model bisnis yang memiliki target pasar ceruk menyasar segmen pelanggan yang jumlahnya spesifik dan terspesialisasi. Seperti pada perusahaan penerbangan yang menyediakan penyewaan pesawat pribadi bagi para esekutif yang mempunyai jadwal tidak tetap dan cenderung mendadakc. Pasar Tersegmentasi. Model ini diarahkan untuk melayani pelanggan yang diklasifikasi lagi berdasarkan kebutuhan dan permasalahan mereka. Sebagai contoh beberapa bank mengelompokan nasabahnya berdasarkan jumlah simpanan mereka di bank, penghasilan, atau kekayaannya. d. Pasar Terdiversifikasi. Model bisnis ini melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang tidak berkaitan dalam hal permasalahan dan kebutuhannya. Misalnya PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mengelompokkan layanannya ke pelanggan penumpang jarak jauh dan pelanggan penumpang komuter. Karena mempunyai kebutuhan yang berbeda, maka harus diberi perlakuan yang berbeda pula.e. Multipasar. Beberapa organisasi melayani dua atau lebih segmen yang saling bergantung. Misalnya perusahaan kartu kredit, memerlukan banyak pemegang kartu kredit dan pedagang yang bersedia menerima pembayaran dengan kartu kredit tersebut. Para pemegang kartu kredit memerlukan kemudahan berbelanja kapan saja dimana saja dengan menggunakan kartu kreditnya, sedangkan para pedagang ingin agar para pemilik kartu kredit belanja sebanyak-banyaknya dengan menggunakan kartu kredit tersebut.

2. Value Proposition. Value proposition adalah salah satu keunikan yang menentukan mengapa produk atau jasa yang ditawarkan organisasi kepada pelanggan value propotision memberikan tawaran untuk memecahkan masalah pelanggan atau semaksimal mungkin untuk memenuhi keingingan pelanggan. Keunikan yang ditawarkan haruslah sesuatu yang menonjol berbeda dibandingkan dengan pesaing, namun juga harus sesuatu yang didambakan oleh customer segments. Namun terkadang ada value propotision yang sama dengan penawar dari pesaing yang sudah ada, namun dengan fitur dan atribut tambahan. Sebuah value proposition menciptakan nilai untuk segmen pelanggan melalui gabungan elemen berbeda yang melayani kebutuhan segmen tersebut. Values dapat berupa kuantitatif (misalnya harga, kecepatan pelayanan) atau kualitatif (desain, pengalaman pelanggan misalnya).

3. Channels. Pada dasarnya channels menggambarkan bagaimana organisasi berkomunikasi dan mencapai customer segment untuk memberikan value proposition, distribusi, dan penjualan. Komunikasi, distribusi, dan saluran penjualan adalah faktor-faktor yang memungkinkan perusahaan berinteraksi dengan pelanggannya. Channel berfungsi dalam beberapa tahapan mulai dari kesadaran pelanggan (awareness) sampai ke pelayanan purna jual terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Channels melayani beberapa fungsi, termasuk: a. Meningkatkan kesadaran di antara para pelanggan tentang produk perusahaan dan jasa.b. Membantu pelanggan mengevaluasi value proposition perusahaan.c. Memungkinkan pelanggan untuk membeli produk dan jasa yang spesifikd. Menyampaikan Value Proposition untuk pelanggan.e. Menyediakan dukungan purnajual kepada pelanggan.

4. Customer Relationship. Customer relationship yaitu cara organisasi berkomunikasi dengan menjaga pelanggan lama (retention), mendapatkan pelanggan baru (akuisisi), dan menawarkan produk atau jasa lama dan baru pada pelanggan lama. Salah satu contohnya adalah pada masa sekarang ini misalnya, customer relationship operator jaringan selular didorong oleh strategi akuisisi agresif yang melibatkan ponsel murah. Ketika pasar menjadi jenuh, operator beralih ke fokus pada retensi pelanggan dan meningkatkan pendapatan rata-rata per pelanggan.Berdasarkan model bisnis, customer relationships sangat mempengaruhi perasaan pelanggan. Ada beberapa kategori dari customer relationships yang dapat dipadukan dengan customer segments antara lain:

a. Personal AssistancePola hubungan ini didapatkan berdasarkan interaksi antar individu. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan wakil dari perusahaan secara langsung selama proses pembelian ataupun pasca pembelian. Hal ini sering dilakukan melalui call center, email, maupun media lainnya.

b. Dedicated Personal AssistanceHubungan ini mirip dengan personal assistance namun lebih mendalam dan intensif, disini perusahaan memberi perlakuan istimewa kepada pelanggan sebagai pribadi khusus. Biasanya perusahaan menunjuk seorang wakil untuk melayani pelanggan tertentu.

c. Self ServiceDalam tipe hubungan ini, perusahaan tidak melakukan interaksi langsung atau personal terhadap para pelanggan. Perusahaan menyediakan hal-hal yang penting untuk membantu pelanggan memenuhi kebutuhannya. Dalam perusahaan retail, self service mengacu pada format toko yang sering dikenal pada saat ini. Pelanggan bias menelusuri pilihannya di waktu luang mereka, memilih keranjang belanja mereka sendiri dan menyelesaikan proses belanja dengan membayar pada cash register di bagian depan toko.

d. Automated ServiceDalam tipe hubungan ini, perusahaan tidak melakukan interaksi langsung terhadap para pelanggan, namun menyediakan hal-hal penting yang diproses secara otomatis. Ini merupakan jenis hubungan personal assistance dengan self service. Misalnya, profil pribadi secara online memberikan akses ke layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Automated service ini dapat mengenali nasabah individu dan karakteristik pelanggan tersebut sehingga dapat menawarkan produk yang sesuai pelanggan.

e. CommunitiesUmumnya perusahaan sering menggunakan komunitas untuk lebih mendekatkan dengan pelanggan dan memfasilitasi pelanggan yang menjadi anggota komunitas. Perusahaan sering membuat komunitas secara online sehingga pelanggan dapat bertukar pikiran dan saling berbagi satu sama lain.

f. Co-creationKebanyakan perusahaan kembali pada hubungan perusahaan-pelanggan secara tradisional untuk memberikan nilai tambah. Dalam jenis hubungan ini, perusahaan melibatkan pelanggan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan itu sendiri. Misalnya, toko buku online mengundang pelanggan untuk menulis resensi dan menciptakan nilai bagi pelanggan lainnya.

5. Revenue Stream. Revenue Stream atau aliran dana masuk menggambarkan bagaimana organisasi memperoleh uang dari setiap customer segments. Aliran dana inilah yang memungkinkan organisasi tetap hidup.merupakan komponen yang dianggap paling vital. Umumnya organisasi memperoleh pendapatan dari pelanggan. Meskipun demikian banyak organisasi bisa membuka aliran masuk pendapatan dari sumber pendapatan lain bukan pelanggan langsung. Setiap revenue stream mungkin memiliki mekanisme harga yang berbeda, seperti harga daftar tetap yang tetap, penawaran, pelelangan, kebergantungan pasar, kebergantungan volume, atau manajemen hasil.Pada intinya terdapat dua jenis pendapatan yaitu yang bersifat transaksional (transaction) dan yang berbentuk pengulangan (recurring). Beberapa contoh pendapatan transaksional adalah penjualan produk atau jasa, sedangkan yang bersifat pengulangan terdiri dari penyewaan aset, langganan, dan keanggotaan. Kecenderungan sekarang banyak organisasi yang memperbanyak reccuring income karena tidak membutuhkan usaha pemasaran yang berat. Ada beberapa cara untuk mendapatkan revenue streams:

a. Penjualan Aset (Asset Sale)Pemahaman yang umum dari asset sale didapatkan dari penjualan produk perusahaan yang berupa barang atau jasa. Memperoleh pendapatan dari penjualan asset sudah menjadi praktik bisnis yang lazim.

b. Biaya Pemakaian (Usage Fee)Revenue stream ini didapatkan dari penggunaan jasa pelayanan. Apabila pelayanan yang digunakan semakin banyak maka pelanggan akan membayar lebih mahal. Perusahaan-perusahaan dalam berbagai industri jasa akan mengutamakan aliran pendapatan ini.

c. Biaya Langganan (Subscription Fees)Revenue stream ini didapatkan dengan cara menyediakan pelayanan untuk pembelian berkelanjutan dalam suatu periode tertentu. Misalnya, suatu perusahaan memberikan member card kepada pelanggan yang loyal sehingga pelanggan dapat menikmati fasilitas lebih dari perusahaan.

d. Sewa (Lending/Renting/Leasing)Revenue stream ini didapatkan dari memperbolehkan seseorang untuk mendapatkan hak ekslusif menggunakan asset perusahaan dalam periode waktu tertentu. Kaidah dasar dari aliran pendapatan ini adalah adanya harta tetap (fixed asset) yang berwujud secara fisik yang dimiliki oleh perusahaan, dan dapat dimanfaatkan oleh pelanggannya sebagai kompensasi pembayaran sewa. Dalam hal ini, pemberi pinjaman memiliki keuntungan yaitu dapat memperoleh pendapatan berulang kali. Peminjam atau penyewa juga memiliki keuntungan yaitu dapat menikmati suatu produk maupun jasa dalam waktu tertentu tanpa harus memiliki produk itu sepenuhnya.

e. Lisensi (Licensing)Revenue stream ini didapatkan dari pemberian pelanggan suatu ijin untuk menggunakan hak kekayaan intelektual yang dilindungi secara hukum dengan imbalan biaya lisensi. Lisensi memperbolehkan pemegang lisensi untuk mendapatkan pendapatan tanpa harus membuat produk atau mengkomersialisasikan jasa. Lisensi umumnya digunakan pada industri media.

f. Biaya Jasa Perantara (Brokerage Fees)Revenue stream ini didapatkan dari hasil pelayanan intermediasi antara dua atau lebih pihak. Aliran pendapatan ini umumnya diperoleh dari perusahaan maupun perorangan yang menerapkan model bisnis keagenan. Penyedia kartu kredit, misalnya, memperoleh pendapatan dengan mengambil presentase dari setiap nilai transaksi yang dilaksanakan antara pelanggan dengan pedagang. Contoh lainnya adalah agen real estate yang mendapatkan komisi setiap kali berhasil mencocokkan pembeli dan penjual dalam transaksi.

g. Iklan (Advertising)Revenue stream ini didapatkan dari biaya yang dikeluarkan untukperiklanan produk, jasa, ataupun merek. Pada umumnya, industri media dan eventorganizer memiliki keuntungan yang besar pada periklanan.

h. Donasi (Donation)Aliran pendapatan donasi ini tercipta dari penerimaan sejumlah uang ataupun produk berwujud yang dapat dinilai dengan satuan uang dari individu ataupun organisasi yang dikenal dengan sebutan donor, menggantikan terminologi umum yang disebut dengan pelanggan. Perbedaan antara donor dan pelanggan terletak pada manfaat yang akan diterima. Tidak ada produk yang akan diterima oleh donor. Namun donor akan menerima manfaat yaitu pemenuhan misi organisasinya dalam hal tanggung jawab sosial.

6. Key Activities. Key activities adalah kegiatan utama organisasi untuk dapat menentukan keberhasilan suatu model bisnis. Key activities menggambarkan kegiatan yang paling penting yang dibutuhkan untuk membuat sebuah model bisnis. Key activities berperan penting dalam mewujudkan value propotisions. Tidak semua kegiatan perlu dicantumkan dalam kotak key activities, hanya kegiatan-kegiatan kunci yang menunjang keberhasilan organisasi mengantarkan value propotisions-nya ke pelanggan. Key activities dikategorikan menjadi tiga bagian, yakni produksi, pemecahan masalah, dan jaringan.

7. Key Resources. Key resources adalah sumber daya / aset-aset terpenting milik organisasi yang menentukan keberhasilan pengoperasian model bisnis. Aset-aset berharga inilah yang memungkinkan organisasi mewujudkan value propotisions yang dijanjikan kepada pelanggannya dengan baik. Key resources dapat berupa sumber daya fisik (bangunan, kendaraan, peralatan), uang, aset intelektual (merek, hak cipta, paten), dan sumber daya manusia. Kebutuhan key resources berbeda-beda tergantung dari model bisnis yang diterapkan oleh suatu organisasi. Key resources dapat dimiliki atau disewa perusahaan atau dapat juga diperoleh dari mitra utama.

8. Key Partnership. Key partnership atau kemitraan kunci merupakan mitra kerja sama pengoperasian organisasi. Key partnership merupakan sumberdaya yang diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan value proposition, tetapi tidak dimiliki organisasi tersebut. Pemanfaatan key partnership oleh perusahaan dapat berbentuk outsourcing, joint venture, joint operation, atau aliansi strategis. Perusahaan menjalin kemitraan karena berbagai alasan, yakni untuk optimisasi dan skala ekonomi, pengurangan resiko dan ketidakpastian, serta akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu.

9. Cost Structure. Cost strucuture adalah struktur biaya adalah semua biaya yang muncul sebagai akibat dioperasikan model bisnis ini. Cost structure yang efisien menjadi kunci besarnya laba yang diperoleh organisasi. Namun struktur biaya dipengaruhi oleh strategi perusahaan yang dipilih, apakah mengutamakan biaya rendah atau mengutamakan manfaat istimewa. Selain itu, struktur biaya juga dipengaruhi oleh besarnya biaya tetap, biaya variabel, ekonomi skala, dan ekonomi cakupan.

Analisis SWOTAnalisis SWOT dapat dilakukan dengan informasi yang didapat dari hasil analisis eksternal, analisis internal, dan pengkajian terhadap nilai-nilai manajerial. Informasi yang diperoleh digunakan untuk menganalisis situasi yang dihadapi oleh perusahaan secara menyeluruh dan merumuskan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Menurut Rangkuti (2004), SWOT adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini mengacu pada pemikiran bagaimana memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta secara beriringan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Peluang (opportunities) merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Tren utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan dalam kondisi persaingan atau regulasi, perubahan teknologi, dan membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat menjadi peluang bagi perusahaan. Ancaman (threat) merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar menawar dari pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaruan peraturan dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kekuatan (strength) merupakan sumber daya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat suatu perusahaan yang membuat perusahaan relatif lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia bagi perusahaan. Kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif.

Kajian Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam hal penggunaan model bisnis dalam merumuskan strategi, baik di dalam maupun di luar negeri. Model bisnis biasa digunakan oleh perusahaan yang berada pada tahap awal memasuki pasar, pada tahap berkembang serta pada saat perusahaan membutuhkan suatu perbaikan sehingga berguna untuk mengkaji ulang strategi yang telah dijalankan. Berbagai penelitian terdahulu antara lainBusiness model canvas merupakan pengembangan dari penelitian Alexander Osterwalder (2004) dengan judul The Business Model Ontology a Proposition in a Design Science Approach. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan studi kasus pada beberapa perusahaan ternama dan salah satu event organizer di Eropa. Tujuan dari penilitian tersebut adalah menentukan business model canvas yang akan dijalankan di masa mendatang dengan terlebih dahulu mengidentifikasi bentuk business model canvas yang telah dijalankan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan raksasa melakukan pendekatan trial and error untuk memperkenalkan aspek yang baru dalam tujuan perbaikan business model canvas-nya.Tikkanen (2005) melakukan studi tentang Managerial Cognition, Action and Business Model of The Firm dengan tujuan menentukan garis besar kerangka kerja umum untuk model bisnis dan menjelaskan hubungan untuk kognisi manajerial pada perusahaan. Dalam penelitian tersebut berfokus pada tindakan dan evolusi dari suatu perusahaan dan membangun sebuah sintesis yang menggambarkan komponen yang berbeda dari model bisnis dengan pendekatan deskripsi. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa model bisnis pada dasarnya dipengaruhi oleh aspek kognitif serta aspek materi yang telah dibangun dari suatu perusahaan.Amit dan Zott (2012) melakukan studi tetang Creating Value Through Business Model Innovation. Dalam studinya dinyatakan bahwa business model innovation terdiri dari menambahkan kegiatan baru, menghubungkan kegiatan dengan cara baru atau mengubah bagian tertentu untuk melakukan suatu kegiatan. Kebaruan, lock-in, komplementaritas dan efisiensi merupakan empat pemicu proposisi nilai business model. Aspara, Lamberg, Laukia dan Tikkanen (2011) melakukan penelitian tentang strategi degan judul Strategic Management of Business Model Transformation: Lessons from Nokia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menawarkan konsep tentang bagaimana dan mengapa tingkat perubahan strategis perusahaan dapat membangun perbedaan historis di tingkat unit bisnis. Metode yang digunakan adalah studi historis kasus transformasi model bisnis korporasi Nokia yang berubah secara drastis yang terjadi antara tahun 1987 hingga tahun 1995. Hasil dari peneliltian tersebut menunjukkan bahwa kerja konseptual dan historis mempengaruhi proses perubahan model bisnis serta menunjukkan bagaimana unit bisnis utama memberikan alternatif strategi dan kemampuan untuk proses transformasi tingkat korporasi.Zhu (2004) melakukan penelitian Model-driven Business Process Integration and Management : A Case Study With Bank Sino Pac Regional Service Platform. Dalam penelitian tersebut menggunakan alat analisis yang disebut model blue yang terdiri dari tiga bagian yaitu design tools, managing tools dan runtime enviroment. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model blue membantu dalam mengembangkan metodologi/cara berbisnis yang telah dijalankan sehingga berdampak pada penigkatan kepuasan pelanggan.Freund (2009) melakukan penelitian Business Model Concept in Corporate Sustainability Contexts. Peneliti menggunakan sketsa untuk menjelaskan urutan metodologis dari ide model bisnis awal menjadi model bisnis secara teori. Hasil dari peneltitian tersebut menjukkan bahwa sebuah model bisnis untuk keberlanjutan adalah sistem aktivitas perusahaan yang mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikan kegiatannya kedalam proses penciptaan nilai yang mampu mengatasi kebutuhan umum baik publik / swasta sehingga menghasilkan menguntungkan dari perbedaan yang ada.Geisen (2010) melakukan penelitian When and How to Innovate Your Business Model. Peneliti menggunakan metode studi kasus pada perusahaan produsen baju fashion terbesar di dunia. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan cepat berubah, organisasi harus memikirkan kembali model bisnis mereka dalam periode yang lebih sering daripada di masa lalu. Organisasi perlu terus mengubah dan meningkatkan model mereka, terutama selama periode gejolak ekonomi dan meningkatkan transformasi industri. Tapi merancang model bisnis yang tepat hanya langkah awal. Untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan, organisasi harus memastikan model bisnis yang selaras dengan nilai pelanggan (dan terus diperbarui), analitis (mendapatkan wawasan dari kecerdasan yang berbeda), dan beradaptasi (diaktifkan oleh fleksibelitas model operasi).Tjaturpriono (2010) mengkaji mengenai business model innovation menciptakan lanskap bisnis baru. Semua perusahaan pada dasarnya memiliki model bisnis, tetapi apakah sesuai dengan lanskap bisnisnya. Bagaimana membangun model bisnis yang menciptakan keberlanjutan bagi perusahaan dalam lanskap bisnis yang berubah cepat. Bahkan mendorong terciptanya lanskap bisnis baru, seperti yang dilakukan Apple dengan iPod-nya. Model bisnis yang tepat, secara umum istilah ini sering diartikan sebagai cara perusahaan menjalankan bisnisnya.Hone Tsai, et al (2011) mengkaji mengenai A Grounded Theory Study on the Business Model Structure of Google. Bisnis adalah suatu sistem, ketika bisnis dianggap sebagai suatu sistem, model bisnis bisa menjadi konfigurasi sistem penerbitan dan desain ulang. Model bisnis adalah kreasi dari para pengusaha atau para sarjana dari sekolah bisnis. Cara cepat merancang model bisnis baru telah menjadi msalah yang penting. Jika akademisi dapat menusulkan metodologi tentang prinsip desain model bisnis, maka praktisi atau pengusaha yang mampu menciptakan bisnis baru mereka tanpa membuang uang mereka secara coba-coba. Salah satu yang penting untuk mendesain model bisnis adalah bagaimana memahami struktur model bisnis perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengusulkan metode sistematis baru untuk mengidentifikasi struktur model bisnis perusahaan tertentu itu. Memilih Google sebagai kasus untuk menunjukkan metode baru sistematis kami. Google telah menjalankan bisnis yang inovatif model yang sangat berbeda dengan model bisnis tradisional dan dengan demikian Google adalah kasus yang layak untuk diteliti. Dengan mengeksplorasi struktur business model yang dimiliki Google, kami mengerti bagaimana Google melakukan bisnis dari perspektif sistem bisnis. Setelah perusahaan memahami struktur model bisnis, perusahaan dapat merancang model bisnis untuk menghadapi tantangan masa depan.Zook dan Allan (2011) mengkaji mengenai The Great Repeatable Business Model. Zook mengkaji terkait dengan diferensiasi adalah inti dari strategi sebagai sumber keunggulan kompetitif. Anda mendapatkan uang tidak hanya dengan melakukan tugas yang berharga tetapi dengan menjadi berbeda dengan pesaing anda dengan cara yang memungkinkan anda melayani pelanggan inti anda dengan lebih baik dan lebih menguntungkan. Cara terbaik untuk tumbuh biasanya dengan mereplikasi strategi terkuat. Perusahaan biasanya berkembang dalam satu atau lebih dari empat cara, yakni mereka membuat atau membeli produk dan layanan baru, membuat atau memasuki segmen pelanggan baru, memasuki lokasi geografis yang baru atau memasuki jalur yang terkait dengan bisnis. Perusahaan dapat mengejar masing-masing strategi dalam berbagai cara misalnya menambahkan harga baru atau jasa yang akan menarik bagi pelanggan baru. Kekuatan model berulang terletak pada cara sumber diferensiasi menjadi rutinitas perilaku, dan sistem aktivitas yang semua orang di organisasi dapat memahami dan mengikuti sehingga ketika sebuah perusahaan menetapkan pertumbuhan tertentu ia mengetahui bagaimana mempertahankan diferensiasi yang menyebabkan keberhasilan.Supriyadi (2006) mengkaji mengenai perlukah mendesain business model baru. Business model merupakan suatu konsep yang menggambarkan berbagai elemen bisnis dan hubungan logisnya dalam menghasilkan arus pendapatan yang menguntungkan dan berkelanjutan. Oleh karena itu kedua dimensi business model yaitu dimensi angka dan cerita sama pentingnya. Jika sisi cerita dengan asumsi yang dipakai tidak masuk akal, maka arus pendapatan yang menguntungkan dan berkelanjutan tidak mungkin diperoleh. Hal ini menunjukkan betapa perlunya business model yang masuk akal untuk menjamin keberhasilan itu. Business model yang bening dengan asumsi yang jelas akan lebih mudah dievaluasi dan diperbaiki dibanding model elemen-elemennya tidak berkaitan secara logis. Suatu business model yang baik, akan dapat menggambarkan dengan cukup akurat model dari dua perusahaan yang berada pada industri yang sama. Dapat terlihat bagaimana dua perusahaan ternyata beroperasi pada bidang dan lingkungan yang tuntutannya sama sekali berbeda walaupun mereka tampaknya berada pada industri yang sama. Banyak terjadi kegagalan atas produk-produk hebat karena mereka meluncurkannya dengan menggunakan existing business model yang dimiliki perusahaan saat itu. Contohnya kasus Xerox, ketika Xerox memperkenalkan mesin fotokopi Model 914 yang memiliki kinerja lebih baik daripada mesin sekelasnya, penjualan tidak berjalan baik. Mesin tersebut dijual dengan harga dibawah biaya produksi, sementara bahan pelengkapnya dijual dengan harga premium untuk menutup kerugian atas penjualan mesin. Walaupun demikian, pendekatan itu masih dirasakan lebih mahal dibandingkan menggunakan mesin fotokopi alternatif. Xerox kemudian mengganti pendekatan ini dengan memberikan leasing kepada pelanggannya, dan selanjutnya membayar copy fee terhadap setiap lembar kopian yang melebihi 2000 kopian per bulan. Dengan cara ini Xerox dapat mempertahankan laju pertumbuhan sebesar 41% selama 12 tahun berturut-turut. Pelanggan yang semakin menuntut, kebutuhan baru yang terus muncul maupun perkembangan teknologi yang semakin pesat merupakan tantangan bagi perusahaan yang ingin terus bertumbuh. Selain mendesain produk inovatif sebagai respons atas perubahan tersebut, perusahaan juga perlu mengevaluasi kesesuaian business model dengan produk dan lingkungan persaingannya.Marahakim dan Wandebori (2012) mengkaji teori Ostewalder dengan meniliti sebuah majalah komunitas. Penelitian mereka berjudul Business Model Generation of Majalah Epik. Penelitian ini berangkat dari masalah berupa penjualan yang kurang, jadi mereka ingin meningkatkan penjualan dari majalah Epik. Penelitian ini bertujuam untuk mencari model bisnis yang telah disempurnakan dengan menggunakan pendekatan business model canvas. Hasilnya 9 segmen yang ada di BMC memerlukan perbaikan agar mampu meningkatkan penjualan secara berkelanjutan.Dimarogonas (2012) melakukan penelitian yang berjudul A Business Canvas for Goverment Purchase of Commercial Sattelite Communications. Penelitian ini karena ketidakefisien pemerintah AS dalam membeli satelit yang berharga mahal dan sedangkan melakukan sewa satelit spesifikasi satelit tersebut tidak sesuai dengan yang diinginkan pemerintah. Oleh karena itu digunakan BMC untuk menggali ide-ide kreatif agar menghasilkan suatu solusi. Dalam penelitian yang dikaji dalam bentuk studi kasus adalah pemerintah AS dan industri satelit di AS menjadi satu kesatuan.Van der Heijden (2010) meneliti mengenai The Review of a Business model canvas-Research on Changing the Business Model for a Dutch Tour Operator. Permasalahan yang ada dari penelitian ini adalah perubahan operator tur dalam mencari pelanggan. Dengan ditunjang dengan perkembangan internet dan lesunya perekonomian Eropa, maka operator travel di Belanda memutuskan untuk mengubah model bisnis mereka. Banyak dari operator tersebut yang menggunakan sarana internet untuk menggantikan gedung-gedung besar sebagai kantor mereka. Selain itu adanya metode penjualan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan beberapa sampel dari operator tur yang cukup besar di Belanda dan mewawancarai beberapa ahli bisnis untuk memberikan analisis di masa depan mengenai industri travel di Belanda. Peneltian ini juga menganalisis mengenai faktor kunci sukses.

Kerangka Pemikiran

Dalam mencapai tujuan yang diinginkan, maka diperlukan program pengembangan yang sesuai dengan kondisi Pulau Pramuka saat ini. Langkah pertama dalam membuat strategi pengembangan adalah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan Pulau Pramuka dengan menggunakan bantuan business model canvas. Dengan bantuan BMC, kita melakukan semacam potret keadaan pada saat ini. Lalu dilakukan analisis SWOT yang hasil analisis SWOT yang merupakan perpaduan kedua faktor internal dan eksternal tersebut akan menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan. Analisis SWOT tersebut juga digunakan untuk memudahkan meyempurnakan business model yang telah ada dengan menambahkan beberapa program perbaikan agar menjadi business model yang ideal di masa mendatang. Selain itu, dengan bantuan BMC dapat membuat prototipe BM yang lain dan beda dengan BM sebelumnya

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Pulau Pramuka Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Penelitian akan dimulai pada bulan Januari hingga Juni 2013 dengan pengambilan data/turun lapang berkisar pada bulan Maret hingga April 2013. Wilayah Pulau yang akan diteliti adalah wilayah Pulau Pramuka dibagian utara Kepulauan Seribu Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), karena pulau memiliki jumlah kunjungan wisatawan relatif paling tinggi. Pemilihan lokasi juga mempertimbangkan ketersediaan data, jarak, dan biaya.

Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dalam bentuk studi kasus. Tujuan dari metode ini bersifat suatu paparan pada variabel yang akan diteliti, misalnya tentang siapa, yang mana, kapan dan dimana. Penelitian dengan metode studi kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam dan menyeluruh atas objek tertentu yang biasanya relatif kecil dalam kurun waktu tertentu, termasuk lingkungannya (Umar, 2010). Studi ini menggunakan pendekatan BMC yang untuk memetakan BM organisasi saat ini. Pendekatan BMC tersebut berpedoman pada kuesioner/wawancara yang diberikan kepada para responden. Pertanyaan kuesioner atau wawancara tersebut mewakili dari 9 elemen yang terdapat pada BMC, sehingga dapat mendapatkan gambaran BM organisasi saat ini secara akurat. Di samping itu, pengamatan langsung terhadap hal-hal yang tidak tercakup dalam kuesioner juga dilakukan untuk menghasilkan suatu alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi setempat saat ini. Hasil wawancara dan pengisian kuesioner tersebut akan dilanjutkan dengan analisis SWOT setiap elemen dari BMC untuk dilakukan penyempurnaan kemudian dibuat suatu strategi pengembangan.Wawancara ditujukan kepada pihak-pihak yang berperan dalam membuat kebijakan di Kepulauan Seribu dalam hal ini Pemda Kepulauan Seribu beserta jajarannya sedangkan kuesioner ditujukan sebagai alat untuk mencari data penunjang. Kuesioner diberikan kepada kepada wisatawan dan penduduk pemiliki usaha lokal. Pendekatan kualitatif yang digunakan berdasarkan data/informasi deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari narasumber serta perilaku yang dapat diamati terkait subjek yang diteliti sehingga menemukan kebenaran yang diterima oleh akal sehat

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Ketiga metode pengumpulan data ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian.

a. ObservasiTeknik observasi digunakan untuk memperoleh data pendukung tentang keadaan sesungguhnya atau kondisi obyektif Pulau Pramuka saat ini dengan pengamatan secara langsung dan nyata mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek penelitian. Kelebihan dari studi lapangan adalah peneliti akan mendapatkan data dan pemahaman yang mendalam dan unik. Studi lapangan adalah cara terbaik untuk memahami situasi sosial dari sudut pandang para pelakunya. Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan pada saat komunitas pada satu saat. Akibatnya analisis yang dilakukan terbatas sifatnya hanya pada komunitas tertentu. Pada penelitian yang di lakukan di Pulau Pramuka metode ini dilakukan dengan cara observasi di bagian kantor dan di lapangan wilayah Pulau Pramuka. Observasi di kantor dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi nyata manajemen organisasi sedangkan observasi di lapangan dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekowisata yang sedang berlangsung. Kegiatan ekowisata yang berlangsung seperti kegiatan pemanduan oleh guide, kegiatan snorkling dan diving, wisata memancing serta kegiatan penunjang ekowisata seperti pembuatan makanan untuk catering dan penangkapan ikan oleh nelayan. Selain itu observasi lapang juga untuk melihat dan mendokumentasikan kondisi fasilitas (home stay, dermaga, jalan lingkar pulau, masjid, fasilitas air bersih) dan ekosistem yang ada seperti terumbu karang, lamun dan mangrove.b. WawancaraTeknik wawancara yang digunakan sebagai metode utama untuk menggali informan yang berkaitan dengan gagasan, perasaan dan pikiran informan yang sesuai dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara semi terstruktur, pewawancara sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan pemandu yang biasanya berfungsi untuk memulai wawancara. Pewawancara perlu menelusuri lebih jauh suatu topik berdasarkan jawaban yang diberikan oleh partisipan. Urutan pertanyaan dan pembahasan tidak harus sama dengan panduan, semua tergantung pada jalannya wawancara. Sedangkan wawancara tidak terstruktur lebih bersifat untuk menggali informasi lebih dalam selama observasi dilakukan. Tidak ada panduan pertanyaan selama observasi. Pada wawancara semi terstruktur ini, pewawancara hanya memberikan topik yang akan dibahas dan partisipan diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengungkapkan apapun yang berhubungan dengan topik. Dalam wawancara yang dilakukan di Pulau Pramuka adalah wawancara semi terstruktur dan tidak terstuktur. Wawancara semi terstruktur dilakukan dengan cara menulis panduan pertanyaan menggunakan kuesioner yang memiliki sifat pertanyaan terbuka lalu menanyakan langsung pertanyaan kepada Pemkab Kepulauan Seribu seperti Bupati, Seketaris Daerah, Kepala Bagian, Kepala Suku Dinas Pariwisata Kepulauan Seribu, Staf Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Seribu, serta Staf Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jawaban dari pertanyaan tersebut ditulis di kertas dimana panduan pertanyaan juga ditulis. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama dalam satu waktu dan tempat, sehingga diharapkan mampu menghasilkan business model organisasi saat ini. Selain itu untuk mengetahui business model organisasi, wawancara juga bertujuan untuk analisis SWOT pada setiap elemen business model yang ada. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan wisatawan dan pemilik usaha lokal. Masing-masing jumlah respondennya sebanyak 50 orang. Pemilihan 50 responden ini karena sudah cukup mewakili untuk mencari wawasan konsumen dalam penyempurnaan BMC yang ada (Blank, 2012). Wawancara dilakukan dengan bantuan kuisioner yang memiliki pertanyaan bersifat campuran. Tujuan wawancara dengan responden dan wisatawan untuk mengetahui gambaran umum wisatawann dan pemilik usaha lokal, persepsi mereka terhadap obyek ekowisata dalam hal ini Pulau Pramuka serta sebagai informasi tambahan untuk menyusun perbaikan business modelc. Studi dokumentasiStudi dokumentasi digunakan untuk memperoleh sejumlah data dan informasi di lapangan berupa dokumen-dokumen administratif, yang ditujukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dokumen yang dikumpulkan adalah dari dokumen data kunjungan wisatawan, data jumlah penduduk dan jenis usaha yang bergerak di sektor ekowisata, data kondisi ekosistem, data mengenai jumlah fasilitas, dll..

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :1. Analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran umum secara menyeluruh.2. Mendesain BMC (Business model canvas), dengan mengikuti tiga langkah di bawah ini ( Tim PPM Manajemen, 2012):a. Potret atau petakan model bisnis saat ini. Potret pada 9 elemen BMC, didasarkan atas kondisi bisnis yang sebenarnya terjadi. Dalam tahap awal dari mendesain BMC, dimulai dari mengidentifikasikan customer segments. Hal ini dilakukan karena hanya pelanggan yang menguntungkanlah yang akan menghidupi organisasi. Setelah customer segments didefinisikan dengan jelas, langkah selanjutnya adalah mengisi value propotisions, yang merupakan pernyataan keunikan produk atau jasa yang dijanjikan organisasi kepada customer segments yang dibidik. Namun bisa saja terjadi value propotisions mempengaruhi customer segments yang akan dipilih. Organisasi perlu mendidik customer segments yang dibidik, agar bersedia menerima value propotisions yang ditawarkan. Channels menjelaskan bagaimana mengkomunikasikan, mengantar, dan berinteraksi dengan pelanggannya. Perlu diperhatikan bahwa kesuksesan dalam kegiatan channels sangat ditentukan oleh efektifitas dari key resources, key activities, dan key partners. Customers relationship adalah seberapa besar kegiatan organisasi menjaga hubungan dengan pelanggan lama, seberapa giat organisasi menjaring pelanggan baru atau meningkatan penjualan produk/jasa ke pelanggan lama. Apabila customer segments dapat difokuskan dengan baik, value propotisions dinyatakan secara tajam serta channels dan customer relationship dijaga secara benar, maka revenue streams akan sukses mendatangkan dana kedalam organisasi. Kegiatan seperti key resources, key activities, dan key partners harus dimanajemeni secara baik dan efisien. Efisiensi dalam pengelolaan 3 elemen terakhir sangat diperlukan untuk menjaga cost structure tetap optimal. Hal yang perlu disadari dalam mendesain BMC adalah menjaga keterkaitan antar elemen, karena perubahan pada satu elemen akan berdampak pada elemen lainnya.b. Lakukan analisis SWOT pada masing-masing elemen dari 9 elemen BMC. Misalnya pada elemen customer segments, kemampuan memilih customer segments yang memiliki populasi besar dan menguntungkan dapat diklasifikasi sebagai kekuatan, pasar yang potensial dan belum tergarap sebagai peluang, dan munculnya pesaing sejenis dapat dikatagorikan sebagai ancaman.c. Lakukan penyempurnaan model bisnis dan atau buat prototipe. Dari hasil analisis SWOT kemudian dapat digunakan menjadi dua tujuan. Tujuan yang pertama untuk menyempurnakan BM (business model) yang ada saat ini, dan tujuan yang kedua melahirkan prototipe BM yang baru. Apabila organisasi/instansi belum mampu melangkah dengan prototipe BM yang baru, maka dapat saja organisasi/instansi tersebut memilih menggunakan BM yang telah disempurnakan. Dalam keadaan ini prototipe BM sebaiknya disimpan untuk sewaktu-waktu digunakan saat kondisinya sudah memungkinkan. Pada tahap ini sebaiknya dilakukan oleh sebanyak mungkin pelaku organisasi atau instansi pada berbagai macam tingkatan serta fungsi yang bervariasi.3. Dari BM yang telah disempurnakan maka akan di dapat strategi pengembangan dan pembuatan program yang sesuai di Kepulauan Seribu (Pulau Pramuka)

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta. Wilayah ini memiliki 110 pulau yang mulai terbentang dari Teluk Jakarta diarah Selatan hingga Pulau Sabira di arah Utara yang merupakan pulau terjauh dengan jarak 150 km dari pantai Jakarta. Secara geografis wilayah Kepulauan Seribu terletak pada posisi 1060 20 00 BT-1060 5700 BT dan 50 10 00 LS-50 5700 LS. Batas administrasi Kepulauan Seribu adalah Laut Jawa (Utara-Timur), wilayah Kotamadya Jakarta Utara, wilayah Provinsi Banten, dan wilayah Provinsi Jawa Barat (Selatan), wilayah Provinsi Lampung dan Laut Jawa (Barat). Wilayah Kapubaten Administrasi Kepulauan Seribu memiliki 110 pulau dengan luas daratan pulaunya sekitar 864,59 Ha dan luas wilayah laut sebesar 6.997,50 km2. Pulau-pulau yang berada di wilayah ini berukuran relatif kecil karena sebanyak 45 persen diantaranya memiliki luas kurang dari 5 Ha, 25% dengan luas 5-10 Ha dan hanya 30% yang luasnya lebih dari 10 Ha.Berdasarkan UU No 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dan PP no 55 tahun 2001, Kepulauan Seribu yang semula merupakan Kecamatan Kepulauan Seribu sebagai bagian dari Kotamadya Jakarta Utara, ditingkatkan menjadi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang beribu kota di Pulau Pramuka, yang terdiri dari dua Kecamatan dan enam Kelurahan, yaitu:1. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dengan pusat pemerintahan berada di Pulau Kelapa. terdiri dari tiga kelurahan dengan 79 pulau, yaitu Kelurahan Pulau Kelapa (36 pulau), Kelurahan Pulau Harapan (30 pulau), dan Kelurahan Pulau Panggang (13 pulau).2. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, dengan pusat pemerintahan di Pulau Tidung Besar, terdiri dari tiga kelurahan dengan 31 pulau yaitu Kelurahan Pulau Tidung (6 pulau), Kelurahan Pulau Pari (10 pulau), dan Kelurahan Pulau Untung Jawa (15 pulau).Keadaan topografi pulau-pulau di Kepulauan Seribu merupakan daratan rendah pantai dengan topografi datar hingga landai dan ketinggian sekitar 0-2 meter diatas permukaan laut. Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut dengan ketinggian pasang antara 1-1,5 meter. Secara umum, kedalaman laut rata-rata di wilayah Kepulauan Seribu berkisar antara 1-50 m. Hanya ada dua tempat yang kedalamannya mencapai 70 m, yaitu sekitar Pulau Payung dan Pulau Tikus. Tipe iklim di wilayah Kepulauan Seribu adalah tropika panas, dengan suhu udara antara 26,50C-28,50 C. Suhu udara maksimum tahunan berkisar 29,50C-32,50C dan suhu udara minimum tahunan antara 230C-23,80C. Kelembapan udara berkisar antara 75-99%, tekanan udara rata-rata antara 1.009,0-1.011,0 mb. Arus permukaan pada musim barat berkecepatan maksimum 0,6 m/detik dan pada musim timur kecepatan maksimum 0,5 m/detik. Suhu permukaan air pada musim barat berkisar antara 28,50C-300C, sedangkan pada musim timur suhu permukaan antara 28,50C-310C. Salinitas permukaan berkisar antara 30 psu-34 psu baik pada musim barat dan maupun musim timur.Terdapat 45 pulau yang diperuntukkan untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata, empat diantaranya dikelola oleh Pemda melalui Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Sudin Pariwisata), 11 dioperasikan untuk kegiatan wisata umum, dan sisanya dikelola secara privat. Sejauh ini Pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu telat ditetapkan dalam renstra, yang pengembangannya dibagi dalam dua wilayah, yakni:1. Kawasan Pengembangan Utara (KPU), yang berlokasi di sekitar Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS) dan ditetapkan sebagai pengembangan kawasan ekowisata bahari eksklusif dengan segmen pasar wisata mancanegara dan menengah ke atas. Hal ini karena objek wisata utama yang ditawarkan berupa lingkungan sumberdaya laut yang relatif masih alami.2. Kawasan Pengembangan Selatan (KPS) yang berlokasi berdekatan dengan Teluk Jakarta. Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan pengembangan wisata massal dengan segmentasinya adalah wisatawan menengah ke bawah. Ekosistem perairan yang terdapat di Kepulauan Seribu berupa terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Pada umumnya terumbu karang yang ada di Kepulauan Seribu berada di wilayah utara Kepulauan Seribu, yakni disekitar Pulau Pramuka (Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2006). Telah banyak pengamatan dan penelitian terhadap ekosistem terumbu karang yang ada di Kepulauan Seribu. Menurut Dinas Perikanan DKI Jakarta (2008) terdapat 68 genus dengan 276 jenis karang . Umumnya permasalahan ekosistem terumbu karang dikawasan ini disebabkan oleh ulah manusia, seperti kegiatan pengambilan karang untuk bahan bangungan, dan penangkapan ikan dengan menggunakan peledak beracun (Sitepu, 2008)

Pulau Pramuka

Pulau Pramuka merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang mempunyai berbagai macam obyek wisata seperti Penangkaran penyu sisik, rehabilitasi tumbuhan mangrove, gugusan terumbu karang yang relatif masih terjaga, area pemancingan, dll.

Sumber: https://maps.google.co.id/maps?hl=en&tab=wl, 2013Gambar 6. Peta Pulau Pramuka

Pulau Pramuka memiliki luas 16 Ha dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 1.124 jiwa. Fasilitas di Pulau ini relatif sudah relatif baik dan memadai karena Pulau ini merupakan ibukota dari Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Fasilitas umum yang ada di Pulau ini meliputi RSUD Kabupaten Kepulauan Seribu yang lengkap dengan berbagai fasilitas hingga tindakan bedah dan ambulance yang berupa kapal cepat (speed boat), kantor bupati dan rumah dinas, ATM, dermaga, fasilitas listrik 24 jam dan sarana telekomunikasi, tempat pelelangan ikan, wc umum, penginapan yang memadai, warung makan/restoran, fasilitas air bersih (dengan penyulingan dari air laut), fasilitas olah raga, masjid, dll.Pulau Pramuka berjarak 38,30 km dari pelabuhan Muara Angke dan 41 km dari darmaga Marina, Ancol. Untuk dapat mencapai Pulau Pramuka, tersedia tiga alternatif transportasi berupa kapal laut. Alternatif pertama adalah dengan menggunakan kapal motor kayu yang berangkat dari pelabuhan Muara Angke. Kapal ini merupakan kapal yang paling sering digunakan sebagai sarana transportasi bagi masyarakat Pulau Pramuka jika hendak ke Jakarta. Kapal ini mampu mengangkut penumpang berkisar 100-200 orang beserta barang-barang penduduk seperti sembako, hasil perikanan, hingga sepeda motor. Kapal ini berangkat 2 kali sehari dari Muara Angke yakni pada pukul 07.00 dan 13.00, waktu keberangkatan dari Pulau Pamuka juga sama dengan waktu keberangkatan dari Muara Angke. Tarif kapal motor kayu ini adalah Rp.30.000 dengan waktu tempuh ke Pulau Pramuka sekitar 3-4 jam. Hal ini ditentukan oleh keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi gelombang. Namun jika cuaca memburuk maka kapal ini dapat menunda atau membatalkan keberangkatannya.Alternatif kedua adalah dengan berangkat dari Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke dengan menggunakan kapal fiberglass yang dioperasikan oleh Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. Pelabuhan Kali Adem ini berjarak sekitar 2 km dari pelabuhan Muara Angke yang lama dan sudah berdiri pada bulan Febuari 2012. Kapal yang dioperasikan ada dua jenis, yakni kapal motor (KM) Kerapu dan KM Lumba-lumba. Tersedia 2 KM Kerapu dan 1 KM Lumba-Lumba yang memiliki rute Kali Adem-Pulau Untung Jawa-Pulau Pramuka-Pulau Kelapa yang memiliki jadwal keberangkatan 2 kali dalam sehari dari Kali Adem, yakni pada pukul 07.00 dan pukul 13.00, sedangkan dari Pulau Pramuka pada pukul 10.00-11.00 dan pukul 15.00-16.00. Kapal ini akan berangkat jika penumpang sudah memenuhi kuota (5 orang untuk KM Kerapu dan 20 orang untuk KM Lumba-Lumba). Jika belum penuh, maka kapal akan menunggu hingga kuota penumpang terpenuhi. Tarif kedua kapal ini adalah Rp. 52.000 per penumpang dengan waktu tempuh ke Pulau Pramuka berkisar 80-100 menit. Jika cuaca agak buruk tidak disarankan menggunakan kapal ini karena sangat terasa goncangan dan bantingan saat kapal membelah gelombang. Alternatif ketiga adalah dengan berangkat dari dermaga 6 Marina Ancol dengan menggunakan kapal fiberglass yang dioperasikan oleh pihak swasta. Kapal yang digunakan bernama kapal Predator dengan waktu tempuh sekitar 60 menit dari Ancol ke Pulau Pramuka. Tarif kapal ini sebesar Rp.200.000 dengan fasilitas AC, WC, kursi berlapis jok, dan pemutar musik. Terdapat 6 kapal Predator yang melayani rute ke Pulau Pramuka dengan waktu keberangkatan yang hanya satu kali per hari yakni dari Marina Ancol pada pukul 08.00-09.00, sedangkan dari Pulau Pramuka pada pukul 14.30. Wilayah Pulau Pramuka mempunyai potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan dengan baik, yakni berupa ekosistem laut tropis yang menarik untuk dijadikan obyek pariwisata, ekosistem tersebut meliputi:1. Ekosistem Terumbu KarangEkosistem terumbu karang disekitar wilayah Pulau Pramuka pada umumnya berbentuk fringing reef (karang tepian) yang membentuk gugusan terumbu karang mengelilingi Pulau Pramuka. Secara umum, ekosistem terumbu karang di Pulau Pramuka masih terbilang cukup baik dan relatif terjaga karena termasuk ke dalam area perlindungan laut dari Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Beberapa jenis biota seperti ikan karang, cumi karang, dan anemon masih banyak ditemukan pada ekosistem terumbu karang diwilayah Pulau Pramuka.2. Ekosistem MangroveEkosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang penting dimiliki pada rantai ekologi laut tropis karena berfungsi sebagai penyeimbang dalam menjaga sumber daya hayati laut tropis. Pada awalnya wilayah Pulau Pramuka dikelilingi oleh sabuk mangrove, namun karena perkembangan zaman, mulai terjadi degradasi lingkungan dari ekosistem mangrove tersebut, sehingga mulai dilakukan upaya rehabilitasi dari ekosistem mangrove dan sudah mulai menunjukan hasil. Beberapa wilayah Pulau Pramuka sudah mulai ditumbuhi oleh tumbuhan Mangrove yang cukup lebat. Beberapa spesies tumbuhan mangrove yang dapat dijumpai di Pulau Pramuka antara lain Rhizopora sp, Avicenia sp, dan Bruguiera sp.3. Ekosistem LamunEkosistem lamun merupakan salah satu ekositem yang penting dimiliki dari sebuah ekosistem laut tropis, karena ekosistem ini berfungsi sebagai tempat hidup bagi biota laut, pelindung pantai dari abrasi gelombang, dll. Secara umum ekosistem lamun yang berada di Pulau Pramuka relatif masih terjaga dengan baik. Beberapa spesies lamun yang dapat dijumpai di Pulau Pramuka antara lain Enhalus sp, Thalassia sp, Halodule sp, dan Cymodocea sp4. Penyu SisikPulau Pramuka memiliki penangkaran penyu sisik yang terletak di kantor Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Pendirian penangkaran penyu sisik ini karena terjadi degradasi lokasi peneluran penyu sisik di wilayah Kepulauan Seribu. Hanya dua lokasi peneluran pada tahun 2003 dari 11 lokasi peneluran di wilayah Kepulauan Seribu. Saat ini, dua lokasi peneluran yang masih ada terdapat di Pulau Peteloran Barat dan Pulau Peteloran Timur. Penduduk Pulau Pramuka memiliki suku bangsa yang beraneka ragam sepertti suku bugis, betawi, banten, jawa, arab, dll. Mayoritas penduduk Pulau Pramuka bekerja dibidang perikanan, baik sebagai nelayan maupun sebagai petambak ikan. Namun pada semenjak tahun 2010, mulai banyak penduduk yang bekerja dibidang pariwisata seiring dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka dan musim tangkapan ikan yang tidak tentu sepanjang tahun. Mayoritas penduduk yang bekerja di bidang pariwisata sebagai pemilik home stay, pemilik perahu untuk disewakan, pemandu lokal, pengusaha jasa makanan (catering, rumah/warung makan), pengusaha kerajinan lokal, serta penyedia jasa diving dan snorkling. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel dibawah ini mengenai profesi penduduk Pulau Pramuka yang bergerak di bidang pariwisata. Berdasarkan observasi lapang dan kuesioner kepada 50 penduduk lokal didapat hasil berupa tingkat pendidikan yang paling tinggi S1, dengan mayoritas hanya mempunyai ijazah SMP. Untuk tingkat umur berada pada rentang 17-65 tahun. Mereka mempunyai penghasilan berkisar Rp.750.000-Rp.3.000.000 per bulan dan setuju bahwa kegiatan pariwisata tidak mengganggu hidup mereka sehari-hari, kecuali untuk beberapa hal seperti masalah sampah, keramaian, dan terkadang sikap wisatawan yang kurang memperhatikan norma lokal seperti memakai baju yang kurang sopan. Meskipun berada di tempat wisata, namun pakaian juga harus di sesuaikan karena akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat.Berdasarkan hasil kuisioner mengenai penilaian fasilitas wisata di Pulau Pramuka, mayoritas penduduk lokal mengatakan perlu ada penambahan fasilitas umum seperti pantai pasir putih, bangku, perbaikan dermaga dan penambahan tempat sampah. Mereka juga ingin agar fasilitas pengolahan air laut menjadi air tawar ditingkatkan, karena dengan jumlah penduduk dan wisatawan dirasa kurang untuk saat ini.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Pulau Pramuka yang Bergerak di Bidang PariwisataNoJenis UsahaJumlah ( orang )

1Home Stay/Penginapan65

2Kapal ojek/carter (kapal motor kecil)126

3Kapal angkutan (kapal motor kayu besar)24

4Warung makan15

5Catering25

6Agen Travel lokal60

7Pemandu/Guide lokal147

8Operator Diving/Snorkling14

9Cinderamata3

Sumber: Data Pusat Informasi Pariwisata Pulau Pramuka dan Asosiasi Pariwisata Pulau Pramuka

Berdasarkan Tabel 4, jenis usaha yang paling banyak jumlah orang adalah menjadi pemandu lokal dan pengemudi kapal ojek. Kebanyakan penduduk yang memilih jenis usaha ini memiliki profesi/pernah menjadi nelayan. Karena profesi nelayan sangat tergantung pada alam dan musim ikan, maka mereka beralih sebagai pengemudi kapal ojek yang menyewakan kapalnya kepada para wisatawan, di samping mereka mengantar penduduk lokal untuk menyeberang di gugusan Pulau Pramuka. Pemandu lokal mempunyai kemampuan mengenal Pulau Pramuka dan sekitarnya dengan baik karena mereka berasal dari masyarakat asli Pulau Pramuka dan sebagian awak kapal nelayan yang tidak melaut. Saat ini, pemandu lokal semakin banyak jumlahnya, karena kecenderungan pemuda disana tidak melanjutkan sekolah lagi karena mereka memilih menjadi pemandu lokal terlebih dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka. Banyak tamatan SMP dan SMA yang berprofesi menjadi pemandu lokal karena memang mereka tergiur dengan penghasilan yang diterima bersih sebesar Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 per bulan. Secara kuantitas pemandu lokal bertambah jumlahnya, namun hal ini tidak didukung dengan peningkatan kualitas dari pemandu lokal. Hanya 5-10% pemandu lokal yang sudah memiliki sertifikasi diving, life guard, dan rescue. Selain itu, kemampuan mengenali biota laut berbahaya serta cara mengatasinya dan kemampuan mengenali area laut dan membaca cuaca adalah kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang pemandu lokal.

Gambaran Umum Wisatawan Pulau Pramuka

Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Pramuka umumnya berasal dari Jabodetabek yang sebagian besar berasal dari Jak